refe sero

22
TINJAUAN PUSTAKA SEROTINUS A. Definisi : Istilah lain ; prolonged, postdate, postdatism, postmatur dan postterm sering salah digunakan dalam mengartikan kehamilan yang melebihi waktu dari batas normal. Menurut Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO 1986) dan menurut WHO 1977, postterm adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu terhitung dari HPHT dan siklus menstruasi 28 hari. 1 Kehamilan umunya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan periode dimana terjadi persalinan normal. 1 B. Prevalensi : Sekitar 3,4-14% atau rata-rata 10% kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih, dengan mereka yang berakhir dalam 43 minggu mencapai 2-7%. Angka ini bervariasi dari beberapa peneliti bergantung pada criteria yang dipakai. Insiden yang tinggi ditemukan pada populasi yang terdiri dari wanita yang tidak yakin mengenai HPHT-nya atau waktu berhentinya penggunaan kontrasepsi hormonal atau menyusui. Literatur menyebutkan ± 20-40% di populasi, wanita kebanyakan tidak bisa mengingat HPHT-nya dan tidak yakin tanggal konsepsinya. 1,2 1

Upload: yohanna-lukman

Post on 03-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

referat seotinus

TRANSCRIPT

Page 1: refe sero

TINJAUAN PUSTAKA

SEROTINUS

A. Definisi :

Istilah lain ; prolonged, postdate, postdatism, postmatur dan postterm sering salah

digunakan dalam mengartikan kehamilan yang melebihi waktu dari batas normal. Menurut

Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO 1986) dan menurut WHO 1977, postterm

adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu terhitung dari HPHT dan siklus

menstruasi 28 hari.1

Kehamilan umunya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir.

Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan periode

dimana terjadi persalinan normal.1

B. Prevalensi :

Sekitar 3,4-14% atau rata-rata 10% kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih,

dengan mereka yang berakhir dalam 43 minggu mencapai 2-7%. Angka ini bervariasi dari

beberapa peneliti bergantung pada criteria yang dipakai. Insiden yang tinggi ditemukan pada

populasi yang terdiri dari wanita yang tidak yakin mengenai HPHT-nya atau waktu berhentinya

penggunaan kontrasepsi hormonal atau menyusui. Literatur menyebutkan ± 20-40% di populasi,

wanita kebanyakan tidak bisa mengingat HPHT-nya dan tidak yakin tanggal konsepsinya.1,2

C. Etiologi :

Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya

kehamilan postterm belum jelas. Beberapa teori yang di ajukan pada umumnya menyatakan

bahwa terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan.

Beberapa factor antara lain ; 1

1

Page 2: refe sero

Pengaruh progesterone

Penurunan hormone progesterone dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian

perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan dan

meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa

terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesterone. 1

Teori oksitosin

Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi kesan

atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan

persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia

kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu factor penyebab kehamilan postterm. 1

Teori kortisol / ACTH janin

Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya persalinan

adalah janin, diduga akibat peningkatan tiiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin

akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesterone berkurang dan memperbesar

sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada

cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasi adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar

hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga

kehamilan dapat berlangsung lewat bulan. 1

Saraf uterus

Tekanan pada ganglion sevikalis dari pleksus frankenhauser akan membangkitkan

kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan

letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab

terjadinya kehamilan postterm. 1

Herediter

Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan postterm

mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren

(1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilaman seorang ibu mengalami

2

Page 3: refe sero

kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak

perempuannya akan mengalami postterm.

Siklus haid yang tidak diketahui pasti

Kelainan pada janin (anesenefal, kelenjar adrenal janin yang fungsinya kurang baik,

kelainan pertumbuhan tulang janin/osteogenesis imperfecta; atau kekurangan enzim

sulfatase plasenta).

D. Diagnosis

Menegakkan diagnosis kehamilan postterm bukan merupakan hal yang mudah. Banyak

metode pemeriksaan umur kehamilan dan kesejahteraan janin yang diajukan tapi belum ada hasil

yang memuaskan. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan yang berkali-kali tidak praktis, mahal,

terkadang subjektif, mempunyai nilai positif dan negatif palsu, serta memerlukan kehandalan

pemeriksa. Namun nilai diagnosisnya akan lebih baik jika pemeriksaan itu dilakukan bersama-

sama. 3

Dalam menentukan diagnosis kehamilan postterm disamping dari riwayat haid, sebaiknya dilihat

pula hasil pemeriksaan antenatal ;

a. Riwayat haid

Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit ditegakkan bila HPHT (hari pertama haid

terakhir) diketahui dengan pasti. Pendertia harus yakin dengan HPHTnya, siklus 28 hari dan

teratur, tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir.

Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus Naegele,

berdasarkan riwayat haid, seorang penderita yang ditetapkan sebagai kehamilan postterm

kemungkinan adalah sebagai berikut ;

1. terjadi kesalahan dalam menentukan tanggal HPHT, atau akibat menstruasi abnormal,

2. tanggal HPHT diketahui jelas, tetapi terjadi kelambatan ovulasi.

3. Tidak ada kesalahan menentukan HPHT dan kehamilan memang berlangsung lewat

bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari seluruh penderita yang diduga kehamilan

postterm).1,2,3

3

Page 4: refe sero

b. Riwayat Pemeriksaan antenatal

1. Tes kehamilan ; bila pasien melakukan pemeriksaan tes imunologik sesudah terlam-

bat 2 minggu, maka dapat diperkirakan kehamilan memang telah berlangsung 6

minggu. 1,2

2. Gerak janin ; gerak janin / quickening pada umumnya dirasakan ibu pada kehamilan

18 – 20 minggu. Pada primigravida dirasakan sekitar umur kehamilan 18 minggu,

sedangkan pada multigravida pada usia 16 minggu. Petunjuk umum untuk menen-

tukan persalinan adalah quickening ditambah 22 minggu pada primigravida, atau tam-

bah 24 mminggu pada multiparitas. 1

3. Denyut jantung janin / DJJ ; dengan stetoskop Laennec DJJ dapat didengar mulai usia

kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler dapat terdengar usia kehamilan

10-12 minggu. 1

Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat 3 atau lebih dari 4

kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut :

- Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif

- Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler

- Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan ada gerak janin pertama kali

- Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan stetoskop Laen-

nec. 1

c. Tinggi fundus uteri

Dalam trimester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri serial dalam sentimeter dapat

bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang tiap bulan. Lebih dari 20 minggu tinggu

fundus uteri dapat menentukan usia kehamilan. 1

d. Pemeriksaan USG

Ketetapan usia gestasi sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan ultrasonografi pada

trimester pertama. Kesalahan perhitungan dengan rumus Naegele dapat mencapai 20%. Bila

telah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi serial terutama sejak trimester pertama, hamper dapat

dipastikan usia kehamilan. Pada trimester pertama pemeriksaan panjang kepala – tungging

(crown-rump length / CRL) memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan. 1

4

Page 5: refe sero

Pada umur kehamilan sekitar 16-26 minggu, ukuran diameter biparietal dan panjang

femur memberikan ketepatan sekitar 7 hari dari taksiran persalinan.

Selain CRL, diameter biparietal dan panjang femur, beberapa para meter dalam

pemeriksaan USG juga dapat dipakai seperti lingkar perut, lingkar kepala, dan beberapa rumus

merupakan perhitungan dari beberapa hasil pemeriksaan parameter tersebut diatas. Sebaliknya,

pemeriksaan sesaat trimester ke III dapat dipakai untuk menentukan berat janin, keadaan air

ketuban, ataupun keadaan plasenta yang sering berkaitan dengan kehamilan postterm, tetapi

sukar untuk memastikan usia kehamilan.1

e. Pemeriksaan laboratorium

1. Kadar lesitin / spingomielin

Bila kadar lesitin / spingomielin dalam cairan amnion kadarnya sama, maka umur

kehamilan sekitar 22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar spingomielin ; 28-32minggu, pada

kehamilan genap bulan rasio menjadi 2 : 1. Pemeriksaan ini tidak dapat digunakan untuk

menentukan kehamilan postterm, tetapi hanya untuk menentukan apakah janin cukup umur /

matang untuk dilahirkan. 1

2. Aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA)

Hastwell berhasil membuktikan bahwa cairan amnion mempercepat waktu pembekuan

darah. Aktivitas ini meningkat dengan bertambahnya umur kehamilan. Pada umur kehamilan 41-

42 minggu ATCA berkisar antara 45 – 65 detik, pada umur kehamilan lebih dari 42 minggu

didapatkan ATCA < 45 detik. Bila didapat ATCA antara 42 – 46 detik menunjukkan bahwa

kehamilan berlangsung lewat waktu. 1

3. Sitologi cairan amnion

Pengecatan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan amnion. Bila jumlah

sel lemak melebihi 10% maka kehamilan diperkirakan 36 minggu, dan apabila 50% atau lebih,

maka usia kehamilan 39 minggu atau lebih.

4. Sitologi vagina

5

Page 6: refe sero

Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik >20%) mempunyai sensitivitas 75%.

Perlu diingat bahwa kematangan serviks tidak dapat dipakai untuk menentukan usia gestasi. 1

f. Permasalahan Kehamilan Lewat Waktu 1,4

Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi

dan pertukaran CO2/O2 sehingga mempunyai risiko asfiksia sampai kematian adalam rahim.

Makin menurunnya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan :3

1. Pertumbuhan janin makin lambat

2. terjadi perubahan metabolisme janin

3. Air ketuban berkurang dan makin kental

4. Sebagian janin bertambah berat, sehingga memerlukan tindakan persalinan

5. Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin yang menimbulkan asfiksia dan setiap saat dapat

meninggal di rahim.

6. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.

g. Tanda Bayi Post Matur 1

1. Tanda postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo) : 1,3

a. Stadium I ; Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa

kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.

b. Stadium II : Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit

c. Stadium III : Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat

Tanda bayi Postmatur : 3

1. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)

2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur

3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang

4. Verniks kaseosa di badan kurang

5. Kuku-kuku panjang

6. Rambut kepala agak tebal

6

Page 7: refe sero

7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel

G. Pengaruh Kehamilan Serotinus Terhadap Ibu dan Janin Serta Plasenta

1. Terhadap Ibu :1,3

Partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, perdarahan postpartum.

Resiko perdarahan postpartum menjadi lebih tinggi akibat makrosomia.

Psikologi ibu yang cemas akibat bayinya tidak lahir-lahir.

2. Terhadap janin : 1,3

Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari

kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.

Adapula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.

Oligohidramnion dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin sampai bayi

meninggal.

Keluarnya mekoneum yang dapat menyebabkan aspirasi mekoneum.

Berat janin menjadi lebih besar dan dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik

Gawat janin yang disebabkan :

o Makrosomia

o Insufisiensi plasenta :

Pertumbuhan janin terhambat

Oligohidramnion

Hipoksia janin

Keluarnya mekonium

3. Terhadap Plasenta : 1,3

Penimbunan kalsium (kalsifikasi)

Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan fibrinoid, fibro-

sis, trombosis intervili, dan infark vili

Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang.

Insufisiensi plasenta

H. Penatalaksanaan Postterm :

7

Page 8: refe sero

1. Evaluasi janin dan manajemen

Secara umum telah diterima bahwa pengawasan janin ante dan intrapartum dapat meng

eliminasi secara nyata terjadinya mortalitas janin postterm dan menurunkan mobiditas janin.3

Pra kehamilan

Terjadinya kehamilan postterm tidak dapat diprediksi. Ada beberapa bukti yang

mendukung bahwa hal ini lebih sering terjadi pada kehamilan pertama. Beberapa wanita yang

sudah mengalami satu kali kehamilan postterm dengan yang mengalami dua kali kehamilan

postterm mempunyai berturut-turut 30% dan 40% kesempatan untuk kehamilan postterm

berikutnya. Diagnosis kehamilan postterm yang akurat terletak diantara data menstruasi yang

tepat atau pemeriksaan skaning rutin pada trimester kedua. Pada populasi dimana pemeriksaan

rutin tidak tersedia karena alasan ekonomi dan logistik, pengetahuan yang teruji ditujukan

terhadap peningkatan proporsi dari wanita yang merekam secara tepat HPHT-nya. 3

Pre natal

Penilaian TP (taksiran partus)

Jika pemeriksaan skaning rutin pada trimester kedua tidak tersedia, pemeriksaan klinis

dari umur kehamilan yang paling dapat dipercaya yaitu pada trimester I. Sekali pasien lupa

siklus/periodenya, tes kehamilan dini membantu untuk mendefinisikan batas kemungkinan umur

kehamilan. Jika tes kehamilan positif 5 minggu setelah HPHT, maka tidak mungkin jika umur

kehamilannya lebih dari 5 minggu (kecuali jika menstruasi terakhirnya adalah termasuk

threatened abortus) dan tidak mungkin juga lebih rendah atau kadar β-HCG tidak mencukupi

untuk mendapatkan tes yang positif (meskipun ini berasumsi bahwa tes tidak positif palsu).

Pemeriksaan tersebut dibandingkan dengan tes kehamilan yang dilakukan pada saat 7 minggu

amenorhe, ketika dia mungkin hamil 5,6 atau 7 minggu. Pemeriksaan vagina pada trimester I

kehamilan dapat juga berguna dalam memperkirakan umur kehamilan, sementara penilaian

ukuran uterus pada trimester II tidak begitu bermakna.3,5

Pemeriksaan ultrasonik pada trimester I/II saat ini merupakan metode yang lebih disukai

untuk menentukan umur kehamilan. CRL (crown to rump length) pada minggu 7-10 atau

8

Page 9: refe sero

diameter biparietal pada minggu 18-22 dapat memperkirakan umur kehamilan yang sebenarnya

± 5 hari.

Evaluasi 41 minggu

1. Ada atau tidaknya faktor resiko

Sekali kehamilan terjadi lebih dari 41 minggu pemeriksaan kembali harus dilakukan

secara cermat dalam kasus adanya faktor resiko potensial yang mungkin terabaikan. Ada bukti

epidemiologi bahwa wanita yang telah mengalami komplikasi kehamilan seperti perdarahan

antepartum dengan asal tidak diketahui atau yang punya riwayat stillbirth dan kematian neonatal,

adalah beresiko tinggi untuk mortalitas perinatal. Wanita ini mungkin terbaik melahirkan pada

minggu ke 40. Pada kebanyakan kasus, hipertensi ringan tidak punya konsekuensi mayor bagi

ibu dan janin. Tetapi bagaimanapun, mereka harus diperiksa adanya tanda-tanda defisiensi

pertumbuhan intrauterin dan induksi dibutuhkan jika ada bukti pertumbuhan janin buruk. 3

2. Konseling untuk induksi persalinan atau manajemen konservatif

Pemeriksaan kesejahteraan tepat untuk menginformasikan keadaan janin jika manajemen

konservatif kehamilan postterm dipilih oleh ibu hamil. Ibu perlu diberi tahu tentang tersedianya

tes kesejahteraan janin dan tingkat kepercayaan terhadap tes tersebut. Di sisi lain, alternatif

induksi persalinan juga perlu dijelaskan, meliputi kemungkinan persalinan pervaginam

berdasarkan paritasnya, skor serviks dan metode induksi. Pilihan tersebut mungkin berdasarkan

pengetahuan dan pengalaman ibu (misalnya: pengalaman seseorang dengan postmatur stillbirth,

nyeri saat induksi persalinan), kehidupan sosialnya dan pertimbangan pribadi lainnya (mereka

berpikir tentang ukuran janin jika hamil lebih dari 42 minggu, tidak ada manfaatnya jika

menunggu, dll). 3,5

Manajemen konservatif

1. Peningkatan berat badan ibu

Penggunaan pemeriksaan berat badan secara teratur saat hamil masih menjadi

kontroversi. Peningkatan berat badan yang berlebih mungkin menunjukkan dimulainya pre

eklamsia atau diabetes, dimana berat badan konstan atau menurun dalam lebih dari beberapa

minggu dipertimbangkan untuk indikasi gagalnya fungsi plasenta dan menghasilkan defisiensi

9

Page 10: refe sero

pertumbuhan intrauterin. Berat badan menetap atau menurun saat itu, telah digunakan sebagai

indikasi untuk induksi pada beberapa rumah sakit, tapi pandangan ini telah berubah secara

signifikan karena perkembangan metode pengawasan janin modern. Penurunan volume cairan

amnion secara signifikan memungkinkan terjadinya fetal compromise, tapi sulit untuk

menghitung secara klinis terutama pada wanita gemuk, sehingga penggunaan ultrasound akan

sangat membantu.3,5

2. Tinggi fundus-simfisis

Penilaian ukuran janin melalui pengukuran tinggi fundus-simfisis dapat dipengaruhi oleh

kegemukan, volume cairan amnion, bagian presentasi, letak janin dan tegangan dinding

abdomen. Pemeriksaan tersebut dapat membantu mengidentifikasi kasus retardasi pertumbuhan

atau bayi makrosomia yang terlewatkan pada pemeriksaan sebelumnya. 3

3. Tes kesejahteraan janin

Kejadian kehamilan postterm tidak dapat diprediksi. Sekali terdiagnosa, kehamilan dapat

diterminasi dengan induksi persalinan atau manajemen konservatif sampai dimulainya persalinan

normal. Jika dipilih untuk menunggu sampai terjadinya persalinan, kesejahteraan janin harus

dimonitor dengan pemeriksaan yang tersedia.

a. Metode biokimia

Untuk mendapatkan interpretasi hasil yang tepat, periode kehamilan harus diketahui.

Lebih jauh, pemeriksaan serial dibutuhkan untuk menggambarkan kesimpulan bermakna, karena

rentang nilai normal yang luas. Hasil meliputi status janin terkini dari beberapa hari sebelumnya

dan tidak prognostik untuk kesehatan janin, kecuali secara sangat tidak langsung. Hasil biasanya

belum tersedia sampai beberapa jam setelah pengiriman sampel tes. Nilai estriol rendah dalam

hal kesehatan janin harus dipikirkan keadaan defisiensi sulfatase plasenta. Wanita ini mungkin

membawa janin dengan gangguan autosomal resesif pada ichtiosis kongenital. 3

b. Kurva pergerakan janin

Aktivitas janin dinilai sebagai pergerakan janin, telah ditemukan berhubungan dengan

kesejahteraan janin. Tehnik monitoring yang telah diperkenalkan secara luas bahwa hitung 10

gerakan janin dimana 10 episode aktivitas janin diperkirakan dalam periode 12 jam. Ibu-ibu

hamil yang sibuk atau kurang pengetahuan, kadang-kadang tidak menaruh perhatian atau datang

10

Page 11: refe sero

terlambat saat tidak ada gerakan janin,demikian mencegah tindakan apapun yang mungkin

diambil untuk menurunkan resiko hasil akhir janin yang jelek. Sementara ibu hamil lainnya tidak

dapat merasakan gerakan janin sama sekali dan untuk mereka metode ini sangat tidak cocok.

c. Persepsi ibu terhadap gerakan janin yang diprovokasi suara (mp- SPFM)

Janin normal menunjukkan fleksi-ekstensi gerakan extremitas atau refleks positif

terhadap respon stimulus vibroakustik. Hal tersebut mengindikasikan SSP dan jalur sensori

somatomotorik yang intak. Persepsi ibu tersebut berhubungan dengan NST (non stress test)

reaktif dan mungkin lebih berarti dirumah sakit-rumah sakit dimana fasilitas untuk menampilkan

NST terbatas. 3

d. NST (non stress test)

NST adalah rekaman DJJ (denyut jantung janin) antepartum secara kontinyu pada KTG

(kardiotokografi) selama 20-40 menit untuk mengevaluasi kesejahteraan janin. Definisi DJJ yang

normal, suspisius dan abnormal telah dideskripsikan oleh FIGO (Federation International of

Obstetricians). 3

Normal reaktif DJJ yaitu dalam 10 menit, BSL antara 110 dan 180 bpm, variabilitas 10-

25 bpm, tidak ada deselerasi dan 2 akselerasi ≥15 bpm diatas BSL selama 15 detik. Jika

akselerasi tidak terjadi dalam 10 menit pertama, kurva harus dilanjutkan minimal ≤ 40 menit

sejak konfirmasi kurva tersebut adalah non-reaktif.

Pada kurva reaktif dengan variabilitas BSL yang bagus, deselerasi terisolasi yang <15

bpm dari BSL dan berakhir <15 detik atau <30 detik mengikuti akselerasi, tidak signifikan

terhadap fetal compromise. Kalau janin tidak reaktif, walaupun dengan stimulasi janin atau jika

menunjukkan deselerasi >15 bpm, merupakan indikasi kemungkinan compromise dan ini

merupakan indikasi untuk mengakhiri kehamilan.

e. Contraction Stress Test (CST) atau FAST

FAST (Fetal Acoustic Stimulation Test) adalah stimulasi vibroakuistik yang digunakan

untuk merangsang akselerasi DJJ, suatu jalan yang berguna untuk menurunkan jumlah kurva

non-reaktif dan untuk memperpendek waktu test. Pemeriksaan ini bersifat invasif, mengharuskan

pemeriksaan terbatas di tempat tidur dan membutuhkan waktu sebentar untuk opname. FAST

tidak menampilkan tekanan kontraksi uterus dan begitu juga tidak memperlihatkan situasi yang

11

Page 12: refe sero

potensial compromise dalam persalinan tetapi menghasilkan kurva reaktif yang dapat

dibandingkan dengan NST dan hasil akhir perinatal yang mirip antara kurva yang reaktif secara

spontan atau hasil akhir FAST. 3

f. Pemeriksaan volume cairan amnion

Urin janin memberi pengaruh signifikan terhadap cairan amnion. Oligohidramnion berat

sering ditemukan pada agenesis renal bilateral. Dengan menurunnya fungsi plasenta, perfusi ke

otak dan jantung dihubungkan dengan penurunan perfusi ke sistem organ lain meliputi ginjal. Ini

mengarah pada reduksi pembentukan urin janin dan demikianlah oligohidramnion menimbulkan

komplikasi retardasi pertumbuhan intrauterin yang berat. Fetal compromise karena penurunan

fungsi plasenta secara gradual dapat dimonitor dengan penilaian volume cairan amnion. Pada

kehamilan postterm, mekanisme umum terjadinya fetal compromise tampak pada penekanan tali

pusat. Evaluasi volume dengan palpasi tidak dapat dipercaya sepenuhnya sehingga pemeriksaan

dengan ultrasound menjadi lebih objektif. 3

g. Biophysical profile (BPP)

BPP terdiri dari pemeriksaan ultrasound untuk mengevaluasi gerakan janin, tonus janin,

gerakan nafas janin dan kedalaman kantong vertikal cairan amnion terbesar, digabungkan dengan

NST. Masing-masing variabel diberi nilai 0 atau 2, tidak ada nilai tengah 1.Skor 8 atau 10

merupakan indikasi kondisi janin yang baik. Tes ulang pada kehamilan postterm sebaiknya 2 kali

per minggu. Jika skor 6, maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang 4-6 jam kemudian dan

keputusan berdasarkan skor terakhir.Skor 4 atau kurang adalah indikasi untuk persalinan.

Modified BPP (mBPP) dimana hanya parameter ultrasound yang dievaluasi (tanpa NST)

sama-sama dapat dipercaya. Indikasi untuk terminasi adalah AFI< 6, NST non-reaktif walaupun

dengan pemeriksaan FAST dan test ulang, deselerasi >15 bpm yang berakhir >15 detik atau >30

detik jika diikuti dengan akselerasi. 3

12

Page 13: refe sero

Tabel 2.1 Kriteria BPP

Komponen Skor 2 Skor 0

volume cairan amnion Kantong cairan amnion

vertikal tunggal >2 cm

kantong cairan amnion

vertikal terbesar < 2 cm

gerakan nafas janin 1 atau lebih episode ritmis

gerakan nafas janin 30’ atau

lebih dari 30’

abnormal, tidak ada atau

gerakan nafas tidak efisien

gerakan janin ≥3 gerakan tubuh yang

terpisah atau extrimitas

dalam 30 detik

abnormal, tidak ada atau

gerakan yang tidak efisien

tonus janin Minimal 1 ekstensi

extrimitas janin dengan

kembali ke flexi atau

membuka menutup tangan

abnormal, tidak ada atau

tonus janin tidak efisien

NST Reaktif non-reaktif

Sumber: American Family Physician,2005.

Tabel 2.2 Kriteria NST

Hasil Kriteria

Reaktif (normal) Selama 20 detik ≥2 akselerasi DJJ pada minimal 15 bpm

diatas BSL, masing-masing akselerasi berakhir minimal 15

13

Page 14: refe sero

detik. Gerakan bayi dapat/tidak dapat dibedakan oleh pasien

Non reaktif (abnormal) Tidak terjadi akselerasi pada lebih dari periode 40 menit

Sumber: American Family Physician, 2005

Tabel 2.3 Perkiraan Volume Cairan Amnion Berdasarkan Pemeriksaan Ultrasound

Tehnik pemeriksaan Oligohidramnion Normal Polihidramnio

n

AFI 0-5 cm 5,1-25 cm >25 cm

Kantong terdalam tunggal 0-2 cm 2,1-8 cm >8 cm

Kantong diameter 2 0-15 cm 15,1-50 cm >50 cm

Sumber: American Family Physician, 2005

I. Prognosis

Semakin lama masa postterm, semakin buruk prognosis janin. Persalinan adalah saat

berbahaya bagi janin postterm sehingga setiap persalinan postterm harus dilakukan pengamatan

ketat dan sebaiknya dilaksanakan dirumah sakit dengan pelayanan operatif dan perawatan

neonatal yang memadai. Pertumbuhan janin postterm yang berlanjut terus akan menghasilkan

bayi besar untuk masa kehamilan, dan dapat terjadi distosia bahu.1,2

14

Page 15: refe sero

DAFTAR PUSTAKA

1. Binarso A, Kristanto H. Kehamilan postterm. dalam : Ilmu Kebidanan Sarwono

Prawirohardjo. edisi ke-4, cetakan ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

Jakarta, 2010. H.686-95

2. Cunningham, F.G et al. 2005. Kehamilan Postterm. dalam : Williams Obstetrics.22st

edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, H.809-22

3. Achdiat, C.M.2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC

4. Cuningham, F.G. 2001. Williams Obstetrics (21st Edition). United States of

America:TheMcGraw-Hill Companies,Inc

5. Mochtar,R. 1998. Sinopsis Obstetri Patologi, edisi II.Jakarta:EGC

15