antigen sero 1

36
ANTIGEN A. Pengertian Antigen Istilah antigen mengandung dua arti, pertama untuk mengambarkan molekul yang memacu respon imun (juga disebut imunogen) dan kedua untuk menunjukkan molekul yang dapat bereaksi dengan antibodi atau sel T yang sudah disensitasi (Baratawidjaja, 2006). Antigen yaitu setiap substansi asing yang dapat menginduksi timbulnya respon imun (Bloom, 2002). B. Letak Antigen Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap sel-nya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi antibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul Iainnya. Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang bersifat antigen, sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker, dan racun. C. Bagian Antigen Secara fungsional antigen terbagi menjadi 2, yaitu: 1. Imunogen, yaitu molekul besar (disebut molekul pembawa). Bagian dari molekul antigen besar yang dikenali oleh sebuah antibodi (oleh reseptor sel-T) atau bagian antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan antibodi yang dapat diikat dengan

Upload: noni-simaremare

Post on 10-Aug-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Antigen Sero 1

ANTIGEN

A. Pengertian Antigen

Istilah antigen mengandung dua arti, pertama untuk mengambarkan molekul yang memacu

respon imun (juga disebut imunogen) dan kedua untuk menunjukkan molekul yang dapat

bereaksi dengan antibodi atau sel T yang sudah disensitasi (Baratawidjaja, 2006). Antigen

yaitu setiap substansi asing yang dapat menginduksi timbulnya respon imun (Bloom, 2002).

B. Letak Antigen

Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem

kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap sel-nya sendiri. Sehingga dapat dikatakan

antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam

produksi antibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa

molekul Iainnya. Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang

bersifat antigen, sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-

sel kanker, dan racun.

C. Bagian Antigen

Secara fungsional antigen terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Imunogen, yaitu molekul besar (disebut molekul pembawa). Bagian dari molekul antigen

besar yang dikenali oleh sebuah antibodi (oleh reseptor sel-T) atau bagian antigen yang

dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pembentukan antibodi

yang dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi, bisa

juga disebut determinan antigen atau epitop.

2. Hapten, yaitu kompleks yang terdiri atas molekul kecil. Bahan kimia ukuran kecil seperti

dinitrofenol dapat diikat antibodi, tetapi bahan tersebut sendiri tidak dapat mengaktifkan

sel B (tidak imunogenik). Untuk mengacu respon antibodi, bahan kecil tersebut perlu diikat

oleh molekul besar. Hapten merupakan sejumlah molekul kecil yang dapat bereaksi dengan

antibodi namun tidak dapat menginduksi produksi antibodi.

D.Klasifikasi Antigen

Page 2: Antigen Sero 1

1.Pembagian antigen menurut epitop

a.Unideterminan, univalen

Hanya satu jenis determinan/ epitop pada satu molekul.

b. Unideterminan, multivalen

Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut ditemukan pada

satu molekul.

c. Multideterminan, univalen

Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyaan

protein).

d. Multideterminan, multivalen

Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul

2. Pembagian antigen menurut spesifisitas

a. Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies

b. Xenoantigen, yang hanya dimiliki oleh banyak spesies tertentu

c. Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies

d. Atigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu

e. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri

3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T

a. T dependen, yang memerlukan pengenalan sel T terlebih dahulu untuk dapat

menimbulkan respon antibodi.

b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk mebentuk

antibodi.

4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi

a. Hidrat arang (polisakarida)

Hidrat arang pada umumnya imunogenik.

b. Lipid

Lipid biasanya tidak imunogenik kecuali bila diikat protein pembawa.

c. Asam nukleat

Asam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat protein

molekul pembawa.

Page 3: Antigen Sero 1

d. Protein

Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya multideterminan dan univalent.

E. Sifat-Sifat Antigen

Antigen memiliki beberapa sifat-sifat yang khas pada antigen tersebut, sifat-sifat tersebut

antaralain:

1. Keasingan

Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul untuk memenuhi syarat sebagai imunogen

adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap hospes.

2. Sifat-sifat Fisik

Agar suatu zat dapat menjadi imunogen, ia harus mempunyai ukuran minimum tertentu,

imunogen yang mempunyai berat molekul yang kecil, respon terhadap hospes minimal, dan

fungsi zat tersebut sebagai hapten sesudah bergabung dengan proten-proten jaringan.

3. Kompleksitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen meliputi baik sifat fisik maupun

kimia molekul.

4. Bentuk-bentuk (Conformation)

Tidak adanya bentuk dari molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid linear atau

bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta protein globular, semuanya mampu

merangsang terjadinya respon imun.

5. Muatan (charge)

Imunogenitas tidak terbatas pada molekuler tertentu; tidak terbatas pada molekuler

tertentu, zat-zat yang bermuatan positif, negatif, dan netral dapat imunogen. Namun

demikian imunogen tanpa muatan akan memunculkan antibodi yang tanpa kekuatan.

6. Kemampuan masuk

Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem pengenalan akan menentukan

hasil respon imun.

F. Reaksi Antigen dan Antibodi

Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa masuk

ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada protein

tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen tersebut dikenal dengan

istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal

maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B

Page 4: Antigen Sero 1

yang akan mensintesis pembentukan antibodi.

Sebelum pertemuan pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B menghasilkan molekul

immunoglobulin IgM dan IgD yang tergabung pada membran plasma untuk berfungsi

sebagai reseptor antigen. Jumlahnya mencapai 50.000 sampai 100.000 per sel dan

semuanya spesifik bagi satu determinan antigen. Sebuah antigen merangsang sel untuk

membuat dan menyisipkan dalam membrannya molekul immunoglobulin yang memiliki

daerah pengenalan spesifik untuk antigen itu. Setelah itu, limfosit harus membentuk

immunoglobulin untuk antigen yang sama. Pemaparan kedua kali terhadap antigen yang

sama memicu respon imun sekunder yang segera terjadi dan meningkatkan titer antibodi

yang beredar sebanyak 10 sampai 100 kali kadar sebelumnya. Sifat molekul antigen yang

memungkinkannya bereaksi dengan antibodi disebut antigenisitas. Kesanggupan molekul

antigen untuk menginduksi respon imun disebut imunogenitas.

Kespesifikan reaksi antara antigen dan antibodi telah ditunjukkan melalui penelitian-

penelitian yang dilakukan oleh Landsteiner. Ia menggabungkan radikal-radikal organik

kepada protein dan menghasilkan antibodi terhadap antigen-antigen tersebut. Keputusan

yang diperolehi menunjukkan antibodi dapat membedakan antara kelompok berbeda pada

protein ataupun kumpulan kimia yang sama tetapi berbeda kedudukan. Ikatan yang terjadi

terdiri dari ikatan non kovalen (seperti ikatan hidrogen, van der Waals, elektrostatik,

hidrofobik), sehingga reaksi ini dapat kembali ke semula (reversible). Kekuatan ikatan ini

bergantung kepada jarak antara paratop dan bagian-bagian tertentu pada epitop.

Terdapat berbagai kategori Interaksi antigen-antibodi, kategori tersebut antara lain:

1. Primer

Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan antibodi pada

situs identik yang kecil, bernama epitop.

2. Sekunder

Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:

a. Netralisasi

Adalah jika antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen menimbulkan effect

yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin bakteri, antibody mencegah zat

kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan.

b. Aglutinasi

Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi darah yang tidak cocok

Page 5: Antigen Sero 1

berikatan bersama-sama membentuk gumpalan

c. Presipitasi

Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar, sehingga

tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya mengendap.

d. Fagositosis

Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu mengikat reseptor

fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang mengandung

antigen tersebut.

e. Sitotoksis

Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel pembawa

antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell kecuali bahwa sel K

mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibodi sebelum dapat dihancurkan melalui proses

lisis membran plasmanya.

3. Tersier

Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologik dari interaksi antigen-

antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh menguntungkan

antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas mikroba,dan lain-lain. Sedangkan

pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang

menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.

Daftar Pustaka

Baratawidjaja, 2006, Imunologi Dasar, Edisi ke-7, Penerbit FKUII, Jakarta.

Bloom, 2002, Buku Ajar Histologi, Edisi 12, diterjemahkan oleh Jan Tambayong, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sudiana, 2005, Konsep Dasar Imunologi, Universitas Airlangga, Surabaya available at

http://www.ners.unair.ac.id/materikuliah/DASAR%20IMUNOLOGI.pdf (diakses Oktober

2009).

ANTIGEN

1. Pengertian Antigen

Antigen adalah zat kimia asing yang bila masuk ke dalam tubuh dapat merasangsang tubuh

Page 6: Antigen Sero 1

kita untuk menghasilkan suatu protein, yaitu imonoglobulin (Ig, antibody). Antibody secara

spesifik dapat bereaksi terhadap antigen tersebut.

Istilah spesifik berarti antigen A akan bereaksi dengan antibody A tetapi tidak akan bereaksi

dengan antibody B. Antigen juga dapat merangsang jaringan limfotik memproduksi sel-sel

khusus yaitu T-limfosit untuk menghancurkan antigen tersebut.

2. Sifat-sifat Antigen

Ada dua sifat antigen, yaitu :

Imunogenisitas yang dapat merangsang pembentukan antibody khusus; dan kreativitas

yang dapat bereaksi dengan antibody khusus. Tidak mudah hancur atau terurai oleh cairan-

cairan tubuh (darah, limpah dsb).

Selalu berupa protein yang mempunyai berat molekul lebih dari 10.000 (sepulih ribu).

3. Macam-Macam Antigen

Ada dua macam antigen, yaitu :

Antigen eksogen adalah antigen yang sudah berada diluar tubuh hospes dalam bentuk

organisme.

Antigen endogen

Antigen eksogen adalah antigen yang terdapat dalam tubuh individu.

2.2 ANTIBODY

1. Pengertian Antibody

Antibody (immunoglobulin, Ig) adalah suatu ptotein globulin yang di produksi oleh B-limfosit

(sel plasma), atau zat yang di hasilkan oleh tubuh, setelah dimasuki suatu antigen atau

antibody dapat berupa antibakteri, antivirus, atau antitoxin dan bergantung pada antigen

yang masuk.

Antibody terdiri dari 4 rantai polipeptida, yaitu 1 pasang rantai panjang (rantai berat)

masing-masing terdiri dari 400 asam amino dan 1 pasang rantai pendek (rantai ringan)

masing-masing terdiri dari 200 asm amino. Keempat polipeptida ini disatukan oleh ikatan

disulfida (-S-S-) membentuk suatu struktur kuartener.

Page 7: Antigen Sero 1

2. Sifat-sifat Antibody

Ada beberapa sifat antibody , yaitu :

Terdiri atas suatu Zat Yang menempel pada gammaglobulin.

Berada dalam keadaan larut dalam cairan badan (serum).

Dapat direaksikan dengan antigen secara spesifik.

Dibuat dalam reticulo endotnelial system (sumsum tulang, kelenjar limfah, liver).

Antibody bersifat thermolabil dan tidak tahan bila terkena sinar matahari, karena itu harus

di simpan pada tempat yang gelap dan dingin.

3. Antibody Terbagi Dalam Lima Kelas

Antibody terbagi menjadi lima kelas, yaitu :

a. Imunoglobulin M

IgM memiliki berat molekul yang besar, terutama terdapat dalam darah. Merupakan

antibody (imunoglobulin) yang pertama muncul atau di produksi setelah masuknya antigen

pertama pada awal respon imunitas primer. IgM ini terdapat pada permukaan semua sel B

yang belum aktif.

b. Imunoglobulin G

IgG adalah antibody yang mudah berdifusi masuk kedalam cairan interestial,

merupakan antibody utama yang terdapat dalam darah, berperan sebagai antibody utama

yang timbul bila tubuh dimasuki antigen yang kedua kali atau lebih (respon sekunder) atau

antibody dominan pada respon sekunder dan menyusun pertahanan yang penting dalam

melawan bakteri.

IgG merupakan satu-satunya antibody yang dapat melintasi atau menembus plasenta,

sehingga dapat melindungi janin dan bayi terhadap penyakit tertentu, merupakan antibody

yang melawan virus, bateri, dan toksin. Antibody ini yang paling ditemukan pada bayi yang

baru lahir.

c. Imunoglobulin A

IgA banyak terdapat pada cairan sekresi membran mukosa dan serosa (kolestrum air

susu ibu, air mata, sekret usus dan bronkus, air ludah). Dengan demikian dapat melindungi

membran seromukosa dari serangan bakteri dan virus. IgA juga terdapat dalam darah dan

merupakan antibody utama pada air susu.

d. Imunoglobulin D

Page 8: Antigen Sero 1

IgD konsentrasinya dalam serum sedikit, tetapi dalam darah tali pusat cukup tinggi.

Sebagai reseptor antigen ketika terdapat pada permukaan limfosit B tertentu dan berperan

mengawali respon imun. Fungsinya IgD masih belum jelas.

e. Imunoglobulin E

IgE merupakan antibody dengan jumlah sedikit (hanya 0,0004% dari kadar total),

tetapi merupakan antibody yang berperan penting dalam peristiwa alergi. IgE penting dalam

pertahanan parasit dan infeksi-infeksi lainnya.

4. Fungsi antibody

Fungsi antibody yaitu membantu imunitas melawan beberapa agen infeksi yang disebarkan

melalui darah seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur.

5. Hapten

Hapten adalah suatu determinan site yang oleh suatu sebab terlepas dari satu molekul

antigen. Hapten masih dapat bereaksi dengan antibody , namun hapten tidak mampu

merangsang pembentukan antibody. Hapten menimbulkan reksi alergi, karenamemiliki sifat

imunogenisitas bila berikatan lagi dengan makromolekul lain.

ANTIGEN

Pendahuluan

Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang akan

dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh.

Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem

kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan

antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam

produksiantibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa

molekul lainnya, termasuk molekul kecil (hapten) dipasangkan ke protein-pembawa. Sistem

kekebalan atausistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang

dilakukan oleh sel danorgan khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja

dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta

Page 9: Antigen Sero 1

menghancurkan sel kankerdan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah,

kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen,

termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem

kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini

juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.Dalam faktanya

kekuatan antibody seseorang tersebut dalam melawan antigen yang terdapat dalam tubuh

seseorang. Antibodiadalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar

tubuh vertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk

mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Mereka

terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebutrantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai

berat besar dan dua [rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut sel

B. Terdapat beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe

antibodi yang berbeda, yang dimasukan kedalamisotipe yang berbeda berdasarkan pada

tiap rantai berat mereka masuki. Lima isotipe antibodi yang berbeda diketahui berada pada

tubuh mamalia, yang memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon

imun yang tepat untuk tiap tipe benda asing yang berbeda yang ditemui. Kespesifikan tindak

balas antara antigen dan antibodi telah ditunjukkan melalui kajian-kajian yang dilakukan

oleh Landsteiner. Beliau menggabungkan radikal-radikal organik kepada protein dan

menghasilkan antibodi terhadap antigen-antigen tersebut. Keputusan yang diperolehi

menunjukkan antibodi boleh membedakan antara kumpulan berbeda pada protein ataupun

kumpulan kimia yang sama tetapi berbeda kedudukan.

Pada umumnya, antigen-antigen dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis utama,

yaitu antigen eksogen dan antigen endogen.antigen eksogen adalah antigen-antigen yang

disajikan dari luar kepada hospes dalam bentuk mikroorganisme,tepung sari,obat-obatan

atau polutan.Antigen ini bertanggungjawab terhadap suatu spektrum penyakit manusia,

mulai dari penyakit infeksi sampai ke penyakit-penyakit yang dibenahi secara immologi,

seperti pada asma. Virus influenza misalnya yang merupakan penyebab utama

epidemik penyakit saluran pernapasan pada manusia, terdapat di alam dalam berbagai jenis

antigenic yang dikenal sebagai A, B, dan C. Jenis-jenis ini menggambarkan berbagai macam-

macam mutasi virus. Populasi yang rentan akan diinfeksi oleh serotype tertentu. Setelah

sembuh dan imunitas terbentuk, virus ini tidak lagi memperbanyak diri, karena mereka tidak

Page 10: Antigen Sero 1

cukup mendapat individu rentan untuk mendapatkan infeksi lanjutan.Namun sesuai dengan

tekanan selektif, virus ini diketahui melakukan mutasi, kemudian akan melakukan mutasi,

kemudian akan muncul varian baru virus influenza. Varian baru ini, bila cukup virulen

bertanggungjawab pada epidemik baru. Dengan demikian manusia mampu mengatasi suatu

epidemik, tetapi organisme menciptakan epidemi baru.

Antigen endogen adalah antigen yang terdapat didalam tubuh dan meliputi antigen-

antigen berikut:antigen senogeneik (heterolog), antigen autolog dan antigen idiotipik atau

antigen alogenik (homolog). Antigen senogeneik adalah antigen yang terdapat dalam aneka

macam spesies yang secara filogenetik tidak ada hubungannya, antigen-antigen ini penting

untuk mendiagnosa penyakit. Kelompok-kelompok antigen yang paling banyak mempunyai

arti klinik adalah kelompok-kelompok antigen yang digunakan untuk membedakan satu

individu spesies dengan individu spesies yang sama. Pada manusia determinan antigen

semacam ini terdapat pada sel darah merah,sel darah putih trombosit, protein serum, dan

permukaan sel-sel yang menyusun jaringan tertentu dari tubuh, termaksud antigen-antigen

histokompatibilitas. Antigen ini dikenal antigen polomorfik, karena adanya dua atau lebih

bentuk-bentuk yang berbeda secara genetik didalam populasi.

Sifat-sifat umum imunogen

1. Keasingan

Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul untuk memenuhi syarat sebagai

imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap hospes. Secara

alami respon imun akan terjadi pada komponen yang biasanya tidak ada dalam tubuh

atau biasanya tidak terpapar pada sistem limforetikuler hospes.

2. Sifat-sifat Fisik

Agar suatu zat dapat menjadi imunogen, ia harus mempunyai ukuran minimum tertentu,

imunogen yang mempunyai berat molekul yang kecil, respon terhadap hospes minimal,

dan fungsi zat tersebut sebagai hapten sesudah bergabung dengan proten-proten

jaringan. Hapten dapat merangsang terjadinya respon imun yang kuat jika bergabung

proten pembawa dengan ukuran sesuai.Perlu diperhatikan bahwa hapten-proten

diarahkan pada (1)hapten,(2)pembawa, dan (3)daerah spesifikasi tumpang tindih. yang

melibatkan hapten dan unsur yang berdekatan lainnya. Pada imunitas humoral,

spesifisitas diarahkan pada hapten.sedangkan pada imunitas selular, reaktifitas

diarahkan baik pada hapten maupun pada proten pembawa.

Page 11: Antigen Sero 1

3. kompleksitas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen meliputi baik sifat fisik

maupun kimia molekul. Keadaan aggegasi molekul misalnya dapat mempengaruhi

imunogenitas. Larutan proten-protein monometrik dapat benar-benar merangsang

terjadinya keadaan refraktair atau tolerans bila berada dalam bentuk monometrik,

tetapim sangat imunogen bila dalam berada polimetrik atau keadaan agregasi.

4. Bentuk-bentuk (Conformation)

Tidak adanya bentuk dari molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid linear atau

bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta protein globular, semuanya mampu

merangsang terjadinya respon imun.Meskipun demikian antibodi yang dibentuk dari

aneka macam kombinasi struktur adalah sangat spesifik dan dapat dengan cepat

mengenal perbedaan-perbedaan ini. Bila bentuk antigen berubah, antibodi dirangsang

dalam bentuk aslinya yang tidak bergabung lagi

5. Muatan (charge)

Imunogenitas tidak terbatas pada molekuler tertentu;tidak terbatas pada molekuler

tertentu, zat-zat yang bermuatan positif, negatif, dan netral dapat imunogen. Namun

demikian imunogen tanpa muatan akan memunculkan antibodi yang tanpa kekuatan .

Telah terbukti bahwa imunitas dengan beberapa imunogen bermuatan positif akan

menghasilkan imunogen bermuatan negatif.

6. Kemampuan masuk

Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem pengenalan akan

menentukan hasil respon imun. Perkembangan baru-baru ini telah memungkinkan

penelitian untuk mempersiapkan polipeptid imunogenik sintetik yang berisi sejumlah

asam amino terbatas dan yang susunan kimianya dapat ditentukan.

Mekanisme

A. Masuknya Antigen

Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa masuk

ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada protein

tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen tersebut dikenal dengan

istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal

Page 12: Antigen Sero 1

maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B

yang akan mensintesis pembentukan antibodi.

Contoh hapten dia antaranya adalah toksin poison ivy, berbagai macam obat (seperti

penisilin), dan zat kimia lainya yang dapat membawa efek alergik.

B. Keterkaitan Antigen dengan Pembentukan Antibodi

Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B.

Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel

plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang

merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen

disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.

C. Interaksi Antigen dan Antibodi

Secara garis besar, interaksi antigen-antibodi adalah seperti bagan berikut:

Antigen/hapten masuk ke tubuh melalui makanan,minuman,udara,injeksi,atau kontak

langsung

Antigen berikatan dengan antibody

Histamine keluar dari sel mast dan basofil

Timbul manifestasi alergi

Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat primer, sekunder, dan

tersier.

- Primer

Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan antibody pada

situs identik yang kecil, bernama epitop.

- Sekunder

Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:

1. Netralisasi

Page 13: Antigen Sero 1

Adalah jika antibody secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen

menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin

bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan.

2. Aglutinasi

Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfuse darah yang

tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan.

3. Presipitasi

Adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar,

sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya

mengendap.

4. Fagositosis

Adalah jika bagian ekor antibody yang berikatan dengan antigen mampu

mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis

korban yang mengandung antigen tersebut.

5. Sitotoksis

Adalah saat pengikatan antibody ke antigen juga menginduksi serangan sel

pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell

kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibody sebelum

dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya.

- Tersier

Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari interaksi antigen-

antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh menguntungkan

antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas mikroba,dan lain-lain. Sedangkan

pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang

menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.

Contoh

Contoh-contoh antigen antara lain:

1. Bakteri

2. Virus

3. Sel darah yang asing

4. Sel-sel dari transplantasi organ

5. Toksin

Page 14: Antigen Sero 1

B. Zat Anti (Antibodi)

Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar

tubuh vertebratalainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk

mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Mereka

terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai

berat besar dan dua [[rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut sel

B. Terdapat beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe

antibodi yang berbeda, yang dimasukan kedalam isotype yang berbeda berdasarkan pada

tiap rantai berat mereka masuki. Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada

tubuh mamalia, yang memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon

imun yang tepat untuk tiap tipe benda asing yang berbeda yang ditemui (Wikipedia).

Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang

menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja

seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh

limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel.

Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab.(Dorlan).

Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut

sebagaiimmunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat

pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang

menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-masing molekul antibody terriri atas

empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain) yang identik dan dan

dua rantai ringan (light chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida

untuk membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu

terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam

amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain. Daerah V

rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama membentuk suatu kontur unik

tempat pengikatan antigen milik antibodi. Interaksi antara tempat pengikatan antigen

dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan substratnya: ikatan nonkovalen

berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing molekul.(Campbell).

Jika kita pelajari serum dengan elektroforesis maka akan terlihat beberapa fraksi protein

dalam serum yang mempunyai kecepatan berlainan. Berturut-turut akan dapat dibedakan

Page 15: Antigen Sero 1

puncak dari albumin, alpha 1, alpha 2, beta dan gama globulin. Jika binatang pecobaan

disuntik dengan antigen, misalnya polisakarida dari kuman pneumokokus, maka pada

elektroforesis serum akan tampak meningkatnya puncak globulin terutama dari fraksi gama

globulin. Dulu dikira bahwa antibodi adalah sama dengan gama-globulin, tetapi kemudian

ternyata ada globulin dari fraksi lain yang dapat berfungsi sebagai antibody juga

disebut immunoglobulintanpa menyebut fraksinya.

Imunoglobulin dalam serum terutama terdiri dari fraksi protein yang mempunyai berat

molekul sekitar 150.000 (angka sedimentasi 7S) dan komponennya adalah IgG, dan fraksi

lain dengan berat molekul 900.000 (19S) yang ternyata IgM.

Stuktur dasar immunoglobulin(kelanjutan penjelasan antibodi)

Porter telah menemukan struktur dasar immunoglobulin yang terdiri dari 4 rantai

polipeptida, terdiri dari 2 rantai “berat” (heavy chain=H) dan 2 rantai “ringan”(light chain =L)

yang tersusun secara simetris dan dihubungkan satu sama lain oleh ikatan

disulfide(Interchain disulfide bods).

Molekul IgG dapat dipecah oleh enzim papain menjadi 3 fragmen. Dua fragmen ternyata

identik dan dapat mengikat antigen membentuk kompleks yang larut yang menunjukkan

bahwa fragmen itu univalent atau mempunyai valensi satu. Frakmen ini disebut Fab

(fragment antigen binding). Fragmen yang ketiga tidak dapat mengikat antigen dan

karenanya dapat membentuk kristal disebut Fc(fragment crystallizable). Pepsin, suatu enzim

proteolitik lain, dapat memecah IgG pada tempat Fc sehingga tertinggal satu fragmen besar

yang masih dapat mengendapkan antigen, sehingga masih bersifat divalen (bervalensi dua),

dan disebut F(ab’)2. Analisis asam amino menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa

terminal-N dari rantai L maupun rantai H selalu menjadi variabel sehingga urutan asam

amino yang ditemukan tidak konstan, disebut disebut bagian variabel. Sisa dari rantai

ternyata menuunjukkan struktur yang relatif konstan; disebut konstan. Bagian variabel dan

rantai-L dan rantai-H, yang membentuk ujung dari Fab menentukan sifat khas dari antibodi

itu. Oleh karena setiap molekul immunoglobulin mempunyai 2 Fab, maka struktur dasar dari

immunoglobulin dapat mengikat 2 determinan antigen.

Rantai- L (light chain)

Dari hasil pemeriksaan protein Bence-Jones dalam air kemih penderita myeloma, ditemukan

2 macam rantai-L, yang disebut rantai-Қ(kappa) dan rantai-λ (lambda). Pada setiap orang

Page 16: Antigen Sero 1

sehat dapat ditemukan kedua macam rantai-L itu dengan perbandingan rantai-Қ 65% dan

rantai-λ 35%, atau ratio Қ: λ adalah 2:1.

Rantai- H

Imunoglobulin dibagi menjadi 5 kelas, dan ternyata perbedaannya antara lain terletak pada

rantai-H. Maka tiap klas immunoglobulin mempunyai rantai-H tertentu, tetapi semua klas

immunoglobulin mempunyai rantai-Қ atau λ (di dalam satu molekul selalu hanya satu

macam saja).

Rantai-H dari IgG disebut juga rantai-γ (gama)

Rantai-H dari IgA disebut rantai-α (alpha)

Rantai-H dari IgM disebut rantai-μ (mu)

Rantai-H dari IgD disebut rantai-δ (delta)

Rantai-H dari IgE disebut rantai-ε (epsilon)

Bagian variabel dari molekul immunoglobulin menentukan sifatnya yang khas terhadap

antigen. Bagian yang konstan sama sekali tidak berpengaruh langsung terhadap antigen,

tetepi kemungkinan besar bagian Fc dari imunoglobulin menentukan aktifitas biologis dari

antibodi itu, misalnya Fc dari IgG memungkinkan molekul itu menembus jaringan plasenta

dan Fc dari IgA ikut menentukan sifat dari molekul itu dikeluarkan pada secret. Selain fungsi

biologis di atas, bagian Fc juga meningkatkan aktivitas tertentu setelah antibody bergabung

dengan antigen, misalnya kemampuan mengikat zat yang disebut komplemen, perlekatan

dengan sel macrofag atau menyababkan degranulasi mast cell. Fungsi biologis dari bagian Fc

pada berbagai jenis immunoglobulin berbeda satu sama lain, tergantung dari struktur

primer molekul itu dan mungkin memerlukan ikatan dengan antigen sebelum fungsi itu

menjadi aktif.

Lima Macam Zat Anti

Zat anti dikeluarkan oleh Limfosit B yang telah berubah menjadi sel plasma dan

secara tidak langsung menyebabkan dekstruksi zat asing.

Berdasarkan aktivitas biologisnya, antibodi dibagi menjadi:

1. Imunoglobulin G ( Ig G) disebut juga rantai – γ (gamma)

Immunoglobulin yang paling banyak di dalam tubuh, dihasilkan dalam jumlah besar

ketika tubuh terpajan ulang ke antigen yang sama. Ia memberikan proteksi utama pada bayi

Page 17: Antigen Sero 1

terhadap infeksi selama beberapa minggu setelah lahir karena IgG mampu menembus

jaringan plasenta. IgG yang dikeluarkan melalui cairan kolostrum dapat menembus mukosa

usus bayi dan menambah daya kekebalan. IgG lebih mudah menyebar ke dalam celah-celah

ekstravaskuler dan mempunyai peranan utama menetralisis toksin kuman dan melekat pada

kuman sebagai persiapan fagosistosis serta memicu kerja system komplemen. Dikenal 4

subklas yang disebut IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4. Perbedaannya terletak pada rantai berat (H)

yang disebut 1, 2, 3 dan 4.

2. Imunoglobulin A ( Ig A) disebut juga rantai –α (alpha)

IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk dimer yang tahan terhadap

proteolisis berkat kombinasi dengan suatu zat protein khusus, disebutsecretory

component, oleh sel-sel dalam membrane mukosa. Imunoglobin yang dikeluarkan

secara selektif di dalam sekresi air ludah, keringat, air mata, lendir hidung,

kolostrum, sekresi saluran pernapasan dan sekresi saluran pencernaan. IgA yang

keluar dengan sekret juga diproduksi secara lokal oleh sel plasma. Kehadirannya

dalam kolostrum (air susu pertama keluar pada mamalia yang menyusui) membantu

melindungi bayi dari infeksi gastrointestinal. Fungsi utama IgA adalah untuk

mencegah perlautan virus dan bakteri ke permukaan epitel. Fungsi IgA setelah

bergabung dengan antigen pada mikroorganisme mungkin dalam pencegahan

melekatnya mikroorganisme pada sel mukosa.

3. Imunoglobulin M ( Ig M) disebut juga rantai –µ (mu)

IgM adalah antibody pertama yang bersirkulasi sebagai respons terhadap

pemaparan awal ke suatu antigen. Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal

ini secara diagnostic bermanfaat karena kehadiran IgM umumnya mengindikasikan adanya

infeksi baru oleh pathogen yang menyebabkan pembentukannya. IgM terdiri dari lima

monomer yang tersusun dalam struktur pentamer. IgM berfungsi sebagai reseptor

permukaan sel B untuk tempat antigen melekat dan disekresikan dalam tahap-tahap awal

respons sel plasma. IgM sangat efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik, dan karena

timbulnya cepat setelah infeksi dan tetap tinggal dalam darah maka IgM merupakan daya

tahan tubuh penting pada bakterimia.

4. Imunoglobulin D ( Ig D) disebut juga rantai –δ (delta)

Imunoglobulin ini tidak mengaktifkan system komplemen dan tidak dapat

menembus plasenta. IgD terutama ditemukan pada permukaan sel B, yang

Page 18: Antigen Sero 1

kemungkinan berfungsi sebagai suatu reseptor antigen yang diperlukan untuk

memulai diferensiasi sel-sel B menjadi plasma dan sel B memori.

5. Imunoglobulin E ( Ig E) disebut juga rantai –ε (epsilon)

Dihasilkan pada saat respon alergi seperti asma dan biduran. Peranan IgE

belum terlalu jelas. Di dalam serum, konsentrasinya sangat rendah, tetapi kadarnya

akan naik jika terkena infeksi parasit tertentu, terutama yang disebabkan oleh

cacing. IgE berukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan molekul IgG dan

hanya mewakili sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. Daerah ekor

berikatan dengan reseptor pada sel mast dan basofil dan, ketika dipicu oleh antigen,

menyebabkan sel-sel itu membebaskan histamine dan zat kimia lain yang

menyebabkan reaksi alergi.

Tempat, Cara, dan Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Antibodi

4.a. Tempat Pembentukan Antibodi

Antibodi dibentuk oleh sel plasma yang yang berasal dari diferensiasi sel B

akibat adanya kontak dengan antigen. Selama berdiferensiasi menjadi sel plasma,

limfosit B membengkak karena retikulum endoplasma kasar (tempat sintesis

protein yang akan dikeluarkan) sangat berkembang. Karena antibodi adalah

protein, sel-sel plasma pada dasarnya menjadi pabrik protein yang produktif,

menghasilkan sampai dua ribu molekul antibodi per detik. Sedemikian besarnya

komitmen perangkat pembuat protein di sel plasma untuk menghasilkan antibodi

membuat sel tersebut tidak mampu mempertahankan sintesis protein untuk

kelangsungan hidup dan pertumbuhannya sendiri. Sebagai akibatnya, sel plasma

mati dalam rentang waktu lima sampai tujuh hari.

4.b.Cara Pembentukan Antibodi

Mekanisme sebenarnya dari pembuatan antibodi sebagai reaksi atas

masuknya antigen masih belum diketahui secara pasti. Hal ini memicu timbulnya

beberapa teori yang memberi gambaran mengenai sintesis antibodi ditinjau dari

beberapa sudut.

I. Teori Selektif

Page 19: Antigen Sero 1

Teori ini menyatakan bahwa pada permukaan setiap sel pembentuk antibodi di

dalam tubuh terdapat gugusan-gugusan kimia yang khas, yang disebut side

chain,semacam reseptor yang berfungsi seperti antibodi dan dapat mengikat antigen

yang sesuai untuknya. Antigen itu akan merusak reseptor yang berlebihan dan

dilepaskan oleh sel ke dalam serum sebagai antibodi. Teori ini kemudian ditinggalkan

karena dianggap tidak masuk akal bahwa untuk berbagai macam antigen yang tidak

terbatas banyakya telah disediakan resaptor yang sesuai pada permukaan sel.

II. Teori Instruktif

Teori ini menyatakan bahwa antigen bekerja sebagai cetakan atau template dan

persediaan gamma-globulin di dalam badan yang belum mempunyai bentuk tertentu

kemudian menyesuaikan bentuknya sehingga berupa bentuk komplementer dari

antigen. Bentuk ini kemudian dapat dipertahankan dengan ikatan-ikatan disulfida,

ikatan-ikatan hydrogen dan sebagainya. Teori ini tidak dapat dipertahankan setelah

diketahui bahwa sifat khas antibodi ditentukan oleh urutan asam amino di bagian

variabel FAB (Fragment Antigen Binding), yang pembentukannya ditentukan oleh

suatumessenger RNA dan perubahan mRNA tidak dapat terjadi secepat kontak

dengan antigen.

III. Teori Seleksi Klonal

Teori ini berdasarkan kemampuan mutasi dan seleksi dari sel-sel tertentu di dalam

tubuh sesuai dengan kemampuan yang sama pada kuman. Sel yang berperan dalam

reaksi kekebalan, sel limfosit, hanya dapat mengikat satu jenis antigen. Kemampuan

ini telah ada sejak lahir dan merupakan sifat bawaaan. Dengan demikian maka sel-sel

limfosit di dalam tubuh merupakan kumpulan sel yang berlainan, ada yang dapat

bereaksi dengan satu antigen dan ada yang bereaksi dengan antigen lain. Bila antigen

masuk ke dalam tubuh ia diikat oleh reseptor pada permukaan limfosit yang cocok,

dan sel limfosit itu akan mengalami proliferasi dan membentuk satu clone. Sebagian

dari sel clone ini akan mengeluarkan antibodi dan sebagian lain akan menyebar

melalui aliran darah dan limfe ke dalam jaringan tubuh sebagai cadangan sel yang

sensitif terhadap antigen itu (memory cells). Antigen yang sama apabila masuk ke

dalam tubuh untuk kedua kalinya akan bertemu dengan sel cadangan ini dan

mengakibatkan terbentuknya antibodi yang lebih cepat dan lebih banyak.

Page 20: Antigen Sero 1

Langkah awal pembentukan antibodi adalah fagositosis makrofag. Sel ini tidak

membentuk antibodi, tapi mereka membawa antigen dalam beberapa bentuk ke sel

B. Hal ini merangsang sel B berdiferensiasi membentuk plasma sel di mana sintesis

rantai immunoglobulin dimulai dalam poliribosom. Dengan antigen khusus, induksi

respon antibodi memerlukan kerja sama antara sel B dan sel T seperti makrofag.

Mekanismenya tidak diketahui.

Respon Primer

Ketika hewan atau manusia diinjeksi antigen, terjadilah respon imun primer yang

ditandai dengan munculnya IgM beberapa hari setelah pemaparan, sehingga ada

kenaikan pendeteksian antibodi dalam serum, bergantung pada rute infeksi dan

dosis serta antigen alami. Konsentrasi antibodi meningkat tajam dalam waktu 1-10

minggu, kemudian turun di bawah level deteksi. Umumnya, IgM muncul lebih dahulu

dari IgG dalam respon primer. Saat antara antigen dan munculnya IgM disebut lag

phase. Kadar IgM mencapai puncaknya setelah kira-kira 7 hari. 6-7 hari setelah

pemaparan, dalam serum mulai dapat dideteksi IgG, sedangkan IgM mulai berkurang

sebelum kadar IgG mencapai puncaknya yaitu 10-14 hari setelah pemaparan antigen.

Kadar antibodi kemudian berkurang dan umumnya hanya sedikit yang dapat

dideteksi 3-4 minggu setelah pemaparan

Respon sekunder

Ketika hewan atau manusia dinjeksi kembali dengan antigen yang sama selama

sebulan, atau beberapa tahun setelah level antibodi primer menghilang, terjadi

kenaikan tajam respon antibodi dari respon primer. Terjadilah respon imun sekunder

yang sering disebut sebagai juga respon anamestik atau booster. Baik IgM maupun

IgG cepat meningkat secara nyata dengan lag phase yang pendek. Puncak kadar IgM

pada respon sekunder ini pada umumnya tidak melebihhi puncaknya pada respon

promer, sebaliknya kadar IgG meningkat jauh lebih tinggi dan jauh lebih lama. Hal ini

agaknya berdasarkan pertahanan sejumlah memori antigen sensitif yang substansial

setelah kontak awal dengan antigen. Memori pada respon sekunder terletak di sel B

dan untuk beberapa antigen di kedua sel B dan T selama respon kedua.

4.c. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Antibodi

Page 21: Antigen Sero 1

Perbedaan dalam respon imun primer dan sekunder , kadar antibodi yang dibentuk,

lamanya lag phase dan lain-lain sangat bergantung pada beberapa faktor, antara

lain :

1. Jenis antigen

2. Dosis antigen yang diberikan ke darah

3. Cara masuk antigen ke tubuh

4. Sensitivitas teknik yang digunakan untuk mengukur antibodi

Pembentukan antibodi tidak berlangsung tanpa batas, ada mekanisme control yang

mengendalikan dan menghentikaan pembentukan antibodi berlebihan. Beberapa di

antara mekanisme control itu adalah berkurangya kadar antigen, pengaturan oleh

idiotip, dan penekanan oleh sel T penekan.

jaringan yang berbeda dengan jaringan penginvasi/toksin, dan sistemkekebalan

membentuk sedikit antibodi maupun limfosit yang disensitisasiterhadap antigennya sendiri.

Fenomena ini dikenal sebagai toleransi terhadap jaringan tubuhnya sendiri. Oleh karena itu,

dianggap bahwa selamapembentukan limfosit T dan B, semua koloni limfosit spesifik bagi

jaringantubuh sendiri dihancurkan sendiri karena mereka terus menerus terpaparantigen

tubuh.Orang sering kehilangan sebagian toleransi imunnya terhadap jaringannyasendiri. Hal

ini terjadi lebih disebabkan oleh usia yang makin tua, yangdisebabkan dari destruksi

beberapa jaringan tubuh yang mengeluarkanantigen dalam jumlah banyak yang beredar

dalam tubuh dan menyebabkankekebalan didapat dalam bentuk limfosit yang

disinsitiasasi/antibodi.

Beberapa penyakit lain yang merupakan akibat dari autoimunitas adalahdemam

rematik, tempat tubuh terimunisasi terhadap jaringan jantung dansendi-sendi setelah

terpapar toksin stretokokus jenis tertentu (suatu jenisglomerulonefritis), dimana orang

terimunisasi terhadap membran basalisglomerulinya, miastenia gravis tempat kekebalan

timbul terhadap ototbagian membran dan sambungan neuromuskular, sehingga

menyebabkanparlisis, dan lupus eritematosus, tempat orang terimunisasi terhadapberbagai

Page 22: Antigen Sero 1

jaringan tubuh pada saat yang sama. Penyakit ini menyebabkankerusakan luas dan sering

menyebabkan kematian yang cepat.

Karena sifat antibodi yang bervalensi dua, dan tempat antigen multipel

padasebagian besar agen penginvasi/toksin, antibodi dapat tidak mengaktifkantoksin

dengan salah satu jalan berikut ini, yaitu:

1. Aglutinasi, tempat agen antigenik multipel terikat bersama-sama dalmsuatu gumpalan.

2. Presipitasi, tempat kompleks antigen yang larut dan antibodi menjaditidak larut dan

mengalami presipitasi.

3. Netralisasi, tempat antobodi yang meliputi tempat toksik agen antigenik.

4. Lisis, Tempat sebagian antibodi yang sangat berat yang mampu

langsungmenyerangmembran agen seluler, dan menyebabkan pecahnya sel

efek pengaktifan enzim sebagai awal reaksi lokal jaringan untuk melindungiterhadap

kerusakan oleh penginvasi/toksin sebagai berikut:

1. Lisis, enzim proteolitik sistem komplemen mencernakan bagian membransel

sehinggapecahnya agen seluler (bakteri).

2. Opsonisasi dan Fagositosis, enzim komplemen menyerang permukaanbakteri/antigen

yang mengakibatkan mereka sagnat peka terhadapfagositosis oleh neutrofil dan makrofag

jaringan (opsonisasi)

3. Kemotaksis, satu atau ;lebih dari hasil komplemen menyebabkankemotaksis neutrofil dan

makrofag sehingga sangat meningkatkan jumlahfagosit dalam daerah sekitar agen antigenik

4. Aglutinasi, enzim komplemen juga mengubah permukaan agen antigeniksehingga

merekasaling melekat satu sma lain.

5. Netralisasi virus, enzim komplemen sering menyerang struktur molekulervirus.

6. Efek peradangan, produk komplemen yang menimbulkan reaksiperadangan lokal

yangmengakibatkan hiperemia, kogulasi protein dalam jaringan, dan aspek laindari

porosesperadangan sehingga mencegah pergerakan agen penginvasi melalui jaringan.

MATURASI SEL LIMFOSIT

MATURASI LIMPOSIT T

Perkembangan T cell precursor dimulai di dalam sumsum tulang. T cell precursor bermigrasi

Page 23: Antigen Sero 1

ke dalam organ Thymus dan proses maturasi terjadi. Di dalam Thymus bagian subkapsular, T

cell precursor menjadi timosit imature dan terjadi diferensiasi dan proliferasi dengan proses

pembentukan gen TCR (T cell Receptor), CD8+ dan CD4+ dan diekpresikan (Double Positif

Tymocyte), sebagian besar timosit imature mati dan sisanya terus berdeferensiasi. Pada

daerah cortex di sel-sel epitel ( Thymic Epithelial cell) terjadi proses seleksi positif. Seleksi

positif terjadi dengan cara reseptor tersebut mengenali MHC yang dipresentasikan oleh

APC. Apabila MHC class I dikenali oleh CD8+ dan MHC class II dikenali oleh CD4+ kemudian

menempel pada TCR maka timosit imature tetap hidup bila tidak mengenali APC tersebut

maka akan mati atau mengalami apaptosis kemudian difagosit oleh makrofag Selanjutnya

dilakukan seleksi negative, yaitu, timosite imature diuji dengan self antigen atau antigen

tubuh sendiri. Bila mengenali atau pengenalan self reactive cell maka timosit imature akan

mati. Timosite mature/naïve melewati dinding venule postkapilar mencapai sirkulasi

sistemik dan menempati organ limfoid perifer.

Pengenalan TCR terhadap Antigen

berfungsi dalam proses inflamasi dan memperbaiki jaringan yang rusak. Fungsi sel Th1

adalah pertahanan terhadap infeksi mikroba intraseluler yang mengaktifkan sel efektor.

Kerjasama antara sel T dan fagosit merupakan kerja antarsel nonspesifik yang terjadi melalui

sitokin. yang meningkatkan imunitas selular fagosit berupa makrofag. Makrofag yang

diaktifkan oleh IFN-Timosite mature/naïve sel T dapat mengenal antigen yang

dipresentasikan oleh APC. Sel Th memberikan respon terhadap antigen dengan

menghasilkan sitokin. Sel Tc memberikan respon terhadap antigen yang berkembang

menjadi sel CTL yang dapat memusnahkan sel sendiri. Aktivasi sel T membutuhkan sinyal

yang direspon oleh reseptor TCR, adanya molekul stimulatori, dan sitokin. Reseptor sel T

hanya mengenal dan akan mengikat fragmen yang berhubungan dengan MHC. Sel T CD4+

yang berdiferensiasi menjadi Th2, mensekresikan IL-4 dan IL-5. IL-4 merangsang sel B untuk

memproduksi IgE yang berikatan dengan sel mast. IL-5 mengaktifkan eosinofil sebagai

respon terhadap patogen yang berupa cacing. Sitokin yang dihasilkan oleh Th2 menghambat

aktivasi makrofag dan reaksi Th1. Sel CD4+ berdiferensiasi menjadi sel efektor Th1 yang

mensekresikan IFN-

Page 24: Antigen Sero 1

MATURASILIMFOSIT B

Prekursor sel B berkembang menjadi sel B immature di dalam sumsum tulang kemudian

terjadi proliferasi dan deferensiasi yang ditandai dengan pembentukan BCR atau BCR

somatic gen rearrangement, yaitu pembentukan reseptor yang dipresentasikan pada

permukaan membrane. Setelah terbentuk IgM dalam tahap immature dalam sumsum

tulang, sel B immature bermigrasi ke limpa atau disebut dengan sel B transisional, kemudian

mengalami deferensiasi menjadi limfosit B mature. Pengembangan sel B terjadi melalui

beberapa tahapan, setiap tahap mewakili perubahan genom pada lokus antibodi. Antibodi

ini terdiri dari dua rantai identik Light (L)atau light chain dan dua rantai identik heavy (H)

atau heavy chain, dan gen-gen ditemukan di daerah 'V' (Variable) dan daerah 'C' (Constant) .

Dalam heavy chain, daerah 'V' memiliki tiga segmen; V, D dan J, yang dikombinasikan secara

acak, dalam proses yang disebut rekombinasi VDJ, untuk menghasilkan sebuah variabel unik

imunoglobulin domain di masing-masing sel B.

Sebagian besar sel B immature mati serta sisanya terus berdeferensiasi Setelah itu terjadi

seleksi negative yaitu bila reseptor mengenali self antigen atau self reactive cell maka sel B

immatur akan mati, bila tidak mengenali, maka akan tetap hidup. Sel B mature/naïve

melewati dinding venule postkapilar mencapai sirkulasi sistemik dan menempati organ

limfoid perifer. Seleksi positif bila sel B mampu masuk ke organ sekunder tersebut.

Ketika sel B mengalami kegagalan dalam setiap langkah dari proses maturasi, sel B akan mati

melalui mekanisme apoptosis, dalam hal ini disebut clonal deletion. Jika telah mengenali

self-Antigen selama proses maturasi, sel B akan mengalami apoptosis ( seleksi negatif).

Setelah teraktivasi, sel B akan terbentuk menjadi sel B memori sebagai bagian dari sistem

imun adaptif.

Referensi :

Baratawidjaja, K.G, Iris G. 2009. Imunologi Dasar. Edisi ke-8. FK UI. Jakarta

Murphy, Travers, Walport. 2008. Janeway’s Immunobiology.7th Ed. Garland Sciene.

Hematopoiesis merupakan proses pembentukan komponen sel darah, dimana terjadi

proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel yang terjadi secara serentak.

Page 25: Antigen Sero 1

Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipatgandaan jumlah sel, dari satu sel

hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi merupakan proses

pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan beberapa sel darah yang

terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.