rabu jumat 9 10 11 14 15 20 21 22 23 24 25 26 29 30 31...
TRANSCRIPT
o Selasa
Pikiran Rakyato Rabu • Kamis o Jumat o Minggu
4 520 21
8 9 10 1123 24 25 26
14 1529 30 31
6 722
oMar OApr OMei OJun OJul OAgs ONov ODes
Negeri Ramah. PenelitiPARA peneliti yang
berada di bawah nau-ngan lembaga peneli-
tian bulan ini menerima kabargembira: tunjangan naik. Tun-jangan profesor riset naik dariRp 1,4juta menjadi Rp 3,25 ju-ta; peneliti madya naik dari Rp1,2 juta menjadi Rp 2,5 juta;peneliti muda naik dari Rp750.000 menjadi Rp 1,2 juta;dan peneliti pertama naik dariRp 350.000 menjadi Rp715.000 (Kompas, 4/9/2012).Di negeri ini, berita kenaikantunjangan bagi para penelitisepertinya masih termasukberita langka dan tidak terlalumenyita perhatian publik.
Peneliti sepatutnya adalahorang yang mendapat penghor-matan tinggi dari masyarakat.Peneliti (researcher), menurutKamus Oxford, diartikan seba-gai orang yang melakukanpenyelidikan mendalam secarasistematis dan melakukan studidalam rangka menemukan fak-ta dan mencapai kesimpulanbarn. Tidak sedikit peneliti In-donesia yang telah menyele-saikan pendidikan master ataudoktor di mancanegara, lebihmemilih untuk berkiprah di lu-ar negeri. Kepergian sumberdaya bertalenta tinggi untukberkiprah di luar negeri daripa-da di dalam negeri, dalam skalamassif, dikenal sebagai braindrain.
Beragam studi telah dilaku-kan untuk meneliti fenomenabrain drain. Penyebab heng-kangnya surnber daya manusiaberkualifikasi tinggi ke negeriorang, selain alasan personal,bermuara kepada empat isuberikut: infrastruktur riset, ke-sejahteraan, kesempatan ka-rier, dan kultur.
Infrastruktur semisal labora-torium bermutu tinggi diper-lukan untuk menghasilkan risetyang berkualitas. Chang (1992)mengemukakan alasan sum-ber daya manusia berpen-didikan tinggi bekerja diluar negeri, di antaranyaadalah fasilitas yanglebih baik. Pengambilkebijakan biasanyaenggan berinvestasipada infrastrukturriset, yang har-ganya mahal,karena hasilnyatidak tampakdalam jangkapendek. Adalah be-
nar keterbatasan fasilitas men-. jadi tantangan. Namun, bagi
para peneliti, terutama ilmu-il-mu murni, permasalahannyatidak sesederhana itu. Keterse-diaan fasilitas memadai adalahsyarat mutlak untuk meng-hasilkan riset berkualitas. Datamenunjukkan bahwa proporsianggaran riset sepanjang 1999-2007 hanya sekitar 0,3 persendari APBN(Litbang Kompas24/10/2011). Tak heran, fasili-tas riset berkelas dunia, masihjauh dari harapan ..
Kesejahteraan yanglebih besar, suka tidaksuka, menjadipenyebab pu-la. Hasil pe-nelitianGrubeldan'S cot t(1977)
menemukan bahwa penghasilanyang lebih besar menjadi alasantertinggi seseorang bermigrasidan bekerja di luar negeri. Kese-jahteraan bagi orang-orang yangbergerak di bidang penelitian dinegeri ini ' memangmasih jauh dari ide-al.
Baik itupeneliti,
Kllplng Humas Un pad 2012
teknisi, maupun tenaga pen-dukungnya. Gaji resmi seorangprofesor riset berkisar padaangka Rp 5,2juta. (detik.com,26/10/2011). Setelah kenaikantunjangan, berarti angka terse-but akan bergeserpada kisaranRp 7 juta. Upaya menaikkantunjangan perlu diapresiasimeskipun masih jauh dari gajipeneliti di negara maju yang bi-la dikurskan, berada pada digitpuluhan dan ratusan juta rupi-ah per hulan. Tak heran, ketikatawaran berkarier berdatangandari luar negeri, sebagian para
peneliti tak kuasa meno-'laknya. Tawaran-tawaran
"
...•...•....berdatangan bahkahnketika mereka tengamelangsungkan studidoktoral atau pascadok-toral.Tentu saja dengan
tawaran penghasilan be-sar dan fasilitas yang canggih.Kesempatan karier yang lebih
terbuka dan menantang turut• pula menjadi penyebab. Risetyang dilakukan Baruch, Bu-dhwar, dan Khatri (2007) de-ngan responden 949 maha-siswa pascasarjana dari berba-gai negara yang sedang mela-kukan studi di AS dan Inggris,menemukan bahwa alasan pararesponden tidak kembali ke ne-gara asalnya adalah karenapasar tenaga kerja di keduane-gara itu dianggap lebih atraktif.Pasar kerja atraktif artinyamemberikan kesempatanberkembang bagi peneliti baikdari sisi keilmuan maupun darisisi karier. Dengan berbagai rin-tangan yang ada, sering kalipeneliti tidak dapat mengelu-arkan segenap kemampuannyadalam meneliti. Padahal, ketikastudi di luar negeri, kemam-puan mereka dilentingkansedemikian ruap. Ibarat atletyang melakukan latihan kerashingga keluar potensi maksi-malnya, mereka khawatirketika pulang dari luarnegeri, kemampuan merekatidak termanfaatkaIi se-hingga tidak terjaga dalamjangka panjang.Adapun dari sisi kultur,
di tengah masyarakat ber-budaya instan, apresiasiyang layak kelihatannyamasih belum dinikrnati pa-ra peneliti. Hasil-hasil pe-nelitian, terutama peneli-
f tian murni, lazimnya tidakseketika itu juga dapat di-nikmati. Ini yang menye-babkan peneliti cende-,rung menjadi profesi. yang dianggap tak ter-
". ~ lalu penting. Kultur ini
dapat memunculkan rasa ku-rang dihargai dari para peneliti.Padahal, di luar negeri, apresiasitinggi diberikan kepada mereka.Keempat isu tersebut bukan-
lah isu baru. Meski demikian,tampaknya perbaikan nyatabelum dilakukan dengan sung-guh-sungguh. Kegiatan risetbelum menjadi prioritas pen-ting bisa jadi karena dananyasudah pasti keluar tetapi belumtentu memberikan hasil yangdiharapkan. Padahal, meskimengeluarkan dana besar, pe-nelitian membuat ilmu penge-tahuan serta kehidupan ini da-pat berkernbang dan bergerakdinamis,Untuk menjadi negeri yang
ramah bagi para peneliti,keempat hal tersebut mestimenjadi perhatian besar. Su-dah pasti upaya ini membu-tuhkan dana yang sangat besar.Lalu, dari mana dananya.Jawabannyamudah.Bukankahsumber daya alam negeri inisangat melimpah. Bila dikeloladengan benar dan mandiri,rasanya tidak sulit menyedi-akan dana besar untuk mem-bangun infrastruktur· risetberkelas dunia, memberikankesejahteraan yang membuatpara peneliti bekerja sepenuhhati dan merajutjenjang karieryang cerah gernilang. ***