representasi kelompok budaya

31
PENDAHULUAN Ketika sebuah topik didiskusikan oleh dua orang yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, maka hal ini merupakan salah satu bentuk dari komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya terjadi dengan beragam motivasi- motivasi tertentu yang membuat pembahasannya menjadi kompleks. Di dalam kajian komunikasi antar budaya terdapat beragam hal yang bisa menjadi inti kajian. Komunikasi antarbudaya memang mengkaji mengenai persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-pelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya adalah pada proses interaksi yang terjadi dalam komunikasi individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan. Terdapat beberapa kajian komunikasi antar budaya yang sering menjadi pokok kajian oleh beberapa cendikiawan, akan tetapi paper ini akan secara khusus mengakaji mengenai representasi kelompok budaya di media. Perbedaan antar kelompok budaya dibagi Dodd (1992) dalam beberapa sub-sub budaya (Subcultural Communication) yaitu: 1. Interethnic Communication yaitu komunikasi antara dua atau lebih etnis yang berbeda 2. Interracial Communication yaitu komunikasi yang terjadi melibatkan orang atau kelompok dengan latar belakang ras yang berbeda 3. Countercultural Communication yaitu komunikasi yang melibatkan orang-orang dari budaya asal atau pokok yang berkomunikasi dengan orang-orang dari subbudaya yang terdapat dalam budaya pokok tersebut

Upload: sarahzulkarnain1

Post on 30-Jun-2015

396 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Ketika sebuah topik didiskusikan oleh dua orang yang berasal dari latar belakang

budaya yang berbeda, maka hal ini merupakan salah satu bentuk dari komunikasi antar

budaya. Komunikasi antar budaya terjadi dengan beragam motivasi-motivasi tertentu yang

membuat pembahasannya menjadi kompleks. Di dalam kajian komunikasi antar budaya

terdapat beragam hal yang bisa menjadi inti kajian. Komunikasi antarbudaya memang

mengkaji mengenai persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-

pelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya adalah pada proses interaksi yang terjadi

dalam komunikasi individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan.

Terdapat beberapa kajian komunikasi antar budaya yang sering menjadi pokok kajian oleh

beberapa cendikiawan, akan tetapi paper ini akan secara khusus mengakaji mengenai

representasi kelompok budaya di media.

Perbedaan antar kelompok budaya dibagi Dodd (1992) dalam beberapa sub-sub budaya

(Subcultural Communication) yaitu:

1. Interethnic Communication yaitu komunikasi antara dua atau lebih etnis yang berbeda

2. Interracial Communication yaitu komunikasi yang terjadi melibatkan orang atau

kelompok dengan latar belakang ras yang berbeda

3. Countercultural Communication yaitu komunikasi yang melibatkan orang-orang dari

budaya asal atau pokok yang berkomunikasi dengan orang-orang dari subbudaya yang

terdapat dalam budaya pokok tersebut

4. Social class communication yaitu komunikasi yang terjadi antara orang atau

kelompok dengan latar belakang kelas sosial yang berbeda

Dari keempat sub budaya tersebut paper ini akan mengkhususkan untuk mengkai

mengenai Interracial Communication. Komunikasi antar budaya yang terjadi dalam

kelompok Interracial Communication melibatkan orang atau kelompok yang memeiliki latar

belakang ras yang berbeda. Perbedaan latar belakang ras masih merupakan salah satu topik

yang banyak dibicarakan dalam kajian komunikasi antar budaya. Ras yang dimaksud adalah

ciri khas penampilan fisik yang diturunkan atau diwariskan secara genetik. Hal ini muncul

secara alami akan tetapi tetap bisa dipungkiri melalui rekayasa kedokteran dan lain

sebagainya. Ras sebagai salah satu kajian komunikasi antar budaya menjadi sangat penting

karena masih banyak masyarakat dunia yang menganggap perdedaan ras sebagai masalah

yang serius. Pokok perhatian yang penting dalam kajian ini adalah bahwa perbedaan ras dapat

mengakibatkan perbedaan perseptual yang bisa menghambat proses komunikasi antar

budaya. Perbedaan ras yang tentu saja akan mewakili busaya yang berbeda dapat

menimbulkan masalah kebudayaan, bahkan sebelum ada sedikitpun usaha untuk

berkomunikasi.

Perbedaan ras masih dianggap sebagai salah satu potensi yang mengakibatkan

terjadinya masalah-masalah dalam berkomunikasi. Kelompok ras yang berbeda sering

dijumpai memiliki interaksi dalam suatu lingkungan yang menerapkan konsep

multikulturalisme. Paper ini akan membahas mengenai komunikasi antar kelompok yang

berbeda dalam ranah lintas negara. Imigrasi merupakan salah satu penyebab terjadinya

pertemuan antar ras dari berbagai macam benua. Negara-negara dunia pertama yang memiliki

perekonomian baik biasanya memberi kesempatan kepada pada imigran untuk tinggal di

negara mereka, bahkan ada beberapa negara yang menyediakan tunjangan kehidupan bagi

para imigran yang tinggal di negaranya. Hal ini yang sampai sekarang masih menjadi topik

perdebatan mengenai kebudayaan bagi banyak pihak. Proses komunikasi yang terjadi antara

para imigran dengan sesama mereka, para imigran dengan penduduk asli maupun dengan

pemerintah setempat merupakan proses yang akan menimbulkan banyak persoalan.

Beberapa persoalan yang muncul ketika mengkaji persoalan imigran antara lain

adalah stereotip tentang keberadaan imigran, isu-isu kriminal yang dilakukan imigran, gegar

budaya, krisis identitas, akulturasi, multikulturalisme yang gagal dan lain sebagainya.

Permasalah mengenai imigran memang sudah lama menjadi pembicaraan banyak pihak.

Salah satu ras yang sering dipermasalahkan adalah ras yang berasal dari negara-negara timur

tengah. Mereka dianggap teroris, menganut islam fanatik, dan lain sebagainya. Hal ini yang

kemudian menjadi babak baru dari permasalah ras dalam proses imigrasi. Paper ini akan

secara khusus membahas mengenai dinamika komunikasi antar budaya yang dialamai oleh

keluarga imigran dari Maroko di Belanda . Paper ini akan mengacu pada representasi kaum

imigran Maroko di Belanda yang ditampilkan dalam film Shof Shouf Habibi!

KERANGKA PEMIKIRAN

Paper ini akan bermula dari posisi komunikasi antar budaya dalam kajian ilmu

komunikasi, kemudian pembahasan akan berlanjut pada pengertian dan konsep-konsep

penting dalam komunikasi antar budaya. Selanjutnya akan dibahas beberapa prinsip-prinsip

dalam komunikasi antar budaya yang bisa mengantarkan paper ini pada pemaparan teori-teori

dalam komunikasi antar budaya. Dalam kajiannya, terdapat 2 buah bentuk teori besar yaitu

intercultural communication dan crosscultural communication. Akan diambil beberapa dari

masing-masing teori yang relevan dengan topik pembahasan.

Selanjutnya, paper ini akan membahas mengenai salah satu topik pembahasan dalam

komunikasi antar budaya yaitu persoalan representasi kelompok budaya di media.

Pembahasan akan mengerucut pada konflik yang biasa terjadi dalam komunikasi antar

budaya dalam ranah Interracial Communication. Beberapa isu-isu komunikasi antar budaya

seperti perbedaan persepsi dan akulturasi.

Selanjutnya pembahasan akan masuk pada studi kasus, dalam hal ini adalah

representasi imigran Maroko yang tinggal di Belanda dalam film Shouf Shouf Habibi!.

Dimulai dari penjabaran singkat mengenai sinopsis dan konflik yang terjadi di dalam film ini.

Pembahasan akan dilakukan secara deskriptif menggunakan teori-teori yang sebelumnya

telah dijabarkan dan beberapa opini dari penulis.

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

konflik antar budayaInterracial Communication

position, perseption, identity, acculturation

studi kasus film Shouf Shouf Habibi!imigran, maroko

PEMBAHASAN

Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antar budaya merupakan salah satu dari sekian banyak kajian ilmu

komunikasi yang ada. Sebagai salah satu bidang kajian, komunikasi antar bduaya memiliki

objek formal yaitu memperlajari mengenai hubungan yang terjadi antara produesn persan yan

berasal dari suatu budaya lain dengan konsumen pesan yang berasal dari budaya yang

berbeda. Komunikasi antar budaya yang dibahas lebih menekankan pada studi-studi

komunikasi interpersonal yang masing-masing memiliki perbedaan budaya. Perbedaan

budaya tersebut dapat tercermin dari keragaman ras, bahasa, bangsa dan etnik yang terlibat

dalam suatu relasi.

Konsep mengenai komunikasi antar budaya sebenarnya telah muncul sejak tahun

1950an. Pada awalnya kajian mengenai komunikasi antar budaya banyak emmbahas mengnai

sistem ekonomi, religi dan pengetahuan secara sederhana. Selanjutnya kajian mengenai

pengaruh budaya dalam proses komunikasi dijelaskan oleh David K Berlo pada tahun 1960

dalam buku The process of communication: an introduction to the theory and practice.

Menurut Berlo, kebudayaan memiliki kontribusi yang besar dalam melatarbelakangi proses

komunikasi seseorang, termasuk pemaknaan pesan yang berasal berbeda budaya. Menurut

Berlo komunikasi yang terjadi dapat berhasil jika memperhatikan beberapa hal, antara lain :

1. Source dan Reciever : kemampuan berkomunikasi, sikapm pengetahuan,

sistem sosial dan kebudayaan

2. Message : isi pesan, simbol

3. Channel : saluran, atau media yang digunakan untuk berkomunikasi

Kajian mengenai komunikasi antar budaya terus berkembang seiring dengan berjalannya

waktu. Dewasa ini studi mengenai komunikasi antar budaya telah menginjak ranah yang

lebih spresifik seperti relasi antar budaya, psikoilogi sosialm komunikasi internasional dan

lain sebagainya.

Mengingat perkembangan jaman membawa komunikasi antar budaya pada kajian

yang lebih komplek, hal ini juga mempengaruhi pemaknaan terhadap konsep budaya dan

komsep komunikasi itu sendiri. Kebudayaan sendiri dimaknai sebagai keseluruhan simbol,

penggambaran, struktur aturan, kebiasaan, pemaknaan, pemikiran yang dibagikan diantara

para anggota suatu sistem sosial dan kelompok sosial dalam suatu masyarakat (Liliweri,

2001:4). Pengertian ini menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan suatu komitmen yang

dibentuk oleh keseluruhan sistem sosial. kebudayaan terbentuk melalui interaksi terus

menerus yang dilakukan oleh setiap elemen dalam masyarakat. Masyarakat membentuk

kesepahaman tersendiri mengenai kebudayaan yang diterapkan dalam kehidupan mereka.

Kebudayaan juga dapat dimaknai sebagai suatu sistem. Dimana pemaknaan terhadap simbol-

simbol budaya mungkin bisa berbeda di antara satu individu dengan individu lain. akan tetapi

makna simbol tersebut masih dalam satu konsep yang sama tergantung dari sisi kebudayaan

mana simbol tersebut dimaknai. Misalnya menurut orang yang berada di saudi arabia,

penggunaan jilbab atau cadar pada wanita dianggap biasa saja dan hal ini telah diyakini oleh

segenap masyarakat yang ada di sana. Akan tetapi pemaknaan ini bisa berbeda jika dilihat

oleh masyarakat yang hidup dengan budaya berbeda. Mungkin saja cadar atau jilbab

dimaknai sebagai simbol keagamaan yang radikal.

Begitu pula dengan degan konsep komunikasi, perkembangannya selalu bergerak

seiring dengan berjalannya waktu. Komunikasi memiliki banyak bentuk. Setiuap bentuk

memiliki fungsi dan tujuan komunikasi masing-masing. dalam proses komunikasi antara

budaya, komunikasi dimaknai sebagai salah satu proses yang memiliki kompleksitas. Hal ini

terlihat dari variabel-variabel yang terlibat di dalam prosesnya. Setiap perilaku pelaku

komunikasi pasti dipengaruhi oleh faktor-faktor demografis, psikologis, sosiologis dan

antropologis (Liliweri, 2001:7). Selain faktor yang bersifat intrapersonal seperti yang

disebutkan sebelumnya, faktor-faktor yang berhubungan dengan proses penyampaian

pesanpun memiliki pengaruh tersendiri. Bagaimana pemilihan media, penyusunan pesan serta

faktor konteks terjadinya proses komunikasi juga ikut berpengaruh.

Melalui penjabaran diatas, kebudayaan dan komunikasi memiliki hubungan yang

cukup erat. Keduanya memiliki hubungan saling mempengaruhi satu sama lain. Pertama

setiap proses komunikasi tentu melibatkan atau akan dipengaruhi oleh faktor kebudayaan.

Kedua, kebudayaan tidak akan memiliki makna apapun atau tidak akan tercipta tanpa adanya

interaksi dan komunikasi di dalam masyarakat. Di dalam komunikasi antar budaya terdapat

konsep interaksi. Interaksi antar budaya cakupannya lebih sempit daripada komunikasi antar

budaya. Konsep Interaksi menggambarkan hubungan yang terjadi oleh individu dengan latar

belakang budaya yang berbeda dan memaknai sesuatu dengan pemaknaan yang belum tentu

sama. Interaksi antar budaya terdapat dalam setiap proses komunikasi antar budaya.

Penekanan yang penting dalam komunikasi antar budaya, adalah pada objek formal dari

komunikasi ini adalah dua orang atau kelompok yang berasal dari latar belakang budaya yang

berbeda. Hal ini yang kemudian membedakan komunikasi anatar budaya dengan bentuk

komunikasi lainnya. Perbedaan kebudayaan masih banyak dimaknai sebagai perbedaan

bangsa, karena pada awalnya studi ini dilakukan pada bangsa dengan kebudayaan yang

homogen. Akan tetapi semakin lama, studi komunikasi antar budaya mulai memahami bahwa

perdebaan budaya bisa juga terjadi dalam bangsa yang sama. Kembali lagi, kebudayaan

adalah sistem yang bisa dimaknai secara berbeda.

Berikut adalah skema yang menggambarkan proses komunikasi antar budaya:

Skema tersebut akan membantu untuk menjelaskan mengenai prinsip-prinsip yang ada dalam

komunikasi antar budaya, antara lain :

1. Pola-pola perilaku individu didasarkan pada persepsi budaya individu terhadap

budaya luar yang merupakan perluasan dari kegiatan pembelajaran terhadap dunia

luar

2. Semakin besar perbedaan faktor biologis dan pengalaman kebudayaan`di antara

individu, maka semakin besar pula jarak perbedaan persepsi diantara mereka, dan

hal ini juga berlaku sebaliknya

3. Semakin tinggi kesamaan persepsi yang dimiliki oleh individu maka semakin

mudah proses komunikasi antar mereka akan berhasil dikarenakan pola dan

pengakuan mereka terhadap sesuatu cenderung tidak jauh berbeda

budaya A

pesa

n, medi

a, inter

aksi,

komunika

si

budaya B

pesan, media, interaksi, komunikasi

budaya C

pesa

n,

med

ia,

in

ter

aksi,

ko

mun

ika

si

4. Semakin banyak jumlah dan tingkat intensitias pertukaran persepsi terjadi diantara

individu maka tingkat kesamaan identitas mereka akan semakin tinggi

5. Setiap masing-masing individu menutup dirinya dari kekuatan kebudayaan lain,

maka tingkat perbedaan rasa akan meningkat dan hal ini myang mengakibatkan

komunikasi anatar mereka akan semakin sulit

6. Perubahan lingkungan sosial, kebudayaan dan faktor biologis akan mendorong

kelompok kebudayaan untuk mengubah identitas dan melahirkan kebudayaan

yang baru.

Representasi Kelompok Budaya di Media

a. Persepsi

Dalam setiap proses komunikasi antar budaya, setiap pelakunya pasti akan menemui

konflik-konflik yang terjadi akibat perbedaan antar budaya. Konflik lintas budaya salah

satunya banyak membahas mengenai perbedaan persepsi yang terjadi antara individu beda

budaya yang tengah berinteraksi. Persepsi menurut Burid dalam Arnold dan Hirch (1977)

merupakan suatu proses penyadaran individu terhadap objek, kejadian, peristiwa, atau

stimulus tertentu yang seluruhnya bergantung pada relasi individu terhadap objek tersebut.

Persepsi tercipta melalui stimulus-stimulus yang melibatkan banyak faktor, salah satunya

kebudayaan. Latar belakang kebudayaan sangat menentukan respon apa yang akan

dikeluarkan oleh individu satu dengan individu lain yang berbeda kebudayaan. Persepsi akan

menciptakan suatu nilai tertentu yang akan memiliki peranan penting dalam komunikasi antar

budaya. Setiap kebudayaan telah merumuskan bentuk-bentuk perilaku melalui simbol-simbol

tertentu. Simbol ini dibentuk secara terus-menerus oleh pelaku sistem kebudayaan. Perpedaan

persepsi terhadap simbol inilah yang memiliki kapasitas untuk memicu terjadinya konflik

antar budaya.

b. Akulturasi budaya

Arah ataupun tujuan komunikasi antar budaya akan bergantung pada kepentingan

masing-masing individu yang tengah menjalaninya. Hal ini akan tercermin dari penerapan

perilaku yang biasa muncul ketika proses komunikasi terjadi antar individu yang berbeda

kebudayaan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dalam setiap proses komunikasi akan

dilibatkan variabel-variabel yang menetukan jalannya proses ini. Begitu pula yang terjadi

dalam komunikasi antar budaya. Setiap kebudayaan yang tengah bertukar pesan, akan

melibatkan pula variabel sistem sosial, usia, jenis kelamin, latar belakang, status ekonomi

bahkan penggunaan bahasa. Erickson (1975) mengemukakan bahwa kesamaan dalam kelas

sosial, gaya komunikasi, tingkat kedudukan, identitas sosial lebih mudah diterima

dibandingkan permasalahan ras dan gender. Asumsi tingkat persamaan dan perbedaan itu

sangat menentukan tingkat perilaku, harapan dan nilai yang akan sangat berdampak pada

keberhasilan interaksi yang terjadi di kebudayaan yang berbeda.

Meski demikian, beberapa tujuan dari komunikasi antar budaya ada yang mengarah

pada keterbukaan masing-masing budaya untuk memahami atau menerima kebudayaan lain.

Pada tahapan ini masing-maisng budaya memiliki hak yang sama untuk saling bertemu dan

memahami satu sama lain. Pemahaman ini bisa juga menjadikan budaya baru yang

merupakan pencampuran dari interaksi budaya-budaya yang berbeda. Meski demikian,

akulturasi bukan hal yang mudah dilakukan. Dibutuhkan interaksi yang lama untuk

mewujudkannya. Interaksi ini akan sangat bergantung pada persamaan atau perbedaan

perilaku, harapan, dan nilai selama berinteraksi. Pada celah inilah potensi konflik antar

budaya biasanya tercipta.

Studi Kasus Film Shouf Shouf Habibi

a. Sinopsi

Cerita mengenai film ini diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh utama dalam film ini.

Abdullah merupakan seorang pemuda keturunan imigran asli Maroko yang lahir dan tumbuh

di Belanda . Abdullah memiliki dua orang adik bernama Laila dan Driss Bantarek dan

seoarang kakak bernama Sam. Sam adalah petugas kepolisian di Belanda . Laila merupakan

cerminan gadis timur tengah yang sudah menerapkan budaya Eropa dalam kehidupanya.

Pergaulannya dengan warga asli Belanda membuat pola pikirnya sudah bercampur dengan

pola pikir gadis Eropa . Walaupun demikian Laila tetap menerapkan beberapa kaidah

ketimuran walaupun tidak sepenuhnya. Adik kedua Abdullah adalah Driss Bantarek. Driss

merupakan remaja yang sangat nakal. Beberapa kelakuannya membuat keluarganya menjadi

marah. Kedua orang tua mereka adalah Khadija Bantarek dan Ali Bantarek. Keduanya adalah

imigran dari Maroko yang tinggal selama berpuluh tahun di Belanda . Keduanya bahkan

sama sekali tidak bisa menggunakan bahasa Belanda . Dalam film ini tidak diceritakan apa

yang mereka kerjakan di Belanda untuk kebutuhan sehari-hari.

Selama hidup di Belanda , Abdullah memiliki teman-teman yang juga penduduk

imigran. Mereka biasanya bermain atau menghabiskan waktu bersama karena sama-sama

berstatus sebagai pengangguran. Mereka juga kerap merencanakan tindakan kriminal seperti

merampok kontainer ataupun merampok bank. Akan tetapi suatu ketika Abdullah

menginginkan hal berbeda dalam hidupnya yaitu dengan bekerja sebagai pegawai tetap.

Mengerjakan hal-hal kantoran yang lebih terhormat dari pada pekerjaan yang biasa dilakoni

imigran di Eropa . Setelah mendapatkan pekerjaannya Abdullah tetap saja tidak bisa

melakukannya dengan maksimal karena keterbatasan kemampuannya. Akhirnya dia kembali

lagi merencakan perampokan bank dengan teman-temannya. Keluarga Abdullah bukan

keluarga yang hidup dalam kedamaian, setiap hari ada saja masalah-masalah yang

mengakibatkan terjadi pertengkaran. Biasanya akar masalah berasal dari perbedaan persepsi

terhadap tingkah laku anak-anak yang dimiliki oleh orang tua mereka yang masih sangat

tradisional. Ternyata anak-anak imigran ini lebih terbuka dengan budaya baru di engara

mereka hidup sekarang dibanding negara asal mereka. hal ini pula yang sering memicu

pertengkaran anatara Ali Bantarek dan anaknya, Laila hingga anak perempuan tersebut

memutusakan untuk pergi dari rumah.

Tidak hanya sampai di situ, permasalahn komunikasi antar budaya ini juga terus

berlanjut. Suatu ketika Abdullah memutuskan untuk menikah dengan wanita yang berasal

dari Maroko . Abdullah datang ke Maroko dan memilih anak remaja Maroko untuk dibawa

ke Belanda dan dinikahinya. Akan tetapi sepertinya Abdullah masih merasa berat dengan

keputusannya sendiri. Maka saat hari pernikahannya Abdullah memutuskan untuk pergi dari

rumah. Hal ini menambah kacau permasalahn keluarga tersebut. Terlebih saat itu, ayah

mereka, Ali Bantarek meninggal dunia dan mengamanatkan untuk dimakamkan di Maroko .

Konflik Lintas Budaya dan Analisis Teoritis

Dalam film yang berdurasi 90 menit ini diceritakan dinamika kehidupan imigran

Maroko yang ada di Belanda . Konflik-konflik yang mereka alami biasanya disebabkan oleh

latar belakang kebudayaan yang berbeda dengan warga asli Belanda . hal ini terlihat dari cara

pergaulan yang dijalani oleh anak-anak imigran tersebut, keterbatasan bahasa, tindakan

kriminal, pola pikir yang berbeda sangat jauh antara orang tua dan anak, dan lan sebagainya.

dinamika kehidupan dengan latar belakang perbedaan budaya dalam film ini akan coba

dianalisis dengan menggunakan beberapa teori dalam ranah crosscultural communication dan

intercultural communication.

Sebagai analisis pertama akan dikaji perbedaan antara kedua jenis budaya melalui

variabel budaya Hofstade. Menurut hofstade terdapat empat dimensi yang bisa membantu

peneliti kebudayaan untuk membedakan satu karakter budaya dengan budaya yang lain1.

Empat dimensi tersebut adalah : invidualism-collectivism, uncertainty avoidance, power

distance, maskulinitas-feminisme. Selanjutnya akan dibahas masing-masing kebudayaan

berdasarkan apa yang direpresentasikan melalui film Shouf Shouf Habibi! dengan dimensi

hofstade untuk menentukan karakteristiknya.

a. Maroko

Maroko adalah salah satu negara yang berada di wilayah Afrika Utara. Memiliki

penduduk berjumlah lebih dari 33 juta jiwa. Pusat kota Maroko berada di wilayah yang

bernama Rabat. Lebih dari 90% penduduk Maroko adalah etnis arab yang menggunakan

bahasa arab sebagai bahasa resmi. Akan tetapi selain bahasa arab kebanyakan dari mereka

juga mempelajari bahasa Prancis, dan bahasa daerah yang disebut dengan Berber. Negara

marko berbentuk monarki konstitusional. Saat ini Maroko di pimpin oleh seorang perdana

mentri bernama Abbas El Fassi dan raja bernama Mohammed VI. Mayoritas menduduk

Maroko beragama Islam, hanya kurang dari 1% yang beragama Yahudi.

Maroko merupakan negara yang cukup banyak mengahasilkan imigran. Sebanyak

25% dari penduduk total mereka merupakan penduduk Maroko diaspora, yaitu berada di luar

negara mereka. hal ini disebabkan karena Maroko termasuk negara arab yang miskin karena

tidak memiliki sumber daya minyak seperti Saudi Arabia, dan lain sebagianya. Untuk negara

timur tengah, minyak merupakan satu-satunya aset paling berharga karena lingkungan

1 Materi kuliah komanbud

mereka yang sangat kering menyebabkan susah sekali emnemukan sumber daya lainnya.

Kebanyakan dari imigran tersebut memilih untuk hidup di wilayah Eropa . Hal ini disebabkan

karena jaminan sosial yang ditawarkan Eropa kepada para imigran yang ada disana cukup

menggiurkan. Selain itu mereka bisa bekerja sebagai pekerja industri yang sangat dibutuhkan

Eropa saat ini. menurut blog beberapa pelajar indonesia yang berkuliah di Eropa ,

keberadaan masyarakat Maroko cukup banyak menyita bangku perkuliahan. Akan tetapi

kebanyakan dari mereka tidak bekerja di perusahaan ternama. Mereka (kebanyakan pria)

lebih memilih untuk menikah dengan wanita Eropa untuk mendapat status kewarganegaraan.

Sebagian dari mereka memilih untuk cerai dan menikah lagi dengan wanita keturunan

Maroko dan hidup di Eropa . Akan tetapi hal semacam ini tidak dilakukan oleh setiap

imigran. Tidak jauh berbeda dengan keluarga Ali Bantarek dalam film Shouf shouf habibi.

Mereka memilih untuk pindah dan hidup di Belanda sebagai imigran, hingga anaknya

beranjak dewasa.

Maroko memiliki kebudayaan yang sangat kental. Seperti negara timur tengah

lainnya, unsur agama islam tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. terutama postur

tubuh, wajah, dan warna kulit sangat khas timur tengah. Berikut adalah analisis kebudayaan

Maroko dengan menggunakan variabel kebudayaan Hofstade (2001) berdasarkan apa yang

ditampilkan dalam film Shouf Shouf Habibi!.

Variabel kebudayaan

Hofstade

Analisis Kebudayaan

Individualism vs

collectivism

Hubungan interpersonal dalam masyarakat Maroko relatif

tidak mengindahkan kebebasan. Antar individu satu dengan

individu lain memiliki keterbatasan dalam berinteraksi.

Terutama masyarakat berbeda gander. Isu gender di Maroko

merupakan isu yang cukup sensitif. Kebebasan antar gender

untuk berinteraksi sangat dibatasi. Hal ini bisa disebabkan

karena hukum islam mengenai muhrim dan non murhim

diadaptasi sebagai satu bentuk budaya yang harus

dijalankan. Selain itu kebebasan berpendapat masih sangat

dibatasi, dan mayoritas penyebab terjadinya hal ini adalah

perbedaan kekuatan yang ada. meski demikian, rasa

kebersamaan dan saling kepedulian antar masyarakat bisa

dikatakan sangat erat. Mereka merasa memiliki nasib yang

sama, kelas ekonomi yang sama, dan pola pikir yang sama

sehingga hubungan antar masyarakat bisa dikatakan sangat

erat.

Maka dari itu kebudayaan Maroko dapat dikatakan sebagai

kebudayaan yang Collectivism.

Uncertainty Avoidance Penduduk Maroko bersifat tradisional dan tertutup terhadap

kebudayaan lain. kebudayaan yang berada di luar Maroko

dianggap sebagai suatu hal yang tidak bisa dipahami apalagi

digabungkan. Perbedaan kebudayaan masihdianggap sebagai

salah satu ancaman. Sehingga keberadaannya masih

dianggap tabu. Mereka merasa sangat khawatir dengan

dinamika kebudayaan yang memiliki latar belakang berbeda

dengan apa yang mereka yakini secara turun-temurun.

Walalupun kebanyakan mereka memilih untuk menjadi

imigran di negara maju, keberadaan mereka di wilayah

tersebut tidak diiringi dengan penerimaan terhadap

perbedaan yang ada. walalupun telah sekian lama berada di

dalam suatu negara dengan moderenitas, mereka akan tetap

kukuh pada kebudayaan asli. Yang terlihat dari penggunaan

bahasa asli, penggunaan pakaian, dan lain sebaginya.

Mengacu pada penjabaran itu, maka kebudayaan Maroko

bisa dikatakan memiliki dimensi Uncertainy Avoidance

yang tinggi.

Power Distance Masih berkaitan dengan yang dijabarkan sebelumnya, bahwa

kuatan merupakan elemen yang penting di dalam masyarakat

Maroko . Hal ini bisa dilihat dari negara yang berbentuk

kerajaan dimana keberadaan raja dianggap sebagai suatu

yang sangat penting. Hal ini juga terus mengakar pada

kebudayaan yang ada. setiap status masyarakat membawa

kekuatan tertentu yang harus dihormati oleh masyarakat lain.

misalnya status sebagai ayah memiliki peranan penting

dalam kehidupan rumah tangga. Haknya adalah hak yang

paling besar diantara anggota keluarga lain, setiap

perkataannya idealnya harus ditaati oleh semua anggota

keluarga. Hal ini pula yang terjadi pada status yang dibawa

oleh gender. Kekuatan pria dan wanita sangat bisa dilihat

perbedaannya, mulai dari hak bicara, hak menentukan

pasangan hidup, hak bekerja, dan lain sebagainya.

Melalui eprtimbangan ini, maka kebudayaan Maroko dapat

dikategorikan sebagai budaya yang memiliki power distance

yang tinggi.

Maskulinisme vs

feminisme

Kebudayan merupakan konstrksi masyarakat yang

diturunkan dari satu generasi ke generasi yang lain. begitu

pula karakteristik budaya yang tercermin pada kepribadian

individunya. Di Maroko , kebanyakan masyarakat bukan

merupakan tipe pekerja keras. Mereka menganggap

pekerjaan murupakan bagian dari usaha untuk bertahan

hidup. Jadi ketika mereka telah mendapatkan apa yang

mendukung kehidupan mereka, hal ini sudah cukup. Hal ini

juga yang mungkin menjadi latar belakang mengapa mereka

mampu berpindah benua untuk mencari penghidupan yang

lebih baik dan memilih menetap di sana karena

mempertahankan status quo mereka yang bisa hidup dengan

damai dan berkecukupan melalui jaminan sosial yang

diberikan oleh negara maju.

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan

Maroko merupakan kebudayaan yang Feminis.

b. Belanda

Belanda merupakan suatu negara di kawasan Eropa barat laut. Berbatasan langsung

dengan Jerman di sebelah timur, Belgia di sebelah selatan dan Laut Uutara di sebelah barat.

Belanda merupakan salah satu engara yang pernah munduduki indoensia selama 3,5 abad.

Bahasa remi yang digunakan oleh penduduknya adalah bahasa Belanda . negara ini menganut

sistem pemerintahan monarki knstitusional dengan kepala negara seorang Ratu dan kepala

pemerintahan seorang perdana menteri. Salah satu hal yang menarik dari Belanda adalah

sifat keterbukaan yang dimiliki masyarakatnya. Sifat liberal yang diyakini oleh

masyarakatnya diakui oleh masyarakat internasional. Bahkan pernikahan sesama jenis yang

banyak dikecam diberbagai negara dilegalkan disini.

Sebagai negara maju Eropa dan anggota United Europe, perekonomian Belanda

termasuk perekonomian yang maju dengan pesat2. Hal ini membuat Belanda sebagai salah

satu negara yang membutuhkan imigran untuk perkembangan industrinya. Sebagai negara

yang membutuhkan tenaga imigran untuk pekerja industri, Belanda menyediakan fasilitas

berupa jaminan sosial untuk para imigran3. Mulai dari jaminan kesehatan, tunjangan sehari-

hari, jaminan pendidikan dan lain sebagainya. maka dari itu sudah cukup alasan untuk

menjadikan Belanda sebagai negara yang menjadi tujuan para imigran.

Kebudayaan di Belanda merupakan kebudayaan yang unik. Seperti layaknya negara

maju Eropa , masyarakat Belanda memiliki keterbukaan yang luar biasa terhadap

modernisasi. Hampir semua dari mereka memiliki pola pikir modern. Berikut adalah analisis

kebudayaan Belanda berdasakan variabel budaya Hofstade (2001) yang direpresentasi kan

dalam film shouf shouf habibi

Variabel kebudayaan

Hofstade

Analisis kebudayaan

Individualism vs

collectivism

Masyarakat Belanda merupakan cerminan masyarakat modern.

Liberalisme merupakan kata yang sangat tepat untuk

menggambarkan karakteristik interaksi antar warga di sana.

Setiap warga sangat menghargai hak pribadi sebagai salah satu

kebudayaan. Hak pribadi dinilai sebagai suatu hal yang wajib

dilindingu dengan cara apapun. Hal ini juga disambut baik oleh

masyarakat lain. keterbukaan diantara warga menunjukkan

kebebasan yang diyakini oleh setiap pihak. Hal ini mungkin

disebabkan oleh faktor ekonomi mayoritas mayarakat mereka 2 http://www.id.indonesia.nl/content/view/104/144/3 http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/15/02411085/Siapa.Pelaksana.Jaminan.Sosial

yang mapan sehingga jarang terjadi kesenjangan sosial yang

membuat pola pikir menjadi kacau. Pola pikir yang nyaris tanpa

beban, hidup di negara yang serba maju dan berkecukupan

membuat masyarakat Belanda menjadi orang-orang yang sangat

modern. Setiap orang juga dibebaskan untuk bertindak sesuai

apa yang mereka inginkan.

Dari analisis tersebut dapat dikatakan bahwa warga Belanda

merupakan cerminan kelompok yang memiliki karakteristik

kebudayaan individualisme.

Uncertainty Avoidance Sebagai masyarakat modern, setiap individu di Belanda

memiliki pemikiran yang terbuka bagi perbedaan yang ada.

masing-masing dari mereka menganggap bahwa perbedaan

merupakan al yang wajar ada di dunia. akan ettapi hal ini seperti

mendapat pengecualian ketika mereka berhadapan dengan

kelompok imigran. Imigran, terkhusus imigran dari timur

tengah. Keberadaan mereka di Belanda masih sering dianggap

oleh penduduk lokal sebagai pencari keuntungan semata.

Terlebih ketika para imigran tersebut masih menerapkan

kebudayaan yang masih sangat fanatik yang berbeda jauh

dengan apa yang mereka yakini. Terutama masalah kebebasan

yang mereka anut. Kebebasan merupakan elemen yang dianggap

penting oleh orang Belanda. sedangkan hal ini sangat

berbenturan dengan apa yang diyakini oleh imigran Maroko

yang mengganggap kebebasan itu sebagai hal yang tabu.

Ketidaksesuaian ini menjadikan warga asli Belanda sering

mengaggap rendah para imigran. Terlebih kemampuan minim

yang dimiliki imigran terhadap aspek industri yang

mengakibatkan imigran Maroko hanya menempati tempat yang

rendah dalam industri yang membuat warga asli Belanda

semakin skeptis.

Cerminan warga Belanda yang sangat etnosentrisme membuat

kebudayaan Belanda dapat dikategorikan memiliki uncertainty

avoidance yang tinggi.

Power Distance Walaupun Belanda merupakan negara yang berbasis monarki

konstitusional tetap saja jarak kekuasaan yang ada bukan

merupakan masalah yang berarti. Setiap warga tetap

menghormati ratu Beatrix sebagai ekpala negara dan perdana

mentri sebagai pemimpin negara. Warga tetap menjalankan

kewajiban sebagai warga negara dengan segala kebijakan yang

ada. begitu pula dengan keberadaan gender disana. Perbedaan

kekuasaan antar gender yang sempat menjadi isu diseluruh

dunia, bukan merupakan isu dominan yang ada dibelanda.

Keterbukaan diantara warganya membuat isu gender sebagai isu

yang dipahami secara positif. Hal ini mungkin dikarenakan

kepala negara mereka adalah seorang jadi posisi wanita disana

tidak dipandang sebelah mata. Dalam film ini dicerminkan

bahwa seorang polisi wanita Belanda dipercaya untuk bertugas

tanpa kenal waktu sama dengan polisi pria.

Melalui analisis ini dapat disimpulkan bahwa kebudayaan

Belanda merupakan kebudayaan yang memiliki power distance

yang rendah.

Maskulinisme vs

feminisme

Menurut film ini masyarakat Belanda dikategorikan sebagai

masyarakat yang pekerja keras. Mereka bekerja keras demi

mendapatkan penghidupan yang layak. Sangat berbeda dengan

para imigran yang hanya mengandalkan jaminan sosial. warga

Belanda juga dicerminkan sebagai orang yang sangat disiplin

dalam menjalani kehidupan.

Melalui cerminan ini bisa dikatakan bahwa benda memiliki

karakteristik budaya Maskulin.

Analisis Representasi Kelompok Budaya Imigran Maroko

Permasalahan kelompok budaya merupakan permasalah yang tidak henti-hentinya

menghiasi dinamika komunikasi antar budaya. terutama masalah kelompok budaya yang

bersinggungan dengan wacana etnisitas dan lain sebagainya. masalah etnisitas tidak dapat

dihindarkan dari pembahasan biologis yang selalu akan bermuara pada posisi, identitas, hak,

dan lain sebagainya. bagaimana etnis tertentu dipandang oleh etnis lain dan beragam hal

serupa yang sangat problematis. Sampai dengan abad modern ini masih ada beberapa ras

yang masih dipandang keberadaannya sebelah mata karena aspek historis, kultural dan lain

sebagianya. Pembahasan inipun telah banyak dilakukan oleh para pelaku media sebagai

representasi dari dinamika kebudayaan. Representasi kelompok etnis dalam media masih

dianggap sebagai hal yang patut ditampilkan sebagai cerminan nyata dari kehidupan sehari-

hari. Hal ini pula yang coba diungkap oleh sutradara Albert Ter Heerd dalam film Shouf

Shouf Habibi! Beberapa konflik kebudayaan yang diangkat dalam kisah ini berupaya untuk

mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi dalam komunikasi antar budaya antara imigran

Maroko dan warga asli Belanda . Bagaimana pola pikir yang tercipta diantara keduanya dan

lain sebagainya. dalam paper ini dinamika komunikasi antar budaya antara keduanya akan

lebih banyak dibahas dengan kacamata teori-teori yang ada dalam pembahasan komunikasi

antar budaya.

a. Etnosentrisme

Film ini merepresentasikan konflik persepsi yang bersinggungan oleh kelompok

imigran dan kelompok warga asli Belanda . Warga imigran Maroko di representasikan

sebagai masyarakat yang tidak memiliki kemampuan yang menunjang pekerjaan mereka

sehingga posisi mereka hanya pada tempat yang rendah di sistem industri di negara mereka.

hal ini ditunjukkan dengan beberapa adegan yang menunjuukkan sikap pemalas mereka

dengan bangun di siang hari, menghabiskan waktu dengan mengobrol dan melamun, hanya

berbincang-bincang kosong dan lain sebagainya. selain itu kelompok budaya imigran ini

dianggap sebagai salah satu pelaku kriminal yang ada di Belanda . Mereka dianggap sebagai

penyebab kekacauan yang ada di Belanda selama ini. hal ini terlihat dari pencurian motor

warga Belanda yang dilakukan oleh Abdullah, perencanaan perampokan bank yang dilakukan

Abdullah dan teman-temannya, pemukulan yang dilakukan oleh Abdullah, upaya pemerasan

yang dilakukan oleh Driss Bantarek, dan lain sebagainya. Posisi imigran Maroko sangat

dilihat sebelah mata oleh sutradara sekaligus penggagas ide cerita yang merupakan warga asli

Belanda . Persepsi warga Belanda melalui sutradara Abert Ter Heerdt dicerminkan melalui

konsep etnosentrisme. Dimana warga Belanda menganggap kebudayaannya dimilikinya

lebih baik dari budaya lain. Etnosentrisme sering dianggap sebagai egoisme kultural yang

menekankan pada ego pribadi pemilik kebudayaan yang dominan atau berkuasa (Purwasito,

2003 : 227).

b. Communication accomodation

Film ini coba merepresentasikan para imigran Maroko merupakan warga yang nekat

mempertahankan dan menekankan perbedaannya dengan warga asli. Hal ini terlihat bahwa

warga Maroko melaklukan divergensi engan menekankan perbedaan aksen berbicara mereka

dengan warga asli. Mereka tetap menggunakan bahasa asli tanpa mengindahkan bahasa

Belanda . bahkan digambarkan, Laila Bantarek merupakan seorang ibu yang hanya bisa

menyebut kata Good dalam bahasa Belanda sehingga menyesatkannya dalam kunjungan ke

dokter mata. Hal ini bisa dianalisis menggunakan teori communication acomodation (Giles :

1973). Teori ini berbicara mengenai penggunaan aksen atau logat sebagai penekanan

perbedaan antara budaya yang berbeda. Film ini merepresentasikan bahwa dengan kondisi

kultural Belanda yang cukup terbuka akan tetapi perbedaan mencolok ini sedikit banyak

menjadi masalah bagi mereka.

c. Communication Acculturation

Penekanan terhadap perbedaan dalam film ini dilakukan oleh kaum tua (orang tua).

Mereka memilih untuk menuntup diri dengan perbedaan yang ada. berbeda dengan apa yang

dilakukan oleh para anak-anak, yaitu Laila Bantarek dan Abdullah bantarek. Mereka memilih

untuk menerima budaya baru yang mereka terima di lingkungan pergaulan. Budaya baru

tersebut digabungkan dengan budaya asli yang mereka terima dari pendidikan orang tua

mereka. walalupun pada dasarnya akan terbentuk budaya yang condong ke arah barat tapi

mereka tetap mempertahankan budaya-budaya asli. Melalui film ini sutradara seakan ingin

merepresentasikan bahwa kekuatan imigran dalam menddidik anak mereka tidak lebih kuat

dibanding kekuatan pergaulan yang ada diantara para imigran dan penduduk asli yang berusia

muda. Kaum muda keturunan imigran akan lebih memilih menjalankan kultur barat yang

dianggap lebih bebas dari pada membiarkan diri dikekang oleh kultur asli yang lebih

tradisional.

Hal ini pula yang menjadi akar konflik di dalam keluarga imigeran ini. di satu sisi para

anak-anak mengingnkan kebebasan seperti yang ada dalam kehidupan teman mereka warga

asli. Akan tEtapi orang tua tetap ingin menekankan pada pemeliharaan terhadap budaya asli

mereka. misalnya Ali Bantarek tetap menginginkan anaknya Laila untuk mengenakan jilbab

dan menikah dengan pria pilihannya melalui jalur perjodohan. Akan tetapi sebaliknya, Laila

telah tumbuh menajdi pribadi yang mandiri dengan unsur moderenitas yang tinggi, sehingga

gagasan mengenai kultur asli yang terlalu mengekang aspirasinya kebanyakan ditolak secara

terang-terangan olehnya. Dinamika ini dapat dikaji dengan menggunakan teori

communication acculturation (Kim, 1977). Teori ini menekankan pada percampuran budaya

yang dilakukan oleh budaya pendatang sebagai wujud dari penyesuaian diri dan usaha agar

diterima di budaya asli.

d. Co-cultural

Tidak semua imigran direpresentasikan sebagai bduaya yang tertutup di film ini. Ada

juga imigran yang masih berusaha agar diterima keberadaannya di tenagh masyarakat asli.

Hal ini ditunjukkan dengan sikap mereka yang berusaha menngakulturasi kebudayaan mereka

dengan kebudayaan asli dengan bergaul dan membuka pemikiran mereka akan budaya barat.

Hal ini biasa dilakukan oleh kaum muda yang memang merupakan keturunan para imigran.

Pendidikan yang mereka dapatkan di Eropa dapat membentuk pola pikir yang lebih

Eropasentris dibanding dengan orang tua mereka. Hal ini juga yang menajdi salah satu

pemicu konflik keluarga imigran. Perbedaan persepsi yang terjadi antara generasi, yang

sesungguhnya memiliki karakteristik kebudayaan yang berbeda.

SIMPULAN

Media dapat menjadi tempat representasi kelompok budaya. salah satu media yang sering

menjadi tempat representasi adalah film. Banyak masyarakat yang masih menganggap bahwa

film adalah gambaran yang nyata dari kehidupan sebenarnya sehingga kekuatan film untuk

mempengaruhi masyarakat sampai detik ini sangat tinggi. Salah satu kelompok budaya yangs

ering di potret dalam film adalah dinamika komunikasi antar budaya yang dilakukan oleh

kelompok imigran di negara maju. Dinamika yang terjadi sangatlah kompleks karena

melibatkan dua kebudayaan yang memiliki karakteristik sangat berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Berlo, David. 1965. The process of communication: an introduction to the theory and practice. Holt, Rinehart and Winston

Dodd, C. (1992). Dynamics of intercultural communication. Dubuque: Wm. C. Brown.

Erickson, Edsel L. 1975. Sociology of education. Dorsey Press

Hall, Stuart. (1992). “The Questions of Cultural Identity”, dalam S. Hall, D. Held & T.McGrew (eds.). Modernity and Its Futures. London: Edward Arnold

Liliweri. Alo. 2001. Gatra Gatra Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Materi Mata Kuliah Komunikasi Antar Budaya, JIK UGM. 2010

Purwasito, Andrik. 2003. Komunikasi multikultural. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

http://www.id.indonesia.nl/content/view/104/144/

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/15/02411085/Siapa.Pelaksana.Jaminan.Sosial