refleks

34
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Refleksi Kasus Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman GASTROENTERETIS AKUT Disusun oleh: BOBBY FAISYAL RAKHMAN Pembimbing: dr. Fatchul Wahab, Sp. A

Upload: durian-arms

Post on 22-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

geageageageagaega

TRANSCRIPT

Page 1: Refleks

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Refleksi KasusFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman

GASTROENTERETIS AKUT

Disusun oleh:BOBBY FAISYAL RAKHMAN

Pembimbing:dr. Fatchul Wahab, Sp. A

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER UMUMFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA2015

Page 2: Refleks

REFLEKSI KASUS

GASTROENTERETIS AKUT

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase Anak

Disusun oleh:BOBBY FAISYAL RAKHMAN

Menyetujui,

dr. Fatchul Wahab, Sp. A

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER UMUMFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA2015

Page 3: Refleks

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan refleksi

kasus yang berjudul “GASTROENTERITIS”.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan ini tidak lepas dari

bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. dr. Fatchul Wahab, Sp. A., sebagai dosen pembimbing klinik selama stase

ilmu penyakit anak.

2. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga

pendidikan saat ini.

3. Rekan sejawat dokter muda angkatan 2014 yang telah bersedia memberikan

saran dan mengajarkan ilmunya pada penulis.

4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Akhir kata, ”Tiada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis

membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna

memperbaiki laporan ini.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Samarinda, 6 Oktober 2015

Penulis

Page 4: Refleks

BAB I

RESUME PASIEN

2.1 Identitas

Identitas Pasien

Nama : An. AW

Umur : 4 tahun 4 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Anak ke : 1 (anak tunggal)

Alamat : Jalan Loa Bakung Samarinda

MRS : 25 Februari 2015

Identitas Orang Tua

AYAH

Nama : Tn. F

Umur : 27 tahun

Alamat : Jalan Loa Bakung Samarinda

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan Terakhir : SMA

Ayah perkawinan ke : I

IBU

Nama : Ny. H

Umur : 25 tahun

Alamat : Jalan Bengkinang Samarinda

Pekerjaan : IRT

Pendidikan Terakhir : SMA

Ibu perkawinan ke : I

Page 5: Refleks

2.2 Anamnesis

Anamnesis dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul 21.00 WITA, di

bangsal Melati RSUD AW. Sjahranie Samarinda. Aloanamnesa oleh ibu kandung

pasien.

Keluhan Utama

BAB cair dan muntah

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien di bawa ke IGD dengan keluhan buang air besar cair sejak 4 hari SMRS.

Keluhan ini muncul mendadak dengan frekuensi lebih dari 7 kali perhari sebanyak

+ ¼ gelas aqua setiap BAB, berwarna kuning kehijauan, ada lendir dan tidak ada

darah. Selama sakit, pasien menjadi sangat rewel dan gelisah. Pasien tidak mau

makan dan minum susu, hanya mau minum air putih. Pasien terlihat sangat lemas.

Apabila pasien menangis, masih ada air mata yang keluar. Muntah sejak 4 hari

sebelum MRS, dengan frekuensi + 2x/hari, sebanyak + ¼ gelas aqua setiap

muntah, berisi makanan, dan tidak menyemprot.Keluhan ini tidak disertai dengan

demam, batuk, pilek, sesak, dan sakit perut. Frekuensi buang air kecil pasien tidak

diketahui karena pasien menggunakan popok.

Riwayat Penyakit Dahulu

a. Faringitis : disangkal j. Polio : disangkal

b. Bronkitis : disangkal k. Enteritis : disangkal

c. Pneumonia : disangkal l. Disentri basilar : disangkal

d. Tuberkulosis paru : disangkal m. Disentri amoeba : disangkal

e. Pertusis : disangkal n. Cacingan : disangkal

f. Morbili : disangkal o. Operasi : disangkal

g. Varisela : disangkal p. Trauma otak : disangkal

h. Difteri : disangkal q. Tifoid : disangkal

i. Malaria : disangkal r. Alergi obat : disangkal

Page 6: Refleks

Riwayat Penyakit Keluarga

a. Ayah : sehat, tidak pernah menderita tuberkulosis paru, tekanan

darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, penyakit

ginjal, penyakit infeksi menular

b. Ibu : ibu pasien mengalami hal serupa yaitu buang air besar cair

sejak 2 hari yang lalu. Ibu pasien sering melakukan kontak

dengan pasien dan tidak mencuci tangan.

c. Keluarga dekat : sehat, tidak pernah menderita tuberkulosis paru, tekanan

darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, penyakit

ginjal, penyakit infeksi menular

Riwayat Pengobatan

Pasien sudah berobat di Puskesmas dan disarankan untuk berobat jalan oleh

dokter karena tidak ada tanda-tanda dehidrasi yang muncul pada pasien.

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

a. Berat badan lahir : 2.800 gram

b. Panjang badan lahir : 49 cm

c. Tersenyum : ibu lupa

d. Miring : 4 bulan

e. Tengkurap : 8 bulan

f. Duduk : 9 bulan

g. Gigi keluar : 12 bulan

h. Merangkak : 10 bulan

i. Berdiri : 12 tahun

j. Berjalan : 14 tahun

k. Berbicara dua suku kata : 20 bulan

l. Sekolah : belum sekolah

Makan Minum Anak

a. ASI pertama kali diberikan : Setelah lahir

Page 7: Refleks

b. Asi dihentikan : 24 bulan karena ASI sudah tidak bisa

diproduksi

c. Susu sapi buatan : Sejak usia 24 bulan

d. Buah : 7 bulan

e. Bubur susu : 7 bulan, diberikan 3 x 30-50 cc

f. Tim saring : 7 bulan, diberikan 3 x 1 mangkok

g. Makanan padat dan lauknya : 12 bulan, 3 x 1 piring kecil

h. Saat sakit : Tidak mau makan, hanya mau minum air

putih

Riwayat Prenatal

a. Pemeliharaan Prenatal : Rutin tiap bulan

b. Pemeriksa : Bidan di Puskesmas

c. Usia ibu saat hamil : 20 tahun

d. Penyakit kehamilan : Tidak ada

e. Obat-obatan yang sering diminum : Tablet asam folat dan zat besi

Riwayat Kelahiran

a. Tempat : Praktek bidan

b. Penolong : Bidan

c. Usia kehamilan : 38 minggu

d. Jenis partus : Spontan per vaginam

e. Penyulit : Tidak ada

Riwayat Postnatal

a. Pemeliharaan postnatal : Rutin

b. Periksa di : Bidan, praktek swasta

c. Keadaan anak : Sehat

d. Penggunaan KB : KB suntik 1 bulan

Page 8: Refleks

Jadwal Imunisasi

ImunisasiUsia saat imunisasi

I II III IV Booster I Booster II

BCG 1 bulan //////////// //////////// //////////// //////////// ////////////

Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -

Campak 9 bulan //////////// //////////// //////////// //////////// ////////////

DPT 0 bulan 2 bulan 4 bulan //////////// - -

Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -

2.3 Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul 21.00 WITA.

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : E4V5M6

Tanda Vital

a. Tekanan darah : 90/60

b. Nadi : 92 x/menit, reguler, kuat angkat

c. RR : 28 x/menit, reguler

d. Suhu (axila) : 36,1C

Antropometri

a. Berat Badan : 14 kg

b. Panjang Badan : 98 cm

c. Status Gizi : Gizi baik

Page 9: Refleks

BB/U

TB/U

Page 10: Refleks

BB/TB

Kepala/leher

Rambut : Warna hitam, tipis, tidak mudah dicabut

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong (+/+),

kornea tampak suram (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor

(4mm/4mm)

Telinga : Sekret (-), darah (-)

Hidung : Sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)

Mulut : Mukosa bibir normal, sianosis (-), lidah bersih

Tonsil : Normal, hiperemis (-/-), membesar (-/-)

Faring : Normal, hiperemis (-)

Gigi : Normal, karies (-)

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax

Paru Inspeksi : Bentuk dada normal, tampak simetris D = S, retraksi

intercosta (-)

Page 11: Refleks

Palpasi : Pergerakan simetris D = S

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler (+/+) , rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung kiri = ICS V MCL Sinistra

Batas jantung kanan = ICS IV PSL Dextra

Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Flat, tidak terlihat kontur usus, kembung (-)

Palpasi : Soefl, nyeri tekan (+) daerah epigastrium, defens muskular (-),

organomegali (-), turgor kulit menurun

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal

Alat Kelamin

Normal, gatal (-), sekret abnormal (-), perdarahan (-), luka (-)

Ekstremitas

Superior : Akral hangat, CRT <2 detik, pucat (-/-), edema (-/-),tidak ada

pembengkakan sendi atau tulang

Posterior : Akral hangat, CRT <2 detik, pucat (-/-), edema (-/-),tidak ada

pembengkakan sendi atau tulang,

Page 12: Refleks

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Analysis ItemTanggal

1/10/2015

Leukosit 8.400

Hb 11.4

Hct 37%

Trombosit 379.000

GDS 124

Na 135

K 4,8

Cl 100

2.5 Diagnosis Kerja

Diare akut dehidrasi ringan-sedang

2.6 Penatalaksanaan

Terapi pada pasien ini adalah:

1. IVFD RL 9800cc/5jam, dan dilanjutkan maintenance D5 ½ NS 1200 cc/24jam

2. Zinkid 1 x 1 tab

3. Oralit

2.7 Lembar Follow Up

Tanggal Subjective Objective Assesment Planning

2

Oktober

2015

BAB cair (+),

demam (-), sakit

kepala (-),

perdarahan (-),

muntah (-)

Kesadaran : cm

N : 80 x/menit,

kuat angkat

RR : 32 x/menit

T : 36,6o C

Mata cowong

Diare Akut

Dehidrasi

Ringan-

Sedang

1. IVFD D51/4NS 1200cc/jam

2. Zinkid 1 x 1 tab

3. Oralit

Page 13: Refleks

(-/-), turgor kulit

baik

3

Oktobe

r2015

BAB cair (+),

demam (-), sakit

kepala (-),

perdarahan (-),

muntah (-)

Kesadaran : cm

N :86 x/menit,

kuat angkat

RR : 28 x/menit

T : 36,8o C

Mata cowong

(-/-), turgor kulit

baik

Diare Akut

Dehidrasi

Ringan-

Sedang

1. IVFD D51/4NS 1200cc/jam

2. Zinkid 1 x 1 tab

3. Oralit

2.8 Prognosis

Dubia ad bonam

Page 14: Refleks

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Diare akut menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau

lebih yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari.

Menurut Noerasid diare akut ialah diare yang terjadi secara mendakak pada bayi

dan anak yang sebelumnya sehat. Sedangkan American Academy of Pediatrics

(AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau

perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual,

muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 – 7 hari.

3.2 Epidemiologi

Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan

3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara

berkembang berkisar 3,5-7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama

kehidupan dan 2-5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan.

Hasil survei oleh Depkes. diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301

per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996

sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama

kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian bayi

9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 2.

Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara

langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi

rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan

352 juta dollar di Amerika Serikat.

3.3 Etiologi

Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh

gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik.

Etiologi diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi

kini, telah lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat

Page 15: Refleks

diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan

diare pada anak dan bayi.

Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40-60%)

sedangkan virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus,

Minirotavirus.

Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia,

Bacillus cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium

perfringens, E coli, Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus

aureus, vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare

oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium,

Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi, Fasiolopsis buski,

Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan trichuris trichiura.

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk

melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi

dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru

yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat

mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan

koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang

berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP,

dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli

agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.

Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga

depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam

serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini

dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

Sebuah studi tentang masalah diare akut yang terjadi karena infeksi pada

anak di bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan,

hanya tiga agen infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan

meningkat pada anak penderita diare. Agen ini adalah Rotavirus,Shigella spp dan

E. Coli enterotoksigenik Rotavirus jelas merupakan penyebab diare akut yang

paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas tropis dan iklim sedang.

Page 16: Refleks

Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu seperti susu,

produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak

sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-

bahan kimia. Beberapa macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi

penyebab diare. Antibiotika akan menekan flora normal usus sehingga organisme

yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika akan berkembang bebas. Di samping

itu sifat farmakokinetik dari obat itu sendiri juga memegang peranan penting.

Diare juga berhubungan dengan penyakit lain misalnya malaria, schistosomiasis,

campak atau pada infeksi sistemik lainnya misalnya, pneumonia, radang

tenggorokan, dan otitis media.

3.4 Klasifikasi

Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang

dibagi lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal,

anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit

dan jamur, sedangkan non infeksi karena alergi, radiasi.

3.5 Patogenesis

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu

diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik

terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan

difermentasi oleh bahteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat

yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan

menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan

elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya

gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi,

post reseksi usus serta hipertiroid.

Perbedaan diare Osmotik dengan diare Sekretorik

Diare Osmotik Diare Sekretorik

Jumlah tinja sedikit

PH <5

Bereaksi + terhadap substansi reduksi

Diare berhenti jika pasien dipuasakan

Jumlah tinja banyak >200ml

PH Normal

Konsistensi Tinja sangat cair

Diare tidak berhenti jika pasien

Page 17: Refleks

dipuaskan

3.6 Manifestasi Klinis

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering

disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat

diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit.

Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila

penurunan berat badan antara 5%-10% dan dhidrasi berat bila penurunan lebih

dari 10%.

Derajat Dehidrasi

Gejala &

Tanda

Keadaan

UmumMata

Mulut/

LidahRasa Haus Kulit

BB

%

Estimasi

def.

cairan

Tanpa

Dehidrasi

Baik,

Sadar

Normal Basah Minum

Normal,

Tidak Haus

Turgor

baik

< 5 50 %

Dehidrasi

Ringan -

Sedang

Gelisah

Rewel

Cekung Kering Tampak

Kehausan

Turgor

lambat

5 –

10

50-100 %

Dehidrasi

Berat

Letargik,

Kesadaran

Menurun

Sangat

cekung

dan

kering

Sangat

kering

Sulit, tidak

bisa minum

Turgor

sangat

lambat

>10 >100 %

3.8 Diagnosis

Anamnesis

Riwayat pemberian makan anak sangat penting dalam melakukan tatalaksana anak

dengan diare. Tanyakan juga hal-hal berikut:

Diare

o frekuensi buang air besar (BAB) anak

o lamanya diare terjadi (berapa hari)

Page 18: Refleks

o apakah ada darah dalam tinja

o apakah ada muntah

Laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera

Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak atau pengobatan lainnya

Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi).

Pemeriksaan fisis

Cari:

Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat:

o rewel atau gelisah

o letargis/kesadaran berkurang

o mata cekung

o cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat

o haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa

minum.

Darah dalam tinja

Tanda invaginasi (massa intra-abdominal, tinja hanya lendir dan darah)

Tanda-tanda gizi buruk

Perut kembung.

Tidak perlu dilakukan kultur tinja rutin pada anak dengan diare.

3.9 Diagnosis Banding

DIAGNOSIS DIDASARKAN PADA KEADAAN

Diare cair akut Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang

dari 14 hari

Tidak mengandung darah

Kolera Diare air cucian beras yang sering dan banyak dan

cepat menimbulkan dehidrasi berat, atau

Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi KLB

kolera, atau

Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V.

cholerae

Disenteri Diare berdarah (terlihat atau dilaporkan)

Page 19: Refleks

Diare persisten Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih

Diare dengan gizi buruk Diare jenis apapun yang disertai tanda gizi buruk

Diare terkait antibiotik Mendapat pengobatan antibiotik oral spektrum luas

Invaginasi Dominan darah dan lendir dalam tinja

Massa intra abdominal (abdominal mass)

Tangisan keras dan kepucatan pada bayi.

 

3.10 Penatalaksanaan

DEPKES menetapkan 5 pilar penatalaksanaan diare untuk semua kasus

balita yang dirawat dirumah atau dirumah sakit, yaitu

-Rehidrasi

-Zinc

-Nutrisi

-Antibiotik

-Edukasi

Dehidrasi Ringan – Sedang

Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan

pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat

diberikan secara intravena sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral

dapat dilakukan setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya

dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak . Penggantian

cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan sebanyak 10ml/kgbb

setiap diare atau muntah.

Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar

yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang

pada anak, yaitu :

a. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )

b. Cairan hipotonik

c. Rehidrasi oral cepat 3 – 4 jam

d. Realiminasi cepat dengan makanan normal

e. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus

Page 20: Refleks

f. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan

g. ASI diteruskan

h. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )

i. Anti diare tidak diperlukan

Dehidrasi Berat

Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi

dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma,

pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian

cairan elektrolit parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO

diberikan sebagai berikut:

Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam

Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½ jam

Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan

penderita akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya

menyangkut waktu yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet

sebagaimana biasanya. Segala kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan

protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah sebabnya mengapa pada pemberian

terapi cairan diusahakan agar penderita bila memungkinkan cepat mendapatkan

makanan / minuman sebagai biasanya bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang

tidak memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum tetap dapat

dilanjutkan.

3.11 Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat

terjadi berbagai macam komplikasi seperti:

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)

2. Renjatan hipovolemik

3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektrokardiogram)

Page 21: Refleks

4. Hipoglikemia

5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena

kerusakan vili mukosa usus halus.

6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik

7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita

mengalami kelaparan

8. Hiponatremi

9. Syok hipovolemik

10. Asidosis

3.12 Prognosis

Diare akut dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi yang mengancam nyawa dan

penurunan berat badan. Prognosis akan semakin buruk jika diare akut melanjut

menjadi diare persisten sebab menimbulkan malabsorpsi, malnutrisi hingga

gangguan pertumbuhan. Terjadinya diare persisten dapat kita cegah dengan

mengobati diare akut dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu, WHO dan UNICEF

pada tahun 2003 membuat rekomendasi baru penatalaksanaan diare akut pada

anak yang telah diadopsi di Indonesia menjadi program Lintas Diare (lima

langkah tuntaskan diare).

Page 22: Refleks

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

utama, karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama

diare akut adalah infeksi Rotavirus yang bersifat self limiting sehingga tidak

memerlukan pengobatan dengan antibiotika. Pemakaian antibitika hanya untuk

kasus-kasus yang diindikasikan. Masalah utama diare akut pada anak berkaitan

dengan risiko terjadinya dehidrasi. Upaya rehidrasi menggunakan cairan rehidrasi

oral merupakan satu-satunya pendekatan terapi yang paling dianjurkan.

Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi

diare akut. Pemakaian anti sekretorik,probiotik, dan mikronutrien dapat

memperbaiki frekuensi dan lamanya diare. Hal lain yang perlu diperhatikan

adalah pemberian makanan atau nutrisi yang cukup selama diare dan mengobati

penyakit penyerta.

4.2 Saran

Mengingat masih banyaknya kekurangan dari refleksi kasus ini, baik dari segi

diskusi, penulisan tutorial dan sebagainya, untuk itu saya mengharapkan kritik dan

saran dari dosen-dosen yang mengajar, dari rekan-rekan sesama dokter muda dan

dari berbagai pihak demi kesempurnaan refleksi kasus ini.