rangkuman filsafat bab 7

8
EPISTEMOLOGI SUATU MASALAH Pentingnya Epistemologi Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Selain itu masalah epistemologi mempunyai banyak segi. Penyelesaian masalah epistemologi tergantung apa yang diajarkan oleh para ahli psikologi. Kadang-kadang orang-orang yang paling dogmatis merupakan orang-orang yang paling tidak tahu. Keadaan tidak tahu itu dapat mengambil dua bentuk, yaitu: tidak mempunyai pengetahuan begitu saja; dan memiliki kesesatan. Karena sudah jelas bahwa mungkin kita tidak mempunyai pengetahuan yang sejati. Metode-metode untuk Memperoleh Pengetahuan 1.Empirisisme Kita dapat memperoleh pengetahuan melalui pegalaman. John Locke, bapak empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan, akalnya merupakan sebuah jenis buku catatan yang kosong, dan didalam buku catatan itulah dicatat pengalaman- pengalaman inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta membandingkan ide-ide yang diperoleh dari pengindraan dan refleksi yang pertama-tama dan

Upload: friscahalim

Post on 15-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

bgbgh

TRANSCRIPT

EPISTEMOLOGI SUATU MASALAH

Pentingnya Epistemologi

Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Selain itu masalah epistemologi mempunyai banyak segi. Penyelesaian masalah epistemologi tergantung apa yang diajarkan oleh para ahli psikologi.

Kadang-kadang orang-orang yang paling dogmatis merupakan orang-orang yang paling tidak tahu. Keadaan tidak tahu itu dapat mengambil dua bentuk, yaitu: tidak mempunyai pengetahuan begitu saja; dan memiliki kesesatan. Karena sudah jelas bahwa mungkin kita tidak mempunyai pengetahuan yang sejati.

Metode-metode untuk Memperoleh Pengetahuan

1.Empirisisme

Kita dapat memperoleh pengetahuan melalui pegalaman. John Locke, bapak empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan, akalnya merupakan sebuah jenis buku catatan yang kosong, dan didalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta membandingkan ide-ide yang diperoleh dari pengindraan dan refleksi yang pertama-tama dan sederhana tersebut.

Locke memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan, yang secara pasif menerima hasil-hasil pengindraan tersebut. Ini berarti semua pengtahuan kita serumit apapun dapat dilacak kembali sampai pada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama, yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material.

Mereka yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi, dan apa yang tidak dapat dilacak secara demikian dianggap bukan pengetahuan, dinamakan penganut empirisisme radikal (penganut sensasionalisme) Tetapi tidak semua penganut empirisisme merupakan penganut sensasionalisme.

Ditinjau dari sudut epistemologi khususnya dari pandangan empiris pengalaman kadang-kadang menunjuk hanya pada hasil penginderaan, oleh karena itu dinamakan 'datum indera'. Ada banyak jenis empirisme, tetapi pada hakekatnya semuanya mengutamakan pengalaman inderawi dalam proses memperoleh pengetahuan.

2.Rasionalisme

Descartes, bapak rasionalisme kontinental, berusaha menemukan suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan dengan memakai metode deduktif dapat disimpulkan semua pengetahuan kita. Secara demikian akal budi dipahamkan sebagai: sejenis perantara khusus yang dengan perantara tersebut dapat dikenal kebenaran; suatu teknik deduktif yang dengan memakai teknik tersebut dapat ditemukan kebenaran-kebenaran, yaitu dengan menggunakan penalaran.

Spinoza mengatakan dalil-dalil ilmu ukur merupakan kebenaran-kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Artinya, Spinoza yakin bahwa jika seseorang memahami makna yang dikandung oleh pernyataan Suatu garis lurus merupakan jarak terdekat di antara dua buah titik, maka kita mau tidak mau mengakui kebenaran pernyataan tersebut.

Seorang penganut rasionalisme, pengetahuan diperoleh melalui kegiatan akal pikiran atau akal budi ketika akal menangkap berbagai hal yang dihadapinya pada masa hidup seseorang. Seorang penganut rasionalisme tidaklah memandang pengalaman sebagai hal yang tidak mengandung nilai. Bahkan sebaliknya, ia mungkin mencari pengalaman-pengalaman selanjutnya sebagai bahan pembantu atau sebagai pendorong dalam penyelidikannya untuk memperoleh kebenaran. Dan ia mungkin mengadakan pembelaan antara pengetahuan dengan pendapat.

3.Fenomenalisme Ajaran Kaht

Kant mengatakan bahwa Indera hanya dapat memberikan data indera dan data itu ialah warna cita rasa, bau, rasa dan sebagainya. Memang benar, kita mempunyai pengalaman; tetapi sama benarnya juga bahwa untuk mempunyai pengetahuan, maka kita harus ke luar dari atau menembus pengalaman. Jika dalam memperoleh pengetahuan kita menembus pengalaman, maka jelaslah, dari suatu segi pengetahuan hal itu tidak diperoleh melalui pengalaman, melainkan ditambahkan pada pengalaman.

Pengetahuan a priori ialah pengetahuan yang tidak tergantung pada adanya pengalaman atau, yang ada sebelum pengalaman; pengetahuan a posteriori terjadi sebagai akibat pengalaman. Pengetahuan yang dihasilkan oleh analisa terhadap unsur-unsur yang a priori disebut pengetahuan analitis a priori. Pengetahuan sintetis a priori dihasilkan oleh penyelidikan akal terhadap bentuk-bentuk pengalamannya sendiri dan penggabungan unsur-unsur yang tidak saling bertumpu.

4.Intuisionisme

Pengetahuan terdiri dari dua macam yaitu 'pengetahuan mengenai' dinamakan pengetahuan diskursif atau pengetahuan simbolis, dan pengetahuan ini ada perantaranya. 'Pengetahuan tentang' disebut pengetahuan yang langsung atau pengetahuan intuitif, dan pengetahuan tersebut diperoleh secara langsung.

Pengetahuan diskursif diperoleh melalui penggunaan simbol-simbol yang mencoba mengatakan kepada kita mengenai sesuatu dengan jalan berlaku sebagai terjemahan bagi sesuatu itu.

Menurut Bergon, intuisi ialah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif.

5.Metode Ilmiah

Metode ilmiah mengikuti prosedur-prosedur tertentu yang sudah pasti yang dipergunakan dalam usaha memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapi oleh seorang ilmuwan.

Unsur pertama di dalam metode ini adalah pengamatan yang dipakai sebagai dasar untuk merumuskan suatu masalah. Metode ilmiah dimulai dengan pengamatan-pengamatan dan berakhir dengan pengamatan-pangamatan pula. Tetapi permulaan dan akhir ini hanyalah merupakan pembagian yang bersifat nisbi.

Hipotesa ialah usulan penyelesaian yang berupa saran dan sebagai konsekuensinya harus dipandang bersifat sementara dan memerlukan verifikasi. Di dalam proses menemukan hipotesa dikatakan bahwa kegiatan akal bargerak keluar dari pengalaman, mencari satu bentuk, katakanlah untuk di dalamnya disusun fakta-fakta yang telah diketahui dalam suati kerangka tertentu.

Apakah yang Diungkapkan oleh Metode-metode tersebut?

Sebagai metode-metode yang utama untuk memperoleh pengetahuan dalam kenyataannya, apakah yang kita temukan bila kita memakai metode-metode tersebut untuk memperoleh pengetahuan? Yang terlibat dalam hal ini sesungguhnya adalah masalah yang menyangkut hakekat sesuatu yang diketahui.

1.Skeptisisme

Skeptisisme adalah pendirian yang mengandalkan indera-indera untuk mengharapka sesuatu. Pendirian didasarkan atas dua unsur: kenisbian penginderaan; adanya kesepakatan yang sesungguhnya mengenai apa yang merupakan halnya dan yang bukan merupakan halnya.

Kant, ditinjau dari sudut pandang tertentu, dapat dinamakan seorang penganut sketisisme karena ia mengatakan bahwa apa yang kita ketahui dan akan kita ketahui ialah gejala sesuatu dan kita tidak akan pernah mengetahui atau dapat mengetahui 'das Ding an sich' kecuali hanya mengetahui bahwa hak itu ada. Tapi segala corak skeptisisme tersebut diakibatkan oleh pendirian bahwa apa yang kita ketahui merupakan ide yang dengan suatu cara berasal dari dalam akal kita.

2.Realisme Naif

Realisme naif mengatakan bahwa bila saya melihat suatu pohon, maka saya melihat pohon yang nyala, artinya pohon dengan bangunnya dengan warnanya, dan secara singkat dalam segala seginya.

Seorang penganut realisme naif mencampur adukkan antara hasil tangkapan tentang sesuatu dengan sesuatu itu sendiri. Dengan kata lain seorang penganut realisme naif tidak membedakan antara apa yang dilihatnya dengan apa yang diketahuinya.

Orang memandang bahwa pohon menimbulkan penginderaan yang menghasilkan ide tentang pohon dan bahwa ide pohon ini merupakan salinan atau mewakili pohon itu sendiri. Yang demikian ini dikenal sebagai ajaran representasionisme. Penganut representasionisme memandang alat-alat inderawi sebagai jenis-jenis amera yang mengambil gambar objeknya dari berbagai sudut pandang.

3.Idealisme

idealisme atau subjektivisme adalah orang yang berpikir bahwa ide-ide merupakan salinan dari sesuatu dan kita tidak dapat mengetahui sesuatu kecuali ada ide-ide tersebut.

Solipsisme adalah orang yang berpikir bahwa di alam semesta is berada seoran diri sejauh yang menyangkut pengetahuan tentang diri-diri yang lain.

4.Realisme Kritik

Terdapat dua kemungkinan dalam realisme kritik ini yaitu datanya merupakan bagian objeknya, tetapi tidak tumbuh dengan objeknya. Ini berarti datanya tidak bersifat kejiwaan; atau kemungkinan yang kedua, sesungguhnya data itu tidak ada, melainkan yang ada ialah suatu perbuatan yang dilakukan oleh suatu subjek dan suatu objek.

Wahana keadaan tertentu dari esensi inilah yang disebut 'eksistensi'. Eksistensi berarti sesuatu yang terdapat di dalam ruang dan waktu.

Sebagian besar pembicaraan-pembicaraan hingga saat ini didasarkan atas analisa bahwa situasi mengetahui terdiri dari tiga unsur: orang yang mengetahui; suatu objek; suatu data.