rencana induk persampahan (kota depok)

227
i KATA PENGANTAR Memenuhi Surat Perintah Kerja dari Satuan Kerja Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kota Depok Pemerintah Kota Depok, maka dengan ini kami PT. Santika Kusuma Agung menyelesaikan laporan Akhir pekerjaan: Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4). Laporan Akhir ini terdiri dari 7 (tujuh) bab pembahasan yang memuat mulai dari kondisi secara umum kota Depok, kemudian kondisi pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh Kota Depok sampai dengan saat ini, selanjutnya kami akan menyajikan hasil dari evaluasi dan analis baik dari data primer maupun sekunder. Inti dari laporan ini terletak pada bab 7 yang berisikan Rencana Induk Sistem (RIS) Pengelolaan Sampah Kota Depok. Besar harapan kami produk ini dapat bermanfaat bagi Pemerintah Kota Depok dalam mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat terutama dalam hal pengelolaan sampah. Manyadari bahwa penulisan buku ini masih jauh dari sempurna maka kami sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran, sehingga dapat dijadikan sebagai masukan kami dalam menyusun Laporan untuk dimasa yang akan datang. Atas segala perhatian dan kerjasama diucapkan terima kasih Depok, Desember 2008 Pt. Santika Kusuma Agung Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Upload: azharudin-zoechny

Post on 01-Dec-2015

340 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

Masterplan Persampahan Kota Depok adalah studi tentang permasalahan persampahan, analisa dan solusinya di kota Depok sesuai dengan undang-undang aturan-aturan pemerintah yang berlaku.

TRANSCRIPT

Page 1: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

i

K ATA P E N G A N TA R

Memenuhi Surat Perintah Kerja dari Satuan Kerja Badan Perencanaan

Daerah (BAPEDA) Kota Depok Pemerintah Kota Depok, maka dengan ini kami

PT. Santika Kusuma Agung menyelesaikan laporan Akhir pekerjaan:

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4).

Laporan Akhir ini terdiri dari 7 (tujuh) bab pembahasan yang memuat

mulai dari kondisi secara umum kota Depok, kemudian kondisi pengelolaan

sampah yang dilaksanakan oleh Kota Depok sampai dengan saat ini,

selanjutnya kami akan menyajikan hasil dari evaluasi dan analis baik dari data

primer maupun sekunder. Inti dari laporan ini terletak pada bab 7 yang

berisikan Rencana Induk Sistem (RIS) Pengelolaan Sampah Kota Depok.

Besar harapan kami produk ini dapat bermanfaat bagi Pemerintah Kota

Depok dalam mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat terutama dalam hal pengelolaan sampah.

Manyadari bahwa penulisan buku ini masih jauh dari sempurna maka

kami sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran, sehingga dapat

dijadikan sebagai masukan kami dalam menyusun Laporan untuk dimasa yang

akan datang.

Atas segala perhatian dan kerjasama diucapkan terima kasih

Depok, Desember 2008

Pt. Santika Kusuma Agung

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Page 2: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

ii

DA F TA R I S I

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang _______________________________________________ 1-1

1.2. Maksud, Tujuan Dan Sasaran ___________________________________ 1-2

1.3. Sistematika Penulisan _________________________________________ 1-4

2. METODOLOGI PENDEKATAN DAN PROGRAM KERJA

2.1. Pendekatan Studi _____________________________________________ 2-1

2.2. Konsep Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan _______________________ 2-1

2.3. Pendekatan Pola Pikir Pemecahan Masalah _______________________ 2-2

2.4. Pendekatan Penanganan Pekerjaan _____________________________ 2-3

2.4.1 Persoalan Pengelolaan Persampahan ________________________ 2-3

2.4.2 Paradigma Baru Pemerintah Indonesia ______________________ 2-4

2.4.3 paradigma baru pengelolaan sampah _______________________ 2-5

2.5. Pendekatan Kebijakan ________________________________________ 2-5

2.6. Pendekatan Kelembagaan _____________________________________ 2-6

2.7. Pendekatan Teknis ___________________________________________ 2-7

2.8. Pengelolaan Persampahan _____________________________________ 2-9

2.8.1 Kegiatan Operasional _____________________________________ 2-9

2.8.2 Pola Teknis Operasional __________________________________ 2-15

2.8.3 Peralatan Operasional Persampahan _______________________ 2-24

2.9. Pemilihan Sistem Dan Peralatan Operasional Persampahan __________ 2-26

2.9.1 Umum _________________________________________________ 2-26

2.9.2 Pewadahan _____________________________________________ 2-26

2.10. Pembuangan Akhir Sampah Dan Pengolahan ______________________ 2-26

2.10.1 Umum _________________________________________________ 2-26

2.10.2 Pembuangan Akhir _______________________________________ 2-27

2.11. Survey Dan Analisa Kualitas Lingkungan __________________________ 2-29

2.11.1 Kualitas Udara dan Kebisingan _____________________________ 2-29

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Page 3: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

iii

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

2.11.2 Kualitas Air (Air Tanah, Air Buangan dan Air Permukaan) _______ 2-30

2.11.3 Survey Komposisi Sampah _________________________________ 2-33

3. GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK

3.1. Daerah Perencanaan __________________________________________ 3-1

3.2. Aspek Fisik Kota _____________________________________________ 3-2

3.2.1 Geografi _______________________________________________ 3-2

3.2.2 Geologi ________________________________________________ 3-2

3.2.3 Topografi _______________________________________________ 3-4

3.2.4 Klimatogi _______________________________________________ 3-4

3.2.5 Hidrogologi _____________________________________________ 3-5

3.3. Aspek Sosial Ekonomi _________________________________________ 3-8

3.3.1 Demografi ______________________________________________ 3-8

3.3.2 Mata Pencaharian ________________________________________ 3-11

3.3.3 Pola Penggunaan Lahan dan Status Lahan ____________________ 3-13

3.3.4 Pendapatan Regional _____________________________________ 3-16

3.4. Sarana Dan Prasarana Kota _____________________________________ 3-19

3.4.1 Sarana Pendidikan _______________________________________ 3-19

3.4.2 Sarana Kesehatan ________________________________________ 3-21

3.4.3 Perdagangan dan Jasa ____________________________________ 3-22

3.4.4 Sarana Permukiman ______________________________________ 3-24

3.4.5 Sarana Peribadatan ______________________________________ 3-24

3.4.6 Prasarana Air Minum _____________________________________ 3-25

3.4.7 Prasarana Irigasi _________________________________________ 3-26

3.4.8 Prasarana Listrik _________________________________________ 3-26

3.4.9 Sarana Telekomunikasi ___________________________________ 3-27

3.4.10 Prasarana Jalan _________________________________________ 3-27

3.4.11 Sarana Transportasi ______________________________________ 3-27

3.5. Rencana Kota ________________________________________________ 3-28

3.5.1 Strategi Pengembangan Sarana Dan Prasarana ________________ 3-28

3.5.2 Program-Program Pengembangan Sarana Dan Prasarana _______ 3-31

3.5.3 Rencana Pemanfaatan Ruang ______________________________ 3-35

3.5.4 Sistem Pusat Pelayanan ___________________________________ 3-37

Page 4: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

iv

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

4. KONDISI PENGELOLAAN SAMPAH SAAT INI

4.1. Umum ______________________________________________________ 4-1

4.2. Aspek Organisasi Dan Manajemen _______________________________ 4-2

4.2.1 Bentuk Institusi dan Struktur Organisasi _____________________ 4-2

4.2.2 Personalia ______________________________________________ 4-18

4.3. Kondisi Eksisting Permasalahan Persampahan _____________________ 4-20

4.3.1 Produksi Sampah ________________________________________ 4-20

4.3.2 Kondisi Persampahan _____________________________________ 4-20

4.3.3 Pengangkutan ___________________________________________ 4-21

4.3.4 Pewadahan _____________________________________________ 4-22

4.3.5 Karakteristik Sampah _____________________________________ 4-23

4.4. Pengelolaan Akhir Sampah _____________________________________ 4-25

4.5. Sistem Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Terpadu / Unit Pengelolaan Sampah (UPS) _________________________________ 4-27

4.5.1 Pendekatan skala TPA ____________________________________ 4-30

4.5.2 Pendekatan skala rumah tangga ____________________________ 4-30

4.5.3 Pendekatan skala kawasan ________________________________ 4-30

4.6. Pembiayaan _________________________________________________ 4-34

5. KRITERIA PERENCANAAN DAN Evaluasi Dampak TPA

5.1. Pengertian TPA ______________________________________________ 5-1

5.2. Metode Pembuangan Sampah ___________________________________ 5-1

5.2.1 Open Dumping __________________________________________ 5-2

5.2.2 Controll landfill _________________________________________ 5-2

5.2.3 Sanitary landfill _________________________________________ 5-3

5.3. Persyaratan Lokasi TPA ________________________________________ 5-3

5.4. Jenis dan Fungsi Fasilitas TPA __________________________________ 5-3

5.4.1 Prasarana Jalan _________________________________________ 5-4

5.4.2 Prasarana Drainase _______________________________________ 5-6

5.4.3 Fasilitas Penerimaan _____________________________________ 5-7

5.4.4 Lapisan Kedap Air ________________________________________ 5-7

5.4.5 Lapisan Tanah Penutup ___________________________________ 5-7

5.4.6 Fasilitas Penanganan Gas _________________________________ 5-7

5.4.7 Fasilitas Penanganan Lindi ________________________________ 5-8

5.4.8 Umur TPA/Kebutuhan Lahan _______________________________ 5-12

Page 5: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

v

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5.4.9 Rencana Timbunan Bukit Akhir _____________________________ 5-13

5.4.10 Alat Berat ______________________________________________ 5-13

5.4.11 Penghijauan ____________________________________________ 5-13

5.4.12 Pagar Keliling dan Green Belt ______________________________ 5-14

5.4.13 Fasilitas Penunjang ______________________________________ 5-14

5.5. Teknik Operasional TPA _______________________________________ 5-14

5.5.1 Persiapan Lahan TPA _____________________________________ 5-14

5.5.2 Persiapan Sel Pembuang __________________________________ 5-16

5.5.3 Pembongkaran Sampah ___________________________________ 5-17

5.5.4 Perataan dan Pemadatan Sampah __________________________ 5-17

5.5.5 Penutupan Tanah ________________________________________ 5-18

5.5.6 Pemeliharaan TPA _______________________________________ 5-19

5.6. Pengawasan Pengendalian TPA _________________________________ 5-22

5.6.1 Pengawasan Kegiatan Pembuangan _________________________ 5-22

5.6.2 Pendataan dan Pelaporan _________________________________ 5-23

5.6.3 Pengendalian TPA________________________________________ 5-24

5.7. Evaluasi Dampak Penting ______________________________________ 5-25

5.7.1 Tahap Pra-Konstruksi _____________________________________ 5-25

5.7.2 Tahap Konstruksi ________________________________________ 5-26

5.7.3 Tahap Operasional _______________________________________ 5-34

5.7.4 Tahap Pasca Operasi _____________________________________ 5-39

5.8. Sistem Organisasi Dan Manajemen ______________________________ 5-40

5.8.1 Bentuk Institusi __________________________________________ 5-40

5.8.2 Struktur Kelembagaan ____________________________________ 5-41

5.8.3 Personalia ______________________________________________ 5-41

5.8.4 Tata Laksana Kerja ______________________________________ 5-41

5.9. Sistem Pembiayaan ___________________________________________ 5-42

5.10. Sistem Pengaturan ____________________________________________ 5-43

5.11. Aspek Peran Serta Masyarakat __________________________________ 5-43

5.12. Dasar Perkiraan Kebutuhan Peralatan ____________________________ 5-44

Page 6: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

vi

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

6. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN ANALISIS

6.1. Identifikasi Permasalahan Persampahan __________________________ 6-1

6.1.1 Teknis Operasional _______________________________________ 6-1

6.1.2 Kelembagaan ___________________________________________ 6-2

6.1.3 Pembiayaan_____________________________________________ 6-2

6.1.4 Peran Serta Masyarakat ___________________________________ 6-2

6.2. Analisis Pola Pembuangan Sampah Konvensional ___________________ 6-3

6.2.1 Sub Sistem Kelembagaan Dan Organisasi _____________________ 6-3

6.2.2 Sub Sistem Teknik Operasional _____________________________ 6-5

6.2.3 Sub Sistem Pembiayaan ___________________________________ 6-9

6.2.4 Sub Sistem Pengaturan ___________________________________ 6-11

6.2.5 Komponen Peran Serta Masyarakat _________________________ 6-12

6.3. Analisis Unit Pengolahan Sampah (UPS) __________________________ 6-12

6.3.1 Aspek Teknik Operasional _________________________________ 6-14

6.3.2 Aspek Pembiayaan _______________________________________ 6-15

6.3.3 Aspek Kelembagaan ______________________________________ 6-16

6.3.4 Aspek Peraturan _________________________________________ 6-17

6.3.5 Aspek Partisipasi Masyarakat ______________________________ 6-18

6.4. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) _______________________________ 6-18

6.4.1 Kriteria Pemilihan TPA ___________________________________ 6-19

6.4.2 Pemilihan Lokasi TPA _____________________________________ 6-22

7. RENCANA INDUK SISTEM (RIS)PENGELOLAAN SAMPAH

KOTA DEPOK

7.1. Pendekatan Rencana Induk Sistem Persampahan __________________ 7-1

7.1.1. Pendekatan Penyusunan RIS Untuk Permukiman/Kegiatan Yang Sudah Lama Beroperasi ______________________________ 7-1

7.1.2. Pendekatan Penyusunan RIS Untuk Permukiman/Kegiatan Baru _ 7-2

7.2. Rencana Induk Sistem Aspek Teknis Operasional ___________________ 7-3

7.2.1. Cakupan Pelayanan ______________________________________ 7-3

7.2.2. Rencana Pola Penanganan Sampah di Kecamatan _____________ 7-7

7.2.3. Rencana Induk Sistem Teknis Operasional ___________________ 7-7

7.3. Rencana Induk Sistem Keuangan ________________________________ 7-11

7.3.1. Rencana Retribusi _______________________________________ 7-12

Page 7: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

vii

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

7.3.2. Rencana Pembiayaan Pengelolaan __________________________ 7-13

7.4. Rencana Induk Sistem Kelambagaan Organisasi ____________________ 7-16

7.4.1. Rencana Kelembagaan ____________________________________ 7-16

7.4.2. Rencana Organisasi ______________________________________ 7-18

7.5. Rencana Induk Sistem Peraturan dan Hukum ______________________ 7-23

7.6. Rencana Induk Sistem Peran Serta Masyarakat ____________________ 7-23

7.6.1. Pengelolaan Sampah Individual ____________________________ 7-23

7.6.2. Rencana Induk Sistem Pengelolaan Kesehatan Masyarakat ______ 7-24

7.7. Proyeksi Timbulan Sampah _____________________________________ 7-25

7.8. Alternatif Usulan Sub Sistem Pengumpulan _______________________ 7-26

7.9. Alternatif Usulan Sub Sistem Pengangkutan _______________________ 7-28

7.9.1. Pengangkutan Sampah ________________________________________ 7-28

7.10. Alternatif Usulan Sub Sistem Pembuangan Akhir ___________________ 7-29

7.11. Pemilihan Alternatif Rencana Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan _____________________________________ 7-29

7.11.1. Upaya Pengelolaan Sampah Pola 3R_________________________ 7-29

7.11.2. Strategi dan Program Pengelolaan Persampahan Kota Depok Tahun 2009 – 2018 _______________________________________ 7-30

Page 8: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 1 - 1

1 . P E N DA H U L U A N

1.1. Latar Belakang

Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang

dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang

tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai yang negatif

karena dalam penanganannya, baik untuk membuang atau membersihkannya

memerlukan biaya yang cukup besar.

Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kota-

kota di Indonesia, sebab apabila tidak dilakukan penan.ganan yang baik akan

mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang merugikan

atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan, baik terhadap

tanah, air dan udara. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah pencemaran

tersebut diperlukan penanganan dan pengendalian terhadap sampah.

Penanganan dan pengendalian akan menjadi semakin kompieks dan rumit

dengan semakin kompleksnya jenis maupun kompisisi dari sampah sejalan

dengan majunya kebudayaan. Oieh karena itu penanganan sampah di perkotaan

relatif lebih dibanding sampah di desa-desa.

Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah kota adalah masalah

biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang pantas untuk

pembuangan. Sebagai akibat biaya operasional yang tinggi, kebanyakan kota-

kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang sekitar 60% dari

seluruh produksi sampahnya. Dari 60% ini, sebagian besar ditangani dan dibuang

dengan cara yang tidak saniter, boros dan mencemari.

Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam

penanganan sampah di kota, maka dalam pengelolaannya harus cukup layak

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Page 9: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 1 - 2

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

diterapkan yang sekaligus disertai upaya pemanfaatannya sehingga diharapkan

mempunyai keuntungan berupa nilai tambah. Untuk mencapai hal tersebut,

maka perlu pemilihan cara clan teknologi yang tepat, perlu partisipasi aktif

dari masyarakat dari mana sumber samaph berasal clan mungkin perlu

dilakukan kerjasama antar lembaga pemerintah yang terkait. Disamping itu

juga perlu aspek legal untuk dijadikan pedoman berupa peraturan¬peraturan

mengenai lingkungan demi menanggulangi pencemaran lingkungan yang

diakibatkan oleh sampah.

Untuk mendukung pembangunan Kota Depok yang berkelanjutan clan seiring

dengan adanya peraturan-. peraturan baru mengenai Lingkungan Hidup clan

Persampahan maka perlu dicari suatu cara pengelolaan sampah secara baik

clan benar melalui perencanaan yang matang clan terkendali dalam bentuk

pengelolaan secara terpadu. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka

pada tahun anggaran 2008 Kota Depok akan melakukan kegiatan Penyusunan

Rencana Induk Persampahan.

1.2. Maksud, Tujuan Dan Sasaran

Sebagaimana telah diuraikan dalam Latar Belakang tersebut diatas, maka

maksud dan tujuan dari pekerjaan ini diuraikan sebagai berikut :

1.2.1 Maksud

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun Rencana induk (Master Plan) Sistem

Pengelolaan Sampah di Kota Depok.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Persampahan ini adalah

sebagai berikut:

1. Tersusunnya Rencana Induk Sistem Pengelolaan sampah yang memuat rencana

umum pengelolaan persampahan meliputi aspek teknis operasional, hukum dan

Page 10: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 1 - 3

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

peraturan, kelembagaan dan institusi, keuangan dan pembiayaan dan peran serta

masyarakat dan swasta.

2. Tersusunnya indikasi program dan rencana investasi pembiayaan pengelolaan

persampahan jangka mendesak, jangka pendek,jangka menengah danjangka

panjang.

3. Tersusunnya konsep efisiensi pembiayaan, seperti biaya pengangkutan yang dapat

ditekan karena dapat memangkas mata rantai pengangkutan sampah, dsb.

4. Tersusunnya konsep reduksi sampah dari sumber, sehingga tidak diperlukan lahan

besar untuk TPA.

5. Dapat menghasilkan nilai tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang yang

memiliki nilai ekonomis.

6. Dapat lebih mensejahterakan petugas pengelola kebersihan.

7. Tersusunnya konsep pengelolaan persampahan yang ekonomis dan berwawasan

lingkungan (ekologis).

8. Dapat membuka kesempatan/ lapangan kerja melalui berdirinya badan usaha yang

mengelola sampah menjadi bahan yang bermanfaat.

9. Tersusunnya konsep pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kebersihan

kota.

10. Tersusunnya konsep pemberdayaan kelembagaaan, peraturan daerah dan investasi

serta pembiayaan pengelolaan persampahan secara terpadu.

1.2.3 Sasaran

Sasaran pekerjaan ini adalah meningkatnya kebersihan lingkungan yang sehat

dan bersih, berkurangnya konflik sosial masyarakat dalam operasional

pengelolaan persampahan, terbentuknya pengolahan sampah dengan sistem 3R

di sumber sampah, terbentuknya usaha daur ulang dan composting, dan

berkurangnya beban operasional truk sampah dan TPA.

Page 11: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 1 - 4

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

1.3. Sistematika Penulisan

Bab 1 Pendahuluan

Bab 2 Metodologi Pendekatan Dan Program Kerja

Bab 3 Gambaran Umum Kota Depok

Bab 4 Kondisi Pengelolaan Sampah Saat ini

Bab 5 Kriteria Perencanaan Dan Evaluasi Dampak TPA

Bab 6 Identifikasi Permasalahan dan Analisis

Bab 7 RENCANA Induksistem (RIS)Pengelolaan Sampah Kota Depok

Page 12: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 2 - 1

2 . M E T O D O L O G I

P E N D E K ATA N DA N

P RO G R A M K E R J A

2.1. Pendekatan Studi

Dalam pelaksanaan pekerjaan PENYUSUNAN RENCANA INDUK PERSAMPAHAN - Kota

Depok, terdapat 2 (dua) bagian besar produk pekerjaan, yakni kelayakan Unit

Pengolahan Sampah dan Kajian Ekonomi, Sumber Pendanaan kegiatan pembangunan

Unit Pengolahan Sampah, serta jajak pendapat atau political will dari masyarakat Kota

Depok dalam pembangunan dan pelaksanaan operasional Unit Pengolahan Sampah dan

pengelolaan sampah di Kota Depok.

Tahapan penyusunan rencana induk persampahan ini dimulai dari pengumpulan data dan

informasi, review studi terdahulu, peninjauan lapangan ke alternatif lokasi untuk

dibangun 60 unit Pengolahan Sampah, jajak pendapat, analisa teknis operasional,

analisa geografis, analisa ekonomi, analisa sosial-budaya dan kemampuan pendanaan

Pemerintah Kota Depok.

2.2. Konsep Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan

Ada beberapa pendekatan metodologi yang akan dikembangkan konsultan untuk

melaksanakan pekerjaan ini yaitu :

1. Pendekatan Pola Pikir Pemecahan Masalah

2. Pendekatan Penanganan Pekerjaan

3. Pendekatan Kebijakan

4. Pendekatan Kelembagaan

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Page 13: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 2

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5. Pendekatan Teknis

6. Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan.

Pendekatan terhadap pola pikir pekerjaan adalah keterkaitan kegiatan proyek dengan

permasalahan yang ada serta sasaran yang ingin dicapai. Pendekatan kebijakan

diperlukan terutama yang berkaitan dengan kebijakan persampahan dan persampahan.

Pendekatan kelembagaan berhubungan dengan koordinasi antar instansi yang

dibutuhkan. Pendekatan teknis adalah kajian terhadap kriteria atau metode perhitungan

yang akan digunakan.

Sedangkan pendekatan pelaksanaan pekerjaan merupakan metode pelaksanaan

pekerjaan mulai tahap persiapan sampai penyelesaian akhir. Pada prinsipnya

penyusunan metodologi ini mengacu kepada Kerangka Acuan Kerja, Rapat Penjelasan

Teknis serta kemampuan dan pengalaman konsultan dalam mengerjakan proyek sejenis.

2.3. Pendekatan Pola Pikir Pemecahan Masalah

Pendekatan pola pikir pemecahan masalah yang diuraikan tidak dapat dipisahkan dari

permasalahan rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana dasar lingkungan di

wilayah studi, khususnya yang berkaitan dengan pelayanan sektor persampahan.

Permasalahan tersebut diantaranya diakibatkan ada pertumbuhan pendudukan yang

cukup pesat di wilayah studi (Kota Depok) serta masih rendahnya kesadaran dan

partisipasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan cara meningkatkan kinerja pelayanan

sektor persampahan secara berkelanjutan melalui pelaksanaan pekerjaan ini. Untuk

lebih jelasnya pendekatan pola pikir pemecahan masalah dapat dilihat pada Gambar 2.1

dibawah ini.

Page 14: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 3

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Gambar 2.1: Pola Pikir Pelaksanaan Pekerjaan

2.4. Pendekatan Penanganan Pekerjaan

2.4.1 Persoalan Pengelolaan Persampahan

Persoalan utama pada pengelolaan sampah terjadi karena beberapa hal, yaitu :

1. Peningkatan jumlah sampah secara signifikan akibat adanya perubahan gaya hidup

dan pola konsumsi masyarakat akibat terjadinya pertumbuhan ekonomi yang cukup

tinggi pada era orde baru (sebelum terjadi krisis moneter tahun 1997).

TINGKAT PELAYANAN

PERSAMPAHAN DI

WILAYAH STUDI

KAJIAN PENGELOLAAN

SAMPAH KOTA DEPOK

SASARAN

PENINGKATAN

PELAYANAN

PERSAMPAHAN STANDAR DAN

KRITERIA

KEBIJAKAN DI BIDANG

PERSAMPAHAN

PERTUMBUHAN

PENDUDUK DAN

PEREKONOMIAN DI

WILAYAH STUDI

KEBUTUHAN

PENINGKATAN

PELAYANAN

PERSAMPAHAN

REDUKSI SAMPAH DARI

SUMBER DAN DI LOKASI

SPA/ TPS/TRANSFER

DEPO

Page 15: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 4

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

2. Terjadi pertumbuhan penduduk yang tinggi di daerah perkotaan yang membutuhkan

penanganan sampah secara kolektif. Pengelolaan secara individu (dalam arti

menimbun dan membakar) semakin tidak layak untuk lingkungan perkotaan.

3. Pertumbuhan jumlah sampah tidak diimbangi dengan pertumbuhan pendapatan

yang berasal dari masyarakat penghasil sampah untuk mendanai/membiayai

pengelolaan sampah perkotaan. Selain itu, anggaran pengelolaan persampahan yang

berasal dari Pemerintah tidak mencukupi untuk memenuhi standard pelayanan yang

diperlukan.

4. Ketersediaan lahan untuk TPA sampah yang memenuhi persyaratan (teknis,

lingkungan, sosial budaya, legalitas kepemilikan, dan aspek keuangan) semakin

terbatas.

5. Peningkatan kemampuan lembaga/institusi pengelola persampahan berjalan dengan

lambat sehingga tidak mampu mengantisipasi persolan yang timbul di masyarakat.

2.4.2 Paradigma Baru Pemerintah Indonesia

Reformasi telah mengakibatkan terjadinya paradigma baru Pemerintahan di Indonesia.

Adapun paradigma baru tersebut antara lain adalah :

1. Demokratisasi dan Keterbukaan

Terjadi perubahan yang menginginkan diberlakukannya prinsip demokrasi dan

keterbukaan pada pemerintahan di Indonesia. Konsekuensinya adalah tuntutan

pemenuhan kepentingan masyarakat semakin kuat dan proses pemenuhan tersebut

diminta dilaksanakan secara transparan. Pengaruh lainnya adalah masyarakat

semakin memahami haknya, salah satu adalah hak untuk mendapatkan lingkungan

hidup yang layak untuk ditempati, dan menuntut Pemerintah untuk memenuhi

kebutuhan tersebut.

2. Otonomi Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah memberikan tanggung jawab yang semakin besar

kepada Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang salah

satu diantaranya adalah pengelolaan persampahan. Selain pendelegasian

(penyerahan) tanggung jawab tersebut, Pemerintah Daerah juga mendapat

tambahan pendapatan dari pembagian pendapatan yang selama ini dikuasai oleh

Pemerintah Pusat. Pembagian pendapatan tersebut secara bersamaan juga akan

Page 16: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 5

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

diikuti dengan peningkatan beban pembiaayaan pengelolaan sarana yang selama ini

dibiayai oleh Pemerintah Pusat.

3. Pemberdayaan Masyarakat

Salah satu hasil dari reformasi adalah gerakan pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat akan menyebabkan masyarakat semakin menyadari hak

dan tanggung jawabnya. Akibatnya masyarakat mungkin saja akan menuntut

Institusi/ Lembaga pengelola persampahan jika merasa dirugikan/ pelayanan

kurang memuaskan (akibat diberlakukannya UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen).

2.4.3 paradigma baru pengelolaan sampah

Pendekatan yang akan digunakan konsultan dalam melaksanakan pekerjaan penyusunan

Rencana Induk Persampahan Kota Depok akan mengacu pada sistem REDUCE

(mengurangi), REUSE (menggunakan kembali), RECYCLE (mendaur ulang),

PARTICIPATION (melibatkan masyarakat) sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang

Undang No.18 Tahun 2008 tentang Persampahan.

2.5. Pendekatan Kebijakan

Secara lebih spesifik pendekatan yang akan dilakukan dalam Kajian Pengelolaan Sampah

di Kota Depok ini, meliputi :

1. Pendekatan terhadap Peraturan PerUndang-Undangan/Kebijakan yang berlaku baik

ditingkat Pusat maupun di tingkat Daerah. (seperti : RUTRK, RTRW dan lain

sebagainya yang relevan).

2. Millenium Development Goal (2015).

3. National Action Plan Persampahan

4. Ketentuan Teknis (SNI untuk perencanaan sampah perkotaan dan SNI UNJ 03-3241-

1994) tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah dan cara “Weighted Ranking

Technique”.

Page 17: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 6

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

2.6. Pendekatan Kelembagaan

Dalam melaksanakan pekerjaan ini Konsultan secara aktif akan melakukan koordinasi

dan membangun kerjasama yang erat dengan Tim Teknis Pemberi Tugas dan instansi lain

yang berkaitan dengan proyek ini. Pelaksanaan pendekatan kelembagaan dalam

kegiatan ini sangat diperlukan mengingat pertimbangan sebagai berikut :

1. Waktu pelaksanaan pekerjaan ini cukup singkat yaitu 4 (empat) bulan, dengan

demikian dibutuhkan kerjasama dan koordinasi yang cukup baik dari para pihak

yang terkait dengan pekerjaan ini khususnya yang dapat membantu menyediakan

data-data yang dibutuhkan.

2. Kegiatan penyusunan rencana induk persampahan sangat terkait dengan dengan

instansi lain, dengan demikian kegiatan ini dapat dijadikan sebagai sosialisasi

program dan meningkatkan kerjasama yang komprehensif dalam pengelolaan

persampahan di wilayah studi.

3. Diperkirakan instansi terkait di daerah memiliki rencana dan program pengelolaan

persampahan, dengan demikian kegiatan ini diharapkan dapat menjadi penguatan

program-program atau saling melengkapi dengan program-program lokal yang ada.

Dalam kaitannya dengan pendekatan kelembagaan ini, konsultan akan melakukan

kerjasama dan koordinasi dengan Pemberi Tugas/Pemimpin Proyek, Tim Teknis, dan

aparat di daerah, agar kebutuhan dan aspirasi daerah dapat diakomodasikan. Koordinasi

dan komunikasi dalam frekuensi yang tinggi akan sangat membantu kelancaran dan

keberhasilan perencanaan ini dan setiap permasalahan yang timbul akan dapat segera

diselesaikan.

Dengan seringnya berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pihak Pusat maupun daerah,

diharapkan akan memperlancar dan mempercepat dalam menyelesaikan permasalahan

yang mungkin akan terjadi. Survey lapangan dalam rangka mengidentifikasi

permasalahan pengelolaan sampah serta mengidentifikasi daerah genangan akan lebih

baik bila dilakukan bersama-sama dengan pihak daerah untuk menghindari kesalahan,

baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan nantinya.

Secara garis besar hal-hal yang perlu dikoordinasikan antara lain :

1. Menyamakan interpretasi tugas, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing

pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

2. Mendiskusikan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan khususnya pekerjaan survey

lapangan.

Page 18: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 7

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3. Merencanakan sistem komunikasi yang efektif dan terorganisir antara Konsultan dan

Pemberi Tugas/Tim Teknis serta semua instansi terkait.

4. Prosedur dan perizinan yang diperlukan dari Pemberi Tugas.

2.7. Pendekatan Teknis

1. Fisik Kota

Pendekatan terhadap daerah studi dalam hal ini Kota Depok sangat penting, untuk

mengetahui kondisi dan karakteristik kota. Dalam merencanakan sistem

pengelolaan persampahan harus mempertimbangkan topografi, hidrologi,

klimatologi dan geologi. Kemiringan tanah, tinggi muka air tanah termasuk pasang

surut air, kondisi sungai di saat musim kemarau dan musim hujan, temperatur dan

kelembaban pada musim hujan dan kemarau dan struktur lapisan tanah akan

dipelajari dan dipahami.

Termasuk dalam perencanaan lokasi Unit Pengolahan Sampah (UPS) yang

direncanakan sebanyak 60 unit sampai dengan tahun 2011.

a. Tahun 2007 sebanyak 13 UPS (eksisting);

b. Tahun 2008 sebanyak 20 UPS;

c. Tahun 2009 sebanyak 15 UPS;

d. Tahun 2010 sebanyak 15 UPS; dan

e. Tahun 2011 sebanyak 10 UPS.

2. Sosial Ekonomi

a. Kepemerintahan antara lain : struktur organisasi pemerintah kota, pembagian

dan batas wilayah kerja administrasi kota serta luas masing-masing wilayah.

b. Demografi, meliputi jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk per tahun

dan kepadatan penduduk. Perkiraan laju pertumbuhan dan arah penyebaran

penduduk dari tahun ke tahun didasarkan pada data aktual dan rencana kota

menurut RUTRK/Renstra, dsb.

c. Data demografi ini akan diambil dari data statistik Kota Depok edisi terakhir.

Page 19: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 8

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

d. Distribusi kegiatan lokasi proyek, terdiri dari beberapa sektor antara lain

pertanian, perdagangan, peternakan, pegawai, buruh dan tata guna lahan

dalam berbagai kategori.

e. Prasarana dan Sarana Umum yang dimiliki oleh Kota Depok antara lain :

jaringan listrik, air minum, telepon dan alat transportasi.

f. Fasilitas yang dimiliki Kota Depok, seperti : pertokoan, perniagaan,

hotel/losmen, rumah sakit/kesehatan, perkantoran, pendidikan, tempat

ibadah/sosial, perumahan dan sebagainya. data-data ini diperlukan untuk

menentukan jumlah/kapasitas dan jenis sampah dan juga diperlukan untuk

menentukan skala pengelolaan individual dan komunal.

g. Pendapatan masyarakat per rumah tangga diperlukan untuk menentukan tarif

retribusi sampah yang akan diusulkan.

h. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah saat ini dan perkiraan di tahun

mendatang.

3. Kesehatan Masyarakat

Tingkat kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan.

Untuk mendapatkan lingkungan yang bersih, tergantung oleh tersedianya fasilitas

sanitasi yang baik dan memadai. Selain itu juga perlu ditunjang oleh kemampuan

masyarakat dalam menciptakan dan menjaga kebersihan.

4. Rencana Pengembangan Kota

Rencana Strategis, Rencana Induk Kota dan Rencana Umum Tata Ruang Kota yang

dimiliki oleh Pemerintah Kota Depok akan menjadi acuan bagi penyusunan

perencanaan teknis dan manajemen persampahan ini dapat terintegrasi dengan

rencana pengembangen sarana dan prasarana lainnya.

Arah dan sasaran pembangunan kota, potensi yang dikembangkan di waktu

mendatang, berbagai sektor ekonomi yang meliputi kegiatan usaha dengan

berbagai kegiatan pelayanan dan lingkungan hidup serta permasalahannya

merupakan salah satu faktor penting dalam proses penyusunan studi ini.

Demikian juga halnya dengan rencana pengembangan fasilitas kota termasuk

sarana dan prasarana pengelolaan pesampahan.

Page 20: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 9

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5. Sistem Pengelolaan Eksisting

Pengelolaan persampahan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

komponen yang saling berinteraksi dan membentuk satu kesatuan yang mempunyai

satu tujuan. Bentuk interaksi ini mempunyai ketentuan dan peraturan. Komponen

yang mempunyai bentuk tersebut di atas disebut subsistem. Subsistem tersebut

adalah:

a. Organisasi dan Manajemen

b. Teknik Operasional

c. Pembiayaan dan Retribusi

d. Ketentuan dan Peraturan

2.8. Pengelolaan Persampahan

2.8.1 Kegiatan Operasional

Pengelolaan persampahan kota - kota di Indonesia mempunyai pola yang hampir sama.

Ditinjau dari segi teknik operasionalnya, pengelolaan persampahan meliputi kegiatan

pewadahan sampai dengan pembuangan akhir.

Operasi bersifat integral dan terpadu karena setiap proses tidak dapat berdiri sendiri,

melainkan saling pengaruh mempengaruhi secara berantai.

Adapun urutan kegiatan sistem operasional pengelolaan persampahan secara umum

adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan pewadahan sampah

2. Kegiatan pengumpulan sampah

3. Kegiatan pemindahan sampah

4. Kegiatan pengangkutan sampah

5. Kegiatan pengelolaan sampah

6. Kegiatan pembuangan akhir

Page 21: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 10

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

A. Pewadahan Sampah

Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum di

kumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Tujuan utama dari pewadahan adalah untuk menghindari terjadinya sampah yang

berserakan sehingga mengganggu lingkungan dari segi kesehatan, kebersihan dan

estetika.

Gambar 2.2: Skema Kegiatan Operasional Persampahan

Pewadahan dapat dikelompokkan sebagai pewadahan individual serta pewadahan

komunal (yang merupakan bagian dari proses pengumpulan). Pewadahan individual

dimaksudkan untuk menampung sampah dari masing-masing sumber sampah, sesuai

dengan sistem/ pola pengumpulan yang diterapkan, dimana setiap rumah tangga

harus tetap mempunyai pewadahan individual.

Cara-cara ataupun sistem pewadahan sampah dikelola dengan baik oleh setiap

pemilik persil pada daerah-daerah pelayanan merupakan faktor penunjang

keberhasilan operasi pengumpulan sampah. Tujuan dari pewadahan akan tercapai

apabila orang mau membuang sampah kedalamnya, dan pewadahan tersebut

mampu mengisolasi sampah terhadap segala sesuatu di sekitarnya.

TIMBULAN SAMPAH

PENGUMPULAN

PEMBUANGAN AKHIR

SAMPAH

PEMINDAHAN DAN

PENGANGKUTAN

PENGOLAHAN / UPS

PEWADAHAN

Page 22: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 11

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Untuk itu hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain pewadahan adalah

sifat, bahan, warna, volume dan konstruksinya, yang harus memenuhi persyaratan

praktis, ekonomis, estetis dan higienis.

Secara umum, bahan pewadahan sampah harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Awet dan tahan air (kedap air)

b. Mudah untuk diperbaiki

c. Ekonomis, mudah diperoleh/ dibuat oleh masyarakat

d. Ringan dan mudah diangkat sehingga tidak melelahkan petugas dalam proses

pengumpulan

e. Penggunaan warna yang menarik dan menyolok

Adapun kriteria penentuan ukuran (volume) pewadahan sampah biasanya

ditentukan berdasarkan:

a. Jumlah penghuni dalam suatu rumah

b. Tingkat hidup masyarakat

c. Frekuensi pengambilan/ Pengumpulan sampah

d. Sistem pelayanan, individual atau komunal

Berdasarkan tempat sumber timbulannya, bahan dan jenis wadah sampah padat

diuraikan sebagai berikut:

a. Sampah rumah tangga wadahnya dapat berupa:

1) Tong/bin dari plastik/ fiberglas

2) Tong/bin dari kayu

3) Container besi

4) Kantong plastik

5) Kantong kertas

b. Sampah toko/restoran wadahnya berupa :

1) Tong/bin dari plastik/ fiberglas

2) Tong/bin dari kayu

Page 23: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 12

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3) Container besi

4) Kantong plastik

c. Sampah kantor/ bangunan gedung wadahnya berupa :

1) Bak tembok

2) Container besi

3) Kantong plastik besar

Cara pengambilan wadah sampah dapat dilakukan dengan cara manual atau secara

mekanik. Oleh karena itu perlu ditetapkan suatu standarisasi ukuran dan bentuk

serta perlengkapannya. Ukuran wadah menggunakan tenaga orang (manual)

misalnya harus dirancang sedemikian rupa sehingga mudah diangkat dan beratnya

diperhitungkan mampu bagi seseorang untuk mengangkatnya. Sedangkan wadah

yang menggunakan tenaga mekanik, ukuran dan berat penuhnya disesuaikan

dengan spesifikasi kendaraan angkutannya (load-haul atau compactor truck).

Lokasi penempatan wadah pada umumnya belum seragam. Untuk wadah sampah

yang pengambilannya menggunakan tenaga orang, lokasi ada yang ditempatkan di

depan rumah, di belakang rumah, di tepi trotoar jalan, dan sebagainya. Demikian

pula cara penempatannya ada yang ditempatkan di udara terbuka dan ada yang

diberi alat pelindung/ atap.

B. Pengumpulan Sampah

Yang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah yaitu cara atau proses

pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/ penampungan sampah dari

sumber timbulan sampah sampai tempat pengumpulan sementara/ stasiun

pemindahan atau sekaligus diangkut ke tempat pembuangan akhir.

Pengambilan sampah dilakukan setiap waktu sesuai dengan periodesasi tertentu.

Periodesasi biasanya ditentukan berdasarkan waktu pembusukkan sampah, yaitu

kurang lebih berumur 2 – 3 hari, yang berarti pengumpulan sampah dilakukan

maksimal setiap 3 hari sekali. Makin sering semakin baik, namun biasanya

operasinya lebih mahal.

Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas kebersihan Kota atau swadaya

masyarakat (pemilik sampah, badan swasta atau RT/RW). Pengikut sertaan

Page 24: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 13

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

masyarakat dalam pengelolaan sampah banyak ditentukan oleh tingkat kemampuan

pihak kota dalam memikul beban masalah persampahan kotanya.

Termasuk dalam pekerjaan pengumpulan adalah penyapuan jalan dan pembersihan

selokan. Pengawasan akan mutu pekerjaan ini cukup penting terutama

pembersihan selokan pada musim penghujan, sehubungan dengan pencegahan

banjir.

Sistem atau cara pengumpulan sampah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain:

a. Peraturan-peraturan/ aspek legal pada daerah setempat

b. Kebiasaan masyarakat (budaya)

c. Karakteristik lingkungan fisik dan sosial ekonominya

d. Kedaan khusus setempat

e. Kepadatan dan penyebaran penduduk

f. Rencana penggunaan lahannya

g. Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pembuangan

h. Lokasi pembuangan akhirnya

i. Biaya yang tersedia

C. Pemindahan Sampah

Proses pemindahan terdapat pada pengelolaan sampah dengan pengumpulan

secara tidak langsung. Proses ini diperlukan karena kondisi daerah pelayanan tidak

memungkinkan untuk diterapkan pengumpulan dengan kendaraan truk secara

langsung. Disamping itu juga proses ini akan sangat membantu efisiensi proses

pengumpulan. Pekerjaan utama pada proses ini yaitu memindahkan sampah hasil

pengumpulan ke dalam truk pengangkut.

Mengingat tingkat kemampuan daya tempuh gerobak yang relatif pendek, maka

lokasi pemindahan umumnya terletak tidak jauh dari sumber sampah, masalah

yang perlu diperhatikan adalah pengaruhnya daerah sekitar dalam hal kebersihan

dan kesehatan lingkungan.

Page 25: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 14

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Lokasi pemindahan letaknya sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi truk

pengangkut untuk memasuki dan keluar dari pemindahan. Pemindahan sampah ke

dalam truk pengangkut dapat dilakukan secara manual, mekanis atau campuran,

tergantung dari tipe kendaraan pengangkutnya. Pengisian container dilakukan

secara manual oleh petugas pengumpul, sedangkan pengangkatan container ke atas

truck dilakukan secara mekanis (load-haul dan compactor truck).

Lokasi pemindahan dapat bersifat terpusat (pola transfer depo) atau tersebar.

Fungsi lokasi pemindahan terpusat: proses pemindahan, penyimpanan alat,

perawatan ringan, proses pengendalian (desentralisasi). Sedangkan fungsi lokasi

pemindahan tersebar: proses pemindahan dan penyimpanan alat.

D. Pengangkutan Sampah

Yang dimaksud dengan pengangkutan sampah dalam hal ini adalah kegiatan

pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan ditempat penampungan sementara

(transfer station) atau langsung dari tempat sumber sampah ketempat pembuangan

akhir (TPA).

Keberhasilan kegiatan penanganan sampah adalah tergantung pada baiknya

kegiatan/ sistim pengangkutan sampah yang diterapkan. Sarana yang digunakan

adalah kendaraan truck dengan berbagai tipe/ jenis, sehingga merupakan kegiatan

yang membutuhkan dana/ investasi yang paling besar dibandingkan dengan

kegiatan pengumpulan dan pembuangan akhir.

Pekerjaan pengangkutan pada pokoknya membawa sampah makin menjauhi daerah

sumber. Arah pengangkutan biasanya relatif jauh keluar kota. Dasar alasan adalah

kemungkinan adanya rencana pengembangan kota masalah pengangkutan biasanya

timbul seiring dengan keharusan truk melewati jalan-jalan dalam kota. Kenyataan

memperlihatkan bahwa tidak semua jalan sesuai untuk dilewati truk tanpa

menimbulkan gangguan pada kelancaran lalu lintas.

Jalan yang tidak sesuai dari segi lebarnya biasanya ditambah dengan tingkat

kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi. Kondisi truk, terutama saat melewati jalan

ramai, cukup berpengaruh terhadap kenyamanan disekitarnya. Kesan kotor

biasanya terjadi karena tetesan air dan hamburan material sampah selama

perjalanan.

Page 26: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 15

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

2.8.2 Pola Teknis Operasional

Pewadahan

Pola pewadahan terdiri dari :

a. Pewadahan Individual

Bentuk pewadahan yang dipakai banyak tergantung selera dan kemampuan

pengadaannya dari pemiliknya, mulai dari pengadaan sampai penggunaannya

dilakukan secara pribadi. Ciri utama dalam penanganan selanjutnya adalah

digunakan sistem pengumpulan dari rumah ke rumah. Petugas akan langsung

mendatangi tiap rumah untuk mengumpulkan sampahnya.

b. Komunal

1) Diperuntukan bagi daerah pemukiman sedang/kumuh, taman kota, jalan,

pasar. Bentuknya banyak ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena

sifat penggunaannya adalah umum, alasan utama digunakannya pola ini

adalah kesulitan petugas dalam mencapai tempat sampah di setiap titik

sumber, juga termasuk kesulitan utama adalah kondisi jalan (sangat

sempit, tidak dapat dilalui kendaraan pengumpul, sibuk sepanjang hari,

dan sebagainya). Agar memudahkan dalam penanganan selanjutnya maka

tempat sampah komunal umumnya ditempatkan di tepi jalan besar, pada

suatu lokasi yang strategis terhadap penggunaannya. Penduduk akan

membawa sampahnya untuk dibuang ke tempat sampah komunal dan

pengumpulan pun dilakukan oleh petugas dari tempat ini.

2) Pada pola pewadahan komunal, setiap rumah tangga tetap harus memiliki

pewadahan individual, yang pada periode tertentu dibuang sendiri oleh

pemilik rumah ke wadah komunal.

3) Pada beberapa literatur, pewadahan diklasifikasikan termasuk dalam

proses pengumpulan, karena memang sarana pewadahan sangat berkaitan

erat dengan proses pengumpulan, baik desain, kapasitas alatnya maupun

pola yang diterapkan.

Pengumpulan

Pola pengumpulan sampah umumnya dapat dibagi atas:

a. Individual langsung

Page 27: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 16

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

b. Individual tidak langsung

c. Komunal langsung

d. Komunal tidak langsung

1. Pola individual langsung

Yaitu proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan

sampah masing-masing sumber sampah dan diangkut langsung ke TPA,

tanpa melalui proses pemindahan. Persyaratan:

Kondisi topografi bergelombang (rata-rata > 8%) sehingga alat pengumpul

non mesin sulit beroperasi

Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan

lainnya.

Kondisi dan jumlah alat memungkinkan

Jumlah timbulan sampah besar (>0,5 m3/hari)

2. Pola individual tidak langsung

Yaitu proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan sampah

masing-masing sumber sampah dan diangkut ke TPA dengan sarana pengangkut

melalui proses pemindahan. Pola ini dapat mengurangi ketergantungan

kebutuhan alat angkut (truk), tetapi membutuhkan kemampuan pengendalian

personil dan alat yang lebih kompleks. Pola ini baik untuk daerah dengan

partisipasi aktif masyarakat yang rendah. Dan alat pengumpul masih mampu

menjangkau sumber secara langsung. Pola ini membutuhkan persyaratan sebagi

berikut:

Memungkinkan pengadaan lokasi pemindahan

Bila menggunakan alat pengumpul non mesin (gerobak, becak), maka

dibutuhkan kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 8%)

Lebar jalan yang memungkinkan dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu

pemakai jalan lainnya.

Organisasi harus siap dengan sistem pengendalian

Page 28: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 17

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3. Pola komunal langsung

Yaitu proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan sampah

dari masing-masing titik pewadahan komunal, langsung diangkut ke TPA tanpa

melalui proses pemindahan. Pola ini merupakan alternatif bila alat angkut

terbatas, lokasi merupakan timbulan sampah-sampah sulit dijangkau oleh

pelayanan alat pengumpul non mesin (gerobak), kemampuan pengendalian

personil dan peralatan relatif rendah, alat pengumpul sulit menjangkau

sumber-sumber sampah. Pola ini mempunyai prasyarat:

Peran serta aktif masyarakat tinggi

Wadah komunal dirancang sesuai dengan kondisi, ditempatkan sesuai

dengan kebutuhan dan di lokasi yang mudah dijangkau oleh alat

pengangkut (truk).

4. Pola komunal tidak langsung

Yaitu proses penanganan persampahan dengan cara mengumpulkan sampah

dari titik pewadahan komunal, dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan

gerobak), lalu diangkut ke TPA menggunakan alat angkut truk. Pola ini

membutuhkan prasyarat :

Peran serta aktif masyarakat tinggi

Wadah komunal dan alat pengumpul dirancang sesuai dengan kondisi,

ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dilokasi yang mudah dijangkau alat

pengumpul

Memungkinkan pengadaan lokasi pemindahan

Bila menggunakan alat pengumpul non mesin (gerobak), maka dibutuhkan

kondisi topografi yang relatif datar (rata-rata < 8%)

Lebar jalan yang memungkinkan dilalui alat pengumpul tanpa menganggu

pemakai jalan lainnya

Organisasi harus siap dengan sistem pengendalian

Pemindahan

Kegiatan pemindahan terdapat pada pola pengumpulan tak langsung, yaitu

pengumpulan oleh alat bukan jenis truk. Sampah dari alat pengumpul (gerobak/

Page 29: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 18

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

sejenisnya) harus dipindahkan ke truk pengangkut untuk dibawa ke lokasi

pembuangan akhir.

Berdasarkan kondisi dan fungsinya pemindahan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu

terpusat dan tersebar.

Pola pemindahan terpusat dimaksudkan sebagai sentralisasi proses pemindahan dan

merupakan pos pengendali operasional, apabila sulit mendapatkan lahan kosong

untuk lokasi pemindahan, maka lokasi pemindahan dapat tersebar, tetapi

akibatnya kurang dapat dikendalikan.

Selain itu, lokasi pemindahan dapat berfungsi pula sebagai penyimpan sarana

kebersihan, seperti gerobak dan peralatan lainnya, tanpa perawatan alat dan

sebagainya.

Lokasi pemindahan dapat berbentuk:

1. Pelataran berdinding (transfer depo)

Ukuran panjang dan lebar dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan

keluar masuk dan pemuatan truk. Bila pemuatan tidak langsung dilakukan dari

gerobak, maka harus tersedia tempat khusus penimbunan sampah sementara.

Dinding dibuat cukup tinggi sehingga dapat berfungsi sebagai isolator terhadap

daerah sekitarnya. Memudahkan keluar masuk dan pemuatan truk isolasi

bertujuan menghilangkan kesan kotor dari kerja pemindahan.

2. Container muat (load- haul)

Berupa container yang umumnya bervolume 8 - 10m3, gerobak langsung

menumpahkan muatannya ke dalam container ini. Setelah penuh maka

container ini akan dibawa ke lokasi pembuangan akhir. Metoda ini

membutuhkan biaya modal yang cukup besar karena dibutuhkan truk dengan

tipe khusus (load-haul truck).

Pengangkutan

Fase pengangkutan merupakan tahapan membawa sampah dari lokasi pemindahan

atau langsung dari sumber sampah menuju ke TPA.

Page 30: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 19

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Hal yang penting dalam proses pengangkutan adalah penentuan route

pengangkutan, berupa penetapan titik pengambilan, jadwal operasi dan pola

pengangkutan.

Untuk menentukan route pengangkutan sampah tersebut dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Penentuan titik pengambilan

b. Untuk menentukan titik pengambilan perlu adanya peta daerah pelayanan dan

peta timbunan sampah.

c. Peta derah pelayanan menunjukkan batas daerah yang akan dilayani saat ini

dan kemungkinan pengembangannya yang memuat data-data antara lain:

1) Luas wilayah kota

2) Luas daerah yang dilayani

3) Jumlah penduduk yang dilayani

4) Jumlah sampah yang harus dilayani setiap hari

d. Peta timbulan sampah menunjukan lokasi pengumpul/ timbunan sampah yang

harus dilayani oleh para petugas kebersihan, antara lain:

1) Lokasi stasion pemindahan/ TPS

2) Lokasi container besar

3) Lokasi daerah pertokoan

4) Lokasi bangunan besar/ khususnya yang diperkirakan timbulan sampah

lebih 1m3 misalnya rumah sakit, hotel, pusat perbelanjaan kantor-kantor

besar dan lain-lain.

e. Pada titik pengumpul tersebut jumlah volume sampah yang harus diangkut

setiap hari dari setiap daerah pelayanan dapat diketahui. Juga route

angkutannya dapat direncanakan.

Page 31: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 20

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Gambar 2.3: Pola Teknis Operasional

Compactor Truck Dump Truck Arm Roll Truck

Dump Truck

Gerobak sampah 1m3 Gerobak sampah 1m3

Bin/tong 40 lt Container 5m3 Comunal Container 1m3

Kantong Plastik ± 30 ltGerobak comunal 1m3

POLA INDIVIDUAL LANGSUNG POLA INDIVIDUAL TIDAK

LANGSUNG

POLA COMUNAL LANGSUNG

POLA COMUNAL TIDAK LANGSUNG

Sumber Timbulan Sampah

TPA

Page 32: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 21

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

1. Jadwal Operasi

Jadwal kegiatan pelayanan harus ditetapkan sedemikian rupa agar operasi

pengangkutan sampah dapat berjalan secara teratur. Hal ini disamping untuk

memberikan gambaran kualitas pelayanan juga untuk menetapkan jumlah

kebutuhan tenaga dan peralatan, sehingga biaya operasi dapat diperkirakan.

Selain itu dengan frekuensi pelayanan yang teratur akan memudahkan bagi

para petugas untuk melaksanakan tugasnya.

Pengaturan jam operasional tersebut harus disesuaikan dengan:

1) Jumlah timbulan sampah yang harus diangkat setiap hari

2) Jumlah kendaraan dan tenaga serta kapasitas kendaraan

3) Sifat daerah pelayanan

4) Waktu yang diperlukan tiap rit kendaraan

Dengan pengaturan jam kerja ini, operasi pengumpulan dan pengangkutan

sampah dapat berjalan tertib dan teratur, sehingga mudah dilakukan

pengontrolan terhadap kebersihan kota.

Pengaturan kerja tersebut termasuk juga:

1) Pengaturan penugasan

2) Pengaturan kewajiban bagi para petugas untuk membersihkan kendaraan

3) Kewajiban bagi para petugas untuk melaporkan hasil operasinya, sehingga

volume sampah yang terangkut setiap pengangkutan dapat diketahui.

2. Pola Pengangkutan

Pola pengangkutan sampah yang dialkukan dengan sistem stasiun pemindahan

(transfer depo), proses pengangkutan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Kendaraan angkutan keluar dari pool langsung menuju lokasi pemindahan

transfer depo untuk mengangkut sampah langsung ke TPA

Dari TPA, kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan

pada rit berikutnya.

Untuk pengumpulan sampah dengan sistem container pola pengangkutan

adalah sebagai berikut:

Page 33: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 22

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

1) Sistim container yang diangkut

Kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama

untuk mengambil/ mengangkut sampah langsung ke TPA. Dari TPA

kendaraan tersebut dengan container kosong kembali ke lokasi pertama

tadi untuk menurunkan container tersebut, dan kemudian menuju ke

lokasi ke dua untuk mengambil container yang berisi untuk diangkut ke

TPA dan selanjutnya mengembalikan container kosong tersebut ketempat

semula. Demikian seterusnya sampai pada shift terakhir.

2) Sistim container yang diganti

Kendaraan keluar dari pool dengan membawa container kosong menuju

ke lokasi container pertama untuk mengambil/ mengganti container yang

berisi sampah dan langsung membawanya ke TPA. Dari TPA kendaraan

tersebut dengan container kosong kembali menuju lokasi container kedua

dan kemudian menurunkan container kosong tersebut sekaligus

mengambil container yang telah penuh untuk dibawa ke TPA. Demikian

seterusnya sampai pada shift terakhir.

3) Sistim container tetap

Penyerapan sistim ini biasanya untuk kontainer kecil serta alat angkut

berupa truck compactor. Kendaraan keluar dari pool langsung menuju ke

lokasi container pertama dan mengambil sampahnya untuk dituangkan ke

dalam truck compactor dan diletakkan kembali container yang kosong itu

ketempat semula, kemudian kendaraan langsung ke lokasi container

kedua mengambil sampahnya dan meninggalkan container dalam keadaan

kosong dan seterusnya jika kapasitas truk sudah penuh, kendaraan

langsung menuju ke lokasi pembuangan akhir.

Page 34: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 23

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Gambar 2.4: Sistim Container yang diangkut

Gambar 2.5: Sistim Container yang diganti

Gambar 2.6: Sistim Container tetap

B e r i s i

TPA

K o s o n g

TPA

K o s o n g B e r i s i

TPACompactor Truck

Page 35: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 24

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

2.8.3 Peralatan Operasional Persampahan

Peralatan Pewadahan

1. Individual

Bentuk pewadahan yang dipakai banyak tergantung selera dan kemampuan

pengadaannya dari pemiliknya secara umum adalah:

Bentuk : Kotak, Silinder, Kantung, Container

Sifat : Bersatu dengan tanah, dapat diangkat

Bahan : Pasangan bata, logam, plastik, alternatif bahan harus bersifat kedepan terhadap air, panas matahari, tanah diperlakukan kasar mudah dibersihkan.

Ukuran : 10 – 50 liter untuk pemukiman., toko kecil 100-500 liter untuk kantor, toko besar, hotel, rumah makan

Pengadaan : Pribadi, swadaya masyarakat, instansi pengelola

2. Komunal

Diperuntukan bagi daerah pemukiman sedang/ kumuh, taman kota, jalan,

pasar. Bentuknya banyak ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena sifat

penggunaannya adalah umum. Karakteristiknya adalah:

Bentuk : Kotak, Silinder, Kantung, Container

Sifat : Bersatu dengan tanah, dapat diangkat

Bahan : Pasangan bata, logam, plastik, alternatif bahan harus bersifat kedepan terhadap air, panas matahari, tanah diperlakukan kasar mudah dibersihkan.

Ukuran : 10 – 100 liter untuk pinggir jalan taman, 100-500 liter untuk pemukiman dan pasar

Pengadaan : Pemilik, badan swasta (sekaligus sebagai usaha promosi hasil produksi, instansi pengelola).

Adapun jenis-jenis peralatan pewadahan yang umum terdapat di kota-kota di

Indonesia adalah:

1) Kantong plastik, 30 – 50 liter

2) Bin plastik/ keranjang tertutup, 40 – 50 liter

3) Tong kayu, 40 – 60 liter

4) Bin plastik (tertutup dengan roda), 120 liter

5) Bin plastik permanen, 70 liter

6) Bin plat besi tertutup, 100 liter

Page 36: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 25

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

7) Bak sampah permanen, ukuran variasi

8) Kontainer, volume 1,0 m3

Peralatan Pengumpulan dan Pemindahan

Peralatan pengumpulan dan pemindahan sampah dapat bermacam-macam

tergantung sistem pewadahan dan pengumpulan yang diterapkan. Pada daerah

pelayanan tertentu peralatan pengumpulan dapat sekaligus sebagai peralatan

pengangkutan (truk).

Adapun peralatan yang telah disesuaikan berdasarkan daerah timbulan sampahnya

dan telah lazim digunakan dalam sistem pengumpulan sampah yaitu:

1. Daerah perumahan/ pemukiman teratur:

Gerobak dorong, dimana sampahnya kemudian dikumpulkan pada tempat

pengumpulan sementara (transfer depo) dan container.

2. Perumahan yang belum teratur (slump area)

Container komunal, gerobak dan transfer komunal, transfer station atupun truk

pemadat (compactor truck).

3. Daerah Pasar/ Komersial

Untuk daerah pasar/ komersial dapat digunakan langsung truk sampah atau

container.

4. Daerah Pertokoan

Untuk daerah pertokoan dapat digunakan beberapa cara:

1) Digunakan gerobak dorong dan transfer station atau container

2) Digunakan container komunal

3) Digunakan langsung truck sampah

Peralatan Pengangkutan

Peralatan pengangkutan sampah antara lain:

a. Truck biasa

b. Dump Truck (Tipper Truck)

c. Compactor Truck

Page 37: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 26

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

d. Arm Roll Truck

e. Multi Loader Truck

f. Transfer Trailer

Penggunaan jenis-jenis truk ini tergantung dari sistim pewadahan, pengumpulan

dan pemindahannya.

2.9. Pemilihan Sistem Dan Peralatan Operasional Persampahan

2.9.1 Umum

Pemilihan sistem dan pemilihan peralatan operasional persampahan saling berkaitan

erat. Pemilihan jenis peralatan pada masing-masing komponen operasional sangat

tergantung dari sistem atau pola operasional yang digunakan. Demikian pula pemilihan

sistem operasional sangat tergantung pada kondisi fisik, sosial dan ekonomi daerah

setempat.

2.9.2 Pewadahan

Penentuan segi baik dan buruknya suatu bentuk pewadahan dinilai dari hubungannya

sebagai pendukung pekerjaan penanganan berikutnya, yaitu pengumpulan, pekerjaan ini

umumnya dilakukan oleh petugas kota atau swadaya masyarakat. Para petugas dituntut

untuk menyelesaikan pekerjaan dengan target yang telah ditentukan. Efektifitas kerja

harus tinggi dan dilakukan melalui efisiensi waktu, untuk mencapai target tersebut.

Sehubungan dengan hal ini maka cara pewadahan harus dapat memberikan kemudian

dalam pekerjaan pengumpulan.

2.10. Pembuangan Akhir Sampah Dan Pengolahan

2.10.1 Umum

Tujuan pembuangan akhir sampah adalah untuk memusnahkan sampah domestik atau

yang diklasifikasikan sejenis ke suatu tempat pembuangan akhir dengan cara sedemikian

rupa sehingga tidak – atau seminimal mungkin menimbulkan gangguan terhadap

lingkungan antara (intermediate treatment) maupun tanpa diolah terlebih dahulu.

Page 38: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 27

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Kegiatan operasional di pembuangan akhir pada dasarnya merupakan:

1. Kegiatan yang merubah bentuk lahan

2. Kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan dan kemerosotan sumber daya lahan,

air dan udara.

2.10.2 Pembuangan Akhir

Yang dimaksud dengan pembuangan akhir adalah cara yang digunakan untuk

memusnahkan sampah padat dari hasil kegiatan pengumpulan dan pengangkutan mapun

sampah padat hasil buangan kegiatan pengelolaan sampah itu sendiri.

Ada 2 cara pembuangan akhir, yaitu:

1) Open Dumping

2) Landfill, yang dapat dibedakan lagi atas:

a) Sistim Controlled Landfill

b. Sistim Sanitary Landfill

Open Dumping

Dilakukan dengan cara sampah dibuang begitu saja di tempat pembuangan akhir

(TPA) dan dibiarkan terbuka sampai pada suatu saat TPA penuh dan pembuangan

sampah dipindahkan ke lokasi lain atau TPA yang baru.

Untuk efisiensi pemakaian lahan, biasanya dilakukan kegiatan perataan sampah

dengan menggunakan dozer atau perataan dapat juga dilakukan dengan tenaga

manusia.

Keuntungan:

a. Operasi sangat mudah

b. Biaya operasi dan perawatan murah

c. Biaya investasi TPA relatif murah

Kerugian:

a. Timbul pencemaran udara oleh gas, debu dan bau

Page 39: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 28

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

b. Cepat terjadi proses timbulnya leachate, sehingga menimbulkan pencemaran

air tanah

c. Sangat mendorong tumbuhnya sarang-sarang vektor penyakit (tikus, lalat,

nyamuk dan serangga lain).

d. Mengurangi estetika lingkungan.

Landfill

Merupakan perbaikan dari pada cara open dumping yaitu dengan menambahkan

lapisan tanah penutup di atas sampah.

a. Sistem Controlled Landfill

Dilakukan dengan cara sampah ditimbun, diratakan dan dipadatkan kemudian

pada kurun waktu memperkecil pengaruh yang merugikan terhadap lingkungan.

Bila lokasi pembuangan akhir telah mencapai akhir usia pakai, seluruh

timbunan sampah harus ditutup dengan lapisan tanah.

Diperlukan persediaan tanah yang cukup sebagai lapisan tanah penutup.

Keuntungan:

1) Dampak negatif terhadap estetika lingkungan sekitarnya dapat dikurangi

2) Kecil pengaruhnya terhadap estetika lingkungan awal

Kerugian:

1) Operasi relatif lebih sulit dibanding open dumping

2) Biaya investasi relatif lebih besar dari pada open dumping

3) Biaya operasi dan perawatan relatif lebih tinggi dari pada open dumping

b. Sistem Sanitary Landfiil

Adalah sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah

ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan

penutup. Hal ini dilakukan terus menerus secara berlapis-lapis sesuai rencana

yang telah ditetapkan.

Pekerjaan pelapisan sampah dengan tanah penutup dilakukan setiap hari pada

akhir jam operasi. Diperlukan persediaan tanah yang cukup untuk menutup

timbunan sampah.

Page 40: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 29

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Keuntungannya adalah pengaruh timbunan sampah terhadap lingkungan

sekitarnya relatif lebih kecil dibanding sistem controlled landfill.

2.11. Survey Dan Analisa Kualitas Lingkungan

Survey dan Analisa kualitas lingkungan merupakan bagian dari tahapan kegiatan Studi

kelayakan lokasi Unit Pengolahan Sampah akan dibangun oleh Pemerintah Kota Depok.

Dimana komponen lingkungan menjadi salah satu pertimbangan kelayakan lokasi

pembangunannya.

2.11.1 Kualitas Udara dan Kebisingan

Pengumpulan Data

Parameter kualitas udara yang akan diukur adalah : debu, NOx, SO2, CO, HC, selain

itu dilakukan pengukuran intensitas kebisingan.

Secara singkat data iklim dan Kualitas Udara yang akan dikumpulkan adalah

sebagai berikut:

a. Wilayah telaah : daerah studi rencana pembangunan Unit Pengolahan Sampah

(UPS)

b. Paramater: temperatur, curah hujan, jumlah hari hujan

Tabel 2.1: Ringkasan Wilayah Telaah Kualitas Udara dan Kebisingan

Iklim Udara Kebisingan

Wilayah telaah

Daerah studi rencana pembangunan UPS

Sepanjang rencana UPS dengan jumlah sampling sebanyak 8 titik

Sama dengan lokasi pengukuran udara

Parameter temperatur, curah hujan, jumlah hari hujan dan data iklim mikro

debu, NOx, SO2, CO, HC,

Intensitas kebisingan

Metoda Pengumpulan data sekunder dan pengukuran langsung iklim mikro

Sampling dan analisa laboratorium

Pengukuran langsung

Periode Minimal 5 tahun terakhir 1 hari 1 hari

Page 41: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 30

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

c. Analisis

Kualitas udara akan diukur di lapangan bersamaan dengan dilakukannya

pengukuran iklim mikro dengan menggunakan alat dan metode analisis

sebagaimana disajikan pada Tabel 2.2. Hasil pengukuran kualitas udara

ambien akan dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien yang

berlaku di KOTA DEPOK,

Tabel 2.2: Parameter, Metode Analisis dan Peralatan Kualitas Udara dan Kebisingan

No Parameter Metoda Analisis Peralatan

1. Debu Gravimetri Hi. Vol Sampler, canister

2. NOx Grietz Salzmann Spektrofotometer

3. SO2 Pararrosaniline Spektrofotometer

4. CO NDIR NDIR Anayzer

5. Pb Gravimetrik, Ekstraktif, Pengabuan Hi-Vol, AAS

6. HC Flame Ionization Gas Chromatograph

7. Kebisingan - Sound Level Meter

Sumber : Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Keputusan Menteri Megara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-48/MENLH/XI/1996 tentang Baku Mutu Kebisingan

Lokasi

Pemilihan lokasi pengamatan kualitas udara dan kebisingan akan dilakukan dengan

mempertimbangkan spesifikasi kegiatan, sebaran dampak dan arah angin dominan.

Pemilihan lokasi akan dilakukan sehingga dapat mewakili berbagai tata guna lahan

di tapak proyek dan sekitar lokasi tapak proyek serta dapat mewakili kondisi

kualitas udara di tapak proyek dan daerah sekitarnya. Lokasi pengukuran kualitas

udara dan kebisingan akan dilakukan pada lokasi rencana proyek sebanyak 5 (lima)

titik.

2.11.2 Kualitas Air (Air Tanah, Air Buangan dan Air Permukaan)

Pengumpulan Data

Pemeriksaan kualitas air (parameter fisik, kimia dan bakteriologi) akan dilakukan

dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer

diperoleh dari hasil pengujian kualitas air permukaan dan air tanah yang ada di

Page 42: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 31

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

rencana lokasi proyek pembangunan UPS. Pengujian akan dilakukan di laboratorium

rujukan.

Untuk beberapa parameter dilakukan pemeriksaan in situ (di lapangan), sedangkan

pengumpulan data sekunder akan dilakukan dengan membandingkan berdasarkan

hasil penelitian sebelumnya di sekitar tapak lokasi yang kemungkinan pernah

dilakukan.

Analisis

Parameter kualitas air yang dianalisa meliputi sifat fisik, kimia, dan bakteriologi.

Pemilihan parameter yang dianalisis akan ditentukan oleh karakteristik kegiatan

khususnya dari kegiatan pada tahap konstruksi dan tahap operasi UPS (Unit

Pengolahan Sampah).

Beberapa parameter yang cepat berubah karena waktu diukur di lapangan (in situ),

sedangkan parameter lainnya diperiksa di laboratorium. Parameter kualitas air

permukaan yang diamati serta alat dan metoda analisisnya disajikan pada Tabel

2.3.

Tabel 2.3: Parameter, Alat dan Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan

No. PARAMETER UNIT ALAT/METODA KETERANGAN

1.

FISIKA

Temperatur

oC

Pemuaian,Thermometer

In-situ

2. TSS Mg/l Gravimetrik Lab Induk

3. TDS Mg/l Grav[imetrik Lab Induk

1.

KIMIAWI

pH

-

pH- meter

In-situ

2. DO Mg/l DO Meter, Modifikasi Winkler, In-situ

3. BOD5 Mg/l Modifikasi Winkler Lab Induk

4. COD Mg/l Titrimetrik Lab Induk

5. Klorida (Cl) Mg/l AAS Lab Induk

6. Fluorida (F) Mg/l AAS Lab Induk

7 Nitrat (N-NO3) Mg/l Metode Brusin Lab Induk

8 Nitrit (N-NO2) Mg/l Metode Sulfanilik Lab Induk

9 Amoniak bebas Mg/l Metode Nessler Lab Induk

10 Sulfida Mg/l Titrimetrik/Spectrofotometrik Lab Induk

Page 43: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 32

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

No. PARAMETER UNIT ALAT/METODA KETERANGAN

11 Sulfat (SO4) Mg/l Gravimetrik/Spectrofotometrik Lab Induk

12 Minyak / lemak Mg/l Ekstraksi Lab Induk

13 Natrium (Na) Mg/l AAS Lab Induk

14 Arsen (As) Mg/l AAS Lab Induk

15 Nikel (Ni) Mg/l AAS Lab Induk

16 Barium (Ba) Mg/l AAS Lab Induk

17 Besi (Fe) Mg/l AAS Lab Induk

18 Mangan (Mn) Mg/l AAS Lab Induk

19 Tembaga (Cu) Mg/l AAS Lab Induk

20 Timbal (Pb) Mg/l AAS Lab Induk

21 Seng (Zn) Mg/l AAS Lab Induk

22 Krom Total Mg/l AAS Lab Induk

23 Detergen Mg/l Gravimetri, Spektrofotometri Inframerah

Lab Induk

24 Fenol Mg/l Spektrofotometri Lab Induk

25 Senyawa aktif biru metilen

Mg/l Spektrofotometrik / spektrofotometer

26 Posfat Mg/l Spektrofotometri Lab Induk

1.

BAKTERIOLOGI

Total koliform

JPT/100 ml

Botol steril model tabung ganda, inkubator

Lab Induk

2. Koliform tinja JPT/100 ml Botol steril model tabung ganda, inkubator

Lab Induk

Sumber :Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 37 tahun 2003 tentang Metoda Analisa Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan

Baku mutu yang digunakan sebagai pembanding adalah baku mutu badan air adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

Lokasi

Pemilihan lokasi pengambilan kualitas air permukaan adalah dilokasi badan air

sek5itar kegiatan terutama di lokasi rencana UPS. Pengamatan aspek kualitas air

dilakukan untuk mengetahui rona awal lingkungan kualitas air permukaan dan air

Page 44: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 33

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

tanah yang akan dilakukan secara sampling yakni sebanyak 2 titik sampling kualitas

air permukaan dan 5 titik sampling kualitas air tanah. Selain itu juga dilakukan

sampling dan analisis terhadap kualitas air buangan / kualitas leachate sebanyak 2

titik.

2.11.3 Survey Komposisi Sampah

Sampah mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu kota dengan kota lainnya,

tergantung dari tingkat sosial ekonomi penduduk, iklim dan lain-lain.

Karakteristik sampah dapat mencakup antara lain:

Komposisi Fisik Sampah

Komposisi fisik sampah mencakup besarnya prosentase dari komponen pembentuk

sampah yang terdiri dari organik, kertas, kayu, logam, kaca, plastik dan lain-lain.

Pada tabel 2.4. dapat dilihat bahwa prosentase sampah yang terbesar yaitu sampah

organik, sebesar 79,49 %. Sampah organik tersebut dapat membusuk sehingga

dapat diolah untuk dijadikan kompos. Sedang sampah lainnya seperti plastik,

logam, gelas dapat diolah kembali menjadi bentuk semula sehingga dapat

digunakan kembali dengan mutu atau kualitas yang lebih rendah (daur ulang).

Tabel 2.4: Contoh Komposisi Fisik sampah

Komposisi Rata-rata (%)

Sampah organik 79,49

Kertas 7,8

Kayu 4,9

Kain / tekstil 2,7

Karet / kulit tiruan 0,4

Plastik 4,0

Logam 1,5

Gelas / kaca 0,6

Lain-lain (tanah, batu, pasir) 0,9

T o t a l 100,00

Kadar air 60,09

Kadar abu 10,59

Page 45: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 34

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Komposisi Rata-rata (%)

Nilai kalor (Kcal / kg) 1.272,22

Sumber : BPPT, 1981

Komposisi Kimia Sampah

Informasi dan data mengenai komposisi kimia sampah erat kaitannya dengan

pemilihan alternatif pengolahan dan pemanfaatan tanah. Untuk mengetahui

kandungan unsur kimia yang terdapat dalam sampah dapat dilakukan analisa

dan percobaan di laboratorium.

Pada sistem Sanitary Landfill dan Open Dumping, informasi mengenai komposisi

kimia sampah dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat pencemaran yang

ditimbulkan oleh “leachate” terhadap air tanah. Sedang pada proses

penghumusan, informasi ini sangat berguna untuk mengetahui besarnya

kandungan unsur-unsur, seperti zat hara yang diperlukan oleh tanaman.

Umumnya komposisi kimia sampah terdiri dari unsur Carbon, Hidrogen,

Oksigen, Nitrogen, Sulfur dan Phospor (C, H, O, N, S, P), serta lainnya yang

terdapat dalam protein, karbohidrat dan lemak.

Tabel 2.5: Contoh Komposisi Kimia Sampah

Unsur / Senyawa Kadar Berat Kering (%)

Senyawa organik 25 – 35

Nitrogen (N2) 0,4 - 1,2

Phospor (P2O5) 1,2 - 1,6

Kalium (K2O) 0,8 - 1,5

Kapur (CaO) 4 – 7

Carbon 12 – 17

Kadar air 10 – 60

Kepadatan Sampah

Kepadatan sampah menyatakan berat sampah persatuan volume. Pada sistem

Sanitary Landfill, informasi kepadatan sampah diperlukan untuk menentukan

ketebalan dari lapisan sampah yang akan dibuang pada sistem tersebut. Sedang

bila menggunakan sistem pengolahan maka informasi ini diperlukan untuk

merencanakan dimensi unit proses.

Page 46: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 35

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Besarnya kepadatan sampah tiap kota berbeda tergantung dari keadaan sosial,

ekonomi serta iklim kota tersebut. Terdapat kecenderungan bila produksi

sampahnya tinggi maka densitasnya rendah.

Kepadatan sampah rumah tangga di negara yang sedang berkembang berkisar

antara 100 kg/m3 sampai 600 kg/m3. (Sandra. Cointerau, 1982). Kepadatan

sampah kota Bandung (BUDS, 1979) rata-rata sebesar 250 kg/m3 atau 0,25

ton/m3.

Tabel 2.6: Density Sampah Beberapa Negara Di Daerah Urban.

N e g a r a Density Sampah (kg / m3)

Indonesia 250

Muangtai 250

Pakistan 500

India 500

Singapura 175

Sandra J. Cointreau, 1982

Kadar (kandungan) Air Sampah

Besarnya kadar air sampah biasanya dinyatakan dalam ‘%’ yaitu perbandingan

antara berat air dengan berat basah sampah total atau dengan berat kering

sampah tersebut.

Besarnya kadar air sampah pada tiap kota sangat tergantung dari iklim atau

musim, serta komponen sampah itu sendiri.

Pada penelitian karakteristik sampah di Jakarta Pusat tahun 1981 yang

dilakukan oleh BPPT, didapatkan hasil bahwa kadar air sampah pada musim

kemarau sebesar 57,71% sedangkan pada musim hujan 62,67 %. Dengan

demikian nilai rata-rata dari kedua angka tersebut sebesar 60,09%.

Page 47: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 2 - 36

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Gambar 2.7: Diagram Alir Sistem Manajemen Persampahan

Permukiman

Pasar

Komersial

Industri

Gerobak TPS/

TPST/Container/

UPS

Dump Truck

Truck biasa/

Armroll Truck

Tempat

Pembuangan

Akhir

Page 48: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 1 - 37

Page 49: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 3 - 1

3 . G A M B A R A N U M U M

KO T A D E P O K

3.1. Daerah Perencanaan

Kota Depok adalah sebuah kota di propinsi Jawa Barat, Letak Kota Depok sangat

strategis, karna diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini menyebabkan Kota

Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan

jaringan transportasi yang tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota lainnya. Kota

Depok sebagai salah satu wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah

sekitar 20.029 ha. Peta administrasi kota Depok dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.1: Peta administrasi kota Depok

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Page 50: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 2

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3.2. Aspek Fisik Kota

3.2.1 Geografi

Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 60 19’00” – 60 28’00” Lintang

Selatan dan 106043’00” – 106055’30” Bujur Timur. Bentang alam Depok dari Selatan ke

Utara merupakan daerah dataran rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan

elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang

dari 15 persen. Kota Depok sebagai salah satu wilayah termuda di Jawa Barat,

mempunyai luas wilayah sekitar 20.029 ha. Peta administrasi kota Depok dapat dilihat

pada gambar 3.1.

Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga Kabupaten dan satu Propinsi. Secara

lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan

Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Podok Gede Kota Bekasi dan

Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan

Bojonggede Kabupaten Bogor.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung sindur

Kabupaten Bogor.

Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini

menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya

perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi secara regional dengan kota-

kota lainnya.

3.2.2 Geologi

Berdasarkan peta geologi regional oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi

Bandung tahun 1992, Lembar Jakarta dan Kepualuan Seribu 1 : 100.00, stratigrafi

Page 51: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 3

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

wilayah Depok sekitarnya dari tua ke muda disusun oleh batuan perselingan, batupasir

dan batu lempung sebagai berikut :

1. Formasi Bojongmanik (Tmb) : Perselingan konglomerat, batupasir, batulanau, batu

lempung

2. Formasi Serpong (Tpss) : Breksi, lahar, tuf breksi, tuf batu apung

3. Satuan Batuan Gungung api Muda (Qv) : tuf halus berlapis, tuf pasiran berselingan

dengan konglomeratan

4. Satuan Batuan Kipas Alluvium : Endapan lempung pasir, krikil, kerakal dan

5. Satuan Endapan Alluvia (Qa)

Struktur geologi di daerah ini merupakan lapisan horizontal atau sayap lipatan dengan

kemiringan lapisan yag hampir datar, sesar mendatar yang diperkirakan berarah utara –

selatan.

Menurut Laporan Penelitian Sumberdaya Air Permukaan di Kota Depok, kondisi geologi

Kota Depok termasuk dalam system geologi cekungan Botabek yang dibentuk oleh

endapan kuarter yang berupa rombakan gunung api muda dan endapan sungai.

Singkapan batuan tersier yang membatasi cekungan Bogor – Tangerang – Bekasi terdapat

pada bagian barat – barat daya dimana di jumpai pada Formasi Serpong, Genteng dan

Bojongmanik.

Secara umum keadaan jenis tanah di Kota Depok adalah sebagai berikut :

1. Tanah Alluvial, tanah endapan yang masuh muda, terbentuk dari endapan lempung,

debu dan pasir, umumnya tersikap di jalur-jalur sungai, tingkat kesuburan sedang –

tinggi.

2. Tanah Latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu lanjut

perkembangannya, terbentuk dari tufa vulkan andesitis – basalitis, tingkat

kesuburannya rendah – cukup, mudah meresapkan air, tanah terhadap erosi, tekstur

halus.

Page 52: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 4

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Asosiasi Latosol merah dan laterit air tanah, tanah latosol yang perkembangannya

dipengaruhi air tanah, tingkat kesuburan sedang, kandungan air tanah cukup banyak,

sifat fisik tanah sedang – kurang baik.

3.2.3 Topografi

Kondisi wilayah bagian utara umumnya berupa dataran rendah, sedangkan di wilayah

bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 40-140 meter

di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 2-15 %.

Penyebaran wilayah berdasarkan kemiringan lereng :

1. Wilayah dengan kemiringan lereng antara 8-15 % tersebar dari Barat ke Timur.

2. Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 15 % terdapat di sepanjang sungai

Cikeas, Ciliwung dan bagian Selatan sungai Angke.

Kemiringan lereng antara 8-15 % potensial untuk pengembangan perkotaan dan

pertanian, sedangkan kemiringan lereng yang lebih besar dari 15 % potensial untuk

dijadikan sebagai benteng alam yang berguna untuk memperkuat pondasi. Di samping

itu, perbedaan kemiringan lereng juga bermanfaat untuk sistem drainase Permasalahan

yang muncul akibat topografi Kota Depok adalah karena adanya perbedaan kemiringan

lereng menyebabkan terjadinya genangan atau banjir, bila penangannya tidak dilakukan

secara terpadu.

3.2.4 Klimatogi

Iklim Depok yang tropis mendukung untuk pemanfaatan lahan pertanian ditambah lagi

dengan kadar curah hujan yang kontinu di sepanjang tahun. Permasalahan mendasar

walaupun di satu sisi di dukung oleh iklim tropis yang baik yaitu alokasi tata guna lahan

yang harus mempertimbangkan sektor lain terutama lahan hijau dan permukiman.

Kondisi curah hujan di seluruh wilayah di daerah Depok relatif sama, dengan rata-rata

curah hujan sebesar 327 mm/tahun. Kondisi curah hujan seperti diatas, mendukung

kegiatan di bidang pertanian terutama pertanian lahan basah di areal irigasi teknis.

Sedangkan untuk daerah tinggi dan tidak ada saluran irigasi teknis akan lebih sesuai

Page 53: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 5

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

untuk tanaman palawija kombinasi dengan padi/lahan basah pada musim hujan sebagai

pertanian tadah hujan. Selain penting sebagai sumber irigasi, curah hujan juga penting

untuk pemberian gambaran penentuan lahan, terutama lokasi, pola cocok tanam, dan

jenis tanaman yang sesuai.

3.2.5 Hidrogologi

Air Permukaan adalah semua air yang terdapat dan berasal dari sumber – sumber air

yang berada di permukaan tanah. Air permukaan yang dimaksud dalam paparan berikut

ini adalah air sungai dan air danau.

A. Air Sungai

Sistem air sungai besar yang mengalir di kota Depok dan sekitarnya yaitu:

Sungi Angke, Sungi Pesanggrahan, Sungai Grogol, Sungai Krukut, Sungai

Ciliwung, Sungai Buaran, dan Sungai Cideng.

1. Sungai

Sungai – sungai tersebut berhulu di bagian selatan, merupakan dataran tinggi

atau pegunungan yang terletak di Kabupaten Bogor seperti Gunung Salak,

Gunung Halimun, Gunung Gede dan Gunung Pangrango. Selain itu, kota Depok

juga mempunyai beberapa saluran irigasi yaitu saluran irigasi Cisadane

Empang dan saluran irigasi Kali Baru.

Beberapa sungai yang mengalir melalui kota Depok adalah sebagai berikut:

Sungai Angke

Sungai ini merupakan batas wilayah antara kota Depok dan Kabupaten

Tangerang, mengalir kearah utara, Sungi Angke ini mempunyai perbedaan

debit yang bear antara musim hujan dan musim kemarau.

Sungai Ciliwung

Sungai Ciliwung digunakan sebagai sumber mata air baku bagi kota Depok

dan Jakarta. Pada perbatasan dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat pada

musim kemarau mempunyai debit sebesar 9,06-13,40 m3/detik.

Page 54: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 6

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Sungai Pesanggrahan

Sungai ini merupakan sumberdaya air terpenting untuk Sawangan, dan

kondisi air berwarna coklat bercampur Lumpur dan Kotoran. Sungai ini

mempunyai fluktuasi yang tinggi antara musim hujan dan musim kemarau.

Bahkan pada musim hujan sering menimbulkan banjir setempat.

Berdasarkan data debit dari Balitbang PU, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Pengairan Bandung antara 1992 – 1996 statistik

pengukuran Sawangan debit minimum adalah Qmin =350 lt/detik (sumber

RTRW Kota Depok tahun 2000).

2. Saluran Irigasi Kali Baru

Saluran ini juga merupakan saluran irigasi untuk pertanian, sehingga pada

periode tertentu dikeringkan untuk pemeliharaan saluran, berdasarkan

pengukuran debit aliran yang diukur dengan currentmeter, debit sesaat

QS=603,36 1/detik. (Sumber RTRW Kota Depok tahun 2000).

3. Saluran Irigasi Cisadane Empang

Saluran ini juga mempunyai fungsi utama untuk pengairan pertanian, sehingga

pada periode tertentu dilakukan pengeringan, untuk pemeliharaan saluran.

Data debit dari cabang Dinas PU Pengairan Kabupaten Bogor antara tahun

1992 sampai 197, stasiun pengukuran KP Pecahan Air, debit minimal QS=200

1/detik. (Sumber RTRW Kota Depok tahun 2000).

4. Danau/Situ

Salah satu sumber air permukaan yang ada di kota Depok adalah danau atau

situ. Situ-situ ini berfungsi sebagai irigasi local, perikanan, sanitasi,

pengendali air, air minum, industri dan rekreasi.

Berdasarkan studi literatur saat in terdapat 21 situ di kota Depok, sedangkan

menurut Bagian Lingkungan Hidup sekitar 25 situ. Sementara itu hasil survey

lapangan yang dilaksanakan oleh Innerindo Dinamika terdapat sekitar 30 situ.

Page 55: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 7

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

B. Air Tanah

1. Air Tanah Dangkal

Di kota Depok banyak ditemukan sumur gali untuk kebutuhan masyarakat.

Pada umumnya kondisi sumur gali baik, tetapi air tawar di sebagian tempat

kondisinya keruh dan berbau, kedalaman rata-rata 10 m.

2. Air Tanah Dalam

Di kota Depok banyak ditemukan sumber air tanah dalam. Saat ini air tanah

merupakan sumber penyediaan air yang utama untuk kota Depok. Formasi

genteng dan endapan vulkanik mempunyai potensi 3-4 lt/det/km2, alluvium

potensi 5-7 lt/det/km2.

Sejalan dengan pengembangan kota Jakarta dan kota-kota sekitarnya

termasuk kota Depok, pengambilan air tanah meningkat, sehingga beberapa

tempat kelebihan.

3. Informasi Berdasarkan Sumur Bor

Dari survei air tanah Botabek didapatkan tiga system akuifer yang sangat

umum, yaitu :

Akuifer dangkal : 0-20 m, preatik semi terikat pada tempat lebih

dalam,

Akuifer menengah: 20-70 m, semi terikat hingga semi tak tertekan,

Akuifer dalam : > 70 m, semi terikat atau tertekan, artesis di lokasi

dekat pantai.

Informasi tersebut meliputi informasi tentang kedalaman, lokasi sumur, dan

mutu air. Muka air tanah statis di daerah pantai rata-rata 2 meter, di bagian

selatan air tanah dangkal 8-10 m dan air tanah dalam 10-30 m. Zona recharge

yang baik terdapat pada batuan kipas vulkanik, batuan vulkanik yaitu di

bagian selatan. Di Taman Hutan Rakyat Pancoran Mas Kota Depok masih

terdapat satwa yang dilindungi seperti: ular sanca, ular kobra, biawak dan 47

jenis flora yang dapat dikembangkan menjadi obyek dan daya tarik wisata

alam, selain itu di kawasan kota Depok perlu adanya ruang terbuka hijau

untuk rekreasi, wisata alam serta perbaikan iklim mikro.

Page 56: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 8

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3.3. Aspek Sosial Ekonomi

3.3.1 Demografi

Sebagai Kota yang berbatasan langsung dengan Ibukota Negara, Kota Depok

menghadapi berbagai permasalahan perkotaan, termasuk masalah

kependudukan. Sebagai daerah penyangga Kota Jakarta, Kota Depok

mendapatkan tekanan migrasi permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa.

Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Daerah Tingkat II Bogor tanggal 16 Mei 1994 Nomor 135/SK.DPRD/03/1994

tentang Persetujuan Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan

Keputusan dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa

Barat tanggal 7 Juli 1997 Nomor 135/Kep.Dewan 06/DPRD/1997 tentang

Persetujuan Atas Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan untuk

lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah,

pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat serta untuk lebih

meningkatkan peran aktif masyarakat, maka pembentukan Kota Depok sebagai

wilayah administratif baru di Propinsi Jawa Barat ditetapkan dengan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1999.

Berdasarkan Undang-undang tersebut, dalam rangka pengembangan fungsi

kotanya sesuai dengan potensinya dan guna memenuhi kebutuhan pada masa-

masa mendatang, terutama untuk sarana dan prasarana fisik kota, serta untuk

kesatuan perencanaan, pembinaan wilayah, dan penduduk yang berbatasan

dengan wilayah Kota Administratif Depok, maka wilayah Kota Depok tidak hanya

terdiri dari wilayah Kota Administratif Depok, tetapi juga meliputi sebagian

wilayah Kabupaten Bogor lainnya, yaitu Kecamatan Limo, Kecamatan Cimanggis,

Kecamatan Sawangan dan sebagian wilayah Kecamatan Bojonggede yang terdiri

dari Desa Pondok Terong, Desa Ratujaya, Desa Pondok Jaya, Desa Cipayung dan

Desa Cipayung Jaya. Sehingga wilayah Kota Depok terdiri dari 6 Kecamatan. Hal

ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam

penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pembinaan serta pelayanan

masyarakat di Kota Depok.

Page 57: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 9

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Sampai dengan tahun 2006 Kota Depok mempunyai 63 Kelurahan, 8.187 Rukun

Warga (RW), dan 4.494 Rukun Tetangga (RT). Perkembangan Kota Depok diikuti

pula dengan peningkatan jumlah penduduk yang cepat. Pada tahun 1990 Kota

Administratif Depok penduduknya berjumlah 271.134 jiwa dan pada tahun 2000

menjadi 1.143.403 jiwa. Berdasarkan hasil proyeksi BPS, jumlah penduduk Kota

Depok pada tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 1.420.480 jiwa dengan

laju pertubuhan rata-rata 3,44 persen per tahun.

A. Penduduk

Depok mempunyai potensi sebagai sebuah wilayah penyangga yang menjadi

kawasan lalu lintas Jakarta-Depok-Bogor-Tanggerang-Bekasi, satu sisi potensi ini

mendukung untuk menjadikan sebagai tempat bermukim, tempat berusaha, dan

sebagai daerah pusat Pemerintahan. Secara biogeografis karena kestrategisan

Kota Depok yang merupakan bagian dari berbagai daerah aliran sungai yang

berpusat di pegunungan di Kabupaten Bogor dan Cianjur, menjadikan curah

hujan di Kota Depok cukup tinggi sehingga Depok kaya akan potensi flora dan

fauna.

Jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2007 mencapai 1.470.002 jiwa, yang

terdiri dari laki-laki 761.382 jiwa dan penduduk perempuan 708.620 jiwa.

Dengan demikian , sedangkan rasio jenis kelamin di Kota Depok adalah 102.

Kecamatan Cimanggis paling banyak penduduknya dibanding Kecamatan lain di

Kota Depok, yaitu 403.037 jiwa, kemudian Kecamatan Sukmajaya dengan

penduduk 342.447 jiwa. Sedangkan Kecamatan Beji, penduduknya paling sedikit

yaitu 139.888 jiwa.

Tabel 3.1: Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Di Kota Depok Tahun 2002 -

2007

No Kode Kecamatan 2002 2003 2004 2005 2006 2007

(1) (2) (3) (4) (5) ('6) (7) (8)

010 Sawangan 143,211 149,039 153,245 159,543 166,276 166,076

020 Pancoran Mas 226,405 235,790 240,904 247,622 254,797 269,144

030 Sukmajaya 285,928 296,636 301,809 307,753 314,147 342,447

Page 58: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 10

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

No Kode Kecamatan 2002 2003 2004 2005 2006 2007

(1) (2) (3) (4) (5) ('6) (7) (8)

040 Cimanggis 343,399 357,546 367,283 379,487 392,512 403,037

050 Beji 120,462 126,653 130,656 136,899 143,592 139,888

060 Limo 127,828 123,633 137,662 143,218 149,156 149,410

Jumlah 1,247,233 1,289,297 1,331,559 1,374,522 1,420,480 1,470,002

Sumber BPS Depok dalam Angka 2007

Selama kurun waktu 2000 – 2007, laju pertumbuhan penduduk Kota Depok per

tahun rata - rata adalah 4,18 %. Meningkatnya jumlah penduduk di Kota Depok

ini terjadi akibat tingginya migrasi penduduk ke Kota Depok akibat pesatnya

pengembangan kota dan meningkatnya pengembangan kawasan perumahan.

Di tahun 2007, kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 7.339,37 Jiwa/KM2.

Kecamatan Sukmajaya merupakan Kecamatan terpadat di Kota Depok, yaitu

sebesar 10.033,61 Jiwa/KM2, sedangkan Kecamatan dengan kepadatan penduduk

terendah adalah Kecamatan Sawangan yaitu sebesar 3.634,84 Jiwa/KM2.

Tabel 3.2: Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Menurut

Kecamatan Di Kota Depok Tahun 2007

Kecamatan Jumlah Penduduk

Luas Wiayah (Km2)

Kepadatan Penduduk

(Jiwa/Km2)

(1) (2) (3) (4)

010 Sawangan 166.076 45,69 3.634,84

020 Pancoran Mas 269.144 29,83 9.022,59

030 Sukmajaya 342.447 34,13 10.033,61

040 Cimanggis 403.037 53,54 7.527,77

050 Beji 139.888 14,30 9.782,38

060 Limo 149.410 22,80 6.553,07

Kota Depok 1.470.002 200,29 7.339,37

Sumber BPS Depok dalam Angka 2007

Page 59: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 11

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

B. Iklim

Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah

hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim, secara umum musim

kemarau antara bulan April-September dan musim hujan antara Oktober-Maret.

Temperatur : 24,3-33 derajat Celsius

Kelembaban rata-rata : 82 %

Penguapan rata-rata : 3,9 mm/th

Kecepatan angin rata-rata : 3,3 knot

Penyinaran matahari rata-rata : 49,8 %

Jumlah curah hujan : 2684 m/th

Jumlah hari hujan : 222 hari/tahun

3.3.2 Mata Pencaharian

Mata pencaharian warga Depok cukup beragam Berdasarkan jumlah tenaga kerja,

industri pengolahan digolongkan menjadi industri besar, sedang dan kecil. Jika

suatu perusahaan industri mempunyai tenaga kerja diatas 99 orang maka

perusahaan tersebut diklasifikasikan menjadi industri besar, jika tenaga kerja

antara 20 – 99 orang masuk industri sedang, sedangkan industri kecil mempunyai

tenaga kerja 5 – 19 orang.

Jumlah industri besar dan sedang di Kota Depok hasil pendaftaran

usaha/perusahaan Sensus Ekonomi 2006 adalah 126 perusahaan. Industri yang

paling banyak di kota Depok adalah industri makanan dan minuman ada 26

perusahaan, kemudian industri pakaian jadi ada 20 perusahaan.

Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun ke

atas. Penduduk usia kerja terdiri dari “ Angkatan Kerja” dan bukan Angkatan

Kerja. Penduduk yang tergolong “ Angkatan Kerja “ adalah mereka yang aktif

dalam kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya

tingkat penyerapan pasar kerja, sehingga angkatan kerja yang tidak terserap

dikategorikan sebagai penganggur.

Page 60: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 12

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2006, dapat diperoleh gambaran bahwa

pada tahun 2006, penduduk Kota Depok yang bekerja 44,63% sedangkan yang

menganggur sekitar 9,36%. Jadi penduduk Kota Depok yang tergolong angkatan

kerja 53,98%, sisanya merupakan penduduk bukan angkatan kerja.

Dari penduduk yang bekerja sebagian besar bekerja di sektor jasa dan

perdagangan dengan persentase masing-masing 27,98% dan 26,92%. Status

pekerjaan didominasi sebagai buruh/karyawan/pegawai 64,84%, kemudian

berusaha sendiri 26,79%.

Tabel 3.3: Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Seminggu

yang lalu di Kota Depok Tahun 2006

No Kegiatan Utama Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) (5)

1 ANGKATAN KERJA 74,69 33,29 53,98

a. Bekerja 63,56 25,71 44,63

b. Pengangguran 11,13 7,58 9,36

2 NON ANGKATAN KERJA 25,31 66,71 46,02

a. Sekolah 18,18 19,11 18,64

b. Mengurus Rumah Tangga 1,34 44,50 22,93

c. Lainnya 5,80 3,09 4,44

JUMLAH 100 100 100

Catatan : Kota Depok dalam Angka 2007 belum tersedia Sumber : Susenas 2006

Page 61: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 13

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Tabel 3.4: Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Pekerjaan

Utama dan Jenis Kelamin di Kota Depok Tahun 2006

C

C

Catatan : Kota Depok dalam Angka 2007 belum tersedia Sumber : Susenas 2006

3.3.3 Pola Penggunaan Lahan dan Status Lahan

Kondisi wilayah Kota Depok Merupakan tanah darat dan tanah sawah. Sebagian besar

tanah darat merupakan areal pemukiman sesuai dengan fungsi kota Depok yang

dikembangkan sebagai pusat pemukiman, pendidkan, perdaganagn dan jasa.

Secara rinci penggunaan lahan adalah sebagai berikut :

1. Pemukiman:10.968 Ha

2. Pertanian: 4.653 Ha

3. Industri: 344 Ha

4. Rawa / Setu: 91 Ha

5. Lain-lain: 3.973 Ha

No Status Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Laki-laki +

Perempuan

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Berusaha Sendiri 27,62 24,75 26,79

2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar 2,34 1,04 1,97

3 Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 2,72 2,43 2,64

4 Buruh/Karyawan/Pegawai 63,71 67,63 64,84

5 Pekerja Bebas di Pertanian 0,98 - 0,70

6 Pekerja Bebas di Non Pertanian 2,53 1,39 2,20

7 Pekerja tidak dibayar 0,10 2,77 0,87

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Page 62: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 14

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Berdasarkan Peta Rupa Bumi Digital Indonesia edisi tahun 1999 diperoleh gambaran

kecenderungan perkembangan daerah terbangun di Kota Depok yang mengisi lahan yang

pada tahun 1990 masih kosong, adalah sebagai berikut :

1. Perkembangan daerah terbangun ke arah Selatan relatif lebih lambat dibanding

dengan ke arah Utara – Timur.

2. Perkembangan daerah terbangun di bagian pusat perkotaan (Kecamatan Beji),

3. Perkembangan daerah terbangun yang relatif dekat dengan pusat kota (Kecamatan

Sukma Jaya di bagian Timur Pusat Kota),

4. Perkembangan daerah terbangun yang memanjang di jalur antara arteri primer

Jakarta – Depok dan arteri primer Jakarta – Bogor

5. Perkembangan daerah terbangun yang pesat pada daerah – daerah perbatasan

dengan wilayah DKI Jakarta, yaitu pada Kecamatan Limo, Kecamatan Beji dan

Kecamatan Cimanggis

Dilihat dari peta citra satelit tahun 1994 dan tahun 2001, terlihat telah terjadi

perubahan penggunaan lahan terutama daerah terbangun (permukiman) dari 8.300 ha

pada tahun 1994, menjadi 8.900 ha pada tahun 2001 (tabel 3.3 dan tabel 3.4).

Tabel 3.5: Perbandingan Luas Penggunaan Lahan Tahun 1994 dan 2001

No Nama Lahan

Luas Selisih (+/-)

1994 2001 Ha

Ha Ha

1 Hutan Primer 541,60 86,02 (455,58)

2 Hutan Sekunder 100,17 - (100,17)

3 Kawasan dan zona industri 21,27 75,53 54,26

4 Ladang / Sawah 1.453,33 1.501,67 48,34

5 Padang rumput / Halang 66,93 66,93 -

6 Perkebunan 1.645,03 1.688,59 43,56

7 Permukiman 8.267,92 8.890,76 622,84

8 Sawah 5.538,95 4.620,59 (918,36)

Page 63: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 15

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

No Nama Lahan

Luas Selisih (+/-)

1994 2001 Ha

Ha Ha

9 Tanah Kosong 46,35 46,35 -

10 Kebun campuran 1.738,47 2.433,55 695,08

11 Sungai /B dan Air/Danau/Situ 101,63 101,63 -

12 Selisih Overlay 0.44 0,47 0,03

Jumlah 19.522,09 19.512,09

Sumber RTRW Kota Depok 2010

Tabel 3.6: Penggunaan Lahan Tahun 2000

No Jenis Penggunaan Tahun 2000

Ha %

A. KAWASAN TERBANGUN 8.640 43,10

1. Perumahan dan Kampung 7.084 35,40

2. Pendidikan Tinggi 224 1,10

3. Jasa dan Perdagangan 125 0,60

4. Industri 980 4,90

5. Kawasan Khusus (Gandul, Cilodong, Depok, KRL, Brimob) 227 1,10

B. RUANG TERBUKA HIJAU 11.388 56,90

1. Sawah Teknis dan Non Teknis 1.313 6,60

Tegalan / Lading 4.630 23,11

Kebon 3.131 15.63

Rumput / Tanah Kosong 1.635 8,16

2. Situ dan Danau 119 0.60

3. Pariwisata dan Lapangan Olah raga 311 1,55

4. Hutang Kota 7 0,04

5. Kawasan Khusus 242 1,21

6. Garis Sepadan - -

Jumlah 20.028 100

Sumber RTRW Kota Depok 2010

Page 64: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 16

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Jika dibandingkan antara penggunaan lahan eksisting dengan Rencana Penggunaan

Lahan menurut RTRW Depok 2010, terlihat bahwa :

Pada penggunaan lahan eksisting yang seharusnya menjadi penggunaan lahan semapdan,

ternyata saat ini masih digunakan untuk penggunaan perumahan.

Penggunaan lahan eksisting situ, pariwisata, olah raga, hutan kota, kawasan khusus dan

garis sempadan yang mempunyai luas 679 ha merupakan penggunaan lahan yang dapat

dipertahankan di penggunaan lahan rencana, tetapi penggunaan lahan eksisting sawah

teknis, non teknis, tegalan, rumput, tanah kosong yang mempunyai luas 6.079 ha

merupakan penggunaan lahan terbuka hijau tidak dapat dikendalikan dalam rencana

karena merupaan penggunaan lahan milik rakyat, sehingga dalam rencana luasnya dapat

berubah (pada RTRW 2010, seluas 4.227).

3.3.4 Pendapatan Regional

Penerimaan pemerintah daerah merupakan salah satu faktor utama untuk membiayai

pembangunan. Penerimaaan pemerintah daerah bersumber dari pendapatan asli daerah

berupa pajak daerah dan bantuan pemerintah pusat. Dengan terbatasnya penerimaan

daerah maka bantuan pusat berupa dana perimbangan masih cukup dominan dalam

APBD Kota Depok. Tolak ukur meningkatnya kegiatan pembangunan suatu daerah dapat

diamati daari realisasi pengeluaran pemerintah daerah, yang terdiri dari pengeluaran

rutin dan pengeluaran pembangunan.

Realisasi anggaran pendapatan Kota Depok tahun 2007 berdasarkan anggaran perubahan

adalah Rp. 749.346.265.979,95 , dengan rincian pendapatan asli daerah sebesar Rp.

75.457.361.773,64 dana perimbangan Rp. 504.052.499.829,00 dan pendapatan lain-lain

yang sah sebesar Rp. 169.836.404.377,31. Realisasi anggaran pengeluaran kota Depok

pada tahun 2007 sebesar Rp. 892.250.553.148,24.

Adanya sektor perbankan juga menambah roda perekonomian Kota Depok. Bank sebagai

lembaga financial akan menarik dunia bisnis sebagai mitra untuk meningkatkan

investasinya sehingga saling memperoleh keuntungan. Posisi dana simpanan rupiah dan

valuta asing pada bank umum dan BPR di Kota Depok bulan September 2007 sebesar

Page 65: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 17

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3.327.433 juta rupiah. Sementara itu posisi pinjaman pada Bank Umum dan BPR di Kota

Depok bulan September 2007 berdasarkan jenis penggunaannya Rp. 2.826.703 juta

untuk konsumsi, Rp. 1.143.981 juta untuk modal kerja, dan Rp. 483.044 juta untuk

investasi.

Selain sektor perbankan di Kota Depok juga memiliki koperasi. Jumlah pembentukan

koperasi di Kota Depok tahun 2005 ada 53 koperasi. Koperasi merupakan kegiatan

ekonomi yang dapat membantu aktifitas ekonomi rakyat pada tingkat kelurahan.

Tabel 3.7: Ringkasan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pemerintah Kota Depok Tahun 2007

No Uraian Anggaran 2007 Perubahan Anggaran 2007 (Rp)

(1) (2) (3) (4)

1 Pendapatan

1.1 Pendapatan Asli Daerah 72.079.618.619,05 75.457.361.773,64

1.1.1 Pajak Daerah 38.205.947.000,00 40.254.327.102,59

1.1.2 Retribusi Daerah 21.516.647.900,00 22.598.079.695,40

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1.916.539.182,40 2.727.750.359,00

1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 10.440.484.536,65 9.877.204.616,65

1.2 Dana Perimbangan 495.090.160.151,00 504.052.499.829,00

1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 102.118.160.151,00 111.080.499.829,00

1.2.2 Dana Alokasi Umum 381.095.000.000,00 381.095.000.000,00

1.2.3 Dana Alokasi Khusus 11.877.000.000,00 11.877.000.000,00

1.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 163.664.384.059,31 169,836,404,377.31

1.3.1 Hibah 500,000,000.00 585,000,000.00

1.3.2 Dana Darurat - -

1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan pemerintah Daerah Lainnya 88,743,802,550.00 98,785,940,000.00

1.3.4 Dana penyesuaian dan Otonomi khusus 19.000.000.,00 19,000,000,000.00

1.3.5 Bantuan Keuangan dari Proposal atau Pemerintah Daerah lainnya 55,420,581,509.31 51,465,464,377.31

Jumlah Pendapatan 730,834,162,829.36 749,346,265,979.95

Page 66: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 18

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Sumber : Pemerintah Kota Depok

Tabel 3.8: Ringkasan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Lanjutan

Daerah Pemerintah Kota Depok Tahun 2007

No. Uraian Anggaran 2007 Perubahan Anggaran 2007 (Rp)

(1) (2) (3) (4)

2 Belanja

2.1 Belanja Tidak Langsung 416.047.252.688,99 416.065.139.202,89

2.1.1 Belanja Pegawai 288.284.048.296,39 278.204.513.607,72

2.1.2 Belanja Bunga - -

2.1.3 Belanja Subsidi - -

2.1.4 Belanja Hibah 7.000.000.000,00 10.500.000.000,00

2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 74.963.920.000,00 79.851.311.509,31

2.1.6 Belanja Bagi Hasil kepada Prop/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa

- -

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan kepada Prop/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa

26.250.000.000,00 26.250.000.000,00

2.1.8 Belanja Tidak Terduga 19.549.284.392,60 21.259.314.085,86

2.2 Belanja Langsung 452.378.651.976,66 476.185.413.945,35

2.2.1 Belanja Pegawai/Personalia 72.911.472.680,00 78.481.371.780,00

2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 140.076.794.307,41 143.014.699.966,10

2.2.3 Belanja Modal 239.390.384.989,25 254.689.342.199,25

Jumlah Belanja 868.425.904.665,65 892.250.553.148,24

Surflus/(defisit) (137.591.741.836,29) (142.904.287.168,29)

Sumber : Pemerintah Kota Depok

Tabel 3.9: Ringkasan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Lanjutan

Daerah Pemerintah Kota Depok Tahun 2007

No Uraian Anggaran 2007 Anggaran 2007 (Rp)

(1) (2) (3) (4)

Page 67: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 19

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

No Uraian Anggaran 2007 Anggaran 2007 (Rp)

(1) (2) (3) (4)

3 Pembiayaan Daerah

3.1 Penerimaan Pembiayaan 150.607.221.836,29 155.987.894.968,29

3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SILPA) 145.628.485.723,29 147.143.204.988,29

3.1.2 Pencarian dana cadangan - -

3.1.3 Hasil penjualan kekayaan daerah yang disiapkan - -

3.1.4 Penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah - -

3.1.5 Penerimaan kembali pemberian pinjaman 411.480.000,00 411.480.000,00

3.1.6 Penerimaan piutang daerah 4.567.256.113,00 8.433.209.980,00

3.2 Pengeluaran Daerah 13.05.480.000,00 13.083.607.800,00

3.2.1 Pembentukan dana cadangan - -

3.2.2 Penyertaan Modal (investasi) daerah 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00

3.2.3 Pembayaran Pokok Utang 10.604.000.000,00 10.672.127.800,00

3.2.4 Pemberian pinjaman daerah 411.480.000,00 411.480.000,00

Pembiayaan Netto 137.591.741.836,29 142.904.287.168,29

3.3 Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan (SILPA) - -

Sumber : Pemerintah Kota Depok

3.4. Sarana Dan Prasarana Kota

3.4.1 Sarana Pendidikan

Tahun Ajaran 2006/2007 jumlah Sekolah Taman Kanak-kanak di Kota Depok sebanyak

314 sekolah, jumlah murid TK 14.053, dan 954 guru TK. Sekolah SD sebanyak 362

sekolah, dengan 125.581 murid, dan 4.656 orang guru. Sekolah SMP berjumlah 137

sekolah dengan jumlah siswa 44.60 1 orang dan jumlah guru 3.023 orang. Di tingkat SMA

terdapat 51 sekolah dengan jumlah murid dan guru masing-masing 14.93 7 orang dan

1.183 orang. Selain itu terdapat 55 sekolah SMK, dengan jumlah murid 18.726 orang dan

jumlah guru 1.371 orang.

Page 68: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 20

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Pada tahun 2006, penduduk Kota Depok yang berumur 10 tahun keatas yang memiliki

ijazah tertinggi SLTA dan sederajat. 27,67%. Memiliki Ijazah tertinggi SLTA merupakan

persentase terbesar dibanding jenjang pendidikan lainnya. Penduduk Kota Depok yang

berumur 10 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis huruf latin 59,99 %, huruf

lainnya 1,07 %, huruf latin dan huruf lainnya 37,51 %, dan yang buta huruf 1,43 %.

Tabel 3.10: Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan

No Ijasah Tertinggi yang dimiliki Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Tidak punya 9,80 13,65 11,73

2 SD/MI/sederajat 17,52 22,48 20,00

3 SLTP/MTs/sederajat 16,70 18,85 17,77

4 SMU/MA/sederajat 28,47 26,86 27,67

5 SMKejuruan 11,66 7,46 9,56

6 Diploma I/II 1,13 1,96 1,55

7 Diploma III 4,76 4,10 4,43

8 Diploma IV/Sarjana 9,07 4,19 6,63

9 S2/S3 0,89 0,45 0,67

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Catatan : Kota Depok dalam Angka 2007

Tabel 3.11: Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan Tahun Ajaran 2006/2007

No Kode Kecamatan Tk SD SMP SMA/SMK

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

010 Sawangan 31 53 20 15

020 Pancoran Mas 48 75 43 35

030 Sukmajaya 82 81 26 21

040 Cimanggis 104 98 25 12

050 Beji 23 31 10 11

060 Limo 26 24 13 12

Jumlah 314 362 137 106

Sumber : Kota Depok dalam Angka 2007

Page 69: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 21

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3.4.2 Sarana Kesehatan

Pembangunan kesehatan harus selalu dilakukan mengingat jumlah penduduk yang selalu

bertambah dari tahun ke tahun, upaya yang dilakukan pemerintah antara lain dengan

meningkatkan fasilitas sarana dan prasaran kesehatan, sehingga semua lapisan

masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata, dan murah.

Penyedia layanan kesehatan di Kota Depok sebanyak 27 Puskesmas yang tersebar di 6

kecamatan dan 10 Puskesmas pembantu, ditambah 12 Rumah sakit swasta dan 1 RSUD

/pemerintah. Di Kota Depok ada 2 Puskemas yang memliki fasilitas rawat inap yaitu

Puskesmas Cimanggis dan Puskesmas Sukmajaya. Masyarakat yang menerima pelayanan

kesehatan di Puskesmas tidak hanya yang memiliki KTP setempat.

Untuk meningkatkan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat telah

tersedia sarana kesehatan baik yang dibangun oleh pemerintah atau swadaya

masyarakat antara lain Puskesmas, Puskesmas Keliling (pelayanan kesehatan mobile),

Polindes, Posyandu, Praktek dokter, dan sarana kesehatan lainnya. Dari hasil

pengumpulan data dapat dikatakan bahwa Kota Depok memiliki 27 puskesmas yang

tersebar di setiap kecamatan dan memiliki 12 Rumah sakit dan 1 RSUD Sawangan.

Tabel 3.12: Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di Kota Depok Tahun

2007

Sumber : Kota Depok dalam Angka 2007

No Kode Kecamatan Puskesmas Puskesmas

Pembantu Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

0 1 0 Sawangan 4 4 8

0 2 0 Pancoran Mas 4 1 5

0 3 0 Sukmajaya 7 - 7

0 4 0 Cimanggis 7 4 11

0 5 0 B e j i 3 1 4

0 6 0 L i m o 2 - 2

Jumlah 27 10 37

Page 70: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 22

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Tabel 3.13: Sarana Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Depok tahun 2007

No Sarana Pelayanan Jumlah

(1) (2) (3)

1 Rumah Sakit Umum 8

2 Rumah Sakit Ibu & Anak 4

3 Balai Pengobatan (BP) 52

4 Balai Pengobatan Berizin 107

5 Rumah Bersalin (RB) 4

6 Rumah Bersalin Berizin 34

7 Laboratorium Kesehatan Swasta 20

8 Optik/Optik Berizin 3/34

9 Pengobatan Tradisional 68

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Depok

3.4.3 Perdagangan dan Jasa

Sektor perdagangan merupakan sektor ekonomi yang banyak di minati oleh semua

kalangan masyarakat dalam kegiatan ekonomi baik itu secara formal maupun informal.

Jumlah perusahaan perdagangan yang mempunyai SIUP tahun 2007 sekitar 1.172

perusahaan yang terdiri dari perusahaan kecil 786 perusahaan, perusahaan menengah

236 perusahaan, perusahaan besar 81 perusahaan, dan perusahaan cabang 69

perusahaan.

Besarnya PAD Kota Depok dapat tercermin melalui besarnya investasi yang ditanamkan

di Kota Depok menurut jenis komoditi, jenis investasi dan tenaga kerjanya.

Perdagangan luar negeri digambarkan oleh adanya kegiatan ekspor dan impor. Volume

ekspor Kota Depok tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2006 paling banyak ke Negara

Singapura sebesar 397.772,00 Kgs yang nilainya mencapai 830.366,49 US $, kemudian ke

Taiwan sebesar 283.773,00 Kgs yang nilainya 500.085,62 US $ .

Industri kecil mampu menyerap tenaga kerja 19.660 tenaga kerja, paling besar

menyerap tenaga kerja dibandingkan dengan industri lainnya. Industri kecil yang paling

banyak di Kota Depok adalah industri tekstil, elektronika, dan aneka.

Page 71: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 23

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Tabel 3.14: Perusahaan Perdagangan Barang dan Jasa Yang Mempunyai SIUP

Tahun 2007

No Kode Kecamatan

Perusahaan Jumlah

Kecil Menengah Sedang Besar

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

010 Sawangan 51 8 11 6 76

020 Pancoran Mas 127 30 10 13 180

030 Sukmajaya 197 66 13 17 293

040 Cimanggis 179 69 23 18 289

050 Beji 140 42 11 10 203

060 Limo 92 21 13 5 131

Jumlah 786 236 81 69 1.172

Sumber : Kota Depok dalam Angka 2007

3.4.4 Sarana Permukiman

Kebijakan pembangunan sektor perumahan dan permukiman di kota Depok mengacu

pada visi dan misi kota Depok, antara lain menjadikan Depok sebagai kota permukiman

yang nyaman.

Kondisi pembangunan perumahan dan permukiman di Kota Depok mencapai 10.968 ha

(54,76 %) dari keseluruhan luas wilayah di Depok 20.029 ha, hal ini mengakibatkan

meningkatkan tuntutan kebutuhan fasilitas dan utilitas perumahan dan permukiman,

dimana kondisi lingkungan dan perumahan yang ada belum tertata dengan baik. Hanya

40 % yang sudah tertata dengan baik sedangkan 60 % belum tertata dengan baik.

Kawasan permukiman terbesar terdapat di Sawangan.

3.4.5 Sarana Peribadatan

Tempat ibadah merupakan salah satu sarana yang penting untuk meningkatkan derajat

keimanan seseorang. Pada tahun 2007, di Kota Depok terdapat 554 masjid, 129 mushola,

995 musholla, 6 gereja katolik, 62 gereja protestan, 1 vihara, dan 2 pura. Jumlah TPA di

Kota Depok 286. Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kota Depok tahun 2007 ada 133

Page 72: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 24

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

sekolah dengan jumlah murid 30.547 orang, dan guru 1.423 orang. Sedangkan jumlah

Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota Depok 55 sekolah, dengan jumlah siswa 10.333

orang, dan jumlah guru 1.355 orang. Serta jumlah sekolah Madrasah Aliyah (MA) ada 21

sekolah, dengan jumlah siswa 1.869 siswa, dan 257 guru.

Tabel 3.15: Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Jenisnya di Kota Depok tahun

2006

No Kode

Kecamatan

Masjid

Langgar

Mushola

*) Gereja

Vihara

Pura Katolik Protestan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

010 Sawangan 74 - 217 - 4 - -

020 Pancoran Mas 113 - 267 2 24 - -

030 Sukmajaya 138 - 151 2 20 - -

040 Cimanggis 140 - 255 1 5 - 1

050 Beji 44 - 72 - 6 - -

060 Limo 45 129 33 1 3 1 1

Kota Depok 554 129 995 6 62 1 2

Sumber : Kota Depok dalam Angka 2007

3.4.6 Prasarana Air Minum

Penyediaan air minum di Kota Depok sampai saat ini masih dikelola oleh PDAM

Kabupaten Bogor. Jumlah pelanggan PDAM di Kota Depok sampai dengan bulan

September tahun 2007 adalah 40.343 pelanggan (SL) dan besarnya pemakaian PDAM

adalah 11.952.220 m3.

Tabel 3.16: Jumlah Pelanggan dan Pemakaian Air MinumMenurut Jenis

Penggunanya di Kota Depok Tahun 2007

No Golongan Pelanggan Jumlah

Pelanggan (SL) Pemakaian (M3)

1 I A (Sosial Umum) 162 8 8.926

2 II A (Sosial Khusus) 101 46.772

Page 73: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 25

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

No Golongan Pelanggan Jumlah

Pelanggan (SL) Pemakaian (M3)

3 II B (RSS) 153 47.694

4 III A (R. Sederhana) 28.365 6.846.447

5 III B (R. Menengah) 6.829 1.931.469

6 III C (Inst.Pemerintah) 29 34.311

7 IV A (R.Menengah/Kantor 3.847 1.182.937

8 IV B (Niaga Kecil) 787 258.154

9 IV C (Industri Kecil) 2 677

1 0 IV D (Niaga Besar) 34 13 6.870

1 1 IV E (Industri Besar) 22 358.65 1

1 2 V (Khusus) 12 1.019.312

Jumlah 40.343 11.952.220

Sumber : PDAM Kabupaten Bogor

3.4.7 Prasarana Irigasi

A. Saluran Irigasi Kali Baru

Saluran ini juga merupakan saluran irigasi untuk pertanian, sehingga pada

periode tertentu dikeringkan untuk pemeliharaan saluran, berdasarkan

pengukuran debit aliran yang diukur dengan currentmeter, debit sesaat

QS=603,36 1/detik. (Sumber RTRW Kota Depok tahun 2000).

B. Saluran Irigasi Cisadane Empang

Saluran ini juga mempunyai fungsi utama untuk pengairan pertanian, sehingga

pada periode tertentu dilakukan pengeringan, untuk pemeliharaan saluran.

Data debit dari cabang Dinas PU Pengairan Kabupaten Bogor antara tahun

1992 sampai 197, stasiun pengukuran KP Pecahan Air, debit minimal QS=200

1/detik. (Sumber RTRW Kota Depok tahun 2000).

Page 74: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 26

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

C. Danau/Situ

Salah satu sumber air permukaan yang ada di kota Depok adalah danau atau

situ. Situ-situ ini berfungsi sebagai irigasi local, perikanan, sanitasi,

pengendali air, air minum, industri dan rekreasi.

Berdasarkan studi literatur saat in terdapat 21 situ di kota Depok, sedangkan

menurut Bagian Lingkungan Hidup sekitar 25 situ. Sementara itu hasil survey

lapangan yang dilaksanakan oleh Innerindo Dinamika terdapat sekitar 30 situ.

3.4.8 Prasarana Listrik

Di Kota Depok ada 3 Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) PLN antara lain : UPJ

Depok Kota, UPJ Cimanggis, dan UPJ Sawangan. Untuk UPJ Depok Kota daerah

pelayanannya meliputi Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Beji, Kecamatan

Pancoran Mas, dan Kecamatan Limo. Jumlah pelanggan PLN di Kota Depok

sampai dengan bulan September 2007 268.104 pelanggan.

3.4.9 Sarana Telekomunikasi

Pada bulan September 2007 jumlah pelanggan Kancatel Depok sebesar 72.476 dengan

jumlah kapasitas sentral dan jumlah LIS (Line in service) 80.301 dan 75.529.

3.4.10 Prasarana Jalan

Panjang jalan di Kota Depok tahun 2007 adalah 503,24 km2, jika dirinci menurut status

pemerintah yang berwenang maka panjang jalan negara 14,31 km2, jalan propinsi 19,16

km2, jalan kota 469,77 km2.

Tabel 3.17: Pembagian Jalan Kota Depok

No Uraian Jumlah Persentase

1 Status Jalan

Jalan Negara 14,31 2,84

Jalan Propinsi 19,16 3,81

Page 75: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 27

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Jalan Kota 469,77 93,35

Jumlah 503,24 100,00

2 Kinerja

Mantap (baik + sedang) 155,39 30,88

Tidak Mantap (Rusak Ringan + Rusak Berat) 347,84 69,12

Jumlah 503,23 100,00

Sumber : Kota Depok dalam Angka 2007

3.4.11 Sarana Transportasi

Salah satu potensi Kota Depok adalah di sektor perhubungan. Jumlah angkutan, izin

trayek, jumlah penumpang yang ada di kota Depok merupakan investasi yang menunjang

poembangunan di kota depok dan merupakan salah satu asset dalam penghitungan PAD

Kota Depok. Lalu lintas angkutan kereta api merupakan alat transportasi yang banyak

diminati karena biayanya yang relative murah dan cepat sampai di tujuan.

Tabel 3.18: Jumlah Penumpang Kereta Api Menurut Stasiun di Kota Depok Tahun

2007

No Kode Stasiun Umum

Kartu

Jumlah Trayek Bulanan

Langganan Sekolah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

010 Pondok Cina 1.047.114 337.910 - 1.385.024

020 Depok Baru 4.762.706 27.256 - 4.789.962

030 Depok Lama 3.111.409 189.023 3.409 3.303.841

040 UI 1.556.970 447.976 - 2.004.946

050 Citayam 1.759.309 18.378 3.305 1.780.992

Jumlah 12.237.508 1.020.543 6.714 13.264.765

Catatan : Kota Depok dalam Angka 2007

Page 76: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 28

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3.5. Rencana Kota

3.5.1 Strategi Pengembangan Sarana Dan Prasarana

Strategi pengembangan wilayah di Kota Depok mencakup bidang pertanian, perdagangan

dan jasa, pendidikan, perumahan, fasilitas umum lainnya, pariwisata, prasarana dan

sarana dan sosial budaya masyarakat Kota Depok.

A. Pertanian

Berdasarkan Propeda kota depok, 2002-2006 Kebijakan sektor pertanian di Kota

Depok diarahkan pada pengembangan sektor pertanian yang berdaya saing,

berwawasan agribisnis dan berbasis pada sumber daya, melalui peningkatan

produk unggulan daerah. Kegiatan pertanian dikembangkan pada jasa dan

industri pertanian (agribisnis dan pertanian) berbasis teknologi dan masyarakat.

Lahan pertanian tidak hanya diandalkan sebagai areal produksi saja namun untuk

pembibitan komoditas, ternak serta pertanian perkotaan. Lokasi kegiatan

pertanian dikembangkan bersama areal perkotaan yang dapat diidentifikasi

sebagai ruang terbuka hijau produktif.

B. Perdagangan dan jasa

Saat ini kegiatan perdagangan dan jasa di Kota Depok tersebar dengan pola

ribbon development yang berkembang mengikuti jaringan jalan di beberapa

lokasi dibawah ini:

1) Poros pusat Kota (Jalan Margonda Raya)

2) Poros Jalan Arief Rahman Hakim, Nusantara dan Dewi Sartika

3) Jalan Akses UI

4) Jalan Raya Ciogor-Cimanggis

5) Jalan Raya Parung-Sawangan

6) Pusat Cinere-Limo

7) Pusat-pusat lingkungan.

Page 77: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 29

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Berdasarkan RTRW kota depok 2010, lokasi pusat-pusat perdagangan dan

komersial diarahkan pada :

1) Pusat perdagangan utama Kota di Jalan Margonda Raya, dengan jenis

kegiatan termasuk Kegiatan informal dengan skala pelayanan lokal dan

wilayah

2) Sub pusat perdagangan dan jasa di 5 wilayah dikembangkan sesuai dengan

arahan untuk melayani bagian wilayah kota dengan tujuan untuk lebih

meratakan jangkauan fasilitas Kota.

Terdapat rencana pemindahan terminal tipe B ke Daerah Jatijajar dan dibukanya

Akses ke Jalan Tol jagorawi yang melewati daerah kompleks perumahan

emeralda. Diperkirakan di kawasan kompleks perumahan emeralda akan

berkembang kegiatan perdagangan dan jasa, serupa dengan kawasan Cibubur

Junction. Oleh karenanya akan dibuat sub pusat baru dikawasan kompleks

perumahan tersebut.

C. Pendidikan

Kegiatan pendidikan di Kota Depok sejalan dengan visi Kota sebagai Kota

Pendidikan, maka pengembangan kawasan pendidikan diarahkan di Kecamatan -

Pancoran Mas yaitu di daerah Citayam, sebagai Kawasan Pendidikan Terpadu.

Pada awalnya diharapkan kampus-kampus dengan luas lahan kecil dapat

menempati area dan memanfaatkan fasilitas secara bersama di daerah tersebut.

Namun ternyata daerah citayam tidak berkembang sebagai kawasan pendidikan

tinggi, hanya setingkat pendidikan menengah. Hal ini disebabkan karena

kurangnya akses dan pembangunan prasarana jaringan jalan menuju daerah

citayam. Kawasan yang berkembang sebagai kawasan pendidikan tinggi justru

daerah Kelapa Dua. Padahal dengan ditetapkannya daerah citayam sebagai

Kawasan Pendidikan Terpadu diharapkan akan dapat mendorong terciptanya

persaingan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan tinggi agar diarahkan

perkembangan ruangnya ke arah selatan. Saat ini akan dibangun prasarana

transportasi secara bertahap dalam bentuk pengembangan jaringan jalan dan

interkoneksinya dengan moda KRL melalui stasiun citayam yang sudah ada.

Page 78: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 30

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

D. Permukiman

Arah pengembangan kawasan permukiman di Kota Depok cenderung ke arah

Barat, Timur dan Selatan (Kecamatan Sawangan dan Cimanggis). Hal ini

disebabkan karena masih luasnya areal yang dapat dikembangkan dan mengingat

lahan keterbatasan lahan yang berada di pusat Kota. Pengembangan kegiatan

permukiman di pusat kota perlu mempertimbangkan upaya pembangunan

perumahan secara vertikal yang mulai dilakukan di Jalan Margonda dengan

dibangunnya apartemen yang terintegrasi dengan pusat perbelanjaan. Namun

kehadiran jenis tempat tinggal tersebut tidak dapat dijangkau oleh semua

lapisan ekonomi masyarakat, karena itu perlu adanya kebijakan pembangunan

Rusun (Rumah susun) sehat yang sederhana dan terjangkau oleh masyarakat

terutama di daerah permukiman kumuh dan padat.

Potensi dari sarana dan prasarana penunjang permukiman meliputi penyediaan

air bersih, pengelolaan persampahan dan pengelolaan limbah cair adalah:

1) Besarnya jumlah penduduk Kota Depok

2) Kegiatan pembangunan Kota Depok yang sangat pesat

3) Rendahnya cakupan pelayanan sistem sehingga perlu segera ditingkatkan

4) Sistem tertentu seperti IPLT masih tertunda sehingga potensi untuk

pemanfaatan masih cukup tinggi.

5) Keterlibatan swasta terkait CSR (Corporate Social Responsibility)

merupakan peluang untuk dibuat kerjasama.

Sedangkan permasalahan dalam sarana dan prasarana permukiman yang meliputi

penyediaan air bersih, pengelolaan persampahan dan pengelolaan limbah cair

adalah:

1) Rendahnya tingkat pelayanan sistem.

2) Rendahnya kualitas pelayanan karena belum sesuai SOP (standar operasi

dan prosedur).

3) Perencanaan lintas sektor yang tidak terpadu.

4) Keterbatasan dana pembangunan.

Page 79: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 31

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5) Masih rendahnya partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan

sarana dan prasarana permukiman.

3.5.2 Program-Program Pengembangan Sarana Dan Prasarana

A. Air bersih

Arahan pengembangan prasarana sumber air bersih adalah sebagai berikut :

1) Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan air bersih jaringan pipa

2) Meningkatkan peran serta masyarakat

3) Meningkatkan cakupan pelayanan

4) Memelihara kelestarian sumber-sumber air baku guna menjaga

kesinambungan pasokan air baku yang akan diolah.

Berdasarkan kondisi eksisting, telah terjadi penurunan jumlah pelanggan air

bersih sebesar 10,91% pada tahun 2002-2003 dan pada tahun 2004 terjadi

penambahan jumlah pelanggan air minum di sebanyak 5,51% (2003-2004). Dalam

kurun waktu 3 tahun tersebut terjadi penurunan volume pemakaian air bersih

rata-rata pertahunnya 17,69%, penurunan jumlah pemakaian ini disebabkan oleh

menurunnya jumlah pemakaian air bersih untuk RSS, rumah sederhana dan

kegiatan niaga kecil.

B. Air Limbah

Arahan kebijakan pengelolaan air limbah yaitu meminimumkan pencemaran air

tanah dangkal dan badan air permukaan serta meningkatkan kualitas sanitasi

perkotaan yang dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut :

1) Mewajibkan setiap kegiatan industri, rumah sakit, perhotelan, dan

pertokoan besar yang menghasilkan air limbah membuat prasarana dan

sarana pengolahan disesuaikan dengan baku mutu air limbah

2) Meningkatkan pengernbangan sistem pengolahan air limbah komunal untuk

limbah rumah tangga dan perdagangan

3) Meningkatkan sarana dan prasarana yang telah ada.

Page 80: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 32

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Sistem pengolahan air limbah yang ada di Kota Depok menggunakan sistem

perpipaan (off-site) yang dilakukan di Kecamatan Beji dan sistem setempat (on-

site). Instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang tersedia hanya satu yang

berlokasi di Kelurahan Kalimulya (21,328 ha) dengan kapasitas 73 m3/hari.

C. Persampahan

Arahan pengelolaan persampahan di kota depok dilakukan dengan

mendayagunakan Badan Usaha Swasta dan masyarakat untuk berperan serta aktif

dalam hal :

1) Meningkatkan kualitas pelayanan persampahan hingga daerah yang lebih

luas.

2) Penyediaan sarana-sarana tempat pembuangan sampah yang memadai pada

tiap-tiap kawasan fungsional

3) Mengembangkan pengelolaan sampah dengan sistem daur ulang

4) Meningkatkan kualitas lingkungan kota termasuk pada Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) Sampah.

Saat ini sistem pengolahan sampah di Kota Depok menggunakan sistem

ingenerator dimana sampah dipilah dahulu (di TPA Cipayung) kemudian untuk

sampah organik dijadikan kompos organik, dan sisanya baru diolah lebih lanjut.

D. Drainase

Arahan Pengelolaan dan pengembangan sistem drainase :

1) Rencana pengembangan sistem drainase diarahkan mengikuti pola sistem

Daerah Aliran Sungai (DAS)

2) Pola daerah aliran sungai, sistem drainase dan genangan diarahkan

memanfaatkan keberadaan situ-situ beserta arah alirannya.

3) Pola perencanaan pengembangan pengendalian banjir harus

terintegrasi/terpadu dengan memperhatikan arah dan sistem drainase, pola

daerah aliran sungai, keberadaan danau (situ) dan adanya daerah rawan

banjir/genangan.

Page 81: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 33

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

4) Membuat sumur resapan pada bangunan yang akan dibangun guna menjaga

fungsi hidrologis (resapan air) dan kelestarian lingkungan.

5) Pengendalian banjir adalah menciptakan lingkungan kota bebas banjir dan

genangan dengan menata daerah aliran sungai melalui pengendalian sungai

yang terpadu dengan sistem drainase wilayah.

Strategi pengendalian banjir di Kota Depok adalah sebagai berikut :

1) Mengendalikan debit air dan meningkatkan kapasitas sungai dengan cara

pengerukan

2) Membangun, meningkatkan dan mengembalikan fungsi situ-situ dan waduk

sebagai daerah penampungan air

3) Menjaga fungsi lindung dengan ketat sesuai dengan arahan pemanfaatan

yang berhubungan dengan tata air

4) Menjaga pemanfaatan ruang pada Daerah Aliran Sungai (DAS) agar fungsi

kawasan tetap terjaga

5) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga Kelestarian sungai

6) Pembuatan sarana pengendali banjir seperti pintu-pintu air untuk

pengaturan

7) Pengendalian pembangunan pada bantaran sungai dengan upaya

penghijauan atau pembebasan seluruh daerah bantaran sungai dari kawasan

terbangun, disesuaikan dengan garis sempadan sungai yang telah

ditetapkan.

E. Listrik

Sistem pelayanan listrik di Kota Depok sebelum tahun 2004 hanya terdiri dari 4

UPJ yaitu UPJ Depok Kota, Cimanggis, Cibinong dan Sawangan, namun pada

tahun 2004 terjadi penambahan satu unit UPJ yaitu UPJ Bojong Gede. Pada

tahun 2004 terjadi penurunan jumlah pelanggan sebanyak 1,73% dari tahun

sebelumnya, penurunan terbesar berada pada UPJ Depok Kota dan Cimanggis.

Pemakaian listrik di Kota Depok dari didominasi untuk kegiata rumah tangga (RT)

Page 82: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 34

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

dan kegiatan industri. Pada tahun 2003 pemakaian untuk rumah tangga mencapai

70 % namun pada tahun 2004 terjadi penurunan sebesar 11,78%.

Pengembangan sektor energi listrik diarahkan dengan cara :

1) Pengembangan jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat

2) Pemerataan pelayanan Penerangan Jalan Umum (PJU) pada seluruh

lingkungan permukiman dan peningkatan kualitas penerangan jalan umum

pada jalan protokol, jalan penghubung, taman dan pusat-pusat aktivitas

masyarakat.

F. Telepon

Pelayanan sambungan telekomunikasi khususnya Telkom di Kota Depok dilakukan

dengan menggunakan 3 buah STO (Sentral Telepon Otomat) yaitu STO Depok,

STO Pancoran Mas dan STO Sukmajaya. Kecenderungan segmen pelanggan di

Kancatel Depok adalah segmen residensial (rumah tangga) yang selama kurun

waktu 5 tahun terakhir (2000-2004) mengalami kenaikan sebesar 11,62%.

Strategi pengembangan sarana dan prasarana telekomunikasi, yaitu dengan:

1) Pengembangan sistem pelayanan telekomunikasi melalui penerapan

teknologi telekomunikasi yang ada

2) Penambahan dan pembangunan sentral-sentral teleponn baru

3) Perluasan pengadaan telepon umum dan peningkatan warung

telekomunikasi di permukiman padat penduduk

Bagian Wilayah Kota Beji dan Jalan Akses UI di arahkan menjadi pusat kegiatan

pengembangan informasi berbasis teknologi.

3.5.3 Rencana Pemanfaatan Ruang

Rencana Struktur Ruang Kota Depok menggambarkan susunan unsur-unsur pembentuk

rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang digambarkan

secara hirarkis dan berhubungan satu dengan lainnnya membentuk struktur ruang kota.

Rencana struktur ruang Kota Depok antara lain meliputi;

Page 83: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 35

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Konsep pengembangan tata ruang wilayah, hirarki pusat pelayanan wilayah seperti

sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan, pusat-pusat permukiman, hirarki sarana

dan prasarana, dan

Sistem jaringan transportasi seperti sistem jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan

kelas terminal.

Rencana pengembangan tata ruang Kota Depok dirumuskan berdasarkan kondisi nyata

potensi yang di miliki dan juga berdasarkan kecenderungan pemanfaatan ruang yang

harus diarahkan kepada kondisi ideal yang diharapkan dengan memperhatikan aspek-

aspek yang realistis yang dapat terwujud, serta dapat dirasakan manfaatnya baik bagi

Pemda Kota Depok sebagai pengguna rencana tata ruang maupun bagi masyarakat yang

terkena dampaknya dari pelaksanaan pembangunan.

Dasar pertimbangan dalam perencanaan tata ruang Kota Depok tidak bisa dilepaskan

dari fungsinya sebagai kawasan penyangga (buffer zone) dan kawasan penyeimbang

(counter magnet), yang diharapkan dapat memacu pertumbuhan kegiatan Kota Depok

dan wilayah sekitarnya.

Konsep pengembangan Kota Depok akan mengacu juga kepada aspek eksternal yang

sangat strategis yang karena kedudukan lokasinya berada di antara perbatasan dengan

Kota Jakarta, Kota Bekasi, Kab. Bogor dan Kota Tangerang. Secara lokasional, jarak

tempuh Kota Depok dengan Propinsi DKI Jaya cukup dekat, sehingga penduduk Kota

Depok sebagian besar bekerja di Jakarta, sedangkan secara administrasi Kota Depok

merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat. Hal ini berakibat terhadap

penggunaan infrastruktur pendukung, yang harus ditanggung oleh Pemda Kota Depok,

sedangkan sebagian besar pengguna infrastruktur tersebut adalah moda angkutan dari

Provinsi DKI Jakarta.

Aspek internal (kondisi riil) yang perlu diperhatikan adalah terkait dengan potensi yang

dimiliki oleh Kota Depok dan fungsi kota yang akan diemban oleh Kota Depok, sebagai

kawasan perdagangan dan jasa komersial, dengan basis kegiatan pertanian sehingga

kegiatan tersebut perlu didorong pertumbuhannya untuk meningkatkan perekonomian

Kota Depok.

Page 84: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 36

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, konsep pengembangan Kota Depok

memiliki ciri sebagai berikut:

1. Wilayah Utara : memilki kegiatan yang telah berkembang dengan pesat, mempunyai

kepadatan bangunan sedang sampai tinggi, kegiatan pendidikan, perdagangan dan

jasa komersial. Sehingga dalam pemanfaatan ruangnya wilayah utara akan

dikendalikan, karena alokasi ruang yang ada telah sangat terbatas, sehingga yang

perlu diperhatikan adalah aspek pengendalian lingkungan.

2. Wilayah Selatan : relatif belum berkembang, kepadatan bangunan rendah sampai

sedang, kegiatan yang telah berkembang saat ini adalah perkantoran pemerintah,

kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan pertanian, industri, dan akan diarahkan

juga sebagai kawasan pendidikan terpadu. Wilayah selatan masih mempunyai

banyak areal cadangan untuk pemanfaatan ruang, sehingga wilayah selatan akan

lebih dipacu perkembangannya tetapi dengan batasan-batasan tertentu.

3.5.4 Sistem Pusat Pelayanan

Adanya perubahan paradigma visi dan misi Kota Depok dari yang semula kota

pemukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan dan peribadatan, menjadi kota yang

berorientasi ke perdagangan dan jasa dengan pembatasan kegiatan pemukiman,

membawa dampak terhadap arah perkembangan pusat-pusat pelayanan dan

perkembangan kawasan terbagun.

Berdasarkan RTRW Depok 2000-2010 terdapat Pusat Kota di Margonda dan 5 (lima) sub

pusat, yaitu Sub Pusat Cinere, Sub Pusat Cisalak, Sub Pusat Sawangan, Sub Pusat Cisalak

dan Sub Pusat Citayam.

Berdasarkan perkembangan penggunaan lahan saat ini, pusat kota Margonda telah

berkembang sesuai dengan arahan RTRW, Sub Pusat Cinere telah berkembang (karena

sudah berkembang sebelumnya), Sub Pusat Citayam tidak berkembang seperti yang

diarahkan dalam RTRW, arah perkembangannya lebih ke arah kegiatan industri kecil.

Sedangkan Sub Pusat Cimanggis dan Sawangan belum berkembang seperti arahan dalam

RTRW. Selain itu, terdapat sub pusat yang berkembang tidak sesuai arahan RTRW, yaitu

Page 85: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 37

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

kawasan Cibubur, kawasan Cisalak yang berkembang menyebar dan kawasan lain yang

berkembang pita (ribbon development).

Pusat Margonda sudah berkembang dalam koridor yang diinginkan, namun rencana Situ

Rawa Besar sebagai alun-alun (square) Kota Depok masih sulit diwujudkan. Fungsi dan

pemanfaatan ruang yang berkembang juga sudah mencerminkan Margonda sebagai Pusat

Kota Depok. Tetapi saat ini kondisi jalan Margonda telah mengalami beban lalu-lintas

yang cukup tinggi terutama pada jam-jam sibuk (karena lebar jalan Margonda sekitar 8

meter, dan bercampurnya lalu-lintas menerus dan lokal), sehingga arus keluas masuk

orang dan kendaraan dari dan ke kegiatan-kegiatan perdagangan dan jasa yang terdapat

di Margonda terhambat. Hal ini dapat menyebabkan orang enggan menuju ke Margonda,

dan akan mencari alternatif kawasan perdagangan dan jasa lainnya. Selain itu, dengan

berkembangnya kegiatan perdagangan (mal dan pusat perbelanjaan) di Margonda yang

demikian pesatnya, dapat mengarah kejenuhan kegiatan, sehingga perlu ada

dikembangkan alternatif sub pusat lainnya.

Tidak berkembangnya Sub Pusat Citayam sesuai dengan arahan dalam RTRW karena

belum adanya perbaikan pola sirkulasi dan jalan sehingga terjadi kemacetan lalu-lintas

yang cukup tinggi. Sub Pusat ini akan tetap dipertahankan lokasinya dan akan diarahkan

sebagai kawasan sentra niaga dan budaya.

Belum berkembangnya sub pusat Sawangan di Rangkapan Jaya, diperkirakan belum

adanya dukungan program dari Pemerintah Kota Depok karena dari aspek lokasinya, sub

pusat tersebut cukup strategis. Sub pusat ini akan tetap dipertahankan, untuk melayani

wilayah Kecamatan Sawangan dan sekitarnya.

Sub Pusat Cimanggis di Jatijajar belum berkembang disebabkan adanya kendala

morfologi dan kesediaan lahan. Dengan akan dikembangkannya Terminal Jatijajar, maka

sub pusat Cimanggis diperkirakan akan berkembang dengan cepat, tetapi lokasinya

harus bergeser ke tempat yang lebih datar.

Sub Pusat Cisalak kurang berkembang karena kesulitan lahan. Untuk itu dibutuhkan

dukungan Pemerintah Kota Depok dalam penyediaan lahan untuk berkembangnya sub

pusat ini, karena lokasi sub pusat ini cukup potensial karena terdapatnya jalan kolektor

primer sejajar pipa gas dan adanya rencana jalan tol.

Page 86: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 38

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Selain itu, di persimpangan Jalan Raya Parung-Jalan Sawangan Raya telah berkembang

kegiatan perdagangan yang cukup besar dengan skala pelayanan wilayah Parung,

Sawangan dan sekitarnya, sehingga di persimpangan ini akan diarahkan sebagai sub

pusat pelayanan agar perkembangan kegiatan yang telah ada sekarang dapat diarahkan

sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang.

Adanya rencana untuk membuka simpang tol Cimanggis menjadi 2 (dua) arah, sehingga

kemungkinan berkembangnya sub pusat pelayanan baru, yaitu di sekitar kawasan

perumahan Emeralda. Saat ini di sekitar kawasan perumahan Emeralda telah

berkembang kegiatan perdagangan dan jasa, dengan skala pelayanan Tapos,

Leuwinanggung, Kab. Bekasi, Kota Jakarta dan sekitarnya.

Terdapat rencana pembangunan jalan Toll Depok-Antasari yang melintasi wilayah

Kecamatan Limo dan Pancoran Mas, dan akan dikembangkannya koridor bisnis sepanjang

jalan toll tersebut. Berdasarkan hasil studi Pengembangan Kawasan Baru di Sekitar

Koridor Jalan Tol Antasari – Depok Tahun 2005, menyebutkan bahwa dengan dibukanya

pintu toll di Kelurahan Krukut akan menyebabkan daerah tersebut berkembang kegiatan

perdagangan dan jasa. Oleh karenanya untuk mengantisipasi hal tersebut maka di buat

sub pusat krukut yang melayani kegiatan Perdagangan dan Jasa untuk wilayah

sekitarnya.

Page 87: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 3 - 39

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

No. Jenjang Pelayanan Rencana Pelayanan Kegiatan Melayani Kelurahan 1 Pusat Kota (Margonda)

- Pusat Pemerintahan - Pusat Bisnis Konvensi - Pusat Perdagangan Komersia l &

Jasa - Konservasi Budaya - Taman Kota - Terminal Terpadu dalam Kota - Pendidikan, Riset & Teknologi

- Seluruh Kota Depok - Kelurahan yang ada disekitarnya

yaitu Sukmajaya , Tir tajaya, Pancoran Mas, Mampang, Depok, Depok Jaya, Beji, Kukusan, Be ji Timur, Kemir i Muka, Pondok Cina, Mekarjaya

2 Cinere

- Perkantoran & Bisnis - Perdagangan, Komersial & Jasa - Kawasan Pendidikan - Terminal C

- Kelurahan Cinere, Pangkalan Jati, Pangkalan Jati Baru, Gandul.

3 Sawangan - Perdagangan & Jasa - Pusat Jasa Perbengkelan - Pusat Agrob isnis (Holtikultura) - Perdagangan Eceran - Terminal C

- Kelurahan Sawangan Baru, Rangkapan Jaya, Rangkapan Jaya Baru, Meruyung, Pasir pu tih, dan Bedahan.

4 Citayam - Pusat Perdagangan Grosir & Eceran - Kawasan Pendidikan - Sentra N iaga dan Budaya - Terminal C

- Cipayung, Cipayung Jaya, Ratujaya, Bojong Pondok Terong, Pondok Jaya, Kalimulya , Jatimulya, dan Kalibaru .

5 Cimanggis (Jatijajar)

- Pusat Perdagangan Grosir & Eceran - Jasa Pergudangan - Terminal B - Pusat Pembibitan

- Kelurahan Ka libaru, Cilodong, Sukamaju, Jatija jar, dan Cilangkap.

6 Cisalak - Pusat Perdagangan Grosir & Eceran - Terminal C - Pusat Jasa

- Kelurahan Sukamaju Baru, Sukatani, Harjamukti, Cisalak Pasar, Curug, Mekarsari, Cisalak, Tugu, Pasirgunung Selatan, Bakti Jaya, Abadi Jaya.

7 Tapos - Pusat Perdagangan Grosir & Eceran - Pusat Jasa - Rumah Pemotongan Hewan (RPH)

- Kelurahan Tapos, Leuwinanggung, dan Cimpaeun.

8 Bojongsari - Pusat Perdagangan & Jasa - Kawasan Pendidikan - Terminal C

- Kelurahan Pengasinan, Duren Seribu, Duren Mekar, Bojongsari, Bojongsari Baru, Sawangan, Curug, Cinangka, Kedaung, Serua dan Pondok Petir .

9 Krukut - Perdagangan dan Jasa - Kelurahan Krukut, Limo, Grogol dan Tanah Baru.

Tabel 3.19: Rencana Fungsi Pusat-Pusat Pelayanan Kota Depok

Page 88: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 4 - 1

4 . Ko n d i s i P e n g e l o l a a n

S a m pa h S a at I n i

4.1. Umum

Salah satu aspek yang turut menentukan kebersihan suatu kota adalah pengelolaan

persampahan di kota tersebut. Pengelolaan persampahan yang tidak terprogram akan

menyebabkan penanganan sampah yang tidak tuntas, sehingga ada sampah yang tidak

terangkut yang menyebabkan kebersihan dan keindahan kota tidak tercapai.

Didalam setiap Pemerintah Kota, sampah dari rumah tangga dikumpulkan baik yang

menggunakan gerobak sampah maupun yang langsung masuk truk sampah. Sampah yang

dikumpulkan melalui gerobak dan truk-truk kecil kemudian dibawa ke suatu tempat

pengumpulan atau peralihan yang disebut Tempat Penampungan Sampah Sementara

(TPS) atau Transfer Depo. Di TPS dilakukan pemindahan, biasanya secara manual ke

dalam truk yang lebih besar untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA).

Sedangkan di Transfer Depo sebenarnya pemindahannya dapat dilakukan langsung dari

gerobak ke truk melalui ramp. Umumnya jumlah truk dan biaya tidak mencukupi

kebutuhan untuk memberikan pelayanan yang menyeluruh bagi semua wilayah disetiap

Pemerintah Kota.

Meskipun TPA di Kota Depok – Cipayung- telah di disain sebagai ‘sanitary landfills’,

namun hingga saat ini TPA Cipayung dioperasikan dengan prinsip ‘controlled landfill’. Di

TPA ini juga terdapat kehadiran group pemulung yang dikhawatirkan aktivitasnya

bertentangan dengan operasi TPA yang aman dan efisien.

Pengelolaan persampahan Kota Depok di bawah Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup

yang merupakan unsur pelaksana teknis di bawah Walikota Depok yang berfungsi sebagai

pelaksana pelayanan kebersihan (Operator) yang juga berfungsi melaksanakan

pengaturan/pengendaliaan (Regulator).

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Page 89: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 2

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Didalam melaksanakan tugasnya Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup di pimpin oleh

Kepala Dinas sedangkan teknis operasionalnya dibawah Bidang Kebersihan yang dibantu

oleh Koordinator Kecamatan (Korcam) dan staf bidang kebersihan.

4.2. Aspek Organisasi Dan Manajemen

4.2.1 Bentuk Institusi dan Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok No. 16 Tahun 2003 tentang Pembentukan dan

Susunan Organisasi Perangkat Daerah, instansi yang berwenang dalam pengelolaan

kebersihan /persampahan adalah Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (KLH).

Struktur organisasi Dinas KLH ini terdiri dari Kepala Dinas dengan dibantu empat Kepala

Bidang, satu Bagian Tata Usaha dan dua Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).

Selengkapnya, struktur Organisasi Dinas KLH Kota Depok adalah sebagai berikut:

1. Bagian Tata Usaha yang membawahi 2 sub bagian, yaitu:

a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Pekerjaan, Evaluasi dan Pelaporan

2. Bidang Kebersihan, membawahi 2 seksi, yaitu:

a. Seksi Kebersihan Jalan dan Lingkungan

b. Seksi Operasional Pengangkutan

3. Bidang Sarana dan Prasarana membawahi 2 seksi, yaitu:

a. Seksi Pengadaan

b. Seksi Pemeliharaan dan Perawatan

4. Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan, membawahi 2 seksi, yaitu:

a. Seksi Pencegahan Kerusakan Lingkungan

b. Seksi Kemitraan Lingkungan

5. Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan, membawahi 2 seksi, yaitu:

a. Seksi Pengendalian Limbah

Page 90: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 3

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

b. Seksi Pemulihan Lingkungan

6. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang terdiri dari:

a. Unit Pelaksana Teknis Dinas IPLT dan TPA

b. Unit Pelaksana Teknis Dinas TPU

Uraian Tugas

Dinas KLH Kota Depok merupakan unsur pelaksana pemerintah kota yang berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah dan

mempunyai tugas melaksanakan kewenanagan desentralisasi di bidang

kebersihan dan lingkungan hidup. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Dinas

KLH mempunyai fungsi:

1) Perumusan kebijakan teknis di bidang kebersihan dan lingkungan hidup

2) Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang

kebersihan dan lingkungn hidup

3) Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas (UPTD) di bidang

kebersihan dan lingkungan hidup

4) Pengelolaan urusan ketatausahaan

Sedangkan uraian tugas jabatan-jabatan structural di lingkungan Dinas KLH kota

Depok adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas

Tugas pokoknya :

Memimpin, mengatur, membina, mengawasi dan mengendalikan kegiatan dinas

serta penggunaan anggaran dinas.

Uraian tugas :

• Menyusun dan menetapkan rencana strategis dinas mengacu pada rencana

strategis kota;

• Merumuskan kebijakan kebersihan kota meliputi sarana dan prasarana

kebersihan, pencegahan dan pengendalian dampak lingkungan;

Page 91: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 4

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

• Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian dalam urusan

kepegawaian Dinas;

• Membina, mengawasi dan mengendalikan kegiatan bidang teknis meliputi

bidang kebersihan, sarana dan prasarana, pencegahan dampak lingkungan

dan pengendalian dampak lingkungan;

• Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pengelolaan anggaran

Dinas;

• Melakukan pembinaan, pengawasan, dan mengendalikan urusan

ketatausahaan dan rumah tangga dinas;

• Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah (AKIP);

• Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian produk hukum dan

penyusunan rancangan produk hukum yang sesuai dengan bidang tugas;

• Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap UPTD;

• Mengadakan koordinasi dengan bidang-bidang dilingkungan Dinas Kebersihan

dan Lingkungan Hidup;

• Mendistribusikan dan memberikan petunjuk pelaksanaan tugas kepada

bawahan;

• Memantau pelaksanaan tugas bawahan;

• Mengevaluasi hasil kerja bawahan;

• Memberikan motivasi kepada bawahan dalam rangka peningkatan kinerja;

• Memaraf atau menandatangani naskah dinas sesuai dengan bidang tugas dan

kewenangan yang dimilikinya berdasarkan peraturan yang berlaku;

• Melaksanakan hubungan kerjasama/koordinasi dengan instansi terkait baik

Pusat, Propinsi maupun Kabupaten dan Kota atas persetujuan Walikota;

• Memberikan informasi, saran dan pertimbangan kepada Walikota dibidang

kebersihan dan lingkungan hidup;

Page 92: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 5

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

• Membuat laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

Walikota melalui Sekretaris Daerah;

• Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

bidang tugasnya.

2. Kepala Bagian Tata Usaha

Tugas pokoknya :

Memimpin, membina, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan

pembinaan, pengawasan dan pengendalian urusan ketatausahaan, rumah tangga

dinas dan administrasi kepegawaian dan anggaran dinas.

Uraian tugas :

• Merumuskan penyusunan rencana dan program kerja Bagian Tata Usaha

sesuai renstra Dinas serta kebijakan dan arahan Kepala Dinas;

• Mengkoordinasikan penyiapan bahan penyusunan rencana strategis dinas

dengan bidang-bidang teknis;

• Melaksanakan pengelolaan urusan ketatausahaan dan rumah tangga dinas;

• Melaksanakan pengkoordinasian penyusunan laporan akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah (LAKIP);

• Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyusunan

rencana kebutuhan anggaran belanja aparatur, anggaran belanja publik, dan

kebutuhan perlengkapan dinas;

• Melakukan penghimpunan rencana dan program kerja masing-masing bidang

teknis di lingkungan dinas;

• Melaksanakan pembinaan, pengawasamn dan pengendalian administrasi

keuangan, administrasi kepegawaian, dan adminisrasi umum;

• Melaksanakan pengawasan dalam rangka pengadaan sarana dan prasarana

kantor sesuai dengan kewenangannya;

• Mengkoordinasikan penyusunan rancangan produk hukum dengan bidang

teknis;

Page 93: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 6

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

• Melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pengadaan

perlengkapan kantor;

• Mengumpulkan, mengolah data dan informasi yang berkaitan dengan

penyelenggaraan tugas-tugas ketatausahaan;

• Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;

• Memantau pelaksanaan tugas bawahan;

• Mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam rangka meningkatkan produktifitas

kerja;

• Memberikan motivasi bawahan dalam rangka meningkatkan kinerja pada saat

melaksanakan tugas;

• Mengevaluasi dan mengawasi pelaksanaan tugas dilingkungan Bagian Tata

Usaha;

• Memberikan informasi, saran dan pertimbangan kepada Kepala Dinas;

• Membuat laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

Kepala Dinas;

• Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan sesuai dengan bidang

tugasnya.

3. Kepala Sub Bagian Umum

Tugas pokoknya :

Memimpin, membina, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan

urusan surat menyurat, pengelolaan barang, administrasi kepegawaian dan

pengelolaan anggaran dinas.

Uraian tugas :

• Melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja kegiatan Subag Umum

mengacu pada rencana kerja Bagian Tata Usaha;

• Melaksanakan urusan administrasi kepegawaian yang meliputi mutasi,

kenaikan pangkat dan kenaikan gaji berkala;

Page 94: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 7

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

• Melaksanakan pengelolaan perpustakaan dinas;

• Melaksanakan pengelolaan urusan administrasi keuangan dinas;

• Melaksanakan urusan administrasi surat menyurat dilingkungan dinas;

• Melaksanakan dan memelihara peralatan dan perlengkapan dilingkungan

dinas;

• Melaksanakan pengelolaan benda berharga yang menjadi milik dinas;

• Melaksanakan evaluasi dan pelaporan kegiatan Sub Bagian Umum;

• Mengadakan koordinasi dengan Sub Bagian dan seksi dilingkungan Dinas;

• Melaksanakan hubungan kerjasama dengan perangkat daerah di lingkungan

Pemerintah Kota Depok;

• Melaksanakan pengolahan dan penataan arsip naskah dinas serta administrasi

perjalanan dinas;

• Melaksanakan penomoran, pengagendaan dan penggandaan naskah dinas

sesuai dengan kebutuhan;

• Melaksanakan penyiapan bahan pengembangan, disiplin, mutasi dan

peningkatan kualitas pegawai;

• Menerbitkan brosur, leaflet, buletin, pedoman/petunjuk teknis

penyelenggaraan pengelolaan Kebersihan dan Lingkungan Hidup;

• Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;

• Memantau pelaksanaan tugas bawahan;

• Mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam rangka meningkatkan produktivitas

kerja;

• Memberikan motivasi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas;

• Memaraf dan menandatangani naskah dinas sesuai dengan bidang tugas dan

kewenangan yang dimilikinya berdasarkan peraturan yang berlaku;

• Mengadakan koordinasi dengan seksi-seksi dilingkungan dinas;

Page 95: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 8

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

• Melaksanakan hubungan kerja/koordinasi dengan instansi terkait baik Pusat,

Propinsi maupun Kabupaten dan Kota atas persetujuan pimpinan;

• Memberikan informasi, saran dan pertimbangan kepada pimpinan;

• Membuat laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

pimpinan.

4. Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

Tugas Pokoknya :

Mempimpin, membina, mengkoordinasikan, mengendalikan, mengawasi dan

melaksanakan sebagian tugas bagian tata usaha dalam menyusun perencanaan,

evaluasi dan pelaporan kegiatan.

Uraian tugas :

• Menyusun rencana dan program kerja kegiatan Sub Bagian Perencanaan

Evaluasi dan Pelaporan mengacu pada rencana kerja Bagian Tata Usaha;

• Melaksanakan koordinasi dengan bidang-bidang teknis dalam rangka

penyusunan Renstra Dinas;

• Melaksanakan penyusunan rencana kerja tahunan dinas;

• Melaksanakan penyusunan Rencana Anggaran Dinas (RASK dan DASK) Dinas;

• Merekap dan melaksanakan penyusunan rencana anggaran dan perubahan

anggaran dinas;

• Melaksanakan penyusunan rancangan produk hukum yang sesuai dengan tugas

dinas;

• Melaksanakan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

(LAKIP) dinas;

• Melaksanakan evaluasi atas kinerja tahunan dinas;

• Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;

• Memantau pelaksanaan tugas bawahan;

Page 96: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 9

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

• Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam

upaya meningkatkan produktifitas kerja;

• Memberikan motivasi kepada bawahan dalam rangka meningkatkan

kinerjanya;

• Membuat, memaraf konsep naskah dinas sesuai dengan bidang tugas dan

kewenangan yang dimilikinya berdasarkan peraturan yang berlaku;

• Mengadakan koordinasi dengan seksi-seksi dilingkungan Dinas Kebersihan dan

Lingkungan Hidup;

• Memberikan informasi, saran dan pertimbangan kepada pimpinan berkaitan

dengan bidang tugas;

• Membuat laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

pimpinan;

• Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan bidang

tugasnya.

5. Kepala Bidang Kebersihan

Tugas Pokoknya :

Memimpin, membina, mengawasi dan mengendalikan kebersihan jalan dan

lingkungan serta pengangkutan sampah

Uraian tugas :

• Menyusun rencana dan program kerja Bidang Kebersihan yang mengacu pada

rencana strategis dinas;

• Merumuskan bahan kebijakan penyelenggaraan kebersihan dan pengangkutan

sampah;

• Melaksanakan penyusunan perunjuk teknis pelaksanaan penyelenggaraan

kebersihan jalan dan lingkungan serta pengangkutan sampah;

• Melakukan koordinasi dalam rangka melaksanakan pembinaan, pengawasan

dan pengendalian kegiatan kebersihan;

Page 97: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 10

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

• Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap petugas

kebersihan;

• Menyusun petunjuk teknis penyelenggaraan kebersihan jalan dan lingkungan

serta pengangkutan sampah;

• Melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan bidang

kebersihan;

• Menyusun laporan dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan bidang kebersihan;

• Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;

• Memantau pelaksanaan tugas bawahan;

• Memberikan motivasi kepada bawahan dalam rangka meningkatkan

kinerjanya;

• Membuat, memaraf konsep naskah dinas sesuai dengan bidang tugas dan

kewenangan yang dimilikinya berdasarkan peraturan yang berlaku;

• Mengadakan koordinasi dengan seksi-seksi di lingkungan dinas kebersihan;

• Membuat laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

kepala dinas;

• Memberikan informasi, saran dan pertimbangan kepada pimpinan;

• Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

bidang tugasnya.

6. Kepala Seksi Kebersihan Jalan dan Lingkungan

Tugas Pokoknya :

Memimpin, membina, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan

kegiatan penyelenggaraan kebersihan jalan dan lingkungan

Uraian tugas :

• Menyusun rencana dan program kegiatan mengacu pada rencana strategis

dinas dan rencana kerja Bidang Kebersihan;

Page 98: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 11

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

• Melaksanakan penghimpunan data sebagai bahan penyusnan kebijakan

penanganan kebersihan jalan dan lingkungan;

• Melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis pelaksanaan pelayanan

kebersihan jalan dan lingkungan;

• Melaksanakan pengawasan dan pengendalian kebersihan jalan dan

lingkungan;

• Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan kegiatan kebersihan jalan dan

lingkungan;

• Melaksanakan penyusunan bahan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan

kebersihan jalan dan lingkungan;

• Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;

• Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan;

• Memberikan motivasi kepada bawahan dalam rangka meningkatkan kinerja;

• Membuat, memaraf konsep naskah dinas sesuai dengan bidang tugas dan

kewenangan yang dimilikinya berdasakan peraturan yang berlaku;

• Mengadakan koordinasi sengan Sub Bagian dan Seksi dilingkungan Dinas;

• Melaksanakan hubungan kerjasama dengan perangkat daerah di lingkungan

Pemerintah Kota Depok;

• Menyusun RASK dan melaksanakan DASK;

• Memberikan informasi, saran dan pertimbangan kepada kepala bidang;

• Membuat laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

kepala dinas;

• Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

bidang tugasnya.

Page 99: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 12

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

7. Kepala Seksi Operasional Pengangkutan

Tugas Pokoknya :

Memimpin, membina, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan

kegiatan menyusun bahan teknis penyelenggaraan operasional pengangkutan

sampah dan pembuangan ke TPA

Uraian tugas :

• Melaksanakan penyusunan rencana dan program kegiatan mengacu pada

rencana kerja bidang kebersihan;

• Melaksanakan penghimpunan data sebagai bahan penyusunan kebijakan

penyelenggaraan operasional pengengkutan sampah;

• Menyusun draft kebijakan pimpinan tentang penyelenggaraan operasional

pengangkutan sampah;

• Melaksanakan penyusunan petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan

operasional pengangkutan sampah;

• Melaksanakan pengawasan dan pengendalian operasional pengangkutan

sampah;

• Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan kegiatan petunjuk teknis

pengangkutan sampah dengan UPTD;

• Melaksanakan penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

seksi operasional pengangkutan;

• Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;

• Membimbing, mengawasi dan mengevaluasi hasil kerja bawahan;

• Memberikan motivasi kepada bawahan dalam rangka meningkatkan

produktivitas kerja;

• Membuat, memaraf konsep naskah dinas sesuai dengan bidang tugas dan

kewenangan yang dimilikinya berdasarkan peraturan yang berlaku;

• Mengadakan koordinasi dengan sub bidang dan seksi di lingkungan dinas;

Page 100: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 13

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

• Melaksanakan hubungan kerjasama dengan perangkat daerah di lingkungan

Pemerintah Kota Depok;

• Menyusun RASK dan melaksanakan DASK;

• Memberikan informasi, saran dan pertimbangan kepada kepala bidang;

• Membuat laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

kepala dinas;

• Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pemimpin.

8. Kepala Bidang Sarana dan Prasarana

Tugas Pokoknya :

Melaksanakan sebagian tugas dinas dalam melaksanakan pembinaan, pengawasan

dan pengendalian sarana dan prasarana kebersihan

Uraian tugas :

• Menyusun dan menetapkan rencana kerja bidang mengacu pada restra dinas;

• Merumuskan baha kebijakan teknis pengelolaan sarana dan prasarana

kebersihan;

• Merumuskan bahan petunjuk teknis pelaksanaan sarana dan prasarana

kebersihan;

• Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pengadaan sarana dan

prasarana kebersihan;

• Melaksanakan pengkoordinasian dalam penyelenggaraan kegiatan pembinaan

pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana kebersihan;

• Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana

kebersihan;

• Menyusun laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan bidang sarana dan

prasarana kebersihan;

• Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;

• Memantau pelaksanaan tugas bawahan;

Page 101: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 14

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

• Membimbing, mengawasi dan mengevaluasi hasil kerja bawahan;

• Memberikan motivasi kepada bawahan dalam rangka meningkatkan

produktivitas kerja;

• Membuat, memaraf, menandatangani konsep naskah dinasi sesuai bidang

tugas dan kewenangan yang dimilikinya berdasarkan peraturan yang berlaku;

• Mengadakan koordinasi dengan Sub Bagian di lingkungan Dinas Kebersihan

dan Lingkungan Hidup Kota Depok;

• Melaksanakan hubungan kerjasama dengan instansi terkait baik Pusat,

Propinsi maupun Kabupaten dan Kota;

• Merumuskan penyusunan RASK dan mengawasi pelaksanaan DASK;

• Memberikan informasi, saran dan pertimbangan kepada kepala dinas;

• Membuat laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

kepala dinas;

• Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan sesuai

dengan bidang tugasnya;

9. Kepala Seksi Pengadaan

Tugas Pokoknya :

Memimpin, membina, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan

kegiatan pengadaan sarana dan prasarana untuk penyelenggaraan kebersihan

Uraian tugas :

• Melaksanakan penyusunan rencana dan program kegiatan mengacu pada

rencana kerja bidang sarana dan prasarana;

• Menyusun petunjuk teknis pelaksanaan terhadap penyelenggaraan pengadaan

sarana dan prasarana;

• Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pengadaan sarana dan

prasarana kebersihan;

Page 102: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 15

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

• Melaksanakan penghimpunan dan pengolahan data dalam rangka perencanaan

pengadaan sarana dan prasarana kebersihan;

• Melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana kebersihan;

• Melaksanakan penyusunan laporan dan evaluasi kegiatan penyelenggaraan

seksi pengadaan;

• Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;

• Memantau pelaksanaan tugas bawahan;

• Membimbing, mengawasi dan mengevaluasi hasil kerja bawahan;

• Memberikan motivasi kepada bawahan dalam rangka meningkatkan

produktivitas kerja;

• Membuat, memaraf, menandatangani konsep naskah dinas sesuai dengan

bidang tugas dan kewenangan yang dimilikinya berdasarkan peraturan yang

berlaku;

• Mengadakan koordinasi dengan sub bagian dan seksi di lingkungan Dinas

Kebersihan dan Lingkungan Hidup;

• Melaksanakan hubungan kerjasama dengan instansi terkait baik Pusat,

Propinsi maupun Kabupaten dan Kota atas seijin pimpinan;

• Memberikan informasi, saran dan pertimbangan kepada kepala dinas;

• Membuat laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

kepala dinas;

• Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

bidang tugasnya.

10. Kepala Seksi Pemeliharaan dan Perawatan

Tugas pokoknya :

Memimpin, membina, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan

kegiatan pengelolaan dan perawatan sarana dan prasarana kebersihan

Uraian tugas :

Page 103: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 16

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

• Menyusun rencana dan program kegiatan mengacu pada program kerja bidang

sarana dan prasarana;

• Melaksanakan dan menyusun petunjuk pelaksanaan terhadap

penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana

kebersihan;

• Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pemeliharaan dan

perawatan sarana dan prasarana kebersihan;

• Melaksanakan penghimpunan dan pengolahan data dalam rangka perencanaan

pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana kebersihan;

• Melaksanakan pemeliharaan secara berkala sarana dan prasarana kebersihan;

• Melaksanakan evaluasi dan pelaporan kegiatan penyelenggaraan seksi

pemeliharaan dan perawatan;

• Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan;

• Memantau pelaksanaan tugas bawahan;

• Membimbing, mengawasi dan mengevaluasi hasil kerja bawahan;

• Memberikan motivasi kepada bawahan dalam rangka meningkatkan

produktivitas kerja;

• Menyusun RASK dan melaksanakan DASK;

• Membuat, memaraf, menandatangani konsep naskah dinas sesuai dengan

bidang tugas dan kewenangan yang dimilikinya berdasarkan peraturan yang

berlaku;

• Mengadakan koordinasi dengan sub bidang dan seksi di lingkungan Dinas

Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok;

• Menyiapkan bahan koordinasi berkaitan dengan pemeliharaan dan perawatan

sarana dan prasarana kebersihan;

• Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait baik Pusat, Provinsi maupun

Kabupaten dan Kota atas seijin pimpinan;

Page 104: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 17

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

• Memberikan informasi, saran dan pertimbangan kepada kepala dinas;

• Membuat laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

kepala dinas;

• Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan

bidang tugasnya.

Diagram 4.1. STRUKTUR ORGANISASI DINAS KEBERSIHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA

DEPOK (Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok No.: No. 16 /2002)

Page 105: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 18

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

4.2.2 Personalia

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Dinas KLH Kota Depok didukung oleh 68 orang

yang terdiri atas 59 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 9 orang Tenaga Kontrak Pemda

serta komposisi kepegawaian Dinas KLH Kota Depok dapat diihat pada tabel 3.1.di

bawah.

Selain, yang berstatus PNS dan tenaga kontrak, terdapat pula karyawan yang berstatus

sukwan dinas yang bekerja di lapangan, baik yang berada di bidang kebersihan, UPTD,

ILP-TPA dan UPTD Pemakaman, dengan jumlah keseluruhan sebanyak 482 orang.

Komposisi tenaga sukwan dinas dapat dilihat pada tabel 3.2. di bawah.

Tabel 4.1: Komposisi Kepegawaian Dinas Klh Kota Depok

A Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Pasca Sarjana/S2 8 orang

2 Sarjana/S1 20 orang

3 Sarjana Muda/D3 2 orang

4 SMU/SLTA 23 orang

5 SLTP 1 orang

6 SD 1 orang

B Berdasarkan Golongan

1 Golongan IV 5 orang

2 Golongan III 29 orang

3 Golongan II 22 orang

4 Golongan I 1 orang

C Berdasarkan Jabatan Struktural

1 Eselon II B 1 orang

2 Eselon III A 5 orang

3 Eselon IV A 12 orang

D Berdasarkan Pendidikan/Penjejangan

1 Diklat Pim TK II/Setara 1 orang

2 Diklat Pim TK III/Setara 3 orang

3 Diklat Pim TK IV/Setara 15 orang

Sumber: Rencana Strategis Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok 2007-2011

Page 106: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 19

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Tabel 4.2: Jumlah Sukwan Dinas Klh Kota Depok Menurut Jabatan

No. Jabatan Jumlah

1. Pengemudi truk sampah 53 orang

2. Pengemudi truk tinja 6 orang

3. Operator alat berat 6 orang

4. Kernet truk sampah 196 orang

5. Kernet truk tinja 12 orang

6. Kernet alat berat 5 orang

7. Satgas 18 orang

8. Mekanik 3 orang

9. Pesapon Pria 60 orang

10. Pesapon Wanita 79 orang

11. Pengawas pesapon 5 orang

12. Petugas retribusi 16 orang

13. Penjaga alat berat 1 orang

14. Petugas Keamanan TPA 4 orang

15. Petugas TPA 2 orang

16. Pengawas TPA 1 orang

17. Petugas IPLT 7 orang

18. Pengemudi mobil jenazah 1 orang

19. Kernet mobil jenazah 1 orang

20. Petugas makam 6 orang

JUMLAH 482 orang

Sumber: Rencana Strategis Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok 2007-2011

Koordinator Kecamatan

Dildalam melaksanakan pelayanan kebersihan Dinas Kebersihan dan Lingkungan

Hidup menggunakan pola pelayanan berdasarkan wilayah kecamatan, yang

bertujuan memudahkan didalam koordinasi antara Dinas KLH dengan Lembaga di

Kecamatan dalam melakukan kegiatan pelayanan persampahan.

Berdasarkan pola seperti ini maka dibentuk Koordinator Kecamatan (Korcam)

yang bertugas mengawasi dan melaksanakan kegiatan teknis dan operasional

pengelolaan persampahan ditingkat kecamatan masing-masing wilayah.

Page 107: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 20

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

4.3. Kondisi Eksisting Permasalahan Persampahan

4.3.1 Produksi Sampah

Timbulan sampah perkotaan dapat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain

tersedianya prasarana dan sarana yang dipergunakan penduduk dalam kegiatan sehari-

harinya guna memenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan Standar SK. SNI S - 04 – 1991- 03 Spesifikasi Timbulan Sampah untuk kota

kecil dan sedang di Indonesia adalah antara 2,75 - 3,25 lt/org/hari dan berdasarkan

perhitungan hasil konsultan terdahulu bahwa produksi sampah per hari per orang 2,65

liter ( skala kota ) dengan dasar timbulan tersebut (liter/orang/hari) maka pada tahun

2007 dapat dihitung timbulan sampah total dengan jumlah penduduk kota Depok adalah

1.470.002 jiwa diperkirakan jumlah timbulan sampah perhari adalah 4.265 m3/hari.

Sampah yang terangkut 900 m3/hari, sampah yang tidak terangkut 3.665 m3/hari.

4.3.2 Kondisi Persampahan

Daerah pelayanan sampah saat ini hanya pada wilayah rumah tangga, pasar,

Komersial/jalan dan Industri/rumah sakit dimana timbulan sampah yang dihasilkan

adalah 4.265 m³/hari. Untuk wilayah komersial dan pemukiman masih dikelola secara

tradisional.

Secara garis besar sumber timbulan sampah di wilayah Kota Depok terbagi seperti dapat

dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 4.3: Timbulan Sampah di Kota Depok

Kecamtan M3/hari

Sawangan 440

Pancoran Mas 713

Sukmajaya 907

Cimanggis 1.068

Beji 371

Page 108: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 21

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Kecamtan M3/hari

Sawangan 440

Limo 396

Dinas Pasar 370

Jumlah 4.265

Sampah - sampah ini di Kota Depok dikumpulkan dan dibawa ke TPA, baik oleh DKP

maupun oleh Dinas Pasar yang menangani pasar. Operator dari sektor swasta pada saat

ini menangani di Unit Pengolahan Sampah (UPS).

Beberapa komponen dari aliran sampah kota ini dikelola secara terpisah oleh pihak

pihak yang pada dasarnya informal meliputi :

1. Produk yang dapat didaur ulang;

2. Barang yang dapat dijual kembali; dan

3. Material konstruksi dan bongkaran.

4.3.3 Pengangkutan

Transportasi hasil pengumpulan sampah ke TPA dilakukan dengan menggunakan

berbagai kendaraan termasuk truk biasa, dump truk, armroll truk dengan kontainer

terpisah dan truk pemadat (compactor trucks). Di Kota Depok hanya ada dump truk dan

arm roll, baik yang dikelola oleh DKP maupun langsung oleh Dinas Pasar.

Sistem pengangkutan sampah di Kota Depok dilaksanakan dengan pemindahan langsung

dari TPS–TPS sampah yang ada, kontainer atau lokasi tertentu yang belum ada TPS atau

langsung dari rumah ke rumah atau dari toko/bangunan ke toko/bangunan dengan

dump truk yang selanjutnya dibuang atau dibawa ke TPA sampah. Jenis kendaraan yang

digunakan adalah dump truk sebanyak 47 unit dan kontainer 25 unit dilengkapi dengan

arm roll sebanyak 10 unit dengan kondisi layak operasional.

Prasarana dan sarana yang ada untuk mengangkut Sampah yang telah dimiliki oleh Dinas

Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok dengan serta jumlah ritasi setiap

kendaraan adalah sebagai berikut :

Page 109: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 22

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

1. Diangkut dengan dump truk

a. Volume dump truk = 6 M3

b. Volume efektif = 10 m3

c. Jumlah dump truk = 47 unit

d. Jumlah Transfer Depo = 2 unit

e. Jumlah TPS = 120 unit

f. Bak sampah = 626 unit

g. Gerobak sampah = 158 unit

h. Ritasi dump truk = 2-3 rit/hari/unit

2. Diangkut dengan Arm Roll

a. Volume container = 6 M³

b. Volume efektif = 8 M3

c. Jumlah kontainer = 25 unit

d. Jumlah Arm Roll = 10 unit

f. Ritasi Arm Roll = 2 - 3 rit/hari/unit

4.3.4 Pewadahan

Rumah Tangga ; untuk pewadahan rumah tangga biasanya menggunakan bin / bak

sampah, lubang di pagar, pojokan jalan atau didalam kantong kantong plastik yang

diikat dan TPS. Dalam hal ini sampah pada umumnya tidak terpilah, baik antara organik

dan an organik bahkan dengan sampah beracun seperti battery misalnya.

Pasar; pewadahan di pasar pada umumnya tidak teratur terutama yang berada diluar

lokasi. Selain itu kebanyakan kios / los di pasar menggunakan keranjang yang langsung

diangkut oleh petugas menuju TPS pasar.

Komersial ; sedangkan dari daerah komersial untuk pewadahan biasanya menggunakan

bin / bak sampah besar atau TPS.

Page 110: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 23

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Industri ; sampah industri dalam hal ini adalah sampah domestiknya yaitu sisa kegiatan

karyawan. Umumnya pewadahannya menggunakan bin / bak sampah besar yang

kemudian dibawa ke TPS. Sedangkan sampah sisa produksi umumnya langsung

ditampung oleh pihak yang akan menggunakan, kecuali sampah B3 yang harus dibuang

ke PPLI Cileungsi.

Jalan, sungai dan taman; umumnya untuk sampah ini memerlukan penanganan khusus

misalnya penyapuan untuk jalan dan taman serta pengerukan sungai. Dibeberapa

tempat sudah disediakan bin bin yang terpisah untuk sampah organik (basah /

membusuk) dan an organik (kering / tidak membusuk). Sampah sampah semacam ini

sebetulnya merupakan beban tersendiri bagi pembiayaan persampahan karena tidak

tercover dalam retribusi.

Rumah Sakit ; sampah rumah sakit, puskesmas dan institusi kesehatan lainnya terdiri

dari sampah domestik dan non domestik berupa sampah medis. Sampah medis umumnya

termasuk sampah berbahaya, dapat bersifat infeksius atau benda tajam seperti jarum

suntik dan pisau bedah serta racun misalnya obat obatan kadaluwarsa. Sampah domestik

biasanya ditempatkan di bin yang tertutup, sedangkan sampah medis diperlakukan

seperti yang ada pada peraturan.

4.3.5 Karakteristik Sampah

Secara umum sampah perkotaan memiliki karakteristik sebagai berikut :

Berdasarkan sifat kimiawinya

Berdasarkan sifat kimia unsur pembentuknya, terdapat 2 (dua ) katagori sampah yakni :

1. Sampah Organik, yaitu sampah yang mengandung senyawa organik atau tersusun

atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Sampah organik memiliki

sifat mudah membusuk misalnya daun-daunan , sayuran, buah-buahan serta sisa

makanan.

2. Sampah Anorganik , yaitu sampah yang mengandung senyawa bukan organik

sehingga tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme . Sampah anorganik sifatnya

sulit membusuk dan sukar terbiodegrasi seperti plastik, kaca, besi sebagian jenis

kertas dan lain-lain.

Page 111: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 24

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Berdasarkan Sifat Fisiknya

Berdasarkan keadaan fisiknya , sampah dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis ,

yakni :

1. Sampah Garbage, yaitu sampah yang terdiri atas bahan organik dan mempunyai

sifat mudah membusuk dan terbiodegradasi. Sifat utamanya banyak mengandung air

dan cepat terurai dan menimbulkan bau akibat proses fermentasi. Umumnya terdiri

atas sisa makanan, buah-buahan, dan sayuran serta ikan.

2. Sampah Kering , yaitu sampah yang tersusun dari bahan organik dan anorganik yang

memiliki sifat lambat atau tidak membusuk . Biasanya selain sampah makanan .

Limbah jenis ini ada yang mudah terbakar misalnya kertas, karton, plastik,

kain/tektil , kayu dan lain-lain. Ada yang sulit terbakar misalnya gelas /kaca, kaleng

dan logam lainnya.

Seperti kota-kota lain di Indonesia dan daerah tropis lainnya , sampah di Kota Depok

akibat aktifitas penduduk termasuk dalam katagori sampah organik yang cenderung

mudah membusuk.

Komponen organik yang ada adalah 72,97 % di dalam sampah yang di bawa ke TPA Kota

Depok.

Sedangkan 26,03 % lainnya adalah anorganik yang karakteristiknya berupa bahan bahan

sebagai berikut pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4: Karakteristik komposisi jenis sampah TPA Cipayung Depok

No. Komposisi Jenis Sampah Prosentase

(%) Periode

Penguraian (Pelapukan) *)

1 Bahan organik 72,97 2 – 7 minggu

2 Kertas 7,07 3 – 6 bulan

3 Kaca/Beling/Gelas 1,25 1 juta tahun

4 Plastik 3,57 > 100 tahun

5 Logam 1,37 > 100 tahun

6 Kayu 3,65 1 – 13 tahun

7 Kain 2,40 6 bulan – 1 tahun

Page 112: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 25

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

No. Komposisi Jenis Sampah Prosentase

(%) Periode

Penguraian (Pelapukan) *)

8 Karet 1,24 -

9 Lain-Lain 6,38 -

Jumlah 100,00

Sumber : Studi ANDAL TPA Cipayung, 2002 & *) : West Java ASER, 2001

Meskipun kandungan organik dari sampah tinggi, keadaannya / bentuknya tidak cukup

ekonomis untuk dipisahkan guna pengomposan. Kebanyakan sisa plastik yang ada di

aliran sampah tidak dalam bentuk yang normal untuk di daur ulang di Indonesia.

4.4. Pengelolaan Akhir Sampah

Pengelolaan akhir sampah Kota Depok terletak pada Kelurahan Cipayung Kecamatan

Pancoran Mas. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Depok sudah dioperasionalkan

sejak tahun 1992 dengan system Controlled Landfill pada areal 10,1 ha termasuk sarana

dan prasarananya.

Batasan TPA Cipayung sebagai berikut :

1. Sebelah Utara dan Timur ; berbatasan dengan Kampung Bulak Kelurahan Cipayung.

2. Sebelah Selatan dan Barat ; berbatasan dengan sungai pesanggrahan.

Pada awal dioperasikannya TPA tahun 1992 volume sampah sebanyak 69,6 m3/hari.

Hingga tahun 2007 TPA ini diperluas hingga 10,6 ha seiring dengan bertambahnya

volume sampah Kota Depok sebesar 4.265 m3/hari.

Spesifikasi TPA sampah saat ini :

1. Letak lokasi = Kel. Cipayung Kecamatan Pancoran Mas

2. Luas areal = 10,6 ha

3. Jarak terhadap pemukiman = 0.5 km

4. Jarak terhadap sungai Pesangrahan = 0,2 km

Page 113: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 26

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5. Jarak terhadap pusat kota = 10 km

Masyarakat Kota Depok yang belum mendapatkan pelayanan persampahan, hingga saat

ini masih membuang sampah dengan cara :

1. Ke sungai

2. Ke jalan dan tanah kosong

3. Ditimbun dalam tanah

4. Dibakar dan lain-lain

Page 114: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 27

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

4.5. Sistem Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Terpadu / Unit

Pengelolaan Sampah (UPS)

Sistem Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Terpadu merupakan Program yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Depok sejak tahun 2006. Hingga saat ini

pelaksanaan UPS yang menjadi pilot project berlokasi di desa Sukatani Kecamatan

Cimanggis.

Program pengolahan dan pengelolaan sampah yang terpadu merupakan implementasi

dari masalah yang timbul akibat sampah. Dengan adanya teknologi, SDM, system,

hukum, sosial dan dana didalam Sistem pengolahan sampah terpadu diharapkan sampah

tidak lagi menjadi sumber masalah masyarakat Kota Depok melainkan menjadi sumber

daya yang dapat dikelola untuk mendapatkan manfaat yang besar bagi masyarakat dan

terciptanya lapangan pekerjaan baru.

Program pengolahan dan pengelolaan sampah ini menggunakan prinsip 4 R-P yaitu :

1. Reduce (mengurangi)

2. Reuse (menggunakan kembali)

3. Recycle (mendaur ulang)

4. Replace (mengganti)

5. Participation (pelibatan masyarakat)

Pemerintah Kota Depok telah menetapkan pengelolaan persampahan menjadi salah satu

program utama sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD). Implementasi pengelolaan dan pengolahan sampah kota Depok

dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan yang akan dilakukan secara bersamaan.

Lokasi Unit Pengolahan Sampah yang sudah berjalan di Kota Depok sebagai berikut :

1. Di TPA Cipayung

2. Di Perumahan Griya Tugu Asri, Cimanggis

3. Di Jalan Mawar Depok Jaya, Pancoran Mas

4. Di Kelurahan Banjar Sari, Cilangkap, Cimanggis

Page 115: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 28

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5. Di Komplek Kopassus, Sukatani, Cimanggis

6. Di Perumahan Nuansa Permai, Tugu, Cimanggis

7. Di Stasiun Depok Baru, Depok Jaya, Pancoranmas

8. Di Perumahan Mahogani Residence, Cibubur, Cimanggis

9. Di Pasar Kemiri, Beji

10. Di Pasar Cisalak, Cimanggis

11. Di Perumahan Telaga Golf, Sawangan

12. Di Perumahan Rafflesia, Harjamukti Cimanggis

13. Di Jl. Akses UI, Tugu, Cimanggis

Page 116: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 4 - 29

Tabel 4.5: Volume Sampah Yang Masuk Kedalam UPS

No Nama UPS Kecamatan Volume/Hr Jumlah Gerobak Jumlah RT

Jumlah Pekerja/org

Ukuran UPS Sumber Data

Pick up dalam 1 RW

1 Kampung Lio Pancoran Mas 5 m3/hr 4 Gerobak 12 RT 8 org 4 x 6 m Pak Acep (Supir KLH)

2 Stasiun Depok Baru Pancoran Mas 4 m3/hr 6 Gerobak 8 RT - 10 x 30 m Adi Wijaya (Petugas UPS)

3 Perumahan Residence Cimanggis 7 - 8

m3/hr 2 Pick up 150 KK 4 org - Pak Rudi (Staff Pengelola)

4 Sukatani Cimanggis 7 m3/hr 14 Gerobak 10 RT 11 org 18 x 30 m Pak Beni (Teknisi UPS)

5 Griya Tugu Asri Cimanggis 8 m3/hr 8 Gerobak, 3 RT 11 org 8 x 12 m Pak Rokip (Petugas UPS)

1 Pick up

6 Nuansa Permai Cimanggis 8 m3/hr 7 Gerobak 8 RT 14 org 6 x 12 m Mbak Kiki (Petugas UPS)

7 Pasar Cisalak Cimanggis 40 m3/hr 15 Gerobak - 12 org 8 x 12 m Pak Rahmad (Petugas UPS)

Sumber : Hasil Survey Lapangan

Page 117: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 4 - 30

4.5.1 Pendekatan skala TPA

Peranan TPA Cipayung sebagai tempat pembuangan akhir kota Depok masih tetap

diperlukan. Tetapi beban sampah yang dibuang ke TPA makin terus direduksi sampai

akhirnya fungsi TPA sebagai tempat pembuangan akhir berubah menjadi tempat

komposting terintegrasi atau fungsi-fungsi lain yang lebih ramah lingkungan. Selama

masa transisi fungsi tersebut, maka perlu dilakukan langkah-langkah untuk

mengoptimalisasi peranan sebelumnya. Beberapa hal dapat dilakukan antara lain,

melakukan pembenahan sistem pengangkutan menuju TPA yang dilakukan oleh Dinas

Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok dan melakukan penyempurnaan

pengolahan dan pengelolaan di TPA.

4.5.2 Pendekatan skala rumah tangga

Program yang sangat penting dalam pengelolaan persampahan adalah menyadarkan dan

melibatkan masyarakat terutama pada tingkat rumah tangga untuk melakukan

pemilahan sampah. Walaupun upaya-upaya penyadaran masyarakat tersebut bukanlah

pekerjaan yang mudah, karena berkaitan dengan perubahan kultur dan cara pandang.

Tetapi, dengan melibatkan segenap potensi yang ada di masyarakat seperti kader

Dasawisma, PKK, Karang Taruna, Lembaga Swadaya Masyarakat, Universitas, kelompok

pengajian, ulama dan tokoh-tokoh masyarakat, yang bekerja secara terkoordinasi,

terencana, dan berkesinambungan maka diharapkan perubahan kultur dan cara pandang

tersebut dapat terwujud. Salah satu program yang tidak kalah pentingnya terkait

dengan penyadaran masyarakat adalah memasukkan materi-materi mengenai

pengolahan sampah pada setiap jenjang pendidikan di Kota Depok. Diharapkan anak-

anak bangsa tersebut dapat memiliki cara pandang dan budaya yang lebih ramah

lingkungan.

4.5.3 Pendekatan skala kawasan

Program yang dilakukan dengan pendekatan skala kawasan ini merupakan upaya untuk

merubah paradigma pengelolaan sampah yang lama yaitu kumpul-angkut-buang menjadi

kumpul-olah-manfaat. Program-program yang dilakukan adalah membangun unit

pengolahan sampah (UPS) dalam skala kawasan. Lahan yang dibutuhkan untuk 1 unit

UPS adalah sekitar 500 m2. Dalam jangka waktu empat tahun, diharap unit-unit

Page 118: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 31

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

pengolahan sampah tersebut akan mendominasi pengolahan sampah di kota Depok yang

mengambil alih peranan TPA.

Dengan indikator kinerja pencapaian seperti pengelolaan sampah secara terpadu adalah

penanganan sampah di Unit Pengolahan Sampah (UPS) sebelum diangkut ke TPA, 1

(satu) unit UPS dapat menangani sampah sebanyak 30 m³ / hari akan menghasilkan 2,4

m³ bahan daur ulang seperti metal, kertas dan plastik yang merupakan bahan yang

masih bernilai ekonomis dan kompos setara 1 ton kompos per hari dan menyerap

sebanyak 14 orang tenaga kerja .

Pengelolaan UPS harus dimulai dari pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga untuk

memisahkan sampah organik dan non organik. Pengelolaannya melibatkan seluruh

komponen masyarakat seperti Ibu rumah tangga, RT, RW, LPM Kelurahan, para pencari

kerja, dll. Setelah kompos dihasilkan selanjutnya dipasarkan dan digunakan oleh para

petani yang ada di wilayah Kota Depok, khususnya pada pertanian belimbing, jambu biji

merah, sayuran dan tanaman hias yang diperkirakan mencapai kebutuhan kompos per

tahun sebanyak 15.200 ton.

Teknis Operasional

Seluruh sampah yang terkumpul dipilah menjadi organik dan anorganik, tetapi

jika tidak sempat untuk memilah, maka mesin pencacah yang tersedia mampu

memilah sampah tersebut. Mesin pencacah yang tersedia mampu mereduksi

sampah sebesar 75% - 80% dari volume sebelumnya. Organik tercacah tersebut

tidak menghasilkan bau yang menyengat. Kemudian organik tercacah tersebut

memasuki proses komposting. Setelah melalui proses pencacahan kedua,

screening dan pematangan maka organik tersebut telah menjadi kompos yang

dapat dipakai di lahan-lahan pertanian. Dari seluruh sampah yang diolah, ada

sekitar 3% yang harus dibakar menggunakan tungku bakar atau secara manual

dibakar dan dapat diolah lebih lanjut. Plastik yang telah dipilah secara manual

atau oleh mesin pencacah dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk dijadikan

bahan daur ulang.

Dengan adanya kegiatan UPS maka diperlukan pemantauan terhadap dampak

lingkungan dengan menganalisa beberapa sample seperti air tanah, udara yang

Page 119: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 32

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

menunjukkan bahwa keberadaan UPS tidak mencemari lingkungan dan dapat

diterima oleh masyarakat sekitar.

Peran Serta Masyarakat dan Kelembagaan

Pelaksanaan program pengolahan dan pengelolaan sampah di Kecamatan

Cimanggis yang dijadikan pilot project. Pengelolaannya kepada pihak ketiga yang

berkoordinasi dengan LPM Kelurahan Tugu. Pelaksanaan operasionalnya terdiri

dari 14 orang pekerja per UPS yang terdiri dari :

1) Koordinator/Operator mesin : 1 orang

2) Operator mesin : 1 orang

3) Tenaga Pemilah : 4 orang

4) Tenaga Pengangkut Organik : 2 orang

5) Tenaga Pemilah : 2 orang

6) Tenaga Pembalikan dan Pengangkutan : 2 orang

7) Staf Administrasi : 1 orang

8) Petugas Keamanan : 1 orang

Untuk tahun 2008, Pemerintah Kota Depok telah merencanakan pembangnan UPS

di 20 kelurahan. Rencana ini cukup mendapat dukungan dari masyarakat di

tingkat kelurahan. Berdasarkan hasil survey rumah tangga yang dilaksanakan

pada bulan November 2007, terlihat bahwa hampir seluruh rumah tangga sampel

(96%) menyetujui dibangunnya UPS di kelurahan masing-masing.

Pendapat masyarakat beragam seperti pada tabel 3.7.

Tabel 4.6: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PEMBANGUNAN UPS

Kelurahan Kecamatan

Setuju Pembangunan UPS Total

Ya Tidak

Jml % Jml % Jml %

Beji Beji 4 80% 1 20% 5 100%

Beji Timur 5 100% 5 100%

Kemiri Muka 1 20% 4 80% 5 100%

Page 120: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 33

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Kelurahan Kecamatan

Setuju Pembangunan UPS Total

Ya Tidak

Jml % Jml % Jml %

Kukusan 5 100% 0% 5 100%

Pondok Cina 5 100% 0% 5 100%

Tanah Baru 4 80% 1 20% 5 100%

TOTAL 24 80% 6 20% 30 100%

Cimanggis Cilangkap 5 100% 0% 5 100%

Cimpaeun 5 100% 0% 5 100%

Cisalak Pasar 5 100% 0% 5 100%

Curug 5 100% 0% 5 100%

Harjamukti 5 100% 0% 5 100%

Jatijajar 5 100% 0% 5 100%

Leuwinanggung 5 100% 0% 5 100%

Mekar Jaya 5 100% 0% 5 100%

Pasir Gunung Selatan 5 100% 0% 5 100%

Suka Maju Baru 5 100% 0% 5 100%

Sukatani 5 100% 0% 5 100%

Tapos 5 100% 0% 5 100%

Tugu 5 100% 0% 5 100%

TOTAL 65 100% 0% 65 100%

Limo Cinere 5 100% 0% 5 100%

Gandul 5 100% 0% 5 100%

Grogol 5 100% 0% 5 100%

Krukut 5 100% 0% 5 100%

Limo 5 100% 0% 5 100%

Meruyung 5 100% 0% 5 100%

Pangkalan Jati Baru 5 100% 0% 5 100%

Pangkalan Jati Lama 5 100% 0% 5 100%

TOTAL 40 100% 0% 40 100%

Page 121: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 34

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

4.6. Pembiayaan

Sumber utama pembiayaan pengelolaan kebersihan/persampahan kota Depok adalah

APBD kota Depok. Anggaran pengelolaan kebersihan kota Depok dua tahun berturut-

turut adalah sebagai berikut :

Anggaran pengelolaan kebersihan kota Depok tahun 2006 sebesar Rp. 7.232.329.000.-

dengan rincian terdiri dari :

1. Biaya Operasional pengangkutan : Rp 5.432.329.000,-

2. Biaya Operasional di TPA : Rp 1.800.000.000,-

Anggaran pengelolaan kebersihan kota Depok tahun 2007 sebesar Rp. 8.001.948.500.-

dengan rincian terdiri dari :

1. Biaya Operasional Pengangkutan : Rp 5.801.9948.500,-

2. Biaya Operasional di TPA : Rp 2.200.000.000,-

Anggaran pengelolaan kebersihan kota Depok tahun 2008 sebesar Rp. 9.588.734.350.-

dengan rincian terdiri dari :

1. Biaya Operasional Pengangkutan : Rp 6.906.193.650,-

2. Biaya Operasional di TPA : Rp 2.682.540.700,-

Selain dari APBD Kota Depok pengelolaan persampahan dan kebersihan di Kota Depok

telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Depok nomor 22 tahun 2004 tentang Retribusi

pelayanan persampahan.

Besarnya Tarif Retribusi Sampah Kota Depok berdasarkan Peraturan Daerah sebagai

berikut :

1. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah Rumah Non Real

Estate berdasarkan luas bangunan :

1. 0 M2 – 21 M2 Rp. 2.000,- / Bln

2. 22 M2 – 70 M2 Rp. 3.500,- / Bln

3. 71 M2 – 200 M2 Rp. 4.500,- / Bln

4. 201 M2 – 300 M2 Rp. 6.000,- / Bln

5. > 300 M2 Rp. 8.500,- / Bln

Page 122: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 35

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

2. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah Rumah Real

Estate ditetapkan berdasarkan luas bangunan :

1. 21 M2 – 36 M2 Rp. 7.000,- / Bln

2. 37 M2 – 54 M2 Rp. 8.500,- / Bln

3. 54 M2 – 70 M2 Rp. 10.500,- / Bln

4. 71 M2 – 120 M2 Rp. 12.500,- / Bln

5. > 120 M2 Rp. 17.500,- / Bln

3. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah, dari kategori

Perkantoran, Pasar, Pertokoan, Mal, Gedung Pertunjukan, Apotik, Klinik, Usaha

Pertukangan/Pengolahan Bahan berdasarkan volume sampah yang dihasilkan :

1. 0 M3 – 0,50 M3 Rp. 25.000,- / Bln

2. 0,51 M3 – 0,75 M3 Rp. 35.000,- / Bln

3. > 0,76 M3 Rp. 50.000,- / Bln

4. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah, dari sumber

sampah, Lembaga Pendidikan/Kursus, Rumah Sewaan (Tempat Kost), Rumah

Makan/Restoran, Hotel/Apartemen, Pabrik/Industri, Rumah Sakit/Rumah Bersalin,

ditetapkan berdasarkan kubikasi :

1. Lembaga Pendidikan / Kursus Rp. 6.000,- / M3

2. Rumah Sewaan / Tempat Kost Rp. 7.500,- / M3

3. Rumah Makan Rp. 11.000,- / M3

4. Restoran Rp. 15.000,- / M3

5. Hotel / Apartemen Rp. 15.000,- / M3

6. Pabrik / Industri Rp. 13.000,- / M3

7. Rumah Sakit / Rumah Bersalin Rp. 10.000,- / M3

8. Bioskop Rp. 12.500,- / M3

5. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah di Pasar,

berdasarkan kegiatan usaha pedagang, ditetapkan dengan system pengambilan

harian :

1. Kios Rp. 1.000,- / M3

2. Los Rp. 1.000,- / M3

3. Awning Rp. 1.000,- / M3

Page 123: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 4 - 36

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

4. Kaki Lima / Pedagang MakananTdk Tetap

Rp. 1.000,- / M3

5. Ruko Rp. 3.000,- / M3

6. Toko Rp. 2.500,- / M3

6. Bilamana pengambilan, pengangkutan tidak dapat memberlakukan tarif seperti pada

point-point tersebut diatas, maka untuk menentukan Retribusi pelayanan dimaksud

dapat ditaksir dengan perhitungan rit, yang ditetapkan sebesar Rp. 85.000,-/rit.

7. Penggunaan tempat pembuangan akhir sampah milik Pemerintah Kota oleh swasta

baik pribadi maupun Badan yang berasal dari wilayah Depok dikenakan Retribusi

pembuangan sebesar Rp. 6.000,-/M3.

Hasil retribusi/iuran pelayanan kebersihan/persampahan kota Depok yang dapat ditagih

pada tahun 2006 sebesar Rp. 1.677.063.000,- atau sebesar 23,18% dari anggaran rutin

persampahan/biaya operasional sebesar Rp.7.232.329.000,-

Page 124: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 5 - 1

5 . K R I T E R I A

P E R E N C A NA A N DA N

E va l u a s i Da m pa k T PA

5.1. Pengertian TPA

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap

terakhir dalam pengelolaan sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,

pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat

dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap

lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang

benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.

Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang sering dianggap hanya

sebagai tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak pemerintah daerah

merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang

dirasakan kurang prioritas dibandingkan dengan penggunaan sektor lainnya. Di TPA,

sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu

panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sedang yang lainnya lebih

lambat; bahkan beberapa jenis sampah tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya

pastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih

ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu

lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup.

5.2. Metode Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah mengenal beberpa metode dalam pelaksanaannya yaitu :

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Page 125: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 2

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5.2.1 Open Dumping

Open Dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan sederhana

dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi; dibiarkan terbuka tanpa

pengaman dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada Pemda yang

menerapkan sistem seperti ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia,

dana, dll)

Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran

ligkungan yang ditimbulkannya seperti :

1. Perkembangan vektr penyakit seperti lalat, tikus, dll

2. Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan.

3. Polusi air akibat lindi (cairan sampah) yang timbul.

4. Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor

5.2.2 Controll landfill

Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik sampah

yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi

gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan

dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan

kestabilan permukaan TPA.

Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk ditetapkan di kota sedang dan

kota kecil. Untuk dapat melaksanakan metode ini diperlukan penyediaan beberapa

fasilitas diantaranya :

1. Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan

2. Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan

3. Pos pengendalian operasional

4. Fasilitas pengendalian gas metan

5. Alat berat

Page 126: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 3

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5.2.3 Sanitary landfill

Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internasional dimana

penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang timbul dapat

diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang

cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan

untuk kota – kota besar dan metropolitan.

5.3. Persyaratan Lokasi TPA

Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka

pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati. Hal ini dapat

ditunjukkan dengan sangat rincinya persyaratan lokasi TPA seperti tercantum dalam

SNI dan UU RI No.18 Tahun 2008, tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat

Pembuangan Akhir Sampah da; yang diantaranya dalam kriteria regional

dicantumakan:

1. Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah rawan longsor, rawan

gempa, dll)

2. Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kedalaman air tanah kurang

3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air (dalam hal

tidak terpenuhi harus dilakukan masukkan teknologi)

3. Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan lebih dari 20 %)

4. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di bandara (jarak minimal 1,5

– 3 meter)

5. Bukan daerah/kawasan yang dilindungi.

5.4. Jenis dan Fungsi Fasilitas TPA

Untuk dapat dioperasikan dengan baik maka TPA perlu dilengkapi dengan rasarana dan

sarana yang meliputi:

Page 127: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 4

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5.4.1 Prasarana Jalan

A. Jalan Masuk/Jalan Penghubung

Jalan masuk atau jalan penghubung adalah jalan yang menghubungkan

lokasi TPA dengan jaringan jalan kota (jalan utama). Prasarana dasar ini

sangat menentukan keberhasilan pengoperasian TPA. Semakin baik kondisi

jalan ke TPA akan semakin lancar kegiatan pengangkutan sehingga efisiensi

keduanya menjadi tinggi.

Konstruksi jalan TPA cukup beragam disesuaikan dengan kondisi setempat

sehingga dikenel jalan TPA dengan konstruksi :

Hotmix

Beton

Aspal

Perkerasan sirtu

Kayu

Dalam hal ini TPA perlu dilengkapi dengan :

Jalan masuk/akses ; yang menghubungkan TPA dengan jalan umum

yang telah tersedia.

Jalan penghubung; yang menghubungkan antara satu bagian dengan

bagian lain dalam wilayah TPA.

Jalan oprasi/kerja; yang diperlukan oleh kendaraan pengangkut

menuju titik pembongkaran sampah.

Pada TPA dengan luas dan kapasitas pembuangan yang terbatas

biasanya jalan penghubung dapat juga berfungsi sekaligus sebagai jalan

kerja ( operasi ).

Adapun kriteria jalan masuk ke lokasi TPA adalah sebagai berikut :

Merupakan jalan 2 arah

Kecepatan rencana kendaraan yang melintasi maksimum 30 km/jam.

Page 128: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 5

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Lebar perkerasan jalan minimum 8 m dan bahu jalan minimum 2 m

(minimum ROW 12 m)

Kemiringan melintang 2%

Kemiringan memanjang + 1 o/oo (datar) dan elevasi jalan diatas

HHWL.

Konstruksi tidak permanent dengan tekanan gendar rencana maksimum

8 ton. Mengingat kondisi pondasi dasar jalan masih mengalami

penurunan (settlement), disarankan memakai konstruksi paving

sehingga memudahkan dalam perbaikan badan jalan. Jalan dapat

dirubah menjadi permanent apabila daya dukung tanah sudah stabil.

B. Jalan Kerja

Jalan kerja merupakan jalan operasioanal yang berfungsi sebagai lintasan

kendaraan angkutan truk sampah untuk dapat sedekat mungkin dengan

lokasi penimbunan sampah.

Kriteria jalan kerja untuk lokasi TPA adalah sebagai berikut :

Merupakan jalan 2 arah dengan sistem cul de sac.

Lebar badan jalan 4 m dan lebar bahu jalan minimum 1 m.

Pada tempat-tempat tertentu bahu jalan diperlebar untuk

dimanfaatkan sebagai lokasi penurunan sampah (tipping area).

Kemiringan melintang 2%

Kemiringan memanjang + 10/00 (datar) dan elevansi jalan diatas

HHWL.

Kecepatan truk rencana 20 km/jam.

Konstruksi tidak permanent dengan tekanan gandar rencana maksimum

8 ton. Mengingat kondisi pondasi dasar jalan yang masih mengalami

penurunan (settlement), disarankan memakai konstruksi paving

sehingga memudahkan dalam perbaikan badan jalan. Jalan dapat

dirubah menjadi permanent apabila daya dukung tanah sudah stabil.

Page 129: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 6

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5.4.2 Prasarana Drainase

Drainase di TPA berfungsi untuk Mengendalikan limpasan air hujan dengan tujuan

untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah.Seperti diketahui,air hujan

merupakan faktor utama terhadap debit lindi yang dihasilkan. Semakin kecil rembesan

air hujan yang masuk ke timbunan sampah aakn semakin kecil pula debit lindi yang

dihasilkan yang pada gilirannya akan memperkecil kebutuhan unit pengolahannya.

Secara teknik drainase TPA dimaksudkan untuk menahan aliran limpasan aliran air

hujan dari luar TPA agar tidak masuk ke dalam area timbunan sampah. Drainase

penahan ini umumnya dibangun disekeliling blok atau zona penimbunan. Selain itu,

untuk lahan yang telah ditutup tanah, drainase TPA juga dapat berfungsi sebagai

penangkap aliran limpasan air hujan yang jatuh diatas timbunan sampah tarsebut.

Untuk itu permukan tanah penutup harus dijaga kemiringannya mengarah pada saluran

drainase.

Kriteria sistem drainase adalah sebagai berikut :

A. Drainase Jalan

Berada di sisi jalan sepanjang jalan penghubung yang berfungsi untuk

mengalirkan limpasan air dari badan jalan dengan kriteria sebagai berikut :

Merupakan saluran semi permanent atau permanent.

Diberikan konstruksi penahan lonsor.

Kemiringan saluran + 0,5%

B. Drainase Lahan TPA

Saluran drainase ini berfungsi agar limpasan air permukaan , air tanah dan

aliran air tanah mengalir kedalam bangunan pengolahan leachate untuk

dioalah terlebih dahulu sebelum mengalir ke badan air penerima.

Adapun kriteria drainase lahan adalah sebagai berikut :

Merupakan saluran semi permanent atau permanent.

Diberi konstruksi penahan longsor.

Dinding saluran bersifat kedap air sehingga tidak terjadi infiltrasi ke

arah samping.

Page 130: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 7

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Periode ulang hujan didesain untuk 5 tahun.

5.4.3 Fasilitas Penerimaan

Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat penerimaan sampah yang datang,

pencatatan data dan pengaturan kedatangan truk sampah. Pada umumnya fasilitas ini

dibangun berupa pos pengendali di pintu masuk TPA. Pada TPA besar dimana kasitas

pembuangan telah melampaui 50 ton / hari maka dianjurkan pengunana jembatan

timbangan.untuk efisiensi dan ketepatan pendapatan. Sementara TPA kecil bahkan

dapat memanfaatkan pos fasilitas tersebut sekaligus sebagai kantor TPA sederhana

dimana kegiatan administrasi ringan dapat dijalankan.

5.4.4 Lapisan Kedap Air

Lapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air lindi yang terbentuk di

dasar TPA ke dalam lapisan tanah dibawahnya. Untuk lapisan ini harus dibentuk

diseluruh permukaan dalam TPA baik dasr masupun dinding.

Bila tersedia ditempat, tanah lempung setebal ± 50 cm merupakan alternatif yang baik

sebagai lapisan kedap air. Namun bila tidak dimungkinkan, dapat diganti dengan

lapisan sintetis lainnya dengan konsekwensi biaya yang relatif tinggi.

5.4.5 Lapisan Tanah Penutup

Idealnya tanah untuk penutup timbunan sampah harus memenuhi syarat sebagai

berikut :

1. Tanah penutup harian tebal = 15 cm padat dengan exposure time antara 0 – 7 hari.

2. Tanah penutup antara tebal = 30 cm padat dengan exposure time antara 7 – 365

hari.

3, Tanah penutup akhir tebal = 50 cm dengan exposure time lebih dari 365 hari.

5.4.6 Fasilitas Penanganan Gas

Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbon dioksida dan metan dngan

komposisi hampir sama; disamping gas-gas lain yang sangat sedikit jumlahnya. Kedua

gas teresbut memiliki potensi besar dalam proses pemanasan global terutama gas

Page 131: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 8

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

metan; karenanya perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan

lepas bebas ke tamosfer. Untuk itu perlu dipasang pipa ventilasi agar gas dapat keluar

dari timbunan sampah pada titik-titik tertentu. Untuk ini perlu diperhatikan kualitas

dan kondisi tanah penutup TPA. Tanah penutup yang porous atau banyak memiliki

rekahan akan menyebabkan gas lebih mudah lepas ke udara bebas. Pengolahan gas

metan dengan cara pembakaran sederhana dapat menurunkan potensi dalam

pemanasan global.

Untuk pengamanan lingkungan diperlukan usaha pengendalian gas, berupa :

Pengamanan selama pengoperasian berupa saluran ventilasi. Saluran ventilasi berupa

pipa PVC diameter 10 cm yang dilubang-lubangi pada dinding-dinding bukit lapisan

tanah penutup.

Pengamanan pasca pengoperasian (setelah mencapai bukit akhir) merupakan :

1. Lanjutan saluran ventilasi selama pengoperasian

2. Panjang pipa tegak 2 m di atas bukit akhir.

3. Setiap pembukaan lahan dipasang 2 buah ventilasi yang dipasang di tengah-tengah.

4. Antar pipa ventilasi dipasang berjarak 20 meter diatas tanah penutup atara.

5.4.7 Fasilitas Penanganan Lindi

Lindi merupakan air yang terbentuk dalam timbunan sampah yang melarutkan banyak

sekali senyawa yang memiliki kandungan pencemar khususnya zat organik sangat

tinggi. Lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air baik air tanah maupun

permukaan sehingga perlu ditangani dengan baik.

Tahap pertama pengamanan adalah dengan membuat fasilitas pengumpul lindi yang

dapat terbuat dari: perpipaan berlubang-lubang, saluran pengumpul maupun

pengaturan kemiringan dasar TPA; sehingga lindi secara otomatis begitu mencapai

dasar TPA akan bergerak sesuai kemiringan yang ada mengarah pada titik

pengumpulan yang disediakan.

Tempat pengumpulan lindi umumnya berupa kolam penampung yang ukurannya

dihitung berdasarkan debit lindi dan kemampuan unit pengolahannya. Aliran lindi ke

dan dari kolam pengumpul secara gravitasi sangat menguntungkan; namun bila

topografi TPA tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan cara pemompaan.

Page 132: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 9

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Pengolahan lindi dapat menerapkan beberapa metode diantaranya:

penguapan/evaporasi terutama untuk daerah dengan kondisi iklim kering, sirkulasi

lindi ke dalam timbunan TPA untuk menurunkan baik kuantitas maupun kualitas

pencemarnya, atau pengolahan biologis seperti halnya pengolahan air limbah.

Dasar perencanaan bangunan pengolahan leachate ini, seperti dikemukakan di atas

adalah pertimbangan aspek ekonomi terhadap biaya investasi, operasi serta

pemeliharaan selain pertimbangan terhadap ketersediaan lahan untuk pembangunan

bangunan pengolahan leachate (BPL).

A. Unit Proses Anaerobik

Unit proses anaerobik berfungsi untuk menguraikan kandungan bahan

pencemar organik yang masih mengandung senyawa organik karbon (BOD

dan COD) yang relatif tinggi yaitu diatas 1500 mg/liter, sehingga akan

mengurangi kebutuhan oksigen (O2) yang tinggi pada proses pengolahan

selanjutnya, yaitu pada unit proses fakultatif. Disain teknis proses

anaerobik ini umumnya berbentuk bak atau kolam penampung yang

menerima influent leachate dari lahan pembuangan. Disain kolam ini

berbentuk persegi panjang /kolam dengan kedalaman 3 – 4 meter. Dari unit

ini selanjutnya leachate dialirkan ke unit pengolahan fakultatif dengan

sistem pengaliran gravitasi.

Kinetika pemisahan BOD dalam anaerobik pada prinsipnya sama dengan

konvesional anaerobik digester. Apabila terdapat kekurangan data maka

dapat digunakan metoda empiris berdasarkan pada kualitas BOD per-hari,

per-unit volume :

V = Li Q / v

dimana :

V = Pembebanan volumetrik BOD, gr/m3/hari

Li = Konsentrasi BOD influent, mg/liter

Q = Aliran rata-rata influent, m3/hari

V = Volume kolam, m3

Page 133: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 10

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

B. Unit Fakultatif

Unit proses fakultatif berfungsi untuk menguraikan kandungan bahan

pencemar organik yang masih mengandung senyawa organik karbon (BOD

dan COD) yang cukup tinggi yaitu 250 – 400 mg/liter sehingga memenuhi

persyaratan influent untuk diolah pada unit proses maturasi.

Disain teknis unit proses fakultatif ini umumnya berbentuk kolam

penampungan yang menerima influent leachate dari unit proses anaerobik.

Disain untuk bak ini berupa kolam penampungan yang berbentuk empat

persegi panjang dengan kedalaman 1 – 2 meter. Dari unit ini selanjutnya

leachater dialirkan ke unit proses pengolahan maturasi dengan sistem

pengaliran secara gravitasi.

Metoda yang akan dipakai berdasarkan pada pembebanan areal BOD (S),

yaitu kunatitas BOD per-hari di dalam kolam per-unit luas permukaan.

S = 10 Li Q / A

Dimana :

S = Areal pembebanan BOD, kg/ha/hari

A = Luas kolam, m2

Li = Konsentrasi BOD influent, mg/liter

Q = Aliran rata-rata influent, m3/hari

Nilai maksimum S yang dapat dipakai untuk disain, merupakan fungsi dari

temperatur yang didapat dari data hasil analisa performasi kolam fakultatif

yang ada di semua tempat. Disarankan disain berdasarkan pada hubungan

antara :

A = Li Q / 2 (T – 6)

Persentase pemisahan BOD pada unit fakultatif pada umumnya antara (70 –

80%). Efluent BOD diatas 100 meter mg/liter menunjukan kondisi koalam

bersifat aerobik. Pemisahan dan penguraian ( pematamgan)senyawa organik

dan kandungan mikroorganisme pathogen lebih lanjut terjadi dalam unit

proses maturasi.

Page 134: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 11

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Dalam kolam fakultatif yang mengolah leachate baru, lapisan lumpur

terbentuk pada dasar kolam. Kurang lebih 30% dari influent BOD dipisahkan

sebagai methan dari cairan lumpur tersebut. Kolam fakultatif harus sudah

di kuras apabila lumpur sudah mencapai ¼ nya, yang juga sama seperti

kolam anaerobik, kecepatan akumulasi lumpur adalah 0,004 m3 dari debit

yang masuk per-tahun . kolam fakultatif yang menerima effluent dari kolam

anaerobik umumnya tidak membutuhkan pengurasan.

C. Unit Maturasi

Unit proses maturasi berfungsi untuk menguraikan lebih sempurna

(pematangan) sisa kandungan bahan pencemar organik yang mengandung

senyawa organik karbon (BOD dan COD) dari effluent unit proses fakultatif,

sehingga memenuhi persyaratan effluent untuk dapat di buang ke badan air

penerima (BAP) yang ada sekitar lokasi TPA.

Disain teknis unit proses masturasi ini umumnya berbentuk kolam

penampungan yang menerima inffluent leachate dari proses fakultatif.

Disain untuk unit ini berupa kolam penampungan berbentuk empat persegi

panjang dengan kedalaman 1-2 meter,dimana panjang (p), berbanding

lebar (l) adalah (2/3 : 1), dengan kemiringan tanggul pinggiran sebesar (1 :

3). Tanggul dilindungi dari bahaya erosi dengan menempatkan beton pre-

cast pada level permukaan air.

Beberapa prosedur disain untuk kolam masturasi, umumnya mempunyai

kedalaman antara 1-2 meter. Waktu detensi dalam kolam masturasi

umumnya dalam rentang 10 hari. Pada dasarnya dengan waktu detensi 5-10

hari, secara normal akan dapat memisahkan BOD dari effluent kolam

fakultatif antara 60-100 mg/liter menjadi dibawah 30 mg/liter.

Dalam perencanaan unit proses ini, dasar kolam harus bersifat tidak

meresapkan (impermeable). Pembangunan kolam di daerah yang

mempunyai tanah bersifat mudah menyerap air, dasar kolam harus dilapisi

dengan lapisan kedap sebagai bahan pelapis (lining system).

Page 135: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 12

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5.4.8 Umur TPA/Kebutuhan Lahan

Sesuai dengan kriteria desain, umur lahan TPA minimal 5 tahun. Adapun ketinggian

timbunan sampah direncanakan 5 meter dari permukaan badan jalan.

Luas lahan yang diperlukan dapat ditentukan dengan rumus-rumus berikut :

1. Volume sampah yang akan ditimbun

A = B x C

Dimana : A = Jumlah sampah yang akan dibuang (kg/hari)

B = Jumlah penduduk (orang)

C = Timbunan sampah (kg/orang/hari)

2. Volume sampah yang telah dipadatkan

D = E x A

Dimana : D = volume sampah yang telah dipadatkan (m3/hari)

E = Volume sampah yang akan dibuang (m3/hari)

A = Faktor pemadatan (kg/m3)

3. Luas lahan yang diperlukan per-tahun

Berdasarkan asumsi rata-rata ketinggian sampah yang telah dipadatkan F dan

perbandingan tebal lapisan tanah penurup dan tebal sampah 1 : 4, maka luas

lahan yang diperlukan setiap tahun

G = D x 365 x 1,25

F

Dimana : G = luas lahan TPA yang diperlukan per-tahun (m2)

D = Volume sampah padat (m3/hari)

F = Ketinggian lapisan sampah (m).

4. Kebutuhan lahan total

H = G x I x J

Dimana : H = Luas total lahan (m2)

I = Umur lahan (tahun)

Page 136: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 13

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

J = Ratio luas lahan total dengan luas lahan efektif

(minimum 1,2)

5.4.9 Rencana Timbunan Bukit Akhir

Sesuai dengan daya dukung tanah yang ada, tinggi timbunan sampah untuk bukit akhir

maksimum 5 meter dari elevasi rencana jalan.

Ketentuan-ketentuan lain untuk bukit akhir adalah sebagai berikut :

1. Kemiringan lereng timbunan adalah 1 : 3 atau 33% atau 18,5%.

2. Kemiringan pada bidang timbunan dibuat maksimum 1%.

Di atas timbunan akhir setelah diberi lapisan penutup akhir ditanami vegetasi agar

timbunan menjadi lebih stabil serta menahan erosi.

5.4.10 Alat Berat

Alat berat yang sering digunakan di TPA umumnya berupa: bulldozer, excavator dan

loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam

operasionalnya.

Bulldozer sangat efisien dalam operasi peratan dan pemadatan tetapi kurang dalam

kemampuan penggalian. Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi

kurang dalam perataan sampah. Sementara loader sangat efisien dalam pemindahan

baik tanah maupun sampah tetapi kurang dalam kemampuan pemadatan.

Untuk TPA kecil disarankan dapat memiliki bulldozer atau excavator; sementara TPA

yang besar umumnya memiliki ketiga jenis alat berat tersebut.

5.4.11 Penghijauan

Penghijauan lahan TPA diperlukan untuk beberapa maksud diantaranya peningkatan

estetika lingkungan, sebagai buffer zone untuk pencegahan bau dan lalat yang

berlebihan. Untuk itu perencanaan daerah penghijauan ini perlu pertimbangan letak

dan jarak kegiatan masyarakat di sekitarnya (pemukiman, jalan raya, dll)

Page 137: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 14

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5.4.12 Pagar Keliling dan Green Belt

pagar keliling dapat berupa pagar duri atau pagar hidup. Pagar keliling direncanakan

dipasang pada batas lahan TPA. Untuk daerah green belt, jenis tanaman harus dipilih

berupa tanaman keras yang sesuai dan dapt tumbuh di daerah gambut. Tanaman ini

sudah harus ditanam dan tumbuh dengan baik sebelum operasi TPA dilaksanakan.

5.4.13 Fasilitas Penunjang

Beberapa fasilitas penunjang masih diperlukan untuk membantu pengoperasian TPA

yang baik diantaranya : pemadam kebakaran, mesin pengasap (mist blower),

kesehatan/keselamatan kerja, toilet, dll.

5.5. Teknik Operasional TPA

5.5.1 Persiapan Lahan TPA

Sebelum lahan TPA diisi dengan sampah maka perlu diadakan penyiapan lahan agar

kegiatan pembuangan berikut dapat berjalan dengan lancar. Penutupan lapisan kedap

air dengan lapisan tanah setempat yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

kerusakan lapisan tersebut akibat operasi alat berat di atasnya. Umunya diperlukan

lapisan tanah setebal 50 cm yang dipadatkan di atas lapisan kedap air tersebut.

Persediaan tanah penutup perlu disiapkan di dekat lahan yang akan dioperasikan untuk

membantu kelancaran penutupan sampah; terutama bila operasional dilakukan secara

sanitary landfill. Peletakan tanah harus memperhatikan kemamapuan operasi alat

berat yang ada. Beberapa kegiatan penyiapan lahan tersebut meliputi:

A. Tahap Operasi Pembuangan

Kegiatan operasi pembuangan sampah secara berurutan akan meliputi :

1) Penerimaan sampah di pos pengendalian; dimana sampah diperiksa,

dicatat dan diberi informasi mengenai lokasi pembongkaran.

2) Pengengkutan sampah dari pos penerimaan ke lokasi sel yang

dioperasikan; dilakukan sesuai rute yang diperintahkan.

Page 138: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 15

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3) Pembongkaran sampah dilakukan dititik bongkar yang telah ditentukan

dengan manuver kendaraan sesuai petunjuk pengawas.

4) Perataan sampah oleh alat berat yang dilakukan lapis demi lapis agar

tercapai kepadatan optimum yang diinginkan. Dengan proses

pemadatan yang baik dapat diharapkan kepadatan sampah meningkat

hampir dua kali lipat.

5) Pemadatan sampah oleh alat berat untuk mendapatkan timbunan

sampah yang cukup padat sehingga stabilitas permukaannya dapat

diharapkan untuk menyangga lapisan berikutnya.

6) Penutupan sampah dengan tanah untuk mendapatkan kondisi operasi

controll atau sanitary landfill.

B. Pengaturan lahan

Seringkali TPA tidak diatur dengan baik. Pembongkaran sampah di

sembarang tempat dalam lahan TPA sehingga menimbulkan kesan yang

tidak baik; disamping sulit dan tidak efisiennya pelaksanaan pengerjaan

peralatan, pemadatan dan penutupan sampah tersebut. Agar lahan TPA

dapat dimanfaatkan dengan efisien, maka perlu dilakukan pengaturan yang

baik yang mencangkup :

1. Pengaturan sel

Sel merupakan bagian dari TPA yang digunakan untuk menampung sampah

satu periode operasi terpendek sebelum ditutup dengan tanah. Pada

sistem sanitary landfill, periode operasi terpendek adalah harian; yang

berarti bahwa satu sel adalah bagian dari lahan yang digunakan untuk

menampung sampah selama satu hari. Semantara untuk control landfill

satu sel adalah untuk menaampung sampah selama 3 hari, atau 1 minggu,

atau periode operasi terpendek yang dimungkinkan. Dianjurkan periode

operasi adalah 3 hari, berdasarkan pertimbangan waktu penetasan telur

lalat yang rata – rata mencapai 5 hari; dan asumsi bahwa sampah telur

berumur 2 hari saat ada di TPS sehingga belum menetas perlu ditutup

tanah agar telur/larva muda segera mati.

Untuk pengaturan sel perlu diperhatikan beberapa faktor :

Page 139: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 16

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Lebar sel sebaiknya berkisar antara 1,5 – 3 lebar blade alat berat

agar manuver alat berat dapat lebih efisien.

Ketebalan sel sebaiknya antara 2 – 3 meter. Ketebalan terlalu besar

akan menurunkan stabilitas permukaan, semantara terlalu tipis

menyebabkan pemborosan tanah penutup.

Panjang sel dihitung berdasarkan volumesampah padat dibagi

dengan lebar dan tebal sel. Dianjurkan panjang sel tidak

Sebagai contah bila volume sampah padat adalah 150 m3/hari, tebal

sel direncanakan 2 m, lebar direncanakan 3 m, maka panjang sel

adalah 150/(3X2) = 25 m.

Batas sel harus dibuat jelas dengan pemasangan patok – patok dan

tali agar operasi penimbunan sampah dapat berjalan dengan lancar.

2. Pengaturan Blok

Blok operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk

penimbunan sampah selama periode operasi menengah misalnya 1 atau 2

bulan. Karenanya luas blok akan sama dengan luas sel dikalikan

perbandingan periode operasi menengah dan pendek.

Sebagai contoh bila sel harian berukuran lebar 3 meter dan panjang 25

meter maka blok opersi bulanan akan mencapai 30 X 75 m2 = 2. 250 m2.

3. Pengaturan Zona

Zona operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk

jangka waktu panjang misal 1 – 3 tahun, sehingga luas zona operasi akan

sama dengan luas blok operasi dikalikan dengan perbandingan periode

operasi panjang dan menengah.

Sebagi contoh bila blok operasi bulanan memiliki luas 2.250 m2 maka

zona operasi tahunan akan menjadi 12 X 2.250 = 2,7 ha.

5.5.2 Persiapan Sel Pembuang

Sel pembuangan yang telah ditentukan ukuran panjang, lebar dan tebalnya perlu

dilengkapi dengan patok – patok yang jelas. Hal ini dimaksudkan untuk membantu

Page 140: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 17

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

petugas/operator dalam melaksanakan kegiatan pembuangan sehingga sesuai dengan

rencana yang telah dibuat.

Beberapa pengaturan perlu disusun dengan rapi diantaranya :

1. Peletakan tanah tertutup

2. Letak titik pembongkaran sampah dari truk

3. Manuver kendaraan saat pembongkaran

5.5.3 Pembongkaran Sampah

Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas kepada

pengemudi truk agar mereka membuang sampah pada titik yang benar sehingg proses

berikutnya dapat dilaksanakan dengan efisien. Titik bongkar umumnya diletakan di

tepi sel yang sedang diopeasikan dan berdekatan dengan jalan kerja sehingga

kendaraan truk dapat dengan mudah mencapainya. Beberapa pengalaman menunjukan

bahwa titik bongkar yang sulit dicapai pada saat hari hujan akibat licinnya jalan kerja.

Hal ini perlu diantisipasi oleh penanggung jawab TPA agar tidak terjadi.

Jumlah titik bongkar pada setiap sel ditentukan oleh beberapa faktor :

1. Lebar sel

2. Waktu bongkar rata – rata

3. Frekuensi kedatangan truk pada jam puncak

Harus diupayakan agar setiap kendaraan yang atang dapat segera mencapai titik

bongkar dan melakukan pembongkaran sampah agar efisien kendaraan dapat dicapai.

5.5.4 Perataan dan Pemadatan Sampah

Perataan dan pemadatan sampah dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi

pemanfaatan lahan yang efisien dan stabilitas permukaan TPA yang baik. Kepadatan

sampah yang tinggi di TPA akan memerlukan volume lebih kecil sehingga daya

tampung TPA bertambah, sementara permukaan yang stabil akan sangat mendukung

penimbunan lapis berikutnya. Pekerjaan perataan dan pemadatan sampah sebaikmya

dilakukan dengan memperhatikan efisiensi operasi alat berat.

Page 141: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 18

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Pada TPA dengan intensitas kedatangan truk yang tinggi,perataan dan pemadatan

perlu segera dilakukan setelah sampah dibongkar.Penundaan pekerjaan ini akan

menyebabkan sampah menggunung sehingga pekerjaan perataannya akan kurang

efisien dilakukan.

Pada TPA dengan frekwensi kedatangan truk yang rendah maka perataan dan

pemadatan sampah dapat dilakukan secara periodik,misalnya pagi dan siang.

Perataan dan pemadatan sampah perlu dilakukan dengan memperhatikan kriteria

pemadatan yang baik :

1. Peratan dilakukan lapis demi lapis

2. Setiap lapis diratakan sampah setebal 20 cm – 60 cm dengan cara mengatur

ketinggian blade alat berat.

3. Pemadatan sampah yang telah rata dilakukan dengan menggilas sampah tersebut 3

– 5 kali.

4. Perataandan pemadatan dilakukan sampai ketebalan sampah mencapai ketebalan

rencana

5.5.5 Penutupan Tanah

Penutupan TPA dengan tanah mempunyai fungsi/maksud :

1. Untuk memotong siklus hidup lalat, khususnya dari telur menjadi lalat

2. Mencegah perkembangan tikus

3. Mengurangi rembesan air hujan yang akan membentuk lindi

4. Mengurangi bau

5. Mengisolasi sampah dan gas yang ada

6. Menambah kestabilan permukaan

7. Meningkatkan estetika permukaan

Frekuensi penutupan sampah dengan tanah disesuaikan dengan metode / teknologi

yang diterapkan. Penutupan sel sampah pada sistem sanitary landfill dilakukan setiap

hari, sementara pada control land fill dianjurkan 3 hari sekali. Ketebalan tanah

penutup yang perlu dilakukan adalah :

Page 142: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 19

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

1. Untuk penutupan sel (sering disebut dengan penutupan harian) adalah dengan

lapisan tanah padat setebal 20 cm

2. Untuk penutupan antara (setelah 2 – 3 lapis sel harian ) adalah tanah padat setebal

30 cm.

3. Untuk penutupan terakhir yang dilakukan pada saat suatu blok pembuangan telah

terisi penuh, dilapisi dengan tanah padat setebal minimal 50 cm.

5.5.6 Pemeliharaan TPA

Pemeliharan TPA dimaksudkan untuk menjaga agar setiap prasarana dan sarana yang

ada selalu dalam kondisi siap operasi dengan unjuk kerja yang baik. Seperti halnya

program pemeliharaan lazimnya maka sesuai tahapannya perlu diutamakan kegiatan

pemeliharaan yang bersifat preventif untuk mencegah terjadinya kerusakan dengan

melaksanakan pemeliharaan rutin.

Pemeliharaan korektif dimaksudkan untuk segera melkukan perbaikan kerusakan –

kerusakan kecil agar tidak berkembang menjadi komplek dan besar.

A. Pemeliharaan alat bermesin (alat berat , pompa , dll)

Alat berat dan peralatan bermesin seperti pompa air lindi sangat vital bagi

operasi TPA sehingga kehandalan dan unjuk kerjanya harus dipelihara

dengan prioritas tinggi. Buku manual pengoperasian dan pemeliharaan alat

berat harus selalu dijalankan dengan benar agar peralatan tersebut

terhindar dari kerusakan.

Kegiatan perawatan seperti penggantian minyak pelumas baik mesin

maupun transmisi harus diperhatikan sesuai ketentuan pemeliharaannya.

Demikian pula dengan pemeliharaan komponen seperti baterai, filter –

filter, dan lain – lain tidak boleh dilalaikan ataupun dihemat seperti banyak

diakukan.

B. Pemeliharaan Jalan

Kerusakan jalan TPA umumnya dijumpai pada ruas jalan masuk dimana

kondisi jalan bergelombang maupun berlubang yang disebabkan oleh

beratnya beban truk sampah yang melintasinya. Jalan yang

berlubang/bergelombang menyebabkan kendaraan tidak dapat melintasinya

Page 143: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 20

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

dengan lancar sehingga terjadi penurunan kecepatan yang berarti

menurunnya efisiensi pengangkutan;disampimg lebih cepat ausnya

beberapa komponen seperti kopling,rem,dan lain-lain.

Keterbatasan dana dan kelembagaan untuk pemeliharaan seringkali menjadi

kendala perbaikan sehingga kerusakan jalan dibiarkan berlangsung lama

tanpa disadari telah menurunkan efisiensi pengangkutan. Hal ini sebaiknya

diantisipasi dengan melengkapi manajemen TPA dengan kemampuan

memperbaiki kerusakan jalan sekalipun bersifat temporer seperti misalnya

perkerasan dengan pasir dan batu.

Bagian lain yang juga sering mengalami kerusakan dan kesulitan adalah

jalan kerja dimana kondisi jalan temporer tersebut memiliki kestabilan

yang rendah;khususnya bila dibangun di atas sel sampah. Cukup banyak

pengalaman memberi contoh betapa jalan kerja yang tidak baik telah

menimbulkan kerusakan batang hidrolis pendorong bak pada dump

truck;terutama bila pengemudi memaksa membongkar sampah pada saat

posisi kendaraan tidak rata/horizontal.

Jalan kerja di banyak TPA juga memiliki faktor kesulitan lebih tinggi pada

saat hari hujan. Jalan yang licin menyebabkan truk sampah sulit bergerak

dan harus dibantu oleh alat berat; sehingga secara keseluruhan

menyebabkan waktu operasi pengangkutan di TPA menjadi lebih panjang

dan pemanfaatan alat berat untuk hal yang tidak efisien. Sekali lagi perlu

diperhatikan untuk memperbaiki kerusakan jalan sesegera mungkin sebelum

menjadi semakin parah. Pengurugan dengan sirtu umumnya sangat efektif

memperbaiki jalan yang bergelombang dan berlubang.

C. Pemeliharan Lapisan Penutup

Lapisan penutup TPA perlu dijaga kondisinya agar tetap apat berfungsi

dengan baik. Perubahan temperatur dan kelembaban udara dapat

menyebabkan timbulnya rtakan permukaan tanah yang memungkinkan

terjadinya aliran gas keluar dari TPA ataupun mempercepat rembesan air

pada saat hari hujan. Untuk itu retakan yang terjadi perlu segera ditutup

dengan tanah sejenis.

Page 144: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 21

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Proses penurunan permukaan tanah juga sering tidak berlangsung seragam

sehingga ada bagian yang menonjol maupun melengkung ke bawah.

Ketidakteraturan permukaan ini perlu diratakan dengan memperhatikan

kemiringan ke arah saluran drainase. Penanaman rumput dalam hal ini

dianjurkan untuk mengurangi efek retakan tanah melaui jaringan akar yang

dimiliki.

Pemeriksaan kondisi permukaan TPA perlu dilakukan minimal sebulan

sekali atau beberapa hari setelah terjadi hujan lebat untuk memastikan

tidak terjadinya perubahan drastis pada permukaan tanah penutup akibat

erosi air hujan.

D. Pemeliharaan Drainase

Pemeliharaan saluran drainase secara umum sangat mudah dilakukan.

Pemeriksaan rutin setiap minggu khususnya pada musim hujan perlu

dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan saluran yang serius.

Saluran drainase perlu dipelihara dari tanaman rumput atau semak yang

mudah sekali tumbuh akibat tertinggalnya endapan tanah akibat erosi tanah

penutup TPA di dasar saluran. TPA di daerah bertopografi perbukitan juga

sering mengalami erosi akibat aliran air yang deras.

Lapisan semen yang retak atau pecah perlu segera diperbaiki agar tidak

mudah lepas oleh erosi air, sementaa saluran tanah yang berubah profilnya

akinat erosi perlu segera dikembalikan ke dimensi semula agar dapat

berfungsi mengalirkan air dengan baik.

E. Pemeliharaan Fasilitas Penanganan Lindi

Kolam penampung dan pengolah lindi sering kali mengalami pendangkalan

akibat endapan suspensi. Hal ini akan menyebabkan semakin kecilnya

volume efektif kolam yang berarti semakin berkurangnya waktu tinggal;

yang akan berakibat pada rendahnya efisiensi pengolahan yang berlangsung.

Untuk itu perlu diperhatikan agar kedalaman efektif kolam dapat dijaga.

Lumpur endapan yang mulai tinggi melampaui dasar efektif kolam harus

segera dikeluarkan. Alat berat excavator sangat efektif dalam pengeluaran

lumpur ini. Dalam beberapa hal dimana ukuran kolam tidak terlalu besar

Page 145: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 22

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

juga dapat digunakan truk tinja untuk menyedot lumpur yang terkumpul

yang selnjutnya dapat dibiarkan mengering dan dimanfaatkan sebagai tanah

penutup sampah.

F. Pemeliharaan Fasilitas Lainnya

Fasilitas – fasilitas lain seperti bangunan kantor / pos, garasi dan

sebagainya perlu dipelihara sebagaimana lazimnya bangunan lainnya seperti

kebersihan, pengecatan, dll.

5.6. Pengawasan Pengendalian TPA

5.6.1 Pengawasan Kegiatan Pembuangan

A. Tujuan pengawasan dan pengendalian

Pengawasan dan pengendalian TPA dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa

setiap kegiatan yang ada di TPA dilaksanakan sesuai dengan rencana yang

telah ditentukan dan dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan sbb :

1) Apakah sampah yang dibuang merupakan sampah perkotaan, dan

bukan jenis sampah yang lain ?

2) Apakah volume dan berat sampah yang masuk TPA diukur dan dicatat

dengan baik ?

3) Apakah sel pembuangan dan titik bongkar sudah ditentukan ?

4) Apakah pengemudi sudah diarahkan ke lokasi yang benar ?

5) Apakah tanah penutup telah tersedia ?

6) Apakah perataan dan pemadatan dilakukan sesuai dengan rencana?

7) Apakah penitipan telah dilakukan dengan baik ?

8) Apakah prasarana dan sarana dioperasikan dan dipelihara dengan baik ?

B. Tata cara pengawasan dan pengendalian

Pengawasan dilakukan dengan kegiatan pemeriksaan/pengecekan yang

meliputi :

1) Pemeriksaan kedatangan sampah

Page 146: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 23

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

2) Pengecekan rute pembuangan

3) Pengecekan operasi pembuangan

4) Pengecekan unjuk kerja fasilitas

5) Pengendalian TPA meliputi aktifitas untuk mengarahkan operasional

pembuangan dan unjuk kerja setiap fasilitas sesuai fungsi seperti :

6) Pemberian petunjuk operasi pembuangan bila petugas

lapangan/operator melaksanakan tidak sesuai dengan rencana.

7) Pemeriksaan kwalitas pengolahan lindi dan pemberian petunjuk cara

pengoperasian yang baik

5.6.2 Pendataan dan Pelaporan

A. Pendataan TPA

Data – data yang diperlukan akan mencakup :

1) Data kedatangan kendaraan pengangkut sampah dan volume sampah

yang diperlukan untuk mengetahui kapasitas pembuangan harian; yang

akan digunakan untuk mengevaluasi perencanaan TPA yang telah

disusun berkaitan dengan kapasitas tampung dan usia pakai TPA. Data

ini dapat dikumpulkan di Pos Pengendali TPA dimana terdapat petugas

yang secara teliti memeriksa, mengukur dan mencatat data tersebut

dengan bantuan Form Kedatangan Truk.

2) Data kondisi instalasi pengolahan lindi khususnya kualitas parameter

pencemar untuk mengetahui efisiensi pengolahan lindi dan potensi

pencemaran yang masih ada. Data ini diperoleh melalui pemeriksaan

kualitas air lindi di laboratorium.

3) Data operasi dan pemeliharaan alat berat yang merupakan data unjuk

kerja alat berat dan pemantau pemeliharaannya.

B. Pelaporan TPA

Data-data diatas perlu dirangkum dengan baik menjadi suatu laporan yang

dengan mudah memberikan gambaran mengenai kondisi pengoperasian dan

Page 147: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 24

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

pemeliharaan TPA kepada para pengambil keputusan maupun perencana

bagi pengembangan TPA lebih lanjut.

5.6.3 Pengendalian TPA

A. Pengendalian lalat

Perkembangan lalat dapat terjadi dengan cepat yang umumnya disebabkan

oleh terlambatnya penutupan sampah dengan tanah sehingga tersedia

cukup waktu bagi telur lalat untuk menjadi larva dan lalat dewasa.

Karenanya perlu diperhatikan dengan seksama batasan waktu paling lama

untuk penutupan tanah. Semakin pendek periode penutupan tanah akan

semakin kecil pula perkembangan lalat. Dalam hal lalat telah berkembang

banyak, dapat dilakukan penyemprotan insektisida dengan menggunakan

mistblower. Tersedianya pepohonan dalam hal ini sangat membantu

pencegahan penyebaran lalat ke luar lingkungan luar TPA.

B. Pencegahan kebakaran/Asap

Kebakaran/asap terjadi karena gas metan terlepas tanpa kendali dan

bertemu dengan sumber api. Terlepasnya gas metan seperti telah dibahas

sebelumnya sangat ditentukan oleh kondisi dan kwalitas tanah penutup.

Sampah yang tidak tertutup tanah sangat rawan terhadap bahaya kebakaran

karena gas tersebar di seluruh permukaan TPA. Untuk mencegah kasus ini

perlu diperhatikan pemeliharaan lapisan tanah penutup TPA.

C. Pencegahan pencemaran air

Pencegahan pencemaran air perlu dilakukan dengan menjaga agar lindi

yang dihasilkan dari TPA dapat :

1) Terbentuk sesedikit mungkin; dengan cara mencegah rembesan air

hujan melalui konstruksi drainase dan tanah penutup yang baik.

2. Terkumpul pada kolam pengumpul dengan lancar

3) Diolah dengan baik pada kolam pengolahan; yang kwalitasnya secara

periodik diperiksa.

Page 148: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 25

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5.7. Evaluasi Dampak Penting

5.7.1 Tahap Pra-Konstruksi

A. Penetapan lokasi

Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan :

Persepsi Masyarakat

Kegiatan penetapan lokasi tapak proyek diperkirakan aan berdampak

terhadap persepsi masyarakat sebagai akibat adanya praduga masyarakat

yang tanahnya terkena pembebasan mengenai ketidaksesuaian ganti rugi

yang diperoleh. Serta adanya perbedaan pendapat masyarakat yang setuju

dan tidak setuju mengenai penetapan lahan yang mereka miliki selama ini

sebagai lokasi pengolahan akhir sampah. Dengan adanya kegiatan

pembebasan lahan dan status kepemilikan memberikan dampak terhadap

sebagian masyarakat, antara lain: mereka menjadi kehilangan mata

pencaharian dan tempat tinggal.

Keresahan Sosial

Pada penetapan lokasi tapak lokasi pengolahan akhir sampah ini

diperkirakan akan berdampak terhadap keresahan sosial, yaitu adanya

pemikiran kemana mereka akan pindah dan atau mencari nafkah serta

sebagai akibat persepsi negatif masyarakat terhadap penetapan lokasi

proyek

B. Pembebasan Lahan dan Pemindahan Penduduk

Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan :

Kepadatan Penduduk

Kegiatan pembebasan lahan dan pemindahan penduduk diperkirakan akan

berdampak terhadap jumlah dan tingkat kepadatan penduduk. Penduduk

yang tanahnya dibebaskan saat ini telah pindah ke daerah lain.

Page 149: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 26

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Mata Pencaharian

Pembebasan lahan dan pemindahan penduduk berakibat pula terhadap

mata pencaharian. Perubahan daerah sawah/ladang mereka menadi lokasi

pembuangan sampah akan mendorong mereka mencari kerja di sektor non

pertanian. Perubahan mata pencaharian ini bersifat negatif apabila

diantara penduduk tadi yang menjadi pengangguran kalau tenaganya tidak

tertampung.

Persepsi Masyarakat

Lahan yang dibebaskan menjadi perhitungan untuk mendapatkan ganti

tempat tinggal yang merupakan hal yang sangat mendasar bagi setiap

orang.

Kata sepakat atas ganti rugi yang sesuai, ataupun kejelasan batas lahan

yang mereka miliki dapat menimbulkan keresahan masyarakat sehingga

menyebabkan persepsi yang negatif.

Keresahan Sosial

Kegiatan pembebasan lahan dan pemindahan penduduk telah selesai

seluruhnya dan tidak pernah terjadi keresahan/konflik sosial masyarakat

karena proses tersebut dilakukan secara musyawarah mufakat antara

pemrakarsa kegiatan dan masyarakat yang tanahnya terkena pembebasan.

5.7.2 Tahap Konstruksi

A. Mobilisasi Tenaga Kerja

Dampak terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan :

Kepadatan Penduduk

Mobilisasi tenaga kerja konstruksi proyek akan berdampak terhadap jumlah

dan tingkat kepadatan penduduk sebagai akibat rekrutment tenaga kerja

yang diperkirakan sebagian akan didatangkan dari luar daerah karena untuk

keahlian tertentu tidak dapat di penuhi oleh tenaga lokal.

Page 150: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 27

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Kesempatan Kerja dan Bekerja

Banyaknya tenaga kerja yang di butuhkan mengakibatkan terbukanya

kesempatan berusaha bagi masyarakat di sekitar lokasi proyek. Penduduk

setempat dapat memperoleh mata pencaharian tambahan dengan

menyediakan tempat tinggal untuk disewakan atau dikontrakan pada

pekerja. Kegiatan-kegiatan lain yang merupakan kesempatan berusaha

adalah berupa pembukaan warung makan dan kios yang menjual keperluan

sehari-hari bagi pekerja proyek, atau menyediakan pelayanan transportasi

seperti ojek yang sangat di butuhkan di lokasi tersebut.

Pendapatan Masyarakat

Kegiatan mobilisasi tenaga kerja konstruksi terhadap pendapatan

masyarakat merupakan dampak turunan (sekunder) sebagai akibat

terbukanya kesempatan kerja dan berusaha. Dengan ikutnya masyarakat

bekerja di sekitar lokasi proyek sebagai tenaga kerja konstruksi dan terbuka

kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat di sekitar lokasi proyek

akan mengakibatkan meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat.

Kecemburuan Sosial

Kecemburuan sosial akan muncul apabila tenaga kerja setempat tidak

dilibatkan dalam tahap konstruksi pengolahan akhir sampah kota.

Persepsi Masyarakat

Dengan terbukanya kesempatan kerja dan berusaha serta meningkatnya

pendapatan masyarakat di sekitar tapak proyek pada tahap konstruksi ini

akan mengakibatkan persepsi masyarakat menjadi positif terhadap proyek.

B. Pembersiahan Lahan dan Pematangan Tanah

1. Dampak Terhadap Fisik kimia :

Iklim Mikro

Pekerjaan pembersihan lahan dan pematangan tanah yang terdiri dari

pembukaan, pengurugan dan perataan lahan menyebabkan hilangnya

lapisan penutupan tanah berupa semak belukar dan pepohonan yang

Page 151: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 28

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

berdampak lanjut terhadap kelembaban udara, akibat kenaikan suhu di

lokasi proyek.

Kualitas Udara

Pada kegiatan ini akan terjadi penurunan kualitas udara akibat debu yang

dihasilkan dari aktivitas pembersihan lahan dan pematangan tanah dan gas

buang dari mesin-mesin yang digunakan.

Kebisingan

Kegiatan pembersihan lahan dan pematangan tanah juga akan berdampak

terhadap kebisingan sebagai akibat penggunaan mesin-mesin berat yang

digunakan dalam pekerjaan tersebut.

Kuantitas Air Permukaan

Kegiatan pembersihan lahan pematangan tanah mengakibatkan daya resap

air ke dalam tanah menjadi berkurang dibandingkan dengan sebelum

dilakukan kegiatan tersebut, sehingga volume air larian akan meningkat.

Kegiatan ini akan menimbulkan peningkatan air larian yang kemungkinan

pula akan meningkatkan kuantitas air permukaan.

Kestabilan Lereng dan Erosi

Dampak kegiatan pembersihan lahan pematangan tanah yang potensial

terhadap kestabilan lereng dan erosi adalh pada areal TPA dikarenakan

kondisi daya dukung tanah yang relatif jelek.

2. Dampak Terhadap Hayati

Flora Darat

Kegiatan pembersihan lahan dan pematangan tanah akan mengakibatkan

hilangnya vegetasi/flora darat yang merupakan habitat (tempat hidup)

bebagai jenis fauna darat sehingga keseimbangan ekosistem akan

terganggu.

Fauna Darat

Dampak kegiatan pembersihan lahan terhadap fauna darat merupakan

dampak turunan (sekunder) sebagai akibat hilangnya vegetasi/flora darat

yang merupakan habitat (tempat hidup) berbagai jenis satwa. Selain itu,

Page 152: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 29

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

pematangan tanah yang menimbulkan bising akibat penggunaan mesin-

mesin berat akan mengganggu kehidupan satwa di sekitarnya.

Flora Perairan

Dalam kegiatan pembersihan lahan dan pematangan tanah terhadap flora

perairan (plankton) merupakan dampak turunan (sekunder) sebagai akibat

menurunnya kualitas air permukaan berupa peningkatan kekeruhan dan

Total Padatan Tersuspensi (TSS) pada saat kegiatan pembersihan lahan dan

pematangan tanah berlangsung. Hal ini mengakibatkan berkurangnya

penetrasi cahaya matahari ke dalam air sehingga proses fotosintesis akan

terhambat.

Fauna Perairan

Seperti halnya dampak terhadap flora perairan (plankton), dampak

terhadap flora perairan (benthos dan ikan) juga merupakan dampak turunan

(sekunder) sebagai akibat menurunnya kualitas air permukaan berupa

peningkatan kekeruhan dan Total Padatan Tersuspensi (TSS) pada saat

kegiatan pembersihan lahan dan pematangan tanah berlansung. Akibat

peningkatan TSS akan menghambat difusi oksigen kedalam air pada

akhirnya akan mengganggu kehidupan fauna perairan (benthos dan ikan).

3. Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan

Kamtibmas

Akibat penurunan kualitas udara, peningkatan debu, kebisingan, erosi dan

pengotoran badan jalan pada saat kegiatan pembersihan lahan dan

pematangan tanah berlansung.

Kesehatan Masyarakat

Dampak ini sebagai akibat dari penurunan kualitas udara dan peningkatan

kebisingan yang dihasilkan dari kegiatan kegiatan pembersihan lahan dan

pematangan tanah berlangsung.

Page 153: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 30

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

C. Mobilisasi Bahan dan Alat

1. Dampak Terhadap Fisik dan Kimia:

Kualitas udara

Kegiatan pengangkutan bahan dan peralatan knstruksi diperkirakan akan

berdampak terhadap kualitas udara. Pada kegiatan ini akan terjadi

penrunan kualitas udara akibat gas buang kendaraan angkut dan debu.

Kebisingan

Kegiatan pengangkutan bahan dan peralatan konstruksi proyek juga akan

menimbulkan kebisingan dari aktivitas kendaraan pengangkut sampah

2. Dampak Terhadap Hayati

Fauna darat

Dampak yang akan terjadi merupakan dampak turunan dari akibat

kebisingan yang timbul dari kendaraan angkut sehingga kehidupan fauna

darat terganggu terutama jenis-jenis burung.

3. Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan

Kamtibmas

Kegiatan pengangkutan bahan dan peralatan konstruksi proyek terhadap

Kamtibmas berupa dampak lansung akibat pencurian terhadap bahan dan

peralatan konstruksi.

Kelancaran Lalu Lintas

Kegiatan pengangkutan bahan dan peralatan konstruksi proyek diperkirakan

akan berdampak terhadap kelancaran lalu lintas di badan-badan jalan

sekitar tapak proyek, karena pengangkutan bahan menggunakan kendaraan

angkut melalui jalan darat.

Page 154: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 31

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

D. Pembangunan Lokasi Pengolahan Akhir Sampah

1. Dampak Terhadap Fisik Kimia

Kualitas Udara

Kegiatan konstruksi fisik proyek seperti pemasangan pondasi, pembetonan,

pengadukan semen dengan menggunakan alat-alat berat dapat

meningkatkan CO, Nox, Sox, serta debu di udara yang pada akhirnya dapat

menimbulkan dampak lanjutan berupa penurunan kesehatan para pekerja

dan kesehatan masyarakat.

Kebisingan

Kegiatan pembangunan pengolahan akhir sampah akan meningkatkan

kebisingan di dalam tapak proyek pada akhirnya akan berdampak pula

terhadap kehidupan fauna darat, kesehatan karyawan, kesehatan

masyarakat di sekitarnya dan peternakan ayam yang terdapat di tapak

proyek.

Kuantitas Air Permukaan

Kegiatan pembangunan pengolahan akhir sampah diperkirakan akan

berdampak terhadap kuantitas air permukaan. Adanya bangunan

menyebabkan daerah resapan air akan berkurang. Pada saat hujan turun,

air larian yang timbul akan meningkat dan masuk ke badan air, sehingga

menimbulkan peningkatan kualitas air permukaan tersebut.

Kestabilan Lereng dan Erosi

Kegiatan pembangunan pengolahan akhir sampah diperkirakan juga akan

berdampak terhadap kestabilan lereng dan erosi di areal yang dilkukan

penimbunan, yaitu badan jalan dan lereng tanggul lahan.

2. Dampak Terhadap Hayati

Fauna darat

Dampak yang akan terjadi merupakan dampak turunan dari akibat

kebisingan yang timbul dari kendaraan angkut sehingga kehidupan fauna

darat terganggu terutama jenis-jenis burung.

Page 155: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 32

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3. Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan

Sanitasi Lingkungan

Sangat berpotensi dalam Kondisi sanitasi lingkungan akan terkena dampak

pada saat kegiatan pembangunan pengolahan akhir kota. Pada sat itu akan

muncul berbagai macam limbah, baik yang berasal dari sisa-sisa bahan

bangunan dan makanan buruh maupun akibat aktifitas sehari-hari buruh

bangunan yang terjadi pada tapak proyek, seperti aktivitas MCK. Limbah ini

bersifat cair terutama bekas cucian, urinoir dan mandi. Limbah cair dan

padat ini menurunkan kondisi sanitasi lingkungan yang pada akhirnya akan

dapat menjadi tempat berkembang biaknya sumber penyakit.

Kamtibmas

Kegiatan pengangkutan bahan dan peralatan konstruksi proyek terhadap

Kamtibmas berupa dampak lansung akibat pencurian terhadap bahan dan

peralatan konstruksi.

Kesehatan Karyawan

Seperti halnya dampak terhadap kesehatan karyawan, dampak terhadap

kesehatan masyarakat merupakan dampak turunan (sekunder) sebagai

akibat debu dan kebisingan yang dihasilkan dari kegiatan pembanguanan

pengolahan akhir sampah.

E. Pembuatan Bufferzone

1. Dampak Terhadap Fisik Kimia

Ikim Mikro

Kegiatan penanaman pohon peneduh dan penghijauan di dalam tapak

proyek akan berdampak terhadap kelembaban suhu udara dalam tapak

proyek.

Kualitas Udara dan Kebisingan

Pembuatan bufferzone pada tahap konstruksi diperkirakan akan berdampak

terhadap peningkatan kualitas udara di dalam dan sekitar tapak proyek.

Penanaman jenis tumbuhan akan meningkatkan kadar oksigen (O2) di

Page 156: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 33

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

uadar. Selain itu juga dapat mengurangi kadar debu dan tingkat kebisingan

disekitarnya.

Kestabilan Lereng dan Erosi

Kegiatan pembuatan bufferzone berupa penanaman jenis jenis pohon untuk

lokasi pengolahan akhir sampah di dalam tapak proyek terutama pada areal

yang berbatasan dengan danau (eks galian oasir). Penanaman enis pohon

pelindung yang memiliki sistem perakaran yang kuat akan meningkatkan

kestabilan lereng dan meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan

erosi.

2. Dampak Terhadap hayati

Flora Darat

Kegitan penghijauan/landscaping pada tahap konstruksi proyek diperkirakan

akan berdampak terhadap peningkatan keanekaragaman jenis flora darat di

dalam tapak proyek.

Fauna Darat

Kegiatan penghijauan/landscaping pada tahap konstruksi proyek akan

diperkirakan akan berdampak terhadap peningkatan keanekaragaman fauna

darat di dalam tapak proyek, khususnya jenis-jenis hewan yang

memanfaatkan flora darat sebagai habitatnya seperti jenis-jenis serangga

(insekta) dan burung (aves).

3. Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan

Estetika Lingkungan

Penanaman jenis-jenis tumbuhan peneduh/pelindung dan tanaman hias

akan meningkatkan nilai estetika lingkungan di dalam tapak proyek

Page 157: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 34

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5.7.3 Tahap Operasional

A. Mobilisasi Tenaga Kerja

Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan:

Kepadatan Penduduk

Rekrutment tenaga kerja pada saat pengolahan akhir sampah berperasi

diprairakan akan berdampak terhadap kepadatan penduduk sekitar tapak

proyek .

Kesempatan Kerja dan bekerja

Banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan mengakibatkan terbukanya

kesempatan berusaha bagi masyarakat disekitar lokasi proyek. Penduduk

setempat dapat memperoleh mata pencaharian tambahan dengan

menyediakan tempat tinggal untuk disewakan atau dikontrakan pada

pekerja. Kegiatan-kegiatan lain yang merupakan kesempatan berusaha

adalah berupa pembukaan warung makan dan kios yang menjual keperluan

sehari-hari bagi pekerja proyek, atau menyediakan pelayanan transportasi

seperti ojek yang sangat dibutuhkan di lokasi tersebut.

Pendapatan Masyarakat

Terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat

disekitar tapak proyek akibat rekrutmen tenaga kerja pada tahap operasi

proyek diprakiakan meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat.

Kecemburuan Sosial

Kecemburuan sosial akan muncul apabila tenaga kerja setempat tidak

dilibatkan dalam tahap konstruksi pengolahan akhir sampah .

Persepsi Masyarakat

Adanya kegiatan rekrutmen tenaga kerja/karyawan pada tahap operasi

proyek disertai dengan terbukanya peluang berusaha di sekitar tapak

proyek akan mengakibatkan persepsi masyarakat menjadi positif terhadap

proyek.

Page 158: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 35

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

B. Kegiatan Pengoperasian dan Pengolahan Akhir Sampah

1. Dampak Terhadap fisik Kimia

Kualitas Udara

Kegiatan pengoperasian TPA sampah kota Ranai, apabila tidak dikelola

dengan baik akan menyebabkan penurunan kualitas udara di dalam dan

sekitar tapak proyek. Emisi kendaraan bermotor menuju lokasi akan

mengeluarkan gas CO2, CO, Sox, HC dan Pb dapat menyebabkan

menurunnya kualitas udara.

Kegitan operasional pengolahan akhir sampah yang berdampak terhadap

penurunan kualitas udara adlah konsentrasi dan enis gas di lkasi landfill

selama penimbunan. Gas-gas utama yang dihasilkan adalh metan dan CO2.

Gas metan bila terakumulasi akan mengakibatkan terjadinya ledakan,

sedangkan gas CO2 akan menyebabkan perubahan suhu lingkungan mikro.

Kualitas Air Permukaan

Kegitan pengoperasian pengolahan akhir sampah akan berdampak terhadap

kualitas air permukaan yang berada di sekitar tapak proyek akibat air

leachate yang dihasilkan dari timbunan sampah yang mengandung bahan-

bahan organik akan di buang ke sungai/parit. Menurunnya kualitas air

sungai ini pada akhirnya akan berdampak lebih lanjut terhadap kesehatan

masyarakat, menurunnya keanekaragaman flora dan fauna perairan

gangguan kamtibmas dan persepsi negatif masyarakat yang berada dihilir

lokasi proyek.

2. Dampak Terhadap Hayati

Flora Perairan (Plankton)

Akibat penurunan kualitas air permukaan yang disebabkan oleh air leachate

yang di hasilkan oleh kegiatan pengolahan akhir sampah parameter utama

Amoniak (NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), COD, BOD dan DO akan

berdampak terhadap flora perairan (Plankton).

Fauna Perairan (Bentos dan Ikan)

Page 159: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 36

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Dampak kegiatan pengoperasian pengolahan akhir sampah kota terhadap

fauna perairan (bentos dan ikan ) disebabkan pula oleh air leachate yang

dihasilkan oleh kegiatan pengolahan sampah dengan parameter utama

Amoniak (NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), COD, BOD dan DO

3. Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Hidup

Kesempatan Kerja dan Berusaha

Pengoperasian pengolahan akhir sampah (TPA) akan menyerap tenaga kerja

yang yang cukup banyak. Selain itu timbul kesempatan berusaha bagi

penduduk sekitar lokasi proyek yang mampu memanfaatkan peluang-

peluang berusaha yang ada. Pada tahap ini juga diperkirakan timbulnya

pemulung yang memanfaatkan kesempatan berusaha dengan adanya

pengoperasian pengolahan sampah. Kehadiran pemulung ini perlu

penanganan sendiri, yaitu dapat dimanfaatkan sebagai mitra kerjasama

yang terkendali.

Pendapatan Masyarakat

Terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat

disekitar tapak proyek akibat kegiatan pengoperasian pengolahan akhir

sampah diperkirakan pada akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan

pendapatan masyarakat.

Kamtibmas

Dampak negatif terhadap masyarakat sekitar apabila tidak dikelola baik

dapat menimbulkan gangguan kamtibmas di sekitar proyek.

Pengembangan Wilayah

Kegiatan pengoperasian pengolahan akhir sampah (TPA) akan berdampak

terhadap pembangunan dan pengembangan wilayah Kota, sehingga pada

akhirnya akan memacu pembangunan dan pengembangan wilayah

Kabupaten Depok.

Kegiatan Sekitar

Kegiatan pengoperasian pengolahan akhir sampah (TPA) akan berdampak

terhadap kegiatan sekitar. Pengoperasian pengolahan akhir sampah

melibatkan aktivitas kendaraan pengangkut sampah pada saat kegiatan

Page 160: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 37

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

loading dan unloading serta penggunaan genset yang sewaktu-waktu apabila

suplai listrik PLN terganggu. Dampak yang terjadi intensitasnya rendah (<

60 dBA).

Kesehatan Karyawan dan Masyarakat

Kegiatan pengoperasian pengolahan akhir sampah apabila tidak dikelola

dengan baik akan menyebabkan bau busuk, tempat berkumpulnya lalat

sehingga akan menimbulkan penyakit hama penyakit. Selain itu juga akan

mengakibatkan berkembangnya organisme vektor penyakit seperti lalat,

tikus dan nyamuk, juga gas dan air leachate yang dihasilkan akan

menimbulkan gangguan kesehatan karyawan.

Estetika Lingkungan

Kegiatan pengoperasian pengolahan akhir sampah yang tidak saniter akan

berdampak terhadap penurunan estetika lingkungan akibat ceceran-ceceran

sampah. Selain itu, pengoperasian yang tidak sesuai dengan kaidah sanitary

landfill (mengarah pada sistem open dumping) akan mengundang lalat

sehingga menurunkan estetika lingkungan.

C. Mobilisasi Kendaraan Pengangkut Sampah

1. Dampak Terhadap Fisik Kimia

Kualitas Udara

Kegiatan mobilisasi kendaraan pengangkut sampah akan berdampak

terhadap penurunan kualitas udara ambient di sekitar badan-badan jalan

yang dilaluinya. Kendaraan bermotor tersebut akan menghasilkan emisi gas-

gas seperti CO2, CO, SOx, NOx, HC dan Pb sehingga kadarnya akan

meningkat di udara.

Kebisingan

Kegiatan mobilisasi kendaraan pengangkut sampah akan berdampak

terhadap kebisingan di sekitar badan jalan yang dilaluinya.

Page 161: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 38

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

2. Dampak terhadap Sosekbud dan Lingkungan Hidup

Estetika Lingkungan

Mobilisasi kendaraan pengangkut sampah tersebut dapat menimbulkan

ceceran-ceceran sampah dan air leachate sehingga dapat mengakibatkan

menurunnya estetika lingkungan.

Kelancaran Lalu Lintas

Arus lalu lintas badan-badan jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut

sampah akan mengalami peningkatan. Selain itu kegiatan pengangkutan

sampah juga dapat mengakibatkan pengotoran dan kerusakan badan jalan.

Kamtibmas

Kegiatan mobilisasi kendaraan pengangkut samah tersebut dapat

menimbulkan dampak-dampak negatif seperti kebisingan, penurunan

kualitas udara, gangguan kelancaran lalu lintas, pengotoran dan kerusakan

badan jalan, penurunan estetika lingkungan yang pada akhirnya akan

berdampak terhadap gangguan kamtibmas.

D. Pengoperasian Bangunan Pengolahan Leachate (BPL)

1. Dampak Terhadap Fisik Kimia

Kualitas Air Permukaan dan Air Tanah

Beroperasinya pengolahan akhir sampah yang secara kontinyu dan jangka

waktu yang cukup lama membuang leachate yang meresap kedalam dasar

lahan dapat menurunkan kualitas air permukaan dan air tanah. Sistem

pengolahan mencegah penurunan kualitas air sungai sekitar lahan dan air

tanah leachate hasil dekomposisi sampah dan rembesan sampah akan

dibangun pengolahan leachate.

2. Dampak Terhadap Hayati

Flora Perairan

Kegiatan pengoperasian BPL akan berdampak terhadap kehidupan biota

perairan (plankton). Dengan dioperasikannya BPL, maka kemungkinan

penurunan kualitas air permukaan akibat limbah cair akan berkurang

Page 162: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 39

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

sehingga tingkat gangguan terhadap kehidupan biota perairan akan

berkurang.

Fauna Perairan (Bentos dan Ikan)

Seperti halnya dampak terhadap flora perairan, dampak pengoperasian BPL

terhadap fauna perairan (bentos dan ikan) juga merupakan dampak tidak

lansung akibat berkurangnya kemungkinan penurunan kualitas air

permukaan akibat limbah cair.

5.7.4 Tahap Pasca Operasi

Pada tahap pasca operasi, walaupun pengolahan akhir sampah sudah tidak

menerima sampah lagi, namun proses pembusukan sampah yang telah ada

tetap berlansung sehingga tetap terjadi emisi gas metan dan karbondioksida

serta terbentuknya cairan leachate.

1. Dampak Terhadap Fisik Kimia.

Kualitas Udara

Gas metan dan CO2 serta gas-gas lain yang dihasilkan dari proses

pembusukan akan tersebar ke lingkungan sekitar. Walaupun kosentrasinya

sudah dalam kecendrungan menurun namun tetap menjadi peningkatan

yang berarti dibanding kosentrasi rona awal sebelum adanya pengolahan

sampah, bahkan sampai 20-35 tahun sekalipun (pada jarak kajian 500 meter

dari batas lahan).

Page 163: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 40

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Tabel 5.1: Perkiraan emisi gas metan pada masa pasca operasi.

Jarak Kajian

(m) Konsentrasi Metan (ppm) Setelah tahun Penutupan

Pengolahan Akhir Sampah ke –

5 10 15 20

500

1000

2000

3000

4000

5000

0,89

0,16

0,04

0,03

0,01

0,01

0,69

0,13

0,03

0,02

0,01

0,01

0,54

0,10

0,03

0,02

0,01

0,01

0,42

0,08

0,02

0,01

0,01

0,00

Kualitas Air Permukaan dan Air tanah

Air leachate yang terbentuk memiliki kandungan COD dan BOD yang tinggi

sehingga akan menyebabkan penurunan kualitas air sungai dan air tanah

bila tidak dikelola dengan baik.

2. Dampak Terhadap Sosekbud dan Lingkungan Binaan.

Kesehatan Masyarakat

Proses pembusukan sampah tahap pasca operasi tetap menghasilkan gas

metan yang bila terakumulasi dalam konsentrasi tinggi dapat terjadi

ledakan yang membahayakan lingkungan sekitarnya terutama di lingkungan

permukaan lahan bekas pengolahan sampah.

5.8. Sistem Organisasi Dan Manajemen

5.8.1 Bentuk Institusi

Adapun bentuk kelembagaan yang dianjurkan untuk berbagai kategori kota adalah

sebagai berikut :

1. Kota Raya dan Kota Besar (> 1.000.000 jiwa).

a. Perusahaan Daerah atau

b. Dinas tersendiri.

Page 164: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 41

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

2. Kota Sedang 1 (250.000 - 500.000 jiwa) atau Ibukota Propinsi.

Dinas tersendiri.

3. Kota Sedang 2 (100.000 - 250.000 jiwa) atau Kotip/Kodya.

a. Dinas/Suku Dinas.

b. UPTD/PU.

c. Seksi/PU.

4. Kota Kecil (20.000 - 100.000 jiwa).

a. UPTD/PU.

b. Seksi/Dinas.

5.8.2 Struktur Kelembagaan

Struktur kelembagaan harus dapat menggambarkan aktivitas utama dalam sistem

pengelolaan yang dikehendaki, pola kerja yang jelas, dan mempunyai fungsi

perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian/ pengawasan terutama untuk bentuk

Dinas dan Perusahaan Daerah tersendiri.

5.8.3 Personalia

Kualitas personil pada tingkat pimpinan menunjukkan tingkat kemampuan manajemen

dan teknik.

Perbandingan jumlah personil pengelola terhadap penduduk :

1. Pengumpulan, minimum 1 : 1000 penduduk.

2. Pengangkutan dan Pembuangan Akhir, minimum 1 : 1000 penduduk.

5.8.4 Tata Laksana Kerja

Dalam penyusunan tata laksana kerja, hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan:

1. Perlu diciptakan pengendalian kelembagaan secara otomatis.

2. Pembebanan yang merata dan selaras untuk semua personil dan unit.

3. Pendelegasian tugas dan wewenang yang proporsional dan berimbang.

Page 165: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 42

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

4. Perlu dicari birokrasi yang singkat.

5. Keteraturan dan kejelasan penugasan perlu ditumbuhkan.

5.9. Sistem Pembiayaan

Penjabaran mengenai sistem pembiayaan adalah :

A. Sumber Dana.

Dana untuk pengelolaan persampahan/kebersihan suatu kota besarnya 5-

10% dari APBD. Diusahakan agar biaya pengelolaan sampah dapat diperoleh

dari masyarakat (± 80%), dan Pemerintah Daerah menyediakan ± 20% untuk

pelayanan umum antara lain penyapuan jalan, pembersihan saluran dan

tempat-tempat umum.

B. Struktur Pembiayaan.

Biaya pengelolaan sampah berkisar antara Rp. 8.500,- s/d Rp. 15.000,-

/m3/hari.

Dengan struktur biaya operasional sebagai berikut:

1) Pengumpulan : 30% - 40%.

2) Pengangkutan : 45% - 50%.

3) Pembuangan Akhir : 10% - 15%.

C. Retribusi.

Besarnya retribusi yang layak ditarik dari masyarakat adalah ± 1% dari

penghasilan per rumah tangga. Pengelolaan sampah diarahkan dapat

mencapai Self Financing (mampu membiayai sendiri) apabila perhitungan

besar retribusi dilakukan dengan cara klasifikasi dan prinsip "subsidi silang".

D. Pelaksanaan Penarikan Retribusi.

Pelaksanaan penarikan retribusi diatur dalam suatu dasar hukum yang

memenuhi prinsip sebagai berikut:

1) Disusun sistem pengendalian yang efektif, antara lain bersama-sama

rekening air minum.

2) Dibagi dalam wilayah penagihan.

Page 166: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 43

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3) Didasarkan pada target (terutama yang sulit dikendalikan).

4) Penagihan mulai dilaksanakan setelah pelayanan berjalan teratur.

5) Struktur tarif dalam Perda perlu dipublikasikan secara luas kepada

masyarakat.

5.10. Sistem Pengaturan

Untuk pelaksanaan pengelolaan sampah diperlukan dasar hukum yang mengatur antara

lain :

1. Peraturan Daerah tentang ketentuan-ketentuan pembuangan sampah/kebersihan

termasuk buangan industri.

2. Peraturan Daerah tentang pembentukan badan pengelolanya.

3. Peraturan Daerah tentang tarif retribusi sampah.

Dasar hukum disusun berdasarkan kendala teknis sebagai berikut :

1. Mempunyai jangka waktu yang terbatas.

2. Kesiapan terhadap upaya penegakannya.

3. Mempunyai keluwesan tetapi tegas/tidak bermakna ganda.

4. Setelah itu perlu dilaksanakan usaha-usaha untuk penyebarluasan dan penerapan

Perda yang telah ada.

5.11. Aspek Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat yang telah ada perlu ditingkatkan karena hal ini akan

memudahkan dalam teknis operasional dan akan menurunkan biaya pengelolaan

kebersihan. Untuk itu diperlukan suatu program secara terpadu, teratur dan terus-

menerus serta bekerja sama dengan organisasi masyarakat. Upaya yang dilakukan

antara lain penerangan/ penyuluhan akan pentingnya pengelolaan kebersihan yang

akan meningkatkan kesehatan, serta menggugah peran serta masyarakat dan

organisasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Pola pendekatan untuk masyarakat

di kota kecil dapat dilakukan dengan pendekatan oleh tokoh masyarakat, sedangkan

semakin besar kota perlu adanya pendekatan institusi/hukum.

Page 167: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 5 - 44

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5.12. Dasar Perkiraan Kebutuhan Peralatan

Perkiraan kebutuhan peralatan dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut

Tabel 5.2: Kebutuhan Peralatan Pengelolaan Sampah

NO JENIS PERALATAN KAPASITAS PELAYANAN KETERANGAN

1.

2.

3.

Sub Sistem Pengumpulan

- Bin plastik/ kantong.

- Kontainer.

- Becak sampah.

- Gerobak sampah.

- Station transfer

Station transfer

Station transfer

Sub Sistem Pengangkutan

- Truk biasa

Truk biasa

Truk biasa

- Dump truk

Dump truk

Dump truk

- Arm Roll Truk

Arm Roll Truk

Arm Roll Truk

Sub Sistem Pembuangan Akhir

- Buldozer

- Track Dozer

40/60 L

6 m3

8 m3

10 m3

0,8-1 m3

0,3-0,7 m3

200 m2

100 m2

50 m2

8 m3

10 m3

12 m3

8 m3

10 m3

12 m3

6 m3

8 m3

10 m3

80 HP

80 HP

1 KK

150 KK

200 KK

250 KK

20-30 KK

10-20 KK

300-400 KK

200-300 KK

100-200 KK

200 KK

250 KK

300 KK

200 KK

250 KK

300 KK

150 KK

200 KK

250 KK

15.000 KK

15.000 KK

Komunal

Komunal

Komunal

1 Ritasi

1 Ritasi

1 Ritasi

1 Ritasi

1 Ritasi

1 Ritasi

1 Ritasi

1 Ritasi

1 Ritasi

1 Ritasi

1 Ritasi

Sumber : SK SNI-T12-1991-03

Page 168: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 6 - 1

6 . I d e n t i f i k a s i

P e r m a s a l a h a n da n

A n a l i s i s

6.1. Identifikasi Permasalahan Persampahan

Permasalahan persampahan di Kota Depok saat ini, pada prinsipnya terbagi menjadi 4

bagian :

1. Teknis Operasional

2. Kelembagaan

3. Pembiayaan

4. Peran serta mayarakat

6.1.1 Teknis Operasional

Pewadahan sampah yang menggunakan bin / bak sampah yang pada umumnya tidak

terpilah dengan baik antara sampah organik dan anorganik bahkan ada yang

tercampur dengan sampah beracun seperti battery.

Jumlah Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang menggunakan batubata perlu

diperbanyak selama ini TPS yang ada masih kurang. TPS yang dibangun dengan lokasi

yang layak dan tertutup sehingga mengurangi bau dan lalat.

Belum optimalnya pemanfaatan sarana dan prasarana persampahan. Hal ini dapat

dilihat dari volume sampah per hari sebesar 4.265 m3/hari yang terangkut ke TPA

sebanyak 865,98 m3/hari dan terangkut di UPS sebanyak 34 m3/hari sedangkan sisanya

3.365 m3/hari tidak terangkut. Sarana dan prasarana yang dimiliki tidak memadai

dengan jumlah penduduk kota Depok yang mencapai 1,4 juta jiwa.

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Page 169: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 2

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

6.1.2 Kelembagaan

Dari segi kelembagaan, pengelolaan persampahan di Kota Depok ditandai dengan

tingginya rasio beban tenaga kerja terhadap penduduk yang dilayani. Ini dapat dilihat

dari jumlah penduduk Kota Depok yang sudah mendapat pelayanan sebanyak 441.810

jiwa dengan tenaga operasional 444 petugas.

6.1.3 Pembiayaan

Sumber pembiayaan dari APBD Kota Depok sudah cukup baik, tetapi perlu ditingkatkan

saat ini baru mencapai 1 % dari APBD kota Depok. Target pemasukan dari penarikan

retribusi perlu ditingkatkan ( saat ini baru mencapai 21,18 %) , minimal harus

mencapai 50 % dari biaya operasi dan pemeliharaan untuk 2 tahun ke depan, dan

akhirnya/diharapkan akan mencapai mencapai 80 % dari biaya operasi dan

pemeliharaan.

6.1.4 Peran Serta Masyarakat

Dari segi teknis operasional, peran serta masyarakat dalam pengolahan sampah di

kota Depok dapat dikatakan sangat rendah. Ini terlihat dari kenyataan di lapangan

yang menunjukkan masih kuatnya kebiasaan untuk membuang sampah begitu saja dan

tanpa terlebih dulu memilah-milah sampah organik dan sampah anorganik serta masih

tingginya kebiasaan untuk memakai barang yang sulit terurai serta masih sedikitnya

kegiatan daur ulang sampah. Dengan kata lain, kegiatan pengolahan sampah dengan

metode 3R yang seharusnya sudah dimulai di tingkat rumah tangga masih belum

banyak dilakukan.

Di samping itu, kebiasaan membuang sampah sembarangan, dalam arti masih adanya

sampah-sampah yang menumpuk bukan di TPS atau transfer depo, tetapi di tempat-

tempat yang menjadi lokasi timbulan liar, ada persepsi masyarakat yang yaitu yang

paling utama/ penting tidak ada sampah didekat mereka tidak ada masalah jika ada

ditempat lain.

Page 170: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 3

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

6.2. Analisis Pola Pembuangan Sampah Konvensional

6.2.1 Sub Sistem Kelembagaan Dan Organisasi

Kelembagaan dan organisasi merupakan aspek /sub sistem inti dalam sistem

pengelolaan persampahan, karena aspek ini mengatur hal-hal yang berhubungan

dengan fungsi organisasi dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan ,

pengawasan dan pengkomunikasian seluruh kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian,

jika aspek ini tidak berfungsi maka keseluruhan sistem akan mempunyai daya guna

dan hasil guna yang rendah. Agar fungsi tersebut dapat dilaksanakan secara baik dan

benar, maka beberapa hal perlu diatur dengan baik yang mencakup bentuk organisasi,

struktur, uraian tugas dan tata laksana serta kelengkapan dan kualitas personil.

A. Bentuk Kelembagaan

Lembaga induk penanggungjawab teknis operasional pengelolaan

persampahan kota Depok adalah Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup.

Koordinasi pengelolaan kebersihan menjadi tanggung jawab Kepala Bidang

Kebersihan yang bertugas memimpin, membina, mengawasi dan

mengendalikan kebersihan jalan dan lingkungan serta pengangkutan

sampah. Dibawah Bidang ini, terdapat Seksi Operasional Pengangkutan.

Kepala Seksi ini mempunyai tugas, antara lain, menyusun petunjuk

penyelenggaraan pelayanan operasional pengangkutan sampah dan

melaksanakan pengawasan dan pengendalian operasional pengangkutan

sampah. Sedangkan pelaksanaan operasional pengangkutan sampah

merupakan tugas Seksi Operasional & Pengangkutan dibawah kepala bidang

Kebersihan.

Hal-hal yang dapat dianalisis dari bentuk lembaga ini adalah sebagai

berikut:

Berdasarkan jumlah penduduk akhir tahun 2008 tercatat sebanyak

1.470.002 jiwa sehingga kota Depok termasuk kota besar, dan

permasalahan persampahan yang ada serta Peraturan Pemerintah No. 8

tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah yang membatasi

jumlah sektor pada Dinas Daerah/Kota, dan berdasarkan kriteria umum

sistem pengelolaan persampahan, maka bentuk lembaga yang ada saat ini

Page 171: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 4

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

dinilai sudah sesuai yaitu Dinas dan membawahi bidang UPTD. Dengan

demikian belum diperlukan perubahan bentuk kelembagaan yang lebih tinggi

pada tahap mendesak dan jangka menengah.

A. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi yang menangani masalah kebersihan kota secara formal

adalah Bidang Kebersihan, struktur organisasi induk yang ada adalah Dinas

Kebersihan dan Lingkungan Hidup merupakan struktur organisasi yang tidak

hanya menangani masalah kebersihan kota tetapi juga masalah Lingkungan

Hidup. Struktur organisasi ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No

8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah yang

membatasi jumlah sektor.

Dalam masalah struktur organisasi, hal-hal yang perlu dianalisis adalah

sebagai berikut :

Saat ini struktur organisasi cukup sesuai menggambarkan aktivitas utama

dalam pengelolaan persampahan saat ini, seperti :

1) Seksi Kebersihan Jalan dan Lingkungan yang tugas utamanya adalah

bertanggung jawab atas perencanaan dan pengawasan dan pengendalian

serta koordinasi penyelenggaraan kegiatan kebersihan lingkungan dan

jalan.

2) Seksi Operasional & Pengangkutan yang tugas utamanya adalah

menyusun petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan

operasional pengangkutan sampah dan melaksanakan pengawasan serta

pengendalian operasional pengangkutan sampah.

Permasalahan persampahan tidak hanya terfokus pada aspek teknis

operasional tetapi juga aspek lainnya seperti peningkatan partisipasi

masyarakat dan peningkatan penarikan retribusi, untuk mengakomodir hal

tersebut maka pada tahap pengembangan ke depan, struktur organisasi

yang ada harus ditambahkan satu seksi yaitu penyuluhan dan retribusi.

C. Uraian Tugas/Tata Laksana Kerja

Tata laksana kerja untuk Bidang Kebersihan secara terperinci sudah dibuat

tapi masih bersifat global/umum dan yang ada saat ini merupakan kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan atas instruksi lisan (tidak tertulis). Penugasan

Page 172: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 5

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

tenaga kerja lapangan dilakukan dengan cara pentargetan setiap tenaga

kerja diberikan beban tugas yang harus dilaksanakan. Untuk masa datang

perlu dilengkapi uraian tugas tersebut secara lebih rinci dan jelas sehingga

fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan serta pengkomunikasian dapat tercakup.

D. Personalia

Dari perbandingan antara jumlah penduduk dilayani, yakni sebanyak 441.810

jiwa, dan jumlah petugas penyapon yang hanya 139 orang, terlihat bahwa

rasionya masih cukup tinggi (berdasarkan kriteria perencanaan 1:1.000).

Sedangkan dari perbandingan antara jumlah petugas pengangkutan dan TPA

yang berjumlah 241 orang, rasionya terhadap jumlah penduduk yang

dilayani cukup baik.

Sementara itu, dari tingkat pendidikan PNS dan tenaga kontrak, kualitas

SDM di lingkungan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup cukup baik. Ini

dapat dilihat dari komposisi kepegawaian yang menunjukkan bahwa dari 68

orang PNS dan tenaga kontrak, terdapat, di antaranya, 25 orang lulusan

SMA, 35 orang lulusan perguruan tinggi (Sarjana Muda/D3 dan S1) serta 8

orang lulusan S2.

6.2.2 Sub Sistem Teknik Operasional

A. Tingkat Pelayanan

Berdasarkan perhitungan tingkat pelayanan pengelolaan persampahan pada

tahun 2008, maka tingkat pelayanan pengelolaan persampahan baru

mencapai 30% dari jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat kota

Depok ini belum mencapai 75 % (Target Nasional pada tahun 2009 ). Dengan

tingkat pelayanan tersebut maka akan diperlukan upaya yang cukup untuk

meningkatkan pelayanan sehingga mencapai standard yang ditetapkan oleh

pemerintah.

Tingkat pelayanan juga dapat ditetapkan berdasarkan target pencapaian

sasaran MDGs. Sasaran MDGs adalah meningkatkan sasaran tingkat

pelayanan pengelolaan persampahan sehingga setengah dari penduduk yang

belum terlayani saat ini akan mendapat pelayanan persampahan pada tahun

Page 173: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 6

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

2015. Dengan tingkat pelayanan saat ini sebesar 30 %, maka sasaran tingkat

pelayanan minimum pada tahun 2015 adalah 30 % + ( 0,5 x ( 100 – 30) % ) =

65 %.

Peningkatan pelayanan pengelolaan persampahan tersebut akan dilakukan

dengan melaksanakan pengembangan daerah pelayanan baru. Penetapan

pengembangan daerah pelayanan pengelolaan persampahan akan dilakukan

berdasarkan urutan prioritas sebagai berikut :

1) Daerah yang menjadi wajah kota,

2) Daerah komersil,

3) Daerah permukiman dengan kepadatan > 100 jiwa/ha,

4) Daerah timbulan sampah besar,

5) Daerah pemukiman dengan kepadatan > 50 jiwa/ha.

Peningkatan pelayanan dapat dilakukan dengan pengembangan pola

konvensional seperti diatas, tetapi juga dapat dilaksanakan melalui

pengelolaan dengan cara :

1) Skala Rumah Tangga dengan menitik beratkan pengolahan sampah

organik menjadi kompos, dengan beberapa opsi teknologi misalnya

dengan gentong komposter, keranjang Takakura dan Biopori,

2) Skala Kawasan/Lingkungan, yaitu pengelolaan yang dilakukanuntuk

melayani suatu kelompok masyarakat yang terdiri atas sekurang-

kurangnya 100 Kepala Keluarga. Dengan beberapa opsi teknologi, antara

lain :

Pemilahan sampah di sumber

Pemilahan sampah di TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu)

b. Pola Operasional

Analisis terhadap pola operasional adalah sebagai berikut:

1. Pewadahan

Di daerah pemukiman pada umumnya mempergunakan pewadahan berupa

gentong plastik (bin/tong sampah), keranjang bekas, kaleng bekas cat,

kantong plastik bekas dan ada juga yang tidak mempunyai pewadahan. Dari

Page 174: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 7

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

segi operasional pewadahan seperti disebutkan di atas cukup layak

dipergunakan selanjutnya, akan tetapi dari segi kesehatan/kebersihan

(kecuali kantong plastik, gentong plastik) harus ekstra hati-hati karena kalau

sampahnya tidak cepat dibuang akan menimbulkan bau dan adanya lalat, hal

ini tentunya tidak baik. Untuk itu, jika sampahnya tidak cepat dibuang,

pewadahan tersebut harus ditutupi dengan plastik.

Di daerah perkantoran dan komersil pada umumnya mempergunakan bin

plastik, drum bekas dan kantong plastik besar. Prasarana pewadahan

semacam ini cukup layak, kecuali drum bekas permanen (yang tidak

mempunyai kaki) mempunyai kelemahan antara lain :

1) Pengoperasiannya memerlukan waktu dan tenaga.

2) Sifatnya terbuka.

Dari analisis tersebut diatas disarankan untuk mempergunakan pewadahan

sifatnya: tertutup, mudah dikosongkan, murah dan pengadaannya mudah.

Misalnya : bin plastik atau kantong plastik.

2. Pengumpulan

Pasar

Pengumpulan sampah di daerah pasar dilaksanakan oleh penghasil sampah

dengan membuang ke kontainer. Letak kontainer mudah dicapai oleh

penghasil sampah sehingga ini sangat menguntungkan dalam

pengumpulan. Pola pengumpulan di daerah pasar yang saat ini dilayani

sudah cukup baik dan dapat dikembangkan dan dipertahankan.

Pertokoan/perkantoran/rumah makan/permukiman

Pengumpulan dilakukan dengan pola komunal dan individual (untuk

penghasil sampah besar), semua sampah dikumpulkan ke TPS oleh

penghasil sampah atau dikumpulkan pada satu tempat tertentu dengan

ditumpuk rapi.

Dari hasil pengamatan di lapangan pengumpulan dengan pola seperti ini

dinilai cukup memadai dan baik pada batas tertentu, khususnya di daerah

kumuh dan tidak teratur.

Page 175: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 8

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3. Pengangkutan

Pengangkutan sampah dilaksanakan dengan dump truck sebanyak 1 shift per

hari dengan ritasi rata-rata 2 rit/hari/mobil dan Arm roll truck dengan ritasi

sebanyak 2-3 rit/hari/mobil.

Dari hasil pemantauan dilapangan/di lokasi TPA sampah, umumnya untuk

ritasi 2 rit tiap dump truck belum optimal, sedangkan ritasi Arm Roll Truck

2 - 3 rit dinilai sudah cukup baik.

Dari hasil analisis diatas, pengangkutan sampah ke TPA disarankan perlu

optimalisasi pengangkutan pada sore hari, sehingga ritasi dapat mencapai 3

rit/dump truck. Setiap truk harus dilengkapi dengan jaring plastik dan pada

sisi-sisi dump truk harus diberi triplek sehingga kapasitas dump truck lebih

besar.

4. Pembuangan Akhir

Metode yang dipergunakan dalam pembuangan akhir adalah contolled

landfill, metode ini sudah sejak lama dipakai di kota Depok yaitu sejak awal

pengoperasian TPA tahun 1997. Dengan metode ini sudah cukup aman

terhadap lingkungan dan tidak menimbulkan masalah yaitu lalat/ bau.

Hal-hal yang dapat dianalisis dari proses pembuangan akhir di TPA sampah,

yaitu:

Sistem yang digunakan adalah controlled landfill, dimana dasar dari TPA

telah diberi lapisan kedap air sehingga air lindi yang dihasilkan tidak akan

mencemari air tanah dan sungai yang terdekat.

Ditinjau dari kapasitas TPA sampah, menurut studi WJMP kapasitas TPA

Cipayung hanya mampu menampung sampai tahun 2009, sehingga perlu

meminalisasi atau membatasi sampah yang masuk ke TPA Cipayung, antara

lain dengan mereduksi sampah pada sumbernya dan mengaktifkan kembali

pengolahan sampah menjadi kompos di TPA serta pengolahan sampah secara

kawasan.

Sejalan dengan butir diatas ( minimalsasi sampah masuk ke TPA ) , perlunya

penanganan sampah dengan metode 3 R , antara lain dengan Unit

Pengolahan Sampah ( UPS ) diperbanyak dan tersebar terutama untuk

Page 176: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 9

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

daerah yang belum dilayani dan daerah yang rawan terhadap sampah seperti

di bataran sungai.

Peranan TPA Cipayung sebagai tempat pembuangan akhir kota Depok masih

tetap diperlukan, tetapi beban sampah yang dibuang ke TPA makin terus

direduksi sampai akhirnya fungsi TPA sebagai tempat pembuangan akhir

berubah menjadi tempat komposting terintegrasi atau fungsi-fungsi lain

yang lebih ramah lingkungan. Selama masa transisi fungsi tersebut, maka

perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengoptimalisasi peranan

sebelumnya. Beberapa hal dapat dilakukan antara lain, melakukan

pembenahan sistem pengangkutan menuju TPA dan melakukan

penyempurnaan pengolahan dan pengelolaan di TPA.

5. Kapasitas Kemampuan Operasional

Satuan timbulan sampah untuk permukiman kota Depok adalah 2,65

liter/orang/hari, sehingga jumlah total sampah kota Depok adalah 4.265

m³/hari ( tidak termasuk sampah pasar). Timbulan sampah untuk kota

Depok akan selalu bertambah sesuai dengan meningkatnya jumlah

penduduk, perekonomian dan perkembangan kota. Saat ini jumlah sampah

yang diangkut oleh DKLH baik terangkut di TPA maupun di UPS sebesar 900

m³/hari atau 30 % dari total timbulan sampah ( 4.265 m³/hari), yang

seharusnya dapat dilayani > 30 % jika pengangkutan sampah dioptimalkan

dengan ritasi lebih dari 3-4 rit/mobil.

6.2.3 Sub Sistem Pembiayaan

A. Sumber Dana

Total biaya pengelolaan persampahan saat ini yang dikeluarkan/

dialokasikan oleh Pemerintah Daerah sebesar Rp. 44.529.288.800,50 / tahun

untuk operasional (penyapuan jalan, pengangkutan sampah dan pembuangan

sampah), dengan tingkat pelayanan 30 %.

Dari uraian tersebut maka analisis awal untuk aspek pembiayaan adalah :

1) Anggaran biaya kebersihan sebesar Rp. 44.529.288.800,50 pada tahun

2008.

Page 177: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 10

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

2) Biaya satuan pengelolaan sampah tahun 2008. Biaya satuan pengelolaan

sampah (pengangkutan + operasi + BBM ) kota Depok pada tahun 2008

adalah Rp 30.758 ,- per m3

a) Perkiraan biaya satuan pelayanan penduduk

Perkiraan jumlah penduduk yang terlayani = 441.810 jiwa atau jumlah

keluarga yang terlayani = 88.362 KK.

Biaya satuan pelayanan kebersihan per jiwa per bulan = Rp. 21.703,-

Biaya satuan pelayanan kebersihan keluarga per bulan = Rp 108.517,-

Biaya satuan pelayanan kebersihan per keluarga per bulan ini hanya

diperhitungkan terhadap biaya operasional pengangkutan, biaya pengolahan

akhir di TPA , belum termasuk biaya pengumpulan, dan biaya investasi

peralatan.

b) Retribusi yang ditagih ( yang dapat ditarik dari masyarakat )

Pada tahun 2006 sebesar Rp. 1.677.063.000,- atau sekitar 23.18 % dari

anggaran rutin ( Rp. 7.232.329.000,-) . Pemasukan hasil retribusi dapat

ditingkatkan dengan cara peningkatan daerah pelayanan terutama dengan

pelayanan komunal dengan menyediakan TPS-TPS umum serta ditingkatan

penarikan retribusi melalui swasta atau PLN.

Untuk mengelola kebersihan kota, diperlukan dana baik dana awal atau

penunjang dari Pemerintah Daerah kota Depok, dana ini dapat melalui APBD

atau kontribusi masyarakat. Disarankan/diusahakan dana dari masyarakat

80 % dan dari Pemda kota Depok sebesar 20 % yang diharapkan dapat

tercapai minimal dalam jangka menengah /PJM .

B. Struktur Tarif Retribusi

Struktur tarif retribusi sampah berdasarkan Perda kota Depok nomor 18

tahun 2002, cukup menggambarkan prinsip Cross Subsidi antar tingkat

pendapatan penduduk dan antar jenis pelanggan sampah.

Disamping itu, besarnya tarif retribusi sampah perlu disesuaikan lagi dan

perlu adanya klasifikasi. Begitu juga untuk jenis yang lain, sedangkan untuk

pemukiman dapat digolongkan menjadi: penghasilan tinggi (rumah

Page 178: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 11

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

permanent), penghasilan menengah (semi permanent), penghasilan rendah

(darurat).

6.2.4 Sub Sistem Pengaturan

Aspek peraturan merupakan dasar dalam pelaksanaan pekerjaan pengelolaan

persampahan, karena setiap kegiatan atau kebijakan dalam rangka pelaksanaan dan

perbaikan sistem pengelolaan persampahan harus dilandasi dengan kekuatan hukum

yang sumbernya adalah peraturan hukum. Beberapa peraturan telah dibuat dalam

rangka penanganan persmpahan / kebersihan kota Depok yang dapat digolongkan

menjadi :

A. Pembentukan Institusi/Lembaga Formal

Dasar hukum yang mengatur organisasi pengelolaan kebersihan di kota

Depok adalah Perda kota Depok Nomor 12 tahun 2002, sehingga dari aspek

penanggung jawab dipegang oleh Kepala Dinas, sedangkan dari tugas

pokok/fungsi, struktur organisasi, pembagian tata kerja dan kewenangan

sudah dirinci dalam Perda tersebut.

B. Penentuan Struktur Tarif Retribusi

Dasar hukum yang mengatur menganai retribusi/iuran kebersihan/

persampahan di kota Depok adalah Perda No. 41 Tahun 2000 tentang

Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Peraturan ini mengatur

tentang struktur tarif retribusi kebersihan/persampahan mulai dari

penetapan wajib retribusi, tata cara penagihan dan ketentuan pidana.

Peraturan mengenai retribusi kebersihan dan institusi yang telah dibuat

tersebut dapat dianalisis sebagai berikut :

1) Aturan tentang pelaksanaan kebersihan oleh masyarakat cukup jelas

diatur tetapi perlu dibuat petunjuk palaksanaan.

2) Besarnya tarif retribusi sampah perlu disesuaikan lagi, tarif retribusi

sampah harus dievaluasi setiap 3- 5 tahun.

Page 179: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 12

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3. Ketentuan Umum tentang Keindahan, Kerapian dan Kebersihan Kota.

Saat ini Pemerintah kota Depok belum mempunyai peraturan daerah

tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan Kota, untuk masa ke depan

harus sudah dibuat peraturan daerah tentang K3 .

6.2.5 Komponen Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan yang ada sekarang di kota

Depok cukup baik, khususnya partisipasi dalam pembiayaan. Hal ini dapat dilihat dari

realisasi pemungutan retribusi dari tahun 2001 sampai 2005 yang rata-rata hampir

mencapai 100%.

Selain peran dalam pembiayaan, masyarakat di Kota Depok juga berperan serta dalam

pelaksanaaan teknis operasional pengolahan persampahan. Sebagaimana telah

disinggung pada bab sebelumnya, peran serta ini diwujudkan dalam beberapa bentuk

kegiatan seperti keikutsertaan pada sebagian tahap pengelolaan persampahan, seperti

pengumpulan sampah di Kontainer dan bak sampah dan menyediakan sendiri

pewadahan, serta kegiatan pengolahan sampah skala rumah tangga.

Namun demikian, kualitas peran serta masyarakat dalam kegiatan teknis pengolahan

sampah di Kota Depok masih sangat perlu ditingkatkan mengingat masih rendahnhya

kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan. Indikasi rendahnya kualitas

peran serta masyarakat ini dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain:

1. Rendahnya kesadatan untuk melaksanakan metode 3 R

2. Masih adanya kebiasaan membuang sampah sembarangan

3. Masih tingginya kebiasaan memakai barang yang sulit terurai.

4. Upaya membangun peran serta masyarakat pada pada pengelolaan kebersihan,

khusunya perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan kebersihan

perlu ditingkatkan.

6.3. Analisis Unit Pengolahan Sampah (UPS)

Sejalan dengan kebijakan Pemerintah dalam menangani masalah persampahan dengan

mengacu pada Permen PU No 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Page 180: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 13

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Pengembangan Pengelolaan Persampahan terutama yang berkaitan dengan kebijakan

pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan program unggulan 3R serta sasaran

yang harus dicapai pada tahun 2010 sebesar 20%, pada dasarnya merupakan tugas

berat bagi semua pihak dalam mewujudkan upaya tersebut, mengingat kondisi yang

ada saat ini, baru sekitar 1% sampah yang dapat dikurangi atau dimanfaatkan.

Namun demikian, dengan berbagai gerakan yang ada ditingkat masyarakat baik melalui

peranan tokoh masyarakat, LSM ataupun pemerintah kota, telah banyak praktek-

praktek unggulan 3R yang cukup sukses dan dapat direplikasi ditempat lain, sehingga

target pengurangan sampah 20 % bukan mustahil akan dapat dicapai. Keberhasilan

program 3 R ini sangat tergantung pada keterlibatan masyarakat.

Reduce (R1)

Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di

lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan.

Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola

hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak

sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran dan

kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut.

Reuse (R2)

Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah

(tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik,

menggunakan kembali botol bekas “minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu

dengan susu refill dan lain-lain.

Recycle (R3)

Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah)

menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan, seperti mengolah sisa kain

perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas

menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan

sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak

menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah dan lain-lain.

Dari pengamatan terhadap komposisi sampah di kota Depok, maka kegiatan daur ulang

( recycle) yang layak dilakukan adalah pembuatan kompos dan daur ulang lainnya(

daur ulang plastic, besi, kuningan, dan lain-lain ), pelaksanaan daur ulang saat ini

Page 181: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 14

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

sudah dilakukan di TPA Depok- Cipayung. Untuk memperkenalkan dan menyakinkan

masyarakat agar mau melaksanakan pembuatan kompos tersebut, maka pengelola

kebersihan kota Depok perlu melakukan proyek perintisan/percontohan pembuatan

kompos dan jmenjamin pembeliaan kompos yang dihasilkan oleh masyakat/LPM.

6.3.1 Aspek Teknik Operasional

A. Sumber Sampah

Pengurangan sampah dari sumbernya merupakan aplikasi pengelolaan

sampah paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe system,

dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan

dibuang ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang

dapat di daur ulang. Pengurangan sampah tersebut selain dapat menghemat

lahan TPA juga dapat mengurangi jumlah angkutan sampah dan

menghasilkan kualitas bahan daur ulang yang cukup baik karena tidak

tercampur dengan sampah lain. potensi pengurangan sampah di sumber

dapat mencapai 50 % dari total sampah yang dihasilkan.

B. Pola Pelayanan

Pewadahan, pewadahan harus disediakan sendiri oleh masyarakat, dapat

berupa bin/tong sampah, Karung plastik, dan keranjang Takaruka. Volume

pewadahan disesuaikan produk sampah yang dihasilkan dan mampu

menampung selama untuk produk 3 hari.

Pembuatan kompos dapat dilakukan mulai dari sumber sampah (pengolahan

sampah rumah tangga), ada bebarapa cara pengomposan yaitu: cara

pengomposan dengan metode Takakura , Komposter dan dengan

pembuatan lobang sampah di tanah.

C. Pengumpulan/Pengangkutan

Pengumpulan/pengangkutan sampah dilakukan dengan cara individual

yaitu pengumpulan sampah langsung dengan gerobak menuju Tempat

Pengolahan Sampah Terpadu ( TPST), setiap gerobak akan dilayani oleh 2

petugas.

Page 182: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 15

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Pengumpulan dengan cara individual akan dilakukan dengan gerobak, setiap

gerobak dilayani oleh 2 petugas.

D. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu ( TPST)

Semua sampah atau pendorong gerobak di pelayanan akan berakhir di TPST

dimana semua sampah akan diolah secara terpadu berupa seperangkat alat

secara terpadu atau yang disebut Unit Pengolahan Sampah ( UPS ) ini. Di

TPST akan dilaksanakan kegiatan pemilahan, packing ( pembungkusan ) dan

Composting. Untuk pembuatan kompos di lokasi TPST dipergunakan dengan

metode Terowongan Bambu. Sedangkan sampah yang tidak dapat di daur

ulang dan sisa komposting akan di packing dan ditrasfortasikan ke Depok

untuk dibuang ke TPA.

6.3.2 Aspek Pembiayaan

Dari uaraian teknis diatas dapat diperkirakan biaya yang diperlukan untuk biaya

investasi dan operasi & Pemeliharaan.

Data Teknis

1. Jumlah penduduk : 12.000 jiwa

2. Jumlah KK : 2.400 KK

3. Volume sampah : 30 m3/hari

4. Daerah Pelayanan : satu kawasan

Biaya Investasi

1. Biaya Investasi yang diperlukan untuk mengoperasikan pengelolaan persampahan

di permukiman non teratur:

2. Gerobak 15 unit @ Rp. 2.250.000,- = Rp. 33.750.000,-

3. Bangunan UPS 1 unit = Rp. 571.500.000,-

Biaya Operasi dan Pemeliharaan

Biaya O & M dalam setahun sebesar Rp. 219.958.560,- dengan rincian sebagai berikut :

Page 183: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 16

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Tabel 6.1: Biaya Operasi dan Pemeliharaan UPS

Uraian Jumlah Biaya Satuan/bln

(Rp.)

Biaya O&M / tahun (Rp.)

Keterangan

Koordinator 1 750,000 9,000,000

Operator Mesin 1 750,000 9,000,000

Pemilah di UPS 4 750,000 36,000,000

Pengangkut 2 750,000 18,000,000

Pemilah di Output 2 750,000 18,000,000

Pembalikan dan Pengangkutan 2 750,000 18,000,000

Staf Administrasi 1 750,000 9,000,000

Keamanan 1 750,000 9,000,000

Solar 1 3,715,200 44,582,400

Oli 1 450,000 5,400,000

Pemeliharaan 1 13,856,160 13,856,160

Bahan Kimia 1 410,000 4,920,000

Laboratorium 1 1,200,000 14,400,000

Listrik 1 900,000 10,800,000

Jumlah 219,958,560

Sumber : DKLH Kota Depok

Dengan demikian, biaya pengelolaan sampah dengan sistem UPS adalah Rp.

219.958.560/(360x30 m3) =Rp. 20.367/m3

6.3.3 Aspek Kelembagaan

Keberadaan UPS di tingkat kelurahan mengisyaratkan adanya tanggung jawab baru

bagi Dinas KLH Kota Depok dalam pengelolaan persampahan. Karena itu, Dinas KLH

Depok perlu merancang skema pengorganisasian baru yang terkait dengan pengelolaan

UPS. Berbeda dengan kegiatan pengelolaan sampah secara konvensional yang sekarang

ini menjadi tanggung jawab UPT IPLT dan TPA, kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan

UPS berada di lokasi yang dekat dengan permukiman, dalam skala yang lebih kecil dan

jumlahnya cukup banyak.

Page 184: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 17

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Idealnya, UPS-UPS di tingkat kelurahan ini dikelola langsung oleh masyarakat, melalui

lembaga-lembaga di tingkat kelurahan seperti LPM, PKK, Karang Taruna, dan

sebagainya. Namun untuk mewujudkan hal itu, perlu dilalui beberapa tahap,

mengingat pengoperasian dan pengelolaan UPS memerlukan kesiapan kelembagaan di

tingkat kelurahan terebut dan sumber daya manusia (SDM) yang memadai.

Untuk tahap awal, pengoperasian dan pengelolaan UPS tampaknya masih harus berada

dalam tanggung jawab Dinas KLH, dalam hal ini Seksi Kebersihan Jalan dan

Lingkungan, Bidang Kebersihan. Mengingat kebutuhan tenaga kerja di bidang teknis

dan pengoperasian serta bidang manajerial yang mendesak, Dinas KLH dapat bekerja

sama dengan pihak swasta untuk pengadaan tenaga kerja tersebut. Selanjutnya, agar

secara bertahap pengelolaan UPS dapat dilaksanakan oleh masyarakat, Pemerintah

Kota Depok perlu menyusun program-program penyiapan/pemberdayaan masyarakat

untuk menciptakan kesiapan masyarakat, baik dari segi kelembagaan maupun

kemampuan SDM-nya.

6.3.4 Aspek Peraturan

Permasalahan yang terkait dengan aspek peraturan dalam pembangunan dan

pengoperasian UPS dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Pembangunan UPS membutuhkan lahan yang memadai, baik dari segi lokasi

maupun luasnya.

2. Terkait dengan pengadaan lahan ini, Pemerintah Kota Depok perlu mengeluarkan

peraturan atau instruksi tertentu yang mendukung proses pengadaan tanah untuk

UPS. Peraturan ini diharapkan dapat mengatasi persoalan-persoalan dan kendala

yang mungkin timbul dalam proses itu, mengingat banyaknya aspek yang terkait

dengan masalah pengadaan lahan, seperti kelangkaan lahan yang lazim terjadi di

perkotaan, kesesuaiannya dengan peruntukan lahan dalam tata ruang dan

kemungkinan adanya penolakan masyarakat sekitar.

3. Pengoperasian UPS memerlukan prosedur pengoperasian baku (SOP)

4. Mengingat penggunaan teknologi tertentu, betapa pun sederhananya teknologi

itu, pengoperasian UPS memerlukan adanya prosedur tertentu agar peralatan yang

ada dapat diperasikan secara efektif dan terawat dengan baik. Untuk itu, Dinas

Page 185: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 18

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

KLH perlu menyiapkan terlebih dulu prosedur pengoperasian baku (SOP) UPS

sebelum UPS ini dioperasikan.

6.3.5 Aspek Partisipasi Masyarakat

Keberadaan UPS di tingkat kelurahan akan menjadi sangat efektif jika didukung

dengan partisipasi aktif dan dukungan masyarakat, baik di tingkat atas maupun di

tingkat paling bawah. Di tingkat atas, dukungan yang dibutuhkan berasal dari jajaran

pemerintah (eksekuti), khususnya dari instansi yang terkait dengan penanganan

persampahan dan aparat di tingkat kecamatan dan kelurahan, kalangan legislatif,

media massa, LSM dan sebagainya. Di tingkat bawah, dukungan yang dibutuhkan

adalah dukungan warga di tingkat kelurahan, khususnya dukungan dan partisipasi

masyarakat di lingkungan sekitar yang akan menjadi lokasi UPS.

Di tingkat atas, dukungan dan partispasi masyaraka mencakup dukungan politis bagi

penganggaran biaya pembangunan dan pengelolaan UPS serta pengadaan lahan.

Sedangkan di tingkat bawah, selain dukungan dan partisipasi dalam pengadaan lahan,

dibutuhkan pula dukungan berupa kesiapan masyarakat dalam pengelolaan UPS, baik

dari segi kelembagaan maupun kemampuan SDM-nya.

Untuk memperoleh dukungan dan partisipasi masyarakat di atas, Pemerintah Kota

Depok perlu menyusun sosialisasi guna menumbuhkan pemahaman akan pentingnya

keberadaan UPS, baik di tingkat atas maupun bawah, serta program-program pelatihan

untuk membentuk kesiapan masyarakat dalam pengelolaan UPS.

Berdasarkan hasil survey rumah tangga yang dilaksanakan pada bulan November

2007, terlihat bahwa hampir seluruh rumah tangga sampel (96%) menyetujui

dibangunnya UPS di kelurahan masing-masing. Ini merupakan modal awal bagi Pemda

Kota Depok untuk mengembangkan dukungan dan partsipasi masyarakat dalam

pengelolaan dan pengoperasian UPS, baik di tingkat bawah maupun di tingkat atas.

6.4. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Saat ini sampah dibuang di TPA yang terletak di Kelurahan Cipayung yang berjarak 10-

20 km dari pusat kota. Metoda pembuangan sampah yang dilakukan secara controlled

Page 186: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 19

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

landfill. Lokasi yang digunakan untuk TPA saat ini merupakan tanah kosong yang tidak

produktif. Sedangkan daerah sekitarnya berupa areal perkebunan dan pemukiman.

Lokasi yang digunakan untuk TPA saat ini sudah menjadi pemukiman masyarakat

sehingga Pemerintah Daerah perlu mencari alternative pembuangan akhir lainnya.

1. TPA Eksisting

a. Lokasi : Kelurahan Cipayung

b. TPA Cipayung yang telah beroperasi sejak tahun 1999 hingga saat ini umur

ekonomisnya tinggal 3 tahun lagi dimana semakin banyaknya pemukiman

penduduk sehingga TPA yang ada tidak mungkin diperluas kembali. TPA ini

diperkirakan dapat menampung sampah hingga tahun 2011.

2. Alternatif TPA Nambo,

a. Lokasi : Desa Nambo Kecamatan Kelapa Nunggal

b. Alternatif rencana TPA ini berjarak 20 km dari pusat kota dengan waktu

tempuh 85 menit menjadi alternative apabila TPA Cipayung sudah habis masa

pakainya. Namun TPA Nambo yang rencananya terdiri dari 3 Pemerintah

Daerah (Kota Depok, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor) sebagai stakeholder

untuk melayani 3 wilayah tersebut dan adanya kemungkinan ditambah DKI

Jakarta sebagai costumer.

6.4.1 Kriteria Pemilihan TPA

Salah satu kendala dalam penerapan metoda perencanaan Tempat Pembuangan Ahkir

(TPA) baik sanitary landfill maupun controled landfill adalah pemilihan lokasi yang

cocok, baik dilihat dari sudut kelangsungan pengoperasian, maupun dari sudut

perlindungan terhadap lingkungan hidup. Karakteristik lahan (terutama permeabilitas)

akan menentukan karakteristik sampah yang diperbolehkan masuk ke TPA. Lahan yang

tepat tidak selalu mudah didapat. Suatu metoda pemilihan yang baik perlu digunakan

agar memudahkan dan mengevaluasi calon lokasi tersebut.

Sampah merupakan kumpulan dari beberapa jenis buangan hasil samping dari

kegiatan, yang akhirnya harus diolah dan diurug di suatu lokasi yang sesuai.

Permasalahan yang timbul adalah bahwa sarana ini merupakan sesuatu yang dijauhi

oleh masyarakat sehingga persyaratan teknis untuk penempatan sarana ini perlu

Page 187: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 20

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

didampingi oleh persyaratan non–teknis. Lebih luas lagi kecocokan lokasi ini di

pengaruhi oleh kebijakan daerah yang dalam bentuk formal dinyatakan dalam rencana

tata ruang. Dalam rencana tersebut biasanya sudah dinyatakan rencana penggunaan

lahan.

Aspek kesehatan masyarakat berkaitan langsung dengan manusia, terutama kenaikan

mortalitas (kematian), morbiditas (penyakit), serta kecelakaan karena operasional

sarana tersebut. Aspek lingkungan hidup terutama berkaitan dengan dampak terhadap

ekosistem akibat pengoperasian sarana tersebut, termasuk akibat transportasi sampah.

Aspek biaya berhubungan dengan biaya spesifik antara satu lokasi yang lain, terutama

dengan adanya biaya ekstra pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan. Aspek

sosio-ekonomi berhubungan dengan dampak sosial dan ekonomi terhadap penduduk

sekitar lahan yang. Termasuk disini adalah keuntungan atau kerugian akibat nilai

tambah yang dapat dinikmati penduduk, ataupun penurunan nilai hak milik karena

berdekatan dengan sarana tersebut. Walaupun dua lokasi yang berbeda mempunyai

pengaruh yang sama dilihat dari apsek sebelumnya, namun reaksi masyarakat

setempat dengan dibangunnya sarana tersebut bisa bebeda.

Suatu metodologi yang baik tentunya diharapkan bisa memilih lahan yang paling

menguntungkan dengan kerugian yang sekecil-kecilnya. Dengan demikian metodologi

tersebut akan memberikan hasil pemilihan lokasi yang terbaik. Hal ini mengandung

pengertian, yaitu :

Lahan terpilih hendaknya memberikan nilai tertinggi ditinjau dari berbagai aspek di

atas,

Pemilihan yang di buat hendaknya dapat di pertanggung jawabkan, artinya harus dapat

di tunjukan secara jelas bagaimana dan mengapa suatu lokasi terpilih diantara yang

lainya.

Dalam hal ini pemilihan TPA tidak lepas dari kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan daerah layak

atau tidak layak sebagai berikut :

a. Kondisi geologi :

1) Tidak berlokasi di daerah holocene fault.

2) Tidak boleh di daerah bahaya geologi.

Page 188: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 21

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

b. Kondisi hidrogeologi

1) Tidak boleh mempunyai tinggi air tanah kurang dari 3 meter.

2) Tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-5 cm/det.

3) Jarak terhadap sumber air minum harus > 100 meter di hilir aliran.

4) Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria tersebut maka harus

dilakukan masukan teknolgi.

c. Kemiringan lokasi harus kurang dari 20 %

1) Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk

penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk

jenis lain.

2) Tidak boleh pada daerah hitan lindung/cagar alam dan daerah banjir

dengan periode ulang 25 tahun.

3) Untuk okasi TPA yang jaraknya > 25 km dari kota perlu perlu di

pertimbangkan adanya transfer depo.

4) Kriteria penyisihan yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi

yang terbaik yaitu terdiri dari kriteria regional ditambah dengan kriteria

berikut :

d. Iklim

1) Hujan : makin kecil curah hujan makin baik.

2) Angin : arah angin dominan tidak menuju ke pemukiman dinilai makin

baik.

e. Utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai makin baik.

f. Lingkungan biologis :

1) Habitat : habitat kurang bervariasi dinilai makin baik.

2) Daya dukung : kurang menunjang kehidupan flora dan fauna dinilai

makin baik.

g. Produktifitas tanah : tanah tidak produktif dinilai lebih tinggi.

1) Kapasitas dan umur : dapat menampung sampah lebih banyak dan lebih

lama dinilai makin baik.

Page 189: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 22

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

2) Ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang cukup

dinilai lebih baik.

3) Status tanah : makin bervariasi nilai tanah, dinilai tidak baik.

h. Demografi: kepadatan penduduk lebih rendah, dinilai semakin baik.

i. Kebisingan: Semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik.

j. Bau : Semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik.

k. Estetika: Semakin tidak terlihat dari luar dinilai semakin baik.

l. Ekonomi: semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah (per m3/ton) dinilai

semakin baik.

6.4.2 Pemilihan Lokasi TPA

Pemilihan lokasi layak TPA sampah tahapan regional, dilakukan dengan meninjau

aspek-aspek sebagai berikut:

1. Aspek Tata Guna Lahan.

2. Aspek Geologi.

3. Aspek Kemiringan Lereng.

4. Aspek Hidrogeologi.

5. Aspek Bahaya Lingkungan.

A. Ditinjau Dari Aspek Tata Guna Lahan

Peninjauan pemilihan lokasi layak TPA sampah berdasarkan Tata Guna Lahan

ialah menetapkan lokasi-lokasi yang tidak boleh digunakan sebagai lokasi

TPA sampah karena alasan tata guna lahan.

Peninjauan ini dilakukan untuk menghindari pemilihan lokasi lokasi layak

TPA sampah pada lahan yang telah ditetapkan penggunaannya atau lahan

yang mempunyai kegunaan khusus atau yang penting. Daerah-daerah yang

tidak boleh digunakan sebagai lokasi TPA antara lain:

1) Daerah danau, sungai dan laut.

2) Daerah perkotaan dan permukiman

3) Daerah pertanian potensial.

Page 190: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 23

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

4) Daerah industri, konservasi lingkungan.

5) Daerah khusus yang dilestarikan.

6) Daerah yang jauh dari lapangan terbang.

B. Ditinjau Dari Aspek Geologi

Pemilihan lokasi layak berdasarkan kondisi geologi adalah untuk

menempatkan lokasi tersebut pada formasi geologi yang aman terhadap

pencemaran lingkungan. Formasi yang diinginkan adalah lapisan geologi

dimana pada lapisan itu terdapat kondisi yang dapat menahan dan

mengurangai kadar pencemaran. Kondisi tersebut hanya ada pada lapisan

yang mempunyai permeabilitas kecil, mempunyai cukup ketebalan dan

mampu mengurangi kadar pencemaran. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat

dari batuan lempung (sedimen clay). Pemilihan yang dilakukan juga

menghindari faktor struktur geologi seperti patahan, retakan, longsoran dan

lain-lain.

C. Ditinjau Dari Aspek Kemiringan Lereng

Pemilihan lokasi layak berdasarkan kemiringan lereng dimaksudkan untuk

menghindari terjadinya longsoran, baik terhadap timbunan sampah tersebut

maupun longsoran yang tidak stabil. Untuk itu kriteria yang dianjurkan

dalam hal kemiringan ini adalah 20%. Kemiringan lereng si sekitar lokasi

berkisar antara 0 – 15%. Namun pada daerah-daerah tertentu kemiringannya

dapat mencapai lebih dari 45%. Pada umumnya kemiringan lokasi TPA

berkisar antara 0 – 10%, dan pada beberapa lokasi kemiringan mencapai 10 –

15%.

D. Ditinjau Dari Aspek Hidrogeologi

Pemilihan lokasi layak berdasarkan aspek Hidrogeologi ialah menempatkan

lokasi tersebut pada daerah yang bukan akuifer penting dan sedapat

mungkin tidak didaerah discharge. Pemilihan tersebut juga

memperhitungkan arah aliran air tanah.

Page 191: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 6 - 24

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

E. Ditinjau Dari Aspek Bahaya Lingkungan

Pemilihan lokasi layak berdasarkan aspek bahaya lingkungan ialah

menempatkan lokasi tersebut pada daerah yang tidak berpotensi terhadap

bahaya lingkungan, sehingga tidak membahayakan kelangsungan dan

keutuhan TPA sampah tersebut. Bahaya lingkungan yag harus diperhatikan

adalah gerakan tanah, kegempasan, kegunungapian, pengikisan banjir dan

genangan air. Dengan pertimbangan aspek bahaya lingkungan, maka lokasi

layak untuk TPA sampah adalah daerah-daerah di luar bahaya tersebut.

Page 192: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 7 - 1

7 . R E N C A NA I N D U K S I S T E M

( R I S ) P E N G E L O L A A N

S A M PA H KO T A D E P O K

7.1. Pendekatan Rencana Induk Sistem Persampahan

Pendekatan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Sampah Kota Depok dilakukan dengan

mengelompokan wilayah berdasarkan kondisi pemukiman, yaitu untuk

kawasan/pemukiman yang sudah lama beroperasi dan kawasan/pemukiman baru.

7.1.1. Pendekatan Penyusunan RIS Untuk Permukiman/Kegiatan Yang Sudah

Lama Beroperasi

Rencana Induk Sistem Pengelolaan Sampah Kota Depok, untuk kawasan yang sudah

beroperasi disusun dengan beberapa pendekatan. Pendekatan tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Rencana Induk Sistem Pengelolaan Sampah Kota Depok, mencakup 5 aspek yaitu :

1) Teknis Operasional; 2) Kelembagaan dan Organisasi; 3) Keuangan dan

Pembiayaan; 4) Penegakan Hukum dan Peraturan; 5) Peran serta masyarakat dan

swasta.

2. Pola penangan sampah dilakukan dengan 2 sistem yaitu :

a. Sistem pengelolaan sampah terpadu dengan 3R.

b. Sistem konvesional (pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pembuangan

akhir).

3. Pola penangan sampah secara konvesional dibedakan untuk wilayah pesisir, non

pesisir, dan kepulauan.

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Page 193: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 2

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

4. Pengelolaan sampah dilakukan 3 model yaitu :

a. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat

b. Pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir dengan kerjasama dengan

pihak ketiga (investor)

c. Pengelolaan sampah dengan konversi energi

5. Pengolahan sampah berbasis komunitas (masyarakat) dikembangkan dalam cluster-

cluster (penangan tingkat kelurahan).

6. Pengelolaan sampah akan ditingkatkan secara bertahap untuk menggantikan pola

penanganan secara konvesional.

7. Penanganan sampah pada wilayah dikembangkan dengan melihat kepadatan bruto,

sebagai berikut:

a. Kepadatan < 50 jiwa/ha, ditangani dengan teknologi setempat (penanganan

individual, penimbunan, pembakaran), kecuali untuk pusat kegiatan yang

ditangani sesuai dengan kemampuan sarana dan prasarana.

b. Kepadatan penduduk 50 jiwa/ha ≤ kepadatan ≤ 100 jiwa/ha, ditingkatkan

pelayanan dengan 10% - 50 % secara bertahap dari pelayanan yang sudah ada

(Target Millenium Development Goals).

c. Kepadatan > 100 jiwa/ha.

d. Pelayanan persampahan ditargetkan mampu menangani hingga seluruh sampah

yang dihasilkan.

7.1.2. Pendekatan Penyusunan RIS Untuk Permukiman/Kegiatan Baru

Pendekatan yang dilakukan untuk menyususn RIS persampahan bagi kawasan baru, baik

untuk kegiatan permukiman maupun non permukiman direncanakan sebagai berikut :

1. Pengembang dalam skala besar ≥ 25 ha, wajib melakukan pengolahan sampah

dalam skala kawasan, dengan menyediakan sarana pengolahan sampah pada

kawasan yang dikembangkan.

2. Pengembang dalam skala kecil < 25 jiwa/ha, wajib menyediakan sarana penanganan

sampah pada awal pembangunan, sehingga pada saat beroperasi, kawasan tersebut

sudah memiliki sarana penanganan sampah. Langkah ini untuk mengantisipasi bagi

Page 194: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 3

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

masyarakat agar tidak membuang sampah ke lingkungan yang dapat mengganggu

kesehatan.

3. Kegiatan non permukiman (industri, rumah sakit, lainnya), yang baru dan memiliki

skala besar wajib melakukan pengolahan sampah secara mandiri pada kawasan yang

di bangun. Penangann dilakukan dengan membangun sarana pengolahan sampah di

kawasan yang dibangun.

7.2. Rencana Induk Sistem Aspek Teknis Operasional

7.2.1. Cakupan Pelayanan

Cakupan pelayanan adalah wilayah yang ditargetkan harus dilakukan pelayanan sesuai

dengan kepadatan penduduk. Berdasarkan kepadatan brutto, maka wilayah pelayanan

akan ditangani sesuai dengan urgenitasnya. Target cakupan pelayanan ditetapkan untuk

jangka panjang (20 tahun) dan jangka menengah (5 tahun). Target cakupan pelayanan

untuk Kota Depok adalah sebagai berikut :

1. Lima Tahun Pertama (sampai 2012)

Merupakan tahun untuk mengakomodasi kekuatan dan menyusun strategis. Lima

tahun pertama penetapan target disesuaikan dengan kemampuan. Pertimbangan

tersebut terutama untuk mendorong pengolahan sampah. Cakupan pelayanan

meningkat dengan 30% dari pelayanan sebelumnya. Terutama untuk kepadatan

tinggi, sedangkan untuk kepadatan rendah (< 50 jiwa/ha), dengan penambahan 50%

dari cakupan pelayanan sebelumnya.

2. Tahun 2013 - 2018

Pada tahun-tahun berikutnya target cakupan pelayanan sebesar 80% dari jumlah

penduduk Kota Depok. Wilayah yang telah dikembangkan dengan sisitem Unit

Pengolahan Sampah di tingkat kelurahan ditingkatkan. Jumlah unit UPS di Kota

Depok pada tahun 2013 – 2018 mencapai 64 Unit (sesuai RPJMD Kota Depok).

Selengkapnya target pelayanan sampah Kota Depok, hingga tahun 2018 disajikan

pada tabel 6.1 berikut.

Page 195: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 7 - 4

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Tabel 7.1: Proyeksi Persampahan Kota Depok

No U r a i a n Satuan Eksisting

2008

Tahun Proyeksi

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 Jumlah Penduduk 1,521,452 1,574,703 1,629,817 1,686,861 1,745,901 1,807,008 1,870,253 1,935,712 2,003,462 2,073,583 2,146,158

% Tingkat Pelayanan 69% 79% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%

Jumlah Pduduk Terlayani 1,049,802 1,244,015 1,303,854 1,349,489 1,396,721 1,445,606 1,496,202 1,548,570 1,602,769 1,658,866 1,716,927

2 Timbulan Sampah

a. Domestik

- Ratio Timbulan % 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%

- Timbulan sampah/org l/org/hari 2.65 2.65 2.65 2.65 2.65 2.65 2.65 2.65 2.65 2.65 2.65

- Sampah Domestik Total m³/hari 2,782 3,297 3,455 3,576 3,701 3,831 3,965 4,104 4,247 4,396 4,550

b. Non-Domestik

- Ratio Timbulan % 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20%

- Timbulan sampah/org l/org/hari 0.85 0.85 0.85 0.85 0.85 0.85 0.85 0.85 0.85 0.85 0.85

- Sampah Non Dom Total m³/hari 556 659 691 715 740 766 793 821 849 879 910

c. Total Timbulan Sampah m³/hari 3,338 3,956 4,146 4,291 4,442 4,597 4,758 4,924 5,097 5,275 5,460

3 Tingkat Pelayanan UPS

a. Organik / Composting

- Ratio Timbulan % 75.00% 75.00% 75.00% 75.00% 75.00% 75.00% 75.00% 75.00% 75.00% 75.00% 75.00%

- Ratio Composting % 0.47% 0.40% 0.38% 0.37% 0.35% 0.34% 0.33% 0.32% 0.31% 0.30% 0.29%

- Sampah Orgnk Terlayani m³/hari 15.75 15.75 15.75 15.75 15.75 15.75 15.75 15.75 15.75 15.75 15.75

Page 196: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 5

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

No U r a i a n Satuan Eksisting

2008

Tahun Proyeksi

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

b. An – Organik / Pencacah

- Ratio Timbulan % 25.00% 25.00% 25.00% 25.00% 25.00% 25.00% 25.00% 25.00% 25.00% 25.00% 25.00%

- Ratio Pencacah % 0.16% 0.13% 0.13% 0.12% 0.12% 0.11% 0.11% 0.11% 0.10% 0.10% 0.10%

- Smph An-Orgnk Terlayani m³/hari 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25

c. Sampah terlayani UPS m³/hari 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

d. Total Jumlah UPS unit 24 34 49 64 64 64 64 64 64 64 64

f. Total Smph Terlayani UPS m³/hari 504 714 1,029 1,344 1,344 1,344 1,344 1,344 1,344 1,344 1,344

- Ratio smph terlayani UPS 15% 18% 25% 31% 30% 29% 28% 27% 26% 25% 25%

4 Kebutuhan Lahan ( Landfill )

1. Sampah masuk ke TPA m³/hari 854 3,242 3,117 2,947 3,098 3,253 3,414 3,580 3,753 3,931 4,116

2. Akumulasi Berat Jenis kg/m³ 212.11 212.11 212.11 212.11 212.11 212.11 212.11 212.11 212.11 212.11 212.11

3. Tingkat Pemadatan kg/m³ 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600

4. Volume sampah dipadatkan m³/hari 302 1,146 1,102 1,042 1,095 1,150 1,207 1,266 1,327 1,390 1,455

5. Tinggi timbunan m 4 12 14 16 16 16 16 16 16 16 16

6. Luas lahan TPA yang

dibutuhkan setiap tahun m²/tahun 21,265 26,909 22,178 18,348 19,283 20,251 21,252 22,289 23,362 24,473 25,622

7. Kebutuhan Luas Lahan m² 25,518 32,291 26,613 22,018 23,140 24,301 25,503 26,747 28,034 29,367 30,746

8. Luas Lahan TPA/tahun ha 2.13 2.69 2.22 1.83 1.93 2.03 2.13 2.23 2.34 2.45 2.56

9. Luas Total Lahan TPA ha 8.47 11.16 13.38 15.22 17.15 19.17 21.30 23.52 25.86 28.31 30.87

Page 197: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 6

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

No U r a i a n Satuan Eksisting

2008

Tahun Proyeksi

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

5 Kebutuhan Pendanaan

Total Biaya / UPS Rp/thn (000) 219,959 233,156 247,145 261,974 277,693 294,354 312,015 330,736 350,581 371,615 393,912

UPS Milik Pemkot Unit 8 23 38 48 48 48 48 48 48 48 48

Biaya / UPS Rp/m3/UPS 29,095 30,841 32,691 34,653 36,732 38,936 41,272 43,748 46,373 49,155 52,105

TOTAL BIAYA UPS Rp/thn

(000.000) 1,760 5,363 9,392 12,575 13,329 14,129 14,977 15,875 16,828 17,838 18,908

TOTAL BIAYA TPA Rp/thn

(000.000) 2,683 10,645 10,850 10,874 12,114 13,485 15,001 16,677 18,529 20,574 22,833

Biaya TPA Rp/m3 8,605 9,121 9,668 10,248 10,863 11,515 12,206 12,938 13,715 14,538 15,410

Biaya Pengangkutan Rp/thn

(000.000) 6,906 7,393 6,966 6,514 6,583 6,650 6,716 6,780 6,842 6,903 6,963

TOTAL BIAYA PENGANGKUTAN + TPA

Rp/thn (000.000) 9,589 18,038 17,816 17,388 18,696 20,135 21,717 23,457 25,371 27,477

29,795

Biaya /M3 Rp/m3 30,758 15,455 15,876 16,387 16,766 17,193 17,670 18,198 18,779 19,415 20,109

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan

Page 198: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 7 - 7

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

7.2.2. Rencana Pola Penanganan Sampah di Kecamatan

Pola penanganan sampah Kota Depok, dilakukan dengan pengelolaan sampah dan

penanganan secara konvensional. Pengolahan sampah terdiri dari pengolahan sampah

berbasis komunitas (kelompok masyarakat), pengolahan sampah di tempat pembuangan

akhir sampah dan konservasi energy serta penanganan sampah melalui Unit Pengolahan

Sampah Terpadu. Penentuan pola penanganan dilakukan dengan identifikasi

karakteristik wilayah untuk setiap unit analisis (kecamatan), tingkat kepadatan

penduduk, dan urgenitas pelayanan.

Penganganan sampah di setiap kecamatan direncanakan menggunakan Unit Pengolahan

Sampah di setiap Kecamatan. Total Unit Pengolahan Sampah di Kota Depok pada tahun

2008 sebanyak 24 unit kemudian bertambah pada tahun 2009 sebanyak 10 unit. Pada

tahun 2011 total unit pengolahan sampah Kota Depok sebesar 64 unit yang tersebar di

setiap Kecamatan, masing-masing unit pengolahan sampah menampung 21 M3 atau 70%

dari total kapasitas mesin UPS.

7.2.3. Rencana Induk Sistem Teknis Operasional

A. Penerapan Pengolahan Sampah Secara Bertahap

Rencana induk Jangka Panjang pengolahan sampah diterapkan dalam

pengelolaan sampah di Kota Depok. Pengolahan sampah terdapat beberapa

alternatif.

Alternatif pengolahan sampah yang dapat dikembangkan untuk jangka

panjang antara lain :

1) Pengolahan sampah berbasis komunitas (masyarakat)

Model pengolahan sampah ini akan dilakasanakan pada klaster-klaster

tertentu. Klaster ini dapat dibentuk di tingkat RW atau di tingkat

kelurahan. Secara prinsip pengolahan ini akan memanfaatkan berbagai

jenis sampah yang dihasilkan setiap hari, dengan klasifikasi sebagai

berikut :

Sampah organik (sisa sayuran, buah-buahan, daun-daunan). Jenis

sampah ini dengan teknologi composting direncanakan untuk dibuat

Page 199: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 8

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

pupuk. Produk pupuk dipasarkan baik untuk industri maupun kegiatan

pertanian/perkebunan.

Sampah Kardus/plastic/besi/kayu. Sampah jenis ini dimanfaatkan

untuk daur ulang atau pemanfaatan kembali sampah. Metoda ini dapat

menghasilkan nilai ekonomis untuk pengelolaan sampah.

Sampah kertas tipis, sampah jenis ini dapat dimanfaatkan untuk kertas

daur ulang (re-cycle paper).

Sampah sisa, jenis sampah ini merupakan materi yang sama sekali

sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi, misal sisa bongkaran, plastic non

daur ulang. Sisa sampah ini harus dibuang ke TPA.

Model ini dalam setiap klaster akan terdiri dari kelompok masyarakat

yang melakukan pengelolaan secara bersama-sama. Sampah dari

masing-masing sumbernya di pilah menjadi sampah sesuai dengan

klasifikasi diatas. Sesuai dengan jenisnya akan dilakukan penanganan

baik untuk dijual, dilakukan daur ulang maupun dengan sistem

pembuatan pupuk. Dengan pengolahan ini maka hanya 20% sampah

yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).

2. Unit Pengolahan Sampah Terpadu

Pengolahan sampah di UPS merupakan bentuk pengolahan sampah yang

terkumpul untuk dipilah menjadi sampah organik dan anorganik.

Namun apabila tidak sempat terpilah maka mesin pencacah yang

tersedia mampu memilah sampah tersebut.

Mesin pencacah yang tersedia di UPS mampu mereduksi antara 70% -

80% dari volume sampah yang terkumpul. Sampah organik yang

terkumpul tidak menghasilkan bau yang menyengat, yang kemudian

diolah untuk proses komposting. Setelah melalui proses pencacahan

kedua, screening dan pematangan sehingga sampah organik tersebut

telah menjadi kompos yang dapat dipakai untuk lahan pertanian. Dari

seluruh sampah yang diolah diolah kurang lebih 3% yang harus dibakar

dengan menggunakan incenerator atau secara manual. Sedangkan

plastik yang telah dicacah dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk

dijadikan bahan daur ulang.

Page 200: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 9

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3. Pengolahan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Pengolahan sampah di tempat pembuangan akhir sampah dengan

teknologi tertentu merupakan bentuk pengolahan sampah lain yang

dapat dikembangkan pada masa yang akan datang. Penawaran yang

telah dilakukan beberapa rekanan untuk mengolah sampah di

pembuangan akhir sampah merupakan alternatif lain untuk mengolah

sampah. Kegiatan ini direncanakan mampu mengolah sampah organik

dan pupuk sehingga memiliki nilai tambah untuk upaya mereduksi

sampah di TPA.

4. Pengolahan dengan Konversi Energi

Alternatif ini terutama untuk mengetahui proses konversi dan

beberapa jenis sampah menjadi sumber energy alternatif. Pengolahan

jenis ini dilakukan untuk skala kecil sebagai pilot project dan

dikembangkan secara bertahap.

B. Penerapan Penanganan Sampah Konvensional

Untuk jangka waktu 10 tahun yang akan datang (2018), penanganan sampah

secara konvensional belum dapat digantikan secara menyeluruh dengan

teknologi pengolahan sampah. Penanganan secara konvensional adalah

penanganan sampah secara terpusat, dengan sistem pewadahan,

pengumpulah, pengangkutan dan tempat pembuangan akhir sampah. Pola

penanganan konvensional ini terutama dipertahankan untuk wilayah dengan

urgenitas penanganan tinggi (pada kepadatan tinggi) dan harus segera

ditangani.

1) Kawasan Kota

Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota

Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat

seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang

tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota lainnya.

Penanganan sampah secara konvesional pada kawasan kota terdiri dari

sub sistem penyapuan jalan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan

dan penampungan sementara. Rencana Induk Sistem untuk setiap sub

sistem tersebut adalah sebagai berikut :

Page 201: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 10

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

2. Penyapuan Jalan

Penyapuan jalan untuk masa jangka panjang, masih dipertahankan,

terutama untuk ruas jalan protocol berupa badan jalan, trotoar dan

median jalan. Penyapuan jalan protokol secara manual dengan ratio 1

orang petugas banding 1 km panjang jalan. Sedangkan frekuensi

penyapuan untuk jalan kolektor pusat kota adalah sehari sekali sampai

sehari dua kali.

3. Pewadahan

Pewadahan yang digunakan bisa berbentuk kotak, silinder maupun

kantong plastik. Dimana untuk pewadahan ini antara sampah organic

dan anorganik terpisah sehingga dibutuhkan minimal 2 tempat sampah.

Diusahakan kedua tempat tersebut berbeda warna sehingga

memudahkan petugas pengumpul. Bahan untuk pewadahan bersifat

kedap terhadap air, panas matahari, dan mudah dibersihkan.

Alternative yang biasa dipakai adalah bin plastik tertutup (volume 40-

60 lt), Penempatan pewadahan sebaiknya di pekarangan sumber

sampah supaya memudahkan petugas pengumpul untuk mengambil.

Dengan diterapkan pewadahan secara terpisah maka perlu diatur

jadwal periode pengumpulan antara sampah organik dan anorganik.

4. Pengumpulan

Kawasan yang mempunyai kondisi topografi yang relatif datar,

sehingga alat pengumpul tidak bermesin seperti becak maupun

gerobak sampah bisa digunakan dengan frekuensi pengambilan sampah

1 sampai 3 hari sekali. Kondisi permikiman di kawasan pesisir yang

cenderung padat teratur memungkinkan pengumpulan sampah dengan

pola individual tak langsung. Dengan adanya pemisahan di sumber

maka fasilitas pengumpulan antara sampah organik dan anorganik juga

terpisah ataupun dengan jadwal pengumpulan yang berbeda.

5. Pengangkutan

Pengangkutan menggunakan dump truck maupun arm roll. Truk jenis

arm roll di gunakan untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah dari

container yang ada di TPS. Yang perlu diperhatikan dalam sub sistem

pengangkutan adalah ritasi (produktifitas) Truk yang disesuaikan oleh

Page 202: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 11

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

kondisi tiap-tiap kendaraan dibandingkan jarak yang harus ditempuh ke

TPA. Untuk ini diperlukan adanya rute serta jadwal setiap kendaraan.

6. Tempat Penampungan Sementara

TPS berupa container dengan kapasitas 6 m2 dimana gerobak/becak

sampah langsung menumpahkan muatannya ke dalam kontainer.

Setelah penuh maka kontainer akan dibawa ke TPA menggunakan arm

roll truck. Untuk memaksimalkan kebersihan lokasi TPS, perlu ada

penjadwalan pengisian dan pengosongan dengan frekuensi

pengosongan minimal 1 kali. Lokasi TPS harus mudah dijangkau dan

tidak mengganggu arus lalu lintas.

7. Rencana Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Tempat pembuangan akhir sampah untuk jangka panjang,

diperuntukan bagi sampah yang masih dikelola dengan pola

konvensional, dan sampah yang tidak dapat dihilangkan dari

pengolahan sampah. Pola konvensional dengan sistem pewadahan,

pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir sampah hingga

akhir tahun perencanaan (2018) masih memproduksi sebesar 4.116

m3/hari. Sedangkan yang diolah dengan sistem unit pengolahan sampah

sebesar 1.344 m3/hari.

7.3. Rencana Induk Sistem Keuangan

Rencana pembiayaan pengelolaan persampahan Kota Depok meliputi :

1. Sumber dana yang digunakan untuk pengelolaan persampahan kota.

2. Besarnya dana yang diterima serta besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk

pengelolaan persampahan dan.

3. Cara pembayaran iuran/retribusi kebersihan.

4. Sumber dana pengelolaan persampahan kota berasal dari :

a. Pembayaran iuran layanan kebersihan.

b. Retribusi kebersihan.

c. Anggaran pendapan belanja daerah (APBD).

Page 203: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 12

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

5. Cara pembayaran retribusi adalah :

a. Membayar bersama dengan pembayaran iuran air PDAM.

b. Membayar bersama dengan pembayaran iuran listrik.

c. Membayar di payment point.

d. Membayar langsung kepada petugas kebersihan.

e. Membayar melalui RT/RW.

7.3.1. Rencana Retribusi

Dalam pelaksanaan teknis di masyarakat ada ketentuan pembayaran iuran dan retribusi,

sehingga masyarakat merasa bahwa untuk pengelolaan persampahan mereka harus

membayar dua kali yaitu kepada pengurus RT/RW dan DINAS. Hal ini terjadi karena

masyarakat tidak mengetahui secara pasti bagaimana aliran sampah setelah tidak

mereka butuhkan sehingga mereka tidak memiliki informasi atau pengetahuan besarnya

biaya yang diperlukan untuk menyingkirkan sampah dari lingkungan dirinya. Yang

mereka inginkan adalah setelah membayar iuran dan retribusi kebersihan, sampah sudah

menjadi tanggung jawab dinas kebersihan.

Retribusi kebersihan yang diambil dari masyarakat untuk pengelolaan sampah harus

diatur dengan PERDA. Perlu di ingat bahwa retribusi berfungsi sebagai salah satu sumber

pendapatan APBN/ APBD, jadi jumlahnya tidak boleh membebani masyarakat. Jadi

harus ada pembedaan dan penjelasan yang tepat antara PEMBAYARAN IURAN LAYANAN

KEBERSIHAN dan RETRIBUSI KEBERSIHAN. Hal ini perlu dicermati, karena jangan sampai

masyarakat dua kali untuk hal yang sama.

Mekanisme pembayaran dan pengawasan retribusi tersebut juga harus diperhatikan.

Jadi, dalam penyusunan PERDA ini seharusnya dapat memberikan pilihan yang lebih baik

agar aman dari segi KKN.

Struktur tarif retribusi yang berlaku pada umumnya dirasakan masih konvensional dan

belum memungkinkannya adanya subsidi diantara pelanggan sebagaimana yang telah

dilaksanakan pada sistem pelayanan public yang lain seperti air minum dan listrik.

Struktur tarif tersebut perlu disesuaikan dengan berpegang pada prinsip pemulihan

biaya (Full Cost Recovery) dan juga dengan dasar yang berkeadilan. Dalam hal ini perlu

dilakukan perbedaan struktur tarif diantara domestic, industri dan komersial dengan

Page 204: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 13

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

melihat kemungkinan adanya silang pembiayaan dari tipe pelanggan satu terhadap yang

lain. Hal yang perlu menjadi dasar pembedaan strukrur tarif ini adalah adanya ability to

pay dan willingness to pay yang berlainan dari masing-masing tipe pelanggan. Dengan

melakukan silang pembiayaan akan dapat menciptakan insentif diantara pelanggan

tanpa membebani operator secara berlebihan, sehingga tarif retribusi bagi masyarakat

kurang mampu masih dapat terjangkau.

Dalam kaitan tersebut perlu kiranya dipersiapkan langkah-langkah strategis, melalui

penelusuran kemungkinan penerapan tarif progresif, dimana tarif dikenakan atas dasar

volume sampah yang dibuang pelanggan atau penimbul baik domestik, industry maupun

komersial. Dengan landasan penerapan tarif seperti itu, maka dimungkinkan adanya

insentif bagi operator dalam melakukan perhitungan jumlah volume yang dibuang

dengan tarif retribusi yang ditarik.

7.3.2. Rencana Pembiayaan Pengelolaan

Penanggung jawab dan pelaksana pengelolaan sampah dapat memungut biaya

pengelolaan sampah kepada masyarakat dan Pelaku Usaha untuk membiayai jasa

pengelolaan sampah yang mengacu pada standar pelayanan minimal.

Atas biaya pengelolaan sampah yang telah dikumpulkan dari masyarakat, penanggung

jawab dan pelaksana pengelolaan sampah wajib memberikan pelayanan sampah sesuai

dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.

Pemerintah kabupaten wajib menentukan besarnya biaya jasa pengelolaan sampah yang

dipungut dari masyarakat dan/pelaku usaha dengan mempertimbangkan kemampuan

ekonomi masyarakat. Untuk menentukan besarnya biaya jasa pengelolaan sampah dari

masyarakat dan/atau pelaku usaha, pemerintaha kabupaten/kota perlu menyesuaikan

dengan infrastruktur dan peralatan yang disediakan.

Untuk meningkatkan sistem pengelolaan, pemerintah dapat mengembangkan mekanisme

insentif dan disinsentif. Melihat kondisi sekarang, maka perlu bagi pengelola sampah

saat ini untuk dapat mempersiapkan:

1. Besarnya biaya pengelolaan perlu disesuaikan dengan berpegang pada prinsip

pemulihan biaya (full cost recovery) dan juga dengan dasar yang berkeadilan.

Page 205: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 14

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

2. Memperbaiki struktur tarif sampah dengan penerapan tarif progresif, dimana tarif

dikenakan atas dasar volume sampai yang dibuang pelanggan atau penimbul baik

domestik, industri maupun komersial. Dengan landasan penerapan tarif seperti itu,

maka dimungkinkan adanya insentif bagi operator dalam melakukan perhitungan

jumlah volume yang dibuang tarif retribusi yang di tarik.

3. Penambahan anggaran pengelolaan baik berupa pinjaman atau bantuan dari

pemerintah dan atau dari lembaga pembiayaan.

4. Memperbaiki sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan persampahan.

5. Meningkatkan peyalanan pada masyarakat dan pelaku usaha.

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan biaya pengolahan sampah baik untuk

TPA maupun UPS untuk Kota Depok adalah :

Page 206: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 7 - 15

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Tabel 7.2: Proyeksi Kebutuhan Pendanaan Kota Depok

No U r a i a n Satuan Eksisting

2008 Tahun Proyeksi

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Kebutuhan Pendanaan

Total Biaya / UPS Rp/thn (000) 219,959 233,156 247,145 261,974 277,693 294,354 312,015 330,736 350,581 371,615 393,912

UPS Milik Pemkot Unit 8 23 38 48 48 48 48 48 48 48 48

Biaya / UPS Rp/m3/UPS 29,095 30,841 32,691 34,653 36,732 38,936 41,272 43,748 46,373 49,155 52,105

TOTAL BIAYA UPS Rp/thn

(000.000) 1,760 5,363 9,392 12,575 13,329 14,129 14,977 15,875 16,828 17,838 18,908

TOTAL BIAYA TPA Rp/thn

(000.000) 2,683 10,645 10,850 10,874 12,114 13,485 15,001 16,677 18,529 20,574 22,833

Biaya TPA Rp/m3 8,605 9,121 9,668 10,248 10,863 11,515 12,206 12,938 13,715 14,538 15,410

Biaya Pengangkutan Rp/thn

(000.000) 6,906 7,393 6,966 6,514 6,583 6,650 6,716 6,780 6,842 6,903 6,963

TOTAL BIAYA PENGANGKUTAN + TPA

Rp/thn (000.000) 9,589 18,038 17,816 17,388 18,696 20,135 21,717 23,457 25,371 27,477

29,795

Biaya /M3 Rp/m3 30,758 15,455 15,876 16,387 16,766 17,193 17,670 18,198 18,779 19,415 20,109

Page 207: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 7 - 16

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

7.4. Rencana Induk Sistem Kelambagaan Organisasi

7.4.1. Rencana Kelembagaan

Konsep kelembagaan dapat diartikan wahana untuk menanamkan nilai – nilai baru

didalam masyarakat. Nilai – nilai baru dalam pengelolaan sampah tersebut dari hanya

sekedar membuang sampah ke mengolah sampah menjadi barang yang berguna. Memang

bukan hal yang mudah untuk menanamkan nilai – nilai baru perubahan dapat dilakukan

melalui lembaga – lembaga pemerintah sebagai agen dari pembangunan dan perubahan.

Milton J. Esman dalam buku Pembangunan Lembaga dan Pembangunan Nasional

menyatakan bahwa :

“Pembangunan dapat dirumuskan sebagai perencanaan, penataan, dan bimbingan dari

organisasi – organisasi baru atau yang disusun kembali yang a) mewujudkan perubahan

dalam nilai – nilai, Fungsi – fungsi dan teknologi – teknologi fisik dan / atau social, b)

Menetapkan, mengembangkan dan melindungi hubungan – hubungan normatit dan pola –

pola tindakan c) Memperoleh dukungan dan kelengkapan dalam lingkungan tersebut.”

Model ini membantu untuk melakukan perubahan – perubahan nilai baru yang lebih baik,

perubahan nilai pengolahan sampah dapat dimulai dengan merubah variabel – variabel

lembaga sebagai berikut:

1. Kepemimpinan, komitmen pemimpin untuk melakukan perubahan pengelolaan

sampah mutlak diperlukan untuk melakukan perubahan. Komitmen tersebut

dilakukan dengan membuat kebijakan – kebijakan yang mengarahkan kearah

perubahan nilai – nilai.

2. Doktrin, doktrin dituangkan dengan nilai – nilai dan tujuan – tujuan yang akan

dicapai. Pemerintah harus mensosialisasikan nilai-nilai baru pengelolaan sampah

tersebut kepada seluruh anggota masyarakat melalui bebagai cara sehingga

masyarakat paham apa manfaat mengolah sampah bagi lingkungan.

3. Program, program merupakan rencana tindakan-tindakan tertentu yang

berhubungan dengan pencapaian tujuan. Program-program untuk melakukan

perubahan harus terencana dengan baik mulai dari sosialisasi sampai pada

pelaksanaan, dari pengolahan tingkat bawah sampai dengan pengolahan akhir,

sistem reward and punishment bagi masyarakat.

Page 208: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 17

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

4. Sumber daya, sumberdaya berkaitan dengan alokasi keuangan, infrastruktur,

teknologi serta informasi yang mendukung pencapaian perubahan.

5. Struktur intern, struktur dipandang sebagai hubungan dan proses-proses yang

diadakan untuk mencapai tujuan dari organisasi.

Keterkaitan disini diartikan sebagai keterkaitan suatu organisasi dengan lingkungannya

dimana lingkungan tersebut diharapkan dapat mendorong terciptanya nilai-nilai baru.

Kaitan-kaitan tersebut adalah:

1. Kaitan-kaitan yang memungkinkan yakni hubungan dengan kelompok-kelompok

sosial yang berwenang mengalokasikan sumber daya. Dalam hal ini DPRD harus

diberikan pengertian bahwa pengolahan sampah penting untuk segera dilaksanakan

sehingga dapat dialokasikan sumber daya yang cukup untuk melakukan perubahan.

2. Kaitan-kaitan fungsional yakni berkaitan dengan fungsi pelengkap sebagai pemasok

dan pengguna keluaran dari organisasi. Dalam hal ini dinas kebersihan harus

menjalin hubungan KSM, ikatan pemulung, instansi swasta dan negeri lainnya yang

berkepentingan dengan program ini.

3. Kaitan-kaitan normatif, kaitan ini berhubungan dengan lembaga yang bencakup

nilai dan norma yang relevan bagi doktrin dan program. Penegakan peraturan yang

akan dicapai dalam nilai yang baru sangat penting bagi perubahan tanpa adanya

penegakan norma pembangunan nilai-nilai ini tidak akan berjalan dengan baik.

Guna menegakkan peraturan tersebut perlu paying hokum yang jelas serta kerja

sama yang baik dengan penegak peraturan daerah yang dilaksanakan oleh satpol

PP.

4. Kaitan-kaitan tersebar, kaitan ini berhubungan dengan unsure-unsur masyarakat

yang tidak teridentifikasi dalam organisasi formal. Pendekatan kepada masyarakat

perlu dilakukan melalui tokoh-tokoh masyarakat dan agama.

Berkaitan dengan konsep-konsep tersebut diatas maka rencana pelembagaan

pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Pembuatan regulasi dan payung hukum guna memanyungi kegiatan-kegiatan yang

mengarahkan kegiatan pengelolaan sampah berbasis pada komunitas.

2. Penyusunan program yang terarah guna mengarahkan dan membina kegiatan-

kegiatan yang bertujuan untuk merubah metode pengelolaan sampah.

Page 209: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 18

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

3. Mempersiapkan sumber daya yang memadai serta memperkenalkan teknologi yang

tepat guna untuk mengolah sampah.

4. Pembuatan peraturan yang meregulasi hubungan, tugas pokok dan fungsi serta

tanggung jawab satuan kerja yang terlibat dalam pengelolaan sampah.

5. Pembuatan jaringan antar lembaga baik pemerintah, legislatif, masyarakat dan

perusahaaan swasta guna mengawal kegiatan pengelolaan sampah berbasis

komunitas.

6. Penegakan hokum guna menegakkan legulasi pengelolaan sampah dengan bekerja

sama dengan aparat penegak hukum.

7.4.2. Rencana Organisasi

Penataan organisasi pelaksanaan dilakukan dengan melakukan restrukturisasi tugas

pokok dan fungsi yang lebih jelas dan tegas dalam bentuk PERDA. Dengan adanya perda

maka tugas, tanggung jawab serta kewenangan lembaga-lembaga mengelola sampah

menjadi lebih jelas. Pendelegasian kewenangan pengelolaan kebersihan dari dinas

kebersihan dan kecamatan dan kelurahan harus disertai dengan pelimpahan sumber

daya yang mencukupi. Disamping itu dalam pengelolaan sampah antar lembaga harus

ada kesatuan, komando dengan membuat struktur organisasi yang eksplisit untuk

memperjelas alur komando penanganan permasalahan sampah.

Dalam perencanaan kegiatan dan anggaran hendaknya lebih baik melibatkan kecamatan

dan kelurahan sebagai organisasi pelaksana di tingkat bawah. Disamping itu didalam

perencanaan harus lebih banyak melibatkan masyarakat sebagai pengguna pelayanan

kebersihan. Perencanaan harus kegiatan dan anggaran sedapat mungkin memadukan

model perencanaan bottom up dan top down.

Sedangkan dalam pelaksanaan koordinasi antar lembaga harus ditingkatkan termasuk

dengan lembaga di luar pelaksana kebersihan. Koordinasi dapat dilakukan secara rutin

maupun incidental terutama dalam menangani pengaduan-pengaduan masyarakat.

Selain itu guna meningkatkan kepatuhan masyarakat untuk mentaati peraturan maka

peraturan harus ditegakkan. Dalam penegakkan peraturan ini dinas kebersihan harus

berkoordinasi dengan aparat penegak peraturan daerah.

Page 210: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 19

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Pengawasan dilakukan secara berjenjang mulai dari lingkup kelurahan diawasi

kelurahan, lingkup kecamatan diawasi kecamatan dan lingkup Kota Depok di awasi oleh

dinas kebersihan. Selain itu pengawasan juga dilakukan oleh masyarakat melalui unit

pengaduan masyarakat yang kemudian ditindaklanjuti oleh dinas kebersihan ke

kecamatan atau kelurahan. Namun, guna memperlancar tindak lanjut pengaduan dan

hasil pengawasan maka harus disusun mekanisme yang jelas termasuk kewenangan dari

dinas kebersihan untuk memerintahkan kecamatan dan kelurahan untuk melakukan

tindak lanjut.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka rencana organisasi pengelolaan sampah

dimasa datang adalah sebagai berikut:

1. Satuan kerja yang terlibat adalah dinas kebersihan, dinas pasar, kecamatan dan

kelurahan.

2. Dinas kebersihan sebagai penanggung jawab kebersihan kota termasuk dalam hal

pengelolaan sampah.

3. Penyusunan peraturan/ regulasi tentang tugas pokok dan fungsi, Alur komando,

penanggung jawaban serta mekanisme koordinasi yang jelas bagi masing-masing

satuan kerja yang terlibat dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas.

4. Dalam perencanaan program pengelolaan sampah sebaiknya melibatkan satuan

kerja yang terlibat di tambah dengan perwakilan stakeholders.

5. Dalam hal pelaksanaan pengelolaan kebersihan perlu dibentuk rantai, komando

serta koordinasi yang jelas dari dinas kebersihan sampai dengan kelurahan.

6. Pengawasan kebersihan sebaiknya dilakukan oleh dinas kebersihan, kecamatan dan

kelurahan sebagi penanggung jawab pengelolaan sampah diwilayah masing-masing,

sedangkan cabang dinas sebaiknya dihilangkan saja karena fungsinya telah

dilakukan oleh kecamatan dan kelurahan sebagai penanggung jawab kebersihan

diwilayah masing-masing.

7. Memperjelas mekanisme pengaduan masyarakat serta koordinasi penanganan

pengaduan dari dinas kebersihan sampai dengan kelurahan.

Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Yang Menangani Sampah

Page 211: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 20

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

1. Dinas Kebersihan

Tupoksi dinas kebersihan, hanya didalam tupoksinya ditambahkan melakukan

koordinasi dan pengendalian pelaksanaan pelayanan kebersihan dengan UPT-UPT

kebersihan yang berada di kecamatan-kecamatan.

2. Dinas Pasar

Tupoksi yang berkaitan dengan kebersihan tidak mengalami perubahan, tetapi di

dalam pelaksanaan tugasnya terkoordinasi langsung dengan UPT kebersihan di

tingkat kecamatan.

3. Kecamatan

Tugas kecamatan yang berkaitan dengan kebersihan tidak lagi dilakukan karena

semuanya telah dilimpahkan kepada UPT kebersihan kecamatan.

Tugas kecamatan yang berkaitan dengan kebersihan adalah:

a. Memantau pengelolaan kebersihan di wilayah kecamatan

b. Memantau kebersihan jalan-jalan protokol

c. Melakukan koordinasi dengan UPT kebersihan berkaitan dengan pelaksanaan

tugas kebersihan di wilayahnya

d. Melakukan koordinasi dengan UPT kebersihan berkaitan dengan pembinaan

program kebersihan masyarakat yang berada di wilayahnya.

4. Kelurahan

Tugas kelurahan yang berkaitan dengan kebersihan tidak lagi dilakukan karena

semuanya telah dilimpahkan kepada koordinator kebersihan kelurahan atau sub UPT

kebersihan kelurahan. Tugas kelurahan yang berkaitan dengan kebersihan adalah:

a. Memantau pengelolaan kebersihan di wilayah kelurahan

b. Memantau kebersihan jalan-jalan protokol diwilayahnya

c. Melakukan koordinasi dengan coordinator kebersihan kelurahan atau sub UPT

kebersihan kelurahan untuk melakuka pemungutan retribusi kebersihan.

Page 212: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 21

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

d. Melakukan koordinasi dengan coordinator kebersihan kelurahan atau sub UPT

kebersihan kelurahan berkaitan dengan pelaksanaan tugas kebersihan di

wilayahnya.

e. Melakukan koordinasi dengan coordinator kebersihan kelurahan atau sub UPT

kebersihan kelurahan berkaitan dengan pembinaan program kebersihan

masyarakat yang berada di wilayahnya.

5. UPT Kebersihan Kecamatan

UPT kebersihan bertugas mengambil alih tugas-tugas kecamatan dibidang

kebersihan kota, hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan rantai komando dan

manajemen pengelolaan sampah. Adapun tugas UPT kebersihan adalah sebagai

berikut :

a. Memantau pengelolaan kebersihan di wilayah kecamatan.

b. Memantau kebersihan jalan-jalan protokol

c. Memantau kebersihan tong-tong sampah jalan protokol dan TPS diwilayahnya.

d. Mengajukan permohonan pengadaan, penambahan, dan perbaikan sarana dan

prasarana kebersihan seperti Truck, Kontainer sampah, depo container, becak

sampah, dan tong sampah kepada dinas kebersihan.

e. Mengelola sarana dan prasarana kebersihan yang ada di kecamatan.

f. Memberikan pelayanan pengangkutan sampah persil niaga diatas perintah

kepala dinas kebersihan

g. Melaksanakan pengangkutan sampah persil rumah tangga dan persil niaga dari

TPS ke TPA yang ada di wilayahnya

h. Melakukan pemungutan dan penyetorkan retribusi kebersihan persil niaga di

dinas kebersihan

i. Melakukan koordinasi dengan kecamatan dalam hal pembinaan program

kebersihan kota di masyarakat.

6. Sub Unit Kebersihan/Koordinator kebersihan kelurahan

Sub unit ini di bentuk bertujuan untuk mengambil alih tugas keluruhan di bidang

kebersihan, mengingat selama ini tugas kelurahan sedah cukup banyak. Sub unit di

kepalai oleh seorang coordinator dan secara hirarkis berada di bawah serta

Page 213: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 22

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

bertanggung jawab terhadap kepala UPT kebersihan di tingkat kecamatan. Adapun

tugas-tugas sub unit atau coordinator kebersihan di tingkat kelurahan ini adalah:

a. Mengawasi kebersihan di wilayah Kota Depok

b. Mengkoordinir penyapuan sampah jalan protokol.

c. Melakukan koordinasi dengan kelurahan dalam membentuk dan membina KSM

di wilayah kelurahan guna membantu pelaksanaan tugas atau pelaksanaan

program kebersihan di wilayah kelurahan

d. Mematau pengambilan sampah dari sumber ke TPS

e. Menunjuk petugas yang berfungsi memantau dan malaksanakan kebersihan

serta jadwal waktu pengangkutan kotainer.

f. Mengatur penempatan lokasi TPS baik depo maupun Kontainer

g. Melakukan koordinasi dengan kelurahan dalam membuat kebijakan yang

berkaitan dengan pengelolaan dan penarikan iuran kebersihan kepada

masyarakat untuk pengelolaan sampah dari sumber ke TPS

h. Melakukan koordinasi dengan kelurahan dalam pemungutan retribusi

kebersihan di dinas kebersihan

i. Menerima bantuan biaya operasional dari dinas kebersihan, yang besarnya

sesuai dengan jumlah setoran retribusi kebersihan persil rumah tangga dan

perisl niaga, berdasarkan ketentuan yang berlaku.

j. Meng-SPJ-kan dan membuat administrasi kebersihan.

k. Melakukan koordinasi dengan kelurahan dalam pembuatan dan perbaikan

secara swadaya masyarakat untuk TPS yang berupa bak sampah

l. Mengajukan permohonan becak sampah penambahan container maupun depo di

dinas kebersihan Kota Depok lewat UPT kebersihan di tingkat kecamatan.

7. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

KSM ini dikepalai oleh seorang ketua yang bertugas di wilayah kelurahan. Disetiap

kelurahan dapat di bentuk KSM lebih dari satu unit tergantung dengan situasi dan

kondisi di wilayahnya.dalam menjalankan tugasnya KSM dibina oleh coordinator sub

unit kebersihan kelurahan dan lurah setempat.

Tugas-tugas dari KSM adalah sebagai berikut :

Page 214: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 23

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

a. Membantu melaksanakan tugas kebersihan diwilayahnya.

b. Membantu melaksanakan program-program kebersihan diwilayahnya.

7.5. Rencana Induk Sistem Peraturan dan Hukum

Rencana induk sistem untuk aspek hukum dan peraturan terutama dengan tujuan dan

sasaran sebagai berikut:

1. Mendorong sektor sampah sebagai sektor profit, dan mengurangi sektor sampah

sebagai sektor bersubsidi

2. Mendorong perkuatan sistem organisasi untuk mewujudkan pengelolaan sampah

berbasis pengolahan sampah dan menurunkan pola penanganan sampah dengan pola

konvensional

3. Mendorong terbentuknya organisasi pengelola sampah yang memiliki kinerja yang

baik dalam pengelolaan sampah

4. Memperkuat peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah, dalam bentuk

pengolahan maupun membantu sistem pengelolaan sampah (pemilahan sampah dari

sumbernya).

Rencana induk sistem pengelolaan persampahan Kota Depok dalam aspek-aspek

peraturan dan regulasi adalah sebagai berikut :

1. Perlunya pembentukan payung aturan untuk mendorong pengolahan sampah

berbasis masyarakat.

2. Dalam aturan ini juga ditegaskan tentang peran serta pemerintah dalam

penampung hasil pengolahan sampah, sehingga sistem dapat berjalan dengan baik.

3. Konsep tentang penegakan hukum dalam peningkatan kinerja kebersihan.

7.6. Rencana Induk Sistem Peran Serta Masyarakat

7.6.1. Pengelolaan Sampah Individual

Pengelolaan sampah yang dilakukan secara individual memerlukan perubahan mind

Setting dalam pola pemikiran masyarakat dari membuang menjadi mengolah. Mereka

Page 215: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 24

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

harus diberikan kesadaran bahwa permasalahan adalah permasalahan yang krusial untuk

segera dicarikan jalan keluarnya. Untuk menimbulkan kesadaran masyarakat tersebut

dimasyarakat:

1. Melakukan sosialisasi, masyarakat harus disosialisasikan apa kerugiannya apabila

metode pembuangan sampah masih seperti sekarang misalnya : habisnya lahan

pembuangan akan terjadi peristiwa seperti di Bandung dan Jakarta.

2. Menegakkan peraturan, penegakkan peraturan ini harus diberikan payung hukum

yang memadahi untuk memberikan reward and punishment.

3. Melakukan sosialisasi peran serta individu yang paling sederhana dalam membuang

sampah yaitu dengan mengumpulkan dan kemudian memisahkan antara sampah

organic dan anorganik, pemisahan sampah ini dimaksudkan untuk memudahkan

proses daur ulang.

7.6.2. Rencana Induk Sistem Pengelolaan Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan analisis kondisi kesehatan, maka dapat diperlihatkan bahwa dampak

kesehatan masyarakat akan muncul bila kondisi berikut :

1. Keterlambatan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA akan memicu perkembangan

populasi lalat sebagai faktor mekanis penyakit diare, baik di masyarakat, industry,

maupun rumah sakit

2. Kurangnya kesadaran masyarakat dengan membuang sampah ke selokan/saluran

umum akan menambah breeding places lalat dalam berkembang biak.

3. Pencemaran air tanah penduduk oleh rembesan lindi mengakibatkan kondisi

kesehatan lingkungan (kualitas air tanah) yang rendah, yang dapat mengakibatkan

gangguan penyakit kulit bagi masyarakat penggunaannya.

4. Kelengkapan sarana pelindung diri bagi petugas pengangkut sampah mempunyai

dampak positif terhadap penjagaan derajat kesehatan pekerja pengangkut sampah

5. Adanya kandungan Pb dalam urin sapi yang memakan sampah dapat membahayakan

kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya (walaupun dampaknya bersifat

akumulatif)

Page 216: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 25

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Melihat kemungkinan dampak kesehatan masyarakat yang bisa muncul seperti tersebut

diatas, maka dalam pengelolaan sampah secara keseluruhan, maka rencana induk sistem

pengelolaan kesehatan masyarakat, dilakukan dengan upaya sebagai berikut :

1. Monitoring kepadatan populasi lalat, faktor penyakit periodik, dengan sasaran TPS,

UPS dan TPA. Frekuensi monitoring biasa ditingkatkan bila terjadi perubahan faktor

resiko peningkatan populasi lalat, seperti musim penghujan.

2. Pada kondisi over populated, perlu dilakukan penyemprotan sampah dengan

insektisida. Pelaksanaan kegiatan ini perlu dikoordinasikan antara dinas kebersihan

dan Dinas Kesehatan Kota Depok.

3. Pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kesadaraan dalam membuang

sampah yang baik dan benar, dan perlu dilakukan secara berkesinambungan.

4. Monitoring kualitas air tanah penduduk amaupun air sungai di sekitar pengolahan

lindi.

5. Menyediakan alat pelindung diri (APD) secara lengkap bagi seluruh petugas

pengangkut sampah. Selain itu dilakukan penjagaan dan peningkatan status gizi

petugas mengangkut sampah.

7.7. Proyeksi Timbulan Sampah

Seperti kota-kota lain di Indonesia dan daerah tropis lainnya , sampah di Kota Depok

akibat aktifitas penduduk termasuk dalam katagori sampah organik yang cenderung

mudah membusuk. Komponen organik yang ada adalah 72,97 % di dalam sampah yang di

bawa ke TPA Kota Depok.

Timbulan sampah domestik yang diperkirakan sebesar 2,65 l/org/hari dengan dasar

dengan dasar timbulan tersebut (liter/orang/hari) maka pada tahun 2007 dapat dihitung

timbulan sampah total dengan jumlah penduduk kota Depok adalah 1.470.002 jiwa

diperkirakan jumlah timbulan sampah perhari adalah 4.265 m3/hari.

Selanjutnya berdasarkan proyeksi penduduk pada tabel 6.1 maka timbulan sampah Kota

Depok dapat diproyeksikan hingga tahun 2018 sebesar 5.640 m3/hari

Page 217: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 26

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

7.8. Alternatif Usulan Sub Sistem Pengumpulan

Pola penanganan sampah yang diterapkan di Kota Depok berupa pola individual maupun

maupun komunal langsung. Pola ini pada dasarnya cukup cukup baik diterapkan untuk

Kota Depok. Hanya saja pada pengelolaan sampah dengan sumber area ternyata

memerlukan tenaga kebersihan yang banyak. Namun demikian, pola ini memberikan

hasil yang sangat efektif dalam upaya menciptakan kebersihan lingkungan. Kondisi Kota

Depok yang rawan kemacetan serta permukimannya umumnya dapat dilewati oleh

kendaraan roda 4 memungkinkan pola ini secara teknis dapat dilaksanakan dengan baik.

Hal yang perlu dipertimbangkan untuk masa mendatang adalah bagaimana

mengefisienkan pelayanan dengan pola seperti ini.

Konsep pengelolaan sampah yang efisien sebenarnya adalah pemusnahan atau

pengurangan sampah mulai dari sumbernya. Konsep ini dikenal dengan pola 3 R, yaitu

Reduce, Reuse, dan Recycle. Pola ini akan dipertimbangkan untuk pengelolaan sampah

Kota Depok di masa mendatang.

Analisis pola penanganan akan diuraikan untuk setiap sub-sistem sebagai berikut:

A. Pewadahan Sampah

Jenis pewadahan sampah yang digunakan saat ini terdiri dari berbagai

jenis, yaitu kantong plastik atau kantong bekas seperti kantong semen,

karung beras, dan sebagainya. Selain itu, masyarakat yang memiliki

timbulan sampah yang cukup banyak, misalnya karena rumah tinggal

difungsikan juga untuk kegiatan lain seperti tempat kursus atau

toko/kios, pewadahan menggunakan bak sampah permanen dari beton

atau bak kayu. Perkantoran, dan jalan dilengkapi dengan pewadahan dari

bak sampah permanen dari beton atau bak kayu atau drum/tong

kapasitas 50 l. Pewadahan sampah tersebut merupakan bantuan proyek

dari pemerintah dan juga sebagian merupakan swadaya masyarakat.

Jenis pewadahan yang digunakan saat ini cukup baik, terutama

pewadahan menggunakan kantong plastik untuk rumah tinggal dan

perdagangan. Dengan cara ini tidak terdapat tumpukan sampah di depan

rumah dan setelah pengambilan oleh petugas kebersihan tidak

meninggalkan ceceran sampah sebagaimana biasa terjadi bila

Page 218: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 27

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

menggunakan pewadahan permanen dari bak. Yang perlu dikembangkan

adalah pemisahan wadah sampah jenis organik, anorganik dan sampah B3

(Bahan Berbahaya Beracun) ke dalam kantong plastik yang berbeda,

termasuk membedakan warnanya sehingga memudahkan pengelolaan

sampah selanjutnya. Upaya pemisahan sampah dari sumber sudah dimulai

di perkantoran, jalan dan taman dengan menggunakan pewadahan dari

bin plastik warna merah dan biru. Pewadahan jenis ini tetap

dipertahankan dan diperluas pemakaiannya ke semua jalan utama,

taman, kantor serta bangunan dan ruang publik lainnya yang menjadi

pusat-pusat timbulan sampah.

Jenis pewadahan yang direkomendasikan untuk pengembangan pelayanan

pengelolaan sampah masa mendatang sebagai berikut:

Kantong plastik atau bahan sejenis dengan warna berbeda untuk sampah

organik, sampah anorganik dan sampah B3 untuk sumber timbulan

sampah perumahan, daerah komersial dan pasar.

Bin/tong plastik berbeda warna untuk sampah

organik, anorganik dan sampah B3 untuk sumber

timbulan sampah perkantoran, jalan, taman,

bangunan atau ruang publik lainnya.

B. Pengumpulan Sampah

Peralatan pengumpulan sampah yang digunakan saat ini belum ada.

Peralatan pengumpulan tersebut digunakan untuk bila nantinya pola

penanganan tidak langsung.

Sub sistem pengumpulan sampah merupakan salah satu subsistem yang

cukup kritis dalam pengelolaan sampah. Cara serta penggunaan peralatan

pengumpulan sampah yang memakan waktu cukup lama mengakibatkan

Sampah

Anorganik

Sampah

Organik

Sampah B3

Page 219: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 28

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

pelayanan menjadi tidak efisien, berakibat pada rendahnya tingkat

maupun kualitas pelayanan yang dapat dilakukan.

Sistem pengelolaan sampah di Kota Depok perlu adanya penambahan

prasarana sistem pengumpulan yaitu kereta dorong (gerobak) yang

didistribusikan ke setiap lingkungan/kelurahan. Gerobak tersebut dapat

digunakan untuk mengangkut sampah dari sumber rumah tangga

kemudian dibawa ke prasarana pemindahan, yaitu transfer depo yang

diletakkan di pusat-pusat timbulan sampah.

7.9. Alternatif Usulan Sub Sistem Pengangkutan

Pengangkutan sampah saat ini menggunakan truk model dump truck, dan truck sampah

biasa. Truck sampah yang ada sudah cukup tua perlu peremajaan.

Efisiensi subsistem pengangkutan sampah Kota Depok saat ini sangat rendah, khususnya

untuk penggunaan dump truck. Ritasi dump truck rata-rata sehari hanya 2 kali/hari

sedangkan ritasi optimal adalah 3 rit/hari. Hal ini perlu mendapat perbaikan berupa

efisiensi di subsistem pengangkutan.

Hasil pengamatan terhadap kondisi armada pengangkutan menunjukkan bahwa sebagian

besar tidak efisien lagi karena kemacetan di Kota Depok dan akses jalan menuju TPA

perlu dibuat jalan alternatif. Hal ini dikarenakan jalan akses menuju TPA pada hari-hari

tertentu jalan di tutup atas permintaan warga sekitar area TPA.

7.10. Alternatif Usulan Sub Sistem Pembuangan Akhir

TPA yang digunakan adalah tempat pembuangan akhir yaitu ’TPA’ Cipayung yang

berada sekitar 20 km dari pusat Kota Depok. Luas TPA Cipayung sekitar 10,6 ha.

Pemakaian lahan saat ini sekitar 95% dengan cara pengelolaan open dumping.

Dilihat dari letak dan kondisi fisiknya, TPA Cipayung sudah tidak dapat digunakan lagi.

Mengingat lokasi tersebut status lahan, tata guna lahan, fisik TPA dan pengaruhnya

terhadap lingkungan adalah sangat besar. Selanjutnya berdasarkan tata ruang dan tata

guna lahan kawasan (terutama) berada dalam rencana pengembangan pemukiman baru.

Page 220: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 29

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Diwaktu mendatang diharapkan dapat ditemukan lokasi TPA yang tepat, memenuhi

kriteria standar TPA yang disyaratkan bagi kota besar seperti Kota Depok, dapat

melayani daerah yang cukup luas, dan dikelola dengan prinsip berkelanjutan dan ramah

lingkungan.

7.11. Pemilihan Alternatif Rencana Pengembangan Sistem

Pengelolaan Persampahan

7.11.1. Upaya Pengelolaan Sampah Pola 3R

Upaya pengelolaan sampah dengan pola 3R di Kota Depok belum dimulai. Akan tetapi

usaha menuju kesana telah dirintis oleh gerakan PKK melalui kegiatan penyuluhan yang

dilaksanakan dalam berbagai kesempatan.

Agenda penyadaran dan kampanye 3R oleh gerakan Ibu PKK di Kota Depok diharapkan

dapat sinergi dengan Dinas PU – Binamarga dan Bidang Lingkungan Hidup Kota Depok,

yang direncanakan akan ditujukan kepada Ibu-ibu PKK sebagai penggerak keluarga dan

anak-anak sekolah. Diharapkan dengan memulai dari tingkat anak-anak, dapat memberi

dasar pemahaman yang kuat untuk dapat melakukan perubahan perilaku dalam

pengelolaan sampah di masa mendatang khususnya di wilayah Kota Depok.

Sementara kegiatan pengumpulan barang-barang bekas dan sampah yang masih memiliki

nilai ekonomis juga telah dilaksanakan oleh beberapa kelompok pemulung, yang

kemudian dijual kepada usaha daur ulang yang banyak terdapat di daerah.

7.11.2. Strategi dan Program Pengelolaan Persampahan Kota Depok Tahun

2009 – 2018

Pengelolaan persampahan Kota Depok sampai dengan tahun 2018 mendatang diharapkan

semakin berhasil guna dan beradaya guna sehingga tujuan yang ingin dicapai yaitu Kota

Depok yang bersih dan sehat dapat terwujud. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

diterapkan strategi sebagai berikut:

1. Sosialisasi mengenai persampahan

a. Kepada masyarakat umum melalui PKK di kurang lebih 600 RW secara bertahap

b. Kepada murid kelas 1 SD di kurang lebih 344 sekolah dasar secara bertahap

Page 221: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 30

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

c. Penyiapan bahan/materi sosialisasi yang menarik dan berkesan

2. Pembiayaan Pengelolaan Persampahan

a. Penyiapan rencana biaya tahunan yang terukur, berdaya guna dan berhasil

guna

b. Peningkatan daya guna dan hasil guna retribusi, dari sekarang hanya cukup

untuk membiayai 23,18% menjadi cukup untuk membiayai 60% kebutuhan biaya

pengelolaan sampah.

3. Pengumpulan Sampah

a. Bebas dari buangan liar di seluruh kota

b. Peningkatan cakupan pelayanan, dari sekarang 30% bertahap menjadi 80%

sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal

c. Timbulan sampah telah terreduksi, yaitu Rumah Tangga membatasi potensi

menimbulkan sampah dari 2,65 l/orang/hari menjadi 2,25 l/orang/hari

d. Timbulan sampah telah terpilah

e. Sampah organik, langsung didaur ulang misalnya dengan membuat kompos

metode takakura dll atau biopori

f. Sampah anorganik, yaitu dimanfaatkan kembali atau dibuat kerajinan tangan

g. Sampah berbahaya, misalnya batery, bola lampu, dikumpulkan ditempat

tertentu yang difasilitasi oleh Dinas Kebersihan

h. Sampah sisa pilahan (berarti volume/beratnya sudah sangat berkurang) yang

memang sudah betul-betul tidak bernilai dan tidak berbahaya yang selanjutnya

akan dikelola

i. Jumlah gerobak + kontainer mencukupi, dari sekarang 128 unit bertahap

menjadi 620 unit

4. Pewadahan Sampah

a. Tidak ada sampah yang tertinggal; yaitu dalam 1 hari pada TPS/transfer depo

harus bersih terangkut seluruhnya

b. Tidak ada sampah yang tercecer disekitar

c. Sampah terpisah/terpilah menurut jenisnya, yaitu masing-masing dibawa

ketempat pengelolaan akhirnya

Page 222: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 31

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

d. Jumlah TPS/Transfer Depo mencukupi, dari sekarang 120 unit bertahap

menjadi 200 unit

e. Kondisi TPS/Transfer Depo dalam keadaan baik

f. TPS/Transfer Depo dikelilingi buffer zone (green belt)

5. Pengangkutan Sampah

a. Armada truk pengangkutan masih diperlukan bila digunakan TPA lokal

b. Sudah dilakukan pemadatan sampai 250-400 kg/m3

c. Satuan Kapasitas Truk Pengangkut yang efisien, misalnya 10 m3

d. Ritasi angkutan yang efisien, 2-3 rit / hari (perlu didukung dengan kondisi jalan

akses yang baik dan cukup / memenuhi keperluan)

e. Jumlah truk (dump truk + arm roll) mencukupi, dari sekarang 45 unit (dengan

berbagai kondisi) berrtahap menjadi 100 unit dengan kondisi baik

f. Opsi sewa armada truk sampah

6. Pembuangan Akhir Sampah

a. Bebas dari timbunan liar di seluruh Kota

b. Perencanaan Penutupan TPA Open Dumping pada tahun 2009

c. Penutupan TPA Open Dumping pada tahun 2013, sesuai dengan UU 18 Tahun

2008 Tentang Persampahan

d. Pembuangan Ke UPS (Unit Pengelola Sampah)

e. Peningkatan Kapasitas pengolahan dari eksisting 7m3/hari bertahap menjadi 30

m3/hari

f. Peningkatan jumlah UPS; dari 12 unit di tahun 2008 menjadi 32 unit di tahun

2009 dan 60 unit di tahun 2011 dst.

g. Tetap diperlukan TPA untuk mengelola residu sisa pengolahan di UPS

7. Opsi pembuangan ke TPA Lokal Kota Depok

a. Penyiapan dana

b. Pemilihan lokasi

c. Pembebasan lahan

Page 223: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 32

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

d. Detail Engineering Design TPA

e. Pembangunan TPA termasuk penyiapan alat berat

f. Penyiapan dan pelatihan pengelola

g. Penyiapan sarana dan prasarana pendukung seperti jalan akses yang memadai

h. Opsi pembuangan Ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Regional

i. Penyiapan SPA seluas 2 ha (1 x 2 ha atau 2 x 1 ha) dilengkapi dengan buffer

zone (green belt)

8. Konfirmasi realisasi TPA regional dan besaran pembiayaannya

Penyiapan alternatif bila TPA regional belum beroperasi atau tidak terrealisasi (

kembali ke butir e, opsi TPA lokal)

Sesuai strategi pengelolaan tesebut, maka program yang perlu dijalankan adalah sebagai

berikut:

Page 224: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

Bab 7 - 33

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

Tabel 7.3: Program Pengelolaan Sampah Kota Depok Tahun 2008-2018

No Strategi Program Penanggung Jawab/Pelaksana

Keterangan

1 Peningkatan cakupan pelayanan sampai 80%

Menerbitkan Perda bahwa semua penduduk harus membuang sampah melalui Dinas Kebersihan dan membayar retribusi

Pemerintah Kota dan DPRD

Sasaran : Peningkatan cakupan pelayanan bertahap dari 40% di tahun 2009 s/d 80% di tahun 2014 dst.

Tarif retribusi dapat berjenjang berdasarkan NJOP.

2 Reduksi timbulan sampah domestik dan pemilahan sampah

Sosialisasi kepada produsen di wilayah Kota Depok

Dinas Perindustriam Agar membuat kemasan produk yang ramah lingkungan

Sosialisasi kepada masyarakat/Ibu Rumah Tangga

Dinas Kebersihan Pelaksanaan sosialisasi bertahap; dari 6 RW di Tahun 2008 sampai 600 RW di tahun 2018. Diprogramkan per tahun 60 RW. Pelaksanaan sosialisasi di kelas 1 SD setiap tahun di 20 sekolah dasar. Pokok bahasan: • Bahwa daya dukung lingkungan semakin habis • Bahwa pengelolaan sampah memerlukan biaya

tinggi • Agar membatasi konsumsi dengan barang/ kemasan

yang berpotensi menjadi sampah • Agar membuang sampah pada tempatnya • Agar memilah sampah dan membuat kompos,

biopori dll. Perlu disiapkan bahan sosialisasi yang menarik dan berkesan, mis: film pendek tentang sampah dan lingkungan, booklet dll.

Sosialisasi di sekolah-sekolah Dinas Pendidikan

Pengumpulan, pewadahan dan pengangkutan sampah secara terpilah pula. Terutama sampah berbahaya (batery dll)

Dinas Kebersihan Jika masyarakat diminta memilah sampah harus dipastikan pengelolaan berikutnya pun terpisah.

Perlu tempat khusus untuk sampah berbahaya

3 Jumlah gerobak atau container mencukupi

• Penambahan serta penggantian gerobak dan container

Bappeda dan Dinas Kebersihan

Jumlah gerobak dan container 128 unit di tahun 2008 sampai 620 unit di tahun 2018

Page 225: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 34

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

No Strategi Program Penanggung Jawab/Pelaksana

Keterangan

4 Pewadahan; tidak tertinggal, tidak tercecer dan tetap terpilah

• Monitoring dan evaluasi setiap hari

• Penambahan dan perbaikan TPS/Transfer Depo

Bappeda dan Dinas Kebersihan

Jumlah TPS/Transfer Depo 120 unit di tahun 2008 sampai 200 unit di tahun 2018

5 Pengangkutan berhasil guna dan berdaya guna (efektif dan efisien)

• Pemadatan • Jumlah, kapasitas dan kondisi truk • Pengaturan Ritasi

Bappeda dan Dinas Kebersihan

• Pengangkutan tergantung sistem TPA; regional atau lokal

• Perlu kajian opsi sewa armada truk sampah • Pemadatan di truk sampai 250-400 kg/m3 • Bila TPA lokal, jumlah truk (dump truk dan arm

roll) tahun 2008 sebanyak 45 unit perlu ditingkatkan menjadi 100 unit tahun 2018 dengan kondisi baik

• Ritasi per truk :2-3 rit/hari • Bila TPA regional belum tentu memerlukan armada

angkutan sampah (sesuai rencana JWMC: dari SPA ke TPA angkutan oleh JWMC)

6 Peningkatan pemanfaatan UPS

• Sosialisasi penggunaan UPS • Optimalisasi penggunaan UPS • Penambahan jumlah UPS • Pastikan operasional UPS tidak

mengganggu sekitar (tidak macet, tidak bising, tidak kotor dan tidak bau)

Pemerintah Kota dan DPRD

• Sosialisasi bahwa UPS merupakan solusi terbaik dan perlu didukung

• Sosialisasi bahwa UPS memerlukan luas lahan yang cukup

• Sosialisasi bahwa operasi UPS tidak akan mengganggu

• Peningkatan kapasitas UPS, dari 7m3/hari menjadi 30 m3/hari

• Penyiapan lahan untuk UPS sampai dengan 60 lokasi di tahun 2011

• Pendanaan UPS

7 Penutupan TPA open dumping

• Penyiapan rencana penutupan TPA di tahun 2009

• Penutupan TPA di tahun 2013 • Penetapan TPA (lokal atau

regional)

Pemerintah Kota dan DPRD

• Pembuatan Perencanaan Penutupan TPA • Pembuatan perencanaan penanganan persampahan

setelah penutupan TPA

Page 226: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

L A P O R A N A K H I R

Bab 7 - 35

Penyusunan Rencana Induk Persampahan (PAKET 4)

No Strategi Program Penanggung Jawab/Pelaksana

Keterangan

8 Pembuangan akhir (TPA) lokal

• Tetap diperlukan TPA untuk mengelola residu hasil UPS

• Tetap diperlukan TPA bila UPS tidak / kurang berhasil guna dan berdaya guna

• TPA lokal harus dioperasikan Sanitary Landfill

• Pendanaan penyediaan lahan, pembuatan dan operasi TPA serta sarana/prasarana pendukungnya

• Tidak diperlukan TPA lokal bila oleh Kota Depok digunakan TPA regional

Pemerintah Kota dan DPRD

• Penetapan lokasi TPA • Pembuatan DED TPA • Pembuatan OM manual; a l agar pemadatan

mencapai 600 kg/m3 dan tinggi timbunan max 12 m.

• Penyiapan armada truk pengangkut yang cukup dengan kondisi baik

• Penyiapan jalan akses ke TPA yang dapat mendukung armada truk sampah

• Penyiapan alat berat terdiri dari buldozer dan backhoe

9 Pembuangan akhir (TPA) regional

• Perlu konfirmasi kesiapan TPA regional

• Perlu alternatif pembuangan akhir bila TPA regional lambat beroperasi atau tidak terrealisasi

Pemerintah Kota dan DPRD

• Pembuatan Stasiun Pengalihan Antara (SPA); 2 x 1 ha atau 1 x 2 ha.

Page 227: Rencana Induk Persampahan (Kota Depok)

PERHITUNGAN RENCANA TEKNIS OPERASIONALUNIT PENGELOLAAN SAMPAH ( U P S )KOTA DEPOK

Eksisting2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 Jumlah Penduduk 1,267,591 1,311,957 1,357,876 1,405,401 1,454,590 1,505,501 1,558,193 1,612,730 1,669,176 1,727,597 1,788,063 2 Timbulan Sampah

a. Domestik - Ratio Timbulan % 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% - Timbulan sampah per orang l/org/hari 2.12 2.12 2.12 2.12 2.12 2.12 2.12 2.12 2.12 2.12 2.12 - Sampah Domestik Total m³/hari 2,687 2,781 2,879 2,979 3,084 3,192 3,303 3,419 3,539 3,663 3,791 b. Timbulan Sampah Non-Domestik - Ratio Timbulan % 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% - Timbulan sampah per orang l/org/hari 0.54 0.56 0.58 0.60 0.62 0.64 0.66 0.68 0.71 0.73 0.76 - Sampah Non Domestik Total m³/hari 537 556 576 596 617 638 661 684 708 733 758 c. Total Timbulan Sampah m³/hari 3,225 3,338 3,454 3,575 3,700 3,830 3,964 4,103 4,246 4,395 4,549

3 Tingkat Pelayanan UPSa. Organik / Composting - Ratio Timbulan % 75% 75% 75% 75% 75% 75% 75% 75% 75% 75% 75% - Ratio Composting % 0.16% 0.16% 0.15% 0.15% 0.14% 0.14% 0.13% 0.13% 0.12% 0.12% 0.12% - Sampah Organik Terlayani m³/hari 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25 5.25 b. An - Organik / Pencacah - Ratio Timbulan % 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% - Ratio Pencacah % 0.05% 0.05% 0.05% 0.05% 0.05% 0.05% 0.04% 0.04% 0.04% 0.04% 0.04% - Sampah An - Organik Terlayani m³/hari 1.75 1.75 1.75 1.75 1.75 1.75 1.75 1.75 1.75 1.75 1.75

S h t l i UPS ³/h i 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

No U r a i a n Satuan Tahun Proyeksi

c. Sampah terlayani UPS m³/hari 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 d. Total Jumlah UPS unit 12 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 e. Total Sampah Terlayani UPS m³/hari 84 224 224 224 224 224 224 224 224 224 224 - Ratio sampah terlayani UPS 3% 7% 6% 6% 6% 6% 6% 5% 5% 5% 5%

4 Kebutuhan Lahan ( Landfill )1. Sampah masuk ke TPA m³/hari 3,141 3,114 3,230 3,351 3,476 3,606 3,740 3,879 4,022 4,171 4,325 2. Akumulasi Berat Jenis kg/m³ 212.11 212.11 212.11 212.11 212.11 212.11 212.11 212.11 212.11 212.11 212.11 3. Tingkat Pemadatan kg/m³ 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 600 4. Volume sampah dipadatkan m³/hari 1,110 1,101 1,142 1,185 1,229 1,275 1,322 1,371 1,422 1,475 1,529 5. Tinggi timbulan m 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 66. Luas lahan TPAyang dibutuhkan setiap tahun m²/tahun 52,138 51,688 53,627 55,634 57,711 59,862 62,087 64,390 66,774 69,241 71,795 7. Kebutuhan Luas Lahan m² 62,566 62,025 64,352 66,761 69,254 71,834 74,504 77,268 80,129 83,089 86,154 8. Luas Lahan TPA per Tahun ha 6.26 6.20 6.44 6.68 6.93 7.18 7.45 7.73 8.01 8.31 8.628. Luas Total Lahan TPA ha 12.46 18.89 25.57 32.50 39.68 47.13 54.86 62.87 71.18 79.79