retinoblastoma fix
TRANSCRIPT
Blok 19 : Sistem Indera
Makalah Review Jurnal
”Retinoblastoma”
OLEH
Kelompok ...
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Nusa Tenggara Barat
2012
Makalah Review JurnalRetinoblastoma
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat
hidayah-Nya, Review Jurnal ini dapat diselesaikan, sebagai hasil rangkuman dari beberapa
jurnal yang telah tercantum dalam daftar pustaka.
Materi yang akan dibahas pada review jurnal ini bertema “Retinoblastoma”. Materi
yang diangkat sangat tepat dan sesuai dengan blok ini, sehingga penyusun dapat berpikir
sistematis dalam pembahasannya. Pembahasannya akan menyangkut mulai dari etiologi,
patofisiologi hingga penatalaksaan Retinoblastoma.
Mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kesalahan, baik dalam hal
penulisan maupun materi yang disampaikan. Untuk itu, di mohon kritik serta saran yang
membangun agar penyusun dapat memperbaikinya pada kesempatan selanjutnya. Penyusun
berharap laporan ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat positif bagi pembaca.
Mataram, September 2012
Penyusun
2
Makalah Review JurnalRetinoblastoma
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................... 2
Daftar Isi ………………………………………………………… 3
I. Pendahuluan ………………………………………………………… 4
II. Pembahasan
II.1. Definisi ………………………………………………………… 6
II.2. Insidensi ………………………………………………………… 6
II.3. Patofisiologi ………………………………………………………… 6
II.4. Manifestasi Klinis ………………………………………………………… 8
II.5. Diagnosis ………………………………………………………… 8
II.6. Stadium Tumor ……………………………………………………....... 11
II.6. Tatalaksana ………………………………………………………… 12
II.7. Prognosis ………………………………………………………… 14
III. Penutup
Simpulan ………………………………………………………... 16
Daftar Pustaka ………………………………………………………… 17
3
Makalah Review JurnalRetinoblastoma
Pendahuluan
4
Makalah Review JurnalRetinoblastoma
Pembahasan
DEFINISI
Retinoblastoma merupakan keganasan intraocular khususnya sel retina yang biasa ditemukan
pada anak. Tumor ini berasal dari delesi gen retinoblastoma, pada kromosom 13, yang
bertugas mengkode protein dimana protein tersebut berperan dalam anti-oncogene atau
supresor tumor (Saleh Al-Mesfer, 2006).
INSIDENSI
Retinoblastoma merupakan 4 persen dari semua keganasan pada anak dan sekitar 1 persen
dari semua keganasan pada manusia . Di amerika sekitar 250 sampai 350 kasus baru
retinoblastoma yang terdiagnosis tiap tahunnya dan sekitar 5000 sampai 8000 kasus di dunia
(Saleh Al-Mesfer, 2006). Retinoblastoma merupakan suatu penyakit congenital. Biasanya
muncul pada usia 1 – 2 tahun.
Retinoblastoma ada pada 1 dari 15,000- 20,000 kelahiran. Diperkiran satu dari tiga
atau satu dari empat anak akan mengalami retinoblastoma pada keluarga yang memiliki
riwayat retinoblastoma.
ETIOLOGI
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak pada lengan panjang
kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode protein pRB, yang berfungsi sebagai supresor
pembentukan tumor. pRB adalah nukleoprotein yang terikat pada DNA (Deoxiribo Nucleid
Acid) dan mengontrol siklus sel pada transisi dari fase G1 sampai fase S. Jadi mengakibatkan
perubahan keganasan dari sel retina primitif sebelum diferensiasi berakhir
Retinoblastoma normal yang terdapat pada semua orang adalah suatu gen supresor
atau anti-onkogen. Individu dengan penyakit yang herediter memiliki satu alel yang
terganggu di setiap sel tubuhnya, apabila alel pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh
mengalami mutasi spontan, terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit yang nonherediter,
kedua alel gen Retinoblastoma normal di sel retina yang sedang tumbuh diinaktifkan oleh
mutasi spontan.
5
Makalah Review JurnalRetinoblastoma
PATOFISIOLOGI
Kira-Kira 35-40% pasien dengan retinoblastoma mempunyai “germline form” dimana
penyakit ini lebih dikaitkan dengan adanya faktor genetik yang berperan (autosomal
dominant transmission). Pada intinya kanker disebabkan oleh adanya mutasi gen spesifik.
Knudsen, mengatakan bahwa pada pada retinoblastoma yang disebabkan karena
adanya peran herediter, terjadi karena pada dasarnya ada mutasi pada germline yang harus
diikuti dengan mutasi pada sel retina. Dengan tingkat mutasi spontan selama perkembangan
retinal, kemungkinan second mutasi Rb allele lainnya di sedikitnya satu retinoblast sangat
tinggi, sehingga kecenderungan untuk terjadinya berbagai tumor, artinya resiko untuk
mengalami kanker lainnya meningkat. Hal ini berbeda apabila retinoblastoma yang non
herediter terjadi hanya jika kedua alel pada Rb gen mengalami mutasi pada retinoblast yang
sama selama perkembangannya, dan resiko untuk sistemik tumor tidak ada.
Pada intinya telah ditemukan bahwa Rb gen yang berperan dalam terjadinya
retinoblastoma yaitu adanya mutasi pada kromosom 13q14.
Ternyata memang Rb protein memegang peranan sentral dalam meregulasi
pembelahan sel dan ini sering tidak aktif pada banyak kanker. Diketahui bahwa Rb protein
terdapat dalam 2 bentuk yakni active hypophosphorylated form dan inactive
hyperphosphorylated form. Ketika aktif, Rb protein akan menghentikan sikulus pembelahan
sel dengan memblok ekspresi gen yang berperan dalam pembentukan DNA dan pembelahan
sel. Namun jika Rb protein hiperforforilasi maka akan meningkatkan terjadinya pembelahan
sel. Namun pada keadaan fisiologis, jika Cyclindependent kinases memfosforilasi Rb protein
pembelahan sel dapat diperbolehkan pada keadaan tertentu saja. Pada kanker, kinase ini
abnormal sehingga menginaktivasi Rb protein. Contohnya pada mutasi dari tumor supression
p16INK4a (normal: inhibisi cyclindependent kinases). Namun, pada dasarnya pada
retinoblstoma hilangnya Rb gen saja dapat menyebabkan terjadinya tumor tanpa mutasi pada
gen lain (p53).
MANIFESTASI KLINIS
Umumnya terlihat pada usia 2 sampai dengan 3 tahun, sedangkan pada kasus yang diturunkan
rnelalui genetik gejala klinis dapat muncul lebih awal
1. Leukokoria
6
Makalah Review JurnalRetinoblastoma
Merupakan gejala klinis yang paling sering ditemukan pada retinoblastoma
intraokuler yang dapat mengenai satu atau kedua mata. Gejala ini sering disebut
seperti "mata kucing". Hal ini disebabkan oleh refleksi cahaya dari tumor yang
berwarna putih di sekitar retina. Warna putih mungkin terlihat pada saat anak melirik
atau dengan pencahayaan pada waktu pupil dalam keadaan semi midriasis.
2. Strabismus
Merupakan gejala dini yang paling sering ditemukan setelah leukokoria. Strabismus
ini muncul bila lokasi tumor di daerah makula sehingga mata tidak dapat terfiksasi.
Strabismus dapat juga terjadi apabila tumornya berada di luar makula tetapi massa
tumor sudah cukup besar.
3. Mata merah
Gejala ini sering berhubungan dengan glaukoma sekunder yang terjadi akibat
retinoblastoma. Jika glaukoma terjadi maka dapat diduga sudah terjadinya invasi ke
nervus optikus. Selain glaukoma, mata merah dapat pula dikarenakan adanya
inflamasi akibat nekrosis yang terjadi pada tumor.
4. Buftalmus
Merupakan gejala klinis yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler
akibat tumor yang bertambah besar.
5. Pupil midriasis
Terjadi karena adanya gangguan pada saraf parasimpatis oleh tumor
6. Proptosis
Dapat terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler dan ekstraokuler
DIAGNOSIS
Diagnosis pasti pada anak dengan suspek retinoblastoma didapatkan dengan melakukan
anamnesis secara detail, pemeriksaan fisik, pemeriksaan oculi eksterna, biomikroskopi slit
lamp, ophthalmoscopy binokuler indirek dengan melekukan sclera. Pemeriksaan ini biasanya
dilakukan dengan bantuan dari dokter anastesi ( Examination under anesthesia / EUA ) untuk
menetukan secara tepat jumlah dan lokasi dari semua tumor. Diagnosis ditegakkan dengan
tampakan klasik dari tumor retina yang dilakukan oleh pemeriksa yang sudah berpengalaman.
Konfirmasi dengan FNAB jarang dilakukan. Studi diagnostik tambahan dapat membantu
dalam mengkonfirmasikan diagnosis retinoblastoma. Fluorescein angiography menunjukkan
vaskularisasi awal dan akhir dari hyperfluorescence tumor. Ultrasonografi dan computed
7
Makalah Review JurnalRetinoblastoma
tomography dapat menunjukkan tumor intraokular dan mungkin mendeteksi kalsium dalam
massa. Sekitar 5% sampai 10% dari retinoblastomas tidak menunjukkan kalsifikasi intrinsik.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) biasanya tidak mendeteksi kalsium tetapi mungkin nilai
dalam penilaian saraf optik, orbit, dan otak. Tomografi koherensi optik telah ditemukan
berguna dalam deteksi retinoblastoma kistik yang mungkin menunjukkan kurang respon
dramatis terhadap kemoterapi, dan juga membantu dalam tindak lanjut dari pasien untuk
menilai anatomi makula. Jika seorang dokter yang tidak sepenuhnya familiar dengan
retinoblastoma sedang memikirkan penggunaan chemoreduction untuk anak dengan
kemungkinan retinoblastoma, atau bahkan biopsi jarum atau diagnostik vitrectomy,
sebaiknya berkonsultasi dengan seorang ahli onkologi okular berpengalaman.
GAMBARAN HISTOLOGI
Khas gambaran histopatologis Retinoblastoma yang biasanya dijumpai adanya Flexner-
Wintersteiner rosettes dan gambaran fleurettes yang jarang. Keduanya dijumpai pada derajat
terbatas pada diferensiasi sel retina. Homer-Wright rosettes juga seing dijumpai tapi kurang
spesifik untuk Retinoblastoma karena sering juga dijumpai pada tumor Neuroblastik lain.
Kalsifikasi luas biasa dijumpai.
Tumor terdiri dari sel basophilic kecil ( Retinoblast), dengan nukleus hiperkhromotik
besar dan sedikit sitoplasma. Kebanyakan Retinoblastoma tidak dapat dibedakan, tapi
macam-macam derajat diferensiasi Retinoblastoma ditandai oleh pembentukan Rosettes,
yang terdiri dari 3 tipe :
1. Flexner-wintersteiner Rosettes, yang terdiri dari lumen central yang dikelilingi oleh
sel kolumnar tinggi. Nukleus sel ini lebih jauh dari lumen.
2. Homer-Wright Rosettes, rosettes yang tidak mempunyai lumen dan sel terbentuk
mengelilingi masa proses eosinophilik
3. Flerettes adalah fokus sel tumor, yang mana menunjukkan differensiasi fotoreseptor,
kelompok sel dengan proses pembentukan sitoplasma dan tampak menyerupai
karangan bunga.
PENATALAKSANAAN
8
Makalah Review JurnalRetinoblastoma
Pengobatan retinoblastoma ialah enukleasi bulbi yang disusul dengan radiasi. Apabila
retinoblastoma sudah meluas sampai ke jaringan orbita maka dilakukan eksenterasi orbita
disusul dengan radiasi dan bila diberikan kemoterapi (Ilyas dkk, 2006).
Harus dilakukan pemantauan teratur pada anak yang menderita retinoblastoma dan
keturunan berikutnya. Konseling genetik harus ditawarkan dan anak dengan orang tua yang
pernah mengalami retinoblastoma harus diawasi sejak bayi (James dkk, 2006).
Bila tumor masih terbatas intraokular, pengobatan dini mempunyai prognosis yang
baik. Tergantung dari letak, besar, dan tebal,pada tumor yang masih intraokular dapat
dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser
untuk mempertahankan visus. Pada tumor intraokular yang sudah mencapai seluruh vitreus
dan visus nol, dilakukan enukleasi. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas
dirongga orbita, dilakukan kombinasi eksentrasi, radioterapi, dan kemoterapi. Pasien harus
terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90% pasien retinoblastoma bilateral akan menderita
tumor ganas primer, terutama osteosarkoma (mansjoer, 2005).
a. Terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1. Enukleasi mengangkat bola mata dan diganti dengan bola mata prothese (buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi ini
sangat efektip. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar laser ini sangat efektip pada ukuran kanker
yang kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker ukuran
kecil terapi ini berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan
ukuran kanker.
Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :
1. Ukuran kanker & lokasi kanker
2. Apakah sudah menjalar atau belum
3. Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
4. Adanya komplikasi
9
Makalah Review JurnalRetinoblastoma
5. Riwayat keluarga
6. Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas.
b. Pembedahan
1. Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler ialah
dengan mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik sepanjang
mungkin.
2. Eksentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke jaringan orbita
ialah dgn mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periostnya
3. Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa–sisa sel tumor
Berdasarkan ukuran tumor, penatalaksanaan dibagi menjadi :
a. Tumor kecil
Ukuran tumor kecil dari dua diameter papil nervus optikus tanpa infiltrasi ke korpus
vitrous atau sub retinal. Dapat dilakukan fotokoagulasi laser, termoterapi, krioterapi,
dan kemoterapi.
b. Tumor medium
1. Brakiterapi untuk tumor ukuran kecil dari 8 diameter papil nervus optikus
terutama yang tidak ada infiltrasi ke korpus vitreous, dan juga dipergunakan untuk
tumor-tumor yang mengalami regresi.
2. Kemoterapi
3. Radioterapi. Sebaiknya hal ini dihindarkan karena komplikasinya dapat
menimbulkan katarak, radiasi retinopati.
c. Tumor besar
1. Kemoterapi untuk mengecilkan tumor dan ditambah pengobatan lokal seperti
krioterapi dan fotokoagulasi laser yang bertujuan untuk menghindarkan enukleasi
dan radioterapi. Tindakan ini juga memberikan keuntungan apabila terdapat tumor
yang kecil pada mata di sebelahnya.
2. Enukelasi bulbi dilakukan apabila tumor yang diffuse pada segmen posterior bola
mata yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya rekurensi.
d. Tumor yang sudah meluas ke jaringan ekstraokulimaka dilakukan eksenterasi dan
diikut dengan kemoterapi dan radioterapi.
e. Tumor yang sudah bermetastasis jauh hanya diberikan kemoterapi saja.
10
Makalah Review JurnalRetinoblastoma
KOMPLIKASI
Retinoblastoma secara keseluruhan merupakan penyakit tumor yang jarang ditemukan
(American Cancer Society), namun retinoblastoma merupakan tumor intraokuler yang paling
sering terjadi pada anak-anak (Faridah, 2012). Jika tumor retinoblastoma tidak diobati,
mereka dapat terus tumbuh dan dapat mendesak bola mata. Sel dapat melepaskan diri dari
tumor induk pada retina dan masuk ke vitreous untuk mencapai bagian lain dari mata, di
mana mereka dapat membentuk lebih banyak tumor.
Kebanyakan retinoblastomas ditemukan dan diobati sebelum mereka telah menyebar
di luar bola mata. Tetapi sel retinoblastoma kadang-kadang bisa juga menyebar ke bagian lain
dari tubuh. Sel-sel kadang-kadang dapat tumbuh di sepanjang saraf optik dan mencapai otak.
Sel retinoblastoma juga bisa tumbuh melalui lapisan yang menutupi bola mata dan masuk ke
rongga mata, kelopak mata, dan jaringan terdekatnya. Sekali jaringan luar bola mata itu
terkena, maka kanker kemudian dapat menyebar ke kelenjar getah bening dan organ lainnya
seperti hati, tulang, dan sumsum tulang (American Cancer Society).
PROGNOSIS
Berdasarkan terapi, dan deteksi awal, maka prognosis dari retinoblastoma ini dapat baik.
Bahkan kombinasi keduanya, telah membuat peningkatan dramatis dalam kelangsungan
hidup secara keseluruhan dan substansial penurunan morbiditas (Kiss et al, 2008). Saat ini
telah ditemukan gen familial yang bertanggung jawab untuk perkembangan retinoblastoma,
yakni RB1. Dengan menskrining gen ini, akan dapat mempercepat penanganan dan terapi
sehingga prognosis akan menjadi baik (Kiss et al, 2008). Baik pengobatan maupun prognosis
untuk retinoblastoma tergantung pada penyebaran (spread), atau tahap (stage) dari tumor.
11
Makalah Review JurnalRetinoblastoma
Penutup
SIMPULAN
12
Makalah Review JurnalRetinoblastoma
Daftar Pustaka
Rahman A., 2008. Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Retinoblastoma. Medical Journal of
Andalas University. Universitas Andalas.
Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. FKUI. Jakarta. 2006.
James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes: Oftalmologi. Edisi kesembilan. Jakarta: Erlangga,
2006.
13