regulasi pemerintah terhadap aliran kepercayaan di...

145
REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI INDONESIA (Respon Penghayat Kepercayaan Sapta Darma) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Ikhwatun Muamalah NIM: 11150321000046 PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/ 2020 M

Upload: others

Post on 20-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN

DI INDONESIA

(Respon Penghayat Kepercayaan Sapta Darma)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Ikhwatun Muamalah

NIM: 11150321000046

PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/ 2020 M

Page 2: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ikhwatun Muamalah

NIM : 11150321000046

Fakultas : Ushuluddin

Jurusan/Prodi : Studi Agama-Agama

Judul Skripsi : Regulasi Pemerintah terhadap Aliran Kepercayaan di

Indonesia (Respon Penghayat Kepercayaan Sapta Darma)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dan

tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun semua sumber yang

saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jika di kemudian hari jika terbukti

bahwa karya ini bukan hasil asli atau merupakan hasil plagiat dari orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 21 Januari 2020

Ikhwatun Muamalah

Page 3: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI

INDONESIA (RESPON PENGHAYAT KEPERCAYAAN SAPTA DARMA)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Ikhwatun Muamalah

NIM: 11150321000046

Di Bawah Bimbingan:

Dr. Hamid Nasuhi, MA

NIP: 19630908 199001 1 001

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/ 2020 M

Page 4: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul, “Regulasi Pemerintah Terhadap Aliran Kepercayaan Di

Indonesia (Respon Penghayat Kepercayaan Sapta Darma)”, telah diujikan dalam

sidang munaqosyah Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidatullah Jakarta pada tanggal

17 Maret 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada program Studi Agama-Agama.

Jakarta, 17 Maret 2020

Ketua Merangkap Anggota,

Syaiful Azmi, MA

NIP : 19710310199703 1 005

Sekretaris Merangkap Anggota,

Lisfa Sentosa Aisyah, MA

NIP : 19750506200501 2 003

Anggota

Penguji I

Dra. Hj. Hermawati, MA

NIP: 19541226198603 2 002

Penguji II

Dra. Siti Nadroh, MA

NIP: 9920112687

Pembimbing,

Dr. Hamid Nasuhi, MA

NIP: 19630908199001 1 001

Page 5: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

v

ABSTRAK

Ikhwatun Muamalah. 2020. Regulasi Pemerintah terhadap Aliran Kepercayaan

di Indonesia (Respon Penghayat Kepercayaan Sapta Darma). Jurusan Studi

Agama-Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini membahas tentang Regulasi Pemerintah terhadap Aliran

Kepercayaan di Indonesia (Respon Penghayat Kepercayaan Sapta Darma). Penelitian

ini dilakukan karena Sapta Darma merupakan salah satu aliran kepercayaan yang

eksistensinya masih ada hingga sekarang ini.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian lapangan dengan didukung oleh

studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan pendekatan sosiologis yang bermaksud untuk mencari relevansi dan

pengaruh aliran kepercayaan terhadap fenomena sosial. Teknik pengumpulan data

yang dilakukan adalah observasi (pengamatan), wawancara (interview), dan

dokumentasi. Kemudian melakukan analisis data dengan jenis deskriptif analitis

Penelitian ini ingin menunjukkan bahwa regulasi pemerintah terhadap

penghayat aliran kepercayaan masih bersifat diskriminasi. Hal ini dibuktikan oleh

adanya ketidakpuasan para penghayat kepercayaan khususnya Sapta Darma atas

perlakuan pemerintah terhadap kelompoknya, yang ditandai oleh adanya pembedaan

antara penghayat kepercayaan dengan agama sebelum putusan Mahkamah Konstitusi,

dan ditandai dengan masih adanya pelayanan yang belum maksimal di lapangan, beda

halnya dengan pasca putusan Mahkamah Konstitusi yang sudah menyetarakan aliran

kepercayaan dengan agama.

Kata Kunci : Aliran Kepercayaan, Sapta Darma, Regulasi, Diskriminasi.

Page 6: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmatnya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Regulasi Pemerintah terhadap Aliran

Kepercayaan di Indonesia (Respon Penghayat Kepercayaan Sapta Darma)”, dengan

baik dan tepat waktu. Shalawat salam tercurahkan kepada Baginda Rasul Muhammad

SAW beserta keluarganya, para sahabat dan para pengikutnya yang telah

mengajarkan tauladan bagi kita semua dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis menyadari bahwa banyak kendala yang penulis alami dalam

menyelesaikan skripsi ini. Doa dan juga dukungan dari berbagai pihak baik moril

maupun materil tidak menyurutkan semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, penulis persembahkan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA., selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.

3. Bapak Syaiful Azmi, MA., selaku Ketua Prodi Studi Agama-Agama, Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

memberikan arahan dan motivasi yang sangat bermakna untuk penulis.

4. Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, MA., selaku Sekretaris Jurusan Prodi Studi Agama-

Agama yang telah memberikan pelayanan terbaik dan meluangkan waktunya

untuk mendengarkan keluh kesah penulis.

Page 7: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

vii

5. Dr. Hamid Nasuhi, MA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada

penulis dengan kesabaran dan ketelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, dosen Jurusan Studi Agama-Agama khususnya, yang telah memberikan

ilmunya kepada penulis. Para staff Akademik Fakultas Ushuluddin, dan segenap

staff perpustakaan, baik Perpustakaan Fakultas Ushuluddin maupun Perpustakaan

Umum.

7. Seluruh penghayat kepercayaan Sapta Darma di Sanggar Candi Busono Ganefo,

Bapak Warjo, Bapak Maryanto, Bapak Kurdiyanto, dan mas Galih, yang

memberikan tempat, meluangkan waktu, dan berbagi pikiran, ilmu dan juga

informasi yang sangat bermanfaat dalam menunjang penelitian penulis.

8. Kedua orang tua tercinta, Bapak Torikhi dan Ibu Rohmah yang telah memberikan

seluruh kasih sayangnya dalam bentuk apapun, untuk kakak dan juga adik yang

membuat penulis semangat sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman terbaik dan tersayang, yang selalu memberikan support dan dukungan,

yang selalu sabar dan direpotkan dalam segala hal yang dilakukan penulis baik

dari awal mula perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi yaitu Ahmad Nasichin

Hudlori.

10. Sahabat-sahabat yang menjadi warna dalam hidup penulis, Syifaul Khusna,

Rozatul Husna S, Nadya Q. A, Prameswri Kyrana Allysa, Ade Ulfatun Najah,

Page 8: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

viii

tempat berbagi keluh dan kesah, yang memberikan semangat, dan menemani

penulis dalam menyelesaikan skripsi.

11. Teman-teman seperjuangan Studi Agama-Agama, khususnya untuk teman SAA B

(Aris, Syarif, Hadi, Firman, Aziz, Mamat soleh, dan yang lain), yang selalu

memberikan semangat, dukungan, memberikan keceriaan dan banyak sekali

warna dalam 4 tahun bersama, teman yang mengajarkan banyak hal yang semoga

diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan tugas akhir.

12. Teman-teman KKN Lentera 126 atas kerjasamanya dalam menyelesaikan tugas

KKN dengan baik.

13. Untuk abang Muhammad Sairi, dan panutan lain yang tidak bisa disebutkan satu

persatu, yang selalu memberikan motivasi, arahan, dukungan dan berbagi ilmu

dan mau menjadi tempat keluh kesah untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

14. Banyak pihak yang berpengaruh bagi penulis, teman se perantauan, untuk semua

orang yang saya kenal dan juga mengenal saya, atas dorongan, semangat, doa dan

masukan untuk penulis.

Kepada semua pihak yang telah berperan yang mendukung penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, semoga mendapatkan balasan dan dilimpahi rahmat oleh

Allah SWT. Penulis berharap di kemudian hari, skripsi ini dapat bermanfaat untuk

semua pihak.

Jakarta, 17 Januari 2020

Penulis

Page 9: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN…..…………………………………………………………1

A. Latar Belakang Masalah…..………………………….…………………………1

B. Batasan dan Rumusan Masalah…..……………………...………………...……7

C. Tujuan Penelitian…..……………………………………………………....……7

D. Manfaat Penelitian…..……………………………………………………...…...8

E. Tinjauan Pustaka…..……………………………………………………...…..…8

F. Kerangka Konseptual…..……………………………………………………....10

G. Metodologi Penelitian…..……………………………………………………...12

H. Sistematika Penulisan…..……………………………………………………...16

BAB II REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI

INDONESIA…..……………………………………………………...……....……..18

A. Sejarah dan Legalitas Aliran Kepercayaan di Indonesia…..…………………..18

B. Ketetapan MPR RI Tahun 1973 dan 1978 tentang GBHN…..………………..25

C. UU No. 23 Tahun 2006 dan Perubahannya dalam UU No. 24 Tahun 2013

tentang Administrasi Kependudukan (Adminduk) …..…………………………...32

D. Keputusan Mahkamah Konstitusi No 97/PUU-XIV/2016 …..………...……...35

E. Permendikbud No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan

Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Pada Satuan Pendidikan…..…………………...38

Page 10: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

x

BAB III ALIRAN KEPERCAYAAN SAPTA DARMA DI INDONESIA………...42

A. Sejarah dan Perkembangan Aliran Kepercayaan Sapta Darma di Indonesia….42

B. Ajaran Kepercayaan Sapta Darma…..……………………………....................56

C. Praktik Keagamaan Sapta Darma…..…………………………….....................64

BAB IV RESPON PENGHAYAT SAPTA DARMA TERHADAP REGULASI

PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN…..……………………74

A. Biografi Singkat Tentang Narasumber Penghayat Aliran Sapta Darma…..…..74

B. Problem Pelayanan kepada Penghayat Kepercayaan Sapta Darma…..………..78

C. Respon Aliran Sapta Darma Terhadap Regulasi Pemerintah Terhadap Aliran

Kepercayaan…..……………………………...........................................................92

BAB V PENUTUP…..……………………………....................................................99

A. Kesimpulan…..…………………………….......................................................99

B. Saran…..…………………………….................................................................99

DAFTAR PUSTAKA…..……………………………..............................................100

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN I : SURAT IZIN PENELITIAN…..………………………………...108

LAMPIRAN II : KOMPILASI UNDANG-UNDANG.……….……………..…...109

LAMPIRAN III : SURAT KETERANGAN WAWANCARA….…………………114

LAMPIRAN IV: PERTANYAAN WAWANCARA…..……………………..……118

LAMPIRAN V: HASIL WAWANCARA…..……………………..…….…….......119

LAMPIRAN VI : DOKUMENTASI PENELITIAN…..……………………..……130

Page 11: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Jumlah organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME tingkat

pusat di Indonesia berdasarkan provinsi (Juli 2017) …..…………………………....18

Tabel 3. 1 Data Penyebaran Sapta Darma dan Perjalanan Sri Gutama Tahun 1956...51

Tabel 3. 2 Data Penyebaran Sapta Darma dan Perjalanan Sri Gutama Tahun 1957...51

Tabel 3. 3 Data Penyebaran Sapta Darma dan Perjalanan Sri Gutama Tahun 1958...52

Tabel 3. 4 Data Penyebaran Sapta Darma dan Perjalanan Sri Gutama Tahun 1959...53

Tabel 3. 5 Data Penyebaran Sapta Darma dan Perjalanan Sri Gutama Tahun 1960...54

Tabel 3. 6 Persebaran dan Jumlah Penghayat Sapta Darma per Provinsi di Indonesia

Tahun 2017…………………………………………………………………………..54

Page 12: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Sosok Panuntun Agung Sri Gutama......................................................42

Gambar 3. 2 Simbol Pribadi Manusia……………....................................................59

Gambar 3. 3 Tata Cara Sujud Sapta Darma Satu.......................................................65

Gambar 3. 4 Tata Cara Sujud Sapta Darma Dua........................................................67

Gambar 3. 5 Tata Cara Racut Sapta Darma................................................................69

Gambar 3. 6 Tata Cara Pernikahan Sapta Darma.......................................................69

Page 13: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman suku

bangsa. Keanekaragaman tersebut tidak lepas dari bagaimana penduduk Indonesia

menyikapi persoalan yang ada di sekitar masyarakat, baik tentang sosial, ekonomi

maupun budaya yang sedang berkembang. Toleransi terhadap sesama penganut

agama menjadikan suatu landasan bekal hidup dalam bernegara. Hal tersebut

mampu menjadikan Aliran Kepercayaan melalui tahap eksistensinya dan dapat

diterima di Indonesia.

Komunitas aliran kepercayaan perkembangannya masih ada hingga saat ini,

dan selalu mengalami berbagai tantangan untuk mempertahankan identitas dan

ajaran, serta tantangan untuk tetap bertahan di tengah keadaan sosial yang terus

mengalami perubahan. Eksistensi kepercayaan lokal juga dijamin oleh Undang-

undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 Bab XI Pasal 29 Ayat 1 dan 2. Pada

ayat (1) dinyatakan bahwa, “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Ayat (2), “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.1

1Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bab XI Pasal 29 Ayat (1)

Dan (2).

Page 14: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

2

Pada mulanya sebelum Indonesia berdaulat aliran kepercayaan populer

dengan penamaan Kepercayaan dan Kebatinan, penggunaannya silih berganti. Istilah

“Kebatinan” menurut Prof. M.M. Djojodigoeno, dikatakan bahwa kebatinan itu

mempunyai empat unsur yang penting, yaitu: ilmu gaib, union mistik, sangkan

paraning dumadi dan budi luhur. Kamil Kartapradja dalam bukunya juga mengartikan

“Kebatinan” sebagai gerak badan jasmani disebut olahraga dan geraknya badan

rohani dinamai olah batin atau kebatinan. Jadi Kebatinan itu adalah olah batin yang

bermacam-macam.2

Mr. Wongsonegoro mengatakan kebatinan ialah semua pikiran atau tindakan

yang berdasarkan kekuatan gaib (super natural) yang mencari dan ingin mengetahui

kenyataan di belakang fenomena alam. Mr. Wongsonegoro menerangkan pada tahun

1962 bahwa: Agama dan Kebatinan, kedua-duanya mempunyai unsur yang sama,

ialah satu Panembah (kebaktian kepada Tuhan Yang Maha Esa) dan budi luhur.

Perbedaan hanya terdapat pada pemberian stress dan tekanan. Bagi agama stress-nya

diberikan pada Panembah sedangkan kebatinan memberikan tekanan kepada

tercapainya budi luhur dan kesempurnaan hidup.3

Pada kurun 1950 hingga akhir 1960-an dalam catatan Departemen Agama

1953, seperti termaktub dalam Merayakan Kebebasan Beragama: Bunga Rampai

Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi, terdapat 360 aliran kebatinan di seluruh pulau

2Kamil Kartapradja, Aliran-Aliran Kepercayaan/Kebatinan Di Indonesia, (Jakarta: CV. Ridho

Taringan, 1981), h. 69-70.

3K. Permadi, Pandangan Aliran Kepercayaan Terhadap Islam, (Jakarta: Direktorat

Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 1992), h. 5.

Page 15: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

3

Jawa. Payung hukum kemunculan aliran kepercayaan adalah pasal 29 UUD 1945,

yang menyurat kata “kepercayaan”.4

Aliran kebatinan atau yang sekarang menjadi aliran kepercayaan pada awal

kemerdekaan Indonesia telah membuat suatu badan federasi yang namanya BKKI

artinya Badan Kongres Kebatinan Indonesia, didirikan pada tanggal 1 Syura 1887

tahun Saka (Dal) berkebetulan tanggal 19 Agustus 1955 atas pimpinan Mr.

Wongsonegoro. Pada waktu lahirnya Orde Baru (pimpinan Presiden Soeharto) tidak

lama kemudian Aliran Kebatinan ini berubah menjadi Aliran Kepercayaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa disesuaikan dengan UUD 1945 BAB XI pasal 29.5

Eksistensi kepercayaan di Indonesia diatur dalam beberapa peraturan

perundang-undangan. Mengenai agama dan kepercayaan mengacu pada UU No.

1/PNPS/1965 yang utamanya melarang menceritakan, menganjurkan untuk

melakukan penafsiran atau melakukan kegiatan keagamaan yang menyerupai

kegiatan keagamaan “agama resmi” Negara.6 Dan terdapat enam agama resmi yang

ada di Indonesia, antara lain: Islam, Hindu, Budha, Konghucu, Katolik dan Protestan

yang dikukuhkan dengan UU No. 5 Tahun 1969. Kelemahan regulasi ini adalah

hanya menyebutkan agama yang berasal dari luar, tidak menyebutkan agama

pribumi.7

Dalam sejarahnya, aliran kepercayaan pernah mengalami kehidupan yang

aman dan nyaman dalam menjalankan kepercayaan yang diyakini dan dianut di

4Aryono, Pergulatan Aliran Kepercayaan dalam Panggung Politik, (Jurnal: Sejarah Citra

Lekha, Vol. 3, No.1, 2018), h. 60.

5Kamil Kartapradja, Aliran-Aliran Kepercayaan, h. 79 6Lebih lengkap mengenai muatan materinya dapat dilihat dalam UU No. 1/PNPS Tahun 1965

tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. 7Aryono, Pergulatan Aliran Kepercayaan, h. 59.

Page 16: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

4

Indonesia. Namun, setelah peristiwa G30S 1965 mengalami berbagai diskriminasi.

Pada Sidang Umum 1973, pencantuman istilah “Kepercayaan” dimuat dan

dimasukkan dalam rumusan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dengan

modifikasi dari aliran kebatinan menjadi aliran kepercayaan.8

Pada era Orde Baru juga berdasarkan Garis-Garis Besar Haluan Negara

(GBHN) pembinaan terhadap aliran kepercayaan diarahkan agar kembali kepada

salah satu dari enam agama resmi di Indonesia. Maka pada masa pemerintahan Orde

Baru, dikeluarkan kebijakan yang mengarahkan aliran kepercayaan bergabung

dengan agama yang ajarannya mendekati salah satu dari agama resmi (agama

mayoritas).9

Pada Sidang Umum 1978, pemerintah kembali memasukan pembinaan aliran

kepercayaan ke dalam GBHN. Kemudian, Pasca-Sidang Umum 1978 yang

melahirkan Ketetapan MPR N0. IV/MPR/1978 tentang GBHN, di sini tertulis bahwa

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bukanlah termasuk agama.10 Pemerintah

segera mengeluarkan Keputusan Presiden No. 40 Tahun 1978 mengenai pengawasan

aliran kepercayaan beralih dari Departemen Agama ke Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan dengan membentuk Direktorat pembinaan Penghayat Kepercayaan.11

Selanjutnya aliran kepercayaan mendapat sebuah kebijakan baru dari

pemerintah Indonesia yakni UU No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan. Bab VI Pasal 64 ayat (2) No. 23/2006 ini menyatakan bahwa,

8Aryono, Pergulatan Aliran Kepercayaan, h. 61. 9Ahmad Syafi’I Mufid, Dinamika Perkembangan Sistem Kepercayaan Lokal Di Indonesia,

(Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012), h. 3. 10Ketetapan MPR No. IV/MPR Tahun 1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. 11Aryono, Pergulatan Aliran Kepercayaan, h. 63.

Page 17: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

5

keterangan tentang agama bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai

agama, berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat

kepercayaan, tidak diisi atau dikosongkan, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam

database kependudukan dan perubahannya diatur dalam UU No. 24 Tahun 2013. 12

Aliran Sapta Darma merupakan aliran terbesar di pulau Jawa dan masih ada

hingga saat ini. Sapta Darma didirikan oleh Hardjosapuro di Pare, Kediri. Sapta

Darma memiliki arti “Tujuh Kewajiban”. Ajaran Sapta Darma tersebut diwahyukan

kepada pendirinya pada malam tanggal 27 Desember 1952 pada pukul satu tengah

malam.13

Dahulu nama Sapta Darma pernah didahului dengan nama Agama, namun

setelah adanya sidang umum MPR tahun 1978 yang menyatakan bahwa aliran

kepercayaan bukan merupakan suatu agama, maka sejak itu diganti dengan nama

Kerohanian Sapta Darma. Pada tahun 1980, kerohanian Sapta Darma resmi terdaftar

sebagai organisasi penghayat dari Direktorat Pembinaan Penghayat Kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan RI dengan nomor inventaris I.135/F.3/N.1.1/1980. Aliran ini memiliki

struktur lembaga yang lengkap mulai tingkat pusat hingga kecamatan, dan masih

merasakan dampak diskriminasi baik yang dilakukan oleh Negara, maupun pihak

tertentu di masyarakat.14

12Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. 13Harun Hadiwijono, Kebatinan Dan Injil, ( Jakarta: Gunung Mulia, Cet. 11, 2009), h. 22. 14Naili Ni’matun Illiyun, Dinamika Kehidupan Kelompok Minoritas Di Indonesia, (Studi

Kasus Pengalaman Bermasyarakat dan Bernegara Warga Kerokhanian Sapta Darma), (Tesis:

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2015), h. 8.

Page 18: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

6

Aliran Kepercayaan di Indonesia memang sudah mendapat pengakuan, namun

praktik di lapangan menunjukkan sebaliknya. Sapta Darma termasuk aliran

kepercayaan yang bisa dikatakan banyak mengalami masalah diskriminasi. Praktik-

praktik diskriminatif yang dialami oleh penghayat berakar dalam “pembedaan” yang

punya sejarah panjang. Pembedaan ini, yang lahir terutama dari pengakuan negara

atas agama dan perlakuan berbeda kepada “agama” dan “kepercayaan”, selama ini

menjadi landasan kebijakan pemerintah dan melahirkan stigma buruk, praktik

pengucilan, dan bahkan tindak kekerasan terhadap kelompok-kelompok penghayat

dalam masyarakat.15

Beberapa praktik diskriminasi ini dapat terlihat dari beberapa kasus kekerasan

yang dialami penghayat Sapta Darma. Salah satunya adalah, telah terjadi kekerasan

yang dialami oleh penghayat Sapta Darma yang dilakukan oleh Front Pembela Islam

(FPI) yang terjadi di Sanggar Candi Busana Parenkembang, yang terletak di desa

Balecatur Gamping Sleman Yogyakarta pada 11 Oktober 2008. Pihak FPI

menganggap Sapta Darma adalah aliran sesat. Kasus ini telah dilaporkan oleh

pengurus pusat Sapta Darma ke Komnas HAM. Kemudian, Sapta Darma juga

menjadi sasaran penyerangan massa. Sanggar Sapta Darma di dukuh Kalipandan,

desa Pamulian, Larangan, Brebes disegel massa dengan dipasang palang kayu di

15Hafiz Muhammad, Menuntut Pemenuhan Hak-Hak Konstitusional Penghayat Kepercayaan

Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (Jakarta: HRWG, 2011), h. 6.

Page 19: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

7

pintu utama sanggar pada 9 November 2008. Massa sempat akan membakar tempat

ibadah ini, namun belasan polisi mencegahnya.16

Dengan adanya beberapa contoh kasus tersebut dapat dilihat bahwa

sekelompok aliran kepercayaan khususnya aliran Sapta Darma masih belum

mendapat pengakuan secara menyeluruh di kalangan masyarakat. Aliran-Aliran

Kepercayaan di Indonesia sangatlah banyak. Oleh karena itu, penulis akan fokus pada

pembahasan tentang respon dari salah satu aliran yaitu Sapta Darma tentang regulasi

pemerintah yang terkait dengan perlindungan dan jaminan hukum atas pengakuan

aliran kepercayaan di Indonesia. Dengan demikian, penulis melakukan penelitian

skripsi yang berjudul “Regulasi Pemerintah terhadap Aliran Kepercayaan di

Indonesia (Respon Penghayat Kepercayaan Sapta Darma)”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang telah uraikan di atas, penulis membatasi penelitian ini

dan fokus pada rumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana respon aliran Sapta Darma mengenai regulasi pemerintah

terhadap aliran kepercayaan di Indonesia pada era Reformasi sampai Pasca

Putusan Mahkamah Konstitusi”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah untuk menyelidiki bagaimana respon aliran Sapta Darma

terhadap regulasi pemerintah terhadap aliran kepercayaan di Indonesia.

16Didit Aditia Permana, Strategi Perlawanan Kaum Minoritas (Studi Tentang Strategi

Perlawanan Aliran Kepercayaan Sapta Darma Terhadap Dominasi Negara dan Agama Mayoritas di

Yogyakarta), (Tesis: Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2014), h. 16.

Page 20: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

8

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka manfaat yang akan diperoleh dari penelitian

ini, antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih lanjut

khususnya bagi calon sarjana Studi Agama-Agama tentang regulasi serta

kebijakan-kebijakan yang diberikan pemerintah terhadap aliran-aliran

kepercayaan di Indonesia.

2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan data ilmiah dan

memperkaya khasanah keilmuan dan menambah khasanah kepustakaan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan tugas akhir guna

memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) Agama pada Jurusan Studi Agama-

Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis, sejauh ini terdapat

beberapa karya buku atau riset yang berkaitan dengan tema penulis.

Yang pertama adalah karya berbentuk Buku tulisan Samsul Maarif yang

berjudul “Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur Dalam Politik Agama di

Indonesia”. Buku ini fokus menjelaskan tentang sejarah pembedaan dan diskriminasi

negara terhadap beberapa kelompok negara khususnya penganut agama leluhur yang

dilakukan oleh negara atas nama “agama”. Definisi agama yang diskriminatif

menyebabkan sebagian kelompok warga negara itu ter diskriminasi di sepanjang

Page 21: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

9

hidupnya, mulai dari upaya mendapatkan akta kelahiran, KTP, surat nikah, hingga

akses pada pekerjaan, pendidikan, atau kesehatan.17

Kedua adalah karya berbentuk Jurnal yang di tulis oleh Aryono dengan judul

“Pergulatan Aliran Kepercayaan Dalam Panggung Politik Indonesia, 1950AN-

2010AN: Romo Semono Sastrodiharjo dan Aliran Kapribaden”. Dalam jurnal ini

menjelaskan tentang bagaimana upaya aliran kepercayaan yang tumbuh di Indonesia

dalam mempertahankan eksistensinya dan diskriminasi terhadap para aliran

kepercayaan yang dialami dalam sejarah yang cukup panjang dan menjadi aliran yang

selalu diawasi. Namun, dalam tulisannya difokuskan pada permasalahan yang

melingkupi Aliran Kapribaden yang didirikan oleh Romo Semono Sastrodijarjo di

Purworejo, Jawa Tengah.18

Ketiga karya yang ditulis oleh Abdul Latif Bustami, yang berjudul “Sejarah

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Di Indonesia”. Buku ini menjelaskan

tentang Sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia,

bagaimana identitas kepercayaan yang harus diperjuangkan, dan menjelaskan

eksistensi kepercayaan yang mendapat pelindungan dan Layanan Negara dalam

pemenuhan hak sipil melalui program, pembinaan dan lain-lain dan menerapkan

prinsip demokratis dan non diskriminatif.19

17Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur Dalam Politik Agama di Indonesia,

(Yogyakarta: CRCS( Center for Religious and Cross-cultural Studies) Program Studi Agama dan

Lintas Budaya Sekolah Pascasarjana Lintas Disiplin, Universitas Gadjah Mada, 2017).

18Aryono, Pergulatan Aliran Kepercayaan Dalam Panggung Politik Indonesia, 1950an-

2010an, (Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 3, No. 1, 2018).

19Abdul Latif Bustami, Modul III - Sejarah Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Di

Indonesia, (Jakarta: Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan, 2017).

Page 22: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

10

Keempat karya berbentuk Ensiklopedia Kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa yang ditulis oleh Tim Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan Tradisi Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku

ini berisi tentang berbagai ulasan terkait dengan kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa yang ada di Indonesia, yang meliputi organisasi, paguyuban, perguruan,

tokoh-tokoh, istilah dan mendeskripsikan tentang ajaran dan wadah aliran

kepercayaan.20

Kelima karya berbentuk Jurnal yang ditulis oleh Sulaiman dengan judul

“Problem Pelayanan Terhadap Kelompok Penghayat Kepercayaan Di Pati, Jawa

Tengah”. Jurnal ini berisi penjelasan tentang diskriminasi pelayanan yang masih

terjadi di masyarakat, dan menjelaskan tentang gambaran pelayanan negara terhadap

kelompok Penghayat Kepercayaan dalam memperoleh hak-hak sipilnya. Menjelaskan

bagaimana pelayanan terhadap kelompok Penghayat Kepercayaan secara umum

masih belum maksimal, khususnya pelayanan seperti pemakaman, kependudukan,

dan juga pelayanan pendidikan agama.21

F. Kerangka Konseptual

Di bawah ini adalah beberapa kerangka konsep yang terdapat dalam penelitian

yang dilakukan oleh penulis, yaitu sebagai berikut:

20Ensiklopedia Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Dirjen Kebudayaan, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

Tradisi, 2017).

21Sulaiman, Problem Pelayanan Terhadap Kelompok Penghayat Kepercayaan Di Pati, Jawa

Tengah, (Jurnal SMaRT Studi Masyarakat, Religi dan Tradisi Volume 04 No. 02 Desember 2018).

Page 23: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

11

1. Regulasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti pengaturan.22

Regulasi adalah suatu peraturan yang dibuat untuk melayani suatu kelompok,

lembaga atau organisasi, dan masyarakat demi mencapai tujuan tertentu dalam

kehidupan bersama, bermasyarakat, dan bersosialisasi. Secara umum regulasi

digunakan untuk menggambarkan suatu peraturan yang berlaku di dalam

kehidupan bermasyarakat. Regulasi banyak diterapkan pada peraturan hukum

negara, perusahaan, dan bidang yang lainnya.23

2. Pemerintah

Pemerintah adalah suatu sistem menjalankan wewenang dan

kekuasaan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau

bagian-bagiannya dan sekelompok orang yang secara bersama-sama memikul

tanggung jawab terbatas untuk menggunakan kekuasaan. Kemudian,

Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam

menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat dan kepentingan negara.24

3. Aliran Kepercayaan

Aliran kepercayaan terdiri dari dua kata yaitu aliran dan kepercayaan.

Aliran dalam KBBI memiliki arti haluan, pendapat, (politik, pandangan hidup,

dan sebagainya) dari suatu paham. Kepercayaan berasal dari kata percaya

yang berarti bahwa anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai

22KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

23Diakses dari https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-regulasi.html Pada Tanggal

31 Desember 2019.

24KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Page 24: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

12

itu benar atau nyata. Kepercayaan merupakan suatu paham yang mengakui

adanya Tuhan Yang Maha Esa, tetapi tidak termasuk atau tidak berdasarkan

ajaran salah satu dari keenam agama yang resmi (Islam, Katolik, Kristen

Protestan, Hindu, Buddha dan Konghucu).25

4. Sapta Darma

Sapta artinya tujuh, Darma artinya kewajiban atau amal suci.26 Dalam

KBBI Darma artinya kewajiban, tugas hidup, kebajikan.27 Sapta Darma

adalah tujuh kewajiban atau tujuh wewarah suci yang diwahyukan oleh Tuhan

Yang Maha Esa kepada Hardjosapuro dan disebarkan kepada pengikutnya

guna dihayati sebagai tuntunan hidup manusia dalam mencapai ketentraman,

keselamatan, kebahagiaan dan kesempurnaan hidup (memayu hayuning

bawana).28

G. Metodologi Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

research). Penulis melakukan survey langsung ke lapangan yang

bersangkutan langsung dengan para penghayat Sapta Darma.

25KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

26Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 22.

27KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

28Ensiklopedia Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Dirjen Kebudayaan, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

Tradisi, 2017), h. 290.

Page 25: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

13

Penulis melakukan penelitian lapangan di Sanggar Candi Busono

Ganefo Sekretariat Persatuan Warga Sapta Darma (PERSADA DKI

JAKARTA) tepatnya di Tanjung Priok Jakarta Utara yang dilaksanakan pada:

- Penelitian pertama pada tanggal 5 Oktober 2019,

- Penelitian kedua pada tanggal 16 November 2019,

- Penelitian ketiga pada tanggal 30 November 2019,

- Penelitian ketiga pada tanggal 8 Desember 2019.

Penulis juga melakukan studi kepustakaan (library research) guna

mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari sumber-sumber seperti

buku, jurnal, karya ilmiah dan sumber-sumber lain yang sesuai dengan

penelitian yang dilakukan.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian skripsi ini adalah tentang bagaimana respon para penghayat

kepercayaan Sapta Darma terhadap regulasi pemerintah, dengan memahami

pengalaman para penghayat dalam kehidupan bermasyarakat dan bagaimana

gejala-gejala sosial yang dihadapi, maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis terhadap Aliran

Kepercayaan bermaksud mencari relevansi dan pengaruh Aliran Kepercayaan

terhadap fenomena sosial. Fokus perhatian pendekatan sosiologis adalah pada

struktur sosial, konstruksi pengalaman manusia dan kebudayaan termasuk

agama.29

29Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-1940)

Hingga Masa Reformasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 43.

Page 26: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

14

3. Sumber Data

Data adalah sekumpulan informasi yang berupa angka (kuantitatif)

atau sekumpulan fakta dan kata-kata (kualitatif). Dalam penelitian ini sumber

data yang didapatkan penulis adalah sumber primer yaitu berupa pengetahuan

dan pendapat yang didapatkan langsung dari para penghayat kepercayaan

Sapta Darma di Sanggar Candi Busono Ganefo Tanjung Priok. Sumber data

lain yang didapat adalah sumber sekunder, yang berupa data-data yang telah

disusun dalam bentuk buku, jurnal, majalah, studi kasus penelitian lain yang

sudah tercatat dan juga sumber sekunder lain seperti sumber yang

dipublikasikan yang diambil dari internet.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data, diantaranya:

a. Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti

mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian.

Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat,

mendengarkan, merasakan, yang kemudian dicatat seobjektif mungkin.30

b. Teknik Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan

untuk mengumpulkan data penelitian. Wawancara adalah suatu kejadian

30W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Grasindo, 2000), h. 116.

Page 27: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

15

atau suatu proses interaksi antara pewawancara (Interviewer) dan sumber

informasi atau orang yang diwawancarai (Interviewee) melalui

komunikasi langsung.31 Wawancara di sini adalah percakapan yang

dilakukan dengan tatap muka langsung antara penulis dengan para

penghayat kepercayaan Sapta Darma di Sanggar Candi Busono Ganefo

Tanjung Priok.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tema

penelitian. Baik berupa dokumen-dokumen atau catatan seperti dokumen

yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami peristiwa seperti

autobiografi, atau dokumen lain seperti dokumen pemerintahan, juga

dokumen yang berupa laporan, gambar, maupun video recorder.

5. Analisis Data

Jenis analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Ada

dua tahap analisis data dalam penelitian kualitatif yaitu: pertama, pada tahap

pengumpulan data, oleh karena itu analisis data dilakukan di lapangan; kedua,

dilakukan ketika penulisan laporan dilakukan.32 Dalam penelitian ini data

yang sudah terkumpul dan diperoleh dari observasi, wawancara, dan juga

dokumen-dokumen diolah kembali kemudian data kemudian data tersebut

31A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan

(Jakarta: Kencana, 2014), h. 372.

32Afrizal, Metode Penelitian Kulitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian

Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2015), h. 19

Page 28: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

16

dianalisis dan ditulis menjadi uraian, tujuannya menyederhanakan data dan

mempermudah data agar dapat dimengerti, sehingga penemuan yang

dihasilkan dalam penelitian dapat dipahami oleh orang lain.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan yang di gunakan dalam skripsi ini adalah

menggunakan Surat Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nomor: 507 Tahun 2017 Tentang Pedoman Karya Tulis Ilmiah (Skripsi,

Tesis, Dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan dalam skripsi ini disusun secara sistematis yang dibagi menjadi

lima bab, yaitu sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan. Bab ini membahas tentang latar belakang suatu masalah

dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis yang kemudian diikuti dengan

menuliskan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II: Pada Bab ini menjelaskan tentang sejarah aliran kepercayaan di

Indonesia dan legalitas para aliran kepercayaan, dan membahas tentang regulasi

kebijakan pemerintah yang ditujukan terhadap aliran-aliran kepercayaan di Indonesia.

Bab III: Bab ini menjelaskan tentang aliran kepercayaan Sapta Darma di

Indonesia, baik membahas tentang sejarah dan perkembangannya, dan juga

membahas tentang ajaran aliran kepercayaan Sapta Darma.

Bab IV: Pada Bab ini menjelaskan tentang bagaimana respon yang diberikan

para penganut aliran kepercayaan Sapta Darma terhadap regulasi yang diberikan

Page 29: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

17

pemerintah terhadap aliran-aliran kepercayaan di Indonesia, dan berisi tentang

biografi singkat para narasumber dan problem-problem permasalahan yang dialami

oleh para penghayat kepercayaan Sapta Darma.

Bab V: Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari pokok

permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

Page 30: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

18

BAB II

REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN

DI INDONESIA

A. Sejarah dan Legalitas Aliran Kepercayaan di Indonesia

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai sejarah aliran kepercayaan, perlu

diketahui bahwa penganut aliran kepercayaan hingga saat ini tersebar di berbagai

daerah di nusantara. Melalui Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan

Masyarakat (Bakorpakem), mengidentifikasi bahwa jumlah mereka berubah dari

waktu ke waktu, dari 200 hingga lebih 300 kelompok atau organisasi.1

Jumlah penghayat kepercayaan belum diketahui secara pasti. Namun, jumlah

organisasi penghayat kepercayaan telah teridentifikasi, sehubungan dengan adanya

kegiatan inventarisasi oleh Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi

(DKT), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tabel 2. 1 Jumlah organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME tingkat pusat di Indonesia berdasarkan provinsi (Juli 2017)2

No. Provinsi Jumlah Organisasi Penghayat

1. Sumatera Utara 12

2. Lampung 5

3. DKI Jakarta 14

4. Banten 1

5. Jawa Barat 7

6. Jawa Tengah 53

1Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur Dalam Politik Agama di Indonesia,

(Yogyakarta: CRCS( Center for Religious and Cross-cultural Studies) Program Studi Agama dan

Lintas Budaya Sekolah Pascasarjana Lintas Disiplin, Universitas Gadjah Mada, 2017), h. 4

2Sumber: Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi (DKT) 2017.

Page 31: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

19

7. DI Yogyakarta 25

8. Jawa Timur 50

9. Bali 8

10. Nusa Tenggara Barat 2

11. Nusa Tenggara Timur 5

12. Sulawesi Utara 4

13. Riau 1

Total 187

Per Juli 2017, DKT telah mencatat sebanyak 187 organisasi penghayat tingkat

pusat dan 1.047 organisasi penghayat tingkat cabang yang ada di seluruh Indonesia.

Tumbuh dan berkembangannya aliran kepercayaan di Indonesia tidak dapat

dilepaskan dari tokoh Wongsonegoro. Seorang tokoh politikus yang pada waktu kecil

bernama R.M Soenardi. Ia lahir di Solo, tanggal 20 April 1897 dari pasangan R.Ng.

Gitodiprojo dan R.A. Soenartinah. Ayahnya adalah abdi dalem panewu3 dari Sri

Susuhunan Pakubuwono X di Surakarta. Dilihat dari latar belakang spiritual atau

agamanya, Mr. Wongsonegoro sudah sejak lama memiliki perhatian terhadap aliran

kebatinan atau yang sekarang dikenal dengan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa. Sebagai darah biru atau keturunan bangsawan Kasunanan Surakarta,

kehidupan Mr Wongsonegoro sudah akrab dengan olah batin, tirakat, dan perilaku

spiritual lainnya. Perhatian dan pemikirannya terhadap Kepercayaan Terhadap Tuhan

Yang Maha Esa itu diwujudkan dalam usulannya pada pasal 29 ayat (2) UUD 1945.4

Dasar hukum kemunculan aliran kepercayaan adalah pasal 29 UUD 1945,

yang di situ terdapat kata “kepercayaan”. Kata “kepercayaan” adalah buah dari

pemikiran Wongsonegoro, yang juga termasuk salah satu anggota perancang UUD

3abdi dalem panewu. abdi dalem adalah seorang yang mengabdikan diri pada seorang raja

atau pada seseorang guru besar yang dihormati. Sedangkan panewu adalah kedudukan atau pangkat

abdi dalem.

4Ensiklopedia Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, h. 706

Page 32: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

20

1945. Ia mengusulkan kebebasan secara luas termasuk bagi kebatinan dalam segala

bentuk dan isinya. Menurut Abdul Gafar Pringgodigdo pada Simposium Nasional

Kepercayaan di Yogyakarta pada November 1970, usulan Wongsonegoro untuk

mencantumkan juga kata kebatinan dalam pasal 29 UUD 1945 diterima. Akan tetapi,

dalam prosesnya dicarikan kata lain yang lebih netral, yang akhirnya digunakanlah

kata kepercayaan seperti yang ada pada ayat (2) pasal 29 UUD 1945 hingga

sekarang.5

Pada 19-21 Agustus 1955 bertempat di Semarang, kelompok aliran-aliran

kepercayaan mengadakan pertemuan yang menjadi Kongres Kebatinan pertama. Pada

kesempatan ini didirikanlah Badan Kongres Kebatinan Indonesia (BKKI) dan

Wongsonegoro dipercaya menjadi ketuanya. Wongsonegoro menegaskan bahwa

pendirian BKKI ini dilandasi oleh suatu hal yang di dalam Kongres nya itu

dinamakan sebagai “Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe” dan “Memayu Hayuning

Bawana”, yang artinya bekerja giat untuk kepentingan umum, bangsa dan umat

manusia dengan tidak berhasrat yang melebihi batas bagi diri dan golongannya

sendiri. Sejak kongres pertama itu, setiap dua tahun sekali BKKI rutin

mengadakannya. Seperti Kongres Kebatinan Indonesia II di Surakarta tahun 1956,

Kongres Kebatinan Indonesia III pada Juli 1958 di Jakarta, Kongres Kebatinan

Indonesia IV Juli 1960 di Malang Jawa Timur, dan Kongres Kebatinan Indonesia V

pada Juni 1963 di Ponorogo Jawa Timur.6

5Aryono, Pergulatan Aliran Kepercayaan Dalam Panggung Politik Indonesia, (Jurnal:

Sejarah Citra Lekha, Vol. 3, No.1, 2018), h. 60

6Aryono, Pergulatan Aliran Kepercayaan Dalam Panggung Politik Indonesia, h. 60-61.

Page 33: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

21

Pada 30 September 1965, terdapat dua kekuatan dalam sistem demokrasi di

bawah pemerintahan Soekarno. Pada masa ini PKI berkembang pesat, organisasi-

organisasi pendukungnya pun bertambah dan memiliki pengaruh yang sangat

signifikan. Sehingga PKI berhasil menginfiltrasi rakyat melalui kesenian dan

kebudayaan lainnya. Banyak dari kesenian dan kebudayaan tersebut di klaim

berafiliasi dengan Lekra, underbow PKI.

Pertumbuhan kekuatan dan pengaruh PKI tersebut, menimbulkan rasa

kekhawatiran pada kekuatan-kekuatan lain, khususnya kelompok Islam. Kelompok

militer lah yang memiliki kekuatan dalam menghadapi PKI. Kedua kekuatan tersebut

berubah setelah peristiwa penculikan enam (6) Jenderal TNI pada 30 September

1965. Peristiwa tersebut diikuti dengan “serangan balasan” anti-komunis, dan PKI

pun sebagai kekuatan politik dibubarkan. Kelompok militer menjadi satu-satunya

kekuatan yang besar dan tak tertandingi dengan panglima militer itu adalah Jenderal

Soeharto.7

Pada tahun 1966, dengan dukungan kelompok Islam penguasa atau kelompok

militer mulai melakukan pembersihan terhadap kelompok-kelompok yang

sebelumnya diinfiltrasi oleh PKI. Kelompok Kebatinan ikut dicurigai dan dituduh

terkait dengan PKI. Banyak dari pelaku kesenian dan kebudayaan menjadi target

utama dalam aksi penculikan dan penangkapan atas nama pembubaran dan

penumpasan PKI serta antek-anteknya. Karena kecurigaan tersebut, banyak kelompok

kebatinan yang tidak berani melaksanakan ritual-ritual nya secara terbuka. Pada saat

7Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur.., h. 37-38.

Page 34: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

22

suasana yang penuh ketegangan di awal Orde Baru itu, sebagian besar kelompok

kebatinan berafiliasi ke salah satu dari enam agama yang ada di negara Indonesia

sebagai strategi untuk menghindarkan diri dari tuduhan “belum beragama” yang

diklaim sama dengan komunis.

Pada tahun 1968, kekuasaan beralih ke Soeharto. Ia mulai menegakkan

fondasi rezim Orde Baru. Partai politik Sukarnois, Partai Nasional Indonesia (PNI),

Partai Sosialis Indonesia (PSI), dan partai-partai politik lainnya, termasuk partai-

partai Islam dipaksa untuk bergabung ke salah satu dari dua partai, yaitu: Partai

Demokrasi Indonesia (PDI) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Selain itu,

penguasa membentuk Golongan Karya (Golkar) sebagai instrument politik rezim

Orde Baru-nya. Sejak awal pembentukannya, Golkar menghidupkan kembali

organisasi-organisasi kebatinan dan pada akhir tahun 1960-an, kelompok kebatinan

mendapat dukungan dari elit-elit politik dan militer yang memiliki latar belakang

kejawen.8

Sekitar tanggal 7-9 November 1970, sebagai mantan anggota BPUPKI,

Wongsonegoro mengetuai simposium nasional Kepercayaan, Kebatinan, Kejiwaan,

Kerohanian di Yogyakarta. Dari simposium tersebut hasilnya adalah kedudukan dan

fungsi kebatinan, kejiwaan serta kerohanian sejajar dengan agama. sebulan kemudian,

Sekretariat Bersama (Sekber) Golkar membentuk Badan Koordinasi Karyawan

Kerohanian, Kebatinan, Kejiwaan Indonesia (BK5I), yang dianggap kedudukannya

setara dengan Persatuan Ulama Seluruh Indonesia (untuk umat Islam). Cikal bakal

8Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur.., h. 40

Page 35: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

23

dari BK5I adalah Badan Musyawarah Kebatinan , Kejiwaan dan Kerohanian

(BMK3I) yang pada tahun 1966 menjadi komponen Sekber Golkar.9

Di bawah Golkar, kelompok kebatinan terus berusaha menghimpun seluruh

penganut kepercayaan dalam satu wadah organisasi yang berjuang untuk

mendapatkan pengakuan secara legal dari negara. Pada masa ini, kelompok

masyarakat adat yang tersebar di luar Jawa pun diikutsertakan. Tradisi-tradisi adat

yang pada masa penjajahan Belanda dicap sebagai animis dan pada masa penjajahan

Jepang dipinggirkan karena dianggap antek penjajah Belanda dan bertentangan

dengan Islam, kemudian setelahnya kajian adat lebih diidentikkan dengan hukum

(hukum adat), yang dikategorikan sebagai kepercayaan, kerohanian dan kebatinan.

Pada bulan berikutnya, tepatnya pada tanggal 27-30 Desember 1970,

kelompok kebatinan melaksanakan Musyawarah Nasional (Munas) Kepercayaan di

Yogyakarta. Hasil dari musyawarah tersebut adalah membedakan kebatinan menjadi

tiga unsur diantaranya: Kerohanian, Kebatinan, dan Kejiwaan (Kebatinan). Oleh

karena itu, Aliran Sapta Darma merubah nama menjadi Kerohanian Sapta Darma, dan

ditengarai sebagai satu-satunya aliran yang memakai istilah Kerohanian.10

Melalui Golkar, pemerintah memberikan keputusan dengan menerima

organisasi kepercayaan sebagai lembaga formal. Hal tersebut merupakan sebuah

langkah penting karena dengan demikian pemerintah memiliki tanggung jawab untuk

mendukung dan melayani kelompok tersebut secara finansial, sebagaimana yang

diberikan kepada kelima kelompok agama. Pada 20 Januari 1971, delegasi Munas

9Aryono, Pergulatan Aliran Kepercayaan Dalam Panggung Politik Indonesia, h. 61

10Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur.., h. 41-42.

Page 36: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

24

Kepercayaan yang diketuai Mr. Wongsonegoro menghadap Presiden Soeharto.

Mereka mengajukan empat hal: 1) terkait dengan legalitas kehidupan kepercayaan

(kebatinan, kerohanian, kejiwaan), 2) pendidikan moral Pancasila, 3) kedudukan

Sekretariat Kerjasama Kepercayaan, dan 4) perayaan Satu Syura sebagai hari besar

Kepercayaan. Dan ditindak lanjuti pada 27 Januari 1971 “ Satu Syura Syaka 1901”

dirayakan di berbagai tempat, dengan doa, sesaji, pewayangan, serta sambutan-

sambutan, termasuk sambutan yang dibawakan langsung oleh Presiden Soeharto.

Upaya pemerintah untuk menyetarakan kepercayaan dengan agama tentu saja

mendapat protes, seperti sebelumnya. Pada tanggal 11 April 1972, Lembaga PAKEM

yang telah di reorganisasi dan juga didirikan di berbagai daerah melaporkan bahwa

terdapat 644 Cabang Kebatinan dan aliran kepercayaan serta sebanyak 188 dari

aliran-aliran tersebut berada di Jawa Tengah. Keseluruhan aliran tersebut terdaftar di

Sekretariat Kerjasama Kepercayaan pada tingkat pusat dan cabang.11

Usaha dalam mencari landasan hukum selanjutnya dimantapkan lagi dalam

sidang MPR-RI tahun 1973 dan seterusnya dalam sidang tahun 1978 yang

memasukkan kepercayaan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sebagai

realisasi Tap MPR Nomor IV/MPR/1978 yang berkenaan dengan bidang agama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan ditunjang dengan pidato Presiden

Soeharto di hadapan DPR tanggal 16 Agustus 1978, ditegaskan bahwa kepercayaan

merupakan bagian dari kebudayaan Nasional kita dan merupakan budaya yang hidup

dan dihayati oleh bangsa kita, sehingga sejak 1978 kepercayaan yang semula berada

dalam wewenang DEPAG dialihkan menjadi wewenang Direktorat Pembinaan

11Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur.., h. 42- 44

Page 37: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

25

Penghayat Kepercayaan dibawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan,

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.12

B. Ketetapan MPR RI Tahun 1973 dan 1978 tentang GBHN

Setelah Pemilu 1971, regulasi pemerintah Soeharto berpihak kepada

Kepercayaan melalui lumintu13 Soedjono Humardani dan Zahid Husein sebagai orang

kepercayaan Soeharto “Orang Cendana”. Para penghayat kepercayaan pada periode

awal pemerintahan Soeharto sudah diberi stigma sosial dengan abangan dan PKI

sehingga menjadi objek kekerasan negara. Soeharto meningkatkan status PNPS

Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan atau Penodaan

Agama sebagai UU melalui UU No. 5 tahun 1969 tentang pernyataan berbagai

penetapan Presiden sebagai Undang-Undang. Kemudian pada Sidang Umum MPR

hasil Pemilu 1971, menghasilkan TAP MPR No. IV/MPR/1973.14

Sehubungan dengan ide memasukkan aliran kepercayaan dalam GBHN 1973

diidentifikasi berawal dari hasil konferensi pekerja Golkar I, Maret 1972. Hasil dari

konferensi tersebut adalah keputusan bahwa Golkar ingin menyamakan kebatinan

Jawa dengan kelima agama resmi di Indonesia. Keputusan tersebut kemudian dibawa

ke rapat khusus DPP Golkar pada April 1972. Keputusan itu menjadi bahan masukan

bagi Tim Penyiapan Bahan-bahan Sidang Umum MPR 1973. Aliran kebatinan pun

12Hartik Agustina, Paguyuban Darma Bakti Tambuh, Batu, Jawa Timur, ( Skripsi: Jurusan

Perbandingan Agama IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), h. 36.

13Lumintu dalam Kamus Bahasa Jawa Berasal dari Kata Lumintir, yang artinya

Berkesinambungan. Sedangkan dalam kalimat tersebut dimaksudkan untuk gelar seseorang.

14Abdul Latif Bustami, Modul III - Sejarah Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Di

Indonesia, (Jakarta: Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan, 2017), h. 38-39.

Page 38: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

26

kemudian masuk dalam naskah kerja GBHN yang disusun oleh tim kerja yang

dipimpin oleh Darjatmo, kepala staf kekaryaan Hankam sekaligus karib Ali Murtopo.

Pada saat paripurna ketiga, Chalid Mawardi yang menjadi juru bicara dari

Fraksi Persatuan Pembangunan mengemukakan pendapat fraksinya. Menurutnya,

dalam rangka pembinaan terhadap aliran-aliran kepercayaan atau faham-faham

keagamaan hendaknya di tempatkan pada proporsi nya, sehingga dapat dilakukan

pembimbingan, pembinaan dan pengawasan supaya aliran-aliran itu kembali kepada

induk agamanya masing-masing serta berusaha mencegah perkembangan aliran

kepercayaan yang bertentangan dengan Pancasila dan keyakinan beragama.15

Terlepas dari kritikan tersebut, posisi kepercayaan sebagaimana tercantum

dalam GBHN yang telah disusun dan diputuskan melalui TAP MPR 1973, dan

menegaskan bahwa kepercayaan dan agama adalah ekspresi kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa yang sama-sama sah.16 Secara rinci dapat dilihat dalam TAP

MPR RI No. IV/MPR/1973 tentang GBHN, bahwa agama dan kepercayaan adalah

dua kategori kelompok warga yang eksistensinya sama-sama diakui sebagai satu

kesatuan bangsa yang perlu dikembangkan. Kemudian pada Bab IV “Pola Umum

Pelita Kedua” bagian (D); Arah Kebijaksanaan Pembangunan, secara spesifik

keduanya dituliskan “Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa”.

Poin-poin tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

1. Atas dasar Kepercayaan Bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa maka

peri kehidupan beragama dan peri kehidupan berkepercayaan terhadap Tuhan

15Aryono, Pergulatan Aliran Kepercayaan Dalam Panggung Politik Indonesia, h. 61-62.

16Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur Dalam Politik.., h. 45

Page 39: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

27

Yang Maha Esa didasarkan atas kebebasan menghayati dan mengamalkan

Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai dengan falsafah Pancasila.

2. Pembangunan Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

ditujukan untuk pembinaan suasana hidup rukun diantara sesama ummat

beragama sesama penganut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

antara semua ummat beragama dan semua penganut Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa serta meningkatkan amal dalam bersama-sama

membangun masyarakat.

3. Diusahakan bertambahnya sarana-sarana yang diperlukan bagi pengembangan

kehidupan keagamaan dan kehidupan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, termasuk pendidikan Agama yang dimasukkan kedalam kurikulum di

sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas-universitas

negeri.17

Terkait dengan hal tersebut, pada tanggal 2 Januari 1974 Undang-Undang

Republik Indonesia juga mengesahkan UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

diundangkan. Sesuai dengan TAP MPR RI Nomor: IV/MPR/1973 di atas, UU

tentang Perkawinan ini berlaku untuk seluruh penduduk secara nasional, sebagaimana

dituangkan dalam bagian “menimbang”:

“bahwa sesuai dengan falsafah Pancasila serta cita-cita untuk pembinaan hukum

nasional, perlu adanya Undang-undang tentang Perkawinan yang berlaku bagi

semua warga negara”.18

Menarik untuk dibandingkan antara UU perkawinan ini dengan yang

sebelumnya. Jika UU No. 32 Tahun 1954 berlaku hanya untuk umat Islam, UU No. 1

Tahun 1974 adalah untuk seluruh warga negara, baik umat Islam maupun lainnya,

sekalipun keduanya dibedakan: perkawinan umat Islam dicatatkan di kantor

17Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973 tentang GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara).

18Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur.., h. 46.

Page 40: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

28

pengadilan agama, sedangkan warga negara lainnya dicatatkan di kantor pengadilan

umum.

Unsur “kepercayaan” dalam Arah dan Kebijaksanaan Pembangunan

diselaraskan dengan amanat GBHN, yaitu pembinaan kerukunan umat beragama dan

kepercayaan. Setelah digariskan dalam GBHN, pemerintah melalui Departemen

Agama berupaya mengatur dan mengawasi keberadaan para penghayat kepercayaan

yang tumbuh di Indonesia.19

Pada Sidang Umum 1978, pemerintah kembali memasukan pembinaan aliran

kepercayaan ke dalam GBHN. Salah satu agenda SU MPR 1978 adalah menetapkan

rancangan GBHN. Rancangan tersebut disusun oleh pemerintah untuk diolah dalam

rapat fraksi sebelum rapat disahkan dalam rapat paripurna.

Bahan-bahan yang disiapkan untuk sidang MPR tersebut disusun oleh sebuah

tim dengan susunan Sudharmono (ketua), JB Sumarlin (wakil), Ismail Saleh

(sekretaris), dan delapan anggota lainnya seperti Kartakusumah, A.

Wiranatakusumah, Subarkah, Ali Murtopo, Daryatmo, Madjid Ibrahim, Kartidjo serta

Murdiono. Dalam rancangan itu, pemerintah memuat pembahasan tentang aliran

kepercayaan kepada Tuhan. Akan tetapi F-PPP menolak hal tersebut.20 Mereka

mempersoalkan aliran kepercayaan yang diakui secara resmi dan diperlakukan sama

seperti Islam dan agama-agama lainnya. Mereka juga menolak jika kepercayaan

berada dalam satu wadah bersama dengan agama-agama di bawah naungan

Kementerian Agama. Mereka juga mendesak agar mereka yang Muslim

19Aryono, Pergulatan Aliran Kepercayaan Dalam Panggung Politik Indonesia, h. 62.

20Aryono, Pergulatan Aliran Kepercayaan Dalam Panggung Politik Indonesia, h. 62.

Page 41: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

29

meninggalkan kepercayaan, atau tinggalkan Islam jika tetap memilih kepercayaan.

Bagi mereka, pengakuan kepercayaan secara resmi oleh negara berarti dengan

menginstitusionalisasi budaya abangan, yang bertentangan secara langsung dengan

budaya santri.21

Pada rapat Komisi A, fraksi dari PPP menolak rancangan GBHN dari

pemerintah yang mencantumkan aliran kepercayaan dalam dokumen konstitusional

seperti GBHN. Yusuf Syakir sebagai juru bicara dari Fraksi Persatuan di Komisi A,

pada akhir pembacaan akhir keputusannya menyatakan bahwa fraksinya akan walk-

out (keluar). Ia mengatakan bahwa kepercayaan yang berdiri di luar agama dan

mendapat perlakuan yang sama adalah bertentangan dengan Pancasila dan UUD

1945. Meskipun F-PPP memutuskan untuk walk-out, rapat Komisi A tetap

memutuskan bahwa kepercayaan bukan termasuk agama dan perlunya pembinaan

terhadap para penghayat kepercayaan untuk mencegah supaya tidak mengarah pada

pembentukan agama baru. Kemudian pada rapat paripurna, ketika sidang akan

mengesahkan aliran kepercayaan terhadap Tuhan dalam GBHN 1978, F-PPP kembali

melakukan walk-out. Pengakuan atas aliran kepercayaan dalam naskah GBHN 1978

dimuat pada bagian Modal Dasar Pembangunan Nasional, Wawasan Nusantara, Arah

Pembangunan Jangka Panjang, dan Sasaran Pembangunan Jangka Panjang.22

Untuk lebih detail nya dapat dilihat dalam TAP MPRRI IV/MPR/1978 tentang

GBHN. Terdapat dalam Bab (IV) Pola umum Pelita Ketiga, bagian (D) Arah

21Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur.., h. 51.

22Aryono, Pergulatan Aliran Kepercayaan Dalam Panggung Politik Indonesia, h. 62.

Page 42: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

30

Kebijakan Pembangunan, dalam bidang “Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, Sosial Budaya” dengan menetapkan:

(f) Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak merupakan agama.

Pembinaan terhadap kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dilakukan:

- Agar tidak mengarah pada pembentukan agama baru.

- Untuk mengefektifkan pengambilan langkah yang perlu agar pelaksanaan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa benar-benar sesuai dengan dasar

Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.23

Pasca sidang penetapan MPR No. IV/MPR/1978, yang ditindaklanjuti dengan

Instruksi Menteri Agama No. 4 Tahun 1978 Tentang Kebijaksanaan Mengenai

Aliran-Aliran Kepercayaan semakin mendiskriminasi para Penghayat Kepercayaan

Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. MPR mempertanyakan keberadaan aliran

kepercayaan dan dinyatakan sebagai kebudayaan. Politik keberpihakan pasca P4

(Pedoman, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) adalah dengan dibentuknya

Direktorat Pembinaan Penghayat Kepercayaan (PPK) terhadap Tuhan Yang Maha

Esa berdasarkan Keputusan Presiden No. 27 dan No. 40 Tahun 1978. Direktorat

tersebut dipimpin oleh Arymurthy (Paguyuban Sumarah) dan berada dibawah

naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.24

Setahun kemudian selesai tugas pokok yang digarap oleh PPK, setelah Daoed

Joesoef selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menandatangani surat keputusan

nomor 0145/O/79 yang berisi empat (4) tugas pokok Direktorat PPK yaitu:

(1) Mempersiapkan perumusan kebijakan teknis pembinaan penghayat

kepercayaan sesuai kebijakan teknis Dirjen,

23Ketetapan MPR RI No: IV/MPR/1978 tentang GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara).

24Abdul Latif Bustami, Sejarah Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Di Indonesia,

h. 41.

Page 43: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

31

(2) Menyusun materi dan program pembinaan penghayat kepercayaan,

(3) Menyelenggarakan bimbingan dan penyuluhan serta melaksanakan publikasi

dan dokumentasi pelaksanaan pembinaan penghayat kepercayaan,

(4) Melakukan penelitian atas pelaksanaan kegiatan pembinaan penghayat

kepercayaan.

Pada sidang kabinet terbatas bidang politik dan keamanan 27 September

1978, permasalahan agama dalam perkawinan menjadi pembahasan tersendiri.

Menteri Agama sekaligus mantan jenderal, Alamsjah Ratu Prawiranegara

menekankan kepada stabilitas nasional. Ia mengeluarkan SK Menteri Agama No. 70

dan 77 Tahun 1978 (tentang Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri untuk

Lembaga Agama). Langkah ini mendapat dukungan dari Soeharto. Mengenai

dukungan tersebut ditegaskan, bahwa perkawinan di Indonesia cuma ada dua:

menurut tata cara agama dan catatan sipil. Tidak lama kemudian Menteri Dalam

Negeri Amir Machmud mengeluarkan surat edaran bernomor 477/74054 tanggal 18

November 1978 kepada semua gubernur dan bupati/walikota se-Indonesia mengenai

petunjuk pengisian kolom “agama” dan pengakuan lima agama saja dari pemerintah.

Setelah keluar Surat Edaran Mendagri mengenai keharusan mengisi kolom

agama, Surat Menteri Agama tanggal 17 Juli 1980 yang menerangkan bahwa jika ada

penghayat kepercayaan yang membubuhi tanda garis mendatar pada kolom agama,

maka akan dicap sebagai tidak beragama. Penyebutan agama dalam KTP yang ditulis

tanda (-) bagi para penghayat kepercayaan, yang berarti mereka yang bersangkutan

adalah tidak beragama. Bukan hanya itu, masih dalam surat yang sama, jika ada

penghayat kepercayaan yang mengajak orang beragama lain untuk mengikutinya

Page 44: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

32

maka dihadang dengan pasal 156 a KUHP, juga dalam UU Nomor 1 PNPS 1965

pasal 4, dengan ancaman 5 tahun penjara.25

C. UU No. 23 Tahun 2006 dan Perubahannya dalam UU No. 24 Tahun 2013

tentang Administrasi Kependudukan (Adminduk)

Dalam Administrasi Kependudukan (Adminduk), hanya enam agama yang

diakui di Indonesia yaitu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Dan

Setiap warga negara diwajibkan memilih salah satu agama resmi untuk mengisi

kolom agama di setiap formulir pencatatan sipil. Para penghayat kepercayaan tidak

memiliki pilihan lain kecuali mereka pindah agama atau berafiliasi ke agama resmi

jika ingin mencatatkan kewarganegaraan nya atau mendapatkan pelayanan. Mereka

yang tidak memilih maka tidak mendapatkan pencatatan sipil dan mendapatkan

pelayanan. Seorang penghayat yang ingin mendapatkan layanan listrik misalnya

dapat dilayani jika dia memiliki KTP yang kolom agamanya diisi dengan salah satu

agama resmi. Mereka yang memiliki KTP yang kolom agamanya tercantum agama

resmi bisa mengakses segala macam pekerjaan di lembaga negara. Begitulah bentuk

implementasi kebijakan agama resmi.26

Terkait dengan kolom agama, pemerintah mengesahkan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Undang-Undang

Administrasi Kependudukan Tahun 2006 mewajibkan warga negara menuliskan

agama mereka di Kartu Tanda Penduduk (KTP). RUU tersebut melarang warga

negara mengidentifikasikan agama mereka selain dari enam agama yang diakui resmi.

25Aryono, Pergulatan Aliran Kepercayaan Dalam Panggung Politik Indonesia, h. 63.

26Samsul Maarif, Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur.., h. 55.

Page 45: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

33

Warga negara secara hukum diperbolehkan mengosongkan kolom agama, akan tetapi

beberapa pejabat pemerintah daerah tidak mengetahui soal pilihan ini. Hal itu

menyebabkan penganut kelompok agama yang tidak diakui sering mengalami

kesulitan untuk memperoleh KTP.27

UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Adminduk),

pada Bagian Kedua Dokumen Kependudukan Pasal 61 ayat (2) tentang Kartu

Keluarga dinyatakan bahwa “Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana

dimaksud ayat (1) bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama

berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat

kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam data base

Kependudukan”. Bab IV Pasal 64 tentang KTP ayat (2) dinyatakan bahwa

“Keterangan tentang agama bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai

agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat

kepercayaan, tidak diisi atau dikosongkan, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam

data base Kependudukan”. UU No. 23 Tahun 2006 itu disempurnakan dalam UU No.

24 Tahun 2013 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan, yang dinyatakan pada Pasal 8 ayat (4), Pasal 64 ayat (5) hanya

masalah e-KTP.28

Adanya pembedaan antara agama yang diakui dan tidak diakui, peneliti

Wahid Foundation, Alamsyah M Djafar mengatakan, diskriminasi yang dialami para

27M. Ridwan Lubis, Agama Dan Perdamaian Landasan, Tujuan, dan Realitas Kehidupan

Beragama di Indonesia, (Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2017), h. 376.

28Abdul Latif Bustami, Sejarah Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Di Indonesia,

h. 45.

Page 46: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

34

penganut aliran kepercayaan tidak lepas dari Undang-Undang No. 23 Tahun 2006

tentang Administrasi Kependudukan (UU Adminduk). Diksi “tidak diisi” menurut

Alamsyah sering diartikan dengan tanda (-). Itulah yang akhirnya menimbulkan

beragam masalah diskriminasi. Berdasarkan hasil penelitian Wahid Foundation,

mereka biasanya mendapat perlakuan diskriminatif dalam pekerjaan dan pencatatan

pernikahan. “Misalkan ada anggota komunitas aliran kepercayaan yang gagal menjadi

tentara karena kosong di kolom agamanya. Sedangkan atasannya menyatakan harus

diisi”, kata Alamsyah.29

Kasus yang lainnya dialami oleh Carlim, seorang Ketua Yayasan Sapta Darma

di Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Ia masih mengingat bagaimana peristiwa pada

awal Desember 2014. Saat itu, salah satu anggota keluarga besarnya, Daodah,

meninggal dunia. Perangkat desa setempat tidak memberikan izin penguburan

Daodah di makam milik kampung. Pangkal masalahnya adalah status Daodah, Carlim

dan juga keluarga besarnya adalah sebagai penghayat kepercayaan Sapta Darma.

Daodah akhirnya dimakamkan di halaman rumah, dan tidak jauh dari tempat

ibadah penghayat kepercayaan Sapta Darma di Desa Siandong, Brebes. Carlim

mengatakan, memang sebenarnya sejak awal hubungan dengan masyarakat lain

sangat baik. Saling menghargai, tidak ada masalah apa-apa. Masalah ada setelah ada

kematian, kemudian ada penolakan pemakaman, dikarenakan awalnya dari

kekosongan kolom agama di KTP warga yang meninggal.30

29Diakses dari https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/uu-adminduk-diskriminatif-bagi-

penganut-aliran-kepercayaan-cvlq Pada Tanggal 1 November 2019.

30Diakses dari https://www.google.com/amp/s/www.voaindonesia.com/amp/4340417.html

Pada Tanggal 1 November 2019.

Page 47: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

35

D. Keputusan Mahkamah Konstitusi No 97/PUU-XIV/2016

Dengan adanya peristiwa yang dialami oleh Carlim, sehingga membuat

dirinya terlibat dalam upaya judicial review terhadap Pasal 61 ayat 1 dan pasal 64

ayat 1 Undang-Undang (UU) Administrasi Kependudukan karena bertentangan

dengan Undang-Undang Dasar (UUD).31 Terdapat sejumlah pemohon lain dalam

pengajuan judicial review, antara lain : Nggay Mehang Tana (Pemohon I) dari

kepercayaan Marapu (Sumba Timur), Pagar Demanra Sirait (Pemohon II) Parmalim

(Sumatera Utara), Arnol Purba (Pemohon III) Ugamo Bangsa Batak (Sumatera

Utara), dan yang terakhir adalah Carlim (Pemohon IV) dari kepercayaan Sapta Darma

(Jawa).32

Pada tanggal 7 November 2017, Mahkamah Konstitusi akhirnya mengabulkan

permohonan judicial review tentang aturan pengosongan kolom agama bagi penganut

kepercayaan pada KK dan e-KTP yang diatur dalam Pasal 61 ayat (1) dan (2) dan

Pasal 64 ayat (1) dan (5) Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 24

Tahun 2013 tentang UU Perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan (UU Adminduk).33

Terkait dengan pasal-pasal a quo, dalam gugatan nya para pemohon

berargumentasi bahwa pasal-pasal tersebut telah menyebabkan kerugian atas hak-hak

konstitusional para pemohon. Permasalahan negara yang enggan mengakui

31Diakses dari https://www.google.com/amp/s/www.voaindonesia.com/amp/4340417.html

Pada Tanggal 1 November 2019.

32Surat Keputusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 97/PUU-XIV/2016, h. 1.

33Prianter Jaya Hairi, Majalah Info Singkat Hukum Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan

Strategis, Vol.IX, No. 23/I/Puslit/Desember/2017, (Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, 2009), h.

1-4.

Page 48: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

36

keberadaan para penganut kepercayaan dikatakan sebagai tindak diskriminasi secara

langsung terhadap para pemohon yang merupakan para penganut kepercayaan.

Majelis Hakim yang dipimpin oleh Ketua MK Arief Hidayat mengabulkan

seluruhnya permohonan judicial review yang diajukan oleh Nggay Mehang Tana,

Pagar Demanra Sirait, Arnol Purba, Carlim sebagai pemohon dengan Nomor Perkara

97/PUU-XIV/2016.

Dalam putusan nya, Majelis Hakim berpendapat bahwa kata “agama” dalam

Pasal 61 ayat (1) dan Pasal 64 ayat (1) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) dan tidak mempunyai kekuatan

hukum mengikat secara bersyarat sepanjang tidak termasuk penganut aliran

kepercayaan. Selain itu, Majelis Hakim MK juga menyatakan bahwa Pasal 61 ayat

(2) dan Pasal 64 ayat (5) bertentangan dengan UUD NRI 1945 dan tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat. Dengan demikian, sejak putusan dibacakan oleh hakim

MK, penganut kepercayaan memiliki kedudukan hukum yang sama dengan pemeluk

enam agama yang telah diakui pemerintah dalam memperoleh hak-hak nya.

Namun, tidak semua pihak setuju dengan putusan MK tersebut. Muncul protes

dari berbagai kalangan, termasuk dari lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI

sangat menyesalkan putusan MK tersebut dan menilai putusan tersebut kurang cermat

dan memberi luka pada perasaan umat beragama, seharusnya dalam mengambil

keputusan perlu komunikasi yang dibangun oleh MK dan menyerap aspirasi yang

Page 49: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

37

seluas-luasnya dari masyarakat dan pemangku kepentingan sehingga dapat

mengambil keputusan secara objektif, arif, bijak dan aspiratif.34

Berikut merupakan keputusan yang diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi:

1. Mengabulkan permohonan dan Pemohon untuk seluruhnya.

2. Menyatakan kata “agama” dalam Pasal 61 ayat (1) dan Pasal 64 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013

Nomor 232 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475)

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara bersyarat sepanjang

tidak termasuk “kepercayaan”;

3. Menyatakan Pasal 61 ayat (2) dan Pasal 64 ayat (5) Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah

dengan Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 232 dan Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475) bertentangan dengan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak

mempunyai kekuatan hukum mengikat;

4. Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia

sebagaimana mestinya.35

Demikian diputus dalam Rapat Permusyawaratan Hakim yang dihadiri oleh

sembilan Hakim Konstitusi yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap anggota,

Anwar Usman, Suhartoyo, Wahiduddin Adams, Saldi Isra, I Dewa Gede Palguna,

Aswanto, Maria Farida Indrati, dan Manahan M.P Sitompul, masing-masing sebagai

34Prianter Jaya Hairi, Majalah Info Singkat Hukum .., h. 1- 4.

35Keputusan Mahkamah Konstitusi No 97/PUU-XIV/2016

Page 50: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

38

anggota, pada hari Rabu, tanggal delapan belas, bulan Oktober, tahun dua ribu

tujuh belas, yang diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka

untuk umum pada hari Selasa, tanggal tujuh, bulan November, tahun dua ribu

tujuh belas, selesai diucapkan pukul 10:27 WIB, oleh tujuh Hakim Konstitusi yaitu

Arief Hidayat selaku Ketua merangkap anggota, Anwar Usman, Saldi Isra, I Dewa

Gede Palguna, Aswanto, Maria Farida Indrati, dan Manahan M.P Sitompul, masing-

masing sebagai anggota, dengan didampingi oleh Syukri Asy’ari sebagai Panitera

Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/kuasanya, Presiden atau yang mewakili,

Dewan Perwakilan Rakyat atau yang mewakili dan Pihak Terkait/kuasanya.

E. Permendikbud No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Pada Satuan Pendidikan

Setiap individu perlu sebuah pendidikan karena sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang

harus dipenuhi oleh manusia. Prof. Dr. H.A.R. Tilaar berpandangan bahwa

pendidikan tidak dapat dipisahkan dari perubahan sosial dan kehidupan manusia di

dalam berbagai kaitannya dengan masalah kebudayaan.36

Dalam perjalanan pendidikan di Indonesia masih ada diskriminasi pendidikan

terhadap kelompok-kelompok minoritas seperti yang pernah terjadi terhadap para

penghayat kepercayaan. Sebagai contoh kasusnya adalah pernah dialami oleh siswa

SMK 07 Semarang Zulfa Nur Rahman, yang merupakan salah satu siswa penganut

36Tilaar, Pendidikan Multikultural dan Revitallisasi Hukum Adat dalam Perspektif Sejarah,

(Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2005), h. 13.

Page 51: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

39

penghayat kepercayaan dalam ranah pendidikan umum, ia tidak bisa naik kelas

dikarenakan menolak mengikuti pelajaran agama yang disediakan oleh sekolah.37

Kejadian tersebut bermula pada tanggal 18 Desember 2015, saat pengambilan

LHBS (Laporan Hasil Belajar Siswa), guru BK (Bimbingan Konseling)

berkomunikasi dengan orang tua murid terkait dengan nilai kosong pada mapel

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Islam. Kemudian, pada tanggal 3 Maret 2016

orang tua dipanggil oleh pihak sekolah untuk melakukan pendekatan dan mencari

solusi agar siswa mengikuti pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.38

Selanjutnya dijelaskan bahwa “pihak sekolah tidak menaikkan Zulfa karena tidak

adanya regulasi yang mengatur tentang penghayat kepercayaan”, tutur kepala

ombudsman RI Kantor Perwakilan Jawa Tengah Achmad Zaid.39

Adanya diskriminasi terhadap warga penghayat kepercayaan dalam bidang

pendidikan, maka pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan Tradisi menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27

Tahun 2016 tentang Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Pada

Satuan Pendidikan. Dengan terbitnya PERMENDIKBUD No. 27 Tahun 2016,

diharapkan diskriminasi yang selama ini dialami penghayat kepercayaan dalam

bidang pendidikan, dapat segera berakhir. Sehingga eksistensi dan peran masyarakat

37Dino Nur Wahyu, Pendidikan Anak Penghayat Kepercayaan Di SMA 9 dan SMP 59

Surabaya, (Skripsi: Jurusan Studi Agama Agama Universitas Negeri Sunan Ampel, 2019), h. 2.

38Bunyamin, Presentasi tentang Layanan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, (Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang ), Studi Kasus Permasalahan Peserta Didik Di

SMK N 7 Semarang.

39Dino Nur Wahyu, Pendidikan Anak Penghayat Kepercayaan.., h. 2.

Page 52: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

40

penghayat kepercayaan akan lebih Nampak di dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.40

Dalam PERMENDIKBUD No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Pada Satuan Pendidikan, dijelaskan

bahwa peserta didik Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa berhak

mendapatkan Layanan Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

sesuai dengan hak-hak peserta didik dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Lebih rinci dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa:

(1) Layanan Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah

Layanan Pendidikan yang diberikan kepada Peserta Didik Penghayat

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan Pembelajaran tentang

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha.

Kemudian mengenai pendidik penghayat kepercayaan dijelaskan pada Pasal 1 ayat

(6) bahwa:

(6) Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, pamong

belajar, dan sebutan lain sesuai dengan kekhususan nya serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Mengenai muatan Pendidikan pada Pasal 2 ayat (2) adalah:

(2) Muatan Pendidikan Kepercayaan wajib memiliki Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, buku teks

pelajaran, dan Pendidik.

Dan pada Pasal 3 dijelaskan:

40JUKNIS – Sosialisasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27 Tahun 2016

tentang Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan,

(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, 2016).

Page 53: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

41

- Dalam penyediaan Pendidikan Kepercayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2, Pemerintah , Pemerintah Daerah, dan satuan pendidikan dapat bekerja sama

dengan Organisasi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Yang telah terdaftar sesuai peraturan perundang-undangan.

PERMENDIKBUD No. 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Pada Satuan Pendidikan ditetapkan

dan ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Anies Baswedan, pada tanggal 22 Juli 2016 di Jakarta. Dan diundangkan di Jakarta

pada tanggal 1 Agustus 2016 oleh Widodo Ekatjahjana Direktur Jenderal Peraturan

Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia dengan ditempatkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 1121. 41

41Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Kumpulan Peraturan Menteri Pendidikan

Dan Kebudayaan Tahun 2016-2017, (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2017), h. 172-175.

Page 54: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

42

BAB III

ALIRAN KEPERCAYAAN SAPTA DARMA DI INDONESIA

A. Sejarah dan Perkembangan Aliran Kepercayaan Sapta Darma di Indonesia

1. Sejarah Aliran Sapta Darma

Gambar 3. 1 Sosok Panuntun Agung Sri Gutama1

Ajaran Sapta Darma (tujuh wewarah suci) diterima oleh seorang putra bangsa

Indonesia bernama Hardjosapuro yang kemudian bergelar Sri Gutama dan Panutan

Agung Sapta Darma. Terkait dengan istilah/kalimat wewarah suci dan luhur

dijelaskan bahwa: “Kita yakin Sapta Darma sebagai wewarah suci karena wewarah

Sapta Darma itu sebagai wahyu dan dhawuh2 dari Tuhan Yang Maha Esa. Kita yakin

Sapta Darma sebagai wewarah luhur karena wewarah Sapta Darma itu mengandung

nilai-nilai luhur”.3 Ajaran ini diterima secara berurutan di Kampung Pandean, Desa

Pare, Kecamatan Pare, Kediri Jawa Timur, sejarahnya diceritakan sebagai berikut:

Yang pertama adalah penerimaan Wahyu Sujud pada tanggal 27 Desember

1952. Di Kampung Pandean, Gang Koplakan, Pare, tinggal lah sosok Hardjosapuro

yang memiliki pekerjaan sebagai seorang wiraswasta.

1Sumber: Dokumen Pribadi

2Dhawuh dalam bahasa Indonesia artinya adalah perintah. Maksud dari kalimat di atas berarti

perintah untuk melakukan sesuatu dari Tuhan Yang Maha Esa.

3Ensiklopedia Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, h. 290.

Page 55: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

43

Pada tanggal 26 Desember 1952, Hardjosapuro tidak melakukan pekerjaan

seperti biasanya, Ia seharian penuh berada di rumah dengan keadaan hati yang

gelisah, walaupun tidak ada beban batin atau pikiran yang sedang dimilikinya.4 Tepat

pada pukul 01.00 WIB, pada saat itu Hardjosapuro dibangunkan dan digerakkan oleh

suatu daya berupa getaran yang sangat kuat di luar kemauannya, dan menempatkan

dirinya dalam keadaan duduk bersila menghadap ke timur dan kedua tangan

bersedekap dengan alam pikiran Hardjosapuro masih dalam keadaan sadar. Dalam

keadaan yang seperti itu Hardjosapuro di luar kemampuannya justru mengucapkan

kalimat-kalimat yang sekarang ini diucapkan dalam gerakan persujudan Sapta

Darma.5

Kejadian aneh yang dialami tersebut diceritakan oleh Hardjosapuro kepada

kerabat-kerabatnya, seperti Djojodjaimoen, Kemi Handini, Somogiman, Darmo dan

Rekso Kasirin. Pada awalnya mereka tidak percaya dengan cerita pengalaman yang

dialami Hardjosapuro, akan tetapi mereka pun mengalami hal yang sama dan tergerak

melakukan sujud.6 Semenjak hari itu berita tersebut menyebar dari mulut ke mulut

tentang peristiwa gaib di kota Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Yang kedua adalah penerimaan wahyu Racut pada tanggal 13 Februari 1953.

Pada pagi hari pukul 10.00 WIB ketika keenam teman nya berkumpul di rumah

Hardjosapuro berdasar atas perintah wahyu dari Hyang Maha Kuasa, saat mereka

4Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, (Yogyakarta: Sekretariat Tuntunan Agung Kerokhanian Sapta Sapta Darma, 2010), h. 12.

5Liat di Sub bagian Praktik Keagamaan Sapta Darma Halaman 70

6Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 14.

Page 56: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

44

sedang asyiknya bercakap-cakap tiba-tiba Hardjosapuro dengan suara keras berkata

dalam Bahasa Jawa :

“Kanca-Kanca Delengen Aku Arep Mati, Amat-Amatana Aku”.

Yang jika diterjemahkan secara bebas artinya:

“Kawan-Kawan Lihatlah Aku Akan Mati, Amat-Amatilah Aku”.7

Sambil berkata demikian Hardjosapuro kemudian melakukan racut, yaitu mati

dalam hidup. Dalam melakukan tugas itu, Hardjosapuro merasa rohaninya keluar dari

wadagnya (badan jasmani) dan naik ke atas melalui Alam Langgeng. Ia memasuki

sebuah rumah besar yang indah, di dalam rumah itu terlihat orang yang bersinar

laksana Maha Raja, di situ Hardjosapuro melakukan sujud menyembah kepada Allah

Hyang Maha Kuasa, dan setelah itu ia di bopong oleh orang yang bersinar tadi,

kemudian di ayun-ayunkan. Selanjutnya, ia digandeng menuju ke taman yang penuh

dengan bunga indah dan dibawa ke sebuah sumur yang tersebut namanya adalah

Sumur Gumuling dan Sumur Jalatunda.Setelah itu ia diberi dua bilah keris pusaka

yang namanya keris Nogososro, wujudnya besar dengan rangka polokan Mataram

dan satunya adalah keris Bendo Segodo, yang pada pamornya terdapat bentuk benda

bulat berjajar. Sesudah itu, Hardjosapuro disuruh kembali. Dalam kembalinya, ia

merasa diikuti oleh sebuah bintang yang besar dan bersinar terang seakan-akan

mengantar perjalanan pulangnya.

Yang ketiga adalah penerimaan wahyu Simbol Pribadi Manusia, Wewarah

Tujuh dan Sesanti. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 12 Juli 1954 pukul 11.00 WIB.

7Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 14.

Page 57: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

45

Waktu itu Harjosapuro sedang berkumpul dengan empat orang tamu, yaitu Sersan

Diman, Djojosadji, Danoemohardjo (seorang mantra guru Taman Siswa, Pare,

Kediri) dan Marto.8

Sewaktu sedang asyik berbincang-bincang, mereka dikejutkan oleh suatu

sorot cahaya yang terlihat mula-mula di atas permukaan meja tamu di hadapan

mereka. Sinar atau sorot berbentuk segi empat bujur sangkar atau belah ketupat dan

di dalamnya terlukis gambar-gambar berwarna dan tulisan huruf Jawa serta warna-

warna yang sekarang dinamakan Simbol Pribadi Manusia, dijelaskan munculnya

sinar atau sorot yang berbentuk gambar (simbol) terlihat di atas permukaan meja yang

dihadapinya sekejap hilang, sekejap timbul lagi, dan kemudian gambar tersebut

terlihat juga beberapa jumlahnya di dinding rumah itu, pada waktu itu di antara

mereka ada yang mendengar bisikan dalam telinga (gaib) agar gambar itu di gambar

dan dikutip.9

Pada hari itu, setelah diterimanya Wahyu Simbol Pribadi Manusia, diterima

juga Wahyu Wewarah Tujuh. Wahyu Wewarah Tujuh berupa tulisan yang kalimat

demi kalimat terlihat, ada yang di dinding rumah bagian dalam, ada yang di lantai,

ada yang jatuh ke dada Hardjosapuro dan ada pula yang jatuh di atas meja.

Merupakan tulisan tanpa papan atau Sastra Jendra Hayuningrat. Tulisan itu

menggunakan huruf latin, tetapi dengan bahasa Jawa. Pembagian tugas penulisan

sewaktu tulisan timbul dan hilang adalah Sersan Diman menulis angka 1s.d 4,

sedangkan Danoemihardjo menulis angka 5 s.d 7. Setelah selesai ditulis kemudian

8Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 16-17

9Ensiklopedia Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, h. 299.

Page 58: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

46

diserahkan kepada Hardjosapuro, Djojosadiji, dan Marto untuk dicocokkan dengan

tulisan aslinya.10 Adapun Wahyu Wewarah Tujuh tersebut adalah sebagai berikut:

WEWARAH PITU

Wadjibing Warga Sapta Darma, Saben Warga kudu netepi Wadjib

1) Setija tuhu marang anane Pantjasila

2) Kanthi djudjur lan sutjining ati kudu setija anindakake angger-angger ing Negarane

3) Melu tjawe-tjawe atjantjut wali wanda andjaga adeging Nusa lan Bangsane

4) Tetulung marang sapa bae jen perlu, kanthi ora nduweni pamrih apa bae kadjaba

mung rasa welas lan asih

5) Wani urip kanthi kapitajan saka kekuwatane dewe

6) Tanduke marang warga bebrajan kudu susila kanthi alusing budi pakarti tansah

agawe pepadang lan mareming lijan

7) Jakin jen kahanan donja iku ora langgeng tansah owah gingsir (hanjakra

manggilingan).11

Setelah Wahyu Wewarah Tujuh, kemudian berlanjut dengan penerimaan

wahyu Sesanti, dan bunyi selengkapnya adalah sebagi berikut:

SESANTI : Ing ngendi bae, marang sapa bae, Warga Sapta Darma kudu seminar

pindha baskara.12

Menurut Sri Pawenang S.H., pemimpin yang berasal dari aliran Sapta Darma

ini, segala istilah yang dipergunakan Sapta Darma adalah asli (orisinal) karena

didapatkan dari wahyu, jadi bukan diambil dari sumber lain.

10Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 18-19. 11Artinya: Wewarah Tujuh, Wajib bagi warga Sapta Darma, Setiap warga harus menjalankan

kewajiban. 1) Setia dan taat terhadap keberadaan Pancasila sebagai dasar Negara. 2) Dengan jujur dan

sucinya hati setia menjalankan Undang-Undang di Negaranya. 3) Ikut berperan serta menyingsingkan

lengan baju menjaga tegak berdirinya negara dan bangsanya. 4) Memberi pertolongan kepada siapa

saja, bila perlu dengan tidak mempunyai pamrih apa saja, melainkan hanya atas dasar belas kasihan/

cinta kasih. 5) Berani hidup dengan percaya dari kekuatannya sendiri. 6) Di dalam hidup

bermasyarakat harus dengan susila halusnya budi pakarti, senantiasa membuat penerangan dan

senangnya orang lain. 7) Percaya bahwa keadaan dunia itu tidak tetap, selalu berubah bagaikan roda

berputar.

12Artinya; Sesanti: Dimana Saja, terhadap siapa saja, Warga Sapta Darma harus bersinar

bagaikan sang surya.

Page 59: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

47

Kemudian, menurut Sri Pawenang, bukan merupakan hal yang kebetulan saja

bahwa ajaran Sapta Darma diwahyukan pada tahun 1952, yaitu pada tingkatan

survival Revolusi Indonesia (1950-1955), di mana negara Indonesia mengalami suatu

krisis moral dan sedang mencari jalan keluar, dalam bentuk konsepsi hidup baru,

untuk mendekatkan manusia kembali kepada Tuhan dalam rangka pembentukan

manusia baru Indonesia. Dalam hal ini berarti bahwa Tuhan melalui perantara Sapta

Darma itu akan memimpin manusia Indonesia pada kebahagiaan hidup, jasmani dan

rohani. Dengan turunnya wahyu yang pertama dan segera disusul oleh banyaknya

wahyu yang lain, maka berdirilah aliran Sapta Darma.13

Pada malam tanggal 27 Desember 1955 Hardjosapuro dijejerkan (ditahbiskan)

menjadi Panuntun Agung Sri Gutama. Ia dengan segenap warga kemudian

mengadakan sujud bersama yang dilanjutkan dengan Bapa Panuntun Agung Sri

Gutama melakukan racut untuk mendapatkan petunjuk langsung dari Allah Hyang

Maha Kuasa. Dalam melakukan racut, Bapa Panuntun Agung Sri Gutama menerima

suara tentang petunjuk rasa mengenai sebutan Agama bagi Ajaran Sapta Darma,

sehingga nama Sapta Darma secara lengkap menjadi “ Agama Sapta Darma”.

Panuntun Agung Sri Gutama menjelaskan tentang istilah agama bagi Sapta

Darma dan mempunyai pengertian khusus sebagai berikut:

A : Artinya adalah Asal Mula

G : Artinya adalah Gama atau Kama (air suci)

MA : Adalah Maya atau Sinar Cahaya Allah

13Harun Hadiwijono, Kebatinan Dan Injil, (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), h. 23.

Page 60: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

48

Dengan istilah tersebut, Agama menurut Sapta Darma adalah asal mula

manusia dari Kama dan Maya. Agama Sapta Darma dengan keseluruhan ajarannya

merupakan ajaran Ketuhanan yang berisikan nilai-nilai spiritual, untuk memperbaiki

mental dan moral manusia umumnya dan khususnya Bangsa Indonesia yang telah

mengalami menurunnya mental dan merosotnya akhlak, akibat dari lamanya menjadi

bangsa yang terjajah dan tertindas. Selama periode 1952-1955 lengkap sudah wahyu

yang diterima ajaran tersebut, dari wahyu sujud hingga diterimanya wahyu Nama Sri

Gutama sebagai Panuntun Agung. Selama tahun 1956, Panuntun Agung Sri Gutama

pada setiap waktu melakukan sujud dilanjut dengan racut, berulang-ulang mendapat

perintah dari Allah untuk menyebarluaskan agama Sapta Darma kepada umat

manusia yang memerlukan.14

Pada tanggal 16 Desember 1964, Panuntun Agung Sri Gutama wafat. Pada

waktu jenazahnya akan dimandikan, ada sebuah mukjizat yaitu matahari dilingkari

oleh pelangi di atas jenazah tersebut. Selain itu juga ada tanda-tanda alam yang

banyak sekali, dan juga pada waktu jenazah dibakar dan dilarung (diceburkan) di laut.

Kemudian dia digantikan oleh Panuntun Agung Sri Pawenang S.H., seorang ahli

hukum wanita dari Universitas Gajah Mada, dan seorang wanita pertama yang

menjabat pemimpin besar suatu aliran kebatinan.15

2. Perkembangan Aliran Sapta Darma di Indonesia

Penyebaran artinya adalah penyampaian Ajaran Sapta Darma, sebagai ajaran

budi luhur yang diterima oleh Panuntun Agung Sri Gutama dari Allah Hyang Maha

14Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 23-24.

15Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 23.

Page 61: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

49

Kuasa kepada umat manusia di dunia yang memerlukan pepadang/ sinar Nya.

Panuntun Agung Sri Gutama sebagai pengemban tugas dari Hyang Maha Kuasa telah

bersedia menyebarluaskan Ajaran Sapta Darma, yang bertujuan untuk menuntun

umat manusia, agar mereka berkemampuan untuk bangkit dan keluar dari penderitaan

serta kegelapan yang membelenggu kehidupan lahir batinnya. 16

Oleh karena itu, Hyang Maha Kuasa menurunkan wahyu alam pepadang

jagad17 agar mereka yang sedang dalam kegelapan, dapat segera menerima cahaya

pepadang, sebagai sarana untuk mengenal diri pribadinya, yang sekaligus sebagai

tahap untuk mengenal Allah Hyang Maha Kuasa, serta sadar dan setia untuk

melaksanakan hukum-hukum Nya. Hal ini demi terwujudnya keseimbangan dan

kelestarian pertumbuhan dan perkembangan peradaban umat manusia demi menjamin

kemuliaan dan keluhuran pribadi manusia.

Dalam menunaikan tugas menyebarluaskan Ajaran Sapta Darma, Panuntun

Agung Sri Gutama menggunakan beberapa cara menurut situasi, kondisi setempat

dengan cara selaras dan serasi sesuai budaya pribadi bangsa Indonesia, dengan

semboyan “Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung” antara lain:

a. Melaksanakan tugas peruwatan di tempat-tempat keramat secara terbuka,

warga masyarakat secara langsung dapat mengetahui.

b. Melalui sarasehan-sarasehan, ceramah-ceramah yang terus menerus

dilakukan di seluruh pelosok Tanah Air Indonesia.

16Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 27.

17Artinya: Pepadang (Penerang, berasal dari Sinar Cahaya Allah) Jagad (Bumi, Alam

Seisinya/ Dunia). Jadi, pepadang jagad berarti cahaya penerang dunia.

Page 62: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

50

c. Dengan jalan Sabda Usada, yaitu penyembuhan di jalan Tuhan,

memberikan pertolongan kepada orang-orang yang menderita atau dalam

kegelapan setelah mereka sembuh dari penderitaan atau kegelapan, lalu

sebagian mengikuti jejak dan perjalanan Panuntun Agung Sri Gutama,

menghayati dan melaksanakan Ajaran Sapta Darma.18

Pada awal penyebarannya, Ajaran Sapta Darma disampaikan langsung oleh

Panuntun Agung Sri Gutama. Ajaran Sapta Darma pada masa ini mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Pada peringatan Dasa Warsa tahun 1962,

diperkirakan warga Sapta Darma memiliki jutaan pengikut dari seluruh wilayah di

Indonesia.19 Warjo menambahkan bahwa isi ceramah Sri Gutama dalam Buku Dasa

Warsa juga dijelaskan pada Sepuluh Tahun pertama ajaran Sapta Darma warganya

sudah berjuta-juta.20 Manifestasi ajaran budi luhur dalam pribadi setiap pimpinan dan

warga Sapta Darma telah menjadi kekuatan yang luar biasa sehingga ajaran ini

mendapatkan tempat di hati masyarakat.

Akan tetapi, periode gemilang ini harus menghadapi tantangan politik yang

luar biasa bersamaan dengan gejolak politik yang terjadi di Indonesia pada tahun

1960-an. Pada tahun 1965, pemerintah di bawah rezim presidensial menerbitkan UU

No. 1/PNPS/1965 yang pada akhirnya kebijakan itu memberangus seluruh daya juga

bagi penyebaran ajaran Kerohanian Sapta Darma juga ajaran-ajaran kepercayaan

lainnya. Dahulu nama Sapta Darma pernah didahului dengan nama Agama, akan

18Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 28.

19Wahyu Nugroho, dan kees de jong. , Memperluas Horizon Agama Dalam Konteks

Indonesia, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Kristen Indonesia, 2019), h. 102.

20Wawancara langsung dengan Bapak Warjo Pada Tanggal 16 November 2019.

Page 63: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

51

tetapi setelah adanya sidang umum MPR Tahun 1978 yang menyatakan bahwa aliran

kepercayaan bukan merupakan agama, maka sejak saat itu nama Agama Sapta Darma

diganti menjadi Kerohanian Sapta Darma.21

Penyebaran Ajaran Sapta Darma diikuti dengan sebagian data perjalanan

Panuntun Agung Sri Gutama bersama dengan rombongan, data penyebaran ajaran

Sapta Darma berjalan bersamaan dengan data peruwatan, karena dalam menyebarkan

ajaran Sapta Darma selalu didahului dengan peruwatan-peruwatan.22 Berikut adalah

data-data penyebaran ajaran Sapta Darma:

Tabel 3. 1 Data Penyebaran Sapta Darma dan Perjalanan Sri Gutama Tahun 1956

NO. NAMA KOTA TANGGAL PERJALANAN

TAHUN 1956

1. Kutoarjo 10-12-1956

2. Yogyakarta 15-12-1956

3. Blitar 21-12-1956

4. Kediri 27-12-1956

Tabel 3. 2 Data Penyebaran Sapta Darma dan Perjalanan Sri Gutama Tahun 1957

NO. NAMA KOTA TANGGAL PERJALANAN

TAHUN 1957

1. Malang 08-01-1957

2. Magetan 04-02-1957

3. Randublatung 15-02-1957

4. Surabaya 16-02-1957

5. Sidoarjo 16-02-1957

6. Gresik 17-02-1957

7. Lumajang 23-02-1957

8. Denpasar 01-03-1957

9. Banyuwangi 13-03-1957

10. Probolinggo 17-03-1957

11. Jember 20-03-1957

12. Kertosono/ Nganjuk 28-03-1957

13. Cirebon 30-03-1957

14. Jakarta 01-04-1957

15. Cilacap 12-04-1957

21Naili Nimatul Illiyy, Dinamika Kehidupan Kelompok Minoritas Di Indonesia, 2015.

22Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 29-31.

Page 64: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

52

16. Madiun 22-04-1957

17. Tulungagung 28-04-1957

18. Trenggalek 29-04-1957

19. Jember 01-05-1957

20. Surabaya 01-05-1957

21. Surabaya 09-05-1957

22. Banyuwangi 11-05-1957

23. Kebumen 13-05-1957

24. Kutoarjo 14-05-1957

25. Cepu 24-05-1957

26. Purwokerto 06-06-1957

27. Bojonegoro 16-06-1957

28. Sleman 18-06-1957

29. Bantul 22-06-1957

30. Semarang 23-06-1957

31. Klaten 08-07-1957

32. Kroya 08-09-1957

33. Banyuwangi 13-09-1957

34. Jember 15-09-1957

35. Malang 20-09-1957

36. Probolinggo 25-09-1957

37. Banyuwangi 26-09-1957

38. Wonosobo 01-11-1957

39. Kediri 27-12-1957

Tabel 3. 3 Data Penyebaran Sapta Darma dan Perjalanan Sri Gutama Tahun 1958

NO. NAMA KOTA TANGGAL PERJALANAN

TAHUN 1958

1. Surabaya 22-01-1958

2. Mojokerto 23-01-1958

3. Magetan 04-02-1958

4. Jakarta 28-02-1958

5. Ciamis 12-03-1958

6. Purworejo 12-04-1958

7. Makasar 29-04-1958

8. Kebumen 13-05-1958

9. Cepu 24-05-1958

10. Surabaya 11-06-1958

11. Bojonegoro 15-06-1958

12. Blitar 23-06-1958

13. Cirebon 30-06-1958

14. Malang 27-07-1958

15. Ungaran 24-08-1958

16. Jakarta 03-12-1958

17. Serang 04-12-1958

18. Rangkasbitung 05-12-1958

Page 65: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

53

19. Banjarnegara 12-12-1958

20. Sumedang 13-12-1958

21. Bogor 14-12-1958

Tabel 3. 4 Data Penyebaran Sapta Darma dan Perjalanan Sri Gutama Tahun 1959

NO. NAMA KOTA TANGGAL PERJALANAN

TAHUN 1959

1. Cirebon 29-01-1959

2. Kuningan 30-01-1959

3. Semarang 31-01-1959

4. Tulungagung 12-02-1959

5. Magelang 21-02-1959

6. Banyumas 01-03-1959

7. Malang 10-03-1959

8. Kediri 29-03-1959

9. Jember 04-04-1959

10. Surabaya 11-04-1959

11. Mataram (Lombok) 21-04-1959

12. Ende (Flores) 22-04-1959

13. Surabaya 04-05-1959

14. Batu (Malang) 21-05-1959

15. Jember 10-06-1959

16. Bojonegoro 13-06-1959

17. Lamongan 14-06-1959

18. Kutoarjo 15-06-1959

19. Purworejo 17-06-1959

20. Cepu 19-06-1959

21. Madiun 21-06-1959

22. Pati 22-06-1959

23. Blora 23-06-1959

24. Kudus 24-06-1959

25. Mojokerto 25-06-1959

26. Madiun 09-07-1959

27. Wonosobo 27-08-1959

28. Purwokerto 05-09-1959

29. Karanganyar 06-09-1959

30. Malang 20-09-1959

31. Karangasem (Bali) 10-10-1959

32. Klungkung 11-10-1959

33. Sidoarjo 17-11-1959

34. Kutoarjo 19-11-1959

35. Kediri 15-07-1959

36. Tuban 16-07-1959

Page 66: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

54

Tabel 3. 5 Data Penyebaran Sapta Darma dan Perjalanan Sri Gutama Tahun 1960

NO. NAMA KOTA TANGGAL PERJALANAN

TAHUN 1960

1. Demak 17-06-1960

2. Mojokerto 25-06-1960

Menurut Sukmono, dalam tesisnya menjelaskan bahwa Kerohanian Sapta

Darma mengklaim warganya mencapai 5 juta orang, penganutnya tersebar di 16

Provinsi di Indonesia, bahkan hingga sampai Jepang, Cina dan Belanda. Data tersebut

diperoleh dari penjelasan pengurus PERSADA (Persatuan Warga Sapta Darma)

Pusat, di Tahun 2017.23 Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. 6 Persebaran dan Jumlah Penghayat Sapta Darma per Provinsi di Indonesia Tahun 2017

No. Provinsi Jumlah

1. Sumatera Selatan Dalam hitungan kasar pengurus

PERSADA Pusat, jumlah warga Sapta

Darma di Indonesia mencapai 5 juta

penghayat. Sebanyak dua pertiga dari

jumlah keseluruhan tersebut berada di

Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, DI

Yogyakarta dan Bali. Sementara di

Provinsi lain, dinamika jumlah warga

penghayat Sapta Darma, pada kisaran

ratusan hingga ribuan orang.

2. Lampung

3. Jawa Barat

4. DKI Jakarta

5. Jawa Tengah

6. DI Yogyakarta

7. Jawa Timur

8. Bali

9. Nusa Tenggara Barat

10. Kalimantan Barat

11. Kalimantan Tengah

12. Kalimantan Timur

13. Sulawesi Utara

14. Sulawesi Tengah

15. Sulawesi Barat

16. Sulawesi Selatan

Namun, belum bisa didapatkan data pasti mengenai jumlah warga dan

persebaran wilayah penghayat Sapta Darma. Baik yang dilakukan oleh pengurus

PERSADA sendiri maupun oleh lembaga penanggung jawab.

23Sukmono Fajar T, Regenerasi Kejawen: Penghayatan Sapta Darma pada Generasi Muda

Sapta Darma di Yogyakarta, (TESIS: Program Pasca Sarjana Antropologi, Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta, 2018), h. 50.

Page 67: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

55

Dalam buku Memperluas Horizon Agama Dalam Konteks Indonesia,

diperkirakan masih terdapat 3 juta pengikut Kerohanian Sapta Darma yang tersebar di

13 Provinsi di seluruh Indonesia. Akan tetapi, angka tersebut masih estimasi kasar

dikarenakan keberadaan warga Sapta Darma tidak mudah diketahui akibat dari

kebijakan kolom agama di KTP. Meskipun demikian, persebaran ajaran Kerohanian

Sapta Darma dapat juga diketahui dari keberadaan sanggar di 13 Provinsi di

Indonesia. Saat ini, setidaknya terdapat 1.200 sanggar yang secara resmi dimiliki oleh

Kerohanian Sapta Darma di seluruh Indonesia.

Sanggar Candi Agung Sapta Rengga, merupakan nama tempat untuk pusat

kegiatan yang berfungsi sebagai sekretariat organisasi dan tempat untuk bersujud

kepada Hyang Maha Kuasa dan berpusat di Yogyakarta. Untuk nama sanggar tempat

diterimanya ajaran Sapta Darma, di Pare disebut dengan Sanggar Agung Candi

Busana. Dan untuk nama sanggar di luar Yogyakarta dan Kecamatan Pare,

dinamakan Sanggar Candi Busana.24

Berdasarkan wawancara penulis dengan Bapak Warjo, mengatakan bahwa

Sekretariat Persada tersebar di 23 Provinsi dengan jumlah total warga Penghayat

Sapta Darma berkisar 1,5 juta orang dan terdapat 850 Sanggar. Namun, terdapat

Provinsi yang belum memiliki Sekretariat, seperti; Aceh, Papua, Banten, Kalimantan

Selatan, Kalimantan Tengah, NTB, NTT, dan Sumatera Utara. Jumlah sanggar

merupakan data valid dikarenakan kemudahan dalam mendata. Tetapi, untuk jumlah

warga saat ini, masih mendekati valid dikarenakan penghayat Sapta Darma masih

24Wahyu Nugroho, kees de jong, Memperluas Horizon Agama Dalam Konteks Indonesia, h.

104.

Page 68: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

56

banyak yang ber-KTP agama, oleh karenanya terkait dengan jumlah warga memiliki

data yang berubah-ubah.25

B. Ajaran Kepercayaan Sapta Darma

Istilah dan konsep-konsep dalam ajaran Sapta Darma diturunkan dalam

Bahasa Jawa. Diyakini oleh warga Sapta Darma bahwa istilah-istilah dalam ajarannya

adalah istilah asli. Dalam perkembangan selanjutnya, bahasa dan istilah-istilah

tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia atas perintah Sri Gutama, dengan

tujuan agar ajarannya mudah dimengerti sehingga Sapta Darma mudah

disebarluaskan.26

Kepercayaan Sapta Darma berarti mempercayai tujuh wewarah/ajaran suci

dan luhur yang diwahyukan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk dihayati sebagai

tuntunan hidup manusia dalam mencapai ketentraman, kedamaian, kebahagiaan, dan

kesempurnaan hidup di dunia untuk Mamayu Hayuning Bawana.27 Inti pokok dari

ajaran itu dijelaskan sebagai berikut:

1) Menanam tebalnya kepercayaan dengan menunjukkan bukti-bukti serta

kesaksian-kesaksian bahwa Allah itu ada dan esa, serta menguasai alam

semesta dan isinya. Selain itu bahwa Allah memiliki lima sifat utama

yaitu: Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha Wasesa dan Maha

Langgeng (kekal).

2) Melatih kesempurnaan penyembahan (sujud), yaitu penyembahan rohani

kepada Yang Maha Kuasa.

25Wawancara langsung dengan Bapak Warjo Pada Tanggal 16 November 2019.

26Sukmono Fajar T, Regenerasi Kejawen: Penghayatan Sapta Darma.., h. 59.

27Ensiklopedia Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, h. 304.

Page 69: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

57

3) Mendidik manusia untuk bertindak suci dan jujur, berusaha mencapai

nafsu, budi dan pekerti yang ditujukan pada keluhuran dan keutamaan

bagi bekal hidup kemasyarakatan di dunia dan akhirat.

4) Mengajarkan kepada anggota agar hidup dengan teratur, secara jasmani

dan rohani.

5) Melatih kesempurnaan sujud menurut aturannya agar mendapatkan

kewaskitan (titik yang terang) di bidang penglihatan, pembauan,

pendengaran dan percakapan.28

1. Ajaran tentang Tuhan

Sapta Darma termasuk aliran kebatinan yang sederhana. Oleh karena

itu, ajarannya tentang Allah juga singkat sekali. Dalam pembicaraan tentang

Allah Sri Pawenang berkata:

“Tuhan yang juga kami sebut Yang Maha Kuasa atau Allah atau Sang Hyang

Widi (bhs. Bali) ialah: Zat mutlak yang Tunggal, pangkal segala sesuatu,

serta pencipta segala yang terjadi serta mempunyai 5 sifat keagungan mutlak,

ialah: Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha Wasesa (Maha Kuasa)

dan Maha Langgeng (Maha Kekal)”.

Tentang Ketuhanan Yang Maha Esa menurut ajaran Kepercayaan

Sapta Darma tercermin dalam proses sejarah penerimaan wahyu pertama,

yaitu penerimaan ajaran tentang bagaimana manusia harus bersujud kepada

yang Maha Esa yang bersifat Mutlak yang harus diucapkan dengan cara batin

saat mengawali sujud maupun saat berdoa memohon pertolongan kepada

Tuhan, atau akan melakukan sesuatu yang bersifat rohani. Dengan demikian,

28Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 24.

Page 70: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

58

Kepercayaan Sapta Darma mengajarkan bahwa Tuhan yang Maha Esa itu ada,

istilah/ kata sujud dalam Sapta Darma adalah sujud/bersembah kepada Tuhan

Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Esa menurut Sapta Darma adalah

Pencipta dan Penguasa Agung terhadap alam semesta dan bersifat gaib.29

Beda halnya dengan yang disampaikan oleh Suwarno tentang Tuhan

digambarkan dengan sangat sederhana. Tuhan di dalam Sapta Darma yang

dijelaskan oleh Sri Pawenang disebut “Allah”. Allah memiliki lima sila yang

Mutlak yaitu: Maha Agung, Maha Rakhim, Maha Adil, Maha Wasesa, dan

Maha Langgeng. Maksud dari Allah Maha Agung ialah tiada yang menyamai

akan keagungannya, kemudian Maha Rakhim maksudnya adalah tiada yang

menyamai akan welas kasihnya dan maksud dari Maha Adil adalah tiada yang

menyamai keadilan-Nya, kemudian Maha Wasesa diartikan dengan tiada yang

menyamai wasesa-Nya dan yang terakhir Maha Langgeng yang artinya tiada

yang menyamai keabadian-Nya.

Dilihat dari perspektif paradigma atau dari perspektif sinkretisme,

ajaran ketuhanan ini serupa dengan ajaran ketuhanan dalam perspektif agama

Islam. Oleh karena itu, ajaran tentang ketuhanan atau tentang Tuhan dalam

aliran Sapta Darma ada yang menyebutnya dengan sebutan “Monisme

Panteistik”. 30

29Ensiklopedia Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, h. 307.

30Suwarno Imam S, Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dalam Berbagai Kebatinan Jawa,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 238-239.

Page 71: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

59

2. Ajaran tentang Manusia

Konsepsi tentang manusia menurut ajaran Kepercayaan Sapta Darma

dijelaskan dalam Simbol Pribadi Manusia. Gambar di bawah ini bukan

lambang atau logo Organisasi Sapta Darma di Indonesia, gambar ini

merupakan wahyu ajaran Sapta Darma yang disebut dengan Simbol Pribadi

Manusia.

Gambar 3. 2 Simbol Pribadi Manusia.31

Terdapat suatu belah ketupat, yang memiliki 4 (empat) sudut yang

menunjukkan dan menggambarkan asal mula manusia, yaitu: Sudut atas

adalah gambaran dari Sinar Cahaya Allah. Sudut bawah gambaran dari sari-

sari bumi. Sedangkan Sudut kanan dan kiri gambaran dari perantara ayah dan

ibu.32

Suatu bentuk persegi empat bujur sangkar atau belah ketupat bingkai

warna hijau tua dan di dalamnya warna hijau muda (maya) melambangkan

terjadinya wadak atau bleger (jasmani/badan) manusia, terjadi dari lima unsur,

31https://www.google.com/search

32Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 171.

Page 72: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

60

yaitu: Unsur Tanah, Unsur Air, Unsur Api, Unsur Udara (angin) dan Unsur

Atmosfer (suasana keadaan alam).33

Sebuah segitiga sama sisi yang berwarna putih dengan tepi kuning

emas menunjukkan asal terjadinya manusia (tes dumadi manungsa) dari Tri

Tunggal tiga tetapi satu, yaitu:

- Sudut atas : Sinar Cahaya Allah (Nur Cahya)

- Sudut kanan : Air sarinya Bapak (Nur Rasa)

- Sudut kiri : Air sarinya Ibu (Nur Buat).

Kemudian segitiga sama sisi yang berwarna putih dengan tepi kuning

emas yang tertutup oleh lingkaran dan membentuk 3 (tiga) segitiga sama dan

sebangun dan masing-masing memiliki 3 (tiga) sudut sehingga jumlah

sudutnya ada 9 (Sembilan) menunjukkan manusia memiliki babahan hawa

sanga34, yaitu: 2 lubang mata, 2 lubang hidung, 2 lubang telinga, 1 mulut, 1

kelamin dan 1 pelepasan. Warna putih serta bentuk sama dan sebangun,

menunjukkan bahwa asal manusia dari barang/ bahan suci bersih baik luar

maupun dalam. Oleh karena itu, supaya manusia berkata jujur dan bertindak

adil atau menyatu nya kata dengan perbuatan (padha / jumbuh njaba lan

jerone : Jawa). Garis tepi kuning emas pada segitiga, mempunyai arti bahwa

ketiga asal terjadinya manusia tersebut mengandung Sinar Cahaya Allah. Ini

bertujuan agar setiap manusia menyadari bahwa ia berasal dan terjadi dari

33Ensiklopedia Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, h. 308.

34Artinya adalah manusia mempunyai Sembilan lubang hawa.

Page 73: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

61

barang atau zat yang suci dan bersih. Sehingga, selama hidup di dunia supaya

berusaha dapat kembali kepada kesucian asalnya.35

Lingkaran berwarna, hitam, merah, kuning dan putih melambangkan

adanya empat nafsu yang terdapat di dalam diri manusia. Warna hitam

melambangkan nafsu tamak atau serakah (angkara ngongsa-angsa), Merah

melambangkan nafsu amarah (brangasan), Kuning melambangkan adanya

nafsu keinginan, dan Putih melambangkan nafsu kesucian/ kebaikan/

keluhuran. Warna hitam, merah, kuning, putih tersebut berbentuk lingkaran

yang melambangkan bahwa nafsu dan batin manusia itu senantiasa tidak tetap

atau selalu berubah-ubah (nyakra manggilingan).

Di dalam lingkaran terdapat gambar manusia berbentuk Semar yang

melambangkan di dalam diri manusia percaya ada sukma sejati (Hyang Maha

Suci) yang dapat berhubungan langsung kepada Hyang Maha Kuasa. Dalam

cerita per wayangan, Semar adalah Dewa yang ngejawantah (yang berwujud

sebagai manusia), dan Semar selalu menjadi pamong/ penasihat para Kesatria.

Maka memiliki makna dan harapan agar warga Sapta Darma Senantiasa

bersikap dan berjiwa kesatria, Semar adalah lambang budi luhur, maka

memiliki makna dan harapan agar setiap warga Sapta Darma berbudi pekerti

luhur.36

Gambar Semar dengan jari telunjuk tangan kanan menunjuk,

mempunyai petunjuk kepada manusia bahwa hanya ada satu yang wajib

35Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 172.

36Ensiklopedia Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, h. 309.

Page 74: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

62

disembah, yaitu Allah Hyang Maha Kuasa (Tuhan Yang Maha Esa). Semar

dengan tangan kirinya menggenggam menunjukkan arti bahwa telah memiliki

keluhuran. Gambar Semar memakai klinting (kalung gentha), bahwa suara

klinting itu digunakan sebagai suatu tanda, agar orang-orang sekitar

mendengar apabila klinting telah dibunyikan. Hal ini dimaksudkan bahwa

sebagai warga Sapta Darma harus selalu membunyikan klinting, dalam arti

memberikan penerangan tentang budi pekerti luhur kepada siapa saja yang

memerlukan, supaya mereka mengerti akan kewajiban dan tujuan hidup yang

luhur itu.

Gambar Semar memakai pusaka, menujukkan bahwa tutur kata/

sabdanya selalu suci (benar). Lipatan kain lima (wiru lima : Jawa),

menujukkan bahwa Semar telah memiliki dan menjalankan lima sifat Allah

(Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Asil, Maha Wasesa, Maha Langgeng).

Oleh karena itu, warga Sapta Darma agar dapat meniru jejak Semar dan

memiliki pribadi seperti Semar.37

Tulisan dengan huruf Jawa yang berbunyi: Nafsu – Budi – Pakarti,

mempunyai makna makhluk Tuhan yang sempurna, yaitu manusia. Di dalam

diri manusia memiliki nafsu, budi dan pakarti yang baik/ luhur. Manusia

adalah makhluk yang sempurna daripada tumbuh-tumbuhan dan binatang.

Tulisan huruf Jawa yang berbunyi: SAPTA DARMA mempunyai arti sebagai

berikut:

37Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 174.

Page 75: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

63

- SAPTA : Artinya 7 (tujuh)

- DARMA :Artinya kewajiban suci/luhur atau wajib melaksanakan

suatu perbuatan, baik ucapan maupun tindakan yang berbudi

pekerti luhur.38

Manusia dalam ajaran Sapta Darma harus memiliki Panca Sifat, sifat

itu adalah sebagai berikut:

1) Sifat berbudi luhur terhadap sesama umat,

2) Sifat belas kasih terhadap sesame umat,

3) Berperasaan serta bertindak adil, berarti tidak membeda-bedakan

sesama umat,

4) Kesadaran bahwa manusia dalam purba wasesa Allah,

5) Kesadaran bahwa (hanya) ruhani manusia berasal dari cahaya yang

Maha Kuasa yang bersifat abadi.39

3. Ajaran tentang Alam Semesta (Kosmologis)

Dalam ajaran Kepercayaan Sapta Darma semesta memiliki 3 (tiga)

jenis alam, yaitu terdiri dari:

1) Alam Wajar

Adalah kehidupan saat ini, di mana manusia memiliki kesempatan

melakukan darma, memohon ampun dan bertobat atas kesalahan.

38Ensiklopedia Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, h. 310.

39Rahnip M.BA., Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dalam Sorotan, (Surabaya: Penerbit

Pustaka Progresif, 1997), h. 62.

Page 76: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

64

2) Alam Abadi

Adalah alam kelanggengan/ keswargan, alam di mana roh suci

manusia kembali kepada Tuhan. Roh suci manusia itu bisa

memasuki alam ini jika memiliki darma yang baik serta tidak

meninggalkan karma di alam wajar.

3) Alam Halus

Adalah alam di mana roh-roh manusia yang meninggal

bergentayangan, tidak langsung menuju alam kaswargan. Hal ini

terjadi karena semasa hidup ia sedikit melakukan darma, banyak

meninggalkan karma yang tidak baik, atau meninggal secara tidak

wajar.40

C. Praktik Keagamaan Sapta Darma

1. Sujud

Warga Sapta Darma diwajibkan melakukan sujud dalam sehari semalam (24

jam) sedikitnya sekali. Lebih dari itu lebih baik, dengan pengertian bahwa yang

penting bukan banyak kalinya ia melakukan sujud, tetapi kesungguhan sujudnya

(Jawa: emating sujud). Bila sujud dilakukan di sanggar dapat dilakukan bersama-

sama dengan Tuntunan Sanggar sewaktu-waktu. Namun akan lebih baik apabila

waktu untuk sujud bersama-sama tersebut ditentukan.41

40Sukmono Fajar T, Regenerasi Kejawen: Penghayatan Sapta Darma.., h. 61.

41Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 165.

Page 77: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

65

Tata Cara Sujud

Duduk tegak menghadap ke Timur (Jawa: Wetan, yang mengandung arti

Kawitan = asal mula). Bagi laki-laki duduk bersila, dapat dilakukan dengan sila

tumpang (kaki kiri di bawah kaki kanan di atas), dan sila jajar (kaki kiri di dalam/ di

belakang kaki kanan di depan / di luar). Bagi perempuan duduk bertimpuh, ibu jari

kaki kiri ditindih ibu jari kaki kanan. Namun jika kondisi fisik tidak memungkinkan,

diperkenankan melakukan sikap duduk sesuai dengan kemampuannya asal tidak

meninggalkan kesusilaan dan tidak mengganggu jalannya getaran/rasa. Tangan

bersidakep, tangan kiri memegang lengan kanan di atas siku, kemudian diikuti tangan

kanan memegang lengan kiri di atas siku (tangan kiri di dalam, tangan kiri di luar).42

Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3. 3 Tata Cara Sujud Sapta Darma Satu43

Kemudian, selanjutnya menenangkan badan dan pikiran, mata melihat ke

depan ke suatu titik yang terletak kurang lebih 1 meter di tanah/tikar, yang tepat di

42Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 166.

43https://www.google.com/search?q=tata+cara+sujud+sapta+darma+laki+laki+dan+perempua

n =

Page 78: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

66

depannya. Kepala dan punggung (tulang punggung) segaris lurus sehingga tampak

duduk tegak lurus. Apabila sudah merasa tenang dan tenteram, serta merasakan

getaran (getaran pertama) di dalam tubuh yang merambat naik dari bawah ke atas,

dengan tanda kepala terasa berat dan kemudian menurun sehingga mata tertutup

dengan sendirinya. Setelahnya getaran tersebut turun sampai ke mulut dengan lidah

terasa dingin seperti kena angin (Jawa: Pating Trecep) dan keluar air liur dan

kemudian air liur ditelan, lalu mengucap di dalam hati: “ Allah Hyang Maha Agung,

Allah Hyang Maha Rohim, Allah Hyang Maha Adil”.

Selanjutnya merasakan getaran kedua, yaitu getaran air putih/suci yang

berasal dari tulang ekor (Jawa: cethik/ silit kodok) naik perlahan melalui ruas-ruas

tulang punggung (Jawa : ula-ula). Dengan naiknya getaran tersebut mendorong tubuh

membungkuk dengan sendirinya, mengikuti geraran air putih sampai masuk ke otak

kecil dan otak besar, sehingga dahi menyentuk tanah/tikar, kemudian menghela napas

panjang dan halus (Jawa: unjal ambegan). Setelah lidah terasa bergetar dan keluar air

liur, air liur tersebut ditelan lalu dalam hati mengucap “Hyang Maha Suci Sujud

Hyang Maha Kuwasa” tiga kali (Bahasa Jawa) atau “ Hyang Maha Suci Sujud Hyang

Maha Kuasa” tiga kali ( Bahasa Indonesia). Tata cara sujud dapat dilihat pada gambar

di bawah ini.

Page 79: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

67

Gambar 3. 4 Tata Cara Sujud Sapta Darma Dua44

Selesai mengucap sujud, kepala diangkat perlahan-lahan sehingga badan

dalam sikap duduk tegak lurus lagi seperti semula. Semua getaran di kepala yang

telah kontak dengan Sinar Cahaya Hyang Maha Kuasa akan turun merata ke seluruh

tubuh. Kemudian getaran tersebut mendorong badan membungkuk untuk kedua

kalinya, dan melakukan sebagaimana yang dilakukan pada sikap membungkuk

pertama dan dalam batin mengucap “Kesalahane Hyang Maha Suci Nyuwun Ngapura

Hyang Maha Kuwasa” sampai 3 kali jika menggunakan Bahasa Jawa.

Kemudian perlahan duduk tegak lurus kembali dan merasakan turunnya

getaran yang mendorong badan membungkuk ketiga kalinya, dalam batin mengucap “

Hyang Maha Suci Mertobat Hyang Maha Kuwasa” sampai 3 kali jika menggunakan

Bahasa Jawa. Dan yang terakhir kalinya duduk tegak lurus kembali perlahan-lahan ,

dan merasakan turunnya getaran yang ketiga kalinya melalui bagian depan, dari

kepala (muka), dada, perut sampai ke seluruh tubuh, sehingga tenang dan tenteram

rasanya, baru kemudian sujud diakhiri dengan membuka mata, tangan, dan

sebagainya.45

44https://www.google.com/search?q=tata+cara+sujud+sapta+darma+laki+laki...

45Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 167.

Page 80: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

68

2. Racut

Racut berarti memisahkan rasa dengan perasaan (Jawa: pangrasa), dengan

tujuan menyatukan diri dengan Sinar Sentral atau Roh Suci bersatu dengan Sinar

Sentral. Pada waktu Racut, Roh Suci manusia menghadap Hyang Maha Kuasa.

Tujuan dari Racut sendiri adalah supaya selama manusia masih hidup di dunia untuk

selalu berusaha menyaksikan dimana dan bagaimana kelak tempatnya manusia

kembali ke alam langgeng (abadi). Seperti dikatakan “Wania Mati Sajroning Urip

Kareben Weruh Rupa Lan Rasane”46. Maksudnya, yang dimatikan adalah alam

pikiran/ angan-angan atau gagasannya, sedang rasanya tetap hidup. Selama Racut,

dapat mengetahui Roh si pemilih tubuh naik ke alam abadi menghadap Hyang Maha

Kuasa. Dan mengetahui jasmani yang ditinggal sementara terbaring di bawah.

Tata Cara Racut

Setelah melakukan sujud wajib, maka sujudnya ditambah lagi satu

bungkukan, dalam hati mengucap “Hyang Maha Suci Sowan Hyang Maha Kuasa”

atau dalam Bahasa Indonesia “Hyang Maha Suci Mneghadap Hyang Maha Kuasa”.

Kemudian berbaring terlentang membujur ke Timur, kedua tangan bersidakep,

telapak tangan tersusun kiri di bawah, kanan di atas menghadap kebawah/ ke dada

(jari tengah kanan terletak di atas jari tengah kiri) dan diletakkan di atas “CA”

(tonjolan pertemuan kedua tulang rusuk nomor dua dari atas di bawah pertemuan

kedua tulang selangka). Segala kegiatan pikiran, angan-angan, gagasan-gagasan dan

sebagainya dihentikan. Satria Utama (mata satu yang tidak dapat rusak) digunakan

46Artinya: Manusia Harus Dapat Dan Berani Mati Di Dalam Hidup, Supaya Dapat

Mengetahui/ Mengenal Rupa Dan Rasanya.

Page 81: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

69

untuk menyaksikan berangkatnya Hyang Maha Suci (Nur Putih) keluar dari ubun-

ubun menghadap Hyang Maha Kuasa. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3. 5 Tata Cara Racut Sapta Darma47

Mengingat Racut bukanlah hal yang mudah dilakukan, maka diperlukan

latihan secara terus menerus dengan ketelitian dan kesungguhan serta ketekunan.

Latihan Racut dilakukan di sanggar dalam sujud penggalian, selanjutnya dapat

dilakukan di sanggar atau di rumah sendiri. Racut memungkinkan seseorang memiliki

kewaskitaan (kewaspadaan) yang tinggi. Praktik Racut tidak membahayakan,

diyakini karena Hyang Maha Suci Menghadap Hyang Maha Kuasa, sedangkan

tubuh/badan dihawa oleh saudara sebelas yang lain, oleh karenanya masih bernapas

dan menerima rangsangan dari luar melalui indera, tetapi tidak dirasakan/tanggapi.48

3. Upacara Pernikahan

Gambar 3. 6 Tata Cara Pernikahan Sapta Darma49

Bagi calon yang akan melangsungkan pernikahan, terdapat beberapa

persyaratan yang dipenuhi salah satunya syarat-syarat yang sudah ditentukan dalam

47https://www.google.com/search?q=tata+cara+racut+sapta+darma&safe=

48Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama, h. 170. 49https://www.google.com/url?sa=

Page 82: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

70

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Selain itu juga mereka harus menyiapkan

beberapa persyaratan yang sudah ditentukan oleh Kerohanian Sapta Darma, syarat-

syaratnya adalah sebagai berikut:

- Warga Kerohanian Sapta Darma.

- Kain putih yang masih baru sepanjang 2 meter.

- Umur bagi pria sekurang-kurangnya 21 tahun, bagi wanita sekurang-

kurangnya 19 tahun.

- Sehat jasmani dan rohani.

- Izin dari orang tua.

- Pas foto berukuran 3 x 4 masing-masing sebanyak 2 lembar.

Tata Cara Pelaksanaan

Perkawinan Kerohanian Sapta Darma dapat dilaksanakan dengan urutan

sebagai berikut:

- Petugas Khusus (Tuntunan) melaksanakan sujud terlebih dahulu.

- Calon pengantin dan orang tua/wali harus datang tepat pada waktunya.

- Anggota keluarga dan Warga Sapta Darma yang menyertai upacara

perkawinan (munggah daup) sudah siap di tempat upacara.

- Seharusnya petugas Kantor Catatan Sipil yang telah dihubungi dapat

hadir.

- Perkawinan dilaksanakan satu malam sebelum perkawinan dilaksanakan

menurut adat, dan dapat di laksanakan sebagai berikut; Sebelum pembantu

pejabat khusus menjalankan tugasnya, maka ia diwajibkan menjalankan

Page 83: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

71

sujud dahulu, yaitu 1 (satu) jam sebelum tata cara perkawinan

dilaksanakan.

- Arah Duduk; Arah duduk kedua mempelai dan para warga yang akan

mengikuti sujud menghadap ke Timur. Calon mempelai putri duduk di

atas kain putih disebelah kiri calon mempelai pria sebelah kanan.

- Tempat Duduk; Tempat duduk kedua mempelai adalah paling depan

didampingi: sebelah kanan petugas, orang tua/wali. Adapun di sebelah kiri

saksi dan orang tua calon mempelai pria kemudian menyusul di

belakangnya para warga yang akan menyertai sujud.

- Pengecualian; Kalau melakukan perkawinan secara massal, maka

duduknya calon mempelai dapat berdampingan (berdua) atau berderet ke

belakang berpasangan disesuaikan dengan keadaan tempatnya.

- Tempat Duduk Pembantu P.L.B.S (Pejabat Khusus Pencatat Sipil);

Tempat duduk pejabat khusus adalah didepan sebelah kanan kedua calon

mempelai, dengan arah menghadap kedua calon mempelai pada saat

melaksanakan tugasnya.

- Tempat Duduk Tamu; Tempat duduk para tamu yang menghadiri

perkawinan disesuaikan menurut keadaan setelah selesai pengaturan

tempat tersebut, maka protokol mempersilakan orang tua/wali

menyampaikan niatnya untuk mengawinkan putranya kepada

petugas/tuntunan.

- Petugas selanjutnya melaksanakan tugasnya dilanjutkan untuk sujud

bersama yang diikuti oleh para warga.

Page 84: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

72

- Persujudan ditambah 1(satu) bungkukan dengan ucapan-ucapan sebagai

berikut:

a. Untuk kedua calon mempelai dengan ucapan:

“Semoga Hyang Maha Kuasa melimpahkan karunia, pengayoman, dan

kebahagiaan bagi kami berdua”.

Bahasa daerah :

”Mugi Hyang Maha Kuasa maringaken kanugrahan, pengayoman lan

kebahagiaan dumateng kulo kekalih”.

b. Untuk para warga dengan ucapan :

“Semoga Hyang Maha Kuasa melimpahkan karunia, pengayoman dan

keebahagiaan bagi mempelai berdua”.

Bahasa daerah :

“Mugi Hyang Maha kuasa maringaken kanugrahan, pengayoman lan

kebahagiaan kagem temanten kekalih.

Bentuk pelaksanaan perkawinan menurut Sapta Darma adalah diatur oleh

Pengacara. Tempat untuk melaksanakan tata cara perkawinan secara Sapta Darma

dilakukan di Sanggar yang terdekat atau yang ditunjuk oleh tuntunan dan sebaiknya

diusahakan yang khusus untuk Sanggar. Untuk pejabat yang membantu pelaksanaan

adalah tuntunan atau seseorang yang ditunjuk oleh tuntunan yang berwenang, yang

nantinya mendapat surat kuasa/pengangkatan dari Gubernur. Saksi dalam perkawinan

ini sebaiknya adalah orang lain yang bukan keluarga dari kedua calon mempelai dan

ditentukan sebanyak dua orang sesuai dengan ketentuan undang-undang. Pengacara

atau pembawa acara dalam pelaksanaan pernikahan adalah seseorang yang bertugas

mengatur segala sesuatu yang ditunjuk oleh tuntunan. Sebelum petugas perkawinan

mendapatkan surat Keputusan/Surat Penunjukan dari Gubernur, untuk menjadi

Pembantu Pejabat Khusus, maka perkawinan dapat dilaksanakan dengan cara sebagai

berikut :

Page 85: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

73

- Setelah upacara Perkawinan dilakukan di Sanggar, maka keesokan harinya

Petugas Perkawinan yang telah membawa surat keterangan dari

Kerohanian Sapta Darma yang menyatakan bahwa telah terjadi

Perkawinan antara A dengan B pada hari, tanggal, jam, dan tempat,

dengan tatacara Kerohanian Sapta Darma, mengantarkan kedua mempelai

ke kantor Catatan Sipil untuk ditanya oleh Pegawai Luar Biasa Pencatat

Sipil (Pejabat Khusus) tentang terjadinya perkawinan tersebut.50

50http://remaja7darma.blogspot.com/2012/01/pedoman-perkawinan.html

Page 86: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

74

BAB IV

RESPON PENGHAYAT SAPTA DARMA TERHADAP REGULASI

PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN

A. Biografi Singkat Tentang Narasumber Penghayat Aliran Sapta Darma

Penulis akan menguraikan terlebih dahulu beberapa profil terkait dengan

narasumber yang menjadi bagian dari objek penelitian. Penulis akan menjelaskan

gambaran singkat tentang kapan dan alasan narasumber menjadi penghayat aliran

Sapta Darma. Narasumber tersebut diantaranya adalah:

1. Narasumber I (Bapak Warjo)

Narasumber yang pertama bernama Warjo, ia lahir di Brebes pada tanggal 30

Juni 1985. Nama ayahnya adalah Sawad. Masa kecil keluarga Warjo dibebaskan

untuk melakukan ibadah agama apapun yang diyakini. Sejak kecil Warjo melakukan

kegiatan-kegiatan ibadah sebagai muslim, seperti mengaji, sholat lima waktu dan

kegiatan lain yang dilakukan di Langgar1 yang sekarang menjadi Masjid di dekat

rumahnya. Seiring waktu, sewaktu ia menjadi anak-anak yang belum menempuh

pendidikan, ia selalu memperhatikan ibadah ayahnya yang melakukan sujud

menghadap ke Timur. Padahal, ia selalu melakukan ibadah sholat ke Masjid. Saat ia

sudah tumbuh besar, Warjo memberanikan diri bertanya kepada ayahnya tentang rasa

penasaran atas perbedaan sholat yang dilakukannya itu. “ Pak, kok bapak

1Dalam masyarakat langgar atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Mushola, yaitu tempat

ibadah untuk umat muslim yang berukuran relatif kecil dari Masjid. Selain untuk beribadah, langgar

juga bisa difungsikan sebagai tempat untuk mengajar mengaji.

Page 87: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

75

sujud ngadep ngetan? Tapi anak-anake sholat kok olih?”. Tanya Warjo. “ ya ora

papa, kan pada-pada nyembahe Allah”. 2 Jawab ayahnya. Sehingga pada akhirnya

Warjo mengungkapkan kepada ayahnya bahwa ia ingin belajar Sapta Darma.

Ayahnya juga memberikan pernyataan bahwa siapa saja boleh mempelajari Sapta

Darma dan tidak ada paksaan, dengan begitu Warjo sendiri yang mempertimbangkan

keputusan tersebut.3

Setelah itu Warjo masuk dan mulai melakukan sujud Sapta Darma sejak ia

duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 5. Pada awalnya ia masih melakukan

sholat dan setelahnya dia melakukan sujud Sapta Darma. Hingga akhirnya ia

memutuskan untuk tetap meneruskan sujud dikarenakan ia menemukan ketentraman,

ia mengaku lebih tenteram dan lebih bisa mengontrol emosinya. Sejak saat itu, ia

mulai aktif melakukan sujud di Sanggar Sapta Darma di desanya. Cerita tentang

keluarga Warjo yang menjadi bagian Sapta Darma, Warjo mengatakan bahwa

ceritanya bermula dari ayahnya yang Jatuh Sakit. Ayahnya yang bernama Sawad

mengungkapkan nazar4 bahwa siapa pun yang bisa menyembuhkan penyakitnya dia

akan mengikuti pegangan atau pedoman yang dianut, dan pada saat itu yang

menyembuhkan penyakit ayah Warjo adalah penghayat Sapta Darma.

2. Narasumber II (Bapak Maryanto)

Maryanto lahir di Jakarta pada tanggal 28 Juli 1959. Merupakan Tuntunan

Sapta Darma Provinsi Jakarta. Maryanto lahir dan dibesarkan di Jakarta, tetapi ia

2Artinya: Bapak, kenapa bapak melakukan sujud menghadap ke timur? tetapi anak-anaknya

melakukan sholat kenapa boleh?.

3Wawancara langsung dengan Bapak Warjo di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal

8 Desember 2019.

4Nazar adalah sebuah janji seseorang untuk melaksanakan sesuatu jika tujuan yang diinginkan

tercapai.

Page 88: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

76

tetap memiliki keturunan Jawa dari orang tuanya yang berasal dari Cilacap Jawa

Tengah. Maryanto lahir dari orang tua seorang penghayat Sapta Darma. Maryanto

juga menjadi bagian Sapta Darma mengikuti keyakinan orang tuanya, tetapi orang

tuanya tidak memaksa apapun keyakinan yang dipilih. Dari keempat saudara

maryanto, ada juga yang memeluk Islam. Sejak kecil ia selalu mengikuti ibadah yang

dilakukan orang tuanya, seperti jika orang tuanya sujud ia pun ikut melakukan sujud,

namun ia mengaku saat kecil belum mendalami, hanya sekadar mengikuti orang

tuanya saja. Setelah ia tumbuh besar, orang tuanya memberi pengertian tentang apa

itu Sapta Darma, apa maksud dan tujuannya serta apa keuntungan dan faedahnya.

Maryanto mulai aktif mendalami Sapta Darma sejak ia duduk di bangku SMP

(Sekolah Menengah Pertama) dan semakin memahami saat di bangku SMA (Sekolah

Menengah Atas). Ia hanya meneruskan keyakinan yang ia dapat dari orang tuanya

dan mendalaminya sampai sekarang.5

3. Narasumber III ( Kurdiyanto)

Kurdiyanto dilahirkan di Ciamis Jawa Barat pada tanggal 6 Februari 1965. Ia

merupakan ketua Persada Provinsi Jakarta. Sosok yang lahir dari orang tua yang

beragama Islam. Kurdiyanto sendiri mengaku bahwa sebelumnya ia beragama Islam,

tetapi katanya dibilang Islam ia mengaku tidak melaksanakan sholat, ia memiliki

kepercayaan Kejawen. Ia masuk atau menjadi penghayat Sapta Darma sejak Tahun

2010. Dahulu ia pernah mengikuti Syekh Siti Jenar dan mengikuti perjalanan.

Menurutnya mana yang memiliki ajaran benar dia ikuti. Kurdiyanto menjelaskan ia

5Wawancara langsung dengan Bapak Maryanto Tuntunan Sapta Darma Provinsi DKI di

Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal 30 November 2019.

Page 89: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

77

menjajahi semua itu adalah dalam rangka mencari Tuhan. Dahulu, ia memiliki

pemahaman bahwa orang yang berilmu adalah orang yang dekat dengan Tuhan Nya,

ia mengungkapkan bahwa pemikiran yang demikian itu sebenarnya dalam Sapta

Darma adalah salah, justru yang demikian itu menurutnya adalah yang jauh dengan

Tuhan Nya. Seluruh ilmu itu terdapat dalam pribadi kita masing-masing. Semakin

banyak pengetahuan, maka semakin merasa bodoh. Jadi, dalam Sapta Darma,

sepanjang manusia menjalani kehidupan, maka akan selalu belajar terus.6

Kurdiyanto masuk Sapta Darma bahwa ada ketentraman yang ia rasakan dan

temukan di Sapta Darma yang selama ini dia cari. Kurdiyanto mengatakan bahwa jika

ia meminta permohonan maka akan langsung kepada Yang Maha Kuasa, dan ketika

berdoa tidak akan keliru, maksudnya Tuhan Yang Maha Kuasa akan memahami apa

yang dia minta. Dia merasa apa yang dia ucapkan sampai kepada Tuhan Yang Maha

Kuasa karena jika dia berdoa menggunakan bahasa yang ia pahami (contoh: Jawa),

tanpa harus menggunakan Bahasa Arab (Doa yang ia lakukan saat menjadi Muslim)

atau bahasa lain yang tidak dia pahami. Sebelumnya Kurdiyanto selalu merasa tidak

yakin dengan doa yang dilakukan. Ada masalah apapun ia mengadu langsung kepada

Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal yang demikian merupakan ketentraman yang ia

rasakan sehingga dia memutuskan untuk menjadi penghayat Sapta Darma. Walaupun

pada dasarnya berdoa dalam Sapta Darma tidak hanya menggunakan bahasa Jawa,

karena Sapta Darma bukan kepercayaan yang hanya dimiliki orang Jawa.

6Wawancara langsung dengan Bapak Kurdiyanto Ketua Persada Provinsi DKI di Sanggar

Candi Busono Ganefo Pada Tanggal 30 November 2019.

Page 90: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

78

4. Narasumber IV (Galih Sekti Adjie)

Galih Sekti Adjie ia lahir pada tanggal 11 Mei 1998 di Kesumadadi Provinsi

Lampung. Ia lahir dan dibesarkan dari orang tua yang menjadi penghayat Sapta

Darma. Oleh karena itu, ia juga mengikuti keyakinan orang tua nya dan meneruskan

menjadi penghayat Sapta Darma. Sebenarnya tidak ada paksaan harus menjadi

penghayat Sapta Darma, orang tua nya membebaskan keyakinan apapun yang akan

dipilih anak-anaknya. Saat ini ia merantau dan tinggal di Sanggar Candi Busono

Ganefo Sekretariat Persatuan Warga Sapta Darma ( PERSADA DKI JAKARTA)

tepatnya di Tanjung Priok Jakarta Utara.7

B. Problem Pelayanan kepada Penghayat Kepercayaan Sapta Darma

Sebagai kelompok minoritas, penghayat Sapta Darma, sering kali menghadapi

masalah dalam layanan publik. Seperti permasalahan penolakan pembangunan

sanggar, masalah pelayanan pemakaman, dan lain-lain. Penulis mengategorikan

beberapa permasalahan yang dihadapi Penghayat Sapta Darma sebagai berikut:

1. Pelayanan Administrasi Kependudukan

Masalah administrasi yang paling khas dan dihadapi Penghayat Kepercayaan

adalah identitas agama di Kartu Tanda Penduduk (KTP). Permasalahan layanan

administrasi kependudukan kelompok Penghayat Kepercayaan dalam hal ini fokus

kepada Penghayat Sapta Darma dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, 1). yakni

Penghayat yang kolom agama nya dikosongi atau diisi tanda strip (-), dan 2).

7Wawancara langsung dengan Galih Sekti Adjie di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada

Tanggal 30 November 2019.

Page 91: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

79

Penghayat yang kolom agama nya diisi dengan agama yang diakui di Indonesia

seperti: Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghucu.

Dalam survey tentang identitas agama yang dilakukan oleh Lembaga Studi

Sosial dan Agama (eLSA) di wilayah Brebes Jawa Tengah Tahun 2015, terdapat

beberapa penghayat Sapta Darma yang menuliskan identitas Islam di kolom agama

dan ada juga yang diisi dengan tanda strip (-). Beberapa alasan yang diungkapkan

oleh Penghayat Sapta Darma adalah adanya kesalahan pada pemerintahan desa yang

dengan sepihak menuliskan identitas Islam di kolom KTP. Mereka berulang kali

sudah melakukan perbaikan, akan tetapi tidak membuahkan hasil. Sehingga akhirnya

mereka memutuskan untuk dibiarkan diisi dengan Islam. Ada juga penghayat yang

memang tidak mempermasalahkan identitas agamanya di KTP, namun mereka tetap

menjalankan keyakinannya sebagai Penghayat Sapta Darma. Kemudian, ada juga

penghayat Sapta Darma yang baru melakukan proses konversi dari Islam dan belum

mengurus KTP.8

Penghayat Sapta Darma yang penulis wawancarai juga ada yang dengan

terbuka memperlihatkan KTP dan ada juga yang tidak memperlihatkan dengan alasan

tidak dibawa dan sedang untuk mengurus sesuatu. Kurdiyanto yang masuk Sapta

Darma Tahun 2010 lalu, kolom agama di KTP masih diisi dengan “ Agama: Islam”.

Dia belum mengurus kembali dan mengganti KTP yang terbaru. Menurutnya hal

demikian pada dasarnya bukan suatu masalah baik terkait layanan pemerintah

maupun keyakinannya. Ia yang mengaku satu-satunya penghayat Sapta Darma di

8Dikutip dari: https://elsaonline.com/identitas-agama-akta-kelahiran-dan-surat-nikah-

problem-penghayat-dalam-soal-administrasi-kependudukan/ Pada Tanggal 16 Desember 2019.

Page 92: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

80

lingkungannya, tidak mendapati masalah-masalah yang merugikan dirinya. Walaupun

kolom agama di KTP masih diisi “Islam”, masyarakat paham bahwa Kurdiyanto

adalah penghayat Sapta Darma.9

Sementara itu, Galih Sekti Adjie yang merupakan remaja asal lampung

mengatakan bahwa di daerah yang ia tinggali pencatatan kolom agama di KTP tidak

dikosongkan, ia sendiri untuk kolom agama di KTP diisi dengan “Islam”. Ia

mengungkapkan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) tidak

memperbolehkan jikalau kolom agama di KTP dikosongkan. Oleh karena itu,

mayoritas penghayat Sapta Darma di daerah tersebut masih banyak yang kolom

agama di KTP diisi dengan Islam. Galih juga mengatakan tidak hanya di KTP yang

agama diisi dengan Islam, semua catatan yang menyangkut dengan kolom agama

maka diisi dengan Islam (Contoh: KK (Kartu Keluarga)).10

Sedangkan menurut Warjo, sebenarnya dari dulu KTP dikosongkan itu sudah

bisa. Hanya saja, kurangnya sosialisasi dari pemerintah yang membuat masyarakat

tidak paham tentang kebijakan yang undang-undang yang sudah diberikan. Warjo

mengatakan “kadang-kadang ada masalah dulu, baru nanti undang-undang

diterapkan”. Ketika ada masalah dia baru paham sebenarnya undang-undang No 23

Tahun 2006 itu sudah bisa melayani penghayat. Akan tetapi, karena setiap daerah itu

berbeda-beda, dan dikarenakan kurangnya sosialisasi dari pihak pemerintah sendiri,

9Wawancara langsung dengan Bapak Kurdiyanto Ketua Persada Provinsi DKI di Sanggar

Candi Busono Ganefo Pada Tanggal 30 November 2019.

10Wawancara langsung dengan Galih Sekti Adjie di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada

Tanggal 30 November 2019.

Page 93: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

81

banyak penghayat yang memilih mengosongkan kolom agama dan tidak sedikit juga

yang diisi dengan Islam.

Warjo sendiri setelah paham adanya undang-undang yang membolehkan

kolom agama di KTP dikosongi, ia mengajukan KTP yang kedua, KTP pertama yang

dia miliki masih diisi dengan Islam itu pun dari pihak kecamatan yang mengisi agama

Islam. Pengajuan KTP yang kedua Warjo sudah meminta untuk kolom agama

dikosongi, namun pada praktiknya ternyata tetap diisi dengan Islam. Menurutnya

tidak masalah jika harus diisi dengan Islam, yang terpenting masyarakat sudah

memahami bahwa dia adalah Penghayat Sapta Darma. Warjo sendiri menambahkan

semua kembali kepada daerah masing-masing, peraturannya sudah ada tinggal

mereka akan mengubah atau tidak. Karena di Bali sendiri ia mengatakan mayoritas

Penghayat Sapta Darma masih memiliki KTP dengan kolom agama diisi dengan

Hindu. Namun untuk di daerah Brebes sendiri karena banyak bermasalah lebih baik

jika secepatnya bisa dirubah.11

Rahayu salah seorang penghayat kepercayaan Sapta Darma, asal Desa

Petunjungan Kecamatan Bulakamba mengaku kesulitan saat akan mengurus

administrasi agar pada kolom agama penghayat dicantumkan di E-KTP.

“Sudah berkali-kali datang ke kantor Dinas Kependudukan Catatan Sipil

(Disdukcapil) di sini, tetapi tetap saja belum bisa. Padahal, keputusan MK sudah jelas

memperbolehkan pengisian kolom agama penghayat kepercayaan di E-KTP,” ucap Rahayu.12

11Wawancara langsung dengan Bapak Warjo di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal

8 Desember 2019.

12Dikutip dari: https://kumparan.com/panturapost/urus-pemakaman-dan-e-ktp-masih-jadi-

kendala-bagi-penghayat-kepercayaan-1qwXRjqwAWt Pada Tanggal 17 Desember 2019.

Page 94: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

82

Sehubungan dengan hal tersebut, permasalahan tentang kolom agama yang

dikosongi pada dasarnya menimbulkan stigma. Menurut Warjo, pengosongan kolom

agama di KTP menimbulkan polemik untuk para penghayat kepercayaan khususnya

Sapta Darma. Fenomena kosongnya kolom agama di KTP menurut Warjo

menjadikan para penghayat mendapat sikap negatif dari masyarakat seperti dicap

sebagai Ateis, dan tidak jarang yang menganggap sesat. Padahal jika merujuk pada

Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 Pasal 61 dan 64, sudah dijelaskan bahwa bagi

penghayat kepercayaan kolom agama tidak diisi atau dikosongi tetapi tetap dicatat

dan dilayani hak-hak sipilnya. Walaupun demikian para penghayat tetap mendapat

masalah-masalah dari masyarakat yang membuat mereka merasa tidak nyaman.13

Maryanto juga mengungkapkan dengan kosongnya kolom agama di KTP

merupakan salah satu kendala, hal itu menjadikan mereka dianggap seperti tidak

memiliki keyakinan, dan tidak memiliki Tuhan. Mereka merasa disisihkan sebagai

warga negara, padahal pada dasarnya di mata hukum mereka semua memiliki hak-

hak yang sama. Tuntutan yang diajukan oleh aliran Sapta Darma, adalah mereka

ingin diakui bahwa mereka itu ber - Ketuhanan dan mereka tidak ingin dibedakan

dengan semua agama yang sama-sama memiliki Tuhan.14

2. Pelayanan Perkawinan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pada Bab I, Pasal

2 Ayat (1) menyebutkan bahwa: “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut

13Wawancara langsung dengan Bapak Warjo di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal

8 Desember 2019.

14Wawancara langsung dengan Bapak Maryanto Tuntunan Sapta Darma Provinsi DKI di

Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal 30 November 2019.

Page 95: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

83

hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu”. Sedangkan pada Ayat (2)

menyebutkan: “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku”.

Kalimat “hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”

merupakan ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi golongan agamanya

dan kepercayaannya itu sepanjang tidak bertentangan dalam undang-undang ini.

Dalam hal ini jelas bahwa kata “kepercayaan” yang dimaksud dalam Pasal 2 Ayat 1

UU Perkawinan tersebut merujuk pada kata “kepercayaan” yang ada pada Pasal 29

Undang-Undang Dasar 1945, yang berarti Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha

Esa. Dengan demikian, maka sesungguhnya Kelompok Penghayat Kepercayaan

berhak melakukan perkawinan dengan tata cara nya sendiri.15

Setelah terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan. Para Penghayat Kepercayaan khususnya Sapta Darma

bisa melakukan perkawinan dengan tatacara nya sendiri. Kemudian dilayani oleh

pemerintah dan mendapatkan akta dari Kantor Administrasi Kependudukan dan

Pencatatan Sipil. Perkawinan penghayat dilakukan di hadapan pemuka Penghayat

Kepercayaan. Dengan merujuk pada peraturan perundang-undangan tersebut, warga

masyarakat Penghayat Kepercayaan khususnya Sapta Darma dapat melaksanakan

perkawinan dengan baik dan lancar. Meskipun demikian, pelaksanaan perkawinan

masih mengalami kendala di masyarakat. Hal ini sebagaimana yang dialami oleh

Damin Penghayat Sapta Darma.

15Sulaiman, Problem Pelayanan Terhadap Kelompok Penghayat Kepercayaan Di Pati, Jawa

Tengah, (Jurnal SMaRT Studi Masyarakat, Religi dan Tradisi Volume 04 No. 02 Desember 2018), h.

214.

Page 96: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

84

Damin adalah warga masyarakat Desa Swaduh, Kecamatan Trangkil,

Kabupaten Pati yang melaksanakan perkawinan menurut tatacara Kepercayaan Sapta

Darma. Pada saat itu, petugas Kantor Pencatatan Sipil Kabupaten Pati tidak mau

mencatat atau menolaknya karena merasa tidak ada aturannya. Akhirnya, ia tidak

melaksanakan pencatatan melalui Kantor Catatan Sipil, melainkan perkawinan dan

pencatatan nikah melalui KUA setempat.16

Dalam hal pelayanan perkawinan, masih banyak petugas di lapangan yang

belum mengetahui peraturan yang mengatur tentang perkawinan penghayat

kepercayaan. Seperti kasus lain yang terjadi di Indramayu, pada Tahun 2011,

pernikahan penghayat Sapta Darma tidak bisa dilaksanakan secara ketentuan Sapta

Darma. Akhirnya, pernikahan tersebut terpaksa dilakukan dengan tata cara salah satu

agama resmi.17

“Dulu, sekitar tahun 1984 juga sudah ada, kalau tidak salah namanya pak sukamto,

itu sudah nikah secara Sapta Darma, dan di catat di Disdukcapil, dan bisa dikatakan

relatif mudah. Tapi setelah reformasi muncul isu-isu aliran sesat baru kesininya

nemuin beberapa masalah. Karena banyaknya organisasi yang belum terkontrol oleh

pemerintah, makanya terjadi gesekan-gesekan sosial. Yang lebih menyakitkan itu,

ketika warga Sapta Darma yang mau mengawinkan anaknya, padahal anaknya itu

sudah diserahkan sepenuhnya mau nikah secara Islam ngikut suaminya ya silahkan,

tapi orang tuanya tidak boleh jadi wali. Padahal orang tua nya masih hidup, tapi

malah memakai wali hakim. Bagi saya, itu sudah termasuk pelecehan,” ucap Warjo.18

Warjo sendiri merupakan penghayat Sapta Darma yang sudah dua kali

menikahkan seseorang secara Sapta Darma. Ketika kakak dari Warjo akan

16Sulaiman, Problem Pelayanan Terhadap Kelompok Penghayat Kepercayaan .., h. 215.

17Herman Hendrik, Permasalahan Dalam Pelayanan Kepada Penghayat

KepercayaanTerhadap Tuhan Yang Maha Esa, (Jurnal Inovasi Vol. 16 No. 1, Mei 2019), h. 42

18Wawancara langsung dengan Bapak Warjo di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal

8 Desember 2019.

Page 97: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

85

menikahkan anaknya dia juga ditanya apakah anak kakaknya tersebut akan

dinikahkan secara Islam atau Sapta Darma. Warjo mengatakan ada beberapa

kelebihan dan kekurangan, di sisi lain jika menikahkan secara Sapta Darma mungkin

keluarga nya kurang berkenan, hal tersebut harus didiskusikan dengan kedua belah

pihak. Karena pada dasarnya perkawinan itu menyatukan dua keluarga. Kelebihan

nya di dalam Sapta Darma tidak ada istilah tidak boleh mewakilkan pernikahan,

apapun agama orang tuanya boleh mewakilkan dan tanda tangan di surat pernikahan

Sapta Darma. Akan tetapi, jika menikah secara Islam dia mengatakan “kang,

sampean masih hidup tapi ora bisa dadi wali nikah. Anak sampean kan perempuan,

wes akeh kejadian sing kaya gitu, ya nek sampean ikhlas ya silahkan”.19

3. Pelayanan Pendidikan

Layanan pendidikan juga merupakan salah satu permasalahan yang harus

dihadapi penghayat Sapta Darma. Sebelum adanya peraturan terkait dengan

pendidikan aliran kepercayaan, peserta didik penghayat kepercayaan khususnya Sapta

Darma harus mengikuti salah satu jenis pendidikan agama di sekolah, seperti Islam.

Kasus masalah pendidikan pernah dialami oleh Yudi, seorang penghayat

Sapta Darma dan sebagai bapak yang sudah memiliki anak. Sewaktu ia sekolah, ia

harus merasakan perilaku diskriminasi yang memaksa dirinya harus berbohong

dengan mengikuti pelajaran-pelajaran agama lain. Perilaku diskriminasi tersebut

semakin dirasakan saat Yudi memiliki anak. Sebelum adanya aturan Kemendikbud

soal pelajaran agama bagi penghayat kepercayaan turun, dia merasa bingung anaknya

19Artinya: kak, kamu masih hidup tapi tidak bisa menjadi wali nikah. Anak kamu kan

perempuan, sudah banyak kejadian yang kaya gitu, kalau kamu ikhlas ya silahkan.

Page 98: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

86

akan belajar agama apa di sekolah. Dia tidak ingin jika harus menuntut anaknya

berbohong dengan mengikuti pelajaran agama lain. Kasus tersebut juga dirasakan

oleh Naen Soeryono, ketua presidium Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa Indonesia (MLKI) Pusat. Sebagai keluarga yang menganut

kepercayaan Sapta Darma, dia merasakan diskriminasi tersebut dan juga ketika

anaknya mengenyam pendidikan sekolah. Putri Naen harus bersembunyi selama dua

jam agar tidak perlu mengikuti pelajaran agama yang tidak dianut nya.20

Dalam praktik di lapangan, setelah turunnya keputusan Permendikbud No 27

Tahun 2016, tidak langsung menunjuk guru sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang

membidangi penghayat Kepercayaan. Namun, Warjo mengungkapkan hal tersebut

dapat dimaklumi, karena kebutuhan setiap daerah itu berbeda-beda dan penghayat

kepercayaan di setiap daerah tidak hanya satu. Akan tetapi, Warjo mengatakan bahwa

guru yang mengajar untuk penghayat kepercayaan khususnya Sapta Darma yang di

daerah tidak mendapatkan bayaran, ia merasa kasihan karena mereka memiliki

tanggungan keluarga tetapi mereka tetap mengajar dengan sukarela walaupun jarak

yang ditempuh cukup jauh. “si penyuluh nya itu mobile, karena memang beda-beda

kecamatan, kadang di kumpulin juga di satu titik tengah, atau misal bisa dilakukan di

sekolah ya dilakukan disitu” urai nya.21

Untuk di daerah Jakarta menurut Kurdiyanto khususnya di lingkungan yang ia

tinggali, ada tenaga pendidiknya akan tetapi belum ada peserta yang akan di didik.

20Dikutip dari https://pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20171109/282531543679308

PadaTanggal 17 Desember 2019.

21Wawancara langsung dengan Bapak Warjo di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal

8 Desember 2019.

Page 99: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

87

Satu-satunya peserta didik Sapta Darma hanya anak dia sendiri, “ ya kalau anak saya

doang kan nanggung yah, soalnya cuman satu, gurunya sih ada anak didiknya aja

yang belum ada, entah memang belum siap menerima pelajaran Sapta Darma”

ungkapnya. Yang merepotkan menurut Kurdiyanto adalah ketika anaknya tidak tau

agama yang dipelajari, dari SD (Sekolah Dasar) sampai SMK (Sekolah Menengah

Kejuruan) anaknya harus sekuat tenaga dan berpikir lebih untuk menerima pelajaran

agama Islam.22 Maryanto menambahkan, dulu sewaktu ia sekolah juga masih

mengikuti pelajaran agama lain seperti Islam. Menurutnya sepintar-pintar si anak

didiknya saja untuk menerima pelajaran selain pelajaran khususnya Sapta Darma.23

Galih salah seorang remaja Sapta Darma yang baru lulus sekolah tingkat

SMA (Sekolah Menengah Atas) mengaku bahwa ia juga sebelumnya harus mengikuti

pelajaran Islam. Akan tetapi setelah adanya Permendikbud, di kampungnya yang di

Lampung Tengah, sudah ada pelajaran untuk Sapta Darma. Kebetulan ibunya juga

merupakan pendidik yang mengajarkan Sapta Darma ke peserta didiknya. “Kalau di

kampung saya sih per materi khusus Sapta Darma untuk SD sampai SMP digabung

jadi satu kelas, misalnya 3 sekolahan muridnya dikumpulin dan dijadikan di satu

kelas atau kadang juga bisa dikumpulin di rumah siapa. Kalau SMA itu ada sendiri

kelasnya. Untuk jadwalnya tidak ditentukan pas jam pelajaran, misalnya hari minggu

22Wawancara langsung dengan Bapak Kurdiyanto Ketua Persada Provinsi DKI di Sanggar

Candi Busono Ganefo Pada Tanggal 30 November 2019.

23Wawancara langsung dengan Bapak Maryanto Tuntunan Sapta Darma Provinsi DKI di

Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal 30 November 2019.

Page 100: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

88

ya berarti belajar di hari itu, baru nanti hasilnya di serahkan ke masing-masing

sekolah untuk nilai pelajaran kepercayaan,” ungkapnya.24

4. Pembangunan Sanggar

Masalah lain yang dihadapi penghayat Sapta Darma adalah terkait dengan

pembangunan Sanggar. Kasus pertama, pada tanggal 10 November 2015, Sanggar

Sapta Darma di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, dibakar sekelompok massa.

Tempat ibadah penganut Penghayat Sapta Darma di Dukuh Blando, Desa Plawangan,

Kecamatan Kragan, dibakar saat sedang dalam proses pembangunan candi yang

diberi nama Candi Busono. Sebelum dibakar, pengelola Sanggar Sapta Darma

mengaku diintimidasi pelaku. Mereka ditekan oleh sekelompok orang yang

mengatasnamakan Forum Umat Islam (FUI) Desa Plawangan supaya menghentikan

renovasi pembangunan sanggar. Aparat pemerintah tidak mampu memberikan

perlindungan, bahkan kepala desa dan camat meminta agar renovasi sanggar

dihentikan. Padahal, pembangunan telah mendapat izin Kepala Kesbangpol

Kabupaten Rembang.25

“Saya ditekan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Forum Umat Islam

(FUI) Desa Plawangan, supaya menghentikan renovasi pembangunan sanggar.

Mereka menyodorkan surat pernyataan, tapi saya menolak karena saya sudah sesuai

dengan undang-undang,” kata Sutrisno Ketua Persatuan Sapta Darma (Persada)

Kabupaten Rembang.26

24Wawancara langsung dengan Galih Sekti Adjie di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada

Tanggal 30 November 2019.

25Choirul Anam, Muhammad Felani, dkk,. Upaya Negara Menjamin Hak-Hak Kelompok

Minoritas di Indonesia (Sebuah Laporan Awal), (Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia, 2016), h. 66.

26Dikutip dari: https://elsaonline.com/sanggar-sapta-darma-rembang-dihentikan-paksa/ Pada

Tanggal 17 Desember 2019.

Page 101: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

89

Kasus kedua, aksi pengrusakan terhadap salah satu sanggar milik penghayat

Sapta Darma di Dukuh Pereng Kembang Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta.

Aksi tersebut lagi-lagi dilakukan oleh massa Front Pembela Islam (FPI) Yogyakarta

pada hari Sabtu 11 Oktober 2008. Dampak dari aksi yang dilakukan oleh massa FPI

itu mengakibatkan warga Sapta Darma sempat mengalami trauma. Menyikapi aksi

tersebut Persada Pusat sudah melayangkan surat ke pemerintah melalui Direktorat

Penghayat Kepercayaan. Isi surat tersebut ialah meminta perlindungan hukum.27

Kasus ketiga juga dialami oleh Galih Sekti, “Dulu sih waktu saya di kampung,

ketika mau melakukan pembangunan sanggar kurang diterima masyarakat sekitar

dengan alasan takut membawa dampak negatif, sampai warga di kampung manggil

polisi dikira Sapta Darma ini musyrik,” urai nya. Namun, ia mengatakan jikalau

sekarang sudah tidak dipermasalahkan kembali. Karena masyarakat sudah memahami

bahwa keyakinan yang ia anut sama dengan agama yang lainnya bukan ajaran yang

menduakan Tuhan.28

5. Pelayanan Pemakaman

Permasalahan lain yang sering dialami oleh Penghayat Sapta Darma adalah

dalam hal pelayanan pemakaman. Persoalan penolakan pemakaman penghayat Sapta

Darma masih sering terjadi di berbagai wilayah. Penolakan pemakaman terjadi karena

jasadnya ditolak dimakamkan oleh warga di tempat pemakaman umum. Banyak

warga yang beragama islam, dan terkadang ada juga pemerintah desa setempat

27Artikel ini diakses dari Kompas.com dengan judul "Sapta Darma Bukan Aliran Sesat",

https://nasional.kompas.com/read/2008/10/14/20390080/sapta.darma.bukan.aliran.sesat?page=all Pada

Tanggal 17 Desember 2019.

28Wawancara langsung dengan Galih Sekti Adjie di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada

Tanggal 30 November 2019.

Page 102: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

90

menganggap makam desa adalah milik makam muslim, sehingga orang yang tidak

beragama dinilai tidak berhak untuk dimakamkan.

Pada wilayah Kabupaten Pati, pernah terjadi kasus pemakaman warga

Penghayat Kepercayaan yang ditolak oleh masyarakat. Hal ini terjadi pada keluarga

Muri di Dukuh Tlogowiru, Desa Tegalharjo, Kecamatan Trangkil, Pati. Ayah Muri

yang bernama Marto Mardin meninggal dan ditolak pemakamannya. Dia meninggal

dunia pada tanggal 3 November 2012, sementara ibunya yang bernama Dasilah

meninggal satu tahun sebelumnya.29

Kasus tersebut menimbulkan ketegangan antara pihak keluarga penghayat dan

masyarakat desa, sehingga melibatkan banyak pihak, antara lain pejabat desa (lurah),

modin30, tokoh-tokoh agama Islam, tokoh-tokoh Penghayat Kepercayaan, bahkan

pejabat Koramil dan Polsek Kecamatan Trangkil. Pada satu sisi, masyarakat

berpandangan bahwa orang yang bukan Islam tidak boleh dimakamkan di tempat

pemakaman itu. Tetapi di sisi lain, kelompok Penghayat Kepercayaan merasa dijamin

oleh peraturan perundang-undangan, yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri dan

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 43 dan Nomor 41 Tahun 2009, Pasal 8

Ayat (1) dan (2), yang berbunyi: “Penghayat Kepercayaan yang meninggal dunia

dimakamkan di tempat pemakaman umum”.31

Atas dasar kejadian tersebut, mereka mengadakan musyawarah yang dipimpin

oleh Kepala Desa Tegalharjo, Kecamatan Trangkil. Dengan musyawarah tersebut

29Nazar Nurdin, Potret “Suram” Kematian Penghayat Sapta Darma, (Diakses dari :

https://www.academia.edu/ ) Pada Tanggal 17 Desember 2019.

30Secara administratif seorang modin disebut dengan istilah Kaur Kesra (Kepala Urusan

Kesejahteraan Rakyat).

31Sulaiman, Problem Pelayanan Terhadap Kelompok Penghayat Kepercayaan .., h. 213.

Page 103: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

91

disepakati bahwa jenazah almarhum dapat dimakamkan di tempat pemakaman

tersebut manakala keluarga almarhum membuat “surat pernyataan” di depan pejabat

desa dan tokoh-tokoh agama serta tokoh-tokoh masyarakat bahwa almarhum

beragama Islam. Hal ini disebabkan bahwa tempat pemakaman tersebut merupakan

tanah wakaf. Dengan pernyataan tersebut, jenazah almarhum dapat dimakamkan di

tempat pemakaman itu sesuai dengan tatacara ajaran Islam.

Kasus-kasus penolakan jenazah penghayat Sapta Darma juga banyak di

temukan di daerah Brebes Jawa Tengah. Catatan Pemerintah Kabupaten (PEMKAB)

Brebes, pada tahun 2017 ada sekitar 200 orang yang menganut aliran kepercayaan

Sapta Darma di Brebes. Mereka tersebar di beberapa kecamatan yakni di Larangan,

Tanjung, Losari, dan Kecamatan Brebes. Kasus-kasus tersebut diwarnai dengan kasus

penolakan jenazah sampai kasus pembongkaran makam. Warga melarang penghayat

Sapta Darma memakamkan keluarganya di tempat pemakaman umum (TPU) desa

setempat. Dikarenakan kasus penolakan terus terjadi, sehingga tidak sedikit

penghayat kepercayaan ini yang akhirnya memakamkan keluarga mereka di tanah

pekarangan.32

“Kejadian yang pernah dialami penghayat Sapta Darma saya ingatnya sih sekitar

Tahun 2007 itu di Dukuh Kalenpandan, Desa Pamulihan, Kec Larangan. Terus di

Desa Cikandang Kec Kersana Tahun 2010, kemudian di Desa Siandong Kec

Larangan bulan Desember 2014, terus juga ada lagi yang terbaru di Jepara itu sekitar

Tahun 2016 atau 2017, cuman saya tidak terlalu hafal nama dan alamat lengkapnya,”

ucap Warjo.

32Dikutip dari: https://www.murianews.com/2017/12/04/132626/penganut-sapta-darma-

ditolak-dimakamkan-di-tpu-pemkab-brebes-ambil-sikap.html Pada Tanggal 17 Desember 2019.

Page 104: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

92

Sementara itu, di Desa Sikancil, Kecamatan Larangan, Brebes pada Tahun

2011 kasus penolakan jenazah tersebut diwarnai dengan kasus pembongkaran

makam. Makam penghayat Sapta Darma yang dibongkar di tempat pemakaman

umum dilakukan oleh masyarakat setempat yang tidak ingin ada jasad penghayat

dimakamkan di tempat pemakaman yang mayoritas berisi makam umat Islam. Para

penghayat akhirnya diminta untuk membuat pemakaman sendiri. 33

Kasus semacam ini membawa akibat buruk tetapi juga ada dampak baik

kepada Penghayat Kepercayaan, khususnya Penghayat Kepercayaan Sapta Darma.

Warjo mengatakan banyak penghayat yang menyatakan keluar dan aktif menjalankan

agama Islam, tetapi ada juga warga yang berfikir dan akhirnya masuk Sapta Darma.

Namun, bagi keluarga Warjo sendiri hal tersebut dianggap biasa saja, karena

perjalanan Wahyu ajaran memang ada ujian untuk maju ke depan.

C. Respon Aliran Sapta Darma Terhadap Regulasi Pemerintah Terhadap

Aliran Kepercayaan

Aliran kepercayaan dalam sejarahnya seringkali mengalami diskriminasi dari

kaum mayoritas karena dianggap sesat. Diskriminasi ini mengakibatkan timbulnya

perlawanan untuk mendapatkan kesetaraan. Diskriminasi dalam buku “Menjadi

Indonesia Tanpa Diskriminasi” diartikan sebagai berikut: Diskriminasi adalah

prasangka atau perilaku yang membedakan seseorang hanya karena ia berasal dari

sebuah identitas sosial (agama, etnis, ras, gender, orientasi seksual). Hanya karena

identitas sosialnya berbeda, ia dipandang atau diperlakukan lebih buruk. Misalnya, ia

33Wawancara langsung dengan Bapak Warjo di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal

8 Desember 2019.

Page 105: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

93

dilarang atau tidak diberikan perlindungan hukum atau hak hukum yang sama

dibandingkan warga negara lain yang berasal dari identitas sosial berbeda.34

Pengertian diskriminasi dalam ruang lingkup hukum hak asasi manusia

Indonesia dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat

(3) tentang Hak Asasi Manusia yang isinya: “ Diskriminasi adalah setiap pembatasan,

pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada

pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnis, kelompok, golongan, status

sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat

pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau

penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual

maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek

kehidupan lainnya”.35

Sapta Darma merupakan salah satu aliran kepercayaan yang sering

mendapatkan permasalahan. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah tentang

Administrasi Kependudukan (Adminduk). Dengan adanya putusan Mahkamah

Konstitusi (MK) yang mengabulkan seluruh gugatan para penganut kepercayaan.

Para Penghayat Kepercayaan akhirnya dapat mencantumkan nama kepercayaan

mereka dalam kolom agama di Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga, dan

memperoleh hak-hak kewarganegaraan mereka. Selama ini, para Penghayat

Kepercayaan tidak dapat mengisi kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduk dan

Kartu Keluarga mereka dikarenakan tidak terdapat pilihan agama lain selain enam

34Denny J.A., Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi, Data, Teori, Dan Solusi,(Jakarta:

Inspirasi.co, 2014), h. 6.

35Lihat pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Page 106: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

94

agama mayoritas di Indonesia. Putusan tersebut pastinya disambut dengan suka cita

oleh para penghayat kepercayaan, termasuk respon dari penghayat Sapta Darma.

Warjo yang mengaku sebagai saksi dari pemohon IV tersebut, mengatakan

bahwa dari Mahkamah Konstitusi (MK) memang sudah menyetarakan antara

kepercayaan dengan agama. Artinya status para penghayat sudah setara secara hukum

dengan agama yang diakui di Indonesia. Namun, pada saat gugatan mereka

dikabulkan terdapat beberapa hal yang masih membuat tidak nyaman terkait

pencantuman nama di kolom agama.36

Menurut Warjo, seharusnya jika merujuk pada gugatan yang dikabulkan MK

hal tersebut diperbolehkan minimal “Agama: Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa” jika memang itu sudah mewakili penghayat kepercayaan. Warjo menilai

bahwa lagi-lagi negara kalah dengan salah satu organisasi (sebut MUI), dan

pertimbangan dasar hukum masih kalah dengan perorangan. Menurutnya akhirnya

diperbolehkan kolom “Kepercayaan: Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa”.

Jadi, bagi kepercayaan maka kolomnya diisi “Kepercayaan” dan tidak ada kolom

“Agama”, sebaliknya bagi agama maka hanya ada kolom “Agama” dan tidak ada

kolom “Kepercayaan”. Warjo menyimpulkan penghayat kepercayaan tetap kembali

dibedakan.37

Sedangkan menurut Maryanto dan Kurdiyanto mengatakan bahwa yang

mereka dapatkan selama ini yaitu pemerintah melayani dengan baik terkait

36Wawancara langsung dengan Bapak Warjo di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal

8 Desember 2019.

37Wawancara langsung dengan Bapak Warjo di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal

8 Desember 2019.

Page 107: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

95

Administrasi Kependudukan, pemakaman, perkawinan sudah sesuai dengan Undang-

Undang yang berlaku. Menurut mereka tidak adanya kendala yang mereka hadapi

jika berkaitan dengan hak-hak sipil mereka, dengan lingkungan sekitar juga mereka

tidak mendapati masalah jika menyangkut keyakinannya.38 Terkait pernikahan

Maryanto mengatakan bahwa tidak mendapati masalah. Setelah mereka melakukan

pernikahan secara Sapta Darma data mereka dicatat dalam pencatatan sipil. Ditambah

lagi setelah putusan MK, maryanto mengatakan bahwa artinya pemerintah semakin

memberikan layanan yang baik untuk para penghayat kepercayaan khususnya Sapta

Darma. Dengan demikian, mereka diakui dan dilayani dan disetarakan dengan agama

lain.39

Maryanto dan Kurdiyanto mengungkapkan untuk di daerah tempat tinggal

mereka jika terkait dengan layanan pemerintah selama kolom agama mereka

dikosongi tidak menemukan adanya masalah, mereka tetap dilayani sebagai mana

warga negara yang lain. Apalagi, di daerah Jakarta sendiri termasuk lingkungan yang

“cuek, bodoamat, lo lo gue gue”. Kalaupun ada masalah itu karena unsur politik, tapi

jika di kehidupan sehari-hari mereka tidak memiliki masalah. Mereka menambahkan,

mungkin di luar Jakarta seperti di daerah-daerah kampung bisa jadi masih memiliki

kendala, karena jika dibandingkan, Jakarta termasuk daerah yang dekat dengan pusat-

pusat pemerintahan. 40

38Wawancara langsung dengan Bapak Maryanto dan Bapak Kurdiyanto di Sanggar Candi

Busono Ganefo Pada Tanggal 30 November 2019.

39Wawancara langsung dengan Bapak Maryanto Tuntunan Sapta Darma Provinsi DKI di

Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal 30 November 2019.

40Wawancara langsung dengan Bapak Maryanto dan Bapak Kurdiyanto di Sanggar Candi

Busono Ganefo Pada Tanggal 30 November 2019.

Page 108: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

96

Dalam hal kasus-kasus seperti kasus pemakaman untuk Sapta Darma, pada

dasarnya kasus-kasus tersebut bisa diselesaikan. Menurut Maryanto sebenarnya hal

tersebut dikarenakan ketidaktahuan dari aparat pemerintah khususnya aparat desa

sehingga menimbulkan asumsi-asumsi bahwa aliran tersebut adalah sesat. Tetapi

setelah diberikan pemahaman maka masyarakat akan paham, bahkan orang tua

Maryanto sendiri ketika meninggal tidak ada masalah menyangkut pemakaman,

orang tua nya dikuburkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU), dan yang mengurusi

pemakaman tersebut adalah orang Islam. Menurutnya jika mereka baik terhadap

lingkungan, maka masyarakat juga akan menghormati mereka.

Galih yang merupakan remaja asal Lampung mengatakan, bahwa sejauh ini

layanan yang diberikan oleh pemerintah sudah sangat baik terkait administrasi

kependudukan, permasalahan seperti KTP, KK, catatan pernikahan, dan yang lainnya

sudah disediakan dan dilayani dengan baik, jika dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya galih mengaku bahwa pencatatan atas hak-hak penghayat masih sulit.

Berbicara tentang kolom agama yang diisi dengan agama (sebut: Islam), Galih

mengatakan bahwa hal tersebut tidak menjadikan masalah di lingkungan sekitarnya.

Walaupun kolom agama diisi dengan Islam, akan tetapi masyarakat paham bahwa

Galih adalah penghayat Kepercayaan Sapta Darma.41

Setelah adanya Putusan Mahkamah Konstitusi ia merasa senang, karena

akhirnya ia bisa mengubah pada kolom agama diisi dengan “Kepercayaan”.

Walaupun pada praktik di lapangan, masih ada yang diisi dengan Islam termasuk

41Wawancara langsung dengan Galih Sekti Adjie di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada

Tanggal 30 November 2019.

Page 109: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

97

KTP Galih sendiri. Perubahan kolom agama dari Islam menjadi Kepercayaan masih

dalam proses dan menurutnya hal tersebut tetap tidak menjadi masalah. Galih

mengatakan bahwa perubahan yang masih dalam proses tersebut bukan berarti

layanan yang diberikan pemerintah itu buruk. Galih juga mengungkapkan, jika

sebelumnya layanan yang diberikan sudah baik menjadi semakin baik ketika adanya

putusan Mahkamah Konstitusi. Dia menganggap bahwa dengan putusan tersebut

pemerintah semakin peduli dan mengakui keberadaan para penghayat kepercayaan

khususnya Sapta Darma di seluruh Indonesia tanpa membedakan dengan agama

mayoritas lainnya. Sejauh ini juga setelah putusan tersebut galih merasa tidak ada lagi

kendala dan masyarakat pun sudah tidak membeda-bedakan, dan sudah bisa

bersosialisasi dengan baik seperti pada umumnya. Galih berharap pemerintah akan

terus memberikan layanan yang baik dan tidak ada yang dibedakan antara agama

yang satu dengan yang lainnya, supaya Bhineka Tunggal Ika itu benar-benar nyata

keberadaannya.

Warjo juga mengatakan secara keseluruhan layanan yang sudah diberikan

pemerintah sudah sangat baik dan tidak ada kendala. Namun, masih perlunya

sosialisasi di masyarakat agar praktiknya di lapangan lebih baik lagi. Akan tetapi,

untuk peraturan terbaru terkait putusan MK masih belum maksimal mengaplikasikan

di lapangannya dengan alasan masih dalam perubahan sistem. Jadi, keseragaman

perubahannya masih kurang, misal seperti perubahan kolom agama ada yang sudah

bisa berubah, ada juga yang masih kosong, bahkan masih ada juga yang berisi agama

lain. “baru-baru ini mas eko sama ratih juga selang satu tahun setelah putusan MK

pas bikin di Jakarta jadinya kosong juga di KTP,” ucap Warjo. Menurut Warjo, ia

Page 110: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

98

sepenuhnya menyerahkan kembali kepada pemerintah, karena semua kembali kepada

aturan-aturan pemerintah.

Terlepas dari hal-hal diatas menurutnya hal tersebut tidak menjadi masalah,

semuanya dikembalikan dan bagian dari proses. Setidaknya setelah adanya putusan

MK, memiliki dampak yang positif, salah satunya yaitu Kejaksaan Tinggi DKI

Jakarta mengaktifkan kembali tim PAKEM yang selama ini tidak aktif. Tetapi

terlepas dari putusan tersebut di Tegal Jawa Tengah juga tim PAKEM memiliki

kinerja yang bagus untuk para penghayat kepercayaan khususnya Sapta Darma.

Selain itu juga, Warjo sangat berterimakasih tentang aturan Permendikbud. Walaupun

praktik di lapangan masih memprihatinkan, tetapi itu sifatnya pendapat individu dan

relatif. Dia juga menambahkan bahwa regulasi dari pemerintah untuk aliran

kepercayaan sangatlah penting, yang berarti bahwa aliran kepercayaan dilindungi

oleh undang-undang dan aliran kepercayaan bukan aliran sesat. Kemudian, hak-hak

para penghayat kepercayaan khususnya Sapta Darma itu bisa dilayani, kalaupun ada

permasalahan itu bisa diselesaikan. Sejauh ini pemerintah sudah sangat cukup dan

baik jika menyangkut peraturan yang sudah diberikan, walaupun pelaksana dari

pemerintahan terkadang masih ada yang mengabaikan. Harapannya ke depannya,

semua peraturan yang sudah diberikan bisa terlaksana dengan lebih baik lagi dalam

melayani penghayat kepercayaan khususnya Sapta Darma. Karena sebenarnya

pemerintah sudah sangat baik, hanya saja pelaksana dari pemerintah tersebut yang

terkadang masih lalai dan mengabaikan. 42

42Wawancara langsung dengan Bapak Warjo di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal

8 Desember 2019.

Page 111: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

99

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara keseluruhan, respon dari para penghayat kepercayaan khususnya

penghayat Sapta Darma masih belum puas. Hal ini dikarenakan masih adanya

pembedaan antara Kepercayaan dan Agama. Pelayanan yang diberikan terhadap para

penghayat kepercayaan pun mereka mengatakan belum maksimal. Seperti contohnya

permasalahan kolom agama di KTP, masih ditemukan aparat birokrasi yang belum

menjalankan sesuai undang-undang yang ada.

Akan tetapi setelah adanya putusan Mahkamah Konstitusi mereka sangat

mengapresiasi akan keputusan bijaksana tersebut dan tentunya mereka merasa

senang. Mereka berharap ke depannya putusan MK ini bisa diimplementasikan di

lapangan dengan baik dan tidak ada lagi pembedaan yang mendiskriminasi penghayat

kepercayaan khususnya Sapta Darma.

B. Saran

Ke depannya untuk pemerintah, khususnya bagi aparat birokrasi bisa

memberikan pelayanan terhadap aliran kepercayaan khususnya Sapta Darma sesuai

dengan Undang-Undang yang ada dan tidak ada lagi pembedaan antara kepercayaan

dan agama. Dengan demikian kasus-kasus diskriminasi yang dialami para penghayat

kepercayaan bisa segera berakhir.

Page 112: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

100

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku:

Afrizal. Metode Penelitian Kulitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan

Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, Jakarta: PT Rajawali

Pers, 2015.

Anam, Choirul dan Muhammad Felani, dkk,. Upaya Negara Menjamin Hak-Hak

Kelompok Minoritas di Indonesia (Sebuah Laporan Awal), Jakarta: Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2016.

Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-

1940) Hingga Masa Reformasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Bustami, Abdul Latif. Modul III - Sejarah Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha

Esa Di Indonesia, Jakarta: Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.

Denny. Menjadi Indonesia Tanpa Diskriminasi, Data, Teori, Dan Solusi, Jakarta:

Inspirasi.co, 2014.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Kumpulan Peraturan Menteri

Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun 2016-2017, Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Tahun 2017.

Ensiklopedia Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Kebudayaan, Direktorat Kepercayaan

Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, 2017.

Gulo, W. Metodologi Penelitian, Grasindo, 2000.

Page 113: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

101

Hadiwijono, Harun. Kebatinan Dan Injil, Jakarta: Gunung Mulia, 2009.

Imam S, Suwarno. Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dalam Berbagai Kebatinan Jawa,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Kartapradja, Kamil. Aliran-Aliran Kepercayaan/Kebatinan Di Indonesia, Jakarta:

C.V. Ridho Taringan, 1981.

Lubis, M. Ridwan. Agama Dan Perdamaian Landasan, Tujuan, dan Realitas

Kehidupan Beragama di Indonesia, Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka

Utama, 2017.

Maarif, Samsul. Pasang Surut Rekognisi Agama Leluhur Dalam Politik Agama di

Indonesia, Yogyakarta: CRCS( Center for Religious and Cross-cultural

Studies) Program Studi Agama dan Lintas Budaya Sekolah Pascasarjana

Lintas Disiplin, Universitas Gadjah Mada, 2017.

Mufid, Ahmad Syafi’I. Dinamika Perkembangan Sistem Kepercayaan Lokal Di

Indonesia, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012.

Muhammad, Hafiz. Menuntut Pemenuhan Hak-Hak Konstitusional Penghayat

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Jakarta: HRWG, 2011.

Nugroho, Wahyu dan kees de jong. Memperluas Horizon Agama Dalam Konteks

Indonesia, Yogyakarta: Yayasan Pustaka Kristen Indonesia, 2019.

Permadi, K. Pandangan Aliran Kepercayaan Terhadap Islam, Jakarta: Direktorat

Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 1992.

Rahnip. Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dalam Sorotan, Surabaya: Penerbit

Pustaka Progresif, 1997.

Page 114: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

102

Sejarah Penerimaan Wahyu Wewarah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun

Agung Sri Gutama, Yogyakarta: Sekretariat Tuntunan Agung Kerokhanian

Sapta Sapta Darma, 2010.

Tilaar. Pendidikan Multikultural dan Revitallisasi Hukum Adat dalam Perspektif

Sejarah, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2005.

Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan

Jakarta: Kencana, 2014.

Sumber Jurnal dan Skripsi:

Agustina, Hartik. Paguyuban Darma Bakti Tambuh, Batu, Jawa Timur, Skripsi:

Jurusan Perbandingan Agama IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013.

Aryono. Pergulatan Aliran Kepercayaan dalam Panggung Politik, Jurnal: Sejarah

Citra Lekha, Vol. 3, No.1, 2018.

Bunyamin. Presentasi tentang Layanan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, (Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang ), Studi Kasus

Permasalahan Peserta Didik Di SMK N 7 Semarang.

Fajar T, Sukmono. Regenerasi Kejawen: Penghayatan Sapta Darma pada Generasi

Muda Sapta Darma di Yogyakarta, TESIS: Program Pasca Sarjana

Antropologi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2018.

Hairi, Prianter Jaya. Majalah Info Singkat Hukum Kajian Singkat terhadap Isu Aktual

dan Strategis, Vol.IX, No. 23/I/Puslit/Desember/2017, Pusat Penelitian Badan

Keahlian DPR RI, 2009.

Page 115: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

103

Hendrik, Herman. Permasalahan Dalam Pelayanan Kepada Penghayat

KepercayaanTerhadap Tuhan Yang Maha Esa, Jurnal Inovasi Vol. 16 No. 1,

Mei 2019.

Illiyun, Naili Ni’matun. Dinamika Kehidupan Kelompok Minoritas Di Indonesia,

(Studi Kasus Pengalaman Bermasyarakat dan Bernegara Warga

Kerokhanian Sapta Darma), Tesis: Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,

2015.

JUKNIS – Sosialisasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27 Tahun

2016 tentang Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada

Satuan Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat

Jenderal Kebudayaan, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan Tradisi, 2016.

Permana, Didit Aditia. Strategi Perlawanan Kaum Minoritas (Studi Tentang Strategi

Perlawanan Aliran Kepercayaan Sapta Darma Terhadap Dominasi Negara

dan Agama Mayoritas di Yogyakarta), Tesis: Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta, 2014.

Sulaiman. Problem Pelayanan Terhadap Kelompok Penghayat Kepercayaan Di Pati,

Jawa Tengah, Jurnal SMaRT Studi Masyarakat, Religi dan Tradisi Volume 04

No. 02 Desember 2018.

Wahyu, Dino Nur. Pendidikan Anak Penghayat Kepercayaan Di SMA 9 dan SMP 59

Surabaya, Skripsi: Jurusan Studi Agama Agama Universitas Negeri Sunan

Ampel, 2019.

Page 116: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

104

Undang-Undang:

Ketetapan MPR No. IV/MPR Tahun 1973 dan 1978 tentang Garis-Garis Besar

Haluan Negara.

Surat Keputusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 97/PUU-

XIV/2016

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bab XI Pasal 29

Ayat (1) Dan (2).

Undang-Undang No. 1/PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan

dan/atau Penodaan Agama.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Sumber Internet/ Website:

Artikel ini diakses dari Kompas.com dengan judul "Sapta Darma Bukan Aliran

Sesat",https://nasional.kompas.com/read/2008/10/14/20390080/sapta.darma.b

ukan.aliran.sesat?page=all Pada Tanggal 17 Desember 2019.

Diakses dari https://katadata.co.id/infografik/2017/11/10/jalan-panjang-pengakuan-

bagi-penganut-aliran-kepercayaan Pada Tanggal 1 November 2019.

Diakses dari https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/uu-adminduk-diskriminatif-

bagi-penganut-aliran-kepercayaan-cvlq Pada Tanggal 1 November 2019.

Diaksesdari:https://www.google.com/amp/s/www.voaindonesia.com/amp/4340417.ht

ml Pada Tanggal 1 November 2019.

Diakses dari https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-regulasi.html Pada

Tanggal 31 Desember 2019.

Page 117: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

105

Dikutipdari:https://pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20171109/282531543679308

PadaTanggal 17 Desember 2019.

Dikutip dari: https://elsaonline.com/identitas-agama-akta-kelahiran-dan-surat-nikah-

problem-penghayat-dalam-soal-administrasi-kependudukan/ Pada Tanggal 16

Desember 2019.

Dikutip dari: https://elsaonline.com/sanggar-sapta-darma-rembang-dihentikan-paksa/

Pada Tanggal 17 Desember 2019.

Dikutip dari: https://kumparan.com/panturapost/urus-pemakaman-dan-e-ktp-masih-

jadi-kendala-bagi-penghayat-kepercayaan-1qwXRjqwAWt Pada Tanggal 17

Desember 2019.

Dikutip dari: https://www.murianews.com/2017/12/04/132626/penganut-sapta-

darma-ditolak-dimakamkan-di-tpu-pemkab-brebes-ambil-sikap.html Pada

Tanggal 17 Desember 2019.

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Nazar Nurdin, Potret “Suram” Kematian Penghayat Sapta Darma, (Diakses dari :

https://www.academia.edu/ ) Pada Tanggal 17 Desember 2019.

Wawancara:

Wawancara langsung dengan Bapak Kurdiyanto Ketua Persada Provinsi DKI di

Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal 30 November 2019.

Wawancara langsung dengan Bapak Maryanto Tuntunan Sapta Darma Provinsi DKI

di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada Tanggal 30 November 2019.

Wawancara langsung dengan Bapak Warjo di Sanggar Candi Busono Ganefo Pada

Tanggal 16 November dan 8 Desember 2019.

Page 118: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

106

Wawancara langsung dengan Galih Sekti Adjie di Sanggar Candi Busono Ganefo

Pada Tanggal 30 November 2019.

Page 119: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 120: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

108

LAMPIRAN I: SURAT IZIN PENELITIAN

Page 121: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

109

LAMPIRAN II: KOMPILASI UNDANG-UNDANG

TAP MPR TENTANG GBHN 1973

Page 122: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

110

TAP MPR TENTANG GBHN 1978

Page 123: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

111

UNDANG-UNDANG NO 61 DAN 64 TAHUN 2006

Page 124: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

112

PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TAHUN 2016

Page 125: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

113

Page 126: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

114

LAMPIRAN III: SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Page 127: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

115

Page 128: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

116

Page 129: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

117

Page 130: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

118

LAMPIRAN IV: PERTANYAAN WAWANCARA

A. Biografi Singkat Narasumber

1. Kapan bapak/ibu masuk dan menjadi Penghayat Kepercayaan Sapta Darma?

2. Apa alasan bapak/ibu masuk dan menjadi Penghayat Kepercayaan Sapta

Darma?

B. Respon Penghayat Sapta Darma

1. Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh penghayat Sapta Darma?

2. Bagaimana respon bapak/ibu terhadap regulasi administrasi kependudukan

dan undang-undang perkawinan untuk aliran kepercayaan?

3. Bagaimana peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (permendikbud)

terhadap pendidikan peserta didik aliran kepercayaan?

4. Bagaimana tanggapan bapak/ibu pasca putusan Mahkamah Konstitusi tentang

pengisian kolom agama di KTP, KK?

5. Apa harapan penghayat Sapta Darma untuk regulasi pemerintah terhadap

aliran kepercayaan di Indonesia?

Page 131: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

119

LAMPIRAN V: HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Bapak Warjo (34 TH)

1. Kapan bapak masuk dan menjadi Penghayat Kepercayaan Sapta Darma, dan apa

alasannya?

Bisa dikatakan saya masuk Sapta Darma dari kecil, tapi sebelumnya saya masih

melakukan sholat seperti anak muslim lainnya, karena orang tua saya nggak nuntut

supaya anak-anaknya ngikutin kepercayaan orang tua nya. Saya mulai belajar sujud

secara Sapta Darma sejak kelas 5 SD, mulai saat itu semakin tumbuh saya terus

menekuni ajaran dan ritual dalam Sapta Darma. Alasannya dalam Sapta Darma saya

merasa menemukan ketentraman, nyaman dan juga lebih bisa mengontrol emosi

dalam diri saya.

2. Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh penghayat Sapta Darma?

Dulu dikampung, sanggar Sapta Darma itu ada isu ajaran sesat dan kafir, kami

di demo dan akhirnya dipaksa untuk buat pernyataan, padahal seharusnya pernyataan

itu tidak ada paksaan, tapi kami mau ngga mau dipaksa untuk membuat pernyataan

bahwa sebelum adanya izin yang lengkap tidak boleh melakukan aktifitas di sanggar

tersebut. Selain itu juga saya pernah diancam oleh orang “awas kalau keluarganya

menikah secara Islam akan kami buat rame lagi dan dipermasalahkan”.

Masalah perkawinan juga sebenernya dulu udah ada yang menikah secara

Sapta Darma seperti pak kamto menikah tahun 1984, tetapi semakin kesini banyak

dipermasalahkan, yang paling menyakitkan ketika warga Sapta Darma mau

mengawinkan anaknya dan sudah diserahkan kalau menikah secara Islam kalau calon

Page 132: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

120

suaminya Islam, tapi orang tuanya ngga boleh jadi wali, dan malah memakai wali

hakim padahal orang tuanya itu masih hidup.

Permasalahan lain juga yang saya tahu seperti di Brebes kasus pembongkaran

makam penghayat Sapta Darma, penolakan jenazah, penolakan sanggar, di daerah

Jogja juga bukan pusat tapi ada penghayat Sapta Darma yang di pukul oleh oknum

yang tidak bertanggung jawab, terus kasus pembakaran sanggar di rembang, dan

permasalahan lain menurut saya paling minim setiap daerah yang ada penghayat

Sapta Darma yang dipermasalahin.

3. Bagaimana respon bapak terhadap regulasi administrasi kependudukan dan

undang-undang perkawinan untuk aliran kepercayaan?

Sebenarnya dari dulu KTP dikosongkan itu sudah bisa. Hanya saja, kurangnya

sosialisasi dari pemerintah yang membuat masyarakat tidak paham tentang kebijakan

yang undang-undang yang sudah diberikan. Kadang-kadang ada masalah dulu, baru

nanti undang-undang diterapkan. Ketika ada masalah saya juga baru paham

sebenarnya undang-undang No 23 Tahun 2006 itu sudah bisa melayani penghayat.

Akan tetapi, karena setiap daerah itu berbeda-beda, dan dikarenakan kurangnya

sosialisasi dari pihak pemerintah sendiri, banyak penghayat yang memilih

mengosongkan kolom agama dan dan ada juga yang diisi dengan Islam.

Saya juga pernah mengajukan KTP yang kedua, KTP pertama memang masih

diisi dengan Islam itu pun dari pihak kecamatan yang mengisi agama Islam.

Pengajuan KTP yang kedua saya sudah meminta untuk kolom agama dikosongi,

namun pada praktiknya ternyata tetap diisi dengan Islam. Ya saya sih nggak masalah

jika harus diisi dengan Islam, yang terpenting masyarakat sudah memahami bahwa

Page 133: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

121

saya itu penghayat Sapta Darma. Dan semua juga kembali kepada daerah masing-

masing, peraturannya sudah ada tinggal mereka akan mengubah atau tidak. Karena di

Bali sendiri mayoritas Penghayat Sapta Darma masih memiliki KTP dengan kolom

agama diisi dengan Hindu. Namun untuk di daerah Brebes sendiri karena banyak

bermasalah lebih baik jika secepatnya bisa dirubah.

Sebelumnya masalah pengosongan kolom agama di KTP menimbulkan

polemik untuk para penghayat kepercayaan khususnya Sapta Darma. Yang seperti itu

menjadikan para penghayat mendapat sikap negatif dari masyarakat seperti dicap

sebagai Ateis, dan ada juga yang menganggap sesat. Padahal udah jelas ada undang-

undang kalau kolom agama di KTP kosong kita tetap mendapat pelayanan yang sama.

Untuk peraturan terbaru setelah putusan MK sih masih belum maksimal yah

di lapangannya dengan alasan masih dalam perubahan sistem. Jadi, keseragaman

perubahannya masih kurang, misal seperti perubahan kolom agama ada yang sudah

bisa berubah, ada juga yang masih kosong, bahkan masih ada juga yang berisi agama

lain. Baru-baru ini mas eko sama ratih juga selang satu tahun setelah putusan MK pas

bikin di Jakarta jadinya kosong juga di KTP. Ya saya mah intinya sepenuhnya

menyerahkan kembali kepada pemerintah, karena semua kembali kepada aturan-

aturan pemerintah.

4. Bagaimana peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (permendikbud)

terhadap pendidikan peserta didik aliran kepercayaan?

Kalau di lapangan, setelah turunnya keputusan Permendikbud No 27 Tahun

2016, tidak langsung menunjuk guru sebagai PNS yang membidangi penghayat

Kepercayaan. Saya sih bisa maklum, karena kebutuhan setiap daerah itu berbeda-

Page 134: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

122

beda dan penghayat kepercayaan di setiap daerah juga tidak hanya satu. Hanya saja

guru yang mengajar untuk penghayat kepercayaan khususnya Sapta Darma yang di

daerah yang memang saya tau itu tidak mendapatkan bayaran, ya kasihan aja kan

mereka juga punya tanggungan keluarga tetapi mereka tetap mengajar dengan

sukarela walaupun jarak yang ditempuh cukup jauh. Jadi si penyuluh nya itu mobile,

karena memang beda-beda kecamatan, kadang di kumpulin juga di satu titik tengah,

atau misal bisa dilakukan di sekolah ya dilakukan disitu.

5. Bagaimana tanggapan bapak pasca putusan Mahkamah Konstitusi tentang

pengisian kolom agama di KTP, KK?

Saya kan waktu itu jadi saksi dari pemohon IV Carlim, memang MK sudah

menyetarakan antara kepercayaan dengan agama. Yang artinya status para penghayat

sudah setara secara hukum dengan agama yang diakui di Indonesia. Tetapi yang

membuat tidak nyaman terkait pencantuman nama di kolom agama. Waktu itu, ada

diskusi dengan ketua MUI yaitu Kyai Ma’ruf Amin, tidak memperbolehkan

pencantuman nama kepercayaan di kolom agama kaya contohnya itu, Agama: Sapta

Darma, tetapi yang diperbolehkan itu Kepercayaan: Kepercayaan Terhadap Tuhan

Yang Maha Esa. Harusnya kalau memang merujuk pada gugatan yang dikabulkan

MK hal tersebut diperbolehkan minimal Agama: Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, jika memang itu sudah mewakili penghayat kepercayaan. Menurut saya

lagi-lagi negara kalah dengan salah satu organisasi yaitu MUI, dan pertimbangan

dasar hukum masih kalah dengan perorangan. Ya saya sih intinya hanya bisa nerima

ya, terlepas dari itu setidaknya setelah adanya putusan MK, ada dampak yang positif

juga, salah satunya yaitu Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta mengaktifkan kembali tim

Page 135: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

123

PAKEM yang selama ini tidak aktif, dan terlepas dari putusan tersebut di Tegal Jawa

Tengah juga tim PAKEM memiliki kinerja yang bagus untuk para penghayat

kepercayaan khususnya Sapta Darma.

6. Apa harapan penghayat Sapta Darma untuk regulasi pemerintah terhadap aliran

kepercayaan di Indonesia?

Harapan saya, ke depannya semua peraturan yang sudah diberikan bisa

terlaksana dengan lebih baik lagi dalam melayani penghayat kepercayaan khususnya

Sapta Darma. Karena sebenarnya pemerintah sudah sangat baik, hanya saja pelaksana

dari pemerintah tersebut yang terkadang masih lalai dan mengabaikan.

Wawancara dengan Bapak Maryanto (60 TH)

1. Kapan bapak masuk dan menjadi Penghayat Kepercayaan Sapta Darma, dan apa

alasannya?

Saya memang dilahirkan dari orang tua yang memiliki kepercayaan Sapta

Darma, saya hanya mengikuti dan meneruskan keyakinan yang saya dapat dari orang

tua sejak kecil. Tetapi bukan berarti anak-anak dari orang tua saya disuruh ngikutin

kepercayaan mereka, orang tua saya membebaskan keyakinan anak-anaknya, soalnya

saudara saya juga ada yang memeluk Islam. Saat masih kecil saya hanya ngikutin

orang tua ibadah ini ya saya ikutin, pas saya mulai besar baru saya pelajari dan

dalami kepercayaan Sapta Darma sampai sekarang, kalau ditanya alasan ya ngga ada.

2. Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh penghayat Sapta Darma?

Untuk kita sendiri, problem yang dihadapi itu kita hanya dilayani kosong di

KTP, sesuai dengan sistem komputer, pokoknya kita mengikuti sesuai sistem yang

ada. Untuk bepergian, pekerjaan dengan kolom agama kosong sebenarnya ngga ada

Page 136: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

124

masalah. Seperti di lingkungan juga saya sendiri ngga ada masalah, misal ngurus apa

juga tetap dilayani. Tapi saya bicara sesuai yang ada di lingkungan saya, karena di

Jakarta sendiri orangnya kan emang cuek, bodoamat, lo lo gue gue, jadi ya menurut

saya sih ga nemu banyak masalah lah. Yang jadi masalah itu, kenapa aliran

kepercayaan itu di KTP harus kosong, seolah-olah kita itu tidak beragama walaupun

memang Sapta Darma bukan agama, akan tetapi seakan kita tidak memiliki Tuhan.

Kita seakan disisihkan sebagai warga negara, sementara hak kita sebagai warga

negara dengan yang lain sama.

3. Bagaimana respon bapak terhadap regulasi administrasi kependudukan dan

undang-undang perkawinan untuk aliran kepercayaan?

Menurut saya sendiri pemerintah sudah melayani dengan baik terkait

Adminduk, pernikahan, dan yang lain. Saya tidak mendapati masalah jika hal-hal

yang berkaitan dengan hak saya sebagai warga negara, masalah pernikahan juga bisa

melakukan pernikahan secara Sapta Darma dan setelah itu data dicatat dalam

pencatatan sipil.

4. Bagaimana peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (permendikbud)

terhadap pendidikan peserta didik aliran kepercayaan?

Kita kalau di sini karena warganya sedikit yah, kalau di daerah sudah ada

mbak dan sudah disediakan pengajar-pengajar dari kita. Kalau untuk aliran

kepercayaan memang sudah diberikan wadah, jadi kita bergabung dengan

kepercayaan lain dan ada wadahnya adalah MLKI dan di wadah itu kita ada

kurikulum pelajaran untuk aliran kepercayaan. Untuk pengajar Sapta Darma sendiri

di daerah Jabodetabek belum ada, kalau di daerah sudah menerapkan kurikulum

Page 137: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

125

tersebut. Kalaupun di Jakarta ada gurunya, akan tetapi muridnya yang sangat sedikit.

Tetapi ya gitu, mungkin masih ada anak didik yang ngikutin pelajaran agama lain,

karena emang masih sedikit, dulu waktu saya sekolah juga masih mengikuti pelajaran

agama lain seperti Islam. Yang penting sepintar-pintar si anak didiknya saja untuk

menerima pelajaran selain pelajaran khususnya Sapta Darma. Kendalanya masih

belum ada peserta didik yang siap untuk menerima pelajaran Sapta Darma. Tetapi

kalau dari pemerintah itu sudah bagus pelayanannya, tinggal dari masing-masing

penghayat Kepercayaan siap dan tidaknya menjalankan layanan yang sudah

diberikan.

5. Bagaimana tanggapan bapak pasca putusan Mahkamah Konstitusi tentang

pengisian kolom agama di KTP, KK?

Setelah adanya putusan MK menurut saya sendiri berarti pemerintah semakin

memberikan layanan yang baik untuk para penghayat kepercayaan khususnya Sapta

Darma. Dengan demikian, kita diakui dan dilayani dan disetarakan dengan agama

lain. Intinya kalau masalah pelayanan mah emang nggak pernah ngerasa ada masalah.

Wawancara dengan Bapak Kurdiyanto (55 TH)

1. Kapan bapak masuk dan menjadi Penghayat Kepercayaan Sapta Darma, dan apa

alasannya?

Kalau dibilang masuk kapan, saya masuk Sapta Darma tahun 2010.

Sebelumnya saya menganut agama Islam karena orang tua saya sendiri orang Islam.

Dulu juga saya ngikutin kepercayaan perjalanan, Syekh Siti Jenar, kalau dibilang saya

tuh Kejawen gitu mba. Saya ngikutin mana yang menurut saya itu benar, saya juga

ngikutin kepercayaan yang saya anggap benar dalam rangka saya mencari Tuhan.

Page 138: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

126

Saya akuin sebelumnya bisa dikatakan saya itu bandel, sewaktu Islam pun ya,

ibadahnya jarang-jarang dilakuin, saya juga kalau doa ngga paham soalnya pake

bahasa arab. Alasan kenapa masuk Sapta Darma karena merasa kepercayaan ini yang

selama ini saya cari, saya merasa menemukan ketentraman disini, kalau doa meminta

permohonan ke Tuhan juga saya cuku menggunakan bahasa yang saya pahami, dan

kapanpun itu saya bisa memohon langsung pada Tuhan.

2. Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh penghayat Sapta Darma?

Kalau saya sendiri ga ada masalah yah, ngurus apa-apa juga ga dipersulit.

Kalau di daerah mungkin karena orangnya agak ngeyel atau gimana saya sih ngga

tau. Kalau kaya masalah hak-hak saya sih intinya saya ngga merasa ada masalah dan

kendala, di lingkungan sekitar juga saya diterima aja gitu terutama masalah

keyakinan saya.

3. Bagaimana respon bapak terhadap regulasi administrasi kependudukan dan

undang-undang perkawinan untuk aliran kepercayaan?

Selama ini yang saya rasakan pemerintah melayani dengan baik terkait

Administrasi Kependudukan, pemakaman, perkawinan sudah sesuai dengan Undang-

Undang yang berlaku. Dan tidak adanya kendala yang berkaitan dengan pencatatan

hak-hak saya, gitu aja sih mbak intinya ya udah diberikan dengan baik gitu ya di

kehidupan saya sehari-hari juga nggak yang dipersulit gimana-gimana, baik-baik aja

saya ngerasanya, nggak tau kalau yang lain.

4. Bagaimana peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (permendikbud)

terhadap pendidikan peserta didik aliran kepercayaan?

Page 139: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

127

Ya untuk pendidikan Sapta Darma sendiri sudah ada, misal di SD juga peserta

didik nya pada belajar sujud di sekolah gitu mbak. Untuk di daerah Jakarta di

lingkungan saya, ada tenaga pendidiknya tapi belum ada peserta yang akan di didik.

Satu-satunya peserta didik Sapta Darma hanya anak saya, kan kalau anak saya doang

nanggung yah, soalnya cuman satu, gurunya sih ada anak didiknya aja yang belum

ada, entah memang belum siap menerima pelajaran Sapta Darma. Yang repot ketika

anak saya tidak tau agama yang dipelajari, dari SD (Sekolah Dasar) sampai SMK

(Sekolah Menengah Kejuruan) anak saya harus sekuat tenaga dan berpikir lebih untuk

nerima pelajaran agama Islam.

Wawancara dengan Ananda Galih Sekti Adjie (21 TH)

1. Kapan ananda masuk dan menjadi Penghayat Kepercayaan Sapta Darma, dan apa

alasannya?

Kalau saya sih emang dari orang tua udah Sapta Darma, jadi saya ngikutin

dan meneruskan keyakinan itu. Keluarga juga sebenernya ngga maksa, tapi sampai

sekarang saya tetap yakin dengan kepercayaan yang saya yakini ini.

2. Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh penghayat Sapta Darma?

Saya KTP masih Islam, jadi apa-apa yang ngikutnya Islam, di Ijazah juga

ditulisnya Islam. Untuk di masyarakat saya kan di lampung yah mbak, mereka sendiri

udah paham dengan kondisi yang seperti itu, walaupun KTP nya Islam mereka tau

kalau saya itu penghayat Sapta Darma. Dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil (Disdukcapil) nya emang nggak bolehin kalau kolom agama di KTP kosong.

Makanya mayoritas penghayat Sapta Darma di daerah saya masih banyak yang kolom

agama di KTP diisi dengan Islam. Masalah lain juga dulu waktu saya di kampung,

Page 140: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

128

ketika mau melakukan pembangunan sanggar kurang diterima masyarakat sekitar

dengan alasan takut membawa dampak negatif, sampai warga di kampung manggil

polisi dikira Sapta Darma ini musyrik, tapi sekarang sudah tidak dipermasalahkan.

Soalnya masyarakat sudah paham kalau keyakinan yang saya anut sama dengan

agama yang lainnya bukan ajaran yang menduakan Tuhan.

3. Bagaimana respon ananda terhadap regulasi administrasi kependudukan dan

undang-undang perkawinan untuk aliran kepercayaan?

Sejauh ini layanan yang diberikan oleh pemerintah sudah sangat baik terkait

administrasi kependudukan, permasalahan seperti KTP, KK, catatan pernikahan, dan

yang lainnya sudah disediakan dan dilayani dengan baik, jika dibandingkan tahun-

tahun sebelumnya, sebelumnya memang untuk pencatatan atas hak-hak penghayat

masih lumayan sulit.

4. Bagaimana peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (permendikbud)

terhadap pendidikan peserta didik aliran kepercayaan?

Saya juga pas sekolah sampai SMA ikutnya pelajaran Islam. tapi setelah

adanya Permendikbud, di kampung saya di Lampung Tengah, sudah ada pelajaran

untuk Sapta Darma. Kebetulan ibu saya juga merupakan pendidik untuk Sapta

Darma. sistemnya kalau di kampung saya sih per materi khusus Sapta Darma untuk

SD sampai SMP digabung jadi satu kelas, misalnya 3 sekolahan muridnya

dikumpulin dan dijadikan di satu kelas atau kadang juga bisa dikumpulin di rumah

siapa. Kalau SMA itu ada sendiri kelasnya. Untuk jadwalnya tidak ditentukan pas jam

pelajaran, misalnya hari minggu ya berarti belajar di hari itu, baru nanti hasilnya di

serahkan ke masing-masing sekolah untuk nilai pelajaran kepercayaan.

Page 141: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

129

5. Bagaimana tanggapan ananda pasca putusan Mahkamah Konstitusi tentang

pengisian kolom agama di KTP, KK?

Setelah adanya Putusan Mahkamah Konstitusi jelas saya sangat senang, selain

saya bisa mengubah kolom agama pada KTP, juga kita tau bahwa artinya pemerintah

semakin peduli dan mengakui keberadaan para penghayat kepercayaan khususnya

Sapta Darma di seluruh Indonesia tanpa membedakan dengan agama mayoritas

lainnya. Masalah perubahan kolom agama yang masih dalam proses itu udah bukan

jadi masalah lagi, adanya proses tersebut bukan berarti layanan yang diberikan

pemerintah itu buruk. Kalau sebelumnya layanan yang diberikan sudah baik menjadi

semakin baik ketika adanya putusan Mahkamah Konstitusi. Sejauh ini juga setelah

putusan tersebut saya merasa tidak ada lagi kendala dan masyarakat pun sudah tidak

membeda-bedakan, intinya sudah bisa bersosialisasi dengan baik seperti pada

umumnya.

6. Apa harapan penghayat Sapta Darma untuk regulasi pemerintah terhadap aliran

kepercayaan di Indonesia?

Harapan saya pemerintah harus terus memberikan pelayanan yang baik dan

tidak ada yang dibeda-bedakan lagi antara agama yang satu dengan yang lainnya

mbak, supaya Bhineka Tunggal Ika itu benar-benar nyata keberadaannya.

Page 142: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

130

LAMPIRAN VI: DOKUMENTASI PENELITIAN

Sanggar Candi Busono Tampak Depan

Halaman Depan PERSADA Jabodetabek

Aula tempat ibadah

Page 143: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

131

Bersama Bapak Warjo

Bapak Kurdiyanto

Galih Sektie Adjie

Page 144: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

132

Bersama Bapak Maryanto

Bersama Bapak Kurdiyanto

Bersama Ananda Galih

Page 145: REGULASI PEMERINTAH TERHADAP ALIRAN KEPERCAYAAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51957... · 2020. 8. 18. · vi KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin

133

Gambar Kolom Agama di KTP Terbaru untuk Aliran Kepercayaan

Sumber: Google