rabu, 4 mei 2011 elite politik disebut dekat dengan ... · dengan panji gumilang yang diduga...

1
Kena Batunya MUNGKIN para menteri KIB II baru akan sadar jika ada anggota keluarganya yang kena atau masuk jaringan NII, semoga saja.... Chairul Ihsan Tidak Ada Keadilan HIDUP di zaman sekarang benar-benar susah membedakan mana lawan dan mana kawan. Lawan bisa menjadi kawan ketika ada sebuah kepentingan. Kawan bisa menjadi lawan ketika kawan sudah tidak lagi taat pada kita. Silvy Dewi Anggraini Para Penguasa Jangan Asal Bicara SUASANA akan semakin keruh kalau yang merasa mengaku elite bangsa ramai-ramai mengeluarkan pernyataan yang menurut intelektual tidak etis dikeluarkan di media. Pokoknya jangan asal cuap, Bung! M Rahmat Fungsi dan Tugas sesuai Amanah YANG perlu diingat oleh pemerintah dan semua petinggi negara ini adalah bahwa mereka dipilih dan dipercaya menjalankan fungsi dan tugas yang diamanahkan rakyat, untuk meningkatkan kemakmuran dan martabat nusa dan negara ini. Fungsi dan tugas tersebut yang utama adalah melindungi dan melayani rakyat agar selalu merasa aman dan nyaman dalam hidup sebagai warga negara ini. Harus mereka sadari, bahwa tidak ada negara dan petinggi-petinggi, tanpa rakyat. Kahar Zakir Revolusi SUDAHLAH kita (rakyat) sudah tahu semua tuh. Sekarang kem- bali kepada rakyat, mau direvolusi atau dibiarin? Ardi Krisbyanto Pantas Adem Ayem WOW, kalau benar ini berita, berarti pemerintah setuju dong negara ini ganti nama jadi NII? Pastinya Pancasila sila pertama dihapus dong! Pantas ya, negara seakan adem ayem dengan sepak terjang NII. Malah dikatakan NII belum mengancam negara kita, padahal sudah banyak warganya yang ngilang tak berbekas. Hancur bangsaku! Mei Dewi Sari ANEH bin ajaib bila pemerintah RI, sebagaimana sikap Men- teri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, menganggap remeh Negara Islam Indonesia (NII). Pasalnya, gerakan NII sudah mulai masuk ke hampir semua lini kehidupan. Setelah masuk ke kampus dan birokrasi, kini NII pun tak mau kalah melebarkan sayap masuk partai politik. Pengakuan NII masuk parpol disampaikan mantan Menteri Peningkatan Pro- duksi NII Imam Supriyanto. Adapun parpol yang dimasuki NII di antaranya Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Repub- likan. Berbagai tanggapan pembaca disampaikan melalui www.me- diaindonesia.com, Facebook Harian Umum Media Indonesia, dan [email protected]. Berikut petikannya. PENGANTAR Interupsi PODIUM Selengkapnya di mediaindonesia.com Pemerintah Jangan Asal Cuap ANTARA/ARI BOWO SUCIPTO NURULIA JUWITA SARI N EGARAIslam Indo- nesia (NII) sudah masuk ke hampir semua lini, seperti kampus, birokrasi, dan parpol. Bahkan, sejumlah elite politik diduga memiliki kedekatan dengan Panji Gumilang yang diduga sebagai pemimpin NII Komandemen Wilayah (KW) IX. Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Effendy Choirie di Jakarta, kemarin, menyebut nama Ketua Umum Partai Hanura Wiranto sebagai con- toh yang memiliki hubungan dengan Panji Gumilang yang juga pemimpin Pondok Pesant- ren Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat. “Kita harus melihat fakta, Al-Zaytun pernah memberi du- kungan politik bagi calon pre- siden waktu itu Pak Wiranto,” kata Effendy. Pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2004, tempat pemu- ngutan suara (TPS) Al-Zaytun dimenangi pasangan Wiranto dan Salahuddin Wahid yang diajukan Partai Golkar. “Saya usulkan ke DPR agar Pak Wiranto bisa diundang ke Komisi I DPR untuk men- jelaskan kedekatan dengan mereka. Tokoh-tokoh lama itu harus diundang semua,” ujar Effendy. Selain Wiranto, Effendy me- nyebut mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendro- priyono dan Panji Gumilang perlu memberi penjelasan di Komisi I DPR. Ketua DPP Partai Hanura Yuddy Chrisnandy membantah tuduhan itu. “Soal tuduhan Wiranto dekat dengan NII ka- rena menang di Al-Zaytun, itu pernyataan yang tendensius, tidak objektif. Itu kampungan,” kata Yuddy. Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso meng- aku terkejut mengetahui Panji Gumilang adalah pemimpin NII KW IX. Oleh karena itu, dia menginstruksikan Partai Golkar menjaga jarak dengan Pondok Pesantren Al-Zaytun. “Kalau partai politik lain mela- kukan penggalangan massa ke Pondok Pesantren Al-Zaytun silakan saja,” kata Priyo. Ia mengaku mengetahui hal itu saat bertemu dengan mantan Menteri Peningkatan Produksi NII Imam Supriyanto. Imam-lah yang mengungkap NII telah masuk ke sejumlah parpol, yakni Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Republikan. Imam mengakui sejumlah elite politik dan parpol pernah memberi sumbangan cukup besar bagi Al-Zaytun, termasuk Partai Demokrat. Anggota F-PD DPR Her- man Khaeron menjelaskan, kunjungan dan sumbangan dari Partai Demokrat hanya didasarkan silaturahim dan keingintahuan tentang Al- Zaytun. “Kami tidak punya sejarah atau hubungan. Justru partai lain yang punya sejarah panjang,” terangnya. Bawah tanah Menteri Agama Suryadhar- ma Ali menegaskan, terlalu dini bagi pemerintah untuk menyatakan pembubaran NII. “Bagaimana mau bubarkan, ini kan gerakan di bawah tanah dan tidak berbadan hukum res- mi dan mendapat pengakuan dari pemerintah,” jelasnya. Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Letjen (purn) Kiki Syahnakri menilai NII sebagai gerakan makar. “Seharusnya sudah dinyata- kan itu gerakan makar, keluar dari UUD 1945. Seharusnya pemerintah menyatakan ini di- larang. Tidak perlu menunggu ancaman menjadi besar,” ce- tusnya di sela-sela kunjungan kerja DPP Pepabri ke Akademi Kepolisian di Semarang, Jawa Tengah. (*/Ant/P-1) [email protected] Elite Politik Disebut Dekat dengan Pemimpin NII Pemerintah seharusnya tidak ragu melarang segala sesuatu yang nyata-nyata makar dan keluar dari UUD 1945. PENGADILAN Tinggi DKI Ja- karta memutuskan untuk mem- perberat hukuman terdakwa kasus maa pajak Gayus Tam- bunan, dari 7 tahun menjadi 10 tahun penjara. Pasalnya, prak- tik maa pajak yang dilakukan terdakwa Gayus Tambunan dikhawatirkan menimbulkan citra buruk terhadap instansi pajak. “Dengan adanya putusan perkara kasus ini, dikhawa- tirkan wajib pajak tidak mau membayar pajak. Kalau ini ter- jadi, akan memengaruhi penda- patan negara dari sektor pajak,” ungkap juru bicara Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Achmad Sobari ketika dihubungi di Ja- karta, kemarin. Achmad memaparkan, ber- dasarkan fakta di pengadilan, Gayus bersama pejabat Ditjen Pajak telah melakukan pe- nelitian dengan tidak cermat secara menyeluruh terhadap wajib pajak PT SAT yang ak- hirnya permohonan tersebut dikabulkan dengan SK di Ditjen Pajak. Maka, dengan dikabulkan- nya permohonan itu, kon- sekuensinya mereka harus mengembalikan uang kele- bihan yang pernah disetorkan dan ditambah bunganya sejum- lah Rp570,9 juta. Menurut Achmad, alasan lain hakim memperberat vonis karena mantan pegawai Ditjen Pajak Kementerian Keuangan itu telah melakukan empat tindak pidana, yakni mafia pajak, pencucian uang, kabur dari penjara, dan pemalsuan paspor. Dari keempatnya, yang su- dah divonis baru satu kasus, yakni maa pajak. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang diketuai hakim Albertina Ho menjatuhkan vonis 7 tahun penjara dan denda Rp300 juta, pada 19 Januari 2011. Vonis itu lebih ringan ketimbang tuntutan jaksa yakni 20 tahun penjara. Achmad mengatakan lima hakim yang menangani ban- ding perkara Gayus diketuai Rosdarmani. Gayus dikenai empat pasal dalam kasus itu. Dihubungi terpisah, Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Sela- tan M Yusuf mengaku, belum mendapatkan putusan tingkat banding itu. Sementara itu, kemarin, ter- sangka kasus dugaan perco- baan suap terhadap pimpinan dan penyidik Komisi Pember- antasan Korupsi (KPK) Ary Muladi dituntut lima tahun penjara, dalam sidang di Pen- gadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Ary juga dikenai denda sebe- sar Rp200 juta subsider enam bulan kurungan. (*/P-4) P ERTUMBUHAN ekono- mi nasional, tidak ada yang mengingkari, me- mang meningkat, tetapi masih tergolong paling rendah jika dibandingkan dengan negara Asia lainnya, seperti Singapura, Malaysia, dan China. Pertum- buhan ekonomi Indonesia tidak bisa setara dengan negara lain di sekitarnya karena sektor utama yang tradable menga- lami pertumbuhan rendah. Pertumbuhan yang dianggap lumayan tersebut ditopang oleh sektor, yang nontradable. Secara keseluruhan sektor industri bertumbuh sangat rendah selama beberapa ta- hun terakhir ini. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerjanya negatif. Ini berarti bahwa sektor industri bukan hanya tidak me- nyerap tenaga kerja baru, tetapi justru memuntahkan dan me- lemparkan tenaga kerja keluar menjadi penganggur terbuka atau setengah pengangguran masuk ke sektor informal. Pengangguran terbuka me- mang menurun sangat tipis, tetapi indikator tersebut masih merupakan keadaan terburuk bila dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, apalagi Asia Timur. Masalah tenaga kerja di Indonesia ter- letak pada keadaan pengang- guran terbuka, yang tergolong paling tinggi di antara negara- negara Asia. Tetapi yang lebih buruk lagi adalah pengangguran terse- lubung, keadaan yang tidak berubah selama masa reformasi ini. Kondisi sosial ekonomi dari kaum pinggiran atau kaum informal ini tidak berubah. Bah- kan keadaannya semakin bu- ruk karena tidak ada kebijakan sistematis untuk mengatasi masalah pengangguran terse- lubung dan sekaligus masalah sektor informal yang semakin meningkat jumlahnya. Seperti sejak masa Orde Baru, eksistensi sektor informal sa- ngat signikan sehingga jelas terlihat bahwa pelaku ekonomi di pinggiran ini masih meru- pakah kelompok terbesar di ne- geri ini. Nasibnya tidak banyak berubah meskipun Indonesia diklaim sebagai negara sedang berkembang dengan pertum- buhan ekonomi yang baik dan bakal menjadi kelompok ekonomi yang besar di dunia. Perubahan dan perbaikan ekonomi sesungguhnya hanya terjadi pada golongan mene- ngah dan atas, seperti tecermin pada pertumbuhan ekonomi selama ini. Tetapi pada saat yang sama golongan bawah dan sektor informal ini tetap tidak berubah dan mengalami stagnasi, bahkan jumlahnya semakin besar. Selama ini ne- gara menyentuhnya dengan kebijakan instan, yang tidak mengubah apa-apa, kecuali keadaannya bergeser sedikit di atas garis kemiskinan yang naif itu. Pasar sudah berjalan dengan baik, tetapi negara ti- dak memainkan peranannya secara signikan untuk mengu- bah keadaan golongan informal pinggiran ini. Golongan pinggiran ini se- makin tersisih karena kebijakan ekonomi yang liberal dipraktik- kan secara gamblang oleh pe- merintah, tanpa perlindungan yang memadai. Persaingan yang mengintensifkan peranan pasar, pada saat yang sama me- matikan dan membunuh peran usaha kecil dan menengah dan sekaligus meningkatkan aktivi- tas sektor informal. Semestinya, sejalan dengan Indonesia menjadi ekonomi yang maju, sektor informal menyusut peranannya. Tetapi di tengah pertumbuhan dan ekonomi yang terus berkem- bang, sektor informal justru bertambah besar. Transformasi golongan informal pinggiran untuk naik kelas menjadi sektor formal tidak terjadi sehingga sektor informal tetap berada di dalam kubangan kemiskinan, pendapatan dan produktivitas rendah, dan kekumuhan. Selama ini sektor informal dipuji sebagai penyangga ekonomi di kala krisis, tahan terhadap krisis, serta diandal- kan sebagai penyerap tenaga kerja. Tetapi jika keadaannya tidak berubah, sektor ini se- sungguhnya lebih merupakan jebakan involutif dari kega- galan negara dalam kebijakan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi lebih merupakan cermin dari gerak mekanisme pasar. Tetapi peranan negara sesungguhnya sudah gagal un- tuk mengubah sektor informal menjadi sektor formal yang lebih sejahtera. Golongan bawah mengalami stagnasi nasib dan tidak naik kelas di zaman demokrasi mo- dern sekarang ini. Inilah keadaan yang sesungguhnya sehingga tidak aneh jika banyak bermun- culan penyakit sosial tambahan, seperti radikalisme, maraknya kaum sempalan, dan kasus NII yang merisaukan. Kegagalan peranan negara menyebabkan penyakit sosial tersebut terus- menerus bermunculan tanpa jeda dari waktu ke waktu. Pengadilan Perberat Vonis Gayus Tambunan Politik Ekonomi Kaum Informal Kalau ini terjadi, akan memengaruhi pendapatan negara dari sektor pajak.” Achmad Sobari Juru bicara PT DKI Jakarta DITUNTUT 5 TAHUN PENJARA: Terdakwa kasus percobaan suap kepada pimpinan KPK Ary Muladi tertunduk ketika mendengarkan kuasa hukumnya sebelum sidang di Pengadilan Tipikor, Jakarta, kemarin. Ary Muladi dituntut 5 tahun penjara dengan denda Rp200 juta. MI/M IRFAN 2 RABU, 4 MEI 2011 P OL KAM MI/AGUS M Didik J Rachbini Ekonom

Upload: trinhque

Post on 25-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kena BatunyaMUNGKIN para menteri KIB II baru akan sadar jika ada anggota keluarganya yang kena atau masuk jaringan NII, semoga saja....

Chairul Ihsan

Tidak Ada KeadilanHIDUP di zaman sekarang benar-benar susah membedakan mana lawan dan mana kawan. Lawan bisa menjadi kawan ketika ada sebuah kepentingan. Kawan bisa menjadi lawan ketika kawan sudah tidak lagi taat pada kita.

Silvy Dewi Anggraini

Para Penguasa Jangan Asal BicaraSUASANA akan semakin keruh kalau yang merasa mengaku elite bangsa ramai-ramai mengeluarkan pernyataan yang menurut intelektual tidak etis dikeluarkan di media. Pokoknya jangan asal cuap, Bung!

M Rahmat

Fungsi dan Tugas sesuai AmanahYANG perlu diingat oleh pemerintah dan semua petinggi negara ini adalah bahwa mereka dipilih dan dipercaya menjalankan fungsi dan tugas yang diamanahkan rakyat, untuk meningkatkan kemakmuran dan martabat nusa dan negara ini. Fungsi dan tugas tersebut yang utama adalah melindungi dan melayani rakyat agar selalu merasa aman dan nyaman dalam hidup sebagai warga negara ini. Harus mereka sadari, bahwa tidak ada negara dan petinggi-petinggi, tanpa rakyat.

Kahar Zakir

RevolusiSUDAHLAH kita (rakyat) sudah tahu semua tuh. Sekarang kem-bali kepada rakyat, mau direvolusi atau dibiarin?

Ardi Krisbyanto

Pantas Adem AyemWOW, kalau benar ini berita, berarti pemerintah setuju dong negara ini ganti nama jadi NII? Pastinya Pancasila sila pertama dihapus dong!Pantas ya, negara seakan adem ayem dengan sepak terjang NII. Malah dikatakan NII belum mengancam negara kita, padahal sudah banyak warganya yang ngilang tak berbekas. Hancur bangsaku!

Mei Dewi Sari

ANEH bin ajaib bila pemerintah RI, sebagaimana sikap Men-teri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, menganggap remeh Negara Islam Indonesia (NII). Pasalnya, gerakan NII sudah mulai masuk ke hampir semua lini kehidupan.

Setelah masuk ke kampus dan birokrasi, kini NII pun tak mau kalah melebarkan sayap masuk partai politik. Pengakuan NII masuk parpol disampaikan mantan Menteri Peningkatan Pro-duksi NII Imam Supriyanto. Adapun parpol yang dimasuki NII di antaranya Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Repub-likan.

Berbagai tanggapan pembaca disampaikan melalui www.me-diaindonesia.com, Facebook Harian Umum Media Indonesia, dan [email protected]. Berikut petikannya.

PENGANTAR

Interupsi

PODIUM

Selengkapnya di mediaindonesia.com

Pemerintah JanganAsal Cuap

ANTARA/ARI BOWO SUCIPTONURULIA JUWITA SARI

NEGARA Islam Indo-nesia (NII) sudah masuk ke hampir semua lini, seperti

kampus, birokrasi, dan parpol. Bahkan, sejumlah elite politik diduga memiliki kedekatan dengan Panji Gumilang yang diduga sebagai pemimpin NII Komandemen Wilayah (KW) IX.

Politisi Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) Effendy Choirie di Jakarta, kemarin, menyebut nama Ketua Umum Partai Hanura Wiranto sebagai con-toh yang memiliki hubungan dengan Panji Gumilang yang juga pemimpin Pondok Pesant-ren Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat.

“Kita harus melihat fakta, Al-Zaytun pernah memberi du-kungan politik bagi calon pre-siden waktu itu Pak Wiranto,” kata Effendy.

Pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2004, tempat pemu-ngutan suara (TPS) Al-Zaytun dimenangi pasangan Wiranto dan Salahuddin Wahid yang diajukan Partai Golkar.

“Saya usulkan ke DPR agar Pak Wiranto bisa diundang ke Komisi I DPR untuk men-jelaskan kedekatan dengan mereka. Tokoh-tokoh lama itu

harus diundang semua,” ujar Effendy.

Selain Wiranto, Effendy me-nyebut mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendro-priyono dan Panji Gumilang perlu memberi penjelasan di Komisi I DPR.

Ketua DPP Partai Hanura Yuddy Chrisnandy membantah tuduhan itu. “Soal tuduhan Wiranto dekat dengan NII ka-rena menang di Al-Zaytun, itu pernyataan yang tendensius, tidak objektif. Itu kampungan,” kata Yuddy.

Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso meng-aku terkejut mengetahui Panji Gumilang adalah pemimpin NII KW IX. Oleh karena itu, dia menginstruksikan Partai Golkar menjaga jarak dengan Pondok Pesantren Al-Zaytun. “Kalau partai politik lain mela-kukan penggalangan massa ke

Pondok Pesantren Al-Zaytun silakan saja,” kata Priyo.

Ia mengaku mengetahui hal itu saat bertemu dengan mantan Menteri Peningkatan Produksi NII Imam Supriyanto. Imam-lah yang mengungkap NII telah masuk ke sejumlah parpol, yakni Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Republikan.

Imam mengakui sejumlah elite politik dan parpol pernah memberi sumbangan cukup besar bagi Al-Zaytun, termasuk Partai Demokrat.

Anggota F-PD DPR Her-man Khaeron menjelaskan, kunjungan dan sumbangan dari Partai Demokrat hanya didasarkan silaturahim dan keingintahuan tentang Al-Zaytun. “Kami tidak punya sejarah atau hubungan. Justru partai lain yang punya sejarah panjang,” terangnya.

Bawah tanahMenteri Agama Suryadhar-

ma Ali menegaskan, terlalu dini bagi pemerintah untuk menyatakan pembubaran NII. “Bagaimana mau bubarkan, ini kan gerakan di bawah tanah dan tidak berbadan hukum res-mi dan mendapat pengakuan dari pemerintah,” jelasnya.

Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Letjen (purn) Kiki Syahnakri menilai NII sebagai gerakan makar.

“Seharusnya sudah dinyata-kan itu gerakan makar, keluar dari UUD 1945. Seharusnya pemerintah menyatakan ini di-larang. Tidak perlu menunggu ancaman menjadi besar,” ce-tusnya di sela-sela kunjungan kerja DPP Pepabri ke Akademi Kepolisian di Semarang, Jawa Tengah. (*/Ant/P-1)

[email protected]

Elite Politik DisebutDekat dengan Pemimpin NII Pemerintah seharusnya tidak ragu melarang segala sesuatu yang nyata-nyata makar dan keluar dari UUD 1945.

PENGADILAN Tinggi DKI Ja-karta memutuskan untuk mem-perberat hukuman terdakwa kasus mafi a pajak Gayus Tam-bunan, dari 7 tahun menjadi 10 tahun penjara. Pasalnya, prak-tik mafi a pajak yang dilakukan terdakwa Gayus Tambunan dikhawatirkan menimbulkan citra buruk terhadap instansi pajak.

“Dengan adanya putusan perkara kasus ini, dikhawa-tir kan wajib pajak tidak mau membayar pajak. Kalau ini ter-jadi, akan memengaruhi penda-patan negara dari sektor pajak,” ungkap juru bicara Pengadilan

Tinggi DKI Jakarta Achmad Sobari ketika dihubungi di Ja-karta, kemarin.

Achmad memaparkan, ber-dasarkan fakta di pengadilan, Gayus bersama pejabat Ditjen Pajak telah melakukan pe-nelitian dengan tidak cermat secara menyeluruh terhadap wajib pajak PT SAT yang ak-hirnya permohonan tersebut dikabulkan dengan SK di Ditjen Pajak.

Maka, dengan dikabulkan-nya permohonan itu, kon-sekuensinya mereka harus mengembalikan uang kele-bihan yang pernah disetorkan

dan ditambah bunganya sejum-lah Rp570,9 juta.

Menurut Achmad, alasan lain hakim memperberat vonis karena mantan pegawai Ditjen Pajak Kementerian Keuangan itu telah melakukan empat tindak pidana, yakni mafia

pajak, pencucian uang, kabur dari penjara, dan pemalsuan paspor.

Dari keempatnya, yang su-dah divonis baru satu kasus, yakni mafi a pajak. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang diketuai hakim Albertina Ho menjatuhkan vonis 7 tahun penjara dan denda Rp300 juta, pada 19 Januari 2011. Vonis itu lebih ringan ketimbang tuntutan jaksa yakni 20 tahun penjara.

Achmad mengatakan lima hakim yang menangani ban-ding perkara Gayus diketuai Rosdarmani. Gayus dikenai

empat pasal dalam kasus itu. Dihubungi terpisah, Kepala

Kejaksaan Negeri Jakarta Sela-tan M Yusuf mengaku, belum mendapatkan putusan tingkat banding itu.

Sementara itu, kemarin, ter-sangka kasus dugaan perco-baan suap terhadap pimpinan dan penyidik Komisi Pember-antasan Korupsi (KPK) Ary Muladi dituntut lima tahun penjara, dalam sidang di Pen-gadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).

Ary juga dikenai denda sebe-sar Rp200 juta subsider enam bulan kurungan. (*/P-4)

PERTUMBUHAN ekono-mi nasional, tidak ada yang mengingkari, me-

mang meningkat, tetapi masih tergolong paling rendah jika dibandingkan dengan negara Asia lainnya, se perti Singapura, Malaysia, dan China. Pertum-buhan ekonomi Indonesia tidak bisa setara de ngan negara lain di sekitarnya karena sektor utama yang tradable menga-lami pertumbuhan rendah. Pertumbuh an yang dianggap lumayan tersebut ditopang oleh sektor, yang nontradable.

Secara keseluruhan sektor industri bertumbuh sangat rendah selama beberapa ta-hun terakhir ini. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerjanya negatif. Ini berarti bahwa sektor industri bukan hanya tidak me-nyerap tenaga kerja baru, tetapi justru memuntahkan dan me-

lemparkan tenaga kerja keluar menjadi penganggur terbuka atau setengah pengangguran masuk ke sektor informal.

Pengangguran terbuka me-mang menurun sangat tipis, tetapi indikator tersebut masih merupakan keadaan terburuk bila dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, apalagi Asia Timur. Masalah tena ga kerja di Indonesia ter-letak pada keadaan pengang-guran terbuka, yang tergolong paling tinggi di antara negara-negara Asia.

Tetapi yang lebih buruk lagi adalah pengangguran terse-lubung, keadaan yang tidak berubah selama masa reformasi ini. Kondisi sosial ekonomi dari kaum pinggiran atau kaum informal ini tidak berubah. Bah-kan keadaannya semakin bu-ruk karena tidak ada kebijakan

sistematis untuk mengatasi masalah pengangguran terse-lubung dan sekaligus masalah sektor informal yang semakin meningkat jumlahnya.

Seperti sejak masa Orde Baru, eksistensi sektor informal sa-ngat signifi kan sehingga jelas terlihat bahwa pelaku ekonomi di pinggiran ini masih meru-pakah kelompok terbesar di ne-geri ini. Nasibnya tidak banyak berubah meskipun Indonesia diklaim sebagai negara sedang berkembang dengan pertum-buhan ekonomi yang baik dan bakal menjadi kelompok ekonomi yang besar di dunia.

Perubahan dan perbaikan ekonomi sesungguhnya hanya terjadi pada golongan mene-

ngah dan atas, seperti tecermin pada pertumbuhan ekonomi selama ini. Tetapi pada saat yang sama golongan bawah dan sektor informal ini tetap tidak berubah dan mengalami stagnasi, bahkan jumlahnya

semakin besar. Selama ini ne-gara menyentuhnya dengan kebijakan instan, yang tidak mengubah apa-apa, kecuali keadaannya bergeser sedikit di atas garis kemiskinan yang naif itu. Pasar sudah berjalan dengan baik, tetapi negara ti-dak memainkan peranannya secara signifi kan untuk mengu-bah keadaan golongan informal pinggiran ini.

Golongan pinggiran ini se-makin tersisih karena kebijakan ekonomi yang liberal dipraktik-kan secara gamblang oleh pe-merintah, tanpa perlindungan yang memadai. Persaingan yang mengintensifkan peranan pasar, pada saat yang sama me-matikan dan membunuh peran

usaha kecil dan menengah dan sekaligus meningkatkan aktivi-tas sektor informal.

Semestinya, sejalan dengan Indonesia menjadi ekonomi yang maju, sektor informal menyusut peranannya. Tetapi di tengah pertumbuhan dan ekonomi yang terus berkem-bang, sektor informal justru bertambah besar. Transformasi golongan informal pinggiran untuk naik kelas menjadi sektor formal tidak terjadi sehingga sektor informal tetap berada di dalam kubangan kemiskinan, pendapatan dan produktivitas rendah, dan kekumuhan.

Selama ini sektor informal dipuji sebagai penyangga ekonomi di kala krisis, tahan terhadap krisis, serta diandal-kan sebagai penyerap tenaga kerja. Tetapi jika keadaannya tidak berubah, sektor ini se-

sungguhnya lebih merupakan jebakan involutif dari kega-galan negara dalam kebijakan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi lebih merupakan cermin dari gerak mekanisme pasar. Tetapi peran an negara sesungguhnya sudah gagal un-tuk mengubah sektor informal menjadi sektor formal yang lebih sejahtera.

Go lo ng an bawah mengalami stagnasi nasib dan tidak naik kelas di zaman demokrasi mo-dern sekarang ini. Inilah keadaan yang sesungguhnya sehingga tidak aneh jika banyak bermun-culan penyakit sosial tambahan, seperti radikalisme, maraknya kaum sempalan, dan kasus NII yang merisaukan. Kegagalan peranan negara menyebabkan penyakit sosial tersebut terus-menerus bermunculan tanpa jeda dari waktu ke waktu.

Pengadilan Perberat Vonis Gayus Tambunan

Politik Ekonomi Kaum Informal

Kalau ini terjadi, akan memengaruhi

pendapatan negara dari sektor pajak.”

Achmad SobariJuru bicara PT DKI Jakarta

DITUNTUT 5 TAHUN PENJARA: Terdakwa kasus percobaan suap kepada pimpinan KPK Ary Muladi tertunduk ketika mendengarkan kuasa hukumnya sebelum sidang di Pengadilan Tipikor, Jakarta, kemarin. Ary Muladi dituntut 5 tahun penjara dengan denda Rp200 juta.

MI/M IRFAN

2 RABU, 4 MEI 2011POLKAM

MI/AGUS M

Didik J RachbiniEkonom