pve-kecoa

29
TUGAS TERSTRUKTUR PENGENDALIAN VEKTOR EPIDEMIOLOGI PENGENDALIAN VEKTOR KECOA Disusun oleh : Ayu Fitriastuti G1B012017 Esti Parwati G1B012054 Adhika Paramasatya G1B012071 Arvita Kumala Sari G1B012084 Kelas B

Upload: esti-parwati

Post on 10-Nov-2015

106 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

PVE

TRANSCRIPT

TUGAS TERSTRUKTUR

PENGENDALIAN VEKTOR EPIDEMIOLOGIPENGENDALIAN VEKTOR KECOA

Disusun oleh :Ayu FitriastutiG1B012017

Esti ParwatiG1B012054Adhika ParamasatyaG1B012071Arvita Kumala Sari G1B012084Kelas BKEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

PURWOKERTO

2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecoa merupakan hama pada rumah dan gudang. Mereka menyukai sampah, feses dan makanan yang dimakan oleh manusia serta bersembunyi di lemari, kamar mandi, dapur, selokan dan tempat orang menyediakan atau menyiapkan makanan. Karena kebisaan hidupnya yang kotor, kecoa dapat menjadi vektor mekanik beberapa penyakit parasit. Kecoa dapat mengkontaminasi makanan melalui kista protozoa dan telur cacing yang melekat pada tubuhnya. Kecoa merupakan hama permukiman yang seringkali mengganggu kenyamanan hidup manusia dengan meninggalkan bau yang tidak sedap, menyebarkan berbagai patogen penyakit, menimbulkan alergi, serta mengotori dinding, buku, dan perkakas rumah tangga.

Penyakit yang ditularkan melalui vektor ini menjadi penyakit endemis dan dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa (KLB) yang berakibat pada terganggunya kesehatan masyarakat. Sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran vektor. Kegiatan pengendalian vektor hendaknya merupakan pengendalian terpadu yang menggunakan kombinasi metode berdasarkan azas keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan kelestarian dan keberhasilannya. Penyakit yang ditularkan oleh vektor merupakan penyakit berbasis lingkungan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologi dan sosial budaya. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kesakitan penyakit bersumber binatang anatara lain adanya perubahan iklim, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. Faktor lain yang menimbulkan risiko menularnya penyakit adalah keadaan rumah dan sanitasi yang buruk, pelayanan kesehatan yang belum memadai, perpindahan penduduk yang non-imun ke daerah endemis.Kecoa dapat memindahkan mikroorganisme patogen seperti Streptococcus, Salmonella yang dapat menyebabkan penyakit disentri, diare, cholera, virus hepatitis A, juga polio pada anak. Proses ini dapat berlangsung karena bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan (sebagai habitat kecoa) terbawa di kaki atau bagian tubuh kecoa, dan mencemari makanan kita. Salah satu penyakit yang mungkin dapat disebabkan oleh vektor kecoa adalah diare dari data riskesdas 2013 prevalensi diare di Indenesia masih cukup tinggi walaupun sudah mulai menurun yaitu dari pemetaan penyakit menular yang mencolok adalah penurunan angka period prevalence diare dari 9,0 persen tahun 2007 menjadi 3,5 persen tahun 2013. Insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. Lima provinsi dengan insiden maupun period prevalen diare tertinggi adalah Papua, Sulawesi Selatan, Aceh, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Insiden diare pada kelompok usia balita di Indonesia adalah 10,2 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Banten (Riskesdas, 2013).B. Tujuan1. Mengetahui gambaran umum kecoa.2. Mengetahui morfologi kecoa.

3. Mengetahui siklus hidup kecoa.4. Mengetahui perilaku hidup kecoa

5. Mengetahui jenis-jenis kecoa

6. Mengetahui penyakit yang disebabkan vektor.7. Mengetahui bagaimana pengendalian vektor kecoa.BAB II

ISI

A. Gambaran Umum Kecoa

Kecoa merupakan salah satu jenis serangga yang sering ditemui di sekitar lingkungan tempat tinggal kita. Hingga kini tercatat lebih dari 4.500 spesies kecoa telah diidentifikasi. Bagi manusia, kecoa merupakan salah satu serangga yang berbahaya, karena beberapa spesies kecoa diketahui dapat menularkan penyakit pada manusia seperti TBC, tifus, asma, kolera, dan hepatitis (Depkes, 2012). Kecoa disebut juga cockroach atau roach. Kata cockroach berasal dari bahasa Spanyol yaitu cuca racha. Kecoa diyakini sebagai salah satu binatang atau hewan tertua di dunia yang berasal dari zaman purba. Kecoa memilki daya tahan yang luar biasa sehingga mampu bertahan di planet bumi ini selama 300 juta tahun lebih. Keberadaan kecoa sejak zaman purba dibuktikan dengan temuan fosil. Fosil kecoa yang tertua diidentifikasi dari periode Carboniferous diakhir periode Devonian sekitar 354-295 juta tahun lalu. Berdasarkan uji umur, fosil ini diperkirakan dari masa awal Cretaceous yaitu sekitar 145-4 juta tahun lalu (Hidayat, 2003).

Spesies kecoa yang paling terkenal adalah kecoa Amerika (Periplaneta Americana), yang memiliki panjang 3 cm, kecoa Jerman (Blattella Germanica), dengan panjang 1 cm, dan kecoa Asia (Blattella Asahinai) dengan panjang sekitar 1 cm. Kecoa sering dianggap sebagai hama dalam bangunan, walaupun hanya sedikit dari ribuan spesies kecoa yang termasuk dalam kategori ini. Klasifikasi kecoa secara umum menurut Barbara (2005) :Kingdom : Animalia Phylum : Arthopoda Class

: Insecta Order

: Blattodea Family : Blattidae Genus

: Blatella, Periplaneta, Blatta, Supella, dan BlaberusSpecies : Blatella germanica, Periplaneta americana, Periplameta australasiae, Periplaneta fuliginosa, Blatta orientalis dan Supella longipalpa. B. Morfologi Kecoa

1. Caput (kepala)

Pada bagian kepala terdapat mulut yang digunakan untuk mengunyah/memamah makanan. Ada sepasang mata majemuk yang dapat membedakan gelap dan terang. Di kepala terdapat sepasang antenna yang panjang, alat indera yang dapat mendeteksi bau-bauan dan vibrasi di udara. Dalam keadaan istirahat kepalanya ditunduhkan ke bawah pronotum yang berbentuk seperti perisai (Hadi, 2006).

2. Thoraks (dada)

Pada bagian dada terdapat tiga pasang kaki dan sepasang sayap yang menyebabkan kecoa dapat terbang dan berlari dengan cepat. Terdapat struktur seperti lempengan besar yang berfungsi menutupi dasar kepala dan sayap di belakang kepala disebut pronotum (Hadi, 2006).

3. Abdomen (perut)

Badan atau perut kecoa merupakan bangunan dan sistem reproduksi. Kecoa akan mengandung telur-telurnya sampai telur-telur tersebut siap untuk menetas. Dari ujung abdomen terdapat sepasang cerci yang berperan sebagai alat indera. Cerci berhubungan langsung dengan kaki melalui ganglia saraf abdomen (otak sekunder) yang penting dalam adaptasi pertahanan. Apabila kecoa merasakan adanya gangguan pada cerci maka kakinya akan bergerak lari sebelum otak menerima tanda atau sinyal (Hadi, 2006).

C. Siklus Hidup Kecoa

Kecoa mengalami metamorfosis tidak sempurna yang terdiri dari 3 stadium yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya, kecoa memerlukan waktu kurang lebih tujuh bulan.

1. Telur

Pada stadium telur, kecoa membutuhkan waktu 30 sampai 40 hari hingga telur menetas. Telur kecoa diletakkan secara berkelompok dan dilindungi oleh selaput keras yang disebut kapsul telur atau ootheca. Satu kapsul telur biasanya berisi 30 sampai 40 telur. Induk kecoa meletakkan kapsul telur di tempat tersembunyi seperti sudut-sudut dan permukaan sekatan kayu dan dibiarkan sampai menetas. Namun, ada beberapa jenis kecoa yang kapsul telurnya menempel pada ujung abdomen induknya sampai menetas (Hana, 2012).2. Nimfa (kecoa muda)

Bentuknya seperti kecoa dewasa namun ukurannya lebih kecil. Nimfa tidak mempunyai sayap dan organ seksualnya belum berkembang. Pertumbuhan terjadi dengan keluarnya eksoskleton dari tubuhnya. Proses ini disebut pergantian kulit/molting. Biasanya kecoa mengalami pergantian kulit 5-10 kali sebelum menjadi dewasa (Hana, 2012).

3. Dewasa

Kecoa jantan lebih cepat dewasa dibandingkan kecoa betina, karena ia mengalami pergantian kulit yang lebih sedikit selama menjadi nimfa. Kecoa dewasa mempunyai 2 pasang sayap. Sebagian kecoa bukanlah penerbang ulung tetapi mereka dapat berlari dengan cepat. Baik dalam bentuk dewasa maupun dalam bentuk nimfa. Kecoa hidup secara berkelompok dan mencari makan di tempat yang sama. Pada masa kawin kecoa jantan akan mengeluarkan cairan sperma yang cukup untuk membuahi telur-telur betina untuk hidup. Setelah itu telur-telur akan dihasilkan dalam beberapa hari kemudian (Hana, 2012).

D. Perilaku Hidup Kecoa

Kecoa atau lipas terutama didominasi oleh kelompok tropik, beberapa spesies terdapat didaerah dingin (temperat). Kecoa ini banyak ditemukan pada sampah, vegetasi, rumah maupun tanah. Beberapa spesies hidup didalam gua-gua dan sebagaian lainnya hidup bersama koloni semut (myrmorcophiious).

Tempat yang dipilih sebagai tempat tinggal kecoa memiliki beberapa karakteristik:

1. Banyak terdapat bahan organik seperti makanan, kertas, tekstil, wool, darah, ekskreta, sputum dan bahan berlemak.2. Lembab seperti kamar mandi, tempat cucian, alat dapur dan makan-minum.3. Gelap dan redup. Pada intinya keberadaan kecoa menunjukkan bahwa sanitasi kurang baik (Depkes, 2012). Kebiasaan hidup kecoa adalah tinggal secara berkelompok. Aktivitas makan dilakukan pada malam hari dan siang hari bersembunyi di celah - celah dinding, bingkai dinding, lemari, kamar mandi, selokan, televisi, radio, dan alat elektronik lainnya. Kecoa merupakan serangga omnivora yang memakan semua jenis makanan yang dikonsumsi manusia, terutama yang banyak mengandung gula dan lemak. Seperti susu, keju, daging, kue, biji bijian, coklat (Amalia, 2010), makanan yang mengandung gula, protein, dan kadar air tinggi, serta memiliki bau yang menyengat seperti hasil fermentasi (Winarno, 2001).E. Jenis Jenis KecoaMenurut Cornwell (1968) dalam Amalia dan Harahap (2010) jenis kecoa yang sering ditemukan di lingkungan permukiman adalah kecoa amerika Periplaneta americana (L.), kecoa jerman Blatella germanica (L.), dan kecoa australia Periplaneta australasiae (F.). Jenis kecoa yang banyak ditemukan di lingkungan permukiman Indonesia adalah kecoa amerika P. american. Selain itu kecoa lainnya yang biasa berperan sebagai hama rumah tangga dalah Supella longipalpa dan Blatta Orientalis.1. Periplaneta americana

a. Klasifikasi

Kingdom: AnimaliaFilum: ArthropodaKelas: HexapodaOrdo: OrthopteraFamili: BlattidaeGenus: PeriplanetaSpesies: Periplaneta americana b. Morfologi

Tubuh Periplaneta americana terbagi menjadi tiga bagian dari anterior ke posterior yaitu caput, thorax, dan abdomen. Caput dilengkapi dengan antenna dan mata, lalu caput menyempit untuk selanjutnya membentuk leher yang pendek dan sempit. Bagian tengah ialah thorax, terdiri atas tiga segmen yang dilengkapi dengan tiga pasang kaki dan dua sayap. Bagian paling posterior adalah abdomen terdiri atas sepuluh buah segmen (Poertner, 2013).

Periplaneta americana

c. Penyebaran

Kecoa yang sering tampak dan sering terlihat benama ilmiah Periplaneta americana dari suku Blattidae. Epitet Americana berarti dari Amerika, tetapi sebenarnya serangga ini berasal dari Afrika tropis dan bukan dari benua Amerika. Serangga ini terbawa oleh kapal-kapal pedagang yang pernah berlabuh di benua Afrika, lalu serangga ini ikut terbawa dan kemudian menyebar di benua Amerika. Ketika Linnaeus meneliti dan memberi nama serangga ini mengira bahwa serangga ini merupakan serangga asli dari benua Amerika. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa serangga ini sebenarnya berasal dari Afrika. Oleh karena itu, Linnaeus sudah terlanjur menamakannya dengan epitet americana. Periplaneta americana memiliki penyebaran yang luas di dunia karena serangga ini sangat baik beradaptasi dengan lingkungan-lingkungan yang ekstrim dan juga dapat terbang ke tempat-tempat baru pada waktu malam hari (Marion, 2003).2. Blatella germanica

a. Klasifikasi

Kingdom: AnimaliaFilum: ArthropodaKelas: InsectaOrdo: Blattodeab. Morfologi

Blatella germanica memiliki panjang tubuh 12 15 mm. Kecoa ini memiliki warna coklat dengan dua garis gelap pada dada. Panjang sayap kedua jenis kelamin sama dengan tubuh atau sedikit melampauinya. Blatella germanica bergerak dengan cara berlari dan memanjat dengan menggunakan bantalan lengket pada kakinya (Rentokil, 2014).

Kecoa ini sulit untuk diberantas dengan alasan sebagai berikut: jumlah telur per ootheca yang paling besar 18 45 butir (rata rata 38 butir), waktu menetas telur lebih pendek (28 hari), memerlukan waktu yang lebih pendek dari mulai menetas sampai dewasa, selalu membawa ootheca nya sampai menetas, badannya kecil dan selalu menyelinap ke celah celah bagian rumah, serta cepat terjadi resistensi terhadap pestisida (Herman, 2012).

Blatella germanica

c. Penyebaran

Sebelumnya terdapat anggapan bahwa Blatella germanica berasal dari Eropa. Namun, baru baru ini ditemukan bukti baru bahwa kecoa ini berasal dari Asia Tenggara. Spesies ini adalah spesies kosmopolitan sebagai hama rumah tangga (Kenn, 2007).3. Periplaneta australasiae

a. Klasifikasi

Kingdom: AnimaliaFilum : ArthropodaKelas : HexapodaOrdo : OrthopteraFamili : BlattidaeGenus: PeriplanetaSpesies: Periplaneta australasiae

b. Morfologi

Kecoa Australia adalah spesies umum dari kecoa tropis yang memiliki panjang tubuh 23 35 mm. Kecoa ini memiliki warna coklat secara keseluruhan, dengan tegmina yang memiliki garis pucat lateral yang mencolok dan pronotum (kepala perisai) dengan warna pucat atau kuning tajam yang kontras. Kecoa ini memiliki kemiripan dengan kecoa amerika, namun perbedaan dapat terlihat dari perbedaan bentuk tubuh dimana kecoa australia memiliki tubuh lebih kecil dari kecoa amerika serta memiliki warna kuning pada dada dan garis-garis kuning di sisi-sisi dekat pangkal sayap (Dennis, 2002).

Periplaneta australasiae

c. Penyebaran

Sesuai dengan namanya Periplaneta australasiae merupakan spesies kosmopolitan yang ditemukan di Australia. Kecoa ini sangat mudah ditemukan di Amerika Serikat bagian selatan dan tempat dengan iklim tropis. Periplaneta Australasia banyak ditemukan di berbagai lokasi di dunia (Dennis, 2002).

4. Blatta orientalis

a. Klasifikasi

Kingdom: Animalia

Filum: ArthropodaKelas: InsectaOrdo: BlattodeaFamili: BlattidaeGenus: BlatttaSpesies: Blatta orientalis

b. Morfologi

Blatta orientalis adalah spesies besar kecoa. Pada tahap dewasa kecoa ini menjadi 18 29 mm untuk jantan, dan 20 27 mm untuk betina. Kecoa ini memiliki warna coklat tua kehitaman yang mengkilap. Blatta orientalis betina memiliki dua sayap yang sangat pendek dan tubuhnya lebih besar dari jantan. Sedangkan kecoa jantan memiliki sayap yang panjang yang meliputi dua pertiga dari perut dan berwarna coklat serta memiliki tubuh yang kecil (William, 2005).

Blatta orientalis

c. Penyebaran

Blatta orientalis sering disebut dengan waterbugs karena mereka lebih suka berada pada tempat yang gelap dan lembap. Mereka lebih sering ditemukan di sekitar sampah organik yang telah membusuk, di selokan, saluran air, ruang bawah tanah yang basah dan gelap dan lain lain. Mereka juga dapat ditemukan di semak semak, di bawah daun, dan di luar ruangan lainnya yang lembap. Kecoa ini merupakan hama rumah tangga utama di bagian barat laut di Amerika Selatan (Kim, 2014).

5. Supella longipalpa

a. Klasifikasi

Kingdom: Animalia

Filum: ArthropodaKelas: InsectaOrdo: BlattodeaFamily: BlattellidaeGenus: Supella

Spesies: Supella longipalpab. Morfologi

Supella longipalpa adalah spesies kecil kecoa, ukurannya hanya sekitar 10 14 mm. Kecoa ini memiliki warna coklat muda dan memiliki sayap berwarna terang. Kecoa jantan memiliki sayap yang menutupi perut, sementara betinanya memiliki sayap yang tidak menutupi perut. Kecoa jantan memiliki tubuh lebih ramping daripada betinanya (Hsin, 2007).

Supella longipalpac. Penyebaran

Supella longipalpa banyak ditemukan di daerah timur laut selatan, dan Amerika Barat. Kecoa ini membutuhkan kelembapan sehingga mereka cenderung berada di dalam rumah seperti kamar tidur. Supella longipalpa sering ditemukan di rumah rumah dan apartemen. Kecoa ini jarang ditemukan pada siang hari karena mereka menghindari cahaya (Hsin, 2007).

F. Penyakit Akibat KecoaKecoa merupakan serangga yang hidup di dalam rumah, restoran, hotel, rumah sakit, alat angkut, gudang, kantor, perpustakaan, dan lain lain. Serangga ini sangat dekat hidupnya dengan manusia. Kecoa dikatakan pengganggu karena mereka bisa hidup di tempat kotor dan dalam keadaan tertentu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Menurut Depkes RI (2002), kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit. Peranan tersebut antara lain:

1. Sebagai vektor mekanik bagi beberapa mikro organisme pathogen. Kecoa dapat menyebarkan penyakit diare, disentri, kolera, lepra, plague, demam tifoid, dan virus poliomyelitis. Proses ini berlangsung dimungkinkan karena bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan terbawa di kaki atau bagian tubuh kecoa dan mencemari makanan kita (Delikriau, 2014).

2. Sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing.3. Menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan pembengkakan pada kelopak mata.

Sedangkan menurut Aryatie (2005), penularan penyakit dapat terjadi melalui bakteri atau kuman penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana kuman tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa, selanjutnya kuman penyakit tersebut mengkontaminasi makanan. Kecoa merupakan hewan omnivora yang memakan tumbuhan dan daging. Ditemukan bahwa kecoa memakan bagian tubuh manusia, baik yang hidup maupun yang mati, meskipun mereka lebih sering memakan kuku, bulu mata, kulit kaki dan tangan. Gigitan mereka dapat menyebabkan iritasi, luka, dan bengkak. Beberapa menderita infeksi ringan. Namun, kecoa tidak menggigit manusia jika terdapat sumber makanan yang lain seperti kaleng sampah atau makanan yang terbuka. Ketika jumlah dari kecoa tidak dikontrol, populasinya mungkin saja melebihi persediaan makanan normal. Ketika makanan mereka menjadi terbatas, kecoa akan terdorong untuk mencari makanan lebih hingga makanan yang tidak biasa pun akan mereka konsumsi. Kasus yang paling serius dari gigitan kecoa terhadap manusia sering ditemukan terjadi di kapal. Ditemukan bahwa kecoa di beberapa kapal lalu telah menjadi begitu banyak hingga mereka menggerogoti kulit dan kuku para penumpang kapal. Beberapa pelaut bahkan dilaporkan menggunakan sarung tangan agar kecoa tidak dapat menggigit jari mereka.G. Pengendalian Kecoa Menurut Depkes RI (2002), terdapat 4 strategi dalam pengendalian kecoa, yaitu:1. PencegahanCara ini termasuk melakukan pemeriksaan secara teliti barang-barang atau bahan makanan yang akan dinaikkan ke atas kapal, serta menutup semua celah-celah, lobang atau tempat-tempat tersembunyi yang bisa menjadi tempat hidup kecoa dalam dapur, kamar mandi, pintu dan jendela, serta menutup atau memodifikasi instalasi pipa.2. SanitasiCara yang kedua ini termasuk memusnahkan makanan dan tempat tinggal kecoa antara lain, membersihkan remah-remah atau sisa-sisa makanan di lantai atau rak, segera mencuci peralatan makan setelah dipakai, membersihkan secara rutin tempat-tempat yang menjadi persembunyian kecoa seperti tempat sampah, di bawah kulkas, kompor, furniture, dan tempat tersembunyi lainnya. Jalan masuk dan tempat hidup kecoa harus ditutup, dengan cara memperbaiki pipa yang bocor, membersihkan saluran air (drainase), bak cuci piring dan washtafel. Pemusnahan tempat hidup kecoa dapat dilakukan juga dengan membersihkan lemari pakaian atau tempat penyimpanan kain, tidak menggantung atau segera mencuci pakaian kotor dan kain lap kotor.

3. TrappingPerangkap kecoa yang sudah dijual secara komersil dapat membantu untuk menangkap kecoa dan dapat digunakan untuk alat monitoring. Penempatan perangkap kecoa yang efektif adalah pada sudut-sudut ruangan, di bawah washtafel dan bak cuci piring, di dalam lemari, di dalam basement dan pada lantai di bawah pipa saluran air.Salah satu perangkap kecoa rumah adalah dengan perangkap lem yang tidak menggunakan insektisida namun suatu perangkap sederhana berupa lipatan kertas berbentuk trapesium dengan perekat yang berada di tengah-tengah perangkap. Perangkap lem tersebut cukup efektif untuk mengendalikan kecoa (Mahmoud, 2013). Hal tersebut diperkuat dengan penelitian Shahraki (2013) bahwa metode pengendalian dengan menggunakan perangkap dapat menunjukkan penurunan 33% dari jumlah kecoa yang ada. Trapping merupakan cara terbaik dalam mengendalian kecoa. 4. Pengendalian dengan insektisida

Insektisida yang banyak digunakan untuk pengendalian kecoa antara lain: Clordane, Dieldrin, Heptachlor, Lindane, golongan organophosphate majemuk, Diazinon, Dichlorvos, Malathion dan Runnel. Penggunaan bahan kimia (insektisida) ini dilakukan apabila ketiga cara di atas telah dipraktekkan namun tidak berhasil.

Celah-celah atau lubang-lubang dinding, lantai dan lain-lain merupakan tempat persembunyian yang baik. Lubang-lubang yang demikian hendaknya ditutup/ditiadakan atau diberi insektisida seperti Natrium Fluoride (beracun bagi manusia), serbuk Pyrethrum dan Rotenone,Chlordane 2,5 %, efeknya baik dan tahan lama sehingga kecoa akan keluar dari tempat-tempat persembunyiannya. Tempat-tempat tersebut kemudian diberi serbuk insektisida dan apabila infestasinya sudah sangat banyak maka pemberantasan yang paling efektif adalah dengan fumigasi. Penggunaan insektisida pada umumnya lebih mudah dan efektif, namun ternyata menimbulkan dampak merugikan manusia diantaranya berupa keracunan, pencemaran lingkungan, dan kerusakan keseimbangan ekosistem. Berdasarkan penelitian Fauzi (2014) disebutkan bahwa untuk mengantisipasi dampak negatif penggunaan insektisida diperlukan alternatif lain agar masyarakat tidak tergantung pada insektisida, salah satunya adalah memanfaatkan penemuan bakteri simbion lamun Enhalus sp. sebagai insektisida alami. Beberapa bakteri yang bersimbiosis dengan lamun diyakini memiliki zat aktif yang mampu menjadi insektisida biologi untuk kecoa. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian bahwa ekstrak bakteri simbion lamun Enhalus sp. efektif membasmi kecoa Blatella germanica.BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan1. Kecoa termasuk dalam kingdom Animalia, Phylum Arthopoda, Class Insecta, Ordo Blattodea, Family Blattidae, Genus Blatella, Periplaneta, Blatta, Supella, dan Blaberus dan Species Blatella germanica, Periplaneta americana, Periplameta australasiae, Periplaneta fuliginosa, Blatta orientalis dan Supella longipalpa.2. Morfologi kecoa terbagi menjadi tiga bagian yaitu caput (kepala) yang terdapat mulut, sepasang mata majemuk, sepasang antenna, dan alat indera. Thoraks (dada) memiliki tiga pasang kaki, sepasang sayap, dan terdapat struktur seperti lempengan besar untuk menutupi dasar kepala. Abdomen (perut) yang merupakam bangunan atau sistem reproduksi. Pada abdomen terdapat sepasang cerci yang berperan sebagai alat indera.3. Kecoa mengalami metamorfosis tidak sempurna yang terdiri dari 3 stadium yaitu telur, nimfa, dan dewasa. Untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya, kecoa memerlukan waktu kurang lebih tujuh bulan.4. Tempat tinggal kecoa biasanya ditempat yang terdapat bnayak bahan organic, lembab, gelap dan redup seperti kamar mandi, tempat cucian, alat dapur, celah - celah dinding, bingkai dinding, lemari, selokan, televisi, radio, dan alat elektronik lainnya. Kebiasaan hidup kecoa adalah tinggal secara berkelompok. Aktivitas makan dilakukan pada malam hari dan siang hari.5. Jenis-jenis kecoa yang sering ditemukan dilingkungan sekitar pemukiman adalah kecoa amerika Periplaneta americana, kecoa jerman Blatella germanica, kecoa australia Periplaneta australasiae, Supella longipalpa dan Blatta Orientalis.6. Kecoa sebagai vektor mekanik yang dapat menyebarkan penyakit diare, disentri, kolera, lepra, plague, demam tifoid, dan virus poliomyelitis. Selain itu dapat menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal dan pembengkakan pada kelopak mata.7. Pengendalian yang dapat dilakukan untuk membatasi populasi kecoa antara lain pencegahan dengan meminimalisir tempat-tempat yang dapat menjadi tempat tinggal kecoa, memeperbaiki sanitasi di sekitar lingkungan tempat tinggal, trapping dengan menggunakan perangkap kecoa, dan pengendalian dengan insektisida.B. SaranPengedalian kecoa perlu dilakukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya penyebaran penyakit serta timbulnya kerugian sosial dan ekonomi yang tidak diharapkan, maka perlu diupayakan perbaikan sanitasi di lingkungan tempat tinggal.

DAFTAR PUSTAKAAmalia H dan I.S. Harahap. 2010. Preferensi Kecoa Amerika Periplaneta americana (L.) (Blattaria: Blattidae) terhadap Berbagai Kombinasi Umpan. Jurnal Entomologi Indonesia. Vol. 7 (2) : 67-77.Aryatie. 2005. Pentingnya Pemeliharaan Kebersihan dan Kesehatan di Atas Kapal dari Vektor Kecoa. SH E C Division: Jakarta.Barbara KA. 2005. American Cockroach. University of Florida: Florida.

Delikriau. 2014. Awas Ada Cacing dalam Perut Kecoa. Situs Berita Investigasi: Riau.Dennis, H. 2002. Pests of Stored Foodstuffs and Their Control. Springer.Depkes RI. 2002. Pedoman Pengendalian Kecoa. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Fauzi, Farid Masum, dkk. 2014. Uji Efektivitas Ekstrak Bakteri Simbion Lamun Enhalus sp. Sebagai Bioinsektisida Pada Kecoa Blatella Germanica Di Laboratorium. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.2 (2): 86-90.

Hadi UK. 2006. Lipas. Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB : Bogor.Hana, H. 2012. Perilaku dan Lokomosi Kecoa Periplaneta Americana. Laporan Penelitian. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Herman, H. 2012. Pengaruh Kecoa terhadap Kesehatan. Jakarta.

Hidayat P dan Sosromarsono S. 2003. Pengantar Entomologi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Hsin. 2007. Temperature dependent Demography of Supella Longipalpa. Journal of Medical Entomology. Vol. 44 (5) : 772 778.

Kenn. 2007. Kaufman Field Guide to Insects of North America. Houghton Mifflin Harcourt.

Kim. 2014. Urban Insects and Arachnids: A Handbook of Urban Entomology. Cambridge University Press: Cambridge.Mahmoud, M.F, etc. 2013. Ecological Investigation, Density, Infestation Rate and Control Strategy of German Cockroach, Blattella germanica (L.) in Two Hospitals in Ismailia, Egypt. Journal Arthropods. Vol. 2 (4) : 216-224.

Marion, C. 2003. Cockroach. Reaktion Books LTD: London.

Poertner. 2013. Palmetto Bug Roach Or Beetle? Quit Debating We Have The Answer. Harvard University Press: Inggris.Rentokil. 2014. Panduan Hama. Rentokil Indonesia: Jakarta.

Shahraki, Gholan Hossein, etc. 2013. Cockroach Infestation and Factors Affecting the Estimation of Cockroach Population in Urban Communities. International Journal of Zoology. Hlm 1-7.

William. 2005. Urban Insects and Arachnids: A Handbook of Urban Entomology. Cambridge University Press: Cambridge.Winanro FG. 2001. Hama Gudang dan Teknik Pemberantasannya. M.Brio Press: Bogor.