rai anastrozole tambahan
DESCRIPTION
okcccTRANSCRIPT
SARI PUSTAKA
PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR
PADA INDUKSI OVULASI
Oleh :
I Made Rai Raditya Nugraha
Pembimbing :
dr. Putu Doster Mahayasa SpOG(K)
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
/RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH
2015
2.4 ANASTROZOLE
Anastrozole merupakan aromatase inhibitor generasi ke-3 yang selektif
dengan rantai non-steroid. Hingga saat ini anastrozole digunakan sebagai terapi lini
pertama pada wanita postmenopause dengan kanker payudara stadium lanjut dengan
reseptor hormon yang positif. Anastrozole diserap baik melalui rute oral dan
mengalami metabolism hepar yang ekstensive dan dengan metabolit yang
diekskresikan ke urin. Kadar serum puncak dicapai dalam 2 jam, namun efek supresi
maksimal pada E2 dicapai dalam 2-4 hari. Anastrozole mencapai kadar stabil dalam
darah dalam 7 hari pemebrian dosis berulang, hal ini berbeda dengan letrozole yag
dilaporkan membutuhkan 60 hari untuk mencapai level stabil dalam plasma. Hal ini
dapat dibuktikan dari terjadinya akumulasi efek letrozole pada pemberian dosis terapi
jangka panjang. Efek samping paling sering akibat pengunaan anastrozole adalah
keluhan gastrointestinal, bintik merah serta mual dan muntah.
Anastrozole bekerja dengan mekanisme yang sama dengan letrozole unutk induksi
ovulasi dengan profil inhibitor aromatase yang kompetitif dan reversible, kuat dan
patensi tinggi serta selektif. Namun di Jerman, Anastrozole lebih banyak diteliti
karena dilaporkan lebih baik profil klinisnya dan kemungkinan pengaruh
teratogeniknya lebih rendah dibandingkan letrozole.
Untuk Induksi ovulasi anastrozole diberikan secara oral dengan dosis per hari
sebesar 1 mg. Salah satu penelitian membandingkan penggunaan 5 mg anastrozole
dosis tunggal selama 5 hari dengan CC 50mg/hari selama 5 hari dengan hasil bahwa
anastrozole tidak seefektif CC dalam anastrozole mencapai ovulasi dengan hasil
46,2% dibandingkan 61.5%. Namun terdapat hasil mengejutkan karena pada pasien
yang mengalami ovulasi tingkat kehamilan klinis terjadi dengan tingkat relatif sama, ,
yaitu 27.8% untuk CC dan 25.0% anastrozole. Hal ini mngindikasikan bahwa These
resultsmeski angka ovulasi rendah, anastrozole lebih efisien dibandingkan CC dalam
mencapai kehamilan apabila terjadi ovulasi.
Apabila dibandingkan dengan aromatase inhibitor pada generasi yang sama
(letrozole) hal yang penting untuk dinilai adalah mengenai perbedaan patensi masing-
masing obat. Pada perbandingan induksi selama 5 hari menggunakan letrozole 5
mg/hari, CC 100mg/hari, anastrozole 1 mg/hari, angka ovulasi untuk Letrozole 67.5%
,Anastrozole 67.9%, CC 70.9%. Angka terjadinya kehamilan klinis pun hampir sama
dimana mencapai 10,2% pada letrozole and 15,1% pada anastrozole, 15.1% dan CC
7.9%. Hal ini menunjukkan angka keberhasilan ovulasi yang mirip. Pada penelitian
yang membandingkan letrozole 2,5 mg/hari dengan anastrozole 1mg/hr, angka ovulasi
mencapai 62.0% dan 63.4% dengan angka kehamilan pada letrozole 12.2%
dibandingkan anastrozole 15.1%. Hal ini menunjukkan anastrozole dan letrozole
merupakan aromatase inhibitor yang dapat dipilih penggunaanya pada induksi
ovulasi, meski secara evidence based letrozole lebih banyak diteliti.