refleksi kasus 5 (prolapsus uteri-kolpokel vagina)
DESCRIPTION
Refleksi Kasus 5 (Prolapsus Uteri-Kolpokel Vagina)TRANSCRIPT
NAMA : Fidela Firwan Firdaus
NIM : 20080310018
RSUD : Panembahan Senopati Bantul
REFLEKSI KASUS
1. PENGALAMAN
Seeorang pasien P4A0 berusia 76 tahun datang melalui poliklinik kebidanan dan kandungan RSUD
Panembahan Senopati Bantul dengan keluhan sejak 1 minggu sebelum datang ke RS, pasien merasa
ada yang mengganjal di daerah genital, padahal sudah pernah operasi TAH dan kolporafi 1 tahun
yang lalu. Awalnya hanya turun sedikit, bisa masuk sendiri bila pasien berbaring, namun lama
kelamaan peranakan turun seluruhnya. Oleh dokter didiagnosis Kolpokel vagina pasca
histerektomia atas indikasi prolapsus uteri dan prolapsi dinding vagina posterior dan direncanakan
pasang cicncin pesarium.
2. MASALAH YANG DIKAJI
Mengapa pasien dilakukan pemasangan cincin pesarium? Apakah tujuan dipasangnya cincin pesarium?
3. ANALISA KRITIS
Pengobatan dengan pessarium sebenarnya hanya bersifat paliatif, yaitu menahan uterus di
tempatnya selama dipakai. Oleh karena itu, jika pessarium diangkat, timbul prolapsus lagi. Ada
berbagai macam bentuk dan ukuran pessarium. Prinsip pemakaian pessarium adalah bahwa alat
tersebut mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga bagian dari vagina
tersebut berserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bagian bawah. Jika pessarium
terlalu kecil atau dasar panggul terlalu lemah, pessarium dapat jatuh dan prolapsus uteri akan
timbul lagi. Pessarium yang paling baik untuk prolapsus genitalis ialah pessarium cincin, terbuat
dari plastik. Jika dasar panggul terlalu lemah dapat digunakan pessarium Napier. Pessarium ini
terdiri atas suatu gagang (stem) dengan ujung atas suatu mangkok (cup) dengan beberapa lubang,
dan di ujung bawah 4 tali. Mangkok ditempatkan di bwah serviks dan tali-tali dihubungkan
dengan sabuk pinggang untuk memberi sokongan kepada pessarium. Sebagai pedoman untuk
mencari ukuran yang cocok, diukur dengan jari jarak antara forniks vagina dengan pinggir atas
intraoitus vagina. Ukuran tersebut dikurangi dengan 1 cm untuk mendapatkan diameter dari
pessarium yang dipakai. Pessarium diberi zat pelicin dan dimasukkan miring sedikit ke dalam
vagina. Setelah bagian atas masuk ke dalam vagina, bagian tersebut ditempatkan ke forniks
vagina posterior. Untuk mengetahui setelah dipasang, apakah ukuran pessarium cocok atau tidak,
penderita disuruh mengejan atau batuk. Jika pessarium tidak keluar, penderita disuruh jalan-jalan,
apabila ia tidak merasa nyeri, pessarium dapat dipakai terus.
Indikasi penggunaan pessarium adalah:
a. Kehamilan
b. Bila penderita belum siap untuk dilakukan operasi
c. Sebagai terapi tes, menyatakan bahwa operasi harus dilakukan
d. Penderita menolak untuk dioperasi, lebih memilih terapi konservatif
e. Untuk menghilangkan gejala simptom yang ada, sambil menunggu waktu operasi dapat
dilakukan.
Kontraindikasi terhadap pemakaian pessarium ialah:
a. Radang pelvis akut atau subakut
b. Karsinoma
Komplikasi penggunaan pessarium ada beberapa, antara lain:
a. Penyakit inflamasi akut pelvis
b. Nyeri setelah insersi
c. Rekuren vaginitis
d. Fistula vesikovaginal
4. DOKUMENTASI
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. Maria Miyati
Usia : 76
Alamat : Tulasan, Mulyodadi, Bantul
Pekerjaan : Pensiunan
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : S1
No RM : 13 03 73
Masuk RS : 26-09-2012 Pk. 10:30
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 27 April 2009 WIB dan data sekunder
Keluhan Utama
Ada yang mengganjal di daerah vagina, sudah dilakukan operasi TAH dan kolporafi pada 31
November 2011
Riwayat Penyakit Dahulu
Diabetes Melitus, Penyakit jantung, batuk lama disangkal
Hipertensi (+)
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit jantung, Asma disangkal
Riwayat Obstetri, Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan
Riwayat menstruasi : menstruasi pertama saat usia 14 tahun, siklus teratur tiap bulan, lama
lupa, ganti pembalut lupa, tidak nyeri. Pasien sudah menopause sejak 25
tahun yang lalu.
Riwayat kehamilan : P4A0
Anak pertama : Wanita, 49 tahun, lahir spontan di bidan, BL 3400 gram
Anak kedua : Laki-laki, 47 tahun, lahir spontan di rumah sakit, BL 3000 gram
Anak ketiga : Laki-laki, 44 tahun, lahir spontan di rumah sakit, BL > 2700 gram
Anak keempat: Wanita, 41 tahun, lahir spontan di bidan, BL > 300 gram
Riwayat KB : Tidak ditanyakan
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : compos mentis
Keadaan gizi : cukup
Status gizi : BB 47 kg TB 155 cm IMT 19,6
TD: 150/80 mmHg Nadi: 80 x/menit Suhu: 36.8 0C Pernafasan: 20 x/menit
Status Generalis
Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Paru : vesikuler +/+, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing
Jantung : BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen : tidak buncit, hati limpa tidak teraba, bunyi usus (+) normal, massa (-), nyeri
tekan (-)
Ektremitas : akral hangat, edema (-), capillary refill time < 2”
Status ginekologi
Inspeksi : tampak massa keluar sebagian dari introitus vagina, bentuk
bulat, warna merah muda, discharge (-), erosif (-)
Palpasi : teraba massa ukuran 2 cmx2cmx3cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan
(-).
Inspekulo : tidak dilakukan
Vaginal touché : massa dapat dimasukkan, kesan kolpokel vagina, nyeri goyang (-), massa
adneksa (-), nyeri (-).
Kesan : Kolpokel vagina pasca histerektomia atas indikasi prolapsus uteri dan
prolansi dinding vagina posterior.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(-) Tidak ada pemeriksaan laboratorium, pasien langsung ditindak lanjuti di Poli Kandungan dan
Kebidanan RS Panembahan Senopati Bantul
DAFTAR MASALAH
1. Prolapsus Uteri
2. Kolpokel vagina pasca histerektomi
RENCANA TERAPI
Pasang Pessarium
5. REFERENSI
1. Lurain JR. in Menefee SA. Novak’s Gynecology. Chapter 20: Incontinence,
Prolapse, and Disorder of the Pelvic Floor. Pelvic organ prolapse. Lippincott Williams &
Wilkins 2002. P28
2. Mailhot T. Uterine prolapse (online) : http://www.emedicine.com
3. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Prolaps genital. Dalam Ilmu
Kandungan. Edisi kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta;1994;
ha.428-33.