reformasi penyelenggaraan pelayanan administratif disnaker kota makassar.pdf

Upload: stialanmakassar

Post on 02-Mar-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    1/80

    0

    REFORMASI

    PENYELENGGARAAN

    PELAYANAN ADMINISTRATIF

    PADA DINAS TENAGA KERJA

    KOTA MAKASSAR

    HALIM

    DEASY MAULIANA

    Penelitian Mandiri Dosen

    STIA LAN Makasar

    2015

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    2/80

    1

    KATA PENGANTAR

    Pertama-tama kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

    rahmat dan hidayah-Nya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan

    Penelitian Mandiri 2015 ini dengan judul Reformasi Penyelenggaraan

    Pelayanan Administratif pada Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar.

    Tujuan diadakannya penelitian ini adalah unutk mengetahui reformasi

    penyelenggaraan yang ada pada Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar, yang

    berfokus pada standar yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor

    25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Adapun variabel penelitiannya

    adalah (1) Standar pelayanan; (2) Maklumat Pelayanan; (3) Sistem Informasi

    Publik; (4) Sarana Prasarana Fasilitas; (5) Pelayanan Khusus; (6)

    Pengelolaan Pengaduan; (7) Penilaian Kinerja; (8) Visi Misi dan Motto

    pelayanan; serta (9) Atribut).

    Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.

    Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi

    perbaikan dan peningkatan kualitas penelitian.

    Makassar, Januari 2016

    Peneliti

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    3/80

    2

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar .

    Daftar Isi ..Daftar Gambar

    Daftar Tabel .

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ........................................................................

    B. Pokok Masalah ........................................................................

    C. Tujuan Penelitian .....................................................................

    D. Manfaat Penelitian ...................................................................

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Teori .........................................................................

    1. Reformasi Birokrasi ...........................................................

    2. Implementasi Kebijakan Publik...........................................

    3. Kualitas Layanan Publik .....................................................

    a. Definisi Kualitas ............................................................

    b. Definisi Pelayanan Publik ............................................

    4. Kebijakan Pelayanan Publik ..............................................

    B. Definisi Operasional Variabel ..................................................

    C. Model Penelitian ......................................................................

    D. Hipotesis atau Pertanyaan Penelitian ......................................

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Metode Penelitian ....................................................................

    B. Unit Analisis .

    C. Teknik Pengumpulan Data

    D. Instrumen Pengumpulan Data .................................................

    E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................

    i

    iiiv

    v

    1

    8

    8

    8

    9

    9

    11

    13

    13

    14

    19

    25

    27

    28

    30

    30

    31

    32

    33

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    4/80

    3

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    B. Hasil Penelitian

    1. Standar Pelayanan .

    2. Maklumat Pelayanan

    3. Sistem Informasi Pelayanan Publik .

    4. Sarana Prasarana dan Fasilitas ...

    5. Pelayanan Khusus

    6. Pengelolaan Pengaduan

    7. Penilaian Kinerja .

    8. Visi Misi Motto Pelayanan .9. Atribut

    C. Pembahasan Hasil Penelitian ...

    DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

    35

    37

    37

    44

    46

    49

    53

    56

    57

    5962

    64

    74

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    5/80

    4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pekembangan pelayanan publik telah memasuki paradigma baru,

    yaitu adanya konsep The New Public Service (NSP) yang dikembangkan

    oleh Janet V. Denhardt dan Robert B. Denhart pada tahun 2003. Dalam

    NSP para aparatur pelayanan publik dituntut untuk lebih banyak

    mendengar dan lebih terbuka untuk menerima masukan dari masyarakat.

    Peningkatan kualitas pelayanan publik yang diselenggarakan

    instansi pemerintahan kini semakin mengemuka, bahkan menjadi

    tuntutan masyarakat. Persoalan yang sering dikritisi masyarakat atau

    para penerima layanan adalah persepsi terhadap kualitas yang melekat

    pada seluruh aspek pelayanan.

    Peningkatan kualitas pelayanan publik bertujuan untuk membantu

    atau memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam meakses

    layanan barang, jasa dan administratif yang disediakan oleh pemerintah.

    Untuk pada tahun 2009 pemerintah kita telah melahirkan undang-undang

    pelayanan publik sebagai pengangan, acuan dan dasar hukum dalam

    penyelenggara layanan publik mulai dari tingkat kementerian sampai di

    tingkat lurah atau desa.

    Pelayanan publik yang disebutkan dalam Undang-undang

    pelayanan publik terdiri dari jenis layanan yaitu : pelayanan barang,

    pelayanan jasa dan pelayanan administratif. Pelayanan barang adalah

    1

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    6/80

    5

    pelayanan yang diberikan oleh unit pemberi layanan yang berwujud fisik,

    seperti layanan air bersih, listrik dan telepon. Pelayanan jasa adalah

    pelayanan yang dberikan oleh unit layanan berupa sarana dan prasarana

    yang mendatangkan manfaat bagi penerima layanan dalam waktu

    tertentu, seperti jasa pengiriman surat, pelayanan kesehatan, dan

    pelayanan pendidikan.

    Selain barang dan jasa salah satu jenis layanan yang banyak

    dibutuhkan oleh masyarkat adalah pelayanan administratif yaitu

    pelayanan yang diberikan berupa pencatatan, penelitian, dokumentasi

    dan kegiatan tata usaha lainnya yang menghasilkan produk akhir berupa

    dokumen seperti sertifikat tanah, dokumen kependudukan, dokumen

    ketenaga kerjaan dan dokumen izin mendirikan bangunan.

    Beberapa survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga

    menunjukkan rapor yang buruk pelayanan publik Indonesia. Tim Penilai

    Kinerja Pelayanan Publik menyatakan hasil survei tahun 2011 yang

    dilakukan oleh World Bank terhadap 183 negara, Indonesia menempati

    urutan ke 129. Indonesia masih kalah dengan India, Vietnam bahkan

    Malaysia sudah menempati urutan 61 dan Thailand berada di urutan ke

    70. Sementara itu, Publikasi World Bank Doing Business 2013 yang

    dilansir oleh International Finance Corporation (IFC), sebuah unit

    investasi World Bank menempatkan Indonesia pada peringkat ke-128,

    atau membaik 2 peringkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

    terkait dengan kemudahan memulai usaha (prosedur, waktu, biaya, dan

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    7/80

    6

    pembayaran kebutuhan modal nominal). Posisi Indonesia dalam daftar

    tersebut diapit oleh Ethiopia dan Bangladesh.

    Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pelayanan publik di

    Indonesia masih jauh dari harapan masyarakat dengan ditandai oleh

    pelayanan publik yang tidak transparan, diskriminatif, berbelit-belit, korup

    dan sebagainya. Hal ini tidak terlepas dari kualitas penyelenggara

    pelayanan publik yang belum mampu mengubah pandangannya tentang

    pelayanan publik, belum dipenuhinya standarisasi pelayanan, dan

    rendahnya partisipasi masyarakat.

    Hal senada juga dikemukakan oleh Girindra (2015) dalam

    wawancara di Republika Online yang menyatakan :

    Buruknya pelayanan publik di Indonesia bukan semata-matadisebabkan oleh mentalitas para aparatur pelaksana birokrasidilapisan bawah saja. Tetapi juga karena masalah mentalitas parapejabat negara, mulai dari menteri, dirjen (direktur jenderal), direktur,gubernur, bupati walikota, sekda (sekertaris daerah), hingga kepala-kepala dinas yang belum sepenuhnya mengimplementasikan standarpelayanan publik yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 25tentang Pelayanan Publik.

    Dari penyataan yang dikemukakan di atas, para pejabat tersebut

    masih banyak yang belum mengimplemetasikan standar pelayanan

    publik yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 25 tentang

    Pelayanan Publik di instansi yang dipimpinnya sehingga pelaksanaan

    pelayanan publik sampai saat ini belum memenuhi standar yang telah

    ditetapkan.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    8/80

    7

    Menurut laporan yang dipublikasikan oleh Ombusdman Republik

    Indonesia pada tahun 2014, jumlah laporan/aduan menurut kelompok

    instansi yang diterima sebanyak 6.677 yang masuk dan jumlah instansi

    yang paling banyak laporannya adalah pemerintah daerah yakni 2.887

    laporan atau sekitar 43%. Laporan ini merupakan keluhan atas buruknya

    pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah dari tingkat pusat

    sempai ketingkat daerah. Di tingkat pemerintah daerah sendiri hal ini

    harus menjadi prioritas perbaikan sebab Pemerintah Daerah merupakan

    garda terdepan dalam pelayanan publik bagi masyarakat, mulai

    pelayanan barang, jasa sampai dengan pelayanan administratif.

    Berikut grafik yang menunjukkan jumlah laporan yang diterima

    oleh lembaga pengawas penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia

    pada tahun 2014.

    Sumber : Diolah dari Ombudsman RI perwakilan Sulsel

    Grafik 1 : Jumlah Laporan/aduan di Ombudsman Republik Indonesiamenurut kelompok Instasi tahun 2014

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    9/80

    8

    Gambaran mengenai kualitas pelayanan publik berdasarkan

    standar layanan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Pelayanan

    Publik Pelayanan publik di Sulawesi Selatan, terutama pelayanan

    administratif yang dilakukan oleh pemerintah Kota Makassar dapat dilihat

    dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh Ombudsman Republik

    Indonesia pada tahun 2013 dan tahun 2014. Observasi ini dilakukan

    pada lingkup Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Makassar.

    Hasil observasi tahun 2013 menunjukkan tingkat kepatuhan SKPD

    terhadap standar pelayanan masih sangat rendah, hanya dua (13%) dari

    enam belas SKPD yang mempeoleh nilai tinggi atau berada pada zona

    hijau, sedang SKPD yang memperoleh nilai sedang sebanyak empat

    (25%) atau berada pada zona kuning, dan yang memperolah nilai rendah

    atau berada pada zona merah sebanyak sepuluh SKPD (63%). Hasil

    observasi dapat kita lihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 1Hasil Observasi Ombudsman RI perwakilan Sulsel Tahun 2013

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    10/80

    9

    Sumber : Diolah dari data Ombudsman RI Perwakilan Sulsel, 2015

    Tahun 2014 Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sulawesi

    Selatan kembali melakukan Observasi kepada SKPD yang sama,

    tujuannya untuk melihat apakah ada perubahan standar layanan yang

    dilakukan para SKPD. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya

    beberapa SKPD yang melakukan pembenahan dan perbaikan standar

    layanan, SKPD yang memperoleh nilai tinggi atau zona hijau meningkat

    dari 2 SKPD menjadi 4 SKPD (27%). Sedang yang mempeolah nilai

    sedang atau zona kuning meningkat dari 4 SKPD menjadi 7 SKPD (44%),

    dan SKPD yang sebelumnya memperoleh nilai rendah atau zona merah

    menurun dari 10 SKPD menjadi hanya 5 SKPD yang memperoleh nilai

    rendah.

    Tabel 2 :Hasil Observasi Ombudsman RI perwakilan Sulsel Tahun 2014

    1 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 860

    2 Dinas Tenaga Kerja 810

    3 Badan Pelayanan Perizinan 7604 Dinas Perhubungan 665

    5 BKD 570

    6 RSUD Daya 535

    7 Dinas Tata Ruang dan Bangunan 480

    8 PDAM 450

    9 Dinas PU 390

    10 PD Parkir 310

    11 Dinas Pendidikan 290

    12 Dinas Pendapatan Daerah 230

    13 Dinas Kesehatan 230

    14 Kesbangpol 21015 BLHD 190

    16 Dinas Sosial 185

    No Kota Makassar Nilai Zona

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    11/80

    10

    Sumber : Diolah dari data Ombudsman RI Perwakilan Sulsel, 2015

    SKPD yang melakukan pelayanan admnistratif di Kota Makasar

    berdasarkan hasil hasil observasi diatas sudah ada yang baik dan masih

    ada yang buruk. Contohnya Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar sudah

    mempeoleh nilai tinggi selama 2 tahun berturut-tururt, Dinas Sosial pada

    tahun 2013 memperoleh nilai rendah atau zona merah namun di tahun

    2014 Dinas Sosial meningkat nilainya dan berada pada zona Kuning.

    Namun Dinas Perhubungan Kota Makassar pada tahun 2014

    memperoleh nilai sedang atau zona kuning tetapi pada tahun 2014

    memperoleh nilai rendah atau berada pada zona merah. Perbandingan

    hasil observasi 3 SKPD melakukan pelayanan admnistratif di Kota

    Makasar dapat kita lihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 3Perbandingan Hasil Observasi Ombudsman RI perwakilan Sulsel

    1 Dinas Tenaga Kerja 810

    2 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 860

    3 Dinas Tata Ruang dan Bangunan 9604 Badan Pelayanan Perizinan 860

    5 Kesbangpol 790

    6 Dinas Kesehatan 760

    7 RSUD Daya 724

    8 PD Parkir 650

    9 Dinas Pendidikan 580

    10 BLHD 560

    11 Dinas Sosial 540

    12 Dinas Pendapatan Daerah 500

    13 PDAM 34014 Dinas Perhubungan 340

    15 BKD 260

    16 Dinas PU 390

    Pemda Provinsi Nilai ZonaNo

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    12/80

    11

    Tahun 2013 dan tahun 2014 pada 3 SKPD

    Sumber : Diolah dari data Ombudsman RI Perwakilan Sulsel, 2015

    Berdasarkan hasil observasi di atas, maka selayaknya

    dilakukan pengkajian atas reformasi penyelenggaraan pelayanan yang

    telah dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar.

    B. Pokok Permasalahan

    Berdasarkan uraian latar belakang maka pokok permasalahan

    yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah Reformasi

    Penyelenggaraan Pelayanan Administratif pada Dinas Tenaga Kerja Kota

    Makassar?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

    menggambarkan dan menjelaskan Reformasi Penyelenggaraan

    Pelayanan Administratif pada Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar.

    D. Manfaat Penelitian

    NILAI ZONA NILAI ZONA

    1 Dinas Tenaga Kerja 810 8102 Dinas Sosial 185 540

    3 Dinas Perhubungan 665 340

    Kota MakassarNOTahun 2013 Tahun 2014

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    13/80

    12

    Dengan melihat tujuan tersebut diatas, diharapkan hasil penelitian

    ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

    1. Man faat Akademik

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan dijadikan

    referensi bagi penelitian selanjutnya untuk pengembangan pelaksanaan

    Penyelenggaraan Pelayanan Administratif khususnya di instansi

    pemerintah, penulis juga berharap dapat menambah wawasan dan

    pengetahuan dari dilaksanakannya penelitian ini.

    2. Man faat P rak t is

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

    evaluasi bagi pemerintah Kota Makassar khususnya Dinas Tenaga Kerja

    Kota Makassar dalam Penyelenggaraan Pelayanan Administratif.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    E. Tinjauan Teori

    1. Reformasi Birokrasi

    Dalam rangka penyelenggaraan fungsi-fungsi negara (kekuasaan

    negara) dan mewujudkan tujuan-tujuan negara, dibutuhkan birokrasi

    yang mengoperasikannya secara riil. Oleh karena itu, birokrasi

    seringkali dikenali sebagai mesin negara.

    Dalam membahas mengenai reformasi birokrasi, perlu terlebih

    dahulu diuraikan mengenai kata reformasi. Dalam Encyclopedia

    Britanica, reformasi dimaknai sebagai gerakan pembaharuan yang

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    14/80

    13

    dilancarkan oleh kekuatan tertentu di dalam masyarakat sebagai

    reaksi atau koreksi total dan fundamental terhadap kekuasaan yang

    sedang berjalan berdasarkan pertimbangan moral, politik, ekonomi,

    dan doktrinal. Dengan lebih sederhana dalam Oxford Advanced

    Learners Dictonary, reformasi (reform) diartikan sebagai make or

    became better by removing obstacles or putting right what is bad or

    wrong. (Rewansyah: 2010: 117-118)

    Dengan demikian, kata reformasi (reform) dapat diartikan sebagai

    gerakan untuk melakukan perubahan untuk membentuk sesuatu

    menjadi lebih baik dengan melakukan koreksi terhadap suatu kondisi

    yang buruk melalui metode atau tindakan yang lebih baik.

    Adapun kata birokrasi dalam bahasa Inggris, secara umum

    disebut dengan Civil Service. Selain itu juga sering disebut sebagai

    public sector, public service, atau public administration. Tujuan

    reformasi birokrasi antara lain adalah menyelesaikan berbagai

    permasalahan yang muncul dalam penyelenggaraan pemerintahan

    sebagaimana pandangan Mark Schacter (Setiyono, 2004: 122) bahwa:

    Public sector reform is strengthening the way that public sector ismanaged. The public sector may over extended-attempting to do toomuch with few resources. It may be poorly organized; its decisionmaking process may be irrational; staff may be mis-managed;accountability may be weak; public program may be poorly designedand public services poorly delivered. Public sector reform is theattempt to fix these problems.

    Menurut Rewansyah (2010: 123-124), reformasi birokrasi

    merupakan bagian integral dari reformasi administrasi

    11

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    15/80

    14

    negara/reformasi nasional. Di mana inti dari reformasi nasional adalah

    reformasi birokrasi, karena tidak ada reformasi bidang lain yang tidak

    bersentuhan dan tersentuh oleh para birokrat. Oleh karena posisi

    aparatur/birokrasi sangat strategis dan sentral maka reformasi

    birokrasi harus didahulukan atau diprioritaskan.

    Berdasarkan uraian-uraian tersebut, reformasi birokrasi dapat

    dimaknai sebagai gerakan untuk melakukan perubahan dalam

    birokrasi untuk membentuk birokrasi menjadi lebih baik dengan

    melakukan koreksi terhadap kondisi birokrasi yang buruk melalui

    metode atau tindakan yang lebih baik.

    2. Implementasi Kebijakan Publik

    Konsep implementasi pertama kali dikemukan oleh Harold

    Laswell (1956), ilmuan yang mengembakan studi tentang kebijakan

    publik. Menuru Hasold Laswell (Purwanto dan Sulistyastuti (2012:17) :

    agar ilmuan dapat memperoleh pemahaman yang baiktentang apa yang sesungguhnya kebijakan publik, makakebijakan publik tersebut harus diurai menjadi beberapa bagiansebagai tahapan-tahapan, yaitu : agenda-serting, formulasi,legitimasi, implementasi, evaluasi, reformulasi dan terminasi.

    Jadi implementasi merupakan bagian dari proses penyusunan

    kebijakan publik. Tahapan implementasi begitu penting karena suatu

    kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dapat dilaksanakan

    dengan baik dan implementasi juga adalah tahap dimana kebijakan

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    16/80

    15

    dilaksanakan secara maksimal untuk mencapai tujuan dari kebijakan

    yang dibuat. Berhasil tidaknya suatu kebijakan dapat kita lihat dari

    implementasi kebijakan tersebut.

    Pengertian implementasi menurut Purwanto dan Sulistyastuti

    (2012:21), implementasi intinya adalah kegiatan untuk

    mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang

    dilakukan oleh para implementor kepada kelompok sasaran (target

    group) sebagai upaya untuk mewujudkan kebijakan

    Implementasi disini adalah proses distribusi kebijakan dari

    pembuat kebijakan kepada kelompok sasaran kebijakan dengan

    perantara implementor. Terimplementasinya suatu kebijakan dengan

    baik sangat ditentukan oleh kualitas para implementor.

    Sedangkan menurut Ripley dan Franklin (dalam Winarno, 2014:

    148) menyatakan bahwa :

    implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undangditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan,keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata(tangible output). Implementasi mencakup tindakan-tindakan olehsebagai aktor, khususnya para birokrat yang dimaksudkan untukmembuat program berjalan.

    Pandangan ini lebih menekankan kepada pelaksanaan atau

    implementasi dari suatu kebijakan yang telah dibuat dalam suatu

    undang-undang. Aktor implementator disini adalah para birokrat yang

    menjalakan kebijakan yang telah diatur dalam undang-undang

    tersebut. Contohnya adalah Undang-undang Nomor 25 tentang

    Pelayanan Publik, pelaksana dari undang-undang ini adalah para

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    17/80

    16

    birokrat dan pegawai dalam instansi pemerintah untuk memberikan

    pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat.

    Dan Grindle (dalam Winarno, 2014: 149) memberikan

    pandangannya tentang implementasi dengan mengatakan bahwa

    secara umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan

    (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa

    direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah.

    Pendapat Grindle adalah lebih menekankan kepada adanya

    suatu kaitana antara pembuata kebijakan dengan sasaran kebijakan

    untuk mempermudah tercapainya tujuan dari kebijakan yang dibuat.

    Dari berbagai defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

    implementasi kebijakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan

    oleh berbagai aktor pelaksana kebijakan dengan sarana-sarana

    pendukung berdasarkan aturan-aturan yang telah ditetapkan untuk

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan

    3. Kualitas Layanan Publik

    a. Defenisi Kualitas

    Kualitas dapat digunakan untuk memberi penilaian terhadap

    sesuatu dengan melihat kesesuian antara persyaratan atau

    spesifikasinya. Bila persyaratan atau spesifikasinya terpenuhi

    maka kualitas yang dimaksud dapat dikatakan baik, begitupun

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    18/80

    17

    sebaliknya apabila tidak memenuhi persyaratan atau

    spesifikasinya maka dikatakan tidak baik atau tidak berkualitas.

    Jadi untuk menentukan kualitas diperlukan indikator.

    Spesifikasi yang merupakan indikator harus dirancang berarti

    kualitas secara tidak langsung merupakan hasil rancangan yang

    tidak dan kemungkinan untuk diperbaiki atau ditingkatkan.

    Pasolong (2013:132)

    Sedang menurut Fandy Tjiptono (Pasolong, 2013:132) kualitas

    ditentukan oleh tujuh hal yakni :

    1) Kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan;

    2) Kecocokan untuk pemakaian;

    3) Perbaikan atau penyempurnaan berkelanjutan:

    4) Bebas dari kerusakan atau cacat;

    5) Pemenuhuan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan

    setiap saat;

    6) Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal; dan

    7) Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan

    Dari uraian diatas nampak bahwa kualitas itu menunjuk pada

    pengertian pemenuhan standar atau persyaratan tertentu, kualitas

    juga mempunyai pengertian sebagai upaya untuk melakukan

    perbaikan dan penyempurnaan secara terus menerus dalam

    pemenuhan kebutuhan pelanggan sehingga dapat memuaskan

    pelanggan.

    Dalam Undang-undang Pelayanan Publik disebutkan bahwa

    setiap penyelenggara pelayanan wajib memiliki dan

    mempublikasikan maklumat pelayanan, maklumat pelayanan

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    19/80

    18

    dalam Undang-undang nomor 25 adalah pernyataan tertulis yang

    berisi keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam

    standar layanan. Dengan adanya maklumat ini penyelenggara

    layanan memiliki janji untuk memberikan pelayanan yang

    berkualitas kepada masyarakat.

    b. Defenisi Pelayanan Publik

    Pelayanan menurut Monir (Pasolong, 2013:198) adalah

    proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara

    langsung, sedang menurut Gronross (Pasolong, 2013:199) :

    Menyatakan bahwa pelayanan adalah suatu aktivitas atauserangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasar mata (tidak dapatdiraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antarakonsumen dengan pegawai atau hal-hal yang disediakan olehorganisasi pemberi layanan yang dimaksudkan untukmemecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.

    Dari kedua pendapat diatas dapat disimpukan bahwa

    pelayanan berarti kegiatan yang dilakukan oleh orang atau

    kelompok yang tidak kasat mata kepada orang lain untuk

    membantu atau memecahkan masalah pelanggan.

    Sedangkan pelayanan publik menurut Sinambela (Pasolong,

    2013:199)

    setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadapsejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yangmenguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, danmenawarkan keupuasan meskipun hasilnya tidak terikat padasuatu produk secara fisik

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    20/80

    19

    Sehubungan dengan itu, Kurniawan (Pasolong, 2013:199)

    mengatakan bahwa pelayanan publik adalah pemberian

    pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang

    mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan

    pokok dan tata cara yang telah ditetapkan

    Kedua pendapat diatas sejalan dengan pengertian pelayanan

    publik yang terdapat pada Undang-undang nomor 25 yang

    menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau

    rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

    pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi

    setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau

    pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara

    pelayanan publik.

    Kualitas pelayanan publik yang diselenggarakan instansi

    pemerintahan kini menjadi tuntutan masyarakat. Masyarakat atau

    para penerima layanan mengkritisi pelayanan publik dari persepsi

    terhadap kualitas yang melekat pada seluruh aspek pelayanan.

    Menurut Sinambela (Pasolong 2013:133) mengatakan bahwa :

    Kualitas pelayanan prima tercermin dari :

    1. Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudadan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkandan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti,

    2. Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapatdipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuanperatutan perundang-undangan,

    3. Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisidan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    21/80

    20

    dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi danefektivitas,

    4. Partisifatif yaitu pelayanan yang dapat mendorong peranserta masyarkat dengan memperhatiakan aspirasi,

    kebutuhan dan harapan masyarkat,5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukandiskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku,ras, agama, golongan, status sosial dan

    6. Keseimbangan hak dan kewajiban yaitu pelayanan yangmempertimbangkan aspek keadilan anatara pemberi danpenerima pelayanan publik.

    Mengetahui pelayanan yang diberikan berkualitas atau tidak

    akan memberikan manfaat bagi kelompok atau instansi pemberi

    layanan. Bila pelayanan yang diberikan sudah berkualitas maka

    penyedia layanan harus selalu berusaha untuk

    mempertahankanya, begitupun sebalinya bila pelayanan yang

    diberikan belum berkualitas maka penyedia layanan harus

    melakukan perbaikan, pembenahan dan penyempurnaan untuk

    memberikan kepuasan kepada masyarakat atau pelanggan.

    Dengan demikian baik buruknya kualitas pelayanan tergantung

    kepada kemampuan penyedia layanan dalam memenuhi harapan

    masyarakat (para penerima layanan) secara konsisten.

    Salah satu cara untuk mengetahui apakah layanan yang

    diberikan memberikan kepuasaan dan ketidakpuasan adalah

    dengan melalukan interakasi dengan pengguna layanan. Penyedia

    layanan dapat menanyakan kepada pelanggan apa yang mereka

    inginkan agar mereka puas. Salah satu teori yang bisa digunakan

    untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan adalah teori yang

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    22/80

    21

    dikemukan oleh Zeithaml, Parasuraman dan Berry (Pasolong

    2013:135) bahwa kepuasan seorang konsumen untuk

    mengonkumsi atau tidak mengomsumsi suatu barang dan jasa

    dipengaruhi oleh berbagai faktor anatar lain adalah persepsinya

    terhadap kualitas pelyanan. Dengan kata lain, baik buruknya

    kualitas pelayanan yang diberikan provider (penyedia layanan)

    tergantung persepsi konsumen atau pelayanan yang diberikan.

    Pernyataan ini menunjukkan adanya interaksi yang kuat antara

    kepuasan konsumen dengan kualitas pelayanan.

    Interaksi yang terjadi antara pelanggan dan penyedia layanan

    dapat kita ukur pada lima dimensi kualitas pelayanan, kelima

    survqual yang dikemukan Zeithaml-Parasuraman-Berry (1990)

    dalam Pasolong (2013:135) adalah :

    1. Tangibles: kualitas pelayanan berupa sarana fisikperkantoran, koputerisasi administrasi, ruang tunggu, dantempat informasi.

    2. Reliability: kemampuan dan keandalan untuk menyediakanpalayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadapkeinginan konsumen

    3. Responsivess: kesanggupan untuk membantu danmenyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, sertatanggal terhadap keinginan konsumen

    4. Assurance: kemampuan dan keramahan serta sopan santunpegawai dalam menyakinkan kepercayaan konsumen

    5. Emphaty : sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawaiterhadap konsumen.

    Teori yang dikemukan oleh Zeithaml-Parasuraman-Berry

    (1990) diatas berasal dari dunia bisnis, namun teori ini dapat

    digunakan untuk mengukur kepuasan masyarkat dalam menerima

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    23/80

    22

    pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemrintah. Hal ini sejalan

    dengan asas pelayanan publik dalam undang-undang nomor 25

    tahun 29 pasal 4 yang menyebutkan penyelenggara pelayanan

    publik berasakan pada : kepentingan umum, kepastian hukum,

    kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban,

    keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak

    diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan

    khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu dan

    kecepatan,kemudahan, dan keterjangkauan.

    Apabila instansi yang memberikan pelayanan berdasarkan

    asas tersebut diatas maka dapat dipastikan bahwa pelanggan

    akan memperoleh kepuasan dalam pelayanan.

    4. Kebijakan tentang Pelayanan Publik

    Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

    lahir atas dasar kewajiban Negara untuk melayani setiap warga

    negaranya dalam pemenuhan hak dan kebutuhan dasar dalam

    kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat UUD 1945 juga

    untuk membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik

    yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik.

    Sedangkan tujuan diundangkannya peraturan tentang pelayanan

    publik ini adalah : adanya hubungan batasan yang jelas tentang hak,

    tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    24/80

    23

    terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik; adanya sistem

    penyelenggaraan publik yang layak yang sesuai asas-asas umum

    pemerintahan dan korporasi yang baik; terpenuhinya penyelenggaraan

    pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

    adanya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam

    penyelenggaraan pelayanan publik.

    Bahwa dalam Pasal 15 dan Bab V Undang-Undang Nomor 25

    Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik ini Penyelenggara Pelayanan

    Publik wajib memenuhi 10 unsur mengenai penyelenggaraan

    pelayanan publik itu sendiri, yang terdiri atas:

    1. Standar Pelayanan

    Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan

    sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan

    penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji

    penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang

    berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.

    Komponen standar pelayanan yang dimaksud sekurang-

    kurangnya meliputi : dasar hukum, persyaratan, sistem mekanisme

    dan prosedur, jangka waktu penyelesaian, biaya/tarif, produk

    pelayanan, sarana, prasarana, atau fasilitas, kompetensi

    pelaksana, pengawasan internal, penanganan pengaduan, saran

    dan masukan, jumlah pelaksana, jaminan pelayanan yang

    dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan, jaminan

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    25/80

    24

    keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen

    untuk memberikan rasa aman bebas dari bahaya dan resiko

    keragu-raguan, dan evaluasi kinerja pelaksana.

    Dalam menyusun dan menetapkan standar pelayanan ini,

    penyelenggara pelayanan publik wajib mengikutsertakan

    masyarakat dan pihak terkait.

    2. Maklumat Pelayanan

    Maklumat pelayanan adalah pernyataan tertulis yang berisi

    keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam

    standar pelayanan. Maklumat pelayanan wajib dipublikasikan

    secara jelas dan luas.

    Penyelenggara wajib menyusun maklumat pelayanan sesuai

    dengan sifat, jenis, dan karakteristik layanan yang

    diselenggarakan dan dipublikasikan secara jelas (Pasal 18).

    Penyusunan dan pelaksanaan maklumat pelayanan harus

    dipenuhi selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang

    ini berlaku (Pasal 46).

    3. Sistem Informasi Pelayanan Publik

    Sistem informasi pelayanan publik adalah rangkaian kegiatan

    yang meliputi penyimpanan dan pengelolaan informasi serta

    mekanisme penyampaian informasi dari penyelenggara pelayanan

    publik kepada masyarakat dan sebaliknya dalam bentuk lisan,

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    26/80

    25

    tulisan latin, tulisan dalam huruf braile, bahasa gambar, dan/atau

    bahasa lokal, serta disajikan secara manual ataupun elektronik.

    Sistem informasi pelayanan publik berisi semua informasi

    pelayanan publik yang berasal dari penyelenggara pelayananan

    publik pada setiap tingkatan dan sekurang-kurangnya memuat

    informasi yang meliputi : profil penyelenggara, profil pelaksana,

    standar pelayanan, maklumat pelayanan, pengelolaan pengaduan,

    dan penilaian kinerja.

    4. Pengelolaan Sarana, Prasarana, dan/atau Fasilitas PelayananPublik.

    Penyelenggara pelayanan publik wajib mengelola sarana,

    prasarana, dan fasilitas pelayanan publik secara efektif, efisien,

    transparan, akuntabel, dan berkesinambungan serta bertanggung

    jawab terhadap pemeliharaan dan penggantian sarana,

    prasarana,dan fasilitas pelayanan publik.

    Penyelenggara pelayanan publik melakukan analisis dan

    menyusun daftar kebutuhan sarana, prasarana, dan fasilitas

    pelayanan publik dan melakukan pengadaan sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan dengan mempertimbangkan

    prinsip efektivitas, efisiensi, transparansi, akuntabilitas, dan

    berkesinambungan.

    5. Pelayanan Khusus

    Penyelenggara pelayanan publik berkewajiban memberikan

    pelayanan dengan perlakuan khusus kepada anggota masyarakat

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    27/80

    26

    tertentu antara lain penyandang cacat, lanjut usia, wanita hamil,

    anak-anak, korban bencana alam, dan korban bencana sosial

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan diberikan

    tanpa tambahan biaya.

    6. Biaya/Tarif Pelayanan Publik

    Biaya/tarif pelayanan publik pada dasarnya merupakan

    tanggung jawab negara dan/atau masyarakat. Penentuan

    biaya/tarif pelayanan publik ditetapkan dengan persetujuan Dewan

    Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,

    Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan

    berdasarkan peraturan perundang-undangan.

    7. Perilaku Pelaksana dalam Pelayanan

    Pelaksana pelayanan publik dalam menyelenggarakan

    pelayanan publik harus berperilaku sesuai paradigma umum yang

    berlaku di masyarakat yang diantaranya : adil dan tidak

    diskriminatif, cermat, santun dan ramah, tegas, andal dan tidak

    memberikan putusan yang berlarut-larut, profesional, tidak

    mempersulit, patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar,

    menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi

    penyelenggara, tidak membocorkan informasi atau dokumen yang

    wajib dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

    terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari

    benturan kepentingan, tidak menyalahgunakan sarana dan

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    28/80

    27

    prasarana serta fasilitas pelayanan publik, tidak memberikan

    informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi

    permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan

    masyarakat, tidak menyalahgunakan informasi, jabatan dan

    kewenangan yang dimiliki, sesuai dengan kepantasan dan tidak

    menyimpang dari prosedur.

    8. Pengawasan Penyelenggaraan Pelayanan

    Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan

    oleh pengawas internal dan pengawas eksternal. Pengawasan

    internal dilakukan oleh atasan langsung pelaksana pelayanan

    publik dan oleh pengawas fungsional sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan. Pengawasan eksternal penyelenggara

    pelayanan publik dilakukan oleh masyarakat (berupa laporan/

    pengaduan masyarakat), oleh Lembaga Negara Pengawas

    Pelayanan Publik (Ombudsman RI), dan oleh DPR, DPRD Provinsi

    dan DPRD Kabupaten/Kota.

    9. Pengelolaan Pengaduan

    Penyelenggara berkewajiban menyediakan sarana pengaduan

    dan menugaskan pelaksana yang kompeten dalam pengelolaan

    pengaduan serta berkewajiban menyusun mekanisme pengelolaan

    pengaduan dari penerima pelayanan dengan mengedepankan

    asas penyelesaian yang cepat dan tuntas.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    29/80

    28

    Juga penyelenggara berkewajiban mengelola pengaduan yang

    berasal dari penerima layanan, rekomendasi Ombudsman RI,

    DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dalam batas

    waktu tertentu, serta berkewajiban menindaklanjuti hasil

    pengelolaan pengaduan tersebut.

    Penyelenggara pelayanan publik juga berkewajiban

    mengumumkan nama dan alamat penanggung jawab pengelola

    pengaduan serta sarana pengaduan yang disediakan.

    10.Penilaian Kinerja

    Penyelenggara pelayanan publik berkewajiban melakukan

    penilaian kinerja penyelenggaraan pelayanan publik secara

    berkala dengan menggunakan indikator kinerja berdasarkan

    standar pelayanan.

    Dalam rangka mempermudah penyelenggaraan berbagai

    bentuk pelayanan publik, dapat dilakukan penyelenggaraan sistem

    pelayanan terpadu yang dilaksanakan di lingkungan Pemerintah

    Daerah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota,

    dan/atau Kecamatan yang bertujuan untuk memberikan

    perlindungan dan kepastian hukum kepada masyarakat,

    mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, memperpendek

    proses pelayanan, mewujudkan proses pelayanan yang cepat,

    mudah, murah, transparan, pasti, dan terjangkau, dan memberikan

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    30/80

    29

    akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh

    pelayanan.

    F.Defenisi Operasional Variabel

    1. Reformasi Pelayanan Publik adalah gerakan untuk melakukan

    perubahan dalam birokrasi pelayanan publik pada Dinas Tenaga

    Kerja Kota Makassar untuk membentuk birokrasi menjadi lebih baik

    sejalan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

    Pelayanan Publik dengan melakukan koreksi terhadap kondisi

    birokrasi yang buruk melalui metode atau tindakan yang lebih baik.

    2. Standar Pelayanan adalah ketersediaan tolak ukur yang

    dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan publik

    dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji

    penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang

    berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur.

    3. Maklumat Layanan adalah ketersediaan pernyataan tertulis yang

    berisi kesediaan petugas penyelenggara layanan untuk memenuhi

    standar pelayanan yang tersedia.

    4. Sistem Informasi Pelayanan Publik adalah ketersediaan informasi

    palayanan publik elektronik dan non-elektronik yang disampaikan oleh

    penyelenggara/penyedia layanan kepada pengguna layanan.

    5. Sarana dan Prasarana adalah ketersediaan fasilitas yang digunakan

    dalam proses pelayanan berupa ruang tunggu, toliet untuk pengguna

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    31/80

    30

    layanan, dan loket/meja pelayanan yang terpelihara dan bersih

    sehingga memberikan kenyamanan bagi pengguna layanan.

    6. Pelayanan Khusus adalah ketersediaan sarana berupa ketersediaan

    ram, rambatan, kursi roda, jalur pemandu, toilet khusus, ruang

    menyusui, dan lain-lain serta pelayanan khusus bagi pengguna

    layanan berkebutuhan khusus yakni penyandang cacat, lanjut usia,

    wanita hamil, dan anak-anak.

    7. Pengelolaan Pengaduan adalah ketersediaan sarana penerimaan

    pengaduan (SMS/telpon/fax/e-mail, dll), ketersediaan informasi

    prosedur dan tatacara penyampaian pengaduan, serta ketersediaan

    pejabat/petugas pengelola pengaduan untuk memudahkan pengguna

    layanan menyampaikan pengaduannya.

    8. Penilaian Kinerja adalah ketersediaan sarana pengukuran kepuasan

    pengguna layanan berupa kuesioner untuk mengukur kinerja petugas

    penyelenggara layanan dalam memberi layanan kepada pengguna

    layanan.

    9. Visi, Misi, dan Motto Pelayanan adalah ketersediaan gambaran

    kondisi di masa depan yang ingin dicapai, ketersediaan ekspresi

    ambisi untuk mengembangkan organisasi, dan ketersediaan

    kejelasan komitmen organisasi dalam penyelenggaraan pelayanan

    publik.

    10.Atribut adalah ketersediaan petugas penyelenggara layanan

    menggunakan ID Card termasuk papan nama yang diletakkan pada

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    32/80

    31

    loket/meja pelayanan untuk memudahkan pengguna layanan

    mengetahui nama dari petugas penyedia layanan.

    G. Model Penelitian

    Penyelenggaraan pelayanan administratif di Kota Makassar

    berpedoman pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

    Pelayanan Publik dan PermenPANRB Nomor 38 Tahun 2012. . Hal inilah

    yang menjadi fokus pembahasan untuk melihat sejauh mana reformasi

    pelayanan administratif di Kota Makassar. Berdasarkan uraian tersebut

    diatas, maka peneliti menggambarkan model penelitian sebagai berikut :

    Gambar 1. Model Penelitian

    H. Hipotesis atau Pertanyaan Penelitian

    Reformasi Penyelenggaraan

    Pelayanan Administratif Pada

    Pemerintah Kota Makassar

    Standar Pelayanan

    Maklumat Layanan

    Sistem Informasi Pelayanan

    Pelayanan Khusus

    Penilaian Kinerja

    Sarana Prasarana

    Pengelolaan Pengaduan

    Visi Misi dan Motto Pelayanan

    Atribut

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    33/80

    32

    Berdasarkan rumusan masalah dan berbagai uraian

    sebelumnya, maka pertayaan penelitian yang diajukan adalah

    1. Bagaimana reformasi penyelenggaraan pelayanan administratif pada

    Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar ditinjau dari aspek Standar

    Pelayanan Publik?

    2. Bagaimana reformasi penyelenggaraan pelayanan administratif pada

    Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar ditinjau dari aspek Maklumat

    Pelayanan?

    3. Bagaimana reformasi penyelenggaraan pelayanan administratif pada

    Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar ditinjau dari aspek Sistem

    Informasi Pelayanan Publik?

    4. Bagaimana reformasi penyelenggaraan pelayanan administratif pada

    Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar ditinjau dari aspek sarana dan

    prasarana?

    5. Bagaimana reformasi penyelenggaraan pelayanan administratif pada

    Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar ditinjau dari aspek Pelayanan

    Khusus?

    6. Bagaimana reformasi penyelenggaraan pelayanan administratif pada

    Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar ditinjau dari aspek pengelolaan

    pengaduan?

    7. Bagaimana reformasi penyelenggaraan pelayanan administratif pada

    Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar ditinjau dari aspek Penilaian

    Kinerja?

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    34/80

    33

    8. Bagaimana reformasi penyelenggaraan pelayanan administratif pada

    Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar ditinjau dari aspek visi misi dan

    motto pelayanan?

    9. Bagaimana reformasi penyelenggaraan pelayanan administratif pada

    Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar ditinjau dari aspek atrbut?

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    35/80

    34

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    I. Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    metode deskriptif kuantitatif dengan mengutamakan gambaran mengenai

    reformasi penyelenggaraan pelayanan administratif pada Dinas Tenaga

    Kerja Kota Makassar. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan dan

    menyampaikan fakta-fakta dengan jelas dan teliti.

    J.Unit Penelitian

    Unit analisis pada penelitian ini adalah penyelenggaraan

    pelayanan administratif yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja

    Kota Makassar. Adapun unit analisis yang diterapkan untuk menjadi

    objek penelitian adalah pejabat-pejabat yang berkompeten pada Dinas

    Ketenagakerjaan Kota Makassar dan pengguna penerima layanan.

    Penentuan lokus ini didasarkan pada hasil penelitian

    sebelumnya yang dilakukan oleh Ombudsman Republik Indonesia

    perwakilan Sulawesi Selatan pada tahun 2013 dan 2014, dimana unit

    penelitian ini berada pada zona hijau.

    K. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam peneitian ini sebagai berikut :

    30

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    36/80

    35

    1. Wawancara

    Teknik wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab secara

    langsung antara peneliti dengan narasumber yang dianggap dapat

    memberikan keterangan dan penjelasan yang relevan dengan

    masalah yang diteliti sehingga diperoleh data yang akurat.

    Informan dalam penelitian ini adalah aparat pemerintah pada

    Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar ditambah dengan masyarakat

    yang memperoleh layanan pada Dinas tersebut. Informan tersebut

    adalah sebagai berikut:

    1) Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar 1 orang

    2) Kepala Sub Bagian Umum dan Tata Usaha 1 orang

    3) Pengguna Layanan 5 orang

    Wawancara dilakukan untuk mendapatkan penjelasan dan

    gambaran rinci mengenai pemenuhan standar layanan menurut

    Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

    2. Observasi

    Observasi merupakan metode pengumpulan data pada

    penelitan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek

    yang diteliti yaitu Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar.

    L. Instrumen Pengumpulan Data

    Penelitian ini digunakan 2 (dua) metode pengumpulan data

    yakni observasi dan wawancara. Observasi dilakukan pada tiga sampel

    penelitian dengan panduan sebagai berikut :

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    37/80

    36

    Tabel 2.

    Standar Penilaian Langsung

    No Sub Variabel Unsur Indikator Bobot

    1 Standar Pelayanan

    Publik

    Utama Persyaratan 6.0

    Sistem, Mekanisme dan Prosedur 6.0Produk Pelayanan 6.0

    Jangka Waktu Penyelesaian 12.0

    Biaya/Tarif 12.0

    2 MaklumatPelayanan

    Utama Ketersediaan Maklumat Layanan 12.0

    3 Sistem InformasiPelayanan Publik

    Utama Ketersediaan Informasi Pelayanan PublikElektronik atau Nonelektronik (booklet,pamflet, website, monitor televisi, dll)

    12.0

    4 Sarana danPrasarana, Fasilitas

    Utama Ketersediaan ruang tunggu 3.0

    Ketersediaan toilet untuk penggunalayanan

    2.0

    Ketersediaan loket/meja pelayanan 3.0

    5 Pelayanan Khusus Ketersediaan Sarana khusus bagi

    pengguna layanan berkebutuhan khusus(ram, rambatan, kursi roda, jalur pemandu,toilet khusus, ruang menyusui, dll)

    2.0

    Ketersediaan Pelayanan khusus bagipengguna layanan berkebutuhan khusus

    2.0

    6 PengelolaanPengaduan

    Ketersediaan Sarana Pengaduan(SMS/Telpon/Fax/Email, dll)

    5.0

    Ketersediaan informasi prosedur dantatacara penyampaian pengaduan

    3.0

    Ketersediaan Pejabat/Petugas pengelolaPengaduan

    5.0

    7 Penilaian Kinerja Ketersediaan Sarana PengukuranKepuasan Pelanggan

    2.5

    8 Visi, Misi dan MotoPelayanan

    Tambahan Ketersediaan Visi dan Misi Pelayanan 2.0

    Ketersediaan Motto Pelayanan 2.0

    9 Atribut Tambahan Ketersediaan Petugas Penyelenggaranmenggunakan ID Card

    2.5

    TOTAL 100

    Berdasarkan variabel dan indikator penilaian tersebut, akan

    diperoleh nilai maksimal/total sebesar 100 setelah dikonversi kemudian

    dibagi ke dalam 3 (tiga) kategorisasi berdasarkan perolehan nilai yang

    diperoleh oleh masing-masing kementerian tersebut, kategorisasi

    tersebut adalah :

    1. 0 - 50 : Menggambarkan implementasi yang rendah terhadap

    pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

    Pelayanan Publik;

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    38/80

    37

    2. 51 - 80: Menggambarkan implementasi sedang terhadap

    pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

    Pelayanan Publik;;

    3. (81-100) : Menggambarkan implementasi yang tinggi terhadap

    pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

    Pelayanan Publik;

    Sedangkan wawancara dilakukan untuk mendapat penjelasan

    dan gambaran yang lebih terinci mengenai penerapan standar layanan

    menurut undang-undang Nomor 25 tentang Pelayanan Publik.

    M. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

    Pada analisis data kuantitatif, pengolahan data meliputi tahap

    editing dan koding, penyederhanaan data dan mengkode data.

    a. Pemeriksaan Data (editing)

    Langkah ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul

    telah lengkap, sehingga dapat dipersiapkan untuk tahap selanjutnya.

    b. Koding

    Koding dilakukan untuk menyederhanakan data, yaitu dengan

    memberi simbol angka pada setiap jawaban atau suatu cara

    mengklasifikasi jawaban responden menurut macamnya dengan cara

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    39/80

    38

    menandai jawaban dengan kode tertentu. Hal ini dapat memudahkan

    reduksi data, analisis, penyimpanan, dan penyebaran data.

    c. Penyederhanaan data

    Agar data mudah dianalisis, maka jawaban dari responden harus

    diringkas ke dalam kategori yang jumlahnya terbatas.

    d. Display dan Interpretasi Data

    Data yang telah diolah, ditampilkan secara trianggulasi dan dibahas

    secara interpretatif berlandaskan teori dan kebijakan.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    40/80

    39

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar merupakan salah satu Satuan

    Kerja Perangkat Dinas (SKPD) di bawah pemerintah Kota Makassar, yang

    berkedudukan di Jalan AP Pettarani, Kecamatan Makassar.

    1. Fungsi dan Tugas Pokok Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar

    a. Fungsi

    Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar mempunyai fungsi sebagai

    berikut:

    1) Pembinaan umum di bidang tenaga kerja

    2) Pembinaan teknis, pendataan, pengelolaan sarana prasarana

    latihan kerja pembinaan, pemberdayaan tenaga kerja, penyusunan

    dan perlindungan ketenagakerjaan

    3) Pengelolaan operasional sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan

    oleh walikota

    4) Pelaksanaan koordinasi terhadap unit kerja terkait dalam

    penyusunan rencana kerja

    5) Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan administrasi, surat

    menyurat, pengarsipan, dokumentasi, perlengkapan dan rumah

    tangga.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    41/80

    40

    b. Tugas Pokok

    Adapun tugas pokok Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar adalah

    melakukan kewenangan daerah dalam bidang ketenagakerjaan yang

    menjadi tanggung jawabnya meliputi perencanaan program,

    penetapan tenaga kerja, dan kesejahteraan tenaga kerja.

    Adapun produk layanan yang diselenggarakan oleh Dinas Tenaga

    kerja Kota Makassar adalah sebagai berikut:

    1. Penerbitan Kartu Kuning AK-I dan AK-II/III

    2. Pelayanan Pendaftaran Lowongan

    3. Perpanjangan Izin mempekerjakan tenaga asing

    4. Rekomendasi Kantor Cabang PPTKIS (Pelaksanaan Penempatan

    Tenaga Kerja Instansi Swasta)

    5. Penempatan, perluasan dan perencanaan Tenaga Kerja

    Dengan demikian, sejalan dengan Standar Penilaian Pelayanan

    Langsung yang ditetapkan oleh Ombudsman dengan fokus pada pelayanan

    administratif, jenis pelayanan publik pada Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar

    yang dikaji dalam hal ini adalah pelayanan administratif dari produk-produk

    layanan tersebut di atas.

    Adapun karakteristik informan adalah 2 (dua) orang penyedia layanan

    yaitu Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar dan Kasubag Umum dan

    Tata Usaha, dan 5 orang pengguna layanan.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    42/80

    41

    B. Hasil Penelitian

    Berdasarkan Standar Penilaian Pelayanan Langsung yang

    ditetapkan dalam Petunjuk Teknis Penilaian Kepatuhan terhadap Standar

    Pelayanan Publik Tahap Kedua Tahun 2015 oleh Ombudsman RI dalam

    menilai Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, terdapat 9 sub variabel yang

    dikaji dalam menggambarkan reformasi berupa perbaikan penyelenggaraan

    administrasi pelayanan kesehatan publik pada Dinas Tenaga Kerja Kota

    Makassar. Sub variabel tersebut adalah: 1) standar pelayanan, 2) maklumat

    pelayanan, 3) sistem informasi pelayanan publik, 4) sarana dan

    prasarana/fasilitas, 5) pelayanan khusus, 6) pengelolaan pengaduan, 7)

    penilaian kinerja, 8) visi, misi, dan motto pelayanan, dan 9) atribut. Tiap-tiap

    sub variabel tersebut dikaji dengan mengukur capaian masing-masing

    indikatornya.

    Sub variabel pada angka 1 sampai dengan angka 7 merupakan sub

    variabel yang tergolong sebagai komponen utama, sedangkan sub variabel

    pada angka 8 sampai dengan angka 9 merupakan sub variabel yang

    tergolong sebagai komponen tambahan.

    1. Standar Pelayanan

    Standar pelayanan Standar Pelayanan adalah tolak ukur yang

    dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    43/80

    42

    penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara

    kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah,

    terjangkau dan terukur.

    Dalam menyusun Standar Pelayanan perlu memperhatikan prinsip :

    1) Sederhana. Standar Pelayanan yang mudah dimengerti, mudah diikuti,

    mudah dilaksanakan, mudah diukur, dengan prosedur yang jelas dan

    biaya terjangkau bagi masyarakat maupun Penyelenggara.

    2) Konsistensi. Dalam penyusunan dan penerapan standar pelayanan

    harus memperhatikan ketetapan dalam mentaati waktu, prosedur,

    persyaratan, dan penetapan biaya pelayanan yang terjangkau.

    3) Partisipatif. Penyusunan Standar pelayanan dengan melibatkan

    masyarakat dan pihak terkait untuk membahas bersama dan

    mendapatkan keselarasan atas dasar komitmen atau hasil kesepakatan.

    4) Akuntabel. Hal-hal yang diatur dalam standar pelayanan harus dapat

    dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan secara konsisten kepada

    pihak yang berkepentingan.

    5) Berkesinambungan. Standar pelayanan harus dapat berlaku sesuai

    perkembangan kebijakan dan kebutuhan peningkatan kualitas

    pelayanan.

    6) Transparansi. harus dapat dengan mudah diakses dan diketahui oleh

    seluruh masyarakat.

    7) Keadilan. Standar pelayanan harus menjamin bahwa pelayanan yang

    diberikan dapat menjangkau semua masyarakat yang berbeda status

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    44/80

    43

    ekonomi, jarak lokasi geografis, dan perbedaan kapabilitas fisik dan

    mental.

    Standar Pelayanan merupakan tolak ukur yang digunakan sebagai

    pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas

    pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat

    dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan

    terukur.

    Indikator dari standar pelayanan publik yang dikaji adalah (1)

    Persyaratan (2) sistem, mekanisme dan prosedur; (3) produk pelayanan; (4)

    jangka waktu penyelesaian; dan (5) biaya/tariff.

    Tabel 4

    Hasil Observasi

    NO SUB VARIABEL

    PENELITIAN KOMPONEN INDIKATOR

    CEKLIST

    ( )

    NILAI

    BOBOT

    1 Standar Pelayanan 1) Persyaratan 6

    2)Sistem, Mekanisme, dan Prosedur 0

    3) Produk Pelayanan 6

    4) Jangka Waktu Penyelesaian 0

    5) Biaya/Tarif 12.0

    Sumber: Data Primer, diolah tahun 2015.

    Secara umum. Standar Pelayanan memuat 5 (lima) hal yang sangat

    penting untuk dijadikan informasi kepada para pengguna layanan, yaitu

    sebagai berikut:

    1. Persyaratan;

    2. Sistem, Mekanisme, dan Prosedur;

    3. Produk Pelayanan;

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    45/80

    44

    4. Jangka waktu penyelesaian;

    5. Biaya/Tarif.

    Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa terdapat banneryang

    memuat tentang persyaratan, waktu dan kontak pelayanan.

    Gambar 2

    Informasi Persyaratan

    Sumber: Data Primer 2015

    Gambar tersebut memperlihatkan informasi mengenai persyaratan

    telah terpajang dan memiliki informasi yang memadai dan jelas.

    Penempatannya pun sudah baik karena diletakkan setelah pintu masuk

    Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar. Adapun mengenai pengenaan

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    46/80

    45

    tarif, ditempatkan terpisah dengan persyaratan dan waktu penyelesaian

    tersebut, seperti yang tertera di bawah ini.

    Gambar 3

    Informasi Larangan Pengenaan Biaya

    Sumber: Data Primer 2015

    Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa untuk pelayanan yang

    diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar, tidak dibebankan biaya

    sepeser pun. Pengumuman ini diletakkan di area depan ruangan pelayanan

    sehingga setiap pengguna layanan dapat melihat dengan jelas mengenai

    aturan ini.

    Dari kedua gambar tersebut di atas, dapat terlihat bahwa Informasi

    persyaratan, produk layanan dan biaya/tariff telah terpampang dengan jelas.

    Namun tidak ditemukan sistem, mekanisme dan prosedur yang terpasang.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    47/80

    46

    Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hariadi, seorang

    pengguna layanan, yang menyatakan bahwa:

    Dari pengamatanku selama ini standar pelayanan kayaknya sudah

    diterapkan (wawancara tanggal 25 November 2015)

    Menurut Bapak Muh. Ikmal yang peneliti temui pada saat pengurusan

    perpanjangan kartu kuning,

    saya tidak tahu bagaimana itu standar pelayanan, tapi saya melihat

    pelayanannya sudah bagus (wawancara 25 November 2015)

    Berdasarkan wawancara dengan kedua informan tersebut, tersirat

    bahwa pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar

    sudah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.

    Adapun hasil wawancara dengan Kasubag Umum dan Tata Usaha,

    Bapak H. Alimuddin A, yang mengatakan bahwa:

    Sudah lama kami terapkan standar pelayanan, kami juga mengacu

    pada panduan ISO. Sebentar lagi kami akan mendapatkan ISO yang baru.

    Hal yang senada pun disampaikan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja

    Kota Makassar, A. Bukti Djufri yang menyatakan:

    Standar pelayanan di Kantor Tenaga Kerja ini berdasarkan UU. 25

    ditambah dengan ISO 9001 tahun 2008 tentang Penjaminan Mutu.

    Persyaratan, produk layanan dan jangka waktu penyelesaian sudah kami

    pasang. Pengurusan administratif berupa kartu kuning tidak dipungut biaya.

    Berdasarkan observasi dan wawancara tersebut, peneliti dapat

    menyimpulkan bahwa walaupun pihak Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    48/80

    47

    sudah memahami dengan baik mengenai Undang-Undang Pelayanan Publik

    dan telah menerapkannya dalam bentuk pemajangan persyaratan, produk

    layanan dan biaya/tariff, namun masih terdapat komponen atau indicator

    yang belum dipenuhi yaitu sistem, mekanisme dan prosedur atau yang

    disebut dengan Standar Operasional Prosedur. Padahal, dengan adanya

    sistem, mekanisme dan prosedur akan memudahkan pemberi layanan dan

    pengguna layanan untuk mengetahui langkah-langkah yang harus mereka

    tempuh untuk memberi maupun mendapatkan layanan. Sistem, mekanisme

    dan prosedur juga merupakan jaminan yang diberikan oleh pemberi layanan

    kepada pengguna layanan dan akan menciptakan transparansi. Transparansi

    inilah yang pada kahirnya akan mendorong pelayanan yang berkulaitas dan

    akuntabel terhadap pelayanan yang diselenggarakan.

    Mengenai jangka waktu penyelesaian pelayanan, juga tidak tampak

    berdasarkan hasil observasi peneliti, walaupun terdapat gambar waktu

    pelayanan yang diberikan, seperti gambar di bawah ini.

    Gambar 4

    Waktu Pelayanan

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    49/80

    48

    Sumber: Data Primer 2015

    Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa pada Dinas Tenaga KErja

    Kota Makassar sudah menayangkan waktu pelayanan khusunya untuk

    pelayanan kartu kuning. Walaupun tidak disebutkan jangka waktu pelayanan

    untuk memperoleh kartu kuning tersebut.

    Ketiadaan standar mekanisme dan prosedur serta jangka waktu

    penyelesaian akan menyulitkan penerima layanan untuk mengetahui kualitas

    produk layanan yang diterimanya karena tidak adanya tolak ukur yang jelas,

    dan ketidakjelasan waktu penyelesaian proses pelayanan. Tentu saja hal ini

    akan berpengaruh terhadap efektifitas dan efiensi pemberi dan pengguna

    layanan.

    Oleh sebab itu, pihak Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar sebaiknya

    melengkapi seluruh komponen yang ada dalam sub variabel Standar

    Pelayanan ini.

    2. Maklumat Pelayanan

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    50/80

    49

    Indikator dari maklumat pelayanan yang dikaji adalah ketersediaan

    maklumat pelayanan, adapun indikatornya digambarkan sebagai berikut.

    Tabel 5Hasil Observasi

    NO SUB VARIABEL

    PENELITIAN KOMPONEN INDIKATOR

    CEKLIST

    ( )

    NILAI

    BOBOT

    2 Maklumat Pelayanan Ketersediaan Maklumat Pelayanan () 12

    Sumber: Data Primer, diolah tahun 2015.

    Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa Dinas Tenaga

    Kerja Kota Makassar telah memasang Maklumat Pelayanan. Hal-hal yang

    dimuat dalam maklumat pelayanan tersebut adalah merupakan pernyataan

    janji dan kesanggupan untuk melaksanakan pelayanan sesuai dengan

    Standar Pelayanan; pernyataan memberikan pelayanan sesuai dengan

    kewajiban dan akan melakukan perbaikan secara terus-menerus; dan

    pernyataan kesediaan untuk menerima sanksi dan/atau memberikan

    kompensasi apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan pengguna layanan Hariadi dan

    Muh. Ikmal, yang menyatakan bahwa maklumat pelayanan dapat dilihat dan

    ditemukan dengan jelas dan mudah, walaupun ukurannya terkesan kecil.

    Maklumat Pelayanan ini ditempatkan di dekat pintu masuk kantor

    Dinas Tenaga Kerja. Maklumat ini ditandatangani oleh Walikota Makssar, Ir.

    Moh. Ramdhan Pomanto.

    Gambar 5

    Maklumat Pelayanan

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    51/80

    50

    Sumber: Data Primer 2015

    Maklumat pelayanan dalam bentuk Citizens Charter ini ditandatangani

    oleh Walikota Makassar dan Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar.

    Selain itu juga ditandatangani oleh Tokoh/Pemuka Masyarakat yang mewakili

    unsur-unsur yang ada di dalam masyarakat Kota Makassar.

    Berdasarkan hasil wawancara, kelima informan dari pengguna layanan

    melihat dengan jelas maklumat pelayanan ini. Hal ini disebabkan karena

    maklumat pelayanan ditempatkan di posisi yang strategis, yaitu di dekat pintu

    masuk ruang pelayanan. Tampilannya pun bagus karena dibingkai dengan

    kaca.

    Maklumat pelayanan yang dapat dilihat oleh petugas penyelenggara

    layanan publik dan masyarakat pengguna layanan publik akan mendorong

    petugas penyelenggara layanan publik untuk memenuhi janjinya dan

    sebaliknya akan memudahkan warga masyarakat pengguna layanan publik

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    52/80

    51

    untuk mengingatkan petugas penyelenggara layanan publik terhadap janji

    pelayanan yang telah ditandatanganinya.

    3. Sistem Informasi Pelayanan Publik

    Indikator dari sistem informasi pelayanan publik yang dikaji adalah

    ketersediaan informasi pelayanan publik elektronik atau non-elektronik

    seperti booklet, pamphlet, website, monitor televisi, dan lain-lain dengan

    bobot 10.

    Tabel 6

    Hasil Observasi

    NO SUB VARIABEL

    PENELITIAN KOMPONEN INDIKATOR

    CEKLIST

    (

    )

    NILAI

    BOBOT

    3 Sistem InformasiPelayanan Publik

    Ketersediaan Informasi PelayananPublik Elektronik atau Non-elektronik (booklet, pamflet, website,monitor televisi, dll)

    (

    ) 6

    Sumber: Data Primer, diolah tahun 2015.

    Informasi yang diperoleh dari kelima informan pengguna layanan, tidak

    satu pun melihat adanya ketersediaan informasi pelayanan publik ini, baik di

    kantor pelayanan itu sendiri maupun melalui media cetak maupun elektronik.

    Tabel tersebut di atas memperlihatkan indikator Sistem informasi

    Pelayanan Publik memperoleh nilai bobot 6 dari nilai maksimal 12.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    53/80

    52

    Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar, Andi Bukti Djufri,

    SP, M.Si, Informasi Pelayanan Publik sementara dalam proses update data

    sehingga belum ditayangkan.

    Kami sudah membuat sistem informasi pelayanan publik, tapi

    sekarang lagi perbaikan ada update data jadi tidak untuk saat ini tidak dapat

    kami tampilkan. (Wawancara 5 Januari 2016)

    Menurut Kepala Sub Bagian Tata Usaha, H. Alimuddin, menyatakan

    bahwa Sistem Informasi Sudah ada, kami gunakan 2 monitor untuk

    menanyankan informasi pelayanan, satu di depan dan satu lagi di dalam

    ruang pelayanan

    Setelah diobservasi, terdapat layar monitor setelah pintu masuk Kantor

    Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar, namun tidak difungsikan, seperti gambar

    di bawah ini.

    Gambar 6Sistem Informasi Pelayanan

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    54/80

    53

    Sumber: Data Primer 2015

    Walapupun tersedia monitor dan penempatannya sangat strategis

    untuk dapat dilihat oleh pengguna layanan, namun sangat disayangkan

    bahwa monitor tersebut tidak difungsikan sama sekali. Padahal semestinya

    dengan keberadaan monitor tersebut dapat memberikan informasi bagi

    pengguna layanan terhadap layanan-layanan yang disediakan oleh Dinas

    Tenaga Kerja Kota Makassar.

    Selain itu, Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar juga tidak menyediakan

    akses informasi berupa situs/website di internet. Sehingga apabila

    masyarakat pengguna layanan ingin mengetahui layanan yang tersedia harus

    mengunjungi Kantor Dinas Tenaga Kerja secara langsung.

    4. Sarana dan Prasarana Fasilitas

    Indikator dari sarana prasarana dan fasilitas pelayanan administrasi

    yang dikaji adalah ketersediaan ruang tunggu, ketersediaan toilet untuk

    pengguna layanan, dan ketersediaan loket/meja pelayanan. Indikator

    tersebut digambarkan sebagai berikut:

    Tabel 7

    Hasil Observasi

    NO SUB VARIABEL

    PENELITIAN KOMPONEN INDIKATOR

    CEKLIST

    ( )

    NILAI

    BOBOT

    4 Sarana danPrasarana, Fasilitas

    1) Ketersediaan ruang tunggu 3

    2) Ketersediaan toilet untukpengguna layanan

    1

    3) Ketersediaan loket/mejapelayanan

    3

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    55/80

    54

    Sumber: Data Primer, diolah tahun 2015.

    Tabel tersebut di atas memperlihatkan indikator ketersediaan ruang

    tunggu memperoleh nilai bobot 3 di mana nilai idealnya adalah 3. Bobot nilai

    tersebut terpenuhi secara maksimal berupa kondisi yang memadai, bersih

    dan rapih.

    Hal ini dapat terlihat pada gambar berikut yang menggambarkan

    ketersediaan ruang tunggu yang bersih, nyaman dan rapih.

    Gambar 7

    Ruang Tunggu Pelayanan

    Sumber: Data Primer 2015

    Dari gambar tersebut di atas, dapat dilihat bahwa telah tersedia loket

    (meja) pelayanan dan ruang tunggu bagi pengguna layanan yang tidak hanya

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    56/80

    55

    bersih, tapi juga rapih dan terkesan modern. Meja pelayanan dan ruang

    tunggu ini dilengkapi dengan monitor televisi sehingga pengguna layanan

    tidak merasa bosan pada saat menunggu/antri untuk memperoleh layanan.

    Kesan yang tampak pula, bahwa pada ruangan tunggu ini terdapat

    cahaya yang cukup serta suhu udara yang cukup sejuk yang berasal dari Air

    Conditioner (AC) yang memadai.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    57/80

    56

    Gambar 8

    Toilet

    Sumber: Data Primer 2015

    Ketersediaan toilet merupakan salah satu hal penting yang harus

    disediakan oleh pembei layanan. Toilet yang bersih dan nyaman serta

    terpelihara merupakan nilai tambah bagi masyarakat pengguna layanan.

    Keberadaan dan keadaan toilet pada Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar

    seperti yang terlihat pada gambar di atas merupakan bukti bahwa telah

    disediakannya fasilitas toilet yang layak, bersih dan nyaman untuk digunakan.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    58/80

    57

    Gambar 9

    Loket Pelayanan

    Sumber: Data Primer 2015

    Menurut pengmatan peneliti, loket yang disediakan oleh Dinas Tenaga

    Kerja Kota Makassar sangat baik, jauh dari kesan kaku. Hal ini diperlihatkan

    bahwa tidak ada sekat antara loket satu dengan yang lainnya. Hal ini juga

    dapat mengindikasikan pelayanan yang langsung menyentuh masyarakat,

    dan aspek transparansi serta keterbukaan diantara para petugas penyedia

    layanan.

    Menurut Hariadi, salah satu pengguna layanan, ketersediaan loket,

    ruang tunggu dan toilet sebagai sarana prasarana dan fasilitas sudah sangat

    memadai (wawancara 25 November 2015). Hal tersebut juga diiyakan oleh

    Mulyadi yang juga pengguna layanan bahwa baik loket, ruang tunggu

    maupun toilet sudah tersedia dengan baik dan juga bersih.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    59/80

    58

    Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar, A Bukti Djufri,

    Semenjak kami sudah renovasi kantor kami sudah menyediakan meja

    penerimaan tamu, setelah dari meja piket maka orang yang mau membuat

    kartu kuning diarahkan ke ruangan pelayanan disana sudah ada ruangantunggu dan meja pelayanan. Toilet kami siapkan dibagian belakang.

    (Wawancara 5 Januai 2016)

    Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ketersediaan sarana

    prasarana serta fasilitas di Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar sudah

    memadai, sehingga memperoleh nilai maksimal yaitu 7.

    5. Pelayanan Khusus

    Indikator dari pelayanan khusus yang diteliti adalah ketersediaan

    sarana/prasarana khususn bagi pengguna layanan berkebutuhan khusus

    seperti ram, rambatan, kursi roda, jalur pemandu, toilet khusus, ruang

    menyusui, dll.

    Tabel 8

    Hasil Observasi

    NO SUB VARIABEL

    PENELITIAN KOMPONEN INDIKATOR

    CEKLIST

    ( )

    NILAI

    BOBOT

    5 Pelayanan Khusus 1) Ketersediaan sarana/prasaranakhusus bagi pengguna layananberkebutuhan khusus (ram,rambatan, kursi roda, jalurpemandu, toilet khusus, ruangmenyusui, dll)

    (

    ) 0,5

    2) Ketersediaan pelayanan khusus

    bagi pengguna layananberkebutuhan khusus

    (

    ) 2

    Sumber: Data Primer, diolah tahun 2015.

    Berdasarkan hasil dari aspek pelayanan khusus, berdasarkan hasil

    observasi peneliti, dapat diketahui bahwa belum tersedia pelayanan khusus

    yang optimal yang ditujukan kepada pengguna layanan yang berkebutuhan

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    60/80

    59

    khusus, seperti rambatan, kursi roda, jalur pemandu, ataupun toilet khusus.

    Adapun fasilitas khusus untuk ibu menyusui telah disiapkan, namun

    penempatanya kurang tepat, karena ditempatkan di lantai 3 sehingga

    pengguna layanan tidak mengetahui adanya ruang menyusui.

    Hal ini didukung dengan pernyataan Bapak H. Alimuddin sebagai

    Kasubag Umum dan Tata Usaha yang menyatakan bahwa:

    Yang ada hanya ruang menyusui, ada di lantai 3. Untuk fasilitas bagi

    penyandang cacat kami belum siapkan. Kami sudah mengusulkan ke bagian

    anggaran Pemkot Makassar untuk pengadaan sarana khusus tetapi belum

    pernah ada realisasinya. (Wawancara 25 November 2015)

    Berkaitan dengan hal tersebut, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota

    Makassar, A. Bukti Djufri menambahkan,

    Untuk fasilitas pelayanan khusus akan kami buat tahun 2016 ini, kami

    sudah anggarkan dan tidak ada kendala dalam pengajuan di DPRD. Ruang

    menyusui kami tempatkan di lantai III karena keterbatasan ruangan di lantai

    I. (Wawancara 5 Januari 2016).

    Walaupun belum terdapat fasilitas untuk pelayanan khusus, namun

    sudah ada perhatian mengenai pengadaan hal tersebut.

    Hal ini dapat dilihat dari gambar yang diambil bahwa di meja

    resepsionis, terdapat petunjuk/tanda bahwa apabila terdapat pengguna

    layanan berkebutuhan khusus dapat dibantu oleh petugas yang tersedia,

    seperti berikut:

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    61/80

    60

    Gambar 10

    Pelayanan Penyandang Disabilitas

    Walaupun demikian, perhatian yang lebih terhadap penyandang

    disabilitas unutk mendapatkan pelayanan khusus harus menjadi perhatian

    besar dari pihak Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar.

    6. Pengelolaan Pengaduan

    Indikator dari pengelolaan pengaduan yang diteliti adalah ketersediaan

    sarana pengaduan (SMS/Telepon/fax/email, dll), indikator ketersediaan

    informasi prosedur dan tata cara penyampaian pengaduan, dan indikator

    ketersediaan pejabat/petugas pengelola pengaduan.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    62/80

    61

    Tabel 9

    Hasil Observasi

    NO SUB VARIABEL

    PENELITIAN KOMPONEN INDIKATOR

    CEKLIST

    (

    )

    NILAI

    BOBOT

    6 PengelolaanPengaduan

    1) Ketersediaan Sarana Pengaduan(SMS/telpon/fax/e-mail, dll)

    0

    2) Ketersediaan informasi prosedurdan tatacara penyampaianpengaduan

    0

    3) Ketersediaan Pejabat/Petugaspengelola Pengaduan

    ( ) 3

    Sumber: Data Primer, diolah tahun 2015.

    Berdasarkan hasil observasi, peneliti tidak melihat adanya sarana

    prasarana untuk penyampaian pengaduan. Hal ini sesuai dengan kelima

    pengguna layanan yang diwawancarai bahwa tidak ada satu pun dari mereka

    yang melihat dan mengetahui tata cara untuk mengajukan pengaduan.

    Setelah dikonfirmasi kepada Kasubag Umum dan Tata Usaha, Bapak

    Alimuddin, yang menyatakan bahwa:

    Sudah ada, saya sendiri masuk dalam tim pengelolaan pengaduan.

    Yang belum kami siapkan alur pengaduannya.

    Dari pernyataan tersebut sudah dapat diindikasikan bahwa

    pengelolaan pengaduan memang belum diperhatikan secara baik, walaupun

    telah ada pejabata maupun petugas yang ditunjuk untuk itu.

    Adapun pernyataan dari Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar,

    A. Bukti Djufri yang menyatakan bahwa pada dasarnya Dinas Tenaga Kerja

    Kota Makassar telah menyediakan layanan aduan, hanya saja belum

    terpajang tata caranya.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    63/80

    62

    Saat ini ada kami sudah siapkan bagian yang menangani pengaduandari pihak-pihak yang berselisih mengenai ketenagakerjaan dan menerima

    juga pengaduan dari pengguna layanan, untuk tata cara pengaduan belumkami pajang.

    Dari kelima informan pengguna layanan yang diwawancarai, keempat

    informan menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui dan tidak meilhat

    adanya layanan untu pengaduan. Namun, informan Asrianto menyatakan

    bahwa sempat melihat adanya kotak saran, tapi lupa lihat dimana.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk pengelolaan pengaduan

    harus lebih diperhatikan oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar.

    7. Penilaian Kinerja

    Indikator dari penilaian kinerja yang diteliti adalah ketersediaan sarana

    pengukuran kepuasan pelanggan. Indikator ketersediaan sarana pengukuran

    kepuasan pelanggan memperoleh nilai maksimal yaitu 2,5, karena sarana

    untuk pengukuran kinerja telah tersedia.

    Tabel 10

    Hasil Observasi

    NO SUB VARIABEL

    PENELITIAN KOMPONEN INDIKATOR

    CEKLIST

    ( )

    NILAI

    BOBOT

    7 Penilaian Kinerja Ketersediaan Sarana PengukuranKepuasan Pelanggan

    ( ) 2,5

    Sumber: Data Primer, diolah tahun 2015.

    Tabel tersebut memperlihatkan indikator ketersediaan sarana

    pengukuran kepuasan pelanggan memperoleh nilai bobot 2,5 dari nilai

    maksimal 2,5.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    64/80

    63

    Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak H. Alimuddin sebagai

    Kasubag Umum dan Tata Usaha, Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar

    melakukan penilaian kinerja. Hal ini dibuktikan dengan adanya instrumen

    penilaian yang digunakan untuk mengukur kinerja pegawai Dinas Tenaga

    Kerja Kota Makassar.

    Gambar 11

    Instrumen Penilaian Kinerja

    Sumber: Data Primer 2015

    Berdasarkan keterangan Ibu Adhe Triyanee, salah satu staf di Dinas

    tenaga Kerja Kota Makassar, instrument penilaian kinerja ini dipakai sebagai

    alat ukur kinerja pegawai dalam penerapan standar pelayanan dan ISO yang

    telah diperoleh. Hal ini juga menjadi dasar evaluasi pimpinan untuk

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    65/80

    64

    mengetahui efektivitas kerja pegawai di lingkup Dinas Tenaga Kerja Kota

    Makassar.

    Walaupun demikian, berdasarkan wawancara dengan kelima informan

    dari pengguna layanan, tidak satu pun dari mereka yang diberikan kuesioner

    tersebut. Sehingga peneliti dapat simpulkan bahwa pemberian kuesioner

    sebagai instrument penilaian kinerja tidak dilakukan setiap saat.

    8. Visi, Misi, dan Motto Pelayanan

    Indikator dari visi, misi dan motto pelayanan yang diteliti adalah

    ketersediaan visi dan misi pelayanan dan indikator ketersediaan motto

    pelayanan.

    Tabel 11

    Hasil Observasi

    NO SUB VARIABEL

    PENELITIAN

    KOMPONEN INDIKATOR CEKLIST

    (

    )

    NILAI

    BOBOT

    8 Visi, Misi dan MotoPelayanan

    1) Ketersediaan Visi dan MisiPelayanan

    2

    2) Ketersediaan Motto Pelayanan 2

    Sumber: Data Primer, diolah tahun 2015.

    Visi Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar adalah Mewujudkan

    Ketenagakerjaan yang Mandiri, Berdaya Saing, Harmonis, dan Sejahtera

    untuk Semua

    Adapun misi dari Dinas Tenaga Kerja Kota Makassar adalah: (1)

    Meningkatkan peluang kesempatan kerja, perluasan lapangan kerja dan

    penempatan tenaga kerja yang didikung oleh sistem pelatihan kerja sehingga

    terwujud tenaga kerja yang mandiri dan berdaya saing. (2) Terciptanya

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    66/80

    65

    hubungan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan, bertanggungjawab

    dan berkelanjutan. (3) Terwujudnya kepastian hukum dengan melaksanakan

    pembinaan, pengawasan dan perlindungan terhadap norma

    ketenagakerjaan.

    Visi menggambarkan kondisi di masa depan yang ingin dicapai.

    Pernyataan visi yang bagus akan menginspirasikan dan menantang, serta

    sangat penting bagi setiap pegawai yang bertugas untuk memberikan

    pelayanan yang terbaik kepada pengguna layanan.

    Sedangkan misi merupaan sebuah ekspresi dan ambisi untuk

    mengembangkan organisasi. Pernyataan misi yang efektif adalah

    mendefinisikan kinerja dari tiap grup kecil dalam organisasi. Pernyataan misi

    tersebut akan membuat para pegawai memahami tujuan mereka. Oleh sebab

    itu, misi akan sangat berguna dalam mengembangkan organisasi, yaitu: (a)

    memberikan arah; (b) memfokuskan langkah-langkah yang akan dilakukan;

    (c) objek, target dan program organisasi dirancang berdasarkan misi yang

    sudah dibentuk; (d) membantu pegawai pada tingkat apapun untuk mengerti

    arah mana yang harus diambil; dan (e) membimbing aksi dalam berbagai

    tingkat.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    67/80

    66

    Gambar 12

    Visi dan Misi

    Sumber: Data Primer 2015

    Adapun motto pelayanan digunakan sebagai semboyan bagi instansi

    untuk memberikan semangat kepada pegawai yang bertugas untuk

    memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, ketersediaan motto

    pelayanan juga merupakan komitmen yang ingin diwujudkan dalam

    pelayanan dan suasana yang ingin dihadirkan dalam memberikan pelayanan

    terhadap masyarakata.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    68/80

    67

    Gambar 13

    Motto Pelayanan

    Sumber: Data Primer 2015

    Dari gambar motto pelayanan di atas, dapat diketahui bahwa prinsip

    utama dalam melayani adalah Sombere (Bahasa Makassar), yang dalam

    Bahasa Indonesia berarti ramah. Diharapkan penyedia layanan dapat

    memberikan layanan dengan baik dan penuh keramahan bagi masyarakat

    pengguna layanan.

    Untuk sub variable Visi Misi dan Motto pelayanan, mendapatkan skor

    maksimal yaitu 4.

    9. Atribut

    Indikator yang dikaji adalah ketersediaan Petugas Penyelenggaraan

    menggunakan ID card. Nilai maksimal untuk diperoleh adalah 2,5.

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    69/80

    68

    Tabel 12

    Hasil Observasi

    NO SUB VARIABEL

    PENELITIAN KOMPONEN INDIKATOR

    CEKLIST

    (

    )

    NILAI

    BOBOT

    9 Atribut Ketersediaan PetugasPenyelenggaran menggunakan IDCard

    2

    Sumber: Data Primer, diolah tahun 2015.

    Tabel tersebut memperlihatkan indikator ketersediaan penyelenggara

    menggunakan ID card. Namun karena petugas tidak memiliki papan nama

    pada meja pelayanan yang memungkinkan pengguna layanan mudah melihat

    walaupun jauh nama pemberi layanan yang akan, sedang maupun telah

    melayaninya, sehingga bobot yang diberikan adalah tidak maksimal, yaitu 2.

    Gambar 14

    Petugas dengan ID Card

    Sumber: Data Primer 2015

  • 7/26/2019 Reformasi Penyelenggaraan Pelayanan Administratif Disnaker Kota Makassar.pdf

    70/80

    69

    Gambar tersebut memperlihatkan bahwa petugas telah menggunakan

    seragam lengkap beserta ID card namun tidak dilengkapi dengan papan

    nama pada meja pelayanan.

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil penelitian, maka berikut ini ditampilkan susunan

    rekapitulasi dari akumulasi hasil observasi terhadap unit yang telah dianalisis:

    Tabel 13

    Rekapitulasi Hasil Observasi

    NO SUB VARIABEL

    PENELITIAN KOMPONEN INDIKATOR

    CEKLIST

    (

    )

    NILAI

    BOBOT

    1 Standar Pelayanan 1) Persyaratan 6

    2) Sistem, Mekanisme, dan Prosedur 0

    3) Produk Pelayanan 6

    4) Jangka Waktu Penyelesaian 0

    5) Biaya/Tarif 12

    2 Maklumat Pelayanan Ketersediaan Maklumat Pe