pola komunikasi politisi dalam perilaku...
TRANSCRIPT
POLA KOMUNIKASI POLITISI DALAM PERILAKU
KORUPSI DI LEMBAGA LEGISLATIF
( Studi Kasus Pola Komunikasi Angelina Sondakh )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi syarat meraih gelar
Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
DIDIK SETIAWAN
NIM: 208051000024
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
Nama
NIM
Jurusan
Fakultas
Alamat
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Didik Setiawan
20805 100024
Komunikasi Penyiaran Islam
Dakwah Dan Komunikasi
Jl. Fatmawati Raya, Ds. Praguman Rt.03 Rw.05, Kec. Tuntang,
Kab. Semarang - Jawa Tengah.
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Pola Komunikasi Politisi Dalam Perilaku
Korupsi Di Lembaga Legislatif ( Studi Kasus Pola Komunikasi Angelina
Sondakh ) adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama Pembimbing : Rubiyanah, MA
NIP :197308221998032001
Dengan surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya siap
menerima segala konsekuensinya apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil
karya sendiri.
Jakarta, 30 September 2014
Yang Menyatakan
Didik Setiawan
PENGES,dIIAN PANITIA UJIAI$
Skripsi yang berjudul poLA KOMLTNIKASI POLITISI DALAM PERILAKU
KORITPSI DI LEMBAGA LEGISLATIF (studi Kasus pola Komunikasi
Angelina sondakh) telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Irmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Iakarta pada tangal 30
September 2014. Skripsi initelah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
J akarta, 30 Septemb er 2A I 4.
Sidang Munaqasyah
KetuaMerangka ta
NIP" 61129200912 I 001
Penguji
i. MANIP 97611292A0912 1 001
isMerangkapAnggota
Pembimbing
1983061020a9122A01
197108161
ffinRubivai1973082NIP. 1998032001
POLA KOMUNIKASI POLITISI DALAM PERILAKUKORUPSI DI LEMBAGA LEGISLATIF
( Studi Kasus Pola Komunikasi Angelina Sondakh )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dalrwah dan IImu Komunikasi Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi syarat meraih gelar
Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
OIeh
DIDIK SETIAWAN
NrM 208051000024
Di bawah bimbingano
2 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
F'AKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ii
ABSTRAK
Pola Komunikasi Politisi Dalam Perilaku Korupsi Di Lembaga Legislatif (
Studi Kasus Pola Komunikasi Angelina Sondakh )
korupsi di Indonesia sekarang ini di lakukan dengan berbagai cara serta
memiliki motif tersendiri dari cara bertransaksi dan berkomunikasi. Korupsi
disebut sebagai extraordinary crime (kejahatan luar biasa), Sehingga menuntut
penanganan yang luar biasa.
Salah satu kasus korupsi yang menggunakan berbagai strategi dan pola
komunikasi di luar kebiasaan umum adalah kasus korupsi Angelina Sondakh.
Pemakaian istilah-istilah tertentu yang memiliki tujuan agar orang lain tidak
mengetahui dan tidak memahami maksud di balik istilah-istilah tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka pada kasus korupsi yang digunakan
oleh Angelina Sondakh dalam melakukan tindak pidana korupsi di komisi X.
Sehingga timbul pertanyaan Bagaimana pola Komunikasi yang di lakukan
Angelina Sondakh dalam perilaku korupsi di lembaga Legislatif ?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif analisis dan studi kasus, bermaksud meneliti serta menemukan
informasi yang seluas-luasnya dari observasi, wawancara maupun pengumpulan
data secara komprehensif dengan tujuan memperoleh pemahaman secara
mendalam.
Menguji teori Richard Fagen Pola komunikasi politik adalah suatu
aktivitas komunikasi yang membawa konsekuensi-konsekuensi politik baik yang
aktual maupun yang potensial di dalam suatu sistem politik yang ada. Menurut
Teori konvergensi simbolik Dalam teori ini, Ernest G. Bormann (1990:106)
mengartikan istilah konvergensi sebagai suatu cara dimana dunia simbolik
pribadi dari dua atau lebih individu menjadi saling bertemu, saling mendekati
kemudian saling berhimpitan. Sedangkan istilah simbolik sendiri terkait dengan
kecenderungan manusia untuk memberikan penafsiran dan menanamkan makna
kepada berbagai lambang, tanda, kejadian yang tengah dialami.
Peneliti menemukan bahwa jaringan komunikasi yang di gunakan oleh
Angelina sondakh adalah jaringan komunikasi roda yaitu seorang pemimpin yang
menjadi fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan seluruh anggota kelompok,
tetapi setiap anggota kelompok hanya dapat berhubungan dengan pemimpinnya.
Pemakaian bahasa simbolik yang dilakukan oleh Angelina sondakh dalam
melakukan tindak pidana korupsi dilakukan dengan memberikan makna simbolik
terhadap kata atau bahasa. Sebagai contoh temuan peneliti dalam percakapan
adalah “Tp apel washington ya bu” “1 kilo dulu ya bu. Krn stock ku habis.
Diusahakan sebelum selesai istirahat sdh ada”. Dalam hal ini terbukti Angelina
sondakh menjadi pemimpin atau otak yang mengatur bagaimana pola
komunikasinya terhadap Mindo Rosalina manulang yang mengarahkan bahwa
maksud dari apel Washington adalah uang dollar Amerika. Sehingga peneliti
menilai komunikasi yang di gunakan Angelina soundakh cukup terstruktur,
sistematis dan terorganisir.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan mengucapkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah
SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dimulai dengan
bacaan basmallah penulis memulai mengerjakan skripsi ini, dan diakhiri dengan
bacaan hamdalah penulis mengakhiri penulisan skripsi ini.
Proses penulisan skripsi ini ternyata tidak semudah yang penulis bayangkan
sebelumnya. Dalam perjalanannya, begitu banyak hal yang penulis belum tahu
sebelumnya, penulis ketahui saat melakukan penulisan skripsi ini. Memang ilmu
Allah Maha Luas, manusia hanya mengetahui sedikit dari kemahaluasan ilmu
tersebut.
Rintangan dan ujian serta berkah yang ada saat penulis melakukan penulisan
skripsi ini, alhamdulillah dapat penulis lalui. Begitu banyak pelajaran dan hikmah
yang berharga yang penulis dapatkan.
Terdapat begitu banyak pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian
skripsi ini. Dalam lembar ini, penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Dr. Arif Subhan, M.Ag., Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Rachmat Baihaky, MA Kajur Komunikasi Penyiaran Islam serta Ibu Fita
Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
v
3. Rubiyanah, MA., selaku pembimbing yang tidak pernah lelah dalam memberikan
bimbingan kepada penulis. Segala kesabaran dalam menunjukkan kesalahan
penulisan maupun pengetikan mungkin tidak ternilai harganya. Penulis hanya bisa
berdoa, semoga apa yang Ibu berikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah
SWT, dan merupakan nilai ibadah di sisi-Nya.
4. Ibu Hj. Musfirah Nurlaili, MA. yang selalu memberikan semangat dan
mengingatkan serta membantu segala informasi administrasi.
5. Orang tua penulis, Bapak Pariman yang menjadi motivasi serta semangat. Juga
Ibu Samsiah yang selalu mendo’akan serta kakak Sri wati dan adik-adikku
Gunarti dan Titik Safila yang selalu jadi penyemangat
6. Siti Aisyah S.Kom.i yang selalu mengingatkan selalu makan, sholat, kesehatan
dan istirahat, sampai mana pengerjaanya dll. Serta selalu memberi semangat.
7. Bapak Marzuki Ali serta stafnya Bang Sony yang menyempatkan diri untuk kita
bisa selalu berdiskusi.
8. Pak Gun Gun Heriyanto yang, Ibu Selina Gita yang masih menyempatkan waktu
untuk wawancara, serta Bapak Susno Duadji, Nanan Sukarna, Sri Rachma
Candrawati, Hilaludin safari serta seluruh Tim Setara Institute for democrazy and
peace yang menjadikan ispirasi.
9. Seluruh sahabat-sahabat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Komisariat Fakultas Dakwah Dan Komunikasi (KOMFAKDA) serta para
MABINKOM.
vi
10. Seluruh sahabat-sahabati KPI Non Reguler yang selalu menyemangati dan
mengingatkan batas ahir kuliah angkatan 2008.
11. Tim Lanscape Production, Mukti Setia, Rumah Koalisi, Perempuan Indonesia
Hebat yang selalu menjadi sumber jaringan dan komunikasi.
Akhirnya, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
kemajuan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis yakin bahwa skripsi ini jauh dari
sempurna. Semoga skripsi ini dapat memberikan tambahan literatur yang berguna
bagi semua pihak serta menambah khazanah keilmuan, khususnya bidang dakwah
dan komunikasi.
Jakarta, 2 September 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan dan perumusan masalah .......................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 5
D. Metodologi Penelitian ................................................................. 6
E. Sistematika penulisan .................................................................. 9
BAB II KERANGKA TEORI
A. Komunikasi ................................................................................. 10
1. Pengertian Komunikasi ......................................................... 10
2. Unsur-unsur Komunikasi ...................................................... 12
3. Pola Komunikasi ................................................................... 16
4. KomunikasiPolitik ................................................................. 29
5. Teori Konvergensi Simbolik ................................................. 32
B. Korupsi ........................................................................................ 36
1. Pengertian Korupsi ................................................................ 36
2. Faktor-faktor Penyebab Korupsi ........................................... 38
3. Korupsi dalam Islam ............................................................. 41
vii
BAB III GAMBARAN SINGKAT LEMBAGA LEGISLATIF DAN
PELAKU KORUPSI
A. Profil Lembaga Legislatif Komisi X (Sepuluh) .......................... 49
B. Profil Pelaku Korupsi Angelina Sondakh ................................... 51
BAB IV KOMUNIKASI POLITISI DALAM MELAKUKAN
TINDAKAN KORUPSI
A. Pemakaian Istilah-Istilah tertentu dalam Kasus Korupsi
Angelina Sondakh ...................................................................... 55
1. Pemakaian Istilah tertentu dalam Kasus Korupsi Proyek
Universitas ............................................................................. 55
2. Motif Pemakaian Istilah ........................................................ 68
B. Analisis...................................................................................... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 83
B. Saran-saran ................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perilaku korupsi di Indonesia sekarang ini banyak di lakukan dengan
berbagai macam cara serta memiliki motif tersendiri dalam menjalankanya.
Korupsi disebut sebagai extraordinary crime (kejahatan luar biasa), sehingga
menuntut penanganan yang luar biasa. Mengingat para pelaku korupsi
menggunakan berbagai cara, strategi, komunikasi, di luar kebiasaan
masyarakat pada umumnya. Pemakaian istilah-istilah atau sandi-sandi
tertentu untuk menyebut istilah tertentu, merupakan salah satu indikasi yang
menunjukkan bahwa dalam perilaku korupsi, terdapat beberapa perilaku yang
tidak biasa. Penggunaan komunikasi yang tidak biasa ini tentu ditujukan agar
orang lain yang tidak terlibat dengan tindakan korupsi tersebut tidak
mengetahui dan tidak memahami maksud di balik istilah-istilah tersebut.
Pembicaraan tentang korupsi seakan tidak ada putus-putusnya.
Fenomena ini memang sangat menarik untuk dikaji, apalagi dalam situasi
seperti sekarang ini, Dimana ada indikasi yang mencerminkan
ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah. Tuntutan akan pemerintahan
yang bersih semakin keras, menyusul krisis ekonomi akhir-akhir ini. Hal ini
sungguh masuk akal, sebab kekacauan ekonomi saat ini merupakan ekses dari
buruknya kinerja pemerintahan di Indonesia dan praktek korupsi inilah yang
menjadi akar masalah.1
1 Adrian Sutendi. Hukum Keuangan Negara, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, h.189
2
Basrief Arief menyatakan bahwa meningkatnya aktivitas tindak
pidana korupsi yang tidak terkendali, tidak saja akan berdampak terhadap
kehidupan nasional, tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara
pada umumnya. Oleh karena itu, tindak pidana korupsi tidak lagi dapat
digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan
luar biasa. Metode konvensional yang selama ini digunakan terbukti tidak
bisa menyelesaikan persoalan korupsi yang ada di masyarakat, maka
penanganannya pun juga harus menggunakan cara-cara luar biasa.2
Korupsi Berasal dari kata corruption dalam bahasa latin yang berarti
kerusakan atau kebobrokan.3 Robert Klitgarrd, mendefinisikan korupsi
sebagai perbuatan seseorang yang dilakukan secara tidak halal dengan
meletakkan kepentingan pribadinya di atas kepentingan rakyat serta cita-cita,
menurut sumpah akan dilayaninya, dengan ,menggunakan instrumen-
instrumen kebijakan atau prosedur-prosedur sederhana, baik di sektor swasta
maupun pemerintahan.4
Korupsi telah merayap dan menyelinap dalam berbagai bentuk, atau
modus operandi sehingga menggerogoti keuangan negara, perekonomian
negara dan merugikan kepentingan masyarakat.5 Berbagai kasus yang
menimpa para penyelenggara negara (eksekutif) terkait korupsi, menjadi
pertanda bahwa kasus korupsi sudah mulai menyebar dalam organ-organ
2 Basrief Arief, Korupsi dan Upaya Penegakan Hukum (Kapita Selekta), Jakarta: PT.
Adika Remaja Indonesia: 2006, hal. 87 3 Elwi Danil, Korupsi: Konsep, tindak Pidana dan Pembahasannya, PT. Raja
GrafindoPersada, Jakarta, 2011, hal.3 4 Robert Klidgard, Membasmi Korupsi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001, hal. xix
5 Andi Hamzah, Korupsi Di Indonesia Masalah dan Pemecahannya. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1991, hal. 2.
3
pemerintahan. Tidak terkecuali juga dengan lembaga-lembaga lainnya, seperti
lembaga yudikatif dan legislatif.
Masyarakat pengguna bahasa korupsi tidak seperti masyarakat bahasa
umumnya. Mereka tidak berada dalam satu wilayah geografis dan demografis
tertentu atau berkumpul dalam komunitas. Pengguna bahasa korupsi bersifat
individual, seolah-olah sulit dicari tapi ada di mana-mana. Karakteristik
"bahasa korupsi" mencangkup keterlibatan aparat pemerintah, terkadang
"menjual" nama pejabat, pintar bersandiwara, menggunakan aneka istilah,
penuh kehati-hatian, kesantunan dalam berbahasa, menguasai aneka aturan,
memanfaatkan insan media, berkaitan dengan momen tertentu.6
Menurut Gun Gun Heryanto, salah satu penyebab terpolanya tindakan
korup di antara para politikus, karena memang mereka berpolitik dalam
logika ekonomi. Mereka menginvestasikan uang yang luar biasa banyak,
misalnya dalam Pencalegan, lantas mereka menjadikan jabatan yang mereka
punya sebagai kerja pengembalian modal plus keuntungannya.7 Dengan kata
lain, apa yang dilakukan oleh para politisi dalam tindak pidana korupsi tidak
berbeda dengan pengusaha atau pedagang yang selalu berhitung untung rugi
dalam setiap aktivitas ekonominya.
Dalam kasus korupsi yang menjerat Angelina Sondakh, pemakaian
istilah „apel Washington‟ dua pikulan untuk merujuk pada uang dolar
Amerika, serta penggunaan „apel malang‟ untuk merujuk uang rupiah
6 "Bahasa Korupsi" Gunakan Komunikasi Konteks Tinggi”, pikiran-rakyat.com, 23 Juli
2013, artikel diakses dari http://www.pikiran-rakyat.com/node/245032, diunduh pada tanggal 26
Juli 2013 7 Korupsi, Buah Berpolitik dengan Logika Ekonomi”, okezone.com, 23 April 2013, diakses
dari http://news.okezone.com/read/2013/04/23/339/796034/redirect, diunduh pada tanggal 28 Juli
2013
4
Indonesia, kini diketahui oleh masyarakat. Sebelum kasus ini terbongkar,
tentu tidak banyak yang tahu maksud dari penggunaan istilah tersebut.
Pemakaian istilah-istilah yang hanya dipakai oleh kalangan tertentu sudah
berlangsung sejak lama dan terjadi di berbagai strata, golongan, dan profesi
masyarakat. Seperti misalnya di kalangan pekerja salon, mahasiswa, dokter,
arsitek, bahkan di kalangan para pencopet atau perampok. Mereka masing-
masing memiliki istilah-istilah tersendiri dalam rangka untuk menjaga
eksklusivitas dan kerahasiaan informasi yang mereka miliki.
Semasa orde baru korupsi dilakukan oleh orang-orang di sekitar
pemegang kekuasaan. Kecenderungan sekarang melebar ke lembaga-lembaga
legislatif dari tingkat daerah/kota propinsi hingga pusat, hampir semua
jabatan memerlukan pengesahan dari legislatif sudah punya tarif.8
Dalam skripsi ini penulis bermaksud untuk meneliti fenomena
pemakaian istilah-istilah tertentu dalam komunikasi para pelaku tindak pidana
korupsi, dalam rangka untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang
lebih mendalam. Dengan harapan, hal tersebut dapat dijadikan pelajaran dan
pemahaman bagi penulis sendiri, serta masyarakat pada umumnya, terkait
dengan pola komunikasi yang dipakai oleh para pelaku korupsi.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis melakukan
penelitian dengan judul “Pola Komunikasi Politisai Dalam Perilaku
Korupsi Di Lembaga Legislative ( Studi Kasus Pola Komunikasi
Angelina Sondakh)”.
8 Leden Marpaung, Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan, Jakarta:
Djambatan, 2001, h. 27
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah pada penelitian ini,
Difokuskan hanya pada Pola Komunikasi Perilaku Korupsi Angelina
Sondakh Di Lembaga Legislatif, dengan mengambil beberapa contoh unsur
komunikasi simbolis di Komisi X Periode 2009-2014.
Mengingat begitu luasnya cakupan dan bidang-bidang yang ditangani
oleh masing-masing komisi di DPR, dalam penelitian ini penulis membatasi
lembaga legislatif pada Komisi X yang meliputi pendidikan, pemuda,
olahraga, pariwisata, keseniaan dan kebudayaan terkait korupsi pembangunan
sarana olahraga berupa Wisma Atlet di Palembang.
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, penelitian ini akan
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana Pola Komunikasi yang di lakukan Angelina sondakh dalam
perilaku korupsi di lembaga Legislatif ?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui kasus korupsi yang memiliki pola komunikasi
simbolis.
b. Untuk mendapatkan gambaran, bagaimana komunikasi dilakukan di
antara para pelaku korupsi di lembaga legislatif.
c. Untuk mengetahui motif penggunaan komunikasi tertentu dari
Angelina sondakh dalam korupsi di lembaga legislatif.
6
2. Manfaat penelitian
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan manfaat,
yaitu :
a. Sebagai pengetahuan bagi masyarakat secara umum, serta bagi
penulis secara khusus tentang pola komunikasi perilaku korupsi
Angelina soundakh di lembaga legislatif.
b. Untuk menambah wawasan tentang pola komunikasi, sehingga dapat
berguna di kemudian hari.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-analitis, yaitu
pengumpulan fakta melalui interprestasi yang tepat dan di tujukkan untuk
mempelajari permasalahan yang timbul dalam masyarakat dan situasi
tertentu.
Yang fungsinya untuk memberikan gambaran umum tentang data yang
diperoleh dan menitik beratkan pada observasi serta suasana alamiah
(natural setting), peneliti bertindak sebagai pengamat.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
pendekatan kualitatif dengan studi kasus, di mana penelitian kualitatif
menekankan bahwa setiap temuan (sementara) dilandaskan pada data,
7
sehingga temuan itu semakin tersahihkan sebelum dinobatkan
sebagai teori.9 Sementara Studi Kasus merupakan metode pengumpulan
data secara komprehensif yang meliputi aspek fisik dan psikologis
individu dengan tujuan memperoleh pemahaman secara mendalam.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Sebuah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang
harus dikumpulkan dalam penelitian. Dalam subyek penelitian dengan
cara meminta hasil putusan sidang Angelina Sondakh ke pengadilan
Jakarta pusat.
b. Wawancara
Wawancara secara langsung dengan para informan yaitu Penulis
melakukan wawancara dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
komisi X Selina Gita serta ketua DPR Marzuki Ali untuk mendapatkan
gambaran dan pendapat mereka tentang perilaku korupsi yang ada di
lembaga parlemen. Serta dengan Gun Gun Heriyanto sebagai informan
ahli komunikasi politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
mendapatkan data tambahan.
c. Dokumentasi
Dalam proses pengumpulan data penulis mengumpulkan data
melalui catatan-catatan yang berkaitan dengan subjek penelitian.
Dokumentasi ini penulis mengambil dari buku-buku, majalah-majalah,
dan foto-foto yang penulis ambil saat observasi serta dokumen-
dokumen atau arsip yang berisi data-data yang berkaitan dengan
9 A. Chaidar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif; Dasar-dasar Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2002), Cet. Ke-1, hal. 102
8
subyek penelitian yang penulis dapat dari pengadilan negeri Jakarta
pusat. Semua ini penulis lakukan demi memperkuat dan mendukung
proses analisis data penelitian.
4. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian di pada tanggal 04 Februari sampai 05 Juni 2014
bertempat di Rumah DPR RI Widya candra III/10 Jakarta saat melakukan
wawancara kepada Marzuki Alie. Sedangkan pada saaat mewawancarai
selina Gita di lakukan di Jl. Pondok Hijau II No. 2 RT 005 RW 013
Pondok Indah, Jakarta Selatan, pada tanggal 23 April 2014. Serta Gun
Gun Heriyanto 05 Mei 2014 di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah.
5. Tehnik analisa data
Seluruh data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dan di
inpterprestasikan. Adapun metode yang di gunakan dalam menganalisa
data, peneliti menggunakan analisis deskriptif yakni berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Dimana peneliti mengungkapkan data dan fakta yang apa adanya secara
ilmiah tanpa sedikitpun mempengaruhi subjek ataupun objek penelitian.
6. Tehnik pengolahan data
Dalam pengolahan data, peneliti menggabungkan tiga proses
pengumpulan data dengan mengolah data hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi menjadi sebuah data yang bisa saling melengkapi sehingga
dapat di deskriptifkan.
9
7. Teknik Penulisan
Dalam menyusun penelitian ini, penulis menggunakan pedoman
penulisan karya ilmiyah yang berlaku di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Sistematika Penulisan
Dalam rangka untuk membuat penelitian ini lebih sistematis, penulis
akan menyajikannya dengan sistematika sebagai berikut;
BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini berisi latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II Kerangka Teori. Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori-
teori komunikasi yang berkaitan dengan tema penelitian. Adapun teori yang
dibahas adalah teori mengenai komunikasi dan teori mengenai korupsi.
BAB III Gambaran Singkat Lembaga Legislatif Komisi X dan pelaku
korupsi. Dalam bab ini penulis akan menguraikan Profil Lembaga Legislatif
Komisi X dan Profil pelaku korupsi.
BAB IV Hasil Penelitian. Dalam bab ini akan dianalisis Deskriptif
Pola Komunikasi Organisasi yang dilakukan oleh Angelina Sondakh; Pola
Komunikasi yang terjalin antara Angelina Sondakh dengan anggota yang di
bawahnya menggunakan teori-teori yang sudah diajukan.
BAB V Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran. Pada bab
ini penulis menyimpulkan seluruh data yang di peroleh dari penelitian dan
menyampaikan saran.
10
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris 'communication'
berasal dari bahasa Latin 'communicatio', dan bersumber dari kata
'communis' yang berarti 'sama'. Sama di sini maksudnya adalah 'sama
makna'.1
Komunikasi dalam bahasa Latin berasal dari kata Communicare,
artinya berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, perasaan,
gagasan, dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain
dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus balik (feed back).2
Sedangkan menurut kata sifatnya communes, communis, berarti
ihwal membagi kepentingan, keinginan, pengetahuan, dan gagasan. Jadi
communicare berarti pula dua orang atau lebih atau sistem yang bertindak
bersama, bertemu, berada bersama-sama baik secara langsung atau tatap
muka maupun melalui media atau saluran tertentu untuk berkomunikasi
antar pribadi membagi pengetahuan, pengalaman, pikiran, dan perasaan.3
Menurut istilah, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas
sifatnya mendasar, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus
mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Komunikasi
1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, (Bandung: Rosdakarya,
2001), Cet. Ke-14, h. 9 2 A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2001), h.35.
3 A. Muis, Komunikasi Islam, h.37.
11
tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga
harus persuasif agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau
keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain.
Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi dalam karyanya,
“Communication Research In The United States.” Menyatakan bahwa
komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh
komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni
paduan pengalaman dan pengertian (collection of experience and
meanings) yang pernah diperoleh komunikan.4
Di antara para ahli sosiologi, ahli psikologi dan ahli politik di
Amerika Serikat, yang menaruh minat pada perkembangan komunikasi
adalah Carl I. Hovland menyatakan bahwa komunikasi adalah “Suatu
proses melalui seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus
(biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau
membentuk perilaku orang lain (khalayak).”5
Lasswell mengatakan bahwa "Cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In
Which channel To Whom With What Effect."6
Lalu berdasarkan paradigma Lasswell yang dikutip oleh Onong
Uchjana, komunikasi adalah "Proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu".7
4 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, h. 13.
5 Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 14.
6 Sasa Djuarsa Senjaya,Ilmu Komunikasi, h. 14
7 Senjaya, Ilmu Komunikasi, h. 15
12
2. Unsur-Unsur Komunikasi
Dalam bahasan komunikasi, terdapat unsur-unsur komunikasi
sebagai berikut:
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat
ditransformasikan secara efektif, maka komunikasi dapat terjadi kalau
didukung oleh beberapa unsur yaitu adanya sumber, pesan, media,
penerima, dan efek(feedback).8
a. Sumber (Source)
Sumber atau sering juga disebut pengirim (sender), penyandi
(encoder), komunikator, pembicara (speaker) atau originator. Sumber
adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi, sumber sebagai dasar yang digunakan dalam
menyampaikan pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan
tersebut, sumber bisa berupa orang, lembaga, perusahaan, buku dan
dokumen.
8 Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Rajawali Press, 2004, h. 21
Pesan Media
Efek
Umpan balik/feed back
Komunikator (sumber)
Komunikan (penerima)
13
b. Pesan (message)
Pesan adalah sesuatu yang dikomunikasikan atau disampaikan
oleh pengirim (sumber) kepada penerima baik secara langsung ataupun
tidak langsung. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau
non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari
pengirim. Pesan terdiri dari beberapa bentuk yaitu:
1) Informatif; pesan ini bersifat memberikan keterangan-keterangan
yang kemudian dapat diambil kesimpulan dan keputusan oleh
komunikan.
2) Persuasif; yaitu pesan yang bersifat bujukan yakni membangkitkan
pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan
akan memberikan perubahan sikap (tanpa paksaan).
3) Instruktif/Koersif; yaitu pesan yang bersifat memaksa dengan
menggunakan sangsi-sangsi apabila tidak dilakukan9.
c. Media (channel)
Media atau saluran adalah alat untuk memindahkan atau
menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima. Saluran boleh jadi
merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima,
apakah saluran verbal atau non verbal. Pada dasarnya saluran
komunikasi manusia adalah dua saluran yakni cahaya dan suara,
meskipun kita bisa juga menggunakan kelima indera kita untuk
menerima pesan dari orang lain. Saluran juga merujuk pada cara
14
penyajian pesan, apakah langsung (tatap muka) atau lewat media cetak
(surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, televisi, telegram,
telepon). Pengirim pesan akan memilih saluran itu, tergantung pada
situasi, tujuan yang dikehendaki atau ingin dicapai dan jumlah
penerima pesan yang dihadapi komunikasi. Selain itu, media
komunikasi ada yang melalui telepon, surat kabar, spanduk, billboard,
telegram, dan lain lain.
d. Penerima (receiver)
Penerima atau sering juga disebut sasaran atau tujuan
(destination), komunikate, penyandi balik (decoder) atau khalayak
(audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni pihak
yang menjadi sasaran atau penerima pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa juga terdiri dari satu orang atau lebih. Penerima adalah
elemen penting dalam proses komunikasi, karena ia sebagai sasaran
komunikasi. Sebagai prinsip komunikasi seorang komunikator harus
terlebih dahulu mengenal komunikan (penerima pesan). Karena
mengetahui dan memahami karakteristik komunikan berarti suatu
peluang untuk mencapai keberhasilan berkomunikasi telah terbuka.10
e. Umpan balik (feedback)
Umpan balik atau yang sering disebut efek adalah hasil akhir
suatu komunikasi yakni apakah penerima pesan tersebut menjadi
bertambah pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur,
15
perubahan sikap, perubahan keyakinan, dan perubahan prilaku. Efek,
menurut Deddy Mulyana adalah apa yang terjadi pada penerima
setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan
pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap
(dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan
perilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarkan menjadi
bersedia membelinya, atau dari tidak bersedia memilih partai politik
tertentu menjadi bersedia memilihnya dalam pemilu), dan
sebagainya.11
Efek ini dapat dilihat dari tiga pendapat; Pertama, personal
opinion, yakni sikap dan pendapat pribadi terhadap sesuatu masalah
tertentu. Kedua, public opinion (pendapat umum) maksudnya adalah
penelitian sosial mengenai suatu hal yang penting dan berarti atas
dasar pertukaran pikiran yang dilakukan individu secara sadar dan
rasional. Ketiga, mayority opinion, yaitu sebagai suatu pendapat dari
publik.
Jadi, dalam berkomunikasi unsur-unsur tersebut sangat berperan
penting. Apabila ada salah satu unsur yang tidak terpenuhi, maka
komunikasi tidak akan terjadi. Sebab dari unsur-unsur tersebut saling
terkait antara satu dengan yang lainnya. Yang jelas komunikasi harus
mengetahui atau menguasai keadaan, waktu, tempat dan lingkungannya.
11
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi; Suatu Pengatar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), Cet. Ke-8, h. 71
16
Saat semua unsur komunikasi tersebut di atas dapat dipenuhi, maka
komunikasi yang tercipta akan terlakasana dan dapat diterima baik oleh
yang memberi informasi maupun yang menerima informasi.
"Komunikasi ialah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung
melalui media".12
Komunikasi dapat digolongkan dalam empat bentuk,
yaitu: personal, kelompok, massa dan komunikasi massa.13
3. Pola Komunikasi
Dalam hal ini penulis menfokuskan pada pola komunikasi
organisasi. Pola Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan
berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal
dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005).14
Komunikasi Organisasi di bagi
menjadi dua pola model komunikasi yaitu :
a. Komunikasi Organisasi formal
Komunikasi Organisasi formal adalah komunikasi yang disetujui
oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan
organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas,
dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat
resmi. 15
12
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), h.5. 13
Effendy, Ilmu Komunikasi, h. 7. 14
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, 1996 15
Effendy, 1989, Kamus Komunikasi, (Bandung: Manjar Maju, 1989), h. 15
17
b. Komunikasi Organisasi informal
Komunikasi Organisasi Informal adalah komunikasi yang
disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih
kepada anggotanya secara individual.
Komunikasi Organisasi di bagi menjadi dua pola model komunikasi
yaitu :
4. Gaya komunikasi Organisasi
Didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antar pribadi yang
terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu
Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku
komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan
tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya
komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim
(sender) dan harapan dari penerima (receiver). Enam gaya komunikasi
menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss.16
a. The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan
adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa
dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-
orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan
nama komunikator satu arah atau one-way communications. Pihak-
pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih
memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya
16
Mulyana, Teori Komunikasi, (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2008),h. 125
18
mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa
ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik,
kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk
kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut
tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru
berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk
memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.17
b. The Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan
kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai
dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan
maupun tertulis yang bersifat dua arah. Dalam gaya komunikasi ini,
tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap
anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun
pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam
suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi
mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. The equalitarian
style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi,
sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama,
khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap
suatu permasalahan yang kompleks. 18
17
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,1996), h.121 18
http://terismon85blog.blogspot.com/2011/04/pentingnya-komunikasi-dalam-organisasi.html
Onong Uchyana Effendi, Dimensi-Dimensi Komunikasi, 2001
19
c. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-
pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan
perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan
serta struktur organisasi. Pengirim pesan lebih memberi perhatian
kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan
berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan
dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.19
d. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan
agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa
lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-
oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai
oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para
wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah
mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja
dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup
efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau
bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi
masalah yang kritis tersebut.20
19
Applbaum, Ronald L, Charles E. Merril, 1974, Strategies for Persuasive
Communication, , (Columbus, Ohio: Publishing Company, 1974), h. 33 20
Ibid, hal. 35
20
e. The Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk
menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada
keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan
(sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol
orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika
pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-
orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta
bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan
yang dibebankannya.21
f. The Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah
melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari
orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan
orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan
antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.22
5. Hambatan-Hambatan Terhadap Komunikasi yang Efektif Di Dalam
Organisasi.
a. Hambatan Teknis
Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi
teknologi, semakin berkurang dengan adanya temuan baru
21
Ibid, hal. 36 22
Effendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1989). H. 21
21
dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga
saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media
komunikasi.
Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel
Management, 1976, jenis hambatan teknis dari komunikasi. Tidak
adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas, Kurangnya
informasi atau penjelasan, Kurangnya ketrampilan membaca,
Pemilihan media (saluran) yang kurang tepat.
b. Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses
penyampaian pengertian atau idea secara secara efektif. Definisi
semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat
bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti
dan pengertian (komunikator dan komunikan), tetapi seringkali
proses penafsirannya keliru. Tidak adaya hubungan antara Simbol
(kata) dan apa yang disimbolkan (arti atau penafsiran), dapat
mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari
apa yang dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari mis
komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-
kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan
melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang
dipakainya.23
23
Effendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1989). H. 22
22
c. Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi,
persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau
ketidakmampuan alat-alat panca indera seseorang
6. Model Komunikasi dalam Organisasi
Terdiri tiga bagian penting yaitu :
1) Pengirim
2) Pesan
3) Penerima
Model ini menunjukkan 3 unsur esensi komunikasi. Bila salah
satu unsur hilang, komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh
seorang dapat mengirimkan pesan, tetapi bila tidak ada yang menerima
atau yang mendengar, komunikasi tidak akan terjadi. Model
komunikasi yang terperinci, dengan unsur-unsur penting dalam suatu
organisasi yaitu :
1) Sumber mempunyai gagasan, pemikiran atau kesan yang
diterjemahkan atau disandikan ke dalam kata-kata dan symbol-
simbol.
2) Disampaikan atau dikirimkan sebagai pesan kepada penerima,
penerima menangkap symbol-simbol diterjemahkan kembali atau
diartikan kembali menjadi suatu gagasan.
3) Mengirimkan berbagai bentuk umpan balik kepada pengirim.
Sumber (source) atau pengirim mengendalikan berbagai pesan
23
yang dikirim, susunan yang digunakan, dan saluran mana yang
akan digunakan untuk mengirim pesan tersebut. Mengubah pesan
ke dalam berbagai bentuk simbo-simbol verbal atau nonverbal
yang mampu memindahkan pengertian, seperti kata-kata
percakapan atau tulisan, angka, dan lain sebagainya. 24
7. Struktur jaringan komunikasi
Salah satu faktor yang memengaruhi faktor situasional adalah
jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi dibagi menjadi lima aitu
bentuk roda, rantai, Y, lingkaran dan bintang seperti pada gambar di
bawah ini :
.
1) Struktur lingkaran
Struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota
posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang
sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa
berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya.25
24
Dalam Harsono Suwadi, Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1993),h.28 25
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta Bumi Aksara, 2007
24
2) Struktur roda
Struktur roda memiliki pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinya
di pusa. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim
dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika
seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka
pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya.
3) Struktur Y
Struktur Y relatif kurang tersentralisasi dibanding struktur
roda, tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan pola lainnya.
Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas. Tetapi satu
anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dan
mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga
anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang
lainnya.26
4) Struktur rantai
Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para
anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu
orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini. Orang yang
berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada
mereka yang berada di posisis lain.
5) Struktur semua saluran
Struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan
struktur lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan
26
Harsono Suwadi, Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1993),h. 32
25
semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi
anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap
anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini
memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum.27
8. Arus Komunikasi Organisasi
Pembahasan mengenai komunikasi dalam organisasi dalam bentuk
arah arus informasinya sangat penting. Komunikasi ke atas dan ke
bawah (sering disebut vertikal) dan komunikasi lateral barangkali
merupakan yang paling penting. Di samping itu, kita akan melihat
pada informasi samar dan juga pada sebab dan akibat adanya
kepadatan informasi.
a. Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas merupakan pesan yang dikirim dari
tingkat hirarki yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi-
misalnya, para pelaksana ke manajernya, atau dari para dosen ke
dekan fakultas. Jenis komunikasi ini biasanya mencakup
(1) kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan, (2) masalah yang
berkaitan dengan pekerjaan dan pertanyaan yang belum terjawab,
(3) berbagai gagasan untuk perubahan dan saran-saran perbaikan;
dan (4) perasaan yang berkaitan dengan pekerjaan mengenai
organisasi, pekerjaan itu sendiri, pekerjaan lainnya, dan masalah
lain yang serupa. Komunikasi ke atas sangat penting untuk
mempertahankan dan bagi pertumbuhan organisasi. Komunikasi
27
Harsono Suwadi, Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1993),h. 32
26
itu memberikan manajemen umpan balik yang diperlukan
mengenai semangat kerja para karyawannya dan berbagai
ketidakpuasan yang mungkin. Komunikasi itu juga membuat
bawahan memiliki rasa memiliki dan merasa sebagai bagian dari
organisasi. Di samping itu juga memungkinkan manajemen
memiliki kesempatan untuk memperoleh berbagai gagasan baru
dari para pegawainya.28
Masalah tentang komunikasi ke atas di samping penting bagi
organisasi, komunikasi atas itu sulit dikendalikan. Salah satu
masalahnya adalah pesan yang mengalir ke atas seringkali
merupakan pesan yang perlu di dengar oleh hirarki yang lebih
tinggi lagi. Para pekerja seringkali enggan mengirim pesan yang
negatif karena merasa khawatir mereka dianggap sebagai biang
keladi.
b. Komunikasi ke bawah
Komunikasi ke bawah merupakan pesan yang dikirim dari
tingkat hirarki yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah.
Sebagai contoh, pesan yang dikirim oleh manajer kepada
karyawannya atau dari dekan fakultas kepada para dosennya adalah
komunikasi ke bawah. Perintah seringkali merupakan contoh jelas
untuk komunikasi ke bawah:”Ketik surat ini rangkap dua,” “Kirim
barang ini sebelum tengah hari.” Tulis kopi iklan ini,” dan
sebagainya.
28
Dalam Harsono Suwadi, Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1993), h. 34
27
Masalah tentang komunikasi ke bawah Manajemen dan
karyawan seringkali berbicara dengan bahasa yang berbeda.
Banyak manajer yang tidak mengetahui bagaimana agar pesan
mereka dapatdipahami oleh karyawannya. Misalnya saja,
kebanyakan manajer memilki pendidikan yang lebih tinggi dan
banyak bahasa teknis mengenai bisnis daipada para karyawannya.29
c. Komunikasi lateral
Komunikasi lateral adalah pesasn antara sesama-manajer ke
manajer, karyawan ke karyawan. Pesan semacam ini bisa bergerak
di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antar
bagian. Komunikasi lateral merupakan komunikasi yang terjadi
antara dua dosen sejarah di perguruan tinggi yang sama. Juga bisa
merupakan komunikasi antara dua dosen psikologi di dua
universitas yang berbeda.30
Masalah pada komunikasi lateral Salah satu masalah yang
jelas pada komunikasi lateral adalah bahasa yang khusus yang
dikembangkan oleh divisi tertentu di dalam organisasi. Bahasa
semacam itu seringkali sulit dipahami oleh penerima pesan. Untuk
bisa berkomunikasi dengan psikolog misalnya, maka perlu
berbicara dengan bahasa psikologi- untuk mengetahui arti dari
beberapa istilah seperti skedul, pemantapan, egoisme, katarsis,
STM, dan asosiasi bebas.
29
Harsono Suwadi, Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1993),h. 35 30
Harsono Suwadi, Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1993), h.36
28
d. Kabar burung
Menurut ahli organisasi, John Baird (1977), meskipun kabar
burung merupakan bagian dari komunikasi informal dalam setiap
organisasi besar, jenis komunikasi itu jangan digunakan terlalu
sering seperti folklore yang sudah biasa kita ketahui. Biasanya
kabar burung tidak terjadi pada iklim yang stabil. Perubahan dan
ketidakjelasan mendorong timbulnya kabar burung. Bagaimanapun
juga tidaklah mengherankan apabila jenis komunikasi ini
menghasilkan ketepatan informasi yang tinggi.31
e. Kepadatan informasi
Sekarang ini, dengan kecanggihan teknologi, kepadatan
informasi merupakan salah satu masalah kita yang terbesar.
Informasi dikembangkan dengan kecepatan tinggi sehingga sulit
untuk diikuti semuanya dan dianggap relevan untuk satu jenis
pekerjaan tertentu. Dengan kadar yang berbeda-beda setiap orang
harus mampu menyeleksi informasi tertentu dan menganggap
informasi lain tidak penting. Kepadatan informasi tampaknya sudah
menjalar di semua organisasi. Dan sudah barang tentu, inilah
penyebab mengapa begitu banyak organisasi yang mengunakan
komputer untuk mengatasinya. Dengan menaruh apa saja ke dalam
komputer memang relati mudah dan efisien untuk mengatasi
kecepatan informasi. Tetapi cara itu tidak merupakan jawaban
untuk semuanya. Beberapa kerja manusia masih diperlukan untuk
31
Harsono Suwadi, Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1993),h. 38
29
mengerjakan informasi-sekurang-kurangnya biasanya demikian.
Dan dalam kondisi informasi yang terlalu padat, maka kesalahan
sudah biasa terjadi, hanya karena seseorang tidak bisa menyediakan
waktu yang dibutuhkan untuk segalanya. Semakin kita sibuk,
semakin banyak kesalahan yang kita buat. Di samping itu masih
banyak lagi penundaan antara pengiriman pesan dengan
pelaksanaan tindakan yang diperlukan, dan penundaan itu
merupakan hal yang tidak efisien dan menelan biaya bagi
organisasi.32
9. Komunikasi Politik
Bertolak dari konsp komunikasi dan konsep politik yang telah
diuraikan pada bagian awal, maka upaya untuk mendekati pengertian apa
yang dimaksud komunikasi politik.
Menurut Richard Fagen komunikasi politik adalah suatu aktivitas
komunikasi yang membawa konsekuensi-konsekuensi politik baik yang
aktual maupun yang potensial di dalam suatu sistem politik yang ada.33
Fugen mengatakan bahwa konsekuensi politik merupakan syarat
komunikasi itu dapat dikatakan sebagai komunikasi politik. 34
Sedangkan Arangruen menyebutkan bahwa komunikasi politik tidak
lain adalah suatu penyampaian pesan-pesan politik (terutama pesan-pesan
32
Harsono Suwadi, Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1993), h. 42 33
Harsono Suwadi, Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1993), h. 44 34
Michael Rush & Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, terj. (Jakarta: Rajawali
Press, 2003), h. 254
30
yang dilambangkan dengan menggunakan bahasa dalam arti yang luas)
dari suatu sumber kepada sejumlah sasaran dengan tujuan yang pasti.35
Pendapat Arangruen mengenai pesan-pesan politik yang disampaikan
dalam komunikasi adalah pesan-pesan politik yang berbentuk lambang
atau simbol, seperti lagu, bendera, perilaku. Arangruen juga menambahkan
komunikasi akan memiliki arti politik bila pesan yang disampaikan
memiliki makna politik seperti negara, kekuasaan, jabatan politik.
Menurut A. Muis, komunikasi politik adalah:
Segala macam komunikasi yang digunakan oleh lembaga kekuasaan,
lembaga legislatif, lembaga hukum, lembaga politik, lembaga
masyarakat, lembaga ekonomi, atau kelompok pelaku ekonomi besar
(pressure group) dan lembaga komunikasi massa untuk mengontrol,
menguasai, atau mengatur masyarakat dan negara. Dalam pengertian
lain, komunikasi politik kurang lebih sama implikasinya dengan
artikulasi politik sebab ada pengertian tindakan atau cara melakukan
politik secara bersama-sama.36
Dan Nimmo menjelaskan bahwa komunikasi politik adalah
(kegiatan) komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan
frekuensi-frekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur
perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik.37
Terkait bahasa, Burke memandang setiap kata selalu bersifat
emosional dan tidak pernah netral. Maksudnya, setiap sikap, putusan, dan
perasaan kita selalu terdapat dalam bahasa yang kita gunakan. Untuk
memahami ini, kita perlu menilik konsep Burke tentang rasa bersalah
35
Harsono Suwadi, Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1993), h. 43 36
A. Muis, Titian Jalan Demokrasi: Peranan Kebebasan Pers untuk Budaya Komunikasi
Politik, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2000), h. xiv 37
Nimmo, Komunikasi Politik, h. 8
31
(guilt), yaitu perasaan dan tekanan yang terdapat pada diri seseorang
akibat penggunaan simbol, misalnya kegelisahan, benci diri sendiri (self-
hatred), dan kebencian.
Menurut Burke, guilt diakibatkan oleh tiga hal, yaitu (1) negatif, rasa
bersalah dalam hal ini dipandang sebagai akibat dari mengikuti peraturan
yang bertentangan dengan aturan lain; (2) prinsip perfeksi, dalam hal ini
rasa bersalah dihasilkan dari ketidaksesuaian antara yang ideal dengan
kenyataan; dan (3) prinsip hierarkis, dalam hal ini rasa bersalah merupakan
hasil dari persaingan dan perbedaan yang pada akhirnya membentuk
sebuah hirarki. Seluruh tindakan dan komunikasi, menurut Burke, didasari
oleh guilt, yaitu untuk mengusir rasa bersalah..38
Lebih jauh, dalam menjelaskan komunikasi, Burke menggunakan
beberapa istilah yang bersinonim, yaitu konsubstansialitas (consubstantiality),
identifikasi (identification), persuasi (persuasion), komunikasi
(communication), dan retorika (rethoric). Konsubstansialitas menyatakan
makna substansi yang dibagi bersama antarindividu dalam masyarakat,
sedangkan identifikasi, lawan dari pembedaan (division), menyatakan
peningkatan pemahaman yang bermaksud persuasi dan atau komunikasi
yang efektif.
Burke selanjutnya membedakan tiga macam identifikasi, yaitu (1)
identifikasi material, merupakan hasil dari abstraksi yang meliputi,
misalnya, benda, kebutuhan, dan kepemilikan yang terwujud dalam hal,
38
Littlejohn, Stephen W,. 2002. Theories of Human Communication (edisi ketujuh).
Belmont: Thomson Learning, terj. (Jakarta: Rajawali Press, 2004), h. 254
32
seperti memiliki mobil yang sama; (2) identifikasi idealistik, merupakan
hasil dari abstraksi yang meliputi, misalnya, nilai, sikap, perasaan, dan ide
yang terwujud dalam hal, seperti menjadi anggota organisasi yang sama;
dan (3) identifikasi formal, merupakan hasil dari abstraksi yang berasal
dari pemaknaan peristiwa yang menempatkan kelompok-kelompok
tertentu dalam pihak tertentu. Lebih singkat, menurut Burke komunikasi
lebih sukses jika identifikasi lebih besar dari divisi. Komunikasi yang
sukses dapat dilakukan dengan strategi, dalam hal ini berarti retorika, yang
memiliki jumlah hampir tak terbatas.39
10. Konvergensi Simbolik
Dalam Teori Konvergensi Simbolik Ernest G. Bormann
menyatakan bahwa teori konvergensi simbolik adalah teori umum
(general theory) yang mengupas tentang fenomena pertukaran pesan yang
memunculkan kesadaran kelompok yang beimplikasi pada hadirnya
makna, motif dan perasaan bersama (Hirokawa dan Poole, 1986; 219).
Penjelasan Ernest G. Bormann di atas tampaknya masih agak sukar
dicerna, tapi maksudnya sederhana saja yakni teori ini berusaha
menerangkan bagaimana orang-orang secara kolektif membangun
kesadaran simbolik bersama melalui suatu proses pertukaran pesan.
Kesadaran simbolik yang terbangun dalam proses tersebut kemudian
menyediakan semacam makna, emosi, dan motif untuk bertindak bagi
orang-orang atau kumpulan orang yang terlibat didalamnya. Sekumpulan
individu ini dapat berasal dari kelompok orang yang telah saling
39
Littlejohn, Stephen W,. 2002. Theories of Human Communication (edisi ketujuh).
Belmont: Thomson Learning, terj. (Jakarta: Rajawali Press, 2004), h. 144-162
33
mengenal dan berinteraksi dalam waktu yang relatif lama atau orang-orang
yang tidak saling mengenal dan memiliki cara berbeda dalam menafsirkan
lambang yang digunakan tapi mereka kemudian saling berkomunikasi
sehingga terjadi konvergensi yang pada gilirannya menciptakan realitas
simbolik bersama. Dengan demikian proses konvergensi dapat muncul
bukan hanya dalam kelompok kecil yang relatif saling mengenal, tapi juga
dapat terjadi dalam rapat akbar, atau saat seseorang mendengarkan
ceramah atau ketika kita menikmati film dan iklan politik ditelevisi.
Dalam teori ini, Ernest G. Bormann (1990:106) mengartikan
istilah konvergensi (convergence) sebagai suatu cara dimana dunia
simbolik pribadi dari dua atau lebih individu menjadi saling bertemu,
saling mendekati satu sama lain atau kemudian saling berhimpitan (the
way in which the private symbolic worlds of two or more people begin
come together or overlap). Sedangkan istilah simbolik sendiri terkait
dengan kecenderungan manusia untuk memberikan penafsiran dan
menanamkan makna kepada berbagai lambang, tanda, kejadian yang
tengah dialami, atau bahkan tindakan yang dilakukan manusia (Bormann,
1986: 221). Dalam kaitan ini Ernest G. Bormann juga menyatakan bahwa
manusia adalah symbol-users dalam arti bahwa manusia menggunakan
symbol dalam komunikasi secara umum dan dalam storytelling (bercerita).
Lewat simbol-simbol inilah manusia saling mempertemukan pikiran
mereka.40
40
Littlejohn, Stephen W,. 2002. Theories of Human Communication (edisi
ketujuh). Belmont: Thomson Learning, terj. (Jakarta: Rajawali Press, 2004), h.163-166
34
Ketika kelompok berbagi simbol bersama , komunikasi menjadi
lebih mudah dan efisien. Disini Para ahli Teori Konvergensi Simbolik
mengasumsikan hadirnya semacam “a meeting of mind‟ atau perjumpaan
pikiran (Infante.et.al., 1993:130). Ketika pikiran saling bertemu maka
orang mulai bergerak kearah penggunaan sistem simbol yang sama dan ini
akan meningkatkan saling pengertian diantara orang-orang yang terlibat.
Saling pengertian inilah yang kemudian menjadi dasar terciptanya
kesadaran bersama serta kesamaan pikiran dan perasaan tentang hal-hal
yang diperbincangkan.
Dalam artikelnya berjudul “Symbolic Convergence Theory: A
Communication Formulation” (1985) Ernest G. Bormann menyebutkan
tiga aspek atau struktur penting yang membentuk bangunan teori ini yakni;
(1) Penemuan dan penataan bentuk dan pola komunikasi yang berulang
yang mengindikasikan hadirnya kesadaran bersama dalam kelompok
secara evolutif. (2) deskripsi tentang kecenderungan dinamis dalam sistem
komunikasi yang menerangkan mengapa kesadaran kelompok muncul,
berlanjut, menurun dan akhirnya menghilang, dan (3) faktor-faktor yang
menerangkan mengapa orang-orang terlibat dalam tindakan berbagi
fantasi.
Disamping ketiga struktur pokok teori di atas, Ernest G. Bormann
juga menyebutkan dua asumsi pokok yang mendasari teori Konvergensi
simbolik. Pertama, realitas diciptakan melalui komunikasi. Dalam hal ini
komunikasi menciptakan realitas melalui pengaitan antara kata-kata yang
35
digunakan dengan pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh.
Sedangkan asumsi kedua menyatakan bahwa Makna individual terhadap
simbol dapat mengalami konvergensi (penyatuan) sehingga menjadi
realitas bersama. Realitas dalam teori ini dipandang sebagai susunan
narasi atau cerita-cerita yang menerangkan bagaimana sesuatu harus
dipercayai oleh orang-orang yang terlibat didalamnya. Cerita tersebut
semula dibincangkan dalam kelompok dan kemudian disebarkan
kelingkungan masyarakat yang lebih luas. Menyertai kedua asumsi pokok
diatas Bormann (1986) juga menyebutkan enam asumsi epistemologis
teori ini yakni (1) Makna, emosi dan motif bertindak ada pada isi pesan
yang ternyatakan dengan jelas, (2) Realitas diciptakan secara simbolik, (3)
Rantai fantasi menciptakan konvergensi simbolik dalam bentuk
dramatistik, (4), analisis tema fantasi adalah metode pokok dalam
menangkap relitas simbolik, (5) tema fantasi dapat terjadi dalam berbagai
wacana yang dikembangkan dan terakhir (6) terdapat tiga Visi analog
Master yakni ; Righteous, social dan pragmatic.41
Teori Konvegensi simbolik dibangun dengan melandaskan pada
gagasan bahwa anggota-anggota kelompok harus bertukar fantasi untuk
dapat membentuk kelompok yang kohesif. Dalam teori ini fantasi
diartikan sebagai interpretasi yang kreatif dan imajinatif terhadap berbagai
peristiwa yang memenuhi kebutuhan psikologis dan retoris (The creative
and imaginative of narratives explaining how things are believed to be)
41
Littlejohn, Stephen W,. 2002. Theories of Human Communication (edisi
ketujuh). Belmont: Thomson Learning, terj. (Jakarta: Rajawali Press, 2004), h. 167
36
(Bormann, 1990). Jadi istilah fantasi tersebut bukan merujuk pada cerita
fiksi, hal-hal yang tidak nyata seprti dalam film kartun, atau kisah kisah
tentang peri, atau juga hasrat-hasrat yang bersifat erotik. Fantasi lebih
diartikan sebagai cerita, satire, perumpamaan, kenangan masa lalu,
pengalaman, atau lelucon yang memiliki muatan emosi. Fantasi mencakup
persitiwa-peristiwa masa lalu anggota kelompok, atau kejadian yang
mungkin terjadi pada masa yang akan datang. 42
B. Korupsi
1. Pengertian Korupsi
Kata korupsi sebagaimana yang dipahami oleh banyak pihak, berasal
dari bahasa Inggris corrupt, corruption, yang berarti jahat, buruk, rusak,
curang, suap.43
Istilah korupsi secara sederhana dapat dipahami sebagai
tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan untuk
keuntungan pribadi, serta berakibat merugikan kepentingan umum dan
negara. Bentuk nyata dari korupsi bisa berupa penggelapan, penyuapan,
penyogokan, manipulasi data administrasi keuangan dan perbuatan sejenis
lainnya.44
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, korupsi berasal dari kata
“korup” yang berarti busuk, palsu, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan,
dan ketidakjujuran. Korup juga berarti dapat disogok, menyelewengkan
42
Littlejohn, Stephen W,. 2002. Theories of Human Communication (edisi ketujuh).
Belmont: Thomson Learning, terj. (Jakarta: Rajawali Press, 2004), h. 168 43
John M. Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2003),
h. 149. 44
Komisi Pemberantasan Korupsi, Memahami untuk Membasmi: Buku Panduan untuk
Memahami Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006), h. 15-17.
37
uang atau barang milik perusahaan atau negara, menerima uang dengan
menggunakan jabatan untuk kepentingan pribadi, penyelewengan atau
penggelapan uang negara atau perusahaan tempat seseorang bekerja untuk
kepentingan pribadi atau orang lain.45
Sedangkan menurut UU No. 20
Tahun 2001 disebutkan bahwa korupsi merupakan “Tindakan melanggar
hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi
yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara”.
Menurut Sudarto, istilah korupsi berasal dari kata corruptio yang
berarti kerusakan, di samping itu perkataan korupsi dipakai pula untuk
menunjuk keadaan atau perbuatan busuk.46
Menurut Fockema Andreae,
sebagaimana yang dikutip oleh Andi Hamzah, kata korupsi berasal dari
bahasa Latin corruptio atau corruptus. Selanjutkan disebutkan bahwa
corruptio itu berasal dari kata corrumpere, suatu kata Latin yang lebih
tua.47
Dari bahasa Latin itulah turun ke bahasa Eropa seperti Inggris yaitu
corruption, corrupt, Prancis yaitu corruption, dan Belanda yaitu corruptie.
Arti harfiah dari kata itu ialah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, peyimpangan dari kesucian,
kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah seperti dapat dibaca
dalam The Lexicon Webster Dictionary:48
“White collar crime: an illegal act or services of illegal acts
committed by nonphysical means and by concealment of guile, to
45
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1995), h. 527 46
Sidarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung: Alumni Bandung, 1979), h. 122. 47
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 4-5 48
Hamzah, Pemberantasan Korupsi...., h. 5
38
obtain or property, to avoid the payment or loss of money or
property, to obtain business or personal advantage”.
(Kejahatan kerah putih: suatu perbuatan atau serentetan perbuatan
yang bersifat ilegal yang dilakukan secara fisik, tetapi dengan
terselubung untuk mendapatkan uang atau kekayaan serta
menghindari pembayaran/ pengeluaran uang atau kekayaan untuk
mendapatkan bisnis/ keuntungan pribadi).
Dalam hal ini ada beberapa tindakan yang dikategorikan sebagai
korupsi yaitu: suap, illegal profit, secret transaction, hadiah, hibah
(penggelapan), penggelapan, kolusi, nepotisme, dan penyalahgunaan
jabatan dan wewenang, serta fasilitas negara.49
2. Faktor-faktor Penyebab Korupsi
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan seseorang melakukan
tindak pidana korupsi. Menurut Soejono, salah satu faktor tersebut adalah
adanya perkembangan dan perbuatan pembangunan khususnya di bidang
ekonomi dan keuangan yang telah berjalan dengan cepat, serta banyak
menimbulkan berbagai perubahan dan peningkatan kesejahteraan. Di
samping itu, kebijakan-kebijakan pemerintah dalam upaya mendorong
ekspor, peningkatan investasi melalui fasilitas-fasilitas penanaman modal
maupun kebijaksanaan dalam pemberian kelonggaran, kemudahan dalam
bidang perbankan, sering menjadi sasaran dan faktor penyebab terjadinya
korupsi.50
49
Sumiarti, “Pendidikan Anti Korupsi”, dalam Insania Jurnal Pemikiran Alternatif
Pendidikan, vol. 12, No. 2, 2007, h. 3 50
Soejono, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 17
39
Sedangkan menurut Alatas, korupsi bisa terjadi karena faktor-faktor
sebagai berikut:51
a. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci
yang mampu memberikan ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang
menjinakkan korupsi.
b. Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.
c. Kolonialisme
d. Kurangnya pendidikan
e. Kemiskinan
f. Tiadanya hukuman yang keras
g. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi
h. Struktur pemerintahan
i. Peruahan radikal.
j. Keadaan masyarakat.
Dengan memperhatikan berbagai faktor penyebab munculnya
korupsi tersebut di atas, terlihat bahwa korupsi lahir dari banyak faktor.
Dengan kata lain, korupsi adalah sebuah permasalahan yang kompleks
sehingga usaha untuk menanggulanginya pun menjadi kompleks juga.52
Untuk konteks Indonesia, ada beberapa hal yang menyebabkan
korupsi begitu subur dan berkembang di masyarakat. Penyebab tersebut
adalah:53
51
Syed Hussein Alatas, Sosiologi Korupsi: Sebuah Penjelajahan dengan Data Kontemporer, (Jakarta: LP3ES, 1986), h. 46-47.
52 Terdapat penjelasan yang menarik mengenai strategi pemberantasan korupsi yang ditulis
oleh Jeremy Pope, yang berjudul Strategi Pemberantasan Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional, trek. Masri Maris, (Jakarta: Transparancy International Indonesia, 2008).
53 Sumiarti, “Pendidikan Anti Korpusi”, dalam Insania, Jurnal Pemikiran Alternatif
Pendidikan, Vol. 12, No. 2, 2007, h. 4
40
a. Pemerintah telah berubah menjadi lembaga transaksi kekuasaan.
Pemerintah yang seharusnya menjadi lembaga yang memiliki
wewenang dan tanggung jawab untuk mengatur negara demi
kepentingan publik, telah menjelma menjadi lembaga yang melakukan
transaksi kekuasaan. Karena pemerintah memegang hak regulasi dan
otorisasi, pengumpul pajak, penentu belanja negara, hak menjual
barang dan jasa di bawah harga pasar, wewenang dalam penetapan
insentif pajak perdagangan, pemberian hak pengelolaan hutan,
pemberian monopoli terhadap barang dan jasa tertentu, penjualan aset
di sektor publik, penjualan BUMN, dan sebagainya.
b. Adanya hyper consumerism. Akibat adanya hyper globalization yang
merupakan anak kandung dari hyper consumerism, menyebabkan
masyarakat memiliki tradisi baru dengan perilaku konsumerisme.
Masyarakat berlomba-lomba mengumpulkan barang dan harta demi
memuaskan hawa nafsunya. Hal ini diperburuk dengan gencarnya
tayangan iklan melalui berbagai media massa dan elektronik yang
meracuni masyarakat sehingga masyarakat terpengaruh untuk membeli
hal-hal yang tidak mereka butuhkan.
c. Kekuasaan dan gaji yang tidak memadai. Minimnya gaji sering
dijadikan alasan untuk melakukan korupsi.
d. Korupsi dipersepsikan sebagai tuntutan perubahan sehingga korupsi
tidak lagi dipermasalahkan sebagai tindakan tercela.
e. Perilaku pembiaran. Akar korupsi adalah pembiaran oleh masyarakat
terhadap koruptor sehingga seakan-akan korupsi adalah perbuatan
41
yang wajar dan biasa. Lebih parahnya lagi, beberapa koruptor tetap
menduduki posisi dan jabatan publik, bahkan tidak tersentuh.
f. Atasan mendapat bagian. Atasan tidak mempunyai kepentingan
menindak bawahan karena dia mendapatkan keuntungan dari tindakan
korup bawahannya.
3. Korupsi dalam Islam
Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi aspek keadilan dan
menentang perbuatan-perbuatan yang merugikan masyarakat. Menurut
Makhrus Munajat, perbuatan dianggap sebagai tindak kejahatan karena
merugikan tatanan kemasyarakatan, kepercayaan-kepercayaan, harta
benda, nama baik, kehormatan, jiwa dan lain sebagainya, yang
kesemuanya menurut hukum syara‟ harus dipelihara dan dihormati serta
dilindungi.54
Meskipun dalam hukum Islam55
tidak terdapat istilah korupsi secara
definitif, namun Islam secara tegas mengharamkan tindakan mencuri, suap
dan berbagai kejahatan lainnya yang termasuk dalam kategori korupsi.56
Yusuf Qardhawi misalnya, menyatakan bahwa Islam mengharamkan
seorang muslim menyuap penguasa dan pembantu-pembantunya. Selain
itu juga kepada pihak ketiga diperingatkan untuk tidak menjadi perantara
di antara pihak penerima dan pemberi, karena perbuatan suap termasuk
54
Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta: Logung Pusaka,
2004), h. 5. 55
Hukum Islam dipahami sebagai sekumpulan aturan keagamaan, totalitas perintah Allah
yang mengatur perilaku kehidupan umat Islam dalam keseluruhan aspeknya. Josept Schacht,
Pengantar Hukum Islam, trek. Joko Supomo, (Yogyakarta: Islamika, 2003), h. 1. 56
Irdamisraini, “Korupsi Perspektif Pidana Islam”, Jurnal Hukum Islam, Vol. VIII, No. 2,
Desember 2008, h. 123-124.
42
memakan harta orang lain dengan cara yang batil.57
Hal ini dikuatkan
dengan firman Allah SWT:
Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah/2: 188)
Dalam fikih Islam tidak ditemukan istilah khusus mengenai korupsi.
Akan tetapi dalam terminologi fikih Islam, korupsi dapat dikategorikan
sebagai kejahatan terhadap amanah. Korupsi identik dengan risywah
(suap) dan menyalahgunakan wewenang. Jika dilakukan secara sembunyi-
sembunyi disebut pencurian dan jika dilakukan secara terang-terangan
disebut sebagai perampokan. Korupsi termasuk kejahatan terhadap harta
benda manusia dan secara esensial mirip dengan ghulul, yaitu
pengkhianatan terhadap amanah dalam pengelolaan harta rampasan perang
(ganimah). Ghulul jelas-jelas diharamkan dalam al-Qur‟an dengan
ancaman bahwa pelakunya akan membawa serta barang yang dikorupsinya
sebagai pertanggungjawaban di akhirat.58
Prinsip dasar Islam dalam mengatur kehidupan publik
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (siyasah ad-dunya) adalah untuk
mewujudkan kemaslahatan atau kesejahteraan rakyat secara umum (al-
maslahah al-„ammah) yang berkeadilan berdasarkan hukum etika sosial.
57
Yusuf Qardhawi, Al-Halal Kwa al-Haram fi al-Islam, (t.tp: Dar Ihya al-Kitab al-
„Arabiyah, t.th), h. 240 58
Irdamisraini, “Korupsi…, hlm. 121-124.
43
Islam secara eksplisit mengajarkan manusia untuk menegakkan keadilan,
kebebasan, toleransi, persamaan hak dan kewajiban serta bermusyawarah
dalam kehidupan bersama. Dengan demikian, disyari‟atkannya hukum-
hukum agama adalah untuk mewujudkan kemaslahatan manusia, baik
kemaslahatan dunia maupun kemaslahatan akhirat.59
Kemaslahatan itu utamanya untuk menjamin hak-hak dasar manusia
yang meliput; menjaga agama (hifz ad-din), kemaslahatan jiwa raga (hifz
an-nafs), kemaslahatan harta atau hak milik pribadi (hifz al-mal),
kemaslahatan keturunan (hifz an-nasl), dan kemaslahatan akal atau
kebebasan berpikir (hifz al-‟aql)60
yang kemudian juga dapat dipakai
dalam kerangka tujuan pembentukan negara.
Menurut M. Cholil Nafis, dalam tindakan korupsi sedikitnya
terdapat tiga kejahatan, yaitu: Pertama, kejahatan yang berdampak pada
hilangnya uang negara sehingga tindakan korupsi yang akut akan
menyebabkan hilangnya hajat hidup orang banyak, memperlebar
kesenjangan sosial-ekonomi, dan menghilangkan keadilan.
Kedua, korupsi dapat menghilangkan hak hidup warga negara dan
regulasi keuangan negara. Negara yang korup akan menyebabkan lahirnya
kemiskinan dan kebodohan.
Ketiga, kejahatan korupsi menggerogoti kehormatan dan
keselamatan generasi penerus. Berdasarkan hal tersebut, maka korupsi
telah bertentangan dengan tujuan syariah (maqasid asy-syari‟ah), yaitu
59
Abdul al-Wahab Khalaf, Ilmu Usul al-Fiqh, cet. ke-2, (Kairo: Dar al-Qalam, 1978), h.
197 60
Abu Ishaq Ibrahim Ibn Musa asy-Syatibi, al-Muwafaqat fi Usul al-Ahkam, (t.p: Dar al
Rasy>ad al-H{adisah, t.t.), II: 4
44
melindungi jiwa (hifz an-nafs), melindungi harta (hifz al-mal) dan
melindungi keturunan (hifz an-nasl). Korupsi juga melanggar
perlindungan terhadap akal (hifz al-„aql) dan penodaan terhadap agama
(hifz al-din).61
Tindak pidana korupsi dalam hukum Islam dimasukkan dalam
klasifikasi jarimah. Secara sederhana jarimah merupakan larangan-
larangan syara‟ yang diancam Allah dengan hukuman h}ad atau ta‟zir.
Dalam hal ini, suatu perbuatan dianggap delik jarimah bila memenuhi
unsur-unsur umum jarimah, yaitu:62
a. Unsur formil, yakni adanya undang-undang atau nas. Artinya setiap
perbuatan tidak dianggap melawan hukum dan pelakunya tidak dapat
dipidana kecuali adanya nas atau undang-undang yang mengaturnya.
Dalam hukum positif masalah ini dikenal dengan istilah legalitas, yaitu
suatu perbuatan tidak dapat dianggap melawan hukum dan pelakunya
tidak dapat dikenai sanksi sebelum adanya peraturan yang
mengundangkannya. Dalam syari‟ah Islam hal ini lebih dikenal dengan
istilah ar-rukn asy-syar‟i. kaidah yang mendukung unsur ini adalah
“tidak ada perbuatan yang dianggap melanggar hukum dan tidak ada
hukuman yang dijatuhkan kecuali adanya ketentuan nas”.
b. Unsur materiil yakni sifat melawan hukum. Artinya adanya tingkah
laku seseorang yang membentuk jarimah, baik dengan sikap berbuat
maupun sikap tidak berbuat. Unsur ini dalam hukum pidana Islam
disebut ar-rukn al-madi.
61
Sumiarti, “Pendidikan Anti…, h. 3 62
Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 10-11.
45
c. Unsur moril yakni pelakunya mukalaf. Artinya pelaku jarimah adalah
orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana terhadap
jarimah yang dilakukannya. Dalam syari‟ah Islam, unsur moril disebut
dengan ar-rukn al-adabi
Adapun jarimah dalam Islam dilihat dari kadar hukumannya
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:63
a. Jarimah hudud yaitu perbuatan melanggar hukum yang jenis dan
ancaman hukumannya ditentukan oleh nas, yaitu hukuman had (hak
Allah). Hukuman had yang dimaksud tidak mempunyai batasan
terendah dan tertinggi dan tidak bisa dihapuskan oleh perorangan
ataupun masyarakat yang mewakili.
b. Jarimah qisas diyat yakni perbuatan yang diancam dengan hukuman
qisas dan diyat. Hukuman qisas maupun diyat merupakan hukuman
yang telah ditentukan batasnya, tidak ada batasan terendah dan
tertinggi, tetapi menjadi hak perorangan (korban atau walinya), yang
dengan demikian berbeda dengan hukuman had yang menjadi milik
Allah semata.
c. Jarimah ta‟zir yaitu memberi pelajaran, artinya suatu jarimah yang
diancam dengan hukuman ta‟zir yaitu hukuman selain had dan qisas
ta‟zir. Dalam hal ini, pelaksanaan hukuman ta‟zir, baik yang jenis
larangannya ditentukan oleh nas atau tidak, baik perbuatan itu
menyangkut hak Allah atau hak perorangan, hukumannya diserahkan
sepenuhnya kepada penguasa.
Korupsi dalam hal ini merupakan jarimah yang dikategorisasikan
63
Munajat, Hukum Pidana..., h. 12-14.
46
sebagai jarimah ta‟zir. Dengan demikian konstruksi hukuman yang
dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana korupsi sepenuhnya diberikan
kepada penguasa. Hal ini secara otomatis memberi kuasa kepada pihak
penguasa untuk merumuskan kadar hukuman kepada para pelaku tindak
pidana korupsi. Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa korupsi merupakan
kejahatan yang bertentangan dengan tujuan syariah (maqasid asy-
syari‟ah), yaitu melindungi jiwa (hifz al-nafs), melindungi harta (hifz al-
mal) dan melindungi keturunan (hifz al-nasl). Korupsi juga melanggar
perlindungan terhadap akal (hifz al-„aql) dan penodaan terhadap agama
(hifz al-din). Dengan demikian korupsi bisa dikategorikan sebagai
kejahatan besar karena mempunyai imbas kepada besar pada kelangsungan
maqasid syari‟ah. Hukuman terhadap pelaku tindak pidana korupsi
tentunya juga harus seimbang dengan imbas besar yang ditimbulkannya,
oleh karena itu wacana hukuman mati bagi pelaku tindak pidana korupsi
layak dipertimbangkan dalam prospek usaha pemberantasan korupsi.
Tindak pidana korupsi memiliki dampak yang luar biasa, baik
terhadap negara maupun warga negara. Karena dampaknya yang luar biasa
tersebut, dalam pembukaan (preambul) United Nations Convention
Againts Corruption, yang kemudian diratifikasi dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2006 disebutkan:
“Concerned about the seriousness of problems and threats posed by
corruption to the stability and security of societies, undermining the
institutions and values of democracy, ethical values and justice and
jeopardizing sustainable development and the rule of law”.
(prihatin atas keseriusan masalah dan ancaman yang ditimbulkan
oleh korupsi terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat, yang
melemahkan lembaga-lembaga dan nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai
etika dan keadilan serta mengancam pembangunan berkelanjutan
47
dan supremasi hukum)
Menurut Muladi, dampak luas korupsi terhadap Indonesia berupa:64
a. Merendahkan martabat bangsa di forum internasional.
b. Menurunkan kepercayaan investor, baik domestik maupun asing;
c. Bersifat meluas (widespread) di segala sektor pemerintahan
(eksekutif, legislatif, dan yudikatif), baik di sektor pusat maupun
daerah;
d. Bersifat transnasional dan bukan lagi masa per negara;
e. Cenderung merugikan keuangan negara dalam jumlah yang
signifikan;
f. Merusak moral bangsa;
g. Mengkhianati agenda reformasi;
h. Mengganggu stabilitas dan keamanan negara;
i. Mencederai keadilan dan pembangunan yang berkelanjutan;
j. Menodai supremasi hukum;
k. Semakin berbahaya karena bersinergi negatif dengan kejahatan
ekonomi lain, seperti pencucian uang;
l. Bersifat terorganisir yang cenderung transnasional;
m. Melanggar HAM.
Senada dengan Muladi, Evi Hartati melihat bahwa korupsi adalah
tindakan yang berbahaya. Menurutnya, tindak pidana korupsi memberikan
dampak yang negatif, karena dampak yang ditimbulkan dapat merusak
64
Muladi, “Konsep Total Enforcement dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam
Kerangka Politik Hukum”, (Makalah disampaikan pada forum koordinasi dan konsultasi dalam
rangka intensifikasi pemberantasan tindak pidana korupsi, Jakarta, 8 November 2006), h. 1-3
48
berbagai bidang kehidupan. Korupsi dapat membahayakan stabilitas dan
keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi dan
politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas.
Pemberantasan itu lambat laun menjadi budaya. Oleh karena itu, korupsi
merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan
makmur.65
Dari beberapa dampak yang ditimbulkan oleh korupsi tersebut di
atas, dapat disimpulkan bahwa tindak pidana korupsi sangat merugikan,
baik terhadap negara maupun warga negara. Selama tindak pidana korupsi
masih terus ada, terutama dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka
cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur akan sulit
tercapai. Hal ini karena sebagian besar keuangan negara yang seharusnya
diperuntukkan untuk kepentingan masyarakat dan rakyat banyak, ternyata
hanya dinikmati oleh segelintir orang dan segelintir golongan.
65
Evi Hartati, Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 1
49
BAB III
GAMBARAN SINGKAT LEMBAGA LEGISLATIF KOMISI X DAN
PELAKU KORUPSI ANGELINA SOUNDAKH
A. Profil Lembaga Legislatif
Dalam Pasal 69 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah disebutkan:
(1) DPR mempunyai fungsi:
a. legislasi;
b. anggaran; dan
c. pengawasan.
(2) Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dijalankan dalam
kerangka representasi rakyat.
Kemudian dilanjutkan dengan Pasal 71 berkaitan dengan tugas dan
wewenang. Adapun tugas dan wewenang DPR adalah sebagai berikut:
DPR mempunyai tugas dan wewenang:
a. membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama;
b. memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan
terhadap peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang
diajukan oleh Presiden untuk menjadi undang-undang;
c. menerima rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPD
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah;
d. membahas rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud
dalam huruf c bersama Presiden dan DPD sebelum diambil
persetujuan bersama antara DPR dan Presiden;
e. membahas rancangan undang-undang yang diajukan oleh
Presiden atau DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
50
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah, dengan mengikutsertakan DPD sebelum diambil
persetujuan bersama antara DPR dan Presiden;
f. memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-
undang tentang APBN dan rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
g. membahas bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD dan memberikan persetujuan atas rancangan
undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden;
h. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan
APBN;
i. membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang
disampaikan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-undang
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama;
j. memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan
perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain,
serta membuat perjanjian internasional lainnya yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan
rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang;
k. memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian
amnesti dan abolisi;
l. memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal
mengangkat duta besar dan menerima penempatan duta besar
negara lain;
m. memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan
DPD;
n. membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas
o. pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
disampaikan oleh BPK;
p. memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan
pemberhentian anggota Komisi Yudisial;
q. memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan
Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh
Presiden;
r. memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi dan mengajukannya
kepada Presiden untuk diresmikan dengan keputusan Presiden;
s. memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara
yang menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan terhadap perjanjian yang berakibat luas
dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
keuangan negara;
51
t. menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat; dan
u. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam
undang-undang.
Ruang lingkup Komisi X meliputi: pendidikan, pemuda, olahraga,
pariwisata, kesenian, dan kebudayaan. Yang menjadi pasangan kerja Komisi
X adalah sebagai berikut:
a. Departemen Pendidikan Nasional
b. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
c. Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga
d. Perpustakaan Nasional
B. Profil Pelaku Korupsi Angelina Sondakh
Angelina Patricia Pingkan Sondakh lahir di Australia, pada tanggal 28
Desember 1977. Dia dikenal sebagai Puteri Indonesia 2001 asal Sulawesi
Utara. Pada Pemilu 2004, dia berhasil terpilih sebagai Anggota DPR Republik
Indonesia dari Partai Demokrat.1
Sejak remaja, Angelina sudah menerima berbagai penghargaan.
Sejumlah penghargaan yang dia terima, mulai dari Juara I lomba pidato
Bahasa Inggris se-Sulut tahun 1997, Juara I lomba Debat Ilmiah se-Sulut
1998, Noni Sulut (1996), Sertifikat of Merit Achievement in Chemistry dan
menjadi Duta Wisata Miss Novotel tahun 1999. Gadis yang sangat fasih
berbahasa Inggris dan Jerman, ini lulus dari sekolah berasrama Presbiterian
Ladies School Sydney, Australia. Kemudian melanjutkan di Fakultas
Ekonomi, Universitas Atma Jaya, Jakarta.
1“Profil Angelina Sondakh”, artikel diakses dari http://profil.merdeka.com/indonesia/a/
angelina-sondakh/, diunduh pada tanggal 7 Januari 2014.
52
Setelah itu, ia pulang ke Manado dan bekerja di sebuah perusahaan
kontraktor. Ia anak bungsu dari 5 bersaudara, puteri pasangan Prof. Dr. Ir.
Lucky Sondakh,MEc (dosen Universitas Sam Ratulangi, Menado) dan Ir Saul
Kartini Dotulong. Ia gadis yang ramah, tenang, cerdas dan tampak dewasa.
Tutur katanya halus. Puteri yang hobi membaca ini juga mampu memainkan
keyboard dan organ.
Melalui Partai Demokrat, Angie mengawali karir politiknya dan pada
pemilu 2004, dirinya berhasil masuk menjadi anggota legislatif lewat partai
yang memboyong Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI.
Bersamaan dengan dirinya, bintang sinetron Adjie Massaid juga berhasil
menjadi anggota DPR-RI lewat Partai Demokrat yang sama. Adji, akhirnya
menjalani jalinan asmara dengan Angie hingga jenjang pernikahan dan
melahirkan seorang putra.
Di samping politik, Angie juga pernah menulis sebuah buku. Penulis
buku Kecantikan, Bukan Modal Utama Saya di Komisi X DPR-RI semakin
membuktikan bahwa perempuan keturunan Menado ini tidak hanya bermodal
tampang. Selain itu Angie juga dinobatkan sebagai Duta Orang Utang, Duta
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan juga Duta Batik.
Hubungan yang dijalin Angie bersama Adjie akhirnya diresmikan dalam
ikatan pernikahan. Angie yang telah masuk Islam ini, pada akhir 2008 telah
menikah dengan Adjie secara Islami dan pada 29 April 2009 mereka resmi
menjadi suami istri di hadapan negara.
Penangkapan Wafid Muharam (Sekretaris Kementerian Pemuda dan
Olahraga), Mindo Rosalina Manulang (Direktur Marketing PT Anak Negeri),
53
dan M El Idris (Manajer Marketing PT Duta Graha Indah) oleh KPK turut
menyeret namanya bersama Muhammad Nazaruddin yang menjabat
Bendahara Umum Partai Demokrat. Atas kasus tersebut, Partai Demokrat
membentuk dua tim untuk menelisik keterlibatan dua kader partainya. Pada
September 2011, dia dipanggil KPK dan menjalani pemeriksaan selama
sedikitnya 8 jam.
Dalam kurun waktu 2003-2010, kekayaan janda mendiang Adjie
Massaid ini naik secara drastis. Jika jumlah hartanya dalam LHKPN pada 23
Desember 2003 berjumlah Rp. 618.263.000 (Rp 600 juta) dan US$ 7.500,
kemudian, jumlah kekayaannya mencapai Rp 6,15 miliar. Artinya, terjadi
kenaikan sekitar 10 kali lipat. Berdasarkan LHKPN per 28 Juli 2010 yang
dilansir KPK, dia memiliki kekayaan Rp 6.155.441 dan US$ 9.628. Itu terdiri
dari harta bergerak, tak bergerak, batu mulia, surat berharga serta giro dan
setara kas. Harta bergerak meliputi tanah seluas 1000 meter persegi di
Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang dibeli setelah tahun 2003. Ia juga
memiliki tanah dan bangunan 316 meter persegi dan 1760 meter persegi di
Jakarta Timur. Ia juga menjual tanah dan bangunan seluas 144 meter persegi
dan 85 meter persegi di Kabupaten Tangerang, Banten.
Besaran harta kekayaan tak bergerak pada 23 Desember 2003 hanya Rp
151.663.000. Harta tak bergeraknya melonjak tajam nilainya hingga Juli 2010.
Terhitung 21 Juli 2010, harta tak bergerak Angie mencapai Rp
2.825.824.000,-. Sedang harta bergerak meliputi mobil BMW X5, Honda CR-
V, Kijang Innova, motor BMW, dan alat transportasi lain bermerek
Bombardier. Semua harta bergerak yang disebutkan itu baru dimiliki Angie
54
selepas tahun 2003. Sementara harta bergerak yang dimiliki hingga 2003
adalah mobil Hyundai Trajet dan Toyoto Vios. Keduanya sudah dijual selepas
2003. Harta bergerak yang milik Angie juga melonjak tajam. Jika hingga 23
Desember 2003 hanya Rp 377.900.000,-, maka per 21 Juli 2010 menjadi Rp
1.184.000.000,-. Sedangkan batu mulia, barang seni, dan antik yang dimiliki
hingga 21 Juli 2010 nilainya mencapai Rp 165.000.000,-. Harta berupa surat
berharga mencapai Rp 1.210.000.000.
Untuk giro dan setara kas mencapai Rp 770.617.388 dan US$ 9.479
hingga 21 Juli 2010. Besaran ini meningkat tajam dari jumlah giro dan setara
kas hingga 23 Desember 2003 yang hanya Rp 50 juta dan US$ 7.500. Menurut
pengakuannya, semuanya diperoleh dari warisan mendiang suami yang juga
politisi separtai.
Sebagian besar orang tentu bertanya-tanya, dengan penghasilan yang
terbilang besar, mengapa anggota DPR RI masih melakukan tindak pidana
korupsi. Apakah gaji yang diterima masih tidak mencukupi kebutuhan hidup
mereka sehari-hari, atau memang ada kebutuhan lain yang tidak bisa dicukupi
dengan hanya mengandalkan gaji mereka sebagai wakil rakyat? Pertanyaan ini
tentu membutuhkan penelitian dan penelusuran yang lebih mendalam terkait
motif yang melatarbelakangi para anggota dewan melakukan tindak pidana
korupsi.
55
BAB IV
KOMUNIKASI POLITISI DALAM MELAKUKAN TINDAKAN KORUPSI
A. Pemakaian Istilah-Istilah tertentu dalam percakapan Angelina Sondakh
dengan Mindo Rosalina Manulang terkait Kasus Korupsi dana DIPA
Kemendiknas
Memahami konteks komunikasi di dalam kehidupan sehari-hari
adalah salah satu cara untuk mengetahui komunikasi lebih jauh. Dengan
memahami konteks komunikasi, berarati kita telah paham membedakan
macam-macam bentuk komunikasi, mulai dari komunikasi diri sendiri
(intrapersonal) sampai dengan komunikasi yang secara luas. Dalam hal ini
Berdasarkan bukti-bukti dalam putusan pengadilan Nomor
54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, semenjak angelina sondakh di angkat
sebagai anggota banggar DPR RI, angelina sondakh diajak untuk di kenalkan
dengan Mindo rosalina manulang serta beberapa orang lainya dari permai
group. Dan menurut keterangan Nazaruddin pertemuan itu di perintahkan
oleh kanda Anas Urbaningrum, setelah bertemu beberapa kali Angelina
Sondakh melakukan pembicaraan dengan Mindo Rosalina Manulang. 1
Pada
bulan Maret 2010, Angelina Sondakh mengadakan pertemuan dengan Mindo
Rosalina Manulang di Plaza FX Senayan dan menyanggupi penggiringan
anggaran yang diinginkan Permai Group dengan meminta imbalan uang (fee)
sebesar 7% dari nilai proyek dan fee tersebut sudah harus diberikan kepada
1 Putusan sidang Jakarta pusat Nomor 54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, h. 1.
56
Angelina Sondakh sebesar 50% pda saat pembahasan dilakukan dan sisanya
50% setelah DIPA turun atau disetujui. Esoknya, Mindo Rosalina Manulang
melaporkan kepada Muhammad Nazaruddin selaku pemilik Permai Group
dan Nazaruddin memerintahkan Mindo untuk menawar 5% dan uangnya
diberikan setelah DIPA turun atau disetujui.2
Beberapa hari kemudian Mindo menemui Angelina Sondakh di kantor
DPR RI untuk menawar imbalan (fee) sebesar 5% dan diberikan setelah
DIPA turun atau disetujui. Angelina Sondakh menjawab:
“gini aja deh bu Rosa, karena ibu diperkenalkan oleh pak Nazar
teman dmeokrat dan teman DPR, ya udah disamain aja deh 5%, tetapi
kalau ditanya orang berapa persen, bilang 7%”
Namun Angelina Sondakh tetap meminta imbalan uang (fee) tersebut
sudah harus diberikan terlebih dahulu sebesar 50% pada saat pembahasan
anggaran, dengan mengatakan:
“tidak bisa bu, karena yang penting itu justru pada saat proses
pembahasan agar mereka mempertahankan penuh anggaran yang
akan kita giring ini, karena perlu ibu ketahui bahwa pengusaha yang
lain di depan 100%, kitam minta 50% ke ibu supaya kita amankan di
tingkat pimpinan”
Esoknya Mindo Rosalina Manulang menghubungi Muhammad
Nazaruddin melaporkan hasil pertemuannya dengan Angelina Sondakh dan
setelah Muhammad Nazaruddin menyetujui permintaan Angelina Sondakh
tersebut maka Mindo Rosalina Manulang kembali menghubngi Angelina
Sondakh melalui telepon:
2 Putusan sidang Jakarta pusat Nomor 54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, h. 58.
57
“Ok bu, yang tadi malam setuju”
Angelina Sondakh menjawab:
“Sip”
Pada tanggal 19 April 2010 dikeluarkan uang dari kas Permai Group
sebesar Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) untuk
pembayaran suppport (dukungan) kepada Angelina Sondakh dalam rangka
pengurusan proyek universitas pada tahun 2010, yang sebelumnya diawali
komunikasi pesan BBM Angelina Sondakh kepada Mino Rosalina Manulang
pada tanggal 10 April 2010:
“So far yg punya lalu aman, yg baru sdg fight, makanya perlu
pelumas”.3
Esoknya, pada tanggal 20 April 2010 Mindo Rosalina Manulang
menghubungi Angelina Sondakh melalui BBM menayakan perkembangan
rapat pembahasan anggaran di DPR RI sekaligus konfirmasi penyerahan uang
tersebut dan Angelina Sondakh mengirim pesan melalui Blackberry
Messenger (BBM):
“Aman, terima kasih ya itu”.
Pada tanggal 5 Mei 2010 dikeluarkan uang dari kas Permai Group
sebanyak dua kali, yakni pagi harinya sebesar Rp 2.500.000.000 (dua milyar
rupiah) dan sorenya sebesar Rp 3.000.000.000 (tiga milyar rupiah).
Pengeluaran uang dari kas Permai Group tersebut untuk pembayaran support
3 Putusan sidang Jakarta pusat Nomor 54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, h. 73.
58
(dukungan) kepada Angelina Sondakh dalam rangka pengurusan proyek
Kemenpora tahun 2010 yang berawal dari pesan yang disampaikan Wafid
Muharam melalui Paul Nelwan kepada Mindo Rosa Manulang yang intinya
bahwa pihak DPR RI, yaitu Angelina Sondakh yang menjabat Ketua
Koordinator Pokja Anggaran Komisi X (Sepuluh) dan Wayan Koster yang
menjawab selaku Wakil Koordinator Pokja Anggaran Komisi X (Sepuluh)
meminta uang sebesar Rp 5.000.000.000 (lima milyar rupiah) untuk
pengurusan anggaran Wisma Atlet Kemenpora.
Sebelum dilakukan penyerahan uang, Mindo Rosalina Manulang
sempat menghubungi Angelina Sondakh melalui BBM:
“Sedang sy cari yg bisa memenuhi apple amerika”.4
Padal 19 Juni 2010 dikeluarkan uang dari Kas Permai Group sebanyak
dua kali, yakni masing-masing sebesar US$ 100.000 (seratus ribu dolar
Amerika Serikat) sehingga totalnya US$ 200.000 (dua ratus ribu dollar
Amerika Serikat) untuk pembiayaan komitmen kepada Angelina Sondakh
terkait pengurusan proyek universitas tahun 2010, yang sebelumnya diawali
pertemuan antara Angelina Sondakh dengan Mindo Rosalina Manulang
membicarakan bahwa proyek yang diminta oleh Permai Group adalah total
sebesar Rp 600.000.000.000 (enam ratus milyar rupiah), namun Angelina
Sondakh mengatakan bahwa bisa mengusahakan maksimal sebesar Rp
400.000.000.000 (empat ratus milyar rupiah) karena harus dibagi-bagi dengan
yang lainnya dan untuk itu Angelina Sondakh meminta Mindo Rosalina
4 Putusan sidang Jakarta pusat Nomor 54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, h. 74.
59
Manulang harus segera menyiapkan uang sebagai imbalan (fee) pengurusan
anggaran karena Angelina Sondakh beralasan apabila tidak ada uang imbalan
(fee) maka proyeknya dianggap tidak bertuan dan tidak semangat dalam
pembahasannya.
Sebelum dilakukan penyerahan uang, Mindo Rosalina Manulang
sempat menghubngi Angelina Sondakh melalui BBM::
“Nanti ibu ditel sama org kita ya?”
“Tp apel washington ya bu”
“1 kilo dulu ya bu. Krn stock ku habis. Diusahakan sebelum selesai
istirahat sdh ada”.5
Pesan itu dibalas oleh Angelina Sondakh dengan mengatakan:
“Ok...brp kilo?”
“Oke deh, tapi jangan lupa kekurangannya apel malang aja ya?”
“nanti dengan Jerry ya”
Selanjutnya Mindo Rosalina Manulang meminta agar Jefri, yakni
kurir penerima uang sebagaimana permintaan Angelina Sondakh, untuk
datang ke restoran Paparon’s Pizza Warung Buncit, Jakarta Selatan yang
letaknya di seberang kantor Permai Group sebagaimana pesan BBM Angelina
Sondakh:
“Bisa ke paparons warung buncit jefrynya? Orang saya akan ke
sana”
5 Putusan sidang Jakarta pusat Nomor 54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, h. 75.
60
Kemudian uang diantarkan oleh kurir Permai Group bernama Arif ke
restoran Paparon’s Pizza untuk diserahkan ke Jefri.
Pada tanggal 2 September 2010 dikeluarkan uang dari kas Permai
Group sebesar US$ 150.000 (seratus lima puluh ribu dollar Amerika Serikat)
untuk pembayaran komitmen kepada Angelina Sondakh terkait pengurusan
proyek universitas tahun 2010, yang sebelumnya diawali komunikasi antara
Angelina Sondakh dengan Mindo Rosalina Manulang membicarakan
pengurusan anggaran proyek Kemendiknas yang sedang dibahas untuk tahun
anggaran 2011 yang melibatkan Wayan Koster selaku Anggota Badan
Anggaran dari fraksi PDIP, sehingga Mindo Rosalina Manulang meminta
supaya Angelina Sondakh menyarankan kepada Mindo Rosalina Manulang
agar bagian Wayan Koster segera diberikan saja sebagaimana pesan BBM
Angelina Sondakh kepada Mindo Rosalina Manulang pada tanggal 1
September 2010 Angelina Sondakh mengirim pesan BBM ke Mindo Rosalina
Manulang:
“Bener...kasih aja dulu ke bali krn banyak yg mau dia selesaikan, dan
kan urusannya sama big boss”.
Pada tanggal 14 Oktober 2010 dikeluarkan uang dari kas Permai
Group sebanyak dua kali, yaitu sebesar Rp US$ 300.000 (tiga ratus ribu dolar
Amerika Serikat) dan US$ 200.000 (dua ratus ribu dolar Amerika Serikat).
Pengeluaran uang ini diperuntukkan untuk support (dukungan) kepada
Angelina Sondakh dan Wayan Koster terkait proyek universitas tahun 2010
yang sebelumnya diawali eprtemuan antara Angelina Sondakh dan Mindo
Rosalina Manulang di Apartemen Bellezza sekitar awal bulan Oktober 2010,
yang intinya Angelina Sondakh mengingatkan Mindo Rosalina Manulang
61
akan komitmen pemberian imbalan uang (fee) dalam pengurusan anggaran
Kemendiknas tahun anggaran 2010 serta permintaan bagian fee untuk Wayan
Koster.
Sebelum dilakukan penyerahan, Mindo Rosalina Manulang sempat
menghubungi Angelina Sondakh melalui pesan BBM pada tanggal 13
Oktober 2010 Mindo Rosalina Manulang mengirim pesan:
“Yg sy kasih punya bali dulu ya bu:). Punya ibu belakangan tp pasti.
Saya sdg ngumpulin apel washingtonnya”.6
“Nmr hp orang ib tld dikasih ya”
Dibalas oleh Angelina Sondakh:
Alex 087875372358. Tolong hub pak alex, hari ini ya”
Namun karena uang yang tersedia saat itu adalah bentuk rupiah, maka
uang tersebut harus ditukarkan ke Money Changer dalam bentuk dolar
Amerika Serikat sehingga uang tidak jadi diserahkan hari itu, sehingga pada
tanggal 14 Oktober 2010 Angelina Sondakh kembali menghubungi Mindo
Rosalina Manulang melalui pesan BBM:
“Bu, orgnya ibu belum hub alex hari ini?”.7
Dijawab oleh Mindo Rosalina Manulang:
“Sedang dimoney changer bu :)”
Lalu Angelina Sondakh menegaskan kembali:
Ok2, yg di lantai 6 kemarin belum pas hitungannya”
Dijawab oleh Mindo Rosalina Manulang:
“Ini sdg digenapi saya juga baru cek dan kurang. Segera terdeliver”
6 Putusan sidang Jakarta pusat Nomor 54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, h. 76.
7 Putusan sidang Jakarta pusat Nomor 54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, h. 76.
62
Dijawab oleh Angelina Sondakh:
“Sip.”
Pada tanggal 17 Oktober 2010 dikeluarkan uang dari kas Permai Grp
sebesar US$ 400.000 (empat ratus ribu dolar Amerika Serikat) untuk support
(dukungan) kepada Angelina Sondakh dan Wayan Koster terkait proyek
universitas tahun 2010 di Kemendiknas. Selanjutnya uang tersebut dibungkus
kertas kado dan diantarkan oleh Dewi Utari (staf bagian keuangan Permai
Grup) ditemani 2 (dua) orang security Permai Grup ke ruangan kerja Wayan
Koster di Ruang 613 Lantai 6 Gedung Nusantara I kantor DPR RI
sebagaimana permintaan Angelina Sondakh. Setelah sampai di ruangan
tersebut lalu Dewi Utari memberikan uang tersebut kepada seorang staf
Wayan Koster yang berada di ruangan seraya mengatakan:
“Mas ini ada titipan dari Bu Rosa”
Yang kemudian diterima oleh staf dari Wayan Koster tersebut
Pada tanggal 26 Oktober dikeluarkan uang dari kas Permai Grup sebesar US$
500.000 (lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) untuk support (dukungan)
kepada Angelina Sondakh dan Wayan Koster terkait proyek universitas tahun
2010 di Kemendiknas, yang sebelumnya diawali komunikasi BBM antara
Angelina Sondakh dengan Mindo Rosalina Manulang pada tanggal 26
Oktober 2010, di mana Angelina Sondakh mengatakan:
“Ini byk perubahan krn tdk tepat waktu”
Kemudian dibalas oleh Mindo Rosalina Manulang:
“Please dong bu. Jgn dirubah :( Besok lunas sisanya”
63
Pada tanggal 3 November 2010 dikeluarkan uang dari kas Permai
Grup sebesar US$ 500.000 (lima ratus ribu dolar Amerika Serikat) untuk
support (dukungan) kepada Angelina Sondakh dan Wayan Koster terkait
proyek universitas tahun 2011 di Kemendiknas, yang sebelumnya diawali
pertemuan antara Mindo Rosalina Manulang, Angelina Sondakh dan Wayan
Koster di ruangan kerja Wayan Koster di Ruang 613 Lantai 6 Gedung
Nusantara I kantor DPR RI pada tanggal 27 Oktober 2010. Kemudian pada
tanggal 4 November 2010, Angelina Sondakh menghubungi Mindo Rosalina
Manulang melalui pesan BBM yang mengatakan:
“Yg kemarin sudah, tinggal selisihnya”
Kemudian dibalas Mindo Rosalina Manulang:
“Ya, kita konfersi ke rupiah ya bu :)”
pada tanggal 22 November 2010 dikeluarkan uang dari kas Permai
Grup sebesar Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) untuk Angelina Sondakh
terkait proyek universitas tahun 2010 di Kemendiknas, yang sebelumnya
diawali komunikasi antara Angelina Sondakh dengan Mindo Rosalina
Manulang yang intinya meminta Mindo Rosalina Manulang memberikan
sumbangan terhadap korban letusan gunung Merapi, Jawa Tengah, karena
Angelina Sondakh berasal dari daerah pemilihan tersebut, sebagaimana pesan
BBM tanggal 12 November 2010, dengan mengatakan:
“Nanti listnya hari senin saya kasih, krn saya ke magelang siang ini,
bantu dong bu rosa untuk korban merapi”
64
“Iya, bantu susu kek, atau cash aja nanti saya belanjakan di sana.
Ibu bantu 10 juta aja, saya talangin dulu”
Kemudian pesan tersebut dibalas oleh Mindo Rosalina Manulang:
“Ok siap”
Angelina Sondakh kemudian memberikan nomor rekening stafnya
yakni M. Lindina Wulandari di Bank Mandiri melalui pesan BBM tanggal 15
November 2010 kepada Mindo Rosalina Manulang:
“Bu, ini no rek utk sumbangan merapi 136 00 610859 8, an. M.
Lindina wulandari”
“Mandiri”
Selanjutnya uang tersebut dikirim oleh kurir Permai Grup yang
bernama Harsono melalui transfer bank ke rekening an. M. Lindina
Wulandari tersebut.
Selain percakapan antara Angelina Sondakh dan Mindo Rosalina
Manulang, terdapat penyebutan yang menarik untuk dicermati lebih jauh.
Penyebutan ini berasal Yulianis, yang sering menyebut Angelina Sondkah
dengan sebutan “artis”, yang berasal dari Partai Demokrat.
Berikutnya adalah percakapan dari perspektif Mindo Rosalina
Manulang, saksi terhadap terdakwa Angelina Sondakh. Angelina Sondakh
diperkenalkan oleh Muhammad Nazaruddin sebagai teman sesama anggota
DPR dan sesama Partai Demokrat. Dalam perkenalan tersebut Muhammad
Nazaruddin menyampaikan kepada Angelina Sondakh:
“Bu Rosa ini yang akan berkomunikasi dengan ibu”
65
Yang dimaksud dengan komunikasi di sini adalah “tentang proyek”.
Mindo Rosalina Manulang suatu waktu bertanya kepada Angelina
Sondakh apakah ada anggaran yang akan dibahas untuk di Kemendiknas
Tahun Anggaran 2010 dan mendapat jawaban:
“akan ada pembahasan akan tetapi harus sudah ada pengajuan ke
Biro Perencanaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi kalau
belum ada pengajuan dari Biro Perencanaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, maka tidak bisa dilakukan pembahasan di DPR
RI”
Setelah mendapat data universitas yang mengajukan usulan, Mindo
Rosalina Manulang kemudian menghubungi Angelina Sondakh dan
memberikan informasi bahwa sudah ada beberapa usulan dari universitas-
universitas.8 Menanggapi hal tersebut Angelina Sondakh berkata kepada
saksi:
“Ya, sudah kita lihat saja pada saat rapat apakah usulan yang
dimaksud masuk tidak di dalam daftar pembahasan”
Mindo Rosalina Manulang pernah mendapat petunjuk dari
Muhammad Nazaruddin terkait fee proyek yang pada intinya mengatakan:
8 Berdasarkan keterangan yang terdapat dalam putusan pengadilan, universitas yang
disetujui dengan total anggaran Rp 610.000.000.000 (enam ratus sepuluh milyar) adalah: 1.
Universitas Sumatera Utara: Rp 30 milyar; 2. Universitas Negeri Malang: Rp 40 milyar; 3.
Universitas Brawijaya: Rp 30 milyar; 4. Universitas Udayana: Rp 30 milyar; 5. Universitas Negeri
Jambi: Rp 30 milyar; 6. Universitas Negeri Jakarta: Rp 45 milyar; 7. ITS Surabaya Robotika: Rp
40 milyar, Forensik Rp 15 milyar; 8. Universitas Sudirman: Rp 30 milyar; 9. Universitas
Sriwijaya: Rp 75 milyar; 10. Universitas Tadulako: Rp 30 milyar; 11. Universitas Cendana: Rp 20
milyar; 12. Universitas Pattimura: Rp 35 milyar; 13. Universitas Papua: Rp 30 milyar; 14.
Universitas 11 Maret: Rp 40 milyar; 15. Universitas Tirtayasa: Rp 50 milyar; 16. IPB Bogor: Rp
40 milyar.
66
“Ros, sampaikan pada ibu itu (Angelina Sondakh) fee-nya seperti
biasa, maksudnya samakan saja dengan Pak Nazar”.9
Mindo Rosalina Manulang menerangkan mengukur persentase fee itu
berdasarkan list/dokumen yang sudah diberikan pada Angelina Sondakh,
sebagai bahan acuan nilai anggaran yang “digiring”. Selanjutnya Angelina
Sondakh menyanggupi “penggiringan” dana anggaran dengan imbalan 5%
sebagaimana telah disepakati, dengan alasan:
“ya, tidak apa-apa 5% pak Nazar ini”
Pada tanggal 16 Aperil 2010 ada komunikasi antara Mindo Rosalina
Manulang dan Angelina Sondakh via BBM (pukul 20:18:42) yang berbunyi:
“Kapan bisa bu?”
“Besok Ya bu pasti td ga sempat nukar
“Ok”
Lalu pada tanggal 2 Mei 2012 Mindo Rosalina Manulang dan
Angelina Sondakh bertemu, membicarakan tentang fee/dana support
terdakwa meminta langsung pada saat pertemuan. Sebelum pertemuan, terjadi
komunikasi sebagai berikut:
“Stress banget aku, berantemnya dasyat soalnya”
“Oke sy meluncur skrg”
“Bu dmn? Sy di grand lucky”
“Ok, saksi bayar dan kita ketemu di foudcourtnya”
Terkait kunjungan Angelina Sondakh ke pondok bambu pada saat
Mindo Rosalina Manulang menjadi terdakwa dalam perkara lain, ada
perbincangan dengan Angelina Sondakh:
9 Putusan sidang Jakarta pusat Nomor 54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, h. .77.
67
“aduh saksi lagi stres banget ni mbak seolah-olah ini semua saksi,
tolonglah mbak bantu saksi, mudah-mudahan setelah mbak bebas kita
cari kerjaan yang bener saja, tapi tolong ya mbak bantu saksi”
Lalu Mindo Rosalina Manulang menjawab:
“gimana mbak cara saksi membantu HP saksi semua disita dan bukti
percakapan semua ada disitu”.10
Lalu Angelina Sondakh mengatakan:
“ini saksi juga bau dari rumah mas Anas, saksi nggak mau
dikorbankan sendiri”
Mindo Rosalina Manulang mengatakan:
“tapi mbak diamankan kan?”
Angelina Sondakh menjawab:
“iya kalau tidak nanti saksi bisa marah besar, senayan bisa saksi
bikin tsunami lebih dahsyat dari Nasar”
Mindo Rosalina Manulang mengatakan:
“saksi si siap menanggung ini, taip kalau disuruh bantu mbak saksi
tidak tahu cara bantunya, karena kan bukan Cuma saksi yang
dipanggil tetapi orang kantor juga banyak”
Angelina Sondakh mengatakan:
“ya paling tidak mbak rosa bantu saksi kita sama-sama sebagai
seorang ibu”’
10
Putusan sidang Jakarta pusat Nomor 54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, h. 78.
68
B. Motif Pemakaian Istilah
Pemakaian istilah-istilah dalam pembicaraan terkait dengan kasus korupsi
yang di lakukan Angelina sondakh memiliki beberapa motif di antaranya
sebagaimana keterangan beberapa saksi :
a. Keterangan saksi yulianis
Menurut keterangan saksi mengatakan bahwa “Permai Group”
bukan merupakan perusahaan ijin lega akan tetapi hanya penyebutan
untuk mempermudah saja terhadap perusahaan-perusahaan yang di
kendalikan nazaruddin, selain itu bahwa keterkaitan antara Permai
Group dengan terdakwa yang saksi ketahui berdasarkan catatan
keuangan terdapat pengajuan usulan terkait “support” untuk terdakwa
dan pengertian “support” di dalam bahasa Permai Group adalah
berkaitan dengan “penggiringan suatu proyek” yaitu terkait dengan
tender-tender yang sudah di tentukan oleh panitia proyek atau PPK
kemudian bisa di kerjakan oleh Permai Group dengan melakukan
koordinasi. Dalam managemen Permai Group mengenal juga “Brangkas
X” di mana Brangkas X merupakan sumber uang yang diberikan kepada
terdakwa berasal dari uang operasional Permai Group.11
b. Keterangan saksi mindo Rosalina manulang
Dalam BAP menerangkan Bahwa istilah semangka merupakan
uang support untuk menggiring proyek dan “apel malang” digunakan
untuk menyebut rupiah, “apel washingthon” penyebutan untuk dollar
11
Putusan sidang Jakarta pusat Nomor 54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, h. 77.
69
US, penggunaan istilah tersebut untuk menyamarkan makna sebenarnya
dan telah disepakati oleh saksi dan terdakwa dalam melakukan
komunikasi. Bahwa maksud “giring-menggiring” di DPR adalah
bertujuan agarang - anggaran yang tadinya baru berupa usulan dapat
diusahakan “goal” dan cair dalam DIPA, dalam hal komunikasi mindo
Rosalina manulang menggunakan Hand Phone “Horor” yang di maksud
Hp Horor adalah Hp khusus di gunakan untuk orang-orang tertentu saja
(hanya bisa di hubungi oleh Sdr Yulianis, Sdr Neneng, Sdr Nazar, Sdr
Clara Maureen) dalam kasus ini mindo Rosalina manulang juga
menyebut terdakwa Angelina sondakh dengan sebutan “Artis”. Dalam
perkenalan Rosa dengan terdakwa mendapatkan arahan dari Nazaruddin
bahwa Bu rosa ini yang akan “berkomunikasi” dengan terdakwa dan
yang di maksud dengan “komunikasi” di sini adalah “tentang Proyek”
dalam komunikasi wafid muharam dengan saksi mindo Rosalina
manulang bahwa penganggaran wisma atlit sudah “Clean and Clear”
dalam hal ini maksud dari clean and clear adalah “DPR sudah
menyetujui usulan APBN-P TA 2010 dan tidak ada masalah. Selain itu
di gunakan juga nama-nama palsu yang sekiranya untuk melancarkan
transaksinya seperti “ketua besar” yang menurut keterangan saksi
menunjuk kepada saudara Anas Urbaningrum sementara “Boss Besar”
merujuk kepada Nazaruddin serta “Bali” menunjuk kepada I wayan
koster serta nama kurir dengan nama Alex dan Jefry tidak ada yang
70
mengenalnya, dalam percakapan istilah “kuning” itu mengarah kepada
parta “Golkar”.12
c. Keterangan Harris Iskandar
Bahwa saksi bertukar dengan nomor PIN dengan Angelina sondakh ada
dua yaitu PIN 20E342D9 dan 290106FF. saksi kadang-kadang
berkomunikasi dengan Angelina sondakh dengan menggunakan
Blackberry yang isinya kadang masalah pekerjaan dan kadang urusan
bercanda saja. Saksi menerangkan juga bahwa kadang dalam RDP ada
banyak proposal yang “keluar dari kantong” maksudnya adalah
“Muncul tiba-tiba” dari anggota DPR RI Komisi X. menurut keterangan
saksi bahwa seharusnya pembangunan yang dimiliki oleh Negara ini
adalah “Bottom-up” maksudnya adalah “dari bawah ke atas” setelah
ada musrembang dulu, jadi tidak asal “nyelonong” ke DPR dan tidak di
ajukan oleh dikti dan menyalahi prosedur. Menurut keterangan saksi
selanjutnya dia membenarkan pernah di ajak sekitar tanggal 17 Maret
2010 di undang makan siang oleh Angelina sondakh meminta saksi
“untuk memperhatikan usulan dari beberapa Perguruan Tinggi”
istilahnya menurut saksi “titipan untuk diperhatikan” .
Keterangan saksi dalam berkomunikasi dengan Mindo Rosalina
manulang membenarkan pernah mendapatkan perintah dengan bahasa
12
Putusan sidang Jakarta pusat Nomor 54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, h. 97.
71
“Intip-intip Poltek” dengan maksud adalah “APBNP kegiatan Rumah
sakit Pendidikan.13
d. Keterangan Gerhana sianipar
Saksi merupakan pekerja dari PT> Ersatek Teknologi Utama sebuah
perusahaan konsorsium dari Gedung Tower Permai, saksi menerangkan
mengenal kurir-kurir mindo Rosalina manulang, seperti Lutfi
Ardiansyah. Menurut keteranganya Lutfi Ardiansya pernah
mendatanginya dan mengatakan “Bu, paketnya mau di kasih ke ibu, di
masukkan ke mobil atau kemana” dan Lutfi mengatakan lagi dengan
mendekatkan mobilnya dan berkata “ini ada support mau di masukkan
ke mobil atau gimana” dan gerhana sianipar menjawab karena Faham
maksud dari “Paket” atau “Support” adalah uang untuk mnggolkan
proyek dan saksi merasa itu salah kirim, kemudian saksi kirim pesan
“uang untuk siapa dan kenapa di kirim kesaya” dan kemudian di jawab
oleh mindo Rosalina manulang “kok di antar ke kamu sih, ya sudah lutfi
saya telfon” dan kemudian di suruhlah lutfi pergi karena saksi tidak tau
uang itu untuk siapa.14
Saksi juga membenarkan bahwa maksud BAP No 31 bahwa
mengenai konten BBM tanggal 19 Nopember dari PIN BB 256FF48D
kepada PIN BB 220B3F22 “Uang yang merapi ya, Punya Artis, Bu ini
nomer rekening sumbangan merapi 1360… atas nama M. Lindina
13
Putusan sidang Jakarta pusat Nomor 54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, h. 135. 14
Putusan sidang Jakarta pusat Nomor 54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST, h. 133.
72
Wulandari Bank Mandiri Pakai uang kasmu dulu” dan yang di maksud
“Artis” adalah Angelina sondakh.
Dalam kasus korupsi yang dilakukan oleh anggota DPR RI
Angelina Sondakh serta Permai Group, motif pemakaian istilah-istilah
tertentu tersebut dilakukan dalam rangka agar pembicaraan yang ia
lakukan tidak dimengerti oleh orang lain. Dengan penggunaan istilah-
istilah tertentu, diharapkan, jika suatu saat ada pemeriksaan dari pihak
berwajib, tidak akan dicurigai. Begitu juga ketika ada orang lain yang
tidak tahu-menahu dengan urusan yang sedang dikerjakan, orang tersebut
tidak akan mengerti sepenuhnya, Bahkan dalam komunikasi yang di
lakukan Anas Urbaningrum dengan Nazaruddin menggunakan Handphon
anti sadap menurut keterangan Nazaruddin dalam BAP.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Ketua
DPR RI, Marzuki Alie, beliau mengatakan bahwa motif seorang anggota
DPR RI menggunakan istilah-istilah tertentu dalam berkomunikasi adalah
kemungkinan dalam rangka agar tidak ada orang yang mengerti apa yang
sedang mereka bicarakan. Dengan demikian, pembicaraan mereka, baik
yang dilakukan secara langsung maupun melalui telepon seluler dan pesan
instan, tidak akan dipahami oleh orang lain. Hal ini bisa dianalogikan
dengan sandi-sandi yang sering digunakan oleh pihak militer dalam
berkomunikasi. Sandi-sandi tersebut biasanya digunakan untuk menyebut
suatu operasi, sehingga ketika orang mendengar kata atau istilah tersebut,
73
orang tidak akan mengerti.15
Hanya pihak militer saja yang mengerti.
Seperti yang disampaikan kepada penulis:
“Saya kira kalau ada anggota dewan yang menggunakan bahasa-
bahasa tertentu dalam berkomunikasi, terutama untuk tujuan yang tidak
baik, hal tersebut dilakukan dalam rangka agar apa yang mereka bicarakan
tidak diketahui oleh orang lain. Semacam bahasa rahasia atau sandi lah. Ini
kan kita kenal misalnya yang sering digunakan oleh militer dalam
melakukan suatu operasi atau saat berkomunikasi melalui HT (handy
talky). Entah itu kijang, rusa, atau semacamnya. Karena dengan
penggunaan bahasa-bahasa tertentu tersebut, maka orang yang tidak
paham tentu tidak akan mengerti. Tapi kalau sudah paham, ya bisa
berkomunikasi dan menangkap pesan yang ingin disampaikan. Begitu juga
dengan anggota dewan, mereka main rahasia-rahasiaan, biar tidak ada
yang ngerti dengan urusan yang sedang mereka lakukan.”16
Demikian juga pendapat yang disampaikan oleh Selina Gita, SH.
Anggota Komisi X DPR-RI saat di wawancara Menurutnya, motif orang
menggunakan bahasa tertentu adalah agar apa yang hendak disampaikan
dapat terjaga, tidak diketahui oleh orang banyak. Apalagi sekarang zaman
yang sudah sangat canggih, di mana percakapan baik melalui telepon atau
pesan singkat, dengan mudah dapat dilacak. Tentu saja kalau ada niat baik,
15
Wawancara pribadi dengan ketua DPR bapak Marzuki Alie Jalan Widya Chandra III,
Jakarta pada tanggal 20 maret 2014. 16
Wawancara pribadi dengan ketua DPR bapak Marzuki Alie Jalan Widya Chandra III,
Jakarta pada tanggal 20 maret 2014.
74
seseorang tidak akan menggunakan bahasa biasa yang dimengerti oleh
orang banyak. Seperti yang disampaikan kepada penulis:
“ya pada intinya, mereka melakukan komunikasi dengan
penggunaan simbol-simbol atau istilah tertentu agar tidak diketahui saja.
Sekarang ini kan zaman sudah canggih ya, kalau Cuma rekaman telepon
atau jejak yang ada di BBM maupun SMS sangat mudah ditelusuri.
Makanya saya kira itu tergantung individunya, kalau memang dia tidak
ada niat untuk berbuat jahat, kenapa harus pakai istilah-istilah tertentu.
Bicara seperti apa adanya saja.”17
Mengenai motif penggunaan istilah tertentu ini, Gungun Heriyanto
menganggap bahwa hal tersebut bisa dilihat dari motif orang melakukan
tindak pidana korupsi. Empat motif tersebut adalah untuk kepentingan
pragmatis, penyesuaian diri, eksternalisasi diri, dan pertahanan diri. seperti
yang disampaikan kepada penulis:
Saya melihat motifnya itu paling tidak ada empat: satu, motif untuk
kepentingan pragmatis orang atau kelompok. Artinya, misalnya untuk
kebutuhan pemilu. Karena dibutuhkan dana besar, High Coast deomcracy,
secara pragmatis dia kemudian melakukan atau turut berpartisipasi dalam
tindakan korup. Contohnya seperti kasus Century, mungkin di situ nanti.
Atau kasus Hambalang. Kedua, penyesuaian diri. Ada beberapa anggota
DPR yang sebelumnya tidak niat, tapi karena lingkungan di situ sangat
kuat perilaku korupsinya, kemudian dia menyesuaian diri dengan
17
Wawancara dengan Selina Gita dilakukan di Jl. Pondok Hijau II No. 2 RT 005 RW 013
Pondok Indah, Jakarta Selatan, pada tanggal 23 April 2014
75
mainstream. Karena tidak mau dianggap sebagai deviant. Misalnya semua
menerima amplop tapi dia tidak menerima, kemudian dianggap
menyimpang. Ketiga, motif eksternalisasi diri. Misalnya dia berada di fase
yang berbeda dari sebelumnya. Mungkin sebelumnya dia masyarakat
biasa, masuk ke sistem, pola hidup dia berubah. Ini bukan untuk
membiayai partai, tapi untuk semacam eksis. Eksis kan butuh dana, dan
dana itu kerap kali lahir dari dana-dana rakyat yang dia korup. Ada juga
mekanisme pertahanan diri. Dia korup karena sebetulnya semacam dengan
tindakan korupsi itu mempertahankan diri. Misalnya sistem di situ
memang sudah korup, kemudian dia kalau tidak ikut justru dia menjadi
bagian yang dikorbankan. Dia menjadi bagian dari mekanisme pertahnaan
diri. Termasuk untuk menutup korupsi lain, dia melakukan tindakan
krosup lain. Untuk menutup aparat hukum, dia punya modal dari korupsi
lain. Saya melihat seperti itu. Kasus Angelina Sondakh adalah
eksternalisasi diri dan penyesuaian diri. Jadi empat motif ya.18
C. Analisis
Dari hasil penyajian data pada sub bab sebelumnya, selanjutnya penulis
akan melakukan analisa terhadap data-data tersebut. Analisa dilakukan
dengan menggunakan teori-teori dan Struktur Jaringan Komunikasi yang
sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Analisa ini dilakukan dalam rangka
untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengnai komunikasi yang
18
Wawancara dengan Gungun Heriyanto dilakukan di Kampus UIN Jakarta pada tanggal 5
Juni 2014.
76
dilakukan oleh anggota dewan dalam melakukan tindak pidana korupsi.
Dalam hal ini, kasus yang dijadikan sebagai bahan penelitian adalah kasus
korupsi yang dilakukan oleh Angelina Sondakh serta peran Angelina Sondakh
dalam mengatur kinerja antara Mindo Rosalina Manulang, Alex sebagai
Kurir, Serta I Wayan Koster selaku penerima Uang.
Sebagaimana telah disebutkan dalam bab sebelumnya, bahwa unsur-
unsur komunikasi terdiri dari sumber, pesan, media, penerima, dan efek
(feedback).
Berdasarka Gambar di atas dan data yang diperoleh, maka sumber dari
komunikasi dalam penelitian ini adalah Angelina Sondakh. Untuk kasus
korupsi yang dilakukan oleh Angelina Sondakh, Angelina Sondakh berperan
sebagai sumber komunikasi dan Mindo Rosalina Manulang sebagai pihak
penerima pesan, Mindo Rosalina bisa berkomunikasi kepada Angelina
Mindo Rosalina
Manulang (Permai Group)
I Wayan Koster
( Banggar DPR RI)
Angelina Sondakh
Alex (Kurir)
Haris Iskandar (Kemendi
kbud)
77
Sondakh mengenai dana-dana yang harus di siapkan oleh Permai Group. Tapi
tidak bisa berkomunikasi dengan I Wayan Koster untuk membicarakan
mengenai kapan dan di mana uang bisa di antar, Angelina berkomunikasi
dengan kurir untuk mengantarkan Uang tapi kurir tidak berkomunikasi
dengan I Wayan Koster, Hanya mengantar di ruangan ataupun Alex Hanya
menerima Uang sesuai Perintah, Haris Iskandar hanya berkomunikasi dengan
Angelina Sondakh mengenai Informasi-Informasi yang ada di Kemendikbud.
Maka penulis menyimpulkan Bahwa Stuktur Jaringan yang di gunakan oleh
Angelina Sondakh masuk dalam Struktur Roda.
Temuan lain dalam kasus Angelina Sondakh antara lain pemakaian
istilah apel Washington, apel Malang satu kilo, Artis, support, si kuning,
ketua besar, boss besar, menggiring, fight dan lain sebagainya Dalam kasus
Angelina Sondakh, pembicaraan lebih sering menggunakan bahasa tulisan
dengan menggunakan perantara Blackberry Messenger (BBM PIN
20E342D9) sedangkan PIN BB mindo rosalina manulang (256FF48D)
Keduanya jarang melakukan komunikasi langsung.
Komunikasi yang mereka lakukan sangat sesuai dengan rujukan dengan
menguji Teori Bormann menyatakan bahwa Teori Konvergensi Simbolik
adalah teori umum (general theory) yang mengupas tentang fenomena
pertukaran pesan yang memunculkan kesadaran kelompok yang beimplikasi
pada hadirnya makna, motif dan perasaan bersama (Hirokawa dan Poole,
1986; 219). Yakni teori ini berusaha menerangkan bagaimana orang-orang
secara kolektif membangun kesadaran simbolik bersama melalui suatu proses
pertukaran pesan. Kesadaran simbolik yang terbangun dalam proses tersebut
78
kemudian menyediakan semacam makna, emosi, dan motif untuk bertindak
bagi orang-orang atau kumpulan orang yang terlibat didalamnya. Sekumpulan
individu ini dapat berasal dari kelompok orang yang telah saling mengenal
dan berinteraksi dalam waktu yang relatif lama atau orang-orang yang tidak
saling mengenal dan memiliki cara berbeda dalam menafsirkan lambang yang
digunakan tapi mereka kemudian saling berkomunikasi sehingga terjadi
konvergensi yang pada gilirannya menciptakan realitas simbolik bersama .
Dengan demikian proses konvergensi dapat muncul bukan hanya dalam
kelompok kecil yang relatif saling mengenal, tapi juga dapat terjadi dalam
rapat akbar, atau saat seseorang mendengarkan ceramah atau ketika kita
menikmati film dan iklan politik ditelevisi.
Dalam teori ini, Bormann (1990:106) mengartikan istilah konvergensi
(convergence) sebagai suatu cara dimana dunia simbolik pribadi dari dua atau
lebih individu menjadi saling bertemu, saling mendekati satu sama lain atau
kemudian saling berhimpitan ( the way in which the private symbolic worlds
of two or more people begin come together or overlap). Sedangkan istilah
simbolik sendiri terkait dengan kecenderungan manusia untuk memberikan
penafsiran dan menanamkan makna kepada berbagai lambang, tanda,
kejadian yang tengah dialami, atau bahkan tindakan yang dilakukan manusia
(Bormann, 1986: 221). Dalam kaitan ini Bormann juga menyatakan bahwa
manusia adalah symbol-users dalam arti bahwa manusia menggunakan
symbol dalam komunikasi secara umum dan dalam storytelling (bercerita).
Lewat simbol-simbol inilah manusia saling mempertemukan pikiran mereka.
79
Ketika kelompok berbagi simbol bersama , komunikasi menjadi lebih
mudah dan efisien. Disini Para ahli Teori konvergensi simbolis
mengasumsikan hadirnya semacam “a meeting of mind’ atau perjumpaan
pikiran (Infante.et.al., 1993:130). Ketika pikiran saling bertemu maka orang
mulai bergerak kearah penggunaan sistem simbol yang sama dan ini akan
meningkatkan saling pengertian diantara orang-orang yang terlibat. Saling
pengertian inilah yang kemudian menjadi dasar terciptanya kesadaran
bersama serta kesamaan pikiran dan perasaan tentang hal-hal yang
diperbincangkan. Maka pemakaian istilah apel Washington Yang di maknai
seharusnya Buah-Buahan akan tetapi di ubah menjadi Makna Uang Dollar
Amerika , apel Malang Yang di ubah menjadi Mata Uang Rupiah, Artis,
support, si kuning, ketua besar, boss besar, menggiring, fight dan lain
sebagainya Dalam kasus Angelina Sondakh tepat di kaitkan dengan teori
Konvergensi Simbolik oleh Bormann.
Untuk efek (feedback) yang ditimbulkan dari komunikasi dalam kasus
koruspi Angelina Sondakh dengan sengaja menggunakan istilah tertentu agar
percakapan mereka tidak dipahami oleh orang lain dan tidak begitu fulgar.
Hanya orang-orang yang memiliki hubungan atau kedekatan saja yang bisa
memahami makna yang terkandung dalam ungkapan percakapan mereka.
Dengan demikian, mereka berharap bahwa apa yang sedang mereka
perbincangkan tidak akan diketahui oleh khalayak ramai, yaitu korupsi politik
dimana korupsi yang dilakukan oleh sejumlah orang yang memiliki akses
terhadap kekuasaan. Hal ini menjadikan orang yang tidak memiliki kekuasaan
akan sulit untuk melakukan tindak korupsi politik. Dalam korupsi politik
80
terdapat dua jenis: yaitu korupsi yang dilakukan secara langsung dan korupsi
melalui kebijakan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Gungun Heriyanto
kepada penulis:
“Kalau saya melihat begini, korupsi politik artinya korupsi yang dilakukan
oleh sejumlah orang yang punya akses kekuasaan. itu memang jauh lebih
berbahaya daripada korupsi yang hanya mengambil uang yang secara
langsung. jadi ada dua kategori: pertama, dia menjadi pelaku korupsi
langsung pada sejumlah uang. yang kedua korupsi melalui kebijakan. ini
juga korupsi, namanya korupsi politik. dia membuat kebijakan yang
menguntungkan pihak lain.19
Korupsi yang dilakukan oleh anggota dewan memang lebih
berbahaya, karena mereka tidak hanya melakukan korupsi uang, melainkan
sudah melakukan korupsi dalam tataran kebijakan atau regulasi. Modus
anggota dewan melakukan korupsi adalah dengan mengharapkan fee
(imbalan) dari sejumlah proyek yang memang sudah dipesan oleh seseorang
atau kelompok. Hal inilah yang menjadikan wajah DPR RI dari periode
sebelumnya tidak banyak berubah atau sama saja. Seperti yang diutarakan
oleh Gungun Heriyanto:
“Seperti mafia yang bermain di wilayah aturan. Itu yang dominan
dilakukan oleh para anggota DPR. Jadi dia tidak langsung menerima
uang. Tapi dia memfasilitasi pihak lain misalnya lewat regulasi atau
tekanan pada pihak lain supaya kemudian dia mendapatkan fee dari
sejumlah proyek yang menguntungkan dia atau kelompoknya. Kalau
saya disuruh menilai, wajah anggota DPR periode ini belum berubah
dari periode sebelumnya. Artinya, perilaku-perilaku korup yang
dilakukan secara berjamaah itu masih menjadi wajah yang kental.
Misalnya dalam kasus Hambalang. Kemudian di kasus Al-Qur’an, di
banyak kasus kesehatan, termasuk juga di beberapa proyek yang
sebetulnya melibatkan politisi lintas partai. Kalau saya bilang, ini
yang disebut dengan korupsi yang sudah sampai di tahapan
19
Wawancara dengan Gungun Heriyanto dilakukan di Kampus UIN Jakarta pada tanggal 5
Juni 2014.
81
kleptokrasi. Kleptokrasi itu kan konsepnya Andreski, bahwa satu
birokrasi yang dikuasai oleh kaum pencuri.” 20
Lebih lanjut Gungun Heriyanto menyatakan bahwa penggunaan
simbol-simbol tertentu, itu merupakan inisial simbolik yang mirip dengan
penggunaan kode-kode atau sandi-sandi tertentu untuk menghindari semacam
perhatian publik. Seperti yang disampaikan kepada penulis:
“Penggunaan simbol, apel malang, apel Washington, pustun. Kalimat
atau kata dalam tindakan korupsi itu menjadi sandi, menjadi semacam
inisial simbolik bagi makna yang mereka ketahui secara bersama.
Menunjukkan suatu pemberian, ini disebut inisial simbolik,
menggunakan simbol-simbol tertentu untuk menjadi inisial bagi dia,
bagi yang diajak, kelompok mereka, yang diajak melakukan tindakan
korupsi bersama. Ini hal yang biasa sih. Seperti misalnya dia
menggunakan kode-kode, tentu awalnya sebetulnya menghindari
semacam perhatian publik. Karena dia tahu, suatu saat dia pasti akan
disadap. Mungkin harapan dia, inisial-inisial itu bisa mengaburkan
paling tidak transaksi di antara mereka. Tapi pasti rekam jejak itu akan
bisa diketahui kalau kemudian dia menggunakan inisial-inisial itu
dalam satu proses yang kita bisa identifikasi, koheren. Misalnya ketika
dia menerima uang, dengan istilah apapun orang pasti akan
mengidentikkan dengan transaksi.”21
Lebih lanjut, modus yang digunakan oleh para anggota dewan dalam
melakukan tindak pidana korupsi bisa dilihat dari modelnya. Yang umum
digunakan adalah model transaksional, siapa mendapat apa, kapan,
bagaimana, dan di mana. Seperti yang diutarakan kepada penulis:
“Pertama modelnya dulu. Model pelaku korupsi itu banyaknya
menggunakan model transaksional, bukan model linear, bukan model
sirkuler. Artinya mereka menggunakan komunikasi di antara sesama
mereka untuk mendapatkan apa. Jadi prosesnya who get Wat, when,
Howe, itu menjadi relevan bagi mereka. Kemudian caranya
bagaimana. Sering kali yang tadi itu disebut, menggunakan inisial
simbolik. Simbol-simbol tertentu itu menjadi kepentingan
tersembunyi masing-masing di antara mereka. Kemudian ketiga, dari
20
Wawancara dengan Gungun Heriyanto dilakukan di Kampus UIN Jakarta pada tanggal 5
Juni 2014. 21
Wawancara dengan Gungun Heriyanto dilakukan di Kampus UIN Jakarta pada tanggal 5
Juni 2014.
82
sudut prosesnya, banyaknya kalau tidak persuasif itu Perbasi.
Persuasif itu membujuk, pervasif itu merembet, perlahan-lahan. Dua-
duanya digunakan, taruhlah pemda, universitas, badan negara atau
badan pemerintah yang didanai dari APBN. Kan penetratif mereka,
tapi secara halus. Entah itu melalui afiliasi mereka dengan organisasi
dia: partai atau misalnya memanfaatkan orang. Memanfaatkan orang
yang bisa membujuk. Jadi persuasif dan pervasif. Tujuan mereka
untuk mengeruk uang APBN di instansi atau badan itu bisa tercapai.
“22
22
Wawancara dengan Gungun Heriyanto dilakukan di Kampus UIN Jakarta pada tanggal 5
Juni 2014.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memahami konteks komunikasi dalam kehidupan sehari-hari adalah
salah satu dari cara untuk mengetahui komunikasi lebih jauh. Dengan
memahami konteks komunikasi, berarti kita telah paham membedakan
macam-macam bentuk komunikasi. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi
simbolik yang di gunakan oleh Angelina sondakh dalam melakukan tindakan
korupsinya di lakukan dengan cara menggunakan bahasa-bahasa atau istilah-
istilah tertentu dilakukan dalam rangka agar pemakaian istilah tersebut hanya
mampu di pahami oleh kelompoknya, dengan bahasa lain pemakaian bahasa
simbolik yang di lakukan sengaja untuk di gunakan di kelompoknya untuk
melakukan tindak pidana korupsi.
Dalam kasus korupsi yang di gunakan politisi Angelina sondakh yang
di gunakan kepada beberapa partnernya adalah Struktur Jaringan Komunikasi
dengan Pola Roda yaitu seorang pemimpin yang menjadi fokus perhatian. Ia
dapat berhubungan dengan seluruh anggota kelompok, tetapi setiap anggota
kelompok hanya dapat berhubungan dengan pemimpinnya. Jadi, pemimpin
sebagai komunikator dan anggota kelompok sebagai komunikan yang dapat
melakukan feedback pada pemimpinnya namun tidak dapat berinteraksi
dengan sesama anggota kelompoknya karena yang menjadi fokus hanya
pemimpin tersebut atau komunikatornya yaitu Angelina sondakh.
84
B. Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan di antaranya adalah:
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pola komunikasi dalam
melakukan tindak pidana korupsi. Tindak lanjut penelitian bisa dilakukan
dengan cara memperdalam dan memperluas tema penelitian.
2. Bagi para politisi muda, hendaknya memegang teguh amanat yang telah
diberikan oleh rakyat. Karena anggota dewan, bak tingkat kabupaten/kota,
provinsi atau pusat adalah mereka yang memiliki otoritas dan harus
memegang teguh etika, regulasi dibandingkan dengan pragmatisme
sesaat.
3. Akibat lambatnya serta sulitnya mendapatkan keterangan dari narasumber
langsung di lingkungan kerja pelaku serta proses penegakan hukum di
Indonesia soal kasus korupsi terkadang mengakibatkan lamanya proses
persidangan sehingga saranya adalah sebaiknya di perbanyak petugas
penegak hukum dan keberanian para narasumber dalam mendukung
pemberantasan korupsi.
85
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Syed Hussein, Usman, Al-Ghozei, Sosiologi Korupsi: Sebuah
Penjelajahan dengan Data Kontemporer, Jakarta: LP3ES, 1981.
Alwasilah, A. Chaidar, Pokoknya Kualitatif; Dasar-dasar Merancang dan
Melakukan Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2002), Cet. Ke-1
Arief, Basrief, Korupsi dan Upaya Penegakan Hukum (Kapita Selekta), Jakarta:
PT. Adika Remaja Indonesia: 2006.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.
Blake, Barry J., Secret Language: Codes, Tricks, Spies, Thieves, and Symbols,
New York: Oxford University Press, 2010
Budiardjo, Mirriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia,1982, Cet.
Ke-7
Canggara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Rajawali Press,
2004.
Danil, Elwi, Korupsi: Konsep, tindak Pidana dan Pembahasannya, PT. Raja
GrafindoPersada, Jakarta, 2011.
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, Bandung:
Rosdakarya, 2001, Cet. Ke-14
-----------------, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Hamzah, Andi, Perbandingan Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara.
Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
Held, David, Democracy and the Global Order, From the Modern State to
Cosmopolitan Governance, Polity Press, 1995.
Kamil, Sukron, Islam & Politik di Indonesia Terkini: Islam dan Negara, Dakwah
dan Politik, HMI, Anti-Korupsi, Demokrasi, NII, MMI, dan Perda Syariah,
Ciputat PSIA, 2013.
Klitgaard, Robert, Membasmi Korupsi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005.
Littlejohn, Stephen W., Theories of Human Communication, Belmont: Thomson
Learning, 2002.
86
Lubis, Mochtar, Bunga Rampai Korupsi, Jakarta: LP3ES, 1976.
Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1999, Cet. Ke-10
Muis, A., Komunikasi Islam, Bandung: Rosda Karya, 2001.
-----------, Titian Jalan Demokrasi: Peranan Kebebasan Pers untuk Budaya
Komunikasi Politik, Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2000
Mulyana, Dedy, Nuansa-nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya
Komunikasi Masyarakat Kontemporer, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1999.
Nimmo, Dan, Komunikasi Politik, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000.
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Cet.
Ke-3
Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
1999.
Rumanti, Maria Assumpte, Dasar-dasar Public Relation: Teori dan Praktis,
Jakarta: Grasindo, 2002, cet. Ke-1
Rush, Michael & Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, terj. Jakarta:
Rajawali Press, 2003
Sendjaja, Sasa Djuarsa, dkk, Pengantar Komunikasi, .Jakarta: Universitas
Terbuka, 1999
Susanto, Phil Astrid S., Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina
Cipta, 1974), cet. Ke-1, Jilid 1
Suwadi, Harsono, Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1993
Suyatno, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005.
Vredenberg, J., Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, Terj. Jakarta:
Gramedia, 1984.
Wittgenstein, Ludwig, Philosophical Investigation, Terj. (Jakarta, Rajawali press,
2009)
87
Wawancara:
Wawancara dengan Marzuki Ali, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia (DPR) periode 2009-2014. Wawancara dilakukan di Rumah
Dinas Ketua DPR RI Widya Candra III/10 Jakarta, pada tanggal 19 Maret
2014.
Wawancara dengan Selina Gita, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia (DPR) periode 2009-2014. Wawancara dilakukan Jl. Pondok
Hijau II No. 2 RT 005 RW 013 Pondok Indah, Jakarta Selatan, pada tanggal
23 April 2014
Wawancara dengan Gungun Heriyanto, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta:
wawancara dilakukan di Kampus, pada tanggal 5 Juni 2014
Website:
"Bahasa Korupsi" Gunakan Komunikasi Konteks Tinggi”, pikiran-rakyat.com, 23
Juli 2013, artikel diakses dari http://www.pikiran-rakyat.com/node/245032,
diunduh pada tanggal 26 Juli 2013
“Kode Korupsi Al-Qur’an: Santri, Pengajian, Murtad”, 22 Februari 2013, artikel
tersedia di http://www.tempo.co/read/news/2013/02/22/063462896/Kode-
Korupsi-Al-Quran-Santri-Pengajian-Murtad
“Korupsi, Buah Berpolitik dengan Logika Ekonomi”, okezone.com, 23 April 2013,
diakses dari http://news.okezone.com/read/2013/04/23/339/796034/redirect,
diunduh pada tanggal 28 Juli 2013
DOKUMENTASI WAWANCARA
Gambar (1)
Dokumentasi Peneliti dengan Selina Gita, SE yang dilakukan Di Jl. Pondok Hijau II No. 2
RT 005 RW 013 Pondok Indah, Jakarta Selatan, Pada Tanggal 23 April 2014
Gambar (2)
Wawancara Dilakukan Pada Hari Kamis, 20 Maret 2014
Jalan Widya Chandra III, Jakarta
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
Dengan ini menerangkan Bahwa :
Nama : Didik Setiawan
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Jurusan : Komunikasi penyiaran Islam
Universitas : UIN Syarief Hidayatullah Jakarta
NIM ' : 208051000024
Telah Melalcukan Penelitian dengan Judul "Study Kasus Pola Komunikasi politisiAngelina Sondakh Dolam Perilaku Korupsi di Lembaga Legislarif,
Dengan melakukan wawancarakepada Anggota Dewan Legislatif :
Nama : Selina Gita SE
NomorAnggota t ltggKomisi : {Fraksi , Taret,t ?olrcor^
'/ v /<-
( Selina Gita, SE)
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Fax : (021) 7432728 I 74703580
Jl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat 15412 Indonesia Website: rw.fdkuiniakarta.ac.id, E-mail : [email protected]
NomorLampiranHal
: Un.or/F5/PP.o0.e/ 6f/ not+
: Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth,
hno^J,l.,n ''f in'o,-: - - w - - - - - - - - - *- -, l;-_-_eri_l'-Ltttht-r--^goh-er-
diTempat
As salamu' alaikum Wr. Wb.
Iakarta,l Februari 2014
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menerangkan bahwa :
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusanAlamatTelp.
Tembusan :
1. Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ka/Sekprodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Didik Setiawan20805 1 000024Semarang, 4 Juni 1986XII (Dua Balas)Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPDCiputat.085697873162
adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam
rangka penulisan skripsi berjudul Pola Komunikasi Politisi Dalam Prilaku Korupsi
di Lembaga Legislatif.
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr. dapat
menerima./mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan
dimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami rnengucapkan terima kasih.
l( s s al amu' al ai kum I(r. L'/b .
Dekan,
rief Subhan, MAt96601 l0 199303 l'004
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
TelePon/Fax : (021) 743lrl8 -r-::: &"
Website: ww.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : dakwah?rdt uus":e u ':
NomorLampiranHal
Tembusan
Un.o1/F5/PP.oo.e/A I nov
Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth,Bapak Marzuki Alie, S.E, Ph.D( Ketua DPR RI )di
Tempat
As s alamu' alaikum W. Wb.
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menerangkan bahwa:
Jakarta, { frU*-i zOt+
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusanAlamatTelp.
adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalarrt
rangka penulisan skripsi berjudul Pola Komunikasi Politisi Dalam Prilaku Kortrpsi
di Lembaga Legislatif.
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr' dapat
menerima./-.ngirinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan
dimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih'
Ws salamu' alaikum Wr. Wb.
Didik Setiawan20805 1 000024Semarang,4 Juni 1986
XII (Dua Balas)Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPD
Ciputat.08s697873r62
L Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ka/Sekprodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Dekan,
fef Subhan, I\{A 19660110199301 1'o[']
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Tax : (021) 7 432728 / 7 4703580
Jl. Ir. H. JuandaNo. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website: ww.fdkuinjakarta,ac.id, E-mail
NomorLampiranHal
un.01/F5/PP.00.9/ 6l{ nOU
Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth,Ibu Selina Gita, SE( Anggota Komisi X DPR RI )di
Tempat
Ass alamu' alaikum Wr. Wb.
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta menerangkan bahwa :
Jakarta, y' f.U**i2014
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusanAlamatTelp.
Tembusan :
1. Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ka/Sekprodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Didik Setiawan20805 1 000024Semarang, 4 Juni 1986XII (Dua Balas)Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)Ciputat.085697873162
adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UINSyarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalamrangka penulisan skripsi berjudul Pola Komunikasi Politisi Dalam Prilaku Korupsidi Lembaga Legislatif.
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr. dapatmenerima./mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatandimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
14/ s s al amu' al ai kum Wr.'tVb.
Dekan,
Subhan, MAtl196601 10 199303 I 004