rangkuman modul aksp

25
 MODUL 1 PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN JENIS-JENIS PEKERJAAN AUDIT FUNGSI MANAJEMEN, PENGENDALIAN INTERN DAN AUDIT Pemeriksaan adalah tindakan membandingkan keadaan yang sebenarnya/ kenyataan yang terjadi pada saat dilakukan penelitian/pengujian di lapangan dengan keadaan yang seharusnya menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau kebijaksanaan umum. Pengawasan merupakan seluruh proses penilaian terhadap kegiatan/program berupa langkah- langkah kerja untuk meyakinkan apakah hasil pelaksanaan sudah sesuai dengan tujuan atau rencana yang sudah ditetapkan. Pengendalian adalah tindakan pengawasan oleh manajemen yang akan langsung diikuti dengan tindak lanjut berupa usaha perbaikan jika ditemukan penyimpangan atau kesalahan. (to audit ) yang berarti memeriksa atau mengawasi. Dalam Pengauditan terdapat beberapa pengertian pokok yang harus dipahami:  Informasi yang dapat diukur dan kriteria yang ditetapkan  Entitas ekonomi  Pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti  Orang yang kompeten dan independen  Pelaporan Audit laporan keuangan adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang kesesuaian laporan keuangan suatu entitas ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan yang dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen. Perbedaan antara Pengauditan dengan Akuntansi.  Pengauditan mempunyai sifat analitis, sedangkan Akuntansi bersifat konstruktif  Siapa yang melakukan?  Tujuan kegiatan  Standar yang digunakan Audit atestasi atas laporan keuangan adalah audit atestasi yang dilakukan untuk memberikan  pendapat tentang kewajaran la poran keuangan dengan suatu tingkat ke yakinan tertentu. Jasa atestasi lainnya adalah jasa atestasi lain yang memberikan tingkat keyakinan ( level of assurance) di bawah tingkat keyakinan dari hasil audit atestasi atas laporan keuangan terhadap suatu asersi dari manajemen perusahaan. Yang termasuk dalam jasa atestasi lain adalah jasa kompilasi, pemeriksaan dan review atas laporan keuangan prospektif, laporan

Upload: ryani-wardhani

Post on 21-Jul-2015

64 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MODUL 1 PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN JENIS-JENIS PEKERJAAN AUDIT FUNGSI MANAJEMEN, PENGENDALIAN INTERN DAN AUDIT

Pemeriksaan adalah tindakan membandingkan keadaan yang sebenarnya/ kenyataan yang terjadi pada saat dilakukan penelitian/pengujian di lapangan dengan keadaan yang seharusnya menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau kebijaksanaan umum. Pengawasan merupakan seluruh proses penilaian terhadap kegiatan/program berupa langkahlangkah kerja untuk meyakinkan apakah hasil pelaksanaan sudah sesuai dengan tujuan atau rencana yang sudah ditetapkan. Pengendalian adalah tindakan pengawasan oleh manajemen yang akan langsung diikuti dengan tindak lanjut berupa usaha perbaikan jika ditemukan penyimpangan atau kesalahan. (to audit) yang berarti memeriksa atau mengawasi. Dalam Pengauditan terdapat beberapa pengertian pokok yang harus dipahami: Informasi yang dapat diukur dan kriteria yang ditetapkan Entitas ekonomi Pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti Orang yang kompeten dan independen Pelaporan Audit laporan keuangan adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang kesesuaian laporan keuangan suatu entitas ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan yang dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen. Perbedaan antara Pengauditan dengan Akuntansi. Pengauditan mempunyai sifat analitis, sedangkan Akuntansi bersifat konstruktif Siapa yang melakukan? Tujuan kegiatan Standar yang digunakan Audit atestasi atas laporan keuangan adalah audit atestasi yang dilakukan untuk memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan dengan suatu tingkat keyakinan tertentu. Jasa atestasi lainnya adalah jasa atestasi lain yang memberikan tingkat keyakinan (level of assurance) di bawah tingkat keyakinan dari hasil audit atestasi atas laporan keuangan terhadap suatu asersi dari manajemen perusahaan. Yang termasuk dalam jasa atestasi lain adalah jasa kompilasi, pemeriksaan dan review atas laporan keuangan prospektif, laporan

keuangan proforma, informasi keuangan interim serta atestasi atas efektivitas struktur pengendalian intern. Jasa akuntansi dan review adalah jasa atestasi (review) maupun nonatestasi (kompilasi) yang dilakukan oleh akuntan publik terhadap suatu perusahaan nonpublik. Audit atas Laporan Keuangan merupakan proses audit yang dilakukan dalam rangka memberikan keyakinan apakah laporan keuangan entitas yang diaudit telah menyajikan secara wajar tentang posisi keuangan, hasil operasi, arus kas sesuai dengan prinsip akuntasi yang berlaku umum. Audit Kinerja adalah pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau program/kegiatan Pemerintah yang diaudit. Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit untuk menentukan apakah informasi keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, apakah entitas telah mematuhi persyaratan kepatuhan terhadap peraturan keuangan tertentu, apakah sistem pengendalian intern telah dirancang secara memadai untuk mencapai tujuan pengendalian. Audit dengan tujuan tertentu meliputi unsur-unsur sebagai berikut. a. Audit atas segmen laporan keuangan, seperti audit atas Pendapatan Daerah, audit atas belanja daerah, audit atas aktiva tetap, audit atas persediaan, dan sebagainya. b. Audit atas pengendalian intern mengenai ketaatan terhadap peraturan perundangan yang berlaku, c. Pengendalian/pengawasan intern atas penyusunan laporan keuangan dan atas pengamanan aktiva, diantaranya tentang pengawasan atas penggunaan sistem berbasis komputer. d. Audit atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dugaan adanya kecurangan (fraud). Tujuan pengawasan adalah untuk mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan Tujuan lebih rinci dari pengawasan dijabarkan sebagai berikut: 1. Pengawasan dilaksanakan agar pelaksanaan tugas umum pemerintahan dilakukan secara tertib serta berdasarkan sendi-sendi kewajaran penyelenggaraan pemerintahan 2. Pengawasan dilaksanakan agar pelaksanaan pembangunan dilakukan sesuai dengan rencana dan program pemerintah 3. Pengawasan dilaksanakan agar hasil-hasil pembangunan dapat dinilai seberapa jauh tercapai untuk umpan balik berupa pendapat, kesimpulan, dan saran terhadap kebijaksanaan, perencanaan, pembinaan, dan pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan; 4. Pengawasan dilaksanakan agar sejauh mungkin mencegah terjadinya pemborosan, kebocoran, dan penyimpangan dalam menggunakan wewenang, tenaga, uang dan

perlengkapan milik negara, sehingga dapat terbina, aparatur yang tertib, bersih, berwibawa, berhasil guna dan berdaya guna. Ruang lingkup pengawasan menurut Inpres yang sama meliputi: 1. Kegiatan umum pemerintahan 2. Pelaksanaan rencana pembangunan 3. Penyelenggaraan pengurusan dan pengolahan keuangan dan kekayaan negara 4. Kegiatan badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah 5. Kegiatan aparatur pemerintahan di bidang yang mencakup kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Kegiatan pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan kinerja penggunaan APBN/APBD, pemeriksaan kinerja kegiatan pelayanan publik, pemeriksaan kinerja optimalisasi penerimaan negara dan daerah, pemeriksaan keuangan atas pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN), pemeriksaan investigatif, pemeriksaan masalah yang menjadi fokus pimpinan serta pemeriksaan yang bersifat khas. Sistem pengendalian intern yang efektif banyak dititik-beratkan pada mekanisme saling uji, yakni bahwa suatu bagian organisasi dengan melaksanakan suatu prosedur tertentu akan dapat mengawasi kegiatan bagian lainnya secara otomatis.

MODUL 2 GELAR AKUNTAN, AUDITOR EKSTERNAL DAN AUDITOR INTERNAL KONDISI PROFESI AUDITOR

Untuk mengurangi risiko informasi, pemilik organisasi dapat melakukan tiga alternatif: 1. memverifikasi sendiri informasi, 2. membagi risiko dengan manajemen, 3. meminta dilakukan audit.

Modul 3 TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN PEMDA TAHAPAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN PEMDA

Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Ketidakberesan lebih lanjut dibedakan pula dalam dua kategori. Kategori pertama adalah ketidakberesan yang bersumber dari kecurangan pegawai, seperti pencurian aktiva milik organisasi. Kategori kedua adalah ketidakberesan yang bersumber dari kecurangan manajemen berupa misalnya kesengajaan tidak melaporkan hutang atau pendapatan tertentu. Asersi manajemen adalah pernyataan yang tersirat atau yang dinyatakan dengan jelas oleh manajemen mengenai jenis transaksi dan akun terkait dalam laporan keuangan. Asersi manajemen diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar sebagai berikut: 1) Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence). 2) Kelengkapan (completeness). 3) Hak dan kewajiban (right and obligation). 4) Penilaian (valuation) atau alokasi. 5) Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure) Kelima asersi ini dijelaskan dalam SPAP SA Seksi 26 sebagai berikut: 1) Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang satuan usaha ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu. 2) Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. 3) Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. 4) Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semesti-nya. 5) Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponenkomponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Terdapat enam tujuan panduan audit berkait-transaksi, yaitu sebagai berikut. Eksistensi transaksi yang tercatat memang eksis. Kelengkapan transaksi-transaksi yang ada telah dicatat. Akurasi transaksi yang tercatat disajikan pada nilai yang benar Klasifikasi transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasiflkasikan dengan tepat.

1). 2). 3). 4).

5). Saat pencatatan - transaksi dicatat pada tanggal yang benar. 6). Posting dan pengikhtisaran. . Tujuan audit berkait-saldo juga dapat dibagi menjadi tujuan audit panduan berkaitsaldo dan tujuan audit spesifik berkait-saldo. tujuan audit berkait-saldo diterapkan kepada saldo suatu pos akun, sedangkan tujuan audit berkait-transaksi diterapkan kepada jenis atau golongan transaksi seperti transaksi penerimaan atau pengeluaran kas sembilan tujuan audit panduan berkait-saldo. Eksistensi angka-angka yang dicantumkan memang eksis. Kelengkapan angka-angka yang ada telah dimasukkan seluruhnya Akurasi jumlah yang ada disajikan adalah jumlah yang benar. Klasifikasi angka-angka yang dimasukkan dalam daftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat. Pisah batas - transaksi-transaksi yang dekat dengan tanggal neraca dicatat dalam periode yang tepat Kecocokan rincian rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar tambahan, dijumlah kebawah benar dalam saldo akun, dan sesuai dengan jumlah dalam buku besar Nilai realisasi Hak dan Keivajiban Penyajian dan pengungkapan - saldo akun dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan pantas dalam laporan keuangan

1). 2). 3). 4). 5). 6).

7). 8). 9).

Dalam pelaksanaan audit, auditor perlu membekali diri dengan pemahaman atas empat aspek penting audit sebagai berikut: 1). Pemahaman atas Kriteria yang Ditetapkan 2). Pemahaman atas Standar Audit 3). Pemahaman atas Teknik, Bukti dan Kertas Kerja Audit 4). Pemahaman atas Materialitas dan Risiko Audit Dalam proses pekerjaan lapangan audit itu sendiri, auditor dapat melakukannya dalam lima tahap sebagai berikut: 1. Persiapan Audit 2. Pengujian Pengendalian Intern 3. Pengujian Substantif atas Transaksi 4. Pengujian Substantif Terinci atas Saldo 5. Penyelesaian Audit dan Penerbitan Laporan 3.1. PERSIAPAN AUDIT Tahap pertama proses audit ini terdiri dari empat subtahap sebagai berikut: 1). Memperoleh Surat Tugas 2). Pencarian Informasi Awal a. Memperoleh Informasi mengenai Klien

b. Melakukan Survey Pendahuluan c. Memperoleh Pemahaman atas Pengendalian Intern 3). Menyusun dan Mengalokasikan Program Audit a. Menyusun Program Audit b. Menyusun Pembagian Tugas Tim Audit c. Menyusun Program Kerja Perorangan d. Menyusun Kalender atau Jadwal Audit 4). Pertemuan Awal dengan Pimpinan Klien Audit

Modul 4 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH MENGUJI AKURASI IMPLEMENTASI SAP "Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan" Pos-pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada dasarnya sama dengan pos-pos yang disajikan dalam Laporan Arus Kas (LAK), karena Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan basis kas. Perbedaan utama antara LRA dan LAK adalah disajikannya transaksi nonanggaran di LAK tetapi tidak disajikan di LRA. Disamping itu juga terdapat perbedaan klasifikasi anggaran karena perbedaan tujuan pelaporannya.

Modul 5 STANDAR AUDIT LAPORAN KEUANGAN PADA SEKTOR KOMERSIAL (SPAP) STANDAR AUDIT PADA SEKTOR PUBLIK (SPKN)

Standar Umum 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Standar Pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Standar Pelaporan 1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit. 4. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Dalam perencanaan audit, auditor sektor komersial harus mempertimbangkan, antara lain: a) Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industri yang satuan usaha tersebut beroperasi di dalamnya. b) Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut. c) Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan. d) Penetapan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan. e) Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit. f) Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian.

g) Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit h) Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi tugas Tujuan SPKN adalah untuk membantu Pemerintah, termasuk instansi dan para pejabatnya dalam menyelenggarakan pengelolaan dan membuat pertanggungjawaban keuangan negara, yang semakin baik Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk: Mengelola keuangan negara secara tcrtib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, sesuai dengan ketentuan pemndang-undangan yang berlaku. Menyusun dan menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif guna menjamin: a) pencapaian tujuan sebagaimana mestinya; b) keselamatan/keamanan kekayaan yang dikelola; c) ketaatan pada ketentuan dan peraturan perundang-undangan; d) perolehan dan pemeliharaan data/informasi yang handal, dan pengungkapan data tersebut secara wajar. Membuat laporan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Menindaklanjuti rekomendasi pemeriksa, serta menciptakan dan memelihara suatu proses untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa dimaksud.

1.

2.

3. 4.

Organisasi pemeriksa mempunyai tanggung jawab untuk meyakinkan bahwa : (1) independensi dan obyektivitas dipertahankan dalam seluruh tahap penugasan, (2) pertimbangan profesional (professional judgment) digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan dan pelaporan hasil pekerjaan, (3) pekerjaan dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi profesional dan secara kolektif mempunyai keahlian dan pengetahuan yang memadai, dan (4) peer-review yang independen dilaksanakan secara periodik dan menghasilkan suatu pernyataan, apakah sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa tersebut dirancang dan memberikan keyakinan yang memadai sesuai dengan Standar ini. Standar umum pertama berdasarkan SPKN berbunyi: Staf yang ditugasi untuk melaksanakan pemeriksaan harus secara kolektif memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan Setiap pemeriksa, setiap 2 tahun harus menyelesaikan paling tidak 80 jam pendidikan yang secara langsung meningkatkan kecakapan profesional pemeriksa untuk melaksanakan pemeriksaan. Sedikitnya 24 jam dari 80 jam pendidikan tersebut harus dalam hal yang berhubungan langsung dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di lingkungan pemerintah atau lingkungan yang khusus dan unik dimana entitas yang diperiksa beroperasi. Sedikitnya 20 jam dari 80 jam tersebut harus diselesaikan dalam 1 tahun dari periode 2 tahun Pemeriksa perlu mempertimbangkan tiga macam gangguan terhadap independensi, yaitu

gangguan yang bersifat pribadi, gangguan yang bersifat ekstern, dan atau gangguan yang bersifat organisatoris. Standar umum SPKN ketiga berbunyi: Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporannya, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama Standar umum keempat SPKN berbunyi: Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus direview oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstern). Petugas pemeriksa atau organisasi pemeriksa yang mereview pengendalian mutu pemeriksaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) Pemeriksa tersebut harus seorang ahli dan mempunyai pengetahuan yang mutakhir mengenai jenis pemeriksaan yang direview b) Pemeriksa atau organisasi pemeriksa tersebut harus independen dari organisasi pemeriksa yang direview, dari pegawainya, dan dari entitas Pemerintah yang diperiksa, yang pelaksanaan pemeriksaannya dipilih untuk direview. c) Pemeriksa tersebut harus memiliki pengetahuan mengenai bagaimana melaksanakan review atas pengendalian mutu pemeriksaan. Review atas pengendalian mutu harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) Pemeriksa tersebut harus menggunakan pertimbangan sehat dan profesional dalam menilai dan melaporkan hasilnya. b) Pemeriksa tersebut harus memilih salah satu dari cara pendekatan di bawah ini untuk menentukan hasil pemeriksaan yang dinilai, yaitu : (1) memilih pemeriksaan yang secara memadai dapat mewakili penugasan berdasarkan SPKN ini; atau (2) memilih pemeriksaan yang secara memadai dapat mewakili penugasan oleh organisasi pemeriksa, termasuk satu atau lebih penugasan yang dilaksanakan berdasarkan SPKN ini. c) Review atas mutu pemeriksaan meliputi penilaian kebijakan dan prosedur pengendalian mutu organisasi pemeriksa, termasuk pula prosedur pengawasan terkait, pelaporan pemeriksaan, dokumentasi pemeriksaan yang diperlukan, serta wawancara dengan staf profesional organisasi pemeriksa yang direview untuk menentukan pemahaman dan ketaatan terhadap kebijakan dan prosedur pengendalian mutu pemeriksaan. d) Review harus cukup komprehensif untuk memberikan dasar yang memadai untuk menyimpulkan bahwa sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa yang direview telah dilaksanakan sesuai dengan standar profesional. e) Pemeriksa yang mereview harus menyiapkan laporan tertulis untuk mengkomunikasikan hasil reviewnya.

Standar pekerjaan lapangan tambahan pertama. Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat, saat, lingkup pengujian dan pelaporan yang direncanakan, dan tingkat keyakinan yang diharapkan, kepada pejabat entitas yang diperiksa serta pejabat yang meminta pemeriksaan. Standar pekerjaan lapangan tambahan kedua Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya dan tindak lanjut temuan dan rekomendasi yang signifikan yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang sedang dilaksanakan. Standar pekerjaan lapangan tambahan ketiga a. Pemeriksa harus merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap ketentuan kontrak/perjanjian yang berpengaruh langsung dan material terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan b. Pemeriksa harus waspada pada situasi atau kondisi yang mungkin merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan, dan jika timbul indikasi hal tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan prosedur audit khusus untuk memastikan bahwa kecurangan dan/atau ketidakpatutan telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan. Standar pekerjaan lapangan tambahan keempat Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan. Standar pelaporan Pemeriksaan Keuangan tambahan pertama Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan terseut dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar pelaporan Pemeriksaan Keuangan tambahan kedua Laporan hasil Pemeriksaan Keuangan harus: (1) menjelaskan lingkup pengujian pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan, ketidakpatuhan tehadap kontrak/perjanjian dan atas pengendalian internyang berkaitan dengan pelaporan keuangan serta menyajikan hasil pengujiannya, atau (2) mengacu kepada laporan terpisah yang berisi informasi tersebut. Standar pelaporan Pemeriksaan Keuangan tambahan ketiga Laporan hasil Pemeriksaan Keuangan kepada manajemen harus mengungkapkan: (1) kelemahan dalam pengendalian intern yang dianggap sebagai kondisi yang layak untuk dilaporkan, seperti yang dirumuskan dalam SPAP, (2) semua kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan dan peraturan perundang-undangan, dan (3) ketidakpatuhan terhadap kontrak/perjanjian, serta (4) ketidakpatutan yang signifikan.

Standar pelaporan Pemeriksaan Keuangan tambahan keempat Apabila laporan hasil pemeriksaan menyebutkan adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan dan peraturan perundang-undangan, ketidakpatuhan terhadap kontrak/perjanjian, serta ketidakpatutan, pemeriksa harus mendapatkan dan melaporkan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab mengenai temuan, simpulan dan rekomendasi, begitu juga dengan tindakan koreksi yang direncanakan. Standar pelaporan Pemeriksaan Keuangan tambahan kelima Apabila informasi tertentu dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk diungkapkan kepada umum, laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut. Standar pelaporan Pemeriksaan Keuangan tambahan keenam Laporan hasil pemeriksaan diserahkan oleh pemeriksa kepada entitas yang diperiksa, organisasi yang meminta atau mengatur pelaksanaan suatu pemeriksaan.

Modul 6 TEKNIK-TEKNIK AUDIT BUKTI AUDIT HUBUNGAN JENIS PENGUJIAN DENGAN BAHAN BUKTI KERTAS KERJA AUDIT

Teknik audit adalah cara-cara yang ditempuh auditor untuk memperoleh pembuktian dalam membandingkan keadaan yang sebenarnya (asersi Laporan Keuangan) dengan keadaan yang seharusnya (kriteria). Auditor dapat mempergunakan teknik-teknik audit yang di antaranya terdiri dari: inspeksi, observasi, wawancara, konfirmasi, analisis, perbandingan, audit bukti-bukti tertulis (vouching dan verifikasi), rekonsiliasi, trasir, rekomputasi dan scanning. Inspeksi atau pemeriksaan fisik merupakan cara memeriksa dengan mempergunakan panca indera terutama mata, untuk memperoleh pembuktian atas sesuatu keadaan atau sesuatu masalah pada suatu saat tertentu. Observasi atau pengamatan adalah cara memeriksa dengan menggunakan panca indera terutama mata, yang dilakukan secara kontinyu selama kurun waktu tertentu untuk membuktikan sesuatu keadaan atau masalah. Observasi dalam arti luas bisa juga dikatakan sebagai peninjauan suatu obyek yang diperiksa secara hati-hati dan ilmiah. Kadang-kadang observasi dikaitkan dengan melihat dari jarak jauh atau tanpa disadari oleh pihak yang diamati. Wawancara ialah teknik audit dengan cara melakukan tanya jawab secara lisan, untuk memperoleh pembuktian. Wawancara yang baik adalah wawancara yang menghasilkan pembuktian yang diperlukan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena tujuan audit adalah memperoleh pembuktian mengenai pokok-pokok yang sedang dipertimbangkan dalam audit, maka wawancara harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengungkapkan hal tersebut secara lengkap. Apabila sebelumnya auditor tidak pernah kenal dengan orang yang akan diwawancarai, maka auditor harus memperkenalkan diri dengan cara yang selayaknya. Beberapa pertimbangan lain yang perlu diingat dalam wawancara. 1. Semua informasi yang diperlukan sebaiknya diperoleh dalam satu kali wawancara saja, jangan sampai harus mengulang. 2. Pada akhir wawancara, harus diikhtisarkan informasi penting yang telah diperoleh. Tujuan utama penegasan ialah: 1) Untuk menjamin kelengkapan catatan auditor tentang informasi lisan tersebut

2) Membangkitkan kesan kepada pihak yang diwawancarai, bahwa auditor memandang penting keterangan-keterangannya, dan 3) Melindungi diri auditor sendiri terhadap kemungkinan timbulnya kontroversi di kemudian hari mengenai informasi yang telah diberikan kepadanya. Kelemahan lain dari wawancara tertulis adalah bahwa pada dasarnya daftar pertanyaan bersifat tidak fleksibel, serta sulit diadakan tindak lanjut serta verifikasi. Prinsip yang harus diperhatikan dalam merancang daftar pertanyaan adalah: 1. Tingkat pengalaman dan pengetahuan dari orang-orang yang akan menjadi responden 2. Panjangnya daftar pertanyaan harus layak, sehingga tidak merupakan beban yang terlalu berat bagi responden yang akibatnya akan menghasilkan jawaban yang tidak begitu memuaskan 3. Sedapat mungkin pertanyaan harus relatif mudah dan bisa segera dijawab oleh responden 4. Pertanyaan harus dikelompokkan secara logis. 5. Sedapat mungkin sebagian pertanyaan diajukan dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice) 6. Hendaknya disediakan tempat yang cukup untuk menuliskan jawaban 7. Pertanyaan harus dirumuskan sedemikian rupa, agar tidak timbul reaksi defensif dari responden. Konfirmasi merupakan upaya untuk memperoleh informasi/penegasan dari sumber lain yang independen, baik secara lisan maupun tertulis dalam rangka pembuktian audit. Konfirmasi dapat dilakukan secara lisan atau secara tertulis. Konfirmasi secara tertulis dapat dibagi dua macam, yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi negatif. Konfirmasi positif adalah konfirmasi dimana pihak yang dikonfirmasi diminta untuk memberikan jawaban dalam batas waktu yang ditetapkan, baik jawaban menolak maupun jawaban menyetujui. Sedangkan dalam konfirmasi negatif, pihak yang dikonfirmasi hanya diminta memberikan jawaban dalam batas waktu yang ditetapkan apabila tidak setuju dengan isi surat yang dimintakan konfirmasi. Analisis artinya memecah atau menguraikan suatu keadaan atau masalah ke dalam beberapa bagian atau elemen dan memisahkan bagian tersebut untuk digabungkan dengan keseluruhan atau dibandingkan dengan yang lain. Perbandingan adalah usaha untuk mencari kesamaan dan perbedaan antara dua atau lebih gejala atau keadaan. Vouching adalah memeriksa otentik tidaknya serta lengkap tidaknya bukti pendukung suatu transaksi. Sedangkan verifikasi adalah istilah yang digunakan dalam arti umum untuk memeriksa ketelitian perkalian, penjumlahan, pembukuan, pemilikan, dan eksistensinya.

Tujuan vouching dan verifikasi adalah untuk memastikan bahwa : 1. Bukti telah disetujui oleh pejabat yang berwenang. 2. Bukti sesuai dengan tujuannya. 3. Jumlah yang tertera dalam bukti sudah benar. 4. Pencatatan dilakukan secara benar. 5. Pemilikan dan eksistensinya sah. Rekonsiliasi adalah penyesuaian antara dua kelompok data yang berhubungan tetapi dibuat oleh pihak-pihak yang terpisah untuk mendapatkan data yang benar. Trasir adalah cara memeriksa dengan jalan menelusuri proses suatu keadaan, kegiatan ataupun masalah sampai pada sumber atau bahan pembuktiannya. Rekomputasi adalah menghitung kembali kalkulasi yang telah ada untuk menetapkan kecermatannya Scanning berarti melakukan penelaahan secara umum dan cepat untuk menemukan hal-hal yang memerlukan audit lebih lanjut Bukti audit adalah setiap informasi yang dipakai auditor untuk menentukan apakah informasi dari suatu obyek yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan atau tidak. Kecukupan bukti audit berhubungan dengan jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya. Bukti dianggap cukup jika bersifat faktual, memadai dan meyakinkan sehingga bisa menuntun orang yang memiliki sifat hati-hati untuk mengambil kesimpulan yang sama dengan auditor. . Pada umumnya, auditor lebih mengandalkan bukti yang bersifat menyimpulkan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat meyakinkan (convincing evidence). Yang dimaksud dengan bukti yang kompeten adalah bukti yang kuat dan dapat diandalkan. Bukti tersebut merupakan bukti yang terbaik yang dapat diperoleh dengan menggunakan teknik pemeriksaan yang layak. bukti yang sah adalah bukti yang memenuhi ketentuan perundang-undangan. 1) Bukti yang berasal dari sumber yang independen, lebih dapat dipercaya dari pada bukti yang dibuat oleh objek pemeriksaan atau bukti ekstem yang diperoleh melalui objek pemeriksaan. 2) Bukti yang diperoleh dari objek pemeriksaan lebih dapat dipercaya apabila sistem pengendalian manajemennya baik. 3) Bukti yang diperoleh secara langsung melalui inspeksi, observasi, tanya jawab dan konfirmasi, lebih dapat dipercaya dari pada bukti yang diperoleh secara tidak langsung. 4) Bukti asli lebih dapat dipercaya dari pada salinannya. 5) Bukti yang dibuat dan diedarkan kepada pihak ketiga, lebih kuat dari pada bukti intern yang dipakai sendiri.

6) Bukti yang memenuhi persyaratan sah menurut peraturan perundang-undangan lebih kuat dari pada bukti yang tidak memenuhi syarat sah tersebut. 7) Pernyataan lisan yang menguatkan lebih kuat dibanding pernyataan biasa. 8) Bukti langsung lebih kuat daripada bukti kabar angin. bukti yang relevan adalah bukti yang berkaitan erat atau yang tepat mengenai masalah yang dipersoalkan dan diperlukan untuk menguatkan kebenaran masalah yang dihadapi. Relevansi menunjukkan hubungan antara informasi dengan penggunaannya. Bukti fisik diperoleh dengan jalan inspeksi atau observasi terhadap kegiatan, harta milik, atau kejadian yang berhubungan dengan pokok persoalan yang diperiksa. Bukti kesaksian adalah informasi yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk surat atau pemyataan yang diterima sebagai jawaban yang diajukan atau wawancara. Bentuk yang paling lazim dipakai dalam pekerjaan pemeriksaan adalah dokumen, yang digolongkan menjadi dokumen ekstern dan dokumen intern. Bukti analisis diperoleh dengan jalan menganalisis atau mengadakan verifikasi informasi. Bukti analisis dapat berupa hasil dari proses-proses sebagai berikut: 1. Perhitungan 2. Perbandingan dengan : a) Norma yang ditentukan b) Kegiatan di masa lalu c) Kegiatan, transaksi atau pelaksanaan lain d) Peraturan perundang-undangan e) Keputusan pengadilan 3. Penalaran 4. Analisis informasi ke dalam kornponen-komponennya. Jika dihubungkan dengan teknik auditnya, jenis-jenis bukti audit terdiri dari: 1) Hasil Prosedur Analitis 2) Dokumentasi 3) Laporan Hasil Pelaksanaan Ulang 4) Laporan Hasil Pengamatan 5) Hasil Konfirmasi 6) Transkrip Wawancara 7) Berita Acara Pemeriksaan Fisik a) Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern, pengujian atas pengendalian, dan pengujian substantif atas transaksi menghasilkan jenis-jenis bukti yang hanya mencakup dokumentasi, laporan pengamatan, transkrip wawancara dan laporan pelaksanaan ulang. b) Lebih banyak jenis bahan bukti yang diperoleh dengan menggunakan pengujian substantif

terinci atas saldo daripada dengan menggunakan pengujian jenis yang lain. Hanya pengujian substantif terinci atas saldo yang dapat memberikan bukti berupa hasil konfirmasi dan berita acara pemeriksaan fisik. c) Bukti berupa transkrip wawancara dapat diberikan oleh semua jenis pengujian; bukti berupa dokumentasi dapat diberikan oleh setiap pengujian kecuali prosedur analitis. Urutan jenis pengujian berikut berdasarkan biaya pengujian yang diperlukan adalah sebagai berikut: a) Prosedur analitis b) Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern dan pengujian atas pengendalian c) Pengujian substantif atas transaksi d) Pengujian substantif terinci atas saldo Berdasarkan urutan tersebut terlihat bahwa prosedur analitis menjadi jenis pengujian yang paling murah untuk dilaksanakan. Alasan prosedur analitis merupakan prosedur paling murah adalah karena prosedur analitis relatif mudah dilakukan. Kertas kerja audit adalah dokumentasi dari hasil pekerjaan audit yang memuat segala aspek dalam pelaksanaan audit seperti dokumentasi hasil pengenalan obyek audit, perencanaan yang dibuat, pelaksanaan dari perencanaan tersebut (pekerjaan lapangan), serta bukti-bukti audit yang dikumpulkan. Ada beberapa jenis kertas kerja yang semuanya penting, yaitu mencakup: Kutipan dari sumber berwenang tentang kritera dan standar. Ringkasan wawancara, pertemuan, percakapan. Rincian pengamatan, termasuk diagram, foto, bagan, dan lain-lain. Substansi verifikasi dan pemeriksaan dokumen seperti perbandingan bahan-bahan substantif dengan kriteria atau dokumentasi terotorisasi. Analisis temuan dari kertas kerja atau pengamatan lainnya. Perhitungan analitis terkait dengan audit. Tujuan menyeluruh kertas kerja adalah untuk membantu auditor memberikan keyakinan memadai bahwa audit yang layak telah dilakukan sesuai dengan standar auditing. Fungsi dari suatu kertas kerja secara lebih spesifik adalah untuk menyediakan dasar untuk perencanaan audit, pencatatan bahan bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian, data pendukung untuk menentukan jenis laporan audit yang pantas, dan dasar untuk penelaahan oleh penyelia. kertas kerja juga berfungsi sebagai (1) sumber informasi bagi komunikasi dengan legislatif dan eksekutif berkenaan dengan berbagai masalah, baik karena diminta oleh auditor untuk membantu klien memperbaiki operasinya, (2) kerangka acuan untuk pelatihan staf, dan (3) sebagai alat bantu dalam perencanaan dan koordinasi audit selanjutnya.

Berkas permanen (permanent file) dimaksudkan untuk berisi data historis atau yang bersifat berkelanjutan berkenaan dengan pemeriksaan tahun berjalan. Berkas permanen biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut: - Dokumen Penugasan Pemeriksaan, - Kutipan atau fotokopi dari dokumen entitas yang diaudit yang kepentingannya berkelanjutan, - Analisis dari tahun sebelumnya, atau rincian pos-pos yang mempunyai kepentingan berkelanjutan bagi auditor Informasi berkenaan dengan pemahaman struktur pengendalian intern dan penetapan risiko pengendalian Hasil prosedur analitis dari audit tahun sebelumnya Diantaranya adalah rasio dan persentase yang dihitung oleh auditor, dan total saldo atau saldo perbulan untuk akun tertentu Jenis informasi yang dimasukkan dalam berkas tahun berjalan adalah sebagai berikut. - Program audit - Informasi umum - Neraca saldo - Ayat jurnal penyesuaian dan reklasifikasi - Daftar pendukung (supporting schedule): Analisis., Neraca saldo atau List daftar, Rekonsiliasi suatu jumlah, Ikhtisar prosedur-prosedur, Pemeriksaan dokumen pendukung, Informasional, Dokumentasi dari luar. Kertas kerja seharusnya mencakup karateristik tertentu berikut: a). Setiap kertas kerja harus diidentifikasi secara pantas dengan informasi seperti nama klien, periode yang dicakup, deskripsi isi, inisial pembuat, tanggal penyiapan, dan kode indeks. b). Kertas kerja seharusnya diindeks dan diacu silang untuk memudahkan dalam pengorganisasian dan pengarsipan. c). Kertas kerja yang sudah selesai harus dengan jelas menunjukkan pelaksanaan pekerjaan audit. d). Setiap kertas kerja harus berisi informasi yang cukup untuk memenuhi tujuan perancangan. e). Kesimpulan yang ditarik mengenai satu segmen audit yang dinyatakan dengan sederhana.

Modul 7 MATERIALITAS RISIKO AUDIT Materialitas adalah jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi postansi yang, dalam kaitannya dengan kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut. Kekeliruan (error) dan ketidakberesan (irregularities) pada laporan keuangan dapat dianggap material atau signifikan, ketika pemakai laporan keuangan akan terpengaruh oleh kesalahan tersebut. auditor harus memutuskan jumlah maksimum salah saji yang dapat ditoleransi. Jumlah ini disebut batas materialitas (materiality threshold). Dalam hal kondisi lain tidak berubah, makin tinggi batas kekeliruan, makin rendah jumlah pengujian pemeriksaan (bukti yang dikumpulkan, pen.) Kelima langkah penetapan materialitas ini adalah sebagai berikut: a). Tentukan pertimbangan awal mengenai materialitas b). Alokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas ke dalam segmen c). Estimasikan total salah saji dalam segmen d). Estimasikan salah saji gabungan e). Bandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal mengenai materialitas, Tujuan penetapan materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Beberapa faktor yang dapat mengubah pertimbangan awal mengenai jumlah materialitas adalah sebagai berikut: a). Materialitas sebagai konsep yang relatif bukan absolut tentang salah saji dalam laporan keuangan. b). Dasar penetapan materialitas untuk berbagai bagian dalam laporan keuangan berbedabeda. c). Faktor-faktor kualitatif yang mempengaruhi materialitas yang merupakan sumber penetapan materialitas berdasarkan sifat. Beberapa contoh faktor kualitatif yang mempengaruhi materialitas (pertimbangan materialitas berdasarkan sifatnya) adalah sebagai berikut: 1). Jumlah yang diakibatkan ketidakberesan biasanya dipandang lebih penting dari kekeliruan yang tidak disengaja. 2). Kekeliruan yang kecil sekalipun, dapat dipandang material kalau berkaitan dengan kewajiban kontrak. 3). Kekeliruan yang tidak material dapat menjadi material kalau mempengaruhi kecenderungan (trend) nilai surplus/defisit.

Risiko dalam audit berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Model risiko audit adalah model yang digunakan auditor dalam menangani masalah risiko baik dalam tahap perencanaan maupun dalam tahap pengumpulan bahan bukti. Model risiko audit digunakan terutama pada tahap perencanaan untuk menentukan berapa besar bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam tiap siklus. Rumusan model risiko adalah sebagai berikut: AAR PDR IRxCR dimana: PDR AAR IR CR = = = = Risiko penemuan yang direncanakan (Planned Detection Risk) Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk) Risiko bawaan (Inherent Risk) Risiko pengendalian (Control Risk)

Risiko penemuan yang direncanakan adalah risiko bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan salah saji sampai batas yang tidak dapat ditoleransi, kalau salah saji semacam itu timbul. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan risiko penemuan yang direncanakan tersebut, yaitu: 1). Risiko penemuan yang direncanakan tergantung pada tiga unsur risiko lain pada model risiko. Risiko penemuan yang direncanakan hanya akan berubah kalau auditor mengubah salah satu unsur lainnya. 2). Risiko penemuan yang direncanakan menentukan besarnya rencana bahan bukti yang akan dikumpulkan, dalam hubungan yang berlawanan. Risiko bawaan adalah penetapan auditor akan kemungkinan adanya salah saji dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, sebelum memprerhitungkan faktor efektifitas pengendalian intern. Risiko bawaan adalah faktor kerentanan laporan keuangan terhadap salah saji yang material, dengan asumsi tidak ada pengendalian intern. Hubungan risiko bawaan dengan risiko penemuan adalah berbanding terbalik, sedangkan dengan rencana pengumpulan bahan bukti berbanding lurus. Risiko pengendalian adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, yang tak terdeteksi atau tercegah oleh struktur pengendalian intern klien. Risiko pengendalian mengandung unsur (1) penetapan apakah struktur pengendalian intern klien cukup efektif untuk mendeteksi atau mencegah kekeliruan dan (2) keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut dibawah nilai maksimum (100%) dalam rencana audit. Sebelum auditor dapat menetapkan tingkat risiko pengendalian yang lebih kecil dari 100%, ia

harus melakukan tiga hal, yaitu: (1) auditor memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien, (2) auditor mengevaluasi seberapa baik struktur tersebut seharusnya berfungsi berdasarkan pemahaman yang drperoleh dan (3) auditor melakukan pengujian atas efektifitas pengendalian. Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan salah saji secara material walaupun audit telah selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dberikan.

Modul 8 MEMPEROLEH SURAT TUGAS PENCARIAN INFORMASI AWAL MENYUSUN DAN MENGALOKASIKAN POGRAM AUDIT PERTEMUAN AWAL DENGAN PIMPINAN KLIEN AUDIT

Penentuan staf auditor untuk penugasan suatu audit akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya sebagai berikut: a). Besar obyek yang akan diaudit b). Kerumitan obyek yang akan diaudit c). Jenis obyek yang akan diaudit d). Rangking risiko e). Batas waktu penyelesaian f). Tenaga yang tersedia. Dalam penentuan tenaga auditor dapat disimpulkan sebagai berikut: a). Jumlah dan tingkat pengetahuan staf auditor yang diperlukan haruslah didasarkan pada evaluasi sifat dan tingkat kesulitan dari tugas audit, batas waktu penyelesaian dan tenaga yang tersedia. b). Harus dipertimbangkan pengetahuan, kecakapan, pelatihan dan disiplin ilmu dari staf auditor. Informasi yang perlu dikumpulkan adalah sebagai berikut: 1). Pernyataan visi, misi, tujuan dan dan kegiatan klien yang akan diaudit. 2). Informasi organisasi seperti: a). Struktur organisasi, b). Uraian tugas c). Jumlah pegawai, d). Pegawai kunci, e). Kebijaksanaan dan prosedur, f). Hal hal yang baru mengenai perubahan organisasi dan sistem. 3). Informasi anggaran, hasil hasil kegiatan dan data-data keuangan lainnya. 4). Kertas kerja audit sebelumnya. 5). Laporan hasil audit dari auditor lain khususnya auditor internal. 6). Data pembanding untuk memperkaya pengetahuan dan potensi lain yang belur tercakup. 7). Literatur-literatur teknis dari berbagai sumber. 1. Memahami klien yang akan diaudit. 2. Mengidentifikasikan berbagai area yang akan diaudit secara lebih mendalam. 3. Memperoleh informasi yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan audit 4. Menentukan apakah audit akan dilanjutkan

a) b) c) d) e) f)

Kondisi tersebut dipengaruhi oleh hal- hal sebagai berikut: Sifat dan jenis audit Kemampuan dan pengalaman tenaga auditor Pengetahuan atas kegiatan yang akan diaudit Survey ulangan atau baru Ukuran dan tingkat kesulitan obyek audit Penyebaran kegiatan secara geografis.

Survey pendahuluan dapat dilaksanakan dengan mempergunakan prosedur-prosedur sebagai berikut: a). Tanya jawab dengan pihak yang akan diaudit. b). Melakukan pengamatan dilapangan. c). Melakukan review atas laporan dan penelitian manajemen. d). Prosedur analitis. e). Membuat bagan arus kegiatan dan prosedur pengendalian atau melakukan pengamatan atas kegiatan dari permulaan sampai selesai Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, dibuatlah suatu ringkasan yang memuat: a). Hasil survey penting yang diperoleh. b). Informasi yang tepat yang diperoleh selama survey. c). Tujuan audit dan prosedur audit d). Titik pengendalian kritis yang potensial, ketidakefisienan dan atau penyimpangan dari pengendalian. e). Perkiraan pendahuluan waktu penyelesaian audit dan sumber daya yang diperlukan. f). Perubahan tanggal penyelesaian laporan dan penyelesaian audit. Alasan jika audit tidak perlu dilanjutkan. Lima jenis prosedur audit yang berhubungan dengan pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern adalah: a) Pengalaman auditor pada periode sebelumnya b) Tanya jawab dengan pegawai c) Pemeriksaan pedoman kebijakan dan sistem d) Pemeriksaan atas dokumen dan catatan e) Pengamatan aktivitas dan operasi pada entitas Tujuan utama dari suatu program audit adalah: a) untuk menetapkan hubungan yang jelas antara tujuan audit, metodologi audit, dan kemungkinan-kemungkinan pengujian yang harus dilakukan, b) untuk mengidentifikasikan dan mendokumentasikan prosedur-prosedur audit yang harus dilaksanakan, dan

c) untuk memudahkan supervisi dan revisi. Sebagai contoh program audit laporan keuangan oleh auditor BPK harus memuat informasiinformasi sebagai berikut: a) Dasar pelaksanaan audit b) Standar audit yang menjadi pedoman c) Nama dan tempat entitas audit yang diaudit d) Tahun anggaran / tahun buku entitas yang diaudit e) Identitas dan data umum entitas yang diaudit hasil pencarian informasi awal, seperti: informasi umum, struktur organisasi, visi/misi entitas, jumlah anggaran yang diaudit, dan lain-lain. f) Tujuan umum audit, yaitu untuk memberi keyakinan apakah laporan keuangan klien audit telah menyajikan secara wajar posisi keuangan, realisasi anggaran serta arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum. g) Metodologi audit yang mencakup metode sampling yang digunakan, ukuran sampel, penetapan materialitas dan lain-lain. h) Sasaran yang diaudit, yaitu laporan keuangan, lapoan realisasi anggaran serta laporan arus kas. i) Pengarahan pelaksanaan audit j) Jadwal audit k) Susunan tim audit l) Instansi penerima laporan hasil audit m) Kerangka isi laporan hasil audit. Pada pertemuan tersebut, ketua tim menyampaikan surat tugas kepada pimpinan klien audit dan menjelaskan hal-hal seperti: 1. maksud dan tujuan kedatangan tim audit, 2. rencana kegiatan audit yang meliputi tujuan audit, periode laporan yang diaudit, serta lamanya audit, 3. rencana untuk menghubungi para pejabat/staf klien audit terkait untuk meminta penjelasan, dokumen dan informasi yang diperlukan, serta gambaran umum tentang entitas (klien) audit termasuk kendala-kendala yang dihadapi. 4. Para auditor yang akan ditugaskan. 5. Kondisi yang berjalan termasuk perubahan-perubahan yang terjadi. 6. Prosedur pelaporan dan proses tindak lanjut.