reformasi dan inovasi pemerintah daerah
DESCRIPTION
Oleh Novi Hendra, S. IPTRANSCRIPT
Novi Hendra, S. IP
Oleh Novi Hendra
I. PENDAHULUAN
Saat ini Indonesia dihadapkan pada era globalisasi. Salah satu bentuknya terjadi bidang
ekonomi melalui Asian Free Trade Agreement (AFTA). Zona perdagangan bebas Asia
mempunyai dampak langsung terhadap dunia usaha dan tenaga kerja Indonesia yang harus
bersaing secara bebas dengan industri dan tenaga kerja dari negara-negara Asia yang relatif lebih
maju.
Ekonomi global dimasa depan dan otonomi daerah memungkinkan pemerintah daerah
untuk dapat menarik investor sebanyak-banyaknya. Perkembangan teknologi yang semakin
canggih dimasa depan memudahkan pemerintah daerah untuk menawarkan potensi daerah
kepada pihak investor. Bentuk kerja sama ekonomi antar pemerintah daerah dengan negara-
negara luar akan menjadi suatu yang umum. Kondisi tersebut mengharuskan pemerintah untuk
membuat suatu kebijakan serta strategi yang tepat dalam mempersiapkan industri dan tenaga
kerja yang kompetitif dan juga kondisi perekonomian yang kondusif sehingga dapat menarik
investor agar menanamkan investasi-nya di Indonesia.
Target pemerintah agar investasi di Indonesia meningkat yang dicanangkan pada masa
pemerintahan Presiden Megawati tidak tercapai. Penyebab tersbesar adalah tidak adanya
kepastian hukum, ekonomi biaya mahal dan birokrasi yang rumit. Tiga faktor ini dapat dikaitkan
langsung dengan kinerja staf di pemerintahan Indonesia. Antara lain lemahnya unsur penegak
hukum, longgarnya sistem pengawasan dan aturan-aturan yang tidak menunjang. Hal ini
diperburuk dengan staf yang tidak inovatif dan tidak berorientasi pada kepentingan rakyat, mulai
dari staf yang paling bawah sampai jajaran birokrat.
II. PEMBAHASAN
Kondisi staf pegawai pemerintah yang memiliki keahlian dan ditunjang dengan teknologi
yang cukup memadai ternyata tidak membawa perubahan besar dalam peningkatan kinerja
masyarakat. Hal ini disebabkan karena staf pegawai pemerintah yang bertugas tidak mempunyai
Novi Hendra, S. IP
etos kerja yang berorientasi untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Berikut aspek-aspek yang dibutuhkan untuk menuju staf paripurna berdasarkan kompetensi.
1. Pengetahuan untuk dapat melaksanakan tugasnya, seorang staf dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang memadai sesuai dengan tugas dan bidang pekerjaannya.
2. Keterampilan Merupakan kemampuan teknis yang harus dimiliki seorang staf. Sebagai
contoh, seorang arsiparis harus memiliki keterampilan pengarsipan dan pengoperasian
teknologi pendukung.
3. Sikap Merupakan kecenderungan untuk berperilaku. Seorang staf dituntut untuk bersikap
positif terhadap pekerjaan dan lingkungan pekerjaannya.
4. Nilai-nilai luhur Pemahaman dan implementasi terhadap nilai-nilai luhur. Adapun nilai-
nilai luhur tersebut diantaranya;
a) etika, sebagai prinsip dasar
b) integritas atau harga diri
c) tanggung jawab
d) taat hukum dan peraturan yang berlaku
e) hormat terhadap hak-hak orang lain
f) cinta pekerjaan
g) hidup sederhana
h) tekad untuk bekerja lebih baik
i) bekerja sesuai dengan tugas
Novi Hendra, S. IP
Ada 3 strategi pendekatan yang dapat dijadikan pedoman perwujudan staf paripurna.
a. Strategi Pendekatan Jangka Pendek
Pendekatan ini terutama dititikberatkan pada aspek moral. Aspek moral masih lemah
khususnya dikalangan staf pegawai pemerintah, hal ini ditunjukan dengan sikap staf yang lebih
mengutamakan keuntungan pribadi berupa materi dan kekuasaan, sehingga aspek-aspek
kompetensi yang sudah dimiliki tidak digunakan untuk meningkatkan kinerjanya.
Untuk membentuk seorang staf yang memiliki kejujuran dan kompetensi dapat dimulai
dari pembentukan moral pemimpin sehingga dapat mempengaruhi stafnya. Seperti diketahui
bahwa di Indonesia cenderung menganut faham paternalistik, dimana bawahan selalu mengikuti
apa yang dicontohkan dan diperintahkan oleh pemimpin. Aspek moral ini merupakan akar
permasalahan yang terjadi di dunia pemerintahan, sehingga langkah pertama yang harus
dilakukan adalah memperbaiki aspek moral. Melalui perbaikan aspek moral diharapkan akan
dapat mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan dalam pelaksanaan pemerintahan serta dapat
berpengaruh terhadap perbaikan kinerja pemerintahan secara keseluruhan.
Langkah konkret yang dilaksanakan berupa pembinaan keagamaan, kedisiplinan, sikap
dan mental yang dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan. Sebagai pendukungnya
dilakukan pula sistem insentif terhadap aparat yang berprestasi dan memiliki kinerja yang baik.
Untuk mendukung perbaikan aspek moral tersebut, diperlukan pula partisipasi masyarakat. Peran
masyarakat dalam hal ini adalah sebagai kontrol. Aspirasi masyarakat dapat disampaikan melalui
berbagai media baik itu berupa kotak saran yang disediakan disetiap kantor-kantor pemerintah,
surat pembaca di koran dan e-mail. Tempat-tempat yang memberikan pelayanan pada
masyarakat dapat menyediakan angket kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Selain itu perlu ditingkatkan pula pengawasan oleh masyarkat melalui lembaga swadaya
masyarakat dan organisasi masyarakat lainnya yang independen. Hal ini diharapkan dapat
memberikan pengawasan secara terus menerus terhadap kinerja pemerintah. Dengan adanya
perbaikan aspek moral yang didukung oleh pengawasan amsyarakat diharapkan terjadi perbaikan
dalam berbagai aspek dalam pelaksanaan kinerja pemerintah. Salah satu aspek yang juga penting
adalah aspek penegakan hukum. Ketika aparat pemerintah telah menerima pembinaan moral dan
Novi Hendra, S. IP
mendapatkan pengawasan yang ketat dari masyarakat, diharapkan akan tertanam kesadaran akan
pentingnya penegakan hukum.
b. Strategi Pendekatan Jangka Menengah
Setelah target nilai-nilai moral aparatur tercapai, kemampuan komunikasi harus
ditingkatkan. Baik komunikasi yang terjadi antar aparat, aparat dengan pimpinan, antar pimpinan
dan antar departemen. Untuk meningkatkan komunikasi antar departemen dapat mengikuti
contoh pada pegawai di kota Hampton Virginia, dimana mereka melakukan rotasi pegawai untuk
jangka waktu singkat de departemen lain, dengan tujuan agar mengenal langsung cara kerja
departemen lain dan meningkatkan saling pengertian antar departemen tersebut. Sehingga
diharapkan komunikasi antar departemen dapat berjalan dengan lancar. Dapat pula dilakukan
pelayanan satu atap untuk mempermudah pelayanan kepada masyarakat.
Untuk mempersiapkan aparatur pemerintah menghadapi dunia global, kemampuan
bahasa yang baik ditunjang dengan moral baik akan mempermudah jalinan kerja sama dengan
negara-negara lain. Bentuk komunikasi dimasa depan akan menggunakan bermacam format
elektronik disamping cara langsung bertatap muka. Strategi yang dilakukan adalah dengan
mewajibkan aparat pemerintah untuk mempelajari bahasa asing yang relevan dengan strategi
kerja sama global. Mereka juga dituntut untuk dapat memahami budaya asing sehingga mereka
dapat melihat potensi untuk kerja sama tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengadakan pelatihan bahasa asing bagi aparat pemerintah di instansi masing-masing.
c. Strategi Pendekatan Jangka Panjang
Teknologi informasi sekalipun penting dengan kondisi moral yang rendah menjadi tidak
efektif dan menghamburkan biaya. Hal ini ditunjukan pada beberapa instansi pemerintahan yang
telah mempunyai sistem teknologi informasi yang memadai menjadi tidak bermanfaat karena
staf tidak melaksanakan secara benar. Alasan utama yang melandasi hal ini adalah staf tidak
ingin kehilangan “pungutan” dari masyarakat yang membutuhkan pelayanan yang cepat.
Dimasa depan teknologi dan sistem informasi sangat memungkinkan untuk mempercepat proses
birokrasi dengan cara prosedur-prosedur yang menggunakan kertas akan dilakukan secara digital
(paperless).
Novi Hendra, S. IP
Sehingga kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi akibat keterlambatan atau
kurang lengkapnya persyaratan dapat dideteksi secara dini dan ditanggulangi secepatnya. Staf
yang bekerja pada kondisi seperti ini harus memiliki integritas moral, dan kemampuan
berkomunikasi yang sangat tinggi. Penggunaan teknologi harus didukung oleh nilai-nilai moral
karena akan sangat memungkinkan dilakukannya penyimpangan yang berakibat sangat luas.
Lemampuan komunikasi melalui format elektronik, video conference, e-mail merupakan satu hal
penting yang harus dimiliki staf pegawai pemerintah masa depan.
REFORMASI DAN INOVASI PEMDA DALAM PEMBANGUNAN
Implementasi desentralisasi di banyak daerah otonom kini tidak sepenuhnya bersifat
reaksioner. Beranjak dari pengalaman getir bahwa kebijakan otonomi daerah di Indonesia
diwarnai arogansi pemerintah daerah dalam membuat perda, tindakan eksploitatif terhadap
sumberdaya & stakeholders demi penimbunan PAD, serta ketimpangan antardaerah berdasarkan
polarisasi kaya-miskin, kini sedikit-banyak mulai memiliki alternatif bentuk aplikasi yang
terencana, inovatif, dan tentunya reformis. Jumlahnya tidak banyak, memang, tetapi taksiran
awal sebanyak hanya 5% dari seluruh kabupaten/ kota dan propinsi di Indonesia yang berinovasi
serta melaksanakan reformasi birokrasi dalam pemerintah daerahnya bisa menjadi bukti bahwa
otonomi daerah memiliki dampak positif dalam skala lokal, regional, dan nasional.
Pembangunan daerah tentu memiliki banyak aspek dan pekerjaan rumah yang menumpuk
sehingga sulit bagi pemerintah daerah jika harus menggarap semua aspek dan jenis
pembangunan. Untuk mengoptimalkan pembangunan daerahnya, pemerintah daerah mesti
mencari daya pengungkit (leverage) yang berujung pada penentuan skala prioritas. Keberhasilan
pembangunan daerah pada pokoknya menggunakan sejumlah pola leverage, yakni reformasi
birokrasi pemerintah daerah, perluasan akses pendidikan bagi masyarakat, peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat
Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah
Novi Hendra, S. IP
Reformasi birokrasi publik pada pemerintah daerah dilaksanakan tidak hanya mencakup
pembenahan—jika tidak disebut perombakan—struktural menuju perampingan ukuran dan
komponen birokrasi, sebagaimana diamanatkan dalam PP No. 8 Tahun 2003 (kini PP No. 41
Tahun 2007). Lebih dari itu, reformasi birokrasi publik juga mencakup perubahan secara gradual
terhadap nilai (public value) dan budaya aparat pemerintah daerah yang berimplikasi pada etos
kerja, kualitas pelayanan publik, hingga perubahan perilaku sebagai penguasa (ambtenaar)
menjadi pelayanan & pengayoman.
Pemerintah Kabupaten Sragen, misalnya, melakukan perombakan struktural dengan
penambahan satuan kerja adhoc. Kelembagaan satker adhoc ini tidak masuk ke dalam struktur
birokrasi pemda tetapi mengemban fungsi yang justru menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi
pemerintahan lainnya agar lebih optimal. Marketing Unit (MU) dibentuk Pemkab Sragen sebagai
unit fungsional yang bertugas dalam memasarkan potensi sumberdaya kompetitif, peluang
investasi, serta produk-produk unggulan kepada pihak-pihak di dalam dan luar Kabupaten
Sragen. Bentuk kelembagaan adhocracy unit fungsional ini tidak hanya menjadikan MU dapat
lincah dan leluasa bergerak dengan koordinasi langsung dengan Bupati/ Wakil Bupati tetapi juga
memenuhi ketentuan PP No. 8 Tahun 2003 yang lebih menekankan keterpenuhan fungsi
daripada pengayaan struktur birokrasi.
Lembaga adhoc lain yang dibentuk adalah Engineering Services ((ES) yang dibentuk
untuk membuat seluruh perencanaan yang bersifat konstruksi. Perencanaan berikut estimasi yang
dibuat oleh satker ini akan menyelaraskan kebutuhan biaya konstruksi dengan sumberdaya yang
harus dikeluarkan pada setiap proyek konstruksi. Cara kerja ini mirip sekali dengan Tim Owner
Estimate (OE) bentukan Pemkab Jembrana, Bali. Tim OE, melalui estimasi dan kalkulasi
matematis atas kebutuhan pekerjaan konstruksi, memberikan second opinion kepada Bupati
perihal kebutuhan yang sesungguhnya dari suatu pekerjaan konstruksi. Kerja kedua satker ini,
baik ES maupun OE, diarahkan pada minimasi praktek korupsi yang hamper menjadi keumuman
di banyak tempat terjadi dalam proyek-proyek konstruksi.
Reformasi struktural birokrasi pemda juga memiliki varian lain, yakni reengineering
process terhadap pelayanan publik. Reformasi ini menekankan pada rekayasa mekanisme
pelayanan publik yang dilekatkan dengan aspek struktural suatu birokrasi publik. Contoh nyata
Novi Hendra, S. IP
varian reformasi ini adalah pelayanan satu pintu (one stop service), tidak sekadar satu atap, untuk
melaksanakan pelayanan perizinan dan nonperizinan. Bentuk pelayanan ini baru bisa direkayasa
dengan restrukturisasi organ satuan kerja ke dalam satu Badan berikut pelimpahan kewenangan
padanya, dipadukan dengan penggunaan teknologi informasi intranet sebagai pewujudan e-
government dalam pengertian yang sebenarnya.
Sebagai contoh, Pemkab Kutai Timur membentuk Badan Sistem Informasi Manajemen
Pemerintahan Kabupaten (Badan Simpekab) yang melayani 42 jenis pelayanan. Dalam ragam
yang sama, Pemkab Sragen membentuk Badan Pelayanan Terpadu (BPT) yang melayani 62 jenis
pelayanan dengan batas waktu pelayanan maksimal 12 hari (khusus pelayanan IMB 15 hari).
Pengambil keputusan dalam pemberian izin tidak lagi bergantung pada Bupati tetapi telah
diserahkan kepada Kepala BPT. Kerja BPT ditunjang oleh teknologi informasi (TI),
menggunakan intranet dalam aplikasi Kantaya (Kantor Maya) yang secara resiprokal menjamin
pertukaran informasi secara efisien sekaligus mekanisme pengawasan secara transparan
antarsatker. Secara lebih luas Pemkab Sragen memanfaatkan TI dalam pengoperasian kerja
pemda sehingga tidak terbatas pada BPT. Keberadaan Badan pelayanan satu pintu semacam ini
memangkas kesemrawutan pengurusan izin di berbagai dinas sehingga pelayanan bisa
memanfaatkan waktu yang lebih singkat.
Perubahan struktural mesti diikuti oleh perubahan kultural, berupa internalisasi mindset
dan perilaku, serta revitalisasi etos kerja. Beranjak dari keinginan untuk melepaskan diri dari
budaya birokratis yang kaku, beberapa kepala daerah mengarahkan perubahan kultural menuju
corporate culture yang berlandaskan semangat kewirausahaan. Bupati Sragen, misalnya, selama
enam bulan pertama masa jabatannya secara rutin mengadakan pertemuan dengan kepala-kepala
satker untuk membicarakan persoalan masyarakat yang terakumulasi dan belum terselesaikan
untuk kemudian dipecahkan bersama saat pertemuan itu juga. Bupati juga mencanangkan nilai-
nilai publik di tengah-tengah jajaran birokrasi pemda berupa 5K: Komitmen, Konseptual,
Kontinu, Konsisten, dan konsekuen.
5K tidak sekadar dicanangkan tapi diintegraskan dalam mekanisme kerja harian, terutama
yang bersinggungan langsung dengan tupoksi Bupati/ Wakil Bupati. Pemkab Sragen juga
mengundang pelaku bisnis di perusahaan swasta untuk memberikan pelatihan perilaku organisasi
Novi Hendra, S. IP
bagi pegawai BPT agar mereka berperilaku dan bertindak selayaknya karyawan swasta yang
berorientasi pada kepuasan pengguna jasa (consumer, customer). Di samping itu, pelatihan ESQ
telah beberapa kali diselenggarakan.
Untuk menangani masalah-masalah psikologis pegawai, Pemkab Sragen membangun
Klinik Terapi Holistik yang menjadi pusat konsultasi dan penyelesaian problem personal
pegawai, baik psikologis, spiritual, dan medis. Klinik ini kemudian dikembangkan menjadi
Assessment Center yang menjalankan penilaian prestasi kerja secara terukur dan solutif dengan
pendekatan holistik tadi. Semangat keiwarusahaan dipompa melalui penyediaan professional fee
bagi para pegawai satker yang melakukan kegiatan-kegiatan produktif danmarketable.
Production training center (PTC) Garmen dan Meubel di Badan Diklat, Perangkat Pilkades
secara elektronik di Bag. Pemerintahan Umum Setda, aplikasi TI di Bag. Litbang & PDE Setda,
merupakan sedikit dari sekian banyak contoh satker yang bisa meraih profit dari program-
program kegiatannya.
Berbeda dengan Pemkab Sragen, Gubernur Gorontalo mengurangi mekanisme
honorarium sebagai cara pemberian insentif berbasis take-home pay. Sebagai gantinya, penilaian
kinerja pegawai dilakukan secara terukur berdasarkan produktivitas kerja sehingga diterapkan
insentif bagi pegawai yang tercatat berprestasi dalam aktivitas mereka. Di samping itu,
pengerjaan kegiatan-kegiatan Pemprov Gorontalo tidak lagi menggunakan sistem proyek. Setiap
elemen dalam satuan kerja telah memiliki pembagian tugasnya masing-masing dan bertindak
atas job specification yang telah dibagi itu. Inilah salah satu wujud penerapan anggaran berbasis
kinerja, pegawai dengan kinerja bagus akan mendapatkan insentif tersendiri. Di samping
menekankan anggaran berbasis kinerja dan efisiensi keuangan, transparansi dan akuntabilitas
Pemprov Gorontalo diwujudkan dengan pemuatan laporan keuangan yang spesifik di media
massa.
Cara berbeda diterapkan Walikota Tarakan. Pemkot Tarakan, Kalimantan Timur,
melakukan outsourcing SDM dari luar jajaran Pemkot untuk duduk menjabat sebagai kepala
satker tertentu. Kepala Bappeda Kota Tarakan bisa menjadi salah satu contoh. Target yang
hendak dicapai melalui cara ini adalah terjadinya transfer pengetahuan, budaya, cara berpikir,
dan cara kerja baru di lingkungan Pemkot. Pihak luar yang digandeng untuk ikut menjalankan
Novi Hendra, S. IP
roda pemerintahan daerah diasumsikan memiliki karakter yang masih segar dan belum
mengalami kontak asimilasi budaya dengan pegawai lama. Posisinya yang strategis
memudahkannya dalam mengambil keputusan sekaligus menjalankan peran pentng di
lingkungan satker tempat ia bertugas.
Langkah lain adalah dengan memangkas pengelolaan fungsi-fungsi yang bukan
merupakan pekerjaan pokok (core-business) pemkot. Pengelolaan pasar, melalui sistem tender
yang terbuka dan akuntabel, dikelola perusahaan swasta dengan regulasi tetap di tangan Pemkot
sehingga intervensi pengelolaan pasar dan pengelolaan keuangan oleh Pemkot melalui
Perusahaan Daerah (Perusda) menjadi berkurang. Hal ini di Tarakan diterapkan di Pasar Boom-
Panjang yang sekarang dikenal sebagai pasar dengan kreativitas penggalian potensi laba, bersih
dan apik, berbeda dengan kondisi pasar-pasar tradisional pada umumnya. Perusahaan swasta
dalam mengelola pasar hanya menggunakan setengah karyawannya, setengah kebutuhan jumlah
pengelola diambil dari kalangan pedagang pasar per blok.
Perluasan Akses Pendidikan bagi Masyarakat
Upaya memajukan dunia pendidikan merupakan investasi jangka panjang, jauh melebihi
usia tampuk pemerintahan seorang kepala daerah, bahkan hingga dua kali masa jabatannya.
Inilah yang menyebabkan tidak banyak kepala daerah menjejakkan program-programnya pada
sektor ini karena dalam kurun waktu periode kekuasaannya, hasilnya tidak langsung dirasakan,
pun bersifat intangible. Tidak banyak pula pemda yang menjadikan upaya peningkatan kualitas
pendidikan sebagai pengungkit utama dalam mencapai kemajuan daerah. Namun, yang menjadi
tren adalah mengasumsikan kegiatan penarikan investor dan pengembangan kegiatan-kegiatan
jasa sebagai pengungkit kemajuan daerah. Hal ini tidak sepenuhnya salah, memang, tetapi
memandang dunia pendidikan sebelah mata jelas bukan sikap yang bijak.
Ditengah-tengah menjamurnya tren tersebut, terdapat beberapa pemda yang concern
memajukan dunia pendidikan dengan memperluas akses pendidikan bagi masyarakat sekaligus
memperbaiki mutu keberlangsungannnya. Di Maluku Utara, Pemkab Halmahera Selatan dalam
dua tahun terakhir telah menerapkan pendidikan gratis agar program wajib belajar 12 tahun tidak
sekadar jargon. Pendidikan gratis bagi para siswa sekolah dasar hingga menengah atas berkenaan
Novi Hendra, S. IP
dengan keadilan antaretnis yang diharapkan berujung pada kebersamaan etnis. Jika pendidikan
gratis diterapkan untuk semua siswa, tidak akan ada kalangan etnis tertentu yang merasa
didiskriminasikan. Hal yang sama diterapkan di Kabupaten Kutai Timur dalam setahun terakhir.
Pemkab Kutai Timur menerapkan pembebasan biaya pendidikan dari SD hingga perguruan
tinggi, termasuk pungutan uang gedung, dan biaya ujian. Selain itu, pemkab juga memberikan
insentif tambahan bagi tenaga pendidik hingga Rp 1,5 juta. Ini semua soal concern pemda agar
tuntutan anggaran sebesar 20% dari APBD, selain dari APBN, terpenuhi secara riil.
Di Kabupaten Jembrana, Bali, concern terhadap dunia pendidikan telah dilakukan sejak
lama, lebih-kurang enam tahun berjalan. Untuk memajukan dunia pendidikan Pemkab Jembrana
menggunakan kebijakan-kebijakan jitu berdasarkan pelaku, program, dan sarana yang bermain di
sektor ini. Terhadap para siswa, Pemkab Jembrana menerapkan pendidikan gratis dari tingkat
pendidikan dasar hingga menengah (SMA) bagi mereka yang menempuh pendidikan di sekolah
negeri. Bagi yang bersekolah di swasta, Pemkab memberikan beasiswa bagi siswa tidak mampu.
Program ini untuk membuka kesempatan yang sama bagi seluruh warga masyarakat untuk
mengecap pendidikan. Bagi tenaga pendidik, insentif Rp 5.000,00/ jam mengajar dan tunjangan
Rp 1 juta setiap tahun merupakan instrumen pendorong semangat mengajar sekaligus membantu
memperbaiki kesejahteraan guru.
Namun, ini tidak melupakan upaya perbaikan infrastruktur pendidikan. Di saat banyak
sekolah di berbagai daerah mengalami kondisi fisik yang memperihatinkan, Pemkab Jembrana
justru melakukan perbaikan gedung dan sarana belajar-mengajar. Untuk mengoptimalkan fungsi
pendidikan yang tidak terperangkap pada rutinitas pengajaran, Pemkab Jembrana
menyelenggarakan Sekolah Kajian. Sekolah ini memadukan sistem pendidikan yang
diberlakukan di sejumlah sekolah, seperti SMA Taruna Nusantara, Pondok Pesantren, serta pola
pendidikan di sekolah-sekolah Jepang. Jadilah kemudian model sekolah ini berorientasi pada
pengembangan pendidikan secara lebih inovatif, muatan disiplin yang tinggi, pendidikan akhlak
secara intensif, keterampilan praktis, penguasaan IPTEK sejak dini, dan berwawasan global.
Secara praktis sekolah ini dilaksanakan dengan sistem asrama (boarding school) dengan konsep
full-day school dalam pengertian yang sebenarnya, ditandai dengan waktu belajar yang lebih
lama daripada sekolah-sekolah konvensional serta interaksi antara peserta didik dan pengasuh/
gurunya lebih intensif. Pilot project program ini adalah SMPN 4 Mendoyo dan SMAN 2 Negara.
Novi Hendra, S. IP
Berbeda dengan contoh di tiga kabupaten tadi, Pemkab Sragen tidak menerapkan
pendidikan gratis. Anggaran yang ada lebih banyak dialokasikan pada upaya peningkatan
kualitas keterampilan kerja masyarakat, baik untuk keperluan bersaing di dunia kerja maupun
modal nonfinansial dalam berwirausaha. Inilah yang dijalankan pemkab Sragen melalui program
pelatihan kerja masyarakat secara gratis dan swadana di Badan Diklat. Pendidikan dalam jalur
formal diasumsikan lebih banyak dititikberatkan pada pengasahan pengetahuan, sementara untuk
tetap survive di lapangan dibutuhkan lebih dari sekadar pengetahuan, yakni keahlian praktis,
pengalaman yang memadai, dan semangat berwirausaha.
Pemkot Tarakan juga tidak menerapkan pendidikan gratis. Jika di Halmahera Selatan pendidikan
gratis diarahkan untuk mencapai keadilan antaretnis, Pemkot Tarakan memandang pendidikan
gratis justru mengarah pada ketidakadilan berdasarkan stratifikasi sosial antara masyarakat
mampu dan kurang mampu. Sebagai gantinya, diselenggarakan subsidi silang antara siswa yang
mampu kepada siswa yang kurang mampu. Bentuk beasiswa yang diberikan pun terbagi atas dua
jenis: beasiswa tdak mampu dan beasiswa prestasi, serta dibagikan kepada para siswa di sekolah
negeri dan swasta.
Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat
Buruknya fasilitas dan pelayanan kesehatan masyarakat biasanya tercermin atas tiga hal.
Pertama, infrastruktur dan sarana penunjang yang tidak memadai, sebaliknya justru kumuh dan
tak terawat. Kedua, pelayanan kesehatan oleh tenaga medis dan ketersediaan obat-obatan.
Ketiga, biaya pelayanan kesehatan yang mahal. Pemkab Jembrana, Bali, menyelenggarakan
Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ) untuk mengatasi problem kesehatan masyarakat. Subsidi
bidang kesehatan semula diarahkan pada pengadaan obat-obatan di RSUD dan puskesmas sesuai
kebutuhan masyarakat.
Namun, subsidi ini kemudian dialihkan langsung kepada pengguna jasa kesehatan, yakni
masyarakat itu sendiri, dengan mekanisme asuransi jaminan kesehatan. Subsidi ini diberikan
dalam bentuk premi biaya rawat jalan tingkat pertama di unit-unit pelayanan kesehatan yang
telah melakukan kesepakatan dalam bentuk kontrak kerja dengan Badan Penyelenggara JKJ.
Karena subsidi untuk obat-obatan telah dialihkan ke premi asuransi JKJ, RSUD dan puskemas
Novi Hendra, S. IP
mesti mencari sendiri pembiayaan untuk pengadaannya. Peserta JKJ adalah seluruh masyarakat,
terutama masyarakat miskin dengan perolehan kartu keanggotaan JKJ yang bisa dipergunakan
untuk menjalani pengobatan rawat jalan di unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.
Di Halmahera Selatan, hal serupa dijalankan oleh pemkab melalui Badan Layanan Umum
Daerah yang bertanggung jawab langsung kepada Bupati. BLUD menyelenggarakan jaminan
kesehaan daerah dengan sistem iuran mirip dengan premi asuransi di Jembrana. Kesehatan gratis
diselenggarakan bagi seluruh masyarakat, terutama masyarakat miskin. Yang juga diprioritaskan
oleh pemkab adalah pembukaan unit-unit pelayanan kesehatan di seluruh pelosok wilayah
Halmahera Selatan. Hal ini menemukan urgensinya tersendiri mengingat Halmahera Selatan
terdiri atas daratan dan kepulauan. Namun, diproyeksikan ke depan, melalui iuran masyarakat
dalam jumlah yang terjangkau, Rp 5.000,00/ bulan, bagi tiap orang masyarakat bisa
mendapatkan layanan pengobatan.
Pembenahan Kelembagaan Birokrasi
Perubahan di daerah memang biasanya dimulai dengan pembenahan kelembagaan
birokrasi pemerintah daerah sebelum akhirnya merambah pada pembenahan di sektor lain,
misalnya peningakatan kualitas pendidikan dan perluasan akss masyarakat ke dalamnya,
peningkatan mutu kesehatan, penggalian potensi daerah untuk melakukan pembangunan berbasis
keunggulan lokal, penggalakan usaha-usaha di bidang jasa, dll. Beberapa penelitian hingga kini
masih menemukan bahwa perubahan-perubahan pada aparatur pemda masih terkait erat dengan
langgam keterikatan sistem yang diberlakukan secara birokratis. Belum ada penemuan mutakhir
bahwa perubahan tersebut mencakup perubahan secara ideologis dan paradigmatik, dua hal yang
justru menjadikan perubahan lebih permanen tanpa ketergantungan pada sistem dan figur kepala
daerah.
Hal yang sangat penting adalah penggunaan manajemen strategis dalam mengelola aparat
pemerintah daerah. Manajemen strategis, yang diarahkan dengan pemikiran yang strategis pula,
akan menjamin keberlangsungan pembangunan karena telah memperhitungkan keuntungan
sekaligus risiko di masa depan, jauh melampaui usia periode kepemimpinan seorang kepala
daerah. Di samping itu, manajemen strategis juga menjadikan pemda turut mencurahkan
Novi Hendra, S. IP
perhatian mereka pada sektor-sektor yang memberikan manfaat dalam jangka menengah dan
panjang, misalnya sektor pendidikan dan kesehatan. Namun, dari banyak penelitian di berbagai
daerah, peran kepala daerah sebagai inisiator reformasi dan inovasi pemda dalam pembangunan
regional merupakan faktor penting yang tak bsa ditawar kembali keberadaannya. Manajemen
strategis yang seharusnya dijalankan pemda bisa berjalan dengan pola pikir visioner kepala
daerah beserta aparaturnya agar fenomena Renstrada (rencana strategis daerah) yang kini hanya
menjadi dokumen bisu seakan tiada keharusan bagi pemda untuk menerapakannya tidak
berulang lagi di masa selanjutnya.
Tugas Pengganti UTS Mata Kuliah Manajemen Pemerintahan Daerah
REFORMASI DAN INOVASI PEMERINTAHAN DAERAH DALAM
PEMBANGUNAN
Oleh :
NOVI HENDRA
06193058
Novi Hendra, S. IP
JURUSAN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehinga saya dapat menyelesaikan tugas ini sebagai pengganti Ujian Tengah Semester untuk
memenuhi persyaratan mata kuliah Manajemen Pemerintahan Daerah Jurusan Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Padang.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan pengalaman dan ilmu pengetahuan dari Dosen-dosen serta informasi yang sangat
bermanfaat dari berbagai pihak. Dengan segala keterbatasan yang saya miliki, saya menyadari
bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya kritik dan saran untuk
kesempurnaan skripsi ini akan saya terima dengan lapang dada dan rasa hormat.
Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk ilmu pngetahuan dan sebagai bahan
bacaan bagi orang yang membutuhkan.
Padang, Juni2009
Novi Hendra 06193058
Novi Hendra, S. IP