refleksi kasus meli stase radiolgi
DESCRIPTION
Refleksi Kasus Meli Stase RadiolgITRANSCRIPT
STASE ILMU RADIOLOGI
REFLEKSI KASUS
OLEH :
Nama : Irna Meliya Wati
NIM : 0971215 / 12712339
Kepala SMF : dr.Ririn Agustina,Sp.Rad
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
RSUD DR.SAYIDIMAN MAGETAN
2014
Page 1
FORM REFLEKSI KASUSFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
___________________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : Irna Meliya Wati NIM: 12712339/09711215
Stase : Ilmu Radiologi
Identitas Pasien
Nama / Inisial : Ny.P No RM : 18-82-28
Umur : 44 tahun Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosis/ kasus : Efusi Pleura masif ec causa supek karsinoma paru
DD : Metastase
TBC
Pengambilan kasus pada minggu ke : II
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya
wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika Klinis/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek Psikologis
Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus
yang diambil ).
Pasien datang ke UGD pada tanggal 3 Maret 2014 dengan keluhan sesak nafas
kurang lebih 2 minggu yang hilang timbul. Saat ini sesak terasa lebih memberat dan
untuk menarik nafas terasa nyeri di dada kanan. pasien juga mengeluh mual, muntah
dan pusing. Riwayat HT (-) riwayat DM (-) riwayat Trauma (-)
Dari pemeriksaan fisik didapatkan
Ku : cukup
Kesadaran : compos mentis, E4V5M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 37,5 > C
Nadi : 60 x/menit
Kepala leher : Conjungtiva anemis -/-
Page 2
Sclera ikterik -/-
Thorax : I : Bareel chest (-) dada kiri dan kanan simetris
P: Gerakan nafas tidak simetris(kanan lebih lambat)
P: lapang paru kiri redup dan lapang paru kanan sonor
A: Suara jantung S1 dan S2 regular, Rhonki (+) di lapang paru
Kanan
Abdomen : I : bentuk abdomen datar
A: peristaltik (+) dan bising aorta (-)
P : Nyeri tekan (-)
P : timpani (+)
Ektermitas : dalam batas normal
Pemeriksaan laboratorium
GDS (N) : 171
Leukosit ↑ : 11,3
Lymph ↓ : 7
Hb (N) : 14.4
Trombosit (N) : 272
Eritrosit (N) : 4.97
Dari pemeriksaan foto thorax didapatkan :
Cor : Sulit di evaluasi, batas jaung kanan tertutup perselubungan
Aorta : elongasi (-) kalsifikasi (-) dilatasi (-)
Trakea : di tengah
Pulmo : tampak perselubungan di hemithoraks dekstra yang mendesak paru
dekstra dan cor ke kiri serta menutup hemidiafragma dekstra dan
sinus costophrenicus. Pulmo sinistra tidak tampak
infiltrate/fibrosis/nodul
Kesan : efusi pleura masif kanan (kemungkinan adanya massa belum
tersingkirkan)
Dari Pemeriksaan USG Abdomen di dapatkan :
Page 3
Hepar : ukuran normal, echo parenkim homogen, tepi rata, sudut tajam,
v.porta/v.hepatika normal, tak tampak dilatahi IHBD/EHBD, tak
tampak nodul/massa/kista
GB : Non-Fasting
Pancreas : Ukuran Normal, echo parenkim homogeny, tak tampak
kalsifikasi/massa
Ginjal Kanan : Ukuran normal, echo parenkim homogen, batas echo sinus cortex-
medula tampak jelas, tak tampak ectasis system pelviocalyceal, tak
tampak batu/massa/kista
Ginjal Kiri : Ukuran normal, echo parenkim homogen, batas echo sinus cortex-
medula tampak jelas, tak tampak ectasis system pelviocalyceal, tak
tampak batu/massa/kista
Buli : Terisi cukup air, tak tampak penebalan dinding/batu, mukosa rata
Uterus/adnexa : tak tampak lei solid/kistik
Tak tampak nodul di paraaorta
Tak tampak echo cairan bebas di cavum abdomen
Kesan :
- Saat ini tak tampak nodul di hepar dan para aorta
- Hepar/GB/lien/ginjal kanan dan kiri/ buli/uterus/adnexa saat ini
tak tampak kelainan
Pemeriksaan Patologi cairan Pleura : tampak beberapa sel atypic diantara bahan
amorf dan sel radang mononuklear.
Terapi yang diberikan :
- Thorakosentesis (pungsi pleura)
o Pertama: 1260 cc dengan cairan hemorraghi
o Kedua : 800 cc dengan cairan hemorraghi
- Injeksi ceftriaxone 3x1
- Injeksi ranitidine 2x1
- Injeksi dexametason 2x1
- Injeksi ketorolac 3x1
- Tab GG 2x1
- HRZE (INH 1x1, Rifampisin 1x1, etambutol 2x1, pirazinamid 2x1)
Page 4
2. Latar belakang / alasan ketertarikan pemilihan kasus
A. Tinjauan Pustaka
Efusi pleura adalah adanya penumpukan cairan pleura karena pembentukan
cairan pleura yang berlebih atau bersihan cairan tidak adekuat oleh limfatik. Keadaan-
keadaan yang menyebabkan efusi pleura adalah akibat dari infeksi bakteri, virus,
jamur, tumor paru, tumor mediastinum, metastasis dan kelainan sistemik yang akan
membuat hambatan getah bening, hipoproteinemia pada penyakit ginjal, hati dan
kegagalan jantung. Selain itu, tidak jarang juga di sebabkan oleh trauma kecelakaan
atau tindakan pembedahan.
Kejadian efusi pleura di negara berkembang seperti Indonesia biasanya karena
infeksi Tuberculosis. Di negara barat efusi pleura paling sering karena gagal jantung,
keganasan, pneumonia dan emboli paru.
Cairan pleura pada efusi pleura dapat berupa :
1. Cairan transudat (cairan bening ), akibat dari gangguan sistemik seperti gagal
ginjal, gagal jantung, keadaan hipoproteinemia pada kegagalan fungsi hati dan
pada pemberian cairan infus yang berlebihan serta karna fibroma ovarii (meig’s
syndrome)
2. Cairan Eksudat (cairan kekeruhan), diakibatkan oleh infeksi TB, nanah
(Empyema), dan penyakit-penyakit kolagen (lupus eritematous dan rematoid
arthritis)
3. Cairan darah diakibatkan oleh trauma tertutup atau terbuka, infark paru, dan
karsinoma paru
4. Cairan getah bening diakibatkan oleh sumbatan aliran getah bening thoraks
misalnya pada filariasis atau metastasis pada kelenjar getah bening dari suatu
keganasan.
Manifestasi Klinis pada efusi pleura :
- Asimtomatik à jika efusi minimal
- Gejala respiratorik seperti batuk, sesak napas, nyeri dada
- Gejala umum seperti demam, keringat malam, nafsu makan menurun, penurunan
berat badan, rasa lelah dan lemah.
Gambaran radiologi :
Page 5
Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto thoraks tegak adalah jika jumlah
cairan 250 – 300 ml, jika < 250 ml terlihat hanya di sudut costophrenikus dengan
posisi berdiri dan jika cairan 50 – 100 ml dapat terlihat dengan posisi decubitus.
1. Posisi PA
- Meniscus sign (+)
- Perselubungan homogen menutup struktur paru bagian bawah yang biasanya
relative opak dengan permukaan atas cekung
- Jaringan paru terdorong kearah sentral hilus
2. Posisi AP
- Meniscus sign (-)
- Gambaran perselubungan paru di seluruh bagian parenkim paru dengan
densitas tidak terlalu tinggi
-
Pemeriksaan penunjang lainnya untuk kasus efusi pleura :
- USG Thorak
- CT-Scan
- Analisis cairan pleura dan kultur cairan
- Biopsi pleura
Terapi
- Obati penyakit yang mendasari
- Thorakosentesis
B. Alasan ketertarikan Kasus
Pada Pasien Ny.P, setelah di lakukan thorakosentesi ternyata jenis cairan pada
efusi pleura nya adalah darah. Pada kasus efusi pleura dengan jenis cairan darah
maka kecurigaan penyebab efusi pleuranya adalah akibat karsinoma paru,
metastase ke paru, trauma tertutup/terbuka serta infark paru. Pasien sudah
dilakukan pemeriksaan thorak dan USG thoraks marker untuk mengetahui banyak
nya cairan dan letak cairanya agar dapat dilakukan thorakosentesis namun
penyebab dari cairan efusinya adalah darah belum diketahui kenapa karena
pemeriksaan penunjang yang baru dilakukan adalah hanya foto thorak dan USG
thorak dimana foto Thorak dan USG thorak tidak dapat mengidentifikasi jenis
cairan pada efusi pleura dan penyebabnya apa sehingga dokter perlu memberikan
pemeriksaan tambahan lainnya untuk mengetahui penyebab cairan tersebut
hemorraghi yaitu USG abdomen dan pemeriksaan patologi pada cairan
Page 6
pleura/jaringan pleuranya. Pada keadaan ini sebagai seorang dokter maka kita
memiliki kewajiban untuk memberikan hal yang terbaik untuk pasien dan tidak
merugikan pasien agar pasien memperoleh kondisi yang lebih baik dibandikan
sebelumnya. Pada hal tersebut tertarik membaahas masalah medikolegalnya yaitu
apakah tindakan dokter yang merawat tersebut sudah sesuai dengan prinsip bioetik
dalam kedokteran atau tidak.
Pada Kasus ini juga dokter juga memberikan pemeriksaan tambahan untuk
Ny.P untuk mengetahui penyebab pasti efusi pleuranya, dimana saat memberikan
pemeriksaan tambahan dokter juga di tuntut untuk dapat memilah milah mana
pemeriksaan yang sangat dibutuhkan pasien dan mana pemeriksaan yang
seharusnya tidak perlu dilakukan oleh dokter sehingga dokter juga harus
mempertimbangkan pembuatan keputusan etik sehingga saya ingin menyoroti
pula apakah dokter tersebut telah membuat keputusan etik sesuai dengan etik
klinis dimana dengan melihat indikasi medisnya, manfaat bagi pasien, ekonomi
pasien serta kualitas hidup pasien jika dilakukan pemeriksaan tersebut.
Ny.P adalah seorang perempuan dengan usia 44 tahun saat pasien di curigai
adanya keganasan maka faktor psikologis akan sangat mempengaruhi kondisi
fisiknya juga, maka saya ingin membahas bagaimana kondisi psikologi pasien
setelah mengetahui penyakitnya dan bagaimana seorang dokter memberikan
penjelasan mengenai penyakit pasien. Dan dari sisi keislaman saya tertarik untuk
membahas mengenai bagaimana pasien tersebut sabar, ikhlas, ikhtiar dan tawakal
dalam menghadapi penyakitnya.
3. Refleksi dari aspek etika moral /medikolegal/ sosial ekonomi beserta penjelasan
evidence / referensi yang sesuai *pilihan minimal satu
A. Aspek Medikolegal
Dalam aspek Medikolegal terdapat Prinsip bioetika dalam praktek kedokteran.
Dalam kasus ini, dokter yang menangani Sdr.S telah menerapkan prinsip bioetika
seperti Non-malaficence, beneficence, justice, dan autonomy dapat diterapkan
pada kasus ini.
a. Beneficence
Beneficence bahwa seorang dokter menyediakan kemudahan serta
menyenangkan pasien dengan memberikan perawatan yang terbaik sehingga
seorang dokter dituntut untuk berbuat baik, menghormati martabat manusia,
Page 7
dan mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan sehat. Seorang
dokter tidak boleh dengan sengaja memanfaatkan pasien demi keuntungan
dirinya sendiri.
Dalam kasus ini dokter yang menangani Ny.P telah menerapkan
prinsip beneficence dimana dokter memberikan terapi sesuai kebutuhan pasien
dan sesuai dengan sakit yang di derita dan tidak memberikan terapi serta
pemeriksaan penunjang yang tidak sesuai dengan indikasi. Dokter yang
merawat Ny.P juga berusaha berbuat semaksimal mungkin untuk membantu
Ny.P agar mengetahui penyebab dari penyakitnya dimana dokter memberikan
rujukan untuk pemeriksaan USG Abdomen dan foto thorak serta saling
konsultasi dengan dokter lainnya dimana dokter spesialis paru yang
menangani Ny.P berkonsultasi dengan spesialis radiologinya agar dapat
menemukan kemungkinan penyebab massa atau lainnya pada gambaran foto
Thoraks dan USG Abdomen. Begitupun sebaliknya dimana dokter radiologi
pun berkonsultasi mengenai kondisi klinis pasien pada awal datang.
b. Non-Malficence, Prinspi Non-Malficence merupakan prinsip yang
mengandung artian bahwa dokter tidak melakukan perbuatan yang buruk
dalam artian dokter melakukan tindakan atau pengobatan dengan memilih
yang paling kecil resikonya bagi pasien atau dalam kata lain dokter tidak
merugikan pasien.
Dalam kasus ini, dokter telah menerapkan prinsip Non-Malficence
dimana dokter tidak memberikan pemeriksaan dan terapi yang membahayakan
pasien dimana dokter memberikan anjuran pemeriksaan tambahan USG
abdomen dan pemeriksaan cairan pleura serta Biopsi. Tindakan dokter tersebut
merupakan tindakan yang sesuai dengan prinsip non-malficence dimana
dokter tidak melakukan hal yang buruk untuk pasien demi kepentingannya
sendiri tapi dokter dengan sekuat tenaga berusaha memberikan diagnosis yang
tepat untuk pasien agar pasien sembuh.
c. Prinsip justice atau adil, seorang dokter diharapkan untuk memperlakukan
pasien sama rata atau adil tanpa memisahkan perbedaan ekonomi,
kewarganegaraan, kebangsaan, agama, dll. Pada kasus ini, dokter telah
melakukan hal yang adil bagi pasien-pasiennya dimana, dokter tidak
membedakan perlakukannya dalam memeriksa pasien baik yang kaya atau
miskin.
Page 8
d. Prinsip Autonomi yaitu dokter memberikan hak terhadap pasien untuk berpikir
secara logis dan menentukan pilihannya sendiri. Dimana dalam kasus ini,
sebelum pasien dilakukan pemeriksaan tambahan dan thorakosentesi dokter
telah memberikan penjelasan pada pasien dan keluarganya terlebih dahulu
sehingga pasien dan keluarga memiliki hak untuk memilik untuk melakukan
tindakan atau tidak. Dalam hal kasus ini, dokter tidak memaksa dan dokter
selalu melakukan inform konsen dalam setiap tindakannya begitupula saat
pemeriksaan USG abdomen dan USG marker untu yang kedua kalinya, dokter
memberikan penjelasan terlebih dahulu.
B. Aspek Etika Klinis
Pada Kasus ini dokter juga perlu memberikan pemeriksaan tambahan untuk
Ny.P untuk mengetahui penyebab pasti efusi pleuranya, dimana saat memberikan
pemeriksaan tambahan dokter juga di tuntut untuk dapat memilah milah mana
pemeriksaan yang sangat dibutuhkan pasien dan mana pemeriksaan yang
seharusnya tidak perlu dilakukan oleh dokter sehingga dokter juga harus
mempertimbangkan pembuatan keputusan etik dimana dengan melihat indikasi
medisnya, manfaat bagi pasien, ekonomi pasien serta kualitas hidup pasien jika
dilakukan pemeriksaan tersebut.
Pada kasus ini, dokter yang merawat Ny.P memberikan pemeriksaan
tambahan berupa foto thoraks, USG abdomen, dan rencana dilakukan biopsy
karna curiga adanya metastase dari keganasan. Pemeriksaan tambahan yang
direncana oleh dokter tersebut sudah sesuai dengan 4 prinsip pengambilan
keputusan dalam pelayanan klinis, dimana dokter telah memenuhi 4 prinsipnya
yaitu :
1. memilih pemeriksaan sesuai dengan indikasi medis dan sesuai dengan
prosedur diagnostik yang dianjurkan, sesuai dengan
2. sesuai dengan manfaat yang didapat dalam proses terapi
3. sesuai dengan harapan untuk mendapat kualitas hidup yang labih baik
4. dan sesuai dengan pertimbangan ekonomi dimana dokter memberikan
pemeriksaan yang masih bisa dilakukan dengan jaminan yang pasien miliki
(BPJS) dan hanya menambahkan satu pemeriksaan diluar BPJS namun
memiliki manfaat yang baik untuk pasien.
C. Aspek Psikologi
Page 9
Dalam kasus ini, Ny.P di curigai adanya keganasan atau metastase ke paru
yang menyebabkan efusi pleuranya dengan jenis cairan berupa darah. Pada
kondisi ini, psikologis pasien juga merupakan hal yang penting dalam proses
penyembuhan pasien. Dimana seseorang yang biasanya terdiagnosis adanya suatu
keganasan maka psikologisnya akan banyak terganggu dan menyebabkan kualitas
hidup menurun.
Ny.P telah di jelaskan oleh dokter mengenai sakitnya, namun dokter masih
belum memastikan penyebab dari penyakitnya tersebut sehingga Ny.P hanya
mengetahui bahwa dirinya mengalami penumpukan cairan di paru-parunya yang
besar kemungkinan karena infeksi paru. Pada keadaan tersebut psikologis pasien
sudah terlihat kurang baik sehingga dokter menjelaskan lebih lanjut kepada
keluarganya bahwa ada kemungkinan lain yaitu adanya keganasan di paru-paru
atau metastase dari keganasan di luar paru sehingga cairan nya adalah darah Saat
dokter mendiagnosis tersebut. Ny.P secara psikologis memang terlihat seperti
kurang bersemangat sehingga pasien menjadi sulit berkomunikasi dengan orang
lain saat masuk ke RS dan lebih banyak berdiam diri sehingga keadaan tersebut
pula yang menyebabkan pasien cukup lama di rawat di RS dimana pasien sudah
masuk dari tanggal 3 maret 2014 sehingga saat ini sudah ± 8 hari pasien di rawat.
Namun dengan dukungan keluarga dan komunikasi yang baik dari dokter yang
merawat saat ini Ny.P telah banyak perubahan dan sudah diperbolehkan pulang
untuk rawat jalan. Sehingga dalam kasus ini adalah pentingnya dukungan keluarga
untuk pasien agar pasien tidak putus asa dan rutin dalam menjalani pengobatan.
4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai
Sakit merupakan cobaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk
menguji kesabaran para manusia, dimana orang yang diberi rasa sakit dan tetap
bersabar, ikhlas, iktiar dan tawakal kepada Allah SWT maka allah akan meringankan
dosanya. Sebagaimana yang dikatakan Rasullulah SAW sebagai berikut :
1. “ Tidaklah sakit seorang mukmin, melainkan Allah swt menggugurkan kesalahan
kesalahannya sebagaimana bergugurannya dedaunan dari pohon. “ ( HR Ahmad).
2. Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya
maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
و�ج ع�ز� الله� �ذ ن� �إ ب� أ �ر� ب الد�اء�، الد�و�اء� ص�اب�
� أ �ذ�ا ف�إ د�و�اء�، �د�اء ��ل �ك ل
3. “Aku mengagumi seorang mukmin karena selalu ada kebaikan dalam setiap
urusannya. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur (kepada Allah)
Page 10
sehingga di dalamnya ada kebaikan. Jika ditimpa musibah, ia berserah diri (dan
menjalankannya dengan sabar) bahwa di dalamnya ada kebaikan pula.” (HR
Muslim).
Pada kasus Ny.P, pasien saat didiagnosis mengalami suatu penyakit pasien
menjadi lebih pendiam dan sulit untuk berkomunikasi dimana pasien merasa
sedih dan berputus asa, perasaan sedih wajar bagi setiap manusia untuuk
merasakannya namun putus asa adalah hal yang tidak baik untuk dilakukan.
Dimana di saat seorang muslim tertimpa suatu musibah baik penyakit atau
lainnya maka seorang muslim harus lah tetap sabar, ikhlas, tidak putus asa dan
selalu berikhtiar serta bertawakal kepada Allah atas segala usaha yang telah
dilakukan. Berikhtiar adalah berusaha untuk memperoleh apa yang
dikehendakinya. Bagi seorang muslim senantiasa harus selalu berikhtiar sekuat
tenaga untuk mencapai apa yang diinginkan dan hendaknya berikhtiar selalu
didampingi dengan bertawakal karena berusaha dan berdoa akan mendapatkan
hasil yang lebih baik dibandingkan hanya berdoa saja dan berusaha saja. Firman
Allah tentang Ikhtiar adalah sebagai berikut :
الرعد * سورة ه�م ف�س� �ن �أ ب م�ا وا �ر� �غ�ي ي �ى ح�ت � �ق�و م ب م�ا �ر� �غ�ي ي ال� �ه� الل �ن� 11إ
Artinya : Sesungguhnya allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ( QS. Ar-Ra’du 11)
Dalil yang melarang seorang muslim untuk melakukan putus asa adalah sebagai berikut :
ر� �غ ف�6 �ن� الل6ه� ي ة� الل6ه�، ا ح م�6 و ا م�ن ر� �ط�6 �ق ن � ت ه�م ال ف�س� �ن ف�و ا ع�لى ا ر� �س ن� ا �ذ�ي �اد�ي� ال ق�ل يع�ب. م� ي ح� لغ�ف�و ر� الر� �ه ه�و� ا �ن عEا، ا �و ب� ج�م�ي الذGن
Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [QS. Az-Zumar :53)
Page 11
Umpan balik dari pembimbing
Magetan, 12 Maret 2014
TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda
Dr.Ririn Agustina,Sp.Rad Irna Meliya Wati
Page 12