reformasi pelayanan perizinan kota surakarta

Upload: jmustain

Post on 14-Oct-2015

55 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • DDAATTAABBAASSEE GGOOOODD PPRRAACCTTIICCEE

    Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta

    Sektor Ekonomi

    Sub-sektor Penyederhanaan Perizinan

    Provinsi Jawa Tengah

    Kota/Kabupaten Surakarta

    Institusi Pelaksana Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu

    Kategori Institusi Pemerintah Kota

    Penghargaan BKPM Invesment Award Kategori: Penyelenggara PTSP di Bidang Penanaman

    Modal Kota Terbaik Tahun: 2011

    Kontak Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Komplek Balaikota Jl. Jendral Sudirman No. 2 Surakarta. Telepon: (0271) 653693, 642020 Psw. 324, 325, Fax: (0271) 644308

    Mitra Gesellschaft fr Technische Zusammenarbeit (GTZ)

    Peneliti Gek Sintha Mas Jasmin Wika ([email protected]) Rosvita Walanda Sitorus ([email protected])

    Mengapa program/kebijakan tersebut muncul?

    Pelayanan perizinan yang lama, berbelit-belit, serta rentan pungutan liar.

    Apa tujuan program/kebijakan tersebut?

    Untuk menciptakan proses pelayanan perizinan yang cepat, efisien dan transparan.

    Bagaimana gagasan tersebut bekerja?

    Dengan membentuk sistem pelayanan perizinan satu pintu (One Stop Service-OSS) dan mendelegasikan kewenangan penerbitan izin dari walikota ke instansi (SKPD) yang dibentuk untuk menerbitkan izin.

    Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat?

    Walikota Surakarta Joko Widodo

    Initiatives for Governance Innovation merupakan

    wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya

    mewujudkan tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat

    ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni

    FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP

    UNAIR, DAN FISIP UNHAS.

    Sekretriat Fakultas Ilmu Sosial

    dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada

    Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur Yogyakarta 55281

    email: [email protected]

    igi.fisipol.ugm.ac.id

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 2 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Apa perubahan utama yang dihasilkan?

    Pelayanan perizinan yang lebih cepat, praktis, efisien dan transparan, serta pendapatan daerah yang meningkat.

    Siapa yang paling memperoleh manfaat?

    Masyarakat dan pelaku usaha di Surakarta

    Deskripsi Ringkas

    Reformasi pelayanan perizinan di Surakarta muncul karena kondisi pelayanan publik terutama sistem pelayanan perizinan yang ada pada waktu itu masih dianggap tidak efisien, berbelit-belit dan memakan waktu yang lama, serta tidak adanya transparansi biaya yang harus dikeluarkan oleh pemohon izin. Sementara proses perizinan yang cepat, praktis dan efisien sangat dibutuhkan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan meningkatkan perekonomian daerah. Terutama untuk daerah seperti kota Surakarta yang bertumpu pada sektor perdagangan dan jasa yang membutuhkan banyak investasi dari para pelaku usaha. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk membuat proses pelayanan perizinan menjadi lebih cepat, efisien dan transparan sehingga memudahkan masyarakat serta pelaku usaha untuk mengurus perizinan di Surakarta. Hal ini diharapkan dapat mendorong berkembangnya iklim usaha yang semakin baik dan meningkatkan pendapatan pemerintah daerah. Kebijakan untuk memperbaiki sistem pelayanan perizinan di Surakarta ini dijalankan dengan merubah sistem pelayanan perizinan yang awalnya berbentuk satu atap menjadi satu pintu (One Stop Service OSS) dan memberikan pelimpahan wewenang secara bertahap kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) (sekarang menjadi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) yang diatur dalam Peraturan Walikota No.13 Tahun 2005 mengenai pelimpahan sebagian kewenangan walikota kepada koordinator UPT, lalu Peraturan Walikota Surakarta Nomor 2 Tahun 2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Surakarta Nomor 13 Tahun 2005 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Walikota

    Kepada Koordinator Unit Pelayanan untuk menambah jumlah perizinan yang bisa diterbitkan oleh UPT. Kemudian meningkatkan bentuk lembaga dan wewenang UPT menjadi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) yang didasari oleh Perda No. 6 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Selanjutnya pemerintah kota Surakarta menggabungkan KPPT dengan Kantor Penanaman Modal (KPM) menjadi BPMPT yang didasari oleh Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota. Inisiator dari kebijakan perubahan ini adalah walikota Surakarta Joko Widodo (2005-sekarang) dengan melibatkan segenap satuan kerja perangkat dinas (SKPD) yang terkait dengan proses perizinan di lingkungan pemerintah kota Surakarta. Upaya perubahan ini menghasilkan sistem proses pelayanan perizinan yang lebih mudah, praktis dan dengan kepastian waktu dan biaya yang lebih transparan yang diiringi dengan peningkatan jumlah masyarakat dan pelaku usaha yang mengurus izin. Perubahan ini juga berdampak positif terhadap pendapatan daerah Surakarta. Manfaat dari kebijakan yang dilakukan pemerintah kota Surakarta terhadap sistem perizinan ini dirasakan langsung oleh masyarakat dan pelaku usaha di Surakarta. Terbukti dengan meningkatnya jumlah pemohon izin dan kepuasan yang disampaikan oleh masyarakat Surakarta sendiri yang menunjukkan apresiasi yang baik terhadap perubahan ini

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 3 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Rincian Inovasi

    I. Latar Belakang

    Letaknya yang strategis berada di tengah pulau

    Jawa, di antara Semarang dan Yogyakarta

    memudahkan pengembangan pembangunan dan

    perekonomian Surakarta. Namun, keuntungan

    berada di wilayah strategis tidak otomatis

    menyebabkan Surakarta menjadi kota dengan

    pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Karena

    sempitnya wilayah, daerah ini sangat minim

    sumber daya alam. Ruang yang sempit juga

    membuat pemkot Surakarta harus cermat dalam

    mendesain rencana tata ruang kota agar potensi

    utama Surakarta yang berasal dari sektor

    perdagangan dan jasa tetap bisa berjalan seiring

    dengan konsep tata kota, terutama karena

    Surakarta kaya akan unsur budaya dan tradisi

    Jawa, di kota ini terdapat banyak peninggalan

    sejarah dan budaya yang harus dilestarikan.

    Sektor perdagangan mendominasi

    perekonomian Surakarta sebesar 25.72 persen

    dan sektor jasa sebesar 13.72 persen. Jumlah

    tersebut semakin meningkat dari tahun 2001

    sampai tahun 2011 (BPS Surakarta, 2011).

    Penerapan kebijakan publik yang tepat sasaran

    dan memberikan manfaat pada masyarakat

    harus diterapkan oleh pemkot Surakarta untuk

    mencapai pertumbuhan ekonomi yang

    berkesinambungan. Penciptaan iklim investasi

    yang lebih kondusif dapat dilakukan dengan

    meningkatkan daya saing ekonomi. Reformasi

    kebijakan usaha berbentuk inovasi pelayanan

    publik dan penyelenggaraan pemerintahan

    dapat mempermudah proses pendirian usaha,

    mendorong investasi dan meningkatkan

    penciptaan lapangan kerja.

    Dalam upaya penciptaan iklim usaha yang lebih

    kondusif, pemerintah pusat telah menerbitkan

    UU RI No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

    Modal dan PP No. 27 Tahun 2009 mengenai

    pelayanan Satu Pintu di bidang penanaman

    modal, pemda didorong untuk menciptakan

    iklim usaha melalui penyederhanaan perizinan

    usaha. Respon positif diberikan oleh Walikota

    Surakarta Joko Widodo dengan menerbitkan

    beberapa perda yang kemudian merubah bentuk

    sistem perizinan di Surakarta hingga sekarang

    ini.

    Keseriusan pemkot Surakarta dalam usaha

    perbaikan iklim usaha dan investasi semakin

    terlihat nyata melalui Rencana Pembangunan

    Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota

    Surakarta 2010-2015, salah satu misinya adalah

    penciptaan iklim investasi. Langkah perbaikan

    iklim investasi antara lain: (i) perbaikan sistem

    informasi dan penyederhanaan prosedur

    investasi, (ii) memberikan jaminan kepastian

    hukum dalam pelayanan investasi dan (iii)

    peningkatan pelayanan perizinan investasi.

    Kondisi sebelum ditetapkannya sistem

    perizinan satu pintu (saat itu masih sistem satu

    atap yang mengantikan sistem perizinan

    fungsional) masih ditandai dengan (i) prosedur

    perizinan yang berbelit-belit (pengurusan

    perizinan harus melalui SKPD terkait dengan

    SOP yang kurang jelas), (ii) biaya yang tinggi

    (biaya pengurusan perizinan tidak

    diinformasikan secara transparan) dan (iii)

    jangka waktu yang panjang (rata-rata

    pengurusan perizinan memerlukan waktu satu

    sampai tiga bulan), Pengurusan izin yang

    berbelit-belit ini dapat dilihat dari proses yang

    harus dilalui untuk mengurus suatu izin dalam

    sistem perizinan satu atap, seperti skema di

    bawah ini yang dijelaskan oleh kepala KPPT

    Totok Amanto pada 2009 (Myrna Nurbarani,

    2009).

    Gambar 1 memperlihatkan mekanisme proses

    pengurusan izin yang cukup kompleks.

    Pemohon izin yang sama harus melewati tiga

    proses pengurusan izin yang berbeda, misalnya

    pengurusan IMB, SIUP dan HO harus melalui

    instansi yang berbeda dengan syarat dan

    pengisian formulir yang berbeda. Hal ini akan

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 4 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    menyebabkan kurang efisiennya proses

    pengurusan izin dan terkesan berbelit-belit.

    Dengan sistem semacam ini, masyarakat

    Surakarta jadi enggan untuk mengurus izin ke

    UPT, karena tidak mau berurusan dengan

    prosedur birokrasi yang berbelit-belit. Namun

    setelah sistem satu atap ini digantikan oleh

    sistem satu pintu, masih menurut kepala KPPT

    Totok Amanto, terdapat peningkatan jumlah

    pengurusan izin sekitar 40 persen, yang dapat

    mengindikasikan bahwa masyarakat Surakarta

    cukup mengapresiasi sistem satu pintu yang

    baru ini (Myrna Nurbarani, 2009).

    II. Inisiasi Dari Walikota Surakarta

    Seperti yang terjadi di beberapa daerah lain,

    contohnya kabupaten Sragen dan Kubu Raya,

    pemimpin daerahlah yang biasanya menjadi

    inisiator bagi inovasi pelayanan publik di

    daerah. Di Surakarta, yang menjadi inisiator

    perubahan bagi pelayanan publik adalah

    Walikota Joko Widodo yang pertama kali

    terpilih pada 2005 dengan perolehan suara 37%

    untuk masa jabatan lima tahun 2005-2010 dan

    kemudian kembali terpilih untuk periode kedua

    untuk masa jabatan 2010-2015 dengan suara

    mayoritas.

    Nilai positif dari pemerintahan Walikota Joko

    Widodo adalah dia memiliki visi dan misi yang

    jelas mengenai rencana-rencana pembangunan

    di Surakarta, visi dan misi nya ini kemudian

    benar-benar diimplementasikan dalam

    kebijakan-kebijakannya secara konsisten.

    Dengan misi pemerintahan yang di antaranya

    adalah mengembangkan dan meningkatkan

    ekonomi kerakyatan melalui pengembangan

    sektor riil, pemberdayaan usaha mikro, kecil,

    menengah dan koperasi (UMKMK) dengan

    fasilitasi kredit, kemudian meningkatkan akses

    ke lapangan kerja dengan menitikberatkan pada

    menciptakan wirausahawan-wirausahawan baru

    melalui bantuan permodalan, membangun

    jejaring pemasaran produk dan menciptakan

    iklim investasi yang kondusif (Kota Ramah

    Investasi ), Joko Widodo kemudian mendukung

    misinya ini dengan membuat urusan perizinan

    menjadi semakin mudah dan cepat agar

    mendorong tumbuhnya dunia usaha di

    Surakarta.

    Dengan latar belakangnya sebagai pengusaha,

    Gambar 1. Mekanisme Proses Perizinan Satu Atap Kota Surakarta

    Sumber: Myrna Nurbarani, 2009

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 5 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Walikota Joko Widodo sadar bahwa untuk

    meningkatkan minat investasi di Surakarta

    adalah dengan mempermudah proses

    pengurusan perizinan, sementara yang terjadi

    selama ini adalah proses pengurusan izin yang

    berbelit-belit, waktu pengurusan yang lama dan

    kadang tanpa ada kepastian waktu yang jelas,

    tidak transparan, banyaknya pungutan dan lain-

    lain, sehingga banyak masyarakat dan pelaku

    usaha yang enggan untuk mengurus izin,

    mendirikan usaha dan berinvestasi di Surakarta.

    Selain itu keputusan pemberian beberapa

    perizinan juga banyak yang terpusat pada

    kewenangan walikota, sehingga proses

    pemberian izin bisa memakan waktu yang lama.

    Walikota Joko Widodo berinisiatif untuk

    meningkatkan pelayanan pemerintah daerah

    dalam pengurusan perizinan agar pelayanan

    yang diberikan sama seperti pelayanan di sektor

    swasta yang berorientasi pada kepuasan

    pelanggan (customer oriented). Pendelegasian

    kewenangan merupakan salah satu cara

    Walikota Joko Widodo untuk memperingkas

    proses perizinan. Kewenangan pemberian

    keputusan perizinan lalu banyak dilimpahkan

    kepada UPT agar tidak terjadi sentralisasi

    kewenangan yang membuat proses perizinan

    menjadi tidak efisien dan lama. Pelimpahan

    kewenangan ini dilakukan secara bertahap,

    pemkot Surakarta fokus pada izin yang

    memiliki rentetan koordinasi dengan izin

    lainnya.

    Dari gagasan dan keinginan Walikota Joko

    Widodo yang menghendaki pengurusan

    perizinan yang lebih sederhana dan efisien,

    diikuti dengan pelimpahan wewenang yang

    sudah ada payung hukumnya, UPT pada waktu

    itu (sekarang BPMPT) langsung menanggapi

    dengan membuat program-program kerja dan

    mendesain konsep manajemen yang baru di

    tubuh internal mereka untuk dapat

    mewujudkan gagasan tersebut.

    Pada masa awal perubahan-perubahan di bidang

    perizinan yang dilakukan oleh Walikota Joko

    Widodo, UPT Satu pintu atau OSS sempat

    mendapat pendampingan dari lembaga

    kerjasama teknis GTZ Jerman, yang memang

    bekerjasama dengan pemerintah provinsi Jawa

    Tengah untuk meningkatkan dan

    mengembangkan ekonomi regional Jawa

    Tengah. GTZ sebagai motivator, memberikan

    berbagai fasilitasi misal untuk studi banding,

    pelatihan dll, untuk membentuk OSS yang ideal

    bagi Surakarta.

    Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh

    pemerintahan Walikota Joko Widodo ini

    awalnya tidak selalu mendapat dukungan positif

    dari internal pemkot Surakarta. Pada awal

    perubahan ini dijalankan, muncul resistensi dari

    dinas-dinas di pemkot Surakarta, ada

    kekhawatiran dari dinas-dinas terkait jika

    kewenangan satuan kerja perangkat dinas

    (SKPD) dialihkan ke UPT maka dinas-dinas ini

    akan kehilangan wewenang ataupun bidang

    kerja mereka. Resistensi ini juga muncul karena

    biasanya pengurusan perizinan merupakan salah

    satu sumber pemasukan bagi oknum-oknum

    aparat yang memanfaatkannya untuk

    kepentingan pribadi. Namun resistensi dari

    SKPD ini bisa diatasi dengan sistem koordinasi

    yang diterapkan dalam pemberian suatu izin,

    bahwa memang pengurusan izin dipusatkan

    pada UPT, namun tetap harus mendapatkan

    rekomendasi dari SKPD terkait, sehingga

    SKPD-SKPD tadi tidak kehilangan tupoksinya

    (tugas pokok dan fungsi). Menurut hasil

    wawancara dengan Kabid Informasi, Pengaduan

    dan Data BPMPT Surakarta, Seksio Heryanto,

    resistensi ini sudah tidak ada lagi ketika UPT

    berubah bentuk menjadi KPPT.

    Selain itu mutasi dan perubahan struktur jabatan

    internal yang dilaksanakan pemerintahan Joko

    Widodo untuk meningkatkan kinerja pemkot,

    telah mengubah comfort zone sebagian pejabat

    daerah. Budaya kerja dalam birokrasi

    pemerintah kota Surakarta juga menjadi kendala

    dalam perubahan yang dijalankan Walikota

    Joko Widodo, para aparatur negara ini belum

    mengimplementasikan tugas mereka sebagai

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 6 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    pelayan masyarakat. Namun Walikota Joko

    Widodo tetap dengan tegas dan konsisten

    melaksanakan kebijakan-kebijakan

    reformasinya di lingkungan pemkot Surakarta.

    Dengan perolehan suara mayoritas pada periode

    masa jabatan yang kedua, Walikota Joko

    Widodo otomatis mendapat banyak dukungan

    baik itu secara politik maupun dari masyarakat

    yang telah merasakan dampak langsung dari

    kebijakan Walikota Joko Widodo, sehingga

    lebih mudah bagi pemerintahan Joko Widodo

    untuk terus menjalankan kebijakan rencana-

    rencana pembangunannya di Surakarta.

    III. Implementasi

    Sejak masa jabatannya yang pertama, pada

    Desember 2005, Joko Widodo telah melakukan

    upaya perubahan dalam pelayanan publik

    dengan memangkas sejumlah prosedur birokrasi

    di bidang perizinan. UPT satu atap yang sudah

    ada sebelumnya, dirubah menjadi UPT satu

    pintu (One Stop Service ) karena dianggap

    masih kurang efisien dan efektif. Dengan

    adanya Peraturan Walikota No.13 Tahun 2005

    mengenai pelimpahan sebagian kewenangan

    walikota kepada koordinator UPT, maka UPT

    memiliki kewenangan untuk menerbitkan izin

    yang awalnya harus diterbitkan lewat

    persetujuan walikota, namun tetap dengan

    rekomendasi dari unit pelaksana teknis terkait.

    Perubahan-perubahan ini dilakukan untuk

    meningkatkan kinerja pelayanan perizinan di

    Surakarta. Dalam UPT bentuk baru ini,

    manajemennya pun mengalami perombakan

    dengan harapan agar dapat mencapai kualitas

    kerja birokrasi yang lebih baik dalam

    memberikan pelayanan publik. Pengurusan

    perizinan lewat UPT satu pintu dibuat lebih

    transparan, tidak berbelit-belit dan lebih efisien.

    Ada standar operasional prosedur (SOP) yang

    jelas mengenai lama waktu pengurusan suatu

    izin, persyaratan yang harus dilengkapi serta

    biaya yang harus dikeluarkan para pemohon.

    Perizinan yang awalnya harus diurus ke SKPD

    masing-masing, bisa diurus lewat UPT.

    Meski awalnya hanya ada 11 jenis perizinan

    yang bisa diterbitkan oleh UPT , dengan

    meningkatnya jumlah permohonan izin selama

    dua tahun sejak UPT satu pintu terbentuk, pada

    2007 jenis perizinan yang bisa diterbitkan oleh

    UPT ditambah lagi. Berdasarkan Peraturan

    Walikota Surakarta Nomor 2 Tahun 2007

    tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan

    Walikota Surakarta Nomor 13 Tahun 2005

    tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan

    Walikota Kepada Koordinator Unit Pelayanan,

    maka UPT memiliki kewenangan untuk

    menerbitkan 21 jenis perizinan.

    Pada tahun 2009, UPT satu pintu ini kemudian

    dirubah lagi menjadi KPPT yang mempunyai

    wewenang sendiri, tidak lagi berada di bawah

    Bagian Organisasi Pemerintah Kota Surakarta.

    UPT yang dulunya hanya dipimpin oleh seorang

    koordinator, ketika menjadi KPPT berubah

    menjadi kantor yang dipimpin oleh seorang

    kepala kantor.

    Untuk semakin mempermudah masuknya

    investasi, pemerintah Surakarta mengeluarkan

    Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14

    Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan

    Daerah Kota Surakarta Nomor 6 tahun 2008

    Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat

    Daerah Kota, yang menggabungkan KPPT dan

    KPM menjadi BPMPT. Seperti dikutip dari

    Tempo.co1 menurut kepala BPMPT Puja

    Hariyanto, dengan menjadi satu kantor,

    pelayanan kepada calon investor bisa lebih

    cepat. Lewat BPMPT ada sekitar 30 jenis

    perizinan yang bisa diterbitkan, mulai dari IMB

    sampai, izin HO, hingga tanda daftar

    perusahaan. Masih menurut kepala BPMPT,

    pihaknya dapat menjamin pelayanan perizinan

    yang lebih cepat dari patokan waktu yang sudah

    1 Solo Stop Pembangunan Mal, diakses dari

    http://www.tempo.co/read/news/2012/01/10/090376383/Solo-Stop-Pembangunan-Mall

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 7 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    ada sebelumnya yaitu maksimal 6 hari kerja.

    Satu permohonan izin dapat disetujui pada hari

    yang sama, jika kelengkapan persyaratannya

    sudah terpenuhi.

    BPMPT dalam melaksanakan tugasnya

    dipimpin oleh seorang kepala badan yang

    berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

    kepada walikota melalui sekretaris daerah.

    BPMPT mempunyai tugas melaksanakan

    penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah

    di bidang penanaman modal dan pelayanan

    perizinan.

    Proses sistem perizinan Satu Pintu (One Stop

    Service) kota Surakarta dapat digambarkan

    sebagai gambar 2.

    Gambar 2. Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu

    IMB+SIUP+HO = 1 waktu + 1 Syarat + 3 Biaya Sumber: KPPT Surakarta, 2010

    Tabel 1. Jenis Pelayanan Perizinan di BPMPT Kota Surakarta

    No. Jenis Perizinan Lama Baru Retribusi

    1 Izin Mendirikan Bangunan

    (IMB)

    90 hari 6 hari 1.75% dari nilai bangunan

    2 Izin Gangguan Tempat Usaha

    (HO)

    30 hari 6 hari Relatif terhadap tempat dan

    jangka waktu

    3 SIUP (Surat Izin Usaha

    Perdagangan)

    14 hari 3 hari Rp0

    4 SIUI (Surat Izin Usaha

    Industri)

    14 hari 6 hari Rp0

    5 TDP (Tanda Daftar

    Perusahaan)

    14 hari 1 hari Rp0

    6 TDG (Tanda Daftar Gudang) 14 hari 5 hari Rp0

    7 Izin Pemasangan Reklame 7 hari 1 jam Relatif terhadap ukuran dan

    jenis reklame

    8 Izin Usaha Hotel 1 bulan 6 hari Rp0

    9 Izin Pondok Wisata 1 bulan 5 hari Rp0

    10 Izin Usaha Restauran 1 bulan 5 hari Rp0

    11 Izin Usaha Rumah Makan 1 bulan 5 hari Rp0

    12 Izin Gedung Pertemuan 1 bulan 5 hari Rp0

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 8 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Umum

    13 Izin Jasa Biro Perjalanan

    Wisata

    1 bulan 5 hari Rp0

    14 Izin Jasa Pemandu Wisata 1 bulan 5 hari Rp0

    15 Izin Impresariat 1 bulan 5 hari Rp0

    16 Izin Jasa Informasi

    Pariwisata

    1 bulan 5 hari Rp0

    17 Izin Jasa Konvensi 1 bulan 5 hari Rp0

    18 *Izin Pemanfaatan Ruang

    (IPR)

    - 2 hari Rp0

    19 *Izin Penggantian Biaya

    Cetak Peta

    - 4 hari Komersial: 0.75% dari NJOP

    PBB tanah saat ini x luas

    tanah; Non Komersial: 0.50%

    dari NJOP PBB tanah saat itu

    x luas

    20 *Izin Lokasi - 6 hari Rp0

    21 *Izin Usaha Perdagangan

    Minuman Beralkohol (IUP-

    MB)

    - 4 hari Rp0

    22 *Tanda Pendaftaran Waralaba

    (TPW)

    - 3 hari Rp0

    23 *Tanda Usaha Pusat

    Perbelanjaan (IUPP)

    - 3 hari Rp0

    24 *Izin Usaha Toko Modern

    (IUTM)

    - 3 hari Rp0

    25 *Izin Usaha Jasa Konstruksi

    (IUJK)

    - 6 hari Rp0

    26 *Izin Usaha Jasa Angkutan - 6 hari Rp0

    27 *Izin Usaha Sekolah

    Mengemudi

    - 6 hari Rp0

    28 *Izin Usaha Bengkel Umum - 6 hari Rp0 Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012

    *Perizinan yang baru diterbitkan

    Tabel 2. Jenis Non Perizinan BPMPT Kota Surakarta

    No. Jenis Non Perizinan Durasi Waktu Retribusi

    1 Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

    Kota Surakarta (PKMS) 1 hari Rp1,000

    2

    Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota

    Surakarta (BPMKS) 1 hari Rp0

    Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012

    Pemanfaatan Teknologi Informasi

    Lingkungan BPMPT Surakarta telah

    menggunakan sistem teknologi informasi (IT)

    yang terkomputerisasi dalam proses

    pengarsipan dan penyimpanan data, diharapkan

    dengan memanfaatkan sistem IT maka kinerja

    yang dihasilkan akan lebih efisien, lebih cepat

    dan praktis, akan memudahkan para staf

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 9 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    BPMPT dan para customer. Kantor BPMPT

    juga sudah dilengkapi fasilitas anjungan

    informasi mandiri dengan teknologi touch

    screen, yang dapat digunakan para pemohon

    untuk mengakses informasi dari BPMPT. Agar

    dapat mengikuti perkembangan kemajuan

    teknologi dan dapat mengaplikasikan sistem IT

    yang terus dikembangkan dalam BPMPT, para

    stafnya diikutkan dalam pelatihan-pelatihan

    agar dapat memfungsikan teknologi IT yang ada

    secara maksimal.

    Pada tanggal 18/10/2011 KPPT(sekarang

    BPMPT) Surakarta mengujicobakan layanan

    short message service (sms) gateway yang

    merupakan sistem pelayanan informasi lewat

    sms, aplikasi berbasis web ini bisa

    dimanfaatkan dengan mengirim sms ke nomor

    08139191000, sehingga para pemohon izin

    dapat mengakses informasi mengenai status

    perizinan, mengecek sejauh mana proses

    perizinan yang diajukannya , menanyakan

    kelengkapan persyaratan dll. Lewat layanan

    sms ini, masyarakat juga dapat memberikan

    kritik dan saran mengenai layanan KPPT. Dana

    APBD yang disiapkan untuk program layanan

    ini sebesar Rp. 76 juta.

    Layanan sms ini merupakan langkah awal dari

    pemberian kemudahan akses informasi bagi

    para pemohon izin sebelum diterapkannya

    sistem pelayanan informasi dan perizinan

    investasi secara online. Layanan sms ini akan

    tetap ada meskipun nantinya layanan online

    sudah berjalan.

    Dengan terbentuknya BPMPT pada 2011,

    rencananya pada tahun 2012 ini pelayanan

    informasi dan perizinan investasi akan

    dijalankan secara online. Hal ini merupakan

    bagian dari penghargaan yang diberikan Badan

    Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kepada

    Surakarta pada 2011 sebagai salah satu kota

    terbaik untuk investasi. Sebagai persiapan untuk

    program layanan online tersebut, KPPT

    Surakarta mengirimkan stafnya untuk

    mengikuti pelatihan di BKPM.

    Perekrutan staf KPPT (sekarang BPMPT) pun

    awalnya dipilih dari calon PNS (CPNS) atau

    PNS yang baru bekerja maksimal selama 2

    tahun di SKPD asal, dengan pendidikan

    minimal Sarjana Muda, hal ini dimaksudkan

    agar calon-calon yang terpilih ini dapat mudah

    diberikan penanaman budaya kerja yang baru.

    Untuk menciptakan budaya kerja yang tidak

    khas PNS, di awal perekrutan calon staf KPPT semua calon diberikan pelatihan keahlian

    dan kepribadian selama tiga bulan, di mana

    dalam pelatihan tersebut ditanamkan budaya

    kerja yang berorientasi pada pelayanan.

    Diharapkan dengan pelatihan semacam ini,

    KPPT dapat memberikan citra pelayanan yang

    prima dan ramah bagi masyarakat.

    Semua calon ini kemudian diseleksi agar

    mendapatkan staf KPPT yang terbaik. Supaya

    semua staf dapat memberikan kinerja yang

    optimal, mereka diberikan pelatihan-pelatihan

    khusus sesuai kebutuhan, seperti pelatihan

    bahasa Inggris dan komputer. Sebagai upaya

    untuk pemerataan keahlian para stafnya, rutin

    dilakukan semacam pergantian giliran tugas

    kerja, agar para staf dapat menguasai jenis tugas

    yang lainnya juga. Para staf ini juga memakai

    seragam yang berbeda dari seragam PNS biasa,

    mereka memakai seragam layaknya staf

    pelayanan di sektor swasta.

    Kendala

    Untuk perizinan yang memerlukan survei

    lapangan, masih ditemui kendala terbatasnya

    personil dan sarana pendukung, sementara

    untuk mempercepat terbitnya izin harus

    dilakukan juga perbaikan terhadap kendala-

    kendala tersebut.

    Meski sudah mulai menggunakan sistem

    pengarsipan SiMardi, yaitu suatu program yang

    berfungsi untuk mengolah data dinamis yang

    dapat mempermudah proses perekaman dan

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 10 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    penelusuran data arsip di BPMPT, sampai Mei

    2012, masih banyak berkas perizinan yang

    belum diproses dan dimasukkan dalam sistem

    data SiMardi perizinan karena load kerja dan

    jumlah SDM yang belum sesuai. Untuk proses

    pengarsipan ini pihak BPMPT bekerjasama

    dengan Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah

    Kota Surakarta yang memberikan bantuan

    teknis kepada pelaksana BPMPT agar penataan

    arsip perizinan dapat dilakukan sesuai standar

    pengarsipan.2

    Saat ini ada kendala untuk tempat penyimpanan

    berkas perizinan yang berupa loker-loker

    penyimpanan masih terbatas, belum tersedia

    fasilitas penyimpanan arsip yang memadai

    seiring dengan semakin banyaknya berkas

    perizinan yang masuk. Sampai saat ini berkas-

    berkas yang telah terdata hanya dimasukkan ke

    dalam kotak-kotak penyimpanan. Infrastuktur

    yang masih kurang ini diatasi dengan

    pembangunan gedung baru bagi BPMPT yang

    sedang berlangsung, yang lokasinya masih

    berada di dalam kompleks Balaikota Surakarta .

    Sosialisasi ke masyarakat sudah dianggap

    efektif karena sudah banyak masyarakat

    Surakarta yang mengetahui kemudahan

    perizinan yang ada, hanya saja dari sisi

    masyarakat masih ada saja paradigma yang

    berakar seperti tidak mau repot-repot berurusan

    dengan birokrasi, meskipun prosedur

    pengurusan perizinan telah dipermudah, mereka

    lebih memilih untuk mengeluarkan uang lebih

    dengan menggunakan jasa calo atau biro jasa

    daripada harus mengurus secara langsung ke

    BPMPT. Padahal partisipasi dan pengawasan

    masyarakat (Wasmas) sangat diharapkan dalam

    perbaikan BPMPT ke depannya, karena

    Wasmas lewat pengaduan, kritik dan saran yang

    disampaikan ke BPMPT merupakan salah satu

    cara evaluasi melihat kinerja BPMPT di

    samping pengawasan melekat (Waskat) yang

    2 Membenahi Arsip Perizinan BPMPT diakses dari

    http://arpusda.surakarta.go.id/sistem-jaringan-kearsipan

    dijalankan internal BPMPT dan evaluasi yang

    dilakukan oleh pihak pemerintah sendiri.

    IV. Dampak Substantif a. Dampak Langsung. Dampak langsung yang dirasakan masyarakat

    Surakarta dengan adanya perubahan sistem

    perizinan menjadi Satu Pintu adalah kemudahan

    pengurusan perizinan yang seluruhnya berada di

    bawah satu pintu. Kemudahan pengurusan izin

    ini dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.

    Hal ini terbukti melalui peningkatan sejumlah

    pengurusan izin. Tahun 2006 merupakan awal

    penerapan sistem perizinan Satu Pintu namun

    masih berbentuk UPT. Di tahun pertama

    penerapan tersebut ditandai dengan beberapa

    peningkatan jumlah pemohon izin.

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 11 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Grafik 1. Peningkatan Jumlah Pemohon Izin di Kota Surakarta Tahun 2005-2006

    Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012

    Grafik 1 menunjukkan peningkatan jumlah

    pemohon dari beberapa jenis perizinan di

    Surakarta selama 2005 (sistem Satu Atap) dan

    2006 (sistem Satu Pintu), antara lain: (i)

    kenaikan 149.31 persen pada SIUP; (ii)

    kenaikan yang signifikan pada TDP sebesar

    236.57 persen; (iii) peningkatan HO sebesar

    18.87 persen; (iv) peningkatan IPB sebesar

    166.25 persen; (v) peningkatan SIUI sebesar

    73.40 persen dan (vi) peningkatan sebesar 31.13 persen pada izin reklame. Jumlah pemohon izin secara lebih detail dari 2006-2011

    di Surakarta dapat dilihat pada tabel 3.

    Tabel 3. Jumlah Pemohon Izin di BPMPT Kota Surakarta Tahun 2006-2011

    0

    500

    1.000

    1.500

    2.000

    2.500

    3.000

    SIUP TDP HO IPB SIUI Reklame

    1.022

    782996

    32694

    2.155

    2.548 2.632

    1.184

    868

    163

    2.826

    2005

    2006

    No Jenis Perizinan Tahun

    2006 2007 2008 2009 2010 2011

    1 TDP (Tanda Daftar Perusahaan) 2,632 1,369 1,510 1,428 1,616 1,673

    2 TDG (Tanda Daftar Gudang) 30 24 24 64 42 21

    3 SIUI (Surat Izin Usaha Industri) 163 149 157 169 254 178

    4 SIUP (Surat Izin Usaha

    Perdagangan)

    2,548 1,484 1,752 1,798 1,926 1,744

    5 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 1,137 1,136 1,320 1,202 1,130 1,321

    6 **IPB (Izin Penggunaan

    Bangunan)

    868 1,056 1,431 1,264 627 -

    7 **AP (Advise Planning) 236 198 257 261 262 -

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 12 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012 Keterangan: *Terdiri atas Jasa Biro Perjalanan, Jasa Pemandu Wisata, Jasa Impresariat, Jasa Informasi

    Pariwisata, Jasa Konvensi, Hotel, Pondok Wisata, Restoran, Rumah Makan, Gedung Pertemuan Umum;

    **IPB dan AP tidak diterbitkan lagi oleh BPMPT

    Perubahan status kelembagaan UPT menjadi

    KPPT pada 2009 juga berdampak pada

    peningkatan jumlah pedagang yang

    memperoleh izin usaha. Tabel 3 menunjukkan

    bahwa jumlah pedagang setiap tahunnya hampir

    selalu meningkat sejak 2006 sampai 2010.

    Pasca terbentuknya KPPT pada 2009, jumlah

    pedagang yang memperoleh izin usaha baru

    meningkat sebesar 28.03 persen dan jumlah

    TDP baru melonjak sebesar 18.05 persen pada

    2010.

    Grafik 2. Jumlah Pedagang yang Mendapatkan Izin di Kota Surakarta Tahun 2006-2010

    8 Izin Gangguan Tempat Usaha

    (HO)

    1,184 1,137 1,498 1,365 1,479 1,460

    9 *Jasa Pariwisata - 38 77 123 116 97

    10 Izin Usaha Jasa Konstruksi

    (IUJK)

    - - - - 40 104

    11 Izin Pemasangan Reklame 2,826 3,429 2,962 2,441 1,992 1,776

    12 Izin Pemanfaatan Ruang (IPR) - - - - - 437

    13 Izin Penggantian Biaya Cetak

    Peta

    - - - - - 385

    14 Izin Lokasi - - - - - 1

    15 Izin Usaha Perdagangan

    Minuman Beralkohol (IUP-MB)

    - - - - - 4

    16 Tanda Pendaftaran Waralaba

    (TPW)

    - - - - - -

    17 Tanda Usaha Pusat Perbelanjaan

    (IUPP)

    - - - - - -

    18 Izin Usaha Toko Modern (IUTM) - - - - - -

    19 Izin Usaha Jasa Konstruksi

    (IUJK)

    - - - - - 104

    20 Izin Usaha Jasa Angkutan - - - - - 8

    21 Izin Usaha Sekolah Mengemudi - - - - - -

    22 Izin Usaha Bengkel Umum - - - - - 10

    23 Bantuan Pendidikan Masyarakat

    Kota Surakarta (BPMKS)

    - - - - - 76,807

    24 Pemeliharaan Kesehatan

    Masyarakat Kota Surakarta

    (PKMS)

    - - 139,085 98,789 108,222 97,840

    Total 11,624 10,020 150,073 108,904 117,444 117,706

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 13 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Sumber: BPS Surakarta, 2011 Keterangan: Jumlah dagang diatas terdiri dari pedagang yang baru mendaftarkan izin usahanya dan

    pedagang yang memperpanjang izin usaha.

    b. Dampak Kelembagaan

    Perubahan di tubuh lembaga perizinan

    Surakarta telah membuat nilai-nilai dan etos

    kerja sebagai abdi masyarakat tertanam dengan

    baik di lingkungan staf BPMPT. Menurut Kabid

    Informasi, Pengaduan dan Data BPMPT

    Surakarta, Seksio Heryanto, manajemen dan

    sistem di BPMPT saat ini sudah tertata dengan

    baik. Berbagai penghargaan yang diterima

    pemkot Solo di bidang perizinan semakin

    menambah kebanggaan bagi seluruh staf,

    sehingga semakin terdorong untuk

    berkomitmen menjaga dan meningkatkan

    kinerja BPMPT. Pihaknya optimis bahwa

    BPMPT akan dapat terus bertahan dan

    menunjukkan kinerja yang semakin baik lagi,

    meskipun bisa saja bentuknya akan berubah lagi

    di kemudian hari mengingat perubahan bentuk

    badan dan lembaga di lingkungan pemerintahan

    adalah hal yang biasa terjadi.

    c. Dampak Sistemik Iklim investasi yang semakin baik berdampak

    pada jumlah investor yang masuk dan

    menanamkan modalnya di Surakarta. Hal

    tersebut akan mendorong peningkatan investasi,

    jumlah lapangan kerja dan penyerapan tenaga

    kerja; serta peningkatan PAD. Berikut adalah

    nilai investasi di Surakarta.

    Grafik 3. Nilai Investasi Kota Surakarta (dalam Triliun Rupiah)

    1.143

    1.475

    17231886

    0

    200

    400

    600

    800

    1.000

    1.200

    1.400

    1.600

    1.800

    2.000

    2006 2008 2009 2010

    Jumlah Pedagang

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 14 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012

    Dalam kurun waktu 2009-2011, investasi

    Surakarta secara umum meningkat signifikan.

    Pertumbuhan investasi di Surakarta dari 2009

    sampai 2011 sebesar 53.82 persen. Terdapat

    empat kategori pelaku usaha di Surakarta yaitu

    usaha mikro, kecil, menengah dan besar.

    Masing-masing jenis usaha tersebut

    menyumbang nilai investasi yang beragam pada

    2011.

    Diagram 1. Perbandingan Jenis Investasi Kota Surakarta Tahun 2011

    (dalam Miliar Rupiah)

    1,31

    1,792,01

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    2009 2010 2011

    Nilai Investasi

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 15 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012

    Investasi terbesar Surakarta berasal dari usaha

    besar dan diikuti oleh usaha menengah, kecil

    dan mikro. Nilai investasi usaha besar

    menyumbang sebesar 76.34 persen dari total

    investasi Surakarta sedangkan nilai investasi

    usaha kecil dan mikro hanya sebesar 9.18

    persen. Meskipun usaha mikro dan kecil

    memberikan kontribusi yang paling kecil dalam

    hal nilai investasi tetapi menyumbang jumlah

    penyerapan tenaga kerja paling besar

    dibandingkan dengan jenis usaha lainnya. Hal

    ini dapat dibuktikan dengan jumlah penyerapan

    tenaga kerja paling besar berasal dari usaha

    mikro dan kecil yaitu sebesar 47.15 persen pada

    2009 dan 47.32 persen pada 2010 (BPS

    Surakarta, 2012).

    Tabel 4. Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Surakarta

    Tahun 2009 dan 2010

    No Jenis Usaha Unit Usaha Tenaga Kerja

    2009 2010 2009 2010

    1 Besar 53 55 8,893 9,143

    2 Menengah 100 106 7,957 8,159

    3 Kecil 1,310 1,437 26,656 27,363

    4 Non Formal 4,449 4,509 13,032 13,152

    Total 5,912 6,107 56,538 57,817 Data: BPS Surakarta, 2011

    Pertumbuhan unit usaha selama 2009 sampai

    2010 sebesar 3.29 persen dan pertumbuhan

    penyerapan tenaga kerja pada periode yang

    sama sebesar 2.26 persen. Perkembangan

    tersebut disertai dengan peningkatan PAD.

    Pada 2001 di mana sistem perizinan masih

    berbentuk UPT satu atap, PAD Surakarta hanya

    sebesar Rp35,852 juta dan pada 2006 saat

    sistem perizinan telah berubah menjadi sistem

    satu pintu, PAD meningkat menjadi Rp78,637

    juta atau meningkat sebesar 119.3 persen dari

    2001. Setelah UPT berubah menjadi KPPT pada

    2008, PAD Surakarta meningkat tajam menjadi

    Rp101,972 juta dan Rp 113,946 juta secara

    berturut-turut pada 2009 dan 2010.

    12,85 172,33

    291,93

    1.539,91

    Usaha Mikro

    Usaha Kecil

    Usaha Menengah

    Usaha Besar

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 16 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Grafik 4. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta (dalam juta)

    BPS Kota Surakarta, 2011.

    Selain peningkatan jumlah perizinan dan PAD,

    indikator umum yang digunakan untuk

    mengevaluasi dampak suatu kegiatan/kebijakan

    yang terkait perekonomian adalah pertumbuhan

    ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat

    diproksikan dengan pertumbuhan PDB dalam

    skala nasional dan PDRB dalam skala regional.

    Berikut ini perkembangan pertumbuhan

    ekonomi dan PDRB Surakarta.

    Grafik 5. Pertumbuhan Perekonomian dan Perkembangan PDRB Kota Surakarta

    Sumber: BPS Surakarta, 2012

    Sebelum penerapan sistem Satu Pintu,

    pertumbuhan ekonomi Surakarta tahun 2005

    sebesar 5.15 persen. Pertumbuhan ekonomi

    tahun 2005 menurun dibandingkan tahun 2004

    66.086

    78.637

    89.430102.929

    101.972

    113.946

    0

    20.000

    40.000

    60.000

    80.000

    100.000

    120.000

    2005 2006 2007 2008 2009 2010

    PAD

    0

    2.000.000

    4.000.000

    6.000.000

    8.000.000

    10.000.000

    12.000.000

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    20

    00

    20

    01

    20

    02

    20

    03

    20

    04

    20

    05

    20

    06

    20

    07

    20

    08

    20

    09

    20

    10

    20

    11

    Pertumbuhan Ekonomi (%)

    PDRB (Juta Rp)

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 17 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    dan 2003. Salah satu faktor penurunan tersebut

    adalah kebijakan pemerintah pusat untuk

    mengurangi subsidi BBM. Namun, setelah 2005

    pertumbuhan ekonomi Surakarta mengalami

    trend peningkatan. Pada Desember 2008 status

    kelembagaan UPT diubah dan ditingkatkan

    menjadi KPPT. Setahun setelah perubahan

    tersebut ditandai dengan peningkatan

    pertumbuhan ekonomi Surakarta menjadi

    sebesar 5.9 persen dan semakin meningkat pada

    2011 menjadi 6.17 persen. PDRB Surakarta

    meningkat setiap tahunnya dari 2001 sampai

    2011 dan mencapai Rp10.5 triliun pada 2011.

    Perubahan sistem Satu Atap menjadi sistem

    Satu Pintu memiliki andil yang cukup besar

    dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi

    tersebut.

    V. Institusionalisasi dan Tantangan

    Proses institusionalisasi BPMPT kota Surakarta

    dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu:

    a. Penguatan Pola Pelayanan dan Sistem Kelembagaan:

    Penguatan pola pelayanan yang

    dilakukan kota Surakarta telah mempuh

    tiga fase pelayanan yaitu pelayanan

    fungsional, Satu Atap dan Satu Pintu (One

    Stop Service). Sebelum tahun 1998 pola

    pelayanan perizinan Surakarta masih

    bersistem fungsional di mana pelayanan

    yang diberikan oleh suatu instansi daerah

    sesuai dengan tugas, fungsi dan

    wewenangnya. Pola pelayanan fungsional

    berubah menjadi pola pelayanan Satu Atap

    dengan bentuk lembaga UPT. UPT tersebut

    melayani proses pendaftaran namun proses

    penyelesaian dan penerbitan izin dilakukan

    oleh masing-masing SKPD.

    Guna mempermudah prosedur

    perizinan, mempersingkat waktu proses

    perizinan dan meminimalkan biaya, maka

    pada 7 Desember 2005 sistem pelayanan

    Satu Atap diubah menjadi Satu Pintu

    berdasarkan Peraturan Walikota No.13

    Tahun 2005 mengenai pelimpahan

    sebagian kewenangan walikota kepada

    koordinator UPT, maka UPT memiliki

    kewenangan untuk menerbitkan izin yang

    awalnya harus diterbitkan lewat

    persetujuan walikota. Peraturan tersebut

    memperluas cakupan wewenang UPT

    meliputi pendaftaran, proses penyelesaian

    dan penerbitan izin dengan 19 jenis

    perizinan dan 3 non perizinan.

    Pengembangan kembali dilakukan melalui

    perubahan dan peningkatan bentuk

    kelembagaan yang mulanya berbentuk unit

    menjadi kantor sehingga UPT pun berubah

    menjadi KPPT. Perubahan tersebut

    berdasarkan Perda No. 6 Tahun 2008

    Tentang Organisasi dan Tata Kerja

    Perangkat Daerah Kota Surakarta.

    Peningkatan status kelembagaan bertujuan

    agar lembaga ini memiliki kewenangan

    yang lebih besar. Dengan status KPPT,

    proses perizinan tidak lagi harus melalui

    pimpinan di instansi teknisnya atau melalui

    Sekretariat Daerah. Kepala KPPT dapat

    langsung memberikan persetujuan terhadap

    suatu perizinan, meski tetap dengan

    rekomendasi dari unit pelaksana teknis.

    Pengembangan terakhir yang dilakukan

    adalah menggabungkan KPM dan KPPT

    pada 2012, penggabungan dua lembaga

    tersebut melahirkan BPMPT. Penggabungan

    kedua lembaga tersebut didasari oleh

    Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14

    Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas

    Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6

    tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata

    Kerja Perangkat Daerah Kota. BPMPT ini

    diharapkan mampu menarik minat penanam

    modal dan investor domestik maupun

    internasional karena pelayanan kepada

    investor akan semakin cepat dan efisien.

    b. Peningkatan Kinerja Peningkatan status kelembagaan maupun

    pola pelayanan juga disertai dengan

    peningkatan kinerja dan manajemen

    pelayanan perizinan di Surakarta. Jika pada

    bentuk UPT dengan sistem Satu Atap jenis

    perizinan yang diterbitkan hanya 11 buah

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 18 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    namun dalam bentuk UPT dengan sistem

    Satu Pintu penerbitan jenis izin bertambah

    menjadi 21 buah, ketika telah berbentuk

    BPMPT kembali bertambah menjadi 28

    jenis perizinan ditambah 2 non perizinan.

    Terdapat standar operasional prosedur

    (SOP) yang lebih jelas mengenai proses

    perizinan, jangka waktu pengurusan dan

    biaya yang dikenakan. Pengurusan

    perizinan dibuat sesederhana mungkin

    dengan persyaratan yang jelas dan tidak

    berbelit-belit. Biaya pengurusan perizinan

    diinformasikan secara transparan melalui

    website resmi dan pusat informasi BPMPT.

    Durasi waktu pelayanan perizinan pun telah

    diinformasikan secara detail dan tidak

    menempuh waktu yang lama.

    Peningkatan SDM juga menjadi perhatian

    khusus pemkot Surakarta. Seperti yang

    dipaparkan dalam bagian implementasi, staf

    KPPT (sekarang BPMPT) merupakan hasil

    perekrutan khusus yang juga telah mendapat

    serangkaian pelatihan dan penanaman etos

    kerja. Peningkatan kinerja BPMPT juga

    ditingkatkan melalui penggunaan sistem

    informasi teknologi yang lebih canggih.

    Tantangan

    Ketika pertama kali melakukan reformasi di

    bidang perizinan, sosialisasi kepada masyarakat

    gencar dilakukan, lewat iklan-iklan di spanduk

    dan radio, penyuluhan ke lingkungan kelurahan

    hingga ke tingkat RT, karena sekarang

    masyarakat Surakarta dianggap sudah banyak

    yang mengetahui kemudahan perizinan, saat ini

    sosialisasi hanya dilakukan lewat penyuluhan di

    lingkungan masyarakat. Sekarang yang menjadi

    tantangan adalah sosialisasi kepada masyarakat

    di luar Surakarta, khususnya para investor dan

    pengusaha.

    Tantangan lainnya adalah bagaimana untuk

    terus mempertahankan sistem dan kebijakan

    yang telah ada saat ini. Gagasan penyederhaan

    perizinan, sistem dan kebijakan yang ditetapkan

    berasal dari Walikota Joko Widodo.

    Kekhawatiran yang timbul adalah sistem dan

    kebijakan tersebut hanya bersifat sementara dan

    akan berubah seiring dengan pergantian

    walikota. Pengurus dan staf BPMPT Surakarta

    harus memiliki komitmen dan integritas yang

    kuat untuk meneruskan sistem pelayanan

    perizinan yang ada sekarang ini walaupun

    terjadi pergantian walikota. Peran serta

    masyarakat dalam pengawasan sistem

    pelayanan praktis diperlukan untuk menjaga

    keberlangsungan BPMPT kota Surakarta agar

    tetap sederhana, transparan dan semakin

    optimal setiap tahunnya.

    Menurut Kabid Informasi, Pengaduan dan Data

    BPMPT Surakarta Seksio Heryanto, rencananya

    nanti BPMPT akan menangani 100 perizinan,

    tinggal menunggu SK pendelegasian dari dinas

    terkait. Hal ini tentunya menuntut kinerja yang

    semakin baik dari BPMPT. Manajemen BPMPT

    harus pintar memobilisasi SDM yang ada,

    memanfaatkan sistem teknologi informasi

    semaksimal mungkin agar kinerjanya efektif

    dan efisien. Karena itu juga BPMPT Surakarta

    saat ini sedang mempelajari kemungkinan

    penerapan e-document yang rencananya akan

    mulai diterapkan pada 2014. Hanya saja

    penerapan sistem e-document yang semakin

    canggih ini, harus juga diimbangi dengan

    kesiapan masyarakat untuk dapat

    memanfaatkan sistem IT secara maksimal.

    VI. Lesson Learned dan Catatan Kritis

    Beberapa hal yang menjadi faktor kunci

    keberhasilan reformasi pelayanan perizinan di

    Surakarta adalah sebagai berikut :

    a. Leadership Surakarta memiliki pemimpin daerah

    yang mempunyai visi dan misi yang

    jelas mengenai apa yang akan dijalankan

    pemerintahannya guna membangun dan

    memperbaiki kondisi di daerah. Dengan

    program yang jelas dan komitmen yang

    konsisten dari pemimpin daerah, akan

    mudah bagi instansi-instansi di

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 19 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    bawahnya untuk menyusun program

    kerja yang dapat membawa perubahan

    yang lebih baik lagi. Figur

    kepemimpinan seperti yang ditunjukkan

    Walikota Joko Widodo juga sangat

    diperlukan untuk mengontrol dan

    mengevaluasi kinerja dari instansi-

    instansi yang ada, agar kinerjanya tetap

    optimal dan terarah sehingga tujuan dari

    perubahan yang diinginkan dapat

    tercapai.

    b. Desentralisasi Kewenangan Dengan pendelegasian wewenang

    pemberian izin dari walikota kepada

    lembaga perizinan akan memudahkan

    lembaga perizinan untuk membuat

    prosedur pengurusan izin yang lebih

    singkat dan efisien karena wewenang

    pemberian izin tidak lagi terpusat pada

    walikota. Pendelegasian kewenangan ini

    dapat dilakukan secara bertahap, melihat

    kesiapan dari instansi dan kebutuhan

    yang ada di masyarakat.

    c. Komitmen Birokrasi Kunci sukses keberhasilan BPMPT

    Surakarta sampai saat ini adalah

    komitmen yang kuat dari kepala daerah

    dan seluruh unit kerja di BPMPT.

    Seperti yang diungkap oleh Kabid

    Informasi, Pengaduan dan Data BPMPT

    Surakarta, Seksio Heryanto, tanpa

    adanya komitmen yang kuat dari kepala

    daerah dan seluruh unit kerja maka

    proses pendelegasian tidak akan

    berlangsung dengan baik. Komitmen

    untuk memberikan pelayanan terbaik

    oleh instansi dan unit kerja terkait akan

    mempermudah koordinasi dalam

    penerbitan izin dan menghilangkan

    resistensi yang muncul akibat adanya

    kepentingan-kepentingan pribadi.

    Dengan komitmen ini pula, BPMPT

    Surakarta selalu berupaya untuk

    membuat inovasi dalam pelayanannya,

    mengembangkan sistem pelayanan

    informasi yang lebih canggih dan mudah

    diakses untuk semakin memudahkan

    masyarakat.

    VII. Peluang Replikasi

    Reformasi sistem layanan perizinan yang

    dijalankan di Surakarta dapat dipraktekkan di

    daerah lainnya di seluruh Indonesia. Komitmen

    yang kuat serta visi dan misi yang jelas dari

    pemimpin daerah merupakan salah satu syarat

    mutlak untuk bisa melaksanakan perubahan-

    perubahan di lingkungan birokrasi pemda,

    terutama untuk masalah perizinan yang

    biasanya menjadi lahan basah bagi banyak oknum aparat. Ketegasan pemimpin harus ada

    untuk mengatasi tarik menarik kepentingan dari

    instansi-instansi yang ada.

    Faktor dukungan secara politik juga dapat

    mempengaruhi konsistensi pemimpin daerah

    dalam melakukan perubahan, perlu adanya

    kerangka hukum yang jelas dalam usaha

    memperbaiki kualitas pelayanan perizinan,

    terutama menyangkut wewenang yang dimiliki

    oleh BPMPT. Konsistensi untuk melakukan

    perubahan ini juga harus terus dimiliki oleh

    pemimpin daerah yang menjabat berikutnya,

    karena jika suatu program perubahan dijalankan

    setengah-setengah, terutama karena adanya

    kepentingan politik, dapat menghambat

    program yang sudah berjalan.

    Bagi daerah yang akan membentuk badan

    pelayanan perizinan baru maka yang juga harus

    diperhatikan adalah pemilihan staf yang akan

    bertugas di BPMPT harus dilakukan lewat

    seleksi yang ketat, agar didapatkan staf yang

    bisa bekerja maksimal dan memberikan

    pelayanan prima. Penanaman etos kerja sebagai

    pelayan masyarakat juga perlu ditanamkan

    kepada para aparatur negara, sehingga dalam

    menjalankan pekerjaannya para aparatur negara

    dapat memahami benar apa kewajiban mereka.

    Karena Surakarta terletak di pulau Jawa yang

    yang indeks pembangunan manusianya sudah

    lebih tinggi dibanding daerah-daerah di luar

    Jawa, lebih mudah bagi pemerintah Surakarta

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 20 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    untuk mendapatkan SDM yang berpendidikan

    tinggi, sehingga untuk daerah lain harus juga

    memperhatikan kualitas dari SDM yang akan

    direkrut.

    Menurut pihak BPMPT Surakarta, pihaknya

    sudah sering menerima kunjungan dari pemda

    lain yang ingin belajar dari BPMPT Surakarta.

    Sudah tersedia paper bag yang berisi SOP

    pengurusan berbagai izin di Surakarta, SOT,

    perda yang memayungi BPMPT sekarang ini,

    promosi potensi Surakarta, dll. Hanya saja

    untuk memberikan pelatihan khusus bagi pemda

    yang ingin belajar, pihaknya belum siap karena

    kurangnya SDM.

    Referensi

    Badan Pusat Statistik Kota Surakarta 2011

    Badan Penanaman Modal dan Perizinan

    Terpadu Kota Surakarta 2012. Potensi dan Peluang Investasi Kota Surakarta.

    Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota

    Surakarta 2012. www.kppt.go.id

    Nurbarani, Myrna, 2009. Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Surakarta, Universitas Diponegoro, Semarang,

    Novitasari, Hariyanti, 2005. Perizinan Satu Atap Arus Investasi Lancar: Kiat Sukses

    Pengembangan KPT di Kabupaten

    Sragen. JICA. World Bank and IFC (International Finance

    Cooperation), 2012. Doing Business di

    Indonesia tahun 2012

    Internet

    http://arpusda.surakarta.go.id/sistem-jaringan-

    kearsipan

    http://www.harianjoglosemar.com/berita/utara-

    primadona-investasi-66592.html

    http://www.koranjitu.com/lifestyle/kotaku%20c

    intaku/pemkot%20surakarta/detail_berita.php?I

    D=3558

    http://www.tempo.co/read/news/2012/01/10/09

    0376383/Solo-Stop-Pembangunan-Mall

    Narasumber

    Budho Laksono, Sekretaris BPMPT Surakarta

    (Wawancara pukul 09.00, Tanggal 6 Agustus

    2012)

    Heri, Penyedia Jasa Pengurusan Izin

    (Wawancara pukul 11.30, Tanggal 6 Agustus

    2012)

    Kurniawan, Pemilik usaha kecil rental mobil di

    Kepatihan Wetan Surakarta (Wawancara pukul

    11.30, Tanggal 6 Agustus 2012)

    Seksio Heryanto, Kabid Informasi, Pengaduan

    dan Data BPMPT Surakarta (Wawancara pukul

    10.30, Tanggal 6 Agustus 2012)

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 21 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Lampiran

    Jumlah Penerbitan TDP menurut Badan Usaha di Kota Surakarta Tahun 2010

    No Jenis Pedagang Baru Perpanjangan Perubahan Total

    1 PT 102 132 6 228

    2 Koperasi 13 2 15

    3 CV 291 115 12 394

    4 Firma

    5 Perorangan 769 176 20 925

    6 Badan Usaha lain 28 12 2 38

    Total 1203 437 40 1600

    2009 1019 326 1345

    2008 945 287 133 1365

    2007 889

    2006 783 543 57 1383

    Sumber: BPS Surakarta, 2011

    Struktur Perekonomian Kota Surakarta

    Sektor 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

    Pertanian 0,07 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

    Pertambangan 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03

    Industri 28,10 26,42 25,11 24,34 23,27 21,98 20,93

    Listrik, Gas & Air 2,70 2,59 2,69 2,69 2,57 2,57 2,61

    Bangunan 12,68 12,89 13,07 13,38 14,44 14,80 14,49

    Perdagangan 22,96 23,82 24,35 24,78 25,12 25,04 25,72

    Angkutan,

    Komunikasi 10,83 11,52 11,78 11,61 11,20 11,11 11,13

    Keuangan 11,14 11,43 11,26 11,06 10,93 10,99 11,30

    Jasa-Jasa 11,48 11,23 11,64 12,04 12,38 13,42 13,73

    TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

    Sumber: BPS Surakarta 2011

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 22 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Foto Kantor BPMPT kota Surakarta

    Foto Suasana Pelayanan di dalam kantor BPMPT

    Foto Ruang Penyimpanan Arsip BPMPT

  • Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 23 http://igi.fisipol.ugm.ac.id

    Foto Anjungan Informasi Mandiri di Kantor BPMPT