rendyartin
DESCRIPTION
listrikTRANSCRIPT
1
KARAKTERISTIK PEMBAKARAN HEKSANA PADA MESOSCALE COMBUSTOR
DENGAN PREHEATED MULTIPLE FUEL INLET
Rendy Artin Dwi Ananda, I.N.G. Wardana, Lilis Yuliati
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. Mayjend Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail : [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pembakaran heksana (C6H14) pada meso-scale
combustor dengan metode preheated multiple fuel inlet. Karakteristik pembakaran yang diamati adalah
flammability limit, visualisasi bentuk nyala api dan temperatur nyala api. Meso-scale combustor yang
digunakan pada penelitian ini terbuat dari susunan tembaga dan quartz glass tube dengan diameter dalam
sebesar 3,5 mm. Heksana diinjeksikan ke sebuah saluran pada dinding combustor dengan ukuran lebar 2 mm
dan tinggi 0,5 mm yang berfungsi sebagai tempat pemanasan dan penguapan bahan bakar. Setelah menguap
bahan bakar didistribusikan ke bagian dalam combustor melalui 5 buah lubang inlet yang masing - masing
berdiameter 0,5 mm Pada bagian dalam combustor juga terdapat dua buah mesh yang berfungsi untuk
meratakan distribusi uap heksana dan juga berperan sebagai flame holder. Dari hasil pengujian didapatkan
flammability limit pada zona campuran kaya dengan batas terendah pada rasio ekuivalen 1,1046 dan tertinggi
pada rasio ekuivalen 1,7554. Sedangkan kecepatan reaktan terendah dimana api stabil di dalam combustor
adalah 18 cm/s dan kecepatan reaktan tertingginya adalah 32.2 cm/s. Visualisasi bentuk nyala api menunjukkan
bahwa nyala api menjadi semakin terang dan lebar seiring dengan kenaikan kecepatan reaktan dan semakin
menyempit seiring dengan kenaikan rasio ekuivalen. Bentuk api pada penelitian ini tampak tidak simetris
terhadap sumbu combustor. Hal ini dikarenakan distribusi uap heksana di dalam combustor tidak merata
keseluruh bagian sehingga menyebabkan proses pembakaran di dalam combustor menjadi tidak homogen. Hal
tersebut juga mengakibatkan rasio ekuivalen yang didapat pada penelitian ini berada pada zona campuran
kaya. Dari penelitian juga didapat bahwa nilai temperatur api semakin meningkat ketika rasio ekuivalen
mendekati 1 (stoikiometri) dan semakin meningkat seiring dengan kenaikan kecepatan reaktan.
Kata kunci: Meso-scale combustor, bahan bakar cair, flammability limit, visualisasi nyala
api, temperatur nyala api
Pendahuluan
Perkembangan teknologi mikro di
dunia terjadi dengan sangat cepat. Telah
banyak dilakukan miniaturisasi peralatan
pada kehidupan sehari - hari guna
meminimalisir biaya produksi dan
operasional serta meningkatkan nilai fungsi
dari barang - barang tersebut. Diantaranya
seperti UAV (Unmanned Aerial Vehicle),
microsatellite dan microrobotic[1]
.
Seiring dengan hal tersebut, tuntutan
akan adanya sumber energi berskala mikro
juga tidak dapat dihindari lagi. Untuk
menanggulangi ketergantungan terhadap
penggunaan baterai, maka dikembangkan
suatu sumber energi mikro berbasis
microcombustion yang disebut micropower
generator (MPG). Pilihan tersebut diambil
karena bahan bakar hidrokarbon memiliki
densitas energi jauh lebih tinggi daripada
densitas energi pada baterai. Dengan
perbandingan ~40-45 MJ/kg untuk
hidrokarbon dan ~1,2 MJ/kg untuk baterai
(Li- ion) [2]
.
Komponen utama dari sebuah MPG
adalah meso-scale combustor. Kekurangan
dari meso-scale combustor adalah
ketidakstabilan api pada proses pembakaran
didalamnya. Ketidakstabilan tersebut
disebabkan karena skala pembakaran yang
diperkecil, sehingga perbandingan kerugian
kalor (heat loss) yang terlepas ke sistem
sekitar dengan energi yang dibangkitkan
akan meningkat. Selain itu dengan
memperkecil ukuran combustor dapat
mengakibatkan pembakaran menjadi tidak
sempurna sehingga meningkatkan emisi CO
(karbon monoksida) pada exhaust gas[3]
.
Sejauh ini, kebanyakan penelitian
tentang microcombustion yang telah
dilakukan menggunakan bahan bakar gas
seperti hidrogen, metana, propana atau
butana. Hal tersebut dikarenakan bahan
bakar gas lebih mudah bercampur dengan
udara sehingga mempermudah terjadinya
2
pembakaran[4]
. Akan tetapi kelebihan
tersebut memberikan kekurangan di sisi lain.
Diantaranya dari segi penyimpanan
(storage). Penyimpanan bahan bakar gas
harus menggunakan tangki bertekanan
tinggi. Hal tersebut pasti akan mempersulit
prosedur transportasi dan operasional untuk
menjaga nilai keamanannya.
Pada tahun 2012, Mikami, et al,
melakukan penelitian tentang penggunaan
bahan bakar cair pada meso-scale combustor.
penelitian dilakukan pada meso-scale
combustor berbentuk tube dengan bantuan
electrospray sebagai media pengkabutan
bahan bakar cair, serta wire-mesh sebagai
media penyokong sirkulasi panas dari flame
ke unburned gas sehingga tidak diperlukan
pemanasan dari luar untuk menjaga
kestabilan api. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa karakteristik
pembakaran menggunakan bahan bakar cair,
pada kondisi tertentu dapat disejajarkan
dengan pembakaran menggunakan bahan
bakar gas [5]
.
Disini penulis mencoba
mengembangkan penelitian tersebut dengan
melakukan penelitian eksperimental
menggunakan preheated multiple fuel inlet
sebagai pengganti dari electrospray. Karena
pada aplikasinya electrospray tidaklah
efisien untuk digunakan mengingat
electrospray membutuhkan energi listrik dari
luar untuk pengoperasiannya. Sedangkan
alasan penggunaan preheated multiple fuel
inlet pada dinding combustor dalam
penelitian ini karena sistem ini tidak
memerlukan penggunaan listrik dari luar.
Prinsip kerjanya yaitu memanfaatkan panas
dari dinding combustor untuk menguapkan
bahan bakar cair sebelum memasuki tahap
pembakaran pada bagian dalam combustor.
Pada penelitian ini dilakukan
pengamatan terhadap flammability limit,
visualisasi bentuk nyala api dan temperatur
api, pada pembakaran bahan bakar cair
didalam meso-scale combustor dengan
penggunaan kanal pada dinding meso-scale
combustor. diharapkan dengan penggunaan
kanal pada dinding combustor, bahan bakar
cair didalam kanal dapat segera menguap dan
proses pembakarannya dapat disejajarkan
dengan pembakaran menggunakan bahan
bakar gas. Persamaan yang digunakan pada
penelitian ini antara lain.
Persamaan AFR:
(1)
Persamaan Rasio ekuivalen (ɸ) :
(2)
Metode Penelitian Variabel bebas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah debit bahan
bakar (Qf) dan debit udara (Qa). Kemudian
variabel terikatnya adalah batas stabilitas
nyala api (flammability limit), visualisasi
bentuk nyala api dan temperatur nyala api
Material meso-scale combustor
menggunakan tembaga-quartz glass tube
dengan diameter dalam sebesar 3,5 mm dan
panjang total 43 mm. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar desain berikut ini.
Gambar 1 desain meso-scale combustor
3
Gambar 2 dimensi meso-scale combustor
Pada dinding meso-scale combustor
terdapat kanal untuk penguapan bahan bakar
cair dengan 2 mm, kedalaman kanal pada
dinding tersebut meso-scale combustor 0,5
mm. Sedangkan jumlah lubang inlet uap
heksana 5 buah terdapat pada posisi berikut
Gambar 3 Posisi lubang inlet uap heksana
Instalasi penelitian kali ini
ditunjukkan pada Gambar 4 dibawah ini.
Gambar 4 Instalasi penelitian
Bahan bakar cair yang digunakan pada
penelitian ini adalah n-Heksana (C6H14),
pengoksidasi (oxydizer) yang digunakan
adalah udara bebas (ambient air) yang
dialirkan oleh kompresor dengan tekanan
yang dijaga tetap.
Metode Pengambilan Data
Pengambilan data pada penelitian ini
dimulai dari pengambilan data flammability
limit yaitu mencatat nilai debit bahan bakar
(Qf) dan debit udara (Qa) ketika api di dalam
meso-scale combustor mampu stabil selama
3 menit atau lebih.
Untuk pengambilan data visualisasi
bentuk nyala api dilakukan pada titik yang
telah ditentukan sebelumnya. Kemudian api
pada titik tersebut difoto dengan
menggunakan kamera berlensa makro.
Bentuk nyala api akan dianalisa secara
visual. Sudut pengambilan foto visualisasi
dilakukan dari depan mulut combustor.
Untuk Pengambilan data temperatur
nyala api dilakukan pada titik yang sama
dengan pengambilan data visualisasi bentuk
nyala api. Pengambilan data menggunakan
rangkaian thermocouple - data logger -
laptop.
Pengambilan gambar visualisasi dan
temperatur nyala api dilakukan dengan acuan
pada titik tengah batas flammability limit.
Sehingga ditentukan variasi nilai kecepatan
reaktan pada nilai rasio ekuivalen tetap yaitu
1,3745, nilai kecepatan reaktan yang diambil
adalah 23 cm/s , 25,7519 cm/s dan 28 cm/s.
Selanjutnya variasi nilai rasio ekuivalen pada
nilai kecepatan reaktan tetap yaitu 25,7519
cm/s, nilai rasio ekuivalen yang diambil
adalah 1,25 , 1,3745 dan 1,5. Titik - titik
tersebut diambil dengan pertimbangan
bahwa titik-titik tersebut masih berada
didalam area flammability limit.
4
Hasil dan Pembahasan
A. Flammability Limit
Gambar 5 Grafik flammability limit
Grafik diatas merupakan grafik
hubungan rasio ekuivalen dan kecepatan
reaktan pembakaran bahan bakar cair di
dalam meso-scale combustor. Bahan bakar
cair yang digunakan adalah heksana (C6H14).
Grafik pada Gambar 5 merupakan grafik
hubungan rasio ekuivalen dan kecepatan
reaktan pembakaran bahan bakar cair di
dalam meso-scale combustor. Bahan bakar
cair yang digunakan adalah heksana (C6H14).
Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa
rasio ekuivalen terendah terdapat pada nilai
1,1046 dengan kecepatan reaktan sebesar
30,2844 cm/s. Sedangkan titik rasio
ekuivalen tertinggi terletak pada nilai 1,7554
dengan kecepatan reaktan sebesar 21,4183
cm/s.
Apabila dilihat dari nilai kecepatan
reaktannya diketahui bahwa grafik terebut
memiliki batas kecepatan tertinggi dan
terendah dimana batas kecepatan terendah
ada di sekitar nilai 18 cm/s dengan rasio
ekuivalen diantara 1,3826 - 1,5292 ini
artinya apabila kecepatan reaktan diatur
dibawah nilai tersebut dengan rasio
ekuivalen dijaga tetap maka akan terjadi
fenomena flashback pada api di dalam
combustor.
Batas kecepatan reaktan tertinggi
terletak disekitar nilai 32,2 cm/s pada nilai
rasio ekuivalen antara 1,323 - 1,3739, artinya
apabila kecepatan reaktan diatur diatas nilai
tersebut dengan nilai rasio ekuivalen dijaga
tetap dapat terjadi nyala api yang stabil di
ujung combustor atau bahkan blow off.
Kondisi api menyala dengan stabil di
mulut combustor akan mengakibatkan heat
recirculation menjadi kurang optimal karena
panas dari api terhambat oleh quartz glass
tube. Diketahui bahwa konduktivitas quartz
glass tube jauh lebih rendah dari tembaga.
Hal tersebut membuat suplai panas untuk
menguapkan bahan bakar cair akan menurun
dengan drastis. Sehingga pada akhirnya api
akan padam.
Dapat dilihat pada grafik diatas bahwa
area grafik terletak pada zona rasio ekuivalen
diatas 1 (ɸ > 1) yang berarti pembakaran
bahan bakar cair (heksana) di dalam meso-
scale combustor terjadi pada kondisi fuel-
rich mixture atau campuran kaya.
Penyebabnya kemungkinan besar
karena kondisi yang terbaca pada flowmeter
tidak sesuai dengan kondisi campuran di
dalam combustor. hal tersebut dikarenakan
rasio ekuivalen campuran di dalam
combustor tidak merata ke seluruh
bagiannya. Sehingga terdapat bahan bakar
yang mampu dan tidak mampu bercampur
dengan udara untuk reaksi pembakaran.
Persebaran uap bahan bakar yang tidak
merata di dalam combustor akan
mengakibatkan nyala api jadi tidak simetris
terhadap sumbu combustor. Karena akan
terdapat bahan bakar yang tidak bercampur
dengan udara. Bahan bakar yang tidak
bercampur dengan udara tersebut akhirnya
keluar sebagai unburned gas.
Karena itu untuk mempertahankan
proses pembakaran di dalam combustor kita
harus mengatur rasio ekuivalen yang terbaca
pada daerah kaya. Hal tersebut dilakukan
untuk menutupi jumlah bahan bakar yang
keluar sebagai unburned gas. Itulah kenapa
grafik flammability limit diatas berada pada
zona campuran kaya.
Kondisi nyala api yang tidak merata
akan dijelaskan lebih lanjut pada analisa
visualisasi bentuk nyala api di bagian
selanjutnya.
5
B. Visualisasi Bentuk Nyala Api
Gambar 6 Visualisasi bentuk nyala api pada
nilai rasio ekuivalen 1,3745 dengan
kecepatan reaktan bervariasi
Gambar 7 Visualisasi bentuk nyala api pada
kecepatan reaktan 25,7519 cm/s dengan nilai
rasio ekuivalen bervariasi
Kedua gambar diatas menunjukkan
visualisasi bentuk nyala api pada berbagai
macam kondisi. Pada Gambar 6
menunjukkan visualisasi bentuk nyala api
pada rasio ekuivalen 1,3745 dengan
kecepatan reaktan yang bervariasi yaitu 23
cm/s, 25,7519 cm/s dan 28 cm/s. Sedangkan
Gambar 7 menunjukkan visualisasi bentuk
nyala api pada kecepatan reaktan 25,7519
dengan rasio ekuivalen bervariasi yaitu 1,25,
1,3745, dan 1,5.
Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa
semakin tinggi kecepatan reaktan di dalam
meso-scale combustor api yang tampak juga
akan semakin tebal dan lebar. Hal ini
dikarenakan dengan meningkatnya kecepatan
reaktan berarti debit udara dan debit bahan
bakar yang mengalir di dalam combustor
juga akan semakin besar. Dengan demikian
akan semakin banyak reaktan yang tersedia
untuk direaksikan di dalam combustor.
Karenanya api hasil pembakaran juga akan
nampak semakin besar dan terang daripada
api pembakaran dengan kecepatan reaktan
yang lebih rendah.
Tampak pada gambar 7 bahwa dengan
seiring bertambahnya rasio ekuivalen pada
kecepatan reaktan yang tetap, visualisasi
bentuk nyala api terlihat semakin tebal dan
terang namun lingkaran apinya semakin
kecil. Hal tersebut dikarenakan jumlah bahan
bakar di dalam meso-scale combustor
menjadi semakin melimpah apabila rasio
ekuivalen dinaikkan.
Semakin banyak jumlah bahan bakar
akan mengakibatkan warna api menjadi lebih
hijau dan terang. Namun jika hal tersebut
tidak diimbangi oleh kenaikan jumlah udara
maka campuran reaktan akan menjadi terlalu
jenuh. Sehingga menimbulkan adanya bahan
bakar yang tidak bereaksi dengan udara.
Bahan bakar yang tidak bereaksi tersebut
tetap mengalir di dalam meso-scale
combustor sehingga mengakibatkan ruang
pembakaran menjadi semakin sempit. Itulah
yang menyebabkan campuran reaktan
dengan rasio ekuivalen lebih tinggi memiliki
ukuran api yang lebih kecil.
Dapat dilihat pada keenam foto diatas,
secara garis besar bentuk api sudah sempurna
yaitu berbentuk lingkaran. Namun terlihat
bahwa bentuk api tidak simetris terhadap
sumbu combustor. Bentuk api yang lebih
tebal di salah satu sisinya seperti itu dapat
terjadi karena distribusi uap tidak merata
keseluruh bagian combustor.
Gambar 8 Ilustrasi persebaran uap heksana
di dalam meso-scale combustor
6
Gambar 8 diatas menunjukkan ilustrasi
persebaran uap di dalam meso-scale
combustor. Warna semakin oranye
menandakan bahwa kandungan uap heksana
pada area tersebut semakin pekat. Persebaran
uap yang tidak merata seperti itu diakibatkan
oleh sifat alami fluida yang cenderung
mengalir lurus menuju luasan yang lebih
besar daripada berbelok ke luasan yang
sempit. Disini lubang inlet uap memiliki
diameter 0,5 mm ukuran tersebut cukup kecil
dibandingkan lebar kanal cincin yaitu 2 mm.
Sehingga aliran uap akan cenderung
mengalir lurus melingkari cincin.
Pada sisi seberang inlet heksana kedua
aliran uap akan bertemu dan mengakibatkan
meningkatnya konsentrasi uap heksana di
area tersebut, sehingga pemasukan uap ke
dalam combustor akan lebih banyak melalui
lubang c,d dan e daripada lubang a dan b.
Oleh karena itu persebaran uap pada bagian
dalam combustor menjadi tidak merata. Hal
ini menunjukkan bahwa mesh yang ada di
dalam combustor tidak mampu meratakan
distribusi uap hanya mampu berperan
sebagai flame holder saja.
Penjelasan diatas menjawab kenapa api
pada meso-scale combustor dengan
preheated multiple fuel inlet tidak simetris
terhadap sumbunya. Jika analisis diatas
dikaitkan dengan persebaran rasio ekuivalen
di dalam combustor, maka kurang lebih
persebaran rasio ekuivalen campuran
berdasarkan bentuk apinya akan seperti yang
terlihat pada gambar 9 berikut ini.
Gambar 9 Persebaran rasio ekuivalen
campuran dalam meso-scale combustor
C. Temperatur Nyala Api
Gambar 10 Grafik temperatur vs rasio
ekuivalen
Grafik pada Gambar 10 menunjukkan
hubungan antara temperatur dan rasio
ekuivalen untuk setiap nilai kecepatan
reaktan yang berbeda. Terlihat bahwa
temperatur api semakin menurun seiring
dengan kenaikan nilai rasio ekuivalen. Hal
ini disebabkan pada rasio ekuivalen yang
lebih tinggi jumlah bahan bakar yang berada
di dalam combustor akan semakin melimpah.
Dan karena tidak diimbangi dengan kenaikan
jumlah udara, campuran reaktan di dalam
combustor akan bersifat semakin kaya.
Sehingga menimbulkan kemungkinan jumlah
bahan bakar yang tidak terbakar (unburned
gas) akan semakin meningkat.
Dengan meningkatnya jumlah
unburned gas akan mempengaruhi
temperatur api karena suhu unburned gas
jauh lebih rendah daripada suhu api. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa suhu api
pembakaran akan semakin meningkat apabila
campuran reaktan pembakaran tersebut
semakin mendekati kondisi stoikiometri.
Jika membandingkan ketiga trend
grafik pada Gambar 10 diatas dengan
meninjau dari temperatur nyala apinya dapat
dilihat bahwa reaktan dengan kecepatan 28
cm/s berada di posisi tertinggi. Sedangkan
reaktan dengan kecepatan terendah yaitu 23
cm/s nilai temperaturnya juga berada di
posisi terendah. Pembahasan mengenai hal
ini akan lebih mudah dimengerti apabila
melihat grafik hubungan temperatur dengan
kecepatan pembakaran pada Gambar 11 di
bawah ini.
7
Gambar 11 Grafik temperatur vs kecepatan
reaktan.
Gambar 11 diatas menunjukkan grafik
hubungan temperatur dengan dengan
kecepatan reaktan pada nilai rasio ekuivalen
yang bervariasi. Ketiga trend pada grafik
tersebut menunjukkan dengan seiring
meningkatnya kecepatan reaktan yang
mengalir di dalam combustor, temperatur
nyala api yang terbaca juga akan semakin
tinggi.
Hal tersebut dikarenakan
meningkatnya kecepatan reaktan yang
disebabkan oleh kenaikan debit udara dan
debit bahan bakar yang mengalir di dalam
combustor. Kenaikan debit udara dan bahan
bakar tersebut mengakibatkan kanaikan
massa alir udara dan bahan bakar. Semakin
tinggi massa alir udara dan bahan bakar akan
membuat jumlah reaktan di dalam combustor
semakin banyak. Dengan adanya reaktan
yang melimpah maka proses pembakaran
yang terjadi juga akan semakin besar dan
membuat kalor yang terlepas dari reaksi
pembakaran akan semakin banyak. Kalor
yang terlepas dari reaksi pembakaran secara
otomatis juga akan meningkatkan temperatur
pada nyala api hasil pembakaran.
Dari kedua gambar grafik diatas dapat
dilihat bahwa temperatur tertinggi berada
pada nilai 1010 0C. Nilai temperatur tersebut
dicapai pada rasio ekuivalen 1,25 dan
kecepatan reaktan 28 cm/s. Nilai tersebut
bisa dikatakan rendah untuk suhu api hasil
pembakaran bahan bakar heksana. Karena
menurut jurnal yang ditulis oleh Torii, et al,
(1991). Suhu api hasil pembakaran heksana
pada kondisi adiabatik mampu mencapai
nilai 2273,7 K atau setara dengan 2000,7 0C
pada rasio ekuivalen 1,1[6]
.
Rendahnya temperatur api pada
penelitian ini diakibatkan karena beberapa
faktor yang dapat menurunkan suhu api.
Faktor yang pertama adalah terjadi
penurunan kalor akibat heat loss ke dinding
combustor. Faktor ini adalah salah satu
kekurangan paling umum dari meso-scale
combustor. Karena pembakaran pada meso-
scale combustor berada pada quenching
diameter atau diameter dimana rasio luas
permukaan terhadap volume pembakaran
meningkat sehingga heat loss dari api ke
dinding combustor juga akan meningkat[7]
.
Heat loss ke dinding combustor dipercepat
oleh konduktivitas dinding yang terbuat dari
tembaga. Diketahui bahwa tembaga memiliki
konduktivitas yang cukup tinggi yaitu sekitar
400 W/m0C.
Faktor lain yang dapat menurunkan
suhu api adalah banyaknya kalor api yang
terserap pada proses penguapan heksana.
Pernyataan ini didukung oleh bentuk api
yang lebih redup pada sisi dimana terjadi
proses penguapan heksana. Karena selain
menunjukkan rasio ekuivalen yang rendah
api yang lebih redup dan tipis juga
menunjukkan bahwa suhu api tersebut
rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 12 berikut ini.
Gambar 12 Posisi penurunan suhu api
terhadap sisi penguapan heksana
Jika dikaitkan dengan analisa pada
bagian visualisasi bentuk nyala api. Adanya
reaktan yang tidak terbakar (unburned gas)
juga dapat menjadi salah satu faktor yang
mengakibatkan turunnya suhu api. Karena
diketahui temperatur unburned gas jauh
lebih rendah daripada suhu api mengingat
unburned gas adalah reaktan yang tidak
bereaksi sehingga tidak ada panas yang
dihasilkan olehnya.
8
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari
penelitian karakteristik pembakaran bahan
bakar cair (heksana) di dalam meso-scale
combustor dengan preheated multiple fuel
inlet adalah :
Pembakaran bahan bakar cair yang stabil
dapat terjadi di dalam meso-scale
combustor dengan preheated multiple fuel
inlet.
Grafik flammabillity limit yang terbentuk
berada di zona campuran kaya (fuel-rich
mixture) dengan interval rasio ekuivalen
pada 1,1046 - 1,7554.
Api dapat stabil di dalam combustor pada
interval kecepatan reaktan antara 18 cm/s
- 32.2 cm/s
Api berbentuk bulat dan berwarna biru,
tetapi warna api tidak seragam dan letak
nyala api di dalam combustor tidak
simetris terhadap sumbu combustor.
Temperatur api hasil pembakaran bahan
bakar cair (heksana) di dalam meso-scale
combustor semakin meningkat ketika
rasio ekuivalen mendekati 1 (stoikiometri)
dan semakin meningkat seiring dengan
kenaikan kecepatan reaktan.
Daftar Pustaka
[1] Giassi, D., et al. 2011. Efficiency And
Stability Of A Meso-scale Combustor At 3
Atm. XXXIV Meeting of the Italian Section
of the Combustion Institute. 1-2. Milan
[2] Fernandez, C., Pello. 2002. Micropower
Generation Using Combustion: Issues and
Approaches. Proceedings of the Combustion
Institute 29. 883-899.
[3] Katsuyoshi, T., Soichiro, K., Taku, M. &
Toshiyuki, S. 2009. Development of the
"Micro Combustor. Engineering Review vol
42 no 2. 97-101
[4] Ulugbek, A., Tomita, E., Kawahara, N.
2013. Combustion and Exhaust Emission
Characteristics of Diesel Micro-Pilot Ignited
Dual-Fuel Engine. Diesel Engine –
Combustion, Emissions and Condition
Monitoring. 34-35
[5] Mikami, M., Maeda, Y., Matsui, K., Seo,
T. & Yuliati, L. 2012. Combustion of
Gaseous and Liquid Fuels In Meso-scale
Tubes With Wire Mesh. Proceeding of the
Combustion Institute 34. 3387-3394
[6] Torii, S., Yano, T. & Tunoda, Y. 1991.
Adiabatic Flame Temperature and Specific
Heat of Combustion Gases. Kagoshima
University Faculty of Engineering report 34.
1-15
[7] Xu, Bo. & Ju, Y. 2007. Experimental
study of spinning combustion in meso-scale
diverget channel. Proceedings of the
Combustion Institute 31. 3285-3292