puisi inti

18
Kelompok Novel SMAN 2 PALANGKA RAYA Anggota Kelompok : Joe Giovany Sera Noor Fazrur Rahman Ridha Nova Amanda Maharani Rachmat Hasim Ria Kumala Ningrul

Upload: noor-fazrur-rahman-ridha

Post on 05-Jul-2015

242 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: PUISI INTI

Kelompok NovelSMAN 2 PALANGKA RAYA

Anggota Kelompok :

Joe Giovany SeraNoor Fazrur Rahman Ridha

Nova Amanda MaharaniRachmat Hasim

Ria Kumala Ningrul

Page 2: PUISI INTI

Ibunda Tercinta

Perempuan tua itu senantiasa bernama:duka derita dan senyum yang abaditertulis dan terbaca, jelas kata-kata puisidari ujung rambut sampai telapak kakinya

Perempuan tua itu senantiasa bernama:korban, terima kasih, restu dan ampunandengan tulus setia telah melahirkanberpuluh lakon, nasib dan sejarah manusia

Perempuan tua itu senantiasa bernama:cinta kasih sayang, tiga patah kata purbadi atas pundaknya setiap anak tegak berdirimenjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya

Umbu Landu Paranggi19651.Makna Keseluruhan a.Makna EsensialIbunda Tercinta puisi karya Umbu Landu Paranggi mempunnyai gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang yakni tentang kehidupan yang dialami seorang ibu dalam mengarungi kehidupan yang penuh penderitaan dan kegembiraan.Walaupun seorang ibu merasa dalam keadaan susah dia berusaha bahagia di mata anak serta keluarganya.

b. Kata Kunci Kata kunci dalam puisi ibunda tercinta yaitu /perempuan tua/ karena diulang tiga kali dan terdapat pada baris pertama awal kata tiap bait. Makna ‘perempuan tua’ berarti perempuan yang sudah tua, kulitnya keriput, rambut mulai memutih, sudah berkeluarga, sering sakit-sakitan, dan biasanya ditujukan pada perempuan yang hidupnya tidak lama lagi.Kata ‘perempuan tua’ pada bait pertama menggambarkan kehidupan perempuan yang sudah mengalami susah dan senang dalam hidupnya. Bait kedua menggambarkan perempuan yang kadang kala mendapat hinaan dan pujian dalam hidupnya. Walaupun begitu sifatnya selalu lemah lembut, ikhlas, dan tulus dalam hidupnya. Bait ketiga menggambarkan seorang perempuan yanng selalu memberikan cinta kasih yang kekal dan tidak akan pernah pudar walau zaman telah berubah demi anak-anaknya berhasil menggapai impian.

Page 3: PUISI INTI

c.Kata IntiKata inti pada puisi ibunda tercinta terdapat pada kata ‘abadi’, ‘puisi’, ‘ampunan’, dan ‘melahirkan’. Kata ‘abadi’ dalam puisi di atas artinya kekal tidak pernah pudar atau dimakan usia. Kata ‘puisi’ melambangkan suatu sajak yang merdu penuh alunan seolah-olah ibu diibaratkan sebuah puisi yang berharga atau mulia. Kata ‘ampunan’ bermakna suatu pengampunan atas suatu kesalahan yang diperbuat demi suatu tujuan yang lebih mulia. Kata ‘melahirkan’ bermakna seorang perempuan yang pada akhirnya menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya.

2.Pembanding PuisiIbunda Tercinta karya Umbu Landu Paranggi dalam larik /cinta kasih sayang, tiga patah kata purba/ memilki persamaan makna dengan puisi Sajak Buat Anakku karya Saini KM dalam larik /sampai cinta ayah dan ibu, anakku/ melambangkan cinta orang tua pada anaknya tidak akan pernah berubah sampai akhir zaman. Begitu juga dalam larik /menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya/ bermakna sama dengan larik /jangkau bintang – bintang dari abad ke abad/ melambangkan orang tua yang setia dan berusaha agar anaknya bisa berhasil. Larik /dengan tulus setia telah melahirkan/ bermakna sama dengan puisi Ibu karya D.Zawawi Imron dalam larik /ibulah yang meletakkanku di sini/ melambangkan begitu tulusnya seorang ibu dengan kelahiran anaknya.

3.Tata BahasaIbunda Tercinta merupakan puisi karya Umbu Landu Paranggi menggunakan bahasa sastra yang dapat dikatakan cukup indah. Puisi tersebut mempunyai perlambangan yang sangat puitis, apabila puisi tersebut kita pahami dengan teliti larik /duka derita dan senyum abadi/ pada kata /duka derita/ melambangkan derita diterima oleh ibu. Kata ‘senyum’ melambangkan suatu kegembiraan. Dalam penggabungannya larik /duka derita dan senyum abadi/ dapat melambangkan susah senang yang dialami oleh seorang ibu.Larik /tertulis dan terbaca, jelas kata-kata puisi/ melambangkan ibu seperti sajak yang bertemakan kasih sayang yang tulus kepada anaknya. Larik /korban, terima kasih, restu, dan ampunan/ melambangkan ibu yang dalam hidupnya selalu menderita dan ada saatnya mendapat pujian. Ibu selalu berdoa demi anaknya dan memaafkan kesalahan yang dilakukan anaknya agar bisa berhasil mencapai tujuan.Larik /dengan tulus setia telah melahirkan berpuluh lakon/ melambangkan begitu tulusnya seorang ibu dengan kelahiran anaknya. Larik /nasib dan sejarah manusia/ melambangkan ibu yang telah melahirkan anak-anaknya dengan berbagai karakter dan menentukan arah dari sejarah manusia.Larik /cinta kasih sayang tiga patah kata purba/ melambangkan kasih sayang seorang ibu yang tidak akan pernah berubah walaupun sampai akhir zaman. Larik /di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri/ melambangkan begitu besar beban seorang ibu yang berusaha mengangkat derajat anaknya agar tercapai dan berhasil. Larik /menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya/ melambangkan ibu yang setia dan berusaha agar anaknya bisa berhasil.

4.Analisis Tata BahasaLarik pertama /perempuan tua itu bernama/ merupakan lambang yang digunakan oleh penyair dalam menyebut seorang perempuan yang sudah berkeluarga dan

Page 4: PUISI INTI

memang kodratnya menjadi seorang ibu. Larik di atas juga terdapat pada bait ke-2 dan bait ke-3. Larik /duka derita dan senyum abadi/ digunakan penyair untuk menyampaikan pesan bahwa seorang ibu di setiap hidupnya mengalami suka dan duka dalam mendidik anaknya. Bait ke-2 penyair menyampaikan pesan bahwa begitu mulianya seorang ibu. Walaupun ibu menderita atau susah tetapi selalu memaafkan kesalahan anaknya dengan tulus tanpa pamrih atau imbalan demi cita-cita anaknya tercapai.Bait ke-3 penyair menyampaikan bahwa kasih sayang seorang ibu tidak akan pernah berubah hngga akhir zaman dan berusaha mengangkat derajat anaknya untuk menggapai impian.

5.Majas Gaya bahasa atau majas yang digunakan dalam puisi Ibunda tercinta merupakan majas perbandingan (metafora) yang membandingkan dua hal benda secara singkat dan padat ditemukan dalam larik /perempuan tua itu senantiasa bernama/ pada bait ke-1, ke-2, ke-3, dan baris ke-1 masing-masing bait.

6.Aspek Bunyia.Persajakan (rima)Persajakan merupakan bunyi yang sama dalam puisi (Sayuti,2003:104). Ditambahkan oleh Atmazaki (1991:80) bahwa bunyi itu berulang secara terpola dan biasanya terdapat ditengah larik sajak (puisi), tetapi kadang-kadang pula terdapat ditengah baris.

Perempuan tua itu senantiasa bernama aduka derita dan senyum yang abadi btertulis dan terbaca, jelas kata-kata puisi bdari ujung rambut sampai telapak kakinya a

Perempuan tua itu senantiasa bernama akorban, terima kasih, restu dan ampunan cdengan tulus setia telah melahirkan cberpuluh lakon, nasib dan sejarah manusia a

Perempuan tua itu senantiasa bernama acinta kasih sayang, tiga patah kata purba adi atas pundaknya setiap anak tegak berdiri bmenjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya a

Page 5: PUISI INTI

Puisi karya Umbu Landu Paranggi berjudul Ibunda Tercinta di atas menggunakan pengulangan larik serta persamaan rima seperti dalam larik /perempuan tua itu senantiasa bernama/ yang terdapat pada baris ke -1. Larik tersebut juga terdapat pada awal bait ke -2 dan bait ke -3 Persamaan rima juga terdapat dalam kata ‘abadi’ baris ke-2 dan kata ‘puisi’ pada baris ke-3 demikian juga pada baris ke-6 kata ‘ampunan’ dan kata ‘melahirkan’ pada baris ke-7.

b.Aliterasi Atmazaki mengatakan jika pengulangan bunyi dalam satu rangkaian kata-kata yang berdekatan dalam satu baris berupa bunyi konsonan disebut aliterasi. Puisi Ibunda Tercinta bunyi aliterasi terdapat pada bait ke-1 dan baris ke-3 larik /tertulis dan terbaca, jelas kata-kata puisi/ ditemukan konsonan /t/ sebanyak lima kali. c.Asonansi Puisi Ibunda Tercinta terdapat asonansi pada baris ke-1 dan bait ke-1, baris ke-1 dan bait ke-2, serta baris ke-1 bait ke-3. Asonansi pusi berupa bunyi vokal /a/ dalam larik /perempuan tua itu bernama/.

d.Efoni dan KakafoniEfoni dalam puisi Ibunda Tercinta dapat ditemukan kata ‘senyum’ yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-2 dengan lambang bunyi /u/. Efoni juga terdapat dalam kata /cinta kasih/ pada bait ke-3 baris ke-2 dengan lambang bunyi /a/.Kakafoni dalam puisi Ibunda Tercinta dapat ditemukan dalam kata ‘duka’ pada bait ke-1 baris ke-2, dan kata ‘korban’ pada bait ke-2 baris ke-2.

e.Irama dan MetrumIrama adalah sarana kemerduan (Atmazaki, 1993:92). Irama sebuah sajak tidak hanya oleh bunyi-bunyi yang tersusun rapi, dan terpola. Irama juga ditentukan oleh suasana yang ada dalam sajak, sementara yang menentukan suasana tersebut tidak hanya bunyi, melainkan juga kata dan diksi. Suasana sedih biasanya tidak menimbulkan irama cepat atau tinggi, sebaliknya suasana marah atau riang tidak menimbulkan irama rendah atau tinggi.Pada puisi di atas dapat diperoleh irama yang berbeda tergantung kepada arti dan maksud dari puisi yang akan dibacakan.Metrum adalah bagian dari irama. Puisi Ibunda Tercinta di atas yang merupakan metrum adalah terdapat pada pola persajakannya. Serta ada pemenggalan dalam membacakannya( pemberian jeda).

Perempuan tua itu senantiasa bernama korban, terima kasih, restu dan ampunan dengan tulus setia telah melahirkan berpuluh lakon, nasib dan sejarah manusia

Dapat kita temukan metrum atau jeda setelah kata /perempuan tua/ kemudian dilanjutkan kata /senantiasa bernama/ bisa juga kata /perempuan tua itu/ kemudian dilanjutkan dengan kata yang kedua yaitu kata /senantiasa bernama/ dan kemudian seterusnya pada bait dan baris selanjutnya. Pemenggalan larik /perempuan itu senantiasa bernama/ terdapat kata ‘itu’ yang merupakan kata tunjuk dasar atau demonstrativa. Jadi, pemenggalan kata menjadi tiga bagian kata yaitu kata

Page 6: PUISI INTI

/perempuan tua/, ‘itu’, dan /senantiasa bernama/.

7.Biografi PengarangUmbu Landu Paranggi dilahirkan di Sumba, Nusa Tenggara Timur, 10 Agustus 1943. Bersama Ragil Suwarna Pagolapati, Teguh Ranusastra Asmara, Iman Budhi Santosa, mendirikan Persada Studi Klub, 5 Maret 1969, yang di kemudian hari melahirkan sejumlah penyair. Karya-karya penyair yang terakhir bekerja sebagai redaktur Bali Post ini adalah: Melodia, Maramba Ruba, Sarang.UNSUR-UNSUR INTRINSIK PUISI 1. Tema

2. Rasa

3. Nada

4. Amanat

5. Diksi

6. Imajinasi

7. Kata-kata konkret

8. Gaya bahasa

9. Ritme

10. Rima

1. Tema adalah : ide atau gagasan yang menduduki tempat utama di dalam cerita.

     Hanya ada satu tema dalam satu puisi, walaupun puisinya panjang.

2. Rasa : Rasa disebut juga arti emosional. Misalnya : sedih, senang, marah, heran, gembira dll.

3. Nada adalah : sikap kita terhadap persoalan yang kita bicarakan.

    o Menggurui

    o Mencaci

    o Merayu

Page 7: PUISI INTI

    o Merengek

    o Mengajak

    o Menyindir

    o Dsb.

4. Amanat adalah : pesan yang akan disampaikan oleh pengarang.

Contoh amanat :

Mengharapkan pembaca marah.

Benci

Menyenangi sesuatu

Berontak pada sesuatu.

5. Diksi ialah : pilihan kata yang tepat.

Keberhasilan puisi dicapai dengan mengintensnsifkan pilihan kata yang tepat.

6. Imajeri atau daya bayang ialah :suatu kata atau kelompok kata yang digunakan untuk menggunakan kembali kesan-kesan panca indera dalam jiwa kita.

Jenis Imajeri :

1. Imajeri pandang

2. Imajeri dengar

3. Imajeri rasa

4. Imajeri kecap

7. Kata-kata konkret adalah : kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama,

Page 8: PUISI INTI

tetapi secara konotatif tidak sama, bergantung pada situasi dan kondisi pemakainya.

8. Gaya Bahasa adalah : cara mengungkapkan pikiran melalui kata-kata.

9. Irama atau Ritme adalah meninggi atau merendahnya nada mengeras-melembut tekanannya, mempercepat-melambat temponya.

10. Rima atau unsur bunyi/sajak adalah unsur bunyi untuk menimbulkan kemerduan puisi unsur yang dapat memberikan efek terhadap makna nada dan suasana puisi tersebut.

JENIS PUISI

Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.

A. PUISI LAMA

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :

- Jumlah kata dalam 1 baris- Jumlah baris dalam 1 bait- Persajakan (rima)- Banyak suku kata tiap baris- Irama

1. Ciri-ciri Puisi Lama

Ciri puisi lama:a) Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.b) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.

c) Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima. 2. Jenis Puisi Lama Yang termasuk puisi lama adalah : a) Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.

b) Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi.

Page 9: PUISI INTI

Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.

c) Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek. d) Seloka adalah pantun berkait. e) Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat. f) Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a- a-a, berisi nasihat atau cerita. g) Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris. 3. Contoh dari Jenis-jenis Puisi Lama a) Mantra

Assalammu’alaikum putri satulung besarYang beralun berilir simayangMari kecil, kemariAku menyanggul rambutmuAku membawa sadap gadingAkan membasuh mukamu

b) Pantun

Kalau ada jarum patahJangan dimasukkan ke dalam petiKalau ada kataku yang salahJangan dimasukan ke dalam hati

c) Karmina Dahulu parang, sekarang besi (a) Dahulu sayang sekarang benci (a) d) Seloka

Lurus jalan ke Payakumbuh,Kayu jati bertimbal jalanDi mana hati tak kan rusuh,Ibu mati bapak berjalan

e) Gurindam

Kurang pikir kurang siasat (a)Tentu dirimu akan tersesat (a)Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )Bagai rumah tiada bertiang ( b )Jika suami tiada berhati lurus ( c )Istri pun kelak menjadi kurus ( c )

f) Syair

Pada zaman dahulu kala (a)Tersebutlah sebuah cerita (a)Sebuah negeri yang aman sentosa (a)Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

Page 10: PUISI INTI

g) Talibun

Kalau anak pergi ke pekanYu beli belanak pun beli sampiranIkan panjang beli dahulu

Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari dahulu

4. Ciri-ciri dari jenis puisi lama a) Mantra

Ciri-ciri:Ø Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.Ø Bersifat lisan, sakti atau magis.

Ø Adanya perulangan.

Ø Metafora merupakan unsur penting.Ø Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius.Ø Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.

b) Pantun

Ciri – ciri :Ø Setiap bait terdiri 4 baris.Ø Baris 1 dan 2 sebagai sampiran.Ø Baris 3 dan 4 merupakan isi.Ø Bersajak a – b – a – b.Ø Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata.Ø Berasal dari Melayu (Indonesia).

c) Karmina

Ciri-ciri :Ø Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.Ø Bersajak aa-aa, aa-bb.Ø Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.Ø Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.Ø Semua baris diawali huruf kapital.Ø Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.Ø Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.

Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan ke-Tuhan-an. c) Ode Ciri-ciri ode : Ciri ode nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum. d) Epigram Epigramma (Greek); unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran

Page 11: PUISI INTI

untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.

e) Romance Romantique (Perancis); keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesraf) ElegiCiri-ciri elegi :Sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu,terutama karena kematian/kepergian seseorang. g) Satire Satura (Latin) ; sindiran ; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)Ciri puisi dari Jenis bentuknya :a) Distikon• 2 baris; sajak 2 seuntai• Distikon (Greek: 2 baris) • Rima – aa – bb b) Terzina Terzina (Itali: 3 irama)

c) Quatrain • Quatrain (Perancis: 4 baris)• Pada asalnya ada 4 rangkap• Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.d) Quint Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5 baris dalam serangkap diterima umum sebagai Quint (perubahan ini dikatakan berpunca dari kesukaran penyair untuk membina rima /aaaaa/ e) Sextet • sextet (latin: 6 baris)• Dikenali sebagai ‘terzina ganda dua’• Rima akhir bebasf) Septima • septime (Latin: 7 baris) • Rima akhir bebasg) Oktav• Oktaf (Latin: 8 baris)• Dikenali sebagai ‘double Quatrain’h) Sonetaciri – ciri soneta :· Terdiri atas 14 baris· Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina· Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav.· Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut

sextet. · Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam · Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.

Page 12: PUISI INTI

· Peralihan dari octav ke sextet disebut volta· Penambahan baris pada soneta disebut koda.· Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata· Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d.

Sejarah dalam puisiKetika kekerasan telah mematikan unsur kemanusiaan, puisi seolah terdakwa untuk menggugatnya. Ketika lembaran sejarah begitu amis dengan darah, puisi juga turut merekamnya. Puisi sebagai sebuah karya, mempunyai kaitan erat antara penyair dan latar belakang penciptaannya, seperti aliran, filsafat, dan latar belakang sosial budaya pada zaman penciptannya. Hal-hal tersebut mewarnai puisi-puisi yang diciptakan oleh si penyair itu sendiri. Puisi tidaklah lahir dari kekosongan budaya, melainkan dalam konteks sosial dan realitas di zamannya. Sebut saja seperti puisi-puisi yang diciptakan pada zaman pergerakan pembebasan di Asia. Puisi seolah menjadi pupuk bagi tumbuhnya berbagai teologi pembebasan kala itu, seperti: teologi Minjung di Korea, teologi perjuangan umat kristiani di Filipina, dan teologi Dalit di India. Dalam teologi Minjung, seorang penyair yang juga pegawai kerajaan, Yulogk (1582) dengan empatinya merekam dan menggugat kekerasan yang dialami masyarakat Korea dalam tradisi konfusian yang bangkit saat itu. Ia malah rela menerima kekerasan terhadap dirinya dari pada melihat rakyat mati tanpa suara. Dalam puisinya ia menulis, //Saya aka suka rela menerima hukuman apa pun/ yang akan saya sandang/ akan lebih mudah bagi saya mati kelaparan/ di antara lubang batu karang/ dari pada melihat rakyat mati tanpa suara//. 

Yulogk lewat puisi yang dikirim kepada rajanya itu, menggugat kebijakan sang raja yang memberlakukan tariff pajak terlalu tinggi, sementara rakyat terus hidup dalam kemiskinan.  Begitu juga dengan perjuangan umat Kristiani di Filipina pada awal 1980-an dalam revolusi EDSA yang menumbangkan pemerintahan dictator Ferdinan Marcos, juga melahirkan puisi-puisi miris tentang kegetiran hidup rakyat dalam revolusi tersebut. Puisi-puisi protes yang muncul seolah menjelma menjadi nyanian-nyanyian, mazmur-mazmur yang menggambarkan sejarah yang berlangsung saat itu.

Page 13: PUISI INTI

 Salah satu puisi yang kerap didendangkan rakyat Filipina sebagai mazmur itu adalah: //Aku tidak takut akan hantu/ tidak pula meratapi pembunuhan keji/ tanpa tempat istirahat yang layak// Tidak jadi soal kalau anak-anakku/ istriku, kawan-kawanku, dan keranatku/ tidak melihat aku menghembus nafas terakhir/ sebab mereka tahu bentuk kematian/ rencana jahat orang-orang berkuasa/ yang menunggu mereka yang berjuang/ agar keadilan ilahi merajai di negeri ini//. Penyair Detrich melalui puisinya juga merekam sejarah perjuanan emansipasi wanita di negara tersebut. Lewat puisi, Detrich berusaha melepaskan kaum perempuan dari dominasi kaum pria yang dianggapnay menjadi “mesin” penggilas kebebasan perempuan Filipina. //Kamulah (kaum pria-red) yang telah menciptakan/ mesin-mesin bagi penyebar maut/ untuk setiap orang di bumi//. Sejarah kesusastraan dalit kontremporer India juga mencatat Gibrielle Dietrich, Waman Numborka, E V Rames Periyal, Bhimrao Ambedkar, Arun Kamble. Mereka adalah para penyair yang dalam puisinya menggambarkan tentang pengorbanan, penderitaan, dan pertumpahan darah untuk menggapai kebebasan dari sebuah penindasan. Hal itu sebagaimana ditulis kembali oleh See Eleanor Zelliot dalam buku Maleikal,  sebagai salah satu bahan untuk mengungkap wajah kekerasan di India. Zelliot tergerak untuk menganalisa kembali empati para penyair dalam merekam kekerasan lewat puisi-puisinya. Nimbhorka menulis, //Bila aku tak tahu apa apa/ aku tahu kastaku dihina// Patil menendang ayahku/ menyerapahi ibuku/ bahkan mereka tidak mengangkat kepala//. Hal yang sama juga ditulis penyair EV Rames Periyal dan Bhimrao Ambedkar. Kedua penyair ini melalui karyanya meningalkan catatan sejarah bahwa puisi juga merupakan pemecik api gerakan melawan diskriminasi sosial. Puisi-puisi gugatan sosial itu penuh dengan kemirisan. Kemirisan yang kemudian menjelma menjadi sebuah kekuatan sosial. Lagi-lagi puisi dinobatkan sebagai bagian dari rekaman sejarah. Dalam bukuPolitical Consideration Upon Revined Politic and The Master Strokes of State, Gabriel Neude (1711) menggambarkan salah satu bait yang bernada miris tersebut: //Kilat menyambar sebelum suara terdengar/ doa diucapkan sebelum lonceng dibunyikan/ rakyat menderita tanpa mengharap penderitaan/ dan mati sementara meyangka akan tetap hidup/ semua terjadi dalam gelap/ dalam topan dan kekecauan//. Sementara itu penentangan yang dilakukan oleh Mahadeviakka sangat unik dan bersikap profetis dan kontra cultural, yang mengangkangi norma-norma. Bahkan kaum perempuan India sendiri merasa malu dengan cara

Page 14: PUISI INTI

penentangan tersebut. Mahadeviakka mengembara telanjang bulat. Tubuhnya hanya ditutupi dengan rambutnya yang panjang. Dalam pengembaraannya itu, ratusan puisi lahir merekam realitas dalam usa menggapai perubahan dari apa yang ditentannya.