rendyartin

8
1 KARAKTERISTIK PEMBAKARAN HEKSANA PADA MESOSCALE COMBUSTOR DENGAN PREHEATED MULTIPLE FUEL INLET Rendy Artin Dwi Ananda, I.N.G. Wardana, Lilis Yuliati Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pembakaran heksana (C 6 H 14 ) pada meso-scale combustor dengan metode preheated multiple fuel inlet. Karakteristik pembakaran yang diamati adalah flammability limit, visualisasi bentuk nyala api dan temperatur nyala api. Meso-scale combustor yang digunakan pada penelitian ini terbuat dari susunan tembaga dan quartz glass tube dengan diameter dalam sebesar 3,5 mm. Heksana diinjeksikan ke sebuah saluran pada dinding combustor dengan ukuran lebar 2 mm dan tinggi 0,5 mm yang berfungsi sebagai tempat pemanasan dan penguapan bahan bakar. Setelah menguap bahan bakar didistribusikan ke bagian dalam combustor melalui 5 buah lubang inlet yang masing - masing berdiameter 0,5 mm Pada bagian dalam combustor juga terdapat dua buah mesh yang berfungsi untuk meratakan distribusi uap heksana dan juga berperan sebagai flame holder. Dari hasil pengujian didapatkan flammability limit pada zona campuran kaya dengan batas terendah pada rasio ekuivalen 1,1046 dan tertinggi pada rasio ekuivalen 1,7554. Sedangkan kecepatan reaktan terendah dimana api stabil di dalam combustor adalah 18 cm/s dan kecepatan reaktan tertingginya adalah 32.2 cm/s. Visualisasi bentuk nyala api menunjukkan bahwa nyala api menjadi semakin terang dan lebar seiring dengan kenaikan kecepatan reaktan dan semakin menyempit seiring dengan kenaikan rasio ekuivalen. Bentuk api pada penelitian ini tampak tidak simetris terhadap sumbu combustor. Hal ini dikarenakan distribusi uap heksana di dalam combustor tidak merata keseluruh bagian sehingga menyebabkan proses pembakaran di dalam combustor menjadi tidak homogen. Hal tersebut juga mengakibatkan rasio ekuivalen yang didapat pada penelitian ini berada pada zona campuran kaya. Dari penelitian juga didapat bahwa nilai temperatur api semakin meningkat ketika rasio ekuivalen mendekati 1 (stoikiometri) dan semakin meningkat seiring dengan kenaikan kecepatan reaktan. Kata kunci: Meso-scale combustor, bahan bakar cair, flammability limit, visualisasi nyala api, temperatur nyala api Pendahuluan Perkembangan teknologi mikro di dunia terjadi dengan sangat cepat. Telah banyak dilakukan miniaturisasi peralatan pada kehidupan sehari - hari guna meminimalisir biaya produksi dan operasional serta meningkatkan nilai fungsi dari barang - barang tersebut. Diantaranya seperti UAV (Unmanned Aerial Vehicle), microsatellite dan microrobotic [1] . Seiring dengan hal tersebut, tuntutan akan adanya sumber energi berskala mikro juga tidak dapat dihindari lagi. Untuk menanggulangi ketergantungan terhadap penggunaan baterai, maka dikembangkan suatu sumber energi mikro berbasis microcombustion yang disebut micropower generator (MPG). Pilihan tersebut diambil karena bahan bakar hidrokarbon memiliki densitas energi jauh lebih tinggi daripada densitas energi pada baterai. Dengan perbandingan ~40-45 MJ/kg untuk hidrokarbon dan ~1,2 MJ/kg untuk baterai (Li- ion) [2] . Komponen utama dari sebuah MPG adalah meso-scale combustor. Kekurangan dari meso-scale combustor adalah ketidakstabilan api pada proses pembakaran didalamnya. Ketidakstabilan tersebut disebabkan karena skala pembakaran yang diperkecil, sehingga perbandingan kerugian kalor (heat loss) yang terlepas ke sistem sekitar dengan energi yang dibangkitkan akan meningkat. Selain itu dengan memperkecil ukuran combustor dapat mengakibatkan pembakaran menjadi tidak sempurna sehingga meningkatkan emisi CO (karbon monoksida) pada exhaust gas [3] . Sejauh ini, kebanyakan penelitian tentang microcombustion yang telah dilakukan menggunakan bahan bakar gas seperti hidrogen, metana, propana atau butana. Hal tersebut dikarenakan bahan bakar gas lebih mudah bercampur dengan udara sehingga mempermudah terjadinya

Upload: lirenavirena

Post on 17-Jan-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

listrik

TRANSCRIPT

Page 1: rendyartin

1

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN HEKSANA PADA MESOSCALE COMBUSTOR

DENGAN PREHEATED MULTIPLE FUEL INLET

Rendy Artin Dwi Ananda, I.N.G. Wardana, Lilis Yuliati

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jl. Mayjend Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

E-mail : [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pembakaran heksana (C6H14) pada meso-scale

combustor dengan metode preheated multiple fuel inlet. Karakteristik pembakaran yang diamati adalah

flammability limit, visualisasi bentuk nyala api dan temperatur nyala api. Meso-scale combustor yang

digunakan pada penelitian ini terbuat dari susunan tembaga dan quartz glass tube dengan diameter dalam

sebesar 3,5 mm. Heksana diinjeksikan ke sebuah saluran pada dinding combustor dengan ukuran lebar 2 mm

dan tinggi 0,5 mm yang berfungsi sebagai tempat pemanasan dan penguapan bahan bakar. Setelah menguap

bahan bakar didistribusikan ke bagian dalam combustor melalui 5 buah lubang inlet yang masing - masing

berdiameter 0,5 mm Pada bagian dalam combustor juga terdapat dua buah mesh yang berfungsi untuk

meratakan distribusi uap heksana dan juga berperan sebagai flame holder. Dari hasil pengujian didapatkan

flammability limit pada zona campuran kaya dengan batas terendah pada rasio ekuivalen 1,1046 dan tertinggi

pada rasio ekuivalen 1,7554. Sedangkan kecepatan reaktan terendah dimana api stabil di dalam combustor

adalah 18 cm/s dan kecepatan reaktan tertingginya adalah 32.2 cm/s. Visualisasi bentuk nyala api menunjukkan

bahwa nyala api menjadi semakin terang dan lebar seiring dengan kenaikan kecepatan reaktan dan semakin

menyempit seiring dengan kenaikan rasio ekuivalen. Bentuk api pada penelitian ini tampak tidak simetris

terhadap sumbu combustor. Hal ini dikarenakan distribusi uap heksana di dalam combustor tidak merata

keseluruh bagian sehingga menyebabkan proses pembakaran di dalam combustor menjadi tidak homogen. Hal

tersebut juga mengakibatkan rasio ekuivalen yang didapat pada penelitian ini berada pada zona campuran

kaya. Dari penelitian juga didapat bahwa nilai temperatur api semakin meningkat ketika rasio ekuivalen

mendekati 1 (stoikiometri) dan semakin meningkat seiring dengan kenaikan kecepatan reaktan.

Kata kunci: Meso-scale combustor, bahan bakar cair, flammability limit, visualisasi nyala

api, temperatur nyala api

Pendahuluan

Perkembangan teknologi mikro di

dunia terjadi dengan sangat cepat. Telah

banyak dilakukan miniaturisasi peralatan

pada kehidupan sehari - hari guna

meminimalisir biaya produksi dan

operasional serta meningkatkan nilai fungsi

dari barang - barang tersebut. Diantaranya

seperti UAV (Unmanned Aerial Vehicle),

microsatellite dan microrobotic[1]

.

Seiring dengan hal tersebut, tuntutan

akan adanya sumber energi berskala mikro

juga tidak dapat dihindari lagi. Untuk

menanggulangi ketergantungan terhadap

penggunaan baterai, maka dikembangkan

suatu sumber energi mikro berbasis

microcombustion yang disebut micropower

generator (MPG). Pilihan tersebut diambil

karena bahan bakar hidrokarbon memiliki

densitas energi jauh lebih tinggi daripada

densitas energi pada baterai. Dengan

perbandingan ~40-45 MJ/kg untuk

hidrokarbon dan ~1,2 MJ/kg untuk baterai

(Li- ion) [2]

.

Komponen utama dari sebuah MPG

adalah meso-scale combustor. Kekurangan

dari meso-scale combustor adalah

ketidakstabilan api pada proses pembakaran

didalamnya. Ketidakstabilan tersebut

disebabkan karena skala pembakaran yang

diperkecil, sehingga perbandingan kerugian

kalor (heat loss) yang terlepas ke sistem

sekitar dengan energi yang dibangkitkan

akan meningkat. Selain itu dengan

memperkecil ukuran combustor dapat

mengakibatkan pembakaran menjadi tidak

sempurna sehingga meningkatkan emisi CO

(karbon monoksida) pada exhaust gas[3]

.

Sejauh ini, kebanyakan penelitian

tentang microcombustion yang telah

dilakukan menggunakan bahan bakar gas

seperti hidrogen, metana, propana atau

butana. Hal tersebut dikarenakan bahan

bakar gas lebih mudah bercampur dengan

udara sehingga mempermudah terjadinya

Page 2: rendyartin

2

pembakaran[4]

. Akan tetapi kelebihan

tersebut memberikan kekurangan di sisi lain.

Diantaranya dari segi penyimpanan

(storage). Penyimpanan bahan bakar gas

harus menggunakan tangki bertekanan

tinggi. Hal tersebut pasti akan mempersulit

prosedur transportasi dan operasional untuk

menjaga nilai keamanannya.

Pada tahun 2012, Mikami, et al,

melakukan penelitian tentang penggunaan

bahan bakar cair pada meso-scale combustor.

penelitian dilakukan pada meso-scale

combustor berbentuk tube dengan bantuan

electrospray sebagai media pengkabutan

bahan bakar cair, serta wire-mesh sebagai

media penyokong sirkulasi panas dari flame

ke unburned gas sehingga tidak diperlukan

pemanasan dari luar untuk menjaga

kestabilan api. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa karakteristik

pembakaran menggunakan bahan bakar cair,

pada kondisi tertentu dapat disejajarkan

dengan pembakaran menggunakan bahan

bakar gas [5]

.

Disini penulis mencoba

mengembangkan penelitian tersebut dengan

melakukan penelitian eksperimental

menggunakan preheated multiple fuel inlet

sebagai pengganti dari electrospray. Karena

pada aplikasinya electrospray tidaklah

efisien untuk digunakan mengingat

electrospray membutuhkan energi listrik dari

luar untuk pengoperasiannya. Sedangkan

alasan penggunaan preheated multiple fuel

inlet pada dinding combustor dalam

penelitian ini karena sistem ini tidak

memerlukan penggunaan listrik dari luar.

Prinsip kerjanya yaitu memanfaatkan panas

dari dinding combustor untuk menguapkan

bahan bakar cair sebelum memasuki tahap

pembakaran pada bagian dalam combustor.

Pada penelitian ini dilakukan

pengamatan terhadap flammability limit,

visualisasi bentuk nyala api dan temperatur

api, pada pembakaran bahan bakar cair

didalam meso-scale combustor dengan

penggunaan kanal pada dinding meso-scale

combustor. diharapkan dengan penggunaan

kanal pada dinding combustor, bahan bakar

cair didalam kanal dapat segera menguap dan

proses pembakarannya dapat disejajarkan

dengan pembakaran menggunakan bahan

bakar gas. Persamaan yang digunakan pada

penelitian ini antara lain.

Persamaan AFR:

(1)

Persamaan Rasio ekuivalen (ɸ) :

(2)

Metode Penelitian Variabel bebas yang digunakan

dalam penelitian ini adalah debit bahan

bakar (Qf) dan debit udara (Qa). Kemudian

variabel terikatnya adalah batas stabilitas

nyala api (flammability limit), visualisasi

bentuk nyala api dan temperatur nyala api

Material meso-scale combustor

menggunakan tembaga-quartz glass tube

dengan diameter dalam sebesar 3,5 mm dan

panjang total 43 mm. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada gambar desain berikut ini.

Gambar 1 desain meso-scale combustor

Page 3: rendyartin

3

Gambar 2 dimensi meso-scale combustor

Pada dinding meso-scale combustor

terdapat kanal untuk penguapan bahan bakar

cair dengan 2 mm, kedalaman kanal pada

dinding tersebut meso-scale combustor 0,5

mm. Sedangkan jumlah lubang inlet uap

heksana 5 buah terdapat pada posisi berikut

Gambar 3 Posisi lubang inlet uap heksana

Instalasi penelitian kali ini

ditunjukkan pada Gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4 Instalasi penelitian

Bahan bakar cair yang digunakan pada

penelitian ini adalah n-Heksana (C6H14),

pengoksidasi (oxydizer) yang digunakan

adalah udara bebas (ambient air) yang

dialirkan oleh kompresor dengan tekanan

yang dijaga tetap.

Metode Pengambilan Data

Pengambilan data pada penelitian ini

dimulai dari pengambilan data flammability

limit yaitu mencatat nilai debit bahan bakar

(Qf) dan debit udara (Qa) ketika api di dalam

meso-scale combustor mampu stabil selama

3 menit atau lebih.

Untuk pengambilan data visualisasi

bentuk nyala api dilakukan pada titik yang

telah ditentukan sebelumnya. Kemudian api

pada titik tersebut difoto dengan

menggunakan kamera berlensa makro.

Bentuk nyala api akan dianalisa secara

visual. Sudut pengambilan foto visualisasi

dilakukan dari depan mulut combustor.

Untuk Pengambilan data temperatur

nyala api dilakukan pada titik yang sama

dengan pengambilan data visualisasi bentuk

nyala api. Pengambilan data menggunakan

rangkaian thermocouple - data logger -

laptop.

Pengambilan gambar visualisasi dan

temperatur nyala api dilakukan dengan acuan

pada titik tengah batas flammability limit.

Sehingga ditentukan variasi nilai kecepatan

reaktan pada nilai rasio ekuivalen tetap yaitu

1,3745, nilai kecepatan reaktan yang diambil

adalah 23 cm/s , 25,7519 cm/s dan 28 cm/s.

Selanjutnya variasi nilai rasio ekuivalen pada

nilai kecepatan reaktan tetap yaitu 25,7519

cm/s, nilai rasio ekuivalen yang diambil

adalah 1,25 , 1,3745 dan 1,5. Titik - titik

tersebut diambil dengan pertimbangan

bahwa titik-titik tersebut masih berada

didalam area flammability limit.

Page 4: rendyartin

4

Hasil dan Pembahasan

A. Flammability Limit

Gambar 5 Grafik flammability limit

Grafik diatas merupakan grafik

hubungan rasio ekuivalen dan kecepatan

reaktan pembakaran bahan bakar cair di

dalam meso-scale combustor. Bahan bakar

cair yang digunakan adalah heksana (C6H14).

Grafik pada Gambar 5 merupakan grafik

hubungan rasio ekuivalen dan kecepatan

reaktan pembakaran bahan bakar cair di

dalam meso-scale combustor. Bahan bakar

cair yang digunakan adalah heksana (C6H14).

Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa

rasio ekuivalen terendah terdapat pada nilai

1,1046 dengan kecepatan reaktan sebesar

30,2844 cm/s. Sedangkan titik rasio

ekuivalen tertinggi terletak pada nilai 1,7554

dengan kecepatan reaktan sebesar 21,4183

cm/s.

Apabila dilihat dari nilai kecepatan

reaktannya diketahui bahwa grafik terebut

memiliki batas kecepatan tertinggi dan

terendah dimana batas kecepatan terendah

ada di sekitar nilai 18 cm/s dengan rasio

ekuivalen diantara 1,3826 - 1,5292 ini

artinya apabila kecepatan reaktan diatur

dibawah nilai tersebut dengan rasio

ekuivalen dijaga tetap maka akan terjadi

fenomena flashback pada api di dalam

combustor.

Batas kecepatan reaktan tertinggi

terletak disekitar nilai 32,2 cm/s pada nilai

rasio ekuivalen antara 1,323 - 1,3739, artinya

apabila kecepatan reaktan diatur diatas nilai

tersebut dengan nilai rasio ekuivalen dijaga

tetap dapat terjadi nyala api yang stabil di

ujung combustor atau bahkan blow off.

Kondisi api menyala dengan stabil di

mulut combustor akan mengakibatkan heat

recirculation menjadi kurang optimal karena

panas dari api terhambat oleh quartz glass

tube. Diketahui bahwa konduktivitas quartz

glass tube jauh lebih rendah dari tembaga.

Hal tersebut membuat suplai panas untuk

menguapkan bahan bakar cair akan menurun

dengan drastis. Sehingga pada akhirnya api

akan padam.

Dapat dilihat pada grafik diatas bahwa

area grafik terletak pada zona rasio ekuivalen

diatas 1 (ɸ > 1) yang berarti pembakaran

bahan bakar cair (heksana) di dalam meso-

scale combustor terjadi pada kondisi fuel-

rich mixture atau campuran kaya.

Penyebabnya kemungkinan besar

karena kondisi yang terbaca pada flowmeter

tidak sesuai dengan kondisi campuran di

dalam combustor. hal tersebut dikarenakan

rasio ekuivalen campuran di dalam

combustor tidak merata ke seluruh

bagiannya. Sehingga terdapat bahan bakar

yang mampu dan tidak mampu bercampur

dengan udara untuk reaksi pembakaran.

Persebaran uap bahan bakar yang tidak

merata di dalam combustor akan

mengakibatkan nyala api jadi tidak simetris

terhadap sumbu combustor. Karena akan

terdapat bahan bakar yang tidak bercampur

dengan udara. Bahan bakar yang tidak

bercampur dengan udara tersebut akhirnya

keluar sebagai unburned gas.

Karena itu untuk mempertahankan

proses pembakaran di dalam combustor kita

harus mengatur rasio ekuivalen yang terbaca

pada daerah kaya. Hal tersebut dilakukan

untuk menutupi jumlah bahan bakar yang

keluar sebagai unburned gas. Itulah kenapa

grafik flammability limit diatas berada pada

zona campuran kaya.

Kondisi nyala api yang tidak merata

akan dijelaskan lebih lanjut pada analisa

visualisasi bentuk nyala api di bagian

selanjutnya.

Page 5: rendyartin

5

B. Visualisasi Bentuk Nyala Api

Gambar 6 Visualisasi bentuk nyala api pada

nilai rasio ekuivalen 1,3745 dengan

kecepatan reaktan bervariasi

Gambar 7 Visualisasi bentuk nyala api pada

kecepatan reaktan 25,7519 cm/s dengan nilai

rasio ekuivalen bervariasi

Kedua gambar diatas menunjukkan

visualisasi bentuk nyala api pada berbagai

macam kondisi. Pada Gambar 6

menunjukkan visualisasi bentuk nyala api

pada rasio ekuivalen 1,3745 dengan

kecepatan reaktan yang bervariasi yaitu 23

cm/s, 25,7519 cm/s dan 28 cm/s. Sedangkan

Gambar 7 menunjukkan visualisasi bentuk

nyala api pada kecepatan reaktan 25,7519

dengan rasio ekuivalen bervariasi yaitu 1,25,

1,3745, dan 1,5.

Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa

semakin tinggi kecepatan reaktan di dalam

meso-scale combustor api yang tampak juga

akan semakin tebal dan lebar. Hal ini

dikarenakan dengan meningkatnya kecepatan

reaktan berarti debit udara dan debit bahan

bakar yang mengalir di dalam combustor

juga akan semakin besar. Dengan demikian

akan semakin banyak reaktan yang tersedia

untuk direaksikan di dalam combustor.

Karenanya api hasil pembakaran juga akan

nampak semakin besar dan terang daripada

api pembakaran dengan kecepatan reaktan

yang lebih rendah.

Tampak pada gambar 7 bahwa dengan

seiring bertambahnya rasio ekuivalen pada

kecepatan reaktan yang tetap, visualisasi

bentuk nyala api terlihat semakin tebal dan

terang namun lingkaran apinya semakin

kecil. Hal tersebut dikarenakan jumlah bahan

bakar di dalam meso-scale combustor

menjadi semakin melimpah apabila rasio

ekuivalen dinaikkan.

Semakin banyak jumlah bahan bakar

akan mengakibatkan warna api menjadi lebih

hijau dan terang. Namun jika hal tersebut

tidak diimbangi oleh kenaikan jumlah udara

maka campuran reaktan akan menjadi terlalu

jenuh. Sehingga menimbulkan adanya bahan

bakar yang tidak bereaksi dengan udara.

Bahan bakar yang tidak bereaksi tersebut

tetap mengalir di dalam meso-scale

combustor sehingga mengakibatkan ruang

pembakaran menjadi semakin sempit. Itulah

yang menyebabkan campuran reaktan

dengan rasio ekuivalen lebih tinggi memiliki

ukuran api yang lebih kecil.

Dapat dilihat pada keenam foto diatas,

secara garis besar bentuk api sudah sempurna

yaitu berbentuk lingkaran. Namun terlihat

bahwa bentuk api tidak simetris terhadap

sumbu combustor. Bentuk api yang lebih

tebal di salah satu sisinya seperti itu dapat

terjadi karena distribusi uap tidak merata

keseluruh bagian combustor.

Gambar 8 Ilustrasi persebaran uap heksana

di dalam meso-scale combustor

Page 6: rendyartin

6

Gambar 8 diatas menunjukkan ilustrasi

persebaran uap di dalam meso-scale

combustor. Warna semakin oranye

menandakan bahwa kandungan uap heksana

pada area tersebut semakin pekat. Persebaran

uap yang tidak merata seperti itu diakibatkan

oleh sifat alami fluida yang cenderung

mengalir lurus menuju luasan yang lebih

besar daripada berbelok ke luasan yang

sempit. Disini lubang inlet uap memiliki

diameter 0,5 mm ukuran tersebut cukup kecil

dibandingkan lebar kanal cincin yaitu 2 mm.

Sehingga aliran uap akan cenderung

mengalir lurus melingkari cincin.

Pada sisi seberang inlet heksana kedua

aliran uap akan bertemu dan mengakibatkan

meningkatnya konsentrasi uap heksana di

area tersebut, sehingga pemasukan uap ke

dalam combustor akan lebih banyak melalui

lubang c,d dan e daripada lubang a dan b.

Oleh karena itu persebaran uap pada bagian

dalam combustor menjadi tidak merata. Hal

ini menunjukkan bahwa mesh yang ada di

dalam combustor tidak mampu meratakan

distribusi uap hanya mampu berperan

sebagai flame holder saja.

Penjelasan diatas menjawab kenapa api

pada meso-scale combustor dengan

preheated multiple fuel inlet tidak simetris

terhadap sumbunya. Jika analisis diatas

dikaitkan dengan persebaran rasio ekuivalen

di dalam combustor, maka kurang lebih

persebaran rasio ekuivalen campuran

berdasarkan bentuk apinya akan seperti yang

terlihat pada gambar 9 berikut ini.

Gambar 9 Persebaran rasio ekuivalen

campuran dalam meso-scale combustor

C. Temperatur Nyala Api

Gambar 10 Grafik temperatur vs rasio

ekuivalen

Grafik pada Gambar 10 menunjukkan

hubungan antara temperatur dan rasio

ekuivalen untuk setiap nilai kecepatan

reaktan yang berbeda. Terlihat bahwa

temperatur api semakin menurun seiring

dengan kenaikan nilai rasio ekuivalen. Hal

ini disebabkan pada rasio ekuivalen yang

lebih tinggi jumlah bahan bakar yang berada

di dalam combustor akan semakin melimpah.

Dan karena tidak diimbangi dengan kenaikan

jumlah udara, campuran reaktan di dalam

combustor akan bersifat semakin kaya.

Sehingga menimbulkan kemungkinan jumlah

bahan bakar yang tidak terbakar (unburned

gas) akan semakin meningkat.

Dengan meningkatnya jumlah

unburned gas akan mempengaruhi

temperatur api karena suhu unburned gas

jauh lebih rendah daripada suhu api. Hal ini

sesuai dengan teori bahwa suhu api

pembakaran akan semakin meningkat apabila

campuran reaktan pembakaran tersebut

semakin mendekati kondisi stoikiometri.

Jika membandingkan ketiga trend

grafik pada Gambar 10 diatas dengan

meninjau dari temperatur nyala apinya dapat

dilihat bahwa reaktan dengan kecepatan 28

cm/s berada di posisi tertinggi. Sedangkan

reaktan dengan kecepatan terendah yaitu 23

cm/s nilai temperaturnya juga berada di

posisi terendah. Pembahasan mengenai hal

ini akan lebih mudah dimengerti apabila

melihat grafik hubungan temperatur dengan

kecepatan pembakaran pada Gambar 11 di

bawah ini.

Page 7: rendyartin

7

Gambar 11 Grafik temperatur vs kecepatan

reaktan.

Gambar 11 diatas menunjukkan grafik

hubungan temperatur dengan dengan

kecepatan reaktan pada nilai rasio ekuivalen

yang bervariasi. Ketiga trend pada grafik

tersebut menunjukkan dengan seiring

meningkatnya kecepatan reaktan yang

mengalir di dalam combustor, temperatur

nyala api yang terbaca juga akan semakin

tinggi.

Hal tersebut dikarenakan

meningkatnya kecepatan reaktan yang

disebabkan oleh kenaikan debit udara dan

debit bahan bakar yang mengalir di dalam

combustor. Kenaikan debit udara dan bahan

bakar tersebut mengakibatkan kanaikan

massa alir udara dan bahan bakar. Semakin

tinggi massa alir udara dan bahan bakar akan

membuat jumlah reaktan di dalam combustor

semakin banyak. Dengan adanya reaktan

yang melimpah maka proses pembakaran

yang terjadi juga akan semakin besar dan

membuat kalor yang terlepas dari reaksi

pembakaran akan semakin banyak. Kalor

yang terlepas dari reaksi pembakaran secara

otomatis juga akan meningkatkan temperatur

pada nyala api hasil pembakaran.

Dari kedua gambar grafik diatas dapat

dilihat bahwa temperatur tertinggi berada

pada nilai 1010 0C. Nilai temperatur tersebut

dicapai pada rasio ekuivalen 1,25 dan

kecepatan reaktan 28 cm/s. Nilai tersebut

bisa dikatakan rendah untuk suhu api hasil

pembakaran bahan bakar heksana. Karena

menurut jurnal yang ditulis oleh Torii, et al,

(1991). Suhu api hasil pembakaran heksana

pada kondisi adiabatik mampu mencapai

nilai 2273,7 K atau setara dengan 2000,7 0C

pada rasio ekuivalen 1,1[6]

.

Rendahnya temperatur api pada

penelitian ini diakibatkan karena beberapa

faktor yang dapat menurunkan suhu api.

Faktor yang pertama adalah terjadi

penurunan kalor akibat heat loss ke dinding

combustor. Faktor ini adalah salah satu

kekurangan paling umum dari meso-scale

combustor. Karena pembakaran pada meso-

scale combustor berada pada quenching

diameter atau diameter dimana rasio luas

permukaan terhadap volume pembakaran

meningkat sehingga heat loss dari api ke

dinding combustor juga akan meningkat[7]

.

Heat loss ke dinding combustor dipercepat

oleh konduktivitas dinding yang terbuat dari

tembaga. Diketahui bahwa tembaga memiliki

konduktivitas yang cukup tinggi yaitu sekitar

400 W/m0C.

Faktor lain yang dapat menurunkan

suhu api adalah banyaknya kalor api yang

terserap pada proses penguapan heksana.

Pernyataan ini didukung oleh bentuk api

yang lebih redup pada sisi dimana terjadi

proses penguapan heksana. Karena selain

menunjukkan rasio ekuivalen yang rendah

api yang lebih redup dan tipis juga

menunjukkan bahwa suhu api tersebut

rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar 12 berikut ini.

Gambar 12 Posisi penurunan suhu api

terhadap sisi penguapan heksana

Jika dikaitkan dengan analisa pada

bagian visualisasi bentuk nyala api. Adanya

reaktan yang tidak terbakar (unburned gas)

juga dapat menjadi salah satu faktor yang

mengakibatkan turunnya suhu api. Karena

diketahui temperatur unburned gas jauh

lebih rendah daripada suhu api mengingat

unburned gas adalah reaktan yang tidak

bereaksi sehingga tidak ada panas yang

dihasilkan olehnya.

Page 8: rendyartin

8

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari

penelitian karakteristik pembakaran bahan

bakar cair (heksana) di dalam meso-scale

combustor dengan preheated multiple fuel

inlet adalah :

Pembakaran bahan bakar cair yang stabil

dapat terjadi di dalam meso-scale

combustor dengan preheated multiple fuel

inlet.

Grafik flammabillity limit yang terbentuk

berada di zona campuran kaya (fuel-rich

mixture) dengan interval rasio ekuivalen

pada 1,1046 - 1,7554.

Api dapat stabil di dalam combustor pada

interval kecepatan reaktan antara 18 cm/s

- 32.2 cm/s

Api berbentuk bulat dan berwarna biru,

tetapi warna api tidak seragam dan letak

nyala api di dalam combustor tidak

simetris terhadap sumbu combustor.

Temperatur api hasil pembakaran bahan

bakar cair (heksana) di dalam meso-scale

combustor semakin meningkat ketika

rasio ekuivalen mendekati 1 (stoikiometri)

dan semakin meningkat seiring dengan

kenaikan kecepatan reaktan.

Daftar Pustaka

[1] Giassi, D., et al. 2011. Efficiency And

Stability Of A Meso-scale Combustor At 3

Atm. XXXIV Meeting of the Italian Section

of the Combustion Institute. 1-2. Milan

[2] Fernandez, C., Pello. 2002. Micropower

Generation Using Combustion: Issues and

Approaches. Proceedings of the Combustion

Institute 29. 883-899.

[3] Katsuyoshi, T., Soichiro, K., Taku, M. &

Toshiyuki, S. 2009. Development of the

"Micro Combustor. Engineering Review vol

42 no 2. 97-101

[4] Ulugbek, A., Tomita, E., Kawahara, N.

2013. Combustion and Exhaust Emission

Characteristics of Diesel Micro-Pilot Ignited

Dual-Fuel Engine. Diesel Engine –

Combustion, Emissions and Condition

Monitoring. 34-35

[5] Mikami, M., Maeda, Y., Matsui, K., Seo,

T. & Yuliati, L. 2012. Combustion of

Gaseous and Liquid Fuels In Meso-scale

Tubes With Wire Mesh. Proceeding of the

Combustion Institute 34. 3387-3394

[6] Torii, S., Yano, T. & Tunoda, Y. 1991.

Adiabatic Flame Temperature and Specific

Heat of Combustion Gases. Kagoshima

University Faculty of Engineering report 34.

1-15

[7] Xu, Bo. & Ju, Y. 2007. Experimental

study of spinning combustion in meso-scale

diverget channel. Proceedings of the

Combustion Institute 31. 3285-3292