rencana pelaksanaan pembelajaran 21

12
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah :SMK PGRI 2 CIMAHI Kompetensi Keahlian : Akuntansi Mata Pelajaran : Mengelola administrasi pajak Materi Pokok : Pajak Penghasilan Pasal 21 Sub Materi Pokok : PPh Pasal 21 Untuk Pegawai Tidak Tetap Pertemuan : 1-2 Kelas/Semester : XI Akuntasi /4 Waktu : 2 X 45 menit I. Standar Kompetensi Mengelola administrasi pajak II. Kompetensi Dasar Mengitung jumlah pajak yang harus dibayar III. Indikator a. Menjelaskan tentang PPhPasal 21 untuk Pegawai Tidak Tetap b. Memahami PPh Pasal 21 untuk pegawai tidak tetap c. Mengerjakan perhitungan PPh pasal 21 untuk pegawai tidak tetap dengan benar. IV. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai, diharapkan : a. Siswa dapat menjelaskan tentang PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tidak Tetap dengan benar b. Siswa dapat memahami PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tidak Tetapdengan tepat dan teliti c. Siswa dapat mengerjakan latihan PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tidak Tetap dengan benar. V. Materi Pembelajaran 1. Pengertian Pegawai Tidak Tetap Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja. 2. Jenis Penghasilan Pegawai Tidak Tetap

Upload: dede-azis-nagara

Post on 04-Jul-2015

284 views

Category:

Design


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rencana pelaksanaan pembelajaran 21

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah :SMK PGRI 2 CIMAHI

Kompetensi Keahlian : Akuntansi

Mata Pelajaran : Mengelola administrasi pajak

Materi Pokok : Pajak Penghasilan Pasal 21

Sub Materi Pokok : PPh Pasal 21 Untuk Pegawai Tidak Tetap

Pertemuan : 1-2

Kelas/Semester : XI Akuntasi /4

Waktu : 2 X 45 menit

I. Standar Kompetensi

Mengelola administrasi pajak

II. Kompetensi Dasar

Mengitung jumlah pajak yang harus dibayar

III. Indikator

a. Menjelaskan tentang PPhPasal 21 untuk Pegawai Tidak Tetap

b. Memahami PPh Pasal 21 untuk pegawai tidak tetap

c. Mengerjakan perhitungan PPh pasal 21 untuk pegawai tidak tetap dengan benar.

IV. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah proses kegiatan belajar mengajar selesai, diharapkan :

a. Siswa dapat menjelaskan tentang PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tidak Tetap dengan

benar

b. Siswa dapat memahami PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tidak Tetapdengan tepat dan

teliti

c. Siswa dapat mengerjakan latihan PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tidak Tetap dengan

benar.

V. Materi Pembelajaran

1. Pengertian Pegawai Tidak Tetap

Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima

penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja,

jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang

diminta oleh pemberi kerja.

2. Jenis Penghasilan Pegawai Tidak Tetap

Page 2: Rencana pelaksanaan pembelajaran 21

Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah

mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;

Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang

terutang atau dibayarkan secara harian.

Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai

yang terutang atau dibayarkan secara mingguan.

Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang

terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan.

Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai

yang terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan

tertentu.

3. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap adalah:

Penghasilan Kena Pajak yang penghasilannya di bayar secara bulanan atau jumlah

kumulatif penghasilan yang diterima selama 1 (satu) bulan kalender telah melebihi

jumlah PTKP sebulan untuk wajib pajak sendiri.

Jumlah penghasilan yang melebihi bagian penghasilan yang tidak dilakukan

pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) Undang-

Undang Pajak Penghasilan ( Rp 150.000,00 sehari), sepanjang penghasilan kumulatif

yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi jumlah PTKP sebulan untuk

diri Wajib Pajak sendiri.

4. Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan Kena Pajak bagi pegawai tidak tetap adalah sebesar penghasilan bruto

dikurangi PTKP.

5. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PTKP sebulan adalah PTKP dibagi 12 (dua belas).

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah bagi:

Wajib Pajak : Rp 15.840.000,- setahun

Tambahan status kawin: Rp 1.320.000,-

Istri Bekerja : Rp 15.840.000,-

Tambahan tanggungan : Rp 1.320.000,- (Maksimal 3)

Page 3: Rencana pelaksanaan pembelajaran 21

6. Bagian Penghasilan yang Tidak dikenakan Pemotongan PPh Pasal 21

Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan Pegawai Harian Dan Mingguan

Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak dikenakan Pemotongan Pajak

Penghasilan:

Batas penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh sampai dengan jumlah Rp

150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) sehari

Ketentuan di atas tidak berlaku dalam hal penghasilan bruto jumlahnya melebilhi

Rp 1.320.000 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) sebulan dalam hal

penghasilan dimaksud dibayar secara bulanan.

Ketentuan di atas tidak berlaku atas penghasilan berupa honorarium atau komisi

yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas dinas luar asuransi.

7. PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang tidak di bayar

secara bulanan

Atas penghasilan bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang tidak di bayar

secara bulanan atau jumlah kumulatifnya dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi

PTKP sebulan untuk diri Wajib Pajak sendiri berlaku ketentuan sebagai berikut:

a) Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau

rata-rata penghasilan sehari belum melebihi Rp 150.000,00 (seratus lima puluh

ribu rupiah) sehari;

b) Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata

penghasilan sehari melebihi Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah), dan

bagian penghasilan yang tidak dilakukan pemotongan tersebut merupakan jumlah

yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah satuan atau

upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.

Dalam hal pegawai tidak tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam

1 (satu) bulan kalender yang melebihi PTKP sebulan untuk diri Wajib Pajak

sendiri, maka jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah

sebesar PTKP yang sebenarnya.

PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari kerja yang

sebenarnya.

Page 4: Rencana pelaksanaan pembelajaran 21

PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya adalah

sebesar PTKP dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) hari.

Dalam hal berdasarkan ketentuan di bidang ketenagakerjaan diatur kewajiban

untuk mengikutsertakan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas dalam

program jaminan hari tua atau tunjangan hari tua, maka iuran jaminan hari tua

atau iuran tunjangan hari tua yang dibayar sendiri oleh pegawai tidak tetap

kepada badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja atau badan

penyelenggara tunjangan hari tua, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

8. Tarif PPh Pasal 21

1. Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan

diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak dari Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja

lepas yang dibayarkan secara bulanan

2. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga

kerja lepas berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan

uang saku harian, sepanjang penghasilan tidak dibayarkan secara bulanan, tarif

lapisan pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-

Undang Pajak Penghasilan (5%) diterapkan atas:

Jumlah penghasilan bruto di atas bagian penghasilan yang tidak dikenakan

pemotongan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) Undang-

Undang Pajak Penghasilan ; atau

Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya dalam hal jumlah

penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi PTKP

sebulan untuk diri Wajib Pajak sendiri.

3. Dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender telah melebihi

Rp 6.000.000,00 ( enam juta rupiah), PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan

tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas jumlah

Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.

9. Tata Cara Penghitungan PPh Pasal 21

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga

kerja lepas berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan

uang saku harian, sepanjang penghasilan tidak dibayarkan secara bulanan:

1. Tentukan jumlah upah/uang saku harian, atau rata-rata/uang saku yang diterima atau

diperoleh dalam sehari; – Upah/uang saku mingguan dibagi 6;

Page 5: Rencana pelaksanaan pembelajaran 21

Upah satuan dikalikan dengan jumlah rata-rata satuan yang dihasilkan dalam

sehari;

Upah borongan dibagi dengan jumlah hari yang digunakan untuk menyelesaikan

pekerjaan borongan.

2. Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian belum

melebihi Rp. 150.000,00 dan jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam

bulan takwim yang bersangkutan belum melebihi Rp. 1.320.000, maka tidak ada PPh

Pasal 21 yang harus dipotong.

3. Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian telah melebihi

Rp. 150.000,00 dan sepanjang jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam

bulan takwim yang bersangkutan belum melebihi Rp. 1.320.000, maka PPh Pasal 21

yang harus dipotong adalah sebesar upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang

saku harian setelah dikurangi Rp. 150.000,00, dikalikan 5%.

4. Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan takwim

yang bersangkutan telah melebihi Rp. 1.320.000, maka PPh Pasal 21 yang terutang

dihitung dengan mengurangkan PTKP yang sebenarnya, yaitu sebanding dengan

banyaknya hari, dari jumlah upah bruto yang bersangkutan.

Contoh PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak

tetap atau tenaga kerja lepas berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah

borongan, dan uang saku harian, sepanjang penghasilan tidak dibayarkan secara

bulanan

DENGAN UPAH HARIAN

Contoh penghitungan :

Arifin dengan status belum menikah. pada bulan Januari 2009 bekerja sebagai buruh

harian pada PT Jaya Makmur. Ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian

sebesar Rp 150.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21 terutang :

Upah sehari Rp 150.000,00

Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan

pemotongan PPh Rp 150.000,00

Page 6: Rencana pelaksanaan pembelajaran 21

Penghasilan Kena Pajak Sehari Rp 0

PPh Pasal 21 dipotong atas Upah Sehari : Rp 0 Sampai dengan hari ke-8, karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi

Rp 1.320.000,00, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong.

Misalkan Arifin bekerja selama 9 hari, maka pada hari ke-9, setelah jumlah kumulatif

upah yang diterima melebihi Rp 1.320.000,00, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung

berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya.

Upah s.d. hari ke-9 (Rp 150.000,00 x 9) Rp 1.350.000

PTKP sebenarnya (Rp 15.840.000 x 9/360) Rp 396.000

Penghasilan Kena Pajak s.d. hari ke-9 Rp 954.000

PPh Pasal 21 terutang s.d hari ke-9

Rp 954.000 x 5% Rp 47.700

PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d hari ke-8 Rp –

PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-9 Rp 47.700

Sehingga pada hari ke-9, upah bersih yang diterima sebesar :

Rp 150.000,00 – Rp 47.700 = Rp 102.300,00

Misalkan Arifin bekerja selama 10 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang harus

dipotong pada hari ke-10 adalah sebagai berikut :

Upah s.d. hari ke-10 (Rp 150.000,00 x 10) Rp 1.500.000

PTKP sebenarnya (Rp 15.840.000 x 10/360) Rp 440.000

Penghasilan Kena Pajak s.d. hari ke-10 Rp 1.060.000

PPh Pasal 21 terutang s.d hari ke-10

Rp 1.060,00 x 5% Rp 53.000,00

PPh Pasal 21 telah dipotong s.d hari ke-9 Rp 47.700,00

PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-10 Rp 5.300,00

Sehingga pada hari ke-10, Arifin menerima upah bersih sebesar :

Rp 150.000,00 – Rp 5.300,00 = Rp 144.700,00

Page 7: Rencana pelaksanaan pembelajaran 21

DENGAN UPAH SATUAN

Contoh penghitungan :

Tono adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit TV pada suatu perusahaan

elektronika, dia tidak menikah. Upah yang dibayar berdasarkan atas jumlah unit/satuan

yang diselesaikan yaitu Rp 25.000,00 per buah TV dan dibayarkan tiap minggu. Dalam

waktu 1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan sebanyak 30 buah TV dengan upah Rp

960.000,00.

Penghitungan PPh Pasal 21 :

Upah sehari adalah

Rp 960.000,00 : 6 Rp 160.000

Upah diatas Rp 150.000,00 sehari

Rp 160.000,00 – Rp 150.000,00 Rp 10.000

Upah seminggu terutang pajak

6 x Rp 10.000,00 Rp 60.000

PPh Pasal 21

5% : Rp 60.000,00 = Rp 3.000,00 (Mingguan)

DENGAN UPAH BORONGAN

Contoh Penghitungan :

Bayu mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar Rp

400.000,00, pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari.

Upah borongan sehari : Rp 400.000,00 : 2 = Rp 200.000

Upah harian diatas Rp 150.000,00

Rp 200.000,00 – Rp 150.000,00 Rp 50.000 Upah borongan pajak

2 x Rp 50.000,00 Rp 100.000

PPh Pasal 21

Page 8: Rencana pelaksanaan pembelajaran 21

5% x Rp 100.000,00 = Rp 5.000

Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon Pegawai yang

Menerima Upah yang Dibayarkan Secara Bulanan :

PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh atas jumlah upah bruto

yang yang disetahunkan setelah dikurangi PTKP, dan PPh Pasal 21 yang harus dipotong

adalah sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan tersebut dibagi 12.

Contoh:

Hidayat bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah harian yang dibayarkan

bulanan. Dalam bulan Januari 2009 Hidayat hanya bekerja 20 hari kerja dan upah sehari

adalah Rp 100.000,00. Hidayat menikah tetapi belum memiliki anak.

Penghitungan PPh Pasal 21

Upah Januari 2009= 20 x Rp 100.000,00 = Rp 2.000.000

Penghasilan neto setahun = 12 x Rp 2.000.000,00 = Rp 24.000.000

PTKP (K/-) adalah sebesar

Untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00

tambahan karena menikah Rp 1.320.000,00

Rp 17.160.000

Penghasilan Kena Pajak Rp 6.840.000

PPh Pasal 21 setahun adalah sebesar :

5% x Rp 6.840.000,00 = Rp 342.000

PPh Pasal 21 sebulan adalah sebesar :

Rp 342.000,00 : 12 Rp 28.500

VI. Metode Pembelajaran

a. Metode Ceramah

b. Metode Simulasi

c. Metode Pemberian Tugas

d. Metode Tanya Jawab

Page 9: Rencana pelaksanaan pembelajaran 21

VII. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan

Awal

Alokasi

10 menit

Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan

salam

Guru memeriksa daftar hadir siswa.

Guru menyampaikan apersepsi mengenai materi yang

terkait.

Nilai Karakter:

- religius

Kegiatan Inti

Alokasi

60 menit

Eksplorasi

Guru menjelaskan tentang pengertian PPh Pasal 21

untuk Pegawai Tidak Tetap

Guru menjelaskan tentang PPh Pasal 21 untuk Pegawai

Tidak Tetap

Nilai Karakter:

- berpikir logis

- santun

Elaborasi

Membiasakan siswa membaca dan menulis melalui

tugas-tugas tertentu yang bermakna mengenai PPh Pasal

21 untuk Pegawai Tidak Tetap

Memberikan kesempatan berpikir, menganalisis,

menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut

Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif materi PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tidak

Tetap

Memfasilitasi siswa berkompetisi secara sehat untuk

meningkatkan prestasi belajar terutama dalam materi

PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tidak Tetap

Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal tersebut

Siswa mengadakan simulasi pencatatan kedalam PPh

Pasal 21 untuk Pegawai Tidak Tetap dan menyampaikan

hasilnya didepan kelas.

Tanya jawab apabila ada kesulitan dan ada materi yang

belum dipahami oleh siswa.

Nilai Karakter:

- mandiri

- berpikir logis

- cinta ilmu

- kerjasama

- kerja keras

- kreatif

- percaya diri

- kritis

Konfirmasi

Guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum

dimengerti siswa

Guru bersama siswa meluruskan masalah, memberikan

penguatan, dan membuat kesimpulan dari tanya jawab

Nilai Karakter:

- berpikir logis

- kerjasama

- kreatif

- percaya diri

Kegiatan

Penutup

Alokasi

Waktu

20 menit

Guru bersama dengan siswa bersama-sama membuat

kesimpulan tentang materi yang telah diberikan

Guru memberikan tugas kepada siswa

Guru memberikan informasi mengenai materi

pembelajaran yang akan dibahas pada pertemuan

berikutnya.

Guru memberikan kata-kata penutup.

Nilai Karakter:

- Religius

- Santun

VIII. Media/Sumber Pembelajaran

a. Media Pembelajaran

Papan tulis, spidol,LKS, Infokus

b. Sumber Pembelajaran

Page 10: Rencana pelaksanaan pembelajaran 21

Buku Mengelola Administrasi Pajak

IX. Evaluasi

(Terlampir)

X. Penilaian

a. Prosedur penilaian-penilaian acuan patokan (KKM)

1. Penilaian proses belajar

Sikap dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran baik dalam bertanya,

menjawab pertanyaan (soal) maupun dalam menyampaikan pendapat yang

berkaitan dengan materi. (Ranah Afektif dan Ranah Kognitif).

Penugasan menjawab pertanyaan tertulis secara terstruktur. (Ranah Psikomotor).

2. Penilaian Hasil Belajar

b. Hasil dan Bentuk Tes

1. Simulasi

2. Studi Kasus

c. Kriteria Penilaian

No Kriteria Jawaban Kriteria

Penilaian

1 Transaksi no.1 30

2 Transaksi no.2 40

3 Transaksi no.3 30

Skor Total 100

Nilai = Skor Total

A. Kognitif (70%)

C1 = Pengetahuan C5 = Sintesis

C2 = Pemahaman C6 = Evaluasi

C3 = Penerapan

C4 = Analisis

Indikator Ranah Instrumen Skor

1. Membuat format Persamaan

Akuntansi

C1 Buatlah Format dari

Persamaan Akuntansi

10

2. Mencatat transaksi ke dalam

Persamaan Akuntansi

C4 Studi Kasus : Persamaan

Akuntansi

90

JUMLAH SKOR 100

Page 11: Rencana pelaksanaan pembelajaran 21

B. Afektif (30%)

No. Nama Siswa Aspek Yang Dinilai Jumlah

Skor Nilai

1 2 3 4 5

1

2

3

Keterangan :

Aspek Yang Dinilai

1. Tidak terlambat mengikuti pelajaran

2. Mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk

3. Santun dalam berkomunikasi

4. Aktif dalam pembelajaran

5. Perhatian

Cimahi, Juli 2011

Guru Mata Pelajaran/

Dosen Luar Biasa

Drs. Riza Munandar

NUPTK:7153.7416.4420.0013

Praktikan

Dede Azis

NIM. 0906629

Kriteria skor: Kriteria penilaian:

1 = sangat kurang

2 = kurang

3 = cukup

4 = baik

17 – 20 = A ( sangat baik)

13 – 16 = B (baik)

9 – 12 = C (cukup)

5 – 8 = D (belum tuntas)

0 – 4 = E (tidak tuntas)

Page 12: Rencana pelaksanaan pembelajaran 21

LAMPIRAN

1. Penerima Upah Harian

Asep (Tidak Kawin) pada bulan Maret 2008 bekerja pada PT Alim Untung, menerima

upah sebesar Rp 190.000 perhari.

2. Penerima Satuan Upah

Mu’min (TK/-) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit Komputer pada

suatu perusahaan telekomunikasi. Upah yang dibayar berdasarkan atas jumlah unit/satuan

yang diselesaikan yaitu Rp 80.000 per buah dan dibayarkan tiap minggu (6 hari). Dalam

satu minggu (6 hari kerja) dihasilkan sebanyak 12 Komputer sehingga upah yang diterima

sebesar Rp 960.000.

3. Penerima Upah Borongan

Ramdan(K/-) mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar Rp

2.000.000 pekerjaan diselesaikan selama 10 hari

Jawaban :

1. Upah Sehari Rp 190.000

Upah Sehari Tidak Kena Pajak Rp 150.000

Upah Sehari Kena Pajak Rp 40.000

PPH Pasal 21 = 5% x Rp 40.000 = Rp 2.000

2. Besarnya PPh Pasal 21 adalah

Upah sehari Rp 960.000 : 6 Rp 160.000

Upah tidak kena pajak sehari Rp 150.000

Upah sehari yang terutang pajak Rp 10.000

Upah satuah terutang pajak

6 x Rp 10.000 Rp 60.000

PPh Pasal 21 atas upah satuan

5% x Rp 60.000 = Rp 3.000

3. Perhitungan PPh Pasal 21

Upah borongan sehari

Rp 150.000 : 10 Rp 150.000

PTKP sehari Rp 47.667

Upah borongan sehari terutang

Pajak Rp 102.333

Upah borongan terutang pajak

10 x Rp 102.333 Rp 1.023.330

PPh Pasal 21 atas borongan

5% x Rp 1.023.330 Rp 51.167