referat gangguan keterampilan motorik

27
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan keterampilan motorik menggambarkan kesulitan sesorang dalam mengembangkan keterampilan gerakannya. Anak yang sulit mengendari sepeda, mengancingkan baju atau menggunakan gunting, merupakan salah satu ciri dari gangguan perkembangan koordinasi motorik. Gangguan koordinasi motorik diketahui diderita 1 dari 20 anak usia sekolah. Ciri utamanya adalah gangguan perkembangan motorik, terutama motorik halus. Sebenarnya gangguan ini mengenai motorik kasar dan motorik halus, tetapi yang sangat berpengaruh pada fungsi belajar adalah fungsi motorik halusnya. Keterampilan gerakan merupakan dasar dari keterampilan belajar sehingga dengan adanya keterbatasan atau gangguan keterampilan gerak, seperti pada kasus gangguan keterampilan motorik maka masalah akan meningkat dan meluas seiring dengan bertambahnya usia anak. Walaupun kondisi ini pertama kali dikenal awal tahun 1990-an, namun kewaspadaan mengenai keadaan ini baru meningkat akhir-akhir ini berdasarkan bukti bahwa

Upload: nissanurmuflihah

Post on 19-Jan-2016

112 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan keterampilan motorik menggambarkan kesulitan sesorang

dalam mengembangkan keterampilan gerakannya. Anak yang sulit

mengendari sepeda, mengancingkan baju atau menggunakan gunting,

merupakan salah satu ciri dari gangguan perkembangan koordinasi

motorik. Gangguan koordinasi motorik diketahui diderita 1 dari 20 anak

usia sekolah. Ciri utamanya adalah gangguan perkembangan motorik,

terutama motorik halus. Sebenarnya gangguan ini mengenai motorik kasar

dan motorik halus, tetapi yang sangat berpengaruh pada fungsi belajar

adalah fungsi motorik halusnya.

Keterampilan gerakan merupakan dasar dari keterampilan belajar

sehingga dengan adanya keterbatasan atau gangguan keterampilan gerak,

seperti pada kasus gangguan keterampilan motorik maka masalah akan

meningkat dan meluas seiring dengan bertambahnya usia anak. Walaupun

kondisi ini pertama kali dikenal awal tahun 1990-an, namun kewaspadaan

mengenai keadaan ini baru meningkat akhir-akhir ini berdasarkan bukti

bahwa prevalensnya sekitar 5% dari anak sekolah usia primer. American

Phychiatric Association (APA) pada tahun 1994 dan WHO

mengklasifikasikan sindrom keterampilan pergerakan yang berbeda ini

sebagai gangguan koordinasi perkembangan (developmental coordination

disorder, DCD).

Seorang anak menilai performa motoriknya dengan membandingkan

dengan anak seusianya. Ia dapat melihat anak lain mencoba keterampilan

baru yang belum pernah dicobanya dan akan menggunakan hasil

obsevasinya untuk mencoba sendiri keterampilan tersebut. Di pihak lain,

anak dengan DCD akan melihat bahwa teman-temannya bisa lebih mdah

melakukan sesuatu dibanding dirinya. Hal ini akan mengakibatkan

turunnya harga diri dan kepercayaan diri lebih jauh lagi.

Page 2: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

2

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Umum

Tujuan secara umum dari penulisan referat ini adalah untuk

mengetahui lebih jauh mengenai gangguan keterampilan motorik.

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan tentang definisi gangguan keterampilan motorik.

b. Menjelaskan tentang epidemiologi gangguan keterampilan

motorik.

c. Menjelaskan tentang etiologi gangguan keterampilan motorik.

d. Menjelaskan tentang patofisiologi gangguan keterampilan

motorik.

e. Menjelaskan tentang gejala klinis gangguan keterampilan motorik.

f. Menjelaskan tentang penegakkan diagnosa gangguan keterampilan

motorik.

g. Menjelaskan tentang penatalaksanaan gangguan keterampilan

motorik.

h. Menjelaskan tentang prognosis gangguan keterampilan motorik..

3. Manfaat

Hasil referat ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

untuk mengetahui kriteria diagnosis ini bagi penulis sehingga

akan memudahkan penulis untuk mendiagnosa gangguan

keterampilan motorik.

Untuk meningkatkan pemahaman pembaca tentang masalah

gangguan keterampilan motorik.

Page 3: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Gangguan keterampilan motorik adalah semua gangguan yang

ditandai dengan perkembangan koordinasi motorik yang tidak adekuat

yang cukup berat sehingga membatasi gerakan atau menahan kemampuan

melakukan tugas, pekerjaan sekolah, atau aktivitas lain yang termasuk

dalam gangguan ini adalah gangguan koordinasi perkembangan atau

Development Coordination Disorder (DCD) (Dorland, 2002).

Gangguan koordinasi perkembangan adalah perkembangan

kemampuan koordinasi motorik halus dan menyeluruh yang lambat atau

menjadi masalah, bukan akibat gangguan neurologis atau retardasi mental

umum; anak-anak yang terserang gangguan ini tampak lebih canggung

daripada gangguan menyeluruh, gangguan ini dapat menetap sampai masa

remaja (Dorland, 2002).

Gangguan koordinasi motorik sekarang merupakan gangguan satu-

satunya di dalam kategori gangguan keterampilan motorik, menurut

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat

(DSM-IV). Gangguan ini dahulu dimasukkan sebagai suatu gangguan

psikiatrik dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R) (Kaplan dkk, 2002).

B. Epidemiologi

Prevalensi gangguan koordinasi motorik tidak diketahui tetapi

diperkirakan sekitar 6% dari anak usia sekolah. Rasio laki-laki terhadap

perempuan juga tidak diketahui, tetapi lebih banyak anak laki-laki yang

memiliki gangguan koordinasi motorik dibandingkan anak perempuan.

Laporan dalam literatur menyebutkan rasio laki-laki berbanding

perempuan terentang dari 2 berbanding 1 sampai sebesar 4 berbanding 1

(Kaplan dkk, 2002).

Page 4: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

4

C. Etiologi

Penyebab gangguan koordinasi motorik tidak diketahui, tetapi

hipotesis adalah termasuk penyebab organik dan perkembangan. Faktor

resikonya adalah prematuritas, hipoksia, malnutrisi perinatal, dan berat

badan lahir rendah. Kelainan neurokimiawi dan lesi lobus parietalis juga

telah diajukan berperan dalam defisit koordinasi (Kaplan dkk, 2002).

Gangguan koordinasi motorik dan gangguan komunikasi memiliki

hubungan yang kuat, walaupun agen penyebab spesifik tidak diketahui

untuk keduanya. Masalah koordinasi juga lebih sering dibandingkan

biasanya pada anak-anak dengan perilaku impulsif dan berbagai gangguan

belajar. Gangguan koordinasi motorik kemungkinan memiliki penyebab

yang multifaktoral (Kaplan dkk, 2002).

D. Patofisiologi

Koordinasi motorik adalah hasil dari serangkaian proses kognitif dan

fisik yang terjadi pada anak dengan perkembangan yang normal.

Pergerakkan halus, bertarget dan akurat, motorik halus maupun kasar,

membutuhkan fungsi yang harmonis dari input sensori, pusat pengolahan

informasi di otak dan koordinasi dengan fungsi serebral (kemauan,

motivasi, perencanaan aktivitas) juga diperlukan kinerja dari pola motorik

tertentu. Elemen ini harus bekerja dengan terkoordinasi dan cepat untuk

mengaktifkan gerakan yang kompleks (Patacy, 2010).

Perkembangan motorik dibagi menjadi dua fase. Fase pertama dari

variabilitas primer ditandai dengan aktivitas motorik kasar dan tak

menentu yang tidak memerlukan informasi sensorik untuk inisiasi atau

bimbingan. Pada fase kedua, faktor sensorik dan motorik berinteraksi

menimbulkan pola kontraksi otot yang spesifik dan kompleks yang

menjadi ciri terkoordinasi (Patacy, 2010).

Realisasi yang adekuat dari gerakan atau rangkaian pergerakkan yang

memerlukan konvergensi berbagai jalur dan sistem utama yang

bertanggung jawab untuk menggabungkan informasi. Korteks motorik,

serebelum, dan sistem vestibular merupakan bagian dari mekanisme

Page 5: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

5

utama. Jika salah satu sistem tidak berfungsi secara adekuat, gerakan yang

direncanakan tidak dapat memuaskan (Patacy, 2010).

Ada beberapa fungsi motorik yang penting dalam memahami

kesulitan dalam keterampilan motorik, maturasi, dan evaluasi anak-anak

yang berjuang dengan tantangan ini. Elemen utama dalam rantai peristiwa

yang dibahas (Patacy, 2010).

Tonus otot

Tonus otot mengacu pada kontraksi dasar yang sedang berlangsung

dan konstan pada aktivitas otot. Tonus mungkin normal, rendah atau

tinggi. Anak dengan hipotonik seperti terkulai. Misalnya, bayi hipotonik

tidak dapat mempertahankan postur tubuh melawan gravitasi dan lebih

memilih duduk, bersandar pada sesuatu, atau berbaring di lantai. Usia

prasekolah duduk seperti orang malas dengan cara membungkuk,

bersandar pada kursi atau meja, dan berbaring selama kegiatan. Hal ini

sering disalahartikan sebagai tanda kurang hormat atau tidak minat. Tonus

otot yang tinggi (hipertonik), anak tampak kaku dan tidak bergerak dengan

cara halus dan alami. Seorang anak bergerak seperti robot (Patacy, 2010).

Tonus otot yang terlalu rendah atau terlalu tinggi merupakan salah

satu komponen keterampilan motorik. Anak hipotonik ini harus berjuang

untuk melakukan gerakan, mempertahankan postur dan kegiatan. Anak

hipertonik dapat membuat banyak kesalahan karena kelebihan aktivitas

otot (Patacy, 2010).

Keterampilan motorik kasar

Keterampilan mpotorik kasar mengacu pada kemampuan anak untuk

melaksanakan kegiatan yang memerlukan otot-otot besar yang bertindak

secara terkoordinasi untuk mencapai suatu gerakan atau serangkaian

gerakan. Contoh gerakan motorik kasar adalah berjalan, berlari, melempar

sesuatu, melompat, dan lainnya. Postur merupakan elemen penting untuk

dipertimbangkan dalam penilaian keterampilan motorik kasar. Postur yang

memadai dapat membuat semua perbedaan antara bisa atau tidak mampu

melaksanakan gerakan (Patacy, 2010).

Page 6: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

6

Keterampilan motorik halus

Keterampilan motorik halus terdiri dari gerakan otot kecil yang

bertindak dalam cara terorganisir dan halus. Keterampilan motorik halus

merupakan dasar koordinasi, yang dimulai dengan mentransfer dari tangan

ke tangan. Contoh kegiatan motorik halus adalah menulis, menjahit,

menggambar, mengucapkan kata-kata, meniup gelembung, dan bersiul.

Banyak anak yang mengalami kesulitan dalam keterampilan motorik halus

mereka juga mengalami kesulitan dalam mengartikulasi suara atau kata-

kata (Patacy, 2010).

Kekuatan otot

Kekuatan otot mengacu pada intensitas kontraksi otot yang diperlukan

untuk melaksanakan suatu kegiatan (Patacy, 2010).

Perencanaan motorik

Perencanaan motorik terdiri dari kemampuan anak untuk

membayangkan sebuah strategi mental untuk melaksanakan gerakan atau

tindakan misalnya bagaimana untuk mendapatkan sesuatu yang terletak di

atas meja, bergerak dari titik A ke titik B. perencanaan motorik melibatkan

sejumlah kemampuan, termasuk deteksi visual gerak dan kesalahan dalam

geraka, pemilihan respon, gerakan perbaikan diri (Patacy, 2010).

Rangkaian dan kecepatan gerakan

Rangkaian dan kecepatan gerakan melibatkan urutan gerakan harus

berkelanjutan satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Ketika seorang anak mencoba untuk mengelola kegiatan motorik yang

kompleks atau meniru sesuatu, kemampuan mereka untuk melakukan

serangkaian gerakan dapat dikompromikan (Patacy, 2010).

Seorang anak yang kesulitan dalam keterampilan motorik sering

melakukan gerakan-gerakan lambat sebagai akibat dari kesulitan mereka

dalam pengorganisasian dan koordinasi gerak. Mereka juga dapat

mengandalkan isyarat visual untuk melakukan gerakan (Patacy, 2010).

Integrasi sensorik

Integrasi sensorik mengacu pada fungsi otak, yaitu bagaimana mengelola

input dan menghasilkan output. Output meliputi respon motorik. Menurut

Page 7: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

7

teori Jean Ayres, anak-anak mungkin berjuang untuk mengintegrasikan

input sensorik (visual, audio, taktil, dan isyarat proprioseptif) dan

mengembangkan penolakan (misal untuk disentuh). Anak-anak dengan

kesulitan motorik sering mengalami masalah dalam integrasi sensorik

input yang membuat mereka rentan terhadap masalah yang dihasilkan dari

stimulasi sensorik (Patacy, 2010).

E. Gejala dan tanda Klinis

Gambaran klinis dari masalah koordinasi motorik dinilai dari sudut

pandang perkembangan, yaitu dengan mempertimbangkan kemampuan

fisik normal pada usia yang berbeda. Evaluasi perkembangan meliputi

pertimbangan variasi individu. Mengevaluasi pengembangan keseluruhan

anak, mempertimbangkan karakteristik dan gaya kekuatan dan kelemahan

masing-masing anak (Patacy, 2010).

Manifestasi pada bayi

Bayi dengan kesulitan pada fungsi motorik mungkin muncul hipertonik

atau hipotonik. Jika bayi bereaksi keras pada setiap pendengaran

ringan atau rangsangan visual dengan menjadi kaku atau dengan

melengkungkan punggungnya, ini adalah tanda hipertonus dan

hiperreaktivitas. Bayi muda mempertahankan tonus fleksor dalam

beberapa bulan pertama kehidupan dan hanya secara bertahap

mengembangkan pola ekstensi. Ketika orang tua melaporkan bahwa

bayi mereka kuat (yaitu, otot-otot keras dan tegang muncul), jika

refleks primitif (misalnya, Moro, plantar, atau refleks rooting) bertahan

setelah 6 atau 7 bulan, keprihatinan tentang perkembangan motorik

dibenarkan. Salah satu tanda tunggal mungkin tidak signifikan, namun

ketekunan refleks primitif harus mendatangkan beberapa pemeriksaan

penuh fungsi motorik secara keseluruhan.

Data anekdotal menunjukkan bahwa bayi dalam beberapa kelompok

ras, misalnya Afrika Amerika, umumnya mencapai keterampilan

motorik kasar lebih cepat daripada anak-anak dari kelompok ras

lainnya. Ketika bayi kecil muncul hampir siap untuk berjalan pada usia

beberapa bulan, ini adalah tanda untuk perhatian. Bayi yang bergerak

Page 8: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

8

sebagai seluruh unit tanpa mengoreksi sudut kepala menuju garis

vertikal saat dipegang samping mungkin memiliki masalah

perkembangan motorik.

Bayi dengan tantangan bermotor sering tertunda dalam mencapai

tonggak seperti kemampuan untuk berguling, duduk dengan bantuan,

dan duduk tanpa bantuan. Bayi dengan masalah motor mungkin tidak

mampu mempertahankan berat badan mereka setelah 6 bulan bila

didukung di bawah lengan mereka.

Pada sekitar usia 4 bulan, bayi dapat mulai mengantisipasi pergerakan

benda-benda, menunjukkan perkembangan visuomotor awal. Pada

sekitar usia 6 bulan, mereka biasanya dapat menentang ibu jari dalam

gerakan menggenggam.

Pada usia 9 bulan, sambil duduk dengan sendirinya, bayi harus bisa

mengoreksi diri postur saat miring ke 1 sisi atau sisi lainnya, bukan

hanya menjadi terbalik.

Jika bayi tidak dapat duduk dengan dia atau dirinya sendiri pada usia 9

bulan, kekurangan ini harus diperhatian oleh pemeriksaan dokter

dengan rinci dan cepat.

Bayi yang berdiri dan yang selalu menunjuk ke bawah dengan jari-jari

kaki mereka juga mungkin menandakan hipertonus pada tungkai

bawah (atau hipertonus umum) dan sensitivitas tinggi untuk

menyentuh di permukaan plantar kaki. Bayi ini kemudian dapat

berjalan berjinjit.

Manifestasi pada tahun kedua dan ketiga dari kehidupan

Kesulitan dalam fungsi motorik halus pada anak-anak di tahun-tahun

awal mungkin sulit untuk diidentifikasi. Misalnya, balita yang

memiliki deficit keterampilan motorik halus tidak dapat menerima

makanan yang membutuhkan kemampuan mengunyah yang lebih

besar. Makan makanan padat membutuhkan fungsi terkoordinasi

sekitar 31 pasang otot dan koordinasi bernapas dengan menelan dari

bolus tersebut. Balita yang tidak makan makanan padat mungkin

menampilkan penanda tantangan motor yang mungkin melampaui

Page 9: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

9

mengunyah. Hal ini juga berlaku untuk balita yang berulang kali

tersedak makanan saat mengunyah.

Anak-anak mungkin memiliki kesulitan dalam kemampuan untuk

membuat pemahaman untuk mengambil benda kecil dengan jari

telunjuk dan jempol. Hal ini dapat diuji dengan membiarkan anak-anak

untuk mengambil sebuah benda kecil dari permukaan yang datar,

seperti sepotong sereal sarapan. Bayi dapat terus berusaha untuk

mengambil benda-benda dengan pemahaman palmar (yaitu, dengan

permukaan anterior seluruh tangan). Jika demikian, mereka harus

diamati untuk keterlambatan motorik halus.

Pada akhir tahun pertama kehidupan, sebagian besar bayi mulai

membuat upaya untuk berjalan sambil berpegangan pada furnitur dan

mengambil langkah-langkah pertama mereka tak lama kemudian. Bayi

yang tidak dapat berjalan setelah umur 18 bulan mungkin memiliki

hypotonicity atau hypertonicity, kekuatan otot yang buruk atau

koordinasi, dan kesulitan dengan mengelola, keseimbangan, dan

postur. Dalam sebuah studi tahun 1990 oleh Bax et al, kebanyakan

anak yang tidak berjalan pada usia 18 bulan ternyata menjadi sehat,

namun sebagian kecil mengalami kesulitan motorik, termasuk cerebral

palsy dan keterlambatan perkembangan lainnya.

Kemampuan untuk berjalan sangat tergantung pada kemampuan untuk

menjaga keseimbangan dan tidak jatuh. Berjalan membutuhkan lebih

daripada kekuatan otot belaka untuk mendukung berat tubuh . Faktor-

faktor lain yang terlibat dalam berjalan onset termasuk gaya

temperamen, kesempatan, dan faktor motivasi.

Manifestasi di prasekolah dan anak usia sekolah

Pada usia 3-5 tahun, banyak keterampilan yang diperoleh dan

disempurnakan dengan paparan kegiatan dan permainan yang

membutuhkan motorik berlatih. Anak-anak jelas bervariasi dalam

kecepatan perkembangan mereka.

Pada usia 4-5 tahun, kebanyakan anak telah mengembangkan

preferensi tangan yang jelas atau dominasi. Dalam beberapa kasus,

Page 10: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

10

keterampilan tangan yang benar kemampuan untuk benar-benar

melakukan tugas dengan baik dengan kedua tangan.

Tanda lain yang menjadi perhatian adalah kesulitan dalam memegang

pensil. Kekhawatiran muncul pada anak yang memiliki kesempatan

praktek dan yang masih tidak bisa memegang pensil dengan pola

matang.

Banyak pakar berpikir bahwa kesulitan dalam keterampilan motorik

halus (yaitu, dalam mengelola jari dan pergelangan tangan) lebih

merupakan refleksi dari rusak di daerah proksimal tungkai atas

daripada di daerah lain. Anak-anak mungkin tidak dapat menangani

pena, krayon, atau pensil. Ini dianggap sebagai cara yang matang dan

efisien untuk menangani tugas-tugas menulis. Selama kegiatan itu,

hanya pergelangan tangan bergerak bersama, sementara sendi lain di

ekstremitas atas tetap. Namun demikian, ketika bahu lemah, anak-

anak kompensasi ketika mereka harus menggunakan bagian distal

ekstremitas atas (jari, tangan). Alih-alih menggunakan pergelangan

tangan untuk menulis, anak-anak harus memindahkan seluruh

ekstremitas atas untuk menulis. 

Tanda klinis yang mengarahkan adanya gangguan koordinasi motorik

terlihat paling awal pada masa bayi, saat anak yang terkena mulai berusaha

melakukan tindakan yang memerlukan koordinasi motorik. Gambaran

klinis yang penting adalah gangguan kinerja anak yang jelas terganggua

pada koordinasi motorik. Kesulitan dalam motorik mungkin bervariasi

menurut umur dan stadium perkembangan anak (Kaplan dkk, 2002).

Pada masa bayi dan masa anak-anak awal gangguan mungkin

bermanifestasi sebagai keterlambatan kejadian perkembangan normal,

seperti berputar, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, mengancingkan

baju, dan mengunci retsleting celana. Antara umur 2 dan 4 tahun,

kecanggungan tampak pada hampir semua aktivitas yang memerlukan

koordinasi motorik. Anak yang terkena tidak dapat memegang benda, dan

mereka mudah menjatuhkannya; gaya berjalan mereka tidak mantap;

mereka sering kali tersandung pada kakinya sendiri; dan mereka mungkin

Page 11: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

11

menabrak anak-anak lain saat berusaha mendekati mereka (Kaplan dkk,

2002).

Pada anak yang lebih besar ganguan koordinasi mototrik mugkin

terlihat dalam permainan di meja, seperti mencocokkan kepingan gambar

atau membangun balok, dan pada tiap jenis permainan bola. Walaupun

tidak ada ciri spesifik yang patognomonik untuk gangguan koordinasi

motorik, kejadian perkembangan sering kali terlambat. Banyak anak

dengan ganguan juga memiliki gangguan bicara. Anak yang lebih tua

mungkin juga memiliki masalah kesulitan sekolah sekunder, termasuk

masalah perilaku dan emosional, yang memerlukan intervensi terapeutik

yang tepat (Kaplan dkk, 2002).

F. Penegakkan diagnosa

Diagnosa gangguan koordinasi motorik memerlukan riwayat tentang

perilaku motorik awal anak, termasuk pengamatan langsung aktivitas

motorik. Skrining informal untuk gangguan koordinasi motorik dapat

dilakukan dengan meminta anak melakukan pekerjaan yang melibatkan

koordinasi motorik kasar (melompat, meloncat, dan berdiri pada satu

tungkai), koordinasi motorik halus (menjentikkan jari dan mengikat tali

sepatu), dan koordinasi mata dan tangan (menangkap bola dan meniru

tulisan) (Kaplan dkk, 2002).

Diagnosa didukung oleh skor subtes kinerja yang lebih rendah dari

normal dari tes kecerdasan baku da oleh skor subtes verbal yang normal

atau di atas normal. Tes khusus koordinasi motorik dapat berguna, seperti

Bender Gestalt Visual Motor Test, Frostig Movement Skills Test Battery,

dan Bruininks-Oseretsky Test of Motor Proficiency (Kaplan dkk, 2002).

The Bender Gestalt Visual Motor test digunakan untuk menilai

penggabungan visual-motorik dan keterampilan pemahaman visual

( apakah kedua mata dan salah satu bagian otak berhubungan dengan

penyampaian daya lihat dengan tepat). Test ini terdiri dari sembilan tes

yang harus diikuti (Barkoukis, 2008).

Bruininks-Oseretsky Test of Motor Proficiency (BOTMP) untuk

menilai keterampilan motorik halus maupun kasar pada anak yang beusia

Page 12: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

12

4 sampai 14 tahun. BOTMP terbagi dalam 8 sub bagian, termasuk

kemampuan untuk berlari dan ketangkasan umum, bagaimana seorang

anak dapat mempertahankan keseimbangan dan koordinasi dari pergerakan

bilateral. Tes ini sering disukai oleh anak-anak karena serupa dengan

aktivitas pada masa anak-anak (melempar atau menangkap bola, berlari,

melakukan push up). Tes ini paling banyak digunakan untuk menilai

kemampuan motorik, dan dapat digunakan dalam cakupan yang luas pada

anak-anak, dari kemampuan tubuh hingga rintangan fisik yang berat

(Barkoukis, 2008; Patacy, 2010).

Kriteria diagnostik DSM-IV diberikan dalam Tabel 1.

Tabel 1

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Koordinasi Perkembangan

A Kinerja dalam aktivitas sehari-hari yang memerlukan

koordinasi motorik adalah secara bermakna di bawah yang

diharapkan menurut usia kronologis pasien dan inteligensia

yang terukur. Hal ini dapat bermanifestasi dengan

keterlambatan yang nyata dalam pencapaian kejadian

motorik (berjalan, merangkak, duduk), menjatuhkan barang-

barang, “kecanggungan”, prestasi buruk dalam olahraga,

atau tulisan tangan yang buruk

B Gangguan dalam kriteria A secara bermakna mengganggu

pencapaian akademik atau aktivitas hidup sehari-hari

C Gangguan bukan karena kondisi medis umum (palsi serebral,

hemiplegia, atau distrofi otot) dan tidak memenuhi kriteria

untuk gangguan perkembangan pervasif

D Jika terdapat retardasi mental, kesulitan motorik adalah

melebihi dari apa yang biasa menyertainya

Catatan penulisan: jika terdapat kondisi medis umum (neurologis) atau defisit sensorik, tuliskan kondisi tersebut pada Aksis III.

(Hak cipta American Psychiatric Association, Washington, 1994)

Page 13: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

13

G. Diagnosis Banding

Diagnosis banding adalah gangguan media yang menghasilkan

kesulitan koordinasi (seperti palsi serebral dan distrofi muskular),

gangguan perkembangan pervasif, dan retardasi mental. Pada retardasi

mental dan gangguan perkembangan pervasif, koordinasi biasanya tidak

berdiri sebagai suatu defisit dibandingkan dengan keterampilan lain.

Anak-anak dengan gangguan neuromuskular mungkin menunjukkan

gangguan otot yang lebih global dibandingkan kecanggungan dan

keterlambatan kejadian motorik. Pada kasus tersebut, pemeriksaan

neurologis biasanya mengungkapkan defisit yang lebih luas dibandingkan

yang ada pada gangguan koordinasi motorik. Anak yang sangat hiperaktif

dan impulsif mungkin secara fisik tidak berhati-hati karena tingginya

tingkat aktivitas motorik anak tersebut. Perilaku motorik yang cangguang

dan gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas tampaknya berhubungan

(Kaplan dkk, 2002).

H. Terapi

Secara khusus seorang dokter akan mencoba untuk memastikan

masalah yang dialami seorang anak dalam kebiasaannya secara

keseluruhan dan kemudian merencanakan intervensi untuk

mengembangkan fungsi adaptif secara optimal atau kemahiran dari

keterampilan yang terbelakang atau perbaikan dari kesulitan berkoordinasi

(Patacy, 2010).

Terapi gangguan koordinasi motorik termasuk latihan motorik

perseptual, teknik latihan neurofisiologis untuk disfungsi motorik, dan

pendidikan fisik yang termodifikasi. Teknik Montessori mungkin berguna

bagi banyak anak prasekolah, karena menekankan perkembangan

keterampilan motorik. Tidak ada latihan atau metoda latihan tunggal yang

tampaknya lebih menguntungkan atau efektif dibandingkan yang lainnya.

Masalah perilaku atau emosional sekunder dan gangguan komunikasi yang

terjadi bersamaan harus ditangani dengan metoda terapi yang sesuai

(Kaplan dkk, 2002).

Page 14: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

14

Tidak ada penelitian skala besar yang telah melaporkan efek terapi,

walaupun penelitian kecil telah menyatakan bahwa latihan dalam

koordinasi ritmik, mempraktekkan gerakan motorik, dan belajar

menggunakan mesin tik semuanya adalah berguna (Kaplan dkk, 2002).

Konseling parental membantu menurunkan kecemasan dan ras

bersalah pada orangtua terhadap gangguan anak dan meningkatkan

kesadaran mereka, yang memberikan keyakinan bagi mereka untuk

membantu anak (Kaplan dkk, 2002).

I. Prognosis

Jika tidak ditangani, anak-anak dengan gangguan koordinasi motorik

cenderung memiliki gejala yang bertahan pada masa remaja hingga masa

dewasa (Patacy, 2010).

Pada kasus berat yang tetap tidak terobati, pasien mungkin memiliki

sejumlah komplikasi sekunder, seperti kegagalan berulang pada pekerjaan

akademik dan nonakademik di sekolah, masalah berulang dalam berusaha

bergabung dengan kelompok teman sebaya, dan ketidakmampuan bermain

dan berolahraga. Masalah tersebut dapat menyebabkan harga diri yang

rendah, kesedihan, menarik diri, dan pada beberapa kasus meningkatnya

masalah perilaku yang parah sebagai reaksi terhadap frustasi yang

ditimbulkan oleh gangguan. Semua tingkat fungsi adaptif dapat diharapkan

pada anak-anak. Ciri penyerta yang sering adalah keterlambatan kejadian

nonmotorik, gangguan bahasa ekspresif, dan gangguan bahasa

reseptif/ekspresif campuran (Kaplan dkk, 2002).

Page 15: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan keterampilan motorik adalah semua gangguan yang

ditandai dengan perkembangan koordinasi motorik yang tidak adekuat

yang cukup berat sehingga membatasi gerakan atau menahan kemampuan

melakukan tugas, pekerjaan sekolah, atau aktivitas lain yang termasuk

dalam gangguan ini adalah gangguan koordinasi perkembangan atau

Development Coordination Disorder (DCD).

Penyebab gangguan koordinasi motorik tidak diketahui, tetapi

hipotesis adalah termasuk penyebab organik dan perkembangan. Faktor

resikonya adalah prematuritas, hipoksia, malnutrisi perinatal, dan berat

badan lahir rendah.

Tanda klinis yang mengarahkan adanya gangguan koordinasi motorik

terlihat paling awal pada masa bayi, saat anak yang terkena mulai berusaha

melakukan tindakan yang memerlukan koordinasi motorik. Gambaran

klinis yang penting adalah gangguan kinerja anak yang jelas terganggua

pada koordinasi motorik. Kesulitan dalam motorik mungkin bervariasi

menurut umur dan stadium perkembangan anak.

Terapi gangguan koordinasi motorik termasuk latihan motorik

perseptual, teknik latihan neurofisiologis untuk disfungsi motorik, dan

pendidikan fisik yang termodifikasi.

B. Saran

Gangguan keterampilan motorik tidak hanya berdampak pada anak

secara langsung, tetapi berdampak juga secara tidak langsung pada orang

tua dan orang sekitar sehingga disarankan mereka untuk dapat pertahankan

harga diri anak dengan mencoba berbagai hobi seperti berenang, yoga,

mengendarai kuda, dan fotografi. Bantu anak agar lebih terorganisir,

pastikan setiap benda dinamai dan tempat penyimpanannya mudah

digunakan. Cobalah untuk melatih keterampilan sosial sehingga anak

memiliki perilaku dan mengetahui apa yang harus dilakukan dan kapan.

Page 16: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

16

Gunakan instruksi visual daripada auditori untuk menyampaikan pesan,

jangan ragu untuk mengulang dan periksa apa anak sudah mengerti dengan

bahasa yang sangat sederhana.

Page 17: Referat Gangguan Keterampilan Motorik

17

DAFTAR PUSTAKA

Barkoukis, A. 2008. Disorders of Childhood: Motor Skills Disorders, Mental help (on-line). http://mentalhelp.net/poc/view_doc.php?type=doc&id=14495&cn=37. Diakses tanggal 25 Desember 2011.

Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. EGC, Jakarta.Hawari, Dadang. 2003. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.Kaplan, Harold, Sadock, Benjamin, Gregg, Jack. 2002. Sinopsis Psikiatri Ilmu

Pengetahuan Psikiatris Klinis Jilid 2. Binarupa Aksara. Jakarta.Patacy, C. 2010. Motor Skills Disorder, Emedicine (on-line).

http://emedicine.medscape.com/article/915251. Diakses tanggal 25 Desember 2011.