referat asma
DESCRIPTION
asmaTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
STROKE HEMORAGIK
Oleh
dr. Mega Nur Purbo Sejati
Pembimbing
dr. Andar Setyawan Sp.S
DOKTER INTERNSHIP RSUD BLAMBANGAN
2014
PENDAHULUAN
STROKE
1. Definisi
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskuler.
Definisi stroke menurut WHO adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan
saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang
lain.
Gambar 1.1 Stroke Trombotik
2. Klasifikasi Stroke
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas patologi
anatomi (lesi), stadium dan lokasi (sistem pembuluh darah).
a. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:
i. Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan
terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Disebabkan oleh
emboli, atherosklerosis pada arteri otak (pembentukan
plak/deposisi lemak pada pembuluh darah), hiperkoagulabilitas
darah, peningkatan kadar platelet, trombosis.
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang
membuat penggumpalan.
Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan
darah.
Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh
bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
ii. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi
pada penderita hipertensi.
Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam
jaringan otak.
Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak).
b. Berdasarkan stadium:
Transient Ischemic Attack (TIA) didefinisikan sebagai suatu defisit
neurologis lokal disebabkan oleh hipoperfusi reversibel daerah otak,
dengan pemulihan penuh dalam waktu kurang dari 24 jam.
Reversible Ischemic Neurological Deficits (RIND): Gejala neurologik
yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam,
tetapi tidak lebih dari seminggu
Progressing stroke atau stroke in evolution: Gejala neurologik yang
makin lama makin berat
Completed stroke: Gejala klinis sudah menetap.
c. Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah):
Tipe karotis
o Motorik : hemiparese kontralateral, disartria
o Sensorik : hemihipestesia kontralateral, parestesia
o Gangguan visual : hemianopsia homonym kontralateral,
amourosis fugax o Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia
Tipe vertebrobasiler
o Motorik : hemiparese alternan, disartria
o Sensorik : hemihipestesia alternan, parestesia
o Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
3. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya stroke:
Usia : insidensi stroke sebanding dgn meningkatnya usia di atas umur 55
tahun, insidensinya meningkat 2 kali lipat.
Hipertensi : ada hubungan langsung antara tingginya tekanan darah
dengan resiko terjadinya stroke.
Jenis kelamin : insidensi pada pria 19% lebih tinggi drpd wanita.
Riwayat TIA (transient ischemic attack) : 60% kasus stroke iskemia
didahului dengan TIA, makin sering terjadi, makin besar resiko terjadinya
stroke.
Kadar Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan
terjadinya aterosklerosis.
Gangguan jantung
Diabetes
Riwayat stroke sebelumnya dan riwayat stroke dalam keluarga.
Faktor resiko perilaku yang bisa dimodifikasi, antara lain merokok,
alkohol, pemakaian kontrasepsi, pemakaian obat-obatan terlarang,
hemodialisa, kurang olahraga dan obesitas.
4. Diagnosis
Untuk segera mendapatkan diagnosis pasti stroke maka perlu dilakukan
anamnesis, pemeriksaan keadaan umum dan pemeriksaan neurologis secepat
mungkin. Gejala-gejala klinis stroke yang sering terjadi, yang perlu ditanyakan
adalah:
a. Tiba-tiba perot, kelumpuhan satu sisi anggota gerak
b. Tiba-tiba kesemutan, gringgingan di muka, di satu sisi anggota gerak
c. Tiba-tiba bingung, sulit bicara atau bicaranya sulit dimengerti
d. Tiba-tiba gangguan penglihatan satu atau kedua mata
e. Tiba-tiba sulit untuk berjalan, sempoyongan, kehilangan keseimbangan
atau koordinasi
f. Tiba-tiba nyeri kepala yang sangat, tanpa diketahui sebab
g. Tiba-tiba terjadi penurunan kesadaran atau tidak sadar
Gejala-gejala klinis tersebut sangat tergantung dari jenis patologis stroke,
sisi otak dan bagian otak yang terganggu, dan bagaimana tingkat keparahan dari
gangguan otak tersebut.
Deteksi stoke juga dapat menggunakan Cincinnati Pre-Hospital Stroke
Scale yang terdiri dari FAST (Gambar 1)
F : Facial drop → Pasien diminta tersenyum/ menunjukkan gigi (abnormal bila
satu sisi wajah tidak bergerak sesuai sisi lainnya.
A : Arm drift → Pasien diminta mengangkat kedua tangan 900 selama beberapa
saat (abnormal bila tidak mampu bertahan/ salah satu sisi tidak naik setinggi sisi
lainnya.
S : Slurred Speech → Pasien diminta mengulang kalimat sederhana (abnormal
bila pengucapan tidak jelas, kalimat tidak sesuai, atau tidak mampu bicara.
T : Time → segera minta bantuan medis untuk pertolongan lebih lanjut
Gambar 1. Deteksi menggunakan FAST
Untuk membedakan jenis patologis stroke (perdarahan atau iskemik atau
infark), dapat dilakukan segera mungkin pemeriksaan CT-Scan kepala (sebagai
pemeriksaan baku emas).
Menurut Chandra, kita dapat mendignosis terjadinya stroke perdarahan
atau stroke infark dengan melihat gejala awal dan pemeriksaan klinis yaitu (Tabel
1):
Tabel 1. Diagnosa banding stroke hemoragik dan non hemoragik
GEJALA PERDARAHAN INFARK
Permulaan Sangat akut Sub akut
Waktu serangan Aktif Bangun tidur
Peringatan sebelumnya - ++
Nyeri Kepala ++ -
Muntah ++ -
Kejang-kejang ++ -
Kesadaran Menurun ++ +/-
Bradikardi +++ (dari hari 1) +
Perdarahan di Retina ++ -
Papil Edema + -
Kaku Kuduk, Kernig,
Brudzinski++ -
Ptosis ++ -
Lokasi Subkortikal Kortikal/subkortikal
Apabila pemeriksaan CT-Scan tidak memungkinkan dapat dipakai
Algoritma Stroke Gajah Mada (ASGM). ASGM terdiri dari 3 variabel, yaitu nyeri
kepala pada waktu serangan, penurunan kesadaran pada waktu serangan dan
refleks Babinski (Gambar 2). Apabila ada tiga atau dua variabel tersebut, maka
jenis patologis stroke adalah stroke hemoragik. Apabila ada nyeri kepala atau
penurunan kesadaran pada saat serangan maka jenis patologis stroke adalah stroke
perdarahan. Stroke iskemik atau infark, apabila tidak ada ketiga variabel tersebut
pada saat serangan.
Gambar 2. Algoritma Stroke Gajah Mada
Untuk menentukan stroke hemoragik dan non hemoragik juga dapat
menggunakan Siriraj Score.
Tabel 2. Skor Siriraj
No Gejala / Tanda Penilaian Indek Skor
1. Kesadaran (0) Kompos mentis
(1) Mengantuk
(2) Semi koma/koma
X 2,5 +
2. Muntah (0) Tidak
(1) YaX 2 +
3. Nyeri Kepala (0) Tidak
(1) YaX 2 +
4. Tekanan Darah Diastolik X 10 % +
5. Ateroma
a. DM
b. Angina pektoris
Klaudikasio Intermiten
(0) Tidak
(1) YaX (-3) -
6. Konstanta - 12 -12
HASIL SSS
CATATAN : 1. SSS > 1 = Stroke hemoragik
2. SSS < -1 = Stroke non hemoragik
5. Penatalaksanaan Stroke
Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Gawat Darurat dan
merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kerusakan
jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan
cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin dalam H2O.
Dilakukan pemeriksaan Ct-scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah
perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/INR, APTT, glukosa
darah, kimia darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas
darah.
Tindakan lain di IGD, adalah memberikan dukungan mental kepada pasien
serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang.
Stadium Akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun
penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta
telaah sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada
keluarga pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga
seta tata cara perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga.
Stroke Iskemik
Terapi umum:
Letakkan kepala pasien pada posisi 30°, kepala dan dada pada satu bidang;
ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik
sudah stabil.
Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai
didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi
dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung
kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter intermiten).
Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000
mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin
isotonik. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika
didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui slang
nasogastrik.
Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah
sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama.
Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi
segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan harus dicari
penyebabnya.
Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan
sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan
sistolik ≥220 mmHg, diastolik ≥120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP)
≥ 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau
didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal.
Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan obat yang
direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat
ACE, atau antagonis kalsium.
Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤90 mm Hg, diastolik ≤70
mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4
jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum
terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih < 90 mmHg, dapat diberi dopamin
2-20 μg/kg/menit sampai tekanan darah sistolik ≥ 110 mmHg.
Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral
(fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan
antikonvulsan peroral jangka panjang.
Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus
intravena 0,25 sampai 1 g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena
rebound atau keadaan umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit
setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (<320
mmol); sebagai alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau
furosemid.
Terapi khusus:
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin
dan anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant
tissue Plasminogen Activator). Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu
sitikolin atau pirasetam (jika didapatkan afasia).
Stroke Hemoragik
Terapi umum
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30
mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis
cenderung memburuk.
Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-
20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg,
dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah
harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit)
sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv
0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral.
Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala
dinaikkan 30°, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian manitol (lihat
penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).
Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung
diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton;
komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik
spektrum luas.
Terapi khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator.
Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien
yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3
cm3, hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan
VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatan tekanan
intrakranial akut dan ancaman herniasi
Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antagonis Kalsium
(nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun gamma
knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau malformasi arteri-vena
(arteriovenous malformation, AVM).
Stadium Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi
wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan
penyakit yang panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke
di rumah sakit dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti, memahami dan
melaksanakan program preventif primer dan sekunder.
Terapi fase subakut:
Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya,
Penatalaksanaan komplikasi,
Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien), yaitu fisioterapi, terapi
wicara, terapi kognitif, dan terapi okupasi,
Prevensi sekunder
Edukasi keluarga dan Discharge Planning
Kesimpulan
Tujuan penatalaksanaan komprehensif pada kasus stroke akut adalah: (1)
meminimalkan jumlah sel yang rusak melalui perbaikan jaringan penumbra dan
mencegah perdarahan lebih lanjut pada perdarahan intraserebral, (2) mencegah
secara dini komplikasi neurologik maupun medik, dan (3) mempercepat perbaikan
fungsi neurologis secara keseluruhan. Jika secara keseluruhan dapat berhasil baik,
prognosis pasien diharapkan akan lebih baik.
Pengenalan tanda dan gejala dini stroke dan upaya rujukan ke rumah sakit
harus segera dilakukan karena keberhasilan terapi stroke sangat ditentukan oleh
kecepatan tindakan pada stadium akut; makin lama upaya rujukan ke rumah sakit
atau makin panjang saat antara serangan dengan pemberian terapi, makin buruk
prognosisnya
STATUS PENDERITA
I. DATA PRIBADI
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 38 tahun
Alamat : Dusun Krajan Pondok Nongko Kabat
Status : Menikah
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pedagang
MRS : 18 Juli 2014
No RM : 09.32.61
Ruang : Neuro
II. ANAMNESIS
Heteroanamnesis dengan istri pasien tanggal 18 Juli 2014
KELUHAN UTAMA
Tangan dan kaki kiri susah digerakkan
Keluhan tambahan: Bicara pelo, bibir mencong ke kanan
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Tanggal 18 Juli 2014, pasien tiba-tiba tangan dan kaki kiri sudah digerakkan
pada sekitar jam 00.30 saat akan tidur. Sebelumnya pasien merasa tangan
dan kaki kiri kesemutan setelah nonton tv pada malam hari. Pasien juga
bicara pelo dan bibir mencong ke kanan. Pasien mengalami sakit kepala.
Pasien sadar saat itu dan tidak mengalami mual dan muntah. Menurut
keluarga pasien, sebelumnya pasien berbuka puasa dengan makan nasi, ikan
dan pisang goreng.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Penderita memiliki riwayat penyakit hipertensi, tetapi pasien tidak kontrol
secara rutin. Riwayat kencing manis tidak ada. Asma tidak ada.
INTOKSIKASI
Tidak ditemukan riwayat keracunan obat, zat kimia, makanan dan minuman.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada riwayat stroke dan kencing manis pada keluarga penderita.
Terdapat riwayat hipertensi pada ibu pasien.
KEADAAN PSIKOSOSIAL
Penderita tinggal di rumah bersama istri dan kedua anaknya. Penderita
merokok sejak usia 18 tahun dan jarang berolahraga. Penderita tidak minum
alkohol.
STATUS INTERNA SINGKAT
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 250/140 mmHg
Nadi : 92 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu Badan : 36,7oC
Gizi : Baik
Kepala/leher : Konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), dispneu
(-), sianosis (-), JVP tidak meningkat, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
Paru-paru : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : S1 dan S2 tunggal, bising tidak ada
Abdomen : Hepar/Lien/Massa tidak teraba, tidak terdapat nyeri
tekan, BU (+) N
Ekstremitas : akral hangat di keempat ekstremitas, tidak oedem,
Parese - +
- +
STATUS PSIKIATRI SINGKAT
Emosi dan Afek : baik
Proses Berfikir : baik
Kecerdasan : sesuai dengan pendidikan
Penyerapan : baik
Kemauan : baik
Psikomotor : baik
STATUS NEUROLOGIS
A. KESAN UMUM:
Kesadaran : Composmentis, GCS 4-5-6
Pembicaraan: Disartri : +
Monoton : -
Scanning : +
Afasia : Motorik : -
Sensorik : -
Anomik : -
Kepala:
Besar : Normal
Asimetri : (-)
Sikap paksa : (-)
Tortikolis : (-)
Muka:
Mask/topeng : (-)
Miophatik : (-)
Fullmooon : (-)
B. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Rangsangan Selaput Otak
Kaku Tengkuk : (-)
Kernig : (-)/(-)
Laseque : (-)/(-)
Bruzinski I : (-)
Bruzinski II : (-)/(-)
2. Saraf Otak
Kanan Kiri
N. Olfaktorius
Hyposmia - -
Parosmia - -
Halusinasi - -
N. Optikus Kanan Kiri
Visus 6/6 6/6
Yojana Penglihatan N N
Funduskopi tidak dilakukan tidak dilakukan
N. Occulomotorius, N. Trochlearis, N. Abducens
Kanan Kiri
Kedudukan bola mata tengah tengah
Pergerakan bola mata ke
Nasal : + +
Temporal : + +
Atas : + +
Bawah : + +
Eksopthalmus : - -
Ptosis : - -
Pupil
Bentuk bulat bulat
Lebar 3 mm 3 mm
Perbedaan lebar isokor isokor
Reaksi cahaya langsung (+) (+)
Reaksi cahaya konsensuil (+) (+)
Reaksi akomodasi tidak dilakukan
Reaksi konvergensi tidak dilakukan
N. Trigeminus
Kanan Kiri
Cabang Motorik
Otot Maseter + +
Otot Temporal + +
Otot Pterygoideus Int/Ext + +
Cabang Sensorik
I. N. Oftalmicus N N
II. N. Maxillaris N N
III. N. Mandibularis N N
Refleks kornea langsung normal normal
Refleks kornea konsensuil normal normal
N. Facialis
Kanan Kiri
Waktu Diam
Kerutan dahi simetris
Tinggi alis simetris
Sudut mata kiri lebih tinggi
Lipatan nasolabial kiri lebih tinggi
Waktu Gerak
Mengerutkan dahi tidak simetris
Menutup mata tidak simetris
Bersiul tidak simetris
Memperlihatkan gigi tidak simetris
Pengecapan 2/3 depan lidah tidak dilakukan
Sekresi air mata tidak dilakukan
Hyperakusis tidak dilakukan
N. Vestibulocochlearis
Vestibuler
Vertigo : (-)
Nystagmus : (-)
Tinitus aureum : Kanan : (-) Kiri : (-)
Cochlearis : tidak dilakukan
N. Glossopharyngeus dan N. Vagus
Bagian Motorik:
Suara : biasa
Menelan : susah menelan
Kedudukan arcus pharynx : sde
Kedudukan uvula : sde
Pergerakan arcus pharynx : sde
Detak jantung : normal
Bising usus : normal
Bagian Sensorik:
Pengecapan 1/3 belakakang lidah : tidak dilakukan
Refleks muntah: (+)
Refleks palatum mole: N
N. Accesorius
Kanan Kiri
Mengangkat bahu N N
Memalingkan kepala N N
N. Hypoglossus
Kedudukan lidah waktu istirahat : tertarik ke sisi kiri
Kedudukan lidah waktu bergerak : tertarik ke sisi kanan
Atrofi : tidak ada
Kekuatan lidah menekan pada
bagian dalam pipi : tidak dilakukan
Fasikulasi/Tremor pipi (kanan/kiri) : tidak dilakukan
Sistem Motorik
Kekuatan Otot
Tubuh : Otot perut : normal
Otot pinggang : normal
Kedudukan diafragma : Gerak : normal
Istirahat : normal
Lengan (Kanan/Kiri)
M. Deltoid : 4/3
M. Biceps : 4/3
M. Triceps : 4/3
Fleksi sendi pergelangan tangan : 4/3
Ekstensi sendi pergelangan tangan : 4/3
Membuka jari-jari tangan : 4/3
Menutup jari-jari tangan : 4/3
Tungkai (Kanan/Kiri)
Fleksi artikulasio coxae : 4/3
Ekstensi artikulatio coxae : 4/3
Fleksi sendi lutut : 4/3
Ekstensi sendi lutut : 4/3
Fleksi plantar kaki : 4/3
Ekstensi dorsal kaki : 4/3
Gerakan jari-jari kaki : 4/3
Besar Otot :
Atrofi : -
Pseudohypertrofi : -
Respon terhadap perkusi : normal
Palpasi Otot :
Nyeri : -
Kontraktur : -
Konsistensi : normal
Tonus Otot :
Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Hipotoni - - - -
Spastik - - - -
Rigid - - - -
Rebound - - - -
phenomen
Gerakan Involunter
Tremor : Waktu Istirahat : -/-
Waktu bergerak : -/-
Chorea : -/-
Athetose : -/-
Balismus : -/-
Torsion spasme : -/-
Fasikulasi : -/-
Myokimia : -/-
Koordinasi :
Jari tangan – jari tangan : tidak dilakukan
Jari tangan – hidung : tidak dilakukan
Ibu jari kaki – jari tangan : tidak dilakukan
Tumit – Lutut : tidak dilakukan
Pronasi/supinasi : tidak dilakukan
Tapping dengan jari-jari tangan : tidak dilakukan
Tapping dengan jari-jari kaki : tidak dilakukan
Gait dan station : tidak dilakukan
3. Sistem Sensorik
Kanan/kiri
Rasa Eksteroseptik
Rasa nyeri superfisial : + / +
Rasa suhu : tidak dilakukan
Rasa raba ringan : + / +
Rasa Proprioseptik
Rasa getar : tidak dilakukan
Rasa tekan : tidak dilakukan
Rasa nyeri tekan : tidak dilakukan
Rasa gerak posisi : tidak dilakukan
Rasa Enteroseptik
Refered pain : tidak dilakukan
Rasa Kombinasi
Streognosis : tidak dilakukan
Barognosis : tidak dilakukan
Grapestesia : tidak dilakukan
Two point tactil discrimination : tidak dilakukan
Sensory extimination : tidak dilakukan
Loose of Body Image : tidak dilakukan
Fungsi luhur
Apraxia : -
Alexia : -
Agraphia : tidak dilakukan
Fingerognosis : tidak dilakukan
Disorientasi kanan-kiri : -
Acalculia : -
5. Refleks-refleks
Reflek kulit
Refleks kulit dinding perut : normal
Refleks cremaster : tidak dilakukan
Refleks gluteal : tidak dilakukan
Refleks anal : tidak dilakukan
Refleks Tendon/Periosteum (Kanan/Kiri):
Refleks Biceps : + /
Refleks Triceps : +/
Refleks Patella : + /
Refleks Achiles : + /
Refleks Patologis :
Tungkai
Babinski : -/- Chaddock : -/-
Oppenheim : -/- Rossolimo : -/-
Gordon : -/- Schaffer : -/-
Lengan
Hoffmann-Tromner : -/-
Reflek Primitif : Grasp : (-)
Snout : (-)
Sucking : (-)
Palmomental : (-)
6. Susunan Saraf Otonom
Miksi : inkontinensi (+)
Defekasi : pasien belum BAB
Sekresi keringat : normal
Salivasi : normal
Gangguan tropik di kulit, rambut, kuku : tidak ada
7. Columna Vertebralis
Kelainan Lokal
Skoliosis : tidak ada
Khypose : tidak ada
Khyposkloliosis : tidak ada
Gibbus : tidak ada
Nyeri tekan/ketuk : tidak ada
Gerakan Servikal Vertebra
Fleksi : tidak dilakukan
Ekstensi : tidak dilakukan
Lateral deviation : tidak dilakukan
Rotasi : tidak dilakukan
Gerak Tubuh : tidak dilakukan
8. Pemeriksaan PA
Tidak dilakukan
9. Pemeriksaan radiologik
Tengkorak : Plain X – Foto : -
CT scan : -
MRI : -
Cerebral Angiografi : -
Columna vertebra
Plain X – Foto : -
Myelografi / caudografi : -
CT scan : -
MRI : -
10. Pemeriksaan E.E.G.
Tidak dilakukan
11. Pemeriksaan dengan Echoencefalografi
Tidak dilakukan
12. Pemeriksaan Elektrodiagnostik
Tidak dilakukan
13. Pemeriksaan Tambahan
Laboratorium Darah Rutin
Hemoglobin : 16,6 g/dl
Leukosit : 15,7 /ul
Eritrosit : 5,85 juta/ul
Hematokrit : 48,9 Vol%
Trombosit : 258.000 /ul
Laboratorium Kimia Darah
GDS : 106 mg/dl
SGOT : 26,4 u/l
SGPT : 27,5 u/l
BUN : 11,26 mg/dL
Kreatinin : 1,2 mg/dL
14. Diagnosis
Diagnosis Klinis : Hemiparese sinistra + parese N. VII dextra parese
N. XII dextra
Diagnosis Topis : Hemisfer dextra
Diagnosis Etiologis : Stroke Hemoragik
15. Penatalaksanaan
Di IGD
IVFD RL 20 tts/menit
O2 2-3 lpm
Piracetam 12 g selanjutnya 3 x 3 gr
Inj. Citicoline 3 x 500 mg
Inj. Kalnex 3 x 1 ampul
Nifedipin 10 mg SL
RESUME
1. ANAMNESIS :
Pasien tiba-tiba susah menggerakkan tangan dan kaki kiri sekitar pukul
00.30 tanggal 18 Juli 2014. Pasien juga bicara pelo dan bibirnya mencong
ke kanan. Pasien mengalami sakit kepala.
2. PEMERIKSAAN
Interna
Kesadaran : Composmentis , GCS 4-5-6
Tekanan darah : 250/140 mmHg
Nadi : 92 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,7o C
Kepala/Leher : tidak ada kelainan
Thorax : tidak ada kelainan
Abdomen : tidak ada kelainan
Ekstremitas : parese pada tangan kiri dan tungkai kiri
Status psikiatri : tidak ada kelainan
Status Neurologis
Kesadaran : Composmentis, GCS 4-5-6
Pupil isokor, diameter 3mm/3mm refleks cahaya +/+, gerak mata normal
Rangsang selaput otak: normal, tak ada kelainan
Saraf kranialis : Parese N. VII dextra, Parese N. XII dextra
Motorik : lengan 4/3, tungkai 4/3
Tonus : lengan : N / N, tungkai : N / N
Sensorik : N
Reflek fisiologis BPR : + / , TPR: + / , KPR : + / , APR : + /
Refleks patologis tidak ada
Susunan saraf otonom : inkontinensia urine
Columna Vertebralis tidak ada kelainan
3. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Hemiparese sinistra + parese nervus VII dextra +
parese nervus XII dextra
Diagnosis Etiologis : Stroke hemoragik
Diagnosis Topis : Hemisfer dextra
4. PENATALAKSANAAN
Di IGD
IVFD RL 20 tts/menit
O2 2-3 lpm
Piracetam 12 g selanjutnya 3 x 3 gr
Inj. Citicoline 3 x 500 mg
Inj. Kalnex 3 x 1 ampul
Nifedipin 10 mg SL
PEMBAHASAN
Telah dilakukan pemeriksaan pada seorang laki-laki berusia 38 tahun
dengan diagnosa klinis Hemiparesis sinistra + parese nervus VII dextra + parese
nervus XII dextra. Pada pasien ini, diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan hasil
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesa didapatkan keluhan utama
kelemahan pada tangan kanan dan tungkai kanan yang terjadi secara mendadak
dan sakit kepala. Keluhan muncul saat setelah penderita melakukan aktivitas.
Penderita memiliki riwayat penyakit hipertensi.
Dari hasil pemeriksaan fisik pada pemeriksaan motorik didapatkan adanya
kelemahan pada tangan kiri dan kaki kiri, pada pemeriksaan N. VII didapatkan
lipatan nasolabial bagian kanan dan kiri tidak simetris. Pada pemeriksaan nervus
XII didapatkan lidah saat diam tertarik ke kiri sedangkan saat bergerak tertarik ke
kanan. Pada pemeriksaan refleks fisiologis, yaitu BPR, TPR, KPR dan APR
didapatkan bahwa refleks tangan dan tungkai sebelah kiri menurun bila
dibandingkan dengan sebelah kanan. Begitu juga dengan pemeriksaan tonus dan
pemeriksaan sensorik, didapatkan tangan dan tungkai sebelah kiri menurun bila
dibandingkan dengan sebelah kanan. Pada penderita tidak didapatkan adanya
refleks patologis. Sehingga dari pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa
penderita mengalami hemiparese sinistra.
Menurut WHO (1996) stroke adalah manifestasi klinik gangguan serebral
fokal maupun global yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau
berakhir dengan maut tanpa ditemukan penyebab lain selain gangguan vaskular.
Faktor resiko ialah faktor yang menyebabkan seseorang lebih
rentan/mudah mengalami GPDO (baik iskemik ataupun hemoragik). Adapun yang
termasuk faktor resiko dari stroke yang tidak dapat diubah adalah usia tua, jenis
kelamin pria, ras, riwayat keluarga, dan riwayat stroke. Sedangkan faktor resiko
dari stroke yang dapat diubah adalah hipertensi, diabetes mellitus, merokok,
alkohol, kontrasepsi oral, hiperurisemia, dislipidemia. Dari faktor resiko diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa faktor resiko dari penderita ini adalah usia dari
riwayat hipertensi dan pasien juga merokok
Stroke dapat dibagi menjadi dua kelompok besar :
1. Perdarahan (stroke hemoragik)
2. Infark (istroke non hemoragik/iskemik)
Apabila menggunakan Algoritma Stroke Gajah Mada maka pasien ini
termasuk Stroke Hemoragik karena memiliki keluhan nyeri kepala saat serangan.
Tidak ada penurunan kesadaran dan refleks Babinki negatif.
Pengelolaan 5B pada pasien ini telah dilakukan sebagai berikut:
1. Pernapasan (breath); jalan napas harus bebas, pemberian oksigen 2-3 L/menit.
2. Darah (blood); tekanan darah diturunkan agar tidak menambah perdarahan dan
kerusakan pada otak.
3. Otak (brain); berikan neuroprotektif seperti piracetam dan citikolin.
4. Saluran kemih (bladder); pelihara keseimbangan cairan dan pasang dauer
kateter bila ada inkontinensia urine.
5. Gastrointestinal (bowel); berikan nutrisi yang adekuat, bila perlu berikan
NGT.
Terapi medikamentosa pada penderita ini yaitu infus RL, piracetam,
citikolin, kalnex, dan nifedipin. Infus RL diberikan untuk menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit. Piracetam bekerja dengan cara
meningkatkan efektifitas dari fungsi telensefalon otak melalui peningkatan
fungsi neurotransmiter kolinergik. Fungsi lain dari piracetam adalah
menstimulasi glikolisis oksidatif, meningkatkan konsumsi oksigen pada otak,
serta mempengaruhi pengaturan cerebrovaskular dan juga mempunyai efek
antitrombotik. Citicoline berfungsi sebagai metabolik aktivator (metabolik
agent) jaringan otak yang iskemik (infark serebral). Citicoline dapat
membantu meminimalkan lesi iskemik dengan menstabilkan membran dan
mengurangi pembentukan radikal bebas. Kalnex berisi asam tranexamat yang
berfungsi untuk menghentikan perdarahan. Nifedipin SL diberikan untuk
menurunkan tekanan darah. Penderita mendapat perawatan di ruang neuro
mulai tanggal 18 Juli 2014 sampai tanggal 23 Juli 2014 lalu pulang APS.
LAPORAN HARIAN DAN PERKEMBANGAN PASIENJum’at18 Juli 2014
Muntah : - Pelo : + Nyeri kepala : + Tangan dan kaki
kiri sulit digerakkan
T : 250/140 mmHgN : 92 /mntRR : 20 x/mntS : 36,7 oCa-/ i- /c- /d-
GCS : 4-5-6Kesadaran : composmentis
Eks :4/4/4 3/3/34/4/4 3/3/3
RL 20 tpmPiracetam 3 x 3 grCiticoline 3 x 500 mgKlanex 500 mg 3 x 1Novalgin 3 x 1 ampul
Sabtu19 Juli 2014
- Pelo +- Nyeri kepala +- Tangan dan kaki kiri sulit digerakkan
T : 180/100 mmHgN : 72 x/mntRR : 24 x/mntS : 36,8 oCa- / i- / c- / d-
GCS : 4-5-6Kesadaran : composmentis
Eks :4/4/4 3/3/34/4/4 3/3/3
RL 20 tpmPiracetam 3 x 3 grCiticoline 3 x 500 mgKlanex 500 mg 3 x 1Novalgin 3 x 1 ampul
Minggu20 Juli 2014
- Pelo +- Nyeri kepala +- Tangan dan kaki kiri sulit digerakkanPasien sudah mulai bisa menelan
T : 240/130 mmHgN : 84 x/mntRR : 22 x/mntS : 36,5 oCa- / i- / c- / d-
GCS : 4-5-6Kesadaran : composmentis
Eks :4/4/4 3/3/34/4/4 3/3/3
RL 20 tpmPiracetam 3 x 3 grCiticoline 3 x 500 mgKlanex 500 mg 3 x 1Novalgin 3 x 1 ampul
Senin21 Juli 2014
- Pelo +- Nyeri kepala +- Tangan dan kaki kiri sulit digerakkan
T : 200/140 mmHgN : 88 x/mntRR : 20 x/mnt
GCS : 4-5-6Kesadaran : composmentis
Eks :4/4/4 3/3/34/4/4 3/3/3
RL 20 tpmPiracetam 3 x 3 grCiticoline 3 x 500 mgKlanex 500 mg 3 x 1Novalgin 3 x 1 ampul
S : 36,5 oCa- / i- / c- / d-
Selasa22 Juli 2014
- Pelo +- Nyeri kepala +- Tangan dan kaki kiri sulit digerakkan- Pasien gelisah
T : 200/110 mmHgN : 80 x/mntRR : 24 x/mntS : 36,5 oCa- / i- / c- / d-
GCS : 4-5-6Kesadaran : composmentis
Eks :4/4/4 3/3/34/4/4 3/3/3
RL 20 tpmPiracetam 3 x 3 grCiticoline 3 x 500 mgKlanex 500 mg 3 x 1Novalgin 3 x 1 ampulNifedipin 10 mg SLKutoin 3 x 1 drip
Senin23 Juli 2014
- Pelo +- Nyeri kepala +- Tangan dan kaki kiri sulit digerakkan
T : 180/110 mmHgN : 78 x/mntRR : 24 x/mntS : 36,6 oCa- / i- / c- / d-
GCS : 4-5-6Kesadaran : composmentis
Eks :4/4/4 3/3/34/4/4 3/3/3
RL 20 tpmPiracetam 3 x 3 grCiticoline 3 x 500 mgKlanex 500 mg 3 x 1Novalgin 3 x 1 ampulNifedipin 10 mg SLKutoin 3 x 1 drip
DAFTAR PUSTAKA
1. Aliah A, Kuswara FF, Limoa RA, Wuysang G. 2000. Gambaran Umum tentang GPDO. Kapita Selekta Neurologi. Yogjakarta: UGM Press, 2000; 84-89
2. Aminuddin A. dkk. 1996. Gambaran Umum Tentang Gangguan Darah Otak (GPDO). Kapita Selekta Neurologi Edisi II. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
3. Chandra, B. 1994. Stroke. Neurologi Klinik. Surabaya : FK UNAIR, 1994; 28-32 1.
4. Harsono. 2000. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
5. Lamsudin R. 1998. Praktek evidencebased medicine (EBM) dalam manajemen stroke akut. BKM. 1998:3;129-135.
6. Lumbantobing. 2000. Pemeriksaan Fisik dan Mental. Neurologi Klinik. FKUI, Jakarta.
7. Mansjoer, Arif (Ed). 2000. Stroke . Kapita Selekta Kedokteran. FK UI, Jakarta. 2000,17 – 26
8. Mardjono M, Sidartha P. 1997. Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan Saraf. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat, 1997; 268-301
9. PERDOSSI. 2007. Pedoman penatalaksanaan stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).
10. Setyopranoto, Ismail. 2011. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. CDK 185/Vol.38 no.4/Mei-Juni 2011
11. Sidharta, Priguna dan Mahar Mardjono. 2000. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta. PT. Dian Rakyat.
.