refleks batuk

4
REFLEKS BATUK Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk, serabut saraf aferen, pusat  batuk, susunan saraf eferen dan efektor. Batuk bermula dari suatu rangsang pada reseptor  batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mieli n halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang  bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di laring, t rakea, karina dan daerah  percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus  paranasalis, perikardial dan diafragma. Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma. Tabel 1. Komponen refleks batuk Reseptor Aferen Pusat batuk  Eferen Efektor LaringTrakea Bronkus Telinga Pleura Lambung Hidung Sinus paranasalis Faring Perikardium Diafragma Cabang nervus vagus  Nervus trigeminus  Nervus glosofaringwus  Nervus frenikus Tersebar merata di medula oblongata dekat pusat  pernafasan, di  bawah kontrol  pusat yang lebih tinggi  Nervus vagus  Nervus frenikus intercostal dan lumbaris Saraf-saraf trigeminus, fasialis, hipoglosus, dan lain-lain Laring. Trakea dan  bronkus Diafragma, otot-otot intercostal, abdominal, dan otot lumbal Otot-otot saluran nafas atas, dan otot- otot bantu nafas

Upload: rahmat-agung

Post on 14-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refleks Batuk

7/27/2019 Refleks Batuk

http://slidepdf.com/reader/full/refleks-batuk 1/4

REFLEKS BATUK 

Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk, serabut saraf aferen, pusat

 batuk, susunan saraf eferen dan efektor. Batuk bermula dari suatu rangsang pada reseptor 

 batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun

di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring,

trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang

 bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di laring, trakea, karina dan daerah

 percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus

 paranasalis, perikardial dan diafragma.

Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang mengalirkan rangsang dari

laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang

Arnold dari n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis,

nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan

rangsang dari perikardium dan diafragma.

Tabel 1. Komponen refleks batuk 

Reseptor  Aferen  Pusat batuk   Eferen  Efektor 

LaringTrakea

Bronkus

Telinga

Pleura

Lambung

Hidung

Sinus paranasalis

Faring

Perikardium

Diafragma

Cabang nervus vagus

 Nervus trigeminus

 Nervus

glosofaringwus

 Nervus frenikus

Tersebar merata di

medula oblongata

dekat pusat

 pernafasan, di

 bawah kontrol

 pusat yang lebih

tinggi

 Nervus vagus

 Nervus frenikus

intercostal dan

lumbaris

Saraf-saraf 

trigeminus,

fasialis,

hipoglosus, dan

lain-lain

Laring. Trakea dan

 bronkus Diafragma,

otot-otot intercostal,

abdominal, dan otot

lumbal

Otot-otot saluran

nafas atas, dan otot-

otot bantu nafas

Page 2: Refleks Batuk

7/27/2019 Refleks Batuk

http://slidepdf.com/reader/full/refleks-batuk 2/4

Serabut aferen membawa rangsang ini ke pusat batuk yang terletak di medula oblongata, di

dekat pusat pemapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut eferen n.

Vagus, n. Frenikus, n. Interkostal dan lumbar, n. Trigeminus, n. Fasialis, n. Hipoglosus dan

lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini terdiri dari otot-otot laring, trakea, brrmkus,

diafragma, otot-otot interkostal dan lain-lain. Di daerah efektor inilah mekanisme batuk 

kemudian terjadi.

Gambar mekanisme batuk 

Reflek batuk muncul karena adanya mekanisme yang berurutan dari komponen reflek batuk,

adapun komponen reflek batuk adalah reseptor, saraf aferen, pusat batuk, saraf eferan dan

efektor. Reseptor batuk tersebar di larings, trakea, bronkus, telinga, lambung, hidung, sinus

 paranasal, faring dan perikardium serta diafragma. Saraf yang berperan sebagai aferen yaitu

n.vagus, trigeminus dan frenikus. Pusat batuk tersebar merata di medula dekat dengan pusat

 pernafasan. Saraf eferan yaitu n.vagus, frenikus, interkostal, lumbalis, trigeminus, fasial,

hipoglosus, Sedangkan yang bertindak sebagai efektor adalah otot laring, trakea, bronkus,

diafragma, interkostal dan abdominal.

Adanya rangsangan pada reseptor batuk (eksogen dan endogen) akan diteruskan oleh saraf 

aferen ke pusat batuk di medula. Dari pusat batuk, impuls akan diteruskan oleh saraf eferen

ke efektor yaitu beberapa otot yang berperan dalam proses respiratorik.

Page 3: Refleks Batuk

7/27/2019 Refleks Batuk

http://slidepdf.com/reader/full/refleks-batuk 3/4

Proses terjadinya batuk 

1. Inspirasi

Terjadi inspirasi dalam untuk meningkatkan volume gas yang terinhalasi. Semakin dalam

inspirasi semakin banyak gas yang terhirup, teregang otot-otot napas dan semakin meningkat

tekanan positif intratorakal.

2. Kompresi

Terjadi penutupan glotis setelah udara terhirup pada fase inspirasi. Penutupan glotis kira-kira

 berlangsung selama 0.2 detik. Tujuan penutupan glotis adalah untuk mempertahankan

volume paru pada saat tekanan intratorakal besar. Pada keadaan ini terjadi pemendekan otot

ekspirasi dengan akibat kontraksi otot ekspirasi, sehingga akan meningkatkan tekanan

intratorakal dan juga intra abdomen.

3. Ekspirasi(eksplusif)

Pada fase ini glotis dibuka, dengan terbukanya glotis dan adanya tekanan intratorakal dan

intra abdomen yang tinggi maka terjadilah proses ekspirasi yang cepat dan singkat (disebut

 juga ekspulsif). Derasnya aliran udara yang sangat kuat dan cepat maka terjadilah

 pembersihan bahan-bahan yang tidak diperlukan seperti mukus dll.

4. Relaksasi

Terjadi relaksasi dari otot-otot respiratorik. Waktu relaksasi dapat terjadi singkat ataupun

lama tergantung rangsangan pada reseptor batuk berikutnya.

Semoga bermanfaat

(Dikutip dari: Makmuri MS, Retno A, Landia S. Patofisiologi batuk. Continuing education

ilmu kesehatan anak. Surabaya: FK UNAIR; 2009)

BRONKIOLITIS

Bronkiolitis terutama disebabkan oleh Respiratory Syncitial Virus (RSV), 60 – 

90%dari kasus, dan sisanya disebabkan oleh virus Parainfluenzae tipe 1,2, dan 3, Influenzae B,

Page 4: Refleks Batuk

7/27/2019 Refleks Batuk

http://slidepdf.com/reader/full/refleks-batuk 4/4

Adenovirus tipe 1,2, dan 5, atau Mycoplasma. RSV adalah penyebab utama bronkiolitis dan

merupakan satu-satunya penyebab yang dapat menimbulkan epidemi.

Hayden dkk (2004) mendapatkan bahwa infeksi RSV menyebabkan bronkiolitis

sebanyak 45%-90% dan menyebabkan pneumonia sebanyak 40%.

Bronkiolitis sering mengenai anak usia dibawah 2 tahun dengan insiden tertinggi pada bayi

usia 6 bulan.1,3 Pada daerah yang penduduknya padat insiden bronkiolitis oleh karena RSV

terbanyak pada usia 2 bulan. Makin muda umur bayi menderita bronkiolitis biasanya akan

makin berat penyakitnya. Bayi yang menderita bronkiolitis berat mungkin oleh karena kadar 

antibodi maternal (maternal neutralizing antibody) yang rendah. Selain usia, bayi dan anak 

dengan penyakit jantung bawaan, bronchopulmonary dysplasia, prematuritas, kelainan

neurologis dan immunocompromized mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya

 penyakit yang lebih berat. Insiden infeksi RSV sama pada laki-Iaki dan wanita, namun

 bronkiolitis berat lebih sering terjadi pada laki-Iaki.