puncak banjir di pondok labu - ftp.unpad.ac.id filemain dalam proses perizinan, pihaknya akan...

1
8 RABU, 2 NOVEMBER 2011 M EGA POLITAN PENGUSAHA properti yang berusaha di Tangerang Sela- tan (Tangsel) mengeluhkan berbelitnya birokrasi yang ada di kota itu. Pengurusan izin berbelit dan membutuhkan waktu panjang. Belum lagi, tidak terlihat upaya dari Pemerintah Kota Tangsel untuk memperbaiki in- frastruktur jalan dan mengatasi masalah kemacetan lalu lintas. Bila hal itu terus berlanjut, pembangunan Kota Tangsel dikhawatirkan terhambat kare- na pengusaha enggan berin- vestasi. “Para pengusaha masih ha- rus banyak mengeluarkan bia- ya tak terduga pada saat ingin menginvestasikan modal di Tangsel. Hal demikian justru nantinya akan menghambat investor yang datang,” kata Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Ban- ten Nurul Yakin di Tangsel, kemarin. Pemkot Tangsel juga diminta untuk transparan mengenai besarnya biaya perizinan. Se- lama ini tidak ada keterbukaan mengenai hal tersebut. Paling tidak, ujar Nurul, pengusaha diberi tahu dan besaran biaya dipublikasikan melalui media. Ketidaktransparanan itu dapat dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab untuk meraup keuntungan pribadi. Kondisi itu juga ren- tan dimanfaatkan birokrat na- kal untuk mempersulit proses perizinan. “Kalau membuat perizinan saja dipersulit, investor pun akan enggan masuk,” ujarnya. Pemerintah Kota Tangsel lewat Kabag Humas dan Pro- tokoler Aplahunajat mengaku belum menerima keluhan pa- ra pengembang. Namun jika terbukti ada oknum yang ber- main dalam proses perizinan, pihaknya akan bertindak te- gas. Untuk masalah kerusakan jalan, ia mengatakan sampai kini perbaikan sedang dilaku- kan di beberapa ruas jalan. Per- baikan ditargetkan rampung tahun depan. “Nanti kita akan lakukan penyelidikan ke lapangan, apa saja yang membuat para pengembang resah,” ujar Apla- hunajat. Dinas Bina Marga dan Sum- ber Daya Air Kota Tangsel mengalokasikan dana Rp106 miliar untuk memperbaiki infrastruktur yang ada. Dari jumlah itu, Rp76 miliar diper- gunakan untuk pembangunan atau peningkatan jalan dan jembatan. Sisanya, Rp30 mi- liar, akan dipergunakan untuk penanganan masalah drainase, normalisasi kali, dan penang- gulangan banjir. (DA/J-2) Saya sudah tidak Mandi Tiga Hari Bantaran Kali Krukut kini dipenuhi rumah warga yang menyebabkan kali terus menyempit. NESTY TRIOKA PAMUNGKAS M ESKI Pangkalan Marinir Jakarta tengah mem- bongkar turap yang selama ini dituding war- ga Kampung Pulo, Pondok Labu, Jakarta Selatan, sebagai penyebab banjir di wilayah mereka, ancaman banjir tetap tak bisa dielakkan. Setidaknya hingga 2012, war- ga Kampung Pulo masih akan dihantui ancaman banjir kar- ena buruknya sistem drainase di wilayah itu sehingga tidak mampu menampung kelebihan debit air di Kali Krukut. “Saat ini belum masuk musim hujan. Bencana banjir dari luapan Kali Krukut ini berpotensi berulang kembali hingga puncak hujan bulan Januari-Maret 2012,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nu- groho di Jakarta, kemarin. Hingga kemarin, permukim- an warga di RT 09, 10, 11, 12, dan 14 di RW 03 masih di- rendam oleh luapan air dari Kali Krukut. Tiap kali hujan turun, ketinggian air langsung naik. Warga masih sibuk menyela- matkan barang-barang berhar- ga mereka dan membersihkan rumah mereka dari timbunan lumpur yang bercampur de- ngan air banjir. Sutopo menjelaskan, warga di wilayah itu masih belum bisa menarik napas lega karena saat ini masih belum memasuki puncak musim hujan. Berdasarkan pemantauannya di wilayah itu, sistem drainase di sana sudah rusak parah kare- na pembangunan rumah dan bangunan lainnya tidak mem- perhatikan sistem drainase. Lebih lanjut ia menambah- kan, sebagai sebuah daerah aliran sungai (DAS), bantaran Kali Krukut di situ sudah disa- lahgunakan. Kawasan di tepi kali itu kini sudah berubah menjadi kawasan padat pen- duduk. Sanitasi lingkungan pun menjadi masalah berikut- nya di sana. “Sebagai DAS, kepadatannya mencapai 109 orang per hek- tare. Itu sudah termasuk salah satu wilayah yang terpadat di Jabodetabek. Awalnya lebar Kali Krukut 16 meter, seka- rang cuma sekitar 2 meter,” paparnya. Ancaman rob Di Jakarta Utara, warga yang tinggal di bibir pantai harus mulai waspada karena keting- gian air laut telah melampaui batas normal. Berdasarkan titik ukur ketinggian air laut di Tanjung Priok, Jakarta Utara, saat ini ketinggian air laut sudah mencapai 2,18 meter, melampaui batas normal yaitu 1,8 meter. Kepala Suku Dinas Peker- jaan Umum dan Tata Air DKI Jakarta Rifig Abdullah me- ngatakan, banjir diperkirakan akan melanda sebagian besar wilayah Jakarta Utara jika telah melampaui 2,4 meter. “Kalau pada ketinggian itu terjadi pula hujan, sebagian besar wilayah di Jakarta Utara akan banjir dan penuh genang- an air. Bahkan ketinggian per- mukaan air di Kali Sunter kini hanya berjarak 20 cm de- ngan permukaan dinding talut. Kami sudah menyiapkan enam pompa dan 5.000 kantong pasir yang akan disebar di lokasi rawan banjir di Jakarta Utara,” ujar Rig. (Na/T-1) [email protected] Puncak Banjir di Pondok Labu Terjadi pada Awal 2012 S EJAK Minggu (30/10), malam hari merupakan masa-masa yang sulit bagi warga Kampung Pulo, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Genangan air yang merendam wilayah permukiman mereka membuat aliran listrik di berbagai titik diputuskan. Dinginnya air yang terus membasahi kaki harus mereka rasakan di tengah gelap gulitanya malam. “Andalan kita ya nyala lampu lilin ini. Sudah tidak mungkin lagi pakai petromaks. Kan sudah tidak ada lagi minyak tanah sekarang,” ujar Sukarti, 51, salah seorang warga yang ditemui kemarin. Saat ditemui, ia tengah membuang air dari dalam rumahnya meski hari sudah malam. Dengan ditemani nyala dua lampu lilin, ia dibantu anak-anaknya mengeluarkan air dengan alat seadanya. Ia mengaku pekerjaan membuang air baru berhenti jika badan sudah terasa lelah. Kesulitan tidak hanya dirasakan di malam hari. Begitu matahari mulai muncul di pagi hari, ia bersama ibu- ibu lainnya dibingungkan oleh ketersediaan air bersih. Kendati posko menyediakan air bersih, pasokan yang ada dirasa kurang memenuhi kebutuhan warga setempat untuk mandi dan buang air. “Saya malah belum mandi tiga hari. Sudah tidak keruan lagi seperti apa baunya,” ucap Sukarti seraya tertawa. Senada dengannya, Yani, 36, mengatakan mesin pompa air yang dimilikinya masih belum kembali berfungsi pascapadamnya listrik. Untuk sementara kebutuhan air bersih didapatkannya dari posko yang ada. “Mesin air saya terendam air, jadi air didapat dari posko. Itu juga cuma untuk minum. Mandi juga belum bisa karena antrenya panjang sekali,” kata Yani. Masalah bagi warga korban banjir tidak berhenti di situ. Sejak kemarin warga mulai diserang penyakit gatal-gatal. Posko kesehatan pun mulai dipenuhi warga. “Rata-rata keluhannya gatal-gatal. Ada juga yang menderita gangguan saluran pernapasan. Kemungkinan beberapa hari ke depan biasanya muncul keluhan diare,” kata Kepala Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Endang Ariastiwi saat ditemui di posko kesehatan. Berdasarkan catatannya, terdapat sekitar 50 orang yang mengeluh gatal-gatal dan mengalami gangguan pernapasan. “Mayoritas anak-anak dan ibu-ibu. Kita berikan obat sementara, jika memang berlanjut kita rujuk ke rumah sakit,” jelas Endang. (Nesty Trioka Pamungkas/ T-1) Birokrasi di Tangsel Dikeluhkan MAHASISWI Universitas Trisakti bernama Nadia Dwi Rahma, 22, dilaporkan hilang sejak 24 Oktober. Pada hari itu, warga Jalan Pulosari Timur 4, Blok CB, RT 05 RW 13, Peru- mahan Taman Galaxy, Bekasi, tersebut berangkat dari rumah pukul 09.00 WIB menuju kam- pusnya di kawasan Grogol, Jakarta Barat. Nadia biasa berangkat naik ojek langganan hingga Cawang, Jakarta Timur. Selanjutnya ia meneruskan perjalanan de- ngan bus Trans-Jakarta. Pagi itu Nadia mengenakan kaus cokelat, celana panjang hitam, dan tas biru. “Biasanya pukul 18.30 WIB Nadia sudah sampai di ru- mah. Tapi hari itu (24/10) dia enggak pulang-pulang,” kata Emy Ismiani, ibunda Nadia, kemarin. Sejak kejadian itu, ponsel Nadia tidak aktif. “Ditele- pon mati, SMS pending , di BBM (Blackberry Messenger) enggak nyampe,” keluh Emy yang bekerja di sebuah bank swasta. Keluarga semakin gusar sebab menurut teman-teman kampus Nadia, yang bersang- kutan tidak ke kampus pada hari itu. Mahasiswi jurusan akuntansi tersebut dikenal baik dan suka bergaul. “Nadia suka nongkrong sama teman-teman. Dia enggak pen- diam, tapi tertutup kalau ada masalah,” ujar Septian Perdana, mahasiswa semester 11, teman kampus yang pernah dekat dengan Nadia. Septian terakhir bertemu Nadia yang masih mahasiswa semester 9, sebulan lalu. Na- mun, ia masih sempat berko- munikasi melalui telepon, SMS dan BBM. Orangtua sudah melaporkan perihal hilangnya Nadia ke Pol- da Metro Jaya, Rabu (26/10). Tiga hari kemudian berita acara pemeriksaan (BAP) pun dibuat. Kemarin, orangtua kembali mendatangi Polda Metro Jaya untuk mempertanyakan hasil penyelidikan. Nadia merupakan anggota pers mahasiswa Trisakti, yang menerbitkan Korps Jaket Biru (KJB), sebagai editor berita. Redaktur Pelaksana KJB Ima Rahmawati mengungkapkan biasanya Nadia suka mengirim e-mail untuk meminta berita. Namun, sejak hari itu tidak ada kabar. Anak kedua dari empat ber- saudara itu tergolong manja dan introver kalau di rumah. Sebulan terakhir, menurut Dimas Pratama, sang kakak, Nadia mengalami perubahan sikap. Ia sering berbohong ke- pada teman kampus bahwa akan kuliah, ternyata tidak datang. Nadia belakangan akrab dengan seorang pria dari luar Trisakti. Keluarga mencurigai Nadia pergi bersama pria terse- but. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Baharudin Djafar menyatakan pihaknya telah membentuk tim untuk mencari Nadia. (*/ED/J-1) Mahasiswi Trisakti Menghilang BANJIR ROB: Seorang warga menata perabotan rumah tangga di dalam rumahnya yang tergenang air saat banjir air pasang di kawasan Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, kemarin. MI/ANGGA YUNIAR DOK KELUARGA Nadia Dwi Rahma Mahasiswi Trisakti

Upload: vudung

Post on 24-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8 RABU, 2 NOVEMBER 2011MEGAPOLITAN

PENGUSAHA properti yang berusaha di Tangerang Sela-tan (Tangsel) mengeluhkan berbelitnya birokrasi yang ada di kota itu. Pengurusan izin berbelit dan membutuhkan waktu panjang.

Belum lagi, tidak terlihat upaya dari Pemerintah Kota Tangsel untuk memperbaiki in-frastruktur jalan dan mengatasi masalah kemacetan lalu lintas. Bila hal itu terus berlanjut, pem bangunan Kota Tangsel dikhawatirkan terhambat kare-na pengusaha enggan berin-vestasi.

“Para pengusaha masih ha-rus banyak mengeluarkan bia-ya tak terduga pada saat ingin

menginvestasikan modal di Tangsel. Hal demikian justru nantinya akan menghambat investor yang datang,” kata Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Ban-ten Nurul Yakin di Tangsel, kemarin.

Pemkot Tangsel juga diminta untuk transparan mengenai besarnya biaya perizinan. Se-lama ini tidak ada keterbukaan mengenai hal tersebut. Paling tidak, ujar Nurul, pengusaha diberi tahu dan besaran biaya dipublikasikan melalui media.

Ketidaktransparanan itu dapat dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab untuk meraup keuntungan

pribadi. Kondisi itu juga ren-tan dimanfaatkan birokrat na-kal untuk mempersulit proses perizinan.

“Kalau membuat perizinan saja dipersulit, investor pun akan enggan masuk,” ujarnya.

Pemerintah Kota Tangsel le wat Kabag Humas dan Pro-tokoler Aplahunajat mengaku belum menerima keluhan pa-ra pengembang. Namun jika terbukti ada oknum yang ber-main dalam proses perizinan, pihaknya akan bertindak te-gas.

Untuk masalah kerusakan jalan, ia mengatakan sampai kini perbaikan sedang dilaku-kan di beberapa ruas jalan. Per-

baikan ditargetkan rampung tahun depan.

“Nanti kita akan lakukan penyelidikan ke lapang an, apa saja yang membuat para pengembang resah,” ujar Apla-hunajat.

Dinas Bina Marga dan Sum-ber Daya Air Kota Tangsel mengalokasikan dana Rp106 miliar untuk memperbaiki infrastruktur yang ada. Dari jumlah itu, Rp76 miliar diper-gunakan untuk pembangunan atau peningkatan jalan dan jembatan. Sisanya, Rp30 mi-liar, akan dipergunakan untuk penanganan masalah drainase, normalisasi kali, dan penang-gulangan banjir. (DA/J-2)

Saya sudahtidak MandiTiga Hari

Bantaran Kali Krukut kini dipenuhi rumah warga yang menyebabkan kali terus menyempit.

NESTY TRIOKA PAMUNGKAS

MESKI Pangkalan Marinir Jakarta t e n g a h m e m -bongkar turap

yang selama ini dituding war-ga Kampung Pulo, Pondok Labu, Jakarta Selatan, sebagai penyebab banjir di wilayah mereka, ancaman banjir tetap tak bisa dielakkan.

Setidaknya hingga 2012, war-ga Kampung Pulo masih akan dihantui ancaman banjir kar-ena buruknya sistem drainase di wilayah itu sehingga tidak mampu menampung kelebihan debit air di Kali Krukut.

“Saat ini belum masuk musim hujan. Bencana banjir dari luap an Kali Krukut ini berpotensi berulang kembali hingga puncak hujan bulan Januari-Maret 2012,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nu-groho di Jakarta, kemarin.

Hingga kemarin, permukim-an warga di RT 09, 10, 11, 12, dan 14 di RW 03 masih di-rendam oleh luapan air dari Ka li Krukut. Tiap kali hujan turun, ketinggian air langsung naik.

Warga masih sibuk menyela-

matkan barang-barang berhar-ga mereka dan membersihkan rumah mereka dari timbunan lumpur yang bercampur de-ngan air banjir.

Sutopo menjelaskan, warga di wilayah itu masih belum bisa menarik napas lega karena saat ini masih belum memasuki puncak musim hujan.

Ber da sarkan pemantauannya di wilayah itu, sistem drainase di sana sudah rusak parah kare-na pembangunan rumah dan ba ngunan lainnya tidak mem-perhatikan sistem drainase.

Lebih lanjut ia menambah-

kan, sebagai sebuah daerah alir an sungai (DAS), bantaran Kali Krukut di situ sudah disa-lahgunakan. Kawasan di tepi kali itu kini sudah berubah menjadi kawasan padat pen-duduk. Sanitasi lingkungan pun menjadi masalah berikut-nya di sana.

“Sebagai DAS, kepadatannya mencapai 109 orang per hek-tare. Itu sudah termasuk salah satu wilayah yang terpadat di Jabodetabek. Awalnya lebar Kali Krukut 16 meter, seka-rang cuma sekitar 2 meter,” pa parnya.

Ancaman robDi Jakarta Utara, warga yang

tinggal di bibir pantai harus mulai waspada karena keting-gian air laut telah melampaui batas normal. Berdasarkan titik ukur ketinggian air laut di Tanjung Priok, Jakarta Utara, saat ini ketinggian air laut sudah mencapai 2,18 meter, melampaui batas normal yaitu 1,8 meter.

Kepala Suku Dinas Peker-jaan Umum dan Tata Air DKI Jakarta Rifig Abdullah me-ngatakan, banjir diperkirakan akan melanda sebagian besar

wilayah Jakarta Utara jika telah melampaui 2,4 meter.

“Kalau pada ketinggian itu terjadi pula hujan, sebagian besar wilayah di Jakarta Utara akan banjir dan penuh genang-an air. Bahkan ketinggian per-mukaan air di Kali Sunter kini hanya berjarak 20 cm de-ngan permukaan dinding talut. Kami sudah menyiapkan enam pompa dan 5.000 kantong pasir yang akan disebar di lokasi rawan banjir di Jakarta Utara,” ujar Rifi g. (Na/T-1)

[email protected]

Puncak Banjir di Pondok Labu Terjadi pada Awal 2012

SEJAK Minggu (30/10), malam hari merupakan masa-masa yang sulit

bagi warga Kampung Pulo, Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Genangan air yang merendam wilayah permukiman mereka membuat aliran listrik di berbagai titik diputuskan.

Dinginnya air yang terus membasahi kaki harus mereka rasakan di tengah gelap gulitanya malam.

“Andalan kita ya nyala lampu lilin ini. Sudah tidak mungkin lagi pakai petromaks. Kan sudah tidak ada lagi minyak tanah sekarang,” ujar Sukarti, 51, salah seorang warga yang ditemui kemarin.

Saat ditemui, ia tengah membuang air dari dalam rumahnya meski hari sudah malam.

Dengan ditemani nyala dua lampu lilin, ia dibantu anak-anaknya mengeluarkan air dengan alat seadanya. Ia mengaku pekerjaan membuang air baru berhenti jika badan sudah terasa lelah.

Kesulitan tidak hanya dirasakan di malam hari. Begitu matahari mulai muncul di pagi hari, ia bersama ibu-ibu lainnya dibingungkan oleh ketersediaan air bersih.

Kendati posko menyediakan air bersih, pasokan yang ada dirasa kurang memenuhi kebutuhan warga setempat untuk mandi dan buang air.

“Saya malah belum mandi

tiga hari. Sudah tidak keruan lagi seperti apa baunya,” ucap Sukarti seraya tertawa.

Senada dengannya, Yani, 36, mengatakan mesin pompa air yang dimilikinya masih belum kembali berfungsi pascapadamnya listrik. Untuk sementara kebutuhan air bersih didapatkannya dari posko yang ada.

“Mesin air saya terendam air, jadi air didapat dari posko. Itu juga cuma untuk minum. Mandi juga belum bisa karena antrenya panjang sekali,” kata Yani.

Masalah bagi warga korban banjir tidak berhenti di situ. Sejak kemarin warga mulai diserang penyakit gatal-gatal.

Posko kesehatan pun mulai dipenuhi warga.

“Rata-rata keluhannya gatal-gatal. Ada juga yang menderita gangguan saluran pernapasan. Kemungkinan beberapa hari ke depan biasanya muncul keluhan diare,” kata Kepala Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Endang Ariastiwi saat ditemui di posko kesehatan.

Berdasarkan catatannya, terdapat sekitar 50 orang yang mengeluh gatal-gatal dan mengalami gangguan pernapasan.

“Mayoritas anak-anak dan ibu-ibu. Kita berikan obat sementara, jika memang berlanjut kita rujuk ke rumah sakit,” jelas Endang. (Nesty Trioka Pamungkas/T-1)

Birokrasi di Tangsel Dikeluhkan

MAHASISWI Universitas Trisakti bernama Nadia Dwi Rahma, 22, dilaporkan hilang sejak 24 Oktober. Pada hari itu, warga Jalan Pulosari Timur 4, Blok CB, RT 05 RW 13, Peru-mahan Taman Galaxy, Bekasi, tersebut berangkat dari rumah pukul 09.00 WIB menuju kam-pusnya di kawasan Grogol, Jakarta Barat.

Nadia biasa berangkat naik ojek langganan hingga Cawang, Jakarta Timur. Selanjutnya ia meneruskan perjalanan de-ngan bus Trans-Jakarta. Pagi itu Nadia mengenakan kaus cokelat, celana panjang hitam, dan tas biru.

“Biasanya pukul 18.30 WIB Nadia sudah sampai di ru-mah. Tapi hari itu (24/10) dia enggak pulang-pulang,” kata Emy Ismiani, ibunda Nadia, kemarin.

Sejak kejadian itu, ponsel

Nadia tidak aktif. “Ditele-pon mati, SMS pending, di BBM (Blackberry Messenger) enggak nyampe,” keluh Emy yang bekerja di sebuah bank swasta.

Keluarga semakin gusar sebab menurut teman-teman kampus Nadia, yang bersang-kutan tidak ke kampus pada hari itu.

Mahasiswi jurusan akuntansi tersebut dikenal baik dan suka bergaul.

“Nadia suka nongkrong sama teman-teman. Dia enggak pen-diam, tapi tertutup kalau ada masalah,” ujar Septian Per dana, mahasiswa semester 11, teman kampus yang pernah dekat dengan Nadia.

Septian terakhir bertemu Na dia yang masih mahasiswa semester 9, sebulan lalu. Na-mun, ia masih sempat berko-munikasi melalui telepon, SMS

dan BBM. Orangtua sudah melaporkan

perihal hilangnya Nadia ke Pol-da Metro Jaya, Rabu (26/10). Tiga hari kemudian berita acara pemeriksaan (BAP) pun dibuat. Kemarin, orangtua kembali mendatangi Polda Metro Jaya untuk mempertanyakan hasil penyelidikan.

Nadia merupakan anggota pers mahasiswa Trisakti, yang menerbitkan Korps Jaket Biru

(KJB), sebagai editor berita. Redaktur Pelaksana KJB Ima Rahmawati mengungkapkan biasanya Nadia suka mengirim e-mail untuk meminta berita. Namun, sejak hari itu tidak ada kabar.

Anak kedua dari empat ber-saudara itu tergolong manja dan introver kalau di rumah. Sebulan terakhir, menurut Di mas Pratama, sang kakak, Nadia mengalami perubahan sikap. Ia sering berbohong ke-pada teman kampus bahwa akan kuliah, ternyata tidak datang.

Nadia belakangan akrab dengan seorang pria dari luar Trisakti. Keluarga mencurigai Nadia pergi bersama pria terse-but. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Baharudin Djafar menyatakan pihaknya telah membentuk tim untuk mencari Nadia. (*/ED/J-1)

Mahasiswi Trisakti Menghilang

BANJIR ROB: Seorang warga menata perabotan rumah tangga di dalam rumahnya yang tergenang air saat banjir air pasang di kawasan Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, kemarin.

MI/ANGGA YUNIAR

DOK KELUARGA

Nadia Dwi RahmaMahasiswi Trisakti