refleksi kasus i premature gangguan napas sedang

35
REFLEKSI KASUS BAYI PRETERM + SMK + GANGGUAN NAPAS + SEPSIS NEONATORUM OLEH: NAMA : MUH. FURQON FAHLULY NO. STAMBUK : G 501 08 049 PEMBIMBING : dr. KARTIN AKUNE, Sp. A DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK – RSUD UNDATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU

Upload: agung

Post on 05-Feb-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

prematur

TRANSCRIPT

Page 1: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

REFLEKSI KASUS

BAYI PRETERM + SMK + GANGGUAN NAPAS

+ SEPSIS NEONATORUM

OLEH:

NAMA : MUH. FURQON FAHLULY

NO. STAMBUK : G 501 08 049

PEMBIMBING : dr. KARTIN AKUNE, Sp. A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK – RSUD UNDATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

JULI 2013

PENDAHULUAN

Page 2: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan

sedangkan bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari

2500 gram. (1,2).

Prematuritas dibedakan atas dua yaitu prematuritas murni dan bayi dismatur.

Prematuritas murni merupakan bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan

masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan

1800 -2000 gram. Sedangkan bayi dismatur merupakan bayi dengan berat badan lahir

tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir setelah sembilan bulan dengan

berat badan tidak mencapai 2500 gram(2,3,4).

Gangguan nafas sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor penting

sebagai penyebab tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada masa

neonatus. Di Indonesia berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2010,

sebesar 20% kematian neonatus disebabkan oleh kelainan saluran nafas. Gangguan

napas dapat disebabkan oleh kelainan paru seperti pnemonia, kelainan jantung yaitu

penyakit jantung bawaan, disfungsi miokardium, kelainan susunan saraf pusat akibat

yaitu asfiksia, perdarahan otak, kelainan metabolik yaitu hipoglikemia, asidosis

metabolik, hernia diafragmatika, dan kelainan lain seperti Sindrom Aspirasi

Mekonium, “Transient tachypnea of the Newborn “ dan Penyakit Membran Hialin (5,6).

Sepsis adalah sindrom klinis dari penyakit sistemik, satu bulan pertama

kelahiran yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan protozoa. Peningkatan

kejadian secara dramatis sampai mencapai 300 dari 1000 kelahiran bayi hidup adalah

pada bayi dengan berat badan lahir rendah, toksemia, fetal distres, aspirasi

mekonium, ibu dengan infeksi traktus urinarius atau endometrium, kebanyakan pada

ibu dengan demam singkat selama partus.

Berikut ini akan dibahas refleksi kasus mengenai bayi prematur + SMK +

gangguan nafas + sepsis neonatorum, pada bayi yang dirawat di ruangan Perinatologi

Rumah Sakit Umum Daerah UNDATA Palu Sulawesi Tengah.

2

Page 3: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

KASUS

IDENTITAS

Nama : By. Ny. IRA

Tanggal Lahir : 17 April 2013

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

ANAMNESIS

Seorang bayi laki-laki masuk rumah sakit rujukan dari RSUD Pemerintah

Kabupaten Mamuju Utara, umur 4 jam, berat badan 1850 gram, panjang badan 49

cm, masuk rumah sakit tanggal 17 April 2013 jam 18.30 WITA dengan sesak napas.

Bayi laki-laki lahir di Puskesmas secara spontan dengan bantuan bidan. Saat

dilahirkan, bayi tidak langsung menangis dan beberapa saat kemudian bayi

mengalami sesak nafas, merintih dan sianosis sehingga segera dibawa ke rumah

sakit.

Ketuban berwarna putih keruh dan APGAR Score 4-6. Usia kehamilan belum

cukup bulan (prematur), Riwayat penyakit yang diderita ibu(-) dan riwayat konsumsi

obat-obatan (-). Ibu sering memeriksakan kehamilan di Puskesmas dan satu kali

pemeriksaan di dokter praktek.

Hamil yang pertama kalinya (G1, P0, A0),

PEMERIKSAAN FISIK

18 April 2013

Berat Badan : 1850 gram Lingkar Kepala : 29 cm Lingkar Perut : 24 cm

Panjang Badan : 39 cm Lingkar Dada : 25 cm Lingkar Lengan : 9 cm

3

Page 4: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

TANDA TANDA VITAL

Denyut Jantung : 148 x/menit Suhu : 37,5 ºC

Pernafasan : 67 x/menit CRT : >2 detik

SISTEM PERNAPASAN

Sianosis (+), merintih (+), apnea (-), retraksi dinding dada (+), pergerakan dinding

dada simetris,

SKOR DOWN : - Frekuensi nafas : 1 (67x/menit)- Retraksi : 1 (ringan)- Sianosis : 1 (perifer)- Udara Masuk : 1 (menurun)- Merintih : 1 (dengan stetoskop)

Skor : 5 (Gangguan napas sedang)

SISTEM KARDIOVASKULER

Bunyi jantung S1,S2 murni, reguler, murmur (-).

SISTEM HEMATOLOGI

Pucat (-), ikterus (-).

SISTEM GASTROINTESTINAL

Kelainan dinding abdomen (-), massa/organomegali (-), muntah (-), peristaltik

usus (+)

SISTEM SARAF

Aktivitas bayi diam, tingkat kesadaran letargi, fontanela datar, kejang (-).

SISTEM GENITALIA

Testis sudah turun memasuki skrotum.

4

Page 5: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

PEMERIKSAAN LAIN

Ektremitas: Akral dingin, turgor normal, kelainan kongengital (-), trauma lahir (-).

BALLARD’S SCORE :

Maturitas Neuromuskular Maturitas Fisik

- Sikap tubuh : 1 - Kulit : 1

- Persegi jendela : 4 - Lanugo : 2

- Recoil lengan : 3 - Permukaan Plantar : 2

- Tanda selempang : 3 - Payudara : 0

- Sudut poplitea : 4 - Daun Telinga : 4

- Tumit ke telinga : 3 - Kelamin : 2

Total : 28, Minggu : 34-36

Estimasi usia kehamilan menurut kurva Lubscencho: Bayi preterm + Sesuai Masa

Kehamilan

5

Page 6: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

Interpretasi : Kecurigaan Sepsis

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah Rutin

- (↑) Leukosit 13.400 / µL

- (N) Trombosit 194.000 / µL

- (N) Hemoglobin 17,5 g/dL

- (N) Hematokrit 47,8 %

- (N) LED 8 mm/jam

DIAGNOSIS

Bayi Preterm + SMK + Gangguan Napas Sedang + Sepsis Neonatorum

TERAPI

Oksigen 1,5 L/menit, maintenance 1 L/menit.

Infus Dextrosa 5 % 12 tetes/menit.

Injeksi Cefotaxime 2 x 92.5 mg/ IV

Injeksi Dexametason 3 x 0,5mg/IV

Injeksi Gentamisin 2 x 3.7 mg/IV

Rawat inkubator S 34’C

Tropic Feeding 3-4 x 3,7 ml / hari

ANJURAN PEMERIKSAAN :

Periksa kadar Gula Darah Sewaktu

Pemeriksaan Darah Rutin

Observasi

6

Kriteria SepsisKategori A Kategori B

Gangguan Nafas Gangguan minumPersalinan di lingkungan kurang higienis.

2 A 1 B

Page 7: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

FOLLOW UP

18 April 2013

S : Bayi bernapas cepat (+), Merintih (+)

O : Tanda-Tanda Vital

Denyut Jantung : 120 x/m Berat Badan: 1850 gram

Respirasi : 82 x/m Suhu : 36,6°C

CRT : < 2 detik

KU lemah, kejang (-), sianosis (-), merintih (+), pernapasan cuping

hidung (-) , retraksi dinding dada, distensi (-), pucat (-), ikterus (-)

SKOR DOWN: - Frekuensi nafas : 2 (82x/menit)

- Retraksi : 1 (ringan)

- Sianosis : 0

- Udara Masuk : 1 (menurun)

- Merintih : 1 (dengan stetoskop)

Skor : 5 (Gangguan napas sedang)

Interpretasi : Kecurigaan Sepsis

Pemeriksaan Kimia Darah GDS 100 mg/dl

A : Bayi Prematur+SMK+Gangguan Napas Sedang+Sepsis Neonatorum

P : - Oksigen 1 L/menit

- Infus Dextrosa 5 % 12 gtt

- Injeksi Cefotaxime 2 x 92.5 mg/ IV

- Injeksi Dexametason 3 x 0,5mg/IV

- Injeksi Gentamisin 2 x 3.7 mg/IV

- Rawat inkubator dengan suhu inkubator 34°C

- Trophic feeding 3-4 x 3,7 ml / hari

7

Kriteria SepsisKategori A Kategori B

Gangguan Nafas Gangguan minumPersalinan di lingkungan kurang higienis.

2 A 1 B

Page 8: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

19 April 2013

S : Bayi bernapas cepat (+), Merintih (+)

O : Tanda-Tanda Vital

Denyut Jantung : 142 x/m Berat Badan : 1850 gram

Respirasi : 86 x/m

Suhu : 36,7°C

CRT : < 2 detik

KU lemah, kejang (-), sianosis (-), merintih (+), pernapasan cuping

hidung (-) , retraksi dinding dada (+), muntah (-), diare (-), perut

kembung (-), pucat (-), ikterus (-)

SKOR DOWN: - Frekuensi nafas : 2 (86x/menit)- Retraksi : 1 (ringan)- Sianosis : 0 - Udara Masuk : 1 (menurun)- Merintih : 1 (dengan stetoskop)

Skor : 5 (Gangguan napas sedang)

Interpretasi : Kecurigaan Sepsis

Hasil Pemeriksaan Kimia darah GDS 163 mg/dl

A : Bayi Prematur+SMK+Gangguan Napas Sedang+Sepsis Neonatorum

P : - Oksigen 1 L/menit.- Infus Dextrosa 5 % 12 gtt- Injeksi Cefotaxime 2 x 92.5 mg/ IV- Injeksi Dexametason 3 x 0,5mg/IV- Injeksi Gentamisin 2 x 3.7 mg/IV- Trophic feeding 3-4 x 3,7 ml / hari- Rawat inkubator dengan suhu inkubator 34°C

8

Kriteria SepsisKategori A Kategori B

Gangguan Nafas Gangguan minumPersalinan di lingkungan kurang higienis.

2 A 1 B

Page 9: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

20 April 2013

S : Bayi bernapas cepat (-), Merintih (+)

O : Tanda-Tanda Vital

Denyut Jantung : 140 x/m Berat Badan : 1900 gram

Respirasi : 56 x/m

Suhu : 36,8°C

CRT : < 2 detik

KU lemah, kejang (-), sianosis (-), merintih (+), pernapasan cuping

hidung (-) , retraksi dinding dada (+), muntah (-), diare (-), perut

kembung (-), pucat (-), ikterus (-)

SKOR DOWN: - Frekuensi nafas : 0 - Retraksi : 1 (ringan)- Sianosis : 0 - Udara Masuk : 0- Merintih : 1 (dengan stetoskop)

Skor : 2 (tidak ada gangguan napas)

Interpretasi : Dugaan Sepsis

A : Bayi Prematur + SMK + Sepsis Neonatorum

P : - Oksigen 1 L/menit.

- Infus Dextrosa 5 % 10 gtt.

- Injeksi Cefotaxime 2 x 95 mg/ IV

- Injeksi Dexametason 3 x 0,5mg/IV

- Injeksi Gentamisin 2 x 3.8 mg/IV

- Rawat inkubator dengan suhu inkubator 34°C

- ASI/PASI 8 x 15cc

- PMK

9

Kriteria SepsisKategori A Kategori B

Persalinan di lingkungan kurang higienis.

1 A - B

Page 10: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

21 April 2013

S : Bayi bernapas cepat (-), Merintih (-)

O : Tanda-Tanda Vital

Denyut Jantung : 136 x/m Berat Badan : 1950 gram

Respirasi : 52 x/m

Suhu : 36,7°C

CRT : < 2 detik

KU lemah, kejang (-), sianosis (-), merintih (-), pernapasan cuping

hidung(-) , retraksi dinding dada (-), muntah (-), diare (-), perut

kembung (-), pucat (-), ikterus (-)

SKOR DOWN: - Frekuensi nafas : 0- Retraksi : 0- Sianosis : 0 - Udara Masuk : 0- Merintih : 0

Skor : 0 (Tidak ada gangguan napas)

Interpretasi : Dugaan Sepsis

A : Bayi Prematur + SMK + Sepsis Neonatorum

P : - Infus Dextrosa 5 % 10gtt- Injeksi Cefotaxime 2 x 97.5 mg/ IV- Injeksi Dexametason 3 x 0,5mg/IV- Injeksi Gentamisin 2 x 3.9 mg/IV- ASI/PASI 8 x 15cc- PMK

- Rawat jalan

10

Kriteria SepsisKategori A Kategori B

Persalinan di lingkungan kurang higienis.

1 A - B

Page 11: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

DISKUSI

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan

sedangkan bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari

2500 gram. Prematuritas dibedakan atas dua yaitu prematuritas murni dan bayi

dismatur. Prematuritas murni merupakan bayi yang lahir dengan berat badan sesuai

dengan masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat

badan 1800 -2000 gram. Sedangkan bayi dismatur merupakan bayi dengan berat

badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir setelah sembilan

bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500 gram. Penyebab terjadinya kelahiran

prematur umumnya tidak diketahui. Namun, 15% dari kelahiran prematur ditemukan

pada kehamilan ganda (di dalam rahim terdapat lebih dari satu janin). Beberapa pakar

medis menyebutkan, jarak kehamilan terlalu dekat, aktivitas fisik berlebihan, dan

perilaku (buruk) ibu seperti perokok berat, pecandu minuman keras dan obat-obatan

terlarang, juga berpotensi mengundang persalinan prematur.

Diagnosa prematur pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan bahwa kehamilan belum cukup bulan

atau sekitar 34 minggu dan keterangan dari puskesmas menyatakan bahwa bayi yang

lahir dengan spontan dan bantuan bidan tersebut kurang bulan. Sedangkan pada

pemeriksaan berdasarkan ballard score yang menunjukkan total nilai 28, dengan

interpretasi estimasi usia kehamilan 34-36 minggu. Berdasarkan kurva Lubschenco

menunjukkan bayi preterm dan sesuai masa kehamilan.

Bayi prematur merupakan sebuah faktor predisposisi terjadinya gangguan

nafas pada bayi. Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya gangguan napas pada

bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang,

pengembangan kurang sempurna kerana dinding thorax masih lemah, produksi

surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada

alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan

fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari

normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi

11

Page 12: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah

diketahui bahwa surfaktanmengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein

ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap

mengembang.

Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna

kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan

yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari

rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding

alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi

duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini.

Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan

keracunan oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan

pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal

dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam

setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72

jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur

dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan

chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).

Pada kasus ini gangguan nafas yang terjadi pada pasien kemungkinan besar

diakibatkan oleh penyakit membran hialin dimana hal ini sering didapatkan pada bayi

prematur dengan berat badan lahir rendah. Didalam paru terdapat surfaktan yang

melapisi alveoli paru. Fungsi dari surfaktan adalah menjaga alveoli agar tidak kolaps

pada saat pengisian oksigen pada paru. Produksi surfaktan terjadi pada trimester

ketiga kehamilan sehingga bayi yang lahir kurang bulan (prematur), belum

mempunyai surfaktan yang cukup untuk menjaga stabilisasi alveoli sehingga dapat

terjadi gangguan pernafasan. Selain disebabkan pematangan paru yang belum

sempurna, gangguan nafas pada kasus ini dapat juga dikarenakan terjadinya sepsis.

Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik

akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan

protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir. Berdasarkan waktu terjadinya,

sepsis neonatorum dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu sepsis

12

Page 13: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

neonatorum awitan dini (early-onset neonatal sepsis) dan sepsis neonatorum awitan

lambat (late-onset neonatal sepsis). Pada sepsis terjadi hipoksia jaringan sehingga

kebutuhan oksigen meningkat. Tubuh melakukan kompensasi dengan bernafas lebih

cepat dan penutupan glottis untuk menahan udara sehingga menimbulkan suara

merintih serta terjadi retraksi pada pasien.

Terdapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun

bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya

sepsis. Faktor predisposisi itu adalah: Penyakit yang di derita ibu selama kehamilan,

perawatan antenatal yang tidak memadai; Ibu menderita eklamsia, diabetes mellitus;

Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan;

Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan. Adanya trauma lahir, asfiksia

neonatus, tindakan invasif pada neonatus; Tidak menerapkan rawat gabung. Sarana

perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak. Ketuban pecah dini, amnion

kental dan berbau; Pemberian minum melalui botol, dan pemberian minum buatan.

Pada kasus ini ditemukan beberapa faktor yang dapat menjadi faktor

predisposisi kejadian sepsis neonatorum pada bayi ini. Infeksi pada neonatus dapat

terjadi antenatal, intranatal dan pascanatal. Lintas infeksi perinatal dapat digolongkan

sebagai berikut:

13

Page 14: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

a. Infeksi Antenatal.

Infeksi antenatal pada umumnya infeksi transplasenta, kuman berasal

dari ibu, kemudian melewati plasenta dan umbilikus dan masuk ke dalam

tubuh bayi melalui sirkulasi bayi. Infeksi bakteri antenatal antara lain oleh

Streptococcus Group B. Penyakit lain yang dapat melalui lintas ini adalah

toksoplasmosis, malaria dan sifilis. Pada dugaan infeksi tranplasenta biasanya

selain skrining untuk sifilis, juga dilakukan skrining terhadap TORCH

(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes).

b. Infeksi Intranatal

Infeksi intranatal pada umumnya merupakan infeksi asendens yaitu

infeksi yang berasal dari vagina dan serviks. Pada kasus ini akibat dari

ketuban pecah dini maka kuman dari serviks dan vagina menjalar ke atas

menyebabkan korionitis dan amnionitis. Akibat korionitis, maka infeksi

menjalar terus melalui umbilikus dan akhirnya ke bayi. Selain itu korionitis

menyebabkan amnionitis dan liquor amnion yang terinfeksi ini masuk ke

traktus respiratorius dan traktus digestivus janin sehingga menyebabkan

infeksi dilokasi tersebut.

Infeksi lintas jalan lahir ialah infeksi yang terjadi pada janin pada saat

melewati jalan lahir melalui kulit bayi atau tempat masuk lain. Pada

umumnya infeksi ini adalah akibat kuman Gram negatif yaitu bakteri yang

menghasilkan warna merah pada pewarnaan Gram dan kandida. Menurut

Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak

terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita

hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan.

c. Infeksi Pascanatal

Infeksi pascanatal pada umumnya akibat infeksi nosokomial yang

diperoleh bayi dari lingkungannya di luar rahim ibu, seperti kontaminasi oleh

alat-alat, sarana perawatan dan oleh yang merawatnya. Kuman penyebabnya

terutama bakteri, yangsebagian besar adalah bakteri Gram negatif. Infeksi

oleh karena kuman Gram negatif umumnya terjadi pada saat perinatal yaitu

intranatal dan pascanatal.

14

Page 15: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

Infeksi lintas jalan lahir ialah infeksi yang terjadi pada janin pada saat

melewati jalan lahir melalui kulit bayi atau tempat masuk lain. Pada

umumnya infeksi ini adalah akibat kuman Gram negatif yaitu bakteri yang

menghasilkan warna merah pada pewarnaan Gram dan kandida. Menurut

Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak

terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita

hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan.

d. Infeksi Pascanatal

Infeksi pascanatal pada umumnya akibat infeksi nosokomial yang

diperoleh bayi dari lingkungannya di luar rahim ibu, seperti kontaminasi oleh

alat-alat, sarana perawatan dan oleh yang merawatnya. Kuman penyebabnya

terutama bakteri, yangsebagian besar adalah bakteri Gram negatif. Infeksi

oleh karena kuman Gram negatif umumnya terjadi pada saat perinatal yaitu

intranatal dan pascanatal.

Sepsis neonatorum ditegakkan dengan adanya gangguan pada sistem

pernapasan yang ditandai dengan takipnea, merintih dan adanya retraksi, selain itu

persalinan dilakukan di tempat yang tidak higienis serta adanya gangguan minum.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar Gula Darah Sewaktu

100 mg/dl kemudian 163 mg/dl dan hasil pemeriksaan darah rutin masih dalam

keadaan normal. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hipoglikemia pada bayi.

Kriteria gangguan napas dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi gangguan

napas menurut WHO atau berdasarkan Skor down. Gejala gangguan nafas menurut

WHO yaitu, frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit atau frekuensi napas bayi

kurang 30 kali/menit dan mungkin menunjukkan satu atau lebih tanda tambahan

gangguan napas sebagai berikut:

1. Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir).

2. Tarikan dinding dada

3. Merintih

4. Bayi apnea (napas berhenti lebih 20 detik)(6).

15

Page 16: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

Dari pemeriksaan fisik ditemukan sianosis yang hilang dengan pemberian

oksigen, takipnea, grunting/merintih, dan retraksi dinding dada. Gejala – gejala

tersebut masuk dalam temuan yang berhubungan dengan gangguan nafas dan dapat

diklasifikasi menurut berat ringanya gangguan.

Pada kasus ini, keadaan pasien saat pertama kali masuk rumah sakit

digolongkan dalam gangguan nafas sedang berdasarkan klasifikasi WHO, karena

ditemukan takipnue (frekuensi nafas 67 kali/menit) retraksi dinding dada dan

merintih namun tanpa sianosis sentral, sedangkan berdasarkan skor down

menunjukkan gangguan napas sedang/moderate. Kemudian setelah terapi, keadaan

pasien belum berubah dari gangguan nafas sedang dalam 2 hari terakhir. Saat

memasuki perawatan hari ketiga kondisi bayi mulai membaik.

Faktor predisposisi terjadinya gangguan nafas

1. Bayi kurang bulan : Paru bayi secara biokimiawi masih imatur dengan

kekurangan surfaktan yang melapisi rongga alveoli

2. Depresi neonatal ( kegawatan neonatal )

3. Bayi dari ibu DM : terjadi distres respirasi akibat kelambatan pematangan

paru

4. Bayi lahir dengan operasi sesar : bayi yang lahir dengan operasi sesar, dapat

mengakibatkan terlambatnya absorpsi cairan paru (TTN)

5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini atau air

ketuban yang berbau dapat mengakibatkan pneumonia bakterialis atau sepsis

6. Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium yang kemungkinan terjadi

akibat aspirasi mekonium(1).

Faktor penyebab terjadinya gangguan nafas :

1. Kelainan paru : Pnemonia 2. Kelainan jantung : Penyakit Jantung Bawaan, Disfungsi miokardium 3. Kelainan Susunan Syaraf Pusat akibat : Asfiksia, Perdarahan otak 4. Kelainan metabolik : Hipoglikemia, Asidosis metabolik 5. Kelainan Bedah : Pneumotoraks, Fistel Trakheoesofageal, Hernia

diafragmatika 6. Kelainan lain : Sindrom Aspirasi Mekonium, “Transient tachypnea

of the Newborn“ dan Penyakit Membran Hialin(3).

16

Page 17: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

Penyebab gangguan nafas menurut masa gestasi :1. Pada Bayi Kurang Bulan :

a. Penyakit Membran Hialin b. Pneumonia c. Asfiksia d. Kelainan atau Malformasi Kongenital

2. Pada Bayi Cukup Bulan : a. Sindrom Aspirasi Mekonium b. Pneumonia c. ”Transient Tachypnea of the Newborn ”d. Asidosis metabolike. Kelainan atau Malformasi Kongenital(4)

Tabel 1.1., Klasifikasi gangguan nafas menurut WHO (2,4)

Frekuensi napas Gejala tambahan gangguan napas Klasifikasi

> 60 kali/menit Dengan Sianosis sentral dan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi.

Gangguan napas berat Atau > 90 kali/ menit Dengan Sianosis sentral atau tarikan dinding dada

atau merintih saat ekspirasi.

Atau < 30 kali/ menit Dengan Atau tanpa

Gejala lain dari gangguan napas.

60-90 kali/menit Dengan Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi Gangguan

napas sedang

Tetapi Tanpa Sianosis sentral

Atau > 90 kali/ menit Tanpa Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral.

60-90 kali/menit Tanpa Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral.

Gangguan napas ringan

60-90 kali/menit Dengan Sianosis sentral Kelainan jantung kongenital Tetapi Tanpa Tarikan dinding dada atau merintih.

Terapi yang dapat diberikan untuk gangguan nafas

A. Manajemen secara umum yaitu :

17

Page 18: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

1. Pasang jalur infus intravena Dekstrosa 5% berdasarkan kebutuhan cairan

perhari

2. Pantau selalu tanda vital

3. Jaga patensi jalan napas dan memberikan oksigen 2-3 liter/menit

4. Jika bayi mengalami apnea:

a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan

b. Lakukan penilaian lanjut

5. Bila terjadi kejang potong kejang

6. Segera periksa kadar glukosa darah(9)

B. Manajemen Spesifik Untuk Gangguan Nafas

Gangguan Napas Sedang

1. Memberian O2 2-3 liter/menit dengan kateter nasal, bila masih sesak

dapat diberikan O2 4-5 liter/menit dengan sungkup

2. Bayi jangan diberikan minum (di puasakan).

3. Berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi

kemungkinan besar sepsis(8)

Gangguan Napas Ringan

Transient Tachypnea of the Newborn (TTN), Terutama terjadi pada bayi

aterm setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan

sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Langkah – langkah pengobatan :

1. Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam. Bila dalam

pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala sepsis

lainnya, terapi untuk kemungkinan besar sepsis

2. Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak, berikan ASI peras

dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum.

3. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan

napas. Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30–60

kali/menit.

18

Page 19: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

4. Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi napas menetap

antara 30-60 kali/menit, tidak ada tanda-tanda sepsis, dan tidak ada

masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan(1,8)

Gangguan Napas Berat :

1. Siapkan rujukan ke RS Rujukan

2. Stabilisasi sebelum merujuk

3. Rujukan disertai petugas yg mahir resusitasi

4. Perhatikan Jalan napas dan Oksigenasi selama transportasi(3,4)

Dalam menegakkan diagnosis sepsis pada neonatus digunakan pemeriksaan

laboratorium untuk mengetahui adanya proses inflamasi seperti jumlah leukosit, laju

endap darah, C-reaktif protein (CRP), tumor nekrosis α dan Interleukin 1 dan 6.

Biakan darah atau cairan tubuh lainnya (cairan serebrospinal) serta uji resistensi,

pelaksanaan pungsi lumbal masih kontroversi, dianjurkan dilakukan pada bayi yang

menderita kejang, kesadaran menurun, klinis sakit tampak makin berat dan kultur

darah positip. Pemeriksaan radiologi dilakukan atas indikasi. Pada kasus ini,

ditemukan adanya leukositosis sementara pemeriksaan penunjang lainnya tidak

dilakukan.

Pasien harus mendapat pengobatan yang tepat dalam waktu yang segera tanpa

harus menunggu hasil kultur darah. Hasil kultur darah positif terkadang dapat

dikarenakan faktor kontaminasi dan hasil kultur darah negatif belum tentu

menyingkirkan sepsis. Sepsis merupakan keadaan stress yang dapat mengakibatkan

perubahan metabolik tubuh. Pada sepsis terjadi hipermetabolisme, hiperglikemia,

resistensi insulin, lipolisis, dan katabolisme protein. Pada keadaan sepsis kebutuhan

energi meningkat, hal ini juga yang mungkin menyebabkan bayi pada kasus ini

rentan mengalami hipoglikemia.

Pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan hasil

pemantauan mikrobiologi, murah, dan mudah diperoleh, tidak toksik, dapat

menembus sawar darah otak atau dinding kapiler dalam otak yang memisahkan darah

dari jaringan otak dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan

19

Page 20: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

ialah ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau

sefalasporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.

Tabel 1.1 Dosis antibiotik untuk sepsis

Prinsip pengobatan sepsis neonatorum pada kasus ini adalah mempertahankan

metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan

intravena termasuk kebutuhan nutrisi.

Pemberian antibiotik pada kasus ini yaitu sefotaksim sesuai dengan dosis

berat badan beguna untuk mengatasi agen penyebab infeksi. Sedangkan pemberian

kortikosteroid yaitu dexamethasone 0.5 mg/kgBB/hari selain sebagai anti inflamasi

kortikosteroid berguna membantu pematangan paru.

Manajemen pada kasus ini, hari ke-I diberikan :

Oksigen 1,5 L/menit, maintenance 1 L/menit.

Hal ini bertujuan untuk mengatasi sianosis dan menjamin suplai O2 pada bayi

Infus Dextrosa 5 % 12 tetes/menit.

20

Antibiotik Cara Pemberian Dosis dalam mg

Hari 1-7 Hari 8+

Ampisilin IV, IM 50 mg/kg setiap 12 jam

50mg/kg setiap 8jam

Ampisilin utk meningitis

IV 100mg/kg setiap 12 jam

100mg/kg setiap 8jam

Sefotaksim IV, IM 50mg/kg setiap 12 jam

50 mg/kg setiap 8 jam

Sefotaksim utk meningitis

IV 50mg/kg setiap 6 jam

50 mg/kg setiap 6 jam

Gentamisin IV, IM < 2 kg

4mg/kg sekali sehari

3,5mg/kg setiap 12 jam

2 kg

5mg/kg sekali sehari

3,5mg/kg setiap 12 jam

Page 21: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya hipoglikemia pada bayi

Injeksi Cefotaxime 2 x 97.5 mg/ IV

Injeksi Dexametason 3 x 0,5mg/IV

Injeksi Gentamisin 2 x 3.9 mg/IV

Hal ini bertujuan mengatasi terjadinya sepsis pada bayi

Rawat inkubator

Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya hipotermia pada bayi

Trophic Feeding

Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pada bayi

Hari ke-II diberikan :

Oksigen 1 L secara intermiten.

Infus Dextrosa 5 % 12 tetes/menit.

Injeksi Cefotaxime 2 x 97.5 mg/ IV

Injeksi Dexametason 3 x 0,5mg/IV

Injeksi Gentamisin 2 x 3.9 mg/IV

Observasi Tanda Tanda Vital

Pada hari ke-3 dan ke-4 bayi sudah tidak didapatkan tanda – tanda gangguan

nafas, bayi sudah bisa minum ASI dengan baik dan ibu telah diajarkan perawatan

metode kanguru (PMK).

21

Page 22: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajoe N.S., Supriatno B., 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. ed I.

pp: 286-90. Jakarta. Badan Penerbit IDAI.

2. Kosim M.S., Yunato A., Dewi R., Sarosa G.I., dan Usman A., 2008. Buku Ajar

Neonatologi. ed I. pp: 127-137. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.

3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI., 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan

Anak. Jilid 3. pp: 1124-5. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.

4. Tim Poned UKK Perinatologi IDAI., 2012. Gangguan Nafas Pada Bayi Baru

Lahir. Palu. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD UNDATA.

5. Lubis., 2004. Sari Pediatri, Vol. 6, pp: 81-84. Jakarta. Badan Penerbit IDAI

6. Rosiswatmo R., 2012. Sari Pediatri, Vol. 14. Pp: 79-82. Jakarta. Badan Penerbit

IDAI

7. Behrman, Kliegman & Arvin., 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol I, ed 15.

pp: 589-598. Jakarta. EGC

8. Klaus M.H, & Fanaroff A.A., 1998. Penatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi ed 4.

pp: 274-276. Jakarta. EGC

9. Akune Kartin. 2002. Buku Kumpulan Laporan Kasus Neonatologi. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FK UNSRAT. Manado.

22

Page 23: Refleksi Kasus i Premature Gangguan Napas Sedang

23