retensi urin

18
STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. M Umur : 25 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SD Jenis kelamin : Perempuan Status : Menikah Agama : Islam Alamat : Cibitung Tanggal pemeriksaan : 2 – 8- 2014 Tanggal Masuk RS : 1 - 8- 2014 II. ANAMNESA Keluhan Utama : Buang air kecil sedikit semenjak habis melahirkan Riwayat Penyakit Sekarang : Os mengaku habis melahirkan pada tanggal 12 juli 2014, ditolong oleh bidan. Os mengeluh buang air kecil sedikit-sedikit sejak habis melahirkan. Terasa ingin buang air kecil banyak namun yang keluar sedikit dan perasaan tidak puas Saat buang air kecil tidak disertai rasa nyeri, terkadang terasa panas. Kemudian di pasang selang oleh bidan sudah sejak 2 hari yang lalu, keluar air 1

Upload: irmapuspitasari

Post on 04-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

urin

TRANSCRIPT

STATUS PASIENI. IDENTITAS PASIEN

Nama: Ny. MUmur: 25 tahunPekerjaan: Ibu Rumah TanggaPendidikan: SDJenis kelamin : PerempuanStatus : MenikahAgama: IslamAlamat: CibitungTanggal pemeriksaan : 2 8- 2014Tanggal Masuk RS: 1 - 8- 2014

II. ANAMNESAKeluhan Utama : Buang air kecil sedikit semenjak habis melahirkanRiwayat Penyakit Sekarang :Os mengaku habis melahirkan pada tanggal 12 juli 2014, ditolong oleh bidan. Os mengeluh buang air kecil sedikit-sedikit sejak habis melahirkan. Terasa ingin buang air kecil banyak namun yang keluar sedikit dan perasaan tidak puas Saat buang air kecil tidak disertai rasa nyeri, terkadang terasa panas. Kemudian di pasang selang oleh bidan sudah sejak 2 hari yang lalu, keluar air seni berwarna kuning keruh dan ada kemerahan seperti darah. Tidak ada demam, pusing, nyeri ulu hati,dan mual. BAB norma tidak ada keluhan.

Riwayat obstetri :

NoTahun PartusTempat PartusUmur HamilJenis PersalinanPenolong PersalinanPenyulitBB/JKKeadaan Anak

1.2003Bidan9 bulanPervaginam Bidan3000 gr/Pr

2.12 hariBidan9 bulanPervaginam Bidan3400 gr/ Pr

Riwayat menikah:Menikah 1 kali, saat usia 14 tahun dan suami 19 tahunHPHT: Tidak ingatTP: -ANC: Setiap bulan periksa ke bidan KB terakhir: KB suntik, lama 3 bulan

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan UmumKesadaran: Compos mentisTekanan Darah : 120/80 mmHgNadi: 80 x / menitRespirasi: 20 x / menitSuhu: 36,50 CBB/TB: 80 kg

B. Status GeneralisKulit : Warna Cokelat, agak lembabKepala dan leher: Rambut : HitamMata: Conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Refleks pupil postif normal (+/+) pupil isokorHidung: Normal, Septum nasi simetris, tidak ada lendir ataupun darah yang keluar dari kedua rongga hidungMulut : Simetris, stomatits (-) , sianosis (-)Gigi: NormalPharinx: T1-1 Faring hiperemis (-/-)

Telinga: Kedua telinga simetris, discharge -/-Leher: Pembesaran nnll -/-, dalam batas normal Dada:Inspeksi: Simetris, tidak tampak ada bagian dada yang tertinggal saat bernafasPalpasi : stem fremitus kanan = kiri, tidak ada bagian dada yang tertinggal saat bernafasPerkusi: Sonor di seluruh lapang paruAuskultasi: Suara dasar vesikular Suara tambahan : Ronki -/- Wheezing -/-Jantung:Inspeksi: Ictus Cordis tidak tampakPalpasi: Ictus Cordis tidak teraba di SIC V, 2 cm di Linea Midclavicula SinistraPerkusi: Konfigurasi jantung dalam batas normalAuskultasi: Bunyi jantung I II Normal Bising (-) Gallop (-)Abdomen:Inspeksi: CembungAuskultasi: Bising usus (+) Normal frekuensi : 8 kali /menitPalpasi: - Tidak terdapat nyeri tekan -Tidak ada Hepatomegali -Tidak ada SplenomegaliPerkusi : Pekak Alih -/- Pekak Sisi dalam batas normal Ekstremitas: Dalam batas normalSuperiorInferiorOedem -/- -/-Sianosis -/- -/-Cap. Refill< 2/< 2< 2/< 2

C. Status NifasInspeksi :1. Kepala/Muka: Cholasma gravidarum (-)2. Thorax: Hiperpigmentasi areola mamae (+), papilla mamae (+) Papila mammae menonjol, colostrum (-)3. Abdomen : Cembung tegang, striae gravidarum (+)

PalpasiTFU: Tidak teraba jelasKontraksi uterus: Tidak teraba jelas

Pemeriksaan luar genitalia :1. Vulva/vagina: Tidak ada kelainan2. Perineum: Tidak ada kelainan

Pemeriksaan Penunjang :Hasil laboratoriumPemeriksaan NilaiRujukan

Hemoglobin 10,712,0-16,0 g/dL

Trombosit 548150-450 103/L

Leukosit 6,24,8-1,8 103/L

Hematokrit 31,037,0-47,0 %

Eritrosit3,914,2-5,4 106/L

Pemeriksaan UrinWarnaMerah Kuning

KejernihanKeruh Jernih

Berat Jenis1.0151.013 1.030

Nitrit Positif ( + )Negatif

Protein urin150/3+Negatif (mg/dL)

Glukoa reduksiNormalNegatif (mg/dL)

Keton 5/1+Negatif (mg/dL)

Urobilinogen NormalNormal UE

Eritrosit250/4+Negatif/ L

Lekosit25/1+Negatif / L

IV. RESUMEOs. Perempuan, 25 tahaun. Datang mengaku habis melahirkan pada tanggal 12 juli 2014, ditolong oleh bidan. Os mengeluh buang air kecil sedikit-sedikit sejak habis melahirkan. Saat buang air kecil terkadang terasa panas. Kemudian di pasang selang oleh bidan sudah sejak 2 hari yang lalu, keluar air seni berwarna kuning keruh dan ada kemerahan seperti darah.

V. DIAGNOSISP2A0 post partum 28 hari dengan retensi urin dan susp. Infeksi saluran kemih

VI. RENCANA TINDAKANTerapi Medikamentosa : Uterotonika Urotractin Antibiotik Terapi cairan infus Ringer Laktat

Non medikamentosa : Bladder training Cek residu urinVII. PROGNOSISQuo ad vitam : ad bonamQuo ad functionam: ad bonam

VIII. FOLLOW UP

TanggalCatatan (SOAP)Intervensi

2-8-2014S : Os mengeluh tidak bias BAK semenjak habis melahirkan hingga saat ini, namun sudah di pasang selang. Keluar air kencing berwarna kemerahanSudah 3 kali buang urine @1000 cc

O : TD : 120/80 mmHg N : 72 x / menit Rr : 18 x/ menit Terpasang DC

A : P2A0 Post partum 28 hari dengan retensi urin dan susp. ISK

Th/ urotractin 2 x 1Gastrul 2 x 1

Bladder training

3- 8 - 2014S : Os mengatakan tidak ada keluhan,sudah 4 kali buang urinO : TD : 100/70 mmHg N : 84 x / menitA : P2A0 Post partum dengan retensi urin dan susp. ISKTh/ urotractin 2 x 1Gastrul 2 x 1Cefotaxime 2 x 1

Bladder training, cek residu urin

PEMBAHASANRETENSI URIN POST PARTUM

I. Definisi Retensi urin Retensi urin adalah kesulitan berkemih atau miksi karena kegagalan mengeluarkan urin dari kandung kemih atau akibat ketidak-mampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih sehingga menyebabkan distensi kandung kemih atau keadaan ketika seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dimana dari beberapa literatur lama waktu dari ketidak-mampuan berkemih spontan serta volume residu urin berbeda-beda. Retensi urin dapat dibagi berdasarkan penyebab lokasi kerusakan saraf, yaitu : 1) Supravesikal Berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinalis sakralis S24 dan Th1- L1. Kerusakan terjadi pada saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian atau seluruhnya, misalnya : retensi urin karena gangguan persarafan. 2) Vesikal Berupa kelemahan otot destrusor karena lama teregang, berhubungan dengan masa kehamilan dan proses persalinan, misalnya : retensi urin akibat iatrogenik, cedera/inflamasi, psikis. 3) Infravesikal Berupa kekakuan leher vesika, striktur oleh batu kecil atau tumor pada leher vesika urinaria, misalnya : retensi urin akibat obstruksi. Gejala klinis retensi urin :- Mengedan bila miksi - Rasa tidak puas sehabis miksi - Frekuensi miksi bertambah - Nokturia atau pancaran kurang kuat - Ketidak nyamanan daerah pubis - Distensi vesika urinaria

II. Retensi urin post partum Retensi urin post partum dibagi atas dua yaitu : 1. Retensi urin covert (volume residu urin>150 ml pada hari pertama post partum tanpa gejala klinis) Retensi urin post partum yang tidak terdeteksi (covert) oleh pemeriksa. Bentuk yang retensi urin covert dapat diidentifikasikan sebagai peningkatkan residu setelah berkemih spontan yang dapat dinilai dengan bantuan USG atau drainase kandung kemih dengan kateterisasi. Wanita dengan volume residu setelah buang air kecil 150 ml dan tidak terdapat gejala klinis retensi urin, termasuk pada kategori ini.

1. Retensi urin overt (retensi urin akut post partum dengan gejala klinis)Retensi urin post partum yang tampak secara klinis (overt) adalah ketidak-mampuan berkemih secara spontan setelah proses persalinan. Insidensi retensi urin postpartum tergantung dari terminologi yang digunakan. Penggunaan terminologi tidak dapat berkemih spontan dalam 6 jam setelah persalinan, telah dilakukan penelitian analisis retrospektif yang menunjukkan insidensi retensi urin jenis yang tampak (overt) secara klinis dibawah 0,14%. Sementara itu, untuk kedua jenis retensi urin, tercatat secara keseluruhan angka insidensinya mencapai 0,7%

Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya retensi urin post partum, yaitu : 1. Trauma Intrapartum Trauma intrapartum merupakan penyebab utama terjadinya retensi urin, dimana terdapat trauma pada uretra dan kandung kemih. Hal ini terjadi karena adanya penekanan yang cukup berat dan berlangsung lama terhadap uretra dan kandung kemih oleh kepala janin yang memasuki rongga panggul, sehingga dapat terjadi perlukaan jaringan, edema mukosa kandung kemih se dan ekstravasasi darah di dalamnya. Trauma traktus genitalis dapat menimbulkan hematom yang luas dan meyebabkan retensi urin post partum.

1. Refleks kejang (cramp) sfingter uretra. Hal ini terjadi apabila pasien post partum tersebut merasa ketakutan akan timbul perih dan sakit jika urinnya mengenai luka episiotomi sewaktu berkemih. Gangguan ini bersifat sementara.

1. Hipotonia selama masa kehamilan dan nifas Tonus otot otot (otot detrusor) vesika urinaria sejak hamil dan post partum tejadi penurunan karena pengaruh hormonal ataupun pengaruh obat-obatan anestesia pada persalinan yang menggunakan anestesi epidural.

1. Posisi tidur telentang pada masa intrapartum membuat ibu sulit berkemih spontan.

III. Patofisiologi retensi urin post partum Proses berkemih melibatkan dua proses yang berbeda yaitu : (1) pengisian dan penyimpanan urin, serta (2) pengosongan urin dari kandung kemih. Proses ini sering berlawanan dan bergantian secara normal. Aktivitas otot detrusor kandung kemih dalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf otonom dan somatik.Selama fase pengisian, pengaruh sistem saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah dengan meningkatkan resistensi saluran kemih. Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatan sistem simpatis dari aktivitas kontraksi otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leher kandung kemih dan uretra proksimal.Pengeluaran urin secara normal timbul akibat adanya kontraksi yang simultan dari otot detrusor dan relaksasi sfingter uretra. Hal ini dipengaruhi oleh sistem saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmiter utama yaitu asetilkolin. Penyampaian impuls dari saraf aferen ditransmisikan ke saraf sensoris pada ujung ganglion medulla spinalis di segmen S2 - S4 dan selanjutnya sampai ke batang otak. Impuls saraf dari batang otak menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sakral spinal. Selama fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis sakral dihentikan, sehingga timbul kembali kontraksi otot detrusor.Retensi urin post partum paling sering terjadi akibat dissinergis dari otot detrusor dan sfingter uretra. Terjadinya relaksasi sfingter uretra yang tidak sempurna menyebabkan nyeri dan edema. Sehingga ibu post partum tidak dapat mengosongkan kandung kemihnya dengan baik.

IV. Penanganan retensi urin post partum a. Bladder training Bladder training adalah kegiatan melatih kandung kemih untuk mengembalikan pola normal berkemih dengan menstimulasi pengeluaran urin. Dengan bladder training diharapkan fungsi eliminasi berkemih spontan pada ibu post partum spontan dapat terjadi dalam 2- 6 jam post partum.Ketika kandung kemih menjadi sangat mengembang diperlukan kateterisasi, kateter Foley ditinggal dalam kandung kemih selama 24-48 jam untuk menjaga kandung kemih tetap kosong dan memungkinkan kandung kemih menemukan kembali tonus otot normal dan sensasi. Bila kateter dilepas, pasien harus dapat berkemih secara spontan dalam waktu 2-6 jam. Setelah berkemih secara spontan, kandung kemih harus dikateter kembali untuk memastikan bahwa residu urin minimal. Bila kandung kemih mengandung lebih dari 150 ml residu urin , drainase kandung kemih dilanjutkan lagi. Residu urin setelah berkemih normalnya kurang atau sama dengan 50 ml. Program latihan bladder training meliputi : penyuluhan, upaya berkemih terjadwal, dan memberikan umpan balik positif. Tujuan dari bladder training adalah melatih kandung kemih untuk meningkatkan kemampuan mengontrol, mengendalikan, dan meningkatkan kemampuan berkemih.10 1. Secara umum, pertama kali diupayakan berbagai cara yang non invasif agar pasien tersebut dapat berkemih spontan.

1. Pasien post partum harus sedini mungkin berdiri dan jalan ke toilet untuk berkemih spontan

b. Terapi medikamentosa

Diberikan uterotonika agar terjadi involusio uteri yang baik. Kontraksi uterus diikuti dengan kontraksi kandung kemih. Apabila semua upaya telah dikerjakan namun tidak berhasil untuk mengosongkan kandung kemih yang penuh, maka perlu dilakukan kateterisasi urin, jika perlu lakukan berulang.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, FG, et al. 2013. Obstetri Williams Edisi 23 Volume 1 & 2. Jakarta : EGC Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : PT Bina Pustaka

3