restorasi plastis resin komposit

49
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO V Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial Blok Kuratif dan Rehabilitatif III Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Disusun oleh: 1. Achmad Hendrawan (131610101001) 2. Wahyu Hidayat (131610101002) 3. Ikatanti Ratna Aggraini (131610101028) 4. Diah Indah Pratiwi (131610101033) 5. Ari Kurniasari (131610101038) 6. Nur Sita Dewi (131610101045) 7. Dhystika Zahrah Septania (131610101048) 8. Loly Sinaga (131610101057) 9. Achmad Yusuf (131610101092) 10.Meirisa Yunastia (131610101089) 1

Upload: ari-kurniasari

Post on 15-Jul-2016

184 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

Restorasi Plastis Resin Komposit

TRANSCRIPT

Page 1: Restorasi Plastis Resin Komposit

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO V

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial

Blok Kuratif dan Rehabilitatif III

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Disusun oleh:

1. Achmad Hendrawan (131610101001)

2. Wahyu Hidayat (131610101002)

3. Ikatanti Ratna Aggraini (131610101028)

4. Diah Indah Pratiwi (131610101033)

5. Ari Kurniasari (131610101038)

6. Nur Sita Dewi (131610101045)

7. Dhystika Zahrah Septania (131610101048)

8. Loly Sinaga (131610101057)

9. Achmad Yusuf (131610101092)

10. Meirisa Yunastia (131610101089)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

MARET 2016

1

Page 2: Restorasi Plastis Resin Komposit

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Tutor : drg. Dwi Warna Aju F., M.Kes.

Ketua : Ari Kurniasari (131610101038)

Scriber Meja : Diah Indah Pratiwi (131610101033)

Scriber Papan : Nur Sita Dewi (131610101045)

Anggota :

1. Achmad Hendrawan (131610101038)

2. Wahyu Hidayat (131610101002)

3. Ikatanti Ratna Aggraini (131610101028)

4. Dystika Zahra Septania (131610101048)

5. Loly Sinaga (131610101057)

6. Achmad Yusuf (131610101092)

7. Meirisa Yunastia (131610101089)

2

Page 3: Restorasi Plastis Resin Komposit

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Restorasi Resin

Komposit, Makalah ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok V

pada skenario kedua.

Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

oleh karena itu penyusun ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. drg. Dwi Warna Aju F., M,Kes. selaku tutor yang telah membimbing

jalannya diskusi tutorial kelompok V Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Jember dan telah memberikan masukan yang membantu bagi

pengembangan ilmu yang telah penyusun dapatkan.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan dalam

perbaikan–perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 2 Maret 2016

Penyusun

3

Page 4: Restorasi Plastis Resin Komposit

DAFTAR ISI

Daftar Anggota Kelompok ..................................................................................

Kata Pengantar .....................................................................................................

Daftar Isi ..............................................................................................................

Skenario ...............................................................................................................

BAB I Pendahuluan...............................................................................................

BAB II Tinjauan Pustaka......................................................................................

BAB III Diskusi.....................................................................................................

BAB IV Kesimpulan.............................................................................................

Daftar Pustaka ......................................................................................................

Lampiran...............................................................................................................

4

Page 5: Restorasi Plastis Resin Komposit

SKENARIO 2

Restorasi Plastis Komposit

Seorang laki-laki umur 25 tahun dating ke tempat praktek dokter gigi

mengeluhkan malu saat tersenyum karena gigi depan atas berlubang, dan ngilu

bila minum minuman dingin, dan belum ada keluhan spontan. Pasien

menginginkan untuk dilakukan penambalan sewarna gigi. Hasil pemeriksaan

klinis tampak gigi 12 karies media klas IV Black. Tes vitalitas positif, tes perkusi

dan tekan negative, tidak ada kegoyangan, dan gigi masih bisa dipertahankan.

Diagnosa klinis gigi 12 adalah pulpitis reversible. Dokter gigi merencanakan

perawatan dengan tumpatan plastis resin komposit.

5

Page 6: Restorasi Plastis Resin Komposit

MAPPING

6

Restorasi

Plastis Rigid

Onlay

Karies

Inlay CrownGIAmalgam Komposit

Indikasi dan kontraindikasi Klasifikasi Kelebihan dan

kekuranganDesain kavitas

Tahap preparasi

Tahap restorasi

Page 7: Restorasi Plastis Resin Komposit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resin komposit digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang

serta memodifikasi warna dan kontur gigi, serta menambah estetis. Bahan resin

komposit sudah sangat luas digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai bahan

tumpatan yang mementingkan estetik (restorative esthetic material). Pada

umumnya resin komposit yang dipasarkan adalah bahan universal yang berarti

dapat digunakan untuk restorasi gigi anterior maupun posterior.

Dalam ilmu kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu

pada penambahan polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin.

Resin komposit digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi

bentuk dan warna gigi sehingga akhirnya dapat mengembalikan fungsinya. Resin

komposit dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu resin matriks, partikel bahan

pengisi, dan bahan coupling.

Resin komposit termasuk bahan tumpatan langsung yang sewarna dengan

gigi. Resin komposit digunakan untuk menggati struktur gigi yang hilang,

memodifikasi warna gigi dan kontur sehingga menambah estetika wajah.

Dalam penatalaksanaannya, komposit memerlukan keterampilan khusus

operator dalam teknik isolasi, pemilihan bahan tumpatan, desain kavitas dan

teknik manipulasi serta finishing dan polishing, sehingga tidak memengaruhi

faktor keberhasilan dari resotrasi plastis resin komposit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja klasifikasi resin komposit?

2. Apa indikasi dan kontraindikasi resin komposit?

3. Apa kelebihan dan kekurangan resin komposit?

4. Bagaimana tahapan preparasi dan restorasi resin komposit?

7

Page 8: Restorasi Plastis Resin Komposit

1.3 Learning Objective

1 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan klasifikasi resin

komposit

2 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan

kontraindikasi resin komposit

3 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kelebihan dan

kekurangan resin komposit

4 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan

8

Page 9: Restorasi Plastis Resin Komposit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

9

Page 10: Restorasi Plastis Resin Komposit

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Klasifikasi Resin Komposit

a. 3 jenis resin komposit berdasarkan aktivasi polimerisasi yang berbeda, yaitu:

- Visible-light-activated systems

Resin komposit yang tersedia di pasaran sekarang biasanya memakai

sistem ini. Visible-light-activated systems mengandung dua komponen

initiator sistem, terdiri dari di-ketone dan tertiary amine. Di-ketone yang

fotosensitif, biasanya 0,2-0,7% champhorquinone, menyerap energi radiasi

dengan panjang gelombang 450-475 nm yang dipancarkan dari quartz

halogen, laser, plasma arc dan yang paling baru Light Emitting Diodes

(LED). Energi minimum yang dibutuhkan untuk curing yang adekuat

adalah 300 mW/cm2 tetapi peneliti menunjukkan bahwa dengan intensitas

cahaya 100 mW/cm2 kedalaman curing dan perubahan dari monomer resin

jauh lebih baik menggunakan LED daripada dengan menggunakan

halogen dan photon yang dipancarkan oleh LED lebih bisa diserap oleh

champhorquinone.

- Chemically activated systems

Resin komposit ini dijual dalam bentuk pasta base dan catalyst ataupun

dalam bentuk powder-liquid. Salah satu bagian dari base dan catalyst

maupun powder-liquid akan mengandung sebuah initiator, benzoyl

peroxide, dan bagian lainnya tertiary aromatic amine accelerator yang

ketika dicampurkan kedua bagian ini akan memicu polimerisasi dari resin

komposit.

- Sistem lain (Dual-activated)

Dual-activated komposit memiliki dua sistem pemicu polimerisasi yaitu

light-activated dan chemically activated. Light-activation digunakan untuk

memicu polimerisasi dan chemical-activation diandalkan untuk

melanjutkan dan melengkapi reaksi setting dari resin komposit.

10

Page 11: Restorasi Plastis Resin Komposit

b. Lutz dan Phillips (1983) mengklasifikasikan resin komposit berdasarkan ukuran

partikel filler, yaitu:

- Komposit berbahan pengisi mikro

Dalam mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit tradisional,

dikembangkan suatu bahan yang menggunkan partikel silika koloidal

sebagai bahan pengisi anorganik. Partikelnya berukuran 0,04 μm; jadi

partikel tersebut lebih kecil 200-300 kali di bandingkan rata-rata partikel

quartz pada komposit tradisional. Komposit ini memiliki permukaan yang

halus serupa dengan tambalan resin akrilik tanpa bahan pengisi. Dari segi

estetis resin komposit mikro filler lebih unggul, tetapi sangat mudah aus

karena partikel silika koloidal cenderung menggumpal dengan ukuran 0,04

sampai 0,4 μm. Selama pengadukan sebagian gumpalan pecah,

manyebabkan bahan pengisi terdorong. Menunjukan buruknya ikatan

antara partikel pengisi dengan matriks sekitarnya. Kekuatan konpresif dan

kekuatan tensil menunjukkan nilai sedikit lebih tinggi dibandingkan

dengan resin komposit konvensional. Kelemahan dari bahan ini adalah

ikatan antara partikel komposit dan matriks yang dapat mengeras adalah

lemah mempermudah pecahnya suatu restorasi.

- Resin komposit berbahan pengisi partikel kecil

Komposit ini dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan dari

permukaan komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap

mempertahankan atau bahkan meningkatkan sifat mekanis dan fisik

komposit tradisional. Untuk mencapai tujuan ini, bahan pengisi anorganik

ditumbuk menjadi ukuran lebih kecil dibandingkan dengan yang biasa

digunakan dalam komposit tradisional.

Rata-rata ukuran bahan pengisi untuk komposit berkisar 1-5 μm tetapi

penyebaran ukuran amat besar. Distribusi ukuran partikel yang luas ini

memungkinkan tingginya muatan bahan pengisi, dan komposit berbahan

pengisi partikel kecil umumnya mengandung bahan pengisi anorganik

yang lebih banyak (80 % berat dan 60-65 % volume). Beberapa bahan

11

Page 12: Restorasi Plastis Resin Komposit

pengisi partikel kecil menggunakan quartz sebagai bahan pengisi, tetapi

kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat.

- Komposit hibrida

Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperoleh

kehalusan permukaan yang lebih baik dari pada partikel yang lebih kecil,

sementara mempertahankan sifat partikel kecil tersebut. Ukuran partikel

kacanya kira-kira 0,6- 1,0 mm, berat bahan pengisi antara 75-80% berat.

Sesuai namanya ada 2 macam partikel bahan pengisi pada komposit

hybrid. Sebagian besar hibrid yang paling baru pasinya mengandung silica

koloidal dan partikel kaca yang mengandung logam berat. Silica koloidal

jumlahnya 10-20% dari seluruh kandungan pasinya.

Sifat fisik dan mekanis dari sitem ini terletak diantara komposit

konvensional dan komposit partikel kecil, bahan ini lebih baik

dibandingkan bahan pengisi pasi-mikro. Karena permukaannya halus dan

kekuatannya baik, komposit ini banyak digunakan untuk tambalan gigi

depan, termasuk kelas IV. Walaupun sifat mekanis umumnya lebih rendah

dari komposit partikel kecil, komposit hibrida ini juga sering digunakan

untuk tambalan gigi belakang.

- Komposit konvensional

Resin komposit konvensionaldisebut juga komposit tradisional atau

komposit makrofiler, karena ukuran partikel pengisinya yang relatif besar.

Bahan pengisi yang sering digunakan adalah quartz dengan ukuran rata-

rata 8-12 μm. Komposit ini lebih tahan terhadap abrasi namun memiliki

permukaan yang kasar, dan umumnya bersifat radiolusen. Sifat-sifat

mekanik baik, jarang terjadi fraktur. Permukaan dapat mengikat plak,

sukar dipoles. Mempunyai kecenderungan berubah warna. Indikasi untuk

tumpatan dengan tekanan kunyah besar (kelas IV dan II).

12

Page 13: Restorasi Plastis Resin Komposit

No TipeUkuran Partikel

(µm)

% bahan pengisi

(persatuan berat)

1. Konvensional (large

particle)

8-12

15-35

78

2. Partikelkecil (Fine

particle)

1-8 70-86

3. Mikro (mikrofine) 0,04 25-63

4. Hibrid (blended) 0,04 dan 1-5 77-80

c. Resin komposit juga diklasifikasikan berdasarkan persentase muatan fillernya,

yaitu :

- Resin komposit flowable

Pada pertengahan tahun 1990, diperkenalkan resin komposit flowable

sebagai bahan tambalan alternatif untuk restorasi kavitas klas V.2 Resin

komposit ini memiliki ukuran partikel filler yang berkisar antara 0,04-1 µm

dan persentase komposisi atau muatan filler nya berkurang hingga 44-54 %.7

Komposisi filler inorganik yang rendah dan komposisi resin yang lebih

banyak menyebabkan resin komposit tipe ini memiliki daya alir yang sangat

tinggi dan viskositas atau kekentalannya cukup rendah, sehingga dapat

dengan mudah untuk mengisi atau menutupi celah kavitas yang kecil.3,4,5

Resin komposit flowable memiliki modulus elast isitas yang rendah

menyebabkan bahan ini lebih fleksible, penumpatan bahan yang lebih

mudah, cepat, teliti, mudah beradaptasi, sangat mudah dipolish, radiopak,

dan mengandung fluoride serta pengurangan sensitifitas setelah

penumpatan.4 Selain itu, resin komposit flowable dapat membentuk sebuah

lapisan elastis yang dapat mengimbangi tekanan pengerutan polimerisasi.6

Indikasi bahan restorasi ini ditujukan untuk kavitas dengan invasif minimal

13

Page 14: Restorasi Plastis Resin Komposit

seperti restorasi klas I dan klas II dengan tekanan oklusal yang ringan,

restorasi kavitas klas V, juga dapat digunakan sebagai liner.4

- Resin komposit packable

Resin komposit packable memiliki ukuran partikel filler yang berkisar antara

0,7-2 µm dan persentase komposisi atau muatan filler nya berkisar antara 48-

65 % volume.7 Komposisi filler yang tinggi dapat menyebabkan kekentalan

atau viskositas bahan menjadi meningkat sehingga sulit untuk mengisi celah

kavitas yang kecil. Tetapi dengan semakin besarnya komposisi filler juga

menyebabkan bahan ini dapat mengurangi pengerutan selama polimerisasi,

memiliki koefisien ekspansi termal yang hampir sama dengan struktur gigi,

dan adanya perbaikan sifat fisik terhadap adaptasi marginal. Resin komposit

ini juga diharapkan dapat menunjukkan sifat-sifat fisik dan mekanis yang

baik karena memiliki kandungan filler yang tinggi.8,9,10,11,12 Resin komposit

packable diindikasikan untuk gigi posterior karena daya tahannya terhadap

tekanan sehingga dapat mengurangi masalah kehilangan kontak. 12 Resin

komposit ini diindikasikan untuk restorasi klas I, klas II dengan luas kavitas

yang kecil, dan klas V.10

d. Berdasarkan ukuran partikel, bahan pengisi anorganik resin komposit juga

dibagi menjadi: 16

- Megafiller : ukuran partikel lebih besar dari 100 µm.

- Macrofiller : ukuran partikel 10-100 µm

- Midifiller : ukuran partikel 1-10 µm

- Minifiller : ukuran partikel 0,1-1 µm

- Microfiller : ukuran partikel 0,01-0,1 µm

- Nanofiller : ukuran partikel ,005-0,01 µm

14

Page 15: Restorasi Plastis Resin Komposit

3.2 Indikasi dan Kontraindikasi Resin Komposit

Indikasi :

- Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI

- Fondasi atau corebuildups

- Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif)

- Prosedur estetis tambahan

- Partial veneers

- Full veneers

- Modifikasi kontur gigi

- Penutupan/perapatan diastema

- Semen (untuk restorasi tidak langsung)

- Restorasi sementara

- Periodontal splinting

- Aman untuk restorasi lesi kecil dan memiliki nilai estetik yang sangat

bagus

- Cukup untuk menerima tekanan oklusal yang sedang tapi lebih cepat

- Lesi interproksimal (klas III) pada gigi anterior Lesi pada permukaan

fasial gigi anterior (klas V)

- Lesi pada permukaan gigi premolar

- Hilangnya sudut incisal gigi

- Fraktur gigi anterior

- Membentuk kembali gigi untuk mendukung restorasi tuang

- Lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior ( klas I & II)

- Ikatan jangka panjang dengan dentin diragukan, untuk mengembangkan

adhesi dentin digunakan penghubung yaitu GIC

The American Dental Association (ADA) mengindikasikan kelayakan resin

komposit untuk digunakan sebagai pit and fissura sealant, resin preventif, lesi

awal kelas I dan II yang menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif,

restorasi kelas I dan II yang berukuran sedang, restorasi kelas V, restorasi pada

tempat-tempat yang memerlukan estetika, dan restorasi pada pasien yang alergi

atau sensitif terhadap logam.

15

Page 16: Restorasi Plastis Resin Komposit

ADA tidak mendukung penggunaan komposit pada gigi dengan tekanan

oklusal yang besar, tempat atau area yang tidak dapat diisolasi, atau pasien yang

alergi atau sensitif terhadap material komposit. Jika komposit digunakan seperti

yang telah disebutkan sebelumnya, ADA menyatakan bahwa "ketika digunakan

dengan benar pada gigi-geligi desidui dan permanen, resin berbahan dasar

komposit dapat bertahan seumur hidup sama seperti restorasi amalgam kelas I,

II, dan V.

Kontraindikasi:

Kontraindikasi utama dari penggunaan resin komposit sebagai material

restorasi adalah berhubungan dengan faktor-faktor yang muncul seperti isolasi,

oklusi dan operator. Jika gigi tidak dapat diisolasi dari kontaminasi cairan mulut

maka resin komposit atau bahan bonding lainnya tidak dapat digunakan. Hal ini

terjadi karena resin komposit bersifat sangat sensitif dan memerlukan

ketelitian. Bila terkontaminasi cairan mulut, kemungkinan restorasi akan lepas.

Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin komposit

sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit kekuatan menahan

tekanan oklusi lebih rendah dibandingkan amalgam. Diperlukan memperkuat sisa

struktur gigi yang tidak dipreparasi dengan prosedur restorasi komposit. Adanya

perluasan restorasi hingga mencapai permukaan akar, menyebabkan adanya celah

pada pertemuan komposit dengan akar. Penggunaan liner pada area permukaaan

akar dapat mengurangi kebocoran, celah dan sekunder karies. Tumpatan

menggunakan komposit pada gigi posterior akan cepat rusak pada pasien dengan

tenaga pengunyahan yang besar atau bruxism, karena bahan komposit mudah

aus. Pasien dengan insidensi karies tinggi serta kebersihan mulut tidak terjaga

juga dianjurkan untuk tidak menggunakan tumpatan resin komposit.

- Faktor isolasi

Agar restorasi komposit dapat berhasil (untuk memulihkan fungsi, tidak

mengganggu jaringan, dan retensi pada gigi), komposit harus berikatan

dengan struktur gigi, yaitu email dan dentin. Struktur gigi yang dibonding

memerlukan lingkungan yang terisolasi dari kontaminasi cairan mulut atau

kontaminan lainnya. Kontaminasi tersebut akan menghalangi

16

Page 17: Restorasi Plastis Resin Komposit

pembentukan ikatan. Jika daerah operasi dapat diisolasi dengan baik, maka

prosedur bonding yang dilakukan akan berhasil. Hal ini berlaku untuk

penggunaan restorasi komposit, bonded amalgam, atau ionomer kaca,

serta bonding restorasi tidak langsung dengan penggunaan agen

penyemenan yang tepat. Jika daerah operasi tidak dapat sepenuhnya

dilindungi dari kontaminasi, maka yang digunakan adalah sebuah

restorasinonbonded amalgam, karena kehadiran cairan mulut tidak

menyebabkan masalah klinis yang signifikan dengan amalgam.

- Faktor oklusal

Material resin komposit kurang resisten dibandingkan dengan amalgam,

namun penelitian menyatakan bahwa daya resistensi resin komposit tidak

jauh berbeda dengan amalgam. Pada pasien dengan kekuatan oklusal yang

besar, bruxism atau restorasi pada seluruh permukaan oklusal penggunaan

amalgam lebih baik dibandingkan dengan resin komposit. Namun pada

gigi dengan dengan tekanan oklusal yang normal dan kontak oklusal

normal pada struktur gigi penggunaan resin komposit baik sebagai bahan

restorasinya.

- Kemampuan operator

Preparasi gigi untuk restorasi dengan resin komposit relatif mudah dan

tidak kompleks apabila dibandingkan dengan amalgam, namun dalam hal

isolasi gigi, penempatan etsa, primer dan bahan adhesif pada struktur gigi,

insersi, finishing dan polishing dari resin komposit lebih sulit dari restorasi

amalgam. Dan menurut Jordan (1988), restorasi dengan komposit lebih

sulit digunakan pada gigi posterior, prosedur finishing yang lama, serta

proteksi pulpa menjadi lebih faktor kritis dibandingkan dengan amalgam

karena komposit merupakan material yang bersifat toksik. Dan waktu yang

dibutuhkan untuk penambalan lebih lama dan operator harus lebih berhati-

hati. Untuk itu operator harus memberikan perhatian yang besar dan detail

pada penyelesaian restorasi komposit secara sempurna. Kemampuan dan

pengetahuan dari penggunaan material dan keterbatasannya sangat

dibutuhkan oleh operator dalam menggunakan resin komposit sebagi

bahan restorasi.

17

Page 18: Restorasi Plastis Resin Komposit

3.3 Kelebihan dan Kekurangan Resin Komposit

Kelebihan :

- Warna dan tekstur material bisa disamakan dengan gigi pasien dengan

menambah material pengisi.

- Bisa digunakan untuk merubah warna, ukuran dan bentuk gigi untuk

memperbaiki senyuman.

- Tidak mengandung merkuri.

- Sangat bermanfaat untuk gigi anterior dan kavitas kecil pada gigi posterior

dengan beban gigitan yang tidak terlalu besar dan mementingkan estetis.

- Hanya sedikit gigi yang perlu dipreparasi untuk pengisian bahan tambalan

berbanding amalgam.

- Bahan tambal ini meraih popularitas karena sifatnya yang dapat melepas

fluor yang sangat berperan sebagai antikaries. Dengan adanya bahan

tambal ini, resiko kemungkinan untuk terjadinya karies sekunder di bawah

tambalan jauh lebih kecil dibanding bila menggunakan bahan tambal lain

- Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan sangat baik (tidak

menimbulkan reaksi merugikan terhadap tubuh).

- Material ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme

perlekatannya adalah secara kimia yaitu dengan pertukaran ion antara

tambalan dan gigi. Oleh karena itu pula, gigi tidak perlu diasah terlalu

banyak seperti halnya bila menggunakan bahan tambal lain. Pengasahan

perlu dilakukan untuk mendapatkan bentuk kavitas yang dapat

‘memegang’ bahan tambal.

Kekurangan :

- Bisa terjadi shrinkage apabila material di set, sehingga menyebabkan

pembentukan ruang kecil antara gigi dan bahan tambalan.

- Memerlukan waktu yang lama saat restorasi.

- Tidak bisa digunakan untuk tambalan yang besar.

- Lebih cepat aus dibanding amalgam.

- Tehnik etsa asam bisa melemahkan material polimer komposit.

18

Page 19: Restorasi Plastis Resin Komposit

- Kontras bahan tambalan komposit dan karies yang kurang menyebabkan

sukar untuk mendeteksi karies baru.

- Memerlukan ketrampilan serta biaya tinggi.

- Kekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain, sehingga

tidak disarankan untuk digunakan pada gigi yang menerima beban kunyah

besar seperti gigi molar (geraham).

- Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas

antara tambalan dan permukaan gigi asli.

3.4 Tahapan Preparasi dan Restorasi Resin Komposit

Prosedur Restorasi Komposit Kelas IV

1. Pemilihan Warna

Sebelum memulai prosedur restoratif, dilakukan terlebih dahulu analisis

oklusal morfologi anatomi gigi yang akan direstorasi. Kemudian ditransfer dalam

bentuk gambar disebuah diagram atau kertas yang mana dapat digunakan dokter

gigi sebagai roadmap, mencakup informasi mengenai warna kontras dentine-

email, bintik hipokalsifikasi, insisal dan gingival blending dan ada tidaknya pola

noda.

Setelah itu dilakukan pemilihan warna. Pemilihan warna disini harus dilakukan

sebelum gigi dipasang rubber dam, guna mencegah pencocokan warna yang

kurang tepat. Untuk warna pada dasarnya putih hanya saja ada berbagai derajat

yang membedakannya, misalnya dengan variasi derajat warna abu, kuning, orange

tint.

19

Page 20: Restorasi Plastis Resin Komposit

Gambar Pemilihan Warna Yang Sesuai Dengan Warna Gigi

Hal-hal yang harus diperhatikan saat pemilihan warna restorasi komposit:

a. Menggunakan pencahayaan alami untuk mencocokkan warna, karena

lampu pada Dental Unit bisa menyebabkan bias

b. Apabila membutuhkan bantuan pencahayaan, sebaiknya menggunakan

cahaya yang netral dan warna dinding ruangan yang netral

c. Pemilihan warna dilakukan dalam kondisi gigi sebelum kering karena

ketika gigi dalam keadaan kering maka akan menjadi lebih terang shingga

translusensinya menurun.

d. Pasien dalam posisi tegak. Untuk membantuk keakuratan pemilhan, gigi

dapat dibasahi (shade tab)

e. Gunakan pandangan sepintas/spontan dalam menococokkan warna.

Karena penggunaan mata yang fokus dapat mengakibatkan lelah mata dan

bias.

f. Perhatikan juga usia pasien sehingga pemilihan tebal dan juga warna

menjadi lebih baik. Karena berbeda usia, maka ukuran ketebalnnya juga

berbeda.

2. Tahapan Isolasi

Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva dan

lidah akan menggangu penglihatan. Gingiva yang berdarah adalah masalah yang

harus diatasi sebelum melakukan preparasi. Beberapa metode tepat digunakan

untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas atau cotton

roll, dan isolator karet atau rubber dam.

a. Saliva Ejector

20

Page 21: Restorasi Plastis Resin Komposit

Alat ini mempuyani diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang

tertumpuk di dalam mulut.Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari

diletakkan didasar mulut.Pada posisi ini terkadang membuat pasien tidak nyaman

karena diletakkan terus menerus didasar mulut, di bawah tekanan negatif yang

konstan dapat menarik jaringan lunak dan menimbulkan lesi jaringan lunak.

b. Gulungan Kapas atau Cotton Roll

Cotton roll yang digunakan di kedokteran gigi memiliki beberpa ukuran

panjang dan besar. Namun yang sering digunakan adalah cotton roll nomor 2.

Cotton roll dapat menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi

jangka pendek pada rongga mulut. Biasanya cotton roll harus sering diganti

karena akan sering terbashi oleh saliva. Penggunaan cotton roll bersama saliva

ejector efektif dalam meminimalkan aliran saliva.

c. Isolator karet atau Rubber Dam

Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari rubber

dam.Lembaran karet ini dengan gigi-gigi yang menonjol melalui lubang pada

lembaran itu memnerikan isolasi yang positif dan jangka panjang pada gigi yang

perlu dirawat.Penggunaan dari rubber dam merupakan keharusan untuk prosedur

operatif.Rubber dam terdiridari 2 bagian yaitu isolator karet dan klem.

3. Pembersihan Gigi

Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur dengan air.

Bila ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu.

4. Preparasi Kavitas Restorasi kelas IV

Jika lesi karies sedikit sekali maka hanya perlu dilakukan pembersihan lesi karies

yang disertasi dengan pembersihan pumis yang bertujuan untuk menghilangkan

plak, pelikel, stain hingga kalkulus. Di dalam melakukan preparasi kavitas, prinsip

preparasi tetap harus diperhatikan, berikut prinsip preparasi pada kelas IV:

21

Page 22: Restorasi Plastis Resin Komposit

Resisten. Prinsip agar jaringan dan bahan tumpatan tidak mudah pecah

pada kelas IV didapatkan dari bentukan box, dinding gingival dan aksial

yang halus (flat and wall floor), dan dinding pararel sumbu gigi

Retensi. Prinsip agar bahan tumpatan tidak mudah lepas pada kelas IV

didapatkan dari bentukan tambahan groove, undercut ( dovetail palatal,

pins), etsa asam, dan bevel yang lebar. Akan tetapo bentukan dovetail pada

lingual/palatal seringkali berlawanan dengan prinsip preparasi minimal,

pada kasus tertentu dapat digunakan untuk menambah retensi

Konvenien. Akses oklusal atau insisal dari kelas IV, bila merupakan

berkelanjutan kelas 3 maka akses dapat dibuat dari palatal/lingual

Extention for prevention

Bentuk preparasi kelas IV ada 3 alternatif :

a. Preparasi Konvensional

Preparasi ini merupakan bentuk preparasi dimana cavosurface dibuat 90o

terhadap bahan restorasi. Mirip dengan preparasi kelas 4 untuk bahan

amalgam, dan biasanya digunakan pasca perawatan tumpatan amlagam

bila diganti dengan restorasi komposit. Sering kari digunakan untuk kasus

restorasi komposit mengenai akar kelas 4

22

Karies akar tanpa bevel sudut 90o (panah hitam), area dengan bevel (panah putus-putus)

Dove tail di permukaan palatal

Page 23: Restorasi Plastis Resin Komposit

b. Preparasi Konvensional Bevel

Sama dengan resotrasi preparasi konvesional, hanya ditambahkan bevel

pada enamel margin. Diindikasikan untuk karies proksimal yang besar dan

mengenasi insisal. Retensi dari preparasi jenis ini adalah etsa asam,

groove, undercut, dovetail, pin, atau kombinasi. Dinding tetap dibentuk

pararel dengan sumbu gigi. Bevel dibuat dengan kedalamannya 0,3 mm

ditempatkan sepanjang tepi margin (Gambar 2). Bevel ditempatkan

sepanjang cavosurface enamel untuk mengurangi mikroleakage (Gambar

3). Aspek lingual dari chamfer diperpanjang 2 mm ke permukaan lingual,

tetapi tidak ke permukaan oklusal.

23

Pembentukan chamfer

kedalamannya 0,3 mm ditempatkan

sepanjang tepi margin

Bevel Dibentuk 0,5 mm

Menggunakan Bur Diamond

Tappered

Konvensional bevel kelas IV

Page 24: Restorasi Plastis Resin Komposit

c. Preparasi Kelas 4 Modifikasi

Merupakan preparasi yang menggunakan prinsip preparasi minimal/

mengurangi jaringan seminimal mungkin, preparasi dilakukan pada

kariesn yang kecil dan sedang karena lesi /traumatik karies. Untuk

permukaan cavosurface dapat dibevel atau hanya sekedar dibuat

menyudut/ flared dengan konfigurasi yang menyerupai bevel. Pembuatan

bevel/flared tidak boleh lebih 0,2 mm dari DEJ. Ini digunakan untuk

memperluas etsa dalam meningkatkan retensi. Dewasa ini, pengunaan

bevel digunakan untuk penambahan retensi yang efektif terutama untuk

restorasi komposit yang membutuhkan etsa.

5. Pemberian Liner/ Basis

Basis adalah lapisan tipis yang diletakkan antara dentin dan atau pulpa

dengan restorasi. Perbedaan antara basis dan liner adalah ketebalan dan hal yang

mampu ditahannya. Jika basis dengan ketebalan yang lebih daripada liner mampu

menahan tekanan mekanik dari bahan restorasi selain juga sebagai penahan

termal, listrik dan kimiawi.

Pada restorasi resin komposit, perlu diplikasikan basis atau liner karena sifat

dari resin itu sendiri yang iritan terhadap pulpa sehingga perlu adanya

perlindungan sehingga bahan restorasi resin komposit ini tidak secara langsung

mengenai struktur gigi. Bahan basis atau liner yang biasanya digunakan adalah

kalsium hidroksida, terutama karies yang hampir mencapai pulpa, karena sifatnya

yang mampu merangsang pembentukan dentin sekunder. Kalsium hidroksida

24

Preparasi minimal kelas IV

Page 25: Restorasi Plastis Resin Komposit

(Ca(OH)2) sebagai liner berbentuk suspensi dalam liquid organik seperti methyl

ethyl ketone atau ether alcohol atau dapat juga dalam larutan encer seperti methyl

cellusose yang berfungsi sebagai bahan pengental.

Liner ini diaplikasikan dalam konsistensi encer yang mengalir sehingga

mudah diaplikasikan ke permukaan dentin. Larutan tersebut menguap

meninggalkan sebuah lapisa tipis yang berfungsi memberikan proteksi pada pulpa

di bawahnya.Selain liner, perlindungan lain dapat berupa basis. Basis yang dapat

digunakan adalah basis dari kalsium hidroksida, semen ionomer kaca, dan seng

fosfat. Sebagai basis, kalsium hidroksida berbentuk pasta yang terdiri dari basis

dan katalis. Basisnya terdiri dari calcium tungstate, tribasic calcium phosphate,

dan zinc oxide dalam glycol salycilate. Katalisnya terdiri dari calcium hydroxide,

zinc oxide, dan zinc stearate dalam ethylene toluene sulfonamide. Basis kalsium

hidroksida yang diaktivasi dengan sinar biasanya mengandung calcium hydroxide

dan barium sulfate yang terdispersi dalam resin urethane dimethacrylate. Kalsium

hidroksida sebagai basis mempunyai kekuatan tensile dan kompresi yang rendah .

dibandingkan dengan basis dengan kekuatan dan rigiditas yang tinggi. Karena

itulah, kalsium hidroksida tidak diperuntukkan untuk menahan kekuatan mekanik

yang besar, biasanya jika digunakan untuk memberikan tahanan terhadap tekanan

mekanik, harus didukung oleh dentin yang kuat. Untuk memberikan perlindungan

terhadap termis, ketebalan lapisan yang dianjurka tidak lebih dari 0,5 mm.

keuntungan dari penggunaan kalsium hidroksida adalah sifat terapeutiknya yang

mampu merangsang pembentukan dentin sekunder.

6. Tahap etsa asam

1. Ulaskan bahan etsa (asam phospat 30%-50%) dalam bentuk gel/cairan

dengan pinset dan gulungan kapas kecil (cutton pellet) pada permukaan

enamel sebatas 2-3 mm dari tepi kavitas (pada bagian bevel).

2. Pengulasan dilakukan selama 30 detik dan jangan sampai mengenai gusi.

3. Dilakukan pencucian dengan air sebanyak 20 cc, menggunakan syiring.

4. Air ditampung dengan tampon atau cotton roll.

5. Setelah pencucian gigi dikeringkan dengan semprotan udara sehingga

permukaan tampak putih buram.

25

Page 26: Restorasi Plastis Resin Komposit

7. Tahap bonding

Ulaskan bahan bonding menggunakan spon kecil atau kuas / brush kecil pada

permukaan yang telah di etsa .Ditunggu ± 10 detik sambil di semprot udara ringan

di sekitar kavitas (tidak langsung mengenai kavitas). Kemudian dilakukan

penyinaran selama 20 detik.

8. Tumpatan Resin Komposit

Cara penumpatan kavitas di servikal gigi serupa dengan penumpatan kavias

oklusal. Walaupun tumpatannya nanti tidak akan menerima tekanan kunyah

oklusal, tekanan kondensasi tetap harus memadai agar alur-alur retensi terisi

dengan baik, sehingga tumpatan dapat bertahan lama. Pengukiran pada tahap yang

dini dapat dilakukan dengan sonde, kalau sudah terlambat dengan alat Ward atau

Hollenbach.

Hendaknya bentuk anatomi permukaan servikal dapat dikembalikan, dan untuk

itu dapat degunakan dengan pengukir dengan bilah cembung misalnya pengukir

Ward atau Hollenbach. Pengukiran dilakukan dengan jalan mengukir tepi oklusal

dan tepi gingival sendiri-sendiri sehingga terbentuknya permukaan yang cekung

dapat dicegah. Tumpatan lebih baik dibuat sedikit cekung daripada overkontur kea

rah gingival sebab hal ini akan menyebabkan akumulasi plak dan merangsang

timbulnya gingivitis.

9. Tahap finishing dan polishing komposit

Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan

polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing

26

Page 27: Restorasi Plastis Resin Komposit

dapat dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami

polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal.

Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :

1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12

atau12b atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide,

anodized aluminium, atau nikel titanium.

2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai

tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal

dan plastic finishing strips, dan pasta polishing.

a. Diamond dan carbide burs

Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin

komposit dan dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada

permukaan restorasi.

b. Discs

Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang

abrasive dari disk dapat mencapai bagian embrasure dan area

interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari yang kasar sampai

yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan

finishing dan polishing.

c. Impregnated rubber points dan cups

Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar

digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan

yang halus efektif untuk membuat permukaan menjadi halus dan

berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini adalah dapat

membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove,

membentuk bentuk permukaan yang diinginkan serta membentuk

permukaan yang konkaf pada lingual gigi anterior

d. Finishing stips

Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal

margin gingival untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam

bentuk metal dan plastik. Untuk metal biasa digunakan untuk

27

Page 28: Restorasi Plastis Resin Komposit

mengurangi ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita

harus berhati-hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum,

dan dentin. Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing

dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa jenis dari yang kasar

sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan.

Prosedur finishing dan polishing resin komposit:

1. sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses

di area proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan

proksimal dari resin komposit.

2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin

komposit pada aspek distal

3. alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk

polishing permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.

4. finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal

5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk

menghaluskan permukaan oklusal restorasi

6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau

polishing permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal.

28

Page 29: Restorasi Plastis Resin Komposit

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Klasifikasi resin komposit terdiri dari:

a. Berdasarkan aktivasi polimerisasi:

- Visible-light-activated systems

- Chemically activated systems

- Sistem lain (Dual-activated)

b. Berdasarkan ukuran partikel filler (Lutz dan Phillips (1983)):

- Komposit berbahan pengisi mikro

- Resin komposit berbahan pengisi partikel kecil

- Komposit hibrida

- Komposit konvensional

c. Berdasarkan persentase muatan fillernya:

- Resin komposit flowable

- Resin komposit packable

d. Berdasarkan ukuran partikel:

- Megafiller

- Macrofiller

- Midifiller

- Minifiller

- Microfiller

- Nanofiller

2. Kelebihan dan kekurangan resin komposit

Kelebihan restorasi komposit:

- Estetik baik

- Kekuatan cukup

- Preparasi mudah, tidak membuang banyak jaringan

- Biokompatibel

- Dapat bertahan minimal 3 tahun, sekitar 3-10 tahun

29

Page 30: Restorasi Plastis Resin Komposit

- Lebih ekonomis dibandingkan dengan pembuatan crown yang

membutuhkan prosedur laboratorium

- Mudah polishingnya

- Konduktivitas suhu rendah

- Perlekatan mekanik yang baik ke struktur gigi

- Tidak mengandung merkuri atau galvanism

- Menguatkan struktur gigi

Kekurangan restorasi komposit:

- Memerlukan kemampuan dan ketelitian operator yang tinggi

- Relatif mahal dibandingkan restorasi plastis lainnya

- Microleakage

- Waktu yang dibutuhkan untuk prosedur kerja lebih banyak

- Menyerap air sehingga harus diisolasi dengan baik, jika

terkontaminasi maka restorasi mudah terlepasi

- Iritatif terhadap pulpa apabila ada komposit yang tidak

terpolimerisasi

- Elastisitas rendah

- Dapat mengalami diskolorisasi setelah pemakaian jangka panjang

- Membutuhkan teknik yang rumit

- Pengerutan sewaktu polimerisasi

3 . Teknik menumpat dengan resin komposit:

- Menyiapkan alat

- Isolasi daerah kerja

- Pembersihan permukaan gigi

- Teknik preparasi kavitas dengan memenuhi prinsip-prinsip

convenience, retention, resistance, extention for prevention.

- Irigasi kavitas, lalu dikeringkan.

- Pemberian liner/basis

- Irigasi, lalu dikeringkan.

- Pemberian etsa asam

- Irigasi dengan aquadest 20cc, lalu dikeringkan.

30

Page 31: Restorasi Plastis Resin Komposit

- Aplikasi bahan bonding

- Penumpatan resin komposit

- Cek oklusi

- Pemulasan

31

Page 32: Restorasi Plastis Resin Komposit

DAFTAR PUSTAKA

Ali Nurdin, Penggunaan semen Glass Ionomer sebagai upaya meningkatkan

perlekatan tumpatan amalgam dengan jaringan gigi,Majalah Kedokteran

Gigi Universitas Airlangga, vol 34 nomor 3a, Agustus, 2001.

Buku Petunjuk Praktikum Tumpatan FKG UNEJ, 2013

Cecilia G. J. Lunardi, Soeyatmi Iskandar, Sri Kunarti Prijambodo, Resin komposit

untuk restorasi gigi posterior simposium sehari Mempertahankan Gigi

Selama Mungkin, Surabaya: FKG, 1989.

Ford, T.R. Pitt. 1993. Restorasi Gigi. Alih bahasa, Narlan Sumawinata; editor,

Narlan Sumawinata dan LIlian Yuwono. Ed.2. Jakarta: EGC

Narlan Sumawinata, Restorasi Gigi, edisi 2, Jakarta Kedokteran EGC, 1993

Pickard, H.M., Kidd, E.A.M., Smith, B.G.N 2002. Manual Konservasi Restoratif

Menurut Pickard. Edisi 6. Alih bahasa: Narlan Sumawinata. Jakarta :

Widya Medika.

Roberson, Theodore M. IV Heymann, Harald. V Swift, Edward J. VI. Sturdevant,

Clifford M. 2001. Sturdefante's Art and Science of Operative Dentistry-4th

ed. Library of Congress Cataloging in Publication Data: United States of

America

Wordpress. 2009. Restorasi Resin Komposit Kavitas Kelas I. Fkg –

UGM.fkgugm06.files.wordpress.com/2009/12/kavitas-kelas-i-rk.docx. (3

Maret 2013)

32

Page 33: Restorasi Plastis Resin Komposit

LAMPIRAN

Kata-kata sulit dan definisi

1. Restorasi plastis : preparasi dimana teknik penumpatan langsung

dilakukan didalam rongga mulut pasien sehingga tidak membutuhkan

model dan dilakukan 1 kali kunjungan.

2. Pulpitis reversible : inflamasi pada pulpa, belum ada keluhan spontan dan

pulpa belum terekspose dimana vitalitas pulpa bisa dipertahankan setelah

perawatan endodontik.

3. Karies media klas IV Black : karies atau kavitas yang sudah mengenai

proksimal gigi anterior dan sudah mengenai sudut insisal dan mencapai

setengah dentin tetapi belum mencapai pulpa.

4. Resin komposit : merupakan bahan resin akrilik yang memiliki 2 sistem

bonding yaitu ikatan enamel dan ikatan dentin.

33