qisty teori dasar antiinflamasi

8
Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan pembebasan mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin, dan lain lain yang menimbulkan reaksi radang berupa: panas, nyeri dan bengkak dan gangguan fungsi.(Syamsul munaf, 1994) Peradangan dapat didefinisikan sebagai reaksi jaringan terhadap cedera, yang secara khas terdiri atas respon vascular dan selular, yang bersama-sama berusaha menghancurkan substansi yang dikenali sebagai asing untuk tubuh. Jaringan itu kemudian dipulihkan sediakala atau diperbaiki sedemikian rupa agar jaringan atau organ itu dapat tetap bertahan. (Tambayong, 2000). Secara garis besar, peradangan ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan, kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran cairan dalam jumlah besar ke dalam ruang interstisial, pembekuan cairan dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah berlebihan, migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan, dan pembengkakan sel jaringan. Beberapa produk jaringan yang menimbulkan reaksi ini adalah histamin, bradikinin, serotonin, prostaglandin,

Upload: richoco-sapoetra

Post on 10-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Qisty Teori Dasar Antiinflamasi

TRANSCRIPT

Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan pembebasan mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin, dan lain lain yang menimbulkan reaksi radang berupa: panas, nyeri dan bengkak dan gangguan fungsi.(Syamsul munaf, 1994)Peradangan dapat didefinisikan sebagai reaksi jaringan terhadap cedera, yang secara khas terdiri atas respon vascular dan selular, yang bersama-sama berusaha menghancurkan substansi yang dikenali sebagai asing untuk tubuh. Jaringan itu kemudian dipulihkan sediakala atau diperbaiki sedemikian rupa agar jaringan atau organ itu dapat tetap bertahan. (Tambayong, 2000).Secara garis besar, peradangan ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan, kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran cairan dalam jumlah besar ke dalam ruang interstisial, pembekuan cairan dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah berlebihan, migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan, dan pembengkakan sel jaringan. Beberapa produk jaringan yang menimbulkan reaksi ini adalah histamin, bradikinin, serotonin, prostaglandin, beberapa macam produk reaksi sistem komplemen, produk reaksi sistem pembekuan darah, dan berbagai substansi hormonal yang disebut limfokin yang dilepaskan oleh sel T yang tersensitisasi (Guyton and Hall, 1997)Contoh mediator inflamasi adalah prostaglandin. Prostaglandin dan metabolismenya yang dihasilkan secara endogen dalam jaringan bekerja sebagai tanda lokal menyesuaikan respon tipe sel spesifik. Fungsi dalam tubuh bervariasi secara luas tergantung pada jaringan. Misalnya pelepasanTXA2dari trombosit mencetuskan penambahan trombosit baru untuk agregasi ( langkah pertama pada pembentukan gumpalan). Namun pada jaringan lain peningkatan kadar TXA2 membawa tanda yang berbeda, misalnya otot polos tertentu senyawa ini menginduksi kontraksi. Prostagladin merupakan salah satu mediator kimiawi yang dilepasklan pada proses agresi alergi dan inflamasi. (Mycek, M.J., 2001).Anti inflamasiadalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi). Gejala inflamasi dapat disertai dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, meningkatnya permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang, dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Mediator yang dilepaskan antara lain histamin, bradikinin, leukotrin, Prostaglandin dan PAF. Obat-obat anti inflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Obat ini terbagi atas-dua golongan, yaitu golongan anti inflamasi non steroid (AINS) dan anti inflamasi steroid (AIS). Kedua golongan obat ini selain berguna untuk mengobati juga memiliki efek samping yang dapat menimbulkan reaksi toksisitas kronis bagi tubuh (Katzung, 1992).Obat antiinflamasi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu :1. Glukokortikoid (golongan steroidal) yaitu antiinflamasi steroid. Anti inflamasi steroid memiliki efek pada konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit perifer serta penghambatan aktivitas fosfolipase. Contohnya golongan predinison (Tjay dan Raharja, 2007).2. NSAIDs (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs ) juga dikenal dengan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid). NSAIDs bekerja dengan menhhambat enzim siklooksigenase tetapi tidak Lipoksigenase (Tjay dan Raharja, 2007).Secar kimiawi, obat-obat ini biasanya dibagidalam beberapa kelompok, yaitu: 1. Salisilat: asetosal, benorilat dan diflunisal. Dosis anti radangnya terletak 2-3 kali lebih tinggi daripada dosis analgesiknya. Berhubung resiko efek sampingnya, maka jarang digunakan pada rematik.2. Asetat:Natrium diklofenak, indometasin, dan sulindak (Clinoril). Indometsin termasuk obat yang terkuat efek anti radangnya, tetapi lebih sering menyebabkan keluhan lambung dan usus.3. Propionat: ibuprofen, ketoprofen, flubirprofen, naproksen dan tiaprofenat.4. Oksicam: piroxicam, tenosikam dan meloksikam.5. Pirazolon: (oksi) fenbutazon dan azapropazon (Prolixan)6. Lainnya:mefenaminat, nabumeton, benzidamin dan befexamac (Parfenac). Benzidamin berkhasiat anti radang agak kuat, tetapi kurang efektif pada gangguan rematik (Tjay dan Raharja, 2007).Natrium diklofenak adalah suatu senyawa anti-inflamasi non-steroid yang bekerja sebagai analgesik, antipiretik dan antiinflamasi. Senyawa ini sangat merangsang lambung sehingga untuk mencegah efek samping ini bentuk sediaan oral (tablet) natrium diklofenak disalut enteric. Waktu paruh natarium diklofenak adalah 1,5 jam(Mutschler, E., 1991).Cara kerja NSAIDs untuk sebagian besar berdasarkan hambatan sintesa prostaglandin, dimana kedua jenis cyclo-oxygenase diblokir.NSAIDs ideal hendaknya hanya menghambat COX-2 (peradangan) dan tidak COX-1 (perlindungan mukosa lambung), lagi pula menghambat lipo-oxygenase (pembentukan leukotrien). Walaupun dilakukan daya upaya intensif sejak akhir tahun 1980-an hingga kini obat ideal demikian belum ditemukan. Dewasa ini hanya tersedia tiga obat dengan kerja agak selektif, artinya lebih kuat menghambat COX-2 daripada COX-1, yakni COX-2 inhibitors agak baru nabumeton dan meloxicam. Dari obat baru celecoxib diklaim tidak menghambat COX-1 sama sekali pada dosis bias, tetapi efek klinisnya mengenai iritasi mukosa lambung masih perlu dibuktikan. Banyak riset sedang dilakukan pula untuk mengembangkan antagonis leukotrien yang dapat digunakan sebagai obat anti radang pada rema dan asma(Tan,H.T.,2002).Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna.15 Mekanisme kerusakan pada lambung oleh OAINS terjadi melalui berbagai mekanisme. OAINS menimbulkan iritasi yang bersifat lokal yang mengakibatkan terjadinya difusi kembali asam lambung ke dalam mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan. Selain itu OAINS juga menghambat sintesa prostaglandin yang merupakan salah satu aspek pertahanan mukosa lambung disamping mukus, bikarbonat, resistensi mukosa, dan aliran darah mukosa. Dengan terhambatnya pembentukan prostaglandin, maka akan terjadi gangguan barier mukosa lambung, berkurangnya sekresi mukus dan bikarbonat, berkurangnya aliran darah mukosa, dan terhambatnya proses regenerasi epitel mukosa lambung sehingga tukak lambung akan mudah terjadi.Indometasin, sulindak, dan natrium mefenamat mempunyai resirkulasi enterohepatik yang luas, yang menambah pemaparan obat-obat ini dan meningkatkan toksisitas gastrointestinalnya. Selain itu, indometasin juga dilaporkan dapat mengakibatkan iritasi setempat langsung yang dapat mengakibatkan perforasi. Penelitian lain menunjukkan bahwa OAINS yang menyebabkan kerusakan mukosa paling minimal adalah sulindak, aspirin enteric coated, diflunisal, dan ibuprofen. Gejala yang diakibatkan oleh OAINS antara lain dispepsia, nyeri epigastrium, indigesti, heart burn, nausea, vomitus, dan diare (Mutschler, E., 1991).Karagenan merupakan suatu mukopolisakarida yang diperoleh dari rumput laut merah Irlandia (Chondrus crispus). Karagenan juga merupakan suatu zat asing (antigen) yang bila masuk ke dalam tubuh akan merangsang pelepasan mediator radang seperti histamin sehingga menimbulkan radang akibat antibodi tubuh bereaksi terhadap antigen tersebut untuk melawan pengaruhnya. Karagenan terbagi atas tiga fraksi, yaitu kapaa karagenan, iota karagenan, dan lambda karagenan. Karegenan diberi nama berdasarkan persentase kandungan ester sulfatnya, yaitu kappa karagenan mengandung 25-30%, iota karagenan 28-35%, dan lambda karagenan 32-39%. Larut dalam air panas (700C), air dingin, susu dan dalam larutan gula sehingga sering digunakan sebagai pengental/penstabil pada berbagai makanan/minuman (Lumbanraja, L.B., 2009).

Daftar PustakaGuyton, A.C. and Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.Katzung, BG, 1992. Farmakologi Dasar Klinik, Edisi VI.Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.Lumbanraja, L. B. (2009).Skrining Fitokimia dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvenis L.) terhadap Radang pada Tikus.http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/14501/1/09E02475.pdfMunaf ST; Syamsul. (1994).Catatan Kuliah Farmakologi Bagian II. Staf Pengajar Laboratorium Farmakologi-FK UNSRI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 214.Mutschler, Ernst. (1991).Dinamika Obat.Edisi kelima.Bandung: Penerbit ITB. Hal. 643-650.Mycek, M.J., Harvey, R.A., and Champe, P.C. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. Terjemahan Agus, A.Widya Medika. Jakarta.Tambayong J. 2000.Patofisiologi Untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.Tan, H.T. (2002).Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya.Jakarta: PT.Elex Media Komputindo. Hal.229-239.Tjay, H. T., 2007, Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya, Edisi kelima, PT. Elex Media Komputindo, jakarta.