resin komposit
DESCRIPTION
IMKGTRANSCRIPT
A. RESIN KOMPOSIT
Resin komposit adalah bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan
pasianorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat
matriksnyaditingkatkan.Resin komposit merupakan bahan restorasi adhesif yang dapat
berikatan dengan jaringankeras gigi melalui dua system bonding (ikatan), yaitu ikatan
email dan ikatan dentin. Kekuatanikatan resin komposit terhadap email dengan system
etsa asam seperti yang diperkenalkan oleh Buonocore sejak tahun 1955 sudah terbukti
dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama. Etsaasam pada email akan membentuk
mikroporositas pada permukaan email yang dapat diisi dengan bonding agent ,
sehingga terbentuk ikatan mikromekanis antara resin komposit dengan email. (Power,
2003)
Kebanyakan bahan komposit menggunakan monomer yang
merupakan diakrilat aromatik atau alipatik. Bisphenol-A-Glycidyl
Methacrylate (Bis- GMA), Urethane Dimethacrylate (UDMA), dan
Trietilen Glikol Dimetakrilat (TEGDMA) merupakan Dimetakrilat yang
umum digunakan dalam resin komposit (Gambar 1). Monomer dengan
berat molekul tinggi, khususnya Bis-GMA amatlah kental pada temperatur
ruang (250C). Monomer yang memiliki berat molekul lebih tinggi dari
pada metilmetakrilat yang membantu mengurangi pengerutan polimerisasi.
Nilai polimerisasi pengerutan untuk resin metil metakrilat adalah 22 % V
dimana untuk resin Bis-GMA 7,5 % V. Ada juga sejumlah komposit yang
menggunakan UDMA ketimbang Bis-GMA. (Power, 2003)
Bis-GMA dan UDMA merupakan cairan yang memiliki kekentalan
tinggi karena memiliki berat molekul yang tinggi. Penambahan filler
dalam jumlah kecil saja menghasilkan komposit dengan kekakuan yang
dapat digunakan secara klinis. Untuk mengatasi masalah tersebut,
monomer yang memiliki kekentalan rendah yang dikenal sebagai
pengontrol kekentalan ditambahkan seperti metil metkrilat (MMA), etilen
glikol dimetakrilat (EDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA)
adalah yang paling sering digunakan. (Power, 2003)
1
B. KOMPOSISI MIKROFILLER
Resin komposit mikrofiller diperkenalkan pada tahun 1972 dan didesain
untuk menggantikan karakteristik resin komposit konvensional (makrofiller)
yang permukaannya kasar dengan permukaan yang halus yang hampir sama
seperti enamel gigi. (Annusavice, 2003)
Resin komposit ini mengandung partikel koloida silica sebagai bahan
pengisi anorganik dengan diameter rata-rata 0.01 μm – 0.04 μm yang terdiri
dari kira-kira 35%-60% dari berat bahan pengisi anorganiknya. Mempunyai
permukaan area yang luas ( 100-300 m2 ). Namun hanya 25% dari volume
atau 38% dari beratnya yang dapat ditambahkan ke dalam oligomer untuk
menjaga konsistensi pasta untuk aplikasi kedokteran gigi. (Annusavice, 2003)
Konsep komposit dengan bahan pengisi mikro mendukung pengikatan resin
dengan bantuan bahan pengisi, sehingga komposit ini menunjukkan
permukaan yang halus serupa dengan yang diperoleh dari tambalan resin
akrilik langsung tanpa bahan pengisi. Ukuran partikelnya kecil menghasilkan
permukaan yang halus setelah restorasi di polishing. Sehingga pengaruh
perlekatan plak dan ektrensik stai dapat diminimalisasikan. (Annusavice,2003)
Dari segi estetis resin komposit ini lebih unggul, tetapi sangat mudah aus
karena partikel silika koloidal cenderung menggumpal. Selama pengadukan,
sebagian, tetapi tidak semua, penggumpalan pecah. Secara tidak sengaja,
penggumpalan membentuk ukuran sebesar 0.04 sampai 0.4 μm. Ideal bila
bahan pengisi silica koloidal ditambahkan dengan jumlah besar secara
langsung terhadap matriks resin. Namun tidak mungkin dilakukan karena
besar area yang terbasahi oleh matriks resin dapat menyebabkan penebalan
yang tidak semestinya meskipun dengan penambahan yang sedikit. Pertikel
komposit tidak mengkerut ketika komposit dikeraskan. (Hutagalang, Putri,
2011)
Kekuatan kompresif dan tensilnya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
resin komposit konvensional. Kelemahan dari komposit ini adalah lemahnya
ikatan antara partikel komposit dan matriks sehingga restorasi lebih mudah
pecah. Karena kelemahan tersebut kebanyakan komposit dengan bahan
2
pengisi mikro tidak cocok digunakan pada permukaan yang harus menahan
beban. (Hutagalang, putri, 2011)
C. SIFAT MEKANIS
Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang
penting terhadap kemampuan bahan ini bertahap pada kavitas. Sifat ini juga
harus menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan
untuk jangka waktu tertentu. Sifat-sifat yang mendukung bahan resin
komposit diantaranya yaitu: (Andri, 2011)
a. Adhesi
Adhesi terjadi apabila dua substansi yang berbeda melekat sewaktu
berkontak disebabkan adanya gaya tarik-menarik yang timbul antara kedua
benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email.
Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama denbgan menciptakan ikatan
fisik antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan email
menyebabkan terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi
mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan lapisan yang
diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud
menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin
bonding agent).
b. Kekuatan dan keausan
Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih
unggul dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya
tahan terhadap fraktur memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini
untuk penumpatan sudut inisial. Akan tetapi memiliki derajat keausan
yang sangat ttinggi, karena resin matriks yang lunak lebih cepat hilang
sehingga akhirnya filler lepas.
D. SIFAT FISIS
Komposit microfiller memiliki ukuran partikel yang bervariasi dari
0,04-0,4 µm. Ukuran ini merupakan yang terkecil dibandingkan dengan
komposit tradisional lainnya. Filler anorganiknya rendah yaitu 35-60 wt%
3
dan 20-55 vol%. Hal tersebut disebabkan partikel silika koloidal yang
biasa digunakan sebagai filler membentuk polimer seperti rantai dan
meningkatkan viskositas hingga menghasilkan kekentalan yang sangat
tinggi (Bhat, 2006). Selain itu, 40 sampai 80 vol% dari material restorasi
ini terbuat dari resin. Jumlah resin yang lebih banyak daripada filler
anorganik menghasilkan penyerapan air yang lebih besar yaitu 1,4-1,7
mg/cm2, koefisien ekspansi termal yang lebih tinggi sebesar 50-60 ppm/ºC,
dan modulus elastisitas yang lebih rendah yaitu 3-6 GPa. Partikel yang
mengalami proses prepolimerisasi dan terikat lemah juga menyebabkan
kekuatan tarikan menjadi rendah, yaitu 30-50 MPa (Anusavice, 2003).
Komposit microfiller dapat bertahan selama beberapa tahun. Tingkat
ketahanannya terhadap keausan sebanding dengan komposit yang
memiliki filler dengan wt% dan vol% tinggi serta dirancang khusus untuk
permukaan oklusal dari restorasi gigi posterior. Namun dalam jangka
waktu yang panjang, komposit microfiller dapat mengalami kerusakan jika
dipakai di area yang rawan dan pada tingkat yang terlalu cepat untuk
diterima kinerja klinis. Jika digunakan pada area kontak proksimal, dapat
mengakibatkan “drifting” pada gigi anterior. Keausan yang terjadi selama
pemakaian berhubungan dengan propagasi fraktur yang terjadi di sekitar
partikel filler yang terikat dengan lemah (Anusavice, 2003).
E. MANIPULASI RESIN KOMPOSIT
Email dan dentin dari kavitas dietsa dengan asam selama 30 detik dan
pada umumnya etsa yang isediakan oleh pabrik terdiri dari gel asam fosfor
dengan konsentrasi antara 10-15 % atau 34-37 %. Setelah 30 detik etsa
dibersihkan dengan menggunakan air dan kavitas dikeringkan secara perlahan
dengan angin. Bonding agent diaplikasikan ke dalam kavitas sehingga
berpenetrasi ke dalam email dan dentin yang dietsa dan memberikan retensi
mikro mekanis untuk restorasi.(Powers, et al, 2008)
Resin komposit yang tersedia pada umumnya adalah single-paste
composite, komposit ini adalah komposit dengan aktivasi polimerisasi
4
cahaya. Komposit ini disediakan dalam berbagai jenis warna di dalam
syringe sekali pakai. Syringe ini terbuat dari plastic opaque untuk melindungi
material dari terekspos cahaya dan dapat disimpan untuk jangka waktu yang
lama (Powers, et al, 2008).
F. KELEBIHAN RESIN KOMPOSIT MIKROFILLER
a. Kelebihan Komposit
1. Warna dan tekstur material bisa disamakan dengan gigi pasien dengan
menambah material pengisi.
2. Bisa digunakan untuk merubah warna, ukuran dan bentuk gigi untuk
memperbaiki senyuman.
3. Tidak mengandung merkuri.
4. Sangat bermanfaat untuk gigi anterior dan kavitas kecil pada gigi
posterior dengan beban gigitan yang tidak terlalu besar dan
mementingkan estetis.
5. Hanya sedikit gigi yang perlu dipreparasi untuk pengisian bahan
tambalan berbanding amalgam (Anusavice, 2003).
b. Kelebihan Komposit berbahan pengisi Mikrofiller
Dalam mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit
tradisional, dikembangkan suatu bahan yang menggunkan partikel
silika koloidal sebagai bahan pengisi anorganik. Partikelnya berukuran
0,04 µm; jadi partikel tersebut lebih kecil 200-300 kali di bandingkan
rata-rata partikel quartz pada komposit tradisional. Komposit ini
memiliki permukaan yang halus serupa dengan tambalan resin akrilik
tanpa bahan pengisi. Dari segi estetis resin komposit mikrofiller lebih
unggul, tetapi sangat mudah aus karena partikel silika koloidal
cenderung menggumpal dengan ukuran 0,04 sampai 0,4 µm. Selama
pengadukan sebagian gumpalan pecah, manyebabkan bahan pengisi
terdorong. Menunjukan buruknya ikatan antara partikel pengisi
dengan matriks sekitarnya. Kekuatan konfresif dan kekuatan tensil
5
menunjukkan nilai sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan resin
komposit konvensionl. (Bhat,V.S, 2006)
G. KEKURANGAN RESIN KOMPOSIT MIKROFILLER
Komposit ini memiliki permukaan yang halus serupa dengan
tambalan resin akrilik tanpa bahan pengisi. Dari segi estetis resin
komposit mikrofiller lebih unggul, tetapi komposit berbahan pengisi
mikro memiliki sifat fisik dan mekanik yang kurang bila dibandingkan
dengan komposit tradisional. Hal ini sudah diperkirakan karena 50-70%
volume bahan restorasi dibuat dari resin. Jumlah resin yang lebih banyak
bila dibandingkan dengan bahan pengisi menyebabkan penyerapan air
yang lebih tinggi, koefisien ekspansi termal yang lebih tinggi, dan
penurunan modulus elastisitas. Sebagai tambahan, lemahnya ikatan dari
partikel pra-polimerisasi terhadap matriks resin menghasilkan keadaan
yang serupa dengan komposit yang mengandung partikel pengisi tanpa
proses silanisasi (Anusavice, 2004). Lemahnya ikatan ini menyebabkan
restorasi menjadi lebih mudah pecah pada bagian tepi dan dapat memicu
terjadinya karies. Penurunan kekuatan tarik mungkin berhubungan
dengan adanya retakan di sekitar partikel bahan pengisi yang diikat
secara buruk. Selain itu resin komposit jenis ini juga sangat mudah aus
karena partikel silika koloidal cenderung menggumpal dengan ukuran
0,04 sampai 0,4 μm. Selama pengadukan sebagian gumpalan pecah,
menyebabkan bahan pengisi terdorong. Menunjukkan buruknya ikatan
antara partikel pengisi dengan matriks sekitarnya.
Ukuran dari resin komposit mikrofiller yang kecil pun memberikan
kelemahan. Sebuah partikel yang lebih kecil memiliki luas permukaan
yang relatif lebih besar sehubungan dengan volume partikel yang lebih
besar. Sebuah kubus memiliki luas permukaan yang sama dengan jumlah
dari keenam sisinya. Jika kubus dipotong setengahnya, dua buah
potongan tersebut sama memiliki total luas permukaan sebesar kubus asli
ditambah daerah baru kedua belah potongan yang dibuat ketika kubus
asli dipotong. Ketika kubus terus dipotong menjadi potongan kecil dan
6
lebih kecil, permukaan baru terus-menerus menambahkan permukaan
baru ke daerah asli kubus. Sementara volume bahan yang didapatkan
sama dengan volume kubus asli, luas permukaan terus berkembang
dengan setiap segmen baru yang terbentuk. Fakta ini menjelaskan
kelemahan dari partikel mikro bila dibandingkan dengan partikel
berukuran makro. Karena gesekan disebabkan dari luas permukaan yang
terlibat, luas permukaan partikel mikro yang bertambah akan
meningkatkan gesekan internal dan banyak volume dari partikel mikro
terdapat dalam pasta membuat komposit begitu kaku sehingga menjadi
sangat sulit bagi dokter gigi untuk memanipulasinya. Kedua produk
makrofil dan mikrofil memiliki kelemahan tambahan, yaitu tidak
mengandung bahan radiopaque yang membuat pembusukan sulit
dibedakan pada x-ray (Martin S. Spiller, 2000).
H. PERTIMBANGAN KLINIS DARI KOMPOSIT MIKROFILLER
Untuk kebanyakan aplikasi, penurunan sifat fisik tidak
menyebabkan masalah. Namun, dalam keadaan yang memerlukan
ketahanan terhadap tekanan, seperti kavitas kelas I, II dan IV,
kemungkinan pecahnya restorasi lebih besar. pecahnya restorasi sering
kali teramati pada tepi tambalan yang disebabkan oleh tidak terikatnya
bahan pengisi prapolimerisasi. Untuk mengurangi kemungkinan
pecahnya tepi restorasi, disarankan menggunakan bur intan bukan bur
tungsten carbide, sewaktu mengasah komposit berbahan pengisi mikro.
Bagaimanapun juga, komposit berbahan pengisi mikro banyak digunakan
dewasa ini. karena permukaannya halus, bahan ini menjadi resin pilihan
untuk merestorasi estetika gigi anterior, khususnya untuk daerah yang
tidak perlu menahan beban dan untuk menambal daerah sub-gingival
(Annusavice, 2007)
I. TREND MASA KINI
7
1. PENGGUNAAN RESIN KOMPOSIT MIKROFILER SEBAGAI
BAHAN RESTORASI FIBER-REINFORCED DIRECT BONDED
Ide untuk menggunakan fiber sebagai alat perekat / tali pengekang
antar gigi merupakan hal yang kuno. Hal yang memberi inspirasi pada
teknik tersebut adalah bagaimana orang mesir kuno yang membangun
kota dan monumen mereka, diperkuat dengan tanah liat dan jerami
yang merupakan bahan berserat (fiber). Perekat anatar gigi dibuat
dengan pontic komposit dan terikat pada aspek lingual dari gigi.
Prostesis ini lebih mudah dalam hal fabrikasi dan dapat diselesaikan
dalam sekali kunjungan. Secara umum, ikatan pontic ini dibuat dari
akrilik, komposit, atau gigi yang diekstraksi harus dipertimbangkan
sebagai penggantian jangka pendek. Namun, ketika bahan penguat
serat yang tepat digunakan, kemungkinan keberhasilan jangka panjang
akan lebih besar.
Dan salah satu bahan penyusun serat ini adalah komposit mikrofiler.
Komposit mikrofiller renamel (Cosmedent Inc) dengan warna
kegelapan A-35, diletakkan pada kuring facial, shaped dan light.
Mikrofiller renamel pada incisal medium shade diletakkan sebagai
lapisan terakhir facial dan light cured . (Ian, 2000)
2. NANO HYBRID KOMPOSIT
Nano-Hybrid adalah resin komposit yang biasanya dikenal sebagai
“small-particle composites”.komposit ini merupakan kombinasi dari
makrofill partikel dengan sebagian dari mikrofill partikel dan
merupakan resin komposit yang paling umum dipakai sekarang.
( Panto, 2011)
Hibrid partikel kecil (Small-particle hybrid) resin komposit ini
memiliki ukuran partikel antara 0.1-6.0 mikron dan biasanya
dikombinasikan dengan colloidal silica. Ukuran partikel yang kecil
membuat komposit ini dapat dipolish dengan permukaan yang lebih
halus dibandingkan komposit dengan partikel yang besar.4Nano hibrid
resin komposit merupakan salah satu jenis hibrid resin komposit yang
8
mengandung partikel filler yang berukuran nano (0.005-0.01 mikron)
pada matriks resinnya.2 (Panto, 2011)
Nano hibrid resin komposit dapat dikategorikan sebagai resin
komposit universal pertama dimana kemampuan penanganan dan
kemampuan polish didapat dari mikrofill komposit, serta kekuatan dan
ketahanan pemakaian dari komposit makro hibrid, sehingga nano
hibrid resin komposit dapat digunakan sebagai restorasi pada gigi
anterior dan sekaligus dapat dipakai sebagai restorasi pada gigi
posterior.2
Matriks resin pada nano hibrid resin komposit masih dengan
dasar bis-GMA, inorganik filler nano hibrid resin komposit ini pada
umumnya terdiri dari zirconium/silica atau partikel nanosilica dengan
ukuran berkisar 25 nm.5 Dengan ukuran partikel yang lebih kecil,
nano hybrid resin komposit mempunyai hasil akhir yang lebih baik
yang dinilai dari tekstur permukaan komposit dan kemungkinan
biodegradasi material karena pemakaian dapat dikurangi.5 Ukuran
partikel yang lebih kecil memastikan curing shrinkage yang lebih
sedikit, menimbulkan defleksi dinding cusp yang lebih kecil dan
mengurangi adanya mikrofisur pada tepi enamel yang dapat
menyebabkan marginal leakage, perubahan warna dari tambalan,
penetrasi bakteri dan mungkin post-operative sensitifitas.
Sifat-sifat nano hibrid resin komposit memiliki compressive
strength yang cukup bagus sehingga bahan ini juga dapat digunakan
sebagai tambalan pada gigi posterior yang memerlukan tekanan yang
besar. Bahan ini juga memiliki ketahanan pemakaian yang cukup
bagus karena ukuran partikelnya yang kecil. Nano hibrid resin
komposit ini adalah bahan yang dapat digunakan sebagai tambalan
estetis pada gigi anterior dan juga tambalan pada gigi posterior yang
membutuhkan ketahanan pemakaian. Juga dapat dipakai sebagai core
build up, perbaikan veneer, komposit inlay,estetik odontoplasti, serta
perbaikan komposit dan porcelain yang rusak.
9
Nanohybrid resin komposit terbukti dapat digunakan pada
setiap kavitas dibandingkan dengan resin komposit lainnya, walaupun
demikian bahan nanohybrid resin komposit ini masih mempunyai
beberapa kelemahan yaitu polimerisasi shrinkage yang masih
didapatkan dari bahan ini membuat operator harus memiliki teknik
yang baik. (Panto, 2011)
3. SISTEM APLIKASI LANGSUNG RESIN NANOKOMPOSIT:
EVOLUSI RESIN KOMPOSIT KONTEMPORER
Nanoteknologi Dengan Resin Komposit
Dalam teknologi resin komposit, ukuran partikel dan kuantitas
sangat penting ketika menentukan cara terbaik untuk memanfaatkan
bahan restoratif. Perubahan komponen pengisi tetap menjadi
perkembangan paling signifikan dalam evolusi resin komposit, karena
ukuran partikel pengisi, distribusi, dan kuantitas dimasukkan secara
dramatis mempengaruhi sifat mekanik dan keberhasilan klinis resin
komposit. Secara umum, sifat mekanik dan fisik komposit meningkat
yang kaitannya dengan jumlah pengisi yang ditambahkan. Banyak
sifat mekanik tergantung pada fase pengisi, termasuk kekuatan dan /
atau kekerasan cetakan, kekuatan lentur, modulus elastisitas, koefisien
ekspansi termal, penyerapan air, dan ketahanan aus. (Terry, 2004)
Nanoteknologi dapat memberikan resin komposit dengan partikel
filler yang secara dramatis lebih kecil, dapat terlarut dalam konsentrasi
yang lebih tinggi, dan dipolimerisasikan ke dalam sistem resin dengan
molekul yang dirancang agar kompatibel ketika digabungkan dengan
polimer, dan memberikan karakteristik unik (fisik, mekanik, dan optik
). Selain itu, mengoptimalkan adhesi biomaterial restoratif untuk
jaringan keras yang termineralisasi gigi merupakan faktor penentu
untuk meningkatkan kekuatan mekanik, adaptasi tepi, dan seal,
sekaligus meningkatkan kehandalan dan ketahanan dari restorasi
adhesive. Ukuran partikel komposit konvensional sangat berbeda
dengan ukuran struktural kristal hidroksiapatit, tubulus dentin, enamel
dan batang, bahwa terdapat potensial untuk berkompromi dalam
10
adhesi antara makroskopik (40 nm sampai 0,7 nm) bahan restorasi dan
nanoscopic (1nm sampai 10 nm dalam ukuran) struktur gigi. Sistem
nanokomposit memiliki potensi untuk meningkatkan kesinambungan
antara struktur gigi dan partikel filler nanosized dan menghasilkan
interface yang lebih stabil dan alami antara jaringan keras yang
termineralisasi gigi biomaterial restoratif terdepan. (Terry,2004)
11
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. 2003, Phillips’ Science of Dental Materials, Saunders
Elsevier, Missouri
Anusavice. Phillip’s Science of Dental Materials. 11th ed. 2004. Philadelphia:
W.B. Saunders Company. 2007: p426.
Bhat, V. Shama 2006, Science of Dental Materials (Clinical Applications), CBS
Publishers & Distributors Pvt. Ltd., New Delhi pp. 303,309
Garg, N. and Garg, A. Textbook of Operative Dentistry, 2010. Jaypee, New Delhi.
Ian, E.Shuman 2000, ‘Replacement of a tooth with a fiber-reinforced direct
bonded restoration’, Journal of General Dentistry,pp.4
Panto, Vincent. (2011). Nano Hibrid Resin Komposit. [Online]. Tersedia:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21456. [10 April 2012]
Powers JM, Wataha JC. Dental Materials: Properties and Manipulation. 9th ed.
USA:Mosby, 2008: 69-93.
Powers JM, Sakaguchi RL. CRAIGS’S Restorative Dental Materials. 12th ed.
Missouri : Evolve, 2003 : 229
Sinulingga, Andri. (2011). Microleakage Pada Restorasi Resin Komposit.
[Online]. Tersedia:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24993/3/Chapter
%20II.pdf. [10 April 2012]
Soratur, SH. Essentials of Dental Materials, 2002, Jaypee, New delhi.
12
Spiller, M.S 2000, Types of Composites, The United Nations, accessed 10 April
2013, http://doctorspiller.com/Composites/types_of_composites.htm
Terry, Douglas A, 2004 Direct Applications Of A Nanocomposite Resin System:
Part 1 — The Evolution Of Contemporary Composite Materials no. 6, vol
16, pg. 419-420.
Hutagalang, Putri sari, 2011. Restorasi Rigid komposit, accessed 11 April 2013,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30012/4/Chapter
%20II.pdf
13