resume fiqh muamalah before uts...menurut jumhur ulama ulama hanafiyah menurut hanafiyah, harta...
TRANSCRIPT
RESUME FIQH MUAMALAH BEFORE UTS
Kuliah 1. Pengantar Fiqh Muamalah
Pengertian Fiqh Muamalah
Secara etimologi memiliki makna yang sama dengan al-mu’afalah yaitu “saling berbuat”
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalammemenuhi kebutuhan masing-masing (Haroen, 2007)
Dalam arti luas: aturan-aturan (hukum-hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi maupun pergaulan sosial. Manusia > Mukallaf (Berakal, baligh, dan cerdas)
Kedudukan Fiqih Muamalah
Al-Qur’anIslam As-Sunnah
Aqidah Syariah AkhlakAl-Qur’anAs-Sunnah
Fiqh +QiasIjma’Ijtihad
Fiqh Ibadah Fiqh Muamalah
Ruang lingkup Muamalah (Ibnu Abidin)
1. Mu’awadhah maliyah(hukum kebendaan)2. Munakahat (perkawinan)3. Mukhasamat( huum acara)4. Amanat dan Ariyah (Pinjaman)5. Tirkah (peninggalan)
Sedang menurut Al-fikri terbagi 2 yaitu
1. Al-muamalah Al Madiyah > Aturan yang ditinjau dari objeknya (haram, halam, atau syubhat untuk diperjualbelikan. Mendatangkan maslahat atau mafsadah )Contohnya : Jual Beli (al-ba’i/al-tijarah), Gadai (al-rahn), Jaminan dan tanggungan(kafalah dan dhaman), Pemindahan utang (al-hiwalah), Jatuh bangkrut (al-taflis),Batasan bertindak (al-hajru),Perseroan atau perkongsian (al-syirkah), Perseroan hartadan tenaga (al-mudharabah), Sewa menyewa (al-ijarah) dll.
2. Al- Muamalah Al- Adabiyah > Aturan yang ditinjau dari subjeknya (Manusia sebagai unsur penegak hak dan kewajiban)
Pelarangan dalam transaksi Keuangan Islam
1
1. Objek transaksi Haram > Babi, darah, khmar2. Cara Transaksi Haram > tadlis, gharar, ihtikar, ba’i najasy, riba, maysir, risywah3. Tidak sah/ lengkap akad transaksinynya
Konsep Harta dalam Fiqih Muamalah
1. Pengertian Harta (Al Maal)
Menurut jumhur ulama Ulama Hanafiyah Menurut Hanafiyah, Harta“Segala sesuatu yang “Segala yang diminati hanya bersifat materi.mempunyai nilai, dan manusia dan dapat dihadirkan Sementara manfaatdikenakan ganti rugi bagi ketika diperlukan, atau segala bersifar milik. Sedangkanorang yang merusak atau sesuatu yang dapat dimiliki, jumhur, Harta termasukmelenyapkannya.” disimpan, dan dimanfaatkan” materi dan manfaat.
2. kedudukan harta
Surat Al-Kahfi: 46 (Harta sebagai perhiasan dunia)
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.......
Surat At-Taghaabun:15 (Harta sebagai cobaan)
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Surat Al-Imran: 14 (Harta Sebagai Sarana Memenuhi Kesenangan)
Surat Al-Baqarah: 262 (Harta Sebagai Sarana Menghimpun Bekal Menuju Akhirat)
3. Fungsi Harta
-Untuk menyempurnakan pelaksaan ibadah yang khas (mahdhah)-Untuk meningkatkan ketakwaan kepada Alah-Untuk menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat-Untuk memutar (men-tasharruf) peran-peran kehidupan -Untuk menumbuhkan silaturahmi
Pemanfataan Harta meliputi : Kepentingan pribadi, memenuhi kewajiban terhadap Allah, dan kepentingan sosial. (landasan ayat ada di PPT)
Imam Al-Ghazali membagi menjadi beberapa jenis harta yang dilindungi oleh Islam (sah menurut agama islam) :
Diambil dari suatu sumber tanpa ada pemiliknya, misal : barang tambang,menggarap lahan yang mati, berburu, mencari kayu bakar, mengambil airsungai, dll.
Diambil dari pemiliknya secara paksa karena adanya unsur halal, misal : harta rampasan.
Diambil secara paksa dari pemiliknya karena ia tidak melaksanakan kewajiban, misal : zakat.
Diambil secara sah dari pemiliknya dan diganti, misal : jual beli dan ikatan perjanjian dengan menjauhi syarat-syarat yang tidak sesuai syariat.
2
Diambil tanpa diminta, misal : harta warisan setelah dilunasi hutang-hutangnya.
4. Pembagian jenis-jenis harta dan konsekuensinya1. Dari segi boleh dan tidaknya memanfaatkannya
Harta Mutaqawwim > Setiap yang digenggam secara nyata dan dibolehkan oleh syara’untuk memanfaatkannya seperti berbagai bangunan atau benda tidak bergerak, barang-barangyang bergerak, makanan dan sebagainya.
Harta Ghair Mutaqawwim > sesuatu yang nyata, dapat digenggam tapi dilarang oleh syarakecuali karena terpaksa (dhorury). Contohnya adalah khamr dan babi untuk seorang Muslim.
Jenis harta KonsekuensiDari Sah dan Menggantitidak sahnya kompensasi ketika
ada kerusakanMutaqawwim Sah menjadi Jika milik orang lain
objek untuk wajib diganti denganseluruh akad yang sama ( bersifat(jual beli, harta mitsli). Kalaugadai,syirkah dll) bersifat harta qimi
maka menggantinilainya
Ghairu Tidak sah Tidak wajib jikaMutaqawwim menjadi objek harta itu milik orang
akad. Jual muslim. Menjadibelinya termasuk wajib diganti ketikabatil dan fasid itu milik non
muslim
Konsekuensi
3
2. Dari segi menetap dan tidaknya di tempatnya
Harta Manqul > Sesuatu yang bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, baik ia tetapdalam bentuk dan kondisinya semula maupun bentuk dan kondisinya berubah akibatdipindahkan. Hal ini mencakup uang, barang-barang perdagangan, berbagai jenis binatang,barang-barang yang bisa diukur dan ditimbang
Harta ‘Aqar > Sesuatu yang tetap dan tidak mungkin dipindahkan sama sekali dari satutempat ke tempat yang lain seperti rumah dan tanah. Bangunan, pepohonan dan tanam-tanaman di bumi tidak dikategorikan sebagai ‘aqar menurut Hanafiyah kecuali dalam statusmengikut pada tanah. ‘Aqar menurut Hanafiyah tidak mencakup apa-apa kecuali tanah,sementara manqul mencakup segala sesuatu selain tanah.
Konsekuensi Harta Manqul dan Harta ‘Aqar
Syuf’ah. Adalah untuk barang yang dijual berupa ‘aqar dan tidak pada manqul apabila iadijual terpisah dari ‘aqar tetapi jika manqul itu dijual mengikut pada ‘aqar maka syuf’ahberlaku pada ‘aqar dan tidak pada manqul
Hak-hak tetangga dan irtifaq berhubungan dengan ‘aqar dan tidak dengan manqul
Wakaf. Menurut Hanafiyah, wakaf tidak sah kecuali pada ‘aqar. Sementara manqul, ia jugatidak sah diwakafkan kecuali jika mengikut pada ‘aqar. Tapi menurut selain Hanafiyah, sahmewakafkan semuanya baik ia berbentuk ‘aqar maupun manqul
Seorang washi yang menjual harta qashir. Seorang washi tidak berhak menjual ‘aqar milikqashir kecuali dengan alasan yang syar’i seperti melunasi utang, menutup kebutuhan yangsangat penting atau mencapai kemaslahatan yang lebih besar.
Boleh menjual ‘aqar sebelum diterima oleh pembeli menurut Abu Hanifah, pendapat iniberbeda dengan fuqaha lainnya. Sementara untuk manqul, tidak boleh dijual sebelumditerima atau diserahkan karena manqul sangat rentan rusak, berbeda dengan ‘aqar.
3. Dari segi sama dan tidaknya unit atau bagian-bagiannya
Harta yang bersifat Mitsli >Harta yang memiliki padanan di pasar tanpa ada perbedaanyang signifikan pada bagian-bagiannya dalam interaksi. Harta-harta mitsli ada empat macamyaitu (1) yang sifatnya ditakar seperti gandum, (2) yang sifatnya ditimbang seperti kapas danbesi, (3) yang bersifat jumlah seperti kelapa, telur, (4) yang dijualnya berdasarkan hasta,meteran dan sebagainya contohnya kain, papan.
Harta yang bersifat Qimi > Barang yang tidak serupa seperti tenunan dan tanah
Konsekuensi: Liat tabel Jika mistli diganti dengan yang sama sedangkan qimi nilainya.
4
Konsep Hak dan kepemilikan dalam Fiqih
Prof. Mushthafa Zarqa’ mengatakan hak itu adalah kepemilikan yang ditetapkan olehsyara’ baik dalam bentuk kewenangan maupun pembebanan. Hak itu merupakanhubungan kepemilikan dengan objek tertentu seperti hak penjual pada harga barang(uang)
Pembagian jenis hak
Hak harta dannon harta
Hak untuk mengejar adadi tangan pemilik hakbeda dan tidak ada di
tangan pemilik hakpersonal
Berdasarkan hak harta danHak istimewa atau
Objek Hak hak benda prioritas bagi pemilik hakbenda
Hak murni dantidak murni Gugurnya hak benda
dengan rusaknya objeknya
Hak Allah Ta’ala(Hak Umum) Hak yang bisa
digugurkan danyang tidak bisa
BerdasarkanHak Personal
digugurkan
Pemilik Hak
Hak yang diwariskan
Hak Musytarak dan tidak diwariskan
(Ganda)
Sebab kepemilikan
1. Menguasai seuatu yang mubah2. Hukum Al Ma’adin3. Hukum Al kunuz (harta terpendam)4. Akad2 pemindah kepemilikan5. Pergantian kepemilikn6. Sesuatu yang lahir dari sesuatu yang dimiliki
Macam macam kepemilikian :1.Kepemilikan sempurna2. kepemilikan tidak sempurna.terbagi: kepemilikan atas bendanya saja
5
Kepemilikan persona, pemanfaatan dan penggunaan memanfaatkan sesuatu demi kepentingan oranglain
Thasarruf dan Akad
Al Maidah ayat 1: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu” Akad adalah salah satu bentuk perbuatan hukum (Tasharruf)
Tasharruf (Mustafa Az Zarqa) yaitu: Segala sesuatu perbuatan yg bersumber darikehendak seseorang dan syara’ menetapkan atasnya sejumlah akibat hukum (hak &kewajiban).
Motivasi Bertransaksi (Iradah Aqdiyah)
Iradat terdiri dari dua bentuk, yaitu, iradat al-munfaridhah atau disebut juga iradat al-wahidah. Hal ini adalah kehendak atau kemauan bebas seseorang yang terpendamdalam hatinya untuk menentukan sesuatu.
Sedangkan yang kedua adalah iradat al-aqdiyyah, yaitu kehendak atau kemauanseseorang yang terkait dengan kemauan orang lain yang menghasilkan suatu akad(perjanjian).
Kedua bentuk iradat tersebut banyak diterapkan dalam kehidupan manusia. Selaindigunakan untuk masalah yang bersifat individual, iradat al-munfaridhah juga banyakditerapkan dalam muamalah. Antara lain dalam masalah ji'alah, wakaf, ibra, wasiat,kafalah, sumpah, atau nazar.
Sedangkan iradat al-aqdiyah dipraktikkan dalam akad muamalah, seperti dalam jual beli, khiar, sewa-menyewa, ujrah (upah kerja), rahn, atau syirkah.
Kuliah 2
Antara Wa’ad dan kontrak akad
KontrakWa’ad
1. Janji (Promise) antara satu pihakkepada pihak lainnya (hanya mengikatsatu pihak) one way2. Pihak yang diberi janji tidak memikulkewajiban apapun kepada pihakpemberi janji3. Terms & Condition-nya tidak diajukan secara rinci dan detail (well defined).4. Belum ada kewajiban yang ditunaikanoleh pihak manapun, walaupun terms &condition-nya sudah well defined5. Bila janji tak terpenuhi maka sanksiyang diterima merupakan sanksi moral(moral obligation).
1. Mengikat kedua belah pihak yangbersepakat, untuk melaksanakankewajiban mereka masing-masing secaratimbal balik.2. Term & conditions-nya sudahditetapkan secara rinci dan spesifik (welldefined).3. Bila kewajiban tidak dapat dipenuhimaka sanksi yang diterima sesuai dengankesepakatan awal akad4. Akad membuka kemungkinan untuk
adany berbagai jenis khiyar (opsi)sebagai tanda kebebasan transaksi antarapara pihak (the freedom of contracts).
6
Asas-asas Akad:1. Asas Konsensualisme Qs An nisa: 29
Sesungguhnya jual beli berdasarkan perizinan (ridha) (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi)
2. Asas Kebebasan berkontrak Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janjimu (QS. Al-Maidah:1)
3. Asas Kebolehan4. Asas perjanjian itu mengikat
Orang-orang muslim itu terikat kepada syarat-syarat (klausul-klausul) mereka (HR. At-Tirmidzi dan Al-Hakim)
5. Asas keadilan dan Keseimbangan Prestasi
Tabarru’ (tolong menolong)
Akad menurut Tujuan Tijarah (Perdagangan)
Akad menurut Keabsahan Sahih > rukun dan syarat terpenuhi
Fasid > Rukun terpenuhi syarat tidak
Batil > Rukun dan syarat tidak terpenuhi
Syarat akad meliputi 4 macam
Syarat terbentuknya Syarat Syarat berlakunya Syaratakad Keabsahan akibat hukum mengikatnya
akad > bebas darikhiyar
Rukun Akad
Two Contracting Parties Subject Matters Offer and Acceptance-Aqil (Sound Mind) • Wujud (Existance) -Jelas (Clarity)-Baligh (Mature) • Halal (Lawful) -Ijab & Qabul bersesuaian-Mengerti konsekuensi • Jelas Jenisnya (Corresponding/Conformity)akad yang sedang (Quality) -Ijab & Qabul bersambungdilaksanakannya • Jumlah (Quantity) (Connection/Communication)-Niat • Waktu or Ittihad al-Majlis
(Intention)
menurut Penyerahannyasebagian Ulama (Time of Delivery)
• Berharga (Valuable) 7
• Dapatdiserahterimakan
o Tamyiz o Bebas dari o Kewenangan o Khiyaro Berbilang pihak paksaan sempurna atas rukyato Kesepakatan o Bebas dari tindakan o Khiyaro Kesatuan majlis Gharar o Kewenangan syarato Objek Dapat o Tidak riba sempurna atas o Khiyar
diserahkan o Bebas dari objek takyino Objek dapat syarat fasid o Adanya o Khiyar ‘aib
ditransaksikan o Tidak kepemilikano Objek dapat menimbulk o Adanya
ditentukan an kerugian penguasaano Sesuai syaraa’ ketika o
disebarkan
Khiyar
• Khiyar rukyat yaitu hak opsi yang dimiliki oleh seseorang untuk meneruskan ataumembatalkan akad atas objek yang sebelumnya tidak dapat dilihat, apabila barangtertentu tidak sesuai dengan kualifikasi yang diperjanjikan.
• Khiyar syarat yaitu hak opsi yang diberikan kepada salah satu atau kedua belah pihakuntuk dalam tempo tertentu membatalkan akad dan jika dalam tempo tersebut ia tidakmembatalkannya maka akad dianggap mengikat.
• Khiyar takyin yaitu hak opsi yang biasanya diajukan oleh pembeli untuk dalam tempowaktu tertentu memilih salah satu dari objek yang belum ditentukan pada saat akad.
• Khiyar ‘aib (cacat) yaitu hak opsi untuk membatalkan atau meneruskan akad dalam hal objeknya mengandung cacat yang tidak diketahui sebelumnya
• Khiyar Majlis hak pilih dari kedua belah pihak yang berakad untuk membatalkanakad, selama keduanya masih berada dalam majlis akad (di ruangan toko) dan belumberpisah badan.
Ketentuan khiyar
1. Masa khiyar
Ada tiga pendapat ulama tentang masa khiyar. Abu Hanifah, Zufar, dan Syafi’i berpendapatbahwa mensyaratkan masa yang diketahui dan tidak lebih dari tiga hari adalah boleh.
Syafi’i berpendapat bahwa khiyar tidak boleh lebih dari tiga hari, karena itu adalah ghararsedangkan khiyar yang kurang dari tiga hari adalah rukhshah.
Ulama Hanabilah membolehkan mensyaratkan masa yang diketahui sesuai dengankesepakatan penjual dan pembeli baik sebentar maupun lama.
Ulama Malikiyah berpendapat bahwa khiyar boleh dengan jumlah waktu yang dibutuhkan.Namun ada perbedaan, disesuaikan dengan barang yang diperdagangkan. Buah-buahan yangtidak dapat bertahan lebih dari satu hari maka tidak boleh memiliki khiyar lebih dari satu hari.
8
Baju, binatang tunggangan adalah tiga hari. Sedangkan rumah dan sejenisnya membutuhkanwaktu khiyar selama satu bulan.
Pembatalan khiyar
-Pengguguran jelas > “saya gugurkan hak khiyar ini”, “saya membatalkannya”
-Pengguguran dengan isyarat > pembeli beli barang terus sama dia nawarin mau jual lagi
-Membatalkan khiyar secara darurat > masa khiyar berakhir, meninggal, barang rusak,tuduhan atas barang yang cacat
Taqabud
Saling menerima
Serah terima di tempat transaksi (taqabud fil majlis) ada dua macam yaitu taqabud hakiki dantaqabut hukmi. Taqabud hakiki (serah terima faktual) adalah serah terima uang dan barangantara kedua penjual dan pembeli di tempat transaksi secara langsung sebelum terjadinyaperpisahan antara keduanya. Taqabud hukmi (serah terima secara legal) adalah serah terimauang dan barang atau suatu mata uang dengan mata uang lain, antara pembeli dan penjualtidak secara faktual tapi secara legal bisa diterima.
Kuliah 3: Akad Jual Beli ( Al-Bai’ )
Jual BeliHukum asal jual beli adalah mubah (Al-aslu fil muamalah Al ibahah)
Pembagian jual Beli
Perbandingan Harga Berdasarkan obyek Waktu PenyerahanJual & Beli yang dieprjualbelikan Barang /Dana
• Murabahah • Muqayadhah • Bai’ Bi Thaman Ajil• Tauliyah (impas) (barter) • Bai’ Salam• Muwadha’ah (rugi) • Mutlaq • Bai’ Isthisna
• Sharf (mata uang) • Bai’ Istijrar
Rukun jual beli menurut hanafiyah hanya berupa ijab kabul. Sedang menurut jumhur ulama rukun jual beli adalah adanya :
1. Shighat akadSyaratnya > kerelaan kedua bilah pihak
2. ObjekSyaratnya > tersedianya barang, dapat dimanfaatkan, milik penjual, dan dapat diserahkanpada saat akad
3. Al muta’aqidain
9
Syaratnya > berakal, dua orang yang berbeda4. Nilai tukar pengganti barang
Syaratnya > suci, dapat diserahterimakan bermanfaat, dan diketahui oleh kedua belah pihak
Bentuk jual beli terlarang
Terlarang karena tidak memenuhi syarat dan rukun
o Jual beli barang yang zatnya haram, najis, tidak boleh diperjualbelikan.
darah, babi, bangkai, ASI, air mani binatang
o Jual beli yang dilarang karena belumjelas (samar-samar)
JB buah yang
belum tampak di pohon, anak ternak
masih dikandungan induknyao Jual beli bersyarato Jual beli yang menimbulkan
kemudaratan
o Jual beli yang dilarang karena dianiayao Jual beli mulamasah, ba’i hashah, ba’i
munabadzah,
Terlarang karena ada faktor lain yang merugikan
o Jual beli dari orang yang masih dalam tawar menawar
o Jual beli dengan menghadangdagangan di luar kota/pasar.
o Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun (dijual ketika harga naik)
o Jual beli barang rampasan/curian.
*Khiyar dalam jual beli ada diatas ya (khiyar, majlis, dll) terdapat contoh langsung berupa hadist dalam ppt kuliah 3
Derivasi Akad Bai’: Bai’ al-Mu’ajjal dan Bai’ ul Taqsit
1. Bai’ al-Mu’ajjalAl-Bai’ Muajjal, yaitu akad jual-beli atas suatu barang atau jasa yang pembayarannyadilakukan tidak secara tunai atau dilakukan dikemudian hari (hutang) tetapi barangatau jasanya diterima saat ini (awal periode).
2. Bai’ ul TaqsitAl-Bai’ Taqsith, yaitu akad jual-beli atas suatu barang atau jasa yang pembayarannyadilakukan secara cicilan selama periode hutang sedangkan barang atau jasanyaditerima di awal periode.
Jual Beli Murabahah
yaitu menjual barang sesuai dengan harga pembelian, dengan menambahkan keuntungan tertentu.
Syarat-syarat murabahah
1. Mengetahui harga pertama2. Mengetahui margin keuntungan yang diminta oleh penjual3. Modal yang dikeluarkan hendaknya berupa barang mistliyat
10
4. Murabahah pada barang ribawi hendaknya tidak menyebabkan terjadinya riba nasiahterhadap harga pertama
5. Transaksi yang pertama hendaknya sah
Penjelasan lebih terkait Murabahah
Jika barang dagangan rusak (di tangan penjual atau pembeli), kemudian pembeli ituhendak menjualnya kepada pembeli lain dengan cara murabahah, maka:Jika rusaknyamuncul dengan sendirinya, maka dia boleh menjualnya secara murabahah denganharga penuh, tanpa harus menjelaskan cacat yang ada. Jika kerusakan terjadi karenapembeli pertama atau orang lain, maka tidak boleh menjualnya dengan caramurabahah, kecuali dengan menjelaskan kerusakan yang ada.
Jika terjadi penambahan dalam barang dagangan, seperti anak, buah, bulu, dan susu,maka ia tidak boleh dijual dengan cara murabahah, kecuali dengan menjelaskanpenambahan yang terjadi.
Jika seseorang menggarap tanah, maka dia boleh menjualnya tanpa memberikanpenjelasan, karena tambahan yang tidak lahir dari barang dagangan, tidakdikategorikan barang dagangan
Jika seseorang membeli pakaian dengan harga sepuluh dirham yang ditangguhkanpembayarannya, maka dia tidak boleh menjualnya tanpa menjelaskan hal itu, karenapenangguhan waktu akan menyebabkan bertambahnya harga.
Jika orang yang mengutangi mengambil suatu barang dari orang yang diutangi atasnama sulh, maka dia tidak boleh menjualnya dengan cara murabahah kecuali denganpenjelasan.
Jika seseorang membeli pakaian dengan harga sepuluh dirham, kemudian diamemberi label harga yang lebih besar dari harga aslinya, maka jika pakaian tersebutnilainya lebih dari sepuluh dirham, dia boleh menjualnya dengan cara murabahah,tanpa harus memberikan penjelasan apapun.
Jika seseorang memiliki harta warisan atau hibah, kemudian seseorang yang bisadipercaya memberikan patokan harga pada harta itu, maka pemiliki barang bolehmenjualnya dengan cara murabahah sesuai dengan harga yang dipatok orang tersebut,karena dia telah jujur dengan ucapannya
Hukum penipuan dalam murabahah
Jika terjadi penipuan dalam hal harga dan pembeli tahu
pembeli boleh memilih antaramengambil barang dagangan atau mengembalikannya atau disebut juga hak khiyar. (PendapatUlama Hanafiyah)
Menurut Abu Hanifah (pendapat terkuat Ulama Hanafiyah) : Jika pembeli mau, ia dapatmengambil barang dagangan dengan harga yang disebutkan oleh penjual. Namun jika diakeberatan, dia bisa membatalkan transaksi murabahah.
Abu Yusuf
pembeli tidak memiliki hak khiyar, namun dalam murabahah dilakukanpengurangan harga sesuai dengan besarnya penipuan.
11
Skema murabahah
2a. Barang
PENJUALMABI’
PEMBELI
1. Akad Murabahah
BA’I MUSYTARI
2b. Cost + Marjin
Skema dalam Bank Syariah
1. Negosiasi &Persyaratan
3a. AkadMurabahah
3b. Serah terimabarang
NASABAHBANK
4. Bayarkewajiban
2. Beli Barang tunai 3c. Kirim Barang
Kuliah 4: Beberapa Derivasi AkadSUPLIER PENJUALMurabahah
Bai’ berdasarkan objek yang yang diperjualbelikan
1) Mutlaqoh, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang2) Sharf, yaitu jual beli atau pertukaran satu mata uang dengan mata uang lain3) Muqoyyadah, yaitu jual beli dimana pertukaran terjadi antara barang dengan barang
Bai’ dari segi penetapan harga1) Musawamah (tawar menawar), yaitu jual beli biasa ketika penjual memberitahukan
harga pokok dan keuntungan yang didapatkannya2) Amanah, yaitu jual beli dimana penjual memberitahukan modal jualnya (harga
perolehan). Jual beli amanah terbagi menjadi 3
Murabahah (untung)
tauliyah (impas)
12
muwadha’ah (jual dibawah harga modal)
3) Ba’i bi thaman ajil, jual beli dengan harga tangguh. Atau jual beli dengan penetapanharga yang dibayar kemudian. Harga tangguh ini boleh lebih tinggi daripada hargatunai dan bisa dicicil.
4) Muzayadah (lelang), yaitu jual beli dengan penawaran dari penjual dan para pembeliberlomba menawar, lalu penawar tertinggi terpilih sebagai pembeli. Kebalikannyadisebut munaqodhah (tender)
1) Jual beli tunai dengan penyerahan barang dan pembayaran langsung2) Jual beli dengan pembayaran tertunda (bai’ muajjal), yaitu jual beli dengan
penyerahan barnag secara langsung tapi pembayaran dilakukan kemudian dan bisadicicil
3) Jual beli dengan penyerahan barang tertunda, dibagi menjadi 2: Bai’ Salam, yaitu jual beli dengan pembeli membayar atunai di muka atas
barang yang dipesan (plus spesifikasinya) dan barang akan diserahkankemudian
Bai’ Istishna, yaitu jual beli dimana pembeli membayar atunai atau bertahapatas barang yang dipesan (biasanya barang manufaktur) dengan spesifikasinyayang harus diproduksi dan diserahkan kemudian
4) Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran yang sama-sama tertunda
Potongan pelunasan dalam Murabahah
1. LKS boleh memberikan potongan pelunasan jika nasabah ternyata mampu membayarpembayaran lebih awal. Syaratnya ialah LKS tidak menjanjikan potongan pelunasandi awal akad. Dan besarannya sesuai kesepakatan LKS > fatwa No. 23/DSN-MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002
Uang muka dan diskon dalam murabahah
1. Dalam kad pembiyaan murabahah, pihak LKS boleh meminta uang muka yang sesuai dengan kesepakatan.
2. Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugikepada LKS dari uang muka tersebut. Jika kerugian lKS > DP maka LKS boleh mintalagi. Dan sebaliknya
3. Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari suplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon, karena itu, diskon adalah hak nasabah.
4. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad.
Sanksi kepada nasabah
1. Nasabah yang benar-benar tidak mampu tidak dikenai sanksi. Tetapi bagi nasabahyang bandel dikenai sanksi berdasarkan prinsip ta’sir. Dimana ta’sir tersebut sudahdiperjanjikan di awal akad. Dan dananya untuk sosial.
13
Ba’i bi thaman ajil, jual beli dengan harga tangguh. Atau jual beli dengan penetapan hargayang dibayar kemudian. Harga tangguh ini boleh lebih tinggi daripada harga tunai dan bisadicicil.
Pendapat Mazhab Syafii merupakan pendapat yang paling banyak diterima, yaitu sepanjangdisepakati, maka harga dalam setiap jual beli tidak boleh berubah. Karena itu jika penjual danpembeli sepakat untuk melakukan jual beli tangguh dengan harga lebih tinggi dari jual belitunai, maka apabila sudah dilakukan ijab qabul, harga tidak boleh berubah sampai jatuhtempo.
Murabahah Riba
Barang sbg objek, nasabah Uang sbg objek,nasabah berhutangberhutang barang, bukan berhutang uanguang
Sektor moneter Terkait dengan Sektor moneter dan riil terpisahsektor riil, sehingga menyetuhlangsung sektor riil
Mendorong percepatan arus barang, Tidak mendorong percepatan arusmendorong produktifitas dan barang, karena tidak mewajibkanentrepreneurship, yang pada adanya barang, tidak mendoronggilirannya meningkatkan produktifitas yang pada akhirnyaemployment menciptakan unemployment
Pertukaran barang dengan uang Pertukaran uang dengan uang
Margin tidak berubah Bunga berubah sesuai tingkat bunga
Akad jual beli dan memenuhi rukun Tidak ada jual beli, tetapi uangjual beli langsung sbg komoditas
Jika nasabah tidak mampu Denda/bungmembayar, tidak ada denda(QS.2:283)
hutang, membeli barang dengan hutang dan uangnya juga hasil hutang
Bai’ Al-Dayn(jual beli hutang)
Bai’
al-dayn atau bai’ nasiah binasiah atau Nabi SAW sering menyebutnyabai’ kaly bi kaly adalah menjual hutang dengan
Bai’ al-dayn adalah akad penyediaan pembiayaan untuk jual-beli barang denganmenerbitkan surat hutang dagang atau surat berharga lain berdasarkan harga yangtelah disepakati terlebih dahulu.
Di seluruh LKS di Indonesesia tidak ada produk ini. Karena haram
14
Bentuk-bentuk bai’ al dayn Menjual harga yang ditangguhkan dengan pembayaran yang ditangguhkan juga Menjual harga yang ditangguhkan dengan barang dagangan tertentu yang juga
diserahterimakan secara tertunda. Menjual harga yang ditangguhkan dengan barang yang digambarkan kriterianya dan
diterima secara tertunda. Menjual barang yang disebutkan kriterianya secara tertunda dengan barang yang
disebutkan kriterianya secara tertunda pula
Murabahah lil amir bilsyira’
Istilah ini baru dikenalkan oleh Sami Hamoud dalam disertasinya “Tatwir al a’malal-masrafiyah bima yattafiq asy-syariah al-islamiyah”. Artinya adalah transaksijual beli di mana seorang nasabah datang kepada pihak bank untuk membelikansebuah komoditas dengan kriteria tertentu, dan ia berjanji akan membelikomoditas tersebut secara murabahah. Selanjutnya nasabah akan membayardengan cicilan berkala sesuai dengan kemampuan finansial yang dimiliki.
Menurut Ahmad Mulhim, Murabahah lil amir bis-Syira’ adalah permintaanpembelian sebuah komoditas dengan kriteria tertentu yang diajukan oleh pihaknasabah yang selanjutnya disetujui oleh pihak bank, kemudian pihak bank berjanjiakan membelikan komoditas sebagaimana dimaksud dan pihak nasabah berjanjiakan membeli sesuai dengan harga pokok pembelian ditambah dengan tingkatkeuntungan yang disepakati kedua pihak.
Tahapan-tahapan
Murabahah lil amir bis-Syira’ akan sempurna bila melalui tahapan-tahapan;
15
1. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan barang kepada pihak bank dengan spesifikasi tertentu.
2. Keduanya membuat kesepakatan. Pihak bank berjanji akan menjual barang yang telah dimiliki, dan nasabah akan membeli dengan margin atas HPP. (Belum masuk akad jual beli, namun masih pada tahap kesepakatan)
3. Bank membeli kepada supllier atas nama bank sendiri,dan jual beli ini harus sah dan bebas dari riba.
4. Setelah komoditas tersebut resmi menjadi milik bank,kemudian bank menawarkan aset tersebut kepada nasabah, dan tentunya aset telah sesuai dengan yang disepakati, maka pihak bank dan nasabah baru bisa melakukan kontrak jual beli.
Kuliah 5: Jenis-jenis Akad Jual Beli
Jual beli Salam dan Ishtisna
Landasan hukum akad salam
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (al-Baqarah: 282)
Ibnu Abbas berkata, “Saya bersaksi bahwa akad salaf (salam) yang ditanggung hingga tempotertentu telah dihalalkan dan dibolehkan oleh Allah dalam kitab-Nya.” lalu ia membaca al-Baqarah ayat 282
Syarat sah akad salam
1. Jenis barang diketahui,2. Ciri-ciri yang diketahui3. Ukuran yang diketahui4. Modal diketahui5. Tempat penyerahan barang diketahui6. Biaya diketahui
Syarat muslam Fih (barang yang dipesan)
16
-Harus diketahui jenisnya -Barang yang dibeli dapat -Akad salam harus bersifat
(gandum?roti?jelai) ditentukan. pasti
tidak berlaku hak-Harus diketahui tipenya -Barang yang dibeli khiyaar syarat baik bagi(gandum tipe A atau B atau diserahkan terakhir. salah satu pihak maupunC? -Hendaknya jenis barang keduanya.-Harus diketahui kualitas yang dibeli dapat dijumpai -Menjelaskan tempatdan kuantitasnya di pasar sesuai dengan tipe penyerahan barang jika-Tidak terdapat salah satu dan bentuknya sejak waktu barang tersebut menuntut
sebab ribafadhl dalam akad hingga penyerahan beban penyerahan, spt
salah satu barang yang gandum dan jelai.dipertukarkan -Barang yang dibeli harus
dpt dijelaskanspesifikasinya
Konsekuensi hukum akad salam
• Akad salam mengakibatkan tertetapkanya hak milik barang salam bagi pembeli (rab-bus salam) yang ditangguhkan, dan sebaliknya tertetapkannya hak milik modal salamyang tertentu atau dijelaskan sifatnya bagi penjual (muslam alaih)
• Kebolehan akad salam didasarkan pada rukhshah (keringanan) guna memenuhi kebutuhan masyarakat.
Akad istishna
Yaitu akad meminta seseorang untuk membuat sebuah barang tertentu dalam bentuk tertentu.Atau dapat diartikan sebagai akad yang dilakukan dengan seseorang untuk membuat barangtertentu dalam tanggungan
Dasar-dasar
1. Akad istishna’ tercapai dengan terjadinya ijab dan qabul dari pemesan dan pengrajin2. Istishna’ menyerupai akad salam karena akad ini merupakan jual beli barang yang
tidak ada (ma’duum) saat akad.3. Perbedaan salam dengan istishna’: pada istishna’ tidak ada keharusan penyerahan
harga barang (modal) secara kontan, penjelasan masa pembuatan, ataupun waktupenyerahan. Begitu pula tidak disyaratkan bahwa barang yang dipesan merupakansalah satu barang yang dapat dijumpai di pasar
Syarat-syarat akad istishna
1. Menjelaskan jenis, tipe, kadar dan bentuk barang yang dipesan.2. Barang yang dipesan harus barang yang biasa dipesan pembuatannya oleh
masyarakat, seperti perhiasan, sepatu, wadah, dan alat transportasi lainnya3. Tidak menyebutkan batas waktu tertentu
17
Persamaan antara akad Salam dan istishna adalah sama-sama bai; ma;dum : jual beli barang yang tidak ada. Dan dibolehkan karena kebutuhan masyarakat
Akad Salam dan Istishna:
Salam
• Barang yg dijual adl utang (sesuatu dalam tanggungan)
• Disyaratkan menentukan waktu penyerahan
• Merupakan akad lazim (mengikat)
• Disyaratkan penyerahan seluruh modal (harga barang) dalam majelis akad
Istishna’
• Barang yg dijual adl dpt ditentukan sosoknya/brg yg ada dlm majelis akad, bkn utang
• Tdk disyaratkan wkt penyerahan.• Merupakan akad tidak lazim
(tidak mengikat)• Tdk disyaratkan hrg barang penuh
di muka, boleh ksh uang muka seperti 1/3 atau ½.
Salam paralel
Melibatkan dua transaksi. Salam pertama antara nasabah dengan Bank dan Salam kedua antara Bank dengan petani atau pemasok
Akad salam kedua harus terpisah dari akad pertama dan dilakukan setelah akad pertama sah. Rukun-rukunnya tetap sama
Bank Syariah 1. Negosiasi dansebagai Penjual Akad Salam(muslam ilaih)
Nasabah sebagaipada salam 1 dan
PembeliPembeli (Muslim)
2.Bayar (Muslim)pada salam 2
6. Kirim dokumen
4.bayarPEMASOK
18
3. Negosiasi &akad salam
5.kirim barang
Istishna paralel
• adalah sebuah bentuk akad Istishna’ antara nasabah dan bank syariah, kemudianuntuk memenuhi kewajibannya kepada nasabah, bank syariah memerlukan pihak lainsebagai Shani’.
• Bank sebagai penjual dalam akad istishna’ dapat membuat akad istishna’ paralel dengan pihak lainnya dengan Bank bertindak sebagai pembeli;
• Kewajiban dan hak dalam kedua akad istishna’ tersebut harus terpisah;
• Pelaksanaan kewajiban salah satu akad Istishna’ tidak boleh tergantung pada akad istishna’ paralel atau sebaliknya;
• Jika bank yang bertindak sebagai pembeli dalam akad istishna’ paralel harusmemenuhi kewajibannya kepada pihak lainnya apabila nasabah dalam akadistishna’tidak memenuhi akad istishna’;
19
Kuliah 6: Al Sharf dan Al Qardh
Jual beli Al sharf > secara istilah sharf adalah bentuk jual beli yang naqdain baik sejenismaupun tidak– yaitu emas dengan emas, perak dengan perak– dan baik telah berbentukperhiasan maupun mata uang. > diperbolehkan
Syarat sah :
1. Serah terima antara kedua belah pihak sebelum berpisah diri2. Adanya kesamaan ukuran jika kedua barang satu jenis3. Terbebas dari hak khiyar syarat4. Akad dilakukan secara kontan(tidak boleh ada penangguhan)
Transaksi Mata Uang kertas- Hukumnya sama seperti jual beli naqdain(emas dan perak)
- Transfer suatu mata uang kepada mata uang yang lain, dengan adanya penangguhan dantanpa serah terima di majelis akad adalah haram hukumnya, baik ada tambahan maupuntidak (krn termasuk riba nasiah
Akad Qardh
Secara bahasa, qardh berarti al-qath. Harta yang diberikan kepada orang yang meminjam(debitur) disebut qardh, karena merupakan “potongan” dari harta orang yang memberikanpinjaman (kreditur
Qardh didefinisikan sebagai harta yang memiliki kesepadanan yang Anda berikan untukAnda tagih kembali.(Hanafiyah)
Landasan hukum
Dalil sunnah
Hadits Riwayat Ibnu Mas’ud:“Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada orang muslim yang lain dua kali, melainkan pinjaman itu(berkedudukan)seperti sedekah sekali.”
Hadits Riwayat Anas bin Malik:
“Tatkala malam isra’ mi’raj aku melihat di pintu surgatertulis, ‘Sedekah dilipatgandakan sepuluh kali, danqardh dilipatgandakan delapan belas kali’
Aku bertanya pada Jibril, ‘Wahai Jibril, kenapa qardhlebih utama daripada sedekah?’, Jibril menjawab“karena (dalam sedekah) pengemis meminta sedangdia punya, sedang orang yang meminjam tidaklah iameminjam kecuali karena ada kebutuhan’.”
20
Dalil ijma
Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas berkata:“Qardh dua kali lebih utama daripada sedekah satu kali.”
Ketentuan barang dalam Qardh
Hanafiyah Malikiyah, syafi’iyah, dan Hanabilah-Harta mistsli, seperti barang yang ditimbang, Diperbolehkan melakukan qardh atas semuaditakar, dan dijual satuan dg ukuran yg tdk benda yang bisa dijadikan objek akad salam,jauh berbeda. baik itu barang yang ditakar/ditimbang-Akad qardh tidak diperbolehkan pd harta maupun barang qimiyyatqimiyyat, seperti hewan, kayu bakar, dan
properti
Syarat Sah Akad Qardh
1. Dilakukan dg shighah ijab qabul atau bentuk lain yang menggantikannya
2. Adanya kapabilitas dalam melakukan akad
3. Harta yang dipinjamkan harus harta mistli (Hanafi)
4. Harta yg dipinjamkan jelas ukurannya shg mudah dikembalikan
Persyaratan akad Qardh dari sah dan tidak sah (fasih)
• Dibolehkan adanya kesepakatan yang dibuat untuk mempertegas hak milik, sepertipensyaratan adanya barang jaminan, penanggung jaminan (kafil), saksi, bukti tertulis,atau pengakuan di depan hakim.
• Batas waktu tidak sah untuk disyaratkan (Jumhur ulama), namun sah menurut Malikiyah
• Tidak sah syarat yang tdk sesuai dengan akad qardh, seperti syarat tambahan dalampengembalian, pengembalian harta yg bagus sbg ganti yg cacat atau syarat jualrumahnya.
• Contoh syarat fasid (rusak) diantaranya adalah syarat tambahan atau hadiah bg si pemberi pinjaman.
Konsekuensi Hukum
• Hak kepemilikan objek qardh (Abu Hanifah dan Muhammad) berlaku jika terjadi serah terima barang.
• Abu Yusuf: peminjam tidak memiliki harta yang menjadi objek qardh selama barang itu masih utuh.
• Malikiyah: hak kepemilikan dalam qardh dan tindakan sosial lainnya berlaku mengikat dengan transaksi meski hartanya belum diserahkan.
• Syafi’iyah dan Hanabilah: hak kepemilikan qardh berlaku dengan serah terima
21
*Dibaca- baca lagi fatwa dewan syariah nasional terkait Alqardh dan Alsharf
Kuliah 7: Al Wadiah
Al-wadii’ah secara bahasa artinya adalah sesuatu yang diletakkan di tempat orang lain untuk dijaga.
Hanafiyah Malikiyah, Syafi’iyah, dan HanabilaAkad penitipan adalah pemberian Akad penitipan adalah perwakilan untukkewenangan dari seseorang kepada menjaga sesuatu yang dimiliki penitiporang lain untuk menjaga hartanya, baik atau benda terhormat yang dimilikidisampaikan secara terang-terangan khusus oleh penitip, dengan caramaupun tidak tertentu.
Landasan Hukum1. An nisaa: 58
“Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya
2. Al baqarah:283“Hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya)”
3. Sabda nabi saw“Tunaikanlah amanah kepada orang yang menyerahkannya kepadamu dan janganlah engkau mengkhianati orang yang mengkhianatimu
4. Ijma UlamaAkad wadii’ah boleh dilakukan. Hal ini krn orang-orang memerlukannya, bahkan itu merupakan kebutuhan darurat.
Maka konsekuensi akad wadi’ah adalah orang yang dititipi wajib menjaga barang yangdititipi kepadanya. Kemudian Jika dua orang menitipkan sesuatu yang mereka miliki bersamapada satu orang, kemudian salah satunya datang dan meminta bagiannya, maka orang yangdititipi tidak boleh memberikan bagian orang itu kepadanya, hingga rekannya datang. DanJika satu orang menitipkan sesuatu yang bisa dibagi kepada dua orang, maka dua orang ituboleh membaginya antar mereka. Masing-masing mengambil bagiannya untuk dijaga
Kondisi Dimana titipan harus dijamin gantinya
1. Orang yang dititipi tidak menjaga barang titipan2. Orang yang dititipi menitipkan lagi barang titipan kpd selain orang yg menjadi
tanggungannya dan kepada orang yg biasanya tidak menjaga sendiri harta orang yangdititipi tsb
3. Menggunakan barang titipan4. Bepergian dengan membawa barang titipan5. Pengingkaran terhadap adanya titipan
22
6. Terjadinya pelanggaran dari orang yang dititipi terhadap syarat yang ditetapkan oleh pemilik barang
7. Pencampuran barang titipan dengan barang yang lain
Ketentuan Umum Giro dalam Murabahah
- Nasabah bertindak sebagai shahibul maal, dan bank bertindak sebagai mudharib
- Bank sebagai mudharib, dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
- Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
- Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
- Bank menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbahkeuntungan yang menjadi haknya.
- Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
Ketentuan Umum Giro Wadi’ah > Fatwa No 1 2000
1. Bersifat titipan.2. Titipan bisa diambil kapan saja (on call).3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang
bersifat sukarela dari pihak bank.
23
Seputar pertanyaan dari Pak Oni
1. Jelaskan definisi qardh, beserta dalil, dan targe akadnya2. Jelaskan kenapa kenapa tidak boleh ada manfaat yang tidak boleh diterima oleh
kreditur3. Bolehkah kreditur meminta biaya administrasi dalam qardh?4. Jelaskan pembagian akad qardh dari sisi sebagai akad inti dan pelengkap?5. Jika akad qardh menjadi akad inti, bolehkah akad digabung dengan akad bisnis?
Beserta alasan dalilnya6. Jika qardh menjadi akad pelengkap, bolehkah digabung dengan akad bisnis?
24