puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1

3
1 Puasa ‘Arafah, Kapankah Dilaksanakan?1 Sebagian kaum muslimin memahami bahwa pelaksanaan puasa Arafah mesti berbarengan dengan wukufnya jamaah haji di Arafah. Pemahaman ini benar dan berlaku bagi kaum muslimin yang berada di Makkah dan sekitarnya yang tidak melaksanakan ibadah haji. Yang demikian itu karena wukuf di Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah menurut ru’yah hilal (ru’yatul hilâl) yang dilakukan oleh penduduk Makkah. Sedangkan kaum muslimin yang berada di daerah yang jauh dari Makkah, maka pendapat yang lebih kuat adalah melaksanakan puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah menurut ru’yah hilal yang mereka lakukan di negeri mereka. Dasar pijakan kesimpulan ini adalah sebagai berikut: 1. Sejarah Pensyariatan (târîkh tasyrî') Puasa ‘Arafah dan Shalat ‘Îdul Adh-h â. Puasa ‘Arafah disyariatkan pada tahun kedua ada juga riwayat yang menyebutkan tahun pertama setelah hijrah bersamaan dengan disyariatkannya shalat ‘Îdul Fithri dan Îdul Adh-h â. Adapun wukuf di Arafah sebagai bagian dari manasik haji, disyariatkan pada tahun keenam setelah hijrah. Maknanya, pada tahun kedua, ketiga, keempat, dan kelima setelah hijrah, Rasulullah s.a.w. dan para sahabat telah melaksanakan puasa Arafah tanpa ada seorang pun melaksanakan wukuf di Arafah. Saat disyariatkan, puasa Arafah tidak dikaitkan dengan peristiwa wukuf di Arafah. 2 2. Tiga Nama Puasa Arafah. Puasa Arafah disebut dalam hadits dengan beberapa nama, yaitu: a. Puasa Tis'a Dzuhijjah. 1 Disampaikan dalam acara “Kajian Rabu Siang”, UNIRES UMY, 24 September 2014. 2 Lihat: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Zâdul Ma'âd, II/101, Ibnu Hajar al- Asqalani, Fathul Bârî, III/442; Sulaiman bin Umar bin Mansur al-Ujaili al-Azhari al- Azhari al-Jamal, Hâsyiyah al-Jamal ‘Alâ Syarh al-Manhaj, VI/203; dan Ash-Shan’ani, Subulus Salâm, I/60.

Upload: muhsin-hariyanto

Post on 12-Jun-2015

61 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1

1

Puasa ‘Arafah, “Kapankah Dilaksanakan?”1

Sebagian kaum muslimin memahami bahwa pelaksanaan puasa Arafah mesti berbarengan dengan wukufnya jamaah haji di Arafah. Pemahaman ini benar dan berlaku bagi kaum muslimin yang berada di Makkah dan sekitarnya yang tidak melaksanakan ibadah haji. Yang demikian itu karena wukuf di Arafah dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah menurut ru’yah hilal (ru’yatul hilâl) yang dilakukan oleh penduduk Makkah.

Sedangkan kaum muslimin yang berada di daerah yang jauh dari Makkah, maka pendapat yang lebih kuat adalah melaksanakan puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah menurut ru’yah hilal yang mereka lakukan di negeri mereka. Dasar pijakan kesimpulan ini adalah sebagai berikut:

1. Sejarah Pensyariatan (târîkh tasyrî') Puasa ‘Arafah dan Shalat ‘Îdul Adh-hâ.

Puasa ‘Arafah disyariatkan pada tahun kedua — ada juga riwayat yang menyebutkan tahun pertama — setelah hijrah bersamaan dengan disyariatkannya shalat ‘Îdul Fithri dan Îdul Adh-hâ. Adapun wukuf di ‘Arafah sebagai bagian dari manasik haji, disyariatkan pada tahun keenam setelah hijrah.

Maknanya, pada tahun kedua, ketiga, keempat, dan kelima setelah hijrah, Rasulullah s.a.w. dan para sahabat telah melaksanakan puasa ‘Arafah tanpa ada seorang pun melaksanakan wukuf di ‘Arafah. Saat disyariatkan, puasa ‘Arafah tidak dikaitkan dengan peristiwa wukuf di ‘Arafah.2

2. Tiga Nama Puasa Arafah.

Puasa Arafah disebut dalam hadits dengan beberapa nama, yaitu:

a. Puasa Tis'a Dzuhijjah.

1 Disampaikan dalam acara “Kajian Rabu Siang”, UNIRES – UMY, 24

September 2014. 2 Lihat: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Zâdul Ma'âd, II/101, Ibnu Hajar al-

Asqalani, Fathul Bârî, III/442; Sulaiman bin Umar bin Mansur al-‘Ujaili al-Azhari al-Azhari al-Jamal, Hâsyiyah al-Jamal ‘Alâ Syarh al-Manhaj, VI/203; dan Ash-Shan’ani, Subulus Salâm, I/60.

Page 2: Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1

2

“Salah seorang isteri Nabi s.a.w.. menyampaikan, "Rasulullah s.a.w.. biasa melaksanakan puasa pada hari kesembilan Dzulhijjah, hari 'Asyura, dan tiga hari setiap bulan (tanggal 13, 14, dan l5 bulan hijriyah)."3

b. Puasa al-'Asyru

"Empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah s.a.w..: puasa ‘Asyura, puasa al-‘Asyru (sepuluh hari awal Dzulhijjah), puasa tiga hari setiap bulan dan shalat dua rakaat sebelum shalat Subuh."4

c. Puasa ‘Arafah

“Abu Qatadah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. pernah ditanya tentang puasa ‘Arafah. Beliau menjawab, "Puasa ‘Arafah menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang."5

3 Hadits Riwayat Abu Dawud, Sunan Abî Dâwud, VI/418, hadits nomor

2439; Hadits Riwayat Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, hadits no. 21302 dan 25263; dan Hadits Riwayat Abu Bakr Ahmad ibn al-Husain ibn ‘Ali al-Bayhaqi, As-Sunan al-Kubrâ lil Bayhaqî, IV/285, hadits nomor 8651.

4 Hadits Riwayat Ahmad ibn Hanbal dari Hafshah binti ‘Umar ibn al-Khaththab, Musnad Ahmad ibn Hanbal, VI/287, hadits nomor 26521 dan Hadis Riwayat an-Nasâi dari Hafshah binti ‘Umar ibn al-Khaththab, Sunan an-Nasâ'i, II/238, hadits nomor 2416.

5 Hadits Riwayat Muslim, Shahîh Muslim, III/167, hadits nomor 2804.

Page 3: Puasa 'arafah, kapan dilaksanakan 1

3

Berdasarkan ketiga penamaan ini dapat dipahami bahwa puasa ‘Arafah adalah puasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah. Sebab jika puasa ‘Arafah dikaitkan dengan peristiwa wukuf di ‘Arafah, tentunya puasa pada hari itu tidak disebut dengan nama lain.

3. Fatwa Para Ulama

a. Ibnu Taimiyyah berkata, "Hendaknya orang-orang melaksanakan puasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah menurut kaum muslimin, meskipun sebenarnya itu adalah tanggal sepuluh Dzulhijjah."6

b. Ibnu Taimiyyah juga mengatakan, "Puasa pada hari yang diragukan, apakah itu tanggal sembilan ataukah sepuluh Dzulhijjah, tanpa diperselisihkan oleh para ulama adalah sah."7

c. Ketika Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ditanya tentang puasa ‘Arafah, apakah dilaksanakan berdasarkan ru’yah di negeri tempat seseorang tinggal, ataukah ru’yah di tanah haram, beliau menjawab —yang ringkasnya—hendaklah puasa dilaksanakan berdasarkan ru’yah di negeri tempat seseorang tinggal.8

Pendapat ini diperkuat dengan realita belum majunya teknologi komunikasi dan transportasi pada masa Salaf. Pada masa mereka, perjalanan sehari hanya dapat menempuh jarak 40-50 km. Apabila ru’yah penduduk Makkah dikabarkan ke Madinah, maka kabar itu baru sampai pada tanggal 12 atau paling cepat 10 Dzulhijjah, karena jarak Makkah-Madinah adalah 498 km.

Maknanya, dapat dipastikan bahwa Rasulullah s.a.w. pun melaksanakan puasa ‘Arafah berdasarkan ru’yah hilal penduduk Madinah, bukan ru’yah hilal penduduk Makkah.

Wallâhu A'lamu bish-Shawâb.

6 Ibnu Taimiyah, Majmû' Fatâwâ, XXV/202. 7 Ibid., XXV/203. 8 Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin ‘Utsaimin, Fatâwâ wa Rasâil

ibni Utsaimin, XX/47-48 dan XIX/41.