referat jiwa

63
KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Penulis ucapkan karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini tepat pada waktunya. Tugas referat ini penulis susun untuk memenuhi tugas pada kepaniteraan klinik stase ilmu kesehatan jiwa di Rumah Sakit Islam Jiwa Klender. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu tersusunnya laporan referat ini terutama dr.Prasila Darwin,Sp.KJ selaku pembimbing di Rumah Sakit Islam Jiwa Klender. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca, agar penulis dapat mengoreksi diri dan dapat membuat laporan referat yang lebih sempurna di lain kesempatan. Semoga laporan referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, sekarang maupun masa yang akan datang. 1

Upload: azka-faza-fadhila

Post on 10-Jul-2016

226 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

fdvsa

TRANSCRIPT

Page 1: referat jiwa

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Penulis ucapkan karena dengan rahmat

dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini tepat pada waktunya.

Tugas referat ini penulis susun untuk memenuhi tugas pada kepaniteraan klinik

stase ilmu kesehatan jiwa di Rumah Sakit Islam Jiwa Klender.

Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu

tersusunnya laporan referat ini terutama dr.Prasila Darwin,Sp.KJ selaku pembimbing

di Rumah Sakit Islam Jiwa Klender.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih jauh dari

sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca, agar penulis dapat

mengoreksi diri dan dapat membuat laporan referat yang lebih sempurna di lain

kesempatan.

Semoga laporan referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, sekarang

maupun masa yang akan datang.

Jakarta, Juli 2014

Penulis

1

Page 2: referat jiwa

BAB I

PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan suatu penyakit gangguan mental yang timbul dan

diduga sebagai akibat ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia

dalam otak, dan termasuk gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya

perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi

normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi

(persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).

Skizofrenia merupakan penyakit yang paling menimbulkan kerusakan dalam

psikiatri. Menurut The Global Burden of Disease, skizofrenia merupakan salah satu

dari 10 penyebab kelumpuhan kemampuan di dunia di antara umur 15-44 tahun dan

ini tentu saja menyebabkan kerugian secara ekonomi baik dari efek langsung yaitu

biaya pengobatan dan efek tidak langsung yaitu ketidakmampuan untuk bekerja

secara produktif. Melihat dari onset umur penderita, skizofrenia menyerang pada

masa puncak mereka akan memperoleh pertumbuhan dan produktifitas

Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association

(APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.

75% Penderita skizofrenia biasanya mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia

remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini

dicirikan dengan stressor dalam perkembangan kepribadian dan pencarian identitas

diri. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena

dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.

Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting

karena semakin lama bila tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan

resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat.

2

Page 3: referat jiwa

BAB II

PEMBAHASAN

I. Sejarah

Skizofrenia telah dikenal sejak zaman peradaban kuno di hampir semua

kebudayaan. Deskripsi tentang gangguan ini tercatat sebelum 2000 SM dibuku

kuno Egyptian Book of Hearts, bagian dari Ebers papyrus. Gejala-gejala

psikologikal dikira muncul dari jantung dan uterus, dan berhubungan dengan

pembuluh darah, racun, atau setan. Deskripsi Hindu (1400 SM) dapat

ditemukan di Atharva Veda, salah satu teks pada agama Hindu. Veda ini berisi

hymne dan mantra dari India kuno. Tertulis bahwa kesehatan merupakan hasil

dari keseimbangan 5 elemen (Butha) dan 3 humor (Dosa) dan

ketidakseimbangan menghasilkan kegilaan. Teks Cina berjudul The Yellow

Emperor's Classic of Internal Medicine, 1000 SM, menjabarkan gejala

kegilaan, demensia, dan kejang. Setan atau keadaan supernatural sering dikira

sebagai penyebab tingkah laku psikotik.

Plato, penulis abab ke-5 dan ke-4 SM mendukung konsep yang modern

tentang hubungan antara pikiran dan tubuh. Beliau menemukan ide tentang

ketidaksadaran dan proses mental yang tidak berlogika dan menyatakan bahwa

semua orang mempunyai kapasitas pemikiran yang irrasional.

Sigmund Freud kemudian mengambarkan spekulasi Plato untuk

mendukung teorinya tentang proses ketidaksadaran sebagai fondasi gangguan

mental, dan Freud juga mengutip Plato dalam mendukung teorinya.

Hippocrates menyingkirkan ide psikosis karena setan dan menganjurkan

bahwa gangguan seperti epilepsi, kebingungan, dan kegilaan semua berasal

dari otak. Dalam usaha menjelaskan gangguan mental dan fisik, beliau

membuat dalil tentang kehadiran "humors" di tubuh termasuk darah dan

empedu. Fungsi mental dan fisik yang optimal dapat tercapai jika humors ini

berada dalam keadaan seimbang dan harmonis.

Emil Kraepelin merupakan orang yang berjasa dalam sejarah moderen

psikiatri dalam hal mengidentifikasi skizofrenia. Istilah dasar dari Emil

Kraeplin untuk skizofrenia adalah dementia praecox. Ini berdasarkan dari

pengamatannya, bahwa penyakit pasien berkembang pada umur yang relatif

3

Page 4: referat jiwa

muda (praecox), ditambah dengan perjalanan penyakit secara kronik dan tidak

memiliki secara jelas akhir dari perjalanan penyakit tersebut (dementia).

Pada awal tulisannya tahun 1887 Kraepelin menyamakan hebefrenia

dengan dementia praecox dan membedakan dengan katatonia dan dementia

paranoid. Tahun 1898, Kraepelin mempresentasikan paper di Heidelburg

berjudul "The Diagnosis and Prognosis of Dementia Praecox" dan

menunjukkan bahwa berbagai kondisi psikotik ini merupakan satu kesatuan

dari seluruh penyakit ini. Kraepelin berpikir bahwa terdapat suatu gangguan

organik yang melandasi dementia praecox. Pada tahun 1899, di buku

Psychiatrie tertulis "...in dementia praecox, partial damage to, or destruction

of, cells of the cerebral cortex must probably occur, which may be

compensated for in some cases, but which mostly brings in its wake a singular,

permanent impairment of the inner life."

Kraepelin membagi dementia prekoks menjadi 4 subtipe: paranoid,

hebefrenik, katatonik, dan simpleks. Pasien paranoid secara primer ditandai

delusi. Individu dengan hebefrenik terdapat tingkah laku bodoh dan pandir.

Tanda khas dari katatonik berupa gejala motorik dimana terdapat peningkatan

tonus otot dan postur yang menetap. Subtipe simpleks menunjukkan apatis

dengan penarikan diri.

Eugen Bleuler merupakan orang pertama mengunakan kata "skizofrenia",

berasal dari kata Yunani "pecah" dan "pikiran". Berbeda dengan kepribadian

yang terpecah, Bleuler mengartikan terpecahnya fungsi psikik.

Dia memperkenalkan 4 tanda penting berupa “4 A”,yaitu:

-. Afek tumpul

-. Asosiasi longgar

-. Ambivalensi

-. Autisme

Gejala lain dari skizofrenia seperti delusi, halusinasi, katatonia,

negativisme, dan stupor dikenal sebagai gejala sekunder. Bleuler mencatat

bahwa gejala sekunder ini muncul seperti gejala lainnya.

Kurt Schneider memperkenalkan gejala tingkat pertama dan gejala

tingkat kedua.

4

Page 5: referat jiwa

Gejala tingkat pertama berupa:

-. Mendengar suatu pikiran yang berbicara secara keras

-. Halusinasi auditorik yang mengomentari tingkah laku penderita

-. Thought withdrawal, insertion dan broadcasting

-.Halusinasi somatik, atau mengalami pikiran yang terkontrol atau dipengaruhi

oleh alasan luar yang tidak jelas.

Gejala tingkat kedua berupa bentuk halusinasi, depresi, atau suasana perasaan

yang berubah, emosi yang tumpul, kebingungan, dan ide delusi yang tiba-tiba.

Bila gejala tingkat pertama absen, skizofrenia masih dapat didiagnosis jika

terdapat jumlah gejala tingkat kedua yang mencukupi.

Tahun 1949, American Psychiatric Association bekerja sama dengan

New York Academy of Medicine mulai menetapkan standar sistem diagnosis di

Amerika Serikat. Hasilnya berupa Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders (DSM-I), diterbitkan tahun 1952. DSM-II terbit tahun 1968,

tetapi tidak jauh berbeda dengan yang terdahulu. DSM-III terbit tahun 1980,

DSM-IV tahun 1994, dan DSM-IV-TR tahun 2000. Edisi ketiga mengalami

perubahan yang sangat besar. Pada DSM-IV, skizofrenia dibagi menjadi 5

subtipe berupa paranoid, disorganisasi, katatonik, tak terinci, dan residual.

II. Definisi

Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan

dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang-kadang

mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari

luar.

Ada waham yang aneh, disertai dengan gangguan persepsi, afek abnormal

yang tidak terpadu dengan situasi yang sebenarnya.

Gangguan skizofrenia umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi

yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak serasi (inappropriate) atau

tumpul (blunted), dan ternyata kesadaran serta kemampuan intelektual

biasanya tetap dapat dipertahankan, walaupun terjadi defisit kognitif.

Pikiran, perasaan, dan perbuatan yang paling mendalam dirasakan seakan

diketahui oleh orang lain, dan waham-waham yang timbul menjelaskan bahwa

kekuatan alam dan supernatural sedang bekerja mempengaruhi pikiran dan

5

Page 6: referat jiwa

perbuatan penderita dengan cara-cara yang tidak masuk akal atau bizzare

(aneh).Halusinasi auditorik sering diketemukan dalam bentuk komentar

tentang diri pasien atau berbicara secara langsung kepadanya.

Sering terjadi penghentian dan interpolasi dalam arus proses pikir, dengan

akibat pikiran menjadi terputus-putus. Interpolasi (sisipan-sisipan) pikiran

tersebut dirasakan oleh pasien atau yakin bahwa pikirannya disedot

(withdrawl) oleh kekuatan dari luar. Alam perasaan dapat menjadi dangkal

(shallow), berubah-ubah (capsicious), atau tidak sesuai (incongruous).

Ambivalensi dan gangguan dorongan kehendak dapat bermanifestasi

sebagai inersia, negativisme, atau stupor. Mungkin terdapat perilaku yang

katatonia. Dalam DSM-IV dan DSM-IV-TR (tabel 1-1), skizofrenia

didefinisikan sebagai sekelompok ciri dari gejala positif dan negatif;

ketidakmampuan dalam fungsi sosial, pekerjaan ataupun hubungan antar

pribadi dan menunjukan terus gejala-gejala ini selama paling tidak 6 bulan.

Sebagai tambahan, gangguan skizoafektif dan gangguan afek dengan gejala

psikotik tidak didefinisikan sebagai skizofrenia dan juga skizofrenia tidak

disebabkan oleh karena efek langsung karena psikologi dari zat atau kondisi

medis.

Skizofrenia akut

Episode skizofrenia akut merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan

onset akut gejala-gejala skizofrenia di bawah 6 bulan. Sejak DSM-IV

mendefinisikan skizofrenia sebagai gangguan kronik, kondisi ini sekarang harus

diklasifikasikan ke dalam gejala psikotik lain, seperti gangguan skizofreniform,

psikosis reaksi singkat, atau gangguan skizoafektif.

Skizofrenia laten

Suatu jenis skizofrenia yang ditandai dengan gejala skizofrenia jelas, tetapi

tanpa adanya riwayat episode skizofrenia psikotik, mencakup kondisi yang dulu

disebut sebagai skizofrenia ambulatori, borderline, prapsikotik, pseudoneurotik,

dan pseudopsikopatik, yang didalamnya tidak pernah terdapat episode psikotik

akut. Penderita yang memenuhi istilah-istilah ini tidak memenuhi definisi

skizofrenia dari DSM-IV. Oleh karena itu sebagian besar diklasifikasikan sebagai

gangguan kepribadian skizotipal.

6

Page 7: referat jiwa

III. Etiologi

Teori tentang etiologi skizofrenia masih berupa hipotesis, misalnya:

1. Somatogenik.

a. Keturunan

b. Endokrin

c. Metabolisme

d. Susunan saraf pusat

2. Psikogenik

a. Teori Adolf Meyer

Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah sehingga menimbulkan

suatu maladaptasi. Oleh karena itu timbul suatu disorganisasi kepribadian. Lama-

kelamaan orang itu menjauhkan diri dari kenyataan (autisme).

b. Teori Sigmund Freud

- kelemahan ego karena penyebab psikogenik (kejiwaan) atau

somatik (psikis yang menyebabkan kelainan fisik).

- Super ego sebagai sesuatu yang tak ada artinya karena tidak

bertenaga, dan ide yang berkuasa, mengalahkan Ego dan Super Ego.

3. Kombinasi

a. Konstitusi skizoid

Menurut Manfred Bleuler, konstitusi dengan kepribadian premorbid

berbentuk skizoid, yang mempunyai ciri isolasi diri, pendiam dan tidak

komunikatif, pencuriga, mudah tersinggung, sering tidak

memperhitungkan akibat yang merugikan, yang bersebab pada

perbuatannya, kejam dan dingin, sifat paranoid, pemalu dan menarik diri,

fanatik dan sukar dibelokkan, serta eksentrik. Penderita skizofrenia pernah

menunjukkan salah satu ciri di atas.

b. Sindrom skizofrenia

Sindrom ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti misalnya

keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, dan penyakit

lain yang belum diketahui.

7

Page 8: referat jiwa

c. Gangguan psikosomatik

Ada yang berpendapat bahwa skizofrenia merupakan gangguan

psikosomatik, sedang gejala pada badan merupakan gejala sekunder,

karena gangguan dasar yang psikogenik, atau merupakan manifestasi

somatik dari gangguan psikogenik. Sangat sukar dibedakan antara yang

primer dan sekunder, mana yang sebab atau penyebabnya.

4. Sosiogenik

Banyak skizofrenia dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah, terutama

karena kemiskinan.

Model yang paling sering digunakan adalah model stres diatesis, yang

mengatakan bahwa orang yang menderita skizofrenia memiliki kerentanan

biologik khas, atau diatesis yang dicetuskan oleh stres dan menimbulkan gejala

skizofrenia. Stres mungkin biologik, genetik, psikososial, atau lingkungan.

1. Genetik

a. Konsanguinitas

Insiden dalam keluarga lebih tinggi daripada populasi umum. Keselarasan

monozigotik lebih besar daripada dizigotik.

b. Keselarasan

Proporsi kembar yang terkena dengan kembarnya terkena atau akan terkena.

c. Studi adoptif

Resiko akibat orangtua biologiknya, bukan orangtua adoptif.

- resiko bagi anak adopsi (sekitar 10-12%) sama jika anak itu

dibesarkan orangtua biologiknya sendiri

- lebih besar prevalensi skizofrenia pada orangtua biologik

dibanding anak adopsi akan menderita skizofrenia dibandingkan anak yang

dibesarkan oleh orangtua adoptif

- kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah memiliki

angka keselarasan seperti kembar yang dibesarkan bersama

- anak yang lahir dari orangtua sehat dan dibesarkan oleh

orangtua skizofrenia tak memiliki angka kenaikan skizofrenia.

d. 9 dari 10 pasien skizofrenia tak memiliki saudara tingkat 1 dengan

skizofrenia

8

Page 9: referat jiwa

2. Biokimia

a. Hipotesis Dopamin

Gejala yang ditimbulkan sebagai akibat aktivitas hiperdopaminergik

yang disebabkan oleh karena terjadi hipersensitifnya reseptor dopamin atau

naiknya aktivitas dopamin. Obat antipsikotik terikat kepada reseptor dopamin

D2 dan menyebabkan penurunan fungsional aktivitas dopamin.

Obat yang menambah kadar dopamin akan memperburuk atau

mencetuskan psikosis, misalnya: amfetamin, kokain. Dopamin penting dalam

manifestasi simtomatik dari skizofrenia. Namun belum dapat dijelaskan

dengan memuaskan.

b. Hipotesis Norepinefrin

Aktivitas norepinefrin naik pada skizofrenia, dan akan menyebabkan naiknya

sensitisasi terhadap input sensorik.

c. Hipotesis GAMA

Turunnya aktivitas GABA akan menyebabkan naiknya aktivitas dopamin.

d. Hipotesis Serotonin

Metabolisme serotonin abnormal tampak pada sebagian pasien skizofrenia

kronik, yaitu terjadi hiper maupun hiposerotoninemia.

e. Peniletilamin (PEA)

Suatu amina endogen yang sangat mirip amfetamin. Bila jumlahnya naik

mungkin dapat menimbulkan kenaikan umum terhadap kerentanan endogen

terhadap psikosis.

f. Halusinogen

Amina endogen tertentu mungkin bertindak sebagai substrat bagi metilasi

abnormal yang menimbulkan halusinasi endogen.

g. Enzim

Turunnya kadar MAO trombosit berkorelasi dengan terjadinya psikopatologi

secara keseluruhan.

Inhibitor DBH (dopamin beta hidroksilas) akan menimbulkan psikosis

(skizofrenia tertentu).

h. Gluten

9

Page 10: referat jiwa

Unsur protein gandum yang mungkin tak dapat ditolerir pasien skizofrenia

tertentu.

3. Psikososial

Pasien yang memiliki emosi ekspresi (EE) yang tinggi memiliki angka relaps lebih

tinggi daripada pasien yang berasal dari keluarga berekspresi emosi lebih rendah.

EE didefinisikan sebagai perilaku yang intrusif, terlihat berlebihan, kejam dan

kritis. Angka relaps akan berkurang jika perilaku keluarga diubah menjadi EE

yang lebih rendah. Umumnya disfungsi keluarga merupakan suatu konsekuensi,

bukan merupakan sebab dari skizofrenia.

IV. Perjalanan Penyakit dan Gejala Klinis

Secara karakteristik, gejala skizofrenia dimulai pada masa remaja, diikuti

dengan perkembangan gejala prodromal pada fase akut, yang berlangsung dalam

beberapa hari sampai beberapa bulan, bahkan bertahun-tahun.

Perjalanan skizofrenia ditandai dengan gejala pramorbid sebelum fase

prodromal.

Riwayat pramorbid yang tipikal pada pasien skizofrenia, pada umumnya

mempunyai kepribadian skizoid atau skizotipal. Kepribadian tersebut ditandai

dengan tanda-tanda pendiam, pasif, dan introvert (menarik diri).

Pada fase prodromal didapatkan tanda dan gejala yang khas yaitu:

a. Terdapatnya deteriorasi (pengurangan) yang jelas dari taraf fungsi

penyesuaian sebelumnya.

b. Penarikan diri dari kehidupan sosial

c. Hendaya dalam fungsi peran

d. Tingkah laku aneh

e. Hendaya dalam higiene diri dan berpakaian

f. Afek yang tumpul atau tak serasi

g. Gangguan komunikasi

h. Ide-ide yang mirip waham

Gejala prodromal dapat berlangsung bebulan-bulan sebelum diagnosis

pasti dibuat. Umumnya gejala prodromal muncul pada usia belasan tahun terakhir

atau 20-an awal. Kejadian pencetus seperti trauma emosi, obat, dan separasi

(perpisahan) dapat memicu episode penyakit.

10

Page 11: referat jiwa

Waham dan halusinasi auditorik yang merupakan gejala patognomonik

dari skizofrenia. Perjalanan skizofrenia berlangsung secara klasik yaitu mengalami

deteriorasi sesuai perjalanan waktu, dan eksaserbasi akut superimpos pada

gambaran kronik. Kerentanan terhadap stres dapat berlangsung seumur hidup.

Dalam perjalanan penyakitnya, skizofrenia mempunyai 3 fase, yaitu

fase prodromal, fase aktif, fase residual, dan dapat berkembang menjadi perjalanan

gangguan skizofrenia:

1. Subkronik

Yaitu bila individu menunjukkan penyakitnya terus-menerus, paling sedikit 6

bulan dan kurang dari 2 tahun.

2. Kronik

Sama dengan di atas tetapi melebihi 2 tahun.

3. Subkronik dengan eksaserbasi akut

Timbul ulangnya gejala psikotik yang jelas pada seseorang dalam keadaan

subkronik.

4. Kronik dengan eksaserbasi akut

Sama seperti di atas tetapi dalam keadaan kronik.

5. Dalam keadaan remisi

Yaitu keadaan yang sama sekali tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit,

terlepas apakah ia memakai obat atau tidak.

V. Kriteria Diagnosis

Kriteria diagnosis menurut Eugen Bleuler, dibagi menjadi gejala

primer dan sekunder.

Gejala primer (4A):

1. Asosiasi terganggu

Suatu proses pikir yang terganggu berupa ide yang satu belum habis

diutarakan sudah muncul ide yang lain sehingga pembicaraan menjadi

tidak dapat diikuti atau dimengerti.

2. Autisme

Suatu kecenderungan untuk menarik diri dari kehidupan sosial.

Orang tersebut lebih suka menyendiri dan berdialog dengan dunianya

sendiri.

11

Page 12: referat jiwa

3. Afek terganggu

Suatu gangguan berupa ketidaksesuaian antara antara afek dengan

suasana perasaan, dapat berupa afek tumpul, mendatar atau tidak

serasi.

4. Ambivalensi

Dua hal yang berlawanan dapat timbul pada saat yang bersamaan pada

objek yang sama.

Gejala sekunder:

1. Waham

Keyakinan patologis yang tidak dapat dikoreksi, meskipun telah

ditunjukkan bukti nyata bahwa keyakinannya salah dan di luar jangkauan

sosio-budayanya.

2. Halusinasi

Munculnya suatu persepsi baru dari panca indera yang salah (false

perception) tanpa adanya rangsangan/objek dari luar.

3. Ilusi

Munculnya suatu persepsi baru dari panca indera yang salah (false

perception) akibat adanya suatu rangsangan/objek dari luar.

4. Depersonalisasi

Suatu keadaan dimana seseorang merasa dirinya secara tiba-tiba berubah

dan tidak seperti sebelumnya.

5. Negativisme

Sikap yang menolak atau berlawanan dengan yang diperintahkan

kepadanya tanpa suatu alasan.

6. Automatisasi

Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh

dari luar dan tidak mempunyai tujuan.

7. Echolalia

Secara spontan menirukan bunyi, suara atau ucapan yang didengar dari

orang lain seperti membeo.

8. Manerisme

12

Page 13: referat jiwa

Tindakan mengulang-ulang perbuatan tertentu secara eksesif, biasanya

dilakukan secara ritual seperti melakukan suatu seremonial.

9. Stereotipik

Tindakan mengulang-ulang suatu pekerjaan atau perbuatan tanpa adanya

suatu tujuan (non-goal directed) dan tidak selesai-selesai

10. Fleksibilitas Cerea

Suatu sikap, bentuk atau posisi yang dipertahankan dalam waktu yang

lama. Bila posisi tersebut digeser, maka posisi baru tersebut tetap

dipertahankan (seakan-akan seperti lilin)

11. Benommenheit

Intelektual atau perkembangan mental yang terlambat atau terbatas

Kriteria diagnosis menurut Schneider yaitu gejala tingkat pertama

(untuk diagnosis perlu 1 gejala A dan 1 gejala B):

1. Halusinasi auditorik, berupa :

a. Pikiran yang dapat didengar sendiri

b. Suara yang sedang bertengkar

c. Suara yang sedang mengomentari perilaku pasien

2. Gangguan batas ego, berupa :

a. Somatic Passivity

Tubuh dan gerakannya seakan-akan dipengaruhi oleh suatu

kekuatan dari luar

b. Thought Withdrawal

Pikiran penderita seperti disedot keluar

c. Thought Insertion

Isi pikiran penderita seperti disisipkan atau dipengaruhi oleh orang

lain

d. Thought Broadcasting

Penderita merasa pikirannya seperti disiarkan kepada orang-orang

disekitarnya atau isi pikirannya dapat dibaca oleh orang lain

e. Made-feeling

Perasaannya seperti dibuat oleh orang lain

f. Made-impulse

13

Page 14: referat jiwa

Dorongan kehendaknya seolah-olah dari orang lain

g. Made-volitional Acts

Kemauan atau tindakannya seperti dipengaruhi oleh orang lain

h. Delusional

Persepsi yang dipengaruhi oleh waham

Kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM-IV :

A. Gejala karakteristik: Dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan

untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika

diobati dengan berhasil):

(1) Waham

(2) Halusinasi

(3) Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau

inkoheren)

(4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

(5) Gejala negatif, yaitu afek datar, alogia, atau tidak ada kemauan

(avolition)

Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah

kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengkomentari

perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling

bercakap satu sama lainnya.

B. Disfungsi sosial/pekerjaan: Untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset

gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan

interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai

sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan

untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan

yang diharapkan).

C. Durasi: Tanda gangguan terus menerus menetap selama sekurangnya 6

bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau

kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu, gejala

fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodomal atau residual,

tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau

dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang

14

Page 15: referat jiwa

diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang

tidak lazim).

D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood: Gangguan

skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan

karena:

(1) tidak ada episode depresif berat, manik, atau campuran yang telah terjadi

bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau

(2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya

adalah relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.

E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum: Gangguan tidak disebabkan oleh

afek biologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan,

suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: Jika terdapat riwayat

adanya gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya,

diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi

yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang

jika diobati secara berhasil).

Kriteria Diagnostik Skizofrenia Tipe Paranoid

Suatu tipe dari Skizofrenia dimana memenuhi kriteria berikut:

A. Preokupasi dengan satu atau lebih delusi atau halusinasi auditorik yang

sering.

B. Tidak ada dari yang berikut ini yang menonjol: pembicaraan

terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi atau katatonik, atau afek datar

atau tidak sesuai.

Kriteria Diagnostik Skizofrenia Tipe Terdisorganisasi

Suatu tipe dari Skizofrenia dimana memenuhi kriteria berikut:

A. Semua berikut ini menonjol:

(1) pembicaraan terdisorganisasi

(2) perilaku terdisorganisasi

(3) afek datar atau tidak sesuai

B. Kriteria pada Tipe Katatonik tidak terpenuhi.

15

Page 16: referat jiwa

Kriteria Diagnostik Skizofrenia Tipe Katatonik

Suatu tipe dari Skizofrenia dimana gambaran klinik didominasi oleh paling

kurang dua dari berikut:

(1) Imobilitas motorik dengan bukti katalepsi (termasuk waxy flexibility) atau

stupor

(2) Aktivitas motorik berlebihan (dimana terlihat tidak memiliki tujuan dan

tidak dipengaruhi stimuli luar)

(3) Negativisme ekstrim (terlihat resistensi terhadap semua perintah tanpa

alasan atau mempertahankan postur kaku melawan usaha untuk

mengerakkannya) atau mutisme

(4) Gerakan volunter yang aneh dengan bukti suatu posturing (postur bizar

atau tidak sesuai), gerakan stereotipi, mannerisme menonjol atau

menyeringai yang menonjol

(5) Ekolalia (menirukan suara atau ucapan orang lain) atau ekopraksia

(menirukan perbuatan orang lain)

Kriteria Diagnostik Skizofrenia Tipe Tidak Tergolongkan

Suatu tipe dari Skizofrenia dimana gejala pada Kriteria A ada, tetapi kriteria

pada tipe paranoid, terdisorgansasi, atau katatonik tidak terpenuhi.

Kriteria Diagnostik Skizofrenia Tipe Residual

Suatu tipe dari Skizofrenia dimana kriteria berikut terpenuhi:

A. Absennya delusi, halusinasi, pembicaraan terdisorganisasi, dan seluruh

perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang menonjol.

B. Terdapat bukti gangguan yang berlanjut, terindikasi dengan adanya gejala

negatif atau dua atau lebih gejala yang terdaftar pada Kriteria A untuk

skizofrenia, hadir dalam bentuk yang lemah (contoh, keyakinan aneh,

pengalaman persepsi yang tidak biasa).

16

Page 17: referat jiwa

Kriteria Diagnostik Menurut PPDGJ-II

A. Paling sedikit terdapat satu dari beberapa kriteria di bawah ini selama

suatu fase penyakit:

(1) Waham yang aneh (isinya jelas tak masuk akal, dan tidak berdasarkan

kenyataan), seperti waham dikendalikan oleh suatu kekuatan luar

(delusions of being controlled), penyiaran pikiran (thought

broadcasting), penyisipan pikiran (thought insertion), atau penyedotan

pikiran (thought withdrawal)

(2) Waham somatik, besar, agama, nihilistik, atau waham lainnya yang

bukan waham kejar atau cemburu

(3) Waham kejar atau cemburu yang disertai halusinasi dalam bentuk

apapun

(4) Halusinasi dengar yang dapat berupa suara yang selalu memberi

komentar tentang tingkah laku atau pikirannya; atau dua atau lebih

suara yang saling bercakap-cakap

(5) Halusinasi dengar yang terjadi beberapa kali yang berisi lebih dari satu

atau dua kata dan tidak ada hubungannya dengan depresi atau euforia

(6) Inkoherensi, kelonggaran asosiasi pikiran yang jelas, jalan pikiran yang

tidak masuk akal, atau kemiskinan pembicaraan yang disertai oleh

paling sedikit satu dari yang disebut dibawah ini:

(a) Afek yang tumpul, mendatar, atau tidak

serasi(inappropriate)

(b) Pelbagai waham atau halusinasi

(c) Katatonia atau tingkah laku lain yang sangat kacau

(disorganized)

B. Deteriorasi dari taraf fungsi penyesuaian sebelum dalam bidang pekerjaan,

hubungan sosial dan perawatan diri.

C. Jangka waktu: gejala penyakit itu berlangsung secara terus menerus selama

paling sedikit enam bulan dalam suatu periode di dalam kehidupan

seseorang, disertai dengan terrdapatnya beberapa gejala penyakitnya pada

saat diperiksa sekarang. Masa enam bulan itu harus mencakup fase aktif di

17

Page 18: referat jiwa

mana terdapat gejala pada kriteria A, dengan atau tanpa fase prodomal atau

residual, seperti yang dinyatakan di bawah ini:

Fase prodomal: Deteriorasi yang jelas dalam fungsi sebelum fase aktif

penyakit itu, dan yang tidak disebabkan oleh gangguan afek atau akibat

gangguan penggunaan zat, serta mencakup paling sedikit dua dari gejala

yang tersebut di bawah ini.

Fase residual: Setelah fase aktif paling sedkit terdapat dua gejala

tersebut di bawah ini yang menetap, dan yang tidak disebabkan oleh

gangguan afek atau Gangguan Pengunaan Zat.

Gejala-gejala Prodomal atau Residual:

(1) Penarikan diri atau isolasi dari hubungan sosial

(2) Hendaya (impairment) yang nyata dalam fungsi peran sebagai

pencari nafkah, siswa/mahasiswa, atau pengatur rumah tangga

(3) Tingkah laku aneh yang nyata (seperti mengumpulkan sampah,

berbicara sendiri di tempat umum, menimbun makanan)

(4) Hendaya yang nyata dalam higiene diri dan berpakaian

(5) Afek tumpul, mendatar atau tak serasi (inappropriate)

(6) Pembicaraan yang melantur, berbelit, sirkumstansial atau

metaforik (perumpamaan)

(7) Ide yang aneh atau tak lazim, atau pikiran magis, seperti

takhyul, “clairvoyance”, telepati, “indra keenam”, “orang lain

dapat merasakan perasaannya”, ide-ide yang berlebihan,

gagasan mirip waham yang menyangkut diri sendiri (ideas of

reference)

(Catatan: Dalam hal takhyul, perlu dipertimbangkan adanya

takhyul yang juga merupakan bagian tradisi/kepercayaan

masyarakat setempat)

(8) Penghayatan persepsi yang tak lazim, seperti ilusi yang selalu

berulang, merasa hadirnya suatu kekuatan atau seseorang yang

sebenarnya tidak ada

Contoh: Enam bulan gejala prodomal dengan satu minggu gejala dari

kriteria A.

Tak ada gejala prodomal, tetapi hanya ada enam bulan gejala-gejala

dari kriteria A.

18

Page 19: referat jiwa

Tak ada gejala prodromal dengan dua minggu gejala dari kriteria A dan

enam bulan gejala residual.

Enam bulan gejala dari A, lalu tampaknya disusul oleh remisi

(penyembuhan) penuh selama beberapa tahun, dan pada saat episode

sekarang terdapat satu minggu gejala dari kriteria A.

D. Apabila terdapat gejala lengkap dari sindrom manik atau depresif (lihat

kriteria A dan B dari Gangguan afektif Berat episode manik atau episode

depresif berat hal. 133 dan 136), gejala itu berkembang setelah ada gejala

psikotik apa pun dari kriteria A, atau berjangka waktu relatif lebih pendek

dari jangka waktu gejala psikotik pada kriteria A.

E. Onset fase prodomal atau fase aktif dari penyakitnya timbul sebelum usia

45 tahun.

F. Tidak disebabkan oleh Gangguan Mental Organik atau retardasi Mental.

Kriteria Diagnostik Skizofrenia Menurut PPDGJ-III

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

(a) “Thought echo”, “thought insertion” atau “thought withdrawal”,

dan “thought broadcasting”;

(b) Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi

(delusion of influence), atau “passivity” yang jelas merujuk pada

pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran,

perbuatan atau perasaan (sensations) khusus; persepsi delusional;

(c) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara

mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari

salah satu bagian tubuh;

(d) Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya

dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya

mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan

kemampuan “manusia super” (misalnya mampu mengendalikan

cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain);

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas:

19

Page 20: referat jiwa

(e) Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang

setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun

oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau

apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-

bulan terus-menerus;

(f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang

berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau

neologisme;

(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),

sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibiltas serea,

negativisme, mutisme, dan stupor;

(h) Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis, pembicaraan

terhenti, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar,

biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial

dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal

tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptik;

(i) Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan,

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas,

sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara

sosial.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodromal).

Pedoman Diagnostik Skizofrenia Tipe Paranoid

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. Sebagai tambahan:

Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;

(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa

bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa

(laughing);

20

Page 21: referat jiwa

(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,

atau lain-lain perasaan tubuh. Halusinasi visual mungkin ada tetapi

jarang menonjol;

(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan

dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta

gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

Pedoman Diagnostik Skizofrenia Tipe Hebefrenik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. Diagnosis hebefrenia untuk

pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset

biasanya mulai 15-25 tahun). Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas:

pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk

menentukan diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan

umunya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk

memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan:

- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta

mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan

perilaku yang menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.

- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inppropriate), sering

disertai oleh cekikikan (giggling), atau perasaan puas diri (self-satisfied),

senyum sendiri (self-absorbed smilling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty

manner), tertawa menyeringai (grimaces), manerisme, mengibuli secara

bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang

diulang-ulang

- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu

(rambling) serta inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir

umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak

menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan

kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran

ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu

21

Page 22: referat jiwa

perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya

suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,

Pedoman Diagnostik Skizofrenia Tipe Katatonik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. Satu atau lebih dari perilaku

berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya:

(a) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan

dalam gerakan serta aktivitas otonom) atau mutisme (tidak bicara);

(b) Gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang

tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan

mempertahankan posisi tubuh tertentu yang aneh atau tidak wajar);

(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap

semua perintah atau upaya untuk mengerakkan, atau pergerakan kearah

yang berlawanan);

(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya

mengerakkan dirinya);

(f) Fleksibilitas serea/”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan

tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

(g) Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara

otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-

kalimat.

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari

gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai

diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting

untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnositk

untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak,

gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi

pada gangguan afektif.

Pedoman Diagnostik Skizofrenia Tipe Tak Terinci

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia. Tidak memenuhi

kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik; tidak

memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-skizofrenia.

22

Page 23: referat jiwa

Pedoman Diagnostik Depresi Pasca-skizofrenia

Diagnosis harus ditegakkan hanya bila :

(a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria umum

skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;

(b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi

gambaran klinisnya); dan

(c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit

kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling

sedikit 2 minggu.

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis

menjadi Episode Depresif. Bila gejala skizofrenia masih jelas dan menonjol,

diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.

Pedoman Diagnotik Skizofrenia Residual

Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan, persyaratan berikut ini harus

dipenuhi semua:

(a) Gejala “negatif” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan

psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan

ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,

komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak

mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial

yang buruk;

(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau

yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia;

(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan

frekwensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat

berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negatif” dari skizofrenia;

(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi

kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif

tersebut.

23

Page 24: referat jiwa

Pedoman Diagnostik Skizofrenia Simpleks

Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara menyakinkan karena

tergantung pada pemantapan perkembangan yagn berjalan perlahan dan

progresif dari:

- Gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului

riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan

- Disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,

bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat

sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.

Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan sub tipe

skizofrenia lainnya.

VI. Penatalaksanaan

Terapi Somatik (Medikamentosa)

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut

antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola

fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis

antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-

benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan

merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk mengobati Skizofrenia.

Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu :

antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).

a. Antipsikotik Konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik

konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan

efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :

1. Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)

2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)

3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)

4. Prolixin (fluphenazine)

24

Page 25: referat jiwa

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik

konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical

antipsycotic.

Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada

pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan

antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli

merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua,

bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat

diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu

(disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan

terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot

formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.

b. Newer Atypcal Antipsycotic

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip

kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan

antipsikotik konvensional.

Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :

1. Risperdal (risperidone)

2. Seroquel (quetiapine)

3. Zyprexa (olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien

dengan Skizofrenia.

c. Clozaril

Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal

yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon

(berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki

efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang

(1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan

infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel

darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila

paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

25

Page 26: referat jiwa

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran

No Nama Generik Sediaan Dosis

1 Klorpromazin Tablet 25 dan 100 mg

Injeksi 25 mg/ml

150-600 mg/hari

2 Haloperidol Tablet 0,5 mg,1,5 mg,

5mg

Injeksi 5mg/ml

5-15 mg/hari

3 Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12-24 mg/hari

4 Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10-15 mg/hari

5 Flufenazin Dekanoat Injeksi 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu

6 Levomeprazin Tablet 25 mg

Injeksi 25 mg/ml

25-50 mg/hari

7 Trifluperazin Tablet 1 mg, 5 mg 10-15 mg/hari

8 Tioridazin Tablet 50 mg, 100 mg 150-600 mg/hari

9 Sulpirid Tablet 200 mg

Injeksi 50mg/ml

300-600 mg/hari

10 Pimozid Tablet 1 mg, 4 mg 1-4 mg/hari

11 Risperidon Tablet 1 mg, 2 mg, 3 mg 2-6 mg/hari

Obat Antipsikosis yang Mempunyai Efek Samping Gejala Ekstrapiramidal

Obat antispikosis dengan efek samping gejala ekstrapiramidalnya sebagai berikut:

Antipsikosis Dosis (mg/hr) Gej. Ekstrapiramidal

Chlorpromazine

Thioridazine

Perphenazine

trifluoperazine

150-1600

100-900

8-48

++

+

+++

26

Page 27: referat jiwa

Fluphenazine

Haloperidol

Pimozide

Clozapine

Zotepine

Sulpride

Risperidon

Quetapine

Olanzapine

Aripiprazole

5-60

5-60

2-100

2-6

25-100

75-100

200-1600

2-9

50-400

10-20

10-20

+++

+++

++++

++

-

+

+

+

+

+

+

Haloperidol sering menimbulkan sindroma parkinson. Mengatasinya dengan

tablet trihexyphenidyl 3-4x2 mg/hari, SA 0,5-0,75 mg/hari

Cara penggunaan

Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis)

yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder.

Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang

dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.

Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang

sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat

psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya

dimana profil efek samping belum tentu sama. Apabila dalam riwayat penggunaan

obat anti psikosis sebelumnya jenis obat antipsikosis tertentu yang sudah terbukti

efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk

pemakaian sekarang Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

27

Page 28: referat jiwa

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping

(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu

kualitas hidup pasien.

Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai

mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu

dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)

diturunkan setiap 2 minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun

(diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4

minggu) stop. Untuk pasien dengan serangan sindroma psikosis multi episode terapi

pemeliharaan dapat diberikan palong sedikit selama 5 tahun.

Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari

setelah dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis. Pada umumnya pemberian

obat psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua

gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif singkat penurunan obat

secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun waktu 2 minggu - 2bulan. Obat

antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan

dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali.

Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu:

1. gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain.

Keadaan ini akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi

sulfas atrofin 0,25 mg IM dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari)

Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang

tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi

oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru

ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting hanya

untuk terapi stabilisasi danpemeliharaan terhadap kasus skizofrenia. Penggunaan CPZ

(Chlorpromazine) injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu

peubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya

dengan injeksi noradrenalin (effortil IM).

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama

Newer atypical antipsycoic merupakan terapi pilihan untuk penderita

Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan

resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah.

28

Page 29: referat jiwa

Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai

bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat

lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih

lama pada Clozaril)

Terapi injeksi risperidone

Injeksi risperidone bukan pilihan yang unggul untuk pengobatan psikiatri pada

pasien skizofrenia dan gangguan skizoafektif yang dirawat maupun yang berisiko

untuk dirawat, dan itu terkait efek samping injeksi dan ekstrapiramidal yang

merugikan.

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)

Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting

untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang

penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat

tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk

efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih

rendah.

Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat

mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4

minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.

Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai

anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan

yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal

antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal

lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan

obat-obatan diatas gagal.

Pengobatan Selama fase Penyembuhan

Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah

sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang berhenti minum obat

setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan

pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama

12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang menderita

Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama

membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian

pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.

29

Page 30: referat jiwa

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama,

sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin

masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik

konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek

samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan

kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan

akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah

tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat

antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk

mencegah atau mengobati efek samping ini.

Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi

pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace.

Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis

efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan

antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan

mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.

Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi

seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-

obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif

terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya

lebih sedikit.

Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang

memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik

atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.

Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome,

dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat

menimbulkan komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini

membutuhkan penanganan yang segera.

Terapi Psikososial

a. Terapi perilaku

30

Page 31: referat jiwa

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial

untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan

praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian

atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa

dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau

menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur

tubuh aneh dapat diturunkan.

b. Terapi berorintasi-keluarga

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan

dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali

mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari).

Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi

keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali,

anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena

skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu

optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari

penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga

dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah

penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan

relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka

relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi

keluarga.

c. Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,

masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi

secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi

kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan

meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan

cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi

pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual

Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam

pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan

menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi

31

Page 32: referat jiwa

pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami

pasien. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak

emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang

diinterpretasikan oleh pasien.

Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di

dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit

dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban

dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi

jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah

sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah

lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama

yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah

tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau

eksploitasi.

Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,

menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,

prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan

efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian

yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga

mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka

menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari

keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana

pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah

kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan

di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan

termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang

membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.

Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di

rumah sakit yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo

cerleti(1887-1963). Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini belum

diketahui secara pasti. Alat yang digunakan adalah alat yang mengeluarkan aliran

32

Page 33: referat jiwa

listrik sinusoid sehingga penderita menerima aliran listrik yang terputus putus.

Tegangan yang digunakan 100-150 Volt dan waktu yang digunakan 2-3 detik.

Pada pelaksanaan Terapi ini dibutuhkan persiapan sebagai berikut:

Pemeriksaan jantung, paru, dan tulang punggung.

Penderita harus puasa

Kandung kemih dan rektum perlu dikosongkan

Gigi palsu , dan benda benda metal perlu dilepaskan.

Penderita berbaring telentang lurus di atas permukaan yang datar dan agak

keras.

Bagian kepala yang akan dipasang elektroda ( antara os prontal dan os

temporalis) dibersihkan.

Diantara kedua rahang di beri bahan lunak dan di suruh agar pasien

menggigitnya

Frekuensi dilakukannya terapi ini tergantung dari keadaan penderita dapat diberi:

2-4 hari berturut - turut 1-2 kali sehari

2-3 kali seminggu pada keadaan yang lebih ringan

Maintenance tiap 2-4 minggu

Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik dan bagi

pasien karena alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau tidak

adanya perbaikan setelah pemberian antipsikotik . Kontra indikasi Elektro konvulsiv

terapi adalah Dekompensasio kordis, aneurisma aorta, penyakit tulang dengan bahaya

fraktur tetapi dengan pemberian obat pelemas otot pada pasien dengan keadaan diatas

boleh dilakukan. Kontra indikasi mutlak adalah tumor otak. Sebagai komplikasi terapi

ini dapat terjadi luksasio pada rahang, fraktur pada vertebra, robekan otot-otot, dapat

juga terjadi apnue, amnesia dan terjadi degenerasi sel-sel otak.

VII. PROGNOSIS

Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan.

Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat

kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar

25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk.

Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan

ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat.

33

Page 34: referat jiwa

Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia.

1.Keluarga 

Skizofrenia tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu penderitanya, tapi

juga bagi orang-orang terdekat kepadanya. Biasanya, keluarganyalah yang paling

terkena dampak dari hadirnya skizofrenia. Pasien membutuhkan perhatian dari

masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang

mengalami Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami

gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.

2.Inteligensi

Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan

lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah. Karena

orang yang mempunyai inteligensi tinggi biasanya mudah diberi pemahaman, mudah

mengerti akan pentingnya pengobatan.

3.Pengobatan

Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien

(kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi

mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek

merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di beri

obat Risperidone serta Clozapine.

4.Reaksi Pengobatan

Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat lebih

bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap

pemberian obat.

5.Stressor Psikososial

Dengan semakin bertambah meningkatnya perkembangan teknologi, akan

mempengaruhi juga pada proses penyembuhan penyakit skizofrenia. Biasanya negara

berkembang, penderita skizofrenia bisa lebih cepat disembuhkan karena adanya

dukungan dari masyarakat sekitar. Sedangkan pada Negara-negara maju, prognosis

lebih susah dikarenakan, biasanya pada Negara-negara maju masyarakatnya

cenderung individual, tidak mengenal tetangga, dan tidak perdui terhadap lingkungan

sekitar.

Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi dampak

yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau

dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya dari luar individu dan

34

Page 35: referat jiwa

bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir maka prosgnosisnya adalah negatif atau

akan bertambah parah.

6.Kekambuhan

penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk. Dengan

seringnya penderita skizofrenia kambuh maka akan semakin lemah pula system yang

ada pada dirinya.

7.Gangguan Kepribadian

Pada gangguan kepribadian ini, orang yang mempunyai tipe introvert lebih susah

dideteksi apakah ia mempunyai gejala skizofrenia karena orang tersebut cenderung

menutup diri. Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan

sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar

terhadap kesembuhan.

8.Onset

Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan

akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih baik.

9.Proporsi

Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai prognosis

yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak proporsional.

10.Perjalanan penyakit

Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih baik

dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.

11.Kesadaran

Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah yang

menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

35

Page 36: referat jiwa

I. DIAGNOSA BANDING

Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat

Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam keadaan

medis psikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam zat. Jika psikosis atau

katatonia disebabkan oleh kondisi medis nonpsikiatrik atau diakibatkan oleh suatu zat,

diagnosis yang paling sesuai adalah gangguan psikotik akibat kondisi medis umum,

atau gangguan katatonia akibat zat. Manifestasi psikiatrik dari banyak kondisi medis

nonpsikiatrik dapat terjadi awal dalam perjalanan penyakit, seringkali sebelum

perkembangan gejala lain. Dengan demikian klinisi harus mempertimbangkan

berbagai macam kondisi medis nonpsikiatrik dii dalam diagnosis banding psikosis,

bahkan tanpa adanya gejala fisik yang jelas. Pada umumnya, pasien dengan gangguan

neurologist mempunyai lebih banyak tilikan pada penyakitnya dan lebih menderita

akibat gejala psikiatriknya daripada pasien skizofrenik, suatu kenyataan yang dapat

membantu klinisi untuk membedakan kedua kelompok tersebut.

Prognosis Baik Prognosis Buruk Onset lambat

Faktor pencetus yang jelas

Onset akut

Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan premorbid yang baik

Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif)

Menikah

Riwayat keluarga gangguan mood

Sistem pendukung yang baik

Gejala positif

Onset muda

Tidak ada factor pencetus

Onset tidak jelas

Riwayat social dan pekerjaan premorbid yang buruk

Prilaku menarik diri atau autistic

Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda

Sistem pendukung yang buruk

Gejala negatif

Tanda dan gejala neurologist

Riwayat trauma perinatal

Tidak ada remisi dalam 3 tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

36

Page 37: referat jiwa

Saat memeriksa seorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga pedoman

umum tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik. Pertama, klinisi harus cukup

agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya

gejala yang tidak lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadara.

Kedua, klinisi harus berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lemgkap,

termasuk riwayat gangguan medis, neurologist, dan psikiatrik. Ketiga, klinisi harus

mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatrik, bahkan pada

pasien dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia

mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita tumor otak yang menyebabkan

gejala psikotik dibandingkan dengan seorang pasien skizofrenik.

Berpura-pura dan Gangguan buatan

Baik berpura-pura atau gangguan buatan mungkin merupakan suatu diagnosis

yang sesuai pada pasien yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak

menderita skizofrenia. Orang telah menipu menderita skizofrenia dan dirawat dan

diobati di rumah sakit psikiatrik. Orang yang secara lengkap mengendalikan produksi

gejalanya mungkin memenuhi diagnosis berpura-pura (malingering); pasien tersebut

biasanya memilki alasan financial dan hokum yang jelas untuk dianggap gila. Pasien

yang kurang mengendalikan pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi

diagnosis suatu gangguan buatan (factitious disorder). Tetapi, beberapa pasien dengan

skizofrenia seringkali secara palsu mengeluh suatu eksaserbasi gejala psikotik untuk

mendapatkan bantuan lebih banyak atau untuk dapat dirawat di rumah sakit.

Gangguan Psikotik Lain

Gejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan yang

terlihat pada gangguan skizofreniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan

skizoafektif. Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama

(durasi) gejala yang sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada enam bulan.

Gangguan psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang tepat jika gejala

berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak

kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya. Gangguan skizoafektif adalah diagnosis

yang tepat jika sindroma manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan

gejala utama skizofrenia.

Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh

(nonbizzare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia

lainnya atau suatu gangguan mood.

37

Page 38: referat jiwa

Gangguan Mood

Diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood dapat sulit, tetapi penting

karena tersedianya pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mania dan depresi.

Gejala afektif atau mood pada skizofrenia harus relative singkat terhadap lama gejala

primer. Tanpa adanya informasi selain dari pemeriksaan status mental, klinisi harus

menunda diagnosis akhir atau harus menganggap adanya gangguan mood, bukannya

membuat diagnosis skizofrenia secara prematur.

Gangguan Kepribadian

Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri

skizofrenia; gangguan kepribadian skizotipal, schizoid, dan ambang adalah gangguan

kepribadian dengan gejala yang paling mirip. Gangguan kepribadian, tidak seperti

skizofrenia, mempunyai gejala yang ringan, suatu riwayat ditemukannya gangguan

selama hidup pasien, dan tidak adanya onset tanggal yang dapat diidentifikasi.

38

Page 39: referat jiwa

BAB III

KESIMPULAN

Diagnosis skizofrenia lebih banyak ditemukan dikalangan sosial ekonomi rendah.

Beberapa pola interaksi keluarga dan faktor genetik diduga merupakan salah satu

faktor penyebab terjadinya skizofrenia.75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya

pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang beresiko tinggi karena

tahap kehidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari

keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian

diri.

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum

diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”)

yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik,

fisik, dan sosial budaya.

Tidak ada jalur etiologi tunggal yang telah diketahui menjadi penyebab

skizofrenia. Penyakit ini mungkin mewakili sekelompok heterogen gangguan yang

mempunyai gejala-gejala serupa

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal,

fase aktif dan fase residual. Terdapat beberapa jenis skizofrenia yaitu skizofrenia

paranoid, skizofrenia herbefrenik, skizofrenia katatonik, depresi pasca skizofrenia,

skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, skizofrenia tak terinci, skizofrenia lainnya

dan skizofrenia yang tidak tergolongkan.

Terapi skizofrenia meliputi 2 hal yaitu psikofarmaka dan psikoterapi. Terapi

psikofarmaka digunakan golongan antipsikosis.

39

Page 40: referat jiwa

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Ed 2, 2013

2. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan

dari PPDGJ III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya,

Jakarta, 2013

3. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2010

4. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis Psikiatri,

ed 11, 2010

5. American Psychiatric Association. 2008. Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorder 4th Edition Text Revision. Washington DC:

Arlington VA.

6. Robert A. Rosenheck, M.D., John H. Krystal, M.D., Robert Lew, Ph.D.,

Paul G. Barnett, Ph.D., Louis Fiore, M.D., M.P.H., Danielle Valley,

M.P.H., Soe Soe Thwin, Ph.D., Julia E. Vertrees, Pharm.D. and Matthew

H. Liang, M.D., M.P.H., for the CSP555 Research Group. Long-acting

Risperidone and Oral Antipsychotics in Unstable Schizophrenia. The New

England Journal of Medicine. 2011

40