refrat hilda melysa l.b 11 2015 016

20
Referat Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada Anak Oleh : Hilda Melysa Lumban Batu 11 2015 016 DOKTER PEMBIMBING: Dr. Elly ingkiriwan, Sp.KJ KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA PERIODE 01 FEBUARI 2016 – 05 MARET 2016 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA 1

Upload: melysa-hilda-lumban-batu

Post on 14-Jul-2016

222 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

mm

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Hilda Melysa L.B 11 2015 016

Referat

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada Anak

Oleh :

Hilda Melysa Lumban Batu

11 2015 016

DOKTER PEMBIMBING:

Dr. Elly ingkiriwan, Sp.KJ

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

PERIODE 01 FEBUARI 2016 – 05 MARET 2016

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

PANTI SOSIAL BINA INSAN BANGUN DAYA

2016

1

Page 2: Refrat Hilda Melysa L.B 11 2015 016

Pendahuluan

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), dalam bahasa Inggris disebut

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah salah satu gangguan otak yang paling

sering terjadi dan dapat berlanjut hingga remaja dan dewasa. Gejala termasuk kesulitan untuk

fokus dan memusatkan perhatian, kesulitan dalam mengatur tingkah laku, dan hiperaktivitas

(over-aktivitas). Gejala-gejala tersebut dapat menyebabkan seorang anak dengan GPPH sulit

mengikuti kegiatan belajar-mengajar, bersosialisasi dengan teman atau orang dewasa, atau

menyelesaikan tugas di rumah

Penelitian dengan menggunakan pencitraan otak (brain imaging) pada anak dengan

GPPH memperlihatkan adanya keterlambatan pertumbuhan otak sekitar 3 tahun. Keterlambatan

pertumbuhan ini terutama terjadi pada daerah otak yang mengatur fungsi pikir, pemusatan

perhatian, dan perencanaan. Beberapa penelitian baru memperlihatkan bahwa korteks cerebri

mengalami keterlambatan maturasi secara umum dan terdapat adanya pola pertumbuhan yang

abnormal pada corpus calosum otak. Keterlambatan dan keabnormalan ini menjadi dasar

penhyebab gejala-gejala GPPH dan dapat membantu menjelaskan bagaimana gangguan ini

berkembang.

Penangangan dapat meringankan gejala GPPH, namun tidak ada obat pasti untuk

penyakit ini. Dengan penatalaksanaan yang baik, penderita GPPH dapat menjalani sekolah dan

kehidupan sehari-sehari dengan sukses.

Epidemiologi

Pervlensinya di seluruh dunia diperkirakan berkisar anatara 2-9,5 % dari anak- anak usia

sekolah. dilaporkan 2-20% pada anak-anak prepubertas pada sekolah dasar di Amerika Serikat

Sekitar 5% pada anak-anak dan remaja, dan 2,5% pada dewasa. Insidens terjadinya ADHD pada

keluarga atau saudara yang menderita ADHD ialah 2-8 kali lipat dibandingkan dengan anak

tanpa relasi ADHD.1 berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ira savitri Tanjung dkk pada

sejumlah sekolah dasar di wilayah Jakarta pusat pada tahun 2000-2001 didapatkan 4.2% dari

sekitar 600 anak sekolah dasar kelas 1-3 yang mengalami GPPH. Saputro D dalam penelitianya

pada anak-anak sekolah dasar dikabupaten sleman DIY menemukan angka prevalensi GPPH

sekitar 9.5%. pada tahun 2003 saha sebanyaj 21 anak dari sekitar 215 anak sekolah dasar

didiagnosis sebagai GPPH di poli jiwa anak dan remaja Rumahn Sakit Cipto Mangunkusumo

2

Page 3: Refrat Hilda Melysa L.B 11 2015 016

(RSCM), angka kejadian GPPH pada anak remaja dan dewasa dikatakan lebih rendah bila

dibandingkan pada anak usia sekolah dasar. Anak laki-laki memiliki insidensi yang tinggi

dibanding dengan anak perempuan, dengan rasio 3-4:1.2

Etiologi

Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti GPPH. Penelitian menunjukkan adanya

besar genetik, namun GPPH juga disebabkan oleh kombinasi berbagai macam faktor. Selain

faktor genetic, ditemukan juga faktor lingkungan seperti kerusakan otak, nutrisi, dan lingkungan

sosial yang mungkin berkontribusi terhadap GPPH.2

Genetik. Gangguan ini seringkali ditemukan bersamaan pada beberapa anggota keluarga yang

sama. Dari beberapa penelitian genetic didapatkan bahwa saudara andung dari anak dengan

GPPH dempunyai risiko 5-7 kali lebih besar untuk mengalami gangguan serupa jika

dibandingkan dengan anak lain yang tidak mempunyai saudara kandung dengan GPPH. Jika

orangtua yang menderita GPPH, maka kemungkinan diturunkannya kepada anak ialah 50%.

Kemungkinan saudara kembar identic menderita gangguan ini sebesar 55-92%.2

Pengaruh lingkungan. Penelitian menunjukan adanya pengaruh antara merokok dan alcohol

selama kehamilan dengan GPPH pada anak-anak. Anak-anak preschool yang terekspos timbal

dalam jumlah yang tinggi (kadang ditemukan pada cat gedung-gedung tua atau pada

perlengkapan perpipaan) memiliki risiko yang tinggi terhadap GPPH.

Cedera otak. Anak-anak yang pernah menderita cedera otak dapat menunjukkan kelakuan yang

mirip dengan GPPH, namun hanya sedikit anak dengan GPPH yang pernah mengalami trauma

otak.Pada anak dengan GPPH didapatkan pengecilan lobus frontal kanan, nukleus audatus kanan,

globus palidus kanan serta vermis ( bagian dari serebelum) pada anak dengan GPPH jika

dibandingkan dengan anak tanpa GPPH.

Dopamin transpoerter gene adanya peningkatan ambilan kembali dopamin kedalam sel neurin

di daerah sistim limbik dan lobus prefrontal akibat dari perubahan aktivitas dopamin akibat dari

proses mutasi. Kondisi ini mnegakibtkan anak dengan GPPH mengalami kesulitan dalam

menjalankan fungsi eksekutifnya berupa kontrol diri yang buruk dan gangguan dalam menghibisi

prilakunya dibandingkan dengan anak seusianya. Secara teoritis dengan bertambahnya usia maka

seseorang anak seharusnya mampu melakukan kontrol terhadap dirinya dengan baik dan

3

Page 4: Refrat Hilda Melysa L.B 11 2015 016

mengendalikan perilakunya dengan lebih baik terarah sehingga ia mampu melakukan tuntutan

yang datang dari lingkungan sekitarnya.2

Anak GPPH dengan Dopamin transpoerter gene akan mengalami beberap kondisi seperti

1. Gangguan dalam non-verbal working memory dengan gambaran berupa : 2

- kehilangan kesadaran tentang waktu.

- Ketidak mampuan menyimpan informasi didalam otaknya.

- Persepsi yang tidak sesuai dengan suatu objek/kejadian

- Perencanaan dan pertimbagan yang buruk

2. Gangguan dalam internalisation of self dirested speech, berupa: 2

- Kesulitan mengikutin peraturan yang berlaku.

- Tidak disiplin.

- Self guidance dan self questioning yang buruk

Gangguan dalam regulasi, motivasi dan tingkat ambang kesadaran diri yang buruk. Kondisi ini

memberikan gejala seperti :2

- Kesulitan da,am mensensor semua bentuk reaski emosi, mabang toleransi terhadap

frustaus yang rendah.

- Hilangnya regulasi diri dalam bidang motivasi dan dorongan kehendak

Gangguan dalam kemampuan merekonstruksi berbagai perilaku yang sudah diobservasi dalam

usaha untuk membangun suatu bentuk prilaku baru untuk mencapai tujuan daru suatu kegiatan

yang sudah ditargetkan yang ditunjukan dalam bentuk :2

- Keterbatasan untuk menganalisa perilaku-perilaku.

- Ketidak mampuan untukmneyelesaikan persoalan sesuai dengan taraf seusianya

Faktor psikososial faktor pencetus anxieta misalnya peristiwa psikis yang memberikan stres,

gangguan pada keseimbangan keluargafaktorpredisposisi dapat mencakup tempramen anak

faktor familia-genetik dan tuntunan masyarakat untuk patuh dengan cara prilaku atau penampilan

dengan cara yang rutin.1

Komplikasi perinatal, berupa perdarahan antepartum, persalinan lama, nilai APGAR menit

pertama yang rendah, dan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Gula. Isu yang beredar di masyarakat bahwa gula akan memperberat gejala GPPH ternyata tidak

benar. Suatu penelitian mencoba membandingkan anak yang makanannya mengandung gula atau

penggangti gula setiap hari. Hasilnya ialah tidak ada perbedaan kelakuan atau kapabilitas

4

Page 5: Refrat Hilda Melysa L.B 11 2015 016

pembelajaran pada kedua anak. Penelitian lain mencoba membandingkan antara anak yang diberi

makan dengan kadar gula lebih tinggi dengan anak yang diberi makan dengan kadar gula lebih

rendah, menunjukkan hasil yang sama.

Zat aditif makanan. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa pewarna

makanan buatan dapat menyebabkan GPPH.2,3

Patologi

Adanya pengecilan lobus prefontal kanan, nukleus kaudatus kanan, globus palidus kanan,

vermis, dan corpus calosum otak. Semua fungsi otak bagian tersebut untuk meregulasi fungsi

perhatian seseorang. Lobus prefontal dikenal sebagai bagian otak yang terlibat dalam proses

editing perilaku, mengurangi distraktibilitas, membantu kesadaran diri dan waktu seseorang.

Sedangkan nucleus kaudatus dan globus palidus berperan dalam menghambat respons otomatik

yang datang pada bagian otak, sehingga koordinasi rangsangan tersebut tetap optimal.

Sedangkan fungsi serebelum adalah mengatur keseimbangan. Meskipun demikian, apa yang

menyebabkan pengeceilan lobus atau bagian otak teserbut masih belum diketahui secara jelas.

Secara tingkat biomolekular, terjadi adanya peningkatan reuptake dopamine ke dalam sel neuron

di sistim limbikdan lobus prefontal.2

Tanda dan Gejala GPPH serta Diagnosis GPPH

Untuk dpaat disebut memiliki gejala GPPH, haru ada tiga gejala utama yang nampak

dalam perilaku seorang anak, yaitu ganguan pemusatan perhatian, overaktivasi,

impulsivitas.anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu sehingga

mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain. Gejala hiperaktif dapat dilihat dari

perilaku anak yang tidak bisa diam, duduk dengan tenang merupakan hal yang tersulit dilakukan.

Ia kan bangkit dan berlari kesan kemari, bahkan memanjat-manjat. Disamping itu cendrung

banyak bicara dan menimbulkan suara berbisik. Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak

untuk menunda respon. seperti dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak

terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa

pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan

sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan

atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk

5

Page 6: Refrat Hilda Melysa L.B 11 2015 016

menunggu giliran, misalnya mengantri. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi

untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain

Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuan anak untuk mengontrol

perilakunya. Anak usia sekolah dengan GPPH akan bergerak lebih aktif dialam ruangan dan

terangsang untuk memegang semua benda, serta memanipulasi objek-objek dengan semau-

maunya didalam ruangan tersebut

Berdasarkan DSM IV maka kriteria diagnostic GPPH ialah

A. Salah satu dari (1) atau (2):

(1) Terdapat minimal enam gejala-gejala inatensi berikut, menetap dan telah berlangsung

sekurang-kurangnya enam bulan sampai ke tingkat yang maladatif dan tidak sesuai

dengan tingkat perkembangan anak;

a. Sering gagal memberikan perhatian yang baik terhadap hal-hal rinci atau sering

melakukan kesalahan yang tidak seharusnya/ceroboh terhadap pekerjaan sekolah,

aekerjaan lain, atau aktivitas-aktivitas lainnya.

b. Seringkali mengalami kesulitan untuk mempertahankan perhatian dalam melakukan

tugas tanggung jawabnya atau dalam kegiatan bermain.

c. Seringkali tampak tidak mendengarkan (acuh) pada waktu diajak berbicara.

d. Seringkali tidak mampu mengikuti aturan atau instruksi dan gagal dalam

menyelesaikan tugas-tugas sekolah, kegiatan sehari-hari atau pekerjaan di tempat

kerja (tidak disebabkan oleh karena Gangguan Perilaku Menetang atau kesulitan

untuk memahami instruksi)

e. Seringkali mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan tugas tanggung jawabnya

atau aktivitas-aktivitasnya.

f. Seringkali menghindar, tidak suka atau menolak dalam kegiatan-kegiatan yang

memerlukan konsentrasi yang lama seperti dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.

g. Seringkali kehilangan barang-barang yang perlu digunakan untuk kegiatan-kegiatan

atau aktlivitas-aktivitasnya (seperti mainan, pekerjaan sekolah, pensil, buku-buku,

atau peralatan-peralatan lainnya).

h. Mudah teralih perhatiannya oleh stimulus yang datang dari luar.

i. Mudah lupa akan kegiatan yang dilakukan sehari-hari.

6

Page 7: Refrat Hilda Melysa L.B 11 2015 016

(2) Terdapat minimal enam gejala-gejala hiperaktivitas-impulsitas berikut yang menetap dan

telah berlangsung sekurang-kurangnya 6 bulan sampai ke tingkat yang maladatif dan

tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak:

Hiperaktivitas

a. Seringkali tidak bisa duduk diam atau kaki-tangannya bergerak-gerak terus dengan

gelisah.

b. Seringkali tidak mampu duduk diam di kursinya di dalam kelas atau pada situasi

dimana anak diharapkan duduk diam.

c. Seringkali berlari-lari atau memanjat-manjat seara berlebihan pada situasi-situasi

yang tidak sesuai atau pada situasi yang tidak seharusnya.

d. Seringkali mengalami kesulitan dalam bermain atau dalam kegiatan menyenangkan

bersama yang memerlukan ketenangan.

e. Seringkali ‘bergerak’ atau sepertinya ‘digerakkan oleh mesin’

f. Seringkali berbicara berlebihan

Impulsivitas

a. Seringkali memberikan jawaban sebelum pertanyaan selesai diajukan.

b. Seringkali mengalami kesulitan dalam menunggu giliran

c. Seringkali menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misalnya dalam bermain atau

berbicara dengan orang disekitarnya)

B. Beberapa gejala-gejala hiperaktif-impulsif atau inatensi yang menyebabkan gangguan ini

sudah timbul sebelum anak berusia 7 tahun.

C. Gejala-gejala yang menyebabkan gangguan ini terjadi minimal pada 2 (dua) situasi/tempat

yang berbeda (misalnya di sekolah atau tempat keja dan di rumah)

D. Ada bukti yang jelas bahwa gejala-gejala ini menimbulkan gangguan klinis yang signifikan

di bidang sosial, akademik, dan fungsi pekerjaan lainnya.

E. Gejala-gejala tidak timbul secara eksklusif selama perjalanan penyakit Gangguan

Perkembangan Pervasif, Skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya dan tidak dapat

dijelaskan oleh gangguan mental lainnya (seperti gangguan mood, gangguan cemas,

gangguan disosiatif, atau gangguan kepribadian).2

Penulisan kode berdasarkan pada tipe gangguan seperti :

7

Page 8: Refrat Hilda Melysa L.B 11 2015 016

- Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas tipe kombinasi : jika memenuhi

kriteria baik A1 dan A2 dalam 6 bulan terakhir

- Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas , predominam gejala inatensi : jika

memenuhi kriteria gejala A1 dalam 6 bulan terakhir

- Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, predominan gejala hiperaktivitas-

impulsivitas jika memenui kriteria A2 dalam 6 bulan.

Diagnosis Banding

Beberapa gangguan medis yang sering menyerupai GPPH ialah: epilepsy, sindroma Tourette,

gangguan pergerakkan (movement disorder), sekuele dari trauma kepala, gangguan/kerusakan

dari penglihatan atau pendengaran, pola nutrisi yang buruk, kekurangan/gangguan tidur.

Gangguan psikiatri yang sering menyerupai GPPH adalah gangguan penyesuaian, gangguan

cemas, gangguan depresi/distimik, gangguan mood bipolar, serta retardasi mental. Gangguan lain

yang menyeritai GPPH ialah gangguan belajar, gangguan tingkah laku, gangguan perilaku

menentang, serta gangguan obsesif kompulsif. 2,3

Mania dan ADHD memiliki kesamaan gambaran inti seperti verbalitas yang berlebihan,

hiperaktivitas motorik, dan sangat mudah teralihkan perhatianya. Disamping itu pada anak-anak

dengan mania, iritabilitas lebih lazim dibandingkan dengan eforia.

Dampak GPPH terhadap Tumbuh Kembang Anak

Pada usia pra sekolah: terjadi gangguan perilaku.

Pada usia sekolah: terjadi gangguan perilaku, kegagalan akademik, terganggunya hubungan

dengan teman sebaya, dan terdapat problem terhadap citra diri

Pada usia remaja: terdapat kesulitan akademi, sosialisasi buruk, terdapat masalah dengan citra

diri, berurusan dengan hukum, merokok, dan berisiko mendapat trauma atau cedera.

Pada saat di perguruan tinggi: terdapat kegagalan akademik, kesulitan dalam pekerjaan, terdapat

masalah terhadap citra diri, penggunaan zat/obat-obatan, dan terdapatnya risiko mendapat cedera

atau kecelakaan.

Pada usia dewasa: kegagalan dalam pekerjaan, masalah dalam membina hubungan interpersonal,

dan berisiko mendapatkan cedera atau kecelakaan.2

8

Page 9: Refrat Hilda Melysa L.B 11 2015 016

Tata Laksana

Karena GPPH bermanifestasi klnis beragam, maka belum satu jenis terapi yang menjadi

terapi kuratif terhadap penderita GPPH. Berdasarkan penelitian, tatalaksanan GPPH terbaik ilah

dengan Multi Treatment Approach (MTA), yaitu: memberikan terapi obat kepada anak, juga

memberikan terapi psikososial (misalnya terapi perilaku), terapi kognitif-perilaku, latihan

keterampilan sosial, dan pemberian psikoedukasi kepada orangtua, pengasuh, dan guru yang

berhadapan dengan anak GPPH sehari-harinya.

Tujuan tatalaksana MTA ialah memperbaiki pola perilaku dan sikap anak dalam menjalani

fungsinya sehari-hari.

Farmakoterapi

Penatalaksanaan farmakoterapi merupakan lini pertama untuk anak dengan ADHD. Pilihan

utamanya ialah obat golongan psikostimulan. Dikenal 3 macam obat golongan psikostimulan,

yaitu: (1) golongan metilfenidat, (2) golongan deksamfetamin, dan (3) golongan pamolin.

Diantara ketiga golongan tersebut, metilfenidat-lah yang paling sering digunakan.

Metilfenidat. Efektifitas 60-70% dalam mengurangi gejala hiperaktivitas-impulsi dan atensi.

Dosis yang dianjurkapertamn ilalah 0,3-1mg/kgBB 3x/hari maksimum 60mg/hari. Efek samping

yang sering dikeluhkan: penarikan diri dari lingkungan, over fokus, letargi, agitasi, iritabel,

mudah menangis, cemas, sulit tidur, penurunan nafsu makan, sakit kepala, pusing, dan timbul

tics yang tidak ada sebelumnya. Efek samping ini memberi tanda bahwa dosis obat yang

diberikan terlalu tinggi. Efek samping berangsur hilang dalam beberapa jam setelah dosis obat

dihentikan atau diturunkan. Penghentian obat biasanya dilakukan secara bertahap untuk

mencegah rebound phenomena.

Jenis obat Dosis Efek samping Lama kerja Perhatian

Metilfenidat

(sediaan tablet

10mg, 20mg)

0.3-0.7mg/

kgBB/hari

dimulai dengan

5mg/hari.

Maximal

60mg/hari

Insomnia,

penurunan nafsu

makan,

penurunan berat

badan, sakit

kepala, iritable

intermediate

release (IR),

lama kerja 3-4

jam. Mula kerja

obat ini cepat

(30-60 menit ).

Efektif untuk

Tidak dianjurkan

pada pasien

dengan

kecemasan

tinggi, dan

riwayat keluarga

dengan sindrom

9

Page 10: Refrat Hilda Melysa L.B 11 2015 016

70% kasus Touret.

Metilfenidat

(slowrelease

20mg)

Dimulai dengan

dosis 20mg pada

pagi hari dan

dapat di

tinggkatkan

dengan dosis 0.3-

0.7 mg/KgBB/hr

Dosis maksimal

60mg/hr

Insomnia,

penurunan nafsu

makan,

penurunan berat

badan, sakit

kepala, iritable

7 jam terutama

berguna untuk

remaja.

Menghindari

pemakaina obat

pada siang hari

Kerja lambat (1-

2 jam setelah

pemberian oral)

tidak dianjurkan

untuk pasien

dengan

kecemasan yang

tinggi

Dimulai dengan

18mgsatu kali

pada pagi hari.

Dosis

ditingkatkan

dnegan dosis 0.3-

0.7mg/KgBB/hr

Insomnia,

penurunan nafsu

makan,

penurunan berat

badan, sakit

kepala, iritable

Utnuk jenis

osmotic release

oral system

(OROS) sekitar

12 jam.

Perhatian

Tidak dianjurkan

pada pasien

dengan

kecemasan

tinggi, dan

riwayat keluarga

dengan sindrom

Touret.

Untuk memaksimalkan efek target dan meminimlakan efek samping pada pemberian dari

metilfenidat ialah agaen lini kedua untuk beberapa anak dan remaja dengan GPPH mencakup

antidepresan seperti bupiropin (wellbutrin, wellbutrin SR), venlafaksin (effektor) dan angonis

adregenik klonidin (catapres) dan guanfasih (tenex).1

10

Page 11: Refrat Hilda Melysa L.B 11 2015 016

Golongan nonstimulan misalnya Atomoxetine HCl. Atomoxetin HCl bekerja dengan cara

menginhibisi ambilan kembali norepinefrin. Obat ini diberikan pada anak usia minimal 6 tahun.

Obat ini efektif untuk gejala inatensi dan impulsi. Efek samping yang paling sering terjadi ilah

berkurangnya nafsu makan, perasaan tidak nyaman pada perut, pusing, dan iritabel. Efek

samping yang paling ditakutkan pada penggunaan atomoxetine ialah terjadinya pikiran untuk

bunuh diri, oleh sebab itu perilaku anak yang mengkonsumsi atomoxetin harus dipantau secara

ketat.

Obat dari golongan nonstimulan yang lain ialah clonidine HCl dan guanfacin, merupakan

obat yang bekerja pada reseptor alfa, dapat digunakan pada anak-anak berusia minimal 6 tahun.

Dosis yang digunakan pada clonidine ialah 0,1mg 3x/hari (atau 0,1-0,2 mg 2x/hari pada tablet

extended release). Dosis yang digunakan pada guanfacine ialah 0,5mg-1,5mg/hari.1-3

Suplementasi Omega – 3

Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan komposisi asam lemak omega-3 pada

plasma dan membran eritrosit pada pasien dengan GPPH dibandingkan dengan orang yang

normal. Asam lemak omega-3 mempunyai sifat anti-inflamasi dan dapat mengubah

ketidakstabilan membran sel sistim saraf pusat. Ketidakstabilan membran seldapat mengubah

neurotransmiter dopamine dan serotonin. Pada anak dengan GPPH, suplementasi omega-3

sendiri memberikan hasil yang minimal, namun pemberian omega-3 yang disertai dengan

kombinasi metilfenidat dapat menurunkan efek samping yang disebabkan oleh metiflfenidat. 4,5

Pendekatan psikososial

1. Pendekatan psikososial dilakukan agar anak dengan GPPH lebih mengerti mengenai

norma sosial yang berlaku dan berperilaku sesuai norma yang ada sebagaimana diketahui

bahwa anak dengan GPPH sering kali jug adisertai denga prilaku agresif dan

impulsivitas. Terapi perilaku termasuk terapi perilaku kognitif yaitu membantu

anak-anak melakukan adaptasi terhadap skill dan memperbaiki kemampuan

pemecahan masalah. Terdapat lima modul materi latihan perilaku yaitu

2. Edukasi bagi orangtua dan guru agar mereka lebih mengerti mengenai GPPH dan

tatalaksana yang dianjurkan.

11

Page 12: Refrat Hilda Melysa L.B 11 2015 016

3. Modifikasi perilaku dengan reward dan punishment dengan tujuan merubah perilaku

yang tadinya kurang adaptif menjadi lebih adaptif dengan lingkungannya. Teknik ini

membutuhkan waktu yang cukup lama dan sebaiknya dijalankan secara konsisten.

4. Edukasi dan pelatihan pada guru serta pendekatan sekolah merupakan hal penting

mengingat bahwa sebagian besar waktu ana dihabiskan disekolah seingg adengan cara ini

tingkat pemaham guru akan anak GPPH ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan

guru dalam mengempati sikap, prilaku dan rekasi emosi anak didik mereka sehingga

dapat menghidari terjadinya stigmatisasi pada anak GPPH berupa cap anak nakal, anak

malas.

5. Kelompok dukungan keluarga (family support) atau kelompok antar orangtua untuk

memberikan dukungan emosional dari sesama orangtua lainnya, serta mengurangi

penderitaan yang dialami dan belajar dari pengalaman praktis orangtua lain. Dalam

kelompok ini, orang tua akan merasa lebih nyaman dan secara terbuka dapat

mengemukakan masalah yang dihadapi anak mereka, serta lebih mudah mengekspreiskan

apa yang mereka rasakan.2

Prognosis

Gejala GPPH dapat terus berlanjut sampai anak menjadi remaja sebesar 60-85% atau sampai

dewasa 60%. Sisa 40% lainnya berkurang dengan sendirinya saat anak mencapai pubertas

atau dewasa muda.1

Kesimpulan

Anak dengan GPPH merupakananak dengan kebutuhan khusus, sehingga perencanaan dan

tatalaksana yang akan diberikan haruslah diranjang dengan baik sehingga mencakup seluruh

aspek kehidupan anak dan juga keluarganya agar kelak hidup mereka berkualitas.

Penatalaksanaan untuk anak dengan GPPH berupa medikamentosa dan psikoterapi.

Medikamentosa dapat diberikan psikostimulan (misalnya metilfenidat) atau nonstimulan

(atomoxetin HCL). Sebagai tambahan, anak dapat diberikan suplementasi omega-3 yang

telah terbukti mengurangi efek samping dari penggunaan metilfenidat sendiri.

12

Page 13: Refrat Hilda Melysa L.B 11 2015 016

Daftar Pustaka

1. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz V, Pataki CS, Sussman N. Kaplan & Sadock’s synopsis of

psychiatry behavioral sciences/ clinical psychiatry. 11th ed. Philadelphia: Wolters

Kluwer; 2015. p. 1169-79.

2. Wiguna T. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas dalam Buku ajar psikiatri

edisi ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI; 2013. h.483-97.

3. Editors of National Institute of Mental Health. Attention deficit hyperactivity disorder.

Diunduh darihttp://www.nimh.nih.gov/health/publications/attention-deficit-hyperactivity-

disorder/index.shtml?rf=71264 tanggal 04 Februari pk.17.00 WIB.

4. Bloch MH, Qawasmi A. Omega-3 fatty acid supplementation for the treatment of

children with attention-deficit/hyperactivity disorder symptomatology: systemic review

and meta-analysis. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. 2011 Oct; 50 (10): 991-1000.

Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21961774 tanggal 07 februari 2015

pk 19.00 WIB.

5. Barragan E, Breuer D, Dopfner M. Efficacy and safety of omega-3/6 fatty acids,

methylphenidate, and a combined treatment in children with ADHD. J Atten Disord;

2014 (31) pp.69. Diunduh dari

http://aapgrandrounds.aappublications.org/content/31/6/69.full tanggal 07 Februari pk

20.00 WB.

13