referat jiwa
DESCRIPTION
Referat JiwaTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Ciri utama dari gangguan somatoform adalah adanya keluhan gejala fisik yang berulang yang
disetai dengan permintaan pemeriksaan medis, meskipun sudah berkali- kali terbukti hasilnya
negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokter bahwa tidak ditemukan kelainan fisik yang menjadi
dasar keluhannya. Seandainya ada gangguan fisik, maka gangguan tersebut tidak menjelaskan
gejala atau distress dan preokupasi yang dikemukakan pasien. Meskipun onset dan kelanjutan
dari gejala tadi mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa kehidupan yang
tidakmenyenagkan ataupun konflik- konflik, pasien biasanya menolak upaya- upaya untuk
membahas kemungkinan adana penyebab psikologis, yang dapat dicapai perihal kemungkinan
penyebab gejala- gejalanya sering kali mengecewakan dan menimbulkan frusrasi pada kedua
belah pihak, pasien maupun dokter.
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionic), terutama
pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya unyuk menerima baha
keluhannya adalah memang penyakit fisik dan bahawa perlu adanya pemeriksaan fisik lebih lanjut.
1
HIPOKONDRIASIS
Definisi
Hipokondriasis didefinisikan sebagai preokupasi seseorang mengenai rasa takut menderita, atau
yakin memiliki, penyakit berat. rasa takut atau keyakinan ini muncul ketika sesorang salah
menginterpretasikan gejala atau fungsi tubuh. Istilah hipokonddiasis berasal dari istilah medis kuno
hipokondrium (“di bawah rusuk”) dan mencerminkan keluhan abdomen yang lazim ada pada
banyak pasien dengan gangguan ini. Hipokondriasis interpretasi yang tidak realistik atau tidak
akurat mengenai gejala atau sensasi fisik , walaupin tidak ada penyebab medis diketahui yang
ditemukan. Preokupasi pasien mengakibatkan distres yang signifikan pada mereka dan
mengganggu kemampuan mereka berfungsi dalam peran pribadi, sosial, maupun pekerjaan,
Epidemiologi
Satu sudi melaporkan prevalensi 6 bulan hipokondriasis sebanyak 4 hingga 6 persen di populasi
klinik medis umum, tetapi mungkin dapat setinggi 15 persen. Laki- laki dan perempuan secara
setara dapat mengalami hipokondriasis. Walaupun awitan gejala dapat terjadi pada usia
berapapun, gangguan ini paling lazim timbul pada orang berusia 20 hingga 30 tahun. Sejumlah
bukti menunjukkan bahwa diagnosis hopokondriasis lebih lazim pada orang kulit hitam daripada
kulit putih, tetappi posisi sosial, tingkat edukasi, dan status perkawinan tidak tampak memengaruhi
diagnosis. Keluhan hipokondriak dulaporkan terjadi pada kira- kira 3% mahasiswa kedokteran
biasanya dalam 2 tahun pertama, tetapi umumnya terjadi sementara/ singkat.
Etiologi
Di dalam kritria diagnotstik hipokondriasis, DSM-IV-TR menunjukkan bahwa gejala mencerminkan
adanya kesalahan ineterpretasi gejala tubuh. Sejumlah inti data menunjukkan bahwa orang
dengan hiponkondriasis mempertkuat sensasi somatiknya, mereka memiliki ambang yang lebih
rrendah dan toleransi yang elbih rendah terhadap ketidaknyamanan fisik. Contohnya orang normal
anggap sebagai tekanan abdomen, orang dengan hipokondriasis merasakannya sebagai nyeri
abdomen. Mereka dpat berfokus pada sensasi tubuh, salah menginterpretasi, dan menadi
waspada terhadapnya karena skema kognitif yang salah.
Teori kedua adalah bahwa hipokondriasis dapat dimengerti dalam hal model pembelajaran sosial.
Gejala hipokondriasis dipandang sebagai permintaan untuk masuk ke dalam peran sakit yang
diciptakan seseorang yang menghadapi masalah yang tampaknya tidak dapat diselesaikan dan
terlalu berat. Peranan sakit menawarkan pelarian yang memungkinkan pasien menghindari
kewajiban yang tidka menyebangkan, menunda yanangan yang tidak diinginkan, dan dibebaskan
dari tugas dan kewajiban.
2
Teori ketiga mengenai hipokondriasis adalah bahwa hipokondriasis merupakan seuatu varian
gangguan jiwa lainnya, di antaranya yang paling sering adalah gangguan depresif dan ansietas.
Perkiraan 80% pasien hipokondriasis dapat memiliki gangguan ansietas atau depresif secara
bersamaan. Pasien yang memenuhi kriteria diagnostik hipokondriasis dapat menjadi subtipe
somatisasi gangguan lain ini.
Kelompok pemikiran psikodinamik mengahasilkan teori yang keempat. Menurut terori ini keinginan
agresif dan permusuhan terhadap orang lain diubah (melalui represi dan displacement) menjadi
keluhan fisik. Kemarahan pasien dengan hipokondriasis berasal dari kekecewaan, penolakan, dan
kehilangan yang dialami di masa lalu, tetapi pasien mengekspresikan kemarahan mereka saat ini
dengan meminta tolong dan perhatian orang lain serta kemudian menolaknya karena dianggap
tidak efektif. Hipokondriasis juga dipandang sebagai pertahanan melawan rasa bersalah, rasa
keburukan alami, dan ekspresi rendahnya harga diri, serta tanda kepedulian diri yang berlebihan.
nyeri dan penderitaan somatik kemudian menjadi cara pertobatan atau penebusan (undoing) dan
dapat dialami sebagai hukuman yang panas untuk kekesalan di masa lalu (baik kenyataan atau
khayalan) serta untuk rasa berdosa dan kejahatan seseorang.
Diagnosis
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR mengahruskan pasien memiliki preokupasi dengan keyakinan yang
salah bahwa mereja mengalami penyakit berat dan keyakinan yang salah tersebut didasarkan
apda kesalahan interpretasi tanda dan sensasi fisik, Keyakinan tersebut harus ada selama
sedikitnya 6 bulan, walaupun tanpa adanya temuan patologis pada pemeriksaan neurologis atau
medis. Kriteria diagnostik juga mengharuskan bahwa keyakinan tersebut tidak memiliki intensitas
waham (tidak tepat didiagnosis sebagai gangguan waham) dan bahwa kenyataa tersebut tidak
boleh teratas pada penderitaan menegani penampilan (lebih sesuai didiagnosis sebagai gangguan
dismorfik tubuh). Gejala hipokondriasis harus memiliki intensitas yang menyebabkan distres
enosional atau menganggap kemampuan pasien untuk berrfungsi di dalam area penting
kehidupan. Klinisi dapat merinci adanya tilikan buruk; pasien secara konsekuen tidak menyadari
bahwa kekhawatiran mereka mengenai penyakit berlebihan.
Untuk diagnosis pasti, kedua hal tersebut di bawah ini harus ada :
a. Keyakinan yang menetap perihal adanya sekurang- kurangnya satu penyakit fisik yang serius
yang melandasi keluhan atau keluhan- keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang
tidak menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun preokupasi yang menetap
terhadap adanya defrmitas atau pweubahan bentuk penampakan.
b. Penolakan yang menetap dan tidak mau menerima nasihat atau dukungan penjelasan dari
beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi
keluhan- keluhannya.
3
Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis
A. Preokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit
serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
B. Preokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan
penenteraman.
C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti pada gangguan
delusional, tipe somatik) dan tidak terbatas pada kekhawatiran yang terbatas tentang
penampilan, (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih balk oleh cangguan kecemasan umum,
gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, comas
Perpisahan, atau gangguan somatoform lain.
Gambaran Klinis
Pasien dengan hipokondriasis yakin kalau mereka mengalami penyakit berat yang belum
terdeteksi dan mereka tidak dapat dibujuk untuk berpikir sebaliknya. Mereka dapat
mempertahankan keyakinan bahwa mereka mengalami penyakit tertentu, seiring waktu berjalan,
mereka dapat mengubah keyakinan mereka pada penyakit lain. Pendirian mereka bertahan
walaupun hasil laboratorium negatif, perjalanan penyakit yang diduga dari waktu ke waktu hanya
bersifat ringan, dan penjelasan yang sesuai oleh dokter, tetapi keyakinan mereka tidak sekuat
seperti pada waham. Hipokondriasis sering disertai gejala depresi dan ansietas, dan sering timbul
bersaaan dengan gangguan ansietas serta gangguan depresif.
Walaupun DSM-IV-TR merinci bahwa gejala harus ada sedikitnya 6 bulan, keadaan hipokondriak
singkat dapat terjadi setelah adanya stres berat, paling sering adalah kematian atau penyakit berat
sesorang yang penting bagi pasien, atau suatu penyakit berat (mungkin mengancam nyawa) yang
telah sembuh tapi membuat pasien untuk sementara hipokondriak. Keadaan tersebut yang ada
kurang dai 6 bulan harus didagnosis sebagai gangguan somatoform yang tidak tergolongkan.
respons hipokondriak singkat terhadap stres eksternal umumnya membaik ketika stresnya hilang,
tetapi bisa menjadi kronis jika diperkuat oleh orang di dalam sistem sosial pasien atau oleh
profesional kesehatan.
4
Diagnosis Banding
Hipokondriasis harus dibedakan dengan keadaan medis non- psikiatri terutama gangguan yang
menunjukkan gejala yang tidak mudah didiagnosis. Penyakit tersebut mencakup AIDS,
endokrinopati, miastenia gravis, sklerosis multipel penyakit degeneratif sistem saraf, systemic
lupus erythematosus, dan gangguan neoplastik yang tidak jelas.
Hipokondriasis dibedakan dengan gangguan somatisasi yaitu bahwa hipokondriasis menekankan
rasa takut memiliki suatu penyakit dan gangguan somatisasi menekankan kekhawatiran mengenai
banyak gejala. Pembedaan yang sangat adalah bahwa pasien dengan hipokondriasis biasanya
mengeluhkan lebih sedikit gejala daripada pasien dengan gangguan somatisasi. Gangguan
somatisasi biasanya memiliki awitan sebelum usia 30 tahun, sedangkan hipoondriasis memiliki
awitan umur yang kurang spesifik. Pasien dengan gangguan somatisasi lebih banyak berjenis
kelamin perempuam dibandingkan pada hipokondriasis, yang terdistribusi rata antara laki- laki dan
perempuan.
Hipokondriasis juga harus dibedakan dengan gangguan somatoform lain. Gangguan konversi
bersifat akut dan umunya singkat serta biasanya melibatkan suatu gejala, bukannya suatu
penyakit tertentu. ada atau tidaknya la belle indifference adalah ciri yang tidak meyakinkan untuk
membedakan kedua keadaan tersebut. Gangguan nyeri bersifat kronis, seperti hipokondriasis,
tetapi gejalanya terbatas pada keluhan nyeri. Pasien dengan gangguan dismorfik tubuh berharap
untuk tampak normal tetapi yakin bahwwa orang lain melihat mereka tidak demikian, sedangkan
pasien dengan hipokondriasis mencari perhatian untuk dugaan penyakit mereka. gejala
hipokondriasis juga bisa terjadi pada pasien dengan gangguan depresif dan gangguan ansietas.
Jika pasien memenuhi seluruh kriteria diagnositik hipokondirasis dan gangguan jiwa utama lain,
seperti gangguan depresif berat atau gangguan ansietas menyeluruh, pasien harus mendapatkan
kedua diagnosis, kecuali gejala hipokondriasisnya terjadi hanya sleama episode gangguan jiwa
lain Pasien dengan gangguan panik awalnya dapat mengeluh mereka terkena penyakit (contohnya
gangguan jantung) tetapi pertanyaan yang teliti selama anamnesis medis biasanya gejala klasik
gangguan panik. Keyakinan hipokondriak yang bersifat waham terhadi pada gangguan skizofrenia
dan gangguan psikotik lain, tetapi dapat dibedakan dengan hipokondriasis berdasarkan intensitas
waham, dan adanya gejala psikotik lain. Di samping itu, waham somatik pasien skizofrenik
enderung bizar, idiosinkratik, dan di luar lingkungan budaya.
Apabila gejala depresif sangat menonjol dan timbulnya lebih dahulu dari gagguan hipokondrik,
maka gangguan depresif mungkin merupakan gangguan primer.
Hipokondriasis dibedakan dengan gangguan buatan dengan gejala fisik dan diberdakan dengan
malingering yaitu pasien dengan hipokondriasis benar- benar mengalami dan tidak membuat- buat
gejala yang mereka laporkan.
Perjalanan Gangguan dan Prognosis
5
Perjalanan gangguan hipokondriasis biasanya episodik; episodenya berlangsung bulanan hingga
tahunan dan dipisahkan oleh periode tenang yang sama panjangnya. Mungkin terdapat hubungan
yang jelas antara eksaserbasi gejala hipokondriasis dan stresos psikososial. Walaupun studi
dengan hasil besar yang dislenggarakan dengan baik belum dilaporkan, kira- kria sepertiga hingga
setengah pasien dengan hipokondriasis akhirnya membaik secaa bermakna Prognosi yang baik
dikaitkan dengan status sosioekonomik yang tinggi, depresi atau ansietas yang responsif terhadap
kepribadian, dan tiak adanya keadaan medis nonpsikiatri terkait. Sebagian besar anak dengan
hipokondriasis membaik di amsa remaja akir atau masa dewasa awal.
Terapi
Pasien dengan hipokondriasis biasanya resisten terhadap terapi psikiatri, walaupun beberapa
pasien menerima terapi ini jika dilakukan dalam lingkup medis dan berfokus pada pengurangan
stres dan edukasi untuk menghadap penyakit kronis. Psikoterapi kelompok sering menguntungkan
bagi pasien seperti ini, sebagian karena psikoterapi kelompok memberikan dukungan sosial dan
interaksi sosial yang tampaknya mengurangi ansietasnya. Bentuk psikoterapi lain, seperti
psikotrapi berorientasi tilikan individual, terapi perilaku, terapi kognitif, dan hipnosis dapt berguna
bagi pasien.
Pemeriksaan fisik yang terjadwal rutin sering beguna untuk meyakinkan pasien bahwa dokter tidak
mengabaikan mereka dan keluhan mereka dianggap serius. Meskipun demikian prosedur
diagnostik dan prosedur terapeutik yang invasif sebaiknya dilakukan dan prosedur terapeutik yang
invasif sebaiknya dilakukan jika bukti objektif mengahruskannya. Jika memungkinkan klinisi harus
berhenti menatalaksana temuan hasil pemeriksaan fisik yng tidak jelas atau kurang penting.
Farmakoterapi meringakan gejala hipokondriak hanya jika pasien memilki keadaan yang berspons
terhadap obat yang medasarinya, seperti gangguan ansietas atau gangguan depresif berat. Jika
hipokondriasis merupakan reaksi situasional yang singkat, klinisi harus membantu pasien
menghadapi stres tanpa mendukung perilaku penyakit dan manfaat peran sakit sebagai solusi
masalah mereka.
6
GANGGUAN KONVERSI
DSM-IV mendefinisikan gangguan konversi sebagai suatu gangguan yang ditandai oleh adanya
satu atau lebih gejala neurologis (contoh, paralisis, kebutaan, parestesia) yang tidak dapat
dijelaskan oleh gangguan neurologis atau medis yang diketahui. Disamping itu, diagnosis
mengharuskan bahwa faktor psikologis berhubungan dengan awal atau eksaserbasi gejala.
EPIDEMIOLOGI
Satu survei masyarakat menemukan bahwa insidensi tahunan gangguan konversi adalah 22 per
100.000 orang. Rasio wanita terhadap pria pada pasien dewasa adalah 2 berbanding 1. Gangguan
konversi dapat memiliki awitan kapanpun dari amsa kanak hingga usia tua, tetapi paling lazim
pada masa remaja dan dewasa muda.
ETIOLOGI
FAKTOR PSIKOANALITIK
Menurut teori psikoanalitik, gangguan konversi disebabkan oleh represi konflik intrapsikis bawah
sadar dan konversi kecemasan ke dalam suatu gejala fisik. Konflik adalah antara impuls instinktual
(contoh, agresif atau seksual) dan penghalangan terhadap ekspresinya.
FAKTOR BIOLOGIS
Semakin banyak data yang melibatkan faktor biologis dan neuropsikologis dalam perkembangan
gejala gangguan konversi. Penelitian pencitraan awal telah menemukan hipometabolisme di
hemisfer dominan dan hipermetabolisme di hemisfer nondominan dan telah melibatkan gangguan
komunikasi hemisferik di dalam penyebab gangguan konversi. Gejala mungkin disebabkan oleh
kesadaran kortikal yang berlebihan yang mematikan loop umpan balik negatif antara korteks
serebral dan formasi retikularis batang otak.
GAMBARAN KLINIS
Paralisis, kebutaan dan mutisme adalah gejala gangguan konversi yang paling sering. Gangguan
konversi mungkin paling sering berhubungan dengan gangguan kepribadian pasif-agresif,
dependen, antisosial, dan histrionik. Gejala gangguan kecemasan dan depresif sering kali
menyertai, dan pasien yang terkena dalam risiko untuk bunuh diri. Anastesia dan parestesia sering
ditemukan, khususnya pada anggota gerak. Satu gangguan gaya berjalan pada gangguan
konversi adalah astasia-abasia, yaitu gaya berjalan yang sangat ataksik dan sempoyongan yang
disertai oleh gerakan batang tubuh yang menyentak, iregular, kasar dan gerakan lengan yang
menggelepar dan bergelombang. Refleks tetap normal dan elektromiografi juga normal.
7
La Belle Indifference adalah perilaku ketidakpedulian pasien yang tidak sesuai terhadap gejala
yang serius, yaitu pasien tampak tidak perduli dengan apa yang menjadi gangguan utama. Pada
beberapa pasien ketidakacuhan yang tersamar dapat tidak ditemukan; hal ini juga terlihat
padapasien dengan penyakit medis serius yang memiliki perilaku menahan diri. Ada atau tidaknya
La Belle Indifference adlaah ukuran tidak akurat seoarng pasien memiliki gangguan konversi.
Pasien dengan gangguan konversi mungkin secara tidak sadar membentuk gejalanya pada
seseorang yang penting bagi mereka. Sebagai contoh, orang tua atau orang yang baru saja
meninggal mungkin berperan sebagai model untuk gangguan konversi. Keadaan ini sering terjadi
pada reaksi dukacita patologis dimana orang yang kehilangan memiliki gejala orang yang telah
meninggal.
DIAGNOSIS
DSM-IV membatasi diagnosis pada gejala yang mempengaruhi fungsi motorik dan sensoris
yang volunter yaitu, neurologis. Pasien yang memenuhi kriteria diagnostik tetapi yang memiliki
gejala non-neurologis (sebagai contoh, pseudokiesis) sekarang diklasifikasikan sebagai menderita
gangguan somatoform yang tidak ditentukan. Diagnosis gangguan konversi mengharuskan bahwa
klinisi menemukan suatu hubungan yang diperlukan dan penting antara penyebab gejala
neurologis dan faktor biologis, walaupun gejala tidak boleh diakibatkan oleh berpura-pura atau
gangguan buatan. Diagnosis gangguan konversi juga mengeluarkan gejala nyeri dan disfungsi
seksual dan gejala yang terjadi pada gangguan somatisasi.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Konversi
A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik
yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awal
atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura).
D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang dijelaskan sepenuhnya oleh
kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau
pengalaman yang diterima secara kultural.
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan
pemeriksaan medis.
8
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi
semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan
dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
TERAPI
Pemulihan gejala gangguan konversi biasanya spontan, walaupun pemulihan kemungkinan
dipermudah oleh terapi suportif berorientasi-tilikan atau terapi perilaku; ciri yang paling penting dari
terapi adalah hubungan terapeutik yang merawat dan menguasai. Pada pasien yang kebal
terhadap ide psikoterapi, dapat dianjurkan psikoterapi yang dipusatkan pada masalah stres dan
mengatasinya. Amobarbital dan lorazepam parenteral mungkin membantu dalam mendapatkan
informasi riwayat penyakit tambahan, khususnya jika baru saja dialami suatu peristiwa traumatik.
GANGGUAN SOMATOFORM YANG TIDAK TERINCI
Diagnosis DSM-IV tentang gangguan somtoform yang tidak terinci adalah tepat bagi pasien
yang datang dengan satu atau lebih keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh suatu kondisi
medis yang diketahui atau yang secara jelas melebihi keluhan yang diharapkan dari suatu kondisi
tapi tidak memenuuhi kriteria diagnostik untuk suatu gangguan somatoform spesifik. Gejala harus
telah ada sekurangnya 6 bulan dan menyebabkan penderitaan emosional yang parah bagi pasien
atau mengganggu fungsi sosial atau pekerjaan pasien.
Dua jenis pola gejala mungkin ditemukan pada pasien dengan gangguan somatoform yang
tidak didiferensiasi: gejala melibatkan sistem saraf otonomik dan gejala yang melibatkan sensasi
kelemahan atau kelelahan.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Terinci
A. Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya, kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan
gastrointestinal atau saluran kemih)
B. Salah satu (1) atau (2)
(1) setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh
kondisi medis umum yang diketahui atau oleh efek langsung dari suatu zat
(misalnya, efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)
(2) jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau
gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang
diperkirakan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium.
9
C. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
D. Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.
E. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih balk oleh gangguan mental lain (misalnya,
gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan,
disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau
gangguan psikotik).
F. Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan
buatan atau berpura-pura).
GANGGUAN SOMATOFORM YANG TIDAK TERGOLONGKAN
Kategori untuk gangguan somatoform yang tidak ditentukan adalah suatu kategori sisa bagi
pasien yang mengarahkan suatu gangguan somatoform tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik
spesifik untuk gangguan somatoform lain. Pasien mungkin memiliki suatu gejala yang tidak
ditemukan pada gangguan somatoform lain atau mungkin tidak pernah memenuhi kriteria enam
bulan dari gangguan somatoform lain.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Tergolongkan
Kategori ini termasuk gangguan dengan gejala somatoform yang tidak memenuhi kriteria
untuk gangguan somatoform spesifik. Contohnya adalah:
1. pseudokiesis: keyakinan palsu sedang hamil, yang disertai dengan tondo objektif
kehamilan, yang dapat berupa pembesaran perut (walaupun umbilikus tidak menjadi
menonjol), penurunan aliran menstruasi, amenore, sensasi subjektif gerakan janin, don
nyeri persalinan pada tanggal yang diperkirakan terjadinya persalinan. Perubahan
endokrin mungkin ditemukan tetapi sindrom tidak dapat dijelaskan oleh suatu kondisi
medis umum yang menyebabkan perubahan endokrin (misalnya, tumor yang
mensekresikan hormon).
2. suatu gangguan yang melibatkan gejala hipokondriakal nonpsikiatrik dengan lama kurang
dari enam bulan.
3. suatu gangguan yang melibatkan keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan (misalnya,
kelelahan atau kelemahan tubuh) dengan lama kurang dari enam bulan yang tidak karena
gangguan mental lain.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di
indonesia III. Depkes RI: Jakarta; 1993.
2. Harold I. Kaplan, Benjamin I. Sadock, Jack A. Grebb. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2. Binarupa Aksara: Tangerang. 2010.
3. Willy F. Maramis, Albert A. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. 2009.
11