relevansi perlakuan surplus underwriting...

113
RELEVANSI PERLAKUAN SURPLUS UNDERWRITING TERHADAP FATWA DSN NO. 53 TAHUN 2006 PADA UNIT SYARIAH PT TUGU PRATAMA INDONESIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: FIRMAN FUDHOLI NIM. 1111046200009 KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: haminh

Post on 06-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

RELEVANSI PERLAKUAN SURPLUS UNDERWRITING TERHADAP

FATWA DSN NO. 53 TAHUN 2006 PADA UNIT SYARIAH PT TUGU

PRATAMA INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

FIRMAN FUDHOLI

NIM. 1111046200009

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H/2015 M

ii

iii

iv

ABSTRAK

Firman Fudholi : 1111046200009. Relevansi Perlakuan Surplus

Underwriting Terhadap Fatwa DSN No. 53 Tahun 2006 Pada Unit Syariah PT

Tugu Pratama Indonesia. Skripsi. Konsentrasi Asuransi Syariah, Program Studi

Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Adapun perumusan masalah penelitian ini adalah: a). Bagaimana

perlakuan surplus underwriting pada Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia

periode 2013-2014? b). Bagaimana relevansi pembagian surplus underwriting

terhadap fatwa DSN no 53 tahun 2006?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Jenis penelitian ini

adalah penelitian deskriptif yakni penelitian yang mengumpulkan data-data

peraturan yang berkaitan dengan surplus Underwriting dan penelitian lapangan

(field research) yang dilakukan di Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia.

Untuk mengumpulkan data yang valid, penulis menggunakan beberapa metode

pengumpulan data yaitu dokumentasi dan wawancara. Dalam penelitian ini

sumber data yang diperoleh terdapat dua sumber yaitu sumber data primer (secara

langsung) hasil dari wawancara dengan pihak perusahaan terkait dan sumber data

sekunder berupa dokumen-dokumen, buku, catatan, dan sebagainya. Setelah data-

data terkumpul, maka penulis akan menganalisa dengan menggunakan metode

deskriptif analisis dan menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian ini menyimpukan bahwa Unit Syariah PT Tugu Pratama

Indonesia mengalami defisit underwriting dana tabarru’ pada tahun 2013 dan

v

pada tahun 2014 mengalami surplus underwriting. kemudian PT Tugu Pratama

Indonesia dalam perjanjiannya dengan peserta yang dituangkan ke dalam polis

apabila terdapat surplus maka perusahaan akan memperoleh 50% sebagai insetif

atas pengelolaan sedangkan sisanya 50% akan didistribusikan secara proporsional

sebagai bagian dari kontribusi periode perpanjangan dari tiap peserta. Hal ini

berarti dalam pembagian surplus underwriting tidak sesuai dengan ketentuan

fatwa DSN-MUI No53 tahun 2006.

Kata kunci : RELEVANSI SURPLUS UNDERWRITING,

FATWA DSN NO. 53 TAHUN 2006,

UNIT SYARIAH PT TUGU PRATAMA INDONESIA

Pembimbing : M. Mujiburrohman, MA

vi

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam, berkat

rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, yang selalu menjadi suri tauladan bagi umatnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih terdapat banyak

kekurangan di dalamnya. Namun, penulis berharap bahwa skripsi yang dibuat ini

dapat bermanfaat bagi orang lain. Tak lupa ucapan terima kasih untuk semua

pihak yang telah memberikan bantuan tanpa pamrih baik secara langsung maupun

secara tidak langsung. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat, ucapan terima

kasih ingin penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA.,. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, MA. Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak H. Abdurrauf, Lc., MA. Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak M. Mujiburrahman, MA selaku dosen pembimbing skripsi.

Terimakasih tak terhingga atas keikhlasan hati dan kontribusi dalam

penyelesaian skripsi ini terima kasih atas kritik dan saran yang memotivasi

penulis.

5. Bapak Ahaddin Noekman SE., MM., AAAIK QIP)., AIIS, AAAK. Pihak PT

Tugu Pratama Indonesia yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan

segala ilmu pengetahuan, arahan sarannya, serta bersedia memberikan segala

data-data yang penulis perlukan, sehingga penelitian ini terselesaikan.

6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah yang telah memberikan ilmu pengetahuan

dan pengalaman yang sangat berharga selama masa perkuliahan.

7. Seluruh staff dan karyawan Perustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum. Terima kasih atas

viii

kesediaan referensi yang lengkap sehingga mempermudah penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tua penulis yang tercinta Bapak H. Supiani dan Hj. Siti Farida,

terima kasih atas doa dan kasih sayang, serta mendidik penulis dengan segala

upaya dan jerih payahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang

pendidikan sampai terselesaikannya skripsi ini.

9. KH. Nurul Anwar Lc. Beserta guru-guru Pondok Pesantren Attaqwa yang

tidak bosan memberikan pelajaran, motivasi dan mendoakan. Semoga

keberkahan selalu menyertai penulis.

10. Saudara-saudara penulis (kakak) Khoirunnisa, Achmad Turmudzi, Achmad

Wahyuddin Hamim, (adik) Ibrahim Aziz, Siti Arofatinnajah, Alm. Abdul

Rosyid, Azkia Nuriah Ulfah, Achmad Haitami yang selalu mendoakan dan

memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Muhammad Zubair, Tiara Fitriyanti dan Teman-teman seperjuangan Asuransi

Syariah 2011 lainnya, Forum Komunikasi Mahasiswa Attaqwa (FKMA) yang

telah memberikan motivasi dan mewarnai kehidupan penulis.

12. Semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan pahala

yang berlipat ganda. Amin.

Semoga hasil karya penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi

bagi perkembangan Ekonomi Islam dan berguna untuk masyarakat luas.

Jakarta, 17Agustus 2015

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………… ii

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………. iii

ABSTRAK…………………………………………………………………… iv

LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………….... vi

KATA PENGANTAR………………………………………………………. vii

DAFTAR ISI………………………………………………………………… ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………….. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………….. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………. 4

D. Review Studi Terdahulu………………………………… 5

E. Kerangka Pemikiran…………………………………….. 9

F. Metode Penelitian……………………………………….. 10

G. Pedoman Penulisan Skripsi…………………………….. 12

H. Sistematika Penulisan…………………………………… 13

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG ASURANSI SYARIAH

A. Asuransi Syariah………………………………………… 15

B. Fatwa DSN……………………………………………… 26

C. Surplus Underwriting..………………………………….. 31

BAB III GAMBARAN UMUM PT TUGU PRATAMA INDONESIA

UNIT SYARIAH

A. Sejarah Singkat………………………………………….. 35

x

B. Visi Misi…………………………………………………. 37

C. Struktur Organisasi……………………………………… 39

D. Produk-Produk………………………………………….. 41

BAB IV RELEVANSI PERLAKUAN SURPLUS UNDERWRITING

TERHADAP FATWA DSN NO. 53 TAHUN 2006

A. Perlakuan Surplus Underwriting………………………. 47

B. Relevansi Pembagian Surplus Underwriting………….. 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………….. 62

B. Saran……………………………………………………. 63

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………… 66

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang

pertanggungan risiko merupakan sebuah institusi modern hasil temuan dari dunia

Barat yang lahir bersamaan dengan adanya semangat perpecahan (reinaissance).

Institusi ini bersama dengan lembaga keuangan bank menjadi motor penggerak

ekonomi pada era modern dan berlanjut pada masa sekarang (kini).1

Industri asuransi di Indonesia mengalami perkembangan yang baik seiring

dengan kesadaran masyarakat tentang pentingnya berasuransi. Selain asuransi

konvensional, kini hadir asuransi syariah yang sistem dan operasionalnya tentu

berbeda dengan asuransi konvensional pada umumnya. Menurut Dewan Syariah

Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) memformulasikannya demikian:

“Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful, atau Tadhamun) adalah usaha saling

melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui

investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola

pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang

sesuai dengan syariah”.2

1 AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Prenada Media,

2004), h. 55. 2 Muhammad Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, (Tangerang:

Kholam Publishing, 2006), h. 41.

2

Pertumbuhan Industri Asuransi Syariah setiap tahunnya mengalami

peningkatan salah satu faktornya yaitu semakin sadarnya masyarakat Indonesia

akan konsep yang mengutamakan prinsip-prinsip islam karena lebih menjanjikan

keamanan dan lebih terbuka pengelolaan dana kontribusi/premi yang dibayarkan.

Konsep ta’awun atau sharing of risk pengelola (perusahaan asuransi syariah)

bukan sebagai penanggung tetapi berfungsi sebagai pemegang amanah, sedangkan

nasabah sebagai peserta memberikan dana kepesertaan/donasi yang dikenal

dengan nama dana kontribusi. Dana kontribusi itu diniatkan untuk kegiatan tolong

menolong sesama peserta bila terjadi musibah. Pengelola hanya sebagai

pengumpul dana atau poolig of fund.3

Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang

berfungsi sebagai pemegang amanah.4 Akad yang digunakan antara peserta

dengan pengelola dalam asuransi syariah adalah akad wakalah bil ujrah.5

Perusahaan asuransi syariah mengenakan biaya pada setiap kontribusi yang

diterima, yaitu biaya-biaya yang dikenakan kepada peserta untuk biaya

administrasi operasional.6. Dana tabaruu’ yang terhimpun dari para peserta akan

diinvestasikan pada bidang-bidang investasi yang sesuai dengan prinsip syariah.

Hasil investasi yang diperoleh akan dibagihasilkan sesuai dengan nisbah yang

3 Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah (Jakarta: PT Elex Media

Komputindo, 2011), hal. 161. 4 Fatwa DSN No:21/DSN-MUI/X/2001

5 Novi Puspitasari “Model Proporsi Tabarru’ dan Ujrah Pada Bisnis Asuransi Umum

Syariah di Indonesia” Jurnal: Akuntansi dan Keuangan Indonesia, (1 Juni 2012) 6 Khoiril Anwar, Asuransi Syariah. Halal & Maslahat (Solo: Tiga Serangkai, 2007), hal.

35.

3

telah ditentukan.7 Kemudian ketika terjadi klaim, perusahaan tidak mengeluarkan

dana apa pun dari kas perusahaan karena penggantian klaim diambil dari dana

tabungan peserta (tabarru’).8

Dana tabarru’ terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah

kontribusi yang dibayarkan oleh peserta asuransi dan hasil investasi, sedangkan

apabila klaim yang dibayarkan kepada peserta lebih sedikit dari jumlah dana

tabarru’ maka menghasilkan surplus underwriting. Pembagian surplus

underwriting telah diatur dalam fatwa DSN no. 53 tahun 2006.

Surplus Underwriting yang didapat oleh perusahaan setiap tahunnya akan

besar jika beban klaim lebih sedikit dari kontribusi yang dibayarkan peserta.

Seperti Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia pada tahun 2014 mengalami

Surplus Underwriting sebesar (±) Rp 3.966.000.000,9 kemudian Unit Syariah PT

Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 pada tahun 2014 mengalami Surplus

Underwriting sebesar (±) Rp 5.237.560.00010

dan PT Asuransi Ramayana tbk dan

Entitas Anak pada tahun 2014 mengalami Surplus Underwriting sebesar (±) Rp

960.072.405.11

Kemudian apakah perusahaan dalam pembagian surplus underwriting sudah

sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam fatwa DSN no 53 tahun 2006?

dan Bagaimana perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan?

7 Ibid, hal. 34.

8 Ah. Azharuddin Lathif, Kompilasi Bahan Kuliah Hukum Perjanjian Asuransi Syariah

(Jakarta: FSH, 2012), hal. 40. 9 Laporan Keuangan Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia tahun 2014

10 Laporan Keuangan Unit Syariah PT Bumiputera Muda 1967 tahun 2014

11 Laporan keuangan PT Asuransi Ramayana tbk dan Entitas Anak tahun 2014

4

Melihat dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh

dalam skripsi yang berjudu:

“RELEVANSI PERLAKUAN SURPLUS UNDERWRITING TERHADAP

FATWA DSN NO. 53 TAHUN 2006 PADA PT ASURANSI TUGU

PRATAMA INDONESIA UNIT SYARIAH”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penelitian skripsi ini tentu dibutuhkan pembatasan masalah agar

tidak meluas dan menjaga kemungkinan penyimpangan, maka dalam

penulisan ini penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan pada hal-

hal berikut : Perlakuan surplus underwriting dan relevansi pembagian

surplus underwriting terhadap fatwa DSN no 53 tahun 2006 pada Unit

Syariah PT Tugu Pratama Indonesia, data yang diteliti dibatasi hanya

2013-2014.

2. Perumusan masalah

Perumusan masalahnya sebagai berikut:

a. Bagaimana perlakuan surplus underwriting pada Unit Syariah PT

Tugu Pratama Indonesia periode 2013-2014?

b. Bagaimana relevansi pembagian surplus underwriting terhadap fatwa

DSN no 53 tahun 2006?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mengacu pada pokok permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

dari hasil penelitian ini adalah :

5

1. Mengkaji perlakuan surplus underwriting pada Unit Syariah PT Tugu

Pratama Indonesia periode 2013-2014.

2. Mengidentifikasi relevansi pembagian surplus underwriting terhadap

fatwa DSN no 53 tahun 2006.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dilihat dari beberapa

aspek:

1. Bagi Penulis

a. Menambah khasanah keilmuan dan meningkatkan kompetensi diri,

kecerdasan intelektual.

b. Sebagai pengaplikasian teori-teori yang telah diperoleh selama studi di

Perguruan Tinggi dengan aplikasi dan praktik yang nyata.

2. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini diharapkan mendorong dan

meningkatkan pendapatan pada asuransi kerugian syariah untuk

mendapatkan surplus underwriting yang optimal dan pembagian Surplus

underwriting yang sesuai dengan Fatwa DSN-MUI no 53 tahun 2006.

3. Bagi Jurusan Asuransi Syariah, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan

dan pengambilan keputusan akademisi sehingga dapat menambah

keilmuan tentang teknik perhitungan Surplus (Defisit) Underwriting Unit

Syariah PT Tugu Pratama Indonesia.

D. Review Studi Terdahulu

1. Khoiro Indana Fahma, Konsentrasi Asuransi Syariah Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi tahun 2013.

6

Judul Teknik Perhitungan Surplus underwriting Produk

Asuransi Kebakaran dan Asuransi Kendaraan

Bermotor pada PT Asuransi Ramayana Tbk. Unit

Syariah.

Fokus Penelitian Perhitungan Surplus underwriting yang dilakukan

Asuransi Kebakaran data pada tahun 2010-2011

Obyek

Penelitian

PT Asuransi Ramayana Tbk. Unit Syariah.

Metode

Penelitian

Penelitian Deskriptif. Penulis mengumpulkan,

menyusun dan ,mendeskripsikan berbagai dokumen,

data dan informasi actual.

Hasil Penelitian Produk Asuransi Kebarkaran PT Asuransi Ramayana

Tbk. Unit syariah mengalami kenaikan sebesar 32%

dari 757,388,541.75 pada tahun 2010 menjadi

1,141,934,609.10 pada tahun 2011, dan pada 2012

sebesar 1,001,604,770.70.

Produk Asuransi Kendaraan Bermotor keniakannya

sebesar 55,82% dari 22,283,581.33 pada tahun 2010

menjadi 305,748,440.98 pada tahun 2011 dan pada

tahun 2012 sebesar 1,266,182,959.27.

2. Euis Lia Karwati, Konsentrasi Asuransi Syariah Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi tahun 2011.

7

Judul Metode alokasi Surplus underwriting Dana Tabarru’

pada Asuransi Kerugian Syariah (Study Pada Unit

syariah PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)

Fokus Penelitian Metode perhitungan yang dilakukan dalam alokasi

surplus dana tabrru’

Seberapa besar peran surplus dana tabarru’ dalam

menunjang profit perusahaan.

Objek Penelitian PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 divisi

Syariah.

Metode

Penelitian

Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif,

dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan

kuantitatif. Penulis menyimpulkan data yang berupa

angka dan informasi yang berhubungan dengan metode

alokasi surplus dana tabarru’ di asuransi kerugian

syariah PT Bumida 1967

Hasil Penelitian PT Asuransi Umum BUMIDA 1967 mengalami

kenaikan surplus yang sangat signifikan sebesar

88,45% dari 1,511,057,782.99 surplus pada tahun 2009

menjadi 2,847,654,548.28 di tahun 2010.

Peserta mendapatkan surplus dana tabarru’ memiliki

ketentuan khusus yaitu: polis tidak mengalami klaim

baik yang berstatus dalam proses maupun yang sudah

pasti, polis yang tidak dibatalkan pada saat tahun

8

berjalan, polis jangka waktu panjang & polis yang

berdasarkan izin akseptasi kantor pusat diterbitkan

insentif surplusnya.

3. Dwi Fidhayanti, Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,

Jurnal tahun 2012.

Judul Pelaksanaan Akad Tabarru’ Pada Asuransi Syariah

(Studi di Takaful Indonesia Cabang Malang)

Fokus Penelitian Kesesuaian Pelaksanaan akad tabarru terhadap fatwa

DSN No. 53 tahun 2006

Objek Penelitian Takaful Indonesia Cabang Malang

Metode

Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif

dan data dikumpulkan melalui wawancara dan

dokumentasi.

Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan Akad

Tabarru’ pada Asuransi Syariah dan Reasuransi

Syariah. Namun terdapat kesenjangan akad tabarru’

antara teori dengan realita yang terdapat pada Takaful

Indonesia yaitu mengenai adanya sistem pengembalian

dana kontribusi (dana tabarru’ dan ujrah) yang telah

diberikan ketika perjanjian diputus secara sepihak oleh

peserta sebelum periode perjanjian habis, seharusnya

hal ini tidak boleh dilakukan karena Akad Tabarru’

9

sama dengan hibah.

Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis mengenai perlakuan surplus

underwriting pada asuransi syariah umum yaitu di Unit Syariah PT Tugu Pratama

Indonesia. Penulis akan membahas perlakuan surplus underwriting dan relevansi

pembagian surplus underwriting terhadap fatwa DSN no 53 tahun 2006 pada Unit

Syariah PT Tugu Pratama Indonesia.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti

berikut: Aliran Dana pada Asuransi Kerugian Syariah

Gambar 1.1

Dana kontribusi peserta ketika masuk ke perusahaan asuransi syariah terbagi

menjadi dua bagian yaitu dana tabarru’ dan ujrah. Kegiatan operasional

perusahaan asuransi syariah dibiayai dari hasil perolehan ujrah atas besaran ujrah

Ujrah

Kontribusi/

Premi Peserta

Bagian Pendapatan Operator (Perusahaan)

Investasi

Reksadana

Deposit Hasil

Investasi

Dana

Tabarr

u’

Beban

Tabarr

u’

Surplus

Tabarru

Cadangan

Dana

Tabarru

Bagian

Peserta

10

yang diperoleh perusahaan untuk menutup seluruh biaya operasional yang telah

dikeluarkan dalam kurun waktu tertentu.12

Dana tabarru’ digunakan ketika peserta asuransi mengajukan klaim yang telah

disepakati. Ketika selilih antara total kumpulan dana tabarru’ dan hasil investasi

dikurangi dengan beban klaim, beban reasuransi, biaya-biaya lain terkait dengan

penyelesaiain klaim, masih tersisa dalam jangka waktu yang ditentukan maka

sudah sepatutnya perusahaan menghasilkan surplus underwriting. Surplus

underwriting dalam fatwa DSN NO. 53 tahun 2006 telah diatur pembagiannya.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu jenis

pendekatan yang berdasarkan kata-kata atau berdasarkan tata cara

penelitian yang menghasilkan atas apa yang dinyatakan oleh narasumber

secara lisan pada kondisi objek yang alamiah.13

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Unit

Syariah PT Tugu Pratama Indonesia yang berlokasi di Wisma Tugu I, Jl.

H. R. Rasuna Said, kav C 8-9, Jakarta. Penulis memilih PT Tugu Pratama

Indonesia Unit Syariah karena berdasarkan hasil pengamatan terhadap

laporan keuangan perusahaan ini dari tahun ke tahun cendrung fluktuatif.

12

Sugeng Soedibjo & Rachmafitriati “Penetapan Target Premi Asuransi Jiwa Syariah

Untuk Mencapai Titik Impas dengan Pendekatan Medel Profit Testing” (Jurnal: Bisnis &

Birokrasi, Ilmu Administrasi dan Organisasi, Mei –Agustus 2009 13

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta CV,

2008. Hal. 9

11

3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Jenis penelitian ini

dirancang untuk mengumpulkan informasi, tentang keadaan-keadaan

nyata sekarang. Tujuannya adalah untuk menggambarkan sifat suatu

keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dengan

mengumpulkan, menyusun dan mendeskripsikan berbagai dokumen, data

dan informasi yang aktual, agar dapat menemukan jawaban dari

permasalahan yang dibahas.

4. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data yang

bersifat kualitatif dengan sumber data14

:

a. Data primer, yaitu merupakan data yang diperoleh dari sumber

pertama dengan melakukan wawancara tentang perlakuan

pembagian surplus underwriting, guna memberikan informasi

untuk penelitian. Data primer ini diperoleh dari Unit Syariah PT

Tugu Pratama Indonesia.

b. Data skunder, yaitu data bersumber dari buku-buku, Koran,

majalah, website, penelitian terdahulu dan sumber-sumber tertulis

lainnya yang mengandung informasi yang berhubungan dengan

masalah yang dibahas.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

14

Soeranto dan Lincolin Arsyad, Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis

(Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademik Manajemen Perusahaan YKPN, 2003),

Edisi Revisi, h.96.

12

a. Penelitian kepustakaan yaitu penulis mengadakan penelitian

terhadap literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian skripsi

ini, berupa skripsi terdahulu, buku-buku, majalah, surat kabar,

artikel, bulletin, brosur, internet dan sebagainya.

b. Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi, yaitu Unit

Syariah PT Tugu Pratam Indonesia, sehingga dapat mengamati

langsung kegiatan-kegiatan yng terjadi. Penulis juga menggunakan

teknik wawancara atau interview dengan narasumber yang cakap

dan berkompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan

dari masalah yang sedang dibahas.

6. Teknik Pengolahan Data

Setelah data-data terkumpul, maka penulis akan menganalisa dengan

menggunakan metode deskriptif analisis dan menggunakan pendekatan

kualitatif. Dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan

bagaimana relevansi perlakuan surplus underwriting terhadap fatwa

DSN no. 53 tahun 2006 pada Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia

dan mengambil suatu kesimpulan.

G. Pedoman Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan yang digunakan adalah menggunakan

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2012”.

13

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan disusun menjadi lima bab, masing-

masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang diawali dengan

pendahuluan dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran-saran yang

dianggap perlu. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang penulis mengangkat

tema yang akan dibahas dalam skripsi, perumusan masalah

dan pembahasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

review studi terdahulu, kerangka pemikiran, metodologi

penelitian, pedoman penulisan skripsi dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini, penulis memuat tinjauan pustaka dengan

membahas teori-teori yang terkait dengan pengertian

asuransi syariah, landasan hukum asuransi syariah,

mekanisme operasional dana asuransi syariah, serta

underwriting dan surplus underwriting.

BAB III GAMBARAN UMUM PT TUGU PRATAMA

INDONESIA UNIT SYARIAH

Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum

perusahaan yang akan dijadikan penelitian bagi penulis

14

yaitu PT Tugu Pratama Indonesia Unit Syariah. Dalam

gambaran umum ini penulis menggambarkan tinjauan

umum perusahaan, sejarah singkat mengenai perusahaan,

visi dan misi perusahaan, sturktur organisasi perusahaan,

Struktur modal dan produk-produk yang dikelola oleh

perusahaan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang ada di

perusahaan, diantaranya; perlakuan dana surplus

underwriting Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia dan

relevansi pembagian surplus underwriting terhadap fatwa

DSN no 53 tahun 2006.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran atas penelitian yang

dilakukan oleh penulis.

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Asuransi Syariah

1. Pengertian Asuransi

Kata asuransi berasal dari bahasa belanda, assurantie, yang dalam

hukum belanda disebut Verzekering yang artinya pertanggungan. Dari

peristilahan assurantie kemudian muncul istilah assuradeur bagi

penanggung, dan geasuradeur bagi tertanggung.15

Asuransi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya

pertanggungan, perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu membayar

iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya

kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak

pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang dibuat.16

Pengertian Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara

dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri

kepada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan

penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum

kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang

timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk pembayaran yang

15

KH Ali Yafie, Asuransi Dalam Pandangan Syariat Islam, Menggagas Fiqh Sosial,

Penerbit Mizan Bandung, 1994, hal. 205-206. 16

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

16

didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang

dipertanggungkan.17

Menurut KUHD 246, yaitu asuransi atau pertanggungan adalah

suatu perjanjian dengan mana seorang tertanggung, dengan menerima

suatu premi, untuk penggantian kepadanya karena suatu kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya

karena suatu peristiwa yang tidak tentu.18

Sedangkan menurut Abdullah Amrin, Asuransi adalah suatu alat

untuk mengurangi risiko yang melekat pada perekonomian dengan cara

menggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau

hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas

kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadi

akan dibagi secara proporsional oleh semua pihak dalam gabungan itu.19

2. Pengertian Asuransi Syariah

Asuransi dalam bahasa Arab disebut at-ta’min, penanggung disebut

mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau

musta’min. At-ta’min diambil dari kata amana memiliki arti memberi

perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut.20

Asuransi syariah adalah sebuah sistem dimana para peserta asuransi

mendonasikan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang

17

Undang-undang No. 2/1992, pasal 1. 18

Kitab Undang-undang Hukum Dagang, pasal 246. 19

Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah ditinjau dari Perbandingan

dengan Asuransi Konvensional, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011) h. 45. 20

M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General) Konsep Dan Operasional

(Jakarta: Gema Insani Press, 2004),hal.28

17

akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang

dialami oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini sebatas

pengelola operasional perusahaan serta investasi dari dana-dana yang

diberikan kepada perusahaan.21

Secara baku, definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam

Undang-undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2014 tentang

asuransi syariah yang berarti kumpulan perjanjian, yang terdiri atas

perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan

perjanjian di antara para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan

kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan

melindungi.22

Dan dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI) tentang pedoman umum asuransi syariah,

memberi definisi tentang asuransi syariah yaitu usaha saling melindungi

dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi

dalam bentuk aset dan atau Tabarru yang memberikan pola

pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan

yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah).23

Asuransi syariah merupakan salah satu lembaga keuangan syariah

non bank. Asuransi syariah juga memiliki kesamaan fungsi dengan

lembaga keuangan syariah non bank lainnya, yakni untuk memperoleh

21

Dian Astria,”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba (Studi PT Takaful

Keluarga)”, (Skripsi S1 Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB,

2009), hal. 24-25 22

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian. 23

Fatwa Dewan Syariah Nasional no.21/DSN-MUI/X/2001 Tentang pedoman umum

asuransi syariah.

18

keuntungan dari hasil investasi dana yang dikumpulkan dari peserta

asuransi. cara pembagian keuntungan pengelolaan dana peserta asuransi

dilakukan dengan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing). Dalam hal

ini perusahaan asuransi bertindak sebagai pihak pengelola dana yang

menerima pembayaran dari peserta asuransi untuk dikelola dan

diinvestasikan sesuai dengan prinsip syariah (bagi hasil). Sedangkan

peserta asuransi bertindak sebagai pemilik dana yang akan memperoleh

manfaat jasa perlindungan, penjaminan dan bagi hasil dari perusahaan

asuransi.24

Asuransi syariah dalam pengertian muamalah mengandung arti

yaitu saling menanggung risiko di antara sesama manusia sehingga di

antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung dan tertanggung.

Dengan demikian, gagasan mengenai Asuransi Syariah berkaitan dengan

unsur saling menanggung risiko di antara para peserta asuransi, dimana

peserta yang satu menjadi penanggung peserta yang lainnya.25

Sedangkan

perusahaan Asuransi Syariah hanya bertindak sebagai fasilitator saling

menanggung antara para peserta asuransi.26

Hal tersebutlah salah satu

yang membedakan antara Asuransi Syariah dengan Asuransi

Konvensional, dimana dalam asuransi konvensional perusahaan sebagai

penanggung risiko peserta asuransi.

24

Hendi Suhendi, Deni K. Yusup, Asuransi Takaful dari Teoritis ke Praktis, (Bandung:

Mimbar Pustaka, 2005), hal.9 25

Rahmat Husein, Asuransi Takaful Selayang Pandang dalam Wawasan Islam dan

Ekonomi, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1997, hal. 234 26

Juhaya S. Praja, Asuransi Takaful, (artikel dikeluarkan oleh PT Syarikat takaful

Indonesia)

19

Beberapa definisi asuransi di atas, baik dari segi bahasa maupun

istilah, dapat disimpulkan bahwa dalam suatu perjanjian asuransi syariah

peserta asuransi dengan peserta asuransi yang lainnya saling tolong

menolong jika salah satu peserta mengalami musibah, sedangkan

perusahaan hanya sebagai pengelola keikutsertaannya antar peserta

tersebut dengan mendapatkan ujrah dari pengelolaannya.

3. Pengertian Usaha Asuransi Umum Syariah

Usaha Asuransi Umum Syariah adalah usaha pengelolaan risiko

berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi dengan

memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang pas karena

kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta

atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.27

4. Pengertian Usaha Asuransi Jiwa Syariah

Usaha Asuransi Jiwa Syariah adalah usaha pengelolaan risiko

berdasarkan Prinsip Syariah guna saling menolong dan melindungi dengan

memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggal atau hidupnya

peserta, atau pembayaran lain kepada peserta atau pihak lain yang berhak

pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah

ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.28

27

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian 28

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian

20

5. Landasan Hukum Asuransi Syariah

Dasar hukum asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan

hukum praktik asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah

dimaknai sebagai wujud dari bisnis pertanggungan yang didasarkan pada

nilai-nilai yang ada dalam ajaran islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah

Rasul, maka landasan yang dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda

dengan metodologi yang dipakai oleh sebagian ahli hukum.29

1. Al-Qur’an

Ayat Al-Qur’an tidak menyebutkan secara tegas istilah asuransi

seperti “al-ta’min” ataupun “at-takaful”. Namun terdapat beberapa

ayat yang menjelaskan tentang konsep asuransi dan memiliki nilai-

nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi. diantara ayat-ayat Al-

Qur’an tesebut antara lain:

1) Perintah Allah mempersiapkan hari esok Q.S. Al-Hasyr (59): 18

يأيها ٱلذين ءامنىا ٱتقىا ٱهلل ولتنظر نفس ما قدمت لغد وٱتقىا ٱهلل

إن ٱهلل خبير بما تعملىن

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada

Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah

diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada

Allah, Sesungguhnya Allah Maha megetahui apa yang kamu

kerjakan. “

29

AM. Hasan Ali, MA, Asuransi dalam Persepektif Hukum Islam Suatu Teori Analisis

Historis Teoritis dan Praktik (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 104

21

2) Perintah Allah saling tolong menolong Q.S. Al-Maidah (5): 2

ون ىا عل ٱلإثم وٱلعدوتعاونىا عل ٱلبر وٱلتقىي ولا تعاون

دديد ٱلعقا وٱتقىا ٱهلل إن ٱهلل

Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat

dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,

sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

3) Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah Q.S.

Al-Quraisy (106): 4

ٱلذي أطعمهم من جىع وءامنهم من خىف

Artinya : “Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk

menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”

2. Sunnah Rasul

Dalam praktek asuransi syariah baik yang bersifat mutual maupun

bukan, pada prinsipnya para peserta bertujuan untuk saling

bertanggung jawab. Hal ini dapat kita lihat dalam hadits Nabi

berikut.30

“Setiap orang dari kamu adalah pemikul tanggung jawab dan

setiap kamu bertanggung jawab terhadap orang-orang yang dibawah

tanggung jawab kamu.” (HR Bukhari dan Muslim)

30

M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General) Konsep Dan Operasional

(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), H.88-90

22

Kemudian hadist Nabi yang memerintahkan untuk saling

melindungi sebagai berikut

“Sesungguhnya orang yang beriman ialah barang siapa yang

memberikan keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa

manusia.” (HR Ibnu Majah)

3. Pendapat Ulama yang Mengharamkan Asuransi

Ibnu Abidin, Ulama madzhab Hanafi berpendapat bahwa asuransi

adalah haram, karena uang setoran peserta (premi) tersebut adalah

iltizam ma lam yalzam (mewajibkan sesuatu yang tidak lazim/wajib).

Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa asuransi adalah haram

karena mengandung riba, beliau melihat riba terebut dalam

pengelolaan dana asuransi dan pengembalian premi yang disertai

bunga ketika waktu perjanjian telah habis. 31

Dan masih banyak lagi

ulama yang mengatakan bahwa asuransi tidak dibolehkan.

4. Pendapat Ulama yang Membolehkan Asuransi Syariah

Syaikh Abdur Rohman Isa adalah salah seorang Guru Besar

Universitas Al-Azhar. Dengan tegas ia menyatakan bahwa asuransi

merupakan praktek muamalah gaya baru yang belum dijumpai imam-

imam terdahulu, dengan demikian juga para sahabat Nabi. Pekerjaan

ini menghasilkan kemaslahatan ekonomi yang banyak. Ulama telah

menetapkan bahwa kepentingan umum yang selaras dengan hukum

31

Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Zikrul Hakim:

Jakarta) 2008 hal. 100

23

syara’ patut diamalkan. Oleh karena asuransi menyangkut kepentingan

umum, maka halal menurut syara’.32

Prof. Dr. Muhammad Yusuf Musa (Guru Besar Universitas Kairo).

Mengatakan bahwa asuransi bagaimanapun bentuknya merupakan

koperasi yang menguntungkan masyarakat. Sepanjang dilakukan

bersih dari riba, maka asuransi hukumnya boleh. Dengan pengertian,

apabila nasabah masih hidup menurut jangka waktu yang ditentukan

dalam polis, maka dia meminta pembayaran kembali hanya sebesar

premi yang pernah dibayarkan, tanpa ada tambahan. Tetapi manakala

sang nasabah meninggal sebelum batas akhir penyetoran premi, maka

ahli warisnya berhak menerima nilai asuransi, sesuai yang tercantum

dalam polis, dan ini halal menurut syara’.33

Syaikh Muhammad Ahmad, MA, LLB, Sarjana dan pakar ekonomi

Pakistan. Memperbolehkan asuransi jiwa dan asuransi lainnya dengan

alasan sebagai berikut, (1) persetujuan asuransi tidak menghilangkan

arti tawakal kepada Allah, (2) di dalam asuransi tidak ada pihak yang

dirugikan dan merugikan, (3) tujuan asuransi adalah kerja sama dan

tolong-menolong.34

32

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General). Hal. 71 33

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General). Hal. 72 34

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General). Hal. 75

24

Asuransi syaiah dalam operasionalnya diatur oleh regulasi dalam

bentuk keputusan menteri keuangan (KMK). Kerangka acuan asuransi

syariah dalam operasionalnya antara lain.35

:

a. Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman

Pelaksanaan Operasional Asuransi Syariah.

b. Fatwa DSN-MUI No. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad

Mudharabah Musytarakah pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.

c. Fatwa DSN-MUI No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad

Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.

d. Fatwa DSN-MUI No. 53/DSN-MUI/IV/2006 tentang Akad

Tabarru pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.

e. Peraturan Mentri Keuangan (PMK) Nomor 18/PMK.010/2010

tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi

Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.

f. Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor

426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha Dan Kelembagaan

Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi.

g. Peraturan Mentri Keuangan (PMK) Nomor 11/PMK.010/2011

tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi Dan Usaha

Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.

h. Keputusan direktur jendral lembaga keuangan nomor

kep.4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian Dan Pembatasan

35

Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Dan Perasuransian Syariah Di

Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006)., cet.3 hal 142-143.

25

Investasi Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi

Dengan System Syariah.

6. Mekanisme Operasional Dana Asuransi Syariah

Kedudukan perusahaan Asuransi Syariah dalam transaksi Asuransi

Syariah, adalah sebagai mudharib (pemegang amanah). Asuransi syariah

menginvestasikan dana tabarru’ yang terkumpul dari kontribusi peserta,

kepada instrument investasi yang dibenarkan oleh syara’. Dalam

mengelola dana peserta yang terkumpul pada kumpulan dana tabarru’,

mudharib diawasi secara teknis dan operasional oleh komisaris dan secara

syar’i diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.36

Dana kontribusi peserta ketika masuk ke perusahaan asuransi

syariah terbagi menjadi dua bagian dana tabarru’ dan ujrah. Kegiatan

operasional perusahaan asuransi syariah dibiayai dari hasil perolehan ujrah

atas seberapa besar ujrah yang diperoleh perusahaan untuk menutup

seluruh biaya operasional yang telah dikeluarkan dalam kurun wantu

tertentu.37

. Dana tabaruu’ yang terhimpun dari para peserta akan

diinvestasikan pada bidang-bidang investasi yang sesuai dengan prinsip

syariah. Hasil investasi yang diperoleh akan dibagihasikan sesuai dengan

nisbah yang telah ditentukan.38

Kemudian ketika terjadi klaim, perusahaan

36

M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General) Konsep Dan Operasional

(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), H.249 37

Sugeng Soedibjo & Rachmafitriati “Penetapan Target Premi Asuransi Jiwa Syariah

Untuk Mencapai Titik Impas dengan Pendekatan Medel Profit Testing” (Jurnal: Bisnis &

Birokrasi, Ilmu Administrasi dan Organisasi, Mei –Agustus 2009 hal. 33 38

Sugeng Soedibjo & Rachmafitriati “Penetapan Target Premi Asuransi Jiwa Syariah

Untuk Mencapai Titik Impas dengan Pendekatan Medel Profit Testing” hal. 34.

26

tidak mengeluarkan dana apa pun dari kas perusahaan karena penggantian

klaim diambil dari dana tabungan peserta (tabarru’).39

Perusahaan asuransi syariah memiliki biaya-biaya opersional yang

disebut sebagai “beban asuransi”. Beban yang ada pada perusahaan

asuransi kerugian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Beban klaim yang terdiri dari : klaim bruto, klaim reasuransi,

estimasi kenaikan (penurunan) kalam retensi sendiri.

b. Beban komisi, adalah pengeluaran untuk membayar komisi

perantara baik itu agen ataupun broker asuransi.

c. Beban usaha adalah pengeluaran perusahaan dalam

menjalankan kegiatan operasionalnya.

d. Beban lain-lain adalah keseluruhan beban yang digunakan

untuk mengelola usaha diluar beban klaim, beban komisi, dan

beban usaha.

Kumpulan dana tabarru’ dan hasil investasi dikurangi dengan

beban asuransi jika masih tersisa dalam jangka waktu yang ditentukan

maka sudah sepatutnya perusahaan mengalami surplus underwriting.

B. Fatwa Dewan Syariah Nasional

Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah lembaga yang dibentuk oleh

Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang secara struktural berada dibawah MUI

dan bertugas menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan ekonomi

39

Ah. Azharuddin Lathif, Kompilasi Bahan Kuliah Hukum Perjanjian Asuransi Syariah

(Jakarta: FSH, 2012), hal. 40.

27

syariah, baik yang berhubungan langsung dengan lembaga keuangan syariah

ataupun lainnya. Pada prinsipnya, pendirian DSN-MUI dimaksud sebagai

usaha untuk efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu

yang berhubungan dengan masalah ekonomi dan keuangan, selain itu DSN-

MUI juga diharapkan dapat berperan sebagai pengawas, pengarah dan

pendorong penerapan nilai-nilai prinsip ajaran islam dalam kehidupa

ekonomi. 40

1. Kedudukan Fatwa DSN

Fatwa merupakan salah satu institusi dalam hukum Islam untuk

memberikan jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi umat.

Bahkan umat islam pada umumnya menjadikan fatwa sebagai rujukan di

dalam bersikap dan bertingkah laku. Sebab posisi fatwa dikalangan

masyarakat umum, laksana dalil di kalangan para mujtahid. Kedudukan

fatwa bagi kebanyakan, seperti dalil bagi mujtahid.41

Otoritas fatwa tentang ekonomi syariah di Indonesia, berada

dibawah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Komposisi

anggota plenonya terdiri dari para ahli syariah dan ahli ekonomi/keuangan

yang mempunyai wawasan syariah. Dalam membahas masalah-masalah

yang hendak dikeluarkan fatwanya, Dewan Syariah Nasional melibatkan

40

RM Priyo Handoko. “Peran DSN” artikel diakses pada 13 Agustus 2015 pukul 11.00

WIB dari http://www.rmpriyohandoko.com/blog/2013/01/14/peran-dewan-syariah-nasional-

majelis-ulama-indonesia-dalam-perbankan-syariah/ 41

Agustianto sekjen DPP IAEI.”Fatwa Ekonomi Syariah di Indonesia” artikel diakses

pada 13 Agustus 2015 pukul 11.10 WIB dari http://ekisopini.blogspot.com/2010/01/fatwa-

ekonomi-syariah-di-indonesia.html

28

pula Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia dan Biro

Syariah dari Bank Indonesia.42

2. Tugas dan Wewenang43

a. Tugas

1) Tugas DSN yaitu menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai

syariah dalam kegiatan perekonimian pada umumnya dan sektor

keuangan pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi, dan

reksadana.

2) Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah.

b. Wewenang

1) Mengeluarkan fatwa mengikat DPS pada masing-masing lembaga

keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.

2) Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi

ketentuan/peraturan yang dikeluarkan oleh instansi yang

berwenang seperti Departemen Keuangan dan BI.

3) Memberikan rekomendasi dan atau mencabut rekomendasi nama-

nama yang akan duduk sebagai DPS pada suatu lembaga keuangan

syariah.

4) Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang

diperlukan dalam pembahasan ekonomi syariah termasuk otoritas

moneter/lembaga keuangan dalam dan luar negeri.

42

Agustianto sekjen DPP IAEI.”Fatwa Ekonomi Syariah di Indonesia” artikel diakses

pada 13 Agustus 2015 pukul 11.20 WIB dari http://ekisopini.blogspot.com/2010/01/fatwa-

ekonomi-syariah-di-indonesia.html 43

DSN. “sekilas tentang DSN” artikel diakses pada 13 Agustus 2015 pukul 11.00 WIB

dari http://www.dsnmui.or.id/index.php?page=sekilas

29

5) Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk

menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan

oleh DSN.

6) Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil

tindakan apabila peringatan tidak ditindakkan.

c. Mekanisme Kerja

1) DSN mengesahkan rancangan fatwa yag diusulkan oleh badan

pelaksana Harian DSN

2) DSN melakukan rapat pleno paling tidak satu kali dalam tiga bulan,

atau bilamana diperlukan

3) Setiap tahunnya membuat suatu pernyataan yang dimuat dalam

laporan tahunan bahwa lembaga keuangan syariah yang

bersangkutan telah/tidak memenuhi segenap ketentuan syariah

sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN.

d. Dewan Pengawas Syariah

Berdasarkan surat keputusan DSN No. 3 tahun 2000, dijelaskan

bahwa DPS adalah bagian dari Lembaga Keuangan Syariah yang

bersangkutan, dimana penempatannya atas persetujuan DSN.

e. Fungsi DPS

1) Melakukan pengawasan secara periodik pada LKS yang berada di

bawah pengawasannya.

2) Berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan LKS kepada

pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN.

30

3) Melaporkan perkembangan produk dan operasional LKS yang

diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1

(satu) tahun anggaran.

4) Merusmuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan

pembahasan DSN.

f. Struktur DPS

1) Kedudukan DPS dalam struktur perusahaan berada setingkat

dengan fungsi komisaris sebagai pengawas direksi.

2) Jika fungsi komisaris adalah pengawas dalam kaitan dengan kinerja

manajemen, maka DPS melakukan pengawasan kepada manajemen

dalam kaitan dengan implementasi system dan produk-produk agar

tetap sesuai dengan syariah islam.

3) Bertanggung jawab atas pembinaan akhlak seluruh karyawan

berdasarkan system pembinaan ke-islaman yang telah

diprogramkan setiap tahunya.

4) Ikut mengawasi pelanggaran nilai-nilai Islam dilingkungan

perusahaan tersebut.

5) Bertanggung jawab atas seleksi syariah karyawan baru yang

dilaksanakan oleh Biro Syariah.

g. Keanggotaan DPS

1) Setiap LKS harus memiliki setidaknya tiga orang anggota DPS.

2) Salah satu dari jumlah tersebut ditetapkan sebagai ketua.

31

3) Masa tugas keanggotaan DPS adalah 4 (empat) tahun dan akan

mengalami pergantian antar waktu apabila meniggal dunia, minta

berhenti, diusulkan oleh LKS yang bersangkutan, atau telah

merusak citra DSN.

h. Mekanisme Kerja DPS

1) DPS melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga

keuangan syariah yang berada di bawah pengawasannya.

2) DPS berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan lembaga

keuangan syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan

dan kepada DSN.

3) DPS melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga

keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-

kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran.

4) DPS merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan

pembahasan DSN.

C. Surplus Underwriting

Surplus dalam kamus asuransi adalah jumlah dimana aktiva

melebihi pasiva.44

Dan dana tabarru’ adalah sebagian dana yang

disisihkan dari premi asuransi dengan memperhatikan faktor-faktor risiko

dari calon peserta asuransi, dimana tabarru’ tersebut digunakan untuk

menolong sesama peserta yang terkena musibah.

44

Ali. A. hasyim, dkk., Kamus Asuransi (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), hal. 309

32

Sedangkan surplus dana tabarru’ itu sendiri adalah hasil

pengurangan dari dana peserta tabarru’ dikurangi dengan total jumlah

klaim yang terjadi (beban tabarru’) apabila hasil dari pengurangan

tersebut positif, maka perusahaan akan mengalami surplus, dan apabila

hasil dari pengurangan surplus tersebut negatif, maka perusahaan akan

mengalami defisit.

Istilah underwriter digunakan untuk mengartikan proses seleksi

yang dengan itu underwriter menentukan penawaran risiko mana yang

harus diterima, dan jika diaksep, atas rate, syarat dan kondisi apa.45

Underwriting merupakan proses penyelesaian dan pengelompokan risiko

yang akan ditanggung. Tugas itu merupakan sebuah elemen yang esensial

dalam operasi perusahaan asuransi. Sebab, maksud underwriting adalah

memaksimalkan laba melalui penerimaan distribusi risiko yang

diperkirakan akan mendatangkan laba. Tanpa underwriting yang efisien,

perusahaan asuransi tidak akan mampu bersaing.46

Agar bisa mendapatkan

keuntungan, perusahaan harus mengadakan evaluasi terlebih dahulu

terhadap semua risiko yang hendak diasuransikan, keuntungan yang

diperoleh dengan dijalankannya proses underwriting, jadi dengan

pemilihan risiko-risiko itu, kita mengharapkan beberapa keuntungan yang

diinginkan untuk perusahaan asuransi tersebut.47

45

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konseo dan Sistem

Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 256 46

Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, BumiAksara, Jakarta, 2000, hal. 31-32 47

Abbas salim, asuransi dan manajemen risiko (Jakarta: PT Raja Grafindo persada,

2005), hal. 117

33

Pada asuransi konvensional sebagimana lazimnya semua industri

asuransi, keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi

reasuransi, dan hasil investasi, dalam satu tahun (untuk asuransi kerugian)

adalah keuntungan perusahaan. Dan jadi milik perusahaan yang kelak

dalam RUPS akhir tahun dibagikan kepada pemegang saham atau

dikembalikan lagi kepada perusahaan sebagai penyertaan modal.

Profit (laba) pada asuransi syariah untuk asuransi kerugian, yang

diperoleh dari surplus underwiriting, komisi reasuransi dan hasil investasi

bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan sebagimana mekanisme yang

ada pada asuransi konvensional. Tetapi, dilakukan bagi hasil (al-

mudharabah) antara perusahaan dengan peserta sebagimana yang telah

diperjanjikan atau menjadi akad diawal ketika baru masuk asuransi

syariah.

Besarnya bagi hasil sangat tergantung kondisi perusahaan semakin

sehat dan besar profit yang diperoleh perusahaan, semakin besar pula bagi

hasil yang dibagikan kepada peserta. Skim bagi hasil (50:50, 60:40, 70:30,

80,20, atau 90:10) biasanya dievaluasi setiap periode tertentu misalnya 2

atau 3 tahun sekali manakala perusahaan mengalami perubahan yang

cukup signifikan (untung/rugi).48

Dalam sistem operasional yang berlandaskan syariah, perusahaan

asuransi syariah melakukan kerja sama dengan peserta dengan prinsip al-

mudharabah, yaitu membagi hasil keuntungan operasional kepada seluruh

48

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General), Konsep dan Sistem

Operasional, cet. 1, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 319

34

peserta yang tidak mengajukan klaim atau membatalkan polis. Dengan

mekanisme pengelolaan dana yang sesuai dengan syariah, dana peserta

yang ada diinvestasikan. Hasil investasi dimasukkan kedalam total

kumpulan dana tabarru’, kemudian dikurangi dengan beban asuransi.

surplus dana tabarru’ peserta dibagikan sesuai dengan sistem bagi hasil

(al-mudharabah). Dan mekanisme pendistribusian surplus underwriting

ini sesuai dengan fatwa DSN No. 53/DSN-MUI/III/2006 tentang akad

tabarru’ pada asuransi dan reasuransi syariah. Dalam hal dana tabarru’

jika terjadi surplus disimpan sebagai (1) cadangan dana tabarru’ atau (2)

sebagian disimpan sebagai cadangan dana tabarru’ dan sebagian

dibagikan kepada peserta, atau (3) sebagian disimpan sebagi cadangan

dana tabarru’ dan sebagian untuk peserta dan sebaian lainnya dibagikan

untuk perusahaan, pilihan tersebut harus disetujui terlebih dahulu oleh

peserta asuransi.

35

BAB III

GAMBARAN UMUM

PT TUGU PRATAMA INDONESIA UNIT SYARIAH

Pada bagian ini akan disampaikan mengenai profil perusahaan PT Tugu

Pratama Indonesia (TPI). Profil perusahaan akan meliputi sejarah pendirian

perusahaan visi dan misi, struktur organisasi serta produk-produk yang dimiliki

PT Tugu Pratama Indonesia.

Dengang uraian-uraian tentang profil perusahaan ini, maka dapat diperoleh

gambaran umum mengenai kondisi lingkungan internal PT Tugu Pratama

Indonesia.

A. Sejarah Singkat Perusahaan49

PT Tugu Pratama Indonesia (PT TPI) resmi didirikan pada 25 November

1981. Pada awal masa berdirinya, PT Tugu Pratama Indonesia memfokuskan

bisnisnya pada pemberian pertanggungan resiko di industri minyak dan gas

nasional, terutama perlindungan asuransi atas aset yang dimiliki oleh PT

Pertamina (Persero) selaku induk usaha dari PT TPI.

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan dunia usaha, PT TPI

melebarkan bisnis ke ranah asuransi non minyak dan gas, yaitu asuransi energi

dan non energi, baik yang berbasis konvensional maupun syariah. Produk asuransi

49

PT Tugu Pratama Indonesia, Laporan Tahunan 2013 (Annual Report), 2013

36

umum dirancang PT TPI guna memenuhi kebutuhan pasar akan perlindungan

asuransi yang menyeluruh, seperti asuransi penerbangan, asuransi kredit, asuransi

kebakaran & properti, asuransi pengangkutan dan rangka kapal, asuransi

kendaraaan, hingga asuransi kesehatan.

PT Tugu Pratama Indonesia memilii 4 faktor utama yang menjadi kunci

keberhasilan di industri asuransi umum, yaitu:

1. Financial Strength

Dengan kekuatan permodalan yang soid dan strategi investasi yang

komprehensif

2. First Security

PT Tugu Pratama Indonesia memiliki dukungan retensi dan reasuransi

dengan reputasi baik.

3. Reliable

Dengan pengalaman selama lebih dari 32 tahun, PT Tugu Pratama

Indonesia dapat menjadi perusahaan asuransi yang terpercaya dalam

memberikan pertanggungan atas suatu resiko.

4. Expertise

PT Tugu Pratama Indonesia memiliki tenaga ahli yang professional

dan berpengalaman yang mendukung upaya perusahaan dalam menjadi

perusahaan asuransi terdepan di Indonesia sekaligus mewujudkan misi

perusahaan untuk diakui sebagai perusahaan asuransi dan manajemen

risiko terkemuka berkelas dunia.

37

B. Visi dan Misi, Nilai perusahaan50

1. Visi

Visi yang dimiliki PT Tugu Pratama Indonesia adalah menjadi

perusahaan asuransi yang unggul, terpercaya dan menciptakan nilai

tambah berkelanjutan bagi seluruh stakeholder.

2. Misi

Misi yang dimiliki PT TPI terdiri dari 4 misi yaitu:

a. Mengoptimalkan nilai perusahaan secara berkelanjutan

b. Menciptakan kepuasan pelanggan melalui pelayanan jasa asuransi

yang prima

c. Mengembangkan kapabilitas dan kompetensi sumber daya manusia

menjadi insane yang professional, kompetitif dan peduli

d. Memberdayakan perusahaan menuju perusahaan asuransi yang

berkelas dunia dan menjadi kebanggan bangsa Indonesia.

3. Nilai Perusahaan

PT Tugu Pratama Indonesai memiliki budaya kerja Clean,

Competitive, Custumer Focused, Commercial, Commitment dan Care.

Arti nilai-nilai tersebut yaitu:

a. Clean

Perusahaan dikelola secara professional menghindari benturan

kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi

50

PT Tugu Pratama Indonesia, Laporan Tahunan 2013 (Annual Report), 2013

38

kepercayaan dan integritas serta berpedoman pada prinsip-prinsip

tata kelola korporasi yang baik (GCG).

b. Competitive

Mampu berkompetisi, mendorong pertumbuhan, membangun

individu yang kompetitif, efisien dan menghargai kinerja.

c. Costumer Focused

Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk

memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.

d. Commercial

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil

keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

e. Commitment

Melaksanakan tugas dan kewajiban secara professional dan

sepenuh hati dengan mendayagunakan seluruh potensi serta

kapabilitas yang dimiliki sehingga mendapatkan kepercayaan

(trust) dari para stakeholders.

f. Care

Memiliki kepedulian yang tinggi kepada seluruh pemangku

kepentingan dan lingkungannya, serta menjunjung kepentingan

nasionanal.

39

C. Struktur Organisasi 51

Ilustrasi 3.1

Struktur Organisasi PT Tugu Pratama Indonesia

Kantor pusat Jakarta Wisma Tugu I, Jl. H.R. Rasuna Said, Kav C 8-9, Jakarta,

Indonesia 12920,

Telp : +62 21 529 61 777 (Hunting)

Fax : +62 21 529 61 555 / 529 62 555

Email : [email protected] / [email protected]

Website : http://www.tugu.com

Dewan Pengawas Syariah

Ketua : H. jafril khalil, Phd, MCL, DipLIF, FIIs, CFP

Anggota : Dr. H. Hasanudin, M. Ag.

51

PT Tugu Pratama Indonesia, Laporan Tahunan 2013 (Annual Report), 2013

PRESIDEN DIRECTOR

MARKETING DIRECTOR

SBU Executive Director 1

- Oil & Gas

SBU EXECUTIVE DIRECTOR 2

-NON OIL & GAS

SHARIA GROUP

TECHNICAL DIRECTOR

UNDERWRITING GROUP

REINSURANCE GROUP

CLAIM GROUP

PORTOFOLIO GROUP

FINANCE & CORPORATE SERVICE

DIRECTOR

TREASURY GROUP

ACCOUNTING GROUP

INVESMENT GROUP

IT GROUP

HRD & GA GROUP

INTERNAL AUDIT GROUP

STRATEGIC PLANING GROUP

CORPORATE SECRETARY GROUP

40

D. Struktur Modal 52

Komposisi kepemilikan saham mayoritas dari PT Tugu Pratama

Indonesia sebesar 65% dimiliki oleh PT Pertamina Persero yang merupakan

perseroan penyelenggara utama usaha minyak dan gas bumi di Indonesia,

dari sektor hulu hingga hilir. Pertamina Disusul oleh PT Sakti Laksana Prima

dengan saham sebesar 17.60 %, lalu dimiliki oleh individu atas nama Siti

Taskiyah dan Mohamad Satya Permadi masing-masing sebesar 12.15 % dan

5.25 %.

Ilustrasi 3.2

Komposisi Pemegang Saham PT TPI

52

PT Tugu Pratama Indonesia, Laporan Tahunan 2013 (Annual Report), 2013

65% 12.15%

5.25%

17.60%

Pemegang Saham PT TPI

PT Pertamina(Persero) Siti Taskiyah

Mohammad Satya Permadi PT Sakti Laksana Prima

41

E. Produk-Produk, Teknologi Informasi dan Good Corporate Governance

(Tata Kelola Perusahaan)

1. Produk-Produk

Pengelolaan produk syariah pada PT Tugu Pratama Indonesia

didukung oleh teknologi informasi melalui aplikasi TPI We Access

(TWA), yang dapat diakses langsung oleh nasabah dimanapun berada.

Teknologi ini dapat menghemat waktu nasabah dalam berinteraksi dengan

TPI, muali dari proses aplikasi, penerbitan dan pembaharuan polis,

sampai pengajuan klaim.

Berikut adalah produk-produk Asuransi Syariah PT TPI sebagai

berikut:

a. Asuransi (Ta’min) Property “All Risk” atau industrial “All Risk”

b. Asuransi (Ta’min) Gangguan Usaha atau Business Interruption

c. Asuransi (Ta’min) Kebongkaran atau Burglary

d. Asuransi (Ta’min) Uang atau Money

e. Asuransi (Ta’min) pengangkutan atau Marine Cargo, yang

memberikan jaminan atas pengiriman barang melalui:

1) Pengangkutan via Laut

2) Pengangkutan via Udara

3) Pengangkutan via Darat

f. Asuransi (Ta’min) Tanggung Gugat atau Liability

g. Asuransi (Ta’min) Rekayasa, antara lain:

1) Asuransi (Ta’min) Kontruksi atau Contractor’s All Risks

42

2) Asuransi (Ta’min) Pemasangan Mesin atau Erection All Risks

h. Asuransi (Ta’min) Kerusakan Mesin atau Machinery Breakdown

i. Asuransi (Ta’min) Peralatan Elektronik atau Electronic Equioment

j. Asuransi (Ta’min) Alat Berat atau Contactor’s Plant and Machinery

k. Asuransi (Ta’min) Lainnya Sesuai Kebutuhan atau Tailor Made

Produk asuransi ini merupakan produk-produk Asuransi

(Ta’min) lainnya, baik yang menggunakan sertifikat standar maupun

modifikasi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dari para peserta

lain seperti:

1) Plat Glass, yang memberikan jaminan atas kerugian atau

kerusakan terhadap kaca-kaca bangunan (gedung)

2) Travel Insurance

3) Burglary atau Thief

4) Hole in One

5) D&O (Director & Officers Liability)

6) Surety Bond

7) Customs Bond

2. Teknologi Informasi

PT TPI yakin bahwa teknologi informasi merupakan infrastruktur

strategis yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam proses

bisnisnya secara cepat, akurat dan efisien. Penggunaan infrastruktur

merupakan kunci yang memungkinkan implementasi dari sistem inovasi,

43

mengurangi biaya, meningkatkan posisi tawar (bargaining power),

meningkatkan pelayanan dan memuaskan konsumen.

Teknologi informasi mempunyai peranan penting dalam

menjalankan operasional perusahaan, seperti meningkatkan pelayanan

kepada para nasabah, mendukung pengembangan usaha, mempermudah

dan mempercepat proses kerja serta memberikan informasi manajemen

tepat waktu, akurat untuk mendukung dalam pengambilan keputusan.

Dimulai pada tahun 2002, PT TPI mengembangkan sistem

manajemen informasi Enterprise Resource Planning (ERP) yakni Tugu

Insurance Solution (TIS). Fungsi utama keberadaan TIS ini adalah untuk

mengintegrasikan seluruh aspek utama dan pendukung dalam perusahaan.

TIS terbagi atas dua bagian utama yaitu TIS.Net dan TIS Finance.

Secara fungsi, TIS.Net mengintegrasikan berbagai fungsi operasional

perusahaan, seperti marketing, underwriting, reinsurance dan klaim.

Sedangkan TIS Finance menyatukan fungsi-fungsi keuangan perusahaan

yaitu treasury, investment, dan accounting.

Dengan adanya TIS.Net dan TIS Finance sebagai infrastruktur TI

terpadu menjadikan tiap elemen dalam perusahaan bisa saling terhubung.

Hal ini jelas mendorong operasionalisasi bisnis dengan lebih cepat,

akurat, dan efisien. Selain itu, dengan adanya TIS.Net dan TIS Finance

ini, setiap fungsi yang ada di TPI dapat melakukan pencatatan hasil

produksi, hutang piutang, pengelolaan investasi, administrasi perpajakan,

44

pengelolaan aset tetap, perencanaan anggaran tahunan, dan proses

akuntansi lainnya untuk menghasilkan laporan-laporan keuangan.

PT TPI terus melakukan inovasi dalam bidang teknologi informasi.

Setelah sukses dengan pengembangan TIS.Net dan TIS Finance, TPI

menciptakan inovasi baru berupa pengembangan TIS Web Access (TWA).

Inovasi ini merupakan sebuah aplikasi yang didesain khusus untuk

pelanggan. Dengan memanfaatkan aplikasi ini, pelanggan dapat

melakukan proses penutupan asuransi ke TPI setiap saat dan dimana saja

melalui browser yang terkoneksi dengan internet. Hal ini dapat dilakukan

dengan dukungan sistem yang memungkinkan adanya hubungan yang

terintegrasi antara jaringan komputer pelanggan dengan jaringan yang

dimiliki TPI.

Untuk memperlancar proses penyebaran informasi diantara tiap

elemen dalam perusahaan, TPI memiliki jaringan intranet yang diberi

nama IntraAccess. Fungsi utama IntraAccess adalah mendistribusikan

informasi dari pihak manajemen, sekretaris perusahaan, dan

organisasi/unit internal pendukung usaha perusahaan kepada seluruh

pekerja. IntraAccess juga dapat digunakan untuk mendistribusikan

aplikasi internal, baik aplikasi bisnis maupun aplikasi pendukung untuk

pengguna (user). Selain itu, TPI juga melakukan konvergensi IFRS,

pembuatan Strategic Information Technology Architecture Planning

(SITAP) sebagai Master Plan IT untuk periode 2012-2016, serta

45

penerapan Kebijakan Tata Kelola IT (IT Policy) yang sesuai dengan best

practice untuk mendukung Tata Kelola Perusahaan di lingkungan TPI.

3. Good Corporate Governance (Tata kelola perusahaan)

PT TPI percaya bahwa tata kelola perusahaan (Good corporate

governance / GCG) yang baik adalah unsur penting dalam meningkatkan

kinerja perusahaan. Perusahaan menganggap bahwa dengan adanya GCG

dapat memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan

(stakeholders) dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan serta menjadi bagian penting dalam mencapai

kesinambungan usaha (sustainability). PT TPI berupaya untuk terus

meningkatkan fungsi tata kelola perusahaan dan selalu berkomitmen untuk

melaksanakan tata kelola perusahaan dengan sebaik-baiknya.

Sebagai perusahaan asuransi yang memiliki unit usaha syariah,

perusahaan juga menerapkan kebijakan GCG yang berpedoman pada 4

Prinsip Tata Kelola Syariah, yaitu:

a. Shiddiq, memiliki arti benar/jujur

b. Tabligh, memiliki arti menyampaikan dengan benar

c. Amanah, memilihi arti dapat dipercaya

d. Fathonah, memiliki arti cerdas

PT TPI melakukan menerapkan prinsip GCG dengan berbagai cara,

yaitu:

a. Menerbitkan Pedoman Tata Kelola Perusahaan untuk semua insan TPI

dan anak perusahaan

46

b. Menyusun Pakta Integritas untuk mendukung pelaksanaan tata kelola

di Perusahaan

c. Memiliki Pedoman Etika Usaha dan Tata Perilaku (Kode Etik)

sebagai acuan Komisaris, Direksi dan semua insan TPI dalam

mengelola Perusahaan guna mencapai visi, misi dan tujuan

Perusahaan

d. Budaya Perusahaan Budaya “Berubah” dan bebas KKN

e. Memiliki struktur GCG

47

BAB IV

RELEVANSI PEMBAGIAN SURPLUS UNDERWRITING TERHADAP

FATWA DSN NO. 53 TAHUN 2006

A. Perlakuan Surplus Underwriting

1. Perhitungan Surplus Underwriting PT Tugu Pratama Indonesia Unit

Syariah

Metode perhitungan yang digunakan yaitu mengumpulkan dana yang

ada secara menyeluruh selama masa pertanggungan atau per tahun apabila

pada tahun tersebut hasil yang di dapat oleh perusahaan positif maka

perusahaan akan mengalami surplus underwriting begitupun sebaliknya,

apabila perusahaan memperoleh hasil yang negative, maka perusahaan akan

mengalami defisit underwriting.

Berdasarkan PSAK No. 108 tentang penyajian laporan keuangan

syariah Komponen-komponen yang digunakan dalam perhitungan surplus

(defisit) underwriting dana tabarru’ antara lain:

a. Pendapatan underwriting

Pendapatan underwriting dapat dihitung melalui:

a) Kontribusi Bruto

a.1. Kontribusi Penutupan Langsung xxxx

a.2. Kontribusi Penutupan tidak langsung xxxx

a.3. Ujrah xxxx

a.4. Jumlah Kontribusi Bruto (a+b+c) xxxx

48

b) Premi Reasuransi

b.1. Tabarru’ reasuransi xxxx

b.2. Jumlah premi reasuransi xxxx

b.3. Kontribusi neto (a.4-b.2) xxxx

c) Penurunan/Kenaikan Cadangan Teknis

c.1. Cadangan teknis tahun/triwulan lalu xxxx

c.2. Cadangan teknis tahun/triwulan berjalan xxxx

c.3. Penurunan/kenaikan cadangan teknis xxxx

c.4. Jumlah pendapatan/kenaikan cadangan teknis (b.3+c.3) xxxx

c.5. Jumlah pendapatan premi neto (b.3+c.3) xxxx

c.6. Pendaptan underwriting lain neto xxxx

c.7. Pendapatan Underwriting (c.5+c.6) xxxx

b. Beban underwriting

a. Klaim bruto xxxx

b. Klaim reasuransi xxxx

c. Kenaikan/penurunan Cadangan kliam

d. d.1 Cadangan neto tahun/triwulan berjalan xxxx

d.2 Cadangan neto tahun/triwulan lalu xxxx

e. Jumlah beban underwriting (a-b+c.1-c.2) xxxx

Surplus (defisit) underwriting (1c.7-2.e) xxxx

c. Pendapatan Investasi

a. Hasil investasi dana peserta xxxx

b. Beban pengelolaan portofolio investasi (xxxx)

49

c. Hasil investasi neto xxxx

Artinya bahwa hasil surplus (defisit)underwriting dana peserta yaitu:

Berikut adalah laporan perhitungan surplus underwriting dana

tabarru’ Unit syariah PT Tugu Pratama Indonesia untuk periode yang

berakhir per 31 Desember 2013 dan per 31 Desember 2014.

Table 4.1

Perhitungan Surplus Underwriting Dana Tabarru’ Unit Syariah PT

Tugu Pratama Indonesia Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah)

NO URAIAN JUMLAH

1. PENDAPATAN ASURANSI

2. Kontribusi bruto 45.558

3. Ujrah pengelola (15.552)

4. Bagian reasuransi (23.584)

5. Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak 3.691

6. Pendapatan (beban) lain 2.482

7. Jumlah premi bruto 12.595

8. BEBAN ASURANSI

9. Pembayaran klaim (26.843)

10. Klaim yang ditanggung reasuransi dan pihak lain 11.257

11. Klaim yang masih harus dibayar -

12. Klaim yang masih harus dibayar ditanggung

reasuransi dan pihak lain

-

13. Penyisihan teknis (133)

14. Beban pengelolaan reasuransi -

15. Jumlah beban asuransi (15.719)

16. Surplus (defisit) neto asuransi (5.606)

17. Pendapatan investasi

18. Total pendaptan investasi 294

19. Dikurangi: Beban pengelolaan portofolio investasi -

20. Pendapatan investasi neto 294

21. Surplus (defisit) Underwriting Dana Tabarru’ (2.830) Sumber : Laporan perhitungan Surplus Defisit underwriting Dana tabarru' Unit Syariah

PT Tugu Pratama Indonesia Tahun 2013

Pendapatan underwriting – Beban Underwriting + Hasil Investasi

50

Berdasarkan table 4.1 Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia

mengalami defisit underwriting dana tabarru’ sebesar Rp (2,830,000,000) angka

ini di dapat dari nilai pendapatan underwriting sebesar Rp 12,595,000,000

dikurangi jumlah beban underwriting sebesar Rp 15,719,000,000 ditambah hasil

investasi neto sebesar Rp 294,000,000 dan dengan ditambah pendapatan (beban)

lain sebesar Rp 2,482,000,000.

Table 4.2

Perhitungan Surplus Underwriting Dana Tabarru’ Unit Syariah PT

Tugu Pratama Indonesia Tahun 2014 (dalam jutaan rupiah)

NO URAIAN JUMLAH

1. PENDAPATAN ASURANSI

2. Kontribusi bruto 33.926

3. Ujrah pengelola (10.007)

4. Bagian reasuransi (18.542)

5. Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak (856)

6. Pendapatan (beban) lain 675

7. Jumlah premi bruto 5.196

8. BEBAN ASURANSI

9. Pembayaran klaim (10.163)

10. Klaim yang ditanggung reasuransi dan pihak lain 8.452

11. Klaim yang masih harus dibayar -

12. Klaim yang masih harus dibayar ditanggung

reasuransi dan pihak lain

-

13. Penyisihan teknis (90)

14. Beban pengelolaan reasuransi -

15. Jumlah beban asuransi (1.801)

16. Surplus (defisit) neto asuransi 2.720

17. Pendapatan investasi

18. Total pendaptan invesasi 571

19. Dikurangi: Beban pengelolaan portofolio investasi -

20. Pendapatan investasi neto 571

21. Surplus (defisit) Underwriting Dana Tabarru’ 3.966 Sumber : Laporan perhitungan Surplus Defisit underwriting Dana tabarru' Unit Syariah

PT Tugu Pratama Indonesia Tahun 2014

51

Berdasarkan tabel 4.2 Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia

mengalami surplus underwriting sebesar Rp 3,966,000,000 nilai tersebut

diperoleh dari nilai pendapatan underwriting sebesar Rp 4,196,000,000 dengan

dikurangi beban underwriting sebesar Rp 1,801,000,000 ditambah hasil investasi

neto sebesar Rp 571,000,000 dan dengan ditambah pendapatan (beban) lain

sebesar Rp 675,000,000.

Perhitungan surplus (defisit) dana tabarru' pada tabel 4.1 dan 4.2 Unit

Syariah PT Tugu Pratama Indonesia kenaikan surplus yang baik, pada tahun 2013

Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia mengalami defisit. hal ini terjadi

dikarenakan total premi lebih besar dari beban klaim ditambah dengan beban

reasuransi.53

Dalam perhitungan Dana Tabarru’ apabila tidak mencukupi untuk

menutup beban asuransi (terjadi defisit Dana Tabarru’), Pengelola akan

memberikan pinjaman suka rela atas dasar Al-Qardh Al-Hasan guna menutup

defisit Dana Tabarru’ dimaksud. Pinjaman suka rela dari Pengelola akan

dikembalikan / diperhitungkan kembali dari Dana Tabarru’ yang terkumpul pada

periode berikutnya.54

Defisit yang terjadi dikarenakan PT Tugu Pratama Indonesia mengalami

kerugian (Asuransi Kesehatan) yang presentasi angka klaimnya jauh lebih besar

dibandingkan kontribusi premi yang di dapat dan juga terdapat beberapa

reasuransi yang masih menggunakan perusahaan reasuransi konvensional

53

Wawancara Pribadi dengan Ahaddin Noekman. Jakarta, 27 Mei 2015 54

Wawancara Pribadi dengan Ahaddin Noekman. Jakarta, 27 Mei 2015

52

dikarenakan keterbatasan limit perusahaan reasuransi syariah sehingga perlakuan

yang diterapkan terhadap perusahaan konvensional tersebut menggunakan metode

konvensional sehingga sewaktu diterapkan ke prinsip syariah hal tersebut dapat

merugikan secara surplus underwriting. kemudian PT Tugu Pratama Indonesia

menutup bisnis yang mengalami kerugian dalam hal surplus underwriting dan

meminimalisir penggunaan perusahaan reasuransi konvensional untuk

membackup risiko yang terjadi. Sehingga perusahaan dapat lebih efektif dan

efisien dalam peritungan surplus underwriting dan mengubah dari defisit menjadi

surplus pada tahun 2014.55

Pendeskripsian perhitungan surplus (defisit) dana tabarru' pada tabel 4.1

bahwa pada tahun 2013 PT Tugu Pratama Indonesia mengalami defisit sebesar Rp

(2,830,000,000) kemudian pada tahun 2014 PT Tugu Pratama Indonesia

mengalami peningkatan dari defisit menjadi surplus sebesar Rp 3,966,000,000.

2. Pengalokasian Surplus Underwriting Dana Tabarru' Unit Syariah PT

Tugu Pratama Indonesia

Mekanisme alokasi surplus merupakan janji yang disepakati oleh peserta

(pemegang polis) dan pengelola untuk membagi surplus Underwriting atas dana

tabarru' apabila surplus tersebut ada. Selanjutnya PT Tugu Pratama Indonesia

dalam perjanjiannya dengan peserta yang dituangkan ke dalam polis apabila

terdapat surplus maka perusahaan akan memperoleh 50% sebagai intensip atas

55

Wawancara Pribadi dengan Ahaddin Noekman. Jakarta, 27 Mei 2015

53

pengelolaan sedangkan sisanya 50% akan didistribusikan secara proporsional

sebagai bagian dari kontribusi periode perpanjangan dari tiap peserta.56

Pada akhir masa asuransi (Sertifikat sudah jatuh tempo), Peserta akan

memperoleh pembagian Surplus Underwriting yang dihitung berdasarkan

rumus:57

Prosentase Pembagian Surplus Underwriting 1) x Iuran Tabarru' Peserta x Jumlah Hari Lunas 2)

3653) atau Jangka Waktu Asuransi 4)

Dengan ketentuan:

a. Peserta tidak pernah menerima pembayaran atau sedang

mengajukan klaim atas Sertifikat.

b. Peserta tidak membatalkan perjanjian Sertifikat.

c. Terdapat Surplus Underwriting

Keterangan:

1) Prosentase pembagian surplus underwriting per tahun, dihitung

dari total Surplus Underwriting yang menjadi hak seluruh peserta

dibagi dengan Iuran Tabarru’ dari seluruh Peserta.

2) Jumlah hari lunas dihitung mulai dari tanggal pelunasan Kontribusi

oleh Peserta sampai dengan tanggal akhir periode asuransi.

3) 365 digunakan jika periode Sertifikat satu tahun atau kurang

4) Jangka waktu Manfaat digunakan jika periode Sertifikat lebih dari

satu tahun.

56

Certifikat Of Ta'min For Fire PSKI Insurance, PT TPI (Jakarta) Periode 28 Mei 2013

Sampai 28 Mei 2014 57

Wawancara Pribadi dengan Ahaddin Noekman. Jakarta, 27 Mei 2015

54

Dalam hal pembagian surplus underwriting kepada Peserta secara

ekonomis membutuhkan biaya yang lebih besar daripada bagian yang akan

dibagikan kepada Peserta, maka disetujui bahwa bagian Surplus Underwriting

yang menjadi hak Peserta dimaksud digunakan untuk:

a. Menambah Dana Tabarru’;

b. Mengurangi Kontribusi Peserta periode asuransi berikutnya, atau

c. Dana sosial.

Kemudian Surplus Underwriting tidak dapat dibagikan dalam hal:

a. Masih terdapat Qardh di dalam kewajiban Dana Tabarru’, dan/ atau

b. Pembagian Surplus Underwriting dapat mengakibatkan tingkat

solvabilitas Dana Tabarru’ tidak memenuhi ketentuan peraturan

perundang-undangan. Dengan demikian, Surplus Underwriting

akan ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’ seluruhnya.

Besaran Prosentase Pembagian Surplus Underwriting dihitung pada akhir

tahun pembukuan dan ditetapkan dalam suatu Surat Keputusan dari manajemen

Pengelola.58

B. Analisis Kesesuaian Pembagian Surplus Underwiritng terhadap Regulasi

1. Kesesuaian Pembagian surplus underwriting terhadap Fatwa

DSN-MUI

Sebagai sebuah lembaga keuangan syariah non bank, hendaknya

segala kegiatan yang dilakukan tidak bertentangan dengan ketentuan

syariah yang ada, dalam hal ini Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis

58

Wawancara Pribadi dengan Ahaddin Noekman. Jakarta, 27 Mei 2015

55

Ulama Indonesia (DSN-MUI). Begitupun dalam pembagian surplus

underwritung, pembagian surplus underwrtiting haruslah sesuai dengan

ketentuan syariah yang telah ditetapkan, draft pembagian haruslah dibuat

dengan jelas dan juga tidak memberatkan salah satu pihak yang melakukan

kontrak.

Dari pembagian surplus underwriting pada Unit Syariah PT Tugu

Pratama Indonesia yang telah dikemukakan, penulis hendak melakukan

analisis terhadap surplus underwriting tersebut terhadap fatwa DSN-MUI

No: 53/DSN-MUI/III/2006 tentang akad tabarru' pada asuransi syariah

dalam hal pembagian surplus underwriting. apakah pembagian tersebut

telah sesuai dengan prinsip syariah yang berlaku, dibuat secara jelas dan

tidak memberatkan salah satu pihak yang berkontrak.

Fatwa DSN-MUI No. 53 tahun 2006 tentang Akad Tabarru’ pada

Asuransi Syariah pada bagian keenam tentang Surplus Underwriting

sebagai berikut:

a. Jika terdapat surplus underwriting atas dana tabarru’, maka boleh

dilakukan beberapa alternative sebagai berikut59

:

1) Diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan dalam akun

tabarru’.

2) Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dibagikan

sebagian lainnya kepada para peserta yang memenuhi syarat

aktuaria/manajemen risiko.

59

Fatwa DSN No: 53/DSN-MUI/III/2006

56

3) Disimpan sebagian sebagai cadangan dana dan dapat dibagikan

sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi dan para peserta

sepanjang disepakati oleh para peserta.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Unit Syariah PT Tugu

Pratama Indonesia besaran prosentase pembagian surplus underwriting

dihitung pada akhir tahun pembukuan dan ditetapkan dalam suatu Surat

Keputusan dari manajemen Pengelola60

. Namun besaran pembagian

surplus underwriting yang tertera dalam polis yaitu apabila terdapat

surplus maka perusahaan akan memperoleh 50% sebagai intensip atas

pengelolaan sedangkan sisanya 50% akan didistribusikan secara

proporsional sebagai bagian dari kontribusi periode perpanjangan dari tiap

peserta. Hal ini tidak sesuai dengan fatwa dsn yang telah mengatur surplus

underwriting.

b. Pilihan terhadap salah satu alternatif tersebut diatas harus disetujui

terlebih dahulu oleh peserta dan dituangkan dalam akad. Pada Unit

Syariah PT Tugu Pratama Indonesia apabila melihat sertifikat akad

(polis) perusahaan tidak memilih alternatif yang sudah difatwakan oleh

dsn. Namun dalam hal mencantumkan ke dalam polis Unit Syariah PT

Tugu Pratama Indonesia telah sesuai dengan fatwa dsn karena di dalam

polis dituangkan prosentase pembagiannya.

60

Wawancara Pribadi dengan Ahaddin Noekman. Jakarta, 27 Mei 2015

57

Kemudian pada fatwa dsn no 53 bagian ketujuh tentang defisit

underwriting:

1. Jika terdapat defisit underwriting atas dana tabarru’ (defisit tabarru’),

maka perusahaan asurasi wajib menanggulangi kekurangan tersebut

dalam bentuk Qardh (pinjaman).

Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia pernah mengalami defisit

undwriting pada tahun 2011-2013. Berdasarkan hasil wawancara

dengan pihak Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia bahwa

Apabila Dana Tabarru’ tidak mencukupi untuk menutup beban

asuransi (terjadi defisit Dana Tabarru’), Pengelola akan memberikan

pinjaman suka rela atas dasar Al-Qardh Al-Hasan guna menutup

defisit Dana Tabarru’ dimaksud.61

Hal ini sesuai dengan apa yang

telah diatur oleh Dewan Syariah Nasional

2. Pengembalian dana qardh kepada perusahaan asuransi disishkan dari

dana tabarru’. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Unit

Syariah PT Tugu Pratama Indonesia bahwa Pinjaman suka rela dari

Pengelola akan dikembalikan / diperhitungkan kembali dari Dana

Tabarru’ yang terkumpul pada periode berikutnya karena pada

dasarnya tidak mungkin perusahaan asuransi menolak suatu

pembayaran klaim nasabah akibat premi yang diterima lebih kecil dari

jumlah kliam yang terjadi.62

Begitupun dengan hal ini Unit Syariah PT

61

Wawancara Pribadi dengan Ahaddin Noekman. Jakarta, 27 Mei 2015 62

Wawancara Pribadi dengan Ahaddin Noekman. Jakarta, 27 Mei 2015

58

Tugu Pratama Indonesia telah sesuai dengan fatwa yang mengatur

pengembalian dana qardh.

2. Kesesuaian dengan PMK No. 18 Tahun 2010

PMK No. 18/PMK.010/2010 Tentang Penerapan Prinsip Dasar

Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip

Syariah mengatur pengalokasian surplus underwriting dana tabarru'.

Pasal 13 Ayat 1 sama halnya dengan fatwa DSN-MUI No. 53 tentang

pembagian surplus underwriting dimana pembagian surplus underwriting

yang dilakukan oleh Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia apabila

terdapat surplus maka perusahaan akan memperoleh 50% sebagai intensip

atas pengelolaan sedangkan sisanya 50% akan didistribusikan secara

proporsional sebagai bagian dari kontribusi periode perpanjangan dari tiap

peserta. Hal inilah yang belum disesuaikan oleh Unit Syariah PT Tugu

Pratama Indonesia dalam pembagian surplus underwriting.

Kemudian pada ayat 2 pilihan pembagian surplus underwiritng wajib

dimuat di dalam polis. Dalam setiap polis Unit Syariah PT Tugu Pramata

Indonesia telah memuat pembagian surplus underwriting apabila terjadi.

Hal tersebut telah sesuai dengan telah diatur didalam PMK.

Kemudian pada ayat 3 pembagian surplus underwriting dan proporsi

pembagian surplus underwriting tidak dapat diubah sampai dengan

berakhirnya polis. Setiap polis yang dikeluarkan oleh Unit Syariah PT

Tugu Pratama Indonesia mencantumkan pembagian surplus

59

underwritingyang tentunya tidak akan berubah sampai berakhirnya polis.

Hal ini sesuai dengan pmk.

Kemudian pada ayat 4 surplus underwriting yang dapat dibagikan

dihitung berdasarkan kekayaan/aktiva dalam bentuk kas. Perhitungan

dalam laporan keuangan yang dihitung oleh PT Tugu Pratama Indonesia

berdasarkan kekayaan dalam bentuk kas. Hal ini telah sesuai dengan

aturan yang dimuat dalam pmk.

Kemudian ayat 5 dalam hal pembagian surplus underwriting kepada

peserta secara ekonomis membutuhkan biaya yang lebih besar dari pada

bagian yang akan dibagiakan, perusahaan tidak dapat mengambil bagian

Peserta tersebut, dan dapat menambahkannya ke dalam Dana tabarru’,

memperitungannya untuk mengurangi kontribusi Peserta periode

berikutnya, atau memanfaatkannya untuk dana sosial. Berdasarkan

wawancara dengan pihak Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia bahwa

Dalam hal pembagian surplus underwriting kepada Peserta secara

ekonomis membutuhkan biaya yang lebih besar daripada bagian yang akan

dibagikan kepada Peserta, maka disetujui bahwa bagian Surplus

Underwriting yang menjadi hak Peserta dimaksud digunakan untuk

Menambah Dana Tabarru’ atau Mengurangi Kontribusi Peserta periode

asuransi berikutnya, atau Dana sosial.63

Hal ini telah disesuaikan oleh Unit

Syariah PT Tugu Pratama Indonesia terhadap pmk.

63

Wawancara Pribadi dengan Ahaddin Noekman. Jakarta, 27 Mei 2015

60

Kemudian ayat 6 pemanfaatan bagian surplus underwriting peserta

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib diatur di dalam polis.

Pemanfaatan bagian surplus underwriting dimaksud pada ayat 5 tidak

diatur di dalam polis artinya pada Unit Syariah PT Tugu Pratama

Indonesia tidak menyesuaikan dengan pmk.

Pasal 14 ayat 1 perusahaan dilarang melakukan pembagian surplus

underwriting kepada peserta atau perusahan apabila masih terdapat Qardh

di dalam kewajiban dana tabarru’ dan pembagian surplus underwriting

dapat mengakibatkan tingkat solvabilitas dana tabarru’ tidak memenuhi

ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian ayat 2 dalam hal

terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 surplus underwriting

seluruhnya ditambahkan ke dalam dana tabarru’. Pada pasal ini Unit

Syariah PT Tugu Pratama Indonesia telah sesuai karena Hasil wawancara

dengan pihak Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia bahwa Surplus

Underwriting tidak dapat dibagikan dalam hal Masih terdapat Qardh di

dalam kewajiban Dana Tabarru’, dan/ atau Pembagian Surplus

Underwriting dapat mengakibatkan tingkat solvabilitas Dana Tabarru’

tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan

demikian, Surplus Underwriting akan ditambahkan ke dalam Dana

Tabarru’ seluruhnya64

.

Pembagian surplus underwriting jika dibandingkan dengan

perusahaan asuransi syariah kerugian lainnya seperti Unit Syariah PT

64

Wawancara Pribadi dengan Ahaddin Noekman. Jakarta, 27 Mei 2015

61

Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pembagian surplus

underwriting yang komposisinya sebesar 30% untuk peserta, 65,5% untuk

pengelola dan 2,5% untuk cadangan dana tabarru’.65

Dimana Unit syariah

PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 telah sesuai dalam

pembagiannya. Kemudian pada unit syariah PT Asuransi Ramayana dalam

pembagian surplus underwriting ketentuan komposisinya sebesar 60%

untuk pengelola, 30% diberikan kepada peserta dan 10% dikembalikan

cadangan dana tabarru’.66

pembagaian ini pun telah sesuai dengan fatwa

DSN no 53 tahun 2006. Namun bila melihat ketiga perusahaan ini dalam

pembagian surplus underwriting besaran pembagian yang diberikan

kepada perusahaan lebih besar dibanding pembagian kepada peserta

ataupun ke cadangan dana tabarru’. Hal ini akan mangacu kepada praktik

maisir, dimana perusahaan lebih banyak mengambil keuntungan dari

suplus underwriting dengan persentase yang lebih besar dalam

pembagiaannya.

65

Euis Lia Karwati, “Metode Alokasi Surplus Underwriting Dana Tabarru’ pada Asuransi

Kerugian Syariah (Studi Pada Unit Syariah PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967),” (skripsi

S1 Fakultas Syariah dan Huku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), hal. 78 66

Khoiro Indana Fahma, “Teknik Perhitungan Surplus underwriting Produk Asuransi

Kebakaran dan Asuransi Kendaraan Bermotor pada PT Asuransi Ramayana Tbk. Unit Syariah”,

(skripsi S1 Fakultas Syariah dan Huku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), hal. 73

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan tabel 4.1 Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia

mengalami defisit underwriting dana tabarru’ sebesar Rp (2,830,000,000)

pada tahun 2013 dan berdasarkan tabel 4.2 Unit Syariah PT Tugu Pratama

Indonesia mengalami surplus underwriting sebesar Rp 3,966,000,000 pada

tahun 2014. Selanjutnya PT Tugu Pratama Indonesia dalam perjanjiannya

dengan peserta yang dituangkan ke dalam polis apabila terdapat surplus

maka perusahaan akan memperoleh 50% sebagai insentif atas pengelolaan

sedangkan sisanya 50% akan didistribusikan secara proporsional sebagai

bagian dari kontribusi periode perpanjangan dari tiap peserta.

2. Terdapat ketidaksesuaian pada pembagian surplus underwriting yang

dilakukan oleh Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia. Hal ini

bertentangan dengan fatwa DSN-MUI no. 53 tahun 2006. Namun dalam

hal penyediaan dana qardh ketika terjadi defisit dan pengembalian dana

qardh telah sesuai. Kemudian penerapan PMK No. 18/PMK.010/2010

tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan

Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah bagian Surplus Underwriting

pasal 13 ayat 2 sampai dengan ayat 5 PMK No. 18/PMK.010/2010 secara

umum telah sesuai. Namun pada bagian Pemanfaatan bagian surplus

underwriting yang dijelaskan pada pasal 13 ayat 5 PMK No.

63

18/PMK.010/2010 di dalam polis tidak dicantumkan. Hal ini tidak sesuai

dengan pasal 13 ayat 6 PMK No. 18/PMK.010/2010 yang mengharuskan

untuk mencantumkan pemanfaatan surplus underwriting di dalam polis.

B. Saran

1. Bagi perusahaan agar terus meningkatkan strategi bisnis untuk

meningkatkan pendapatan premi tabarru dan menjaga kualitas

layanan serta melakukan promosi untuk meningkatkan jumlah nasabah

dan pendapatan premi tabarru.

2. Bagi tim underwriting harus lebih cermat dalam menyeleksi calon

peserta asuransi agar tidak dapat memprediksi besar klaim yang dapat

di tanggung ole perusahaan sendiri.

3. PT Tugu Pratama dapat meninjau kembali tentang pembagian surplus

underwriting dan melakukan perbaikan sesuai dengan ketentuan fatwa

DSN-MUI No. 53 tahun 2006 dan PMK No. 18/PMK.010/2010.

4. Dewan pengawas syariah harus lebih teliti dalam mengawasi dan me-

review pembagian surplus underwriting agar apa yang telah ditetapkan

oleh fatwa DSN sesuai dengan penerapannya.

64

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Hasan. Asuransi dalam Persepektif Hukum Islam Suatu Teori Analisis

Historis Teoritis dan Praktik Jakarta: Kencana, 2004.

Amrin, Abdullah. Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah Jakarta: PT Elex

Media Komputindo, 2011.

Anwar, Khoiril. Asuransi Syariah. Halal & Maslahat Solo: Tiga Serangkai, 2007.

Certifikat Of Ta'min For Fire PSKI Insurance, PT TPI (Jakarta) Periode 28 Mei

2013 Sampai 28 Mei 2014

Dian Astria,”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba (Studi PT Takaful

Keluarga)”, Skripsi S1 Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan

Manajemen IPB, 2009.

Darmawi, Herman. Manajemen Asuransi, BumiAksara, Jakarta, 2000.

Dewi, Gemala. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Dan Perasuransian

Syariah Di Indonesia Jakarta: Kencana, cet.3 2006.

Fatwa Dewan Syariah Nasional no.21/DSN-MUI/X/2001 Tentang pedoman

umum asuransi syariah. Jakarta : MUI, 2001.

Fatwa DSN-MUI No 53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad Tabarru pada

Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah, Jakarta : MUI, 2006

Hasyim, Ali. A. dkk., Kamus Asuransi Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002.

Husein, Rahmat Asuransi Takaful Selayang Pandang dalam Wawasan Islam dan

Ekonomi, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1997.

Indana Fahma, Khoiro “Teknik Perhitungan Surplus underwriting Produk

Asuransi Kebakaran dan Asuransi Kendaraan Bermotor pada PT Asuransi

Ramayana Tbk. Unit Syariah”, (skripsi S1 Fakultas Syariah dan Huku

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013

Laporan Tahunan 2013 Annual Report, Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia.

Laporan Tahunan 2014 Annual Report, Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia.

Lathif, Ah. Azharuddin. Kompilasi Bahan Kuliah Hukum Perjanjian Asuransi

Syariah Jakarta: FSH, 2012.

Lia Karwati, Euis “Metode Alokasi Surplus Underwriting Dana Tabarru’ pada

65

Asuransi Kerugian Syariah (Studi Pada Unit Syariah PT Asuransi Umum

Bumiputera Muda 1967),” skripsi S1 Fakultas Syariah dan Huku UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

Novi Puspitasari “Model Proporsi Tabarru’ dan Ujrah Pada Bisnis Asuransi

Umum Syariah di Indonesia” Jurnal: Akuntansi dan Keuangan Indonesia,

1 Juni 2012

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010, Tentang Dasar

Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip

Syariah. Jakarta 2010

Praja, Juhaya S. Asuransi Takaful, artikel dikeluarkan oleh PT Syarikat takaful

Indonesia.

Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Zikrul Hakim:

Jakarta) 2008

Salim, Abbas. asuransi dan manajemen risiko (Jakarta: PT Raja Grafindo

persada, 2005.

Soeranto dan Lincolin Arsyad, Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis

Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademik Manajemen

Perusahaan YKPN, 2003 Edisi Revisi.

Sugeng dan Rachmafitriati “Penetapan Target Premi Asuransi Jiwa Syariah Untuk

Mencapai Titik Impas dengan Pendekatan Medel Profit Testing” (Jurnal:

Bisnis & Birokrasi, Ilmu Administrasi dan Organisasi, Mei –Agustus 2009

Suhendi, Hendi dan Deni K. Yusup, Asuransi Takaful dari Teoritis ke Praktis,

Bandung: Mimbar Pustaka, 2005

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta

CV, 2009.

Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (Life and General) Konseo dan Sistem

Operasional, Jakarta: Gema Insani, 2004.

Suma, Muhammad Amin. Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional,

Tangerang: Kholam Publishing, 2006.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian

Yafie, Ali Asuransi Dalam Pandangan Syariat Islam, Menggagas Fiqh Sosial,

Penerbit Mizan Bandung, 1994

66

Wawancara Pribadi dengan Ahaddin Noekman. Jakarta, 27 Mei 2015

Internet :

DSN. “sekilas tentang DSN” artikel diakses pada 13 Agustus 2015 pukul 11.00

WIB dari http://www.dsnmui.or.id/index.php?page=sekilas

Agustianto,”Fatwa Ekonomi Syariah di Indonesia” artikel diakses pada 13

Agustus 2015 pukul 11.20 WIB dari

http://ekisopini.blogspot.com/2010/01/fatwa-ekonomi-syariah-di-

indonesia.html

Handoko, Priyo. “Peran DSN” artikel diakses pada 13 Agustus 2015 pukul 11.00

WIB dari http://www.rmpriyohandoko.com/blog/2013/01/14/peran-

dewan-syariah-nasional-majelis-ulama-indonesia-dalam-perbankan-

syariah/

Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://kbbi.web.id/asuransi

SURAT KETERANGANNomor: 048/SKT/HRG-RIRjTPIjVIII/2015

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa :

Nama FIRMAN FUDHOLI

N.I.M. 1111046200009

Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Syariah dan Hukum

Jurusan Muamalat / Asuransi Syariah

Telah melakukan permohonan data dan wawancara dalam rangka penyelesaian tugas

akhir (skripsi) pada PT. Tugu Pratama Indonesia pada tanggal 27 Mei 2015 dengan judul

skripsi:

"Relevansi Perlakuan Surplus Underwriting Terhadap Fatwa DSN NO. 53

Tahun 2006 Pada Unit Syariah PTTugu Pratama Indonesia".

Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 6 Agustus 2015

PT. Tugu Pratama Indonesia

Budi P. Amir'IoHRD& GA Group Head \i1-

PT TUGU PRATAMA INDONESIA - General Insurance(a Member of PERTAMINA)

HEAD 8F.FICE :Wisma Tugu 1, JI.H.R.RasunaSaid,Kav C S-9, Jakarta, Indonesia 1292P I TI +6221 529 61777(~unting) I FJ +6221 52961655/52962555IE I [email protected] [email protected] I [email protected]

I WWW.tU9u.com

HASIL WAWANCARA

RELEVANSI PERLAKUAN SURPUS UNDERWRITING TERHADAP FATWA DSN NO.

53 TAHUN 2006 PADA PT TUGU PRATAMA INDONESIA UNIT SYARIAH

1. Bagaimana tingkat surplus (defisit) underwriting pada tahun 2012-2014 pada Unit

Syariah PT Tugu Pratama Indonesia?

Kondisi surplus (defisit) underwriting pada tahun 2012 dan 2013 mengalami defisit

underwriting, tetapi tahun 2014 sudah mengalami beberapa perbaikan sehingga surplus

underwriting mengalami posisi surplus. Pada tahun 2012 divisi syariah mengalami defisit

sebesar Rp. (11.086.171.482) dan di tahun 2013 sebesar Rp. (5.605.918.085), sedangkan

di tahun 2014 syariah mengalami surplus sebesar Rp. 2.720.485.962.

2. Bagaimana metode perhitungan yang digunakan dalam alokasi surplus (defisit)

underwriting pada Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia?

Apabila Dana Tabarru’ tidak mencukupi untuk menutup beban asuransi (terjadi defisit

Dana Tabarru’), Pengelola akan memberikan pinjaman suka rela atas dasar Al-Qardh Al-

Hasan guna menutup defisit Dana Tabarru’ dimaksud. Pinjaman suka rela dari Pengelola

akan dikembalikan / diperhitungkan kembali dari Dana Tabarru’ yang terkumpul pada

periode berikutnya.

3. Apakah pernah terjadi defisit underwriting? Apa penyebabnya? Apa yang dilakukan

perusahaan untuk mengatasi terjadinya defisit underwriting?

Pernah, di karenakan terdapat bisnis yang mengalami kerugian (Asuransi Kesehatan)

yang presentasi angka klaimnya jauh lebih besar di bandingkan kontribusi premi yang di

dapat. Selain itu terdapat beberapa reasuransi yang masih menggunakan perusahaan

reasuransi konvensional di karenakan keterbatasan limit perusahaan reasuransi syariah

sehingga perlakuan yang di terapkan terhadap perusahaan konvensional tersebut

menggunakan metode konvensional sehingga sewaktu di terapkan ke prinsip syariah hal

tersebut dapat merugikan secara surplus underwriting.

Hal yang di lakukan yaitu menutup bisnis yang mengalami kerugian dalam hal surplus

underwriting dan meminimalisir penggunaan perusahaan reasuransi konvensional untuk

membackup risiko yang terjadi. Sehingga perusahaan dapat lebih efektif dan efisien

dalam peritungan surplus underwriting dan mengubah dari defisit menjadi surplus.

4. Apa saja faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya surplus underwriting?

Total premi > beban klaim + beban reasuransi (total biaya klaim)

5. Bagaimanakah Dewan Pengawas Syariah mengawasi dalam hal pembagian surplus

(defisit) Underwriting?

DPS mengawasi dengan adanya meeting mingguan yang dilakukan dengan unit syariah

dimana DPS akan memonitor untuk perkembangan dari proses tersebut. Penetapan

pembagian surplus tersebut ditetapkan dalam fatwa DPS.

6. Bagaimana peserta mengetahui pembagian surplus underwriting?

1. Pada akhir masa asuransi (Sertifikat sudah jatuh tempo), Peserta akan memperoleh

pembagian Surplus Underwriting yang dihitung berdasarkan rumus:

2. Prosentase Pembagian Surplus Underwriting 1) x Iuran Tabarru' Peserta x Jumlah Hari Lunas 2)

3653) atau Jangka Waktu Asuransi 4)

Dengan ketentuan:

a. Peserta tidak pernah menerima pembayaran atau sedang mengajukan klaim atas

Sertifikat.

b. Peserta tidak membatalkan perjanjian Sertifikat.

c. Terdapat Surplus Underwriting

Keterangan:

1) Prosentase pembagian surplus underwriting per tahun, dihitung dari total Surplus

Underwriting yang menjadi hak seluruh peserta dibagi dengan Iuran Tabarru’ dari

seluruh Peserta.

2) Jumlah hari lunas dihitung mulai dari tanggal pelunasan Kontribusi oleh Peserta

sampai dengan tanggal akhir periode asuransi.

3) 365 digunakan jika periode Sertifikat satu tahun atau kurang

4) Jangka waktu Manfaat digunakan jika periode Sertifikat lebih dari satu tahun.

3. Dalam hal pembagian surplus underwriting kepada Peserta secara ekonomis

membutuhkan biaya yang lebih besar daripada bagian yang akan dibagikan kepada

Peserta, maka disetujui bahwa bagian Surplus Underwriting yang menjadi hak Peserta

dimaksud digunakan untuk:

a. Menambah Dana Tabarru’;

b. Mengurangi Kontribusi Peserta periode asuransi berikutnya, atau

c. Dana sosial.

4. Surplus Underwriting tidak dapat dibagikan dalam hal:

a. Masih terdapat Qardh di dalam kewajiban Dana Tabarru’, dan/ atau

b. Pembagian Surplus Underwriting dapat mengakibatkan tingkat solvabilitas Dana

Tabarru’ tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan

demikian, Surplus Underwriting akan ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’

seluruhnya.

5. Besaran Prosentase Pembagian Surplus Underwriting dihitung pada akhir tahun

pembukuan dan ditetapkan dalam suatu Surat Keputusan dari manajemen Pengelola.

7. Bagaimana mekanisme pendistribusian surplus underwriting kepada peserta?*

Mekanisme pendistribusian dengan melihat adanya kecukupan dana tabarru untuk

dibagikan kepada peserta yang berhak dengan membagikan secara langsung.

8. Apakah ada syarat dan ketentuan khusus jika terjadi surplus underwriting dalam

mendristribusikannya?*

a. Peserta tidak pernah menerima pembayaran atau sedang mengajukan klaim atas

Sertifikat.

b. Peserta tidak membatalkan perjanjian Sertifikat.

c. Terdapat Surplus Underwriting

9. Kapankah peserta asuransi menerima surplus underwriting?*

*jika pembagian surplus underwriting ketiga bagian.

Besaran Prosentase Pembagian Surplus Underwriting dihitung pada akhir tahun

pembukuan dan ditetapkan dalam suatu Surat Keputusan dari manajemen Pengelola.

DAFTAR PERTANYAAN

RELEVANSI PERLAKUAN SURPUS UNDERWRITING TERHADAP FATWA DSN NO.

53 TAHUN 2006 PADA PT TUGU PRATAMA INDONESIA UNIT SYARIAH

1. Bagaimana tingkat surplus (defisit) underwriting pada tahun 2012-2014 pada Unit

Syariah PT Tugu Pratama Indonesia?

2. Bagaimana metode perhitungan yang digunakan dalam alokasi surplus (defisit)

underwriting pada Unit Syariah PT Tugu Pratama Indonesia?

3. Apakah pernah terjadi defisit underwriting? Apa penyebabnya? Apa yang dilakukan

perusahaan untuk mengatasi terjadinya defisit underwriting?

4. Apa saja faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya surplus underwriting?

5. Bagaimanakah Dewan Pengawas Syariah mengawasi dalam hal pembagian surplus

(defisit) Underwriting?

6. Bagaimana peserta mengetahui pembagian surplus underwriting?

7. Bagaimana mekanisme pendistribusian surplus underwriting kepada peserta?*

8. Apakah ada syarat dan ketentuan khusus jika terjadi surplus underwriting dalam

mendristribusikannya?*

9. Kapankah peserta asuransi menerima surplus underwriting?*

*jika pembagian surplus underwriting ketiga bagian.

PEMILIK PERSEROAN

PT. Pertamina (Persero) : 65.00 % PT. Sakti Laksana Prima : 17.60 % Siti Taskiyah : 12.15 % Moh. Satya Permadi : 5.25 %

DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

Dewan Komisaris: Presiden Komisaris : Luhur Budi Djatmiko 1)

Komisaris : Mohammad Rudy Salahuddin Ramto Komisaris : Alexander Rusli 3)

Komisaris : Eddy Porwanto Poo 2)

Komisaris Independen : Hilda Rossieta

Indikator Keuangan Lainnya 2013 2012

A. Dana Jaminan a. Dana Jaminan dari kekayaan Dana Perusahaan 5,000 5,000 b. Dana Jaminan dari Dana Tabarru' c. Dana Jaminan dari Dana Peserta Total Dana Jaminan 5,000 5,000

B. Rasio investasi (SAP) terhadap cad. Teknis dan utang klaim (%) 799% 158%

C. Rasio Premi Retensi Sendiri terhadap Modal Sendiri (%) 503% 164%

D. Rasio Jumlah Premi Penutupan Langsung terhadap Premi Penutupan Tidak Langsung (%) 0% 0%

E. Rasio Likuiditas (%) 105% 146%

F. Rasio Beban (Klaim, Usaha, dan Komisi) terhadap Pendapatan Premi Neto (%) 155% 110%

KOMISARIS DAN DIREKSI

Dewan Pengawas Syariah

1. Ketua : DR. H. Jafril Khalil, MCL, FIIS4)

2. Anggota : Drs. Hasanudin, M.Ag.

1 PENDAPATAN ASURANSI 2 Kontribusi bruto 45.558 58.602 3 Ujrah pengelola (15.552 ) (23.719 ) 4 Bagian reasuransi (atas resiko) (23.584 ) (23.870 ) 5 Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak 3.691 (3.096 )

6 Jumlah premi bruto 10.113 7.917

7 BEBAN ASURANSI 8 Pembayaran Klaim (26.843 ) (25.834 ) 9 Klaim yang ditanggung reasuransi dan pihak lain 11.257 7.598 10 Klaim yang masih harus dibayar - - 11 Klaim yang masih harus dibayar yang ditanggung - - reasuransi dan pihak lain - - 12 Penyisihan teknis (133 ) 1.216 13 Beban pengelolaan reasuransi - -

14 Jumlah beban asuransi (15.719 ) (17.020 )

15 Surplus (Defisit) Neto Asuransi (5.606 ) (9.103 )

16 Pendapatan Investasi 17 Total pendapatan investasi 294 323 18 Dikurangi : Beban pengelolaan portfolio investasi - - 19 Pendapatan investasi neto 294 323

20 Pendapatan (beban) lain 2.482 7.597

21 Surplus (defisit) Underwriting Dana Tabarru' (2.830 ) (1.183 )

Kekayaan yang Tersedia untuk Qardh

A. Kekayaan tersedia untuk qardh 6.232 5.090 B. Minimum Kekayaan yang wajib disediakan untuk qardh***) a. 25% x Jumlah dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul akibat deviasi 2.800 1.411 b. Jumlah dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kegagalan proses produksi. ketidakmampuan SDM dan sistem untuk berkinerja baik. atau kejadian dari luar 240 527

C. Kelebihan (Kekurangan) Kekayaan yang Tersedia Untuk qardh 3.192 3.152

Solvabilitas Dana Perusahaan A. Tingkat Solvabilitas a. Kekayaan 61,983 45,320 b. Kewajiban 23,364 12,346

c. Jumlah Tingkat Solvabilitas 38,619 32,974

B. Minimum Solvabilitas Dana Perusahaan****) a. Kekayaan yang tersedia untuk Qardh 3,040 1,938

b. Modal Sendiri atau Modal Kerja Minimum 25,000 25,000 c. Jumlah Minimum Solvabilitas Dana Perusahaan (Jumlah yang lebih besar antara a dan b) 25,000 25,000

C. Kelebihan (Kekurangan) Dana Solvabilitas Perusahaan 13,619 7,974

I. ASET 1. Kas dan Bank 37.663 19.912

2. Investasi

- Deposito Berjangka 408.927 477.889

- Efek-efek

- Saham 25.289 25.680

- Obligasi 954.345 658.108

- Reksadana 301.899 297.238

- Penyertaan Langsung 5.108 5.100

- Investasi Saham pada Entitas Asosiasi 1.002.089 803.786

Jumlah Investasi 2.697.657 2.267.801

3. Piutang Premi - Bersih 828.499 528.098

4. Piutang Reasuransi - Bersih 101.660 150.479

5. Piutang Lain-lain 28.371 30.619

6. Aset Lain-lain 32.680 17.694

7. Aset Tetap - Bersih 8.446 8.039

8. Aset Reasuransi 2.639.777 2.144.240

9. Aset Pajak Tangguhan 57.419 60.484

10. JUMLAH ASET ( 1 s.d. 9 ) 6.432.172 5.227.366

I. ASET 1 Kas dan bank 16.470 10.348 2 Piutang kontribusi 19.633 17.935 3 Piutang reasuransi - - 4 Piutang a. Mudharabah - - b. Salam - - c. Istishna' - - 5 Deposito 39.361 33.648 6 Investasi pada surat berharga - - 7 Pembiayaan a. Mudharabah - - b. Musyarakah - - 8 Investasi pada entitas lain - - 9 Properti investasi - - 10 Aset lain 4.336 4.336

11 Jumlah aset 79.800 66.267

II. KEWAJIBAN 1 Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak 714 4.406 2 Utang klaim 2.087 4.588 3 Klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan 190 56 4 Bagian peserta atas surplus underwriting dana tabarru' yang masih harus dibayar - - 5 Utang reasuransi 20.219 14.044 6 Utang dividen - - 7 Utang pajak - - 8 Utang Lain 15.960 5.358

9 Jumlah kewajiban 39.170 28.452 III. DANA PESERTA 10 Dana syirkah temporer a. Mudharabah 11 Dana Tabarru' 2.011 4.841

12 Jumlah dana peserta 2.011 4.841

IV. EKUITAS 13 Modal disetor 25.000 25.000 14 Tambahan modal disetor 15 Saldo laba 13.619 7.974

16 Jumlah ekuitas 38.619 32.974

16 Jumlah kewajiban. dana peserta dan ekuitas 79.800 66.267

1 Pendapatan 2 Pendapatan pengelolaan operasi asuransi 15.552 23.719 3 Pendapatan pengelolaan portfolio investasi dana peserta - - 4 Pendapatan pembagian surplus underwriting - - 5 Pendapatan investasi 1.116 1.000

6 Jumlah pendapatan 16.668 24.719 7 Beban 8 Beban komisi 5.682 7.547 9 Ujrah dibayar 5.335 4.799 10 Beban umum dan administrasi 1.035 807 11 Beban pemasaran 92 63 12 Beban pengembangan - - 13 Jumlah Beban 12.144 13.216 14 Laba usaha 4.524 11.503 15 Pendapatan (beban) non usaha neto 1.121 (13.148 ) 16 Laba sebelum pajak 5.645 (1.645 ) 17 Beban pajak - - 18 Zakat - - 19 Laba neto 5.645 (1.645 )

NO URAIAN 2013 2012

NO URAIAN 2013 2012 NO URAIAN 2013 2012 URAIAN 2013 2012

NO URAIAN 2013 2012

ASET 2013 2012 LIABILITAS DAN EKUITAS 2013 2012 URAIAN 2013 2012) KETERANGAN 2013 2012)

I. LIABILITAS 1. Utang Klaim 5.194 82.429

2. Utang Reasuransi 874.698 509.078

3. Utang Komisi 27.589 24.318

4. Utang Pajak 54.675 12.693

5. Utang Lain-lain 40.159 66.340

6. Pendapatan Premi Ditangguhkan - 41.414

7. Estimasi Klaim 2.073.842 1.850.636

8. Premi Belum Merupakan Pendapatan 872.433 507.996

9. Pendapatan Komisi Ditangguhkan - Bersih 44.142 24.530

10. Liabilitas Imbalan Kerja 155.577 146.706

11. JUMLAH LIABILITAS (1 s.d. 10) 4.148.309 3.266.140

12. Akumulasi Cadangan Dana Tabarru' 2.011 4.841

II. EKUITAS

13. Modal Saham 160.000 160.000

14. Tambahan Modal Disetor (24.750 ) -

15. Selisih Nilai Transaksi Entitas Sepengendali - (24.750 )

16. Selisih Kurs Penjabaran Laporan Keuangan 274.524 177.053

17. Keuntungan/(kerugian) yang belum

direalisasi atas efek-efek yang tersedia

untuk dijual - bersih (52.514 ) 15.258

18. Saldo Laba

- Dicadangkan 413.169 405.696

- Belum Dicadangkan 1.511.423 1.223.128

19. JUMLAH EKUITAS (13 s.d. 18) 2.281.852 1.956.385 20. JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS (11+12+19) 6.432.172 5.227.366

RASIO KESEHATAN KEUANGANPER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

(dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)Per 31 Desember 2013 dan 2012

(dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) PERUSAHAAN / UNIT SYARIAHPER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

(dalam jutaan rupiah)

LAPORAN SURPLUS (DEFISIT) UNDERWRITING DANA TABARRU'UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

(dalam jutaan rupiah)

KESEHATAN KEUANGAN DANA PERUSAHAAN31 DESEMBER 2013 DAN 2012

(dalam jutaan rupiah)

KESEHATAN KEUANGAN DANA TABARRU'31 DESEMBER 2013 DAN 2012

(dalam jutaan rupiah)

LAPORAN LABA RUGI DANA PERUSAHAANUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

(dalam jutaan rupiah)

LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIFUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL

31 DESEMBER 2013 DAN 2012(dalam jutaan rupiah)

Catatan :

a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) yang disajikan termasuk unit usaha syariah, Laporan Laba Rugi Komprehensif yang disajikan termasuk laporan laba rugi Pengelola unit usaha syariah dan tidak termasuk laporan surplus (defisit) underwriting dana tabarru'. Rincian untuk usaha sesuai asuransi atau reasuransi dengan prinsip syariah disajikan secara terpisah dengan format pengumuman sebagaimana diatur dalam Peraturan Ketua Bapepam dan LK Nomor Per-06/BL/2011 tanggal 29 April 2011

b. Rasio pemenuhan tingkat solvabilitas dan informasi lain yang disajikan dalam pengumuman ini hanya untuk usahaasuransi atau reasuransi dengan prinsip konvensional

c. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) dan Laporan Laba Rugi Komprehensif untuk tahun yang berakhir pada tanggal dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana & Rekan - firma anggota jaringan global PwC dengan pendapat " Wajar Tanpa Pengecualian"

d. Cadangan Teknis dihitung oleh aktuaris "Padma Radya Aktuaria"

e. Angka (nilai) yang disajikan pada Laporan Posisi Keuangan (Neraca) dan Laporan Laba Rugi berdasarkan SAK (Audit Report)

f. Kurs pada tanggal 31 Desember 2013, 1 US $ =Rp.12.189,- Kurs pada tanggal 31 Desember 2012, 1 US $ =Rp.9.670,

Reasuradur Utama

Nama Reasuradur

PT. TUGU PRATAMA INDONESIA

LAPORAN KEUANGAN UNIT SYARIAHPER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

8 kolom x 540 mmk (Full Colour)

**) Sesuai dengan PMK No 11/PMK.010/2011 rasio pencapaian tingkat solvabilitas adalah minimal sebesar 15 % dari jumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul akibat deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban dihitung berdasarkan Peraturan Ketua Bappepam dan LK Nomor : PER-06/BL/2011

***) Jumlah minimum yang dipersyaratkan dalam PMK No. 11/PMK.010/2011 Perhitungan sesuai dengan Peratutan Ketua Bappepam dan LK Nomor : PER-06/BL2011

****) Tingkat solvabilitas minimum berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011

1-3) Idem dengan Catatan pada neraca perusahaan (tersebut di atas)

4) Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) yaitu Prof. Dr. Sofyan Syafri Harahap, hanya aktif menjabat hingga 2 Pebruari 2012, selanjutnya pejabat Ketua DPS digantikan oleh DR. H. Jafril Khalil, MCL, FIIS

Catatan :a. Solvabilitas tahun 2013 dan 2012 disajikan sesuai dngan ketentuan Pasal 3 dan Pasal 52 Peraturan Menteri Keuangan No. 11/PMK.010/2011

tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha reasuransi dengan prinsip syariah, rasio pencapaian tingkat solvabilitas dana Tabarru' adalah sebesar 16% per tanggal 31 Desember 2012 dan 20% per tanggal 31 Desember 2013, dan peraturan Bapepam & LK No. PER-06/BL/2011 tentang Bentuk dan Susunan Laporan Serta Pengumuman Laporan Usaha Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip Syariah

b. Laporan Keuangan ini disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108 tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah

c. Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi Dana Perusahaan, Laporan Surplus (Defisit) Underwriting Dana Tabarru' diambil dari Laporan Keuangan Unit Syariah pada tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 yang diaudit oleh KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan(a member firm of PwC global network) dengan pendapat "Wajar Tanpa

d. Kurs pada tanggal 31 Desember 2013, 1 US $ =Rp.12.189,- Kurs pada tanggal 31 Desember 2012, 1 US $ =Rp.9.670,-

Jakarta, 30 April 2014S.E. & ODireksi

PT TUGU PRATAMA INDONESIA

Tingkat Solvabilitas A. Tingkat Solvabilitas a. Kekayaan Yang Diperkenankan 56,761 39,793 b. Kewajiban 55,110 38,872

c. Jumlah Tingkat Solvabilitas 1,651 921

B. Minimum Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru' **) 7,483 5,644

C. Kelebihan (Kekurangan) BTS (5,832 ) (4,723 )

D Rasio Pencapaian (%) **) 22% 16%

Pemilik Perseroan

PT. Pertamina (Persero) : 65.00 %

PT. Sakti Laksana Prima : 17.60 %

Siti Taskiyah : 12.15 %

Moh. Satya Permadi : 5.25 %

LAPORAN KEUANGANPER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

Reasuradur Dalam Negeri : 1. PT. Reasuransi International Indonesia

2. PT. Reasuransi Nasional Indonesia

3. PT. Maskapai Reasuransi Indonesia, Tbk.

4. PT. Tugu Reasuransi Indonesia

Reasuradur Luar Negeri :

1. Munich Reinsurance Company

2. Hannover Re.

3. Asia Capital Reinsurance Group Pte. Ltd.

4. Scor Reinsurance Asia-Pacific Pte. Ltd.5. Omnium Insurance & Reins. Company6. Lloyd's Underwriters London

Jakarta, 30 April 2014

S.E. & O

DireksiPT TUGU PRATAMA INDONESIA

2013 : 2.281.8522012 : 1.956.385

2013 : 6.432.1722012 : 5.227.366

2013 : 349.033 2012 : 196.357

2013 : 210.8432012 : 149.188

Laba bersih

ekuitas

asset

hasiL investasi

41%78%

17%23%

Keterangan : 1) Penyajian Laporan Posisi Keuangan (Neraca) dan Laporan Laba Rugi Komprehensif disesuaikan dengan ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang

berlaku umum

2) Tingkat kesehatan keuangan merupakan tingkat kesehatan keuangan dengan prinsip konvensional

3) MMBR = Modal Minimum Berbasis Risiko adalah suatu jumlah minimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan, yaitu dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan aset dan liabilitas

4) Sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, target tingkat solvabilitas paling rendah 120% dari modal minimum berbasis risiko

DIREKSIPresiden Direktur : Yasril Y. Rasyid 1)

Direktur Keuangan &Jasa Corporate : HendroyonoDirektur Pemasaran : Sigit Suciptoyono 1)

Direktur Teknik : Choky L. Tobing 2)

Catatan :1) Mulai aktif menjadi Preskom pada tanggal 11 Juli 2013 - sekarang2) Mulai aktif menjadi komisaris pada tanggal 12 Juni 2013 - sekarang3) Berakhir menjabat pada tanggal 26 Juni 2013

Catatan :1) Mulai aktif tanggal 15 Maret 2013 - sekarang2) Berakhir menjabat pada tanggal 30 Oktober 2013

( a Member of PERTAMINA )

Kantor PusatWisma Tugu I, Jl. H.R. Rasuna Said Kav C 8-9, Jakarta 12920

Tel : +62 21-52961777 (hunting) | Fax : +62 21-52961555/52962555Network Offices : Surabaya • bandung • Medan • balikpapan • Hongkong

Email : [email protected] | [email protected] | [email protected]

Dewan Komisaris:Presiden Komisaris : Luhur Budi Djatmiko 1)

Komisaris : Mohammad Rudy Salahuddin Ramto Komisaris : Alexander Rusli 3)

Komisaris : Eddy Porwanto Poo 2)

Komisaris Independen : Hilda Rossieta

DIREKSIPresiden Direktur : Yasril Y. Rasyid 1)

Direktur Keuangan &Jasa Corporate : HendroyonoDirektur Pemasaran : Sigit Suciptoyono 1)

Direktur Teknik : Choky L. Tobing 2)

Reasuradur UtamaNama Reasuradur

Reasuradur Dalam Negeri 1 PT. Reasuransi Internasional Indonesia2 PT. Reasuransi Nasional Indonesia 3 PT. Maskapai Reasuransi Indonesia, Tbk 4 PT. Asuransi Takaful Umum

Reasuradur Luar Negeri 1 Labuan Reinsurance (L) Ltd 2 MNRB Retakaful Berhad

Kantor PusatWisma Tugu I, Jl. H.R. Rasuna Said Kav C 8-9, Jakarta 12920

Tel : +62 21-52961777 (hunting) | Fax : +62 21-52961555/52962555Network Offices : Surabaya • bandung • Medan • balikpapan • Hongkong

Email : [email protected] | [email protected] | [email protected]

Pencapaian Tingkat Solvabilitas

A. Tingkat Solvabilitas a. Aset Yang Diperkenankan 5.473.921 4.382.933 b. Liabilitas 4.150.320 3.317.695

Jumlah Tingkat Solvabilitas 1.323.601 1.065.238

B. Modal Minimum Berbasis Risiko (MMBR) 2)

a. Kegagalan Pengelolaan Aset (Schedule A) 72.958 97.001 b. Ketidakseimbangan antara Proyeksi Arus Aset dan Liabilitas (Schedule B) - - c. Ketidakseimbangan antara Nilai Aset dan Liabilitas dalam Setiap Jenis Mata Uang Asing (Schedule C) 24.500 5.553 d. Beban Klaim Yng Terjadi dan Beban Klaim Yang Diperkirakan (Schedule D) 45.643 116.281 e. Risiko Tingkat Bunga (Schedule E) - - f. Risiko Reasuransi (Schedule F) 103.286 89.690 g. Risiko Operasional (Schedule G) 1.880 -

Jumlah MMBR 248.266 308.524

C. Kelebihan (Kekurangan) Batas Tingkat Solvabilitas 1.075.334 756.714

D. Rasio Pencapaian Solvabilitas(%) 3) 533% 345%

Informasi Lain

a. Jumlah Dana Jaminan 20,000 15,000

b. Rasio Likuiditas (%) 228% 252%

c. Rasio Kecukupan Investasi (%) 658% 673%

d. Rasio Perimbangan Hasil Investasi dengan Pendapatan Premi Neto (%) 53% 48%

e. Rasio Beban (Klaim, Usaha dan Komisi) terhadap Pendapatan Premi Neto (%) 60% 62%

2013 : 265.1892012 : 226.319

2013 : 2.030.625 2012 : 1.433.212

hasiL unDerWritinG

Premi bruto

17%

42%

1 PENDAPATAN UNDERWRITING2 Premi Bruto3 a. Premi Penutupan Langsung 2.075.851 1.501.494 4 b. Premi Penutupan Tidak Langsung 63.589 36.222 5 c. Komisi Dibayar 108.815 104.504 6 Jumlah Premi Bruto (3+4-5) 2.030.625 1.433.212 7 Premi Reasuransi 8 a. Premi Reasuransi Dibayar 1.750.097 1.293.417 9 b. Komisi Reasuransi Diterima 197.291 182.446 10 Jumlah Premi Reasuransi (8-9) 1.552.805 1.110.971 11 Premi Neto (6-10) 477.819 322.242 12 Penurunan (Kenaikan) CAPYBMP 1) 13 a. CAPYBMP tahun lalu 80.707 67.444 14 b. CAPYBMP tahun berjalan 157.710 80.707 15 Penurunan (Kenaikan) CAPYBMP (13-14) (77.003 ) (13.263 )16 Jumlah Pendapatan Premi Neto (11+15) 400.816 308.97917 Pendapatan Underwriting Lain Neto - -

18 PENDAPATAN UNDERWRITING (16+17) 400.816 308.979

19 BEBAN UNDERWRITING

20 Beban Klaim21 a. Klaim Bruto 439.101 686.930 22 b. Klaim Reasuransi 332.039 567.010 23 c. Kenaikan (Penurunan) Cadangan Klaim - -24 c.1. Cadangan Klaim tahun berjalan 157.483 120.223 25 c.2. Cadangan Klaim tahun lalu 128.918 157.483 26 Jumlah Beban Klaim (21-22+24-25) 135.627 82.660 27 Beban Underwriting Lain Neto - - 28 BEBAN UNDERWRITING (26+27) 135.627 82.660

29 HASIL UNDERWRITING (18-28) 265.189 226.31930 Hasil Investasi 210.843 149.188 31 Bagi Hasil - - 32 Beban Usaha33 a. Beban Pemasaran 12.157 10.684 34 b. Beban Umum dan Administrasi 180.642 175.371 35 Jumlah Beban Usaha (33+34) 192.799 186.05536 LABA (RUGI) USAHA ASURANSI (29+30-31-35) 283.233 189.451 37 Hasil (Beban) Lain 136.565 38.689 38 LABA (RUGI) SEBELUM ZAKAT (36+37) 419.798 228.140 39 Zakat - - 40 LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK (38-39) 419.799 228.140 41 Pajak Penghasilan 70.766 31.783 42 LABA SETELAH PAJAK (40-41) 349.032 196.357 43 PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN SETELAH PAJAK 44 Kenaikan (Penurunan) Surat Berharga (67.773 ) 13.312 45 Selisih Penilaian Aset Tetap 46 Selisih Kurs Penjabaran Laporan Keuangan 97.471 29.295 47 Bagian Pendapatan Komprehensif lain Entitas Asosiasi - (2.543 )48 Pendapatan Komprehensif Lain Untuk Tahun Berjalan - Setelah Pajak 29.698 40.064 49 TOTAL LABA (RUGI) BERSIH KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN (42+48) 378.730 236.421

RBC (Risk Based Capital) 533%

COR (Combined Operating Ratio) 60%

Likuiditas 228%

Catatan :1) Mulai aktif menjadi Preskom pada tanggal 11 Juli 2013 - sekarang2) Mulai aktif menjadi komisaris pada tanggal 12 Juni 2013 - sekarang3) Berakhir menjabat pada tanggal 26 Juni 2013

Catatan :1) Mulai aktif tanggal 15 Maret 2013 - sekarang2) Berakhir menjabat pada tanggal 30 Oktober 2013

Reasuradur Utama

Nama Reasuradur

Kekayaan yang Tersedia untuk Qardh A. Kekayaan tersedia untuk qardh 6.292 6.232

B. Minimum Kekayaan yang wajib disediakan untuk qardh*) a. 70% x Jumlah dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul akibat deviasi 5.597 2.800 b. Jumlah dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kegagalan proses produksi. ketidakmampuan SDM dan sistem untuk berkinerja baik. atau kejadian dari luar 124 240

C. Kelebihan (Kekurangan) Kekayaan yang Tersedia Untuk qardh 571 3.192

Solvabilitas Dana Perusahaan

A. Tingkat Solvabilitas a. Kekayaan 74.767 61.983 b. Kewajiban 28.505 23.364 c. Jumlah Tingkat Solvabilitas 46.262 38.619

B. Minimum Solvabilitas Dana Perusahaan***) a. Kekayaan yang tersedia untuk Qardh 5.722 3.040 b. Modal Sendiri atau Modal Kerja Minimum 25.000 25.000 c. Jumlah Minimum Solvabilitas Dana Perusahaan (Jumlah yang lebih besar antara a dan b) 25.000 25.000

C. Kelebihan (Kekurangan) Dana Solvabilitas Perusahaan 21.262 13.619

KESEHATAN KEUANGAN DANA PERUSAHAAN31 DESEMBER 2014 DAN 2013

(dalam jutaan rupiah)

Kantor PusatWisma Tugu I, Jl. H.R. Rasuna Said Kav C 8-9, Jakarta 12920

Tel : +62 21-52961777 (hunting) | Fax : +62 21-52961555/52962555Branches & Network Office: Surabaya • bandung • Medan • balikpapan• SeMarang • paleMbang • Hongkong

email : [email protected] | [email protected] www.tugu.com

LAPORAN KEUANGAN UNIT SYARIAHPER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

PREMIBRUTO

2014 : 2.575.8162013 : 2.030.625

26,85% 60,26%

HASILUNDERWRITING

2014 : 425.0002013 : 265.189

14,25%

LABAKOMPREHENSIF

2014 : 444.7842013 : 389.310

18,97%

EKUITAS

2014 : 2.668.8532013 : 2.243.291

17,23%

ASET

2014 : 7.494.919 2013 : 6.393.610

PEMILIK PERSEROAN

ASET 2014 2013* LIABILITAS DAN EKUITAS 2014 2013* URAIAN 2014 2013* KETERANGAN 2014 2013*

RASIO KESEHATAN KEUANGANPER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

(dalam jutaan rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)Per 31 Desember 2014 dan 2013

(dalam jutaan rupiah)

LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIFUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL

31 DESEMBER 2014 DAN 2013(dalam jutaan rupiah)

Catatan :

a. laporan posisi keuangan (neraca) yang disajikan termasuk unit usaha syariah, laporan laba rugi Komprehensif yang disajikan termasuk laporan laba rugi Pengelola unit usaha syariah dan tidak termasuk laporan surplus (defisit) underwriting dana tabarru'. Rincian untuk usaha sesuai asuransi atau reasuransi dengan prinsip syariah disajikan secara terpisah dengan format pengumuman sebagaimana diatur dalam peraturan ketua bapepam dan lk nomor per-06/bl/2011 tanggal 29 april 2011

b. Rasio pemenuhan tingkat solvabilitas dan informasi lain yang disajikan dalam pengumuman ini hanya untuk usaha asuransi atau reasuransi dengan prinsip konvensional

c. laporan posisi keuangan (neraca) dan laporan laba rugi komprehensif untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 desember 2014 dan 2013 diambil dari laporan keuangan pada tanggal dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana & Rekan (anggota jaringan global PwC) sekarang bernama Kantor Akuntan Publik Tanudiredja,Wibisana, Rintis & Rekan yang laporannya tertanggal 27 Februari 2015 dengan menyatakan " Wajar Tanpa Pengecualian"

laporan posisi keuangan (neraca) dan laporan laba rugi komprehensif di atas disajikan dengan beberapa penyesuaian untuk memenuhi Ketentuan dan Peraturan yang berlaku tentang Bentuk dan Susunan laporan keuangan serta bentuk dan Susunan pengumuman ringkasan laporan keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi

d. Cadangan Teknis dihitung oleh aktuaris "Padma Radya Aktuaria"

e. angka (nilai) yang disajikan pada laporan posisi keuangan (neraca) dan laporan laba rugi berdasarkan SAK (Audit Report)

f. Kurs pada tanggal 31 Desember 2014, 1 US $ =Rp.12.440,- Kurs pada tanggal 31 Desember 2013, 1 US $ =Rp.12.189,-

Jakarta, 28 April 2015

S.E. & O

DireksiPT TUGU PRATAMA INDONESIA

I. ASET 1. Kas dan Bank 34.432 37.663 2. Investasi - Deposito Berjangka 923.770 408.927 - efek-efek - Saham 65.690 25.289 - obligasi 953.129 954.345 - Reksadana 119.149 301.899 - penyertaan langsung 5.135 5.108 - investasi Saham pada entitas asosiasi 1.041.342 963,528 Jumlah Investasi 3.108.215 2.659.096

3. Piutang Premi - Bersih 1.053.810 828.499 4. Piutang Reasuransi - Bersih 145.398 101.660 5. piutang lain-lain 36.093 28.370 6. aset lain-lain 45.704 32.680 7. Aset Tetap - Bersih 7.378 8.446 8. Aset Reasuransi 3.009.475 2.639.777 9. Aset Pajak Tangguhan 54.414 57.419

10. JUMLAH ASET ( 1 s.d. 9 ) 7.494.919 6.393.610

I. LIABILITAS

1. Utang Klaim 23.208 5.194

2. Utang Reasuransi 982.597 874.698

3. Utang Komisi 40.101 27.589

4. Utang Pajak 57.336 54.675

5. utang lain-lain 72.085 40.158

6. Pendapatan Premi Ditangguhkan - -

7. estimasi klaim 2.420.866 2.073.842

8. Premi Belum Merupakan Pendapatan 1.015.297 872.433

9. Pendapatan Komisi Ditangguhkan - Bersih 41.791 44.142 10. liabilitas imbalan kerja 168.984 155.577 11. JUMLAH LIABILITAS (1 s.d. 10) 4.822.265 4.148.308 12. Akumulasi Cadangan Dana Tabarru' 3.801 2.011 II. EKUITAS

13. Modal Saham 160.000 160.000

14. Tambahan Modal Disetor (24.750 ) (24.750 )

15. Selisih nilai Transaksi entitas Sepengendali - -

16. Selisih kurs penjabaran laporan keuangan 323.230 274.524

17. Keuntungan/(kerugian) yang belum direalisasi atas

efek-efek yang tersedia untuk dijual - bersih (20.868 ) (55.102 )

18. Saldo laba

- Dicadangkan 413.169 413.169 - Belum Dicadangkan 1.818.072 1.475.450 19. JUMLAH EKUITAS (13 s.d. 18) 2.668.853 2.243.291

20. JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS (11+12+19) 7.494.919 6.393.610

1 PENDAPATAN UNDERWRITING

2 Premi Bruto3 a. premi penutupan langsung 2.601.933 2.075.851 4 b. premi penutupan Tidak langsung 128.683 63.589 5 c. Komisi Dibayar 154.797 108.815 6 Jumlah Premi Bruto (3+4-5) 2.575.816 2.030.625 7 Premi Reasuransi8 a. Premi Reasuransi Dibayar 2.203.988 1.750.097 9 b. Komisi Reasuransi Diterima 282.374 197.291 10 Jumlah Premi Reasuransi (8-9) 1.921.614 1.552.806 11 Premi Neto (6-10) 654.202 477.81912 Penurunan (Kenaikan) CAPYBMP1) 13 a. CAPYBMP tahun lalu 157.710 80.707 14 b. CAPYBMP tahun berjalan 197.105 157.710 15 Penurunan (Kenaikan) CAPYBMP (13-14) (39.395 ) (77.003 )16 Jumlah Pendapatan Premi Neto (11+15) 614.807 400.816

17 pendapatan underwriting lain neto - -

18 PENDAPATAN UNDERWRITING (16+17) 614.807 400.816

19 BEBAN UNDERWRITING

20 Beban Klaim 21 a. Klaim Bruto 561.578 439.101 22 b. Klaim Reasuransi 452.564 332.039 23 c. Kenaikan (Penurunan) Cadangan Klaim 24 c.1. Cadangan Klaim tahun lalu 157.483 128.918 25 c.2. Cadangan Klaim tahun berjalan 238.277 157.483 Jumlah Beban Klaim (21-22+24-25) 189.807 135.627 27 beban underwriting lain neto - -28 BEBAN UNDERWRITING (26+27) 189.807 135.627

29 HASIL UNDERWRITING (18-28) 425.000 265.189

30 Hasil Investasi 159.370 224.829 31 Bagi Hasil - -32 Beban Usaha33 a. Beban Pemasaran 13.884 12.157 34 b. Beban Umum dan Administrasi 218.333 180.642 35 Jumlah Beban Usaha (33+34) 232.217 192.79936 LABA (RUGI) USAHA ASURANSI (29+30-31-35) 352.153 297.219 37 Hasil (beban) lain 92.938 136.565 38 LABA (RUGI) SEBELUM ZAKAT (36+37) 445.091 433.784 39 Zakat - -40 LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK (38-39) 445.091 433.784 41 Pajak Penghasilan 83.247 70.766 42 LABA SETELAH PAJAK (40-41) 361.844 363.018

43 PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN SETELAH PAJAK 44 Kenaikan (Penurunan) Surat Berharga 34.234 (71.179 )45 Selisih Penilaian Aset Tetap - -46 Selisih kurs penjabaran laporan keuangan 48.706 97.471 47 bagian pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi - - 48 pendapatan komprehensif lain untuk Tahun Berjalan - Setelah Pajak 82.940 26.292

49 TOTAL LABA (RUGI) BERSIH KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN (42+48) 444.784 389.310

Pencapaian Tingkat Solvabilitas

A. Tingkat Solvabilitas a. Aset Yang Diperkenankan 6.295.164 5.473.592 b. liabilitas 4.794.175 4.150.320 Jumlah Tingkat Solvabilitas 1.500.989 1,323,272

B. Modal Minimum Berbasis Risiko (MMBR) 2)

a. Kegagalan Pengelolaan Aset (Schedule A) 114.153 72.958 b. Ketidakseimbangan antara Proyeksi arus aset dan liabilitas (Schedule B) - - c. ketidakseimbangan antara nilai aset dan liabilitas dalam Setiap Jenis Mata Uang Asing (Schedule C) 39.057 24.500 d. Beban Klaim Yng Terjadi dan Beban Klaim Yang Diperkirakan (Schedule D) 105.437 45.643 e. risiko Tingkat bunga (Schedule e) - - f. Risiko Reasuransi (Schedule F) 121.474 103.286 g. risiko operasional (Schedule g) 741 1,882

Jumlah MMBR 380.863 248,269

C. Kelebihan (Kekurangan) Batas Tingkat

Solvabilitas 1,120, 27 1,075,003

D. Rasio Pencapaian Solvabilitas(%) 3) 394,10% 533,00%

Informasi Lain

a. Jumlah Dana Jaminan 20.000 20.000 b. rasio likuiditas (%) 226% 228%c. Rasio Kecukupan Investasi (%) 522% 658%d. Rasio Perimbangan Hasil Investasi dengan pendapatan premi neto (%) 26% 53%e. Rasio Beban (Klaim, Usaha dan Komisi) terhadap Pendapatan Premi neto (%) 48% 60%

Dewan Komisaris: presiden komisaris : luhur budi djatmiko komisaris : eddy porwanto poo Komisaris : Mohammad Rudy Salahudidin Ramto Komisaris Independen : Hilda Rossieta

DIREKSIPresiden Direktur : Yasril Y. RasyidDirektur Keuangan & JK : HendroyonoDirektur Pemasaran : Sigit Suciptoyono

Reasuradur Dalam Negeri : 1. PT. Reasuransi International Indonesia2. pT. reasuransi nasional indonesia3. PT. Maskapai Reasuransi Indonesia, Tbk. 4. PT. Tugu Reasuransi Indonesia

Reasuradur Luar Negeri :1. Swiss Reinsurance Company2. Munich Reinsurance Company3. Hannover Re.4. asia Capital reinsurance group pte. ltd.5. Scor reinsurance asia-pacific pte. ltd.6. lloyd's underwriters london

PT. Pertamina (Persero) : 65.00 % pT. Sakti laksana prima : 17.60 % Siti Taskiyah : 12.15 % Moh. Satya Permadi : 5.25 %

PEMILIK PERSEROAN

I. ASET 1 Kas dan bank 17.586 16.470 2 Piutang kontribusi 22.179 19.633 3 Piutang reasuransi - - 4 Piutang a. Mudharabah - - b. Salam - - c. Istishna' - - 5 Deposito 39.662 39.361 6 Investasi pada surat berharga - - 7 Pembiayaan a. Mudharabah - - b. Musyarakah - - 8 Investasi pada entitas lain - - 9 Properti investasi - - 10 Aset lain 4.336 4.336 11 Jumlah aset 83.763 79.800

II. LIABILITAS 1 Utang klaim 973 2.087 2 Utang reasuransi 8.846 20.219 3 Utang lain-lain 22.032 15.960 4 Bagian peserta atas surplus underwriting dana tabarru' yang masih harus dibayar - - 5 Utang dividen - - 6 Utang pajak - - 7 Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak 1.570 714 8 Klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan 279 190 9 Jumlah liabilitas 33.700 39.170

III. DANA PESERTA 10 Dana syirkah temporer a. Mudharabah 11 Dana Tabarru' 3.801 2.011 12 Jumlah dana peserta 3.801 2.011

IV. EKUITAS 13 Modal disetor 25.000 25.000 14 Tambahan modal disetor 15 Saldo laba 21.262 13.619 16 Jumlah ekuitas 46.262 38.619 17 Jumlah liabilitas. dana peserta dan ekuitas 83.763 79.800

NO URAIAN 2014 2013

KOMISARIS DAN DIREKSI

NO URAIAN 2014 2013 URAIAN 2014 2013

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) PERUSAHAAN / UNIT SYARIAHPER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

(dalam jutaan rupiah)

LAPORAN SURPLUS (DEFISIT) UNDERWRITING DANA TABARRU'UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

(dalam jutaan rupiah)

*) Sesuai dengan pasal 54 pMk no. 11/pMk.010/2011, Jumlah kekayaan yang Tersedia untuk Qardh paling rendah 45% untuk tahun 2013 dan paling lambat 31 Desember 2014 Jumlah Kekayaan Yang Tersedia Untuk Qardh paling rendah 70% dari Jumlah Dana Yang Diperlukan Untuk Mengantisipasi Resiko Kerugian Yang Mungkin Timbul Akibat deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban yang dihitung berdasarkan peraturan ketua bapepam dan lk nomor per 07/bl/2011.

**) Sesuai dengan pasal 52 pMk no. 11/pMk.010/2011, Tingkat Solvabilitas dana Tabarru' paling rendah 15% untuk tahun 2013 dan paling lambat 31 Desember 2014 Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru' paling rendah 30% dari Jumlah Dana Yang Diperlukan Untuk Mengantisipasi Resiko Kerugian Yang Mungkin Timbul Akibat Deviasi Pengelolaan kekayaan dan kewajiban yang dihitung berdasarkan peraturan ketua bapepam dan lk nomor per 07/bl/2011.

***) Jumlah minimum yang dipersyaratkan dalam pasal 31 pMk no. 11/pMk.010./2011.

Catatan : a. laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi dana perusahaan dan laporan

Surplus (Defisit) Underwriting Dana Tabarru' pada tanggal dan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 desember 2014 dan 2013 di atas, diambil dari laporan Keuangan Unit Syariah yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana, Rintis dan Rekan (anggota jaringan global PwC) tertanggal 28 April 2015 dengan opini tanpa modifikasian.

b. Angka (nilai) yang disajikan berdasarkan SAK (Audit Report) dengan beberapa penyesuaian untuk memenuhi peraturan ketua bapepaM-lk no. per-06/bl/2011 Tanggal 29 April 2011.

c. Kurs pada tanggal 31 Desember 2014, 1 US $ =Rp.12.440,- Kurs pada tanggal 31 Desember 2013, 1 US $ =Rp.12.189,-

Jakarta, 28 April 2015

S.E. & O

DireksiPT TUGU PRATAMA INDONESIA

Tingkat Solvabilitas A. Tingkat Solvabilitas a. Kekayaan Yang Diperkenankan 62.912 56.761 b. Kewajiban 59.471 55.110 c. Jumlah Tingkat Solvabilitas 3.441 1.651

B. Minimum Tingkat Solvabilitas Dana Tabarru' *) 7.996 7.483

C. Kelebihan (Kekurangan) BTS (4.555 ) (5.832 )

D Rasio Pencapaian (%) **) 43% 22%

Dewan Komisaris:presiden komisaris : luhur budi djatmikoKomisaris : Mohammad Rudy Salahudidin Ramtokomisaris : eddy porwanto pooKomisaris Independen : Hilda Rossieta

DireksiPresiden Direktur : Yasril Y. Rasyid Direktur Keuangan & JK : HendroyonoDirektur Pemasaran : Sigit Suciptoyono

1 PENDAPATAN ASURANSI 2 Kontribusi bruto 33.926 45.558 3 Ujrah pengelola (10.007 ) (15.552 ) 4 Bagian reasuransi (atas resiko) (18.542 ) (23.584 ) 5 Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak (856 ) 3.691

6 Jumlah premi bruto 4.521 10.113

7 BEBAN ASURANSI 8 Pembayaran Klaim (10.163 ) (26.843 ) 9 Klaim yang ditanggung reasuransi dan pihak lain 8.452 11.257 10 Klaim yang masih harus dibayar - - 11 Klaim yang masih harus dibayar yang ditanggung reasuransi dan pihak lain - - 12 Penyisihan teknis (90 ) (133 ) 13 Beban pengelolaan reasuransi - -

14 Jumlah beban asuransi (1.801 ) (15.719 )

15 Surplus (Defisit) Neto Asuransi 2.720 (5.606 )

16 Pendapatan Investasi 17 Total pendapatan investasi 571 294 18 Dikurangi : Beban pengelolaan portfolio investasi - -

19 Pendapatan investasi neto 571 294

20 Pendapatan (beban) lain 675 2.482

21 Surplus (defisit) Underwriting Dana Tabarru' 3.966 (2.830 )

NO URAIAN 2014 2013

NO URAIAN 2014 2013

LAPORAN LABA RUGI DANA PERUSAHAANUNTUK TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

(dalam jutaan rupiah)

1 Pendapatan 2 Pendapatan pengelolaan operasi asuransi 10.007 15.552 3 Pendapatan pengelolaan portfolio investasi dana peserta - - 4 Pendapatan pembagian surplus underwriting - - 5 Pendapatan investasi 1.450 1.116 6 Jumlah pendapatan 11.457 16.668

7 Beban 8 Beban komisi 2.422 5.682 9 Ujrah dibayar 2.720 5.335 10 Beban umum dan administrasi 151 1.035 11 Beban pemasaran 179 92 12 Beban pengembangan - - 13 Jumlah Beban 5.472 12.144

14 Laba usaha 5.985 4.524 15 Pendapatan (beban) non usaha neto 1.658 1.121 16 Laba sebelum pajak 7.643 5.645 17 Beban pajak - - 18 Zakat - - 19 Laba neto 7.643 5.645

KESEHATAN KEUANGAN DANA TABARRU'31 DESEMBER 2014 DAN 2013

(dalam jutaan rupiah)

PT. TUGU PRATAMA INDONESIAKantor Pusat

Wisma Tugu I, Jl. H.R. Rasuna Said Kav C 8-9, Jakarta 12920Tel : +62 21-52961777 (hunting) | Fax : +62 21-52961555/52962555

Branches & Network Office : Surabaya • bandung • Medan • balikpapan • SeMarang • paleMbang • Hongkongemail : [email protected] | [email protected]

www.tugu.com

SEOJK Nomor: 2/SEOJK.05/2013Tanggal: 27 Agustus 2013LAPORAN KEUANGAN

PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

Keterangan : 1) CAPYBMP = Cadangan Atas Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan

2) MMBR = Modal Minimum Berbasis Risiko adalah suatu jumlah minimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan, yaitu dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan aset dan liabilitas

3) penyajian laporan posisi keuangan (neraca) dan laporan laba rugi komprehensif disesuaikan dengan ketentuan pernyataan Standar akuntansi keuangan yang berlaku umum

4) Tingkat kesehatan keuangan merupakan tingkat kesehatan keuangan dengan prinsip konvensiomal

5) Sesuai dengan pasal 2 peraturan Menteri keuangan nomor 53/pMk.010/2012 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, target tingkat solvabilitas yang paling rendah 120% dari modal minimum berbasis risiko

6) * laporan keuangan 31 desember 2013 telah disajikan kembali dikarenakan perubahan kebijakan akuntansi pencatatan investasi pada entitas asosiasi dari metode biaya menjadi metode ekuitas sehubungan dengan penambahan kepemilikan pada entitas asosiasi

DEWAN PENGAWAS SYARIAH

1. ketua : H. Jafril khalil, phd, MCl, dipl.iF, FiiS, CFp

2. Anggota : Dr. H. Hasanudin, M. Ag.

PEMILIK PERUSAHAAN

PT. Pertamina (Persero) : 65.00 %

pT. Sakti laksana prima : 17.60 %

Siti Taskiyah : 12.15 %

Moh. Satya Permadi : 5.25 %

REASURADUR UTAMA

Nama Reasuradur

Reasuradur Dalam Negeri1 PT. Reasuransi Internasional Indonesia2 pT. reasuransi nasional indonesia3 PT. Maskapai Reasuransi Indonesia, Tbk

Reasuradur Luar Negeri 1 labuan reinsurance (l) ltd2 Mnrb retakaful berhad

(dalam jutaan rupiah)

Indikator Keuangan Lainnya 2014 2013

A. Dana Jaminan a. Dana Jaminan dari kekayaan Dana Perusahaan 5.000 5.000 b. Dana Jaminan dari Dana Tabarru' c. Dana Jaminan dari Dana Peserta Total Dana Jaminan 5.000 5.000

B. Rasio investasi (SAP) terhadap cad. Teknis dan utang klaim (%) 888% 799%

C. Rasio Premi Retensi Sendiri terhadap Modal Sendiri (%) 119% 503%

d. rasio Jumlah premi penutupan langsung terhadap premi penutupan Tidak langsung (%) 0% 0%

e. rasio likuiditas (%) 110% 105%

F. Rasio Beban (Klaim, Usaha, dan Komisi) terhadap pendapatan premi neto (%) 39% 155%

Dewan Syari’ah Nasional MUI

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL

NO: 53/DSN-MUI/III/2006

Tentang

AKAD TABARRU’ PADA ASURANSI SYARI’AH

بسم اهللا الرحمن الرحيم Dewan Syari'ah Nasional setelah:

Menimbang : a. bahwa fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah dinilai sifatnya masih sangat umum sehingga perlu dilengkapi dengan fatwa yang lebih rinci;

b. bahwa salah satu fatwa yang diperlukan adalah fatwa tentang Akad Tabarru’ untuk asuransi;

c. bahwa oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang Akad Tabarru’ untuk dijadikan pedoman.

Mengingat : 1. Firman Allah SWT, antara lain:

لطيب وال تأكلوا أموالهم وآتوا اليتامى أموالهم وال تتبدلوا الخبيث با )1 ).2: النساء( إلى أموالكم إنه كان حوبا كبريا

Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar. (QS. al-Nisa’ [4]: 2).

يتقوا عليهم فل افا خافوامن خلفهم ذرية ضع ن لو تركوايخش الذيول )2 ).9: النساء( قوال سديدا الله وليقولوا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahtera-an) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. al-Nisa’ [4]: 9).

Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 2

Dewan Syari’ah Nasional MUIDewan Syariah Nasional MUI

3( ونآم نيا الذهآأيإن ي ،قوا اللهاتو ،دغل تماقدم فسن ظرنلتو قوا اللها ات ).18: احلشر(الله خبير بماتعملون

“Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Hasyr [59]: 18).

2. Firman Allah SWT tentang prinsip-prinsip bermu’amalah, baik yang harus dilaksanakan maupun dihindarkan, antara lain:

1( دقوا بالعفوا أوونآم نيا الذهآ أيلى يتا يام إال معة األنمهيب لكم لتأح: املائدة(ير محلى الصيد وأنتم حرم، إن اهللا يحكم ما يريد عليكم غ

1( “Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu.

Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hokum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. al-Maidah [5]: 1).

2( الن نيب متكمإذا حا وهلإلى أه اتانوا الأمدؤأن ت كمرأمي اس إن اللهأن تحكموا بالعدل إن اهللا نعما يعظكم به، إن اهللا كان سميعا بصيرا

)58: النساء( “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamiu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. al-Nisa’ [4]: 58).

3( نيب الكموا أمأكلوا ال تونءام نيا الذهاأيكون يل إال أن تاطبالب كمتجارة عن تراض منكم وال تقتلوا أنفسكم، إن الله كان بكم رحيما

)29: النساء( “Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan

(mengambil)harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. al-Nisa’ [4]: 29).

3. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain :

Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 3

Dewan Syari’ah Nasional MUIDewan Syariah Nasional MUI

واتقوا الله إن ،إلثم والعدوانتعاونوا على ا وال ،وتعاونوا على البر والتقوى ).2: املائدة(الله شديد العقاب

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesung-guhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. al-Maidah [5]: 2).

4. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang beberapa prinsip bermu’amalah, antara lain:

1( نة مبكر هناهللا ع جا، فرينب الدكر نة مبم كرلسم نع جفر نميف دبالع امادم دبالع نوع ياهللا فو ،ةاميم القوب يكر هيأخ نورواه (ع

).عن أيب هريرة مسلم“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد إذا اشتكى )2رواه مسلم عن (منه عضو تداعى له سائر الجسد بالسهر والحمى

)النعمان بن بشري“Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian menderita sakit maka bagian lain akan turut menderita” (HR. Muslim dari Nu’man bin Basyir).

3( هضعب دشي انينن كالبمؤلمل نمؤا المضعب) رواه مسلم عن أيب )موسى

“Seorang mu’min dengan mu’min yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian menguatkan bagian yang lain” (HR Muslim dari Abu Musa al-Asy’ari).

4( ال فليم ا لهميتي يلو نمجتر كهرتال يو ،بهحتلكأى ته الصةقد ) رواهالترمذي والدار قطين والبيهقي من حديث عمرو بن شعيب عن أبيه

)عن جده عبد اهللا بن عمرو بن العاص“Barang siapa mengurus anak yatim yang memiliki harta, hendaklah ia perniagakan, dan janganlah membiarkannya (tanpa diperniagakan) hingga habis oleh sederkah (zakat dan nafakah)” (HR. Tirmizi, Daraquthni, dan Baihaqi dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya Abdullah bin ‘Amr bin Ash).

Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 4

Dewan Syari’ah Nasional MUIDewan Syariah Nasional MUI

5( امرل حأح الال أوح مرطا حرإال ش هموطرلى شون عملسالماو . )رواه الترمذي عن عمرو بن عوف(

“Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf).

6( اررالضو ررالض) بن الصامت، وأمحد عن رواه ابن ماجة عن عبادة )ابن عباس، ومالك عن حيي

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” (Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari ‘Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu ‘Abbas, dan Malik dari Yahya).

5. Kaidah fiqh:

األصل فى المعامالت اإلباحة إال أن يدل دليل على تحريمها -1 “Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh

dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

2- كانر اإلمبقد فعدي ررالض. “Segala mudharat harus dihindarkan sedapat mungkin.”

.الضرر يزال -3“Segala mudharat (bahaya) harus dihilangkan.”

Memperhatikan : 1. Pendapat ulama; antara lain:

ة، يعان منه فالمبلغ الذي يدفعه المشترك يكون تبرعا منه للشرك )1 ع أوربت فةبص همقدكة ترالشو ،هليع فقتظام المب النسبح اجتحالم

. املعامالت املالية املعاصرة، ص. (هبة محضة من غير مقابل أو عوض276(

Sejumlah dana (premi) yang diberikan oleh peserta asuransi adalah tabarru’ (amal kebajikan) dari peserta kepada (melalui) perusahaan yang digunakan untuk membantu peserta yang memerlukan berdasarkan ketentuan yang telah disepakati; dan perusahaan memberikannya (kepada peserta) sebagai tabarru’ atau hibah murni tanpa imbalan. (Wahbah al-Zuhaili, al-Mu’amalat al-Maliyyah al-Mu’ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h. 287).

2( نياوعن التيأمالت قدع يع فربام بالتزلتل االبادتل قهيالف جريخالتونظام التأمني ملصطفى . (اعدة االلتزام بالتبرعات عند المالكيةأساسه ق

Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 5

Dewan Syari’ah Nasional MUIDewan Syariah Nasional MUI

، عقود التأمني وعقود ضمان االستثمار ألمحد 59-58. الزرقاء، ص، التأمني بني احلظر واإلباحة 247-244.السعيد شرف الدين ص

)53.ص ،جيب أيب يلسعدAnalisis fiqh terhadap kewajiban (peserta) untuk memberikan tabarru’ secara bergantian dalam akad asuransi ta’awuni adalah “kaidah tentang kewajiban untuk memberikan tabarru’” dalam mazhab Malik. (Mushthafa Zarqa’, Nizham al-Ta’min, h. 58-59; Ahmad Sa’id Syaraf al-Din, ‘Uqud al-Ta’min wa ‘Uqud Dhaman al-Istitsmar, h. 244-147; dan Sa’di Abu Jaib, al-Ta’min bain al-Hazhr wa al-Ibahah, h. 53).

3( نيأمالت قدة عجيتن ننيأمتسالم نيأ بشنت ية التنيوالقة القانإن العاعما الجبم رهيغل عربتن مأمتس؛ فكل ميعرببالطابع الت سمتت ي

يستحق عليه من التعويضات التي تدفع للمتضررين من المستأمنين؛ ا يبم له عربتم وه فسهن قتي الوفو رهرضت دنض عويعت نذ مأخ

)83. التأمين اإلسالمي ألمحد سامل ملحم، ص(Hubungan hukum yang timbul antara para peserta asuransi sebagai akibat akad ta’min jama’i (asuransi kolektif) adalah akad tabarru’; setiap peserta adalah pemberi dana tabarru’ kepada peserta lain yang terkena musibah berupa ganti rugi (bantuan, klaim) yang menjadi haknya; dan pada saat yang sama ia pun berhak menerima dana tabarru’ ketika terkena musibah (Ahmad Salim Milhim, al-Ta’min al-Islami, h, 83).

2. Hasil Lokakarya Asuransi Syari’ah DSN-MUI dengan AASI (Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia) tanggal 7-8 Jumadi al-Ula 1426 H / 14-15 Juni 2005 M.

2. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada 23 Shafar 1427/23 Maret 2006.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : FATWA TENTANG AKAD TABARRU’ PADA ASURANSI SYARI’AH

Pertama : Ketentuan Umum

Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan:

a. asuransi adalah asuransi jiwa, asuransi kerugian dan reasuransi syariah;

b. peserta adalah peserta asuransi (pemegang polis) atau perusahaan asuransi dalam reasuransi syari’ah.

Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 6

Dewan Syari’ah Nasional MUIDewan Syariah Nasional MUI

Kedua : Ketentuan Hukum

1. Akad Tabarru’ merupakan akad yang harus melekat pada semua produk asuransi.

2. Akad Tabarru’ pada asuransi adalah semua bentuk akad yang dilakukan antar peserta pemegang polis.

Ketiga : Ketentuan Akad

1. Akad Tabarru’ pada asuransi adalah akad yang dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersial.

2. Dalam akad Tabarru’, harus disebutkan sekurang-kurangnya:

a. hak & kewajiban masing-masing peserta secara individu;

b. hak & kewajiban antara peserta secara individu dalam akun tabarru’ selaku peserta dalam arti badan/kelompok;

c. cara dan waktu pembayaran premi dan klaim;

d. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.

Keempat : Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tabarru’

1. Dalam akad Tabarru’, peserta memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah.

2. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana tabarru’ (mu’amman/mutabarra’ lahu, نع له/مؤممتبر ) dan secara kolektif selaku penanggung (mu’ammin/mutabarri’-

عمتبر/مؤمن ).

3. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar akad Wakalah dari para peserta selain pengelolaan investasi.

Kelima : Pengelolaan

1. Pembukuan dana Tabarru’ harus terpisah dari dana lainnya.

2. Hasil investasi dari dana tabarru’ menjadi hak kolektif peserta dan dibukukan dalam akun tabarru’.

3. Dari hasil investasi, perusahaan asuransi dapat memperoleh bagi hasil berdasarkan akad Mudharabah atau akad Mudharabah Musytarakah, atau memperoleh ujrah (fee) berdasarkan akad Wakalah bil Ujrah.

Keenam : Surplus Underwriting

1. Jika terdapat surplus underwriting atas dana tabarru’, maka boleh dilakukan beberapa alternatif sebagai berikut:

a. Diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan dalam akun tabarru’.

Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 7

Dewan Syari’ah Nasional MUIDewan Syariah Nasional MUI

b. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dibagikan sebagian lainnya kepada para peserta yang memenuhi syarat aktuaria/manajemen risiko.

c. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dapat dibagikan sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi dan para peserta sepanjang disepakati oleh para peserta.

2. Pilihan terhadap salah satu alternatif tersebut di atas harus disetujui terlebih dahulu oleh peserta dan dituangkan dalam akad.

Ketujuh : Defisit Underwriting

1. Jika terjadi defisit underwriting atas dana tabarru’ (defisit tabarru’), maka perusahaan asuransi wajib menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk Qardh (pinjaman).

2. Pengembalian dana qardh kepada perusahaan asuransi disisihkan dari dana tabarru’.

Kedelapan : Ketentuan Penutup

1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada Tanggal : 23 Shafar 1427 23 Maret 2006

DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua, Sekretaris, Dr. K.H. M.A. Sahal Mahfudh Drs. H.M. Ichwan Sam

Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 8

Dewan Syari’ah Nasional MUIDewan Syariah Nasional MUI

.ومجعه تربعات. فعله غير طالب عوضا: وتربع باألمر. التطوع من غري شرط: التربع يف اللغة

بذل المكلف ماال أو منفعة لغيره في الحال أو المستقبل بال عوض بقصد : ح الفقهي فهوأما يف االصطالوقد . فيشمل الهبة والوصية والوقف والعارية وغير ذلك. البر والمعروف غالبا

.هو تمليك مال بغير عوض: "لعالمة علي حيدر بقولهعرفه ا

وعند ماتعرض الفقهاء لتصنيف العقود املسما أدرجوا التربعات حتت زمرة التمليكات، وجعلوها قسيما نزيه محاد، معجم املصطلحات االقتصادية يف لغة الفقهاء، . د(للمعاوضات

)107: ص ،]1995املية للكتاب اإلسالمي، الدار الع :الرياض[