representasi kelompok budaya
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Ketika sebuah topik didiskusikan oleh dua orang yang berasal dari latar belakang
budaya yang berbeda, maka hal ini merupakan salah satu bentuk dari komunikasi antar
budaya. Komunikasi antar budaya terjadi dengan beragam motivasi-motivasi tertentu yang
membuat pembahasannya menjadi kompleks. Di dalam kajian komunikasi antar budaya
terdapat beragam hal yang bisa menjadi inti kajian. Komunikasi antarbudaya memang
mengkaji mengenai persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-
pelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya adalah pada proses interaksi yang terjadi
dalam komunikasi individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan.
Terdapat beberapa kajian komunikasi antar budaya yang sering menjadi pokok kajian oleh
beberapa cendikiawan, akan tetapi paper ini akan secara khusus mengakaji mengenai
representasi kelompok budaya di media.
Perbedaan antar kelompok budaya dibagi Dodd (1992) dalam beberapa sub-sub budaya
(Subcultural Communication) yaitu:
1. Interethnic Communication yaitu komunikasi antara dua atau lebih etnis yang berbeda
2. Interracial Communication yaitu komunikasi yang terjadi melibatkan orang atau
kelompok dengan latar belakang ras yang berbeda
3. Countercultural Communication yaitu komunikasi yang melibatkan orang-orang dari
budaya asal atau pokok yang berkomunikasi dengan orang-orang dari subbudaya yang
terdapat dalam budaya pokok tersebut
4. Social class communication yaitu komunikasi yang terjadi antara orang atau
kelompok dengan latar belakang kelas sosial yang berbeda
Dari keempat sub budaya tersebut paper ini akan mengkhususkan untuk mengkai
mengenai Interracial Communication. Komunikasi antar budaya yang terjadi dalam
kelompok Interracial Communication melibatkan orang atau kelompok yang memeiliki latar
belakang ras yang berbeda. Perbedaan latar belakang ras masih merupakan salah satu topik
yang banyak dibicarakan dalam kajian komunikasi antar budaya. Ras yang dimaksud adalah
ciri khas penampilan fisik yang diturunkan atau diwariskan secara genetik. Hal ini muncul
secara alami akan tetapi tetap bisa dipungkiri melalui rekayasa kedokteran dan lain
sebagainya. Ras sebagai salah satu kajian komunikasi antar budaya menjadi sangat penting
karena masih banyak masyarakat dunia yang menganggap perdedaan ras sebagai masalah
yang serius. Pokok perhatian yang penting dalam kajian ini adalah bahwa perbedaan ras dapat
mengakibatkan perbedaan perseptual yang bisa menghambat proses komunikasi antar
budaya. Perbedaan ras yang tentu saja akan mewakili busaya yang berbeda dapat
menimbulkan masalah kebudayaan, bahkan sebelum ada sedikitpun usaha untuk
berkomunikasi.
Perbedaan ras masih dianggap sebagai salah satu potensi yang mengakibatkan
terjadinya masalah-masalah dalam berkomunikasi. Kelompok ras yang berbeda sering
dijumpai memiliki interaksi dalam suatu lingkungan yang menerapkan konsep
multikulturalisme. Paper ini akan membahas mengenai komunikasi antar kelompok yang
berbeda dalam ranah lintas negara. Imigrasi merupakan salah satu penyebab terjadinya
pertemuan antar ras dari berbagai macam benua. Negara-negara dunia pertama yang memiliki
perekonomian baik biasanya memberi kesempatan kepada pada imigran untuk tinggal di
negara mereka, bahkan ada beberapa negara yang menyediakan tunjangan kehidupan bagi
para imigran yang tinggal di negaranya. Hal ini yang sampai sekarang masih menjadi topik
perdebatan mengenai kebudayaan bagi banyak pihak. Proses komunikasi yang terjadi antara
para imigran dengan sesama mereka, para imigran dengan penduduk asli maupun dengan
pemerintah setempat merupakan proses yang akan menimbulkan banyak persoalan.
Beberapa persoalan yang muncul ketika mengkaji persoalan imigran antara lain
adalah stereotip tentang keberadaan imigran, isu-isu kriminal yang dilakukan imigran, gegar
budaya, krisis identitas, akulturasi, multikulturalisme yang gagal dan lain sebagainya.
Permasalah mengenai imigran memang sudah lama menjadi pembicaraan banyak pihak.
Salah satu ras yang sering dipermasalahkan adalah ras yang berasal dari negara-negara timur
tengah. Mereka dianggap teroris, menganut islam fanatik, dan lain sebagainya. Hal ini yang
kemudian menjadi babak baru dari permasalah ras dalam proses imigrasi. Paper ini akan
secara khusus membahas mengenai dinamika komunikasi antar budaya yang dialamai oleh
keluarga imigran dari Maroko di Belanda . Paper ini akan mengacu pada representasi kaum
imigran Maroko di Belanda yang ditampilkan dalam film Shof Shouf Habibi!
KERANGKA PEMIKIRAN
Paper ini akan bermula dari posisi komunikasi antar budaya dalam kajian ilmu
komunikasi, kemudian pembahasan akan berlanjut pada pengertian dan konsep-konsep
penting dalam komunikasi antar budaya. Selanjutnya akan dibahas beberapa prinsip-prinsip
dalam komunikasi antar budaya yang bisa mengantarkan paper ini pada pemaparan teori-teori
dalam komunikasi antar budaya. Dalam kajiannya, terdapat 2 buah bentuk teori besar yaitu
intercultural communication dan crosscultural communication. Akan diambil beberapa dari
masing-masing teori yang relevan dengan topik pembahasan.
Selanjutnya, paper ini akan membahas mengenai salah satu topik pembahasan dalam
komunikasi antar budaya yaitu persoalan representasi kelompok budaya di media.
Pembahasan akan mengerucut pada konflik yang biasa terjadi dalam komunikasi antar
budaya dalam ranah Interracial Communication. Beberapa isu-isu komunikasi antar budaya
seperti perbedaan persepsi dan akulturasi.
Selanjutnya pembahasan akan masuk pada studi kasus, dalam hal ini adalah
representasi imigran Maroko yang tinggal di Belanda dalam film Shouf Shouf Habibi!.
Dimulai dari penjabaran singkat mengenai sinopsis dan konflik yang terjadi di dalam film ini.
Pembahasan akan dilakukan secara deskriptif menggunakan teori-teori yang sebelumnya
telah dijabarkan dan beberapa opini dari penulis.
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
konflik antar budayaInterracial Communication
position, perseption, identity, acculturation
studi kasus film Shouf Shouf Habibi!imigran, maroko
PEMBAHASAN
Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antar budaya merupakan salah satu dari sekian banyak kajian ilmu
komunikasi yang ada. Sebagai salah satu bidang kajian, komunikasi antar bduaya memiliki
objek formal yaitu memperlajari mengenai hubungan yang terjadi antara produesn persan yan
berasal dari suatu budaya lain dengan konsumen pesan yang berasal dari budaya yang
berbeda. Komunikasi antar budaya yang dibahas lebih menekankan pada studi-studi
komunikasi interpersonal yang masing-masing memiliki perbedaan budaya. Perbedaan
budaya tersebut dapat tercermin dari keragaman ras, bahasa, bangsa dan etnik yang terlibat
dalam suatu relasi.
Konsep mengenai komunikasi antar budaya sebenarnya telah muncul sejak tahun
1950an. Pada awalnya kajian mengenai komunikasi antar budaya banyak emmbahas mengnai
sistem ekonomi, religi dan pengetahuan secara sederhana. Selanjutnya kajian mengenai
pengaruh budaya dalam proses komunikasi dijelaskan oleh David K Berlo pada tahun 1960
dalam buku The process of communication: an introduction to the theory and practice.
Menurut Berlo, kebudayaan memiliki kontribusi yang besar dalam melatarbelakangi proses
komunikasi seseorang, termasuk pemaknaan pesan yang berasal berbeda budaya. Menurut
Berlo komunikasi yang terjadi dapat berhasil jika memperhatikan beberapa hal, antara lain :
1. Source dan Reciever : kemampuan berkomunikasi, sikapm pengetahuan,
sistem sosial dan kebudayaan
2. Message : isi pesan, simbol
3. Channel : saluran, atau media yang digunakan untuk berkomunikasi
Kajian mengenai komunikasi antar budaya terus berkembang seiring dengan berjalannya
waktu. Dewasa ini studi mengenai komunikasi antar budaya telah menginjak ranah yang
lebih spresifik seperti relasi antar budaya, psikoilogi sosialm komunikasi internasional dan
lain sebagainya.
Mengingat perkembangan jaman membawa komunikasi antar budaya pada kajian
yang lebih komplek, hal ini juga mempengaruhi pemaknaan terhadap konsep budaya dan
komsep komunikasi itu sendiri. Kebudayaan sendiri dimaknai sebagai keseluruhan simbol,
penggambaran, struktur aturan, kebiasaan, pemaknaan, pemikiran yang dibagikan diantara
para anggota suatu sistem sosial dan kelompok sosial dalam suatu masyarakat (Liliweri,
2001:4). Pengertian ini menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan suatu komitmen yang
dibentuk oleh keseluruhan sistem sosial. kebudayaan terbentuk melalui interaksi terus
menerus yang dilakukan oleh setiap elemen dalam masyarakat. Masyarakat membentuk
kesepahaman tersendiri mengenai kebudayaan yang diterapkan dalam kehidupan mereka.
Kebudayaan juga dapat dimaknai sebagai suatu sistem. Dimana pemaknaan terhadap simbol-
simbol budaya mungkin bisa berbeda di antara satu individu dengan individu lain. akan tetapi
makna simbol tersebut masih dalam satu konsep yang sama tergantung dari sisi kebudayaan
mana simbol tersebut dimaknai. Misalnya menurut orang yang berada di saudi arabia,
penggunaan jilbab atau cadar pada wanita dianggap biasa saja dan hal ini telah diyakini oleh
segenap masyarakat yang ada di sana. Akan tetapi pemaknaan ini bisa berbeda jika dilihat
oleh masyarakat yang hidup dengan budaya berbeda. Mungkin saja cadar atau jilbab
dimaknai sebagai simbol keagamaan yang radikal.
Begitu pula dengan degan konsep komunikasi, perkembangannya selalu bergerak
seiring dengan berjalannya waktu. Komunikasi memiliki banyak bentuk. Setiuap bentuk
memiliki fungsi dan tujuan komunikasi masing-masing. dalam proses komunikasi antara
budaya, komunikasi dimaknai sebagai salah satu proses yang memiliki kompleksitas. Hal ini
terlihat dari variabel-variabel yang terlibat di dalam prosesnya. Setiap perilaku pelaku
komunikasi pasti dipengaruhi oleh faktor-faktor demografis, psikologis, sosiologis dan
antropologis (Liliweri, 2001:7). Selain faktor yang bersifat intrapersonal seperti yang
disebutkan sebelumnya, faktor-faktor yang berhubungan dengan proses penyampaian
pesanpun memiliki pengaruh tersendiri. Bagaimana pemilihan media, penyusunan pesan serta
faktor konteks terjadinya proses komunikasi juga ikut berpengaruh.
Melalui penjabaran diatas, kebudayaan dan komunikasi memiliki hubungan yang
cukup erat. Keduanya memiliki hubungan saling mempengaruhi satu sama lain. Pertama
setiap proses komunikasi tentu melibatkan atau akan dipengaruhi oleh faktor kebudayaan.
Kedua, kebudayaan tidak akan memiliki makna apapun atau tidak akan tercipta tanpa adanya
interaksi dan komunikasi di dalam masyarakat. Di dalam komunikasi antar budaya terdapat
konsep interaksi. Interaksi antar budaya cakupannya lebih sempit daripada komunikasi antar
budaya. Konsep Interaksi menggambarkan hubungan yang terjadi oleh individu dengan latar
belakang budaya yang berbeda dan memaknai sesuatu dengan pemaknaan yang belum tentu
sama. Interaksi antar budaya terdapat dalam setiap proses komunikasi antar budaya.
Penekanan yang penting dalam komunikasi antar budaya, adalah pada objek formal dari
komunikasi ini adalah dua orang atau kelompok yang berasal dari latar belakang budaya yang
berbeda. Hal ini yang kemudian membedakan komunikasi anatar budaya dengan bentuk
komunikasi lainnya. Perbedaan kebudayaan masih banyak dimaknai sebagai perbedaan
bangsa, karena pada awalnya studi ini dilakukan pada bangsa dengan kebudayaan yang
homogen. Akan tetapi semakin lama, studi komunikasi antar budaya mulai memahami bahwa
perdebaan budaya bisa juga terjadi dalam bangsa yang sama. Kembali lagi, kebudayaan
adalah sistem yang bisa dimaknai secara berbeda.
Berikut adalah skema yang menggambarkan proses komunikasi antar budaya:
Skema tersebut akan membantu untuk menjelaskan mengenai prinsip-prinsip yang ada dalam
komunikasi antar budaya, antara lain :
1. Pola-pola perilaku individu didasarkan pada persepsi budaya individu terhadap
budaya luar yang merupakan perluasan dari kegiatan pembelajaran terhadap dunia
luar
2. Semakin besar perbedaan faktor biologis dan pengalaman kebudayaan`di antara
individu, maka semakin besar pula jarak perbedaan persepsi diantara mereka, dan
hal ini juga berlaku sebaliknya
3. Semakin tinggi kesamaan persepsi yang dimiliki oleh individu maka semakin
mudah proses komunikasi antar mereka akan berhasil dikarenakan pola dan
pengakuan mereka terhadap sesuatu cenderung tidak jauh berbeda
budaya A
pesa
n, medi
a, inter
aksi,
komunika
si
budaya B
pesan, media, interaksi, komunikasi
budaya C
pesa
n,
med
ia,
in
ter
aksi,
ko
mun
ika
si
4. Semakin banyak jumlah dan tingkat intensitias pertukaran persepsi terjadi diantara
individu maka tingkat kesamaan identitas mereka akan semakin tinggi
5. Setiap masing-masing individu menutup dirinya dari kekuatan kebudayaan lain,
maka tingkat perbedaan rasa akan meningkat dan hal ini myang mengakibatkan
komunikasi anatar mereka akan semakin sulit
6. Perubahan lingkungan sosial, kebudayaan dan faktor biologis akan mendorong
kelompok kebudayaan untuk mengubah identitas dan melahirkan kebudayaan
yang baru.
Representasi Kelompok Budaya di Media
a. Persepsi
Dalam setiap proses komunikasi antar budaya, setiap pelakunya pasti akan menemui
konflik-konflik yang terjadi akibat perbedaan antar budaya. Konflik lintas budaya salah
satunya banyak membahas mengenai perbedaan persepsi yang terjadi antara individu beda
budaya yang tengah berinteraksi. Persepsi menurut Burid dalam Arnold dan Hirch (1977)
merupakan suatu proses penyadaran individu terhadap objek, kejadian, peristiwa, atau
stimulus tertentu yang seluruhnya bergantung pada relasi individu terhadap objek tersebut.
Persepsi tercipta melalui stimulus-stimulus yang melibatkan banyak faktor, salah satunya
kebudayaan. Latar belakang kebudayaan sangat menentukan respon apa yang akan
dikeluarkan oleh individu satu dengan individu lain yang berbeda kebudayaan. Persepsi akan
menciptakan suatu nilai tertentu yang akan memiliki peranan penting dalam komunikasi antar
budaya. Setiap kebudayaan telah merumuskan bentuk-bentuk perilaku melalui simbol-simbol
tertentu. Simbol ini dibentuk secara terus-menerus oleh pelaku sistem kebudayaan. Perpedaan
persepsi terhadap simbol inilah yang memiliki kapasitas untuk memicu terjadinya konflik
antar budaya.
b. Akulturasi budaya
Arah ataupun tujuan komunikasi antar budaya akan bergantung pada kepentingan
masing-masing individu yang tengah menjalaninya. Hal ini akan tercermin dari penerapan
perilaku yang biasa muncul ketika proses komunikasi terjadi antar individu yang berbeda
kebudayaan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dalam setiap proses komunikasi akan
dilibatkan variabel-variabel yang menetukan jalannya proses ini. Begitu pula yang terjadi
dalam komunikasi antar budaya. Setiap kebudayaan yang tengah bertukar pesan, akan
melibatkan pula variabel sistem sosial, usia, jenis kelamin, latar belakang, status ekonomi
bahkan penggunaan bahasa. Erickson (1975) mengemukakan bahwa kesamaan dalam kelas
sosial, gaya komunikasi, tingkat kedudukan, identitas sosial lebih mudah diterima
dibandingkan permasalahan ras dan gender. Asumsi tingkat persamaan dan perbedaan itu
sangat menentukan tingkat perilaku, harapan dan nilai yang akan sangat berdampak pada
keberhasilan interaksi yang terjadi di kebudayaan yang berbeda.
Meski demikian, beberapa tujuan dari komunikasi antar budaya ada yang mengarah
pada keterbukaan masing-masing budaya untuk memahami atau menerima kebudayaan lain.
Pada tahapan ini masing-maisng budaya memiliki hak yang sama untuk saling bertemu dan
memahami satu sama lain. Pemahaman ini bisa juga menjadikan budaya baru yang
merupakan pencampuran dari interaksi budaya-budaya yang berbeda. Meski demikian,
akulturasi bukan hal yang mudah dilakukan. Dibutuhkan interaksi yang lama untuk
mewujudkannya. Interaksi ini akan sangat bergantung pada persamaan atau perbedaan
perilaku, harapan, dan nilai selama berinteraksi. Pada celah inilah potensi konflik antar
budaya biasanya tercipta.
Studi Kasus Film Shouf Shouf Habibi
a. Sinopsi
Cerita mengenai film ini diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh utama dalam film ini.
Abdullah merupakan seorang pemuda keturunan imigran asli Maroko yang lahir dan tumbuh
di Belanda . Abdullah memiliki dua orang adik bernama Laila dan Driss Bantarek dan
seoarang kakak bernama Sam. Sam adalah petugas kepolisian di Belanda . Laila merupakan
cerminan gadis timur tengah yang sudah menerapkan budaya Eropa dalam kehidupanya.
Pergaulannya dengan warga asli Belanda membuat pola pikirnya sudah bercampur dengan
pola pikir gadis Eropa . Walaupun demikian Laila tetap menerapkan beberapa kaidah
ketimuran walaupun tidak sepenuhnya. Adik kedua Abdullah adalah Driss Bantarek. Driss
merupakan remaja yang sangat nakal. Beberapa kelakuannya membuat keluarganya menjadi
marah. Kedua orang tua mereka adalah Khadija Bantarek dan Ali Bantarek. Keduanya adalah
imigran dari Maroko yang tinggal selama berpuluh tahun di Belanda . Keduanya bahkan
sama sekali tidak bisa menggunakan bahasa Belanda . Dalam film ini tidak diceritakan apa
yang mereka kerjakan di Belanda untuk kebutuhan sehari-hari.
Selama hidup di Belanda , Abdullah memiliki teman-teman yang juga penduduk
imigran. Mereka biasanya bermain atau menghabiskan waktu bersama karena sama-sama
berstatus sebagai pengangguran. Mereka juga kerap merencanakan tindakan kriminal seperti
merampok kontainer ataupun merampok bank. Akan tetapi suatu ketika Abdullah
menginginkan hal berbeda dalam hidupnya yaitu dengan bekerja sebagai pegawai tetap.
Mengerjakan hal-hal kantoran yang lebih terhormat dari pada pekerjaan yang biasa dilakoni
imigran di Eropa . Setelah mendapatkan pekerjaannya Abdullah tetap saja tidak bisa
melakukannya dengan maksimal karena keterbatasan kemampuannya. Akhirnya dia kembali
lagi merencakan perampokan bank dengan teman-temannya. Keluarga Abdullah bukan
keluarga yang hidup dalam kedamaian, setiap hari ada saja masalah-masalah yang
mengakibatkan terjadi pertengkaran. Biasanya akar masalah berasal dari perbedaan persepsi
terhadap tingkah laku anak-anak yang dimiliki oleh orang tua mereka yang masih sangat
tradisional. Ternyata anak-anak imigran ini lebih terbuka dengan budaya baru di engara
mereka hidup sekarang dibanding negara asal mereka. hal ini pula yang sering memicu
pertengkaran anatara Ali Bantarek dan anaknya, Laila hingga anak perempuan tersebut
memutusakan untuk pergi dari rumah.
Tidak hanya sampai di situ, permasalahn komunikasi antar budaya ini juga terus
berlanjut. Suatu ketika Abdullah memutuskan untuk menikah dengan wanita yang berasal
dari Maroko . Abdullah datang ke Maroko dan memilih anak remaja Maroko untuk dibawa
ke Belanda dan dinikahinya. Akan tetapi sepertinya Abdullah masih merasa berat dengan
keputusannya sendiri. Maka saat hari pernikahannya Abdullah memutuskan untuk pergi dari
rumah. Hal ini menambah kacau permasalahn keluarga tersebut. Terlebih saat itu, ayah
mereka, Ali Bantarek meninggal dunia dan mengamanatkan untuk dimakamkan di Maroko .
Konflik Lintas Budaya dan Analisis Teoritis
Dalam film yang berdurasi 90 menit ini diceritakan dinamika kehidupan imigran
Maroko yang ada di Belanda . Konflik-konflik yang mereka alami biasanya disebabkan oleh
latar belakang kebudayaan yang berbeda dengan warga asli Belanda . hal ini terlihat dari cara
pergaulan yang dijalani oleh anak-anak imigran tersebut, keterbatasan bahasa, tindakan
kriminal, pola pikir yang berbeda sangat jauh antara orang tua dan anak, dan lan sebagainya.
dinamika kehidupan dengan latar belakang perbedaan budaya dalam film ini akan coba
dianalisis dengan menggunakan beberapa teori dalam ranah crosscultural communication dan
intercultural communication.
Sebagai analisis pertama akan dikaji perbedaan antara kedua jenis budaya melalui
variabel budaya Hofstade. Menurut hofstade terdapat empat dimensi yang bisa membantu
peneliti kebudayaan untuk membedakan satu karakter budaya dengan budaya yang lain1.
Empat dimensi tersebut adalah : invidualism-collectivism, uncertainty avoidance, power
distance, maskulinitas-feminisme. Selanjutnya akan dibahas masing-masing kebudayaan
berdasarkan apa yang direpresentasikan melalui film Shouf Shouf Habibi! dengan dimensi
hofstade untuk menentukan karakteristiknya.
a. Maroko
Maroko adalah salah satu negara yang berada di wilayah Afrika Utara. Memiliki
penduduk berjumlah lebih dari 33 juta jiwa. Pusat kota Maroko berada di wilayah yang
bernama Rabat. Lebih dari 90% penduduk Maroko adalah etnis arab yang menggunakan
bahasa arab sebagai bahasa resmi. Akan tetapi selain bahasa arab kebanyakan dari mereka
juga mempelajari bahasa Prancis, dan bahasa daerah yang disebut dengan Berber. Negara
marko berbentuk monarki konstitusional. Saat ini Maroko di pimpin oleh seorang perdana
mentri bernama Abbas El Fassi dan raja bernama Mohammed VI. Mayoritas menduduk
Maroko beragama Islam, hanya kurang dari 1% yang beragama Yahudi.
Maroko merupakan negara yang cukup banyak mengahasilkan imigran. Sebanyak
25% dari penduduk total mereka merupakan penduduk Maroko diaspora, yaitu berada di luar
negara mereka. hal ini disebabkan karena Maroko termasuk negara arab yang miskin karena
tidak memiliki sumber daya minyak seperti Saudi Arabia, dan lain sebagianya. Untuk negara
timur tengah, minyak merupakan satu-satunya aset paling berharga karena lingkungan
1 Materi kuliah komanbud
mereka yang sangat kering menyebabkan susah sekali emnemukan sumber daya lainnya.
Kebanyakan dari imigran tersebut memilih untuk hidup di wilayah Eropa . Hal ini disebabkan
karena jaminan sosial yang ditawarkan Eropa kepada para imigran yang ada disana cukup
menggiurkan. Selain itu mereka bisa bekerja sebagai pekerja industri yang sangat dibutuhkan
Eropa saat ini. menurut blog beberapa pelajar indonesia yang berkuliah di Eropa ,
keberadaan masyarakat Maroko cukup banyak menyita bangku perkuliahan. Akan tetapi
kebanyakan dari mereka tidak bekerja di perusahaan ternama. Mereka (kebanyakan pria)
lebih memilih untuk menikah dengan wanita Eropa untuk mendapat status kewarganegaraan.
Sebagian dari mereka memilih untuk cerai dan menikah lagi dengan wanita keturunan
Maroko dan hidup di Eropa . Akan tetapi hal semacam ini tidak dilakukan oleh setiap
imigran. Tidak jauh berbeda dengan keluarga Ali Bantarek dalam film Shouf shouf habibi.
Mereka memilih untuk pindah dan hidup di Belanda sebagai imigran, hingga anaknya
beranjak dewasa.
Maroko memiliki kebudayaan yang sangat kental. Seperti negara timur tengah
lainnya, unsur agama islam tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. terutama postur
tubuh, wajah, dan warna kulit sangat khas timur tengah. Berikut adalah analisis kebudayaan
Maroko dengan menggunakan variabel kebudayaan Hofstade (2001) berdasarkan apa yang
ditampilkan dalam film Shouf Shouf Habibi!.
Variabel kebudayaan
Hofstade
Analisis Kebudayaan
Individualism vs
collectivism
Hubungan interpersonal dalam masyarakat Maroko relatif
tidak mengindahkan kebebasan. Antar individu satu dengan
individu lain memiliki keterbatasan dalam berinteraksi.
Terutama masyarakat berbeda gander. Isu gender di Maroko
merupakan isu yang cukup sensitif. Kebebasan antar gender
untuk berinteraksi sangat dibatasi. Hal ini bisa disebabkan
karena hukum islam mengenai muhrim dan non murhim
diadaptasi sebagai satu bentuk budaya yang harus
dijalankan. Selain itu kebebasan berpendapat masih sangat
dibatasi, dan mayoritas penyebab terjadinya hal ini adalah
perbedaan kekuatan yang ada. meski demikian, rasa
kebersamaan dan saling kepedulian antar masyarakat bisa
dikatakan sangat erat. Mereka merasa memiliki nasib yang
sama, kelas ekonomi yang sama, dan pola pikir yang sama
sehingga hubungan antar masyarakat bisa dikatakan sangat
erat.
Maka dari itu kebudayaan Maroko dapat dikatakan sebagai
kebudayaan yang Collectivism.
Uncertainty Avoidance Penduduk Maroko bersifat tradisional dan tertutup terhadap
kebudayaan lain. kebudayaan yang berada di luar Maroko
dianggap sebagai suatu hal yang tidak bisa dipahami apalagi
digabungkan. Perbedaan kebudayaan masihdianggap sebagai
salah satu ancaman. Sehingga keberadaannya masih
dianggap tabu. Mereka merasa sangat khawatir dengan
dinamika kebudayaan yang memiliki latar belakang berbeda
dengan apa yang mereka yakini secara turun-temurun.
Walalupun kebanyakan mereka memilih untuk menjadi
imigran di negara maju, keberadaan mereka di wilayah
tersebut tidak diiringi dengan penerimaan terhadap
perbedaan yang ada. walalupun telah sekian lama berada di
dalam suatu negara dengan moderenitas, mereka akan tetap
kukuh pada kebudayaan asli. Yang terlihat dari penggunaan
bahasa asli, penggunaan pakaian, dan lain sebaginya.
Mengacu pada penjabaran itu, maka kebudayaan Maroko
bisa dikatakan memiliki dimensi Uncertainy Avoidance
yang tinggi.
Power Distance Masih berkaitan dengan yang dijabarkan sebelumnya, bahwa
kuatan merupakan elemen yang penting di dalam masyarakat
Maroko . Hal ini bisa dilihat dari negara yang berbentuk
kerajaan dimana keberadaan raja dianggap sebagai suatu
yang sangat penting. Hal ini juga terus mengakar pada
kebudayaan yang ada. setiap status masyarakat membawa
kekuatan tertentu yang harus dihormati oleh masyarakat lain.
misalnya status sebagai ayah memiliki peranan penting
dalam kehidupan rumah tangga. Haknya adalah hak yang
paling besar diantara anggota keluarga lain, setiap
perkataannya idealnya harus ditaati oleh semua anggota
keluarga. Hal ini pula yang terjadi pada status yang dibawa
oleh gender. Kekuatan pria dan wanita sangat bisa dilihat
perbedaannya, mulai dari hak bicara, hak menentukan
pasangan hidup, hak bekerja, dan lain sebagainya.
Melalui eprtimbangan ini, maka kebudayaan Maroko dapat
dikategorikan sebagai budaya yang memiliki power distance
yang tinggi.
Maskulinisme vs
feminisme
Kebudayan merupakan konstrksi masyarakat yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi yang lain. begitu
pula karakteristik budaya yang tercermin pada kepribadian
individunya. Di Maroko , kebanyakan masyarakat bukan
merupakan tipe pekerja keras. Mereka menganggap
pekerjaan murupakan bagian dari usaha untuk bertahan
hidup. Jadi ketika mereka telah mendapatkan apa yang
mendukung kehidupan mereka, hal ini sudah cukup. Hal ini
juga yang mungkin menjadi latar belakang mengapa mereka
mampu berpindah benua untuk mencari penghidupan yang
lebih baik dan memilih menetap di sana karena
mempertahankan status quo mereka yang bisa hidup dengan
damai dan berkecukupan melalui jaminan sosial yang
diberikan oleh negara maju.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
Maroko merupakan kebudayaan yang Feminis.
b. Belanda
Belanda merupakan suatu negara di kawasan Eropa barat laut. Berbatasan langsung
dengan Jerman di sebelah timur, Belgia di sebelah selatan dan Laut Uutara di sebelah barat.
Belanda merupakan salah satu engara yang pernah munduduki indoensia selama 3,5 abad.
Bahasa remi yang digunakan oleh penduduknya adalah bahasa Belanda . negara ini menganut
sistem pemerintahan monarki knstitusional dengan kepala negara seorang Ratu dan kepala
pemerintahan seorang perdana menteri. Salah satu hal yang menarik dari Belanda adalah
sifat keterbukaan yang dimiliki masyarakatnya. Sifat liberal yang diyakini oleh
masyarakatnya diakui oleh masyarakat internasional. Bahkan pernikahan sesama jenis yang
banyak dikecam diberbagai negara dilegalkan disini.
Sebagai negara maju Eropa dan anggota United Europe, perekonomian Belanda
termasuk perekonomian yang maju dengan pesat2. Hal ini membuat Belanda sebagai salah
satu negara yang membutuhkan imigran untuk perkembangan industrinya. Sebagai negara
yang membutuhkan tenaga imigran untuk pekerja industri, Belanda menyediakan fasilitas
berupa jaminan sosial untuk para imigran3. Mulai dari jaminan kesehatan, tunjangan sehari-
hari, jaminan pendidikan dan lain sebagainya. maka dari itu sudah cukup alasan untuk
menjadikan Belanda sebagai negara yang menjadi tujuan para imigran.
Kebudayaan di Belanda merupakan kebudayaan yang unik. Seperti layaknya negara
maju Eropa , masyarakat Belanda memiliki keterbukaan yang luar biasa terhadap
modernisasi. Hampir semua dari mereka memiliki pola pikir modern. Berikut adalah analisis
kebudayaan Belanda berdasakan variabel budaya Hofstade (2001) yang direpresentasi kan
dalam film shouf shouf habibi
Variabel kebudayaan
Hofstade
Analisis kebudayaan
Individualism vs
collectivism
Masyarakat Belanda merupakan cerminan masyarakat modern.
Liberalisme merupakan kata yang sangat tepat untuk
menggambarkan karakteristik interaksi antar warga di sana.
Setiap warga sangat menghargai hak pribadi sebagai salah satu
kebudayaan. Hak pribadi dinilai sebagai suatu hal yang wajib
dilindingu dengan cara apapun. Hal ini juga disambut baik oleh
masyarakat lain. keterbukaan diantara warga menunjukkan
kebebasan yang diyakini oleh setiap pihak. Hal ini mungkin
disebabkan oleh faktor ekonomi mayoritas mayarakat mereka 2 http://www.id.indonesia.nl/content/view/104/144/3 http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/15/02411085/Siapa.Pelaksana.Jaminan.Sosial
yang mapan sehingga jarang terjadi kesenjangan sosial yang
membuat pola pikir menjadi kacau. Pola pikir yang nyaris tanpa
beban, hidup di negara yang serba maju dan berkecukupan
membuat masyarakat Belanda menjadi orang-orang yang sangat
modern. Setiap orang juga dibebaskan untuk bertindak sesuai
apa yang mereka inginkan.
Dari analisis tersebut dapat dikatakan bahwa warga Belanda
merupakan cerminan kelompok yang memiliki karakteristik
kebudayaan individualisme.
Uncertainty Avoidance Sebagai masyarakat modern, setiap individu di Belanda
memiliki pemikiran yang terbuka bagi perbedaan yang ada.
masing-masing dari mereka menganggap bahwa perbedaan
merupakan al yang wajar ada di dunia. akan ettapi hal ini seperti
mendapat pengecualian ketika mereka berhadapan dengan
kelompok imigran. Imigran, terkhusus imigran dari timur
tengah. Keberadaan mereka di Belanda masih sering dianggap
oleh penduduk lokal sebagai pencari keuntungan semata.
Terlebih ketika para imigran tersebut masih menerapkan
kebudayaan yang masih sangat fanatik yang berbeda jauh
dengan apa yang mereka yakini. Terutama masalah kebebasan
yang mereka anut. Kebebasan merupakan elemen yang dianggap
penting oleh orang Belanda. sedangkan hal ini sangat
berbenturan dengan apa yang diyakini oleh imigran Maroko
yang mengganggap kebebasan itu sebagai hal yang tabu.
Ketidaksesuaian ini menjadikan warga asli Belanda sering
mengaggap rendah para imigran. Terlebih kemampuan minim
yang dimiliki imigran terhadap aspek industri yang
mengakibatkan imigran Maroko hanya menempati tempat yang
rendah dalam industri yang membuat warga asli Belanda
semakin skeptis.
Cerminan warga Belanda yang sangat etnosentrisme membuat
kebudayaan Belanda dapat dikategorikan memiliki uncertainty
avoidance yang tinggi.
Power Distance Walaupun Belanda merupakan negara yang berbasis monarki
konstitusional tetap saja jarak kekuasaan yang ada bukan
merupakan masalah yang berarti. Setiap warga tetap
menghormati ratu Beatrix sebagai ekpala negara dan perdana
mentri sebagai pemimpin negara. Warga tetap menjalankan
kewajiban sebagai warga negara dengan segala kebijakan yang
ada. begitu pula dengan keberadaan gender disana. Perbedaan
kekuasaan antar gender yang sempat menjadi isu diseluruh
dunia, bukan merupakan isu dominan yang ada dibelanda.
Keterbukaan diantara warganya membuat isu gender sebagai isu
yang dipahami secara positif. Hal ini mungkin dikarenakan
kepala negara mereka adalah seorang jadi posisi wanita disana
tidak dipandang sebelah mata. Dalam film ini dicerminkan
bahwa seorang polisi wanita Belanda dipercaya untuk bertugas
tanpa kenal waktu sama dengan polisi pria.
Melalui analisis ini dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
Belanda merupakan kebudayaan yang memiliki power distance
yang rendah.
Maskulinisme vs
feminisme
Menurut film ini masyarakat Belanda dikategorikan sebagai
masyarakat yang pekerja keras. Mereka bekerja keras demi
mendapatkan penghidupan yang layak. Sangat berbeda dengan
para imigran yang hanya mengandalkan jaminan sosial. warga
Belanda juga dicerminkan sebagai orang yang sangat disiplin
dalam menjalani kehidupan.
Melalui cerminan ini bisa dikatakan bahwa benda memiliki
karakteristik budaya Maskulin.
Analisis Representasi Kelompok Budaya Imigran Maroko
Permasalahan kelompok budaya merupakan permasalah yang tidak henti-hentinya
menghiasi dinamika komunikasi antar budaya. terutama masalah kelompok budaya yang
bersinggungan dengan wacana etnisitas dan lain sebagainya. masalah etnisitas tidak dapat
dihindarkan dari pembahasan biologis yang selalu akan bermuara pada posisi, identitas, hak,
dan lain sebagainya. bagaimana etnis tertentu dipandang oleh etnis lain dan beragam hal
serupa yang sangat problematis. Sampai dengan abad modern ini masih ada beberapa ras
yang masih dipandang keberadaannya sebelah mata karena aspek historis, kultural dan lain
sebagianya. Pembahasan inipun telah banyak dilakukan oleh para pelaku media sebagai
representasi dari dinamika kebudayaan. Representasi kelompok etnis dalam media masih
dianggap sebagai hal yang patut ditampilkan sebagai cerminan nyata dari kehidupan sehari-
hari. Hal ini pula yang coba diungkap oleh sutradara Albert Ter Heerd dalam film Shouf
Shouf Habibi! Beberapa konflik kebudayaan yang diangkat dalam kisah ini berupaya untuk
mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi dalam komunikasi antar budaya antara imigran
Maroko dan warga asli Belanda . Bagaimana pola pikir yang tercipta diantara keduanya dan
lain sebagainya. dalam paper ini dinamika komunikasi antar budaya antara keduanya akan
lebih banyak dibahas dengan kacamata teori-teori yang ada dalam pembahasan komunikasi
antar budaya.
a. Etnosentrisme
Film ini merepresentasikan konflik persepsi yang bersinggungan oleh kelompok
imigran dan kelompok warga asli Belanda . Warga imigran Maroko di representasikan
sebagai masyarakat yang tidak memiliki kemampuan yang menunjang pekerjaan mereka
sehingga posisi mereka hanya pada tempat yang rendah di sistem industri di negara mereka.
hal ini ditunjukkan dengan beberapa adegan yang menunjuukkan sikap pemalas mereka
dengan bangun di siang hari, menghabiskan waktu dengan mengobrol dan melamun, hanya
berbincang-bincang kosong dan lain sebagainya. selain itu kelompok budaya imigran ini
dianggap sebagai salah satu pelaku kriminal yang ada di Belanda . Mereka dianggap sebagai
penyebab kekacauan yang ada di Belanda selama ini. hal ini terlihat dari pencurian motor
warga Belanda yang dilakukan oleh Abdullah, perencanaan perampokan bank yang dilakukan
Abdullah dan teman-temannya, pemukulan yang dilakukan oleh Abdullah, upaya pemerasan
yang dilakukan oleh Driss Bantarek, dan lain sebagainya. Posisi imigran Maroko sangat
dilihat sebelah mata oleh sutradara sekaligus penggagas ide cerita yang merupakan warga asli
Belanda . Persepsi warga Belanda melalui sutradara Abert Ter Heerdt dicerminkan melalui
konsep etnosentrisme. Dimana warga Belanda menganggap kebudayaannya dimilikinya
lebih baik dari budaya lain. Etnosentrisme sering dianggap sebagai egoisme kultural yang
menekankan pada ego pribadi pemilik kebudayaan yang dominan atau berkuasa (Purwasito,
2003 : 227).
b. Communication accomodation
Film ini coba merepresentasikan para imigran Maroko merupakan warga yang nekat
mempertahankan dan menekankan perbedaannya dengan warga asli. Hal ini terlihat bahwa
warga Maroko melaklukan divergensi engan menekankan perbedaan aksen berbicara mereka
dengan warga asli. Mereka tetap menggunakan bahasa asli tanpa mengindahkan bahasa
Belanda . bahkan digambarkan, Laila Bantarek merupakan seorang ibu yang hanya bisa
menyebut kata Good dalam bahasa Belanda sehingga menyesatkannya dalam kunjungan ke
dokter mata. Hal ini bisa dianalisis menggunakan teori communication acomodation (Giles :
1973). Teori ini berbicara mengenai penggunaan aksen atau logat sebagai penekanan
perbedaan antara budaya yang berbeda. Film ini merepresentasikan bahwa dengan kondisi
kultural Belanda yang cukup terbuka akan tetapi perbedaan mencolok ini sedikit banyak
menjadi masalah bagi mereka.
c. Communication Acculturation
Penekanan terhadap perbedaan dalam film ini dilakukan oleh kaum tua (orang tua).
Mereka memilih untuk menuntup diri dengan perbedaan yang ada. berbeda dengan apa yang
dilakukan oleh para anak-anak, yaitu Laila Bantarek dan Abdullah bantarek. Mereka memilih
untuk menerima budaya baru yang mereka terima di lingkungan pergaulan. Budaya baru
tersebut digabungkan dengan budaya asli yang mereka terima dari pendidikan orang tua
mereka. walalupun pada dasarnya akan terbentuk budaya yang condong ke arah barat tapi
mereka tetap mempertahankan budaya-budaya asli. Melalui film ini sutradara seakan ingin
merepresentasikan bahwa kekuatan imigran dalam menddidik anak mereka tidak lebih kuat
dibanding kekuatan pergaulan yang ada diantara para imigran dan penduduk asli yang berusia
muda. Kaum muda keturunan imigran akan lebih memilih menjalankan kultur barat yang
dianggap lebih bebas dari pada membiarkan diri dikekang oleh kultur asli yang lebih
tradisional.
Hal ini pula yang menjadi akar konflik di dalam keluarga imigeran ini. di satu sisi para
anak-anak mengingnkan kebebasan seperti yang ada dalam kehidupan teman mereka warga
asli. Akan tEtapi orang tua tetap ingin menekankan pada pemeliharaan terhadap budaya asli
mereka. misalnya Ali Bantarek tetap menginginkan anaknya Laila untuk mengenakan jilbab
dan menikah dengan pria pilihannya melalui jalur perjodohan. Akan tetapi sebaliknya, Laila
telah tumbuh menajdi pribadi yang mandiri dengan unsur moderenitas yang tinggi, sehingga
gagasan mengenai kultur asli yang terlalu mengekang aspirasinya kebanyakan ditolak secara
terang-terangan olehnya. Dinamika ini dapat dikaji dengan menggunakan teori
communication acculturation (Kim, 1977). Teori ini menekankan pada percampuran budaya
yang dilakukan oleh budaya pendatang sebagai wujud dari penyesuaian diri dan usaha agar
diterima di budaya asli.
d. Co-cultural
Tidak semua imigran direpresentasikan sebagai bduaya yang tertutup di film ini. Ada
juga imigran yang masih berusaha agar diterima keberadaannya di tenagh masyarakat asli.
Hal ini ditunjukkan dengan sikap mereka yang berusaha menngakulturasi kebudayaan mereka
dengan kebudayaan asli dengan bergaul dan membuka pemikiran mereka akan budaya barat.
Hal ini biasa dilakukan oleh kaum muda yang memang merupakan keturunan para imigran.
Pendidikan yang mereka dapatkan di Eropa dapat membentuk pola pikir yang lebih
Eropasentris dibanding dengan orang tua mereka. Hal ini juga yang menajdi salah satu
pemicu konflik keluarga imigran. Perbedaan persepsi yang terjadi antara generasi, yang
sesungguhnya memiliki karakteristik kebudayaan yang berbeda.
SIMPULAN
Media dapat menjadi tempat representasi kelompok budaya. salah satu media yang sering
menjadi tempat representasi adalah film. Banyak masyarakat yang masih menganggap bahwa
film adalah gambaran yang nyata dari kehidupan sebenarnya sehingga kekuatan film untuk
mempengaruhi masyarakat sampai detik ini sangat tinggi. Salah satu kelompok budaya yangs
ering di potret dalam film adalah dinamika komunikasi antar budaya yang dilakukan oleh
kelompok imigran di negara maju. Dinamika yang terjadi sangatlah kompleks karena
melibatkan dua kebudayaan yang memiliki karakteristik sangat berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Berlo, David. 1965. The process of communication: an introduction to the theory and practice. Holt, Rinehart and Winston
Dodd, C. (1992). Dynamics of intercultural communication. Dubuque: Wm. C. Brown.
Erickson, Edsel L. 1975. Sociology of education. Dorsey Press
Hall, Stuart. (1992). “The Questions of Cultural Identity”, dalam S. Hall, D. Held & T.McGrew (eds.). Modernity and Its Futures. London: Edward Arnold
Liliweri. Alo. 2001. Gatra Gatra Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Materi Mata Kuliah Komunikasi Antar Budaya, JIK UGM. 2010
Purwasito, Andrik. 2003. Komunikasi multikultural. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
http://www.id.indonesia.nl/content/view/104/144/
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/15/02411085/Siapa.Pelaksana.Jaminan.Sosial