refleksi kasus c

8
REFLEKSI KASUS I. Identitas Pasien Nama : Ny. Warni Umur : 56 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat :Winangga Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Agama :slam Status Perkawinan: Su!ah "enikah Tanggal Pemeriksaan : #$ Januari #$%& II. Deskripsi Kasus Pasien perempuan 'erusia 56 tahun !atang ke P(li Jiwa ) Un!ata T(n!( !engan keluhan ti!ak 'isa ti!ur+ keluhan ini !irasakan t malam karena ('at pasien su!ah ha'is !ari kemarin !an juga kekhawatiran kepa!a anak perempuannya yang 'elum pulang pa!a mengerjakan tugas!engan temannya !an pasienmerasa jantungnya 'er!e'ar,!e'ar+ gelisah+ pasien selalu merasakan -emas apa'ila lam'at pulang rumah. Setelah anaknya pulang pasiensu!ah ti!ak merasakan khawatir. Pasien mempunyai tiga (rang anak+ !ua (rang anak laki,laki !an satu (rang anak perempuan. Se'elumnya pasien pernah melakukan pemeriksaan !i P(li Sara pa!a tahun %/0/+ kemu!ian setelah itu pasien !irujuk ke P(li Jiwa !ikarena rasa -emas !an lehernya terasa tegang+ -emas yang !irasakan pertama k karena a!anya pengawas sek(lah yang !atang ti'a,ti'a ke sek(lah untuk memeriksa !ana '(s yang a!a !isek(lah. *ana '(s terse'ut !ikel(lah (l pasien !an ti'a,ti'a saja pengawas mengatakan !ana '(s terse'ut ti!a !itan!a tangani (leh pasien+ pa!ahal se'elumnya semua masalah !ana '( yang 'ertanggung jawa' a!alah pasien. Pasien merasa stres+ pa -emas. Setelah itu pasien merasakan -emas yang ke !ua kalinya yaitu sek satu tahun yang lalukarenaa!anya masalah kampung satu !engan 1

Upload: anggun-puspita

Post on 05-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

buat tugas

TRANSCRIPT

REFLEKSI KASUS

I. Identitas PasienNama : Ny. WarniUmur : 56 TahunJenis Kelamin : PerempuanAlamat: WinanggaPekerjaan : Pegawai Negeri SipilAgama: IslamStatus Perkawinan: Sudah MenikahTanggal Pemeriksaan: 20 Januari 2014

II. Deskripsi KasusPasien perempuan berusia 56 tahun datang ke Poli Jiwa RSUD Undata Tondo dengan keluhan tidak bisa tidur, keluhan ini dirasakan tadi malam karena obat pasien sudah habis dari kemarin dan juga karena kekhawatiran kepada anak perempuannya yang belum pulang pada saat mengerjakan tugas dengan temannya dan pasien merasa jantungnya berdebar-debar, gelisah, pasien selalu merasakan cemas apabila anaknya lambat pulang rumah. Setelah anaknya pulang pasien sudah tidak merasakan khawatir. Pasien mempunyai tiga orang anak, dua orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Sebelumnya pasien pernah melakukan pemeriksaan di Poli Saraf pada tahun 1989, kemudian setelah itu pasien dirujuk ke Poli Jiwa dikarenakan rasa cemas dan lehernya terasa tegang, cemas yang dirasakan pertama kali karena adanya pengawas sekolah yang datang tiba-tiba ke sekolah untuk memeriksa dana bos yang ada disekolah. Dana bos tersebut dikelolah oleh pasien dan tiba-tiba saja pengawas mengatakan dana bos tersebut tidak bisa ditanda tangani oleh pasien, padahal sebelumnya semua masalah dana bos yang bertanggung jawab adalah pasien. Pasien merasa stres, panik dan cemas. Setelah itu pasien merasakan cemas yang ke dua kalinya yaitu sekitar satu tahun yang lalu karena adanya masalah kampung satu dengan kampung lainnya. Kemudian dua bulan kemudian pasien merasakan cemas lagi dikarenakan masalah anak-anak yang minum-minuaman beralkohol didekat rumahnya. Pasien sudah 4 tahun rawat jalan di Poli Jiwa.

III. Emosi yang TerlibatKasus ini menarik untuk dibahas karena pasien sering merasakan cemas dan panik. emosi yang terlihat adalah pada saat pasien mengatakan anaknya belum pulang bersama temannya untuk mengerjakan tugas (pasien merasa cemas dan panik), pasien sudah 4 tahun dirawat jalan di Poli Jiwa Undata dan belum bisa putus obat (obat yang diberikan oleh dokter).

IV. EvaluasiPengalaman BaikPengalaman baik yang didapatkan pasien sangat kooperatif dan sangat komunikatif saat diwawancarai. Tidak ada penolakan untuk dilakukan wawancara kepada pasien. Pasien sangat terbuka dan bersikap jujur dalam memberikan informasi mengenai keluhan dan riwayat pribadinya.

Pengalaman BurukTidak ada pengalaman buruk yang dialami selama wawancara.

V. AnalisisPasien ini dapat didiagnosis sebagai gangguan cemas menyeluruh (F 41.1). Berdasarkan manifestasi klinis seperti: Penderita menunjukan sikap cemas sebagai gejala primer yang berlansung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai)c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb).Pasien ini menunjukkan manifestasi klinis sebagai berikut: Gangguan tidur karena cemas dan panik Cemas dan panik ketika ditinggalkan anaknya, ketika ada masalah pekerjaan, ketika ada anak-anak minum-minuman beralkohol. Gelisah, jantungnya berdebar-debar

VI. PenatalaksanaanFarmakoterapiPemberian benzodiazepine dimulai dari dosis rendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi, lama pengobatan rata-rata 2-6 minggu dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2 minggu.Pemberian buspiron dapat memperbaiki gejala kognitif dibandingkan gejala somatik.Pemberian sertalin dan paroxetine merupakan pilihan yang lebih baik dari pada fluoksetin.Antihipertensi (konsul penyakit dalam).Psikoterapi Terapi kognitif-perilaku: Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi kognitif secara dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung.teknik yang digunakan pada pendekatan behavior adalah relaksasi dan biofeedback.

Terapi suportif: Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaan. Psikoterapi berorientasi tilikan: terapi ini dilakukan dalam orientasi terapi grup tetapi dilakukan dalam alam sadar Orientasi pikiran (konsul psikiater): Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah sadar, memilik egostrength, relasi objek, serta keutuhan self pasien.Kita sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur, bila tidak tercapai minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya. Psikoterapi supportif (konseling): Untuk penyelesaian masalah

VII. Prognosis: Prognosis gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan yang kronis yang mungkin berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami gangguan panic juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.a. Faktor yang meringankan: anak pasien harus selalu memberikan informasi kepada ibunya dan ibunya harus mempercayai anaknya, masalah pekerjaan harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya apabila ada masalah dikonsultasikan dengan teman-temannya agar beban yang dirasakan pasien bisa lebih ringan.b. Faktor yang memperberat: apabila pasien tidak minum obat secara teratur, apabila pasien selalu memikirkan anaknya dengan pikiran-pikiran negatif, masalah pekerjaan lebih berat apabila pasien tidak mengerjakannya dengan sebaik-baiknya dan harus mempunyai teman.

VIII. KesimpulanPada pasien ini sebaiknya selain mengkonsumsi obat, lebih melatih diri untuk melawan rasa cemas dan panik yang dirasakannya. Dianjurkan untuk terapi relaksasi untuk meredakan rasa cemas dan panik ketika serangan.

Teori tentang stres Stres adalah reaksi yang timbul dari tekanan yang berlebihan dan kekhawatiran yang tidak dapat diatasi.Tahapan stresa. Stres tingkat IGejalanya masih ringan yaitu: semangat besar, penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya.b. Stres tingkat IIGejalanya : merasa letih sewaktu bangun pagi, lelah sesudah makan siang, lelah menjelang sore hari, terkadang gangguan dalam sistem pencernaan dan kadang-kadang jantung berdebar, perasaan tegang pada otot-otot punggung dan perasaan tidak bisa santai.c. Stres tingkat IIIGejalanya : gangguan usus lebih terasa, otot-otot terasa lebih tegang, perasaan tegang semakin meningkat, gangguan tidur, badan terasa goyang dan rasa-rasa mau pingsan.d. Stres tingkat IVGejalanya: untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit, kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit, kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit, kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi,pergaulan sosial dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat. Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa.e. Stres tingkat V Gejalanya: keletihan yang mendalam, untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu, gangguan sistem pencernaan lebih sering, sukar buang air besar. Perasaan takut yang semakin menjadi mirip dengan panikf. Stres tingkat VIGejalanya: debar jantung terasa amat keras,nafas sesak, badan gemetar biasanya pasien pingsan.Manajemen Stres1. Ubah pola pikir Tehnik mengubah cara pandang terhadap sesuatu sehingga dapat merasa lebih baik. Positive thinking: fokus pada kekuatan anda, dan lupakan kegagalan/kendala yang anda hadapi sekarang2. Kenali batas maksimal kemampuan andaMisalnya buat jadwal dan pengaturan waktu, skala perioritas yang penting itu yang didahului3. Berbagi dan komunikasikan dengan teman dekat bila menghadapi dilema atau masalah berat4. Perbaiki komunikasi bila ada masalah dengan rekan kerja, minta maaf dan berlapang dada bila dikritik, dan senyum dan berikan pujian kepada rekan kerja yang yang telah membantu anda5. Ubah gaya hidup Pola makan yang sehat dan seimbang misalnya keju, susu,coklat, bayam dan lain-lain Hindari makanan dan minuman misalnya kopi, alkohol dll6. Olahragalah dengan teratur Melancarkan peredaran darah Menurunkan tekanan darah Menghilangkan kekhawatiran7. Tidur dengan cukup karena kelelahan membuat anda tidak konsentrasi dan terlalu lelah untuk berfikir8. Berlibur dan lakukan hobby anda9. Merenunglah dalam keheningan (tafakur)

DAFTAR PUSTAKA

Elvira SD, Hadisukanto G, 2010, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit FKUI, Jakarta.Maslim R, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.Harold I, K, 1998, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Widya medika, Jakarta.Yosep, I, 2010, Keperawatan Jiwa, Refika Aditama, Bandung

8