ramadhan mengajarkan menjauhi maksiat

1
Kajian Ramadhan 22: Ramadhan Mengajarkan untuk Menjauhi Maksiat Ramadhan mengajarkan untuk menjauhi maksiat. Maksiat memang dilarang setiap waktu, bukan hanya di bulan Ramadhan saja. Namun kala Ramadhan, kita lebih diperintahkan dengan keras untuk menjauhinya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ُ هَ ابَ رَ شَ وُ هَ امَ عَ طَ عَ دَ يْ نَ ى اِ فٌ هَ اجَ حِ َ " ِ َ سْ يَ لَ فِ هِ بَ لَ مَ عْ ل اَ وِ ورُ " ز ل اَ لْ وَ قْ عَ دَ يْ مَ لْ نَ مBarangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903) Ini bukan berarti diperintahkan untuk meninggalkan puasa. Namun maksudnya adalah peringatan keras agar tidak berkata dusta. Ini adalah penjelasan Ibnu Batthol, dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 4: 117. Yang dimaksud qoul az zuur adalah berkata dusta, melakukan ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba) dan mencela muslim yang lain. Sedangkan mengamalkan az zuur adalah dengan malas mengerjakan shalat di waktunya, enggan shalat berjama’ah di masjid (bagi pria), melakukan jual beli yang haram, memakan riba, mendengarkan musik, juga berlebih-lebihan (boros) dalam membuat makanan untuk berbuka karena boros termasuk perbuatan terlarang. (Lihat Syarh ‘Umdatul Fiqh karya Prof. Dr. ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al Jibrin, 1: 562) Ibnul ‘Arobi sampai berkata bahwa hadits di atas berarti siapa yang berpuasa namun masih menjalankan maksiat seperti yang disebutkan, maka puasanya tidak bernilai pahala. (Dinukil dari Romadhon Durus wa ‘Ibar Tarbiyyah wa Isror karya Dr. Muhammad bin Ibrahim Al Hamd, hal. 38). Al Baidhowi sampai mengatakan, “Maksud puasa bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga bahkan hendaklah diikuti dengan menekan syahwat yang jelek. Jika tidak ada maksud itu, maka tentu saja Allah tidak menerima amalan puasa tersebut.” (Idem). Jadikanlah Ramadhan kita nanti sebagai ajang untuk memperbaiki diri dan moment meninggalkan masa silam yang penuh kegelapan. Moga Allah mudahkan. Disusun di Pesantren Darush Sholihin, 11 Sya’ban 1435 H Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Muslim.Or.Id

Upload: firdasari-karim

Post on 12-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Ramadhan Mengajarkan Menjauhi Maksiat

TRANSCRIPT

Page 1: Ramadhan Mengajarkan Menjauhi Maksiat

Kajian Ramadhan 22: Ramadhan

Mengajarkan untuk Menjauhi MaksiatRamadhan mengajarkan untuk menjauhi maksiat. Maksiat memang dilarang setiap waktu, bukan hanya

di bulan Ramadhan saja. Namun kala Ramadhan, kita lebih diperintahkan dengan keras untuk

menjauhinya.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

�َد�َع� �ْن� َي �ِه َح�اَج�ٌة� ِفى َأ َّل �َس� ِل �ْي ِه ِف�َّل �َع�َم�َل� ِب َوِر َو�اِل ��َد�َع� َق�ْو�َل� اِلُّز �ْم� َي َم�ْن� ِل�ِه& اِب َر� َط�َع�اَم�ِه& َو�َش�

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh

dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

Ini bukan berarti diperintahkan untuk meninggalkan puasa. Namun maksudnya adalah peringatan keras

agar tidak berkata dusta. Ini adalah penjelasan Ibnu Batthol, dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 4:

117.

Yang dimaksud qoul az zuur adalah berkata dusta, melakukan ghibah (menggunjing), namimah

(mengadu domba) dan mencela muslim yang lain. Sedangkan mengamalkan az zuur adalah dengan

malas mengerjakan shalat di waktunya, enggan shalat berjama’ah di masjid (bagi pria), melakukan jual

beli yang haram, memakan riba, mendengarkan musik, juga berlebih-lebihan (boros) dalam membuat

makanan untuk berbuka karena boros termasuk perbuatan terlarang. (Lihat Syarh ‘Umdatul Fiqh karya

Prof. Dr. ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al Jibrin, 1: 562)

Ibnul ‘Arobi sampai berkata bahwa hadits di atas berarti siapa yang berpuasa namun masih menjalankan

maksiat seperti yang disebutkan, maka puasanya tidak bernilai pahala. (Dinukil dari Romadhon Durus wa

‘Ibar Tarbiyyah wa Isror karya Dr. Muhammad bin Ibrahim Al Hamd, hal. 38).

Al Baidhowi sampai mengatakan, “Maksud puasa bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga bahkan

hendaklah diikuti dengan menekan syahwat yang jelek. Jika tidak ada maksud itu, maka tentu saja Allah

tidak menerima amalan puasa tersebut.” (Idem).

Jadikanlah Ramadhan kita nanti sebagai ajang untuk memperbaiki diri dan moment meninggalkan masa

silam yang penuh kegelapan. Moga Allah mudahkan.

Disusun di Pesantren Darush Sholihin, 11 Sya’ban 1435 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Muslim.Or.Id