puput fiohana (0710713012)

12
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU. Dr. Syaiful Anwar PS. Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya PENGARUH EKSTRAK ETANOL BUNGA MAWAR MERAH ( Rosa indica fragrans hybrids) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO Sri Winarsih*, Aunur Rofiq**, Puput Fiohana*** Abstrak Candida albicans merupakan jamur opportunistik yang paling sering menyebabkan kandidiasis. Bunga Mawar merah dipilih sebagai alternatif pengobatan Candida albicans dalam penelitian ini karena dalam bunga Mawar merah diduga memiliki zat yang bersifat antijamur, antara lain geraniol, eugenol, citronellol, limonen, flavonoid, dan tanin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol bunga Mawar m erah terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode dilusi tabung. Konsentrasi ekstrak etanol bunga Mawar merah yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0%, 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% dengan masing-masing menggunakan empat isolat Candida albicans yang berasal dari swab vagina pasien yang berbeda. Kadar Hambat Minimal (KHM) diperoleh dengan membandingkan tingkat kekeruhan pada masing-masing tabung uji. Sedangkan, Kadar Bunuh Minimal (KBM) dari penelitian ini didapat dengan cara penanaman dengan penggoresan (streaking) masing-masing jamur uji pada lempeng Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa KHM masing-masing jamur uji pada keempat isolat berada pada 4%. Sedangkan, KBM pada empat isolat dalam penelitian ini berada pada konsentrasi yang sama, yaitu 6%. Dari Uji ANOVA satu arah didapatkan perbedaan bermakna antara masing-masing konsentrasi ekstrak etanol bunga mawar Merah (p=0,00). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol bunga Mawar merah dapat menghambat dan membunuh Candida albicans secara in vitro. Kata kunci: bunga Mawar merah, Candida albicans, KHM, KBM Abstract Candida albicans is an opportunistic fungus that most commonly cause candidiasis. Red Roses was chosen as an alternative treatment of Candida albicans in this study as the flower was suspected to have anti-fungal substances such as geraniol, eugenol, citronellol, limonene, flavonoids and tannins. The objective of this study was to determine the effect of red Roses ethanol extract on Candida albicans growth in vitro. This was an experimental study using the tube dilution method. The concentrations of red Roses ethanol extract used in this study were 0%, 2%, 3%, 4%, 5% and 6% with each using four isolates of Candida albicans from the vaginal swabs of different patients. The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) was obtained by comparing the level of turbidity in each test tube. Meanwhile, the Minimum Fungicidal Concentration (MFC) was obtained by inoculating each samples on Sabouraud Dextrose Agar (SDA) plates. The results showed that the MIC of the four isolates was found at the concentration of 4%, while the MFC was found at 6%. The one-way ANOVA test showed significant differences between each red Roses ethanol extract concentrations (p = 0.00). It can be concluded that the red Roses ethanol extract can both inhibit and kill Candida albicans in vitro. Keywords: Red Roses, Candida albicans, MIC, MFC

Upload: nisa-nisa

Post on 24-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fkg

TRANSCRIPT

Page 1: puput fiohana (0710713012)

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU. Dr. Syaiful Anwar

PS. Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

PENGARUH EKSTRAK ETANOL BUNGA MAWAR MERAH (Rosa indica fragrans hybrids) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO

Sri Winarsih*, Aunur Rofiq**, Puput Fiohana***

Abstrak

Candida albicans merupakan jamur opportunistik yang paling sering menyebabkan kandidiasis. Bunga Mawar merah dipilih sebagai alternatif pengobatan Candida albicans dalam penelitian ini karena dalam bunga Mawar merah diduga memiliki zat yang bersifat antijamur, antara lain geraniol, eugenol, citronellol, limonen, flavonoid, dan tanin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol bunga Mawar merah terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode dilusi tabung. Konsentrasi ekstrak etanol bunga Mawar merah yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0%, 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% dengan masing-masing menggunakan empat isolat Candida albicans yang berasal dari swab vagina pasien yang berbeda. Kadar Hambat Minimal (KHM) diperoleh dengan membandingkan tingkat kekeruhan pada masing-masing tabung uji. Sedangkan, Kadar Bunuh Minimal (KBM) dari penelitian ini didapat dengan cara penanaman dengan penggoresan (streaking) masing-masing jamur uji pada lempeng Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa KHM masing-masing jamur uji pada keempat isolat berada pada 4%. Sedangkan, KBM pada empat isolat dalam penelitian ini berada pada konsentrasi yang sama, yaitu 6%. Dari Uji ANOVA satu arah didapatkan perbedaan bermakna antara masing-masing konsentrasi ekstrak etanol bunga mawar Merah (p=0,00). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol bunga Mawar merah dapat menghambat dan membunuh Candida albicans secara in vitro. Kata kunci: bunga Mawar merah, Candida albicans, KHM, KBM

Abstract

Candida albicans is an opportunistic fungus that most commonly cause candidiasis. Red Roses was chosen as an alternative treatment of Candida albicans in this study as the flower was suspected to have anti-fungal substances such as geraniol, eugenol, citronellol, limonene, flavonoids and tannins. The objective of this study was to determine the effect of red Roses ethanol extract on Candida albicans growth in vitro. This was an experimental study using the tube dilution method. The concentrations of red Roses ethanol extract used in this study were 0%, 2%, 3%, 4%, 5% and 6% with each using four isolates of Candida albicans from the vaginal swabs of different patients. The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) was obtained by comparing the level of turbidity in each test tube. Meanwhile, the Minimum Fungicidal Concentration (MFC) was obtained by inoculating each samples on Sabouraud Dextrose Agar (SDA) plates. The results showed that the MIC of the four isolates was found at the concentration of 4%, while the MFC was found at 6%. The one-way ANOVA test showed significant differences between each red Roses ethanol extract concentrations (p = 0.00). It can be concluded that the red Roses ethanol extract can both inhibit and kill Candida albicans in vitro. Keywords: Red Roses, Candida albicans, MIC, MFC

Page 2: puput fiohana (0710713012)

2

PENDAHULUAN

Candida albicans merupakan jamur

yang secara normal terdapat pada kulit

dan membran mukosa misalnya vagina,

mulut, ataupun rectum. Jamur ini juga

dapat berpindah melalui aliran darah dan

mempengaruhi tenggorokan, intestinal,

dan katup jantung. Candida albicans dapat

menjadi agen infeksius ketika terdapat

beberapa perubahan pada lingkungan

tubuh yang menyebabkan pertumbuhan

Candida albicans menjadi tidak terkontrol

(The Health Central Network, 2009).

Candida albicans merupakan spesies yang

sering menyebabkan kandidiasis

(Anaissie,2009).

Kandidiasis dibagi dalam dua

macam, kandidiasis superfisial yang

berinfeksi lokal pada kutan atau membran

mukosa dan kandidiasis yang bersifat

invasif hingga menyebabkan infeksi

sistemik (Emily, 2007). Contoh kandidiasis

superfisial misalnya: vulvovaginitis,

kandidiasis kutan, onikomikosis, dan

sebagainya. Sedangkan kandidiasis

sistemik contohnya: kandida pada sistem

pencernaan, kandidosis paru, kandidosis

pada saluran kemih (Perhimpunan

Mikologi Kedokteran Manusia dan Hewan

Indonesia, 2001).

Dalam dua dekade terakhir, insiden

terjadinya infeksi oleh Candida albicans

semakin meningkat dan telah menjadi

salah satu penyebab infeksi nosokomial

pada pasien-pasien di rumah sakit

(Vazquez, 2005). Literatur lain mengatakan

bahwa diperkirakan, sekitar 75 % wanita

usia subur pernah mengalami infeksi

Candida albicans pada traktus genitalis

setidaknya satu kali selama hidupnya

(Dwikarya, 2004).

Saat ini, antifungi untuk pengobatan

infeksi karena Candida albicans memang

sudah ditemukan, namun pemakaian obat

antifungi lokal maupun sistemik dalam

pengobatannya tidak hanya memiliki efek

yang menguntungkan saja, namun juga

sering menimbulkan efek samping yang

tidak menyenangkan, misalnya pusing,

demam, mual, muntah, diare, kerusakan

pada kulit, efek toksik pada organ lain, dan

kelainan faal darah (Ganiswara,1995). Hal

ini dikarenakan obat antifungi mempunyai

toksisitas selektif yang rendah, sehingga

seringkali mengganggu sel hospes

manusia (Dzen dkk, 2003). Sedangkan

obat dengan toksisitas selektif yang lebih

baik ditawarkan dengan harga lebih tinggi.

Hal ini akan berimplikasi pada peningkatan

biaya kesehatan, perpanjangan waktu

perawatan maupun peningkatan angka

kesakitan dan kematian. Maka dari itu, hal

tersebut merupakan tantangan bagi para

ahli di bidang kesehatan untuk mencari

obat antifungi alternatif yang memiliki

efektivitas lebih baik dengan harga

terjangkau (Ganiswara, 1995).

Saat ini, perkembangan pengobatan

dengan bahan-bahan tradisional semakin

marak digunakan. Selain pertimbangan

harga, efek samping yang konon minimal,

Page 3: puput fiohana (0710713012)

3

serta kemudahan dalam mendapatkannya,

pengobatan alternatif ternyata juga

memiliki khasiat yang tak kalah penting

dibandingkan pengobatan kimiawi. Salah

satu contoh tanaman tradisional yang

dapat digunakan dalam pengobatan

adalah bunga Mawar.

Bunga Mawar (Rosaceae) telah

banyak dibudidayakan di negara

Indonesia, misalnya saja di daerah sentra

produsen bunga-bungaan Cipanas,

Lembang (Jawa Barat), Brastagi (sumatera

Utara), Malang (Jawa Timur), dan

beberapa tempat lainnya. Selain karena

memiliki bentuk yang cantik, Mawar yang

dikenal sebagai “Ratu Bunga” ini ternyata

juga memiliki nilai ekonomi dan sosial

cukup tinggi untuk dijadikan komoditas

perdagangan atau komersial. Tidak banyak

orang yang mengetahui fungsi lain dari

tanaman Mawar selain sebagai penghias

taman, bunga potong, dan bunga tabur

untuk upacara adat dan ziarah

pemakaman. Sesungguhnya Mawar

adalah tanaman multifungsi. Selain dapat

menghias taman dan rangkaian bunga,

Mawar juga memiliki banyak fungsi, yaitu

sebagai bahan aroma therapy, simplisia

obat, parfum, bahan tambahan makanan,

dan ramuan untuk kosmetik (Lingga,

2008).

Dalam bidang pengobatan, Mawar

telah dirintis sejak masa Perang Dunia II di

Inggris sebagai sumber vitamin C. Para

tabib China memanfaatkan minyak bunga

Mawar sebagai “Yin” yang berfungsi untuk

menenangkan syaraf, memperlancar

sirkulasi darah, menguatkan otot dinding

perut besar, dan menyehatkan pembuluh

kapiler. Ada anggapan pula bahwa minyak

Mawar dapat meningkatkan jumlah sperma

kaum laki-laki yang mengalami impotensi

dan juga dapat menormalkan siklus haid

wanita. Bahkan suku Indian memanfaatkan

ramuan dari rebusan ujung bunga Mawar

liar untuk diminum seperti teh sebagai

penyembuh kencing nanah (gonorrheae)

(Rukmana, 1995).

Bunga Mawar merah (Rosa indica

fragrans hybrids) atau yang sering dikenal

di masyarakat sebagai Mawar holland

merupakan jenis mawar yang paling

banyak di Indonesia. Bunga Mawar ini

merupakan jenis atau varietas mawar yang

berasal dari Holland (Belanda). Kelebihan

dari Mawar ini adalah tingkat

produktivitasnya yang cukup tinggi

sehingga lebih mudah untuk didapat

(Rukmana, 1995).

Dalam bunga Mawar merah, terdapat

zat aktif seperti eugenol, geraniol,

citronellol, limonene dan beberapa vitamin

yang dapat berfungsi sebagai antiseptik

dan daya tahan tubuh (Rukmana, 1995;

Lingga, 2008). Dari kandungan zat aktif

bunga Mawar merah tersebut diduga

bunga Mawar merah dapat digunakan

sebagai pengobatan alternatif antifungi

untuk Candida albicans. Manfaat yang

diharapkan dari penelitian ini adalah untuk

menambah wacana dalam dunia

kedokteran tentang obat tradisional, dalam

rangka pemanfaatan keanekaragaman

hayati yang ada di Indonesia sebagai obat

Page 4: puput fiohana (0710713012)

4

alternatif, serta dapat menjadi dasar

penelitian lebih lanjut supaya ekstrak

etanol bunga Mawar merah dapat

digunakan sebagai obat antifungi pada

manusia. Oleh karena itu, maka perlu

dilakukan penelitian eksperimental in vitro

untuk mengetahui efek antijamur bunga

Mawar merah terhadap Candida albicans

dan melihat pengaruh berbagai

konsentrasi ekstrak etanol bunga Mawar

merah terhadap pertumbuhan Candida

albicans secara in vitro.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimental in vitro dengan metode

dilusi tabung (tube dilution test) dan

menggunakan empat sampel isolat

Candida albicans. Tube dilution test

meliputi dua tahap, yaitu pengujian tingkat

kekeruhan tabung yang ditujukan untuk

mengetahui nilai Kadar Hambat Minimal

(KHM) dan tahap penanaman dengan cara

streaking (penggoresan) pada SDA plate

yang ditujukan untuk mengetahui nilai

Kadar Bunuh Minimal (KBM). Keempat

sampel yang digunakan dalam penelitian

ini diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Malang yang berasal dari swab vagina

pasien penderita vaginitis.

Pembuatan ekstrak etanol bunga

Mawar merah meliputi proses

pengeringan, proses ekstraksi (maserasi)

dan evaporasi. Proses pengeringan diawali

dengan mencuci bersih bunga Mawar yang

akan digunakan sebagai bahan uji dalam

penelitian, kemudian bunga Mawar yang

sudah dicuci dikupas dan diambil masing-

masing bagiannya menjadi kecil-kecil, lalu

dimasukkan dalam oven dengan suhu

80°C sampai kering. Proses ekstraksi

dilakukan dengan menyiapkan bunga

mawar yang sudah kering, kemudian

dihaluskan dengan menggunakan blender,

lalu ditimbang dengan menggunakan

timbangan analitik sebanyak 100 gr

(sampel kering). Sampel kering tersebut

dimasukkan dalam gelas erlenmeyer

berukuran 1 liter dan direndam dalam

etanol sampai volume 900 ml. Kemudian

kocok selama ± 30 menit sampai benar-

benar tercampur. Campuran diinapkan

selama semalam sampai mengendap.

Hasil ekstraksi siap untuk dievaporasi.

Proses evaporasi diawali dengan

mengambil lapisan atas campuran etanol

dengan zat aktif yang sudah terambil,

masukkan dalam labu evaporasi berukuran

1 liter. Kemudian pasang labu evaporasi

pada evaporator dan isi waterbath dengan

air sampai penuh. Setelah itu, pasang

semua rangkaian alat, termasuk rotary

evaporator, pemanas water bath (atur

sampai 90°C), kemudian sambungkan

dengan aliran listrik. Selanjutnya, biarkan

etanol menguap dan ditunggu proses

berjalan sampai aliran etanol berhenti

menetes pada labu penampung (± 1,5

hingga 2 jam untuk satu labu). Hasil

evaporasi dimasukkan dalam botol plastik

kemudian disimpan di dalam freezer dan

siap untuk digunakan.

Page 5: puput fiohana (0710713012)

5

Identifikasi Candida albicans

dilakukan dengan pewarnaan gram dan uji

germinating tube. Konsentrasi Candida

albicans yang digunakan dalam penelitian

adalah 103 CFU/ml (Murray et al., 1999).

Medium yang digunakan adalah medium

cair Sabouraud Dextrose dan medium

padat Sabouraud Dextrose Agar (SDA).

Uji Dilusi Tabung diawali dengan

menyediakan tabung reaksi steril yang

telah ditandai KC (kontrol C.albicans), 1, 2,

3, 4, 5, KB (Kontrol Bahan). Kemudian,

tabung KC diisi dengan suspensi kuman

Candida albicans dengan kepadatan (1-5)x

103 CFU/ml sebanyak 2 ml. Digunakan

sebagai kontrol (+). Tabung 1, 2, 3, 4, 5

diisi dengan aquades steril masing-masing

sebanyak 0,96 ml; 0,94 ml; 0,92 ml; 0,90

ml, dan 0,88 ml. Selanjutnya, tabung 1, 2,

3, 4, 5 diisi dengan ekstrak bunga mawar

masing-masing 0,04 ml; 0,06 ml; 0,08 ml;

0,10 ml, dan 0,12 ml. Sehingga

konsentrasi bunga mawar berturut-turut

adalah 4% v /v , 6% v /v , 8% v /v , 10% v /v , 12%

v /v . Konsentrasi tersebut didapatkan dari

hasil eksplorasi sebelum penelitian

dilakukan.

Langkah selanjutnya yaitu

memasukkan suspensi kuman Candida

albicans dengan kepadatan (1-5) x 103

CFU/ml pada tabung 1, 2, 3, 4, 5 masing-

masing sebanyak 1 ml, sehingga

konsentrasi bunga mawar sekarang pada

tabung 1, 2, 3, 4, 5 berturut-turut 2% v /v ,

3% v /v , 4% v /v , 5% v /v , 6% v /v .

Tabung KB diisi dengan ekstrak

bunga mawar dengan menggunakan

mikropipet sebanyak 2 ml (100%). Tabung

ini digunakan sebagai kontrol (-).

Kemudian kesembilan tabung divortex lalu

diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24-

48 jam. Setelah diinkubasikan, semua

tabung dikeluarkan dari inkubator dan

dilakukan pengamatan pada kekeruhan

tabung untuk menentukan kadar hambat

minimal (KHM). Setelah itu, seluruh tabung

divortex, lalu diambil 1 ose dan dilakukan

streaking pada medium SDA. Lalu

diinkubasikan lagi selama 24-48 jam pada

suhu 37°C. Setelah diinkubasikan, hitung

koloni yang tumbuh pada SDA untuk

menentukan Kadar Bunuh Minimal (KBM)

Candida albicans terhadap larutan ekstrak

etanol bunga Mawar merah tersebut.

Variabel bebas pada penelitian ini

adalah konsentrasi ekstrak etanol bunga

Mawar merah 0% (Kontrol C.albicans), 2%

v/v , 3% v

/v , 4% v/v , 5% v

/v , 6% v/v . Variabel

tergantung pada penelitian ini adalah

jumlah koloni jamur Candida albicans yang

tumbuh pada SDA.

Data dari pengamatan perbenihan

Candida albicans dengan berbagai

konsentrasi ekstrak etanol bunga Mawar

merah secara kuantitatif dianalisis

menggunakan uji statistik uji ANOVA satu

arah yang kemudian dilanjutkan dengan uji

korelasi untuk menentukan kekuatan dan

arah hubungan antara konsentrasi ekstrak

bunga mawar dengan pertumbuhan

Candida albicans secara in vitro (Santoso,

2010). Sebelum uji ANOVA satu arah

dijalankan, perlu dilakukan uji normalitas

data dan uji homogenitas varians karena

Page 6: puput fiohana (0710713012)

6

syarat uji Anova satu arah adalah data

yang akan diuji harus berdistribusi normal

dan varians data harus sama (Santoso,

2010). Rencana analisis data terhadap

data yang didapat akan dilakukan dengan

menggunakan program SPSS (Stastitical

Product of Service Solution) for Windows

versi 18.0.

Untuk melihat adanya perbedaan

yang signifikan antara rata-rata

pertumbuhan koloni pada masing-masing

konsentrasi maka dilakukan uji Anova satu

arah. Dengan uji ini akan diperoleh

perbandingan rata-rata jumlah koloni

Candida albicans pada ketujuh kelompok

konsentrasi, sehingga dapat disimpulkan

apakah pemberian ekstrak etanol bunga

Mawar merah menyebabkan penurunan

jumlah koloni Candida albicans secara

signifikan. Pada penelitian ini, tingkat

kepercayaan yang dipakai adalah 95%

untuk tingkat signifikasi (α=0,05).

HASIL PENELITIAN

Hasil Uji Pengaruh Ekstrak Etanol

bunga Mawar merah terhadap Candida

albicans

Berdasarkan pengamatan kekeruhan

pada metode dilusi tabung dan didukung

dari data penurunan jumlah koloni

terbanyak hasil streaking pada SDA plate,

diperoleh nilai Kadar Hambat Minimal

(KHM) pada konsentrasi 4% v /v , sedangkan

berdasarkan jumlah pertumbuhan koloni

hasil streaking pada SDA plate diperoleh

nilai Kadar Bunuh Minimal (KBM) pada

konsentrasi 6% v /v . Hal ini juga ditunjukkan

pada ketiga sampel Candida albicans lain

yang digunakan pada penelitian ini.

Hasil penghitungan jumlah koloni

pada SDA plate diperoleh data seperti

pada Tabel 1 dan histogram rerata masing-

masing jumlah pertumbuhan koloni dapat

dilihat pada gambar 1.

Tabel 1.

Hasil Penghitungan Jumlah Koloni Candida albicans pada SDA plate

Sampel

Perlakuan (konsentrasi ekstrak etanol bunga Mawar merah)

0%

(KC) 2%

v/v 3%

v/v 4%

v/v 5%

v/v 6%

v/v

100%

(KB)

I 2281 811 413 89 24 0 0

II 1963 548 262 71 11 0 0

III 2090 683 342 86 16 0 0

IV 2376 1009 509 130 38 0 0

Rerata 2177,5 762,75 381,5 94 22,25 0 0

Standar

Deviasi

±185,993

±196,167

±105,022

±25,258 ±11,786 0 0

Page 7: puput fiohana (0710713012)

7

0

500

1000

1500

2000

2500

0% 2% 3% 4% 5% 6% 100%

Re

rata

Ju

mla

h K

olo

ni

C. a

lbic

an

s

Konsentrasi Ekstrak Etanol Bunga Mawar Merah (v/v)

Data pada Tabel 1 memiliki kisaran

data yang besar sehingga mempersulit

analisis. Karena itu data ini perlu

dilakukan transformasi ke dalam bentuk

akar pangkat 4 seperti pada pada Tabel 2.

Histogram rerata masing-masing jumlah

pertumbuhan koloni Candida albicans

terhadap Konsentrasi Ekstrak etanol

bunga Mawar merah dapat dilihat pada

gambar 2. Hasil uji normalitas data

Kolmogorov-Smirnov didapatkan

didapatkan bahwa data jumlah koloni

Candida albicans yang diuji (berdasarkan

hasil transformasi akar pangkat 4)

menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0,925 (Sig 0,05). Karena Sig 0,05

berarti bahwa data tersebut berdistribusi

normal. Syarat uji ANOVA selanjutnya

adalah dengan menggunakan uji

Homogenitas Varians Levene. Dari uji

Homogenitas, didapatkan nilai Sig.

sebesar 0,06 (nilai diatas 0,05). Maka

dapat disimpulkan bahwa varians data

adalah sama. Kemudian dilakukan analisis

data statistik dengan menggunakan uji

ANOVA satu arah. Dari uji ANOVA satu

arah ini didapatkan nilai Sig. sebesar

0,000 yang berada di bawah nilai 0,05,

jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata

pertumbuhan koloni Candida albicans

pada ketujuh kelompok berbeda secara

signifikan. Sedangkan hasil uji

Homogenous Subsets (Uji Identik antar

Kelompok) pada Tabel 3 terlihat bahwa

kelompok konsentrasi 6% v /v dan 100%

berada pada satu kolom yang sama. Hal

ini menunjukkan rata-rata pertumbuhan

koloni Candida albicans pada kelompok

konsentrasi 6% v/v dan 100% (Kontrol

Bahan) tidak berbeda secara signifikan.

Hasil uji Korelasi menunjukkan nilai

koefisien korelasi Pearson (R) sebesar -

0,978 dengan nilai Sig. 0,000

menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara konsentrasi ekstrak bunga Mawar

dengan jumlah koloni Candida albicans.

Tanda negatif (-) pada koefisien korelasi

Pearson (R) menyatakan hubungan yang

berbanding terbalik, yaitu kenaikan

konsentrasi ekstrak etanol bunga mawar

Gambar 1. Histogram

Rerata Jumlah Koloni

Candida albicans

terhadap Konsentrasi

Ekstrak Etanol bunga

Mawar merah

Page 8: puput fiohana (0710713012)

8

Koloni

Tukey HSD a

4 ,0000 4 ,0000 4 2,1275 4 3,0950 4 4,3900 4 5,2250 4 6,8250

1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

Konsentrasi 6,00 100,00 5,00 4,00 3,00 2,00 ,00 Sig.

N 1 2 3 4 5 6 Kelompok dengan tingkat kepercayaan= .05

Rata-rata dari kelompok pada tiap konsentrasi percobaan .

merah (X) akan mengakibatkan

penurunan jumlah koloni Candida albicans

(Y). Sedangkan 0,978 menyatakan derajat

hubungan yang kuat antara variabel X dan

Y, dikatakan kuat apabila R 0,5.

Tabel 2. Jumlah Koloni Candida albicans setelah ditransformasi ke dalam Bentuk Akar Pangkat 4 ( √

)

Sampel

Perlakuan (konsentrasi ekstrak etanol bunga Mawar merah)

0% (KC) 2% v/v 3%

v/v 4%

v/v 5%

v/v 6%

v/v

100%

(KB)

I 6.91 5.33 4.50 3.07 2.21 0 0

II 6.65 4.83 4.02 2.90 1.82 0 0

III 6.76 5.11 4.30 3.04 2.00 0 0

IV 6.98 5.63 4.74 3.37 2.48 0 0

Rerata 6.82 5.22 4.39 3.09 2.12 0 0

Tabel 3. Uji Identik Antar Kelompok

0

1

2

3

4

5

6

7

0% 2% 3% 4% 5% 6% 100%

Re

rata

Ju

mla

h K

olo

ni

C.a

lbic

an

s

Konsentrasi Ekstrak Etanol Bunga Mawar Merah (v/v)

Gambar 2.

Histogram Rerata

Jumlah Koloni Candida

albicans Dalam Bentuk

Akar Pangkat 4

Terhadap Konsentrasi

Ekstrak Etanol Bunga

Mawar Merah.

Page 9: puput fiohana (0710713012)

9

PEMBAHASAN

Penelitian eksperimental ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh

ekstrak etanol bunga Mawar merah (Rosa

indica fragrans hybrids) terhadap

pertumbuhan Candida albicans secara in

vitro. Metode yang digunakan adalah

metode dilusi tabung (tube dilution test).

Tube dilution test meliputi dua tahap, yaitu

pengujian tingkat kekeruhan tabung yang

ditujukan untuk mengetahui nilai Kadar

Hambat Minimal (KHM) dan tahap

penanaman dengan cara streaking pada

SDA plate yang ditujukan untuk

mengetahui Kadar Bunuh Minimal (KBM).

Selanjutnya jumlah koloni pada SDA plate

dihitung dengan colony counter,

kemudian dianalisis dengan uji statistik.

Isolat Candida albicans didapatkan

dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Sebelum dilakukan penelitian, isolat jamur

diidentifikasi terlebih dahulu dengan

pembiakkan koloni pada SDA plate,

pewarnaan Gram, dan Germinating Tube

Test. Pembiakan koloni dilakukan pada

SDA plate, didapatkan koloni mukoid,

agak mengkilat, lunak, berwarna putih

kekuningan, dan berbau seperti tape.

Dengan pewarnaan Gram serta

pengamatan di bawah mikroskop dengan

pembesaran 100x, didapatkan gambaran

budding cell berwarna ungu yang bersifat

gram positif (+). Dengan Germinating

Tube Test, didapatkan germ tube

(pemanjangan sel jamur). Isolat tersebut

kemudian dibuat biakan cair yang

distandarkan menjadi 1,5x103 CFU/ml.

Bahan uji yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu bunga Mawar merah

dari spesies Rosa indica fragrans hybrids

atau yang sering dikenal sebagai mawar

Holland atau hybrid tea berasal dari petani

bunga di desa Sidomulyo, Batu. Dalam

eksperimen ini, metode ekstrak dipilih

karena sebagian besar zat antimikroba

yang terkandung dalam bunga mawar

bersifat tidak larut air, yaitu eugenol,

geraniol, citronellol, limonen, dan

flavonoid. Sedangkan tanin bersifat larut

air dan sedikit larut dalam etanol. Proses

ekstraksi bunga mawar ini dilakukan di

Laboratorium Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Eugenol, geraniol, dan citronellol

membunuh Candida albicans dengan cara

menghambat biosintesis ergosterol dalam

sel jamur. Penghambatan biosintesis

ergosterol ini mengakibatkan penumpukan

metilsterol. Metilsterol ini dapat merusak

kerapatan rantai asil pada fosfolipid,

merusak fungsi sistem enzim yang terikat

pada membran tertentu, misalnya saja

enzim-enzim sistem transpor elektron.

Hal ini mengakibatkan gangguan pada

permeabilitas membran sel jamur

sehingga mudah lisis. Efek yang sama

didapatkan dari limonen yang bekerja

dengan cara merusak membran sel oleh

senyawa lipofilik yang dapat

mengakibatkan kebocoran komponen-

komponen essensial dari membran sel

Page 10: puput fiohana (0710713012)

10

jamur, sehingga membran sel menjadi

lebih mudah lisis.

Tanin yang terkandung dalam bunga

Mawar dapat mengakibatkan kerusakan

pada DNA dan RNA jamur sehingga

menyebabkan tidak terjadinya replikasi

pada sel jamur. Tanin juga memiliki

mekanisme kerja dengan cara

menginaktivasi adhesin, enzim, protein

transport dinding sel, perusakan substrat

dan berikatan dengan polisakarida dinding

sel kuman. Beberapa penelitian

menyebutkan bahwa tanin dapat berikatan

dengan dinding sel bakteri, menghambat

aktifitas protease dan inaktivasi

mikroorganisme secara langsung (Cowan,

1999; Naim, 2004). Daya antimikroba

tanin sangat toksik terhadap filamentous

fungi, yeast, dan bakteri. Tannin juga

memiliki kemampuan menghambat enzim

reverse transcriptase dari sel mikroba

(Scalbert, 1991).

Flavonoid yang juga terdapat dalam

bunga Mawar bekerja dengan cara

berikatan dengan dinding sel jamur.

Dinding sel jamur berfungsi sebagai

struktur pemberi bentuk sel dan

melindungi sel dari lisis osmotic. Hasil dari

pengikatan flavonoid pada dinding sel

akan menyebabkan kestabilannya

terganggu sehingga akan menyebabkan

sel lisis (Marjorie, 1999).

Penelitian ini dilakukan untuk

menguji secara in vitro efek ekstrak etanol

bunga Mawar merah terhadap Candida

albicans. Kadar Bunuh Minimal (KBM)

pada keempat sampel dalam penelitian ini

adalah 6%, yang merupakan konsentrasi

terendah ekstrak bunga Mawar yang

mampu membunuh Candida albicans.

Sedangkan Kadar Hambat Minimal (KHM)

pada penelitian ini yaitu pada konsentrasi

4%, dimana dapat diamati dari kekeruhan

tabung yang mulai menghilang pada

konsentrasi tersebut.

Dengan melihat fakta hasil

penelitian bahwa kenaikan konsentrasi

ekstrak etanol bunga Mawar merah dapat

menyebabkan penurunan jumlah koloni

Candida albicans dan diperkuat dengan

adanya data bahwa ekstrak bunga Mawar

merah mengandung bahan aktif yang

memiliki daya antifungi termasuk terhadap

Candida albicans, maka dapat dibuat

kesimpulan bahwa hipotesis penelitian ini

yaitu “Ekstrak etanol bunga Mawar merah

memiliki efek antijamur terhadap Candida

albicans dan dapat menghambat dan

membunuh Candida albicans secara in

vitro, semakin tinggi konsentrasi ekstrak

etanol bunga Mawar merah semakin

berkurang jumlah koloni Candida albicans”

telah terbukti kebenarannya.

Kandungan bahan aktif dalam

bunga Mawar merah tentunya juga

memiliki beberapa efek samping jika

digunakan pada seseorang yang sensitif

ataupun digunakan dalam jumlah yang

berlebihan. Efek samping eugenol dan

flavonoid misalnya, dapat menimbulkan

gangguan nafas serta nyeri pada perut

jika digunakan secara berlebihan (UMMC,

2010). Sedangkan geraniol dan citronellol

dapat menimbulkan kemerahan pada kulit

Page 11: puput fiohana (0710713012)

11

pada seseorang yang sensitif (WebMD

Journal, 2010; Herbs, 2000). Dari data

literatur efek samping kandungan bahan

aktif bunga Mawar merah tersebut, maka

untuk mengaplikasikan pemanfaatan

ekstrak etanol bunga Mawar merah

sebagai obat antifungi pada manusia,

diperlukan penelitian lebih lanjut secara in

vivo guna mengetahui toksisitas, dosis,

dan efek samping yang ditimbulkan dari

ekstrak etanol bunga Mawar. Selain itu,

dapat pula dilakukan penelitian tambahan

dengan memanfaatkan spesies bunga

Mawar lain untuk pengobatan alternatif,

baik sebagai antifungi, maupun

antimikroba lainnya.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah

Ekstrak etanol bunga Mawar merah

memiliki efek antijamur terhadap Candida

albicans dan dapat menghambat dan

membunuh Candida albicans secara in

vitro yang dibuktikan dengan semakin

tinggi konsentrasi ekstrak etanol bunga

Mawar merah, semakin rendah

pertumbuhan Candida albicans. Kadar

Hambat Minimal (KHM) ekstrak etanol

bunga Mawar merah terhadap Candida

albicans adalah pada konsentrasi 4% v /v .

Sedangkan Kadar Bunuh Minimal (KBM)

ekstrak etanol bunga Mawar merah

terhadap Candida albicans adalah pada

konsentrasi 6% v /v .

SARAN

Diperlukan penelitian lebih lanjut

secara in vivo supaya ekstrak etanol

bunga Mawar dapat digunakan sebagai

obat untuk infeksi jamur Candida albicans

pada masyarakat. Selain itu, diperlukan

penelitian lebih lanjut untuk menguji

pengaruh ekstrak etanol bunga Mawar

merah terhadap mikroba lain selain

Candida albicans. Penelitian lain untuk

menguji pemanfaatan ekstrak bunga

Mawar pada spesies lain untuk

pengobatan alternatif juga diperlukan, baik

sebagai antimikroba maupun antifungi lain

selain Candida albicans.

DAFTAR PUSTAKA

Anaissie EJ, McGinnis MR, Pfaller MA.

2009. Clinical Mycology Second Edition. USA: Churchill Livingstone Elsevier.

Cowan, MM. 1999. Clinical Microbiology

Reviews-Plant Productas Antimicrobial Agent. Ohio Departement of Microbiology, Miamy University. Vol.4, no.2, P562-582. (online). (http://smccd.net/accounts//case/ref/564.pdf, diakses pada tanggal 27 November 2009).

Dwikarya, M. 2004. 75 Persen Perempuan

di Dunia Pernah Keputihan. (Online). (http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=149677&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=190, diakses 13 November 2009).

Dzen SM, dkk. 2003. Bakteriologi Medik.

Banyumedia Publishing. Malang. Hal. 127-128.

Emily, A. 2007. Candidiasis.

http://www.emedicine.com/emerg/topi

Page 12: puput fiohana (0710713012)

12

c76.htm. diakses tanggal 4 Desember 2009.

Ganiswara, SG. 1995. Farmakologi dan

Terapi Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI. Hal 560-570.

Herbs. 2000. Flavonoids. (Online).

(http://www.herbs2000.com/h_menu/flavonoids.htm, diakses tanggal 21 Oktober 2010).

Lingga, L. 2008. Mawar. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama. Marjorie, M.C. 1999. Plant Products as

Antimicrobial Agents. New York: American Society for Microbiology.

Naim, R. 2004. Senyawa Antimikroba dari

tanaman. (online). (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0409/15/sorotan/1265264.htm, diakses pada tanggal 15 November 2010).

Perhimpunan Mikologi Kedokteran

Manusia dan Hewan Indonesia. 2001. Tata Laksana Mikosis Sistemik. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Rukmana, R. 1995. Mawar: Bunga “Cinta

Abadi” Menjanjikan Keuntungan “Abadi”. Jogjakarta: Kanisius.

Santoso, S. 2010. Mastering SPSS 18.

Jakarta: Elex Media Kompetindo. Scalbert, A. 1991. Antimicrobial Properties

of Tannins. Journal of Antimicrobial Chemotheraphy. (online). (http://www.esi-topics.com/fmf/2004/may04-SantosScalbert.html, diakses pada tanggal 20 Oktober 2009).

The Health Central Network. 2009.

Candida albicans. (http://www.healthscout.com/ency/68/312/main.html, diakses 27 November 2009).

UMMC ( University of Maryland Medical

Center). 2010. Eugenol Oil Overdose.

(Online). ( http://www.umm.edu/ency/article/002647all.htm, diakses 21 Oktober 2010).

Vazques, JA. 2005. Epidemiology,

Management and Prevention of Candidiasis. (Online). (http://www.medscape.com/viewarticle/462510, diakses 27 November 2009).

WebMD Journal. 2010. Citronella Oil.

(Online). (http://www.webmd.com/vitamins-supplements/ingredientmono-627-CITRONELLA%20OIL.aspx?activeIngredientId=627&activeIngredientName=CITRONELLA%20OIL, diakses tanggal 25 Oktober 2010).