refleksi kasus komuda

3
LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA BLOK KEGAWATDARURATAN 1. PENGALAMAN Seorang anak laki-laki (An. R) usia 2 tahun datang ke UGD RSUD Wates karena jatuh dari ayunan kemaren sore. Anak jatuh dengan posisi siku menjadi tumpuan. Semalaman anak tidak bisa tidur. Terjadi pembengkakan di siku kiri. 2. MASALAH YANG DIKAJI Bagaimanakah tatalaksana yang tepat untuk pasien ini? 3. ANALISIS KRITIS Prinsip penatalaksanaan pada pasien trauama adalah sesuai dengan prosedur ATLS yaitu ABCDE (airway-breathing-circulation-dissability- exposure). Bila terjadi keadaan mengancam jiwa, maka perlu dilakukan resusitasi terlebih dahulu sesuai ABCDE sebelum memasuki secondary survey. Pada pasien ini, tidak ada hambatan jalan napas, gangguan pernapasan, maupun sirkulasi. Kesadaran anak juga masih compos mentis. Oleh karena itu, setelah ABCD tertangani, maka berlanjut ke survey sekunder. Sedangkan pada survey sekunder, pada pasien ini diperiksa local condition yaitu di St. Localis Cubiti yang meliputi 3 macam pemeriksaan yaitu Look, Feel, dan Move. Look adalah melihat apakah adanya deformitas, angulasi, atau kelainan lainnya. Feel adalah merasakan dengan cara palpasi, apakah terdapat nyeri tekan, atau krepitasi. Pada feel juga diperiksa apakah neurovaskularnya mengalami gangguan atau tidak (misal pucat, pulsasi nadi lemah atau tidak ada). Adapun hasil pemeriksaan pada pasien ini adalah didapatkan ada deformitas, bengkak, nyeri tekan, dan pergerakannya terbatas.

Upload: vivirahmania

Post on 17-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

d

TRANSCRIPT

LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA BLOK KEGAWATDARURATAN

1. PENGALAMANSeorang anak laki-laki (An. R) usia 2 tahun datang ke UGD RSUD Wates karena jatuh dari ayunan kemaren sore. Anak jatuh dengan posisi siku menjadi tumpuan. Semalaman anak tidak bisa tidur. Terjadi pembengkakan di siku kiri.

2. MASALAH YANG DIKAJI Bagaimanakah tatalaksana yang tepat untuk pasien ini? 3. ANALISIS KRITISPrinsip penatalaksanaan pada pasien trauama adalah sesuai dengan prosedur ATLS yaitu ABCDE (airway-breathing-circulation-dissability-exposure). Bila terjadi keadaan mengancam jiwa, maka perlu dilakukan resusitasi terlebih dahulu sesuai ABCDE sebelum memasuki secondary survey.

Pada pasien ini, tidak ada hambatan jalan napas, gangguan pernapasan, maupun sirkulasi. Kesadaran anak juga masih compos mentis. Oleh karena itu, setelah ABCD tertangani, maka berlanjut ke survey sekunder.

Sedangkan pada survey sekunder, pada pasien ini diperiksa local condition yaitu di St. Localis Cubiti yang meliputi 3 macam pemeriksaan yaitu Look, Feel, dan Move. Look adalah melihat apakah adanya deformitas, angulasi, atau kelainan lainnya. Feel adalah merasakan dengan cara palpasi, apakah terdapat nyeri tekan, atau krepitasi. Pada feel juga diperiksa apakah neurovaskularnya mengalami gangguan atau tidak (misal pucat, pulsasi nadi lemah atau tidak ada). Adapun hasil pemeriksaan pada pasien ini adalah didapatkan ada deformitas, bengkak, nyeri tekan, dan pergerakannya terbatas.

Survey sekunder selanjutnya adalah pemeriksaan penunjaang. Dalam kasus ini pasien dirontgen cubiti dengan mencakup rule of two (2 sisi, 2 sendi, 2 proyeksi, dan 2 waktu). Dari hasil rontgen didapatkan bahwa pasien mengalami fraktur suprakondilar cubiti.

Fraktur suprakondilar adalah fraktur yang paling umum terjadi pada siku anak. Pasien yang mengalami fraktur suprakondilar datang dengan nyeri, pembengkakan, dan terbatasnya gerak siku setelah terjatuh, mengalami trauma langsung, atau trauma berkecepatan tinggi multipel. Fraktur suprakondilar terbagi menjadi 2 tipe yaitu tipe fleksi (>95%) dan tipe ekstensi (