relasi sistem pemerintahan presidensil di indonesia ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/muhammad syaifur...

139
RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA BERDASARKAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TERHADAP EKSISTENSI KEDAULATAN NEGARA PERSPEKTIF IBNU KHALDUN TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Hukum Tata Negara Oleh Muhammad Syaifur Rizal NIM. F52217047 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2019

Upload: others

Post on 05-Jul-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA

BERDASARKAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TERHADAP

EKSISTENSI KEDAULATAN NEGARA PERSPEKTIF IBNU KHALDUN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Hukum Tata Negara

Oleh

Muhammad Syaifur Rizal

NIM. F52217047

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2019

Page 2: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

ii

Page 3: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

iii

Page 4: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

iv

Page 5: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

v

Page 6: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vi

ABSTRAK

Konsep kedaulatan negara bermakna sebagai hak absolut tertinggi untuk

mengurus dan mengatur dirinya sendiri dalam suatu negara. Indonesia sebagai negara

berdaulat juga mempunyai hak dan kewenangan untuk membentuk dan mengatur

negaranya sendiri. Aturan dasar yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan sistem

pemerintahan negara yaitu UUD NRI 1945. Ibnu Khaldun berpendapat bahwa

kedaulatan negara adalah solidaritas sosial yang tinggi dan didasarkan kepada agama,

baik dari kenabian maupun seruan akan kebenaran dalam suatu wilayah yang dihuni

oleh sekelompok orang. Kedaulatan hanya dapat dimiliki oleh. Kemenangan yang

terdapat pada golongan yang menunjukkan lebih kuat solidaritas sosialnya dan bersatu

dalam tujuannya dengan cara memeluk agama yang sama, yaitu Islam, karena hati umat

manusia disatukan berkat pertolongan Allah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan mengembangkan teori tentang bagaimana relasi sistem pemerintahan

presidensil di Indonesia berdasarkan UUD NRI terhadap eksistensi kedaulatan negara,

serta bagaimana pendapat Ibnu Khaldun terkait sistem pemerintahan presidensil di

Indonesia berdasarkan UUD NRI terhadap eksistensi kedaulatan negara.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan, dan termasuk dalam

jenis penelitian kualitatif, dengan pendekatan normatif dan hermeneutika

(ketatabahasaan) dengan cara membaca literatur baik buku dan lain sebagainya untuk

menemukan makna sesuatu dari kalimat yang tersusun, makna dipengaruhi oleh

konteks budaya, kondisi sosial dan dari penafsiran lainnya. Bahan hukum primer yaitu

UUD NRI 1945 dan kitab Muqaddimah. Bahan hukum sekunder berupa buku dan

jurnal yang berkaitan dengan tema.

Hasil penelitian ini adalah bahwa sistem presidensil di Indonesia secara nyata

memberikan arah bernegara yang ideal agar eksistensi kedaulatan negara dapat

dipertahankan. Rakyat menjadi tumpuan dalam mengatur negara, penerapan sistem

pemerintahan presidensil yang dijalankan negara Indonesia dianalisis menggunakan

perspektif Ibnu Khaldun maka secara implisit tidaklah terjadi dikotomi. Kondisi

bagaimanapun kekuasaan presiden di Indonesia tidaklah bisa sewenang-wenang, hal

itu karena dibatasi oleh UUD sebagai konstitusi negara. Aturan yang terkandung dalam

UUD tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai dalam pancasila, karena pancasila adalah

ideologi negara, dan di dalam pancasila tersebutlah sebenarnya termuat nilai-nilai yang

memiliki kesamaan yang ada dalam al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat muslim.

Kata Kunci: Kedaulatan Negara, Sistem Presidensil, Ibnu Khaldun.

Page 7: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vii

ABSTRACT

The concept of state sovereignty means the highest absolute right to manage

and regulate itself as a country. Indonesia as a sovereign country also has the right and

authority to form and manage itself. Basic rules that used as guidelines in implementing

the country's governance system is The 1945 Constitution of The Republic of

Indonesia. Ibn Khaldun said that state sovereignty is high social solidarity based on

religion, both from prophecy and calls for truth, in an area that inhabited by a group of

people. Sovereignty can only be possessed by a victory factor which is in the group

that shows stronger social solidarity and unites its purpose by embracing the same

religion, namely Islam because the human heart is united thanks to Allah's help. The

intention of this research is to find out and develop theories about the relation of

presidential government systems in Indonesia based on The 1945 Constitution of The

Republic of Indonesia towards the existence of state sovereignty, and also how Ibn

Khaldun's opinion regarding the presidential government system in Indonesia based on

The 1945 Constitution of The Republic of Indonesia towards the existence of state

sovereignty.

This research used types of library research, including type of qualitative

research, with normative and hermeneutics (grammatical) approach by reading

literature material for an example books, and others, which aims to find the meaning

of something from the arranged sentences, definitions that are influenced by the

cultural context, social conditions and other interpretations. Secondary legal materials

such as books and journals related to the theme also discussed in this research.

The results of this study are the presidential system in Indonesia actually

provides an ideal statehood so that the existence of state sovereignty can be maintained.

The people become a primary source in controlling the country, application of the

presidential system that ran by Indonesian government was analysed by the perspective

of Ibn Khaldun, which gave implicit results that there is no division between them.

However, the president's power in Indonesia cannot become authoritarian because the

president’s power was limited by the 1945 Constitution of The Republic of Indonesia

as its state constitution. The rules that contained in the 1945 Constitution of The

Republic of Indonesia must not be distorted from the values of Pancasila, because

Pancasila is Indonesia’s ideology, and Pancasila actually contained values that have

similarities that exist in Qur'an as Muslim’s guide life.

Keywords: state sovereignty, presidential system, Ibnu Khaldun.

Page 8: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

viii

DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ........................................................................... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 13

C. Rumusan Masalah ................................................................................... 14

D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 15

E. Kegunaan Hasil Penelitian ...................................................................... 15

F. Kerangka Teoritik ................................................................................... 16

G. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 23

H. Metode Penelitian .................................................................................... 25

I. Sistematika Pembahasan ......................................................................... 29

BAB II : SISTEM KETATANEGARAAN DALAM PANDANGAN IBNU

KHALDUN

A. Biografi Ibnu Khaldun ............................................................................ 31

1. Biografi Ibnu Khaldun ...................................................................... 31

2. Pendidikan Ibnu Khaldun .................................................................. 31

3. Karya-Karya Ibnu Khaldun ............................................................... 33

4. Pengembaraan Ibnu Khaldun ............................................................ 34

Page 9: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ix

B. Sistem Pemerintahan Menurut Ibnu Khaldun ......................................... 37

C. Sistem Ketatanegaraan dan Hubungannya dengan Kedaulatan Negara

menurut Ibnu Khaldun ............................................................................ 42

1. Awal Berdirinya Negara ................................................................... 43

2. Konsep Kepemimpinan ..................................................................... 45

3. Relasi Agama dan Solidaritas Sosial terhadap Kedaulatan Negara .. 51

BAB III : RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA

TERHADAP KEDAULATAN NEGARA

A. Sistem Pemerintahan Presidensil dalam Ketatanegaraan Indonesia ....... 54

1. Sistem Ketatanegaraan Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Perubahan

Periode 17 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 ................................ 56

2. Sistem Ketatanegaraan Indonesia menurut Konstitusi RIS Periode 27

Desember 1949 – 17 Agustus 1950 .................................................. 58

3. Sistem Ketatanegaraan Berdasarkan UUDS 1950 Periode 17 Agustus

1950 – 05 Juli 1959 ........................................................................... 60

4. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Setelah Kembali Ke UUD 1949

Periode 05 Juli sampai Sekarang ....................................................... 62

B. Kedaulatan Negara menurut UUD Negara Republik Indonesia 1945 .... 69

1. Kedaulatan Negara Indonesia menurut UUD 1945 Sebelum Perubahan

............................................................................................................ 76

2. Kedaulatan Negara Indonesia menurut Konstitusi Republik Indonesia

............................................................................................................ 78

3. Kedaulatan Negara Indonesia menurut UUD Sementara Tahun 1950

............................................................................................................ 79

4. Kedaulatan Negara Indonesia menurut UUD 1945 Pasca Amandemen

............................................................................................................ 80

C. Relasi Sistem Pemerintahan Presidensil terhadap Eksistensi Kedaulatan

negara di Indonesia ................................................................................. 81

Page 10: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

x

1. Sistem Pemerintahan Presidensil ...................................................... 82

2. Sistem Pemerintahan Parlementer ..................................................... 84

3. Sistem Quasy Presidensil .................................................................. 85

D. Sistem Ketatanegaraan Islam dan Kedaulatan Negara serta

Implementasinya di Indonesia ................................................................. 89

BAB IV : RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA

TERHADAP EKSISTENSI KEDAULATAN NEGARA PERSPEKTIF

IBNU KHALDUN

A. Analisis Relasi Sistem Pemerintahan Presidensil di Indonesia terhadap

Eksistensi Kedaulatan Negara ................................................................. 94

B. Analisis Sistem Pemerintahan Presidensil di Indonesia terhadap Kedaulatan

Negara Perspektif Ibnu Khaldun ............................................................ 102

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 118

B. Saran ....................................................................................................... 121

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara dapat saja dikatakan lahir dan hidup, namun hal tersebut tidak

berarti negara tersebut memiliki kedaulatan. Kedaulatan memberikan makna

sebagai hak absolut tertinggi dalam politik untuk mengurus dan mengatur

dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga diartikan sebagai

kebebasan negara untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kepentingannya

dengan syarat tidak melanggar rambu-rambu hukum internasional.1

Konsep hukum internasional dalam kedaulatan memiliki tiga aspek

utama:

1. Aspek ekstern kedaulatan yaitu hak bagi setiap negara untuk berhubungan

dengan negara lain atau dengan kelompok-kelompok lain dengan bebas

tanpa ada intervensi dari siapapun.

2. Aspek intern kedaulatan yaitu wewenang atau hak negara dalam

membentuk lembaga-lembaga yang dikehendaki serta regulasi yang ingin

digunakan di negara tersebut.

1 Boer Mauna, Hukum Internasional; “Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global”,

(Bandung: PT. Alumni, 2005), 24.

Page 12: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

3. Aspek teritorial yaitu kewenangan penuh yang dimiliki oleh suatu negara

terhadap apapaun yang dimiliki oleh suatu negara yang berada dalam

wilayahnya.2

Di atas telah dipaparkan bagaimana konsep kedaulatan negara, yang

berarti suatu negara bebas untuk menjalankan kekuasaan negara, baik yang

bersifat internal dan eksternal. Indonesia sebagai negara berdaulat juga

mempunyai hak dan kewenangan untuk membentuk negaranya sendiri. Hal ini

telah diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia dalam pasal 1 ayat 1 yang

menyebutkan bahwa, Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk

Republik.

Pemaknaan negara kesatuan mempunyai ciri dengan adanya Undang-

Undang Dasar yang berlaku di seluruh wilayah negara tersebut. Menurut F.

Isjwara, negara kesatuan adalah bentuk negara dimana wewenang legislatif

tertinggi dipusatkan pada satu badan legislatif nasional (pusat).3 Pendapat lain

mengatakan negara kesatuan hanya ada satu pemerintahan pusat yang

mempunyai kekuasaan dan wewenang tertinggi dalam segala bidang lapangan

pemerintahan. Pemerintahan pusat inilah yang memegang kekuasaan tertinggi

dan akhir dalam memutuskan segala sesuatu dalam negara.4

2 Ibid. 3 F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Cet. 9, (Bandung: Bina Cipta, 1992), 211. 4 Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberti, 1980), 224.

Page 13: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Pasal 1 ayat 2 UUD Negara Republik Indonesia menyatakan,

“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-

Undang”. Rumusan ini memiliki makna, bahwa negara Indonesia menetapkan

sebagai suatu negara yang berdaulat dan kedaulatan tersebut berada di tangan

rakyat. Artinya rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi atas negara ini,

rakyatlah yang menentukan corak dan cara pemerintahan, dan rakyatlah yang

menentukan tujuan apa yang ingin dikehendaki.5

Kedaulatan menurut Jimly adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu

rezim politik atau dinasti dengan durasi keadaan yang telah berjalan selama

dinasti itu berkuasa.6 Harold J. Laski berpendapat kedaulatan adalah kekuasaan

yang sah menurut hukum yang tertinggi, kekuasaan tersebut meliputi segenap

orang maupun kelompok dalam wilayah yang dikuasainya.7 Sedangkan

menurut Titik Triwulan Tutik, kedaulatan adalah kekuasaan untuk

melaksanakan hukum terhadap semua orang atau golongan yang berada dalam

kekuasannya dan kekuasaan yang tidak diturunkan dari pihak lain (intervensi

negara).8

5 Titik Triwulan Tutik, Restorasi Hukum Tata Negara Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Depok: Prenada Media, 2017), 49. 6 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusional Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 95-97. 7 Juniato, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1990), 2. 8 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 380-381.

Page 14: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Sehubungan dengan konsep kedaulatan, menurut Harjono, bahwa pasal

1 ayat 2 UUD NRI Tahun 1945 setelah perubahan tersebut memuat dua prinsip,

pertama, prinsip kedaulatan rakyat atau demokrasi, yang terdapat dalam

kalimat “kedaulatan ada di tangan rakyat”. Kedua, prinsip negara hukum atau

konstitusionalisme, yan tersirat dalam kalimat “dan dilaksanakan menurut

Undang-Undang Dasar”. Paduan dari kedua prinsip tersebut menjelaskan

bahwa kedaulatan rakyat di dalasm pelaksanaan subuah sistem kenegaraan

harus ada koridor dan batas-batasnya. Tanpa itu, kedaulatan rakyat bisa

digunakan secara sewenang-wenang.9

Dimensi lain dari kedaulatan rakyat dalam pasal 1 ayat 2 UUD NRI

setelah perubahan adalah kedaulatan langsung, yang mana rakyat secara

langsung melakukan kedaulatannya dengan cara mekanisme pemilihan umum

secara langsung. Dalam konteks kedaulatan rakyat, Titik Triwulan Tutik

berpendapat bahwa, pasal 1 ayat 2 UUD NRI Tahun 1945 setelah perubahan

ini, ada dua hal yang harus dibedakan, yaitu kedaulatan rakyat yang masih

berada di tangan rakyat dan kedaulatan yang telah dilimpahkan kepada atau

dilaksanakan dalam kerangka Undang-Undang.10

Terkait dengan sistem pemerintahan yang digunakan negara Indonesia

setelah perubahan UUD NRI Tahun 1945, bahwa UUD 1945 telah menentukan

9 Harjono, Wakil Mahkamah konstitusi, Konstitusi sebagai Rumah Bangsa dan Pemikiran Hukum

HArdjono, (Jakarta: Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2008), 59. 10 Tutik, restorasi Hukum, 51.

Page 15: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

kekuasaan eksekutif berada di tangan presiden. Sebagaimana telah dinyatakan

dalam pasal 4 ayat 1 UUD NRI Tahun 1945, yang menyatakan “Presiden

Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-

Undang Dasar”. Pasal 4 ayat 2 menyatakan “dalam melaksanakan

kewajibannya presiden dibantu oleh satu orang wakil presiden”. Selain itu,

“dalam menjalankan kewajiban permerintahan, presiden dibantu oleh menteri-

menteri negara yang bertanggung jawab langsung kepada presiden”, hal ini

terdapat dalam pasal 17 UUD NRI Tahun 1945.

Menurut Bagir Manan, yang dimaksud dengan kekuasaan pemerintahan

adalah kekuasaan eksekutif, sebagai kekuasaan eksekutif, presiden adalah

penyelenggara pemerintahan. Kekuasaan dibedakan menjadi dua, yaitu

kekuasaan yang bersifat umum dan kekuasaan yang bersifat khusus. Kekuasaan

yang bersifat umum adalah kekuasaan penyelenggaraan administrasi negara,

seperti di bidang keamanan, penyelenggaraan di bidang kesejahteraan umun

dan lain-lain. Kekuasaan yang bersifat khusus, seperti penyelenggaraaan

kekuasaan presiden terhadap tugas dan wewenang secara kontitusional yang

berada di tangan presiden yang bersifat prerogatif, yaitu presiden sebagai

pimpinan tertinggi angkatan bersenjata, hubungan dengan luar negeri, dan hak

memberi gelar dan tanda jasa.11

11 Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, (Yogyakarta: FH-UII, 2003), 122-123.

Page 16: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Presiden selaku pemegang kekuasaaan pemerintahan negara, selain

memiliki kewenangan di bidang eksekutif juga memiliki kewenangan dalam

bilang legislatif, bahkan kewenangan yudisial. Ketentuan mengenai hal

presiden dalam mengajukan rancangan udang-undang didasarkan pada pasal 5

ayat 1 UUD NRI Tahun 1945, yang menyatakan “bahwa presiden berhak

mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat”.

Berkaitan dengan kekuasaan presiden dalam bidang legislatif telah

diatur dalam UUD NRI Tahun 1945, yang menyatakan “segala macam

rancangan undang-undang harus dibahas bersama dengan presiden untuk

mendapatkan persetujuan bersama”.12 Jika rancangan undang-undnag tersebut

tidak mendapatkan persetujuan bersama, maka racangan undang-undang itu

tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat di masa

itu.13

Setiap rancangan undang-undang yang telah mendapat persetujuan

bersama antar DPR dan Presiden harus mendapat pengesahan presiden.14

Namun setelah undang-undang yang telah mendapatkan persetujuan bersama

tersebut dalam 30 hari sejak mendapat persetujuan bersama tersebut tidak

12 UUD NRI Tahun 1945 setelah perubahan Pasal 20 ayat (2) 13 UUD NRI Tahun 1945 setelah perubahan Pasal 20 ayat (3). 14 UUD NRI Tahun 1945 setelah perubahan Pasal 20 ayat (4).

Page 17: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

mendapat pengesahan dari presiden, maka rancangan undang-undang ini sah

menjadi undang-undang.15

Sistem presidensil yang diterapkan di Indonesia adalah bagian dari

implementasi kedaulatan negara. Hubungan antara kedaulatan negara dan

sistem pemerintahan presidensil yang diterapkan di Indonesia yaitu dengan

disebutkannya negara kesatuan dalam UUD NRI Tahun 1945 pasal 1 ayat (1)

dan ayat (2). Maksud negara kesatuan yaitu pemerintah pusat berhak penuh atas

semua kendali dalam negara, sedangkan pemerintah pusat dalam sistem

presidensil adalah presiden sebagai pemegang kekuasaan dalam negara.

Sedangkan hubungan antara kedaulatan negara dan sistem pemerintahan

presidensil dari pasal ayat (2) yang menyebutkan “Kedaulatan berada di tangan

rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang” adalah bahwa kedaulatan itu

dipegang dan dilaksanakan oleh rakyat dalam hal memilih presiden dan wakil

presiden.

Selain itu, Implementasi sistem presidensil ini dengan disebutkannya

ciri-ciri kekuasaan seorang presiden dalam UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Presiden yang memegang kekuasaan pemerintahan dalam pasal 4

ayat (1) ini menunjukkan bahwa sistem pemerintahan di Indonesia menganut

sistem presidensil, artinya bahwa tidak ada pembedaan kekuasaan antara

presiden sebagai kepala pemerintahan juga sebagai kepala negara. Pendapat

15 UUD NRI Tahun 1945 setelah perubahan Pasal 20 ayat (5).

Page 18: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

lain mengatakan bahwa dengan jelas Indonesia menerapkan sistem presidensil

dalam sistem pemerintahannya dengan ciri-ciri antara lain, presiden dan wakil

presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat, presiden

tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR, karena Lembaga ini tidak lagi

sebagai pelaksana kedaulatan rakyat.16 Ciri lainnya adalah presiden dan wakil

presiden memegang jabatannya selama lima tahun, kemudian dapat dipilih

kembali, presiden mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri, presiden

selaku kapala negara sekaligus merangkap sebagai kepala pemerintahan, dan

presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan

Mahkamah Agung, juga presiden memberi amnesti dan abolisi dengan

memperhatikan pertimbangan DPR.17

Dalam bernegara, model sistem pemerintahan presidensil mungkin

langkah yang cukup strategis, karena dalam sistem demokrasi, rakyatlah yang

sangat menentukan bagaimana menjalankan negara Indonesia ini dengan

memberikan wewenang kepada seorang presiden sebagai nahkoda

pemerintahan. Namun hal itu juga mempunyai kelemahaan, karena dalam

demokrasi suara terbanyak adalah penentu langkah selanjutnya, terkadang tidak

mempertimbangkan faktor keadilan dan kesetaraan, karena bisa jadi penguasa

16 Tutik, Konstruksi Hukum, 167. 17 C. S. T Kansil, Hukum Antar Tata Pemerintahan (Comparative Government), (Jakarta: Erlangga,

1987), 96-97.

Page 19: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

yang dipilih rakyat tidak memiliki pondasi agama, dan hal itu dapat

mengakibatkan penyalahgunaan wewenang.

Seorang ulama besar Islam, ilmuwan, negarawan, dan sejarawan telah

menulis sebuah karya monumental yang diakui oleh ilmuwan barat karena

kehebatannya dalam mencermati dan menganalisis suatu kondisi sosial

masyarakat dalam negara, beliau adalah Abdurrahman Abu Yazid Waliuddin

bin Khaldun, atau dalam karyanya dikenal dengan nama Ibnu Khaldun dengan

karyanya Muqaddimah.

Di antara perkara yang menjadi pijakan perbincangan Ibn Khaldun

dalam Muqaddimah selain dari model kehidupan masyarakat yang jauh dari

peradaban, ciri kehidupan masyarakat yang berperadaban tinggi, corak

pemerintahan atau kerajaan termasuk sistem khalifah adalah perbincangan

mengenai faktor-faktor kemajuan dan kejatuhan peradaban manusia.18 Karya

Ibnu Khaldun yang berjudul Muqaddimah memberikan gambaran tentang

seluk-beluk pemerintahan dari proses kelahiran suatu negara sampai runtuhnya

negara tersebut.

Ibnu Khaldun berpendapat bahwa kedaulatan negara adalah adanya

solidaritas sosial yang tinggi dan didasarkan kepada agama, baik dari kenabian

maupun seruan akan kebenaran dalam suatu wilayah yang dihuni oleh

18 Aiza & Roshimah, “Kejatuhan Pemerintahan menurut Pemikiran Ibnu Khaldun,”

https://ejournal.um.edu.my/index.php/afkar/article/view/5463; diakses tanggal 23 Februari 2019.

Page 20: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

sekelompok orang. Kedaulatan hanya bisa diperoleh dengan kemenangan,

sedangkan kemenangan terdapat pada golongan yang menunjukkan lebih kuat

solidaritas sosialnya dan lebih bersatu dalam tujuannya, karena hati umat

manusia disatukan berkat pertolongan Allah dengan memeluk agama yang

sama.19 Maka dari itu ibnu Khaldun memberikan syarat khusus untul mencapai

kedaulatan haruslah berdasarkan pada solidaritas sosial dan keagamaan.

Ibnu Khaldun mencontohkan tentang pentingnya solidaritas sosial yang

berdasarkan agama adalah saat terjadi pada bangsa Arab dalam peperangan

tentara muslim dengan tentara Persia. Tentara Muslim dalam peperangan

Yarmuk berjumlah kurang lebih 30.000 orang, dan tantara Persia berjumlah

120.000 orang, namun tentara Persia tidak sanggup menghadapi tantara

Muslim. Hal ini disebabkan karena adanya solidaritas yang kuat dan tujuan

yang jelas dengan berdasarkan agama oleh tantara Muslim, sehingga mereka

dapat memenangkan peperangan tersebut atas izin Allah SWT.20

Allah SWT. adalah penegak hukum tertinggi dan berhak dengan apa

yang diinginkannya. Setiap ketetapan yang diberikan Allah kepada manusia

baik ataupun buruk tidak dapat diganggu gugat, meskipun sesuatu itu tidak

sesuai dengan yang diinginkan manusia. Allah SWT adalah maha pemilik, tidak

19 Ahmadie Thoha, Muqaddimah Ibnu Khaldun, (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1986), 192. 20 Ibid.

Page 21: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

ada yang mendahuluinya, dzat yang tertinggi serta tidak mengikuti ajaran

agama lain.21

Sejalan dengan itu, Al-Maududi berpendapat kedaulatan haruslah

berdasarkan konsep Islam, dimana kitab suci al-Quran tidak bisa diganggu

gugat. Al-Qur’an memberikan jawaban bahwa hal apapun berada di tangan

Tuhan, Dialah penguasa alam semesta. Oleh karena itu, hak kedaulatan dan

semua yang berhubungan dengan itu berada ditangannya, begitu pula

kedaulatan atas semua makhluk-Nya.22

Dalam menjalankan pemerintahan negara, khalifah/sultan merupakan

pemegang tahta tertinggi di dalam suatu negara. Bentuk pemerintahan dalam

Islam dapat disebut dengan sistem pemerintahan nomokrasi, artinya adalah

pemerintah yang berkuasa merupakan hukum tertinggi yang menggantikan

hukum kekuasaan lain. Ciri sistem pemerintahan ini adalah walaupun seorang

khalifah/sultan adalah sebagai penguasan negara, namun kekuasaan yang

sebenarnya terletak pada Allah SWT., pemerintah mengemban tanggung jawab

dalam kedudukannya sebagai “para khalifah Allah”, sementara hukum Allah

atau syariah sebagai sumber kekuasaan yang langsung.23

21 Harun Nasution, teologi Islam: aliran-aliran, sejarah, Analisa, dan perbandingan, Cet-V, (Jakarta:

UI Press, 1986), 118-119. 22 Abu A’la Al-Maududi, Hukum dan Konstitusi Sisetm Politik Islam, di terjrmahkan dari The Islamic

Law and Constitution, (terj: Asep Hikmat), Cet ke-VI, (Bandung: Mizan, 1998), 236. 23 Khalid Ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam menurut ibnu Taimiyah”, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 1994), 72-73.

Page 22: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Tipologi pemerintahan menurut Ibnu Khaldun yang paling baik adalah

al-Imamah, yaitu pemerintahan yang membawa kemaslahatan bagi rakyat dan

negara baik dalam hal dunia maupun akhirat. Pemerintahan ini bersumber dari

ajaran agama. Ajaran agama yang dipakai sebagai asas kebijakan pemerintah

adalah Islam. Maka dari itu penyebutan kepala negara adalah Khalifah atau

Imam.24

Khalifah sebagai pejabat tertinggi dalam negara mempunyai tugas

sebagai pengganti Nabi. Tugas khalifah adalah pembuat undang-undang,

karena undang-undang inilah yang berkuasa dalam mengatur negara. Namun,

menurut Ibnu Khaldun tindakan khalifah sebagai pembuat undang-undang

haruslah berdasarkan petunjuk agama untuk kemajuan kepentingan duniawi

dan menjauhkan kejahatan.25

Seorang khalifah/sultan apabila dilihat dari otoritas dan kewenangan

yang dimilikinya, serta tugas dan perannya sebagai pengganti Nabi, maka bisa

dipastikan bahwa khalifah/sultan adalah pihak yang menguasai suatu

pemerintahan negara.26

Melihat uraian di atas, kedaulatan negara Indonesia dengan sistem

demokrasi sekilas menyerupai kedaulatan negara menurut Ibnu Khaldun, yaitu

24 Djainuddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2001), 86-89. 25 Thoha, Muqaddimah, 234. 26 Muhammad Redy Alvan, “Kekuasaan dalam Pemikiran Ibnu Khaldun”, Journal Online Mahasiswa

FISIP, Vol. 2, No. 2, (Oktober, 2015), 9.

Page 23: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

suara terbanyak dari rakyat (solidaritas sosial) yang melanggengkan kekuasaan,

namun perbedaan yang mendasar adalah kedaulatan Ibnu Khaldun berdasarkan

agama, sedangkan Indonesia kedaulatan berdasarkan suara rakyat yang

berdasarkan UUD. Kemudian, dari segi sistem pemerintahan terdapat

perbedaan yang mendasar dari sistem pemilihan penguasa dari sistem

presidensil, presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara dalam

menjalankan kekuasaan harus berdasarkan UUD dan sistem ke-khalifahan,

khalifah menjalankan kekuasaan bersifat mutlak namu berdasarkan agama.

Pernyataan di atas menarik peneliti untuk mengkaji lebih dalam tentang

relasi sistem pemerintahan presidensil di Indonesia berdasarkan UUD Negara

Republik Indonesia terhadap eksistensi kedaulatan negara perspektif Ibnu

Khaldun.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dapat

diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

a. Relasi sistem pemerintahan presidensil di Indonesia menurut UUD

Negara Repulik Indonesia terhadap eksistensi kedaulatan negara.

b. Pendapat Ibnu Khaldun terkait sistem pemerintahan presidensil di

Indonesia berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia terhadap

eksistensi kedaulatan negara.

Page 24: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

c. Kekuasaan presiden di Indonesia perspektif Fiqih Siyasah.

d. Pelaksanaan sistem pemerintahan presidensil di Indonesia pada

masa orde baru sampai reformasi.

2. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang menjadi obyek penelitian ini,

maka untuk memberikan arah yang jelas peneliti membatasi pada masalah-

masalah sebagai berikut:

a. Relasi sistem pemerintahan presidensil di Indonesia menurut UUD

Negara Repulik Indonesia terhadap eksistensi kedaulatan negara.

b. Pendapat Ibnu Khaldun terkait sistem pemerintahan presidensil di

Indonesia berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia terhadap

eksistensi kedaulatan negara.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis

menentukan suatu permasalahan yang akan diteliti dalam tesis ini, yaitu:

1. Bagaimana relasi sistem pemerintahan presidensil di Indonesia

berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia terhadap eksistensi

kedaulatan negara?

Page 25: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

2. Bagaimana pendapat Ibnu Khaldun terkait sistem pemerintahan

presidensil di Indonesia berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia

terhadap eksistensi kedaulatan negara?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka

tujuan penelitian ini secara teoritis adalah untuk mengetahui dan

mengembangkan teori tentang bagaimana relasi sistem pemerintahan

presidensil di Indonesia berdasarkan UUD Negara Repulik Indonesia terhadap

eksistensi kedaulatan negara, dan bagaimana pendapat Ibnu Khaldun terkait

sistem pemerintahan presidensil di Indonesia berdasarkan UUD Negara

Republik Indonesia terhadap eksistensi kedaulatan negara.

E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dapat dirumuskan kegunaan

untuk pelaku dari hasil penelitian ini secara teoritis adalah agar mendapatkan

pengetahuan bahwa konsep dalam bernegara menurut Ibnu Khadun dapat

memberikan uraian idealnya bagaimana sistem sebuah negara itu dapat berjalan

dengan baik agar eksistensi kedaulatan negara tetap terjaga.

Secara praktis, manfaat penelitian ini bagi pihak akademisi dan

masyarakat umum maupun pihak terkait bisa mendapatkan informasi dan

pengetahuan terkait tentang bagaimana relasi sistem pemerintahan presidensil

di Indonesia berdasarkan UUD Negara Repulik Indonesia terhadap eksistensi

Page 26: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

kedaulatan negara perspektif Ibnu Khaldun, sehingga kedaulatan negara dapat

dijaga dan sistem pemerintahan di Indonesia dapat berkembang dengan baik.

F. Kerangka Teoritik

1. Pengertian Sistem Pemerintahan Presidensil

Arti Sistem menurut kamus hukum adalah tatanan atau kesatuan

yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling

berkaitan erat satu sama lain yaitu kaidah tentang apa yang seharusnya.27

Sistem menurut Prof. Pamuji adalah suatu kebulatan atau

keseluruhan yang kompleks atau teroganisir, suatu himpunan atau

perpaduan bagian-bagian yang membentuk suatu kesuluruhan yang

kompleks atau utuh.28

Menurut Musanef, arti sistem adalah suatu tatanan dari hal-hal yang

saling berkaitan dan berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan, dan

satu kesuluruhan.29 Jadi sistem adalah suatu rangkaian yang terdiri dari satu

kesatuan, dan saling berkaitan satu sama lain. Rusaknya satu bagian dapat

mengganggu kestabilan sistem itu sendiri.

Arti sistem pemerintahan adalah semua ihwal yang merupakan

pergerakan pemerintah yang dijalankan oleh Lembaga legislatif, eksekutif

dan yudikatif sebagai organ-organ negara dengan tujuan untuk

27 Marwan, Kamus Hukum, (Surabaya: Reality Publisher, 2009), 569. 28 Pamudji, Teori Sistem dan Pengeterapannya dalam management, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve,

1981), 7. 29 Musanef, Sistem Pemerintahan Di Indonesia, (Jakarta: Haji Masagung, 1989), 7.

Page 27: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

menyelenggarakan kepentingan negara dan rakyat dengan saling bekerja

sama dan bekerja sesuai dengan perannya.30 Sedangkan Sistem

pemerintahan presidensial adalah Sistem pemerintahan yang mempunyai

ciri-ciri yang khas yaitu Pertama, sistem itu didasarkan atas asas pemisahan

kekuasaan. Yang kedua, tidak ada pertanggungjawaban bersama antara

presiden sebagai pemimpin eksekutif dengan anggota-anggotanya.

Anggota-anggota yang bernama menteri itu sepenuhnya bertanggungjawab

kepada presiden. Yang ketiga, DPR tidak dapat dibubarkan oleh presiden,

keempat, Presiden itu dipilih oleh rakyat melalu pemilu. Jadi ini sistem

pemerintahan presidensial.31

Berdasarkan rumusan di atas, sistem pemerintahan dapat dilihat dari

pembagian kekuasaan di antara Lembaga-lembaga negara dan sifat

hubungan antara Lembaga negara. Pembagian kekuasaan dapat dibedakan

berdasarkan rumusan di atas, Berdasarkan rumusan di atas, sistem

pemerintahan dapat dilihat dari model pembagian kekuasaan di antara

lembaga-lembaga negara dan sifat hubungan antara Lembaga negara.

Pembagian kekuasaan dapat dibedakan atas (1) pembagian kekuasaan

secara horizontal, adalah kekuasaan yang dibagi berdasarkan peran maupun

berkenaan dengan Lembaga negara yang melaksanakan fungsi tersebut, (2)

30 Sri Soemantri, Sistem Pemerintahan Negara ASEAN, (Bandung: Transito, 1976), 58. 31 Ahmad Yani, “Sistem Pemerintahan Indonesia: Pendekatan Teori Dan Praktek Konstitusi Undang-

Undang Dasar 1945”, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 12 No. 02 (Juli, 2018), 124.

Page 28: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

pembagian kekuasaan secara vertikal yaitu pembagian kekuasaan di

tingkatan pemerintah yang memunculkan batas ikatan antara pemerintah

pusat dan pemerintah daerah.32

Eksistensi tiga kekuasaan negara; legislatif, eksekutif dan yudikatif

dikarenakan adanya normal spesialisasi fungsi, sebuah fenomena yang

dapat diamati pada semua bidang, pemikiran dan tindakan karena

peradaban semakin bergerak maju, bertambahnya bidang aktivitas dan

karena organ-organ pemerintahan menjadi semakin kompleks. Pada

awalnya, raja adalah pembuat dan pelaksana undang-undang, juga sebagai

hakim. Namun, tidak dapat dihindari telah tumbuh suatu tendensi untuk

mendelegasikan kekuasaan-kekuasaan kerajaan tersebut dan sebagai

akibatnya menghasilkan adanya pembagian kekuasaan kedaulatan.33

Dalam teori pemisahan kekuasaan, kekuasaan legislatif bertugas

membuat undang-undang yang dilakukan oleh lembaga tersendiri jika

penyusunan undang-undang tidak diletakkan pada suatu lembaga tertentu.

Maka tiap golongan atau tiap orang membuat undang-undang untuk

kepentingannya sendiri. Sebagai lembaga pembentuk undang-undang maka

legislatif hanyalah berhak untuk membuat undang-undang saja dan tidak

boleh melaksanakannya. Untuk menjalankan undang-undang harus

diserahkan kepada suatu lembaga lain. Sedangkan kekuasaan untuk

32 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), 138. 33 C.F. Strong, Modern Political Institution., (London: Sidgwick & Jackson, 1960), 329-330.

Page 29: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

menjalankan undang-undang dilakukan oleh lembaga eksekutif yang

dipimpin presiden atau perdana Menteri. Lembaga inilah yang

berkewajiban menjalankan kekuasaan eksekutif.

Kekuasaan yudikatif atau kekuasaan yustisi (kehakiman) ialah

kekuasaan yang berkewajiban mempertahankan undang-undang dan berhak

untuk memberikan peradilan kepada rakyat. Lembaga yudikatiflah yang

berkuasa memutuskan perkara dan mejatuhkan hukuman terhadap setiap

pelanggaran undang-undang.34

2. Kekuasaan Presiden dalam Sistem Pemerintahan Negara Republik

Indonesai menurut UUD Negara Republik Indonesia

Pelaksanaan sistem pemerintahan presidensil di Indonesia, dalam

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang ditetapkan oleh panitia

persiapan kemerdekaan Indonesia pada hari Sabtu, tanggal 18 Agustus 1945

antara lain memuat BAB III yang terdiri dari 12 pasal yang di antaranya

berbicara tentang kekuasaan presiden.35

Pasal 4 berbunyi: Presiden Indonesia memegang kekuasaan

pemerintah menurut Undang-Undang dasar; dalam melakukan

kewajibannya presiden dibantu oleh satu orang wakil presiden. Dalam

sistem presidensil, presiden adalah sebagai kepala negara dan juga

34 Ahmad Sukardja, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara dalam Perspektif Fikih

Siyasah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 130-131. 35 C.S.T Kansil dan Christine, Sistem Pemerintahan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 28.

Page 30: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

merangkap sebagai kepala pemerintahan. Kekuasaan dan kewenangan

presiden sebagai kepala pemerintahan adalah karena fungsinya sebagai

penyelenggara tugas eksekutif, seperti: memimpin kabinet, mengangkat

dan melantik Menteri, memberhentikan Menteri, dan mengawasi

operasional pembangunan.

Pasal 5 berbunyi: bahwa presiden memegang kekuasaan

membentuk Undang-Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat; Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan

undang-undang sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan karena di

Indonesia berlaku pembagian kekuasaan (distribution of power), sehingga

masing-masing kekuasaan terdapat hubungan satu sama lain. Maka

presiden Indonesia juga mempunyai kekuasaan di antaranya.36 Presiden

memegang kekuasan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan

Angakatan Udara, presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat

menyatakan perang, membaut perdamaian, dan melaukakn perjanjian

dengan negara lain, hak presiden mengangkat duta dan konsul serta

menerima duta negara lain, dan presiden memiliki hak untuk memberi grasi,

amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.

Jadi dapat dilihat begitu besarnya kekuasaan presiden republik

Indonesia, hal tersebut dapat dipahami karena di awal kemerdekaan para

36 Inu Kencana Syafiie, Sistem Pemerintahan Indonesia, (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 1954), 54.

Page 31: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

pendiri bangsa membutuhkan kepastian bahwa dalam negara yang baru

berkembang ini diperlukan pimpinan penyelenggara negara, dalam hal ini

presiden. Diharapkan mempunyai pengaruh dan kharismatik yang besar

untuk tetap menjaga dan terwujudnya eksistensi dan persatuan bangsa.

3. Sistem ketatanegaraan menurut Ibnu Khaldun

Berbicara ketatanegaraan, Ibnu Khaldun memberikan rambu-rambu

yang jelas. Bahwa dalam bernegara solidaritas sosial adalah kunci utama

untuk terbentuknya suatu negara yang berdaulat, karena tidak ada

kemenangan di dalam perpecahan. Negara yang mempunyai lebih banyak

suku maka negara itu akan kuat dan kekuasaannya akan semakin luas.37

Dalam hal kekuasaan, seorang khalifah sebagai pimpinan politik

dalam mengambil keputusan harus berlandaskan petunjuk agama. Tugas

khalifah adalah sebagai pemegang kendali pemerintahan baik pemegang

kekuasaan negara maupun pemerintahan.

Dalam hal tugas pemerintahan, seorang khalifah dibantu oleh

beberapa petinggi negara, diantaranya:

1. Jabatan mufti. Tugasnya adalah untuk mengurus ihwal keagamaan,

baik berupa turunnya fatwa atau kebijakan yang terkait dengan

keagamaan.38

37 Thoha, Muqaddimah, 199. 38 Ibid., 266.

Page 32: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

2. Jabatan hakim. Tugasnya untuk menyelesaikan gugatan serta

menyelesaikan perselisihan dan pertikaian.

3. Jabatan polisi. Tugasnya adalah mengawasi tindakan kriminal serta

memberikan hukuman yang telah ditetapkan oleh syariat agama.

4. Jabatan keadilan. Tugasnya adalah mencatat seluruh perkara dalam

pengadilan baik perkara hak asasi manusia, harta benda, utang

piutang, serta transaksi hukum lainnya.

5. Jabatan pengawasan pasar. Jabatan ini di bawah jabatan hakim,

tugasnya adalah mengawasi masyarakat bila berlaku curang dalam

berniaga, atau memberi peringatan bagi masyarakat yang belaku tidak

tertib.

6. Jabatan pencetakan uang logam. Tugasnya adalah mengurusi uang

yang dicetak oleh negara untuk transaksi komersial masyarakat, selain

itu jabatan ini bertugas mengawasi percetakan tanda raja dalam mata

uang negara, sehingga tidak terjadi penipuan dalam masyarakat.39

Dalam proses pemilihan khalifah, digunakan konsep ahl al-halli wa

al-aqdi. Seorang anggota ahl al-halli wa al-aqdi harus independent, adil,

objektif. Ahl al-halli wa al-aqdi merupakan pengemban amanah dari

masyarakat luas yang mempunyai keunggulan dalam bidang keilmuan,

harta, dan mempunyai kedudukan dalam masyarakat, serta kelompok ini di

39 Ibid., 272-275.

Page 33: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

dalam masyarakat memliki kemampuan dalam proses musyawarah untuk

menentukan seorang khalifah.40

Dalam sistem ketatanegaraan, Ibnu Khaldun memberikan syarat

untuk terbentuknya suatu negara yang ideal, yaitu:

1. Udara, air dan lingkungan yang sehat, serta tatanan bangunan yang

tertib.

2. Letak geografis negara yang strategis, artinya negara tersebut terletak

di jalur lintas perdagangan dan perkembangan budaya.

3. Solidaritas sosial yang kuat, baik kesukuan, agama, wilayah dan rasa

kebersamaan dalam mencapai tujuan.

4. Geografis yang subur dan melimpah akan hasil sumber daya

alamnya.41

G. Penelitian Terdahulu

Beberapa buku, tesis, jurnal, dan paper yang telah peneliti baca,

penelitian yang akan dibahas dalam tesis ini masih belum ditemukan. Namun,

ada beberapa penelitian telah ditemukan yang secara garis besar

pembahasannya berbicara tentang sistem ketatanegaraan dan kekuasaan. Di

antaranya adalah sebagai berikut:

40 Ibid., 238. 41 Ibid., 401-405.

Page 34: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

1. Buku yang berjudul “Kekuasaaan dan Negara, Pemikiran Politik Ibnu

Khaldun” yang ditulis oleh Rahman Zainuddin. Buku ini berfokus pada

pemikiran Ibnu Khaldun tentang pentingnya kehadiran negara dalam

mengatur kehidupan masyarakat, dalam buku ini penulis menganalisis

bagaimana wujud ilmu politik yang digunakan untuk mengkonsep

tentang kekuasaan dan kenegaraan dari pemikiran Ibnu Khaldun.42

2. Jurnal yang berjudul “Kejatuhan Pemerintahan Menurut Pemikiran

Ibnu Khaldun Dalam Karyanya Al-Muqaddimah” yang ditulis oleh

Aizzah Maslan dan Rosimah Samsuddin. Jurnal ini berfokus pada

pemikiran Ibnu Khaldun tentang kejatuhan suatu pemerintahan. Jurnal

ini fokus membahas tentang faktor yang melatarbelakangi kehancuran

suatu negara dan bagaimana suatu negara itu bisa berdiri, berjaya

sampai kemudian jatuh dan sirna.43

3. Tesis yang berjudul “Implementasi Kekuasaan Pemerintahan oleh

Presiden Sesudah Perubahan UUD 1945” yang ditulis oleh Jazim Ilyas.

Tesis ini berfokus pada proses yang berjalan dalam sistem

ketatanegaraan di Indonesia yang kecenderungannya dan

pengaturannya menunjukkan pada Lembaga eksekutif. Tesis ini

menjawab permasalahan tentang bagaimana presiden melaksanakan

42 Zainuddin Rahman, Kekuasaan dan Negara, Pemikiran Politik Ibnu Khaldun, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1992), 5. 43 Aiza & Roshimah, “Kejatuhan Pemerintahan menurut Pemikiran Ibnu Khaldun,”

https://ejournal.um.edu.my/index.php/afkar/article/view/5463; diakses tanggal 23 Februari 2019.

Page 35: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

kekuasaan pemerintahan pasca perubahan UUD 1945 dan kendala-

kendala dalam implementasi pelaksanaan kekuasaan pemerintahan oleh

presiden pasca perubahan UUD 1945.44

4. Tesis yang berjudul “Pengukuhan Sistem Pemerintahan Presidensil

dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia” yang ditulis oleh

Muhaimin La Ode. Tesis ini membahas tentang perubahan UUD Negara

Republik Indonesia yang dalam permasalahannya apakah hal tersebut

dapat melakukan penguatan terhadap sistem presidensil dan apakah

menghasilkan sebuah sistem pemerintahan yang berkarakter sehingga

pembagian kekuasaan dapat dijalankan dengan baik.45

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah masuk dalam

kategori penelitian kepustakaan (library research), dan penelitian ini

termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berlaku

bagi pengetahuan humanistik atau interpretatif yang secara teknis

penekanannya lebih pada teks.46 Penelitian hukum doktrinal yang

44 Jazim Ilyas, “Implementasi Kekuasaan Pemerintahan Oleh Presiden Sesudah Perubahan UUD 1945”,

(Tesis—Universitas Diponegoro, Semarang, 2008), 12. 45 Muhaimin La Ode, “Pengukuhan Sistem Pemerintahan Presidensil dalam Sistem Ketatanegaraan

Republik Indonesia”, (Tesis—Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2010), 10. 46 Robert Bogdan & Steven J. Taylor, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif: Suatu Pendekatan

Fenomenologis terhadap Ilmu Sosial, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), 12.

Page 36: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

merupakan penelitian keputakaan yakni penelitian terhadapa data sekunder,

disebut demikian karena penelitian hukum seperti ini dilakukan dengan cara

meneliti bahan pustaka atau buku-buku.47 Sedangkan menurut Peter

Mahmud, penelitian hukum adalah suatu langkah untuk mendapatkan

ketentuan hukum atau asas-asas hukum untuk menjawab masalah-masalah

yang dihadapi.48

Penelitian kepustakaan dilakukan karena sumber-sumber datanya,

baik yang utama (primary resources), maupun pendukung (secondary

resources), seluruhnya adalah teks-teks. Sehingga untuk memperoleh data-

datanya menggunakan metode dokumentasi. Metode ini digunakan dalam

mengumpulkan data-data yang relevan dan berasal dari sumber primer dan

sumber sekunder.49 Maka dari itu, tujuan dari analisis dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui maksut-maksut tertentu yang terkandung dalam

teks. Maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui makna yang

disampaikan oleh Ibnu Khaldun dalam kitab Muqaddimah. Dalam proses

penelitian akan diperlukan apa yang disebut dengan metode, metode adalah

suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai

langkah-langkah sistematis.50

47 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjaun Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), 13-14. 48 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet. 11, (Jakarta: Kencana, 2011), 35. 49 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997), 30. 50 Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 68.

Page 37: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

2. Pendekatan

Kegiatan ilmiah dalam penelitian hukum dapat dilakukan dengan

model penelitian yuridis normatif, yaitu dengan cara mempelajari norma

atau seluruh kaidah dalam hukum positif dengan bahan-bahan pustaka

berupa buku-buku dan literatur lainnya yang berkaitan dengan tema

penelitian agar dapat dicapai suatu nuansa pemahaman yang baru yang

lebih produktif, tidak reproduktif mengulang-ulang pemahaman penafsiran

sebelumnya.

Kemudian dikaji dengan pendekatan konsepsi legis positvis, yaitu

konsep yang memberikan pengertian bahwa hukum merupakan regulasi

tertulis yang telah diundangkan oleh aparat negara.51 Pendekatan

perundang-undangan yang dimaksut adalah peraturan yang terdapat dalam

UUD Negara Republik Indonesia.

3. Teknik Analisis Data

Seluruh data yang terkumpul kemudian diperiksa untuk

dikategorisasikan atau dipilih dan dipilah berdasarkan sub-sub pokok

bahasan. Dari sumber-sumber pustaka di atas penulis membangun struktur

tulisan dengan metode analisis data untuk mencapai kesimpulan-

kesimpulan dari tulisan ini. Untuk menganalisis data primer dan sekunder,

penyusun mempergunakan metode analisis kualitatif yaitu metode

51 Ronny HanitijoSoemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

1988), 13-14.

Page 38: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

deskriptif-analitik, metode ini menganalisis dari paparan yang telah

dinarasikan yaitu teori kedaulatan negara kaitannya dengan sistem

pemerintahan di Indonesia, kemudian dianalisis perspektif Ibnu Khladun.

Paparan yang telah dideskripsikan pada batasan relasi sistem

pemerintahan presidensil di Indonesia menurut UUD Negara Repulik

Indonesia terhadap eksistensi kedaulatan negara dan pendapat Ibnu

Khaldun terhadap sistem ketatanegaraan dan eksistensi kedaulatan negara.

Langkah pertama metode ini adalah mendeskripsikan gagasan

primer yang menjadi obyek penelitian. Selanjutnya membahas gagasan

primer tersebut yang pada hakikatnya memberikan “interpretasi” kepada

gagasan primer yang telah dideskripsikan. Memberikan interpretasi di sini

termasuk menarik relevansi dari masalah yang diteliti.

Interpretasi atas data-data penelitian dalam analisisnya peneliti

menggunakan pola berpikir deduktif dan induktif. Metode deduktif

merupakan cara berfikir analitik yang berangkat dari dasar-dasar

pengetahuan yang bersifat umum menuju pada kejadian yang bersifat

khusus. Dalam metode ini, penulis berupaya merinci pemikiran Ibnu

Khaldun tentang sistem ketatanegaraan dalam Muqaddimah karya Ibnu

Khaldun yang bersifat umum.

Page 39: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Selanjutnya metode induktif diartikan sebagai generalisasi.52 Dalam

metode ini, kasus-kasus dan unsur-unsur pemikiran tentang sistem

ketatanegaraan dalam Muqaddimah karya Ibnu Khaldun dianalisis

kemudian dirumuskan dalam statemen umum (generalisasi) untuk

direalisasikan dengan sistem pemerintahan di Indonesia.

I. Sistematika Pembahasan

Rancangan penulisan tesis disusun secara sistematis yang terdiri

dari lima bab. Setiap bab menjelaskan konsep bahasan tema dan saling

berhubungan antar babnya. Adapun konsep rancangan sistematika tesis itu

adalah sebagai berikut:

Bab I berisi pendahuluan, yang mencakup latarbelakang masalah,

identifikasi dan Batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, kerangka teroritik, penelitian terdahulu, metode penelitian dan

sistematika pembahasan.

Bab II berisi tentang biografi Ibnu Khaldun, sistem pemerintahan

menurut Ibnu Khaldun, dan sistem ketatanegaraan menurut Ibnu Khaldun dan

relevansinya dengan kedaulatan negara.

Bab III berisi tentang sistem pemeritahan di Indonesia, dan dalam

bab ini akan dijelaskan tentang sistem presidensil dan kekuasaan presiden di

Indonesia.

52 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993),

131.

Page 40: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

Bab IV berisi analisis tentang relasi sistem pemerintahan presidensil

di Indonesia terhadap eksistensi kedaulatan negara perpektif pemikiran Ibnu

Khaldun dalam Muqadimah.

Terakhir, Bab V berisi penutup yaitu kesimpulan, merupakan bagian

akhir tesis yang menyajikan kesimpulan-kesimpulan penting dari pembahasan

tesis ini.

Page 41: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

SISTEM KETATANEGARAAN DALAM PANDANGAN IBNU KHALDUN

A. Biografi Ibnu Khaldun, Pendidikan dan karyanya

1. Biografi Ibnu Khaldun

Ibnu Khladun bernama lengkap Abdur Rahmah bin Muhammad bin

Muhammad Ibnu Khaldun al-Hadlrami dari Tunisia. Dilahirkan pada tahun 732

Hijriyah tanggal 1 Ramadhan, atau bertepatan pada tanggal 27 Mei 1332 Masehi.

Nama kecilnya adalah Abdur Rahman, dan Abu Zaid adalah nama khusus

panggilan dari keluarganya, Wali al-Din adalah nama gelar saat beliau menjabat

sebagai qadhi di Mesir, selanjutnya beliau dikenal dengan nama Ibnu Khaldun.1

Nenek moyangnya yang bernama Khalid bin Ustman berasal dari suatu

suku di Arabia Selatan. Ibnu Khaldun pada abad ke-VII Masehi telah merantau

ke Spanyol karena tertarik dengan kemenangan-kemenangan dan penaklukan-

penaklukan oleh tentara Islam, dan ia menetap di Carmona, yaitu suatu daerah

kecil yang terletak di Antara tiga kota, yaitu Granda, Seville, dan Cordova.2

2. Pendidikan Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun sewaktu kecil banyak berguru tentang ilmu agama. Seperti

halnya anak usia 7-15 tahun yang biasa menerima apa saja yang diajarkan

1 Zainal al-Khudhairi, Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun, Terj. Ahmad Rafi’ Ustmani, (Bandung: Pustaka

pelajar, 1987), 9. 2 Irfan Firdaus, Biografi Tokoh Muslim Dunia Paling Berpengaruh, (Yogyakarta: Laras Media Prima,

2004), 179.

Page 42: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

kepadanya, demikian juga Ibnu Khaldun secara passif tanpa ada kritik menerima

dan mengenyam pelajaran itu dengan bernafsu sekali. Akan tetapi dalam masa

mudanya antara tahun 16-25 tahun, dimana masa seorang pemuda mulai meniti

karir dan mulai menentukan tujuan hidupnya telah terjadi suatu perjolakan dan

kekalutan-kekalutan di Afrika Utara, yaitu tahun 1347 sampai 1357. Tahun itu

adalah dimana Afrika Utara terjadi pergolakan politik yang hebat. Kerajaan al-

Muwahhidun yang telah lama hancur telah berdiri kembali dengan kerajaan-

kerajaaan kecil. Penyerangan dan pendudukan Banu Marin terhadap Tunis di

tahun 1347 telah mengakibatkan perpindahan beberapa ulama besar sebagai

pengikut raja Abu al-Hasan.3

Ibnu Khaldun yang saat itu telah memasuki usia 15 tahun telah mendapati

di antara mereka guru-guru yang memberi semangat ilmu pengetahuan

kepadanya. Di antara guru-gurunya adalah Muhammad Ibnu Sa'ad ibn Burrah,

Syaikh Muhammad ibn al-arabi al-Husyairi, Syaikh Muhammad asy-Asywwasy

az-Zarzali, Syaikh Muhammad ibn Ahmad ibn al-Qashar, dan Syaikh

Muhammad ibn Bahr, Syaikh Muhammad ibn Abdur Razaq Dan lain

sebagainya.4

3 Zainab, Perkembangan Sejarah Pemikiran Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun, (Jakarta: Pustaka Firdaus,

1985), 15-16. 4 Osman Kalibi, Ibnu Khaldun tentang Masyarakat dan Negara, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), 20-21.

Page 43: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

3. Karya-Karya Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun sudah masyhur sebagai seorang ilmuwan, ia telah

menuangkan pengetahuaannya dengan menulis banyak kitab. Berikut ini di antara

nama kitab-kitab yang menjadi karyanya:

1. Kitab Muqaddimah, yang merupakan karya monumental yang membuat

namanya disanjung dalam dunia intelektual;

2. Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyam al-‘Arabi wa al-

‘Ajami wa al-Barbar, wa man ‘As-aruhum min dhawi as-Sulthani al‘Akbar

(kitab pelajaran dan arsip sejarah zaman permulaan dan zaman akhir yang

mencakup peristiwa politik orang-orang Arab, non-Arab dan Barbar serta raja-

raja besar yang semasa dengan mereka) yang terdiri dari tujuh jilid;

3. Kitab at-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa al-Rihlatuhu Sharqan wa al-Gharban (kitab

autobiografi Ibnu Khladun); uraian tentang kitab Burdah karya al-Bushiri,

ringkasan karya Ibnu Rusyd dan ringkasan kitab al-Muh) asal karya Fachruddin

al-Razi;

4. Kitab al-Shifa’ al-Sa’il li Tahdhib al-Masa’il;

5. Kitab Lubab al-Muhassal fi Ushul al-Din (sebuah kitab yang berisi tentang

pemikiran-pemikiran teologi).5

5 Abdur Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam: Hadharah Keilmuwan Tokoh Klasik

Sampai Modern, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 128-129.

Page 44: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

Dalam menjalani kehidupan, Ibnu Khaldun sering kali berpindah tempat

dengan tujuan untuk menuntut ilmu atau karena tugas. Berikut ini akan dijelaskan

tempat yang pernah disinggahinya.

1. Ibnu Khaldun di Fez

Fez (Maroko) adalah tempat dimana Ibnu Khaldun menyelesaikan

penddidkan tingginya, di sinilah ia banyak bergaul dengan ulama-ulama yang

mendapampingi Sultan Abu 'Inan. Selain menyelesaikan pendidikannya, di Fez ini

Ibnu Khaldun diangkat menjadi sekretaris negara dan kemudian menjadi pegawai

tinggi dalam soal-soal hukum dan pelanggaran-pelanggarannya. Jabatan ini

disebut juga dengan istilah muzalim. Namun, semua itu tidak bertahan lama,

karena dalam musim kharif telah terjadi pemberontakan istana, sehingga ia berniat

untuk meninggalkan Fez agar mendapatkan ketenangan.6

2. Ibnu Khaldun di Granada

Ibnu Khaldun di Granada diterima dengan senang hati oleh pemerintahan

yang berkuasa saat itu. Raja Muhammad V yang memerintah di sana merupakan

sahabat lamanya. Karena raja telah mengetahui kemampuan Ibnu Khaldun, maka

ia memberi kepercayaan kepada Ibnu Khaldun untuk menjadi kepala dalam tugas

satu misi kepada raja Pedro dari Cassilia, yang bertujuan untuk mengangkat satu

6 Choirul Huda, “Pemikiran Ekonomi Bapak Ekonomi Islam; Ibnu Khaldun”, JURNAL

ECONOMICA, Vol. 4, No. 1, (Mei, 2013), 10.

Page 45: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

perjanjian perdamaian antara Granada yang Islam dengan Cassilia yang

beragama Kristen.7

Tetapi dengan berjalannya waktu, Ibnu Khladun merasa tidak nyaman di

Granada ini, karena Ibnu al-Khatib yang saat itu menjabat sebagai perdana

menteri merasa kurang senang kepadanya, terutama karena pengaruhnya yang

semakin meluas di wilayah tersebut. Maka dari itu untuk menghindari konflik di

antara keduanya Ibnu Khaldun memutuskan untuk pindah dari Granada.

3. Ibnu Khaldun di Afrika Utara

Tanggal 11 Februari 1365 adalah bertepatan dengan pindahanya Ibnu

Khaldun dari Granada ke Afrika Utara, karena pada abad VIII ini awal mula

kerajaan al-Muwahhidin di Spanyol hancur. Kemajuan pasukan-pasukan Kristen

makin lama makin bertambah dekat dengan tiga segi Cordoba-Sevilla-Granada.

Ketika keadaan sudah tidak memungkinkan lagi untuk ditempati, maka Banu

Khaldun pun menyelamatkan diri ke Afrika Utara, tujuan pergi ke Afrika Utara

karena pada dasarnya mereka sudah mempunyai hubungan dengan pihak

penguasa baik dari pertalian darah maupun karena hubungan-hubungan politik

lainnya.

Ibnu Khladun tinggal di Bougie yang saat itu diperintah oleh seorang raja

yang bernama Abu Abdullah, salah seorang sahabat lamanya di kalangan Bani

7 Ahmad Syafi’I Ma’arif, Ibnu Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, (Jakarta: Gema

Insani Press, 1996), 12.

Page 46: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

Hafs. Di Bougie ini Ibnu Khaldun tidak sempat tinggal lama, karena saat itu

pemerintahan juga kacau dengan terjadinya pertikaian antara raja Abu Abdullah

dengan kemenakannya raja Abu al-Abbas yang saat itu berkuasa di Konstatine.

Karena kondisi tersebut Ibnu Khaldun kemudian mengungsi ke daerah terpencil

yang bernama Tlimsan di wilayah tersebut.8

4. Ibnu Khaldun di Mesir

Ibnu Khaldun sebelum tinggal di Mesir sebenarnya namanya sudah

masyhur di Kairo, hal itu dikarenakan buah pikirannya yang dituangkan dalam

Muqaddimah telah menjadi bahan diskusi oleh kalangan sarjana di sana. Jadi,

ketika Ibnu khaldun sampai di Mesir banyak mahasiswa yang mengunjunginya

hanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

Mesir juga merupakan tempat dimana Ibnu Khaldun menjabat menjadi

hakim tinggi dalam madzhab Maliki, dan di Mesir ini pula sang pujangga

sekaligus ulama berpulang ke rahmat Allah SWT., yang bertepatan pada taggal

17 Maret 1406 Masehi. Dengan penuh penghormatan dari Negara dan bangsanya

Ibnu Khaldun dikebumikan di pemakaman kaum sufi di luar kota Kairo.9

8 Osman Kalibi, Ibnu Khaldun tentang Masyarakat, 24-27. 9 Ibid., 40.

Page 47: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

B. Sistem Pemerintahan Negara menurut Ibnu Khaldun

Kehidupan dalam masyarakat Islam, seperti halnya dalam kehidupan

masyarakat dunia lain, negara dalam mengatur dirinya dibutuhkan cara yang

dianggap paling cocok untuk mengurusnya pemerintahannya. Khilafah yang

muncul setelah Nabi wafat mempunyai kedudukan lembaga politik yang paling

tinggi dalam Islam yang memberikan simbol dalam kesatuan umat Islam.

Sistem pemerintahan negara merupakan lukisan dasar-dasar negara, tata

tertib dan susunan suatu negara dengan organ tertinggi dalam negara itu. Dalam

hal bentuk negara Ibnu Khaldun tidak berbicara secara eksplisit dalam bukunya

Muqaddimah, dalam bukunya Ibnu Khaldun hanya menampilkan urgensi

kekuasaan dalam menerapkan Syariah dan kewajiban umat untuk mematuhinya.

Pendirian sebuah negara politik bukan menjadi satu-satunya tujuan.

Syariah tidak memberikan skema khusus tentang organisasi negara Islam.

Namun, Syariah Sudah menyiapkan ketentuan-ketentuan besar aturan Islam yang

berbentuk pokok-pokok dasar berfikir secara umum guna memenuhi seluruh

tantangan keadaan dan waktu.10

Perjalanan kehidupan Ibnu Khaldun yang selalu bersinggungan dengan

pemerintahan, membuat dirinya mempunyai banyak pengalaman dan cakrawala

yang luas. Sehingga Ibnu Khaldun dapat memberikan pemikiran-pemikiran baru

10 Khalid Ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam menurut Ibnu Taimiyah, (Jakarta: PT. Rieneka

Cipta, 1994), 71.

Page 48: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

dalam dunia pemerintahan, dan pemikiran-pemikiran tersebut ia tuangkan dalam

karyanya yang sangat monumental yaitu Muqaddimah.

Berbicara tentang pemerintahan, Ibnu Khaldun membagi menjadi tiga

bentuk pemerintahan;

1. Pemerintahan yang alami, yaitu orientasi pemerintahan hanya pada tujuan

dunia dan sesuai dengan keinginan nafsu manusia. Model pemerintahan

seperti ini dijalankan oleh seorang pemimpin yang diktator dan hanya

mementingkan keinginan pribadi atau kelompoknya. Hal tersebut dapat

berakibat pada timbulnya pemberontakan dan sikap menentang dari rakyatnya.

2. Pemerintahan yang berdasarkan pada pertimbangan otak semata, yaitu

pemerintahan yang dibuat oleh para sarjana dalam membuat undang-undang

dan segala peraturan dalam negara. Model pemerintahan ini berasaskan logika

untuk mencapai tujuan yang diinginkan negaranya. Dalam model ini para

cendekiawan akan diberi ruang untuk memberikan pemikirannya agar negara

tersebut dapat maju.

3. Pemerintahan berdasarkan ajaran agama (al-Imamah), yaitu pemerintahan

yang selalu melibatkan hukum-hukum agama untuk menjalankan roda

pemerintahan. Semua hukum yang bertujuan dunia dan akhirat harus

Page 49: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

berlandaskan agama, maka agama adalah hukum tertinggi dalam model

pemerintahan ini.11

Tipologi pemerintahan menurut Ibnu Khaldun yang paling baik adalah al-

Imamah, yaitu pemerintahan yang membawa kemaslahatan bagi rakyat dan negara

baik dalam hal dunia maupun akhirat. Pemerintahan ini bersumber dari ajaran

agama. Ajaran agama yang dipakai sebagai asas kebijakan pemerintah adalah

Islam. Maka dari itu penyebutan kepala negara adalah Khalifah atau Imam.12

Jabatan khalifah (imam) adalah suatu keharusan dalam proses bernegara, karena

sahabat dan tabi’in telah sepakat melalui ijma’ bahwa lembaga imamah wajib

menurut syariat agama karena ketika menerima sebuah keberadaan negara, Ibnu

Khaldun mendasarkan argumennya pada alasan-alasan sosiologis dan teologis.

Hal itu karena pada prakteknya negara dijalankan oleh sekelompok manusia yang

telah merdeka dan menguasai wilayah tersebut, sebagaimana Ibnu Khaldun

berpendapat kerajaan atau dinasti dapat ditegakkan apabila ada kekompakan yang

kuat dalam masyarakat, yang seluruh masyarakatnya lebih sanggup berjuang dan

bersedia mati guna kepentingan bersama.

Faktor teologi ini digunakan sebagai pertimbangan untuk arah tujuan yang

sebenarnya harus dilakukan oleh kelompok manusia itu dalam menjalankan

pemerintahan di negara. Tujuan utama dalam membentuk negara adalah untuk

11 Saminas, Ibnu Khaldun “Kajian Tokoh Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial, (Palu: Stain Doktorama, 2009),

338. 12 Djainuddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2001), 86-89.

Page 50: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

menjalankan syariat agama agar selamat baik di dunia dan akhirat.13 karena agama

adalah modal utama untuk menekan sifat rakus dan tamak bagi manusia, dengan

agama pula pemimpin dan yang dipimpin dapat menjadi satu kesatuan untuk

tujuan yang dinginkan.

Ibnu Khaldun juga berpendapat, pemerintahan yang baik itu bukanlah

pemerintahan yang dalam membuat hukum hanya dilakukan oleh khalifah dan

orang-orang yang pandai dalam negara, karena hal itu berarti pemerintahan

tersebut berdasarkan akal. Pemerintahan yang berdasarkan akal akan

menimbulkan sifat ketidakadilan, karena kepentingan yang setiap manusia

memiliki perbedaan.14 Berbeda apabila hukum tersebut ditentukan oleh Allah

dengan perantara Rasul-Nya, maka pemerintahan itu berdasarkan agama. Hukum

yang berdasarkan agama sangatlah mempunyai niai yang sangat penting dalam

menjalankan pemerintahan, karena manusia sendiri diciptakan bukan hanya untuk

hidup di dunia ini saja, namun kelak akan mengalami kehidupan yang abadi.

Kehidupan abadi inilah yang tidak bisa dicapai dengan akal manusia tanpa ada

campur tangan agama, maka di sinilah letak perbedaan yang mendasar dari

pentingnya hukum yang berdasarkan agama.

Hukum Allah bertujuan untuk mengatur perbuatan manusia dalam segala

sendi kehidupannya, baik ibadah mereka, tata cara hidup mereka, dan

13 Ahmadie Thoha, Muqaddimah Ibnu Khaldun, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986), 187-189. 14 Thoha, Muqaddimah, 234.

Page 51: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

berhubungan dengan negara. Maka dari itu khalifah dalam memutuskan suatu

hukum sudah semestinya sesuai dengan keinginan masyarakat dan sesuai dengan

tuntunan agama.

Menurut Khalid Ibrahim, bentuk pemerintahan dalam Islam dapat disebut

dengan sistem pemerintahan nomokrasi, artinya adalah pemerintah yang berkuasa

merupakan hukum tertinggi yang menggantikan hukum kekuasaan lain. Ciri

sistem pemerintahan ini adalah walaupun seorang khalifah/sultan adalah sebagai

penguasan negara, namun kekuasaan yang sebenarnya terletak pada Allah SWT.,

pemerintah mengemban tanggung jawab dalam kedudukannya sebagai “para

khalifah Allah”, sementara hukum Allah atau syariah sebagai sumber kekuasaan

yang langsung.15

Alasan lain Ibnu Khaldun berpendapat tentang khalifah haruslah

berdasarkan agama dalam mengambil hukum, juga karena pada dasarnya hukum

politik hanyalah mengatur tentang barang-barang dunia yang lahir dan

berkepentingan duniawi, sedangkan tujuan Tuhan untuk ditaati dalam membuat

hukum adalah untuk keselamatan manusia di akhirat kelak.16

Maka kedudukan khalifah yang sewajarnya adalah mewujudkan usaha

memerintah rakyat dengan tujuan dan keinginan bersama dari umat dan bersumber

pada agama. Tindakan politik dalam Islam adalah memerintah rakyat sesuai

15 Ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan, 72-73. 16 Thoha, Muqaddimah, 234.

Page 52: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

dengan petunjuk akal untuk kemajuan negara dalam bidang duniawi dan ukhrowi

sesuai dengan petunjuk syariat.

C. Sistem Ketatanegaraan dan Hubungannya dengan Kedaulatan negara

menurut Ibnu Khaldun

Gagasan tentang politik ketatanegaraan Islam sebenarnya sudah

berkembang sejak Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Sebab hal tersebut

kejadian penting telah terjadi di zamannya, sehingga banyak memunculkan teori

baru yang dikembangkan oleh cendikiawan muslim dalam memaparkan sebuah

sistem ketatanegaraan. Hijrahnya Nabi memberikan sebuah pelajaran bagaimana

konsep kontak sosial antara kaum muslimin dengan kelompok lain yang berbeda

agama. Dalam peristiwa tersebut juga muncul Piagam Madinah yang merupakan

konstitusi pertama yang berupa perjanjian antara kaum muslim dan non muslim

untuk memposisikan bagaimana cara hidup berdampingan di tengah perbedaan.17

Istilah negara sendiri secara eksplisit tidak diterangkan dalam al-Qur-an

maupun Sunnah, namun secara subtansi unsur-unsur untuk menjadikan dasar

negara ada di dalamnya. Al-Qur’an menjelaskan seperangkat prinsip atau fungsi

yang dapat ditafsirkan dengan adanya tata tertib sosio-politik atau segenap

17 Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran Politik Islam, (Jakarta:

Erlangga, 2008), 2.

Page 53: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

perlengkapan bagi tegaknya sebuah negara, termasuknya di dalamnya adalah

keadilan, persaudaraan, ketahanan, kepatuhan, dan kehakiman.18

Negara dalam konsepsi Islam adalah instrumen untuk menerapkan hukum

syariat, maka dari itu pemimpin dalam negara Islam bukan untuk memusatkan

perhatian pada penciptaan hukum, namun implementasi hukum-hukum syariat

yang telah dirumuskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sebab ini timbul karena hukum

telah disampaikan oleh Nabi Muhammad kepadanya umatnya, maka tidak perlu

lagi untuk menyandarkan diri kepada pemimpin negara (khalifah/imam), karena

khalifah/imam hanyalah pelaksana ketetapan yang telah dirumuskan oleh Nabi.

Ibnu Khladun telah memberikan batasan tentang bagaimana masyarakat

dalam negara tersebut bekerja agar negara itu tetap berdaulat, karena

bagaimanapun di dunia ini tidak ada yang abadi, sebagaimana manusia pasti

mengalami kematian.

Sistematika kajian pemikiran Ibnu Khaldun ketika berbicara sistem

ketatanegaraan setidaknya ada empat hal pokok, yaitu awal berdirinya negara,

konsep kepemimpinan, agama dan solidaritas sosial terhadap kedaulatan negara.

1. Awal berdirinya negara

Konsep Ibnu Khaldun tentang negara terletak pada kebutuhan manusia

sebagai makhluk sosial, Dimana sifat manusia ingin berkumpul di suatu wilayah

18 Jindan, Teori Pemerintahan, 48-49.

Page 54: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

tertentu dengan tujuan yang sama untuk bekerja sama. Manusia apabila hidup

secara individual akan mengalami kesukaran dalam kehidupannya, maka dari itu

sebuah organisasi diperlukan untuk tujuan tersebut. Dari perkumpulan manusia

itu maka negara dapat terbentuk.

Kerajaan atau dinasti hanya bisa ditegakkan atas bantuan dan solidaritas

rakyat. Hal ini sebagaimana kita ketahui bahwa kemenangan terdapat di pihak

yang mempunyai solidaritas yang kuat.19

Premis pertama yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun dalam teorinya

tentang timbulnya negara berkenaan dengan masalah kesukuan dan solidaritas

sosial. Ibnu Khaldun berpendapat bahwa orang tidak mungkin menciptakan

sebuah negara tanpa didukung oleh suatu rasa persatuan dan solidaritas yang kuat.

Mempertahankan diri hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang

mempunyai solidaritas. Yaitu orang-orang yang sanggup berjuang dan bersedia

mati guna kepentingan bersama.20

Premis kedua adalah proses mendirikan negara itu harus melalui suatu

perjuangan yang hebat, suatu pertarungan hidup mati, sebabnya ialah karena

kekuasaan negara itu adalah suatu bangunan yang kokoh yang tidak bisa

dirubuhkan sedemikian saja, untuk itu diperlukan kekuatan yang besar. Namun,

hal ini perlu diwaspadai terutama bagi generasi-generasi setelahnya yang tidak

19 Thoha, Muqaddimah, 187. 20 Ibid.

Page 55: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

turut memperjuangkan bagaimana hebatnya mendirikan negara dahulu, dengan

demikian terkadang generasi setelahnya lupa akan apa yang disebut solidaritas

sosial, sehingga negara dapat runtuh.

2. Konsep Kepemimpinan

Pemimpin dalam pandangan Ibnu Khaldun adalah seseorang yang

melakukan suatu tugas sosial penting dan tujuannya berkaitan dengan kelanjutan

eksistensi organisasi negara itu sendiri.

Dalam menjalankan pemerintahan negara, khalifah/sultan merupakan

jabatan politik berupa pemegang tahta tertinggi di dalam suatu negara. Khalifah

sebagai pejabat tertinggi dalam negara mempunyai tugas sebagai pengganti Nabi.

Tugas khalifah adalah pembuat undang-undang, karena undang-undang inilah

yang berkuasa dalam mengatur negara. Namun, menurut Ibnu Khaldun tindakan

khalifah sebagai pembuat undang-undang haruslah berdasarkan petunjuk agama

untuk kemajuan kepentingan duniawi dan menjauhkan kejahatan.21

Al-Mawardi juga berpendapat bahwa jabatan khalifah atau imam adalah

jabatan pengganti Nabi yang mempunyai kewajiban untuk menegakkan syariat

Islam dan mengurus politik umat Islam, dengan demikian bahwa khalifah atau

imam selain sebagai pemimpin negara juga pemimpin agama, yang bertanggung

jawab baik di dunia maupun di akhirat.22

21 Ibid. 22 Imam al-Mawardi, Sulthan al-Ahkam al-Sulthaniyah, (Beirut: Dar al-Fikri, 1960), 5.

Page 56: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

Kriteria seorang pemimpin menurut Ibnu Khaldun bukanlah seorang yang

mempunyai tampan yang elok, pengetahuan yang luas, kecakapan mengarang

yang luar biasa, melainkan semata-mata pada hubungannya dengan rakyat. Sebab

kedudukan antara pemimpin dan rakyat adalah dua perkataan yang konkrit,

mengandung arti antara dua hal, yaitu orang yang memerintah sebagai pemilik

orang yang diperintah. Oleh karena itu memerintah adalah orang yang memiliki

rakyat dan rakyat adalah mereka yang memiliki orang yang memerintah,

sehingga hubungan antara pemimpin dengan rakyat adalah hubungan

kepemilikan.23

Implementasi dari pendapat Ibnu Khaldun tersebut ia berpendapat bahwa

baik buruknya seorang pemimpin adalah bagaimana penguasa tersebut

melaksanakan tugasnya untuk kepentingan rakyat. Bila kekuasaan dilaksanakan

dengan lemah lembut, maka penguasa dan rakyat akan dalam keadaan baik dan

semua tujuan tercapai. Namun apabila kekuasaan dilaksanakan dengan keras,

penuh hukuman dan penindasan, maka rakyat akan diselimuti oleh ketakutan dan

tertindas, dengan kondisi seperti ini sifat yang berkembang di kalangan rakyat

adalah suka berdusta, kebohongan dan penipuan akan berkembang di masyarakat.

Kondisi seperti ini membuat rakyat akan menjadi penghianat, dan memungkinkan

mereka akan berbuat makar.

23 Thoha, Muqaddimah, 230.

Page 57: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

Dalam proses pemilihan khalifah, digunakan konsep ahl al-halli wa al-

aqdi. Seorang anggota ahl al-halli wa al-aqdi harus independen, adil, objektif.

Ahl al-halli wa al-aqdi merupakan pengemban amanah dari masyarakat luas yang

mempunyai keunggulan dalam bidang keilmuan, harta, dan mempunyai

kedudukan dalam masyarakat, serta kelompok ini di dalam masyarakat memiliki

kemampuan dalam proses musyawarah untuk menentukan seorang khalifah.24

Proses pewarisan jabatan dalam sistem kekhalifahan dalam Islam tidak

dibenarkan, kecuali dalam pewarisan tersebut terdapat nilai-nilai yang dapat

diterima baik dari sisi agama atau dari golongan ahl al-halli wa al-aqdi. Maka

ketika tindakan ayah yang akan mewariskan tahta kepada sang putra sebagai

khalifah, itu merupakan suatu kemudharatan bagi dirinya dan stabilitas negara,

karena sesungguhnya dalam diri khalifah haruslah terkandung niat yang benar-

benar bersih untuk berjuang menegakkan agama Allah.

Menjabat sebagai kepala negara (khalifah) merupakan suatu keharusan

dalam suatu negara. Khalifah yang bertindak sebagai kepala negara berfungsi

sebagai pemegang kendali pemerintahan haruslah mempunyai keunggulan dan

superioritas serta kekuatan fisik dan mental, agar segala tindakan yang diambil

sesuai dengan apa yang dicita-citakan rakyatnya.

Khalifah sebagai pejabat tertinggi dalam negara mempunyai tugas sebagai

pengganti Nabi. Tugas khalifah adalah pembuat undang-undang, karena undang-

24 Ibid., 238.

Page 58: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

undang inilah yang berkuasa dalam mengatur negara. Namun, menurut Ibnu

Khaldun tindakan khalifah sebagai pembuat undang-undang haruslah

berdasarkan petunjuk agama untuk kemajuan kepentingan duniawi dan

menjauhkan kejahatan.25 Pemimpin ideal adalah orang yang menganggap

kekuasaaan itu sebagai amanah Allah, sehingga pelaksanaan kekuasaan tersebut

dianggap tidak lain adalah cara yang terbaik untuk beribadah kepada tuhan-Nya

dan sebagai sarana untuk menegakkan agama Allah. Dengan tujuan tersebut

berimplikasi pada kedaulatan negara dan negara sendiri tidak akan mengalami

kemunduran, hal itu dikarenakan sikap tulus dan bersih hati dari seorang

pemimpin untuk melayani rakyatnya.

Konsekuensi dari besarnya tugas dan tanggung jawab khalifah sebagai

seorang kepala negara, maka Ibnu Khaldun memberikan syarat-syarat khusus

untuk bisa menjadi seorang khalifah, yaitu:26

1) Memiliki pengetahuan (alim), yang dimaksud dengan alim adalah

seorang khalifah tentunya harus mengetahui hukum-hukum agama,

karena taqlid buta merupakan suatu kekurangan. Maka dari itu dengan

pengetahuan tersebut seorang khalifah dapat mengambil hukum baru

(ijtihad) apabila diperlukannya.

2) Keadilan. Hal ini sudah menjadi syarat utama untuk menjalankan roda

pemerintahan yang memiliki banyak umat di negara tersebut. Syarat

25 Ibid., 234. 26 Ibid., 238.

Page 59: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

adil diperlukan selain kekhalifahan merupakan lembaga keagamaan

yang juga mengawasi lembaga-lembaga lain. Kiranya apabila sifat adil

hilang dalam diri seorang khalifah maka akan datang kehancuran di

negara tersebut, sebab itu dikarenakan hawa nafsu yang menguasai

dirinya.

3) Kesanggupan. Syarat ini berarti seorang pemimpin bersedia

melaksanakan hukum yang ditetapkan oleh undang-undang.

Kesanggupan juga berarti siap untuk maju dalam medan perang dan

bertanggung jawab untuk mengerahkan umatnya menuju peperangan,

siap untuk menjaga agama, berjihad melawan musuh, menegakkan

hukum dan mengatur kepentingan umum.

4) Tidak ada cacat anggota badan. Cacat badan yang dimaksut adalah

seorang pemimpin tidak mungkin gila, buta, bisu, atau tuli. Karena

kehilangan fungsi anggota badan tersebut dapat menggangu tugasnya

untuk bertindak sebagai pemimpin negara. Seorang pemimpin harus

merdeka dalam bertindak baik yang bersifat rohani atau jasmani,

dengan cacat badan maka seorang pemimpin itu dapat dikatakan tidak

merdeka dalam bertindak, dan ini berakibat tidak baik dalam negara

yang dipimpinnya.

5) Prasyarat keturunan Quraisy. Dalam syarat ini terjadi perbedaan di

kalangan ulama. Keharusan suku Quraisy yang dapat menjadi

pemimpin dikarenakan pada waktu itu suku Quraisy merupakan suku

Page 60: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

yang kuat dan mempunyai solidaritas yang tinggi, namun dengan

berjalannya waktu saat ini, suku Quraisy melemah, solidaritas mereka

lenyap akibat pola hidup yang mewah dan berlebihan. Maka dari

prasyarat ini dapat diambil hikmah bahwa seorang pemimpin haruslah

dari golongan yang mempunyai wawasan dan nilai solidaritas yang

tinggi, yang didukung oleh umatnya, seperti kaum Quraisy pada waktu

itu.27

Dalam hal tugas pemerintahan, seorang khalifah yang berkewajiban

mengurus umat dalam hal keagamaan dan kepemimpnan duniawi, dibantu oleh

beberapa petinggi negara. Tugas yang diemban oleh seorang pembantu khalifah

ini bertanggung jawab penuh kepada khalifah. Sistem pengangkatan dan

pemberhentian jabatan ini juga sepenuhnya di tangan khalifah.28 Di antara

jabatan- jabatan tersebut adalah:

7. Jabatan mufti. Tugasnya adalah untuk mengurus ihwal keagamaan

kaum muslimin, baik berupa turunnya fatwa atau kebijakan yang

terkait dengan keagamaan.29

8. Jabatan hakim. Tugasnya untuk menyelesaikan gugatan serta

menyelesaikan perselisihan dan pertikaian. Namun dalam proses

27 Ibid., 239-243. 28 Ibid., 264. 29 Ibid., 266.

Page 61: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

penyelesaian suatu sengketa, seorang hakim wajib berlandaskan

syariat Islam.

9. Jabatan polisi. Tugasnya adalah mengawasi tindakan kriminal serta

memberikan hukuman yang telah ditetapkan oleh syariat agama.

10. Jabatan keadilan. Jabatan ini adalah di bawah hakim, tugasnya

adalah mencatat seluruh perkara dalam pengadilan baik perkara hak

asasi manusia, harta benda, utang piutang, serta transaksi hukum

lainnya. Jabatan keadilan juga mengurusi administrasi di dalam

pengadilan.

11. Jabatan pengawasan pasar. Jabatan ini di bawah jabatan hakim,

tugasnya adalah mengawasi masyarakat bila berlaku curang dalam

berniaga, atau memberi peringatan bagi masyarakat yang belaku tidak

tertib.

12. Jabatan pencetakan uang logam. Tugasnya adalah mengurusi

uang yang dicetak oleh negara untuk transaksi komersial masyarakat,

selain itu jabatan ini bertugas mengawasi percetakan tanda raja dalam

mata uang negara, sehingga dapat menunjukkan nilai kualitas dan

kemurniannya agar tidak terjadi penipuan dalam masyarakat.30

3. Relasi agama dan solidaritas sosial terhadap kedaulatan negara

30 Ibid., 272-275.

Page 62: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

Ibnu Khaldun berpendapat bahwa agama dan solidaritas sosial merupakan

kunci utama dalam menjaga kedaulatan negara. Ia memberikan alasan bahwa

kekuasaan hanya bisa diperoleh oleh golongan yang menunjukkan sikap

solidaritas sosial yang kuat, dan secara umum solidaritas sosial itu berawal dari

hati manusia yang mempunyai tujuan yang sama, maka yang bisa menyatukan

hati manusia adalah Allah dengan meyakini agama yang sama yaitu Islam.31

Pendapat Ibnu Khaldun tentang pentingnya agama untuk menjaga

solidaritas sosial yang kuat adalah karena panggilan hati. Menurutnya setiap

negara yang luas daerah kekuasaannya pasti didasari oleh agama, baik yang

disampaikan oleh Nabi (Nubuwwah), atau seruan kebenaran (da’watul haq).

Ibnu Khaldun melihat bahwa peranan agama dalam mengadakan suatu persatuan

yang hebat di kalangan masyarakat adalah sedemikian rupa, sehingga tidak dapat

ditandingi oleh faktor apapun juga di dunia ini. Ia juga mengatakan bahwa

persatuan itu bukan merupakan hasil usaha manusia, akan tetapi taufik atau

pertolongan dari Allah semata.32

Sistem kenegaraan dalam perjalanannya adalah persatuan dari seluruh

organ rakyat yang saling bersinergi, dan kekuasaan itu hanya dapat diperoleh

dengan perantaraan dominasi. Dominasi sendiri hanya dapat dilakukan ketika

ada sikap gotong royong, persatuan tekad dan solidaritas yang kuat untuk

31 Ibid., 192. 32 Abdur Rahman Zainuddin, Kekuasaan dan Negara, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), 166-

167.

Page 63: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

berjuang, dan persatuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan perantaraan

agama saja.

Sayyid Qutub juga berpendapat tentang kedaulatan adalah kekuasaan

mutlak tuhan, dengan legitimasi tersebut sudah seharusnya seluruh sendi

kehidupan disandarkan kepada hukumnya, termasuk dalam kenegaraan. Syariah

adalah hukum yang sudah sempurna, jadi tidak perlu adanya legislasi untuk

menanggulanginya.33

Jadi pondasi agama berperan penting untuk memupuk persatuan. Sikap iri

dengki yang ada dalam persatuan akan hilang dengan agama, dengan agama pula

seluruh perhatian tertuju kepada kebenaran semata. Dengan adanya faktor

agama ini tidak suatu apapun yang dapat menghalangi kemajuan mereka, agama

menjadikan tujuan manusia menjadi satu, termasuk dalam menjalankan sistem

kenegaraan.

33 Sukron Kamil, Islam dan Demokrasi; Telaah Konseptual dan Histori, (Jakarta: Gaya Media Pratama,

2002), 47.

Page 64: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III

RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA

TERHADAP KEDAULATAN NEGARA

A. Sistem Pemerintahan Presidensil dalam Ketatanegaraan Indonesia

Menjadi hal yang wajar, bahwa rancangan dan aplikasi dalam sistem

pemerintahan selalu berubah sesuai dengan perkembangan dan tujuan yang

diinginkan, itu disebabkan karena semakin beragamnya problem yang dilalui oleh

pemerintah. Tak dapat dipungkiri, hal tersebut adalah sintesis dari semua akibat

yang telah dilakukan. Hal ini dihadapi pula oleh Negara Republik Indonesia,

setelah mengalami empat kali perubahan Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun

1945 (1999-2002),1 Dalam periode tersebut telah terjadi perubahan yang sangat

pokok, dan yang sangat vital adalah dalam sistem pemerintahan dan kekuasaan

presiden Republik Indonesia.

Terminologi sistem pemerintahan menurut Rukmana adalah sebagai suatu

hubungan timbal balik yang saling melengkapi antara kekuasaan eksekutif dan

kekuasaan legislatif dalam pemerintahan negara, pihak eksekutif dapat diartikan

sebagai pemimpin dalam pelaksana kekuasaan.2 Di Indonesia pemimpin dalam

kekuasaan eksekutif adalah jabatan presiden.

1 Mahfud MD, Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 185. 2 Rukmana Amanwinata, “Sistem Pemerintahan Indonesia”, Jurnal Sosial Politik Dialektika, Vol. 02

No. 02, (Maret, 2001), 20.

Page 65: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

Ahmad Sukardja berpendapat tentang pengertian sistem pemerintahan

negara adalah sistem hubungan dan tata kerja antara lembaga-lembaga negara atau

tiga poros kekuasaan, yakni eksekutif, legislatif dan yudikatif. Sistem pemerintahan

berkaitan dengan mekanisme yang dilakukan pemerintah dalam menjalankan

tugasnya, secara garis besar sistem pemerintahan dibedakan dalam dua macam,

yaitu sistem pemerintahan presidensil dan sistem pemerintahan parlementer.3

Sementara, Sri Soemantri menyebutkan sistem ketiga, yakni sitem pemerintahan

quasy, yang artinya sistem pemerintahan yang mengandung unsur-unsur baik yang

terdapat dalam sistem presidensil atau terdapat dalam sistem parlementer.4

Sejak Indonesia merdeka, para pendiri negara telah resmi memilih bentuk

republik dan meninggalkan ide kerajaan di Indonesia. Mengingat bahwa Indonesia

pernah berlaku beberapa konstitusi, maka setidaknya sistem ketatanegaraan yang

berlaku di Indonesia akan juga selalu berubah sesuai dengan konstitusi yang

berlaku saat itu juga. Perubahan sistem pemerintahan dilakukan oleh pemerintahan

Indonesia haruslah berdasarkan UUD yang berlaku, UUD dalam istilah lain adalah

konstitusi.

Perubahan Konstitusi dilakukan untuk menjaga keutuhan negara ini, karena

dengan kondisi zaman dan dinamika politik yang terjadi di negara dapat merubah

3 Ahmad Sukardja, Hukum Tata Negara dan hukum Administrasi Negara dalam Perspektif Fikih

Siyasah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 120. 4 Sri Soemantri, Kedudukan, Kewenangan, dan Fungsi Komisi Yudisial dalam Sistem Ketatanegaraan

RI, Bunga Rampai; Refleksi Satu Tahun Komisi Yudisial RI, (Jakarta: Komisi Yudisial, 2006), 24-25.

Page 66: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

sistem yang telah berjalan sebelumnya. Sebagaimana dalam teorinya, konstitusi

adalah resultante dari keadaan politik, ekonomi, sosial, dan budaya ketika

konstitusi itu dibuat.5 Oleh karena itu konstitusi menggambarkan kebutuhan dan

jawaban atas persoalan yang dihadapi saat itu. Mengingat masyarakat selalu

berubah dan mengikuti tantangan yang selalu berubah juga, maka sebagai

resultante poleksosbud tertentu konstitusi juga harus membuka kemungkinan

untuk berubah.

Setidaknya ada empat konstitusi yang belaku mulai Indonesia merdeka

sampai saat ini, sistem ketatanegaraan Indonesia berubah berdasarkan konstitusi

yang telah berjalan di negara ini.

1. Sistem ketatanegaraan berdasarkan UUD 1945 sebelum perubahan

periode 17 Agustus 1945 – 27 Desember 1949

Menurut UUD 1945, kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan oleh

MPR sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi “Kedaulatan

adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Rakyat”. Dalam periode ini MPR memiliki power yang kuat dalam pemerintahan,

karena MPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat. Salah satu wewenang MPR

dalam UUD 1945 ini adalah memilih dan mengangkat presiden yaitu sebagai

5 Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, (Jakarta: Rajawali Pers,

2007), 20.

Page 67: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

pelaksana tugas karena mendapatkan mandataris MPR.6 Sebagai penyelenggara

pemerintahan, presiden dibantu oleh satu orang wakil.7 Presiden dalam

menjalankan kekuasaannya dibantu oleh sebuah komite nasional.8

Konstitusi yang berlaku pertama kali di Indonesia ini memberikan

gambaran bahwa saat itu Indonesia menerapkan sistem quasi presidensil. Hal ini

terbukti dari hasil kesepakatan PPKI menetapkan empat pasal Aturan Peralihan dan

dua ayat tambahan. Menurut pasal 3 Aturan Peralihan, “untuk pertama kali presiden

dan wakil presiden dipilih oleh anggota PPKI”. Realisasi dari pasal tersebut secara

aklamasi Soekarno dipilih menjadi presiden dan Moh. Hatta sebagai wakil

presiden.9 Sebagai wujud penerapan sistem presidensil kabinet bertanggung jawab

kepada presiden.

Sebagai wujud sistem presidensil, kabinet bertanggung jawab kepada

presiden. Tetapi tidak lebih dari setengah bulan terjadi perubahan ketatanegaraan

dengan keluarnya Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945. Isi

dari Maklumat tersebut menyebutkan, Komite NAsional Indonesia Pusat (KNIP)

sebelum terbentuk MPR dan DPR diserahi tugas legislatif menetapkan GBHN,

serta menyetujui pekerjaan Komite Nasional Indonesia Pusat sehari-hari berhubung

6 Titik Triwulan Tutik, Restorasi Hukum Tata Negara Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Depok: Prenada Media, 2017), 21. 7 UUD Republik Indonesia 1945 Sebelum Amandemen, Pasal 4 Ayat (2) 8 UUD Republik Indonesia 1945 Sebelum Amandemen, Pasal 4 Aturan Peralihan 9 Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1992), 92.

Page 68: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

dengan gentingnya keadaan, dijalankan oleh badan pekerja yang dipilih di antara

mereka dan bertanggung jawab kepada Komite Nasional.10

Maklumat tersebut berimplikasi yang semula pembantu presiden adalah

KNIP berubah menjadi MPR dan DPR, dan perubahan sistem ketatanegaraan

Indonesia yang semula presidensil menjadi parlementer, yaitu dapat dilihat dari

segi pertanggung jawaban menteri-menteri kepada parlemen (KNIP), yang semula

bertanggung jawab kepada presiden. Dari kenyataan tersebut dapat disimpulkan,

UUD 1945 saat periode ini walaupun pada awalnya mengingkan konsep sistem

pemerintahan presidensil namun juga menerapkan sistem parlementer dalam

penerapannya, sehingga para pakar menyebutkan dengan sistem quasy

presidensil.11

2. Sistem ketatanegaraan Indonesia menurut konstitusi RIS periode 27

Desember 1949 – 17 Agustus 1950

Dalam pasal 1 ayat (2) Konstitusi Republik Indonesia Serikat menyebutkan

bahwa “Kekuasaan Kedaulatan Republik dilakukan oleh pemerintah bersama-sama

dengan DPR dan Senat”. Pemaknaan bunyi pasal ini adalah bahwa pemegang

kedaulatan untuk membentuk undang-undang dilakukan oleh ketiga lembaga

negara tersebut yaitu, Pemerintah, DPR dan Senat.

10 Tutik, Restorasi Hukum, 22. 11 Hasbi Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Sinar Grafika: Jakarta, 2005),

100.

Page 69: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

Maka dapat disimpulkan bahwa : Pertama, yang dimaksud pemerintah

adalah presiden dengan seorang atau beberapa menteri.12 Presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara tidak dapat diganggu gugat.13 Menteri-

menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah baik bersama-

sama untuk seluruhnya, maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri.14 Kedua,

dari segi pertangung jawaban menteri-menteri, konstitusi RIS dalam sistem

pemerintahannya menggunakan sistem pemerintahan parlementer, aplikasinya

pembagian kekuasaan antara legislatif dan eksekutif dalam sistem ini saling

mempengaruhi. Lembaga legislatif mempunyai posisi yang sangat menentukan

dalam hal tertentu dalam kekuasaan eksekutif. Parlemen dalam lembaga legislatif

yaitu perdana menteri pun dapat ditervensi oleh eksekutif yaitu presiden. yaitu

menteri-menteri, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertanggung

jawab kepada parlemen. Dalam mekanisme pemilihan presiden pemerintah bagian

memberikan kuasa kepada orang-orang yang dipilihnya.15

Namun keberlakuan konstitusi Republik Indonesia Serikat ini hanya satu

tahun, kemudian pada tanggal 17 Agustus 1950 berubah menjadi UUD Sementara,

yaitu dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1950.

12 UUD Republik Indonesia Serikat, Pasal 68 Ayat (1). 13 UUD Republik Indonesia Serikat, Pasal 118 Ayat (1). 14 UUD Republik Indonesia Serikat, Pasal 118 Ayat (2). 15 Tutik, Restorasi Hukum, 25.

Page 70: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

3. Sistem ketatanegaraan berdasarkan UUDS 1950 periode 17 Agustus 1950

– 05 Juli 1959

Dalam praktek sistem pemerintahan negara, UUD 1950 bersifat sementara

sebagiamana disebutkan dalam pasal 134 tentang perubahan yang mengharuskan

konstituante bersama-sama dengan pemerintah untuk menyusun UUD RI yang

akan mengantikan UUD 1950. Untuk memilih anggota konstituante tersebut, pada

bulan Desember 1955 diadakan pemilu. Pemilu ini berdasarkan UU No 7 Tahun

1953 dan UU No 9 Tahun 1954, dan pada tanggal 10 November 1956 di Bandung

konstituante diresmikan oleh presiden.16

Konstituante yang dibentuk dari hasil pemilu, yang telah bersidang kurang

lebih selama 2,5 Tahun belum dapat menyelesaikan tugasnya membuat UUD,

kegagalan konstituante dalam menyusun UUD baru, disebabkan karena setelah

beberapa kali sidang dan diadakan pemungutan suara selama tiga kali tidak pernah

tercapai quorum 2/3 seperti diharuskan oleh Pasal 137 Ayat (2) UUD 1950. Untuk

mengatasi problematika tersebut maka pada tanggal 22 April 1959 atas nama

pemerintah, presiden memberikan amanat di depan sidang pleno konstituante yang

berisi anjuran agar konstituante menetapkan saja UUD 1945 sebagai UUD yang

tetap bagi Negara Republik Indonesia.17

16 Ibid., 28. 17 Ibid.

Page 71: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

Menindak lanjuti hal tersebut pada tanggal 5 Juli 1959 presiden

mengeluarkan dekrit, yang berisi:

1. Pembubaran konstituante.

2. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai tanggal penetapan dekrit ini

dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950.

3. Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusan-

utusan daerah dan golongan serta pembentukan DPA sementara.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Serikat Tahun 1950, sistem

pemerintahan Indonesia adalah sistem parlementer. Hal ini dibuktikan dengan

tugas-tugas eksekutif dipertanggung jawabkan kepada menteri-menteri baik secara

bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Kepala negara sebagai pucuk pemerintahan

tidak dapat diganggu gugat, karena kepala dianggap tidak pernah bersalah.18

Pemerintahan adalah di tangan dewan menteri yang diketuai oleh seorang perdana

menteri. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijakan pemerintahan,

baik bersama-sama untuk seluruhnya, maupun masing-masing untuk bagiannya

sendiri-sendiri kepada DPR.19 Pertanggung jawaban seluruh kebijakan pemerintah

yang dilakukan oleh dewan menteri adalah kepada DPR.

18 Radjab, Hukum Tata, 103. 19 UUDS Tahun 1950 Pasal 83 Ayat (2).

Page 72: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

Pengertian pemerintahan parlementer yaitu parlemen dalam sistem

pemerintahan memiliki peranan yang sangat urgen dalam menjalankan roda

pemerintahan. Perdana menteri diangkat oleh kepala negara, sedangkan para

menteri diangkat oleh perdana Menteri setelah ia diangkat.20

4. Sistem ketatanegaraan Indonesia setelah kembali ke UUD 1945 periode 05

Juli 1959 sampai sekarang

Setelah Undang-Undang Dasar 1945 mengalami perubahan (pertama,

kedua, ketiga dan keempat), sistem ketatanegaraan Indonesia pun mengalami

perubahan yang fundamental. Peristilahan Undang-Undang Dasar 1945 dan yang

sekarang disebut dengan Undang-Undang Negara Republik Indonesia dirombak

sedemikian rupa, lembaga-lembaga negara ditata ulang, sistem presidensil lebih

dipertegas.

Hasil amandemen Undang-Undang Negara Republik Indonesia, lembaga

kepresidenan mengalami perubahan yang sangat fundamental, baik mengenai

mekanisme pemilihan, kedudukan, kewenangan dan pemberhentiannya.

Jabatan presiden dan / atau wakil presiden pada dasarnya hanya dijumpai

dalam negara yang menganut bentuk pemerintahan republik. Dengan demikian,

dalam negara yang pemerintahannya berbentuk kerajaan atau kekaisaran yang

20 Arend Lijphart, Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensil, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1995), 38.

Page 73: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

dijumpai adalah seorang kepala negara yang bernama kaisar, raja/ratu, yang

dipertuan agung atau sultan. Dalam konteks Indonesia kedudukan utama dari

presiden dinyatakan secara jelas dalam UUD NRI 1945 yaitu kekuasaan

pemerintahan negara.

Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945 menyebutkan bahwa “Negara Indonesia

adalah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”. Berdasarkan doktrin pada

suatu negara kesatuan yang berbentuk republik kekuasaan pemeritahan adalah

wewenang pemerintahan pusat, dan dalam teorinya penyelenggara pemerintahan

dilakukan oleh badan eksekutif dalam hal ini adalah presiden. Prinsip yang

tersimpul dalam negara kesatuan yang berbentuk republik bahwa presiden dalam

sistem pemerintahan yang berada di pusat mempunyai wewenang campur tangan

terhadap persoalan-persoalan di negara, dan kewenangan ini terdapat dalam suatu

perumusan umum Undang-Undang Dasar.21

Setelah adanya amandemen UUD 1945, secara nyata sistem pemerintahan

Indonesia mengarah ke sistem presidensil murni, yaitu dengan adanya pemilihan

secara langsung oleh rakyat bagi presiden dan wakil presiden, MPR tidak

mempunyai kewenangan untuk memilih mengangkat, dan memberhentikan

presiden, tugas MPR hanya melantik presiden setelah dinyatakan menang dengan

memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan langsung oleh rakyat. Kemudian,

karena MPR bukan lagi menjadi lembaga tertinggi negara, maka presiden tidak lagi

21 Amran Muslimin, Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, (Bandung: Alumni, 1982), 17.

Page 74: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

bertanggung jawab kepada MPR, saat ini kedudukan MPR dan presiden adalah

sama, yaitu lembaga tinggi negara. Terkait dengan pelanggaran yang dilakukan

presiden terhadap UUD, maka yang dapat memutuskan adalah Mahkamah

Konstitusi, dan MPR hanya mentepkan saja.22

Presiden Indonesia memegang kekuasaan pemerintah menurut Undang-

Undang dasar.23 Dalam melakukan kewajibannya presiden dibantu oleh satu orang

wakil presiden. Dalam sistem presidensil, presiden adalah sebagai kepala negara

dan juga merangkap sebagai kepala pemerintahan.24 Kekuasaan dan kewenangan

presiden sebagai kepala pemerintahan adalah karena fungsinya sebagai

penyelenggara tugas eksekutif, seperti: memimpin kabinet, mengangkat dan

melantik Menteri, memberhentikan Menteri, dan mengawasi operasional

pembangunan.

Dalam hal kewenangan dan kekuasaan presiden, Inu Kencana Syafi’i

berpendapat, bahwa wewenang dan kekuasaan presiden dapat dibagi menjadi dua

macam, yaitu selaku kepala negara dan kepala pemerintahan. Tugas sebagai kepala

negara meliputi hal-hal yang seremonial dan protokoler kenegaraan, sedangkan

wewenang dan kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan adalah karena

fungsinya sebagai penyelenggara tugas legislatif.25

22 Siti Awaliyah, “Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”,

Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Nomor 2, Vol. 2, (Agustus 2011), 120. 23 UUD Negara Republik Indonesia 1945, Pasal 4 Ayat (1). 24 Ibid., Ayat (2). 25 Inu Kencana Syafiie, Sistem Pemerintahan Indonesia, (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 1954), 53.

Page 75: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

Guna memperjelas tentang bagaimana persyaratan presiden, mekanisme

pemilihan presiden, dan kekuasaan presiden di setiap keberlakuannya konstitusi di

saat itu, penulis akan membuat tabel untuk perbandingannya.

UUD 1945

Sebelum

Perubahan

UU Republik

Indonesia Serikat

tentang Perubahan

Konstitusi

sementara Republik

Indoensia Serikat

Menjadi UUD

Sementara RI

UUD 1945 Setelah

Perubahan

Persyaratan

dan

pemilihan

presiden

1.Presiden ialah

orang asli

Indonesia.26

2.Presiden dan

wakil presiden

dipilih oleh

MPR dengan

suara

terbanyak.27

1.Presiden dan Wakil-

Presiden harus warga

negara Indonesia

yang telah berusia 30

tahun dan tidak

boleh orang yang

tidak diperkenankan

serta dalam atau

menjalankan hak-

pilih ataupun orang

yang telah dicabut

haknya untuk

dipilih.28

2.Presiden dan wakil

presiden dipilih

menurut aturan yang

ditetapkan Undang-

Undang.29

1.Calon presiden dan

wakil presiden harus

seorang warga

negara Indonesia

sejak kelahirannya

dan tidak pernah

menerima

kewarganegaraan

lain karena

kehendak sendiri,

tidak pernah

menghianati

negara,serta mampu

secara jasmani dan

rohani

melaksanakan tugas

dan kewajiban

sebagai presiden

dan wakil

presiden.30

2.Presiden dan wakil

presiden dipilih

dalam satu pasangan

26 UUD Negara Republik Indonesia 1945 Sebelum Perubahan, Pasal 6 Ayat (1). 27 Ibid., Ayat (2). 28 UUD Negara Sementara 1950, Pasal 45 Ayat (5). 29 Ibid., Ayat (3) 30 UUD Negara Republik Indonesia 1945 Setelah Perubahan, Pasal 6 Ayat (1)

Page 76: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

secara langsung

oleh rakyat.31

Kekuasaan

presiden

1.Presiden

Republik

Indonesia

memegang

kekuasaan

pemerintahan

menurut

Undang-

undang

Dasar.32

2.Presiden

memegang

kekuasaan

membentuk

undang-undang

dengan

persetujuan

Dewan

Perwakilan

Rakyat.33

3.Presiden

menetapkan

peraturan

pemerintah

untuk

menjalankan

Undang-

undang

1. Presiden ialah

Kepala Negara.44

2. Presiden membentuk

kementerian-

kementerian.45

3. Presiden menunjuk

seorang atau

beberapa orang

pembentuk

kabinet.46

4. Presiden berhak

membubarkan

Dewan Perwakilan

Rakyat.47

5. Presiden

memberikan tanda-

tanda kehormatan

yang diadakan

Undang-Undang.48

6. Presiden memegang

kekuasaan tertinggi

atas Angkatan

Perang Republik

Indonesia.49

7. Opsir-opsir diangkat,

dinaikkan pangkat

dan diberhentikan

oleh atau ata nama

presiden, menurut

1. Presiden Republik

Indonesia

memegang

kekuasaan

pemerintahan

menurut Undang-

Undang Dasar.51

2. Presiden berhak

mengajukan

rancangan Undang-

undang kepada

DPR.52

3. Presiden

menetapkan

peraturan

pemerintah untuk

menjalankan

Undang-undang

sebagaimana

mestinya.53

4. Presiden

memegang

kekuasaan yang

tertinggi atas

angkatan Darat,

Angkatan Laut dan

Angkatan Udara.54

5. Presiden dengan

persetujuan Dewan

31 Ibid., Pasal 64 Ayat (2) 32 Ibid., Pasal 4 Ayat (1) 33 Ibid., Pasal 5 Ayat (1) 44 UUD Negara Sementara 1950, Pasal 45 Ayat (1) 45 Ibid., Pasal 50 46 Ibid., Pasal 51 Ayat (1) 47 Ibid., Pasal 48 48 Ibid., Pasal 87 49 Ibid., Pasal 127 Ayat (1) 51 UUD Negara Republik Indonesia 1945 Setelah Perubahan, Pasal 4 Ayat (1) 52 Ibid., Pasal 5 Ayat (1) 53 Ibid., Ayat (2) 54 UUD Negara Republik Indonesia 1945 Setelah Perubahan, Pasal 10

Page 77: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

sebagaimana

mestinya.34

4.Presiden

memegang

kekuasaan

yang tertinggi

atas angkatan

Darat,

Angkatan Laut

dan Angkatan

Udara.35

5.Presiden

dengan

persetujuan

Dewan

Perwakilan

Rakyat

menyatakan

perang,

membuat

perdamaian dan

perjanjian

dengan negara

lain.36

6.Presiden

menyatakan

keadaan

bahaya. Syarat

dan akibatnya

keadaan bahaya

ditetapkan

dengan

undang-

undang.37

aturan –aturan yang

ditetapkan dengan

Undang-Undang.50

Perwakilan Rakyat

menyatakan

perang, membuat

perdamaian dan

perjanjian dengan

negara lain.55

6. Presiden dalam

membuat perjanjian

Internasional lainya

yang menimbulkan

akibat yang luas

dan mendasar bagi

kehidupan rakyat

yang terkait dengan

beban keuangan

negara dan

mengharuskan

perubahan dan

pembentukan

undang-undang

harus dengan

persetujuan Dewan

Perwakilan

Rakyat.56

7. Presiden

menyatakan

keadaan bahaya

Syarat dan

akibatnya keadaan

bahaya ditetapkan

dengan undang-

undang undang-

undang.57

34 UUD Negara Republik Indonesia 1945 Sebelum Perubahan, Pasal 5 Ayat (2) 35 Ibid., Pasal 10 36 Ibid., Pasal 11 37 UUD Negara Republik Indonesia 1945 Sebelum Perubahan, Pasal 12 50 UUD Negara Sementara 1950, Pasal 127 Ayat (3) 55 Ibid., Pasal 11 Ayat (1) 56 Ibid., Ayat (2) 57 Ibid., Pasal 12

Page 78: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

7.Presiden

mengangkat

Duta dan

Konsul.38

8.Presiden

menerima duta

negara lain.39

9.Presiden

memberi grasi,

amnesti abolisi

dan

rehabilitasi.40

10. Presiden

memberi

gelaran, tanda

jasa dan lain-

lain tanda

kehormatan.41

11. Menteri-

menteri

diangkat dan

diberhentikan

oleh

presiden.42

12. Dalam hal

ihwal

kepentingan

memaksa,

presiden

berhak

menetapkan

Peraturan

8. Presiden

mengangkat Duta

dan Konsul.58

9. Dalam mengangkat

Duta Presiden

memperhatikan

pertimbangan

DPR.59

10. Presiden

menerima

penetapan duta

negara lain

dengan

memperhatikan

pertimbangan

Dewan

Perwakilan

Rakyat.60

11. Presiden memberi

grasi, dan

rehabilitasi

dengan

memperhatikan

pertimbangan

Mahkamah

Agung.61

12. Presiden memberi

Amnesti dan

abolisi dengan

memperhatikan

pertimbangan

DPR.62

38 Ibid., Pasal 13 Ayat (1) 39 Ibid., Ayat (2) 40 Ibid., Pasal 14 41 Ibid., Pasal 15 42 Ibid., Pasal 17 Ayat (2) 58 UUD Negara Republik Indonesia 1945 Setelah Perubahan, Pasal 13 Ayat (1) 59 Ibid., Ayat (2) 60 Ibid., Ayat (3) 61 Ibid., Pasal 14 Ayat (1) 62 UUD Negara Republik Indonesia 1945 Setelah Perubahan, Pasal 14 Ayat (2)

Page 79: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

Pemerintah

sebagai

pengganti

Undang-

Undang.43

13. Presiden memberi

gelaran, tanda

jasa dan lain-lain

tanda kehormatan

yang diatur

dengan undang-

undang.63

B. Kedaulatan Negara menurut UUD Negara Republik Indonesia 1945

Kedaulatan memberikan makna sebagai hak absolut tertinggi dalam politik

untuk mengurus dan mengatur dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan

dapat juga diartikan sebagai kebebasan negara untuk melakukan kegiatan sesuai

dengan kepentingannya dengan syarat tidak melanggar rambu-rambu hukum

internasional.64

Kedaulatan menurut Jimly adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu rezim

politik atau dinasti dengan durasi keadaan yang telah berjalan selama dinasti itu

berkuasa.65 Harold J. Laski berpendapat kedaulatan adalah kekuasaan yang sah

menurut hukum yang tertinggi, kekuasaan tersebut meliputi segenap orang maupun

kelompok dalam wilayah yang dikuasainya.66 Sedangkan menurut Titik Triwulan

Tutik, kedaulatan adalah kekuasaan untuk melaksanakan hukum terhadap semua

43 UUD Negara Republik Indonesia 1945 Sebelum Perubahan, Pasal 22 Ayat (1) 63 Ibid., Pasal 15 64 Boer Mauna, Hukum Internasional; “Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global”,

(Bandung: PT. Alumni, 2005), 24. 65 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusional Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 95-97. 66 Juniato, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1990), 2.

Page 80: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

orang atau golongan yang berada dalam kekuasannya dan kekuasaan yang tidak

diturunkan dari pihak lain (intervensi negara).67

Konsep kedaulatan bila ditarik dalam kehidupan bernegara di Indonesia,

maka kedaualatan itu penting, karena tujuan negara Indonesia adalah untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, yang

semua itu termaktub dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia.

Menurut Jean Bodin (1530 - 1596), kedaulatan mempunyai empat sifat

pokok yaitu: Permanen, artinya kedaulatan yang tetap ada selama negara berdiri.

Asli, artinya kedaulatan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.

Bulat/tidak dapat dibagi-bagi, artinya kedaulatan itu hanya satu-satunya kekuasaan

tertinggi. Tidak terbatas, artinya kedaulatan tidak ada yang membatasi, sebab

apabila terbatas, maka sifat tertinggi akan lenyap.68

Frans Magnis Suseno juga berpendapat bahwa ciri utama dari keberadaan

suatu negara adalah adanya kedaulatan, dengan kekuasaan suatu negara berhak

untuk melakukan apapun tanpa ada pihak baik dari dalam maupun luar yang bisa

67 Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 380-381. 68 http://click-gtg.blogspot.co.id/2009/03/teori kedaulatan. Html diakses tanggal 02 Mei 2019.

Page 81: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

mengintervensi. Hak mutlak, tak terbatas dan tak terkecuali adalah sifat dari

kedaulatan.69

Dilihat dari segi hukum kedaulatan, hakikatnya merupakan kekuasaan

tertinggi yang harus dimiliki oleh negara. Sehubungan dengan konsep kedaulatan

atau konsep kekuasaan tertinggi, dalam filsafat hukum dan kenegaraaan, dikenal

lima teori yang biasa diperdebatkan dalam sejarah, yaitu kedaulatan Tuhan

(sovereignty of God), kedaulatan raja (sovereignty of the king), kedaulatan hukum

(sovereignty of law), kedaulatan negara (state’s sovereignty), dan kedaulatan rakyat

(peoples’s sovereignty).70

1. Kedaulatan Tuhan

Teori kedulatan Tuhan adalah teori yang paling tua umurnya. Menurut teori

ini Tuhan adalah pemilik kekuasaan tertinggi dalam semua elemen kehidupan.71

Dapat diartikan bahwa Tuhan-lah yang memberikan kekuasaan kepada

pemerintahan atau negara. Ajaran yang disampaikan dalam madzhab ini selalu

menyandarkan sesuatu apapun dari Tuhan, termasuk dalam hal kedaulatan yang

ada pada pemerintah atau penguasa. Sejatinya manusia adalah hanya pelaku dari

apa yang telah dikehendaki oleh Tuhan.

69 Frans Magnis Suseno, Etika Politik (Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern), (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2001), 175. 70 Triwulan Tutik, Restorasi Hukum Tata Negara..., 50. 71 Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 2008), 152.

Page 82: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

2. Kedaulatan Raja

Konsep kedaulatan raja mempunayi arti bahwa raja adalah pemilik

kekuasaan paling puncak dalam hal apapun. Dalam prakteknya, kedaulatan raja

merupakan penjelmaan dari kedaulatan Tuhan, karena dalam sistem kerajaan,

pemimpin dalam generasi setelahnya adalah putra mahkota atau turun menurun,

sehingga kekuasaan tersebut mendapat legitimasi sebagai penguasa berdasarkan

perintah dan petunjuk Tuhan. Akibat yang ditimbulkan adalah kekuasaan raja

menjadi mutlak, sehingga lahirlah ajaran tentang kedaulatan raja.72

3. Kedaulatan Hukum

Kedaulatan hukum dalam konsep ini berati pemimpin tertinggi bukanlah

tokoh atau figus dalam suatu negara. Pemegang kekuasaan dalam negara yang

mengikuti ajaran ini hanyalah pelaksana apa yang telah ditetapkan oleh hukum.

Sedangkan ketetapan yang disebut dengan hukum tersebut adalah produk dari

kemufakatan dari seluruh elemen dalam negara. Menurut Jimly Assiddiqie, bahwa

istilah kedaulatan hukum berarti negara yang berdasarkan hukum, bukan

berdasarkan orang atau tokoh, dan kepemimpinan berdasarkan oleh sistem bukan

oleh tokoh atau orang.73

72 Triwulan Tutik, Restorasi Hukum Tata Negara..., 50. 73 Jimly Assiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum dan Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 9.

Page 83: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

4. Kedaulatan Negara

Ajaran teori kedaulatan negara berpendapat bahwa negara adalah pemilik

kekuasaan tertinggi. Implementasi dari ajaran ini adalah semua yang mendiami

negara tersebut wajib taat dan tunduk pada semua hukum yang telah ditetapkan

oleh negara, baik rakyat ataupun penguasa, karena kehendak negara adalah hukum.

Hukum diciptakan oleh negara, maka negara adalah satu-satunya pemilik

kedaulatan tunggal. Walaupun dalam prakteknya, pemegang kekuasaan saat itu

adalah pemilik kedaulatan, karena ia dipercaya memegang pemerintahan.74

5. Kedaulatan Rakyat

Salah satu pelopor tentang kedaulatan ini adalah Jean Jacques Rousseau,

yang berpndapat bahwa sesungguhnya pemilik kekuasaan tertinggi atau kedaulatan

itu adalah rakyat. Kehendak rakyat adalah suatu keputusan yang harus dilaksanakan

oleh kepala negara. Lebih lanjut bahwa setiap undang-undang yang menjadi dasar

dalam pelaksanaan kekuasan negara merupakan penjelmaan dari aspirasi seluruh

rakyat dan itu merupakan kemauan rakyat.75

Pelaksana pemerintahan dalam ajaran kedaulatan rakyat adalah bentuk

penyerahan dari hasil perjanjian masyarakat kepada pemimpin negara. Tetapi

dengan penyerahan tersebut bukan berarti bahwa hal tersebut meyerahkan

74 M. Hasbi Aminuddin, Konsep Negara Islam menurut Fazlur Rahman, (Yogyakarta: UII Press, 2006),

104. 75 Assiddiqie, Pengantar Ilmu, 6.

Page 84: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

74

kedaulatan kepada pemimpin negara, tetapi masih berada di tangan rakyat.

Pemimpin negara harus tunduk kepada hukum yang telah ditetapkan oleh rakyat

atau wakil-wakilnya, bila melanggar maka konsekuensinya dapat diturunkan

sebagai pemimpin negara.76

Adapun untuk menganalisis permasalahan asas pemegang kekuasaan yang

ada di Indonesia, hal utama yang perlu dipersoalkan adalah mengenai hakikat

kekuasaan yang diorganisasikan dalam struktur kenegaraan. Apa dan siapakah

sesungguhnya yang memegang kekuasaan tertinggi dalam negara Indonesia.

Setidaknya ada tiga teori kedaulatan yang mendasari sekaligus memperdebatkan

mengenai persoalan kedaulatan dalam konsep kekuasaan menurut konstitusi

Indonesia saat ini, yaitu kedaulatan Tuhan, kedaulatan hukum, dan kedaulatan

rakyat.

Menurut Jimly Asshiddiqie, kedaulatan Tuhan, hukum, dan rakyat

ketiganya berlaku secara simultan dalam pemikiran bangsa Indonesia tentang

kekuasaan, yaitu bahwa kekuasaan kenegaraan dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia pada pokoknya adalah derivat dari kesadaran kolektif bangsa

Indonesia mengenai kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. 77

76 Rifyah Ka’bah, politik dan Hukum dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Khairul bayan, 2005), 50. 77 Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945,

(Yogyakarta: UII Press, 2005), 9.

Page 85: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

75

Keyakinan kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa ini selanjutnya di

manifestasikan dalam paham kedaulatan hukum dan sekaligus kedaulatan rakyat

yang diterima sebagai dasar-dasar berpikiran sistematik dalam konstruksi UUD

suatu negara. Prinsip kedaulatan hukum diwujudkan dalam gagasan rechtssaat atau

the rule of law serta prinsip supremasi hukum yang selalu didengung-dengungkan

setiap waktu. Di Indonesia dalam perwujudnya, perumusan hukum yang dijadikan

pegangan tertinggi itu disusun sedemikian rupa melalui mekanisme demokrasi

yang lazim sesuai dengan sila keempat dalam pancasila yaitu yang berbunyi

“kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan”. Sebaliknya, konsep kedaulatan rakyat di wujudkan melalui

instrumen-instrumen hukum dan sistem kelembagaan negara dan pemerintahan

sebagai institusi hukum yang tertib.78

Oleh sebab itu, produk-produk hukum yang dihasilkan selain

mencerminkan Ketuhanan Yang Maha Esa, juga haruslah mencerminkan

perwujudan prinsip kedaulatan rakyat. Setiap produk hukum yang dihasilkan tidak

boleh bertentangan dengan cita ketuhanan bangsa Indonesia yang dijamin dalam

pancasila, tetapi produk hukum tersebut bukanlah penjelmaan langsung dari

keyakinan-keyakinan umat beragama terhadap hukum-hukum Ilahiyah. Proses

terbentuknya hukum nasional yang disepakati itu haruslah dilakukan melalui proses

permusyawaratan sesuai prinsip, demokrasi perwakilan sebagai pengejawantahan

78 Ibid., 10.

Page 86: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

76

prinsip kedaulatan rakyat.79 Maka prinsip kedaulatan rakyat itu selain diwujudkan

dalam peraturan perundang-undangan, juga tercermin dalam strukur dan

mekanisme kelembagaan negara dan pemerintahan yang menjamin tegaknya

sistem hukum dari berfungsinya sistem demokrasi.

Sebagai dasar negara, konstitusi Indonesia yang terbentuk dalam UUD

dasar memberikan kosep yang berbeda ketika kontitusi tersebut berubah, termasuk

dalam hal ini berkaitan dengan kedaulatan yang pasti dalam rumusannya

mengalami perubahan juga. Berikut ini akan coba peneliti uraikan tentang bentuk

kedaulatan yang pernah berlaku di Indoenesia sesuai dengan konstitusi yang

berlaku saat itu.

1. Kedaulatan Negara Indonesia menurut UUD 1945 sebelum perubahan

Sebelum perubahan UUD 1945 secara tegas menganut asas kedaulatan

rakyat. Asas ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (2), yang menyatakan bahwa

“Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis

Permusyawaratan rakyat”. Dari pernyataan pasal tersebut jelaslah bahwa

penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia adalah lembaga yang disebut dengan

MPR. Majelis ini berperan penting dalam dalam ketatanegaraan saat itu karena

sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Presiden yang diangkat oleh majelis,

tunduk dan bertanggung jawab kepada majelis. Ia adalah “mandataris” dari majelis,

79 Tutik, Restorasi Hukum, 21.

Page 87: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

77

ia wajib menjalankan putusan-putusan Majelis. Presiden tidak “neben” akan tetapi

“untergeordnet” kepada Mejelis.80

MPR sebagai pelaksana kedaulatan rakyat adalah dilihat dari sudut pandang

hukum, namun kekuasaan tertinggi yang berada di tangan rakyat hanyalah asasnya

saja, sebab kekuasaan tersebut sepenuhnya yang melakukan adalah Majelis

Permusyawaratan Rakyat. Tidak ada suatu badan lain (kecuali rakyat) yang

mempunyai kekuasaan melibihi badan ini, sebagai pemegang kekuasaan tertinggi

maka MPR berwenang menentukan segalanya, walaupun di dalam bekerjanya tentu

saja harus memperhatikan ketentuan-ketentuan UUD 1945, sebab UUD inilah yang

memberikan kekuasaan kepadanya.81

Kekuasaan MPR yang sepenuhnya ini bisa dilihat dalam teori Jean Boudin,

yaitu kedaulatan yang bersifat bulat dan tidak terpecah. Aplikasi yang berlaku di

Indonesia dalam pelaksanaan perlengkapan negara yang terdiri dari presiden, DPR,

BPK, DPA, dan DPA berada dalam lingkungan yang sama di atasnya, lembaga

yang melaksanakan kedaulatan seluruhnya dan tertinggi tetap berada di MPR.82

2. Kedaulatan Negara Indonesia menurut Konstitusi Republik Indoenesia

Serikat Tahun 1949

80 Penjelasan UUD 1945 Sebelum perubahan. 81 Joeniarto, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1990), 107. 82 Ismail Sunny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, (Jakarta: Karya Nilan, 1963), 64.

Page 88: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78

Kontitusi Republik Indonesia Serikat adalah penyebutan UUD negara pada

saat kedaulatan negara dalam bentuk serikat, namun hal tersebut tidak berlangsung

lama karena hanya, stelah itu kembali menjadi negara kesatuan. Penyebutan UUD

RIS juga mengalami perubahan setelah bentuk negara Indonesia yang asalnya

serikat menjadi kesatuan, yaitu dengan istilah UUD Sementara Tahun 1950.

Dalam hal kedaulatan, pemegang kekuasaan tertinggi terjadi perubahan,

dalam UUD RIS disebutkan “Kekuasaan berkedaulatan Republik Indonesia Serikat

dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan

Senat”.83

Salah satu perbedaan yang mencolok dalam konstitusi RIS ini adalah dapat

dilihat dalam ketentuan umum BAB III, yaitu dihapuskannya Majelis

Permusyawatan Rakyat dalam format alat-alat perlengkapan negara. Alat

perlengkapan negara hanya terdiri dari presiden, menteri-menteri, Senat, Dewan

Perwakilan Rakyat, Mahkamah Agung, dan Dewan Pengawas Keuangan.

Akibatnya seluruh alat perlengkapan negara tersebut bersifat sama, dan tidak

memiliki pertanggung jawaban terhadap lembaga yang lebih tinggi.

Dapat disimpulkan mengenai sistem Ketatanegaraan Indonesia berdasarkan

konstitusi Republik Indonesia Serikat 1949:

83 UUD Negara Republik Indonesia Serikat 1949, Pasal 1 Ayat (2)

Page 89: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

79

1) Menurut Konstitusi RIS Badan Eksekutif dan Badan Legislatif dipisahkan

secara tajam, dalam artian bahwa baik perdana menteri maupun anggotanya

tidak dapat merangkap menjadi anggota parlemen.

2) Menganut sistem pertanggungjawaban menteri, tetapi tidak dikenal bahwa

presiden dapat membubarkan DPR.

3) Kekuasaan perundang-undangan federal dilakukan oleh pemerintah bersama

dengan parlemen.84

3. Kedaulatan Negara Indonesia menurut UUD Sementara Tahun 1950

Perubahan konstitusi Indonesia pada masa ini juga berimplikasi pada

konsep kedaulatan yang dianut negara. Hal itu terbukti dalam Pasal 1 ayat (2) yang

menyatakan “Kedaulatan Republik Indonesia adalah di tangan dan dilakukan oleh

Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat”.

Dalam UUD RIS ini perubahan yang nyata tampak pada pergantian

kekuasaan tertinggi dalam negara. MPR yang sebelumnya adalah pemegang

kedaulatan, namun dengan disahkan kontitusi ini kekuasaan tertinggi berpindah ke

pemerintah dan DPR. Menurut Titik Triwulan Tutik sebagaimana mengutip

pendapat Bachruddin, bahwa “bagian pertama yang menyatakan kedaulatan negara

berada di tangan rakyat adalah suatu ketentuan yang tidak dapat dielakkan, dimana

84 Titik Triwulan Tutik, Restorasi Hukum Tata Negara..., 57.

Page 90: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

Pasal 1 ayat (2) menetapkan bahwa Republik Indonesia adalah suatu negara hukum

yang demokratis.85

Ismail Sunny berpendapat, bahwa dalam UUD Sementara ini teori Jean

Bodin yang menyatakan bahwa kedaulatan bersifat utuh atau bulat tidaklah berlaku,

karena dalam prakteknya kedaulatan saat itu dibagi dalam dua kekuasaan, yaitu

kekuasaan eksekutif dan legislatif.86 Pemerintah yaitu presiden dan wakil presiden

dan DPR selaku pemegang pemerintahan saling bekerja sama untuk menjalankan

amanat rakyat.

4. Kedaulatan Negara Indonesia menurut UUD 1945 pasca amandemen

Hasil amandemen konstitusi mempertegas deklarasi negara hukum, dari

semula hanya dalam Penjelasan, menjadi bagian dari Batang Tubuh UUD Negara

Republik Indonesia 1945, yang berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan

dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.87 Konsep pemisahan kekuasaan

negara ditegaskan. Presiden tidak lagi memegang kekuasaan membentuk Undang-

Undang, tetapi hanya berhak mengajukan dan membahas RUU.88 Pasal 5 ayat (1)

dan Pasal 20 ayat (2) ini memberikan artian bahwa antara presiden dan DPR

diperlukan sikap saling bekerja sama dan tidak ada lagi bisa sewenang-wenang

sebagai seorang presiden.

85 Tutik, Restorasi Hukum, 57. 86 Sunny, Pergeseran Kekuasaan..., 64. 87 UUD Negara Republik Indonesia 1945, Pasal 1 Ayat (2) 88 UUD Negara Republik Indonesia 1945, Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (2)

Page 91: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

81

MPR tidak lagi mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas, ini adalah salah

satu manisfestasi dari konsep pemisahan kekuasaan setelah amandemen UUD

1945. Hasil amandemen menciptakan lembaga-lembaga negara dalam hubungan

fungsional yang horizontal, bukan dalam hubungan struktural yang vertikal.

Setelah adanya amandemen sebanyak empat kali, Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia secara terang menjelaskan tentang pemisahan tiga

fungsi kekuasaan negara, pemisahan tersebut dilakukan agar tidak terjadinya

pemusatan kekuasaan, mempertegas dan menjelaskan secara konkrit prinsip-

prinsip dasar sistem presidensil yang dipraktekkan dalam sistem ketatanegaraan

Indonesia.89

C. Relasi Sistem Pemerintahan Presidensil terhadap Eksistensi Kedaulatan

Negara di Indonesia

Dari uraian di atas, perubahan UUD 1945 selain untuk membentuk sistem

pemerintahan yang ideal juga untuk memperkuat sistem presidensial, dan

sepertinya sudah terpenuhi namun belum mencapai derajat sistem presidensial

murni. UUD 1945 hasil perubahan masih memuat norma hukum campuran antara

sistem pemerintahan presidensial dan parlementer, yakni dalam hal pembentukan

undang-undang (UU), di mana masih terdapat dua lembaga yang terkait dalam

pembentukan UU, yakni DPR dan Presiden.

89 Rahmat, “Implementasi Cheks and Balances antara Presiden dan DPR dalam Sistem Pemerintahan

Presidensil di NKRI Pasca Reformasi Perspektif Fikih Siyasah”, (Tesis—UIN Sunan Ampel, Surabaya,

2016), 97.

Page 92: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

Praktek pemerintahan yang masih belum dikatakan murni karena dilihat

dari perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia telah terjadi perubahan konstitusi,

yang tentu hal tersebut berimplikasi pada sistem yang telah berjalan. Setidaknya

pernah berlaku tiga sistem pemerintahan di Indonesia, dan setiap sistem tersebut

memiliki karakteristik masing-masing, yaitu Presidensil, parlementer, dan quasy

presidensil.

1. Sistem pemerintahan presidensial

Sistem pemerintahan presidensil adalah Sistem pemerintahan yang

mempunyai ciri-ciri yang khas yaitu Pertama, sistem itu didasarkan atas asas

pemisahan kekuasaan. Yang kedua, tidak ada pertanggungjawaban bersama antara

presiden sebagai pemimpin eksekutif dengan anggota-anggotanya. Anggota-

anggota yang bernama menteri itu sepenuhnya bertanggungjawab kepada presiden.

Yang ketiga, DPR tidak dapat dibubarkan oleh presiden, keempat, Presiden itu

dipilih oleh rakyat melalu pemilu. Jadi ini sistem pemerintahan presidensial.90

Dalam konteks lain, Sumbodo Tikok berpendapat tentang ciri-ciri sistem

pemerintahan Presidensial, yakni:

1) Presiden adalah kepala ekskekutif yang membawahi kabinetnya karena

menteri tersebut diangkat oleh presiden dan bertanggungjawab kepadanya.

90 Ahmad Yani, “Sistem Pemerintahan Indonesia: Pendekatan Teori Dan Praktek Konstitusi Undang-

Undang Dasar 1945”, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 12 No. 02 (Juli, 2018), 124.

Page 93: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

83

Ia sekaligus yang berkedudukan sebagai kepala negara (lambang negara)

dengan masa jabatan yang jelas sesuai dengan Undang-Undang Dasar.

2) Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif, tetapi oleh sejumlah pemilih

dalam hal ini oleh rakyat, oleh karena itu ia bukan bagian dari badan

legislatif.

3) Presiden tidak bertanggungjawab kepada badan legislatif, dan dalam hal

ini tidak dapat dijatuhkan oleh badan legislatif.

4) Sebagai imbangannya Presiden tidak dapat membubarkan badan

legislatif.91

Sedangkan Ramlan Surbakti menyebutkan ciri-ciri sistem Presidensial,

yaitu:

1) Lembaga legislatif, dan eksekutif memiliki kedudukan yang indepnden,

sedangkan pemegang kewenangan dipilih oleh rakyat secara terpisah.

2) Lembaga legislatif maupun eksekutif mempunyai kewenangan membuat

UU, tetapi yang satu harus mendapatkan perstujuan dari yang lain sehingga

setiap UU merupakan hasil kesepakatan kedua pihak.

3) Kepemimpinan dalam melaksanakan kebijakan (administrasi) lebih jelas

yakni ditangan Presiden, dari pada dalam kabinet parlementer, tetapi siapa

91 Sumbodo Tikok, Hukum Tata Negara, (Bandung: PT Eresco, 1988), 275.

Page 94: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84

yang bertanggungjawab dalam pembuatan kebijakan lebih jelas pada

kabinet parlementer dibandingkan dengan kabinet Presidensial.

4) Kebijakan konprehensif jarang bisa dibuat karena legislatif dan eksekutif

mempunyai kedudukan yang terpisah (seseorang tidak mempunyai fungsi

ganda), ikatan partai yang longgar, dan kemungkinan kedua badan ini di

dominasikan oleh partai yang berbeda.

5) Jabatan kepala pemerintahan dan kepala negara berada pada satu tangan.

6) Legislatif bukan tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif, yang

dapat di isi dari berbagai sumber termasuk legislatif.92

2. Sistem pemerintahan parlementer

Sistem pemerintahan parlementer adalah Sistem pemerintahan parlementer

yaitu parlemen dalam sistem pemerintahan memiliki peranan yang sangat urgen

dalam menjalankan roda pemerintahan. Perdana menteri diangkat oleh kepala

negara, sedangkan para Menteri diangkat oleh perdana Menteri setelah ia

diangkat.93 Cabang kekuasaan eksekutif dipimpin oleh perdana Menteri atau

konselir yang dibantu oleh kabinet yang dapat dipilih dan diberhentikan oleh

parlemen. Perbedaan yang mencolok antara sistem pemerintahan parlementer

dengan presidensial adalah dalam sistem pemerintahan parlementer walaupun juga

mempunyai seorang kepala negara tetapi itu hanya sebagai kepala negara bukan

kepala pemerintahan, artinya presiden hanya bersifat simbolis dan seremonial serta

92 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia, 1999), 170-171. 93 Lijphart, Sistem Pemerintahan, 38.

Page 95: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

85

mempunyai pengaruh politik yang sangat terbatas, dan tidak berhak menjalankan

pemerintahan.94

3. Sistem pemerintahan quasi presidensil

Sistem pemerintahan quasi presidensil adalah Sistem campuran atau quasi

adalah sistem pemerintahan yang memadukan kelebihan dari sistem pemerintahan

parlementer dan presidensial. Dalam sistem ini diusahakan hal-hal yang terbaik dari

kedua sistem pemerintahan tersebut. Dalam sistem pemerintahan ini, selain

memiliki Presiden sebagai Kepala Negara, juga memiliki Perdana Menteri sebagai

kepala Pemerintahan untuk memimpin kabinet yang bertanggungjawab kepada

parlemen. Bila presiden tidak diberi posisi dominan dalam sistem pemerintahan ini,

presiden tidak lebih dari sekedar lambang dalam pemerintahan. Akan tetapi

presiden tidak bisa dijatuhkan oleh parlemen, bahkan presiden dapat membubarkan

parlemen.95

Dari berbagai macam bentuk sistem pemerintahan yang pernah berlaku di

Indonesia di atas, bila dilihat terdapat beberapa perbedaan. Dan perbedaan tersebut

dapat dijadikan acuan bagi negara Indonesia sistem apa yang paling ideal untuk

diterapkan di negara ini. Pertama, dalam hal pemilihan presiden, sistem presidensil

dan quasy presidensil memiliki kesamaan dengan dipilih secara langsung oleh

rakyat, sedangkan dalam sistem parlementer presiden / raja dipilih oleh parlemen.

94 Sukardja, Hukum Tata Negara, 112. 95 Muliadi Anangkota, “Klasifikasi Sistem Pemerintahan Perspektif Pemerintahan Modern Kekinian”,

Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol.3 No.2, (April, 2016), 148.

Page 96: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

86

Kedua, dalam hal kekuasaan sistem presidensil dan quasy presidensil menunjuk

presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara. Presiden memiliki

kewenangan untuk mengangkat dan memberhentika menteri-menteri, karena

pertanggung jawaban menteri adalah kepada presiden, sedangkan dalam sistem

parlementer presiden hanya sebagai kepala negara, dan kepala pemerintahan

dipegang oleh perdana menteri. Menteri-menteri (kabinet) diangkat dan

diberhentikan oleh parlemen. Ketiga, dalam sistem presidensil pemberhentian

presiden tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen, kecuali apabila presiden melanggar

hukum yang telah ditetapkan oleh UUD, sama halnya dengan sistem parlementer,

tidak mengenal impechment kepada presiden, hanya parlemen dapat mengajukan

mosi tidak percaya terhadap kebijakan kabinet.

Dari karakteristik tiga sistem yang pernah diberlakukan di atas, rupanya

sistem presidensil adalah yang paling cocok. Hal tersebut dapat dilihat dalam UUD

Negara Indonesia 1945 yang dalam setiap pasalnya masih mempertahankan nilai-

nilai yang terkandung dalam model penerapan sistem presidensil. Namun yang

sangat mencolok adalah dalam hal pemilihan langsung dari sistem presidensil ini,

karena dengan pemilihan presiden secara langsung berarti memberikan ruang yang

luas bagi rakyat untuk menghendaki bagaimana mengatur negaranya sebagaik

mungkin, artinya kedaulatan rakyat menjadi kunci dalam sistem presidensil di

Indonesia untuk menjaga eksistensi kedaulatan negara.

Page 97: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

87

Kedudukan presiden dalam sistem pemerintahan presidensial memiliki

kewenangan yang luas, presiden yang sedang berkuasa tidak dapat diganggu

gugat oleh parlemen dalam keadaan normal. Presiden dipilih oleh rakyat secara

langsung (populer vote ornnelectoral college ) untuk masa jabatan tertentu sesuai

dengan yang ditetapkan dalam UUD.96 Kewenangan yang luas ini sejatinya adalah

untuk menciptakan pemerintahan stabil, karena dengan kewenangan yang luas

tersebut diharapkan kebijakan yang diambil dapat terealisasi, karena tidak ada

pertanggung jawaban kepada lembaga lain, selama tidak melanggar UUD.

UUD 1945 menyebutkan bahwa presiden dan wakil presiden dipilih dalam

satu pasangan secara langsung oleh rakyat.97 Pasal tersebut terjadi setelah

perubahan ketiga UUD 1945, sebagai konsekuensinya presiden tidak lagi dipilih

oleh majelis, namun dipilih secara langsung oleh masyarakat. Tujuan reformasi

benar-benar dilakukan dengan sepenuhnya rakyat berpartisipasi dalam pemilihan

presiden dan wakil presiden, hal ini memberikan dampak yang sangat bagi sistem

ketatanegaraan Indonesia, karena luasnya ruang demokrasi kepada masyarakat,

sehingga harapannya pemimpin yang dipilihnya tersebut dapat berpihak kepada

rakyat dan mampu memberikan dan mengakomodir apa yang diinginkan rakyat

96 Mahmuzar, Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen,

(Bandung: Nusa Media, 2010), 32. 97 UUD Negara Republik Indonesia 1945, Pasal 6 Ayat (1)

Page 98: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

88

secara luas, dengan artian bahwa sistem presidensil memberikan nuansa bernegara

yang lebih hidup.98

Perihal pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat memberikan arti

bahwa tanggung jawab presiden bukan kepada lembaga negara lainnya (MPR).

Tetapi kembali ke rakyat lagi, bentuk pertanggung jawabannya tersebut adalah

dengan tidak dipilihnya kembali calon presiden tersebut ketika mencalonkan

kembali menjadi presiden bila pertanggung jawaban tersebut ditolak oleh rakyat,

namun bila pertanggung jawaban presiden tersebut diterima oleh rakyat, maka

periode kedua dipilih kembali oleh rakyat.

Konstitusi negara Indonesia memberikan regulasi yang jelas untuk

menfasilitasi rakyat dalam menjaga kestabilan pemerintahan. Cukup baik dalam

sebuah negara yang multi suku, agama dan kebudayaan yang berbeda rakyat

sebagai tumpuan utama untuk memerintah. Maka seharusnya rakyat adalah

pembuat aturan baik di tingkat pusat maupun daerah melalui badan-badan yang

mewakilinya. Hakikatnya badan perwakilan di daerah ataupun pusat adalah alat

untuk membuat suatu hukum yang dibutuhkan oleh rakyat. Kemudian presiden

sebagai pelaksana kekuasaan menjalankan hukum tersebut sesuai dengan aturan

yang berlaku, itulah essensi dari kedaulatan negara yang sebenarnya.

98 Moh. Hudi, “Kedudukan dan Tanggungjawab Presiden dalam Sistem Presidensial di Indonesia”,

Jurnal Mimbar Yustitia, Vol. 2, No. 2, (Desember, 2018), 182.

Page 99: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

89

D. Sistem Ketatanegaraan Islam dan Kedaulatan Negara serta Implementasinya

di Indonesia

Dalam masyarakat Islam, seperti halnya dalam lingkungan masyarakat yang

lain, sistem ketatanegaraan dibangun dengan cara yang paling cocok untuk

mempromosikan garis-garis besar nilai-nilai pokok mereka. Sistem khilafah yang

muncul setelah Nabi wafat mempunyai kedudukan sebagai lembaga tertinggi

politik dalam negara Islam yang menyimbolkan kesatuan umat Islam dimanapun.

Namun syarat pokok yang mendasari kekuasaan negara Islam dengan

mendasarkan segala perilakunya pada ajaran-ajaran syariah memerlukan suatu

standar tingkah laku tertentu atau serangkaian norma yang menjadi basis tegaknya

negara Islam.

Sistem ketatanegaraan dalam Islam sendiri telah banyak dibahas oleh

ilmuwan Muslim. Terkadang mereka berbeda dalam menuangkan pikirannya

tentang hal ini, sebabnya adalah perbedaan latar belakang dan kondisi politik ketika

mereka hidup. Al-Mawardi berpendapat tentang sistem ketataegaraan dengan

model konsep kepemimpinan dalam Islam yaitu, seorang khalifah atau raja

merupakan pimpinan politik dan pimpinan dalam hal keagamaan. Maka sebagai

seorang khalifah sudah wajib hukumnya memberikan bimbingan dalam agama dan

juga membuat keputusan dalam hal kenegaraan.99

99 Imam al-Mawardi, Sulthan al-Ahkam al-Sulthaniyah, (Beirut: Dar al-Fikri, 1960), 6.

Page 100: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

90

Kemudian ia juga berpendapat bahwa setidaknya ada 6 konsep dalam sistem

ketatanegaraan, yaitu:

1. Agama merupakan kunci utama dalam keberlangsungan sebuah negara,

hal ini terjadi karena agama adalah pengendali sifat kejelekan hati setiap

petinggi dan warga negara.

2. Pemimpin dalam negara memiliki aura kharismatik dan berwibawa,

sehingga dapat memberikan tauladan bagi rakyatnya, dan dapat

memberikan rasa persatuan di antara mereka.

3. Keadilan. Sudah menjadi kunci utama bahwa dalam negara keadilan

merupakan perilaku yang tidak boleh hilang bagi seorang pemimpin,

karena negara yang makmur dan sejahtera hanya bisa dicapai dengan

keadilan.

4. Rasa aman dalam negara. Perasaan seperti ini sangat eratnya dengan

keadilan, karena kekacauan sendiri berawal dari ketidak adilan. Tujuan

didirikan negara salah satunya adalah untuk melindungi rakyatnya dari

penjajahan atau penindasan baik dari dalam atau luar negara, dan inilah

yang dimaksud dengan rasa aman dan damai dalam negara.

5. Kondisi geografi. Negara yang mempunyai sumber daya alam yang

melimpah adalah anugerah dari Tuhan dan ini merupakan ciri-ciri negara

yang kaya, tinggal bagaimana pengelolahan sumber daya tersebut, maka

dari itu diperlukan sumber daya manusia yang kompeten agar hasil yang

Page 101: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

91

dikeluarkan dapat mencukupi seluruh kehidupan masyarakat dalam

negara.

6. Keinginan untuk kehidupan masa depan yang lebih baik. Dalam hal ini

sudah selayaknya perlu diperhatikan dalam fungsi negara, karena

golongan yang hidup saat ini merupakan pewaris dari golongan

sebelumnya, dan yang hidup saat ini akan mewarisi generasi setelahnya,

maka dibutuhkan upaya untuk melangsungkan kehidupan yang lebih

baik untuk generasi selanjutnya.100

Ibnu Taimiyah dalam memberikan argumentasi tentang bagaimana sistem

ketatanegaraan itu dapat berjalan dengan baik, maka harus berlandaskan sifat

amanah dan keadilan bagi penyelenggaranya. Pendapat ini beralasan bahwa sifat

tersebut adalah norma yang dapat mewujudkan kemaslahatan bangsa. Kemudian

Ibnu Taimiyah juga memberikan pendapat bagaimana relasi negara dan agama

yang sejatinya tidak bisa dipisahkan. Agama yang merupakan tuntunan dari Tuhan

sudah semestinya untuk diikuti dan dilaksanakan dalam kehidupan apapun, baik

dalam kepentingan individu atau sosial. Karena ajaran agama dan syariah yang

merupakan jalan hidup manusia sudah memiliki konsep lengkap untuk

keberlangsungan hidup manusia, termasuk dalam kenegaraan.101

100 Rahmawati, “Sistem Pemerintahan Islam menurut al-Mawardi dan Aplikasinya di Indonesia”, Jurnal

Syari’ah dan Hukum, No. 2, Vo. 16, (Desember 2018), 269- 270. 101 Anton Arizal Candra, “Pemikiran Siyasah Syar’iyah ibnu Taimiyah”, Jurnal UIR Law Review, No.

01, Vol. 02, (Oktober 2017), 69.

Page 102: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

92

Sependapat dengan Ibnu Taimiyah, al-Maududi berpendapat

penyelenggaraan negara tidak dapat dilakukan apabila bertolak belakang dengan

ketentuan agama, sekalipun kemufakatan telah terjadi. Namun, bukan berarti

manusia tidak dapat membuat regulasi sendiri untuk mengaturnya, ketika agama

tidak mengatur secara konkrit suatu masalah maka dapat dilakukan konsensus

bersama dalam pelaksanaannya.102 Dari pendapat al-Maududi tersebut tersirat

makna bahwa aparatur negara memiliki kewenangan untuk meregulasi sistem baru

apabila diperlukan, namun masih dalam koridor agama.

Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Pancasila merupakan sumber

hukum, pandangan hidup dan norma dasar yang dijadikan landasan utama dalam

penyelenggaraan negara, maka dari itu setiap pergerakan yang dilakukan negara

haruslah bersumber dari pancasila. Sedangkan Undang-Undang Dasar adalah

norma-norma hukum tertulis yang paling tinggi dalam hirarki peraturan negara

Indonesia yang di dalamnya tergambar seluruh aspek kehidupan bernegara.

Secara essensial nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan

cerminan dalam al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, walaupun dalam segi

bahasanya tidak tersurat secara eksplisit, namun hal itu bukan berarti Indonesia

tidak bersumber dari agama, atau adanya pemisahan antar agama dan negara.

Prinsip dasar dalam butir-butir pancasila telah memberikan legitimasi bahwa jiwa

102 Abu al-A’la al-MAududi, The Islamic Law and Goverment , terj. Asep Hikmat, (Bandung: Mizan,

1990), 160.

Page 103: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

93

dan roh bangsa Indonesia adalah berasaskan al-Qur’an, di antaranya konsep

ketuhanan, keadilan, musyawarah, perdamaian dan persaudaraan.

Istilah kedaulatan telah termaktub dalam UUD Negara Republik Indonesia,

yaitu pasal 1 ayat (2) yang berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan

dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Penafsiran pertama dari pasal 1

ayat (2) ini adalah kekuatan rakyat merupakan motor dari pergerakan yang dalam

negara Indonesia. Rakyat adalah penentu tujuan dan langkah negara. Penafsiran

yang kedua adalah Indonesia merupakan negara hukum atau konstitusional, setiap

kebijakan yang akan dilakukan haruslah berdasarkan hukum yang berlaku.

Implemetasi sistem ketatanegaraan Islam, secara tidak langsung dapat

dijumpai dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, namun tidak secara holistik.

Kemajemukan warga negara Indonesia memberikan sikap terbuka bagi para pendiri

bangsa dan ulama untuk menerimanya, sehingga eksistensi pancasila bisa

dipertahankan. mereka menyadari bahwa Indonesia adalah negara hukum, sikap

inkonstisional tidak bisa dilakukan dalam bernegara, karena subtansi hukum Islam

dapat dijalankan bila telah disahkan secara konstitusional di negara Indonesia.

Page 104: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV

RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA

TERHADAP EKSISTENSI KEDAULATAN NEGARA PERSPEKTIF IBNU

KHALDUN

A. Analisis Relasi Sistem Pemerintahan Presidensil di Indonesia terhadap

Eksistensi Kedaulatan Negara

Organisasi negara meliputi berbagai macam perlengkapan negara.

Berbagai macam menunjukkan bahwa terdiri dari banyak dan saling berbeda antar

satu dan lainnya. Perbedaan ini dapat mengenai tugas kewenangannya serta dapat

pula mengenai susunannya. Meskipun terjadi banyak macam perbedaan, bila

ditinjau dari keseluruhannya bahwa semua itu merupakan satu kesatuan, sebab

perbedaan tersebut memang diadakan untuk mencapai suatu kedaulatan negara agar

tujuan berbangsa dan bernegara dapat tercapai. Bagi Indonesia diadakannya alat

perlengkapan tersebut ialah demi terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia, yaitu

cita-cita Pancasila sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD Negara

Republik Indonesia 1945.

Berbicara konsep kedaulatan negara, berarti suatu negara tersebut bebas

untuk menjalankan kekuasaan negara, baik yang bersifat internal dan eksternal.

Pemaknaan tersebut juga berlaku bagi negara Indoensia, yaitu sebagai negara

berdaulat juga mempunyai hak dan kewenangan untuk membentuk dan mengatur

negaranya sendiri. Hal ini telah diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia

Page 105: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

95

dalam pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan bahwa, Negara Indonesia ialah Negara

Kesatuan yang berbentuk Republik.

Berbagai perubahan yang dilakukan dalam tubuh UUD sebagai konstitusi

negara adalah salah satu upaya negara Indonesia untuk mengatur dan menjalankan

negaranya, salah satu tujuannya adalah untuk menjaga kedaulatan negara dengan

cara mempertegas sistem presidensil. Kesepakatan dasar untuk mempertegas

sistem pemerintahan presidensil bertujuan untuk memperkukuh sistem

pemerintahan yang stabil dan demokratis yang dianut oleh negara Indonesia dan

telah dipilih oleh pendiri negara pada tahun 1945.

Amandemen konstitusi yang dilakukan oleh negara Indonesia adalah bagian

dari upaya untuk memperbaiki sistem ketatanegaraan yang telah berjalan selama

ini. Dalam konteks bernegara hal tersebut perlu dilakukan untuk membangun

sistem ketatanegaraan yang lebih demokratis. Adanya reformasi itu juga

memperlihatkan telah dibukanya pintu amandemen atas UUD 1945, di antara

tujuan suara yang digaungkan adalah mempertegas sistem presidensil di Indonesia.

Kesepakatan dasar untuk mempertegas sistem pemerintahan presidensil bertujuan

untuk memperkukuh sistem pemerintahan yang stabil dan demokratis yang dianut

oleh negara Indonesia dan telah dipilih oleh pendiri negara pada tahun 1945.

Dalam sistem ini, terdapat lima prinsip penting, yaitu (1) Presiden dan wakil

presiden merupakan satu institusi penyelenggara kekuasaan eksekutif negara yang

tertinggi di bawah Undang-Undang Dasar. (2) Presiden dan wakil presiden dipilih

Page 106: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

96

oleh rakyat secara langsung dan karena itu secara politik tidak bertanggung jawab

kepada Majelis Permusyawaratan Rayat atau lembaga parlemen, melainkan

pertanggung jawaban langsung kepada rakyat. (3) Presiden dan / atau wakil

presiden dapat dimintakan pertanggung jawaban secara hukum apabila presiden

dan / atau wakil presiden melakukan pelanggaran hukum dan konstitusi. (4) Para

menteri adalah pembantu presiden, maka pertanggung jawaban langsung kepada

presiden bukan kepada parlemen. (5) Untuk membatasi kekuasaan presiden yang

kedudkannya dalam sistem presidensil sangat kuat sesuai dengan kebutuhan untuk

menjamin stabilitas pemerintah, ditentukan pula bahwa masa jabatan presiden lima

tahunan tidak boleh dijabat oleh orang yang sama lebih dari dua jabatan.1

Indonesia dalam memilih sistem pemerintahan presidensil tentunya bukan

tanpa alasan, hal itu dipilih oleh para pendiri bangsa karena beberapa faktor, di

antaranya:

1. Untuk menjaga stabilitas nasional;

2. Memperkuat posisi dan dominan presiden yang ditugaskan dalam UUD

1945;

3. Negara yang baru merdeka tidak cukup pengetahuan pengalaman;

4. Adanya pengaruh ketokohan Soekarno dan Moh. Hatta.2

1 Ni’matul Huda, Politik Ketatanegaraan Indonesia Indonesia, Kajian terhadap Dinamika Perubahan

UUD 1945, (Yogyakarta: FH UII, 2003), 14-15. 2 Retno Saraswati, “Desain Sistem Pemerintahan Presidensial Yang Efektif”, Jurnal Masalah-Masalah

hukum, Vol. 41, No. 1, (Januari, 2012), 139.

Page 107: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

97

Jimly Asshiddiqie berpendapat, bahwa dalam praktek sistem presidensil di

dalamnya terdapat prinsip-prinsip yang dapat menciptakan pemerintahan yang kuat

dan stabil, terutama bagi negara-negara yang mempunyai keberagaman suku dan

budaya.3

Kelebihan sistem pemerintahan presidensil seperti yang dikemukakan oleh

Arend Lijphart adalah stabilitas eksekutif.4 Stabilitas eksekutif berdampak pada

kedaulatan negara, karena presiden dapat bekerja tanpa ada ganjanlan dari pihak

lain. UUD Negara Republik Indonesia 1945 telah memberikan ketentuan yang yang

jelas dalam hal seorang presiden sebagai memegang jabatan eksekutif. Ketentuan

ini akan berimplikasi pada kestabilan pemerintahan, hal itu dikarenakan

kepemimpian yang telah terbentuk dapat terjaga selama masa periodenya.

Pemilihan presiden secara langsung juga merupakan ciri sistem presidensil.

Dari proses pemilihan langsung ini mencerminkan nilai demokrasi, dan demokrasi

adalah salah satu nilai yang terkandung dalam Pancasila, sebagai pegangan hidup

bangsa Indonesia.

Hazairin berpendapat bahwa demokrasi dapat diterjemahkan sebagai

“kerakyatan”, yang artinya adalah kekuasaan rakyat.5 Ciri pokok dalam demokrasi

ini adalah adanya pemufakatan dalam lingkungan tugas masing-masing, dan setiap

3 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), 206. 4 Arend Lijphart, Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensil, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1995), 14. 5 Hazairin, Demokrasi Pancasila, (Jakarta: Tinta Mas, 1983), 48.

Page 108: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

98

individu dalam proses ini turut serta menyampaikan aspirasinya untuk tujuan

bersama. Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk terpadat dan terdiri

dari keberagaman suku memerlukan instrumen untuk mengakomodir apa yang

dikehendaki sesuai dengan tujuan oleh seluruh rakyatnya. Namun dalam prosesnya

harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah disepakati bersama, yaitu berasaskan

pancasila dan UUD. Pancasila diibaratkan sebagai fondasi ketika membuat sebuah

gedung. Maka bila UUD diartikan sebagai kontrak sosial dalam menjalankan

sistem ketatanegaraan, berarti pancasila adalah sebagai falsafah atau dasar berpijak

ketika akan membuat aturan tersebut.

Eksistensi kedaulatan negara dapat dilakukan karena Indonesia adalah

negara hukum. Konsep negara hukum konstitusi adalah supreme atau tertinggi,

aturan ini terlegitimasi karena nilai filosofis dari konstitusi tersebut merupakan

kemufakatan masyarakat secara keseluruhan. UUD sebagai konstitusi di Indonesia

berarti masyarakat telah bersepakat untuk tunduk dan memberikan amanah seluruh

tujuan hidup mereka kepada negara. Manifestasi dari Indonesia sebagai negara

hukum dengan UUD sebagai konstitusinya adalah upaya untuk menyerap seluruh

aspirasi rakyat untuk dilaksanakan oleh organisasi negara dengan menyerahan

sebagian kedaulatannya kepada negara.6

6 Rudi, “Mempertimbangkan Amandemen Konstutusi (Kajian Calon Presiden Perseorangan dari Aspek

Kedaulatan Rakyat dan Konstitusional), Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 8, (Maret, 2014), 108.

Page 109: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

99

Prinsipnya eksistensi kedaulatan negara dapat ditegakkan karena adanya

masyarakat dalam negara yang mempercayai dan tunduk pada semua aturan yang

telah disepakati bersama. Bentuk itu dapat dijumpai di Indonesia dengan adanya

aturan dasar atau konstitusi yang tertulis dalam UUD Negara Republik Indonesia.

Selanjutnya kedaulatan negara dapat terjaga dengan sistem presidensil yang

diterapkan di Indonesia adalah dengan adanya pemisahan yang jelas dari pemegang

kekuasaan. Penyebabnya adalah pemegang supremasi tertinggi tidak ada dalam

sistem ini, kecuali konstitusi yaitu UUD.7 Fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif

telah diterangkan dengan jelas dalam UUD Negara Republik Indonesia, sehingga

satu dan lainnya jelas tugas dan fungsinya, namun tetap adanya perimbangan dalam

fungsinya. Fungsinya adalah sebagai pengontrol antar lembaga negara.

Pembatasan kekuasaan dianggap perlu dalam sistem pemerintahan

presidensil karena untuk menjamin kebebasan politik rakyat, sebabnya adalah

apabila kekuasaan negara termonopoli atau tersentralisasi untuk seorang penguasa

saja maka kebebasan politik sulit dijaga dan dipertahankan.8 Seperti yang

disampaikan oleh Delier Noer, apabila kekuasaan eksekutif tidak ada pembagian

yang jelas dengan kekuasaan legislatif maka tidak mungkin kemedekaan dapat

7 Sofian Effendi, “Sistem Pemerintahan adalah Jati Diri Bangsa”, Artikel Hukum, (Februari, 2005), 9. 8 Ahmad Yani, “Sistem Pemerintahan Indonesia: Pendekatan Teori Dan Praktek Konstitusi Undang-

Undang Dasar 1945”, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 12, No. 2, (Juli 2018), 127.

Page 110: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

100

dicapai. Apabila kekuasaan mengadili dicampur dengan kekuasaan eksekutif maka

tindakan hakim akan sewenang-sewenang terhadap rakyat.9

Maka praktek dari Undang-Undang Negara Republik Indonesia 1945 secara

mendasar adalah semuanya kembali ke rakyat sebagai pemegang dan pengendali

pemerintahan dalam negara. Yaitu dengan mendasarkan bunyi klausul kedaulatan

berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang.10 Pasal ini

memberikan ketegasan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat, dan Indonesia

adalah negara yang berdasarkan hukum.

Di Indonesia dan sejumlah negara mengkalim diri sebagai negara

demokrasi, dan pelaksanaan pemilihan secara langsung bagi pemimpin negara

adalah aplikasi dari praktek demokrasi tersebut, karena pemilihan secara langsung

tersebut merupakan cerminan dari kedaulatan rakyat, yang artinya pemilihan secara

langsung untuk memilih pemimpin atau wakil rakyat akan melahirkan suatu

representatif aspirasi rakyat yang tentu berhubungan dengan legitimasi bagi rakyat

dalam sistem demokrasi.

Hakikatnya kedaulatan rakyat dengan proses pemilihan langsung adalah

pengakuan dan perwujudan dari pada hak-hak politik rakyat dan sekaligus

pendelegasian hak-hak tersebut oleh rakyat kepada wakil-wakilnya untuk

9 Deliar Noer, Pemikiran Politik Di Negeri Barat, (Bandung: Mizan, 1998), 136. 10 UUD Negara Republik Indoensia, Pasal 1 ayat (2).

Page 111: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

101

menjalankan pemerintahan.11 Maka pemilihan langsung tersebut mentransformasi

kedaulatan rakyat menajdi kedaulatan negara yang dilakukan dengan fungsinya

sebagai perjanjian sosial, artinya sebagai warga negara secara individual bersepakat

menyerahkan haknya kepada orang lain atau organisasi yang dipandang berpotensi

untuk berkuasa atau membentuk kedaulatan negara.12

Oleh karena itu, Kedaulatan rakyat merupakan cerminan sikap demokrasi

yang berarti apapun yang dilakukan negara adalah dari rakyat, oleh rakyat dan

untuk rakyat. Pelaksanaan kekuasaan kepada lembaga-lembaga negara yang

berasaskan permusyawaratan dengan sistem saling kontrol, yaitu mengawasi dan

mengimbangi (cheks and balances).13

Maka sistem presidensil di Indonesia secara nyata memberikan arah

bernegara yang ideal agar eksistensi kedaulatan negara dapat dipertahankan.

Rakyat menjadi tumpuan dalam mengatur negara, distribusi dan sikap saling

mengontrol antar lembaga negara dalam menjalankan kekuasaan, proses pemilihan

pemimpin secara langsung, dan adanya pemakzulan presiden ketika melanggar

hukum adalah bukti konkrit bagaimana Undang-Undang Negara Republik

Indonesia 1945 dapat menjaga kedaulatan negara.

11 M. Rusli Karim, Pemilu Demokratis Kompetitif, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1991), 2. 12 Arbi Sanit, Reformasi Politik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1985), 186. 13 Sunarto, “Prinsip Checks and Balances Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia”, Jurnal Masalah-

Masalah Hukum, Jilid 45, No. 2, (April 2016), 159

Page 112: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

102

B. Analisis Sistem Pemerintahan Presidensil di Indonesia terhadap Kedaulatan

Negara Perspektif Ibnu Khaldun

Dalam proses bernegara, al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam.

Negara tidaklah dapat terbentuk apabila setidaknya memenuhi unsur-unsur adanya

wilayah, rakyat dan pemerintahan yang berdaulat. Sudah menjadi rahasia umum

bahwa dalam suatu kelompok masyarakat untuk membentuk negara diperlukannya

pengangkatan seorang pemimpin. Indonesia sebagai negara dengan jumlah

penduduk besar dan memiliki geografis yang luas sudah seharusnya memiliki

sistem ketatanegaraan yang baik.

Dalam bernegara sesuatu yang perlu diperhatikan adalah perihal kekuasaan,

karena kekuasaan adalah bagian terpenting yang dapat memberikan dampak baik

atau buruk dalam kemajuan suatu negara. Konstitusi Indonesia yaitu UUD Negara

Republik Indonesia 1945 telah menjelaskan dengan detail apa saja yang menjadi

tugas, fungsi, wewenang dan apapun yang berkenaan dengan kekuasaan.

Pemerintah pada dasarnya memiliki dua pengertian. Pertama pemerintah

dalam arti luas yaitu keseluruhan fungsi yang ada dalam negara. Dilihat dari teori

trias politika yang dikembangkan oleh Montesqueiu, pemerintah dalam arti luas

meliputi: kekuasaan membentuk undang-undang (legislatif), kekuasaan

melaksanakan undang-undang (eksekutif), dan kekuasaan mengadili (yudisial).

Kedua, kekuasaan dalam arti sempit, pemerintahan yang hanya dalam dalam

Page 113: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

103

lingkup eksekutif saja. Artinya bahwa pemerintahan dalam arti sempit ialah badan

pelaksana kegiatan eksekutif dalam hal ini berbicara tentang kekuasaan presiden.14

Menurut Stephen Leacock, seperti yang dikutip oleh Titik Triwulan Tutik

dan Ismu Gunadi Widodo, kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang mengenai

pelaksanaan undang-undang. Dengan kata lain, bahwa eksekutif

menyelenggarakan kemauan negara. Dalam negara demokrasi, kemauan negara itu

dinyatakan melalui badan pembentuk undang-undang. Tugas utama dari eksekutif,

tidak mempertimbangkan, tetapi melaksanakan undang-undang yang ditetapkan

oleh badan legislatif.15

Presiden adalah jabatan ganda dalam sistem pemerintahan yang diterapkan

di Indonesia, selain sebagai kepala negara juga merangkap sebagai kepala

pemerintahan. Pemegang kekuasaan eksekutif dengan kewenangan dan otoritas

yang dimilikinya tersebut adalah bagian dari akibat proses pemilihan yang

dilakukan oleh rakyat secara langsung.16

Pelaksanaan sistem pemerintahan presidensil di Indonesia, dalam Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia yang ditetapkan oleh panitia persiapan

kemerdekaan Indonesia pada hari Sabtu, tanggal 18 Agustus 1945 antara lain

14 Sri Soemantri M, “Kekuasan dan Sistem Pertanggungjawaban Presiden Pasca-Amandemen UUD

1945”, Makalah, Seminar Sistem Pemerintahan Indonesia Pasca-Amandemen UUD 1945 yang

diselenggarakan oleh Depkimham bekerja sama dengan Fakultas Hukum Unair dan Kanwil Depkimham

Provinsi Jawa Timur, (Juni, 2004), 8. 15 Titik Triwulan Tutik dan Ismu Gunadi Widodo, Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara

Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011), 107. 16 Fajlurrahman Jurdi, “Format Kekuasaan Presiden dalam UUD NRI 1945 (Relasi Horizontal dan

Vertikal kekuasaan Presiden dalam Sistem presidensial”, Jurnal Hukum Amanna Gappa, Vol. 25, No.

2, (September, 2017), 48

Page 114: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

104

termuat BAB III yang terdiri dari 12 pasal yang di antaranya berbicara tentang

kekuasaan presiden.17

Dalam hal kewenangan dan kekuasaan presiden, Inu Kencana Syafi’i

berpendapat, bahwa wewenang dan kekuasaan presiden dapat dibagi menjadi dua

macam, yaitu selaku kepala negara dan kepala pemerintahan. Tugas sebagai kepala

negara meliputi hal-hal yang seremonial dan protokoler kenegaraan, sedangkan

wewenang dan kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan adalah karena

fungsinya sebagai penyelenggara tugas legislatif.18

Sehubungan dengan apa yang disampaikan oleh Inu Kencana Syafi’i di atas,

maka presiden memiliki tiga bidang kekuasaan yaitu kekuasaan eksekutif,

legislatif, dan yudikatif. Hal itu dikomulatifkan dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-

Undang Negara Republik Indonesia 1945, yaitu “Presiden Indonesia memegang

kekuasaan pemerintah menurut Undang-Undang Dasar”. Di antaranya:

1. Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR;19

2. Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-

undang sebagaimana mestinya;20

3. Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan

peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang;21

17 C.S.T Kansil dan Christine, Sistem Pemerintahan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 28. 18 Inu Kencana Syafiie, Sistem Pemerintahan Indonesia, (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 1954), 53. 19 UUD Negara Republik Indonesia 1945, Pasal 5 Ayat (1) 20 Ibid., Pasal 5 Ayat (2) 21 Ibid., Pasal 22 Ayat (1)

Page 115: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

105

4. Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara

diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat

dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah;22

5. Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat,

Angkatan Laut dan Angkatan Udara;23

6. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan

perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain;24

7. Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan

bahaya ditetapkan dengan undang-undang;25

8. Presiden mengangkat duta dan konsul;26

9. Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan

Dewan Perwakilan Rakyat;27

10. Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat;28

11. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan

pertimbangan Mahkamah Agung;29

22 UUD Negara Republik Indonesia 1945, Pasal 23 Ayat (2) 23 Ibid., Pasal 10 24 Ibid., Pasal 11 Ayat (1) 25 Ibid., Pasal 12 26 Ibid., Pasal 13 Ayat (1) 27 Ibid., Ayat (2) 28 Ibid., Ayat (3) 29 Ibid., Pasal 14 Ayat (1)

Page 116: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

106

12. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat;30

13. Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang

diatur dengan undang-undang;31

14. Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas

memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya

diatur dalam undang-undang;32

15. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden;33

Jabatan presiden dan / atau wakil presiden pada dasarnya hanya dijumpai

dalam negara yang menganut bentuk pemerintahan republik. Dengan demikian,

dalam negara yang pemerintahannya berbentuk kerajaan atau kekaisaran yang

dijumpai adalah seorang kepala negara yang bernama kaisar, raja/ratu, yang

dipertuan agung atau sultan.

Pendirian sebuah negara politik bukan menjadi satu-satunya tujuan.

Syariah tidak memberikan skema khusus tentang organisasi negara Islam. Namun,

Syariah sudah menyiapkan ketentuan-ketentuan besar aturan Islam yang berbentuk

30 Ibid., Pasal 14 Ayat (2) 31 Ibid., Pasal 15 32 Ibid., Pasal 16 33 Ibid., Pasal 17 Ayat (2)

Page 117: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

107

pokok-pokok dasar berfikir secara umum guna memenuhi seluruh tantangan

keadaan dan waktu.34

Secara umum, Islam telah mewajibkan ditegakkannya konsep

kepemimpinan dalam negara. Pemimpin dalam pandangan Ibnu Khaldun adalah

seseorang yang melakukan suatu tugas sosial penting dan tujuannya berkaitan

dengan kelanjutan eksistensi organisasi negara itu sendiri.35 Dalam menjalankan

pemerintahan negara, khalifah/sultan merupakan jabatan politik berupa pemegang

tahta tertinggi di dalam suatu negara.

Khalifah sebagai pejabat tertinggi dalam negara mempunyai tugas sebagai

pengganti Nabi. Tugas khalifah adalah pembuat undang-undang, karena undang-

undang inilah yang berkuasa dalam mengatur negara. Namun, menurut Ibnu

Khaldun tindakan khalifah sebagai pembuat undang-undang haruslah berdasarkan

petunjuk agama untuk kemajuan kepentingan duniawi dan menjauhkan kejahatan.

Dalam hal tugas pemerintahan, seorang khalifah yang berkewajiban mengurus

umat dalam hal keagamaan dan kepemimpinan duniawi36 Ibnu Khaldun

mendasarkan agama sebagai landasan utama dalam menjalankan kekuasaan bagi

seorang pemimpin bukan tanpa alasan, karena agama adalah kunci kebahagiaan

dunia dan akhirat.

34 Khalid Ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam menurut Ibnu Taimiyah, (Jakarta: PT. Rieneka

Cipta, 1994), 71. 35 Ahmadie Thoha, Muqaddimah Ibnu Khaldun, (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1986), 162. 36 Ibid., 187.

Page 118: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

108

Imam al- Ghazali berpendapat, sesungguhnya tatanan dunia dan keamanan

atas jiwa dan harta benda tidak akan teroganisir dengan rapi, kecuali dengan adanya

seorang sultan (pemerintah) yang ditaati. Agama dan pemerintahan adalah

bagaikan dua anak kembar. Agama sebagai pondasi dan pemerintahan sebagai

penjaga. Hal yang terpenting adalah bagaimana menciptakan suasana kekeluargaan

dalam pemerintahan negara bagi seorang pemimpin. Karena segala problem hanya

dapat diatasi dengan kekuasaan yang mumpuni dan dapat menghimpun pendapat-

pendapat masyarakat agar menjadi sebuah sinergi yang kuat.37

Al-Mawardi juga berpendapat bahwa jabatan khalifah atau imam adalah

jabatan pengganti Nabi yang mempunyai kewajiban untuk menegakkan syariat

Islam dan mengurus politik umat Islam, dengan demikian bahwa khalifah atau

imam selain sebagai pemimpin negara juga pemimpin agama, yang bertanggung

jawab baik di dunia maupun di akhirat.38

Dari uraian di atas, pentingnya didirikannya sebuah kepemimpinan adalah

untuk menegakkan nilai-nilai yang terkandung dalam agama. Kekuasaan eksekutif

di Indonesia secara eksplisit memang tidak menggunakan syariat sebagai acuan

dalam menjalankan pemerintahan, namun hal tersebut bukan berarti sistem yang

berjalan menyimpang dari ajaran agama. Karena Indonesia sendiri sejak awal

37 Imam al-Ghazali, Al-Iqtishad fi al-I’tiqad, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1988), 199. 38 Imam al-Mawardi, Sulthan al-Ahkam al-Sulthaniyah, (Beirut: Dar al-Fikri, 1960), 5.

Page 119: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

109

berdirinya tidak mengonsep negara berasakan Islam, namun dasar berfikir bangsa

Indonesia tetap bernafaskan Islami.

Kedaulatan yang merupakan bagian penting dalam kehidupan bernegara,

di Indonesia tersebut dilakukan dengan memberikan regulasi yang jelas dalam

konstitusi. Regulasi tersebut menjadi pijakan dalam setiap langkah yang dijalankan

dalam sistem pemerintahan Indonesia. Rakyat menjadi pengendali dan pengontrol

di setiap aktivitas pemerintahan. Presiden sebagai pemegang kekuasaan merupakan

representasi dalam seluruh hasil pemikiran rakyat. Setiap kebijakan yang dilakukan

oleh aparatur negara telah diatur sedemikian rupa dalam Undang-Undang atau

peraturan yang bersifat mengikat.

Khalifah dan presiden dalam ilmu pemerintahan merupakan term yang

berbeda, namun memiliki kemiripan dalam fungsi dan tugasnya. Ibnu Khaldun

mengistilahkan khalifah sebagai pemimpin negara dalam kitabnya seyogyanya hal

tersebut karena latar belakang keluarga dan agamanya sebagai seorang muslim.

Namun, subtansi dari kedua term tersebut tidaklah jauh berbeda, yaitu sebagai

pemimpin tertinggi dalam suatu negara, yang memiliki otoritas untuk mengatur

negara dan rakyatnya. Agama Islam sebagai pondasi dalam menjaga eksistensi

kedaulatan negara dapat diaplikasikan pada masa Ibnu Khaldun karena kondisi

sosial, politik, budaya pada saat itu sangat mendukung, tetapi di Indonesia dengan

kondisi sosial politik dan budaya yang berbeda tentu tidak dapat dilakukan dengan

hal yang sama.

Page 120: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

110

Kedaulatan di Indonesia dilakukan atas dasar persatuan antar suku dan

cita-cita yang sama di setiap pikiran rakyat Indonesia. Cita-cita tersebut termaktub

dalam pancasila dan UUD 1945 sebagai pegangan dalam bernegara, dan untuk

mempersatukan bangsa Indonesia.

Pelaksanaan kekuasaan presiden di Indonesia, dapatlah diambil

kesimpulan bahwa negara Indonesia telah menerapkan sistem presidensil, dengan

cara membatasi kekuasaan presiden melalui UUD. Jabatan presiden adalah

pemberian dari Tuhan dan merupakan amanah dari rakyat yang telah memilihnya.

Oleh sebab itu, presiden mempunyai kewajiban untuk mensejahterahkan kehidupan

seluruh rakyat Indonesia secara jasmaniah, dan dapat menyempurnakan kepuasaan

rohaniah dengan beribadah sesuai kepercayaan masing-masing, yaitu hubungan

dengan Tuhan-Nya secara vertikal maupun hubungan sosial yang harmonis dengan

sesama umat manusia secara horizontal yang berkeadilan dan demokratis.

Hal tersebut telah tertuang dalam pembukaan UUD Negara Republik

Indonesia 1945 alinea ketiga dan keempat dengan tegas menyebutkan “Atas berkat

rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan yang luhur,

supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan

dengan ini kemerdekaannya”. Kemudian pada alinea keempat dengan tegas

menyebutkan bahwa, “tujuan membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia

adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umm, mencerdaskan kehidupan

Page 121: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

111

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.39

Apabila penerapan sistem pemerintahan presidensil yang dijalankan

negara Indonesia dianalisis menggunakan perspektif Ibnu Khaldun maka secara

implisit tidaklah terjadi dikotomi. Karena bagaimanapun kekuasaan presiden di

Indonesia tidaklah bisa sewenang-wenang, hal itu karena dibatasi oleh UUD.

Aturan yang terkandung dalam UUD tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai

dalam pancasila, karena pancasila adalah ideologi negara, dan di dalam pancasila

tersebutlah sebenarnya termuat nilai-nilai yang memiliki kesamaan yang ada dalam

al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat muslim.

Menurut Syarifuddin Jurdi, pokok ajaran Islam tentang seorang pemimpin

seharusnya bersikap amanah, jujur, bertanggung jawab dengan menjalankan

kekuasaan yang dimilikinya untuk kepentingan umat,40 dan semua itu merupakah

nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Pemimpin negara bukanlah gaya

hidup yang harus disanjung-sanjung, tetapi pemimpin adalah pemberi keputusan

bagi organisasi besar yang memegang pertanggung jawaban kepada rakyat dan

kepada Tuhan-Nya, maka kepentingan dan kemaslahatan rakyat adalah prioritas

utama ketika membuat kebijakan.

39 Rahmat, “Implementasi Cheks and Balances antara Presiden dan DPR dalam Sistem Pemerintahan

Presidensil di NKRI Pasca Reformasi Perspektif Fikih Siyasah”, (Tesis—UIN Sunan Ampel, Surabaya,

2016), 133. 40 Syarifuddin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia: Pertautan Negara, Khilafah, Masyarakat

Madani dan Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2008), 59.

Page 122: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

112

Dalam ketatanegaraan Indonesia, sejarah mencatat bahwa walaupun secara

posisi umat Islam adalah mayoritas, namun sampai saat ini masih belum bisa

menerapkan hukum-hukum Islam secara menyeluruh, namun hal tersebut bukan

berati Indonesia adalah negara yang menyimpang dari ajaran Islam. Indonesia

memiliki UUD sebagai pijakan presiden dalam mengambil kebijakan baik dalam

kewenangan dan tugasnya, dan tentunya hal tersebut sesuai dengan keinginan

rakyat Indoensia dan prinsip-prinsip yang ada dalam pancasila sebagai pandangan

hidup bangsa.

Nilai-nilai agama Islam yang bersifat universal secara tidak langsung telah

diadopsi dalam kehidupan bernegara di Indonesia, hal itu karena sifat toleransi

dalam kemajemukan suku, agama dan budaya di Indonesia yang sangat dijunjung

tinggi, walaupun mayoritas masyarakat dalam negara adalah muslim, tetapi kondisi

tersebut tidak menggeser kebudayaan dan karakter masyarakat asli Indonesia.41

Secara kultural Indonesia dibangun oleh rakyat yang beragama, maka nilai-nilai

religius selalu mewarnai dalam sendi-sendi kehidupannya.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam menjelaskan

proses pemilihan presiden dan wakil presiden yang dilakukan secara langsung

merupakan bagian dari penguatan sistem presidensil di Indonesia. Sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 6A ayat (1), “presiden dan wakil presiden dipilih dalam

satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Pemilihan umum presiden dan wakil

41 Hamka Haq, Pancasila 1 Juni dan Syariat Islam, (Jakarta: RMBOOKS, 2011), 174.

Page 123: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

113

presiden secara langsung oleh rakyat merupakan suatu proses politik bagi bangsa

Indonesia menuju kehidupan politik yang lebih demokratis dan bertanggung jawab.

Pemilihan secara langsung ini juga memberikan suasana segar dalam perjalanan

ketatanegaraan Indonesia ke depan. Langkah ini dipandang lebih demokratis dari

pada periode sebelumnya, karena seringkali muncul distorsi demokasi dalam

pemilihan presiden dan wakilnya yang dilakukan oleh wakil-wakil rakyat.42

Bentuk partisipasi rakyat Indonesia dalam sistem demokrasi adalah dengan

adanya pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung, dan ini merupakan

manifestasi dari kedaulatan rakyat. Secara proses, implementasi kedaulatan rakyat

di Indonesia melalui dua cara, yaitu melalui sistem langsung (direct democracy),

dan sistem perwakilan (indirect democracy).43

UUD Negara Republik Indonesia Pasal 22 huruf E ayat (2) menjelaskan

tentang bagaimana sistem demokrasi berjalan dengan terwujudnya pemilihan

langsung, yaitu “Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah”, adapun DPR dan DPD adalah representative

democracy. Pengaturan cara perwakilan representative dilakukan dengan

representative democracy.44

42 Huda, Politik Ketatanegaraan, 84-85. 43 Rosa Ristawati, “Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Indonesia Dalam Kerangka Sistem

Pemerintahan Presidensiil”, Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, (Juni, 2009), 1. 44 Ibid.

Page 124: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

114

Dalam tinjauan teorinya, pemilihan presiden dan pemilihan umum adalah

konsep yang berbeda, karena perwujudan adanya kedaulatan rakyat itulah yang

mendasari pemilihan pemimpin negara (presiden) secara langsung (direct

democracy), sedangkan memilih anggota dewan sebagai wakil rakyat untuk

mengontrol dan mengendalikan jalannya pemerintahan adalah perwujudan

kedaulatan rakyat secara tidak langsung (indirect democracy).45 Namun pada

prinsipnya, kedaulatan rakyat dengan sistem demokrasi atau keterwakilan telah

dilaksanakan dalam pengelolahan sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu dapat

menciptakan kelembagaan negara yang kuat dan memberikan dampak untuk

mencapai pemerintahan yang stabil.

Senada dengan konsep demokrasi dalam pemilihan pemimpin di

Indonesia, Ibnu Khaldun menulis dalam kitabnya Muqaddimah tentang bagaimana

proses pemilihan khalifah (pemimpin negara). Khalifah adalah pemimpin negara,

konsep pemilihannya adalah dengan istilah ahl al-halli wa al-aqdi. Seorang anggota

ahl al-halli wa al-aqdi harus independen, adil, objektif. Ahl al-halli wa al-aqdi

merupakan pengemban amanah dari masyarakat luas yang mempunyai keunggulan

dalam bidang keilmuan, harta, dan mempunyai kedudukan dalam masyarakat, serta

45 Sutiyono, “Perubahan Pemilihan Eksekutif (Suatu Studi Tentang Pemilihan Umum Presiden Secara

Langsung Berdasarkan UUD 1945 Setelah Amandemen)”, Artikel Ilmiah, Universitas Jenderal

Soedirman, (Januari, 2008), 8.

Page 125: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

115

kelompok ini di dalam masyarakat memiliki kemampuan dalam proses

musyawarah untuk menentukan seorang khalifah.46

Proses pewarisan jabatan dalam sistem kekhalifahan dalam Islam tidak

dibenarkan, kecuali dalam pewarisan tersebut terdapat nilai-nilai yang dapat

diterima baik dari sisi agama atau dari golongan ahl al-halli wa al-aqdi. Maka ketika

tindakan ayah yang akan mewariskan tahta kepada sang putra sebagai khalifah, itu

merupakan suatu kemudharatan bagi dirinya dan stabilitas negara, karena

sesungguhnya dalam diri khalifah haruslah terkandung niat yang benar-benar

bersih untuk berjuang menegakkan agama Allah SWT.

Proses pemilihan pemimpin negara yang menggunakan konsep

musyawarah menurut Ibnu Khaldun tentunya bukan tanpa alasan, selain karena

ajaran Islam yang memberikan pelajaran tentang pentingnya syura juga tanggung

jawabnya yang besar baik di kepada rakyat dan Tuhan-Nya bagi seorang pemimpin.

Sejalan dengan pendapat Ibnu Khaldun, seorang Ilmuwan muslim Imam al-

Mawardi juga memberikan mekanisme pemilihan dan pengangkatan pemimpin. Ia

berpendapat pemilihan pemimpin negara dapat dilakukan dengan ahl al-halli wa

al-aqdi dan melalui wasiat pemimpin (Imam, khalifah atau raja) sebelumnya yang

telah ditunjuknya.47

46 Ibid., 238. 47 Rahmawati, “Sistem Pemerintahan Islam menurut al-Mawardi dan Aplikasinya di Indonesia”, Jurnal

Syari’ah dan Hukum, No. 2, Vo. 16, (Desember 2018), 271.

Page 126: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

116

Mekanisme pemilihannya adalah dengan kemufakatan oleh wakil-wakil

rakyat, dan wakil-wakil rakyat inilah yang disebut dengan ahl al-halli wa al-aqdi.

Anggota dari ahl al-halli wa al-aqdi inipun memiliki spesifikasi khusus, yaitu

bersifat adil, berpengetahuan dalam bidang pemerintahan, dan menjadi tokoh

dalam komunitas masyarakat. Hal itu menjadi penting karena anggota ahl al-halli

wa al-aqdi adalah sekelompok orang yang menjadi wakil masyarakat untuk

mengambil keputusan dan tindakan dalam bernegara.48

Dalam konteks Indonesia pendapat Ibnu Khaldun pada dasarnya memiliki

persamaan, walaupun dalam teknis pelaksanaannya terjadi pengembangan, yaitu

pemilihan secara langsung dengan pemberian hak secara individual untuk memilih.

Ahl al-halli wa al-aqdi dalam kajian siyasah syar’iyah adalah bentuk dari “Dewan

Perwakilan Rakyat”, yang mana anggota-anggotanya terdiri dari para tokoh

masyarakat, cendekiawan dan pemimpin suku.49 Kemudian dalam praktek

kenegaraanya, dewan ini memberikan amanah dan wewenang kepada kepala

negara untuk menjalankan kebijakan pemerintahan sesuai dengan cita-cita bangsa

dan negara.

Lembaga legislatif merupakan pengejawantahan dari Ahl al-halli wa al-

aqdi yang berfungsi sebagai lembaga yang mempunyai dan menjalankan kekuasaan

membuat peraturan perundang-undangan. Lembaga eksekutif merupakan

48 Ibid. 49 Farid Abdul Khaliq, Fikih Politik Islam, (Jakarta: Amzah, 2005), 79.

Page 127: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

117

pengejawantahan dari ahl Imamah yang berwenang menjalankan roda

pemerintahan.50 Lembaga yudikatif merupakan pengembangan konsep-konsep

ketatanegaraan yang berfungsi untuk membela hukum-hukum positif dari setiap

serangan dan pelanggaran.

Secara fungsi dan tugas, aparatur yang digunakan dalam sistem

pemerintahan Indonesia dan menurut pemikiran Ibnu Khaldun memiliki kesamaan

seperti yang telah dijelaskan di atas. Konsep bagaimana kedaulatan negara dapat

dipertahankan di Indonesia lebih cenderung ke arah cita-cita negara yang terbentuk

dalam Pancasila dan UUD 1945, sedangkan menurut Ibnu Khaldun kedaulatan

negara dapat dilakukan bila persatuan rakyat tersebut disatukan oleh agama, yaitu

Islam.

50 Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah; Konsepsi Kekuasaan Politik dalam al-Qur’an, (Jakarta: Rajawali

Pers, 1995), 303.

Page 128: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembahasan tentang relasi sistem pemerintahan presidensil di Indonesia

berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia terhadap eksistensi kedaulatan

negara perspektif Ibnu Khaldun yang penulis paparkan di bab-bab sebelumnya,

maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Sistem presidensil di Indonesia secara nyata memberikan arah bernegara

yang ideal agar eksistensi kedaulatan negara dapat dipertahankan. Rakyat

menjadi tumpuan dalam mengatur negara, distribusi dan sikap saling

mengontrol antar lembaga negara dalam menjalankan kekuasaan, proses

pemilihan pemimpin secara langsung, dan adanya pemakzulan presiden

ketika melanggar hukum adalah bukti konkrit bagaimana Undang-Undang

Negara Republik Indonesia 1945 dapat menjaga kedaulatan negara.

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara dalam

perjalanan sejarahnya telah beberapa kali mengalami perubahan, tentunya

pperubahan tersebut berimplikasi terhadap sistem pemerintahan yang

diterapkan di negara Indonesia. Perubahan yang setiap kali dilakukan

berorientasi pada pembenahan dalam hal kekuasaan lembaga negara

terutama kekuasaan eksekutif yang dijalankan oleh seorang presiden.

Kekuasaan presiden menjadi salah satu hal pokok yang dibahas dalam setiap

Page 129: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

119

perubahan konstitusi karena sejak awal berdiri, pendiri negara telah sepakat

untuk membentuk negara republik dengan presiden sebagai pemegang

kekuasaan.

Sejarah mencatat, sejak Indonesia merdeka telah mengalami tiga

model sistem pemerintahan yang pernah dijalankan. Pertama, sistem

pemerintahan presidensil. Kedua, sistem pemerintahan parlementer. Ketiga,

sistem pemerintahan quasi presidensil. Tentunya setiap model sistem

pemerintahan tersebut memiliki karakteristik berbeda, namun dari ketiga

sistem pemerintahan tersebut, sistem presidensil dirasa cukup ideal untuk

diterapkan di Indonesia, hal tersebut karena selain nilai-nilai demokrasi yang

kuat, juga adanya rakyat menjadi pengendali dan pengontrol di setiap

aktivitas pemerintahan. Presiden sebagai pemegang kekuasaan merupakan

representasi dalam seluruh hasil pemikiran rakyat. Setiap kebijakan yang

dilakukan oleh aparatur negara telah diatur sedemikian rupa dalam Undang-

Undang atau peraturan yang bersifat mengikat.

Oleh karena itu, Pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia

merupakan bentuk dari ketekatan negara Indonesia untuk menjunjung nilai-

nilai demokrasi untuk menjaga eksistensi kedaualatan negara. Kedaulatan

rakyat merupakan cerminan sikap demokrasi yang berarti apapun yang

dilakukan negara adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Pelaksanaan kekuasaan kepada lembaga-lembaga negara yang berasaskan

Page 130: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

120

permusyawaratan dengan sistem saling kontrol, yaitu mengawasi dan

mengimbangi (cheks and balances).

2. Penerapan sistem pemerintahan presidensil yang dijalankan negara

Indonesia dalam perspektif Ibnu Khaldun maka secara implisit tidaklah

terjadi dikotomi. Presiden dengan bagaimanapun dalam menjalankan

kekuasaannya tidaklah bisa sewenang-wenang, hal itu karena dibatasi oleh

UUD sebagai konstitusi negara. Aturan yang terkandung dalam UUD tidak

boleh menyimpang dari nilai-nilai dalam pancasila, karena pancasila adalah

ideologi negara, dan di dalam pancasila tersebutlah sebenarnya termuat nilai-

nilai yang memiliki kesamaan yang ada dalam al-Qur’an sebagai pedoman

hidup umat muslim.

Secara historis, latarbelakang sosial politik budaya di negara

Indonesia sangatlah berbeda dengan apa yang pernah dialami dalam

kehidupan Ibnu Khaldun, tentunya hal tersebut berdampak pada setiap

pemikirannya. Ibnu Khaldun berpendapat, bahwa Agama Islam menjadi alat

utama untuk menyatukan seluruh lapisan rakyat dalam negara, mungkin

untuk saat ini tidaklah bisa dipraktekkan dalam kehidupan bernegara di

Indonesia, karena kemajemukan rakyat Indonesia sendiri yang telah

dilindungi oleh konstitusi negara. Namun, Indonesia memiliki pancasila

sebagai pondasi utama dalam menjalankan dan menjaga negara ini, yang

subtansinya tidak lepas dari nilai-nilai Ketuhanan.

Page 131: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

121

Dalam tinjauan teorinya, pemilihan presiden dan pemilihan umum

adalah konsep yang berbeda, karena perwujudan adanya kedaulatan rakyat

itulah yang mendasari pemilihan pemimpin negara (presiden) secara

langsung (direct democracy), sedangkan memilih anggota dewan sebagai

wakil rakyat untuk mengontrol dan mengendalikan jalannya pemerintahan

adalah perwujudan kedaulatan rakyat secara tidak langsung (indirect

democracy). Ibnu Khaldun berpendapat konsep pemilihannya adalah dengan

istilah ahl al-halli wa al-aqdi. Seorang anggota ahl al-halli wa al-aqdi harus

independen, adil, objektif. Ahl al-halli wa al-aqdi merupakan pengemban

amanah dari masyarakat luas yang mempunyai keunggulan dalam bidang

keilmuan, harta, dan mempunyai kedudukan dalam masyarakat. Maka secara

subtansi pemilihan pemimpin di Indonesia dalam pandangan Ibnu Khaldun

masihlah dalam satu konsep yang sama, yaitu dengan menerapkan sistem

demokrasi dan keterwakilan.

B. Saran

Kedaulatan adalah manifestasi dari upaya negara untuk menjaga seluruh

apapun yang ada dalam negara, baik rakyat wilayah dan sistem pemerintahannya.

Sistem pemerintahan presidensil di Indonesia akan lebih baik bila setiap kekuasaan

yang dijalankan oleh penguasa disandarkan pada ajaran agama, karena bila bila

kekuasaan hanya berdasarkan kepentingan duniawi maka eksistensi kedaulatan

negara dapat melemah dan akhirnya mengalami kehancuran.

Page 132: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku-Buku

Abdul Khaliq, Farid. Fikih Politik Islam. Jakarta: Amzah, 2005.

Al-Ghazali, Imam. Al-Iqtishad fi al-I’tiqad. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1988.

Al-Khudhairi, Zainal. Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun. Terj. Ahmad Rafi’

Ustmani. Bandung: Pustaka pelajar, 1987.

Al-Maududi, Abu A’la. Hukum dan Konstitusi Sisetm Politik Islam, di terjemahkan

dari The Islamic Law and Constitution, (terj: Asep Hikmat), Cet ke-VI.

Bandung: Mizan, 1998.

Al-Maududi, Abu al-A’la. The Islamic Law and Goverment. terj. Asep Hikmat.

Bandung: Mizan, 1990.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta,1993.

Asshiddiqie, Jimly. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi. Sinar Grafika:

Jakarta, 2005.

Asshiddiqie, Jimly. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam

UUD 1945. Yogyakarta: UII Press, 2005.

Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika, 2010.

Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum dan Negara. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Bogdan, Robert & Steven J. Taylor. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif: Suatu

Pendekatan Fenomenologis terhadap Ilmu Sosial. Surabaya: Usaha Nasional,

1992.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2001.

Firdaus, Irfan. Biografi Tokoh Muslim Dunia Paling Berpengaruh. Yogyakarta: Laras

Media Prima, 2004.

Hamka, Buya. Pancasila 1 Juni dan Syariat Islam. Jakarta: RMBOOKS, 2011.

Page 133: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Hardjono. Wakil Mahkamah konstitusi, Konstitusi sebagai Rumah Bangsa dan

Pemikiran Hukum. Jakarta: Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi

Republik Indonesia, 2008.

Hasbi Aminuddin, M. Konsep Negara Islam menurut Fazlur Rahman. Yogyakarta:

UII Press, 2006.

Hazairin. Demokrasi Pancasila. Jakarta: Tinta Mas, 1983.

Huda, Ni’matul. Politik Ketatanegaraan Indonesia Indonesia, Kajian terhadap

Dinamika Perubahan UUD 1945. Yogyakarta: FH UII, 2003.

Ibnu Syarif, Mujar dan Khamami Zada. Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran Politik

Islam. Jakarta: Erlangga, 2008.

Ibrahim Jindan, Khalid. Teori Pemerintahan Islam menurut ibnu Taimiyah”. Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 1994.

Isjwara,F. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Bina Cipta, 1992.

J. Moloeng, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya,

1997.

Joeniarto. Demokrasi dan Sistem Pemerintahan. Jakarta: Rieneka Cipta, 1990.

Juniato. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Yogyakarta: Liberty, 1990.

Jurdi,Syarifuddin. Pemikiran Politik Islam Indonesia: Pertautan Negara, Khilafah,

Masyarakat Madani dan Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2008.

Ka’bah, Rifyah. politik dan Hukum dalam Al-Qur’an. Jakarta: Khairul bayan, 2005.

Kalibi, Osman. Ibnu Khaldun tentang Masyarakat dan Negara. Jakarta: Bulan Bintang,

1978.

Kamil, Sukron. Islam dan Demokrasi; telaah Konseptual dan Histori. Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2002.

Kansil, C. S. T. Hukum Antar Tata Pemerintahan (Comparative Government). Jakarta:

Erlangga, 1987.

Page 134: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Kansil, C.S.T dan Christine. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara,

2003.

Kencana Syafiie, Inu. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: PT. Rieneka Cipta,

1954.

Lijphart, Arend. Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensil. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1995.

Magnis Suseno, Frans. Etika Politik (Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan

Modern). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Mahfud MD. Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu. Jakarta: Rajawali Pers,

2010.

Mahfud MD. Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi. Jakarta:

Rajawali Pers, 2007.

Mahmud Marzuki, Peter. Penelitian Hukum. Cet. 11. Jakarta: Kencana, 2011.

Mahmuzar Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Sebelum dan Sesudah

Amandemen. Bandung: Nusa Media, 2010.

Manan,Bagir. Lembaga Kepresidenan. Yogyakarta: FH-UII, 2003.

Marwan. Kamus Hukum. Surabaya: Reality Publisher, 2009.

Masruhan. Metodologi Penelitian Hukum. Surabaya: Hilal Pustaka, 2013.

Mauna, Boer. Hukum Internasional; “Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global”. Bandung: PT. Alumni, 2005.

Muin Salim, Abdul. Fiqh Siyasah; Konsepsi Kekuasaan Politik dalam al-Qur’an.

Jaakarta: Rajawali Pers, 1995.

Musanef. Sistem Pemerintahan Di Indonesia. Jakarta: Haji Masagung, 1989.

Muslimin, Amran. Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah. Bandung: Alumni, 1982.

Nasution, Harun. Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa, dan Perbandingan.

Jakarta: UI Pres, 1986.

Noer, Deliar. Pemikiran Politik Di Negeri Barat. Bandung: Mizan, 1998.

Page 135: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Pamudji. Teori Sistem dan Pengeterapannya dalam management. Jakarta: Ichtiar Baru

Van Houve, 1981

Rachman Assegaf, Abdur. Aliran Pemikiran Pendidikan Islam: Hadharah Keilmuwan

Tokoh Klasik Sampai Modern. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Radjab, Dasril. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Rieneka Cipta, 1992.

Rahman Zainuddin, Abdur. Kekuasaan dan Negara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1992.

Rahman, Zainuddin. Kekuasaan dan Negara, Pemikiran Politik Ibnu Khaldun. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Rahmawati. “Sistem Pemerintahan Islam menurut al-Mawardi dan Aplikasinya di

Indonesia”. Jurnal Syari’ah dan Hukum. No. 2. Vo. 16. Desember 2018.

Rais, Djainuddin. Teori Politik Islam. Jakarta: Gema Insani, 2001.

Ristawati, Rosa. “Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden Indonesia Dalam

Kerangka Sistem Pemerintahan Presidensiil”. Jurnal Konstitusi. Vol. II. No.

1. Juni, 2009.

Rusli Karim, M. Pemilu Demokratis Kompetitif. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,

1991.

Saminas. Ibnu Khaldun “Kajian Tokoh Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial. Palu: Stain

Doktorama, 2009.

Sanit, Arbi. Reformasi Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1985.

Soehino. Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberti, 1980.

Soekanto, Soerjono. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjaun Singkat. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2003.

Soemantri, Sri. Kedudukan, Kewenangan, dan Fungsi Komisi Yudisial dalam Sistem

Ketatanegaraan RI, Bunga Rampai; Refleksi Satu Tahun Komisi Yudisial RI.

Jakarta: Komisi Yudisial, 2006.

Soemantri, Sri. Sistem Pemerintahan Negara ASEAN. Bandung: Transito, 1976.

Page 136: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Strong, C. F. Modern Political Institution. London: Sidgwick & Jackson, 1960.

Sukardja, Ahmad. Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara dalam

Perspektif Fikih Siyasah. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Sunarto. “Prinsip Checks and Balances Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia”.

Jurnal Masalah-Masalah Hukum. Jilid 45. No. 2. April 2016.

Sunny, Ismail. Pergeseran Kekuasaan Eksekutif. Jakarta: Karya Nilan, 1963.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia, 1999

.

Thoha, Ahmadie. Muqaddimah Ibnu Khaldun. Jakarta; Pustaka Firdaus, 1986.

Tikok, Sumbodo. Hukum Tata Negara. Bandung: PT Eresco, 1988.

Triwulan Tutik, Titik dan Ismu Gunadi Widodo. Hukum Tata Usaha Negara dan

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia. Jakarta: Kencana

Prenada Media Grup, 2011.

Triwulan Tutik, Titik. Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen

UUD 1945. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Triwulan Tutik, Titik. Restorasi Hukum Tata Negara Indonesia Berdasarkan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Depok: Prenada

Media, 2017.

Zainab. Perkembangan Sejarah Pemikiran Filsafat Sejarah Ibnu Khaldun. Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1985.

2. Jurnal, Tesis, UUD, dan Internet

Aiza & Roshimah, “Kejatuhan Pemerintahan menurut Pemikiran Ibnu Khaldun,”

https://ejournal.um.edu.my/index.php/afkar/article/view/5463; diakses

tanggal 23 Februari 2019.

Al-Mawardi, Imam. Sulthan al-Ahkam al-Sulthaniyah. Beirut: Dar al-Fikri, 1960.

Amanwinata, Rukmana. “Sistem Pemerintahan Indonesia”. Jurnal Sosial

Politik Dialektika. Vol. 02 No. 02. Maret, 2001.

Anangkota, Muliadi. “Klasifikasi Sistem Pemerintahan Perspektif Pemerintahan

Modern Kekinian”. Jurnal Ilmu Pemerintahan. Vol.3 No.2. April, 2016.

Page 137: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Arizal Candra, Anton. “Pemikiran Siyasah Syar’iyah ibnu Taimiyah”. Jurnal UIR Law

Review. No. 01. Vol. 02. Oktober 2017.

Awaliyah, Siti. “Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945”. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Nomor 2.

Vol. 2. Agustus 2011.

Effendi, Sofian. “Sistem Pemerintahan adalah Jati Diri Bangsa”. Artikel Hukum.

Februari, 2005.

http://click-gtg.blogspot.co.id/2009/03/teori kedaulatan. Html diakses tanggal 02 Mei

2019.

Hudi, Moh. “Kedudukan dan Tanggungjawab Presiden dalam Sistem Presidensial di

Indonesia”. Jurnal Mimbar Yustitia. Vol. 2, No. 2. Desember, 2018.

Ilyas, Jazim. “Implementasi Kekuasaan Pemerintahan Oleh Presiden Sesudah

Perubahan UUD 1945”, (Tesis—Universitas Diponegoro, Semarang, 2008).

Jurdi, Fajlurrahman. “Format Kekuasaan Presiden dalam UUD NRI 1945 (Relasi

Horizontal dan Vertikal kekuasaan Presiden dalam Sistem presidensial”.

Jurnal Hukum Amanna Gappa. Vol. 25. No. 2. September, 2017.

La Ode, Muhaimin. “Pengukuhan Sistem Pemerintahan Presidensil dalam Sistem

Ketatanegaraan Republik Indonesia”, (Tesis—Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta, 2010).

Rahmat. “Implementasi Cheks and Balances antara Presiden dan DPR dalam Sistem

Pemerintahan Presidensil di NKRI Pasca Reformasi Perspektif Fikih

Siyasah”. (Tesis—UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016).

Redy Alvan, Muhammad. “Kekuasaan dalam Pemikiran Ibnu Khaldun”. Jounal Online

Mahasiswa FISIP. Vol. 2 No. 2. Oktober, 2015.

Rudi. “Mempertimbangkan Amandemen Konstutusi (Kajian Calon Presiden

Perseorangan dari Aspek Kedaulatan Rakyat dan Konstitusional. Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 8. Maret, 2014.

Saraswati, Retno. “Desain Sistem Pemerintahan Presidensial Yang Efektif”. Jurnal

Masalah-Masalah hokum. Vol. 41. No. 1. Januari, 2012.

Page 138: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Soemantri, Sri. “Kekuasan dan Sistem Pertanggungjawaban Presiden Pasca-

Amandemen UUD 1945”. Makalah. Seminar Sistem Pemerintahan Indonesia

Pasca-Amandemen UUD 1945 yang diselenggarakan oleh Depkimham

bekerja sama dengan Fakultas Hukum Unair dan Kanwil Depkimham

Provinsi Jawa Timur. Juni, 2004.

Sutiyono, “Perubahan Pemilihan Eksekutif (Suatu Studi Tentang Pemilihan Umum

Presiden Secara Langsung Berdasarkan UUD 1945 Setelah Amandemen)”.

Artikel Ilmiah. Universitas Jenderal Soedirman. Januari, 2008.

UUD Negara Republik Indonesia Serikat 1949.

UUD NRI Tahun 1945 setelah perubahan.

UUD Republik Indonesia 1945 Sebelum Amandemen.

UUD Sementara Tahun 1950.

Yani, Ahmad. “Sistem Pemerintahan Indonesia: Pendekatan Teori Dan Praktek

Konstitusi Undang-Undang Dasar 1945”. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum.

Vol. 12 No. 02. Juli, 2018.

Page 139: RELASI SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIL DI INDONESIA ...digilib.uinsby.ac.id/34901/1/Muhammad Syaifur Rizal F52217047 .pdf · dirinya sendiri dalam suatu negara. Kedaulatan dapat juga

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BIODATA PENULIS

Nama : Muhammad Syaifur Rizal

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir : Lumajang, 18 Januari 1993

Alamat : Bades Kec. Pasirian Kab. Lumajang

Fakultas/Prodi : Pascasarjana Hukum Tata Negara

NIM : F52217047

Karya Tulis :Relasi Sistem Pemerintahan Presidensil di Indonesia

Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia

Terhadap Eksistensi Kedaulatan Negara Perspektif

Ibnu Khaldun