bab 2 gambaran wilayah studi fix - diponegoro...

26
GAMBARAN WILAYAH STUDI Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705 - 10 - BAB II GAMBARAN WILAYAH STUDI 2.1. Tinjauan Umum Kondisi dari DAS Ciliwung meliputi kondisi alam, kondisi administrasi dan geografis, kondisi topografi, kondisi klimatologi, kondisi jenis tanah, kondisi kependudukan, kondisi penggunaan lahan, serta kondisi iklim dan curah hujan. 2.1.1. Kondisi Alam Berdasarkan data yang diambil dari DKI Jakarta dalam Angka tahun 2007, Kali Ciliwung pada lingkup pekerjaan, hampir keseluruhan peruntukan lahannya digunakan sebagai tempat usaha Perkantoran dan Pergudangan (Office and Warehouse), Permukiman (Housing), dan Perindustrian (Industry), sedangkan sisanya merupakan daerah resapan berupa taman (Park) dan fasilitas lain. Hal ini menunjukkan betapa padatnya penggunaan lahan di DKI Jakarta, Kota Depok dan juga mulai berkembang ke Kabupaten Bogor, sehingga dapat dipastikan semakin berkurangnya daerah resapan. Tabel berikut menunjukkan kurangnya daerah resapan akibat perkembangan kota DKI Jakarta yang dari tahun ke tahun semakin berkurang.

Upload: dangduong

Post on 06-Mar-2018

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 10 -

BAB II 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

 

2.1. Tinjauan Umum 

Kondisi dari DAS Ciliwung meliputi kondisi alam, kondisi administrasi dan 

geografis,  kondisi  topografi,  kondisi  klimatologi,  kondisi  jenis  tanah,  kondisi 

kependudukan, kondisi penggunaan lahan, serta kondisi iklim dan curah hujan. 

 

2.1.1. Kondisi Alam 

Berdasarkan data yang diambil dari DKI  Jakarta dalam Angka  tahun 2007, 

Kali Ciliwung pada lingkup pekerjaan, hampir keseluruhan peruntukan lahan‐nya 

digunakan  sebagai  tempat  usaha  Perkantoran  dan  Pergudangan  (Office  and 

Warehouse),  Permukiman  (Housing),  dan  Perindustrian  (Industry),  sedangkan 

sisanya merupakan daerah resapan berupa taman (Park) dan fasilitas lain. Hal ini 

menunjukkan betapa padatnya penggunaan lahan di DKI Jakarta, Kota Depok dan 

juga mulai berkembang ke Kabupaten Bogor, sehingga dapat dipastikan semakin 

berkurangnya daerah resapan. 

Tabel  berikut  menunjukkan  kurangnya  daerah  resapan  akibat 

perkembangan kota DKI Jakarta yang dari tahun ke tahun semakin berkurang. 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 11 -

Kotamadya/Kabupaten Perumahan Industri

Perkantoran dan

Pergudangan Taman Lain-lainLuas Total

AreaMunicipality/Regency

Housing Industry Office and Warehouse Park Others Total Area

Jakarta Selatan 10,428.44 236.08 1,757.50 190.91 1,960.07 14,573.00Jakarta Timur 13,351.00 972.44 1,997.55 262.14 2,189.87 18,773.00Jakarta Pusat 2,755.69 165.74 1,123.73 248.60 496.24 4,790.00Jakarta Barat 7,464.16 185.44 1,228.70 189.23 3,547.47 12,615.00Jakarta Utara 8,119.97 1,744.80 1,259.89 116.61 2,978.73 14,220.00Kep. Seribu 321.35 275.17 92.70 0.00 491.78 1,181.00

Total 42,440.610 3,579.670 7,460.070 1,007.490 11,664.160 66,152.000

2005 44,196.11 3,559.00 8,262.38 1,084.89 9,049.62 66,152.002004 43,788.57 4,417.87 7,445.85 914.69 9,584.40 66,152.002003 44,052.27 4,259.60 7,342.88 800.91 9,696.23 66,152.002002 44,414.00 3,764.98 7,174.63 1,009.56 9,788.81 66,152.00

Tabel 2.1. Luas Tanah dan Penggunaannya Menurut Daerah 

 

 

 

 

 

 

 

(Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane) 

2.1.2. Kondisi Administrasi dan Geografis 

Sungai  Ciliwung  adalah  salah  satu  sungai  yang  melewati  wilayah 

administratif DKI  Jakarta, Kota Depok,  Kota Bogor dan Kabupaten Bogor,  yang 

bermuara di Banjir Kanal Barat (BKB) menuju ke Laut Jawa.  

Secara  geografis  lokasi pekerjaan  terletak di DKI  Jakarta dan Kota Depok 

pada 6°12’ Lintang Selatan (LS) dan 106°48’ Bujur Timur (Bujur Timur).   

  Sedangkan batas‐batas wilayah pekerjaan adalah : 

  Utara   :  Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur 

    Selatan  :  Kota Depok (Kecamatan Beji) 

  Barat   :  Jakarta Selatan dan Kota Depok  (Kelurahan Pondok Cina 

Kecamatan Beji) 

  Timur  :  Jakarta Timur dan Kota Depok  (Kelurahan Pasir Gunung 

Selatan Kecamatan Cimanggis) 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 12 -

 Gambar 2.1. Ruang Lingkup Sungai Ciliwung 

2.1.3. Kondisi Geomorfologi 

Secara garis besar  lokasi pekerjaan di Sungai   Ciliwung sepanjang ±40 km 

yang dimulai dari Pintu Air Manggarai Jakarta ke arah hulu sampai dengan Kota 

Depok  dan  Kabupaten  Bogor  dapat  dibagi menjadi  2  (dua)  satuan morfologi, 

yang meliputi : 

1. Morfologi Daerah Pantai  

Morfologi  daerah  dataran  pantai  dicirikan  melalui  kondisi  permukaan 

tanahnya  yang  datar  dengan  ketinggian  antara  0‐15 meter  di  atas  permukaan 

laut  (DPL). Daerah dataran  ini mempunyai  lebar  antara 7‐40  km  yang meliputi 

tanggul  pematang  pantai,  daerah  rawa  dan  dataran  delta. Dataran  ini  dikenal 

sebagai Dataran Rendah Jakarta.  Maka dari itu sebagian Wilayah Sungai Ciliwung 

berada  pada  Dataran  Rendah  yang  apabila  terjadi  genangan  air,  surutnya 

memerlukan waktu yang relatif lama.Hal ini yang memerlukan penanganan agar 

genangan air tersebut cepat surut dengan waktu yang singkat. 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 13 -

2. Morfologi Daerah Kipas Endapan Gunung Api Bogor 

Morfologi Daerah Kipas Endapan Gunung Api Bogor ini  menyebar dari arah 

selatan  ke  utara  dengan  Kabupaten  Bogor  sebagai  puncaknya.  Daerah  ini 

ditempati  oleh  rempah‐rempah  gunung  api  berupa  tuf,  konglomerat  serta 

lapisan    breksi  yang  sebagian  besar  telah mengalami  pelapukan  kuat  dengan 

batuan berwarna merah kecoklatan. 

2.1.4. Kondisi Geologi 

Sesuai  dengan  data  penelitian    mengenai  kondisi  geologi    yang  telah 

dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Direktorat Jenderal 

Sumber Daya Air, Departemen  Pekerjaan Umum,  kondisi  geologi  di  sepanjang 

lokasi pekerjaan di Sungai Ciliwung sepanjang ±40 km yang dimulai dari Pintu Air 

Manggarai Jakarta ke arah hulu sampai dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor 

sesuai  dengan  peta  geologi  regional  bersistem,  merupakan  daerah  endapan 

pantai  yang  terdiri  dari  jenis  tanah  endapan  Batuan  Pasir  Tufan  dan 

Konglomeratan  Kipas  Aluvium  (Qav)  dan  Batuan  Aluvium  (Qa),  Jenis  tanah 

endapan tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini :  

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 14 -

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane) 

Gambar 2.2. Peta Geologi Regional Lokasi Pekerjaan 

 Qav  (Batuan Pasir Tufan dan Konglomeratan Kipas Aluvium) 

Tuf halus berlapis,  tuf konglomeratan berselang‐seling dengan  tuf pasiran 

dan  tuf  batuapung.  Tuf  halus,  kelabu  muda,  berlapis  tipis,  pejal,  merupakan 

bagian bawah dari satuan  ini; tebal yang tersingkap pada  jenis  ini ±2 meter. Tuf 

konglomeratan,  putih  kekuningan,  kemas  terbuka,  pemilahan  buruk, 

Akhir Lokasi

Pekerjaan di

Pondok Cina

Pintu Air

Manggarai

Banjir Kanal Barat

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 15 -

membundar  tanggung‐membundar  sempurna,  berbutir  1‐3  cm,  tersusun  oleh 

andesit dan kuarsa, matrik tuf halus, tebal ±1,5 meter. Tuf pasiran, kelabu muda, 

pemilahan  buruk,  berbutir  halus‐kasar,  membundar  tanggung‐membundar  , 

bersusunan  andesitan,  berselang‐selingdengan  tuf  konglomeratan.  Tuf  batu 

apung, kuning kecoklatan, kemerahan, mengandung konkresi besi  (2‐3 cm) dan 

fragmen  batu  apung, membundar  garis  tengah  3‐5  cm  dan  kerikil  kuarsayang 

bundar, menindih langsung tuf konglomeratan. Tebal    ±3 meter. 

Satuan  ini membentuk morfologi  kipas dengan pola aliran  “dischotomic”. 

Pengendapannya  diduga  pada  lingkungan  darat,  bahan  pembentuknya 

diperkirakan berasal dari batuan gunung api muda di Dataran Tinggi Bogor. Umur 

satuan  ini diduga Plistosen Akhir atau  lebih muda. Tebal satuan  ini ±300 meter. 

Satuan  ini  terhampar  sangat  luas  dari  selatan  ke  utara  memebntuk  kipas 

aluvium. 

 Qa (Batuan Aluvium) 

Terdiri dari  lempung, pasir, kerikil, kerakal dan bongkahan. Secara umum 

merupakan  tanah  endapan  yang  berada  pada  daerah  pantai,  endapan  pada 

sungai  dan  rawa.  Sebaran  dari  satuan  ini  tersebar  di  daerah  sepanjang  pantai 

utara  dan  dan  sepanjang  lembah  dari  sungai‐sungai  besar  di  wilayah  Bogor 

sampai dengan Jakarta. 

2.1.5. Kondisi Iklim dan Curah Hujan 

Secara  umum  iklim  di  lokasi  pekerjaan  yang meliputi  DKI  Jakarta,  Kota 

Depok dan Kabupaten Bogor terdiri dari dua musim utama, yaitu musim kemarau 

dan musim penghujan seperti halnya wilayah  lain di  Indonesia. Pada bulan  Juni 

sampai  dengan  September  arus  angin  berasal  dari  Australia  dan  tidak  banyak 

mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada 

bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air 

yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim penghujan. 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 16 -

Uraian Description

Pondok Betung

Halim Perdana Kusuma

Cengkareng Jakarta Tanjung Priok

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Suhu/Temperature (oC)Maksimum/Maximum 35.2 33.7 33.3 34.5 33.8Minimum/Minimum 23 22.2 23.2 24.5 24.4Rata-rata/Average 27.5 27.2 27.8 28 28

Kelembaban Udara/Relative Humidity (%)Maksimum/Maximum 95 89 91 81 84Minimum/Minimum 77 68 80 67 67Rata-rata/Average 83 79 84 75 76

Tekanan Udara 1009.3 1012.4 1010.6 1008.8 1009.3Atmospheric Pressure (mbs)

Arah Angin 0 270 270 270 45Wind Direction (Point)

Kecepatan Angin 0 5 5 3 4Wind Velocity (M/SE)

Curah Hujan 335.6 230 118.2 140 50Rainfall (mm2)

Penyinaran Matahari 37 - 33 25 30Sunlight (%)

Stasiun Pengamat/Observation Station

Pada  tahun  2006  suhu  udara  yang  diamati  oleh  lima  stasiun  pengamat 

tidak menunjukkan  adanya  perbedaan  yang  signifikan, walaupun  pengamatan 

suhu udara amat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya  titik pengamatan terhadap 

muka  air  laut.  Secara  umum  pada  lokasi  pekerjaan  yang  diwakili  oleh  data 

pengamatan di wilayah DKI Jakarta adalah beriklim panas dengan rata‐rata suhu 

udara maksimum  berkisar  34,1°  C  pada  siang  hari  dan  suhu  udara minimum 

berkisar  23,5°  C  pada malam  hari.  Suhu  udara maksimum  tercatat  di  stasiun 

pengamat Pondok Betung yaitu 35,2 C. Sedangkan kelembaban udara maksimum  

rata‐rata  adalah  sebesar  88,0%  dan  rata‐rata minimum  sebesar  71,8%  dengan 

rata‐rata curah hujan sepanjang tahun sebesar 174,8 mm2.   

 

Tabel 2.2.                                                                                                          

Data Rata‐Rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Arah Angin,  Kecepatan Angin, 

Curah Hujan dan Penyinaran Matahari di Stasiun Pengamatan BMG 2006 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 17 -

BulanMonth Maksimum Minimum Rata-Rata

Maximum Minimum Average(1) (2) (3) (4)

Januari/January 34.0 24.2 27.2Pebruari/February 33.4 24.6 27.8Maret/March 33.6 24.0 28.1April/April 34.0 24.0 28.4Mei/May 34.0 24.2 28.7Juni/June 34.4 23.9 28.7Juli/July 34.2 24.2 28.7Agustus/August 34.2 23.6 28.3September/September 36.0 23.9 28.7Oktober/October 35.1 24.6 29.6Nopember/November 35.0 24.6 29.8Desember/December 34.5 24.5 28.0

Suhu Udara/Temperature

Bulan Kelembaban Udara/Relative Humidity (%)

Month Maksimum Minimum Rata-RataMaximum Minimum Average

(1) (2) (3) (4)

Januari/January 91.0 67.0 80.0Pebruari/February 92.0 77.0 79.0Maret/March 88.0 70.0 78.0April/April 90.0 68.0 75.0Mei/May 81.0 68.0 75.0Juni/June 74.0 61.0 71.0Juli/July 74.0 64.0 69.0Agustus/August 75.0 64.0 69.0September/September 74.0 61.0 66.0Oktober/October 73.0 52.0 66.0Nopember/November 81.0 68.0 71.0Desember/December 81.0 67.0 75.0

Tabel 2.3.    

    Data Suhu Udara Maksimum, Minimum dan Rata‐Rata Menurut Bulan                           

di Stasiun Pengamatan BMG 2006 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika 

 

Tabel 2.4.                                                                                                          

Data Kelembaban Udara Maksimum, Minimum dan Rata‐Rata                                        

Menurut Bulan di Stasiun Pengamatan BMG 2006 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

             

            Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 18 -

Bulan Curah Hujan Banyaknya Hari HujanMonth Rainfall (mm 2 ) Frequency of Rain (days)

(1) (2) (3)

Januari/January 389.6 25Pebruari/February 350.0 20Maret/March 320.0 19April/April 316.1 17Mei/May 85.2 12Juni/June 30.8 5Juli/July 53.2 4Agustus/August 0.0 0September/September 0.2 1Oktober/October 10.6 1Nopember/November 26.8 8Desember/December 140.0 20

Bulan Tekanan Udara Arah Angin Kecepatan AnginPenyinaran

Matahari Month Atmospheric

Pressure (mbs)Wind Direction

(Point)Wind Velocity

(M/SE) Sunlight (%)

(1) (2) (3) (4) (5)

Januari/January 1,009.3 270 3 25Pebruari/February 1,011.1 330 2 40Maret/March 1,010.7 330 2 44April/April 1,009.2 225 3 54Mei/May 1,010.1 270 2 61Juni/June 1,010.3 90 2 73Juli/July 1,011.2 90 2 78Agustus/August 1,011.3 90 2 93September/September 1,011.5 90 5 94Oktober/October 1,011.5 360 2 89Nopember/November 1,009.7 270 2 75Desember/December 1,008.8 270 3 25

Tabel 2.5.                                                                                                          

Data Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan                                                                   

Menurut Bulan di Stasiun Pengamatan BMG 2006 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

            Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika 

Tabel 2.6.                                                                                                    

Data Rata‐Rata Tekanan Udara, Arah Angin, Kecepatan Angin,                                

Penyinaran Matahari Menurut Bulan di Stasiun Pengamatan BMG 2006 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

             Sumber : Badan Meteorologi & Geofisika 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 19 -

NO2 (ppm) SO2 (ppm) TSP (mg/m3) Pb (mg/m3)(2) (3) (4) (5)

I Derah Permukiman/Housing Area1. Dinas Pertamanan 0.021 0.005 158 -2. Kantor Kec. Cilincing 0.023 0.006 304 -3. Kantor Kelurahan Tebet 0.037 0.004 219 -4. Masjid Al-Firdaus 0.024 0.006 223 -5. IPAK Lubang Buaya 0.017 0.006 155 -

II Daerah Industri/Industry Area1. PT. JIEP Pulo Gadung 0.025 0.006 347 -

II Daerah Perkantoran/Office Area1. Masjid Istiqlal 0.029 0.006 243 -2. Kuningan (BPLHD) 0.043 0.003 233 -

IV Daerah Rekreasi/Recreation Area1. Dunia Fantasi Ancol 0.022 0.006 217 -

Keterangan :- Data tidak tersedia

Kriteria Ambien Kualitas Udara (Nilai Baku Mutu) :- Nitrogen Oksida (NO2) = 0.0500 ppm- Sulfur Dioksida (SO2) = 0.1000 ppm- TSP = 150 mg/m3

- Pb = 2 mg/m3

Metode Sesaat/Temporary MethodeLokasi PengukuranMeasure Location

(1)

Tabel 2.7.                                                                                                          

Data Kualitas dan Baku Mutu Udara,                                                                             

Menurut Lokasi Pengukuran Tahun 2006 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

            Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta 

2.2. Kajian Sosial Ekonomi 

2.2.1. Demografi 

Daerah  Khusus  Ibukota  Jakarta  sebagai  ibukota  negara  sekaligus  pusat 

kegiatan perekonomian di  Indonesia memiliki daya  tarik yang  sangat kuat bagi 

masyarakat di  Indonesia pada umumnya. Kondisi  ini menempatkan DKI  Jakarta 

menjadi salah satu tujuan masyarakat di  Indonesia untuk berbagai kepentingan 

terutama kepentingan ekonomi.  

Penduduk  DKI  Jakarta  saat  in  lebih  banyak  dihuni  oleh  masyarakat 

pendatang, sehingga Orang Betawi sebagai penduduk asli Jakarta telah tergeser 

jauh  ke  luar DKI  Jakarta.  Padatnya  penduduk  Jakarta  telah memaksa  sebagian 

masyarakat  untuk  tinggal  di  wilayah‐wilayah  yang  tidak  diperuntukan  bagi 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 20 -

pemukiman  termasuk wilayah  bantaran  sungai.  Sungai  Ciliwung  adalah  sungai 

yang membelah wilayah DKI Jakarta dan melintasi wilayah Jabodetabek.  

Tingkat  kepadatan  penduduk  di Wilayah  DKI  Jakarta  dapat  dilihat  pada 

tabel di bawah ini. 

Tabel 2.8. Tingkat Kepadatan Penduduk di Wilayah DKI Jakarta 

Bulan : Agustus 2008 

Wilayah  JumlahWNI Jumlah 

WNA Total  Luas               Kepadatan / 

Km2 

1  2        3  4  5  6 

JakartaPusat  930.674  831  931.505  4,815  193 

JakartaUtara  1.420.388  884  1.421.272  13,739  103 

JakartaBarat  1.634.781  586  1.635.367  12,252  133 

JakartaSelatan  1.885.302  1.163  1.886.465  14,573  129 

Jakarta Timur  2.592.940  922  2.593.862  19,741  131 

Kep. Seribu  21.425  14  21.439  870  25 

TOTAL  8.485.510  4.4  8.489.910  66,263  128 

Sumber : Hasil Survei Lapanngan, 2008 

Wilayah  Jakarta  Pusat  merupakan  wilayah  terpadat  karena  hanya 

menempati  luas  areal  4.815  Km2    yang  dihuni  oleh  931.505  orang  sehingga 

memiliki  kepadatan  penduduk  193  orang/  Km2.  Adapun  wilayah  yang  paling 

banyak penduduknya adalah Wilayah Jakarta Timur yakni 2.592.940 orang yang 

menempati lahan seluas 19.741 Km2 .  

Kajian  sosial  ekonomi  untuk  pendukung  penataan  Sungai  Ciliwung 

dilakukan  di  Wilayah  Kelurahan  Manggarai,  Kecamatan  Tebet,  Kotamadya 

Jakarta  Selatan.  Kelurahan  Manggarai  adalah  satu  wilayah  langganan  banjir 

setiap  tahunnya, saat  ini dihuni oleh 34.458 orang dengan  luas  total kelurahan 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 21 -

65,6  Ha.  Jumlah  penduduk  sebanyak  tersebut  merupakan  penduduk  yang 

terdaftar  di  Kelurahan  Manggarai  dan  memiliki  KTP,  namun  banyak  pula 

penduduk yang tidak terdaftar dan tidak memiliki KTP yang tinggal di Kelurahan 

Manggarai.  Jumlah  penduduk  yang  tidak  terdaftar  dan  tidak  memiliki  KTP  di 

Kelurahan Manggarai diperkirakan mencapai 10.000 orang.  

Sebagian besar penduduk bekerja di sektor informal sebagai pedagang dan 

jasa keliling. Berdasarkan data profil kelurahan sebanyak 21.612 orang penduduk 

bekerja  di  sektor  informal  ini,  sebagian  besar  bekerja  sebagai  tukang  ojek, 

pedagang  keliling  dan  pedagang  yang  berjualan  di  pasar  kaget.  Kelurahan 

Manggarai memiliki pasar kaget yang  juga merupakan salah satu  faktor penarik 

pendatang untuk berdomisili di Kelurahan Manggarai. Pasar kaget tersebut buka 

dari  subuh hingga  sekitar pukul 09.00   Berdasarkan keterangan  informan  rata‐

rata  penghasilan  penduduk  dari  sektor  informal  ini  adalah  sekitar  Rp. 

20.000,00/hari,  yang  biasanya  digunakan  untuk  kebutuhan  konsumsi  keluarga 

sebanyak lima orang.  

Wilayah  Kelurahan  Manggarai  yang  menjadi  langganan  banjir  adalah 

wilayah RW 04 dan RW 01 yang dihuni oleh sekitar 7.000 orang. Pada tahun 2007 

pernah terjadi penggusuran oleh Pemprov DKI Jakarta di wilayah RW 01, 02, 04 

dan 10 yang lahannya diperuntukan bagi pembangunan Double Track  kereta api. 

Wilayah‐wilayah tersebut juga merupakan wilayah yang sering terkena banjir. 

Wilayah  lain  yang  juga  dikaji  adalah  Kelurahan  Bukit  Duri  yang  letaknya 

berbatasan langsung dengan Kelurahan Manggarai. Wilayah Kelurahan Bukit Duri 

juga  sebagian  berada  di  Bantaran  Sungai  Ciliwung  dan  merupakan  daerah 

langganan banjir setiap tahunnya.  

Seperti halnya di Kelurahan Manggarai, penduduk di Kelurahan Bukit Duri 

juga lebih banyak bekerja di sektor informal terutama penduduk yang berdomisili 

di  wilayah  bantaran  Sungai  Ciliwung.  Profesi  yang  biasa  dijalankan  oleh 

penduduk  tersebut  adalah  penjual  nasi  goreng  keliling,  gorengan,  tukang  sol 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 22 -

sepatu  serta  jasa  dan  perdagangan  lainnya  yang  dilakukan  dengan  cara 

berkeliling.  

Wilayah  Kelurahan  Bukit  Duri  yang  berada  di  bantaran  Sungai  Ciliwung 

adalah wilayah RW  10, 11 dan  12. Ketiga RW  ini merupakan wilayah  terparah 

diserang  banjir  karena memang  lokasinya  tepat  di  bantaran  Sungai  Ciliwung. 

Wilayah  Bukit  Duri  saat  ini  dihuni  oleh  sekitar  42.000  orang  penduduk  yang 

terdaftar  sebagai penduduk dan memiliki KTP DKI  Jakarta dengan  luas wilayah 

107,1 Ha.  

2.2.2. Sosial Budaya 

Kerangka  budaya  yang  berlaku  dan  hidup  ditengah‐tengah  masyarakat 

pada dasarnya dapat memberikan gambaran umum mengenai pola budaya yang 

ada  di masyarakat. Masyarakat  yang  tingal  di  bantara  Sungai  Ciliwung  adalah 

penduduk  pendatang  yang  berasal  dari  berbagai  daerah  di  Indonesia  yang 

tentunya memiliki  latar  belakang  budaya  yang  beragam.  Sebagian  besar  atau 

bahkan seluruh masyarakat pendatang di wilayah bantara Sungai Ciliwung adalah 

masyarakat  migran  yang  memiliki  tujuan  orientasi  ekonomi  untuk  tinggal  di 

Jakarta.  

Seperti pada umumnya masyarakat migran yang tidak permanen atau biasa 

disebut migrasi  sirkuler  yang  hanya  tinggal  untuk  jangka waktu  tertentu  atau 

musiman biasanya kurang memperhatikan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. 

Sebagian besar masyarakat pendatang tidak menjadikan domisili barunya seperti 

mereka memperlakukan kampung halamannya. Dengan tingkat persaingan yang 

keras  dalam  memperoleh  akses  perekonomian  maka  biasanya  terbentuk 

masyarakat  yang  cenderung  individualistik  yakni masyarakat  gesselschaft  yang 

sangat pamrih. Beberapa kerangka budaya yang muncul pada saat penelusuran 

sosial ekonomi di Wilayah Bantaran Sungai Ciliwung adalah. 

 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 23 -

Low Empathy 

 Masyarakat  pendatang  yang  bekerja  di  sektor  informal  dengan  tingkat 

persaingan ekonomi yang  tinggi  tumbuh menjadi  individu‐individu yang kurang 

memiliki atau bahkan tidak memiliki empati terhadap pihak  lain. Hal  ini terlihat 

ketika mereka mulai menempati lingkungan di wilayah bantaran Sungai Ciliwung 

biasanya  kurang  peduli  dengan  aturan  kependudukan,  sehingga  sangat  jarang 

diantara mereka yang terdaftar sebagai penduduk.   

Fenomena  lainnya dapat dilihat pada bangunan tempat tinggal yang tidak 

memperhatikan kaidah‐kaidah lingkungan serta perilaku buang sampah ke badan 

sungai.  Berbagai  himbauan  yang  dilakukan  oleh  pihak  kelurahan  kurang 

ditanggapi serius termasuk dalam peringatan dini akan datangnya bahaya banjir. 

Budaya kurang empati  ini  semakin  jelas mucul ketika mereka berada di  tenda‐

tenda penampungan yang dibangun pemerintah daerah. Beban kelurahan dalam 

menyediakan  keperluan  di  tenda  penampungan  seperti memasak  tidak  dapat 

dibagikan kepada pengungsi.  

Pengungsi  yang  sebagian  penjual  nasi  goreng,  gorengan  lebih 

mementingkan  memasak  dan  mempersiapkan  kegiatan  berdagang  daripada 

berbagi pekerjaan dengan aparat kelurahan di tenda‐tenda penampungan. 

Low Participation 

 Partisipasi  semua  pihak  dalam  menangani  berbagai  masalah  di  tenda‐

tenda  penampungan  semestinya  dapat  berlangsung  sinergis  terutama  antara 

aparat kelurahan dengan warganya. Akan  tetapi hal  itu  tidak  terwujud, karena 

tingkat  partisipasi  masyarakat  pendatang  yang  ditampung  di  tenda‐tenda 

penampungan tingkat partisipanya sangat rendah.  

Hal  ini semakin mempertajam budaya  low empathy yang telah disinggung 

di  atas.  Selama  masyarakat  pendatang  terutama  para  migran  sirkuler  masih 

memperlakukan  tempat  tinggal  barunya  hanya  sebatas  untuk  urusan  ekonomi 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 24 -

saja maka rasa memiliki dan kepedulian terhadap penanganan banjir akan tetap 

rendah.  

Akibatnya pemerintah daerah selalu dipandang harus menjadi penyelamat 

dan tempat mereka bergantung. Kebijkan Pemeritan Provinsi DKI Jakarta dalam 

tata  ruang  dan wilayah menurut  berbagai  pihak  termasuk masyarakat  korban 

banjir ditenggarai sebagai salah satu penyebab masalah terbesar dalam bencana 

banjir di DKI Jakarta.  

Rational Society 

 Masyarakat  yang  berada  dalam  tingkat  persaingan  tinggi  dalam 

memperoleh  nafkah  cenderung  akan  melahirkan  masyarakat  yang  sangat 

rasional.  Kerangka  budaya  rasional  dalam  hal  ini  merupakan  implikasi  dari 

orientasi  masyarakat  yang  seluruhnya  ditujukan  untuk  kepentingan  ekonomi, 

sehingga semuanya akan dihitung berdasarkan nilai‐nilai untung dan rugi.  

Penduduk yang tinggal di Wilayah Bantaran Sungai Ciliwung sebagian besar 

merupakan  masyarakat  rasional  yang  sangat  berorientasi  pada  ekonomi 

terutama untuk pemenuhan konsumsi keluarga.  

2.3. Indikasi Permasalahan 

Permasalahan banjir yang terjadi di Wilayah Sungai Ciliwung pada dasarnya 

merupakan  akibat  dari  permasalahan‐permasalahan  yang  saling  terkait  dan 

kompleks. Adapun indikasi permasalahan tersebut, meliputi: 

a. Kondisi  iklim yang semakin tahun mengalami peningkatan curah hujan, 

sedangkan  pada  Daerah  Aliran  Sungai  (DAS)  Ciliwung  mengalami 

perubahan peruntukan  lahan yang semula banyak daerah resapan saat 

ini berubah menjadi permukiman dan daerah urban.  

b. Pada  beberapa  lokasi  di  alur  sungai  (khususnya  daerah  hilir)  terjadi 

pendangkalan  dan  penyempitan  sehingga  menyebabkan  kapasitas 

tampungan Sungai Ciliwung berkurang.  

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 25 -

c. Pada  beberapa  lokasi  di  Sungai  Ciliwung  (pada  daerah  hulu  Pintu  Air 

Manggarai)  terdapat  beberapa  belokan  sungai  (meandering)  yang 

menyebabkan kurang lancarnya aliran air banjir pada Kali Ciliwung.  

d. Adanya alih  fungsi bantaran  sungai  (dimanfaatkan untuk permukiman, 

industri,  dan  usaha  perkantoran)  sehingga  memperkecil  penampang 

basah kali dan menghambat aliran air.  

e. Kondisi  saluran‐saluran  drainasi  kota  yang  kurang  maksimal  karena 

dipenuhi sampah, sehingga pada saat hujan besar datang, genangan air 

cepat terbentuk.  

f.   Digunakannya  bantaran  di  dalam  garis  sempadan  Sungai  Ciliwung 

sebagai permukiman (squatter) yang menyebabkan terhambatnya aliran 

sungai pada saat banjir.  

Berdasarkan wawancara singkat yang dilakukan oleh lembaga independent 

kepada  penduduk  sekitar  bantaran  sungai  didapati  sebab‐sebab  digunakannya 

bantaran sungai sebagai tempat tinggal, diantaranya sebagai berikut :  

Tersedianya  air  bagi  kehidupan  sehari‐hari  walaupun  secara  kualitas 

kurang higienis.  

Tersedianya air untuk usaha perekonomian.  

Lahan tersebut dianggap “Tidak Bertuan”.  

Tempat buangan limbah (padat & cair) yang luas dan bebas.  

Bencana “Banjir” dianggap sebagai “Dinamika Hidup” tahunan yang harus 

diterima sebagai resiko. 

Kondisi  lokasi Sungai Ciliwung saat  ini sangat memprihatinkan, berikut  ini 

adalah dokumentasi kondisi Sungai Ciliwung saat ini : 

 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 26 -

Gambar 2.3. Foto‐foto kondisi Sungai Ciliwung saat ini 

 

Kondisi  di  hulu  Pintu  Air  Manggarai 

yang  banyak  sampah  yang 

menghambat  aliran  pada  Sungai 

Ciliwung. 

 

 

Kondisi alur sungai sebelah kiri sungai 

sebelum  Pintu  Air  Manggarai 

(Jembatan  Manggarai)  dimana  pada 

belokan  dalam  alur  Sungai  Ciliwung 

terjadi  sedimentasi  yang  besar  dan 

mengurangi  kapasitas  tampungan 

sungai.  

 

 

Kondisi alur sungai sebelah kiri sungai 

sebelum  Pintu  Air  Manggarai 

(Jembatan  Manggarai)  dimana  pada 

belokan  dalam  alur  Sungai  Ciliwung 

terjadi  sedimentasi  yang  besar  dan 

mengurangi  kapasitas  tampungan 

sungai.  

 

Sedimentasi alur sungai

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 27 -

Gambar 2.3. Foto‐foto kondisi Sungai Ciliwung saat ini (lanjutan) 

 

Informasi  tinggi muka air banjir pada 

februari  2007  berdasarkan 

wawancara singkat dengan penduduk 

sekitar di daerah Manggarai. 

 

 

Kondisi  bantaran  sebelah  kanan  dan 

kiri  Sungai  Ciliwung  di  daerah 

Kampung  Melayu,  dimana  pada 

bantaran  sungai  dimanfaatkan 

sebagai  permukiman  yang  padat, 

sehingga  menghambat  aliran  sungai 

pada saat musim penghujan. 

Tampak  juga  longsoran  tebing sungai 

yang  menyebabkan  pendangkalan 

alur sungai.  

 

 

Kondisi alur sungai sebelah kiri sungai 

di  daerah  Kampung  Melayu  dimana 

pada  bantaran  sungai  dimanfaatkan 

sebagai  permukiman  padat  sehingga 

menghambat  aliran  sungai pada  saat 

musim penghujan.  

 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 28 -

Gambar 2.3. Foto‐foto kondisi Sungai Ciliwung saat ini (lanjutan) 

 

Kondisi sebelah kanan dan kiri Sungai

Ciliwung di daerah Kebon Baru/Bukit 

Duri  yang  mengalami  pendangkalan 

alur sungai. 

 

 

Kondisi  alur  sungai  sebelah  kanan 

Sungai  Ciliwung  di  daerah  Cililitan 

dimana terdapat banyak sampah yang 

menghambat  dan  mengurangi 

kapasitas tampungan sungai.  

 

 

Kondisi  permukiman  yang  berhimpit 

dengan  Sungai  Ciliwung  sebelah 

kanan sungai di daerah kompleks DPR 

Kalibata  dengan  beda  elevasi  yang 

cukup  besar,  dan merupakan  daerah 

genangan  bila  musim  penghujan 

turun.  

 

Tinggi muka air banjir

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 29 -

Gambar 2.3. Foto‐foto kondisi Sungai Ciliwung saat ini (lanjutan) 

 

Kondisi  tebing  Sungai  Ciliwung 

sebelah  kiri  sungai  yang  rawan 

Longsor  di  daerah  Kompleks  DPR 

Kalibata,  yang  saat  ini  sedang 

ditangani  dengan  pemasangan  turap 

tiang pancang baja.  

 

 

Kondisi  alur  sungai  di  Kelurahan 

Pondok  Cina  Kecamatan  Beji  Kota 

Depok,  tampak  bantaran  belum 

dipenuhi permukiman.  

 

 

Kondisi  salah  satu  saluran drainasi di 

Kelurahan  Pondok  Cina  Kecamatan 

Beji  Kota  Depok,  dan  beberapa 

saluran  lain  di  lokasi  pekerjaan  yang 

umumnya  dipenuhi  sampah  dan 

menghambat aliran menuju ke badan 

sungai.  

 

(Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane) 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 30 -

2.4. Daerah Genangan 

Berdasarkan  data  dari  Balai  Besar  Wilayah  Sungai  Ciliwung  Cisadane 

Direktorat  Jenderal  Sumber  Daya  Air,  Depertemen  Pekerjaan  Umum,  bahwa 

daerah rawan banjir di Wilayah Sungai Ciliwung adalah: 

1. Wilayah  Jakarta  Selatan, meliputi: Mampang,  Tegal  parang,  Pejaten, 

Tebet, Bukit Duri, Kebun Baru. 

2. Wilayah  Jakarta  Timur,  Meliputi:  Kampung  Melayu,  Bidaracina, 

Jatinegara, Cipinang Muara. 

Kedalaman  genangan    di  semua  lokasi  relatif  sama,  yaitu  sekitar  0.5 m 

sampai  1.5  m,  dengan  lama  genangan  hingga  mencapai  3  hari.    Peta  lokasi 

daerah genangan Sungai Ciliwung dapat dilihat pada Gambar 2.7. di bawah ini. 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 31 -

 

 

 (Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane)  

Gambar 2.4. Peta Daerah Rawan Banjir Sungai Ciliwung 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 32 -

                (Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane)  

Gambar 2.5. Peta Daerah Rawan Genangan  

Luapan Banjir Akibat Luapan

SungaiCiliwung

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 33 -

Tabel 2.9.        

Dampak Banjir Sungai Ciliwung Februari 2007                                                                     

Wilayah Area Genangan

2 - 9 Februari 2007 Jakarta Selatan Mampang, Tegal Parang, Pejaten, Tebet, Bukit Duri, Kebun Baru,

Jakarta Selatan mengalami kerusakan jalan mulai dari lubang kecil, lubang besar hingga pengelupasan kulit aspal mencapai 9.220 m3.72 unit rumah hanyut di daerah Kampung Melayu

Jakarta Timur Jakarta Timur mengalami kerusakan jalan mulai dari lubang kecil, lubang besar hingga pengelupasan kulit aspalmencapai 11.090 m3.1.500 unit rumah hanyut dan rusak di Jakarta Timur, yang terparah di Kecamatan Jatinegara dan Cakung.Rumah yang hanyut :5 unit rumah hanyut di daerah Bidaracina.15 unit rumah hanyut di daerah Bale Kambang.14 unit rumah hanyut di daerah Cawang.4 unit rumah hanyut di daerah Cililitan.Rumah yang rusak :16 unit di Bidaracina.42 unit di Bale Kambang.51 unit di Cawang.10 unit di Cililitan.14 unit di Pasar Rebo49 unit di Makasar.485 unit di Cakung.50 unit di Cipinang Besar Selatan.3 unit di Cipinang Besar Utara.

Kampung Melayu, Bidaracina, Jatinegara, Cipinang Muara

TanggalLokasi

Kerusakan Akibat Banjir dan Genangan

 (Sumber : BPSDA Ciliwung Cisadane) 

 

 

Gambar 2.6. Genangan di Daerah Jatinegara Saat Banjir Februari 2007 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 34 -

2.5. Penanganan Kasus 

Setelah mengetahui kronologis permasalahan banjir yang terjadi di Wilayah 

Sungai Ciliwung ini, maka selanjutnya perlu dilakukan langkah penanganan kasus, 

dengan beberapa paket, yaitu : 

 

a. Paket 1 

  Pada paket 1  ini, direncanakan pengendalian banjir dengan  cara 

Normalisasi Sungai Ciliwung sepanjang ±40 km yang dimulai dari Pintu 

Air Manggarai  Jakarta  ke  arah  hulu  sampai  dengan  Kota  Depok  dan 

Kabupaten Bogor dan perencanaan kembali Pintu Air Manggarai Jakarta. 

Dalam  perencanaan  normalisasi  sungai  ini menggunakan  permodelan 

dengan program software HEC‐HMS untuk hitungan hodrologi dan HEC‐

CRAS  untuk  hitungan  hidrolika.  Tetapi  pokok  pembahasan  dalam 

Laporan Tugas Akhir  ini  lebih ditekankan pada Sta 165‐705, yaitu awal 

perencanaan  adalah mulai  STA 165, di mana merupakan  titik  rencana 

lokasi pelimpah sungai menuju gorong – gorong, sampai STA 705.. 

b. Paket 2 

  Pada paket  ini, diplih apabila pada paket 1, permodelan melalui 

HEC‐CRAS design rencana tetap meluap atau banjir, sehingga pada paket 

ini  mencoba  memberikan  pilihan  dengan  mengurangi  debit  banjir 

melalui pembuatan sudetan yang berada pada Sta 165 Sungai Ciliwung, 

dimana  sudetan  tersebut  akan  dibuat  dibawah  jalan  raya  yang  akan 

bermuara  di  saluran  Banjir  Kanal  Barat,  sudetan  ini  berupa  gorong‐

gorong  (deep  tunnel)  berbentuk  lingkaran,  tetapi  pada  paket  ini  tidak 

dilakukan  perencanaan  teknis  gorong‐gorong  tersebut.  Disini  hanya 

disebutkan  berapa  banyak  debit  banjir  yang  akan  dialirkan  melalui 

sudetan  ini menuju  saluran  Banjir  kanal  Barat.  Sehingga  debit  banjir 

yang  akan  menuju  Pintu  Air  Manggarai  berkurang.  Dengan  adanya 

sudetan  ini perencanaan normalisasi  sungai  tidak banyak memerlukan 

GAMBARAN WILAYAH STUDI 

Pengendalian Banjir Sungai Ciliwung STA 165 – STA 705   - 35 -

lahan  sehingga  aspek  sosial  bisa  ditekan  seminimal mungkin.  Seperti, 

mengurangi  penggusuran  pemukiman  penduduk  yang  berada  di 

samping  Sungai  Ciliwung.  Selain  itu  juga  ada  pemikiran  tentang 

dibuatnya  peraturan    daerah  mengenai  perizinan  untuk  setiap 

pembangunan pemukiman atau bangunan baru harus dilengkapi dengan 

sumur  resapan,  agar  debit  banjir  untuk  tahun  mendatang  tidak 

bertambah  secara  drastis.  Rencana  lokasi  Deep  Tunnel  dapat  dilihat 

pada peta di bawah ini: 

 

Gambar 2.7. Peta Rencana Lokasi Gorong – Gorong (Deep Tunnel )