kenapa? sampai kapan? harus...
TRANSCRIPT
Sebuah Ijtihad Kontemporer untuk Bahan Ijtihad Kolektif Menuju Penanggalan Tunggal Hijriah
Perbedaan
Lebaran
Cucu Munawar Abdurrohim
Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 2
Kenapa?
Sampai Kapan?
Harus Bagaimana?
Sebuah Ijtihad Kontemporer untuk Bahan Ijtihad Kolektif Menuju Penanggalan Tunggal Hijriah
Cucu Munawar Abdurrohim
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 3
Perbedaan Lebaran;
Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
____________________________________________________________
WAKAF PEMIKIRAN Buku ini diwakafkan untuk umat
Islam. Halal untuk cetak, digandakan, dan disebarluaskan
dengan tidak merubah isi dan mencantumkan penulis.
Penulis : Cucu Munawar bin Abdurrohim Perancang Kulit : Haikal Ahmad
Penata Letak : Fillah Muty Sy
Tahun Terbit : 2015 Preliminary : x Halaman : 120
Ukuran Buku : 20 x 29,7 ISBN :
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 4
ڃ ڃ ڃ چ چ
جئ یۈئ ېئ ېئ ېئ ىئ ىئ ىئ ی ی ی
حئ مئ ىئ يئ جب حب خب مب ىب يب جت حت
ىت يت جث مث ىث متخت
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 5
Abstraksi
بسم اهلل الرمحن الرحيمKutulis buku ini dengan ikhlas. Semata mencari ridha Allah SWT;
ketika umat Islam masih berbeda dalam menetapkan awal
Ramadan dan lebaran. Entah sampai kapan.
Sebenarnya, sejak 100 tahun lalu umat Islam bisa menetapkan
awal bulan dan lebaran secara serempak sedunia dan kita punya
Penanggalan Tunggal Hijriah. Tapi kita memilih jalan yang berliku
dan menyulitkan diri kita sendiri, sesuatu yang Allah SWT dan
Rasulullah SAW tidak menghendakinya. Kita kukuh memegang satu
hadis yang mendatangkan perbedaan padahal ada hadis lain yang
menjanjikan keseragaman. Sebabnya satu: kita tidak mau membuat
sinkronisasi dua hadis tersebut untuk memilh salah satu yang
termudah dan kita yang hidup di zaman modern sekarang
menyepakatinya.
Metode hisab itu sulit di zaman Rasulullah SAW tapi sangat mudah
di zaman sekarang, puluhan software dan aplikasi hisab bisa kita
gunakan dengan akurasi tinggi. Sebaliknya metode rukyat itu
mudah di zaman Rasulullah SAW tapi sulit di zaman sekarang,
sulitnya bukan pada pelaksanaan rukyat, tapi banyak faktor
penyebab di luar rukyat. Akhirnya kita malah membuat metode lain;
metode campuran hisab-rukyat. Seperti Imkanur Rukyat (IR),
Wujudul Hilal (WH), dan Rukyat di Saudi Arabia (Timur Tengah)
yang mempercayakan penuh kepada juru rukyat setelah disumpah.
Tak ada yang aneh tentang pemikiran penulis dalam buku ini. Yang
terasa aneh adalah ajakan untuk berpikir sederhana dan ajakan
membuat kerangka berpikir yang mudah sesuai Al-Quran dan
Sunah yang menghendaki kemudahan didukung oleh kemajuan
teknologi manusia.
Ada sifat di benak banyak orang alim sehingga umat Islam sulit
serempak dalam penetapan awal Ramadan dan lebaran. Yaitu:
tidak mau menyepelekan syariah sehingga cenderung mempersulit
diri sendiri dan merasa dosa ketika kita menenatapkan awal bulan
dengan cara yang sangat mudah. “Masa iya semudah itu?”
Kebenaran itu tidak identik dengan kesulitan.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 6
Kata Pengantar
يكم ورمحة اهلل وبركابولالم عالس بسم اهلل الرمحن الرحيم
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam, salawat dan salam senantiasa tercurah untuk
Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha adalah dua hari kemenangan umat Islam. Keduanya
didahului oleh dua ritual ibadah yaitu puasa dan wukuf. Perbedaan penetapan awal
Ramadan dan lebaran biasa terjadi dan akan terus terjadi. Di tingkat lokal seperti di
Indonesia, terlebih di tingkat global. Umat Islam merindukan keserempakan dalam
pelaksanaannya tetapi belum terwujud.
Masyarakat, pelajar, dan mahasiswa sering bertanya kepada penulis, “Kenapa lebaran
beda?” Pertanyaan yang sangat umum itu sering muncul ketika kita menetapkan awal
Ramadan dan lebaran berbeda.
Penulis membuat buku ini tidak sekedar memberi jawaban dari pertanyaan tadi, tapi juga
ikut menyumbangkan pemikiran agar umat Islam bisa menetapkan awal Ramadan dan
lebaran bisa serempak sedunia. Perbedaan penetapan awal Ramadan dan lebaran adalah
masalah besar bagi umat Islam tapi jangan dibesar-besarkan. Besar karena menyangkut
pelaksanaan ibadah terutama haji, jangan dibesar-besarkan karena akan mengusik toleransi
di internal umat Islam.
Yang bisa menyatukan umat Islam dalam penetapan awal Ramadan dan lebaran dalam satu
hari, satu tanggal dan berlaku seluruh dunia adalah para pemimpin dunia Islam; presiden,
raja, menteri agama, dan pimpinan organisasi Islam dari berbagai negara muslim. Penulis
hanya hamba Allah biasa yang tidak memiliki apa-apa. Hanya punya pemikiran semoga
pemikiran ini menjadi masukan dan menjadi bahan pertimbangan menuju penanggalan
tunggal hijriah dan dipertimbangkan oleh para pemimpin Islam.
Penulisan sumber hukum Al-Quran, hadis, dan pendapat ulama menggunakan software
Mushaf Madinah, Ayat, dan Maktabah Syamilah vol. 3. Data-data hisab diambil dari
software Accurate Time Odeh, Stellarium, Sun Moon Calendar 9, dan aplikasi Hejric
Calendar. Kata Arab yang sudah ditransliterasikan ke Indonesia berpedoman kepada KBBI.
Seraya mengharap rido Allah SWT dan syafaat Rasulullah SAW semoga buku ini menjadi
hazanah amal baik bagi penulis dan kedua orangtua dan wasilah kesalehan untuk putra-
putri penulis: Fillah, Muhammad, Maryam, Ahmad, dan Qanita. Amin.
Sukabumi, Zulhijah 1437 H/ Oktober 2015 M.
Salam penulis,
Cucu Munawar bin Abdurrohim
Email : [email protected]
HP : 085863274622
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 7
DAFTAR ISI
Abstraksi 5
Kata Pengantar 6
Daftar Isi 7
I. PENANGGALAN DAN SEJARAHNYA 11
A. Penanggalan; Keteraturan Interaksi Bumi, Bulan, dan Matahari 11
B. Pengakuan Al-Quran terhadap Penanggalan Kamariah dan Syamsiah 13
C. Penanggalan Bangsa Arab sebelum Islam 15
1. Penanggalan Syamsiah 15
2. Penanggalan Kamariah 15
3. Penanggalan Campuran 16
D. Bangsa Arab sebelum Islam Menggunakan Penanggalan Campuran 16
E. Bulan Haram, Haji, dan Perang 17
F. Larangan Kalender Campuran dan Sebab Turunnya QS. At Taubat ayat 36-37 19
G. Sejarah Panjang Penanggalan Tunggal Masehi 20
H. Umat Islam belum Mempunyai Penanggalan Tunggal 22
II. PERSATUAN ISLAM 23
A. Jangan Ragukan Toleransi Perbedaan Lebaran di Indonesia dan Dunia 23
B. Satu dan Persatuan; Esensi Nilai dalam Islam 23
C. Simbolisme Persatuan; Sebuah Keberatan dalam Kemudahan 24
III. PERBEDAAN LEBARAN 28
A. Allah SWT dan Rasulullah SAW Menghendaki Lebaran Serempak 28
B. Perbedaan Bukan Karena Selisih Hasil Perhitungan Ilmu Falak 29
C. Kenapa Umat Islam Lebaran Berbeda? 32
1. Tidak Komprehensif dalam Memahami Sumber Hukum 32
a. Ayat Al-Quran tentang Puasa dan Penanggalan 33
b. 8 (delapan) Pengelompokan Hadis tentang awal Ramadan dan Lebaran 36
1. Lebaran Harus Serempak 36
2. Larangan Puasa di Hari Syak (keraguan) 37
3. Larangan Puasa di Hari Raya 38
4. Jumlah Hari dalam Satu Bulan 29 dan30. Penentuan Awal Ramadan dan Idul
Fitri Harus Melihat Hilal. Jika Tidak Berhasil Sempurnakan 30 Hari 38
5. Pada Masa Rasulullah SAW, Puasa Lebih Sering 29 Hari dari pada 30 Hari 39
6. Rasulullah SAW Membatalkan Puasa Tanggal 30 Karena Ada Kesaksian
Rukyat 39
7. Perbedaan Penetapan Awal Bulan Sudah Terjadi Sejak Khalifah Utsman bin
Affan 40
8. Pada Masa Rasulullah SAW, Pengetahuan Orang Arab tentang Hisab Sangat
Terbatas (ummi) 42
c. Konklusi Pemahaman dari Sumber Hukum Al-Quran dan Hadis 43
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 8
2. Mencampuradukkan 2 (dua) Metode Sekaligus: Rukyat dan Hisab 46
a. Rukyat Sunah adalah Rukyat Langsung (انرؤح تانفعم) 46
b. Hisab Murni Berpatokan kepada Ijtima 52
c. Wujudul Hilal (وجىز انحالل) dan Imkanur Rukyat (إيكا انرؤح); Mengejar Sunah
Menuai Bid‟ah 54
1. Wujudul Hilal bukan Hisab 54
2. Imkanur Rukyat bukan Rukyat 55
D. Allah Melarang Sesuatu Yang Berstandar Ganda (Campuran) karena Membingungkan
dan Berpotensi Mengancam Keutuhan 56
1. Allah SWT Melarang Kalender Campuran 57
2. Allah SWT Melarang Riba 58
3. Bagaimana dengan Imkanur Rukyat dan Wujudul hilal? 59
E. Berpikir Konstruktif Terhadap Fatwa Ulama Terdahulu 60
1. Konsep Matlak (انطهع) dan Wilayatul hukmi (والح انحكى) 61
a. Matlak Berdasar Masafatul Qashri 61
b. Matlak Berdasar Wilayatul Hukmi 61
c. Matlak Global 62
IV. BAGAIMANA SUPAYA LEBARAN SEREMPAK? 67
A. Mewujudkan Kesepaktan Kolektif (Ijtihad Jamaah) 67
1. Rukyat 67
a. Rukyat Itu Mudah 68
b. Kenapa Rukyat terasa sulit di zaman modern sekarang? 68
2. Hisab 69
a. Hisab Itu Lebih Mudah 69
b. Hisab Murni; Ijtima Sebagai Patokan Awal Bulan 71
B. Menakar Kebenaran dan Kemudahan Antara Rukyat dan Hisab untuk Penetapan Awal
Bulan 77
1. Kebenaran dan Kemudahan Rukyat serta Eksesnya 77
2. Kebenaran dan Kemudahan Hisab serta Eksesnya 87
3. Makkah Sebagai Titik Patok Waktu 89
4. Dari Rukyat ke Hisab; Perubahan Menuju Kebaikan dan Kemudahan 94
5. Tinggalkan yang Meragukan 97
7. Kemajuan Pengetahuan Membuat Penafsiran Ayar Al-Quran tentang Sains Lebih Mudah Dipahami
98
8. Hisab Adalah Pilihan Termudah; Belajar dari Kasus Bani Israil 102
C. Data Hisab untuk Awal Ramadan dan Lebaran 1000 Tahun ke Depan 105
D. Lampiran Hadis tentang Penetapan awal Ramadan dan Lebaran 121
1. Sahih Bukhari 121
2. Sahih Muslim 122
3. Sunan Abu Daud 126
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 9
4. Sunan Tirmizi 127
5. Sunan Nasa‟i 128
6. Sunan Ibnu Majah 132
E. Analisa Hadis dan Kesimpulan 136
Daftar Pustaka 137
Biografi Penulis 140
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 10
Menuju Penanggalan Tunggal Hijriah, ketika kita menatap bulan dan matahari
sebagai satu unit kesatuan yang utuh, kenapa kita menatap bumi yang kita
pijak tidak seperti itu?
Bumi seperti tanah kaveling; disekat dan dipagari oleh atas nama nasionalisme
dan wilayatul hukmi. Manusia yang membuat sekat-sekat itu. Bukan Allah SWT.
Ini yang membuat umat Islam mustahil mempunyai Penanggalan Tunggal
Hijriah.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 11
PENANGGALAN DAN SEJARAHNYA
A. Penanggalan; Perpaduan Keteraturan Interaksi Bumi-Bulan-Matahari
dan Pengetahuan Manusia
Maha Suci Allah SWT, Tuhan Maha Pencipta. Allah SWT menciptakan tata surya dengan segala
keteraturannya. Bumi yang kita pijak adalah bola raksasa dan bagian yang tak terpisahkan dari
sistem tata surya.
Jika diumpamakan, bumi yang sedemikian besar itu tak lebih seperti molekul tepung yang teramat
kecil dibanding jutaan molekul tepung lainnya ketika sekantong tepung kita semburatkan ke
angkasa. Allah SWT berfirman tentang penciptaan langit, bumi, dan benda angkasa dalam banyak
ayat yang tersebar dalam Al-Quran.
1. QS As Shafat: 5-6.
ٺ ٺ ٺ ٺ ٿ ٿ ٿ ٿ ٹ ٹ ٹ ٹ ڤ ڤ
ڤ Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari.
Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.
2. QS Al An‟am: 97
ڇ ڍ ڍ ڌ ڇڄ ڃ ڃ ڃ ڃ چ چ چ چ ڇ ڇ
ڌ ڎ Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya
petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.
Allah SWT menciptakan benda angkasa masing-masing memiliki poros yang baku dan pasti. Dan
dari poros yang baku dan pasti ini secara alamiah peradaban manusia dahulu telah menjadikan
gugusan bintang, bulan dan matahari sebagai petunjuk arah dan patokan waktu sebagaimana Allah
SWT berfirman dalam banyak ayat Al-Quran.
I
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 12
1. QS Yunus: 5.
ۇ ۇ ۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ ۋ ۅ ۅ ۉ
ەئ ەئ وئ وئ ۇئ ائې ې ې ى ى ائ ېۉ
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui.
2. QS Ibrahim: 33.
ی ی ی جئ حئ یېئ ېئ ىئ ىئ ىئ
Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus
beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.
3. QS Al Anbiya: 33.
ى ائ ائ ەئ ەئ ىۅ ۉ ۉ ې ې ې ې
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
4. QS Lukman: 29.
ٱ ٻ ٻ ٻ ٻ پ پ پ پ ڀ ڀ ڀ ڀ ٺ ٺ ٺ
ٿ ٿ ٿ ٿ ٹ ٹ ٹ ٹ ڤ ٺ
Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan
bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
5. QS Yasin: 37-40.
ۇ ۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ ۋ ۅ ۅ ۉ ۉ ې
ې ى ى ائائ ەئ ەئ وئ وئ ۇئ ۇئ ۆئ ۆئ ېې
حئ مئ ىئ يئ یۈئ ۈئ ېئ ېئ ېئ ىئ ىئ ىئ ی ی ی جئ
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 13
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.
Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai
ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
Wujud nyata keteraturan bumi dan bulan berjalan pada poros bakunya telah lama diketahui oleh
umat manusia dan menjadi pengetahuan sejak ribuan tahun yang lalu. Dari sini manusia bisa
membuat penanggalan.
Penanggalan atau kalender yang dimiliki bangsa Mesir kuno, Maya, Cina, Jepang, Julian, Masehi
dan Hijriah berpatokan kepada dua sistem:
1. Sistem Bulan (Kamariah, Lunar)
2. Sistem Matahari (Syamsiyah, Solar)
B. Pengakuan Al-Quran terhadap Penanggalan Kamariah dan Syamsiah
Kita mengenal dua sistem penanggalan dari tiga penanggalan yang pernah ada. Yaitu:
1. Penanggalan Bulan (Kamariah) atau Lunar Calendar
2. Penanggalan Matahari (Syamsiah) atau Solar Calendar
3. Penanggalan Campuran
Dua sistem penanggalan Kamariah dan Syamsiah secara eksplisit dikemukakan Allah SWT dalam
QS Al Kahfi: 25.
ڭ ۇ ۇ ۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun
(lagi).
Umumnya ulama tafsir sebelum kurun 8 H menafsirkan ayat di atas secara lafziah saja bahwa
Ashabul Kahfi tinggal dalam gua selama 309 tahun. Jika kita menggunakan kepekaan rasa bahasa,
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 14
secara nahwiyah (gramatika) redaksi ayat di atas terasa ganjil jika makna yang terkandung sekedar
mengungkapkan bahwa Ashabul Kahfi tinggal dalam gua selama 309 tahun. Redaksional ayat yang
benar untuk maksud Ashabul Kahfi tinggal dalam gua selama 309 tahun adalah:
ي ن س وتسع ة ائ م ث ال ث م ه ف ه ك ا ف و ث ب ل و Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus sembilan tahun.
Menukil dari tafsir Ibnu Katsir (1999: 5/150) karya Abu Fida Ismail bin Umar (700-774 H/1301-
1373 M), maksud yang tersimpan dari keganjilan redaksional ayat di atas ternyata menyimpan
pengetahuan tersembunyi yang adi luhung, yaitu 300 tahun jika menurut penanggalan Syamsiah,
dan ditambah 9 tahun jika menurut penanggalan Kamariyah. Beliau menafsirkan ayat di atas
sebagai berikut:
ىذا خب من اهلل تعاىل لرسولو صلى اهلل عليو وسلم مبقدار ما لبث أصحاب الكهف ف كهفهم، منذ أرقدىم اهلل إىل أن بعثهم وأعثر عليهم أىل ذلك
وتسع سني باهلاللية، وىي ثالمثائة سنة سنةالزمان، وأنو كان مقداره ثالمثائة بالقمرية إىل الشمسية ثالث سنة ، فإن تفاوت ما بي كل مائةبالشمسية
".وازدادوا تسعا"سني؛ فلهذا قال بعد الثالمثائة: Ini adalah informasi dari Allah SWT untuk Rasulullah SAW akan ukuran lamanya
Ashabul Kahfi dalam guanya, sejak dari Allah SWT membaringkan mereka sampai membangunkan mereka dan warga waktu itu mengetahuinya. Lamanya 309 tahun
menurut kalender bulan, dan 300 tahun menurut kalender matahari. Selisih tiap abad antara kalender bulan dan kalender matahari adalah 3 tahun. Maka dari itu Allah SWT berfirman sesudah kata “tiga ratus” dengan “dan ditambah sembilan tahun”.
Demikian juga dalam tafsir Jalalain, As Suyuthi (849-911 H/1445-1505 M) yang hidup sesudah
Imam Ibnu Katsir menafsirkan QS Al Kahfi: 35 dengan berpendapat sama. Beliau (As Suyuthi,
1982: 384) menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut: عطف بيان لثالمثائة وىذه (سني) بالتنوين (ولبثوا ف كهفهم ثالث مائة)
السنون الثالمثائة عند أىل الكهف مشسية وتزيد القمرية عليها عند العرب تسع سني فالثالمثائة أي (وازدادوا تسعا)تسع سني وقد ذكرت ف قولو
ية ثالمثائة وتسع قمر الشمسية :(Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus) dengan tanwin. (tahun) menjadi
athaf bayan untuk tiga ratus. Selama tiga ratus tahun ini pada Ashabul Kahfi menurut
penanggalan matahari. Bangsa Arab menambahkan sembilan tahun atas penanggalan
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 15
bulan disebutkan dalam firman-Nya: (dan ditambah sembilan). Maksudnya Sembilan
tahun. Maka tiga ratus menurut penanggalan matahari, tiga ratus sembilan menurut
penanggalan bulan.
Kita yang hidup di akhir zaman dengan mudahnya menghitung angka-angka itu secara manual.
Ternyata ada selisih 189 hari antara kurun 300 tahun kalender matahari dan 309 tahun kalender
bulan.
Tahun Syamsiah Tahun Kamariah Selisih
365 x 300 = 109.500
354 x 309 = 109.386
189 300 : 4 = 75
(tahun kabisat)
109.500 + 75 = 109.575
Kita juga bisa menggunakan kalkulator konventer atau aplikasi konversi hijriah-masehi untuk
membuktikan kebenaran firman Allah SWT tersebut. Kita mengambil sampel tanggal 17 Agustus
sebagai hari kemerdekaan Indonesia dalam rentang 300 tahun sesudahnya.
Kalender Matahari Hari Kalender Bulan
17 Agustus 1945 Jum‟at 9 Ramadan 1364
17 Agustus 2045 Kamis 3 Syawal 1467
17 Agustus 2145 Selasa 28 Syawal 1570
17 Agustus 2245 Ahad 23 Dzulqa‟dah 1673
2245-1945=300 1673-1364=309 Maha berar Allah SWT atas segala firman-Nya.
C. Penanggalan Bangsa Arab sebelum Islam
Pada awal peradaban manusia, kalender adalah perhitungan satuan siklus waktu dalam satuan tahun.
Patokannya adalah matahari, bulan dan bumi. Ada tiga simtem kalender dunia yaitu: Kalender
Matahari, Kalender Bulan dan Kalender Campuran Bulan-Matahari.
1. Penanggalan Syamsiah (Solar Calendar)
Kalender Matahari berpatokan kepada bumi mengitari matahari. Satu tahun lamanya 365 hari 5
jam 48 menit, atau 365,24 hari. Dibagi dalam 12 bulan sisa 0,24 hari dikumpulkan menjadi 1
hari dalam 4 tahun dan disepakati sebagai tanggal 29 Pebruari tahun kabisat.
2. Penanggalan Kamariah (Lunar Calendar)
Kalender Bulan berpatokan kepada 12 kali berputarnya bulan mengitari bumi selama 29 hari 12
jam 44 menit atau 29, 53 hari. Jumlah hari dalam 1 tahunnya 354 hari 8 jam 43 menit atau 354,
37 hari. Selisih hari dalam satu tahun antara Kalender Bulan dan Kalender Matahari adalah 10,
89 hari, dibulatkan 11 hari. Kalender Bulan sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan
Kalender Matahari karena perbedaan sistem.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 16
3. Penanggalan Campuran (Lunar-Solar Calendar)
Penanggalan Campuran adalah kalender yang memadukan dua sistem kalender di atas. Acuan
jumlah hari dalam satu tahunnya mengambil kalender matahari dengan jumlah hari 365, tapi
dalam penetapan bulan mengacu kepada kalender bulan 29 dan 30 hari (bukan 30 dan 31 hari).
Selisih 11 hari dalam 1 tahun dijadikan tahun kabisat di mana ada bulan ke 13. Itu terjadi 7 kali
dalam 19 tahun. Dalam Kalender Arab sebelum Islam, bulan ke 13 disebut dengan bulan Nasi‟
.atau Bulan Penguluran (انسء)
D. Bangsa Arab sebelum Islam Menggunakan Penanggalan Campuran
Menukil dari kitab Al Mufasshilu fi at Tarikhi al Araba Qabla al Islam karya Jawad Ali,
(2001:16/122-143), orang arab Quraisy dan arab dari suku lain yang tinggal di Makkah sudah
mengenal kalender dan teridentifikasi bahwa sistem kalender mereka adalah Penanggalan
Campuran atau Kalender Bulan-Matahari. Dari nama-nama bulan, sangat kondisional dengan
musim-musim yang menjadi khas Kalender Matahari.
Awal pergantian tahun Kalender Campuran adalah akhir musim panas, ketika matahari melewati
jazirah Arab dari utara ke selatan, sekitar bulan September.
Berikut nama-nama bulan Arab:
No Nama Bulan Sebab Penamaan Bulan
Persesuain
1. Muharram
)يحرو(
Dinamai Muharram (yang diharamkan) karena
masyarakat Arab ketika itu sepakat melarang berperang
di bulan tersebut.
September
2. Shafar
)صفر(
Dinamai Shafar (kuning) karena dedaunan dari pohon
yang tumbuh di sana menguning. Berarti juga Kosong;
rumah bangsa Arab kosong karena ditinggal perang
setelah 3 bulan melewati bulan haram.
Oktober
3. Rabi‟ul Awwal
)رتع االول(
Dinamai Rabi‟ (bersemi) karena beberapa bunga khas
arab bersemi di bulan tersebut. Berseminya ketika
masuk musim dingin. Masa bersemi sekitar 2 bulan.
Nopember
4. Rabi‟us Tsani
)رتع انثا(
Bulan kedua dari masa bersemi. Desember
5. Jumadil Ula
)جازي االون(
Dinamai Jumad (diam, beku) karena dingin dan
membeku. Lamanya dua bulan.
Januari
6. Jumadis Tsaniah
)جازي انثاح(
Bulan beku kedua. Pebruari
7. Rajab
)رجة(
Dinamai Rajab (cair atau leleh). Matahari mulai
melintasi jazirah Arab dari selatan ke utara, tanda mulai
masuk musim panas. Salju di jazirah arab ketika itu
perlahan cair.
Maret
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 17
8. Sya‟ban
)شعثا(
Dinamai Sya‟ban ( شعة = jalan lembah-bukit) karena
bangsa Arab ketika itu turun-naik ke lembah untuk
bercocok tanam dan mengembala.
April.
9. Ramadan
)ريضا(
Dinamai Ramadan ( ريضاء = panas) karena cuaca dan
udara panas.
Mei
10. Syawal
)شىال(
Dinamai Syawal (شىل = naik/meningkat) karena suhu
panas semakin naik.
Juni
11. Zulqa‟dah
)شوانقعسج(
dinamai Zulqa‟dah ( قعس = duduk) karena udara yang
sangat panas membuat masyarakat Arab ketika itu tak
keluar rumah. Lebih banyak tinggal dan duduk-duduk di
rumah mereka.
Juli
12. Zulhijah
)شوانحجح(
Dinamai Zulhijah karena di bulan itu dilaksanakannya
ibadah haji.
Agustus
13 An Nasi
)انسء(
Dinamai Nasi‟ (Penguluran) karena bulan itu menjadi
pengulur supaya bulan-bulan Kamariah yang jumlah
harinya 354 dalam setahun selalu bersesuaian dengan
bulan-bulan Syamsiah yang jumlah harinya 365 hari
sebagaimana dalam tabel ini. Ada selisih 11 hari dalam
setahun. Bulan Nasi‟ menjadi bulan ke 13 dan terjadi 3
tahun sekali.
Dalam 3 tahun sekali, lebih tepatnya 7 kali dalam 19 tahun, ada tahun kabisat Kalender Campuran,
tahun di mana pada tahun tersebut ada 13 bulan sebagai bulan tambahan untuk menyeimbangkan
atas selisih 11 hari. Zulhijah yang bersesuaian dengan Agustus dalam 3 tahun akan bergeser ke Juli.
Dengan adanya bulan An Nasi atau bulan ke 13 maka Zulhijah akan terulur kembali ke Agustus.
E. Bulan Haram, Haji, dan Perang
Kalender Hijriah tidak bisa dipisahkan dengan akar sejarah bangsa Arab sebelum datangnya
Rasulullah SAW. Tanah Arab yang tandus dan keras secara alamiah mengajarkan kehidupan keras
bagi warganya. Mempertahankan kehormatan dan kehidupan satu kabilah harus diperjuangkan
dengan mengerahkan segala kemampuan yang berujung perang. Karena iklim yang keras dan
kehidupan keras memaksa mereka untuk terus mempunyai kekuatan dan keperkasaan. Itulah
sebabnya bangsa Arab sangat mendewakan kegagahan dan keperkasaan. Wanita yang identik
dengan makhluk lemah tidak mendapat posisi terhormat dalam budaya dan kehidupan keseharian.
Bahkan seorang ayah yang punya posisi penting pada satu kebilah kemudian istrinya melahirkan
bayi perempuan sering diejek oleh sesama pemimpin kabilah karena kelahiran anak perempuan.
Perempuan itu tidak bisa diharapkan untuk berperang dan memimpin dan tidak akan memberi
sumbangsih apapun untuk kemulian kabilahnya. Seorang ayah yang diberi anugerah anak
perempuan sering dihina karena alasan tadi sehingga timbul dalam pikiran seorang ayah apakah
anaknya itu akan dipelihara dalam kehinaan atau dikuburkan hidup-hidup. Allah SWT
menggambarkan kondisi ini dalam QS An Nahl: 58-59.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 18
ڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ ڃ ڃ ڃ چ چ چ چ ڇ ڇ ڇ
ڑ ڑ ک ک ک ژڌ ڌ ڎ ڎ ڈ ڈ ژ ڍڇ ڍDan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan,
hitamlah mukanya, dan dia sangat marah.
Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah,
alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.
Perang adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan bangsa Arab zaman itu. Mereka
berperang sebagai tindakan terkhir menjaga kehormatan dan kepentingan untuk keberlangsungan
hidup mereka yang keras.
Kehidupan masyarakat Arab juga tidak bisa dipisahkan dari keberadaan Ka‟bah dan Haji yang
dilaksanakan pada bulan ke 12 (Zulhijah) setiap tahun. Masyarakat Arab sangat memuliakan
Ka‟bah, Makkah dan Haji. Di tengah kehidupan mereka yang keras dan sering berperang tapi
mereka berusaha untuk memelihara kehormatan Ka‟bah, Makkah dan Haji dalam wujud adanya
Bulan Haram ( رووانشهر انح ). Dalam masyarakat Arab disepakati adanya 4 bulan Haram yang
melarang terjadinya perang di bulan-bulan tersebut.
Allah SWT berfirman dalam QS Al Baqarah: 217.
چ چ چ چ ڇ ڇ ڃڄ ڃ ڃ ڃ ڄڦ ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ
ک ک ڑڈ ژ ژ ڑ ڈڇ ڇ ڍ ڍ ڌ ڌ ڎ ڎ
ڳ ڳ ڱ ڱ ڱ ڳک ک گ گ گ گ ڳ
ہ ہ ہڱ ں ں ڻ ڻ ڻ ڻ ۀ ۀ
ھ ھ ھ ے ھہMereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari
jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah
lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya,
lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 19
F. Allah SWT Melarang Kalender Campuran dan Sebab Turunnya QS. At
Taubat ayat 36-37
Kalendar Campuran melahirkan permasalahan di masyarakat Arab. Permasalahannya adalah tidak
ada kesepakatan kapan bulan Nasi‟ itu ditetapkan. Satu kabilah sudah menetapkan tahun kemarin
adalah tahun kabisat di mana ada bulan yang ke 13, sedangkan kabilah lain menetapkan tahun
sekarang tahun kabisatnya.
Di antara mereka tidak ada kesepakatan mengenai kapan tahun tahun kabisat di antara sesama
kabilah. Di mana pun, kapan pun dan bagaimana pun, ketika tak ada kesepakatan akan terus terjadi
perselisihan dan kekacauan.
Kongkrit permasalah waktu itu adalah ketika satu kabilah diserang oleh kabilah lain dan terjadilah
perang. Kabilah yang menyerang meyakini bahwa saat penyerangan mereka tak melanggar bulan
haram karena anggapannya mereka sedang dalam bulan Nasi‟, tapi kelompok yang diserang
meyakini bahwa serangan itu masih di bulan haram, bulan di mana dilarang berperang. Hal itu
terjadi pada masa Rasulullah SAW. Akibatnya keamanan pelaksanaan ibadah haji terganggu.
Demikian juga arus lalu lintas dan perdagangan terganggu karena peperangan.
Kalender Campuran
(Ada bulan ke 13 dalam 3 tahun sekali)
Kalender Kamariah Murni
Kemudian Allah SWT menurunkan firman-Nya yang menyuruh agar umat Islam kembali kepada
sistem Kalender Bulan yang murni di mana tak ada bulan yang ke 13. Bulan dalam aturan Allah
SWT hanya ada 12. Adanya bulan Nasi‟ hanya menambah kekacauan.
Allah SWT berfirman dalam QS At-Taubat: 36 dan 37:
ۀ ۀ ہ ہ ہ ہ ھ ھ ھ ھ ے ے ۓ ۓ
﮴ ﮵ ﮼ ﮽ ﮾ ﮺﮷ ﮸ ﮹ ﮶﮲ ﮳ ﮿﮻
﯀ ﯁
پ پ پ ڀ ڀ ڀ پٱ ٻ ٻ ٻ ٻ
1 2
3
4
5
6
7 8
9
10
11
12
Nasi' 1
2
3
4
5
6 7
8
9
10
11
12
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 20
ڤ ٹ ڤ ٹڀ ٺ ٺ ٺ ٺ ٿ ٿ ٿ ٿ ٹ ٹ
ڦ ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ ڤڤ
Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan
Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu
dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram itu adalah menambah kekafiran.
Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka
mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.
Yang dimaksud dengan: Di antaranya (empat) bulan haram adalah 3 bulan saling menyambung
dan 1 terpencil.
1. Bulan ke 11, Zulqa‟dah
2. Bulan ke 12, Zulhijah
3. Bulan ke 1, Muharram, dan
4. Bulan ke 7, Rajab.
Setelah 2 ayat tersebut turun maka kalender bangsa Arab yang sudah memeluk Islam berubah dari
sistem Kalender Campuran menjadi Kalender Bulan (Kamariah). Namun, nama-nama bulan tetap
tak dirubah. Makanya tidak heran jika kita melaksanaka puasa bulan Ramadan (panas) justru di
bulan-bulan dingin. Dalam satu tahun, selisih Kalender Bulan dan Kalender Matahari adalah 11
hari.
G. Sejarah Panjang Penanggalan Tunggal Masehi
Yang dimaksud Kalender Tunggal oleh penulis dalam hal ini adalah tunggal tanggal dan tunggal
hari. Tanggal 25 Desember 2015 itu “hanya” hari Jum‟at. Seluruh Dunia. Tak ada yang merayakan
Natal 25 Desember 2015 hari Selasa, Rabu, Sabtu atau Minggu. Berbeda dengan umat Islam di
Indonesia terlebih di dunia yang merayakan Idul Adha 1436 H ada yang Selasa, Rabu, Kamis,
bahkan Jum‟at.
Kemapanan itu butuh proses. Umat Nasrani ternyata melaksanakan Natal serempak tanggal 25 Desember setelah manusia tahu bahwa bumi ini benar-benar bulat. Artinya, ilmu pengetahuan dan kemajuan peradaban manusialah yang mengantarkan Kalender Masehi menjadi Tunggal dan
diterima di seluruh dunia. Disamping kesepakatan di antara pemimpin mereka.
Jika pada kenyataannya ada sisa kecil ketidaksepakatan hal itu dianggap wajar. Konsensus besar itu
selalu meninggalkankan “sisa”. Gereja Ortodoks menerima Kalender Gregorian, tapi khusus untuk
Natal, sampai sekarang mereka merayakan Natal tanggal 7 Januari, dua minggu lebih lambat walau
harinya itu-itu juga.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 21
Menukil dari Irfan Anshari dalam blognya (Irfan Anshori Berbagi Ilmu -Kalender Masehi, online)
Kalender Masehi awalnya dari Kalender Romawi. Dimulai dari pendirian kota Roma oleh Romulus
dan Remus tahun 753 Sebelum Masehi (SM). Di tahun pendirian kota Roma itu ditetapkan sebagai
tahun 1 AUC (Ab Urbi Condita = Sejak Kota Dibangun). Pada tahun 708 AUC, Kaisar Julius
(Julius Caesar) memaklumkan tahun 708 AUC tersebut sebagai tahun 1 Julian (namanya sendiri)
agar namanya dikenang sepanjang sejarah. Dan, perkiraan tahun Masehinya adalah 46 SM.
Atas jasa Santo Paulus, ketika ajaran Nabi Isa AS yang murni tauhid itu hampir padam sekitar
seabad setelah Isa Al Masih diangkat Allah SWT, Santo Paulus mencoba menghidupkan kembali
ajaran Al-Masih dengan 1001 jurus agar bisa diterima oleh banyak kepercayaan dan keyakinan
yang ada ketika itu. Dan ajaran Al Masih pun berkembang pesat di Eropa bahkan dijadikan agama
resmi Kekaisaran Romawi setelah dikombinasikan antara ajaran Al Masih dengan kepercayaan
Romawi dan Yunani kuno.
Pada tahun 572 Julian, seorang pejabat tinggi kepausan Katholik Romawi yang bernama Dionisius
Exiguus memberlakuan penanggalan “Tahun Tuhan” atau “Anno Domini” (AD); tahun Tuhan
Yesus lahir. Dengan perkiraan menurut itung-itungan Diosinius, bahwa Nabi Isa AS lahir tahun 47
Julian. Berarti ketika itu, tahun 572 Julian, sama dengan 526 AD. Bandingkan dengan Kalender
Hijriah, disepakati setelah 6 tahun wafatnya Rasulullah SAW.
Kalender Julian mempunyai patokan bahwa 1 tahun itu 365, 25 hari atau 365 hari 6 jam dan
kabisatnya 4 tahun sekali. Patokan ini ternyata ada selisih kelebihan 11 menit 14 detik (0,0078 hari)
dari seharusnya. Jika di-maximize-kan, dalam 128 tahun ada selisih 1 hari, dalam 400 tahun ada
selisih 3 hari. Pada tahun 1582, selisih dari kesalahan patokan Kalender Julian itu mencapai 10 hari,
semestinya awal musim semi (vernal equinox) terjadi pada tanggal 21 Maret, ini terjadi 11 maret
1582.
Berangkat dari situlah, Paus Gregorius XIII menugaskan kepada Christophorus Clavius agar
memimpin komisi untuk mengoreksi Kalender Julian dengan mengacu kepada makalah ahli
astronomi Universitas Perugia yang bernama Luigi Giglio yang berjudul: Novae Restituendi
Calendarium. Hasil revisi itu kemudian disahkan oleh Paus Gregorius XIII melalui satu ketetapan
yang sangat terkenal, yaitu ketetapan Calendarium Gregorianum. Hari Besar Santo Francis tanggal
4 oktober dijadikan momen berakhirnya Kalender Julian. Dan selanjutnya, tanggal dilompat
sepuluh angka. Hari itu, Kamis 4 Oktober 1582, besoknya, Jum‟at 15 Oktober 1582.
Lompatan 10 hari itu tentu saja menggegarkan Eropa. Tidak serta merta revisi Kalender Julian itu
diterima di Eropa, terlebih oleh kalangan Protestan, Anglikan dan Orthodoks. Kerajaan-kerajaan
Eropa yang penduduknya beragama Protestan, Anglikan dan Ortodoks tetap setia memakai
Kalender Julian.
Baru pada pertengahan abad 18, kerajaan-kerajaan Eropa yang menganut Protestan menerima
Kalender Gregorian, itu artinya, sekitar 150 tahun sejak Kalender itu diberlakukan. Setelah
kerajaan-kerajaan Eropa meyakini dengan sesungguhnya bahwa lompatan sepuluh hari revisi Paus
Gregorius XIII itu bukan karena motif agama Katholik, tapi murni dari ketepatan peredaran bumi
mengitari matahari. Murni dari kemajuan ilmu pengetahuan manusia. Inggris mengakuinya pada
tahun 1752, dengan menyatakan tanggal 2 September 1752 langsung disusul dengan 14 September
1752. Hal ini diberlakuakan juga di seluruh negeri jajahan Inggris.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 22
Negara Eropa timur yang mayoritas Kristen Ortodoks baru menerima Kalender Gregorian setelah
perang dunia kesatu. Rusia memberlakukan Kalender Gregorian tahun 1918 dengan menyatakan
bahwa 31 Januari langsung disusul 13 Februari 1918. Pemberontakan “Revolusi Oktober” yang
dilakukan rakyat komunis terhadap Tsar Rusia terjadi tanggal 7 Nopember 1917 menurut Kalender
Gregorian, kenapa dinamai Revolusi Oktober, karena waktu itu Rusia masih memberlakuakan
Kalender Julian, di mana terjadi revolusi rakyat tanggal 25 Oktober 1917.
Di Indonesia, karena masuknya Islam lebih dahulu dari Kristen, kalender hijriah sudah lebih dahulu
digunakan oleh masyarakat Nusantara sejak masuknya Islam ke Indonesia seiring Islam menjadi
agama mereka. Sampai awal abad 20, kalender hijriah dipakai oleh para raja di Nusantara. Bahkan
raja Karangasem yang beragama Hindu, Ratu Agung Ngurah, berkirim surat ke Gubernur Jenderal
Hindia Belanda Otto van Rees tahun 1894, masih menggunakan tarikh 1313 Hijriah. Secara resmi
kalender Gregorian dipakai di Indonesia sejak tahun 1910 dengan berlakunya Wet op het
Nederlandsch Onderdanschap, hukum yang mengatur keseragaman seluruh rakyat di Hindia
Belanda.
H. Umat Islam Belum Mempunyai Penanggalan Tunggal
Bagi umat Islam sendiri, sepertinya, suka atau tidak suka, ada liku-liku panjang yang harus dilalui
menuju Penanggalan Tunggal Hijriah; suatu Penanggalan di mana satu hari di sepakati oleh seluruh
dunia Islam dengan hanya satu tanggal. Tak ada perbedaan.
Nasionalisme adalah sikap positif yang harus dimiliki warga negara manapun, tapi nasionalisme
selayaknya tidak mewarnai penanggalan hijriah. Kalender tunggal hijriah dibutuhkan untuk
mengikat umat Islam seluruh dunia agar serempak dalam penetapan awal Ramadan dan lebaran.
Globalisasi sekarang belum mampu mengantarkan umat Islam pada sebuah kesadaran jamaah
bahwa kita hidup di satu unit kesatuan bumi pengaruh dari pelaksanan rukyat yang memang rukyat
itu sifatnya lokal.
Kita masih butuh waktu agar bisa menginsyafi bahwa tawafnya bulan ke bumi dan bumi ke
matahari adalah ciptaan Allah yang sangat kecil dibanding dengan jagat raya tanpa batas ciptaan-
Nya. Allah SWT tidak menatap kita sebagai warga Indonesia atau Saudi Arabia. Allah SWT
menatap kita sebagai khalifah di bumi yang harus beribadah sesuai aturan termasuk aturan waktu
pelaksanaannya. Firman Allah SWT begitu jelas menyuruh kita bersatu dan harus berusaha
menghindari berbedaan. Perbedaan di antara umat Islam yang semakin kentara ketika Idul Fitri dan
Idul Adha akibat Globalisasi belum berhasil menyentuh para ulama dan pemimpin dunia Islam
untuk mencari formula kesepakatan Global.
Mungkin, menuju kearah kesadaran global justru harus diawali dari tiap individu muslim bahwa
dirinya adalah hamba Allah Yang Esa dengan satu Risalah, satu Rasul, satu Al-Qur'an, satu Kiblat,
satu Bumi dan satu Penanggalan. Tidak dipisah oleh teritorial negara.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 23
PERSATUAN ISLAM
A. Jangan Ragukan Toleransi di Indonesia
Kita tak usah risau dengan perbedaan Idul Fitri dan Idul Adha dilihat dari sudut pandang toleransi.
Faktanya, tak ada masjid yang ditimpuki batu dan jamaahnya dihajar oleh jamaah lain akibat
perbedaan pelaksanaan Idul Fitri dan Idul Adha. Toleransi umat Islam sangat tinggi dalam
menyikapi perbedaan. Penulis yakin, andai Pemerintah RI menetapkan Idul Fitri hari Senin tanggal
X dan ada tariqat yang berlebaran hari Senin seminggu berikutnya, saking tolerannya, monggo-
monggo bae. Tapi, suasana seperti itu memberi citra negatif terhadap keagungan Idul Fitri dan Idul
Adha, dan kepada Islam secara keseluruhan.
Menurut penulis, jika merujuk kepada Al-Qur'an dan Sunah yang sangat menganjurkan persatuan
dan kesatuan, Idul Fitri dan Idul Adha adalah syiar Allah dengan misi utama pencitraan Islam
sebagai agama persatuan, kesatuan dan keutuhan.
Kemajuan Ilmu Hisab sekarang, didukung peralatan canggih bidang optik seperti theodolit,
binokuler, teleskop, dan banyaknya software pendukung, idealnya semua itu menjadi instrumen
syariah yang mengantarkan kepada kebersamaan lebaran. Tapi kenyataannya lain, kemajuan ilmu
hisab dan peralatan modern belum bisa mengantar kita kepada penetapan Idul Fitri dan Idul Adha
yang sama. Lantas, apa yang salah dan di mana salahnya?
Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat menetapkan awal Ramadan dan lebaran harus
melihat hilal. Rasulullah SAW juga mengemukakan alasan kenapa harus dengan rukyat, yaitu
kemampuan orang Arab dalam tulis-hitung peredaran bumi-bulan-matahari dan ilmu hisab sangat
terbatas. Para ulama hanya memegang hadis keharusan melihat hilal dan ogah membuat
sinkronisasi hadis lain yang sangat lebar memberi peluang kepada umat Islam untuk menggunakan
hisab murni. Hisab murni adalah penetapan awal bulan berdasarkan ijtima atau konjungsi.
B. Satu dan Persatuan; Esensi Nilai dalam Islam
Islam adalah agama tauhid yang menyatakan:
ل ه د ح اهلل و ل إ و ل إ ل و ل ك ي ر Tiada Tuhan selain Allah. Yang Satu. Tiada sekutu bagi-Nya.
Ada beberapa esensi nilai dalam Islam, di antaranya:
1. Kebenaran.
2. Kemaslahatan.
3. Keadilan.
4. Persatuan.
5. Toleransi.
II
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 24
Kelimanya harus seiring-sejalan sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Dalam
konteks Persatuan, Allah menurunkan syariat Islam senantiasa menitikberatkan kepada essensi nilai
persatuan itu sendiri.
Contoh, kita bisa memperhatikan firman Allah tentang keharusan menghadap kiblat dalam salat. ک ک کژ ژ ڑ ڑ ڈڇ ڍ ڍ ڌ ڌ ڎ ڎ ڈ
ک گ گ Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil
Haram.
Redaksi penggalan ayat tadi terulang tiga kali dalam Al-Qur‟an. Yaitu surat Al Baqarah ayat 144,
149 dan 150. Salat yang merupakan ibadah mahdoh (يحضح) diposisikan tidak sebagai ibadah ritual
belaka tapi diberi fungsi sosial, politik dan pengetahuan. Allah SWT dan Rasulullah SAW
menyuruh agar salat dilaksanakan secara berjamaah. Banyak hikmah yang terkandung dalam
berjamaah salat, diantaranya: memupuk rasa persatuan, persaudaraan dan kepemimpinan. Juga
tentang keharusan menghadap kiblat, nilai filosofi persatuan dan kesatuan sangat ditonjolkan sekali.
Dalam Islam, Ka‟bah dijadikan salah satu simbol persatuan dan kesatuan umat yang tak dimiliki
oleh agama mana pun di dunia. Dari syarat sah salat umat Islam disuruh belajar matematika dan
astronomi.
C. Simbolisme Persatuan; Sebuah Keberatan dalam Kemudahan
Di antara prinsip dalam Tasyri‟ul Islam adalah „Adamul Haraj; meniadakan kesulitan. Ketika
kesulitan semakin sempit dan tak menemukan solusinya, maka mudahkanlah karena hakikatnya
Islam itu mudah.
Dalam kaidah Usul Fikih dikatakan:
المر فاتسع ق اإذا ض Jika sempit suatu urusan maka luaskanlah.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran.
1. QS Al Maidah: 6
ڍ ڍ ڌ ڌ ڎ ڎ ڈ ڈ ژ ژ ڑ ڑ
ک ک ک ک Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 25
2. QS Al Hajj: 78
ھ ھ ھ ھ ے ے ۓۓہ ہ ہڻ ڻ ۀ ۀ ہ
… Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilihmu dan Dia tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan…
3. QS Al Baqarah:185.
ڳ ڳ ڱ ڱ ڱ ڱ ں ں ڻ ڻ ڻ
ڻۀ ۀ ہ ہ ہ ہھ ھ ھ ھ ے ے ۓ ۓ ﮲
﮾ ﮿ ﮽ ﮷ ﮸ ﮹ ﮺ ﮻ ﮼ ﮳ ﮴﮵ ﮶
﯀ ﯁
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena
itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Tetapi, dalam pengamatan penulis, justru ada pemberatan (Al Haraj) yang ekstrem, kaku dan tak
bisa ditawar lagi ketika Allah mewajibkan salat yang begitu elastis aturannya dihubungkan dengan
harus menghadap kiblat sebagai simbol Persatuan dan Syiar.
Salat harus menghadap kiblat. Allah SWT berfirman dalam QS Al Baqarah: 144.
ہ ہ ہ ہڻ ۀ ۀ ڻڱ ڱ ں ں ڻ ڻ
﮴ ﮵ ﮶ ﮷ ﮸ ﮳ھ ے ے ۓ ۓ ﮲ ھھ ھ
﮾ ﮿ ﯀ ﯁ ﮽﮹ ﮺ ﮻ ﮼Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar
dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 26
Di antara kita banyak yang mempunyai pengalaman dan menemukan sebidang tanah wakaf untuk
pembangunan masjid yang tak teroptimalkan karena masjid harus menghadap kiblat. Di Indonesia,
jalan yang melintang utara-selatan dan masjid di sebelah timurnya, menurut kaidah arsitektur dan
estetika, masjid seharusnya menghadap ke barat dan salat menghadap ke timur seperti gereja dan
tempat ibadah lainnya. Tapi tidak dalam Islam. Bagaimana pun situasi dan kondisi tanah, masjid
harus tetap menghadap kiblat. Juga ketika umat Islam memakamkan saudaranya harus menghadap
kiblat bagaimana pun kontur tanahnya. Ini sebuah Pemberatan dari Al-Khaliq kepada mahluk untuk
sebuah Simbolisme Persatuan.
Rasulullah SAW menganjurkan bahwa pelaksanaan lebaran itu harus serempak supaya kebesaran
dan persatuan Islam tampak. Rasulullah SAW bersabda:
ا ن ث د ى ح س ي ع ن ب اق ح س ا إ ن ث د ح ئ ر ق م ال ر م ع بن أب ر م ع بن د م ا م ن ث د ح ل و س ر ال : ق ال ق ة ر ي ر ى ب أ ن ع ن ي ي س ن ب د م م ن ع ب و ي أ ن ع د ي ز ن د ب ا مح
)سنن ن و ح ض ت م و ى ي ح ض ال و ن و ر ط ف ت م و ي ر ط ف ل ا :م ل س و و ي ل ع ى اهلل ل اهلل ص ( و:إبن ماج
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Umar bin Abi Umar Al Mukri, telah bercerita kepada kami Ishak bin Isa, telah bercerita kepada kami Hammad bin Zaid, dari Ayyub, dari Muhammad bin Sirin, dari Abi Hurairah, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW : Idul Fitri adalah hari kalian beridul fitri, Idul Adha adalah hari
kalian beridul adha.
Ibnu Majah memberi penjelasa khusus akan hadis ini:
) الفطر يوم تفطرون ( الظاىر أن معناه أن ىذه المور ليس لآلحاد رح:. وجيب المر فيها إىل اإلمام واجلماعة فيها دخل وليس هلم التفرد فيها بل
آلحاد اتباعهم لإلمام واجلماعة على اPenjelasan: Yang dimaksud dengan “Idul Fitri kalian adalah di hari kalian beridul
Fitri”, maksudnya: masalah lebaran bukan masalah individu dan tidak diperkenankan untuk sendiri-sendiri. Urusannya diserahkan kepada imam dan jamaah. Tiap individu
harus mengikuti imam dan jamaah.
Tidak mudah menyatukan perbedaan pemahaman akan hadis ini di zaman sekarang. Semangat
hadis ini adalah keserempakan dalam pelaksanaan lebaran. Tapi ketika kita ingin melaksankannya
secara serempak hampir tidak bisa.
Dalam konteks Indonesia sekarang, imam dan jamaah mempunyai interpretasi berbeda di tiap
kelompok. Dalam cakupan Indonesia, Muhammadiyah yang sering berbeda dalam penetapan awal
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 27
Ramadan dan lebaran harus mengikuti keputusan resmi Menteri Agama RI sebagai imam dan
mayoritas warga negara Indonesia sebagai jamaah. Tapi dalam cakupan global di mana kita
sekarang tak bisa mengelak dari globalisasi, Indonesia harus mengikuti Timur Tengah karena
jamaah di sana lebih banyak.
Kedewasaan umat Islam diuji ketika terjadi perbedaan pendapat. Tuntutan agar perbedaan tidak
menimbulkan berbagai konflik, baik secara vertikal dan horizontal, menuntut para cendekiawan
muslim untuk berpikir lebih jernih terhadap persoalan umat yang dapat menimbulkan konflik
meskipun pada tataran praktik, perbedaan tersebut dilandasi oleh semangat mempertahankan
kebenaran berdasarkan ilmu dan kemampuan masing-masing yang dimiliki.
Pada kenyataannya, perbedaan tersebut dapat menimbulkan kebingungan pada umat bahkan dapat
menjadi penghambat bersatunya umat di tengah kompleksitas budaya. Kita mendengar serta
menyaksikan umat seperti terkotak-kotak dalam kebingungan oleh perbedaan pendapat dalam
penentuan hari raya. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu penjelasan dan pedoman yang dapat
digunakan oleh semua pihak untuk memahami tentang penentuan hari raya bagi umat Islam.
Sebagai umat Rasulullah SAW di mana beliau penganjur utama persatuan dan kesatuan umat, kita
harus banyak belajar, mengkaji dan meneliti. Apa dan harus bagaimana agar berlebaran baik Idul
Fitri atau Idul Adha serempak, semarak dan semerbak. Cahaya Islam dengan segala keagungannya
lebih kuat memancar dari Syiar Idul Fitri dan Idul Adha ini.
Sikap Jumud (statis) dalam pemikiran harus kita hindari. Sikap itulah yang mengantar kita kepada
satu posisi di mana kita banyak tertinggal dari orang lain di berbagai aspek; ekonomi, teknologi,
pendidikan, manajemen, militer termasuk keagamaan sendiri. Menerima konsep pemikiran para
ulama salaf tidaklah semestinya menolak konsep dan pemikiran baru yang datang kemudian. Itu
sama dengan memasung diri untuk maju. Konsep Tafaqquh fid Dien justru Pengetahuan
Keagamaan Islam mengharuskan tanggap akan kemajuan ilmu pengetahuan yang sedemikian
melesat cepat. Karena, kebenaran Al-Quran di antara pembuktiannya adalah: Ilmu Pengetahuan itu
sendiri.
Idul Fitri dan Idul Adha bukan hanya sekedar memakai baju baru atau memasak masakan lezat. Idul
Fitri terlebih Idul Adha adalah Iklan Tuhan untuk Persatuan dan Kesatuan Islam di muka bumi ini.
Isu global mutlak menuntut “apapun itu” untuk menyesuaikannya. Termasuk dalam pelaksanaan
Idul Fitri dan Idul Adha. Karena globalisasi, kita umat Islam semakin ditelanjangi bahwa kita belum
bisa mengatasi perbedaan ini.
Ketika terjadi perbedaan di antara umat, para tokoh sejak tingkat kampung sampai tokoh nasional
segera membalut luka akibat perbedaan itu dengan sebuah hadis palsu:
ة مح ر ت م أ ف ال ت خ ا Perbedaan umatku itu adalah rahmat!
Abdurrozzak Al Mahdi, pentahsis hadis pada Tafsir Al-Jami li Ahkamil Quran karya Al-Qurthubi
(1997: 4/156) menyatakan bahwa hadis tersebut tidak ada sumbernya.
Perbedaan penetapan awal Ramadan dan lebaran yang terus terjadi dan akan terus terjadi seperti
sebuah proses mencari jawaban dari sebuah tugas besar. Ayat Al-Quran sudah sedemikian terbuka
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 28
di depan kita, hadis-hadis Rasulullah SAW tentang hal itu juga sudah ada di genggaman tangan
umat Islam, juga kemajuan teknologi hisab sedemikian mudah setiap orang bisa menggunakannya.
Solusinya tinggal menyepakati metode apa yang paling pas untuk kita yang hidup di zaman canggih
ini agar serempak dalam penetapan awal Ramadan dan lebaran tanpa melanggar. Dalam hal ini
Kementerian Agama RI yang harus terus dan terus menjemput bola pemikiran dari seluruh pribadi
dan ormas Islam yang peduli terhadap persoalan besar umat Islam ini untuk.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 29
PERBEDAAN LEBARAN
A. Allah SWT dan Rasulullah SAW Menghendaki Lebaran Serempak
Satu, bersatu, dan kesatuan adalah nilai yang sangat dijunjung tinggi dalam Islam. Satu Tuhan, satu
Rasul, satu Al-Quran, dan satu Kiblat. Allah SWT menyuruh agar kita berpegang kuat terhadap
Islam dan jangan terpecah belah.
Demikian juga dalam berlebaran, kita diharuskan serempak dalam pelaksanaannya, baik Idul Adha
atau Idul Fitri. Rasulullah SAW bersabda:
يد حدث نا مد بن المنكدر عن أب ىري رة ذكر عن م محاد حدث نا ممد بن عب وفطركم ي وم ت فطرون وأضحاكم ي وم » النب صلى اهلل عليو وسلم فيو قال
ع حر وكل ج تضح ون وكل عرفة موقف وكل من منحر وكل فجاج مكة من ( أبو داود:) .موقف
Bercerita kepada kami Muhammad bin Ubaid, bercerita kepada kami Hammad, dari Muhammad bin Munkadir, dari Abi Hurairah, ia menuturkan Nabi SAW dalam lebaran. Beliau bersabda: “Idul Fitri kalian adalah di hari kalian beridul Fitri. Idul Adha kalian
adalah di hari kalian beridul Adha. Seluruh Arafah tempat wukuf, seluruh Mina tempat menyembelih, seluruh jalanan Makkah tempat menyembelih, seluruh Muzdalifah tempat
wukuf.” (HR. Abu Daud: 2326)
Hadis ini dinyatakan sahih oleh Syekh Albani.
Hadis yang senada juga terdapat dalam HR. Ibnu Majah: 1660. Bahkan beliau memberi komentar
(1990: 1/344), “Idul Fitri kalian adalah di hari kalian beridul Fitri”, maksudnya: Masalah Idul Fitri
bukan masalah individu dan tidak diperkenankan untuk sendiri-sendiri. Urusannya diserahkan
kepada imam dan jamaah.”
Permasalahan sekarang tentu berbeda dengan permasalah di zaman Rasulullah SAW. Memahami
hadis ini juga berbeda dan tidak sesederhana antara zaman Rasulullah SAW, zaman Ibnu Majah
(209-273 H/824-887 M), dan zaman kita di era global sekarang.
Kondisi lebaran pada zaman Rasulullah SAW:
1. Ada Rasulullah SAW sebagai pemimpin tunggal.
2. Masyarakat terbatas di Madinah dan sekitarnya.
3. Tidak terkotak oleh golongan dan aliran.
4. Komunikasi dari mulut ke mulut dengan lingkup sebaran informasi yang terbatas.
III
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 30
Karena terbatas dan sederhananya masalah, umat Islam bisa lebaran secara serempak. Berbeda
dengan sekarang. Ketika Rasulullah SAW bersabda sepaya umat Islam berlebaran secara serempak,
kita umat Islam hampir tidak bisa melaksanakannya. Sebabnya:
1. Pemahaman “pemimpin” beragam; pemerintah, ormas, kiai.
2. Masyarakat muslim sedemikian kompleks dan tersebar di seluruh dunia.
3. Terkotak-kotak oleh batas negara, golongan, dan aliran.
4. Komukasi dan informasi tanpa sekat dan batas.
Terlepas dari itu semua, berlebaran serentak dan umat Islam mempunyai kalender tunggal seperti
umat Nasrani sudah menjadi cita-cita dan terhujam dalam diri setiap umat Islam. Sumbangsih
pemikiran dari semua hamba Allah SWT yang memiliki kemampuan untuk mewujudkannya
seharusnya diakomodir oleh pemerintah.
B. Perbedaan Bukan Karena Selisih Hasil Perhitungan Ilmu Falak
Keteraturan benda langit yang berjalan pada porosnya adalah di antara kesempurnaan dari tanda
keagungan Allah SWT. Terutama interaksi bulan sebagai planet bumi mengitari bumi yang
dijadikan patokan penanggalan umat Islam.
Allah SWT berfirman dalam QS. Yasin: 39.
ەئ ەئ وئ وئ ۇئ ۇئ ۆئ ۆئDan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
Keteraturan bulan dan bumi yang berjalan pada porosnya, dipadukan kemampuan umat manusia
dalam menghitung gerak dan laju bulan dan bumi, serta kemajuan teknologi di bidang ruang
angkasa dan optik telah mengantarkan kita umat manusia sekarang dalam peradaban pengetahuan
ilmu falak dengan akurasi yang sangat tinggi.
Seiring perjalanan waktu, kemajuan teknologi dan kelengkapan data mengantarkan akurasi kitab
panduan hisab terakhir lebih akurat jika dibanding kitab panduan hisab sebelumnya. Panduan Hisab
Nurul Anwar karya KH. Nur Ahmad Shidiq Jepara (1932-2012) memiliki akurasi yang lebih tinggi
dibanding kitab panduan hisab Sullamu al Munayirain karya KH. Muhammad Manshur bin Abdul
Hamid Jakarta (1878-1968).
Jika 40 tahun yang lalu menghitung arah kiblat, waktu salat, gerhana dan kemunculan hilal
menggunakan panduan kitab falak terasa sulit, sekarang dengan berbagai software falak siapa pun
bisa mengetahui semua itu dengan mudah dilengkapi dengan visualnya. Kita bisa mengetahui
kemunculan hilal untuk ratusan tahun mendatang di berbagai tempat di belahan dunia.
Jika kita menggunakan software falak seperti Accurate Time, stellarium, Mawaqit, New Comb,
Almanac Nautica, Astronomical Almanac dan lainnya, hasil data hisab yang diperoleh dari berbagai
software tersebut menyajikan angka-angka yang hampir sama. Artinya, kemajuan teknologi dan
kemampuan menghitung umat manusia terhadap benda langit (hisab) telah sampai kepada titik
ketepatan.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 31
Kita bisa mendapat data hisab ratusan tahun yang lalu dan dan ratusan tahun mendatang.
Contoh:
Tahun 1945
1 Ramadan 1945
Ijtima Rabu, 8 Agustus 1945 Jam 07:32 WIB
Usia Bulan di Jakarta : +10H 23M
Tinggi Bulan di Jakarta : +04°:47':37"
1 Ramadan 1364 H : Kamis, 9 Agustus 1945
9 Ramadan 1364 H : Jum‟at, 17 Agustus 1945
Tahun2045
1 Ramadan 1467/2045
Ijtima: Jum‟at, 14/07/2045 Jam 17:28 WIB
Jum‟at, 14/07/2045 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan -00°:33':24" +02°:39':13"
Usia Bulan +00H 25M +05H 41M
Sabtu, 15/07/2045
Tinggi Bulan +13°:29':58" +13°:41':17"
Usia Bulan +24J 25M +29J 41M
1 Syawal 1467/2045
Ijtima: Ahad, 13/08/2045 Jam 00:39 WIB
Sabtu, 12/08/2045 Jam 20:39 Waktu Makkah
Ahad, 13/08/2045 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +08°:52':16" +07°:43':26"
Usia Bulan +17J 16M +22J 16M
1 dan 10 Zulhijah 1467/2045
Ijtima: Selasa, 10/10/2045 Jam 17:37 WIB
Selasa, 10/10/2045 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan -02°:01':43" -02°:39':39"
Usia Bulan +00J 10M +04J 26M
Rabu, 11/10/2045
Tinggi Bulan +10°:40':57" +06°:33':37"
Usia Bulan +24J 10M +28J 25M
Semua data di atas diambil dari Accurate Time dari Islamic Crescents Obsevation Project (ICOP).
Ini kemajuan peradaban manusia dalam ilmu hisab yang semestinya jadi patokan penetapan awal
Ramadan dan lebaran.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 32
Allah SWT berfirman dalam QS Yunus: 5.
ۇ ۇ ۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ ۋ ۅ ۅ ۉ
ەئ ەئ وئ وئ ۇئ ائې ې ې ى ى ائ ېۉ
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui.
Kita sekarang sudah sampai kepada peradaban hisab yang dimaksud ayat di atas. Rasulullah SAW
menetapkan awal Ramadan dan lebaran dengan rukyat karena pengetahuan hisab masih terbatas.
Ketika hisab menetapkan telah terjadi ijtima maka kita sudah masuk bulan baru. Titik.
Contoh
Telaah Kasus Tahun 2045
1 Ramadan 1467/2045
Ijtima: Jum‟at, 14/07/2045 Jam 17:28 WIB
Jum‟at, 14/07/2045 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan -00°:33':24" +02°:39':13"
Usia Bulan +00J 25M +05J 41M
Pengetahuan manusia dalam hisab sudah mengetahaui bahwa bulan baru (new moon) telah terjadi
pada Jum‟at, 14/07/2045 Jam 17:28 WIB atau 25 menit sebelum Gurub atau tenggelam matahari.
Malam Sabtu berarti malam pertama Ramadan dan Sabtu, 15/07/2045 M adalah 1 Ramadan 1467
H. Mudah dan pasti.
Dari data di atas akan melahirkan permasalahan akibat berbagai interpretasi terhadap hadis
Rasulullah SAW.
1. Teori Wujudul Hilal (WH) akan menetapkan 1 Ramadan hari Ahad karena hilal di bawah
ufuk (-00°:33':24"). Penulis tidak mengerti, jika teori WH mengklaim berdasar kepada
metode hisab, kenapa harus ada syarat di atas ufuk +000? Syarat hilal di atas ufuk sudah
berbau rukyat. Jika memilih metode hisab gunakan hisab secara murni, jika menggunakan
rukyat gunakan rukyat sesuai sunah Rasulullah SAW.
2. Teori Imkanur Rukyat (IR) akan menetapkan 1 Ramadan hari Ahad karena hilal tidak
mungkin terlihat. Permasalahan terjadi jika tingggi hilal +020. Tingggi hilal +020 tak
mungkin bisa di amati meskipun menggunakan alat bantu tapi teori IR akan menetapkan
awal bulan jika tingggi hilal +020.
3. Di Saudi Arabia penetapan awal Ramadan dan lebaran berdasarkan metode rukyat. Tinggi
hilal +02°:39':13" tak mungkin diamati. Tapi melihat data empiris, juru rukyat Saudi Arabia
pernah menetapkan awal Ramadan dan lebaran ketika hilal di bawah ufuk.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 33
Hisab Pasti : Sabtu, 15 Juli 2045
Imkanur Rukyat : Ahad, 16 Juli 2045
Wujudul Hilal : Ahad, 16 Juli 2045
Rukyat Saudi : Sabtu, 15 Juli 2045
Sekali lagi, jika kita menggunakan software lain, kita akan mendapatkan data angka yang relatif
sama. Ini artinya, umat manusia sudah sampai dalam peradaban pengetahuan yang tinggi dalam
hisab. Perbedaan penetapan awal Ramadan dan lebaran bukan karena teori perhitungan tapi
perbedaan memahami dan menafsirkan dalil hukum yang bersumber dari Al-Quran dan sunah
Rasulullah SAW.
C. Kenapa Umat Islam Lebaran Berbeda?
Umat Islam di Indonesia terlebih di dunia setiap lebaran selalui menyaksikan perbedaan ketika
penetapan awal Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha. Kondisi seperti ini telah lama berlangsung dan
akan terus berlangsung. Kita memuji syukur, perbedaan lebaran yang terjadi di antara kita tak
melahirkan benturan horizontal antar umat Islam yang berbeda akibat kedewasaan berpikir dan rasa
toleran yang tinggi. Tapi, dari sudut syiar dan nilai peratuan, perbedaan itu sangat disayangkan.
Berbagai pihak telah berusaha mengerahkan segenap kemampuan intelektual agar lebaran itu bisa
dilaksanakan secara serempak.
1. Tidak Komprehensif dalam Memahami Sumber Hukum
Umat Islam sedunia sangat merindukan berlebaran serempak. Kerinduan masyarakat awam
terhadap serempak lebaran berakhir dengan ketidakmengertian dan bertanya dalam hati, “Kenapa
lebaran beda?”
Kerinduan masyarakat berpendidikan dan pimpinan ormas keagamaan akan lebaran serempak
berakhir dengan banyak pertanyaan ketika pada kenyataan lebaran berbeda, “Kenapa mereka
demikian? kenapa mereka tidak mengikuti kita?”
Perselisihan dalam satu urusan termasuk penetapan awal bulan semestinya dikembalikan kepada
Allah SWT dan Rasulullah SAW. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Annisa: 59.
جئ حئ مئ ىئ يئ جب حب یۈئ ېئ ېئ ېئ ىئ ىئ ىئ ی ی ی
ىت يت جث مث ىث متخب مب ىب يب جت حت ختHai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Dalam penetapan awal bulan, para ulama yang tergabung di berbagai ormas bersama pemerintah
mengaku bahwa mereka telah bertindak benar dan mengembalikan apa yang diputuskannya kepada
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 34
Al-Quran dan Sunah. Lantas, kenapa ketika semuanya merasa sudah berusaha mengembalikan
kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW masih terjadi perbedaan penetapan awal bulan?
Dari ayat tadi kita bisa membuat silogisme hipotesis:
Jika berselisih dalam satu urusan kembalikanlah kepada Allah SWT (Al-Quran) dan
Rasulullah SAW (Sunah).
Sudah dikembalikan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW tapi tetap berselisih.
Di antara hipotesisnya:
1. Kita mengembalikan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW tidak komprehensif.
2. Pengetahuan kita parsial dan tidak utuh dalam memahami konteks.
3. Ada muatan lain selain mencari kebenaran.
Supaya umat Islam berlebaran serempak di tengah perselisihan yang terus terjadi, umat Islam
(ulama dan pemerintah) harus mengembalikan persoalan ini kepada Al-Quran dan Sunah secara
konprehensif dengan mengedepankan pikiran konstruktif: bagaimana kita bisa lebaran serempak
sebagaimana yang diperintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Sumber hukum Islam yang utama ada dua, yaitu Al-Quran dan Sunah Rasulullah SAW.
a. Ayat Al-Quran tentang Puasa dan Penanggalan
1. QS Al Baqarah: 185
ڳ ڳ ڱ ڱ ڱ ڱ ں ں ڻ ڻ ڻ
ھ ھ ھ ے ے ۓ ۓ ﮲ ھۀ ہ ہ ہ ہ ۀڻ
﮾ ﮿ ﮵﮳ ﮴ ﮽ ﮷ ﮸ ﮹ ﮺ ﮻ ﮼ ﮶
﯀ ﯁ (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu,
dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Penjelasan
1. Para mufasir menjelaskan kalimat:
ھۀ ہ ہ ہ ہ
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 35
barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,
Tidak ada yang memberi pemahaman dengan:
barangsiapa di antara kamu menyaksikan bulan, maka hendaklah ia berpuasa pada
bulan itu.
2. Bagi orang mukmin, tidak ada kesulitan dalam pelaksnaan puasa. Bagi yang sakit atau sedang
bepergian tidak usah memaksakan puasa. Allah SWT memberi kita keringanan dengan
mengulangnya di hari lain.
﮷ ﮸ ﮹ ﮺ ﮻ ﮼ ﮽ ﮶
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Yang kita rasakan sekarang, kesulitan terjadi bukan pada perintah puasanya, tapi ketika kita
menentukan awal pelaksanaan puasa dan akhirnya. Bukan kesulitan sebenarnya, tapi
kebingungan umat. Umat Islam belum bisa serempak dalam penetapan waktunya; satu hari,
satu tangggal, seluruh dunia.
Allah SWT tidak menghendaki kesulitan bagi kita. Umat Islam harus mencari formula yang
paling mudah dan global sehingga umat Islam serempak dalam penetapan awal bulan dan
lebaran.
2. QS. Al Baqarah: 189.
﮸ ﮹ ﮺ ﮻ ﮼ ﮽ ﮷﮲ ﮳ ﮴ ﮵ ﮶ ۓے ے ۓ
﮾ ﮿ ﯀ ﯁
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu beruntung.
Ahillah (أههح) adalah bentuk jama dari Hilal (هالل). Imam Hakim (285-378 H/898-988 M)
dalam Al Mustadrak (1990:584) meriwayat hadis tentang Hilal .
م اص ع و ب ب ثنا أ ع ال م بن ان ي ح ن ب د مح ي ثنا أ اض الق د مح أ بن م ر ك ا م ن ر ب خ أ ل و س ر ن ا : أ م ه ن اهلل ع ي ض ر ر م ع ابن ن ع ع اف ثنا ن اد و ر ب أ ن ب ز ي ز ع ال د ب ثنا ع
ه و م ت ي أ ا ر ذ إ ف ت ي اق و م ة ل ى ال ل ع ج د ق اهلل ن : إ ال عليو و سلم ق ى اهلل ل ص اهلل
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 36
ل ر ه ال ن وا أ م ل اع و و وا ل ر د اق ف م ك ي ل ع م غ ن إ وا ف ر ط اف ف ه و م ت ي أ ا ر ذ إ ا و و م و ص ف ي ث ال ى ث ل ع د ي ز ت
عبد العزيز بن أب مل خيرجاه و ىذا حديث صحيح اإلسناد على رطهما و ) (رواد عابد جمتهد ريف البيت
Mukrim bin Ahmad Al Qadhi telah memberitahu kami, telah bercerita kepada kami Ahmad bin Hayyan bin Mulaib, telah bercerita kepada kami Abu Ashim, telah bercerita kepada kami Abdul Aziz bin Abi Rawad, telah bercerita kepada kami Nafi dari Ibnu
Umar RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah telah menjadikan hilal sebagai tanda-tanda waktu. Jika kalian melihatnya maka puasalah,
jika kalian melihatnya maka berlebaranlah. Jika kalian diliputi mendung maka perkirakanlah. Ketahuilah bahwa bulan itu tak lebih 30 hari.
(Ini hadis bersanad sahih memenuhi yang disyaratkan oleh Bukhari dan Muslim.
Keduanya tak mencantumkan (dalam kitab sahihnya). Abdul Aziz bi Abi Rawad adalah
seorang ahli ibadah dan mujtahid di Masjidil Haram)
3. QS Yasin: 37-40.
ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ ۋ ۅ ۅ ۉ ۉ ې ۇ ۆ
ې ى ى ائ ائ ەئ ەئ وئ وئ ۇئ ۇئ ۆئ ېې
حئ مئ ىئ یۆئ ۈئ ۈئ ېئ ېئ ېئ ىئ ىئ ىئ ی ی ی جئ
يئ
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam
kegelapan.
Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
Kita sebagai makhluk Allah SWT yang tinggal di bumi menatap bulan dan matahari sebagai benda
langit yang utuh. Terjadinya malam dan siang karena berinteraksinya bulan-bumi-matahari. Tapi
tidak ketika kita menatap bumi yang kita tinggali. Mungkin karena kecilnya kita dan terbatasnya
jangkauan ilmu pengetahuan dibanding dengan besarnya bumi yang kita huni, kita menatap planet
bumi ini terkotak-kotak oleh banyaknya batasan; teritorial, negara, ekonomi, politik, dan mazhab.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 37
Bahkan ketika kita masuk peradaban teknologi seperti sekarang, ketika bumi yang besar ini terasa
kecil seperti bola karena teknologi komunikasi yang membuat arus informasi tanpa sekat, kita
masih mengkotakkan bumi ini seperti tanah kavling; bukan sebagai satu bumi yang utuh
sebagaimana kita menatap bulan dan matahari.
b. 8 (Delapan) Pengelompokan Hadis tentang awal Ramadan dan lebaran
Agar kita bisa keluar dari perselisihan dalam penetapan awal bulan dan lebaran, hal yang harus kita
lakukan adalah mengkaji seluruh hadis Rasulullah SAW tentang puasa dan lebaran yang terdapat
dalam kitab-kitab hadis. Kita juga harus mengembangkan pemahaman hadis Rasulullah SAW
secara siyaki ( ) atau kontekstual disamping memahaminya secara nash (ساق ص ) atau tekstual.
Penulis telah membaca kitab-kitab hadis Rasulullah SAW karya para salafus shalih tentang puasa.
Di antara kitab-kitab hadis tersebut adalah:
1. Sahih Bukhari
2. Sahih Muslim
3. Sunan Abu Daud
4. Sunan Turmuzi
5. Sunan Ibnu Majah
6. Sunan Nasa‟i
7. Muwattha Imam Malik
8. Al Mustadrak Imam Hakim
Umumnya, ketika kita membaca hadis tentang puasa, di dalamnya terdapat juga cara penetapan
awal puasa, lebaran dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan lebaran di zaman Rasulullah
SAW dan para sahabat.
Dari ratusan hadis yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut. Secara tematis penulis
mengklasifikasikan hadis tentang puasa dalam 8 (delapan) kelompok. Untuk setiap kelompok
penulis cantumkan masing-masing 2 hadis.
1. Lebaran Harus Serempak
يد حدث نا محاد عن ممد بن -ف حديث أي وب -حدث نا ممد بن عب وفطركم ي وم : فيو قال عن أب ىري رة ذكر النب صلى اهلل عليو وسلمالمنكدر
ت فطرون وأضحاكم ي وم تضح ون وكل عرفة موقف وكل من منحر وكل فجاج ( أبو داود:)مكة منحر وكل جع موقف
.
Bercerita kepada kami Muhammad bin Ubaid, bercerita kepada kami Hammad, -dalam hadis Ayyub- dari Muhammad bin Munkadir, dari Abi Hurairah, ia menuturkan
Nabi SAW dalam lebaran. Beliau bersabda: “Idul Fitri kalian adalah di hari kalian beridul Fitri. Idul Adha kalian adalah di hari kalian beridul Adha. Seluruh Arafah
tempat wukuf, seluruh Mina tempat menyembelih, seluruh jalanan Makkah tempat menyembelih, seluruh Muzdalifah tempat wukuf.”
ا ن ث د ى ح س ي ع ن ب اق ح س ا إ ن ث د ح ئ ر ق م ال ر م ع بن أب ر م ع بن د م ا م ن ث د ح .
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 38
ل و س ر ال : ق ال ق ة ر ي ر ى ب أ ن ع ن ي ي س ن ب د م م ن ع ب و ي أ ن ع د ي ز ن د ب ا مح )سنن ن و ح ض ت م و ى ي ح ض ال و ن و ر ط ف ت م و ي ر ط ف ل ا :م ل س و و ي ل ع ى اهلل ل اهلل ص
( و:إبن ماج Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Umar bin Abi Umar Al Mukri, telah
bercerita kepada kami Ishak bin Isa, telah bercerita kepada kami Hammad bin Zaid, dari Ayyub, dari Muhammad bin Sirin, dari Abi Hurairah, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW : Idul Fitri adalah hari kalian beridul fitri, Idul Adha adalah hari
kalian beridul adha.
2. Larangan Puasa di Hari Syak (keraguan)
المحر عن عمرو بن ق يس حدث نا ممد بن عبد اللو بن ني حدث نا أبو خالد وم الذى يشك فيو فأتى عن أب إسحاق عن صلة قال كنا عند عمار ف الي وم ف قد عصى أبا بشاة ف ت نحى ب عض القوم ف قال عمار من صام ىذا الي
( )سنن أبو داود: ى اهلل عليو وسلمالقاسم صل
.
Bercerita kepada kami Muhammad bin Abdillah bin Numair, Bercerita kepada kami Abu Khalid Al Ahmar, dari Amar bin Qais, dari Abi Ishak, dari Shilah, ia berkata:
Kami pernah bersama Ammar pada satu hari yang diragukan (syak). Maka dihidangkanlah kambing dan sebagian orang menyingkir. Ammar berkata: siapa yang puasa hari ini, sungguh ia durhaka kepada Abu Qasim (Rasulullah SAW)
و ر م ع ن ع ر مح د ال ل ا و خ ب ا أ ن ث د ح ج ال د ي ع س ن ب اهلل د ب ع د ي ع س و ب ا أ ن ث د ح ن ب ار م ع د ن ا ع ن ك ال : ق ر ف ز ن ب ة ل ص ن ع ق ح س إ ب أ ن ع ي ئ ال م ال س ي ق ن ب ال ق ف م ائ ص ن إ ال ق ف م و ق ال ض ع ى ب ح ن ت وا ف ل ك ال ق ف ة ي ل ص م اة ش ب ى ت أ ف ر اس ي
ى اهلل ل ص م اس ق ا ال ب ى أ ص ع د ق ف اس الن و ب ك ش ي ي ذ ال م و ي ال ام ص ن م ار م ع ()سنن الرتمذي: عليو وسلم
.
Bercerita kepada kami Abu Said Abdullah bin Said Al Asyaj, bercerita kepada kami Abu Khalid Al Ahmar, dari Amar bin Qais Al Mula‟i, dari Abi Ishak, dari Shilah bin
Zufar, ia berkata: Kami pernah bersama Ammar bin Yasir dan dihidangkan kambing yang dibakar. Ia berkata: Makanlah! Maka orang menyingkir dan berkata: aku puasa.
Maka Amar berkata: Siapa yang puasa di hari ragu (syak), sungguh ia durhaka kepada Abu Qasim (Rasulullah SAW)
Hari Syak: hari yang mengandung keraguan apakah hari terakhir tanggal 30 atau hari pertama tanggal 1 di bulan baru.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 39
3. Larangan Puasa di Hari Raya
قال ق رأت على مالك عن ممد بن يي بن حبان عن وحدث نا يي بن يي العرج عن أب ىري رة رضى اهلل عنو أن رسول اللو صلى اهلل عليو وسلم ن هى
( :مسلم)ضحى وي وم الفطر.عن صيام ي ومي ي وم ال
.
Bercerita kepada kami Yahya bin Yahya, ia berkata: Aku membacakan kepada Malik, dari Muhammad bin Yahya bin Hibban, dari Al A‟raj, dari Abi Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW melarang puasa dua hari, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.
عن مالك عن ممد بن يي بن حبان عن العرج عن أب ىري رة حدثن يي أن رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ن هى عن صيام ي ومي ي وم الفطر وي وم
()موطأ مالك: الضحى
.
Bercerita kepadaku Yahya, dari Malik, dari Muhammad bin Yahya bin Hibban, dari
Al A‟raj, dari Abi Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW melarang puasa dua hari, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.
4. Jumlah Hari dalam Satu Bulan 29 dan 30. Penentuan Awal Ramadan dan Idul
Fitri Harus Melihat Hilal. Jika Tidak Berhasil Sempurnakan 30 Hari
ي ض ر ر م ع ن ب اهلل د ب ع ن ع ع اف ن ن ع ك ال م ن ع ة م ل س م ن ب اهلل د ب ا ع ن ث د ح ا و م و ص ت ل ال ق ف ان ض م ر ر ك ى اهلل عليو وسلم ذ اهلل صل ل و س ر ن ا أ م ه ن اهلل ع
)صحيح و وا ل ر د اق ف م ك ي ل ع م غ ن إ ف ه و ر ت ت وا ح ر ط ف ت ل و ل ال ا اهل و ر ت ت ح ( البخاري:
.
Bercerita kepada kami Abdullah bin Maslamah, dari Malik, dari Nafi, dari Abdullah bin Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bercerita tentang Ramadan. Beliau bersabda: Kalian jangan puasa hingga melihat hilal, dan jangan beridul fitri hingga melihatnya.
Jika mendung meliputi kalian maka ukurlah.
يد اللو عن نافع عن يبة حدث نا أبو أسامة حدث نا عب حدث نا أبو بكر بن أب ذكر رمضان ابن عمر رضى اهلل عنهما أن رسول اللو صلى اهلل عليو وسلم
الشهر ىكذا وىكذا وىكذا ث عقد إب هامو ف الثالثة : ديو ف قال فضرب بي )صحيح فصوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو فإن أغمى عليكم فاقدروا لو ثالثي
( مسلم:
.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 40
Bercerita kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, Bercerita kepada kami Abu Usamah, Bercerita kepada kami Ubaidillah, dari Nafi, dari Abdullah bin Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bercerita tentang Ramadan. Beliau menepuk dengan kedua
tangannya dan bersabda: Bulan itu begini-begini sambil menekuk jempolnya pada kali ke tiga. Maka puasalah kalian karena melihat hilal dan beridul fitri karena melihatnya.
jika mendung meliputi kalian maka ukurlah 30 hari.
5. Pada Masa Rasulullah SAW, Puasa Lebih Sering 29 Hari dari pada 30 Hari حدث نا أمحد بن منيع عن ابن أب زائدة عن عيسى بن دينار عن أبيو عن
عمرو بن الارث بن أب ضرار عن ابن مسعود قال لما صمنا مع النب صلى )سنن أبو داود: وعشرين أكث ر ما صمنا معو ثالثي اهلل عليو وسلم تسعا
)
.
Bercerita kepada kami Ahmad bin Muni, dari Ibnu Abi Zaidah, dari Isa bin Dinar, dari
ayahnya, dari Umar bin Harits bin Abi Dhirar, dari Ibnu Mas‟ud, ia berkata: Ketika kami puasa bersama Nabi SAW, kami puasa 29 hari lebih sering bersamanya daripada 30 hari.
ن ع ي ر ي ر ا اجل ن ث د ح ن ز م ال ك ال م ن ب م اس ق ا ال ن ث د ى ح س و م ن ب د اى ا جم ن ث د ح اهلل صلى اهلل عليو ل و س ر د ه ى ع ل ع ان م ا ص م ال : ق ة ر ي ر ى ب أ ن ع ة ر ض ن ب أ
()سنن إبن ماجو: ي ث ال ا ث ن م ا ص م ر ث ك أ ن ي ر ش ع ا و ع س وسلم ت
.
Bercerita kepada kami Mujahid bin Musa, bercerita kepada kami Al Qasim bin Malik
Al Muzani, bercerita kepada kami Al Jurairi, dari Abi Nadhrah, dari Abi Hurairah, ia berkata: Kami puasa pada masa Rasulullah SAW 29 hari lebih sering dari kami puasa 30 hari.
6. Rasulullah SAW Membatalkan Puasa Tanggal 30 Karena Ada Kesaksian Rukyat حدث نا مسدد وخلف بن ىشام المقرئ قال حدث نا أبو عوانة عن منصور عن
قال اهلل عليو وسلمجل من أصحاب النب صلى ربعى بن حراش عن ر لف الناس ف آخر ي وم من رمضان ف قدم أعرابيان فشهدا عند رس ول اللو اخت
ول اللو صلى اهلل باللو لىال اهلالل أمس عشية فأمر رس صلى اهلل عليو وسلم فطروا زاد خلف ف حديثو وأن ي غدوا إىل مصالىم.الناس أن ي عليو وسلم
.
Bercerita kepada kami Musaddad dan Khalaf bin Hisyam Al Muqri, keduanya berkata: Bercerita kepada kami Bercerita Abu Awanah, dari Manshur, dari Rib‟i bin Hiras,
dari seorang sahabat Nabi SAW. Ia berkata: Orang-orang berselisih di akhir hari Ramadan. Maka datang dua badwi dan bersaksi di hadapan Rasulullah SAW dengan
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 41
bersumpah demi Allah keduanya melihat hilal kemarin sore. Maka Rasulullah SAW memerintah orang-orang supaya berbuka. Khalaf menambahkan dalam hadisnya: dan agar mereka pergi ke tempat salat.
ب أ ن ب ر ك و ب ب ا أ ن ث د ح ن ب ي م ع ب أ ن ع ر ش ب ب أ ن ع م ي ش ا ى ن ث د ح ة ب ي اهلل ل و س ر اب ح ص أ ن م ار ص ن ال ن م ت م و م ع ن ث د ح ال ق ك ال م ن ب س ن أ
ا. ام ي ا ص ن ح ب ص أ . ف ال و ل ال ا ى ن ي ل ى ع م غ وا: أ ال صلى اهلل عليو و سلم ق ا و أ ر م ه ن صلى اهلل عليو وسلم أ ب الن د ن وا ع د ه ش ف ار ه الن ر آخ ن م ب ك ر اء ج ف
ن أ وا و ر ط ف ي ن ى اهلل عليو وسلم أ ل ص اهلل ل و س ر م ى ر م أ . ف س م ال ب ل ال اهل ()سنن ابن ماجو: د غ ال ن م م ى د ي ع ىل إ وا ج ر خي
.
Bercerita kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, bercerita kepada kami Hasyim, dari Abi Bisyr, dari Abi Umair bin Anas bin Malik, ia berkata: bercerita kepadaku
paman-pamanku dari kalangan anshar, mereka shabat-sahabat Rasulullah SAW . mereka berkata: Kami tidak melihat hilal Syawal. Paginya kami puasa. Kemudian datang kafilah di penghujung hari dan memberi kesaksian di depan Nabi SAW bahwa
mereka melihat hilal kemarin. Maka Rasulullah SAW memerintahkan mereka berbuka, dan keluar untuk Id-nya besok hari.
7. Perbedaan Penetapan Awal Bulan Sudah Terjadi Sejak Khalifah Utsman bin
Affan
يبة وابن حجر قال يي بن يي حدث نا يي بن يي ويي بن أي وب وق ت رنا وقال اآلخرون حدث نا إساعيل وىو ابن جعفر عن ممد وىو ابن أب أخب
حرملة عن كريب أن أم الفضل بنت الارث ب عثتو إىل معاوية بالشام قال ها واستهل على رمضان وأنا بالشام ف رأيت ف قدمت الشام ف قضيت حاجت
لة اجلمعة ث قد مت المدينة ف آخر الشهر فسألن عبد اللو بن اهلالل لي عباس رضى اهلل عنهما ث ذكر اهلالل ف قال مت رأي تم اهلالل ف قلت رأي ناه
لة اجلمعة. ف قال أنت رأي تو ف قلت ن عم ورآه الناس وصاموا وصام معاوية. لي لة السبت فال ن زال نصوم حت نكمل ثالثي أو ن راه. ف قال لكنا رأي ناه لي ف قلت أول تكتفى برؤية معاوية وصيامو ف قال ل ىكذا أمرنا رسول اللو صلى
( )صحيح مسلم : اهلل عليو وسلم
.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 42
Bercerita kepada kami Yahya bin Yahya dan Yahya bin Ayyub dan Kutaibah bin Hujr. Berkata Yahya bin Yahya: mengabarkan kepada kami -yang lain bercerita kepada kami- Ismail -ia putra Ja‟far- dari Muhammad -ia putra Ibnu Abi Harmalah- dari
Kuraib, bahwa Ummi Fadhl binti Al Haris pernah mengutus dia ke Muawiyyah di Syam. Kata Kuraib: “Aku datang ke Syam dan aku sampaikan pesanUmmu Fadhl.
Awal Ramadan tiba ketika aku berada di Syam. Aku melihat hilal pada malam Jum‟at. Lalu aku sampai kembali di Madinah pada akhir bulan.” Kemudian Abdullah bin Abbas menanyaiku dan bercerita tentang hilal. Dia berkata: “Kapan Kamu melihat
hilal?” Aku jawab: “Kami melihat hilal pada malam Jum‟at”. Dia bertanya: “Apa Kamu melihatnya?” Aku jawab: “Ya. Orang-orang juga melihatnya. Mereka kemudian
berpuasa termasuk Muawiyah!” Dia (Ibnu Abbas) berkata: “Tapi kami melihatnya pada malam Sabtu, makanya kami masih berpuasa hingga genap 30 hari kecuali kami melihat hilal!” Aku bertanya: “Apa Anda tidak cukup dengan rukyah dan puasanya
Muawiyah?”, Dia menjawab: “Tidak! Seperti itulah Rasulullah SAW memerintahkan kita”.
ة ل م ر ح ب أ ن ب د م ا م ن ث د ح ر ف ع ج ن ب ل ي اع س ا إ ن ث د ح ر ج ح ن ب ي ل ا ع ن ث د ح ال ق ام الش ب ة ي او ع م ىل إ و ت ث ع ب ث ار ال ت ن ب ل ض ف ال م أ ن : أ ب ي ر ك ن ر ب خ أ ام الش ا ب ن أ و ان ض م ر ل ال ى ي ل ع ل ه ت اس ا و ه ت اج ح ت ي ض ق ف ام الش ت م د ق ف اس ب ع ن اب ن ل أ س ف ر ه الش ر آخ ف ة ن ي د م ال ت م د ق ث ة ع م اجل ة ل ي ل ل ال ا اهل ن ي أ ر ف ت ن أ أ ال ق ف ة ع م اجل ة ل ي ل اه ن ي أ ر ت ل ق ؟ ف ل ال اهل م ت ي أ ر ت م ال ق ف ل ال اهل ر ك ذ ث اه ن ي أ ر ن ك ل ال ق ة ي او ع م ام ص ا و و ام ص و اس الن آه ر ت ل ق ؟ ف ة ع م اجل ة ل ي ل و ت ي أ ر ي ف ت ك ت ل أ ت ل ق ف اه ر ن و ا أ م و ي ي ث ال ث ل م ك ن ت ح م و ص ن ال ز ن ال ف ت ب الس ة ل ي ل سلم ى اهلل عليو و صل اهلل ل و س ا ر ن ر م ا أ ذ ك ى ل ال ؟ ق و ام ي ص و ة ي او ع م ة ي ؤ ر ب (سنن الرتمذي: )
.
Bercerita kepada kami Ali bin Hujr, bercerita kepada kami Ismail bin Ja‟far, bercerita
kepada kami Muhammad bin Abi Harmalah, telah memberitahu padaku Kuraib, bahwa Ummi Fadhl binti Al Haris telah mengutusnya ke Muawiyyah di Syam. Kata Kuraib: “Aku datang ke Syam dan aku tunaikan keperluan Ummi Fadhal. Hilal Ramadan
muncul dan aku di Syam. Kami melihat hilal pada malam Jum‟at. Lalu aku sampai kembali di Madinah pada akhir bulan.” Kemudian Abdullah bin Abbas bercerita
tentang hilal. Dia berkata: “Kapan Kamu melihat hilal?” Aku jawab: “Kami melihat hilal pada malam Jum‟at”. Dia bertanya: “Apa Kamu melihatnya?” Aku jawab: “Ya. Orang-orang juga melihatnya. Mereka kemudian berpuasa termasuk Muawiyah!” Dia
(Ibnu Abbas) berkata: “Tapi kami melihatnya pada malam Sabtu, makanya kami masih berpuasa hingga genap 30 hari kecuali kami melihat hilal!” Aku bertanya: “Apa Anda
tidak cukup dengan rukyah dan puasanya Muawiyah?”, Dia menjawab: “Tidak! Seperti itulah Rasulullah SAW memerintahkan kita”.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 43
8. Pada Masa Rasulullah SAW, Pengetahuan Orang Arab Tentang Hisab Sangat
Terbatas (Ummi)
ن ث د ح م ا آد ن ث د ح و ن و أ ر م ع ن ب د ي ع ا س ن ث د ح س ي ق ن ب د و س ا ال ن ث د ح ة ب ع ا ة م ا أ ن إ :ال ق و ن صلى اهلل عليو وسلم أ ب الن ن اهلل عنهما ع ي ض ر ر م ع ن اب ع س ل و ب ت ك ن ل ة ي م أ ة ر م و ن ي ر ش ع و ة ع س ت ة ر م ن ع ا. ي ذ ك ا ى ذ ك ى ر ه الش ب س ( )صحيح البخاري: ي ث ال ث
) أمة ( جاعة العرب. ) أمية ( ل تقرأ ول تكتب نسبة إىل الم أي رح:الالة الت ولدتنا عليها المهات. ) ل نكتب ( قليل فينا من يكتب. ) ول سب ( ل نعرف حساب النجوم وتسييىا فلم نكلف ف مواقيت عباداتنا
اج فيو إىل معرفة حساب ول كتابةما يت
.
Bercerita kepada kami Adam, bercerita kepada kami Syu‟bah, bercerita kepada kami
Aswad bi Qais, bercerita kepada kami Said bin Amr, bahwa ia mendengar Ibnu Umar RA dari Nabi SAW bersabda: Kami umat ummi, kami tidak bisa membaca dan kami tidak bisa menulis. Satu bulan itu begini begini. Maksudnya, sekali 29, sekali 30.
Penjelasan:
Umat: bangsa Arab Ummiyyah: tidak pandai menulis dan membaca. Dinisbatkan kepada “ibu”.
Maksudnya, keadaan di mana ibu melahirkan kita dalam keadaan itu.
Kami tidak bisa membaca: sedikit di antara kami yang bisa menulis Kami tidak bisa menulis: Kami tidak tahu perhitungan bintang dan peredarannya.
Kami tak membebankan perihal waktu ibadah kami kepada sesuatu yang butuh pengetahuan hitungan dan tulisan.
عبة وحدث نا ممد بن المث ن حدث نا أبو بكر بن أب يبة حدث نا غندر عن عبة عن السود وابن بشار قال ابن المث ن حدث نا ممد بن جعفر حدث نا
عت سعيد بن عمرو بن سعيد ع ابن عمر رضى اهلل بن ق يس قال س أنو سث عن النب صلى اهلل عليو وسلم قال ية ل نكتب ول :عنهما يد إنا أمة أم
وعقد اإلب هام ف الثالثة والشهر ىكذا -سب الشهر ىكذا وىكذا وىكذا ()صحيح مسلم: وىكذا. ي عن تام ثالثي. وىكذا
.
Bercerita kepada kami Abu Bakar bin Syaibah, bercerita kepada kami Gundar, dari
Syu‟bah, dan bercerita kepada kami Muhammad bin Musanna dan Ibnu Basyar. Berkata Ibnu Musanna, bercerita kepada kami Muhammad bin Ja‟far, becerita kepada
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 44
kami Syu‟bah, dari Al Aswad bin Qais, ia berkata: Aku mendengar Said bin Amr bin Abi Said bahwa ia mendengar Ibnu Umar RA bercerita dari Nabi SAW bersabda: Kami umat ummi, kami tidak bisa membaca dan kami tidak bisa menulis. Satu bulan
itu begini begini begini. Beliau melipat jempol pada kali ketiga. Dan satu bulan itu begini begini begini. Yaitu sempurna 30.
c. Konklusi Pemahaman dari Sumber Hukum Al-Quran dan Hadis
Dari sumber hukum tentang penetapan awal bulan dan lebaran yang datang dari Al-Quran dan
Sunah Rasulullah SAW di atas, penulis membuat konklusi sebagai berikut:
1. Allah SWT telah menciptakan bumi, bulan dan matahari masing-masing memiliki poros
baku dengan sangat teratur. Allah SWT telah menganugerahkan manusia akal dan pikiran.
Keteraturan benda langit yang berjalan pada porosnya dipadukan dengan kepandaian
manusia dalam matematika telah mengantarkan manusia kepada peradaban ilmu hisab yang
sangat akurat.
2. Allah SWT menghendaki kemudahan bagi umat Islam dalam beribadah dan tak
menghendaki kesulitan. Ilmu adalah sesuatu yang dipandang agung dalam Islam. Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bisa membuat manusia hidup mudah seharusnya digunakan
demi memudahkan dalam peribadatan. Misalnya:
a. Dalam penetapan waktu salat, kita tidak perlu merukyat matahari ke atas dan
mengukur bayang benda. Sekarang cukup menginstall aplikasi waktu salat di hp
lengkap dengan ringtone azan ketika waktu salat telah masuk.
b. Untuk penetapan arah kiblat, kita tak usah menghitung cosinus pada segitiga bola
berlembar-lembar kertas dan mencari kordinat ka‟bah dan tempat kita berada,
sekarang banyak aplikasi kiblat yang mudah dan akurat dan menentukan sendiri
dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Bahkan bisa memotret
masjid-masjid yang kurang tepat arah kiblatnya dengan citra sateli.
c. Untuk penetapan awal bulan dan lebaran bahkan sangat mudah karena kita sudah lama
mengetahui priode sinodis bulan adalah 29 hari 12 jam 44 menit 2 detik. Memilih
formula dan metode yang paling mudah dalam penetapan awal bulan dan lebaran
adalah perintah Allah SWT. Hanya, kita masih terjebak dalam perselisihan interpretasi
terhadap sumber hukum terutama hadis Rasulullah SAW dan cenderung menyulitkan
diri kita sendiri.
3. Puasa sunat di hari syak dikatagorikan sebagai kedurhakaan kepada Rasulullah SAW dan
puasa di hari lebaran hukumnya haram. Kita sekarang hampir setiap tahun saling
menyaksikan orang berpuasa di hari syak dan hari haram puasa. Yaitu ketika ada 2
kelompok atau lebih berbeda dalam penetapan awal Ramadan dan lebaran. Sungguh
kewajiban kita keluar dari kondisi ini sesegera mungkin.
4. Rasulullah SAW melakukan rukyat hilal untuk awal Ramadan dan lebaran karena
kemampuan menghitung (hisab) dan menulis masyarakat Arab waktu itu sangat sederhana,
sebatas tahu bahwa usia bulan itu antara 29 dan 30 hari. Hanya dengan rukyat langsung
( ح تانفعمؤانر ) mereka mengetahui awal bulan. Waktu itu belum ada pembagian waktu satu
hari 24 jam dan garis khayal bumi longitude dan latitude.
5. Dalam hadis riwayat Muslim, perbedaan lebaran sudah terjadi sejak zaman Muawiyah bin
Abi Sufyan menjadi gubernur di Syam pada masa khalifah Utsman bin Affan. Ummu Fadhl
(Lubabah binti Al Harits) yang mengirim Kuraib ke Muawiyah wafat pada masa khalifah
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 45
Utsman bin Affan. Ia adalah ibunda Abdullah bin Abbas dan adik kandung Maimunah binti
Al Harits; istri Rasulullah SAW.
Utsman bin Affan menjabat khalifah ke 3 selama 11 tahun sekitar 24-35 H/645-656 M. Jika
menggunakan software Hejric-Gregorian Conventer dari Accurate Time Mohammad Odeh,
kemungkinan 1 Ramadan yang jatuh pada Jumat terjadi 3 kali selama masa pemerintahan
Utsman bin Affan:
Jum‟at, 1 Ramadan 24 H = 1 Juli 645
Jum‟at, 1 Ramadan 27 H = 30 Mei 648
Jum‟at, 1 Ramadan 32 H = 5 April 653
Abdullah bin Abbas RA berpegang teguh kepada rukyat murni sebagaimana yang di
sabdakan Rasulullah SAW; awal bulan ditentukan oleh melihat hilal. Ia tidak terpengaruh
oleh informasi yang dibawa Kuraib tentang 1 Ramadan hari Jum‟at di Syam. Di Madinah
hilal dilihat oleh mata pada malam Sabtu. Jika menerima kesaksian Kuraib, Ibnu Abbas
akan menjadikan malam Sabtu itu sebagai tanggal 2 Ramadan dan semestinya tidak
melakukan istikmal karena jika melakukan istikmal dan menerima kesaksian Kuraib berarti
Ramadan 31 hari yang barang tentu mendatangkan kekacauan. Artinya rukyat itu bersifat
lokal.
6. Rasulullah SAW adalah hamba Allah SWT yang dibimbing wahyu. Tapi Rasulullah SAW
menerima kesaksian para kafilah yang tiba di Madinah tanggal 30 Ramadan ketika
masyarakat Madinah sedang puasa di ujung hari. Rasulullah SAW menyuruh para sahabat
berbuka. Ini sebuah bukti Rasulullah SAW mengajarkan kita keterbukaan dan menerima
sesuatu dengan ikhlas jika dianggap benar.
Kenapa Abdullah bin Abbas RA tidak menerima kesaksian Kuraib sebagaimana Rasulullah
SAW menerima kesaksian para kafilah? Beberapa alternatif jawabannya:
Informasi diterima sudah satu satu bulan.
Madinah dan Syam dua tempat yang sangat jauh.
7. Pada masa Rasulullah SAW, puasa Ramadan lebih sering 29 hari daripada 30. Penulis
mengumpulkan data Ramadan di Indonesia yang menggunakan konsep Imkanur Rukyat
dalam 8 tahun antara tahun 1418 H sampai 1425 H. Ternyata Ramadan 30 hari jauh lebih
sering dari 29 hari. 7 berbanding 1.
Awal Ramadan Idul Fitri Jumlah Hari
1418 Rabu,
31 Desember 1997
Jumat,
30 Januari 1998 30
1419 Ahad
20 Desember 1998
Selasa,
19 Januari 1999 30
1420 Kamis, 9 Desember 1999
Sabtu, 8 Januari 2000
30
1421 Senin, 27 Nopember 2000
Rabu, 27 Desember 2000
30
1422 Sabtu, 17 Nopember 2001
Ahad, 16 Desember 2001
29
1423 Rabu,
6 Nopember 2002
Jum‟at,
6 Desember 2002 30
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 46
1424 Ahad , 26 Oktober 2003
Selasa, 25 Nopember 2003
30
1425 Jum‟at,
15 Oktober 2004
Ahad,
14 Nopember 2004 30
8. Kenapa demikian? Untuk menjawab dua kondisi yang berbeda ini ternyata bukan karena
perbedaan metode yang dipakai. Penyebabnya memang di dekade tersebut kondisi peredaran
bulan-bumi-matahari demikian adanya. Jika kita menggunakan metode Ijtima Sebelum
Gurub (Tenggelam Matahari) dengan patokan Makkah juga tidak jauh berbeda. Ternyata
Ramadan 30 hari jauh lebih sering dari 29 hari. 5 berbanding 3.
Tahun Awal Ramadan Idul Fitri Jumlah
Hari Ijtima Ketetapan Ijtima Ketetapan
1418 Senin
29/12/1997 19:57
Rabu
31/12/1997
Rabu
28/01/1998 09:01
Kamis
29/01/1998 29
1419 Sabtu 19/12/1998 01:42
Ahad 20/12/1998
Ahad 17/01/1999 18:46
Selasa 19/01/1999
30
1420 Rabu 08/12/1999
01:32
Kamis 09/12/1999
Kamis 06/01/2000
21:14
Sabtu 08/01/2000 30
1421 Ahad 26/11/2000
02:11
Senin 27/11/2000
Senin 25/12/2000
20:22
Rabu 27/12/2000 30
1422 Kamis
15/11/2001 09:40
Jumat
16/11/2001
Jumat
14/12/2001 23:47
Ahad
16/12/2001 30
1423 Senin
04/11/2002 23:34
Rabu
06/11/2002
Rabu
04/12/2002 10:34
Kamis
05/12/2002
29
1424 Sabtu 25/10/2003 15:50
Ahad 25/10/2003
Senin 24/11/2003 CE, 01:59
Selasa 25/11/2003 30
1425 Kamis 04/10/2004
05:48
Jumat 05/10/2004
Jumat 12/11/2004
17:27
Sabtu 13/11/2004 29
9. Kita sekarang sudah sampai kepada kemampuan menghitung (hisab) peredaran bulan dan
bumi dengan tingkat ketepatan yang tinggi. Seharusnya peradaban kemajuan yang dicapai
umat manusia dalam hisab ini mempermudah kita umat Islam dalam beribadah dan harus
digunakan. Tidak untuk satu tahun ke depan, tapi untuk seratus bahkan seribu tahun
mendatang. Menggunakan cara yang termudah yaitu hisab adalah perintah Allah SWT
karena Allah SWT menghendaki umat Islam kemudahan dan tidak menghendaki kita
mencari kesulitan.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 47
2. Mencampuradukkan 2 (dua) Metode Sekaligus: Rukyat dan Hisab
a. Rukyat Sunah adalah Rukyat Langsung (الرؤية بالفعل)
Dari seluruh sabda Rasulullah SAW yang terhimpun dalam kitab-kitab hadis tidak bisa
terbantahkan bahwa Rasulullah SAW dan para sahabat menetapkan awal bulan dan lebaran dengan
melihat bulan secara langsung. Tidak menggunakan alat bantu dan tidak ada panduan ketinggian
hilal yang memprediksi munculnya hilal. Jika tidak berhasil melihat hilal saat matahari tenggelam
maka malamnya didijadikan malam ke 30. Kita menyebutnya dengan Istikmal.
Pada masa khalifah Utsman yang memerintah selama 11 tahun sekitar 24-35 H/645-656 M, Ummu
Fadhl (Lubabah binti Al Haris) mengutus Kuraib ke Syam menemui Muawiyah yang menjadi
gubernur di sana untuk sebuah keperluan. Jarak antara Madinah dan Syam sekitar 1300 km. Kuraib
sampai di Syam pada tanggal 1 Ramadan dan waktu itu malam Jum‟at dan Kuraib sendiri melihat
hilal di sana. Seluruh warga Syam mulai berpuasa hari Jum‟at termasuk Muawiyah sendiri. Kuraib
kembali ke Madinah dan tiba di akhir Ramadan. Ia ditanya oleh Abdullah bin Abbas RA yang tak
lain adalah putra Ummu Fadhal tentang awal Ramadan di Syam. Dari hadis yang diriwayatkan
banyak rawi diketahui bahwa telah terjadi perbedaan penetapan awal Ramadan antara Syam pada
Jum‟at dan Madinah pada Sabtu.
Jika hendak mengikuti sunah Rasulullah SAW dan para sahabat dengan konsekwen, lakukanlah
seperti yang dilakukan oleh Abdullah bin Abbas RA. Ia tak terpengaruh oleh informasi Kuraib dan
tak menjadikan hari Sabtu awal puasa sebagai tanggal 2. Bagi Kuraib, ketika tiba kembali di
Madinah ia puasa untuk hari ke 30 (Ahad). Kuraib tak mungkin puasa lagi besok (hari Senin) jika
Abdullah bin Abbas dan masyarakat Madinah melakukan istikmal. Abdullah bin Abbas RA
konsisten dengan sunah. Jika sorenya tak melihat hilal berarti untuk masyarakat Madinah besoknya
(Senin) tanggal 30 Ramadan.
Kita yang hidup di zaman teknologi sekarang jika ingin menetapkan awal bulan berdasarkan
metode rukyat maka harus seperti yang dilakukan Rasulullah SAW.
1. Melihat hilal secara langsung pada tanggal 29 dilakukan minimal oleh dua laki-laki adil.
2. Berlaku untuk wilayah tempat dilakukannya rukyat hilal dan daerah sejauh menerima
informasi munculnya hilal dari mulut ke mulut.
3. Jika tidak berhasil melihat hilal maka genapkan 30 hari.
Contoh Kasus:
1. Penetapan Idul Fitri 1452 H/2031 M
Pada hari Kamis, 23 Januari 2031 adalah tanggal 29 Ramadan 1452 H.
1. Masyarakat Muslim Biak melakukan rukyat hilal dan tidak berhasil melihat hilal padahal
langit cerah. Besoknya Jum‟at, 24 Januari 2031 M adalah 30 Ramadan 1452 H. Idul Fitrinya
jatuh pada Sabtu, 25 Januari 2031 M.
2. Masyarakat Muslim Manado melakukan rukyat hilal dan berhasil melihat hilal dan langit
cerah. Besoknya Jum‟at, 24 Januari 2031 M adalah Idul Fitri 1 Syawal 1452 H.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 48
3. Masyarakat Muslim Medan melakukan rukyat hilal dan tidak berhasil melihat hilal karena
mendung. Besoknya Jum‟at, 24 Januari adalah 30 Ramadan 1452 H. Idul Fitrinya jatuh pada
Sabtu, 25 Januari 2031 M.
4. Masyarakat Makkah melakukan rukyat hilal dan tidak berhasil melihat hilal karena awan yang
tebal. Besoknya Jum‟at, 24 Januari adalah 30 Ramadan 1452 H. Idul Fitrinya jatuh pada
Sabtu, 25 Januari 2031 M.
Kesimpulan:
Yang berlebaran hari Jum‟at hanya masyarakat Manado dan sekitarnya yang menerima
informasi dari mulut kemelut.
Yang berlebaran hari Sabtu adalah masyarakat Biak, Medan, dan Makkah diikut daerah
sekitarnya yang menerima informasi dari mulut kemelut.
2. Penetapan Idul Fitri 1453 H/2032 M
Pada hari Selasa, 13 Januari 2032 M adalah tanggal 29 Ramadan 1453 H.
1. Masyarakat Muslim Biak melakukan rukyat hilal dan berhasil melihat hilal. Besok Rabu, 14
Januari 2032 M adalah Idul Fitri 1 Syawal 1453 H.
2. Masyarakat Muslim Manado melakukan rukyat hilal dan tidak berhasil melihat hilal karena
turun hujan. Besok Rabu, 14 Januari 2032 M adalah 30 Ramadan 1453 H. Idul Fitrinya jatuh
pada Kamis, 15 Januari 2031 M.
3. Masyarakat Muslim Medan melakukan rukyat hilal dan tidak berhasil melihat hilal karena
langit gelap. Besok Rabu, 14 Januari 2032 M adalah 30 Ramadan 1453 H. Idul Fitrinya jatuh
pada Kamis, 15 Januari 2031 M.
4. Masyarakat Makkah melakukan rukyat hilal dan tidak berhasil melihat hilal karena badai pasir.
Besok Rabu, 14 Januari 2032 M adalah 30 Ramadan 1453 H. Idul Fitrinya jatuh pada Kamis,
15 Januari 2031 M.
Kesimpulan:
Yang berlebaran hari Rabu hanya masyarakat Biak dan sekitarnya yang menerima informasi
dari mulut kemelut.
Yang berlebaran hari Kamis adalah masyarakat Manado, Medan, dan Makkah diikut daerah
sekitarnya yang menerima informasi dari mulut kemelut.
Dalam rukyat berdasarkan sunah Rasulullah SAW yang murni, tidak dikenal:
1. Konsep Wilayatul hukmi (والح انحكى) yang dalam pengertian kita senilai dengan Negara.
2. Matlak (انطهع), yaitu ukuran khayal yang menggambarkan jarak yang sangat jauh.
3. Sidang Isbat.
Tahun 2031 M, tim rukyat Manado tidak usah mengirim sms dan menelefon rekan-rekannya di
Biak, Medan dan Makkah yang masih puasa pada Jum‟at, 30 Ramadan 1452 H/24 Januari 2031 M
dan menyarankan agar berbuka karena di Manado hari Kamis melihat hilal. Jarak dari Manado ke
Biak, Medan, dan Makkah sangat jauh terpisah oleh lautan. Jika pun ingin memberi tahu, cukup
beritahu rekan yang ada di Tomohon, Bitung, dan Kotamobagu. Paling jauh ke Gorontalo. Rekan
tim rukyat di Biak dan Medan juga jangan terpengaruh oleh sms yang dikirim tim rukyat Manado
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 49
yang melihat hilal pada haris Kamis. Karena di Biak dan Medan tak melihat hilal maka genapkanlah
Ramadan 30 hari dan Jum‟at, 24 Januari 2031 M hari terakhirnya. Inilah prinsip rukyat yang benar!
Begitu juga tahun 2032 M, tim rukyat Biak tidak usah mengirim sms dan menelefon rekan-
rekannya di Manado, Medan dan Makkah yang masih puasa pada Rabu, 14 Januari 2032 M supaya
membatalkan puasanya karena kemarin Salasa di Biak terlihat hilal. Biarkan masyarakat Manado,
Medan dan Makkah melengkapkan Ramadan 1453 H dalam 30 hari karena mereka tidak melihat
hilal. Biarkan mereka Idul Fitrinya hari Kamis, 15 Januari 2032 M. Jika pun mau memberitahu,
beritakan ke tim rukyat Manokwari dan Timika.
Demi Allah, menurut penulis, seperti inilah rukyat yang sesungguhnya. Inilah rukyat yang
dilakukan Rasulullah SAW dan dipegang teguh oleh sahabat Abdullah bin Abbas RA dan para
sahabat Rasulullah SAW di Madinah.
Sahih Bukhari menuturkan sebuah hadis:
اهلل د ب ع ن ع ار ن ي د ن ب اهلل د ب ع ن ع ك ال ا م ن ث د ح ة م ل س م ن ب اهلل د ب ا ع ن ث د ح ر ه لش ا :ال سلم ق صلى اهلل عليو و اهلل ل و س ر ن ا أ م ه ن ع اهلل ي ض ر ر م ع ن اب ة د ع ا ال و ل م ك أ ف م ك ي ل ع م غ ن إ ف ه و ر ت ت ا ح و م و ص ت ال ف ة ل ي ل ن و ر ش ع و ع س ت ( )صحيح البخاري: ي ث ال ث
Bercerita kepada kami Abdullah bin Maslamah, Bercerita kepada kami Malik, dari Abdillah bin Dinar, dari Abdullah bin Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Satu bulan itu 29 hari. Kalian jangan puasa hingga melihat hilal, jika mendung menyelimuti kalian mada lengkapkan bilangannya menjadi 30 hari.
Jika contoh kasus itu kejadiannya terjadi tahun 2015 -ketika penulis menyusun buku ini-, pasti
banyak rekan yang yang menuding penulis manusia primitif. Apa lagi di tahun 2031 dan 2032
ketika teknologi informasi dan pengetahuan semakin melompat maju.
Pertanyaan dan Kerancuan yang Muncul
Pertanyaan 1
Pada Kamis, 23 Januari 2031, data hisab menunjukkan bahwa umur hilal waktu itu baru 5 jam
23 menit, dan ketinggian hilal 01°:17':21". Secara teori dengan ketinggian sebesar itu
mustahil dilihat.
Data hisabnya sebagai berikut:
Ijtima: Kamis, 23 Januari 2031 Jam 11:31 WIB
Data Biak Manado Medan Makkah
Umur Bulan : +04J 42M +05J 23M +07J 05M +10J 37M
Tinggi Hilal : +00°:39':37" +01°:17':21" +02°:25':58" +05°:18':51"
Bagaimana mungkin tim rukyat di Manado bisa melihat hilal?
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 50
Jawab
Jika kita sudah tahu bahwa umur bulan di Manado baru 5 jam 23 menit, justru kenapa
menafikan angka itu? Angka itu menunjukkan bahwa bulan baru sudah muncul dan umurnya
sudah 5 jam 23 menit!
Kenapa menolak ketinggian hilal +01°:17':21" hanya karena ukuran seperti itu hilal tak
mungkin bisa rukyat ?!
Rasulullah SAW menentukan awal bulan dengan melakukan rukyat karena pada saat itu orang
Arab belum tahu hisab. Hanya dengan melihat hilal mereka yakin datangnya bulan baru. Jika
kita sudah mengetahui data hisab sedemikian lengkap seperti itu, kenapa harus melakukan
sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat yang belum memiliki kecakapan menghitung dan
menulis data? Allah SWT dan Rasulullah SAW tak menyukai orang yang mempersulit diri.
Pertanyaan 2
Pada hari Selasa, 29 Ramadan 1453 M bertepatan dengan 13 Januari 2032 M, sangat tidak
logis ketika tim rukyat Biak berhasil melihat hilal dan Rabu melaksanakan Idul Fitri,
sedangkan di Manado, Medan dan Makkah Idul Fitri jatuh pada hari Kamis karena faktor
cuaca yang tak memungkinka bisa dirukyat. Dari data yang ada, umur hilal dan ketinggian
hilal di ketiga tempat tersebut jauh lebih tinggi dibanding dengan di Biak sendiri. Datanya
sebagai berikut:
Ijtima: Selasa, 13/01/2032 03:07 WIB
Senin, 12/01/2032 23:07 Waktu Makkah
Data Biak Manado Medan Makkah
Umur Bulan : +13H 03M +13H 43M +15H 25M +18H 54M
Tinggi Hilal : +05°:49':52" +06°:32':10" +07°:45':13" +10°:36':15"
Dengan data hisab di atas, kenapa Manado, Medan dan Makkah harus istikmal hanya karena
faktor cuaca padahal ketinggian hilal ideal untuk dirukyat melebihi standar Imkanur Rukyat?
Jawab
Jika ingin menggunakan metode rukyat seperti Rasulullah SAW, ketika langit mendung atau
apa saja yang menyebabkan tidak bisa melihat hilal maka lengkapkan 30 hari. Ini rukyat yang
benar sesuai dengan sunah Rasulullah SAW. Jika kita merasa kaku dan terkesan rukyat
Rasulullah SAW itu primitif, sebenarnya kita yang hidup sekarang yang kaku memahami
sabda Rasulullah SAW. Beliau melakukan rukyat karena hanya dengan rukyatlah bisa
mengetahui datangnya bulan baru. Masyarakat arab waktu itu belum bisa membaca dan
menghitung.
Al Bukhari meriwayatkan hadis dalam sahihnya:
ن ث د ح م ا آد ن ث د ح و ن و أ ر م ع ن ب د ي ع ا س ن ث د ح س ي ق ن ب د و س ا ال ن ث د ح ة ب ع ا ة م ا أ ن إ :ال ق و ن صلى اهلل عليو وسلم أ ب الن ن اهلل عنهما ع ي ض ر ر م ع ن اب ع س
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 51
ل و ب ت ك ن ل ة ي م أ ة ر م و ن ي ر ش ع و ة ع س ت ة ر م ن ع ا. ي ذ ك ا ى ذ ك ى ر ه الش ب س ()صحيح البخاري: ي ث ال ث
Bercerita kepada kami Adam, bercerita kepada kami Syu‟bah, bercerita kepada kami Aswad bin Qais, bercerita kepada kami Said bin Amr, bahwa ia mendengar Ibnu Umar RA dari Nabi SAW bersabda: Kami umat ummi, kami tidak bisa membaca dan kami
tidak bisa menulis. Satu bulan itu begini begini. Maksudnya, sekali 29, sekali 30.
Dengan data yang sedemikian lengkap untuk 4 waktu di 4 tempat di atas, seideal apa pun
tinggi angka hilal maka yang menjadi patokannya adalah berhasil melihatnya atau tidak di
tempat tersebut. Seperti itu ketentuan rukyat Rasulullah SAW. Jika kita sudah mampu
menghitung dengan tepat dan menuliskannya dalam data hisab, kita sebenarnya sudah tidak
layak menggunakan metode rukyat. Mereka yang tak menggunakan rukyat bukan berarti tidak
mengerti akan hadis tentang rukyat dan anti sunah, tapi rukyat jika dipaksakan digunakan di
zaman sekarang akan mendatangkan inkonsistensi terhadap rukyat itu sendiri dan kerancuan.
Pertanyaan 3
Dalam fikih ada konsep Wilayatul Hukmi dan Matlak. Teknologi komunikasi juga sudah
sedemikian canggihnya.
Kenapa tim rukyat Biak tidak perlu menghubungi rekan di Manado dan Medan dan
menginformasikan hasil rukyat bahwa Rabu, 14 Januari 2032 M adalah Idul Fitri 1453
H?
Kenapa Manado dan Medan harus menolak rukyat Biak?
Tidak bisakan Manado dan Medan berlebaran Rabu sekalipun tak melihat hilal karena
hujan mengingat dari data ketinggian hilal di Manado dan Medan lebih tinggi dari Biak?
Jawab
Dalam metode rukyat yang bersumber dari hadis sahih, Abdullah bin Abbas RA di Madinah
melihat hilal Ramadan pada malam Sabtu. Kuraib melihat hilal di Syam malam Jum‟at.
Ketika Kuraib kembali ke Madinah pada akhir bulan, Abdullah bin Abbas RA menolak hari
terakhir versi Kuraib sebagai hari terakhir untuk masyarakat Madinah dan tak menjadikan
Sabtu itu sebagai tanggal 2 Ramadan.
Berikut penggalan hadisnya:
ث قدمت المدينة ف آخر الشهر فسألن عبد اللو بن عباس رضى اهلل عنهما لة اجلمعة. ف قال أنت ث ذكر اهلالل ف قال مت رأي تم اهلالل ف قلت رأي ناه لي
لة ر أي تو ف قلت ن عم ورآه الناس وصاموا وصام معاوية. ف قال لكنا رأي ناه لي السبت فال ن زال نصوم حت نكمل ثالثي أو ن راه. ف قلت أول تكتفى برؤية
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 52
)صحيح ىكذا أمرنا رسول اللو صلى اهلل عليو وسلممعاوية وصيامو ف قال ل ( مسلم :
… Lalu aku sampai kembali di Madinah pada akhir bulan.” Kemudian Abdullah bin Abbas bercerita tentang hilal. Dia berkata: “Kapan Kamu melihat hilal?” Aku jawab: “Kami melihat hilal pada malam Jum‟at”. Dia bertanya: “Apa Kamu melihatnya?”
Aku jawab: “Ya. Orang-orang juga melihatnya. Mereka kemudian berpuasa termasuk Muawiyah!” Dia (Ibnu Abbas) berkata: “Tapi kami melihatnya pada malam Sabtu,
makanya kami masih berpuasa hingga genap 30 hari kecuali kami melihat hilal!” Aku bertanya: “Apa Anda tidak cukup dengan rukyah dan puasanya Muawiyah?”, Dia menjawab: “Tidak! Seperti itulah Rasulullah SAW memerintahkan kita”.
Jarak Madinah dan Syam 1300 km. Waktu itu Syam masih dalam cakupan wilayah
kekhalifahan Utsman bin Affan RA yang berpusat di Madinah.
Hadis di atas oleh Imam Muslim diletakkan pada bab:
لد ل ي ثبت حكمو لما اب ب هم وأن هم إذا رأوا اهلالل بب ب يان أن لكل ب لد رؤي ت هم ب عد عن
Terjemah bebasnya:
Bab penjelesan bahwa tiap daerah berpegang pada rukyat masing-masing, dan jika melihat hilal di suatu daerah tidak berlaku untuk daerah jauh
Hadis senada diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan diletakkan pada bab:
م ه ت ي ؤ ر د ل ب ل ى أ ل ك ل اء ا ج م اب ب Terjemah bebasnya:
Bab setiap warga di suatu daerah mempunyai rukyat masing-masing.
Berhukum kepada hadis di atas, Manado dan Medan terlalu jauh untuk menerima kesaksian hilal
dari Biak. Jika berpegang teguh kepada sunah yang benar harus seperti Ibnu Abbas. Tidak usah
gempar dan bingung dengan perbedaan dalam lebaran di tiap daerah di Indonesia. Harus konsisten
dengan segala konsekwensinya. Seperti itu rukyat yang benar.
Jika kita merasa kaku dan merasa menjadi manusia primitif di tengah teknologi komunikasi dan
kemajuan astronomi karena aturan rukyat, tinggalkanlah metode rukyat dan tidak usah melihat hilal
pada tanggal 29 karena Rasulullah SAW menetapkan hal itu ketika orang arab sangat terbatas dalam
pengetahuan menghitung dan menulis.
Berbeda dengan metode hisab. Jika menggunakan metode hisab maka peganglah metode hisab
dengan konsisten. Putuskan hubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan melihat hilal! Dengan
hisab kita tidak usaha bingung dengan awan mendung bahkan hujan sekalipun. Jika menggunakan
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 53
metode hisab maka Biak, Manado, Medan, Makkah dan seluruh penghuni bumi ini harus berlebaran
pada Rabu, 14 Januari 2032 karena bulan baru (ijtimak) sudah terjadi pada Selasa, 12 Januari 2032
Jam 03:07 WIB.
b. Hisab Murni adalah Ijtima sebagai Patokan Awal Bulan
Metode penetapan awal bulan dan lebaran menggunakan hisab yaitu ketika terjadinya bulan baru
(new moon) yang dikenal dengan istilah Ijtima (اإلجتاع) atau Konjungsi.
Ijtima adalah peristiwa sejajarnya matahari, bulan dan bumi dalam satu bidang khayal di angkasa.
Terjadinya pada satu titik waktu dan berlaku seluruh dunia. Pasti terjadi setiap bulan dan ditetapkan
sebagai awal bulan sistem Kamariah.
Bagi kita yang hidup di zaman sekarang, mengetahui munculnya awal bulan cukup dengan berbekal
pengetahuan matematika dasar karena kita sudah mengenal:
1. Ukuran waktu (jam-menit-detik)
2. Periode sinodis bulan 29,530589 hari (29 hari 12 jam 44 menit 2 detik)
Pada masa Rasulullah SAW, belum ada ukuran waktu jam-menit-detik. Hari belum dibagi dalam 24
jam. Umur bulan baru diketahui secara global saja, antara 29 dan 30 hari. Untuk mengetahui
munculnya awal bulan hanya dengan melihat munculnya hilal.
Jika menggunakan metode hisab, patokan awal bulan yaitu ketika terjadi Ijtima. Ada perbedaan di
kalangan ulama dalam menentukan awal bulan. Yaitu: Ijtima Sebelum Gurub (Tenggelam
Matahari) dan Ijtima Sebelum Fajar.
1. Ijtima Sebelum Gurub
Contoh:
Ijtima Awal Syawal 1453 H.
Jakarta : Selasa, 13 Januari 2032 Jam 03:07 WIB
Makkah : Senin, 12 Januari 2032 Jam 23:07 Waktu Makkah
Keputusan 1 Syawal 1453 H.
Jakarta, Rabu, 14 Januari 2032 M
Makkah, Rabu, 14 Januari 2032 M
2. Ijtima Sebelum Fajar
Contoh:
Ijtima Awal Syawal 1453 H
Jakarta : Selasa, 13 Januari 2032 Jam 03:07 WIB
Makkah : Senin, 12 Januari 2032 Jam 23:07 Waktu Makkah
Keputusan 1 Syawal 1453 H
Jakarta, Selasa, 13 Januari 2032 M
Makkah, Selasa, 13 Januari 2032 M
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 54
Para ulama hisab yang menetapkan hisab murni sebagai penetapan awal Ramadan dan lebaran
kebanyakan menyepakati Kriteria Ijtima Sebelum Gurub sebagai acuannya karena permulaan hari
diawali oleh Magrib. Ketika masuk Magrib kita sudah benar-benar masuk bulan baru.
Adapun ulama yang menyepakati Kriteria Ijtima Sebelum Fajar dasar pemikirannya sebagai
berikut:
1. Bicara hari artinya bicara kesatuan waktu. Satu hari itu satu tanggal yang diawali oleh malam
disusul siang. Malam adalah rentang waktu antara Magrib sampai Fajar. Magrib sampai Fajar
diikat oleh satu kesatuan malam dan tak terpisahkan. Dalil bahwa batas malam itu sampai fajar
adalah:
1. QS. Al Baqarah: 178.
ڇڄ ڄ ڄ ڃ ڃ ڃ ڃ چ چ چ چ ڇ
dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
2. QS. Al Isra: 78.
ڃ ڃ ڃ چ ڃڤ ڦ ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ ڄ ڄ
چ چ
Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
3. QS. Al Qadr: 5.
ڦ ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
2. Lebih lentur dan sesuai fakta. Ketika misalnya ijtima terjadi pada malam Ahad jam 3, secara
fakta memang kita masih berada di malam itu dan seketika itu kita masuk bulan baru dan
konsekwensinya Ahad pagi adalah tanggal satu. Tidak ditunggu sampai sampai malam Senin.
3. Dikiaskan kepada salat. Pelaksanaan ibadah selalu ada batasan waktunya. Ketika kita salat Zuhur
jam 14.30, salat kita sah karena masih waktu Zuhur. Ketika ijtima terjadi 5 menit sebelum Fajar
malam Ahad artinya kita sah masuk awal bulan dengan konsekwensi hukum hari Ahad adalah
tanggal 1. Jika awal bulan Ramadan berarti paginya puasa, jika awal Syawal berarti paginya Idul
Fitri.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 55
C. Wujudul Hilal (وجود الحالل) dan Imkanur Rukyat (إمكان الرؤية); Mengejar Sunah
Menuai Bid’ah
1. Wujudul hilal Bukan Hisab
Wujudul Hilal secara lafziah artinya Ada Hilal. Yaitu satu kondisi di mana hilal sudah muncul
karena sudah terjadi Ijtima. Konsep Wujudul hilal dipakai oleh Muhammadiyah sebagai konsep
untuk menetapkan awal bulan berdasarkan metode hisab. Kriteria yang menjadi patokannya adalah:
jika hilal muncul di atas 00 dan Ijtima terjadi sebelum Gurub maka malam itu dinyatakan sebagai
awal bulan.
Menurut hemat penulis, konsep Wujudul Hilal (WH) tidak termasuk kepada Hisab Murni karena
menjadikan syarat hilal harus di atas ufuk berapa pun angka ketinggiannya. Bicara “hilal di atas
ufuk” adalah wilayah metode rukyat. Wujudul Hilal adalah konsep campuran hisab-rukyat. Jika
Ijtima terjadi sebelum Gurub tapi secara kalkulasi hisab ketinggian di bawah ufuk maka kondisi ini
tidak dianggap bulan baru karena hilal di bawah ufuk.
Contoh 1
1 Syawal 1429 H/2008 M
Jakarta
Ijtima : Senin, 29 September 2008 Jam: 15:12 WIB
Tinggi Bulan : -00°:51':56"
Usia Bulan : +02H 36M
Menurut konsep Wujudul hilal, dengan data di atas maka 1 Syawal jatuh pada Rabu, 31
September 2008.
Contoh 2
1 Ramadan 1434 H/2013 M
Jakarta
Ijtima : Senin, 08 Juli 2013 Jam 14:14 WIB
Tinggi Bulan : +00°:39':17"
Usia Bulan : +03H 37M
Menurut konsep Wujudul Hilal, dengan data di atas maka 1 Ramadan 1434 jatuh pada Selasa, 9 Juli
2013 M.
Kerancuan yang muncul
1. Ketika menggunakan metode hisab, kenapa dikaitkan dengan hilal harus di atas ufuk? Hilal
di atas ufuk adalah bahasa dalam metode rukyat. Ketika kita menggunakan standar ganda
maka akan melahirkan kerancuan, bahkan kekacauan.
2. Ketinggian hilal -00°:51':56" dan +00°:39':17" di peristiwa yang berbeda dan tahun yang
berbeda tidak ada faidahnya karena sama-sama mustahil bisa diamati dengan teknologi
secanggih apa pun.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 56
2. Imkanur Rukyat Bukan Rukyat
Imkanur Rukyat secara lafziah artinya Bisa Dirukyat, yaitu satu kondisi di mana hilal dimungkinkan
bisa dilihat dan besok ditetapkan sebagai awal bulan (tanggal 1) jika memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Ketika matahari terbenam, ketinggian hilal di atas horizon tidak kurang dari 20
2. Jarak lengkung bulan-matahari (sudut elongasi) tidak kurang dari 30
3. Ketika bulan terbenam, umur bulan tidak kurang dari 8 jam selepas Ijtimak berlaku.
Imkanur Rukyat disepakati sebagai alternatif penetapan awal bulan oleh anggota MABIMS
(Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura) tahun 1996, yaitu forum
pertemuan antar 4 menteri agama ASEAN untuk menjembatani antara penetapan awal bulan
berdasarkan Hisab yang dianggap tidak mengikuti sunah karena tak ada dari Rasulullah SAW
dengan Rukyat yang kriteria dan syaratnya dimudahkan sehingga penetapan awal Ramadan, Idul
Fitri dan Idul Adha di negara-negara tersebut bisa terlaksana seragam pada hari yang sama.
Sekalipun pada kenyataannya tidak selamanya serempak di negara anggota MABIMS seperti pada
Idul Fitri 1432 H/2011 M.
Lepas dari tujuan mulia, Imkanur Rukyat itu bukan Rukyat. Tapi hisab dengan rasa rukyat. Andre
Louis Danjon (1890-1967), seorang astronom Prancis membuat batasan minimal hilal bisa dilihat
yang dikenal dengan Danjon Limit. Mengutip dari addsabs.harvard.edu, Amir Hasanzadeh dalam
Study of Danjon limit in moon crescent sighting: menurut Danjon, hilal bisa dilihat dengan mata
jika ketinggian hilal di atas ufuk sekitar 50, sudut elongasi matahari-bulan tak kurang dari 70, dan
umur bulan tidak kurang dari 15 jam.
Formasi angka 2-3-8 dalam Kriteria Imkanur Rukyat sepertinya angka “banting” dari 5-7-15 Limit
Danjon. Imkanur Rukyat mempunyai cita-cita mulia menjadi jembatan pemersatu supaya
kebersamaan penetapan awal Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha berdasarkan sunah Rasulullah
SAW yaitu melalui rukyat. Itu di satu sisi. Tapi di sisi lain, Imkanur Rukyat menikam sendiri rukyat
yang diajarkan Rasulullah SAW sehingga bukan sunah lagi. Bahkan bid‟ah.
Limit Danjon muncul dari hasil riset ilmiah yang tidak dikaitkan dengan Ramadan dan Lebaran. Ia
sendiri seorang non muslim. Formasi angka 5-7-15 dalam limit Danjon tak dibebani oleh pesan
“bagaimana kita lebaran serempak ”. Formasi angka itu secara alamiah akan muncul setiap bulan.
Kerancuan yang muncul
Hilal yang bisa dilihat oleh mata secara alamiah sesuai sunah Rasulullah SAW akan muncul secara
alamiah. Jika melihat hilal tetapkan sebagai awal bulan. Pengetahuan hisab hanya membantu kita
dalam memprediksi hilal.
Penulis akan mengambil contoh data 10 tahun ke depan dari ditulisnya buku ini agar netral dan tak
ada beban sejarah.
Perhatikan data berikut!
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 57
Waktu Umur Bulan Tinggi Hilal Tanggal 1 Jumlah Hari
Selasa, 19/01/2026 M 1 Syaban 1447 H
+15J 02M +06°:54':41" Rabu 20/01/2026
29
Rabu, 18/02/2026 M 1 Ramadan 1447 H
+22J 51M +09°:21':24" Kamis 19/02/2026
30
Kamis, 19/03/2026 M 1 Syawal 1447
+09J 17M +02°:22':01" Jumat 20/03/2026
29
Jumat, 20/03/2026
1 Syawal 1447 +33J 17M +18°:04':11"
Sabtu
21/03/2026 30
1. Di Surabaya, pada Selasa, 19 Januari 2026 M, jika langit cerah akan mudah melihat hilal,
artinya besok Rabu, 20 Januari 2026 M adalah 1 Syaban 1447 H.
2. Pada Rabu, 18 Pebruari 2026 M, jika langit cerah akan mudah melihat hilal artinya besok
Kamis, 19 Pebruari 2026 M adalah 1 Ramadan 1447 H. Umur bulan Sya‟ban 29 hari.
3. Pada Jum‟at 20 Maret 2026, jika langit cerah akan mudah melihat hilal, artinya besok
Sabtu 21 Maret 2026 M adalah 1 Syawal 1447 H. Umur bulan Ramadan 30 hari.
Kerancuan akan muncul jika Imkanur Rukyat dipakai berdasarkan data hisab di atas:
Kamis, 19 Maret 2026 M, tinggi hilal +02°:22':01", elongasi +05°:30':14", dan umur bulan
+09J 17M, di atas formasi 2-3-8 yang yang menjadi kriteria Imkanur Rukyat. Besok
Jumat, 20 Maret 2026 di tetapkan sebagai 1 Syawal 1447 H. Berarti jumlah hari dalam
Ramadan 29 hari.
Jika mengikuti sunah Rasulullah SAW dalam rukyat, Ramadan 29 hari jika mata telanjang
melihat hilal. Ketinggian hilal seperti itu sulit untuk bisa diamati. Harus istikmal jika hilal
tidak terlihat.
Lebaran berdasarkan rukyat yang benar sesuai sunah Rasulullah SAW terletak pada berhasilnya
melihat hilal. Jika pada Kamis, 19 Maret 2026 M orang-orang terpercaya sungguh melihat hilal
maka Jum‟at adalah Idul Fitri 1447 H. Rukyat itu praktek dan bukan teori. Jika tidak berhasil, tidak
boleh mengotak-atik angka dengan dalih apa pun sehingga memaksakan diri Idul Fitri pada hari
Jum‟at. Rukyat hilal artinya melihat hilal, bukan mengotak-atik angka sekalipun untuk tujuan
kompromis supaya lebaran sama. Kesampingkan seluruh hitung-hitungan. Menurut sunah
Rasulullah SAW, lakukan istikmal. Bukan membuat standar sendiri +020.
Jika memilih penggunaan metode hisab, murnikan hisab semurni-murninya. Tidak usah
menggotong teropong dan alat bantu untuk merukyat hilal. Jangan melihat angka ketinggian hilal.
Tentukanlah awal bulan dengan menghitung. Data hisab di atas sudah sangat cukup bahwa bulan
baru sudah terjadi jam 08.23 WIB. Ketika Gurub umur bulan +9 Jam 17 Menit.
D. Allah Melarang Sesuatu Yang Berstandar Ganda (Campuran) Karena Membingungkan dan Berpotensi Mengancam Keutuhan
Imkanur Rukyat dan Wujudul hilal adalah dua metode di antara banyak metode yang dipakai di
Indonesia. Keduanya memakai standar ganda dalam penetapan awal bulan dan lebaran dengan
mencampur metode hisab dan metode rukyat sekaligus.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 58
Wujudul hilal dikatagorikan sebagai metode hisab, tapi mensyaratkan adanya ketinggian hilal di
atas 00. Syarat di atas 00 itu wilayah metode Rukyat. Dalam metode hisab murni jangan ada syarat
seperti itu. Jika sudah Ijtima maka sudah masuk awal bulan.
Imkanur Rukyat dikatagorikan sebagai metode rukyat, tapi jika hilal sudah di atas 20 maka
besoknyanya dinyatakan awal bulan. Ketentuan asalkan hilal di atas 20 adalah wilayah metode
hisab. Jika hilal menurut hisab +020,01” maka besok ditetapkan sebagai awal bulan meskipun tidak
berhasil melihat hilal.
1. Allah SWT Melarang Kalender Campuran
Seperti yang telah dijelaskan pada bab terdahulu bahwa masyarakat Arab sebelum datangnya
Rasulullah SAW menggunakan Kalender Campuran. Yaitu memadukan antara kalender Kamariah
dan Syamsiah. Bukti bahwa masyarakat Arab ketika itu menggunakan kalender Campuran bisa
diketahui dengan beberapa fakta:
1. Mengunakan sistem Kamariah tapi dari nama-nama bulan sangat situsional dengan iklim
sebagai kekhasan sistem Syamsiah.
2. Untuk tetap seimbang antara bulan tertentu pada sistem Kamariah dengan bulan tertentu
pada sistem Syamsiah dibuat bulan ke 13 yang disebut Annasi (انسئ) atau Penguluran.
Allah SWT berfirman dalam QS At-Taubat: 36 dan 37:
ۀ ۀ ہ ہ ہ ہ ھ ھ ھ ھ ے ے ۓ ۓ
﮴ ﮵ ﮼ ﮽ ﮾ ﮺﮷ ﮸ ﮹ ﮶﮲ ﮳ ﮿﮻
﯀ ﯁
پ پ پ ڀ ڀ ڀ پٱ ٻ ٻ ٻ ٻ
ٹ ڤ ڤ ٹڀ ٺ ٺ ٺ ٺ ٿ ٿ ٿ ٿ ٹ ٹ
ڦ ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ ڤڤ
Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya (empat) bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu
dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya
Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
Sesungguhnya Annasi‟ (mengundur-undurkan) itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka
menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka
mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 59
Kalender Kamariah Kalender Syamsiah
Berpatokan kepada periode sinodis bulan mengitari bumi.
Lama waktunya 29 hari: 12 jam: 44 menit.
Berpatokan kepada bumi mengitari matahari.
Lama waktu 365 hari 5 jam 48 menit.
Jumlah hari dalam setahun 354 hari Jumlah hari dalam setahun 365 hari. Dalam 4 tahun sekali 366 hari (kabisat)
Kalender Campuran
1. Mencampurkan sistem Kamariah dan Syamsiah dan terjadi selisih 11 hari.
2. Untuk menyeimbangkannya ada bulan ke 13 dalam 3 tahun sekali yang disebut bulan Nasi‟ (انسء) atau bulan Penguluran.
3. Tidak ada kesepakatan di kabilah Arab penetapan bulan Nasi‟. Ada yang tahun
kemarin, sekarang, dan besok. Ada yang menyimpannya sesudah Zulhijah, ada juga yang menyimpannya sesudah Muharram.
4. Terjadi kekacauan yang mengancam keamanan pada musim haji. Kabilah yang menyerang beranggapan mereka menyerang di bulan Nasi‟, sedangkan yang diserang beranggapan mereka sedang berada di bulan Muharram (di antara bulan yang
diharamkan perang) 5. Allah SWT melarang sistem kalender Campuran karena mendatangkan kekacauan. Di
hadapan Allah SWT bulan hanya 12, dan bulan Nasi‟ hanya menambah kekufuran.
Maka sejak turunnya dua ayat di atas, tidak ada lagi kalendar campuran. Umat Islam kembali kepada penanggalan Kamariah yang murni dengan jumlah bulan 12.
Jika memilih sistem kalender kamariah pilihlah kalender kamariah
Jika memilih sistem kalender syamsiah pilihlah kalender syamsiah Jangan membuat sistem campuran yang membingungkan
Hubungannya dengan penetapan awal Ramadan dan lebaran adalah:
Jika memilih metode hisab pakailah metode hisab yang murni dengan patokan awal bulan adalah ijtima.
Jika memilih metode rukyat pakailah metode rukyat murni sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat.
Jangan membuat metode campuran seperti Imkanur Rukyat atau Wujudul Hilal.
2. Allah SWT Melarang Riba
Di lihat dari kacamata ekonomi, Laba dan Riba memiliki kesamaan yaitu mencari lebih. Riba
sendiri artinya Lebih. Laba mencari lebih dari koridor yang benar yaitu jual beli. Sedangkan riba mencari lebih dari koridor bukan untuk mencari keuntungan tapi dari meminjamkan.
Karena sama-sama mencari lebih, mayarakat Arab jahiliyah mencari laba dari jasa meminjamkan dan mereka menganggap sama saja antara praktek riba dan jual-beli: sama-sama mencari laba. Begitu juga masyarakat Yahudi di Madinah.
Kondisi seperti ini Allah SWT gambarkan dalam firman-Nya QS. Al Baqarah: 275.
ٺ ٺڀ ڀ ڀ ڀ ٱ ٻ ٻ ٻ ٻ پ پ پ پ
ڤ ڦ ڦ ڦ ڦ ڤٹ ٹ ٹ ڤ ڤ ٹٺ ٺ ٿ ٿ ٿ ٿ
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 60
ڇ ڇ ڇچ چ چ چ ڇ ڃڄ ڄ ڄ ڄ ڃ ڃ ڃ
ڍ ڍ
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.
Jual-beli motifnya jelas: mencari untung. Meminjamkan motifnya jelas: menolong dan ibadah. Riba motifnya tidak jelas: menolong tapi mencari untung.
Dagang Meminjamkan
Mencari untung Ada resiko untung dan rugi
Membantu/menolong Ibadah
Riba
Mencari untung dalam bingkai membantu (meminjamkan) Selalu ingin untung bagi yang meminjamkan Terjadi kezaliman yang dilakukan kreditor yang mengharuskan mendapat
keuntungan duniawi tanpa mempertimbangkan kondisi debitur yang mengalami kebangkrutan.
Allah SWT mengharamkan Riba karena adanya kezaliman dan campur aduk antara ibadah dan
komerial. Jika kita memberi pinjaman sesuatu ke orang lain, niatkan menolong sesama dan itu
adalah ibadah yang besar pahanya. Jika kita mau mencari untung, maka carilah dengan cara jual
beli. Jika kita punya dana dan datang kepada kita kawan yang butuh modal usaha, buatlah akad
kerja sama bagi hasil (mudharabah). Bukan dengan akad pinjam-meminjam.
Jika mencari laba carilah dengan cara berdagang
Jika mau menolong dan ibadah berilah saudaramu yang membutuhkan pinjaman tanpa ada motif ekonomi.
Jangan melakukan riba yaitu mencari untung dengan cara meminjamkan.
Hubungannya dengan penetapan awal Ramadan dan lebaran adalah:
Jika memilih metode hisab pakailah metode hisab yang murni dengan patokan awal bulan
adalah ijtima. Jika memilih metode rukyat pakailah metode rukyat murni sebagaimana yang dilakukan
Rasulullah SAW dan para sahabat. Jangan membuat metode campuran seperti Imkanur Rukyat atau Wujudul Hilal.
3. Bagaimana dengan Imkanur Rukyat dan Wujudul hilal?
Kita yang hidup di era global hampir setiap tahun menyaksikan perbedaan dalam penetapan awal
Ramadan dan lebaran. Di Indonesia terlebih tingkat dunia. Perpedaan penetapan awal bulan paling
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 61
beragam terjadi di Indoensia. Selain Pemerintah secara resmi menetapkan awal bulan, banyak
ormas keagamaan besar dan kecil yang menetapkan awal bulan. Sejak yang menetapkan melalui
metode hisab takribi dan tidak mau meng-update media perhitungannya, sampai metode campuran
hisab-rukyat. Tidak ada yang menetapkan berdasarkan hisab murni dan rukyat sunah Rasulullah
SAW.
Mimpi kita umat Islam berlebaran secara serempek menggiring kita semua untuk tersenyum
menerima perbedaan. Dan kita secara bersama-sama akan mendengar wejangan dari para
pemimpin: “Jaga toleransi dan hargai perbedaan!”
Menurut penulis, ketika kerangka berfikir dalam penetapan awal bulan di antara kita seperti
sekarang, mustahil kita bisa lebaran secara serempak; sampai kiamat. Kita menetapkan awal bulan
menggunakan metode campuran rukyat-hisab dan berstandar ganda.
Ketika kita pada kenyataannya berada dalam perbedaan dan membingungkan umat, tentu kondisi
seperti ini tidak dikehendaki oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Metode penetapan awal bulan
dan lebaran berstandar ganda seperti dengan menggunakan metode rukyat-hisab seperti Imkanur
Rukyat dan Wujudul hilal harus ditinggalkan.
E. Berpikir Konstruktif Terhadap Fatwa Ulama Terdahulu
Di antara yang membuat umat Islam sulit serempak menetapkan awal bulan dan lebaran adalah
karena memegang fatwa ulama terdahulu secara tekstual, tanpa membuat pemahaman mereka
secara kontekstual.
1. Konsep Matlak (المطلع) dan Wilayatul Hukmi (والية الحكم)
Manusia adalah makhluk dinamis. Pada masa Rasulullah SAW kehidupan politik di Madinah relatif
stabil karena kompleksitas permasalahan terbatas dan Rasulullah SAW ada di tengah umat.
Ancaman yang datang dari luar hanya dari kafir Kuraisy Makkah, Yahudi dan Nasrani. Ancaman
yang sifatnya eksternal itu telah dipadamkan ketika Rasulullah SAW wafat.
Pada masa Khulafaur Rasyidin Islam berkembang dan menyebar ke berbagai daerah perluasan
seperti Mesir, Yaman, Syam, dan Bagdad. Peta dan suhu politik mulai berubah, tapi kemajuan
teknologi informasi stagnan. Perbedaan lebaran mulai terjadi seiring wilayah kekuasaan Islam yang
semakin meluas.
Secara lafziah, kata Matlak berarti tempat terbitnya benda-benda langit (rising place). Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata matlak memiliki arti: tempat terbit matahari,
terbit fajar atau terbit bulan.
Pengertian ini sesuai dengan QS Al-Qadr ayat 5:
ڦ ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ
Malam (itu) penuh kesejahteraan sampai terbit fajar
Sedangkan Matlak dalam istilah falak ialah luas wilayah pemberlakuan hukum penetapan awal
bulan kamariyah. Pengertian lainnya Matlak adalah batas geografis keberlakuan rukyah.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 62
Jika terjadi perbedaan lebaran di dua wilayah yang berjauhan dan beda matlak maka hal itu
dianggap wajar. Arti lainnya, tidak diperkenankan ada dua daerah dalam satu matlak berbeda dalam
penetapan awal bulan dan lebaran. Apa lagi perbedaan itu terjadi di satu daerah.
Para ulama dahulu membagi wilayah X dengan wilayah Y dan dinyatakan kedua wilayah tersebut
berbeda matlak dengan kriteria dan acuan yang berbeda:
a. Matlak Berdasar Masafatul Qashri (مسافة القصر)
Masafatul Qashri secara lafziah artinya Jarak Meringkas, yaitu jauhnya jarak dibolehkan meringkas
salat. Matlak Berdasarkan Masafatul Qashri berarti pemberlakuan hukum ketetapan awal bulan itu
diperkenankan di radius boleh melakukan salat qasar. Terdapat perbedaan di antara ulama dalam
menetapkan jarak seseorang boleh melakukan qashar salat.
Wahbah Al Zuhaili (tt: I/118) membuat konversi jarak masafatul qashri dengan ukuran internasional
yang berlaku sekarang dan terdapat perbedaan penetapan karena banyak versi.
Masafatul Qashri:
4 barid = 16 farsakh
1 farsakh = 5544 m
(16 x 5544 = 88,704 km)
1 farsakh = 3 mil
1 mil = 1,609 km
(1,6093 x 3 x 16 = 77,232 km)
1 mil = 1855,4 m
(1855,4 x 16 = 89,059 km)
Dari data di atas disimpulkan, jika warga di kota A melihat hilal pada Ahad sore maka malam Senin
masuk awal bulan. Kota B tidak berhasil melihat hilal karena berbagai hal dan berjarak lebih dari 77
km dari kota A dibenarkan untuk berbeda karena dinyatakan beda matlak. Sebagian berpendapat
harus lebih dari 88,7 dan 89, km.
b. Matlak Berdasar Wilayatul Hukmi.
Konsep Matlak Wilayatul Hukmi yaitu pemberlakuan hukum ketetapan awal bulan dan lebaran itu
untuk seluruh wilayah suatu negara.
Dalam fikih mazhab Syafi‟i penetapan awal bulan identik dengan konsep ini. Hilal yang terlihat di
negara A tidak bisa dijadikan dasar penetapan awal bulan di negara B. Pendapat ini mengacu
kepada hadis Kuraib.
يبة وابن حجر قال يي بن يي حدث نا يي بن يي ويي بن أي وب وق ت رنا وقال اآلخرون حدث نا إساعيل وىو ابن جعفر عن ممد وىو ابن أب أخب
ريب أن أم الفضل بنت الارث ب عثتو إىل معاوية بالشام قال حرملة عن ك ها واستهل على رمضان وأنا بالشام ف رأيت ف قدمت الشام ف قضيت حاجت
لة اجلمعة ث قدمت المدينة ف آخر الشهر فسألن عبد اللو بن اهلالل لي
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 63
عباس رضى اهلل عنهما ث ذكر اهلالل ف قال مت رأي تم اهلالل ف قلت رأي ناه لة اجلمعة. ف قال أنت رأي تو ف قلت ن عم ورآه الناس وصاموا وصام معاوية. لي
لة السبت فال ن زال نصوم حت نكمل ثالثي أو ن راه. ف قال لكنا رأي ناه لي ف قلت أول تكتفى برؤية معاوية وصيامو ف قال ل ىكذا أمرنا رسول اللو صلى
( ح مسلم : )صحي اهلل عليو وسلمBercerita kepada kami Yahya bin Yahya dan Yahya bin Ayyub dan Kutaibah bin Hujr.
Berkata Yahya bin Yahya: mengabarkan kepada kami -yang lain bercerita kepada kami- Ismail -ia putra Ja‟far- dari Muhammad -ia putra Ibnu Abi Harmalah- dari Kuraib, bahwa Ummi Fadhl binti Al Haris pernah mengutus dia ke Muawiyyah di
Syam. Kata Kuraib: “Aku datang ke Syam dan aku sampaikan pesanUmmu Fadhl. Awal Ramadan tiba ketika aku berada di Syam. Aku melihat hilal pada malam Jum‟at.
Lalu aku sampai kembali di Madinah pada akhir bulan.” Kemudian Abdullah bin Abbas menanyaiku dan bercerita tentang hilal. Dia berkata: “Kapan Kamu melihat hilal?” Aku jawab: “Kami melihat hilal pada malam Jum‟at”. Dia bertanya: “Apa
Kamu melihatnya?” Aku jawab: “Ya. Orang-orang juga melihatnya. Mereka kemudian berpuasa termasuk Muawiyah!” Dia (Ibnu Abbas) berkata: “Tapi kami melihatnya
pada malam Sabtu, makanya kami masih berpuasa hingga genap 30 hari kecuali kami melihat hilal!” Aku bertanya: “Apa Anda tidak cukup dengan rukyah dan puasanya Muawiyah?”, Dia menjawab: “Tidak! Seperti itulah Rasulullah SAW memerintahkan
kita”.
Tetapi Sulaiman bin Muhammad al Bujairimi (1131-1221 H/1718-1815 M) dalam Hasyiah
Bujairimi „alal Khatib lebih lentur dalam menetapkan pendapatnya:
“Jika di negara sebelah timur berhasil melihat hilal, maka hasil rukyat itu berlaku di
negara sebelah baratnya dan tidak berlaku sebaliknya. Misalnya Makkah dan Mesir,
hasil rukyat di Makkah berlaku untuk Mesir dan tidak sebaliknya.”
Redaksi seperti itu terdapat pula pada kitab Nihayatuz Zain (2002; 185) karya syekh Nawawi al
Jawi, ulama besar Syafiiyah yang hidup di abad 19 (1230-1314 H/1815-1897 M).
c. Matlak Global
Matlak Global yaitu pemberlakuan hukum ketetapan awal bulan itu berlaku untuk seluruh dunia.
Para ulama mazhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali memegang konsep ini. Syekh Syarafuddin Musa
Al Hajawi (w 960 H/1552 M) dalam Al Iqna fi Fiqh Ahmad bin Hanbal (tt; 303) menulis:
وإذا ثبتت رؤية اهلالل مبكان قريبا كان أو بعيدا لزم الناس كلهم الصوم وحكم من مل يره حكم من رآه ولو اختلف املطالع
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 64
Jika telah ditetapkan rukyat hilal, baik di tempat yang dekat atau jauh maka seluruh manusia harus puasa. Orang yang tidak melihat hilal berhukum kepada yang melihat hilal meskipun berbeda matlak.
Perbedaan pendapat dikalangan ulama adalah hal yang biasa. Bagi masyarakat awam perbedaan
seperti di atas cukup membingungkan. Pertanyaan yang muncul adalah:
Mana yang benar? Atau, Kita mengambil pendapat yang mana?
Di kalangan komunitas muslim tradisional, memegang teguh pendapat ulama yang menjadi anutan
mazhabnya adalah sebuah keharusan dan ada satu perasaan berdosa jika menyalahinya. Untuk hal-
hal yang sifatnya ubudiah mahdhah seperti salat, zakat, dan puasa hal itu wajar, tapi jika
menyangkut ibadah yang dikaitkan dengan sains maka tidak seharusnya kita yang hidup di zaman
global sekarang dibelenggu oleh pendapat para ulama terdahulu karena ketika para ulama berfatwa
demikian kondisi sosial, politik dan pengetahuan berbeda sekali dengan kita sekarang.
Contoh:
Syekh Sulaiman bin Muhammad al Bujairimi penulis Hasyiah Bujairimi „ala l Khatib yang hidup
1131-1221 H/1718-1815 M berpendapat:
“Jika di negara sebelah timur berhasil melihat hilal, maka hasil rukyat itu berlaku di negara sebelah baratnya dan tidak berlaku sebaliknya. Misalnya Makkah dan Mesir, hasil rukyat di Makkah berlaku untuk Mesir dan tidak sebaliknya.”
Membandingkan Makkah dan Mesir secara geografis tidaklah terlalu jauh dengan kita sekarang
membanding antara Jakarta dengan daerah Aceh. Jika di Jakarta berhasil melihat hilal dan Aceh
tidak berhasil melihat hilal maka Aceh boleh mengikuti Jakarta karena Aceh sebelah baratnya, dan
tidak boleh Jakarta mengikuti Aceh. Beranalogi kepada pendapat Syekh Sulaiman al Bujairimi dan
Syekh Nawawi Al Jawi, mereka yang tinggal Cirebon, Surabaya, Makassar jika tidak melihat hilal
maka harus istikmal dan jangan mengikuti Jakarta.
Betapa kakunya jika kita yang hidup di era sekarang memegang pendapat di atas. Mungkin
sebagian kita bertanya, kenapa sekaku itu ulama Syafi‟iyah dalam menetapkan sebuah
pendapatnya?
Jawabannya, justru itu sebuah ketetapan yang modern di kala itu; ketika belum ada alat transfortasi
mobil apalagi pesawat, perjalanan ditepuh dengan jalan kaki. Belum ada alat kemunikasi telepon
apalagi hp, informasi hanya bisa disampaikan dari mulut ke mulut. Juga sistem pemerintahan antar
negara dengan batas-batasnya tidak sejelas seperti sekarang. Ulama Syafi‟iyah pada kurun awal
bahkan menyatakan bahwa rukyat diberlakukan untuk wilayah tempat melihatnya hilal dan
sekitarnya sebagaimana sikap yang diambil sahabat Ibnu Abbas dari Kuraib.
Tidak salah, kita mendapati dan memahami matlak berdasarkan Wilayatul Hukum dari guru-guru
kita, dari rujukan kitab-kitab fikih yang muktabar. Dari para imam mujtahid mutlak sekaliber Imam
Malik, Muhammad Idris Assyafii atau Ahmad bin Hanbal.
Berpikir konstruktif terhadap pendapat ulama dahulu dalam hal yang berkaitan dengan sains seperti
penetapan awal bulan dengan melihat hilal dikaitkan dengan perkembangan politik di tiap negara
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 65
bukanlah dengan cara memegang pendapat mereka secara tekstual, tapi justru kita balik bertanya
dalam diri kita:
Apakah jika Syekh Sulaiman al Bujairimi dan Syekh Nawawi al Jawi hidup di era teknologi
informasi dan global seperti sekarang; menyaksikan dunia sudah dipagari oleh batas yang
namanya “negara” dengan ragam sistem pemerintahan, akankah mereka akan berpendapat
seperti yang tertulis dalam karyanya 300 tahun yang lalu?
Penulis yakin, mereka pasti tak akan berpendapat seperti itu. Mereka hamba-hamba Allah yang
ikhlas dan berpikiran sangat maju untuk zamannya, pendapat mereka tidak memaksa kita untuk
mengikutinya jika akan membelenggu dan menyulitkan kita yang hidup 300 ratus tahun
sesudahnya. Yang lebih mengerti kita dan permasalahan penetapan awal bulan di zaman sekarang
adalah kita sendiri. Seorang Muhammad Idris Assyafi‟i saja, banyak fatwa beliau yang lama (qaul
qadim) dikoreksinya sendiri setelah menetap di Mesir (qaul jadid) karena ditemukanya hal-hal baru
seiring perkembangan dan perubahan.
Luas satu matlak berdasarkan Wilayatul Hukmi, menjadikan kita lebih merasa sebagai warga suatu
negara daripada sebagai hamba Allah yang tinggal di satu bumi ciptaan-Nya. Ketika di Saudi
Arabia melihat hilal, kita tak meresponnya karena itu Saudi Arabia, sedangkan kita Indonesia, tak
ada hubungannya sama sekali. Diibaratka kepada penumpang kereta api Parahyangan, kita lebih
merasa sebagai penumpang gerbong 1, 2 atau gerbong 3 hingga tidak sadar, kita adalah penumpang
kereta Parahyangan. Sesuatu yang tak perlu terjadi jika secara tulus kita mengembalikan kepada Al-
Qura‟an dan Sunnah.
Paradoks, ketika Indonesia, Malaysia dan Brunei yang lebih awal menerima datangnya waktu
Magrib dibandingkan Saudi Arabia pada hari X misalnya, tapi dalam penanggalan kita sering di
belakang mereka. Seharusnya satu dunia ada satu tanggal hijriyah. Kalau pun beda, karena
Indonesia lebih awal menerima waktu, Indonesia tanggal 1 dan Saudi Arabia tanggal 2. Ini malah
sebaliknya, Indonesia tanggal 2 dan Saudi Arabia tanggal 1. Pasti ada kesalahan kolektif yang kita
lakukan dalam memahami dan menyikapi sabda Rasulullah SAW dan butuh konsep baru dalam
memahami Hadits riwayat dari Abu Hurairah dan Ibnu Abbas. Kesalahan yang kentara hingga
paradoks tersebut muncul karena kita kadung menjadikan bumi ini seperti tanah kavling, bukan
sebagai satu unit kesatuan utuh.
Jujur, penulis sering ragu dan merasa gamang menyikapi perbedaan itu, dan tentu juga jutaan
muslim Indonesia ketika menyambut datangnya bulan penuh rahmat Allah tapi tak sepakat dalam
penentuan waktunya. Kenapa kita tak menerima kesaksian ulama-ulama Timur Tengah yang telah
melihat hilal 4 jam berikutnya ketika kita di Indonesia tak melihatnya? Tapi penulis juga rgu, apa
benar mereka melihat hilal Karen pengetahuan hisab bahwa hilal tidak mungkin bisa dilihat karena
rendahnya hilal.
Adakah dalil yang sarih dari Al-Quran dan Sunah yang mengharuskan kita mengkotak-kotakkan
diri dalam melakukan Rukyat berdasarkan batas geografis tertentu atau wilayah hukum tertentu?
Jika tak ada, mengapa kita melakukan sesuatu yang tak diperintahkan Allah dan Rsul-Nya sehingga
kita terus berselisih padahal di antara essensi nilai dalam Islam adalah persatuan?
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 66
Allah berfirman dalam QS Al Baqarah:185
ڳ ڳ ڱ ڱ ڱ ڱ ں ں ڻ ڻ ڻ
ڻۀ ۀ ہ ہ ہ ہھ ھ ھ ھ ے ے ۓ ۓ ﮲
﮾ ﮿ ﮽ ﮷ ﮸ ﮹ ﮺ ﮻ ﮼ ﮳ ﮴﮵ ﮶
﯀ ﯁ (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur.
Kata di antara kamu, adalah manusia di hadapan Allah secara umum. Itu adalah makna asal. Ketika
saudara kita di Timur Tengah masuk awal Ramadan dan mereka berpuasa esok harinya, kita yang
berada di sebelah timur adalah bagian dari kamu dalam ayat tersebut. Kamu dalam ayat ini
penegertiannya umum, siapa pun mereka yang beriman.
Bumi adalah satu unit kesatuan utuh. Jika sudah terjadi ijtima maka seluruh manusia penghuni bumi
ini sudah masuk bulan baru secara utuh pula. Itulah Hisab. Pengetahuan manusia sudah
menguasainya. Mudah dan berhujah.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 67
BAGAIMANA SUPAYA LEBARAN SEREMPAK?
A. Mewujudkan Kesepaktan Kolektif (Ijtihad Jamaah)
1. Rukyat
Kata انرؤح ditulis dalam bahasa Indonesia dengan Rukyat, yaitu bentuk jama dari kata رؤ. Ia
adalah bentuk masdar (verbal noun) dari kata kerja: رأي . Dalam KBBI kata Rukyat artinya:
1. Perihal melihat bulan tanggal satu untuk menentukan hari permulaan dan penghabisan puasa
Ramadan.
2. Penglihatan; pengamatan.
Dalam Mu‟jam Lughatil Fuqaha, Rukyat berarti: persaksian dengan penglihatan di mana pun
berada: di dunia, di akhirat, bahkan dalam mimpi.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al Fath: 27.
﮴ ﮵ ﮳ ﮼ ﮽ ﮶ۓ ۓ ﮲ ﮸ ﮹ ﮺ ﮻ ﮷
﮾ ﮿ ﯀ ﯁
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran
mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa
yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.
Kata Rukyat paling sering dipahami dalam konteks fikih, yaitu sebagai aktifitas melihat hilal untuk
penetapan awal bulan terutama untuk Ramadan, Syawal dan Zulhijjah sebagaimana yang banyak
ditemukan dalam hadis Rasulullah SAW:
ذكر رسول اللو صلى اهلل عليو وسلمعن ابن عمر رضى اهلل عنهما أن الشهر ىكذا وىكذا وىكذا ث عقد إب هامو ف : رمضان فضرب بيديو ف قال
الثي الثالثة فصوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو فإن أغمى عليكم فاقدروا لو ث ( )صحيح مسلم:
IV
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 68
Dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah SAW menyebut Ramadan, ia menepuk kedua tangannya dan bersabda: bulan itu begini, begini, begini, sambil menekuk jempol pada yang ketiga. Maka berpuasalah ketika melihatnya (hilal) dan berbuka ketika
melihatnya. Jika hilal tertutup atas kalian maka hitunglah menjadi tiga puluh.
Puluhan hadis tentang penetapan awal bulan Ramadan dan lebaran harus melihat hilal yang terdapat
dalam kitab hadis yang enam (kutubus sittah) sanadnya berujung pada sahabat Abdullah bin Umur.
a. Rukyat Itu Mudah
Penetapan awal Ramadan dan lebaran pada masa Rasulullah SAW harus melalui rukyat secara
langsung. Itulah yang disabdakan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Kenapa harus rukyat?
Karena hanya dengan metode rukyatlah diketahuinya awal bulan sudah masuk.
Secara geografis, Madinah tidak terletak di daerah pesisir seperti Jeddah, tapi berada jauh dari laut
merah, sekitar 120 km sebelah timur. Dari penelusuran terhadap hadis Rasulullah SAW, puasa di
masa Rasulullah SAW lebih sering 29 hari daripada 30 hari. Artinya keberhasilan melihat hilal
lebih sering daripada melakukan istikmal. Berbeda dengan kita sekarang, melakukan istikmal lebih
sering daripada berhasil melihat hilal.
تسعا -صلى اهلل عليو وسلم-عن ابن مسعود قال لما صمنا مع النب ( )سنن أبو داود: وعشرين أكث ر ما صمنا معو ثالثي
Dari Ibnu Mas‟ud, ia berkata: ketika kami puasa bersama Nabi SAW, 29 hari lebih sering daripada kami puasa bersamanya 30 hari.
Kemungkinan penyebabnya:
1. Dalam delapan tahun Rasulullah SAW dan para sahabat melaksanakan puasa, secara
astronomi memang peredaran bulan dan bumi demikian adanya
2. Madinah tidak dekat laut. Awan yang menguap dari padang pasir tidak setebal yang
menguap dari laut.
3. Waktu zaman Rasulullah SAW, polusi udara dari industri dan kendaraan tidak ada sehingga
kecerahan langit ketika melakukan rukyat lebih mudah jika memang hilal sudah muncul di
atas ufuk.
Menelusuri hadis Rasulullah SAW tentang penetapan awal Ramadan dan lebaran memberi kesan
kepada kita begitu mudahnya dalam penetapannya.
1. Lakukan rukyat untuk memulai awal puasa, juga untuk awal Syawal.
2. Jika tidak berhasil maka genapkan 30 hari.
3. Ketika Rasulullah SAW puasa tanggal 30 Ramadan di akhir hari, datanglah kafilah yang
melihat hilal sore kemarin dan menyampaikan kesaksian mereka kepada Rasulullah SAW.
Beliau menerima kesaksian itu dan menyuruh para sahabat berbuka.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 69
b. Kenapa Rukyat terasa sulit di zaman modern sekarang?
Melakukan rukyat hilal pada zaman modern sekarang seharusnya lebih mudah karena banyaknya
alat optik yang membantu penglihatan manusia melihat hilal dan kenyataannya demikian. Dalam
pengamatan penulis, rukyat itu seolah-olah sulit dikarenakan beban psikologis fikih dan hasrat ingin
lebaran bersama di tengah motode penetapan awal bulan yang beragam.
Di antara kita banyak yang memaksakan diri melihat hilal ketika hilal belum cukup waktu untuk
bisa dilihat meskipun menggunakan alat bantu. Jika diibaratkan dalam perumpamaan sederhana,
begini contohnya.:
Final Word Cup 2014 antara Jerman vs Argentina dilaksanakan Senin, 14 Juli 2014 pukul
02.00 WIB di Brazil. Kita mengetahui hal itu dari banyak media. Karena sesuatu hal, kita
tidak bisa menyaksikan siaran langsungnya tapi bisa melihat siaran ulangan di stasiun tv X
pukul 06.00. Dengan mudah kita bisa melihat siaran ulang itu pada pukul 06.00. Yang sulit
itu, ngakali dan memaksakan diri bagaimana caranya bisa melihat sepak bola jam 04.00
padahal penayangannya jam 06.00 karena kita sudah tahu bahwa pertandingan itu dimulai
pukul 02.00.
Kita ingin nyunah tapi berakhir bid‟ah. Rukyat itu sunah karena dilakukan oleh Rasulullah SAW
dan diikuti oleh para sahabat sepeninggalnya. Karena pengaruh pengetahuan hisab yang sudah
maju, kita jauh-jauh hari mendapati data bahwa sudah sudah terjadi ijtima 4 jam sebelum gurub
matahari.
Misalnya untuk awal Ramadan 1443 H/2022 M
Ijtima terjadi pada Jum‟at 1 April 2022 M jam 13:24 WIB
Usia bulan : +04 jam 34 menit
Tinggi hilal : +02°:38':42"
Ketinggian hilal +02°:38':42" sulit bahkan mustahil diamati meskipun menggunakan alat bantu. Jika
menjunjung tinggi sunah Rasulullah SAW yang benar seharusnya malakukan istikmal dengan
menyempurnakan umur bulan 30 hari. Bukan membuat terobosan baru membuat metode Imkanur
Rukyat. Rasulullah SAW dan para salafus shalih tak mewarisikan metode Imkanur Rukyat. Benar,
tujuan digagasnya Imkanur Rukyat itu mulia sebagai jembatan kompromis antara hisab yang sudah
menyatakan bahwa bulan baru sudah masuk dengan ajaran Rasulullah SAW yang menetapkan
bahwa awal Ramadan dan lebaran itu harus dengan melihat hilal. Akhirnya maksud hati mengejar
sunah tapi apa daya melakukan bid‟ah.
2. Hisab
a. Hisab Itu Lebih Mudah
Kerangka pemikiran penulis adalah mencari yang termudah tapi terukur kebenarannya berdasarkan
dalil dari Al-Quran dan Sunah. Kemudahan dan mencari yang termudah adalah bagian yang
terterpisahkan dalam penerapan syariah Islam.
Allah SWT berfirman dalam QS. Yunus: 5.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 70
ٴۇ ۋ ۋ ۅ ۅ ۉ ۇ ۇ ۆ ۆ ۈ ۈ
ەئ ەئ وئ وئ ۇئ ائې ې ې ى ى ائ ېۉDialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
Islam menjunjung tinggi pengetahuan karena seorang yang banyak tahu akan sampai kepada
pengakuan kemahabesaran Allah SWT sebagai Tuhan Maha Pencipta. Hanya orang yang banyak
tahu (ulama) yang takut kepada-Nya. Allah SWT menjadikan matahari dan bulan berjalan pada
porosnya dengan laju yang baku dan tepat. Karena baku dan tepat berjalan pada porosnya
peradaban pengetahuan manusia bisa menghitung secara pasti laju jalannya benda-benda langit
supaya manusia menjadikannya sebagai patokan perhitungan tahun dan waktu.
Perbedaan penetapan awal Ramadan dan lebaran telah lama terjadi dan akan terus terjadi.
Penyebabnya adalah konstruksi berpikir para ulama dan interpretasi antara satu hadis dengan hadis
lain yang berbeda terhadap hadis-hadis Rasulullah SAW tentang penetapan awal bulan kamariah.
Karena kompleksnya permasalahan kadang penulis berkhyal ingin bertemu dengan Rasulullah
SAW dan menanyakan tentang sabda-sabdanya yang penulis baca dalam kitab-kitab hadis
mengenai penetapan awal bulan dikaitkan dengan kemajuan zaman sekarang. Penulis mengimani,
jika kita bermimpi bertemu Rasulullah SAW maka sungguh kita melihat Rasulullah SAW secara
nyata. Karena banyak hadis yang menyatakan demikian. Di antaranya HR. Bukhari nomor 5844:
ح ال ص ب أ ن ع ي ص و ح ب ا أ ن ث د ح ة ان و و ع ب ا أ ن ث د ح ل ي اع س إ ن ى ب س و ا م ن ث د ح ي اس وا ب س : ال سلم ق عليو و صلى اهلل ب الن ن رضي اهلل عنو : ع ة ر ي ر ى ب أ ن ع ت ر و ص ل ث م ت ي ل ان ط ي الش ن إ ف آن ر د ق ف ام ن م ال ف آن ر ن م و ت ي ن ك وا ب ن ك ت ل و ر ا الن ن م ه د ع ق م أ و ب ت ي ل ا ف د م ع ت م ي ل ع ب ذ ك ن م و
Bercerita kepada kami Musa bin Ismail, bercerita kepada kami Abu Awanah, bercerita kepada kami Abu Hashin, dari Abi Shalih, dari Abi Hurairah RA, dari Nabi AW bersabda: Berilah nama dengan namaku dan jangan dengan kunyahku. Barang siapa
yang melihatku dalam mimpi maka sunggu ia melihatku karena syaitan tak bisa menyerupai bentukku/ barang siapa yang berdusta atasku secara sengaja maka
bersiaplah tempat duduknya dari neraka.
Yang ingin penulis tanyakan kepada Rasulullah SAW adalah tentang sinkronisasi dua hadis yang
Rasulullah SAW sabdakan kepada Abdullah bin Umar. Dua hadis tersebut adalah:
صلى اهلل ب الن ن اهلل عنهما ع ي ض ر ر م ع ن اب ع س و ن و أ ر م ع ن ب د ي ع ا س ن ث د ح .
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 71
ل و ب ت ك ن ل ة ي م أ ة م ا أ ن إ :ال ق و ن عليو وسلم أ ا. ذ ك ا ى ذ ك ى ر ه الش ب س ( )صحيح البخاري: ي ث ال ث ة ر م و ن ي ر ش ع و ة ع س ت ة ر م ن ع ي
Bercerita kepada kami Said bin Amr, bahwa ia mendengar Ibnu Umar RA dari Nabi
SAW bersabda: Kami umat ummi, kami tidak bisa membaca dan kami tidak bisa menulis. Satu bulan itu begini begini. Maksudnya, sekali 29, sekali 30.
ضان ذكر رم عن ابن عمر رضى اهلل عنهما أن رسول اللو صلى اهلل عليو وسلمالشهر ىكذا وىكذا وىكذا ث عقد إب هامو ف الثالثة : فضرب بيديو ف قال
)صحيح فصوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو فإن أغمى عليكم فاقدروا لو ثالثي ( مسلم:
.
Bercerita kepada kami Abu Usamah, Bercerita kepada kami Ubaidillah, dari Nafi, dari Abdullah bin Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bercerita tentang Ramadan. Beliau
menepuk dengan kedua tangannya dan bersabda: Bulan itu begini-begini sambil menekuk jempolnya pada kali ke tiga. Maka puasalah kalian karena melihat hilal dan beridul fitri karena melihatnya. jika mendung meliputi kalian maka ukurlah 30 hari.
Mungkin karena penulis manusia banyak dosa dan Rasulullah SAW adalah manusia suci, mimpi
suci seperti itu belum penulis alami. Tapi penulis mengamati, Rasulullah SAW bersabda kepada
Abdullah bin Umar RA dalam dua kesempatan yang berbeda tapi saling menyambung:
Untuk penetapan awal bulan Ramadan dan lebaran, lakukan dengan melihat hilal,
karena kita belum mampu melakukan penetapannya dengan hisab.
Bagaimana dengan kita yang hidup sekarang:
Apakah kita sudah sampai kepada era pengetahuan yang dimaksud dalam ayat di atas?
Jawabannya: Ya! Bahkan ratusan tahun yang lalu sudah mengetahui tanda keagungan ini.
Masihkah kita perlu melakukan rukyat hilal?
Jawabanya: Rasulullah SAW melakukan rukyat karena hanya dengan cara itu diketahui
secara pasti datangnya bulan. Pengetahuan hisab orang Arab waktu belum cukup
mengetahui saat bulan baru terjadi.
Pengetahuan manusia sekarang bisa memprediksi secara akurat munculnya bulan baru untuk 1000
tahun ke depan.
b. Hisab Murni; Ijtima Sebagai Patokan Awal Bulan
Hisab ( حسابان ) artinya Perhitungan. Dalam Al-Quran kata Hisab (حساب) terulang sebanyak 37 kali,
dan hanya satu yang dikaitkan dengan peredaran benda angkasa yaitu pada QS. Yunus: 5.
Dalam konteks penetapan awal bulan, Hisab berarti perhitungan posisi benda-benda langit dan laju
jalan pada porosnya secara matematis dan astronomis dikaitkan dengan keperluan ibadah.
Ilmu falak, ilmu nujum, dan ilmu hisab adalah pengetahuan yang berhubungan dengan peredaran
benda-benda langit. Manusia dahulu sudah mengenal dasar bintang dan dijadikan petunjuk arah.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 72
Rasi bintang Pari sebagai petunjuk arah selatan, rasi bintang Wuluku/Orion sebagai petunjuk arah
barat, dan bintang Tujuh sebagai petunjuk arah utara.
Allah SWT berfirman dalam QS. An Nahl: 15-16.
ٱ ٻ ٻ ٻ ٻ پ پ پ پ ڀ ڀ ڀ
ٺ ٺ ٺ ٿ ٺڀDan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat
petunjuk, Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah
mereka mendapat petunjuk.
Demikian juga bumi, bulan dan matahari, interaksi ketiganya menjadi tanda waktu dan patokan
pelaksanaan ibadah. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah: 189.
﮸ ﮹ ﮺ ﮻ ﮼ ﮽ ﮷﮲ ﮳ ﮴ ﮵ ﮶ ۓے ے ۓ
﮾ ﮿ ﯀ ﯁
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan
orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
Juga dalam QS. Ar Rahman: 5.
ڍ ڍ ڌ ڌ
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
Khusus untuk penetapan awal bulan, pengetahuan manusia berevolusi sesuai perkembangan zaman.
Hisab pada masa Rasulullah SAW dikatagorikan sebagai Hisab Urfi ( ;atau Konvensional (عرف
didasarkan kepada kesepakatan yang sudah umum dan secara tradisional turun temurun.
Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang jumlah hari dalam satu bulan kamariah itu ada yang 29
dan 30. Secara tradisional ribuan tahun yang lalu manusia sudah mengetahui bahwa usia bulan itu
sekitar 29 hari setengah. Pengetahuan zaman dahulu sudah sampai kepada pengenalan tahun kabisat
( كثسحسح ) atau leap year. Siklus tahun kabisat dalam sistem penanggalan kamariyah adalah 30
tahun, bandingkan dengan siklus penanggalan syamsiah yang hanya 4 tahun. Dalam 30 tahun
tersebut ada 11 tahun kabisat (panjang) di mana jumlah harinya 355 hari, sedangkan 19 tahun di
dalamnya adalah tahun basitah (تسطح) atau biasa dengan jumlah hari dalam setahun 354.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 73
Ketentuannya perhatikan tabel berikut!
Koleksi pribadi
Menentukan tahun ke 30 kabisat dengan cara angka tahun harus genap dibagi 30. Misalnya tahun
1410 : 30 = 47. Berarti tahun 1411 kembali ke tahun 1. Ketika buku ini ditulis tahun 1437 H berarti
sudah tahun ke 27 dari siklus 30 dan dinyatakan tahun kabisat, artinya jumlah hari di tahun 1437 H
ini 355 hari.
Peradaban ilmu manusia telah lama mengetahui bahwa bulan mengelilingi bumi selama 29,53055
hari. Rincian perhitungannya dari data siklus 30 tahun di atas.
11 x 355 = 3905 (kabisat)
19 x 354 = 6726 (basitah)
3905 + 6725 = 10.631 : 30 = 354, 3666
354, 3666 : 12 = 29,53055
Kita sekarang berada pada era kemajuan pengetahuan Hisab Modern. Bulan mengelilingi bumi
dalam satu periode putaran (3600) memerlukan waktu:
27,321661 hari, atau
27 hari 7 jam 43 menit 11.51 detik.
Jika pada suatu waktu bulan berada pada titik di langit, maka setelah 27 hari 7 jam 43 menit 11.51
detik ia akan kembali berada di titik semula. Jangka waktu ini disebut waktu peredaran Sideris.
Ketika bulan beredar menempuh lingkaran orbitnya, bumi dan bulan juga bersama-sama
mengelilingi matahari. Akibatnya setelah 27,3 hari itu meskipun bulan sudah sempurna
mengelilingi bumi 3600, namun pada waktu itu belum masuk pada bulan baru. Bulan baru itu terjadi
bila bulan terletak kembali searah dengan matahari (ijtima;konjungsi) atau dengan istilah lain: bumi
bulan dan matahari terletak pada suatu hamparan bidang datar.
Perhitungan kalender bulan seperti kalender Hijriah relatif rumit, perhitungannya tidak saja
didasarkan pada peredarannya itu sendiri, tetapi kepada perubahan bentuknya. Sementara perubahan
bentuk bulan sendiri ditentukan oleh posisi matahari.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
: Kabisat : Basitah
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 74
Perhatikan gambar berikut
aliboron.files.wordpress.com
Setelah 27,32 hari bulan sempurna mengelilingi bumi 360, bulan baru (new moon) belum bisa
terjadi. Masih diperlukan 2.21 hari lagi (270) pergeseran bulan agar terjadi konjungsi yang
menandai akan masuknya bulan baru. Lihat gambar di atas: Posisi B1 dan B3 adalah periode sinodis
bulan, sedangkan B1 ke B2 adalah periode sideris
Dengan kata lain untuk mencapai satu keliling penuh menurut perubahan bentuknya bulan harus
menempuh jarak 3870. Jarak itu ditempuh bulan dalam waktu:
29, 530579 hari atau
29 hari 12 jam 44 menit 2.03 detik.
Karena panjang hari sesuai dengan putaran bumi pada porosnya dalam satu putaran penuh adalah 24
jam, maka untuk mencapai waktu rata-rata 29, 530579 hari, ditetapkan panjang bulan pada bulan-
bulan hijriah adalah silih berganti antara 29 dan 30 hari. Dengan panjang rata-rata 29.5 hari itu
ternyata masih ada selisih 0.030579 hari (44 menit 2.03 detik), maka untuk menutupi kekurangan
itu diadakan penambahan satu hari pada bulan terakhir yaitu Zulhijah setiap 11 tahun sekali dalam
putaran tiap 30 tahun. Dengan penambahan ini berarti rata-rata bulan panjangnya menjadi 29,5305
hari. Itu juga masih ada selisih sekitar 8 detik.
Maha Suci Allah yang menciptakan alam raya ini dengan segala kesempurnaan. Puji dan syukur
terpanjat kepada Allah SWT yang memberi kita kesempatan hidup di zaman modern dan
menyaksikan kesempurnaan ciptaan ini. Kita yang hidup sekarang lebih menikmati kebenaran
firman Allah SWT dalam Al-Quran di banding para sahabat Rasulullah SAW dan para ulama
terdahulu karena kita bisa menyaksikannya dengan perangkat teknologi.
Kita sekarang dengan mudah mengetahui munculnya hilal (انقر انىنس) atau bulan baru (new moon)
dan meyakini bahwa bulan baru telah datang. Tidak harus menggunakan pengamatan (rukyat) lagi.
Sama halnya dengan dunia kedokteran dan kebidanan, seorang istri hamil tidak harus menunggu
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 75
telatnya haid atau datang ke peraji ketika perut mulai buncit. Tespek bisa memprediksi kehamilan
pada waktu terdini (6 hari) dari hubungan badan dengan akurasi ketepatan 99%.
Penulis adalah dosen untuk mata kuliah Agama di sebuah sekolah tinggi kesehatan di kota
Sukabumi. Mempunyai banyak rekan dari kalangan dokter dan ginekolog. Kami sering berdiskusi
tentang Islam dan kesehatan. Suatu hari kami berdiskusi tentang rukyat karena waktu itu terjadi
perbedaan penetapan lebaran.
Kata rekan dokter, “Dulu, untuk mengetahui seorang wanita hamil, peraji baru mampu mendeteksi
kehamilan ketika usia kehamilan masuk akhir bulan ke 3 atau minggu ke 12. Melalui kepekaan
peraba dan melihat langsung besarnya perut dan organ lain yang mengembang. Tapi sekarang,
dengan alat tespek (tes pack), seorang istri bisa mengetahui kehamilan dirinya sejak enam hari
setelah berhubungan suami-istri dengan akurasi kebenaran 99%. Kaitannya dengan penetapan awal
Ramadan dan lebaran, kenapa kita sekarang masih melakukan rukyat hilal seperti yang dilakukan
Rasulullah SAW di mana waktu itu manusia belum mampu mendeteksi bulan baru secara
matematis kecuali dengan melihat langsung?”
Peraji saja sudah menggunakan tespek dan tidak menggunakan “rukyat” ke perut wanita hamil. Alat
tespek bisa mendeteksi kadar hormon kehamilan atau Human Chorionic Gonadotropin (hCG) yang
diproduksi sel telur setelah dibuahi dan menempel dalam Rahim melalui tes darah atau urin. Dalam
masa kehamilan dengan rentangan waktu 43-44 minggu, hari ke 6 adalah masa terdini dari sebuah
proses panjang kehamilan. Di minggu pertama, nutfah (انطفح) menerobos rahim dan memproses
pembentukan Alaqah (انعهقح) atau gumpalan darah (bloodsucker) dengan wujud cair dan sangat kecil.
Di minggu ke 9 terbentuk mudgah ( غحضان ) atau embrio dengan ukuran sangat kecil pula yaitu 4
gram dengan panjang sekitar 4 cm. Dahulu peraji menetapkan seorang istri hamil dengan “rukyat”
setelah masuk bulan ke 3, sekarang ilmu Allah SWT yang diberikan kepada manusia melalui proses
riset yang panjang bisa mendeteksi kehamilan sedini mungkin.
Ormas Islam sudah memiliki peralatan canggih dan mengoleksi banyak software falak untuk hisab.
Rekan dokter itu mengetahui letak masalahnya bukan pada perbedan perhitungan antar-ormas dan
antar-negara, tapi pemahaman hadis mengenani penetapan awal Ramadan dan lebaran cenderung
memandang dari sudut tekstual ( Di era hisab modern, kita bisa .(ساق) dari pada kontekstual (ص
mengetahui terjadinya ijtima untuk ratusan tahun ke depan bahkan menembus millennium. Ini
adalah karunia Allah SWT untuk umat Islam agar mudah dalam penetapan waktu ibadah.
Karena hisab adalah perhitungan, maka ketika metode ini dijadikan penetapan awal bulan dan
lebaran tidak perlu dihubungkan dengan melakukan rukyat dan tidak dikaitkan dengan syarat
angka-angka tertentu yang berhubungan dengan rukyat. Jika secara hisab sudah terjadi ijtima atau
konjungsi maka kita sudah berada di bulan baru. Titik.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 76
Contoh:
Untuk penetapan 1 Zulhijjah 1437 H/2016 M, hisab modern memberikan data sebagai berikut:
1. Ijtima terjadi pada Kamis, 1 September 2016 Jam 16:03 WIB
2. Umur bulan ketika matahari tenggelam 1 Jam 50 Menit
3. Ketinggian hilal di Jakarta -00°:09':06"
Jika kita menggunakan hisab yang semurni-murniya kita bisa mengambil ketetapan sebagai berikut:
1. Ketika terjadi ijtima pada Kamis, 1 September 2016 Jam 16:03 WIB artinya kita yang
menghuni planet bumi ini sudah masuk bulan baru.
2. Gurub malam Jum‟at (Kamis malam) adalah 1 Zulhijah 1437 H bertepatan dengan 2
September 2016 M.
3. Tidak ada syarat hilal harus di atas ufuk barat +000 karena metodenya adalah hisab. Bukan
rukyat.
4. Idul Adha 1437 H bertepatan dengan Ahad, 11 September 2016.
Dengan data yang sama, hasil ketetapan akan berbeda jika menggunakan konsep Wujudul Hilal
yang mensyaratkan ketinggial hilal harus di tas ufuk. Ketetapan jika menggunakan Wujudul hilal
adalah:
1. Ketika terjadi ijtima pada Kamis, 1 September 2016 Jam 16:03 WIB artinya kita yang
menghuni planet bumi ini sudah masuk bulan baru.
4. Gurub malam Jum‟at (Kamis malam) dinyatakan tanggal 30 Zulqa‟dah 1437 H karena hilal
Ketinggian hilal -00°:09':06"
2. 1 Zulhijjah 1437 H bertepatan dengan Sabtu, 3 September 2016 M.
3. Idul Adha 1437 H bertepatan dengan Senin, 12 September 2016 M.
Konsep Wujudul Hilal dipegang oleh Muhammadiyah dan diklaim sebagai penetapan awal bulan
berdasarkan Hisab dengan 3 parameter utama:
1. Telah terjadi Ijtima.
2. Ijtima terjadi sebelum matahari terbenam.
3. Pada saat matahari terbenam hilal berada di atas ufuk.
Menurut hemat penulis, parameter di atas menjadikan konsep Wujudul Hilal bukanlah metode hisab
murni tapi campuran hisab-rukyat. Ketentuan hilal harus berada di atas ufuk adalah wilayah rukyat.
Pada Kamis, 1 September 2016 Jam 16:03 WIB terjadi ijtima dan kita masuk bulan Zulhijjah.
Jika menggunakan metode hisab, kenapa disyaratkan hilal harus di atas ufuk sehingga malam
Jum‟at dibatalkan sebagai sebagai tanggal 1 Zulhijjah padahal secara matematis-astronomis sudah
masuk bulan baru?
Hisab tidak bisa dipisahkan dengan evolusi telaah manusia mentafakuri jagat raya ciptaan Allah
SWT selama ribuan tahun. Hisab semestinya memberi kemudahan kepada penggunanya dengan
meminimalisir kesulitan. Ketika pengetahuan manusia sudah menyatakan bahwa Kamis, 1
September 2016 Jam 16:03 WIB telah terjadi ijtima dan masuk bulan Zulhijah maka hal-hal yang
menyulitkan harus dihilangkan. Jiga menggunakan hisab tegakkan hisab itu dengan semurninya.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 77
B. Menakar Kebenaran dan Kemudahan Antara Rukyat dan Hisab untuk Penetapan Awal Bulan
Ketika kita umat Islam, terlebih kalangan pemuka agama ditanya inginkah umat Islam mempunyai
kalendar tunggal hijriah yang berlaku seluruh dunia? Jawabannya pasti sama: ingin! Dengan
kalender tunggal hijriah umat Islam sedunia akan melaksanakan awal puasa Ramadan, Idul Fiti dan
Idul Adha secara serempak. Tidak seperti kenyataan sekarang ini. Berbeda!
Jika ingin, tentu para ulama harus berpikir konstruktif ( ) rasional ,(إستسالن ) dan realistis ,(يطق (واقع
dengan terus melakukan ijtihad secara kolektif dengan sandaran Al-Quran dan Sunah. Dasarnya
adalah dalil nakli dan dalil aqli:
Allah SWT dan Rasulullah SAW menghendaki keserempakan dalam penetapan awal Ramadan dan
lebaran.
Menentukan metode dan konsep yang paling mudah sesuai dengan kemajuan peradaban
pengetahuan manusia sekarang tanpa melanggar ketentuan baku yang ada dalam Al-Quran
dan Sunah
Benar perbedaan penetapan awal Ramadan dan lebaran telah terjadi sejak zaman khlalifah
Utsman bin Affan, tapi, ketika teknologi informasi dan komunikasi sudah semaju seperti
sekarang, perbedaan penetapan awal Ramadan dan lebaran jauh lebih membingungkan umat
dibanding dahulu. Bingung, ragu, lucu, dan sedih.
1. Kebenaran dan Kemudahan Rukyat serta Eksesnya
Menetapkan awal Ramadan dan lebaran dengan metode rukyat adalah metode yang dilakukan
Rasulullah SAW dan diikuti para sahat.
ذكر عمر رضى اهلل عنهما أن رسول اللو صلى اهلل عليو وسلمعن ابن الشهر ىكذا وىكذا وىكذا ث عقد إب هامو ف : رمضان فضرب بيديو ف قال
ليكم فاقدروا لو ثالثي الثالثة فصوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو فإن أغمى ع ( )صحيح مسلم:
Bercerita kepada kami Abu Usamah, Bercerita kepada kami Ubaidillah, dari Nafi, dari
Abdullah bin Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bercerita tentang Ramadan. Beliau menepuk dengan kedua tangannya dan bersabda: Bulan itu begini-begini sambil
menekuk jempolnya pada kali ke tiga. Maka puasalah kalian karena melihat hilal dan beridul fitri karena melihatnya. jika mendung meliputi kalian maka ukurlah 30 hari.
Hadis ini diriwayatkan oleh semua rawi dalam kutubut tis‟ah atau sembilan kitab hadis. Hadis ini
yang menjadi rujukan para ulama sedunia untuk menentukan awal Ramadan dan lebaran. Jika kita
konsisten bahwa penetapan awal Ramadan dan lebaran harus dengan rukyat, maka tidak elok jika
kita hanya membaca hadis ini saja. Banyak hadis-hadis lain tentang rukyat yang menjelaskan
kondisi seperti apa sehingga Rasulullah SAW bersabda seperti di atas.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 78
Penetapan awal Ramadan dan lebaran dengan menggunakan metode rukyat sifatnya lokal. Sungguh,
seperti itu rukyat yang sesungguhnya. Ibnu Abbas (sepupu Rasulullah SAW) menolak kesaksian
Kuraib yang melihat hilal Ramadan hari Jum‟at di Syam sedangkan di Madinah hari Sabtu. Ketika
tiba kembali di Madinah pada tanggal 30 Ramadan, semestinya Ibnu Abbas besok menetapkan
sebagai Idul Fitri karena tidak ada tanggal 31 dalam kalender kamariah. Kenyataannya Ibnu Abbas
tidak demikian, ia akan puasa besok jika sorenya tak melihat hilal. Artinya, menurut Ibnu Abbas
besok tanggal 30 dan tetap menjadikan Sabtu sebagai tanggal 1 Ramadan untuk Madinah, dan tak
menerima hasil rukyat warga Syam dan Kuraib sendiri yang melihat hilal Ramadan malam Juma‟at.
Hadis ini menyatakan bahwa rukyat itu bersifat lokal.
ريب أن أم الفضل بنت الارث ب عثتو إىل معاوية بالشام قال ف قدمت عن ك لة ها واستهل على رمضان وأنا بالشام ف رأيت اهلالل لي الشام ف قضيت حاجت
ف آخر الشهر فسألن عبد اللو بن عباس رضى اهلل اجلمعة ث قدمت المدينة لة اجلمعة. ف قال عنهما ث ذكر اهلالل ف قال مت رأي تم اهلالل ف قلت رأي ناه لي
لة أنت رأي تو ف قلت ن عم ورآه الناس وصاموا وصام معاوية. ف قال لكنا رأي ناه لي السبت فال ن زال نصوم حت نكمل ثالثي أو ن راه. ف قلت أول تكتفى برؤية
يح )صح معاوية وصيامو ف قال ل ىكذا أمرنا رسول اللو صلى اهلل عليو وسلم ( مسلم :
dari Kuraib, bahwa Ummi Fadhl binti Al Haris pernah mengutus dia ke Muawiyyah di
Syam. Kata Kuraib: “Aku datang ke Syam dan aku sampaikan pesanUmmu Fadhl. Awal Ramadan tiba ketika aku berada di Syam. Aku melihat hilal pada malam Jum‟at.
Lalu aku sampai kembali di Madinah pada akhir bulan.” Kemudian Abdullah bin Abbas menanyaiku dan bercerita tentang hilal. Dia berkata: “Kapan Kamu melihat hilal?” Aku jawab: “Kami melihat hilal pada malam Jum‟at”. Dia bertanya: “Apa
Kamu melihatnya?” Aku jawab: “Ya. Orang-orang juga melihatnya. Mereka kemudian berpuasa termasuk Muawiyah!” Dia (Ibnu Abbas) berkata: “Tapi kami melihatnya
pada malam Sabtu, makanya kami masih berpuasa hingga genap 30 hari kecuali kami melihat hilal!” Aku bertanya: “Apa Anda tidak cukup dengan rukyah dan puasanya Muawiyah?”, Dia menjawab: “Tidak! Seperti itulah Rasulullah SAW memerintahkan
kita”.
Rukyat itu sifatnya lokal. Imam Muslim yang meriwayatkan hadis di atas disimpan di bawah judul
bab:
لد ل ي ثبت حكمو لما اب ب هم وأن هم إذا رأوا اهلالل بب ب يان أن لكل ب لد رؤي ت هم ب عد عن
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 79
Bab yang menerangakan bahwa setiap daerah berpegang kepada hasil rukyat mereka, dan jika mereka melihat hilal tidak berlaku untuk daerah yang jauh.
Berbeda halnya dengan Rasulullah SAW yang membatalkan puasa tanggal 30 Ramadan karena
menerima kesaksian sahabat anshar yang pulang ke Madinah bahwa kemarin mereka melihat hilal.
Kenapa Rasulullah SAW menerima kesaksian mereka? Jawabannya karena kesaksian mereka itu
dekat dengan Madinah. Umumnya para kafilah tidak melanjutkan perjalanan ketika malam.
Perjalanan dilanjutkan besok pagi. Jika kafilah sampai ke Madinah menjelang sore, perkiraan jarak
yang telah mereka tempuh di hari itu sekitar 50 km .
ن م ار ص ن ال ن م ت م و م ع ن ث د ح ال ق ك ال م ن ب س ن أ ن ب ي م ع ب أ ن ع . ال و ل ال ا ى ن ي ل ى ع م غ وا: أ ال صلى اهلل عليو و سلم ق اهلل ل و س ر اب ح ص أ صلى اهلل عليو ب الن د ن وا ع د ه ش ف ار ه الن ر آخ ن م ب ك ر اء ج ا. ف ام ي ا ص ن ح ب ص أ ف
ن ى اهلل عليو وسلم أ ل ص اهلل ل و س ر م ى ر م أ . ف س م ال ب ل ال ا اهل و أ ر م ه ن وسلم أ ()سنن ابن ماجو: د غ ال ن م م ى د ي ع ىل إ وا ج ر خي ن أ وا و ر ط ف ي
Dari Abi Umair bin Anas bin Malik, ia berkata: bercerita kepadaku paman-pamanku dari kalangan anshar, mereka shabat-sahabat Rasulullah SAW . mereka berkata: Kami tidak melihat hilal Syawal. Paginya kami puasa. Kemudian datang kafilah di
penghujung hari dan memberi kesaksian di depan Nabi SAW bahwa mereka melihat hilal kemarin. Maka Rasulullah SAW memerintahkan mereka berbuka, dan keluar untuk
Id-nya besok hari.
Itulah di antara ketentuan rukyat yang bersumber dari sunah. Pada dasarnya rukyat itu bersifat lokal.
Para ulama fikih dalam mazhab Hanafi, Maliki dan Hambali memberlakukan hasil rukyat secara
global. Keberlakuannya untuk daerah manapun dan siapapun yang bisa menerima informasi
munculnya hilal tanpa ada pertimbangan beda matlak. Dalam kontek modern, rukyat hilal berlaku
untuk seluruh dunia karena setiap orang sedemikian mudahnya melakukan komunikasi internasional
dan menerima akses informasi tanpa batas. Syekh Syarafuddin Musa Al Hajawi (w 960 H/1552 M)
dalam Al Iqna fi Fiqh Ahmad bin Hanbal (tt; 303) menulis:
وإذا ثبتت رؤية اهلالل مبكان قريبا كان أو بعيدا لزم الناس كلهم الصوم وحكم من مل يره حكم من رآه ولو اختلف املطالع
Jika telah ditetapkan rukyat hilal, baik di tempat yang dekat atau jauh maka seluruh manusia harus puasa. Orang yang tidak melihat hilal berhukum kepada yang melihat
hilal meskipun berbeda matlak.
Pemerintah Indonesia dan ormas keagamaan di Indonesia tak mengikuti pendapat ini. Sering kita
menyaksikan perbedaan penetapan awal Ramadan dan lebaran antara Indonesia dan Saudi Arabia
serta negara timur tengah. Kita di Indonesia melakuan istikmal untuk bulan Ramadan ketika tidak
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 80
ada yang berhasil melihat hilal, 5 jam berikutnya Saudi Arabia dan negara timur tengah
mengumumkan bahwa telah melihat hilal dan besok dinyatakan sebagai tanggal 1 Syawal.
Jika merujuk kepada kitab fikih klasik dalam mazhab Syafiiyah di mana muslim Indonesia
mayoritas bermazhab syafi‟i, kondisi politik dan kemajuan teknologi merevisi secara alamiah
fatwa-fatwa para ulama Syafi‟iyah terdahulu. Misalnya, tentang wilayah sebelah timur tidak boleh
menerima kesaksian rukyat hilal wilayah barat tapi wilayah barat boleh menerima kesaksian rukyat
wilayah timur. Syekh Sulaiman bin Muhammad al Bujairimi yang hidup 1131-1221 H/1718-1815
M dalam Hasyiah Bujairimi „ala al Khatib, juga Syekh Nawawi al Jawi, ulama besar Syafiiyah yang
hidup di abad 19 (1230-1314 H/1815-1897 M) dalam kitab Nihayatu al Zain (2002; 185) menulis:
لد الغرب دون لد الشرقي لزم رؤي تو ف الب واعلم أنو مت حصلت الر ؤية للب لزم من رؤيتو ف مكة عكسو كما ف مكة المشرفة ومصر المحروسة ، ف ي
ي تو ف مصر ل عكسو رؤ Ketahuilah, bahwa jika di negara sebelah timur berhasil melihat hilal, maka hasil
rukyat itu berlaku di negara sebelah baratnya dan tidak berlaku sebaliknya. Misalnya
Makkah dan Mesir, hasil rukyat di Makkah berlaku untuk Mesir dan tidak sebaliknya.”
Membandingkan Makkah dan Mesir secara geografis tidaklah terlalu jauh kita sekarang
membanding antara Jakarta dengan daerah Aceh. Jika di Jakarta berhasil melihat hilal dan Aceh
tidak berhasil melihat hilal maka Aceh boleh mengikuti Jakarta karena Aceh sebelah baratnya, dan
tidak bolh Jakarta mengikuti Aceh. Beranalogi kepada pendapat Syekh Sulaiman al Bujairimi dan
Syekh Nawawi Al Jawi, mereka yang tinggal Cirebon, Surabaya, Makassar jika tidak melihat hilal
maka harus istikmal dan jangan mengikuti Jakarta. Karena ada ijma (kesepakatan) tentang konsep
Wilayatul Hukmi dan Indonesia menganut konsep tersebut, benar Surabaya, Makassar dan Merauke
berada jauh di sebelah timur Jakarta tapi karena satu kesatuan dalam bingkai negara Indonesia maka
mereka mengikuti Jakarta.
Penetapan awal Ramadan dan lebaran menggunakan metode rukyat rentan dengan kesaksian yang
“meragukan” dari juru rukyat itu sendiri. Beberapa kasus di Indonesia mengenai kesaksian rukyat
hilal dianulir karena bertentangan dengan data hisab yang ada.
Misalnya kasus kesaksian rukyat hilal awal Ramadan 1433 H/2012 M. Tim Rukyat Al Husainiyah
Cakung melihat hilal dengan ketinggian 3,50 pada jam 17.53 WIB selama 5 menit. Kesaksian
mereka ditolak Pemerintah karena bertentangan dengan data hisab modern yang lebih terpercaya
keakuratannya.
Data hisab modern menerangkan:
Ijtima terjadi pada Kamis, 19 Juli 2012 jam 11:24 WIB.
Umur bulan ketika tenggelam matahari +06 Jam 30 Menit.
Tinggi Hilal +01°:51':59".
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 81
Dengan ketinggian seperti itu tentu saja kesaksian rukyat Cakung ditolak karena jauh dari parameter
ilmiyah di mana hilal baru bisa dilihat jika ketinggiannya mencapai 50, sudut elongasi matahari-
observer-bulan tak kurang dari 70, dan umur bulan tidak kurang dari 15 jam.
Dari pengamatan penulis tentang rukyat hilal, penetapan kesaksian melihat hilal di Saudi Arabia
lebih kontroversial dan mencengangkan. Saudi Arabia menetapkan awal bulan dengan metode
rukyat murni, di sana tidak ada konsep Wujudul Hilal dan Imkanur Rukyat.
Di satu sisi pemerintah Saudi Arabia ingin penetapan awal Ramadan dan lebaran dan lebaran itu
dimudahkan sebagaimana Rasulullah SAW menetapkan awal Ramadan dan lebaran yang kita
dapatkan dalam kitab-kitab hadis sedemikian mudahnya; jika ada orang yang dianggap adil melihat
hilal, siap bersumpah di hadapan hakim, maka Majlis al Qadha al A‟la (يجهس انقضاء األعه) sebagai
otoritas yang paling berkuasa menetapkan awal Ramadan dan lebaran di Saudi Arabia akan
menerima kesaksian juru rukyat tersebut dan menetapkan besok awal Ramadan dan lebaran.
Tapi di sisi lain kesaksian juru rukyat tersebut sering bertentangan dengan kaidah ilmiah dan
menimbulkan keraguan:
Benarkan ia melihat hilal ketika hisab menyatakan tidak mungkin bisa dilihat?
Imam Taqiyyudin Subki (683-756 H/1285-1356 M) berpendapat:
“Jika seseorang atau berdua menyaksikan hilal tetapi hisab menetapkan bahwa tidak
mungkin hilal bisa dilihat maka kesaksian itu tidak bisa diterima. Karena hisab itu bersifat
pasti sedangkan rukyat bersifat asumsi. Asumsi tidak bisa mengalahkan kepastian.”
Kalimat tersebut terdapat dalam „Ianatu al Thalibin karya Abu Bakar bin Muhammad Syatha al
Dimyati (w 1310 H/1892 M). وف مغن اخلطيب ما نصو ) فرع ( لو هد برؤية اهلالل واحد أو اثنان واقتضى
ساب عدم إمكان رؤيتو قال السبكي ل تقبل ىذه الشهادة لن الساب قطعي ال (: ) اعانة الطالبي والشهادة ظنية والظن ل يعارض القطع
Penulis mempunyai data tentang penetapan awal Ramadan dan lebaran sebagai perbandingan antara
Kementerian Agama RI dan Mahkamah Tinggi Saudi Arabia yang mengklaim bahwa penetapan
awal Ramadan dan lebaran berdasarkan hasil rukyat melalui hamba Allah yang terpercaya.
انرائ عثس هللا ت يحس ت فارس
انرضر
Abdullah bin Muhammad bin Faris al Khudhairi dikenal sebagai tokoh
penting dan terpercaya sebagai juru rukyat di balik ketetapan Majlis al
Qadha al A‟la Saudi Arabia. Ia adalah guru agama setingkat SMA di
Sadir dekat ibukota Riyadh dan telah puluhan tahun dipercaya sebagai
juru rukyat hilal. Kesaksian Syeikh Abdullah bin Muhammad Al-
Khudhairi telah lama menjungkirbalikkan pengertian rukyat menurut
sunah sehingga rukyat itu sendiri menjadi misteri. Juga
menjungkirbalikkan hisab modern yang memprediksi hilal tak
mungkin teramati karena posisinya yang rendahnya tapi nyatanya ia
bersaksi telah melihat hilal, bahkan ia beberapa kali melihat hilal di
bawah ufuk.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 82
Mari kita cermati beberapa data dan fakta berikut:
1 Ramadan 1427 H/2006 M
Ijtima: Jum‟at, 22 September 2006 Jam 18:45 WIB
Jum‟at, 22/09/2006 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan -01°:26':28" -00°:40':42"
Usia Bulan -00 J 56 M +03 J 35M
Pemerintah RI/NU : Ahad, 24 September 2006
Muhammadiyah : Ahad, 24 September 2006
Pemerintah Saudi Arabia : Sabtu, 23 September 2006
Jika Saudi Arabia menggunakan rukyat, bagaimana mungkin ada orang bisa melihat hilal
di bawah ufuk?
1 Syawal 1427 H/2006 M
Ijtima: Ahad 22 Oktober 2006 Jam 12:14 WIB
Ahad 22/10/2006 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +00°:45':14" -00°:20':31"
Usia Bulan +05J 32M +09J 40M
Pemerintah RI/NU : Selasa, 24 Oktober 2006
Muhammadiyah : Senin 23 Oktober 2006
Pemerintah Saudi Arabia : Senin 23 Oktober 2006
Jika Saudi Arabia menggunakan rukyat, bagaimana mungkin ada orang bisa melihat hilal
di bawah ufuk?
1 dan 10 Zulhijah 1427 H/2006 H
Ijtima: Rabu, 20 Desember 2006 Jam 21:01 WIB
Rabu 20/12/2006 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan -01°:51':42" -01°:36':09"
Usia Bulan -02J 56M +00J 45M
1 Zulhijah 10 Zulhijah
Pemerintah RI/NU Jum‟at, 22 Des 2006 Ahad, 31 Des 2006
Muhammadiyah Jum‟at, 22 Des 2006 Ahad, 31 des 2006
Pemerintah Saudi Arabia Kamis, 21 Des 2006 Sabtu, 31 des 206
Jika Saudi Arabia menggunakan rukyat, bagaimana mungkin ada orang bisa melihat hilal
di bawah ufuk?
1 Syawal 1428 H/2007 M
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 83
Ijtima: Kamis, 11/10/2007 Jam 12:01 WIB
Kamis, 11/10/2007 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +00°:35':07" -00°:43':18"
Usia Bulan +05 J 46M +10J 02M
Pemerintah RI/NU : Sabtu, 13/10/2007
Muhammadiyah : Jumat, 12/10/2007
Pemerintah Saudi Arabia : Jum‟at 12/10/2007
Jika Saudi Arabia menggunakan rukyat, bagaimana mungkin ada orang bisa melihat hilal
di bawah ufuk?
1 dan 10 Zulhijah 1428 H/2007 M
Ijtimak: Senin, 10/12/2007 Jam 00:40 WIB
Ahad, 09/12/2007 Jam 20:40 Waktu Makkah
Ahad, 09/12/2007 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan -04°:56':20"
Usia Bulan -02J 59M
Senin, 10/12/2007
Tinggi Bulan +07°:12':10"
Usia Bulan +17J 20M
1 Zulhijah 10 Zulhijah
Pemerintah RI/NU Selasa, 11/12/2007 Kamis, 20/12/2007
Muhammadiyah Selasa, 11/12/2007 Kamis, 20/12/2007
Pemerintah Saudi Arabia Senin, 10/12/2007 Rabu, 19/12/2007
Jika Saudi Arabia menggunakan rukyat, bagaimana mungkin ada orang bisa melihat hilal
di bawah ufuk? Apalagi melihat hilal sebelum ijtima?
1 Syawal 1429 H/2008 M
Ijtima: Senin, 29/09/2008 Jam: 15:12 WIB
Senin, 29/09/2008 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan -00°:51':56" -01°:50':05"
Usia Bulan +02J 36M +07J 01M
Selasa, 30/09/2008
Tinggi Bulan +10°:11':02" +06°:02':18"
Usia Bulan +26J 35M +31J 00M
Pemerintah RI/NU : Rabu, 1 Oktober 2008
Muhammadiyah : Rabu, 1 Oktober 2008
Pemerintah Saudi Arabia : Selasa, 30 September 2008
Jika menggunakan rukyat, bagaimana mungkin ada orang bisa melihat hilal di bawah
ufuk?
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 84
1 dan 10 Zulhijah 1435 H/2014 M
Ijtima: Rabu, 24 September 2014 Jam 13:14 WIB
Rabu, 24 September 2014 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +00°:40':04" +00°:40':45"
Usia Bulan +04J 35M +09J 04M
1 Zulhijah 10 Zulhijah
Pemerintah RI/NU Jum‟at, 26 Sep 2014 Ahad, 5 Oktober 2014
Muhammadiyah Kamis, 25 Sept2014 Sabtu, 4 Oktober 2014
Pemerintah Saudi Arabia Kamis, 25 Sep 2014 Sabtu, 4 Oktober 2014
Jika menggunakan rukyat, bagaimana mungkin ada orang bisa melihat hilal dengan
ketinggian seperti itu?
Memperhatikan data di atas, bagi pemerhati hisab dan rukyat akan mendapatkan hal yang tidak
logis dengan praktek rukyat di Saudi Arabia yang jauh dari kaidah ilmiah. Tinggal mengembalikan
kepada Allah SWT dan bertanya kepada hati dan akal pikiran. Kemungkinan sehingga tidak logis
itu adalah:
1. Data yang disampaikan penulis tidak valid dan penuh kesalahan.
2. Juru rukyat di Saudi Arabia berbohong; tidak melihat hilal tapi mengaku melihat.
3. Juru rukyat di Saudi Arabia melihat hilal, tapi yang dilihat bukan objek yang sesungguhnya
4. Limit Danjon tidak bisa dipakai di Saudi Arabia.
5. Adanya alat super canggih yang bisa melihat hilal dengan ketinggian +00°:40':45" bahkan di
bawah ufuk.
Mahkamah Tinggi Saudi Arabia mengklaim selalu memutuskan penetapan awal Ramadan dan
lebaran berdasarkan Rukyat.
Berikut salinan penetapan yang dikeluarkan Mahkamah Tinggi Saudi Arabia:
1. Idul Fitri 1435 H/2014 M
ى حبسب تقومي أم القرى///ى ( وتاريخ قرار رقم )المد هلل وحده والصالة والسالم على نبينا ممد وعلى آلو وصحبو ، وبعد ..
ى املتضمن إتام ///ى وتاريخ فبناء على قرار احملكمة العليا رقم ى حسب تقومي أم القرى ىو //عدة هر عبان ثالثي وأن يوم الحد
كمة العليا ف مقرىا الصيفي ى فقد عقدت احملغرة هر رمضان هلذا العام بالطائف جلسة مساء ىذا اليوم الحد التاسع والعشرين من هر رمضان هلذا
متحرية ما يردىا من احملاكم عن رؤية -حسب القرار املذكور -ى العام ى ، وبعد الطالع على ما وردىا هبذا اخلصوص ىالل هر وال هلذا العام
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 85
ى لدى احملكمة العليا رؤية ىالل هر وال هلذا العام ودراستو، فقد ثبت ف بعض بشهادة عدد من الشهود العدولبعد غروب مشس ىذا اليوم الحد
مافظات اململكة ومراكزىا. وملا صح عن النب صلى اهلل عليو وسلم أنو قال ) قرر : أن يوم غد صوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو ( رواه البخاري. فإن احملكمة العليا ت
توز -يولية املوافق -حسب تقومي أم القرى -ى وال الثني ى .م ىو يوم عيد الفطر املبارك هلذا العام
واحملكمة العليا إذ هتنئ مقام خادم الرمي الشريفي وسو ويل عهده المي وسو عب امل -حفظهم اهلل -ويل ويل العهد ملكة العربية السعودية وجيع وحكومة و
المة اإلسالمية حبلول عيد الفطر املبارك ،لتسأل اهلل العلي القدير أن يتقبل من اجلميع صيامهم وقيامهم، وصاحل أعماهلم، وأن جيمع مشلهم ويوحد كلمتهم ويصلح ذات بينهم، وأن ينصر دينو ويعلي كلمتو، إنو سبحانو سيع قريب جميب. وصلى
م على نبينا ممد وعلى آلو وصحابتو ومن تبعهم بإحسان إىل يوم الدين.اهلل وسل رئيس احملكمة العليا
غيهب بن ممد الغيهب رئيس وأعضاء احملكمة العليا
عبدالعزيز بن إبراىيم الصي . د. عبداإللو بن عبدالعزيز آل فريان سليمان بن إبراىيم الديثي . لشعب عبداهلل بن عبدالرمحن القاسمأمحد بن محد املزروع ممد بن رمي ا . أمحد بن مقبول حكمي سعد بن ممد الغامدي عبدالعزيز بن عبداهلل اجمللي السبيعي .
Mahkamah Tinggi Saudi Arabia menetapkan berdasarkan rukyat para perukyat yang terpercaya
bahwa: Idul Fitri 1435 H bertepatan dengan Senin, 28 Juli 2014
Menggunakan Hisab modern kita mendapati data sebagai berikut:
1. Ijtima terjadi pada Ahad 27 Juli 2014 Jam 01:42 Waktu Makkah.
2. Umur Bulan +17 Jam 23 Menit ketika Gurub
3. Tinggi Hilal +02°:00':17"
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 86
Jika menggunakan Hisab dengan konsep Ijtima Sebelum Gurub memang Senin, 28 Juli 2014
adalah 1 Syawal 1435 H. Tapi dengan ketinggian Hilal +02°:00':17" bagaimana mungkin
perukyat bisa melihat hilal serendah itu?
Lebaran hari Senin benar secara Hisab, sulit diterima secara Rukyat
2. Idul Adha 1435 H/2014 M
ى // //ى ( وتاريخ القرار رقم )المد هلل وحده والصالة والسالم على نبينا ممد وعلى آلو وصحبو وبعد: فقد عقدت احملكمة العليا مبقرىا مبدينة الرياض جلسة مساء ىذا اليوم الربعاء التاسع
ذا العام والعشرين من هر ذي القعدة ليلة اخلميس الول من هر ذي الجة هلى حسب تقومي أم القرى، متحرية ما يردىا من احملاكم عن رؤية ىالل هر
ى . وبعد الطالع على ما وردىا من احملاكم وجلان ذي الجة هلذا العام الرتائي ف مناطق اململكة هبذا اخلصوص، فقد ثبت لدى احملكمة العليا رؤية ىالل
ربعاء التاسع والعشرين من هر ذي القعدة عام هر ذي الجة مساء ىذا اليوم ال. وهبذا يكون يوم غد اخلميس املوافق بشهادة عدد من الشهود العدولى
ى حسب تقومي أم القرى املوافق اخلامس لألول من هر ذي الجة عام م ىو غرة هر ذي الجة هلذا والعشرين من هر سبتمب أيلول من عام
ى ، والوقوف بعرفة يوم اجلمعة املوافق للتاسع منو ويوافق للثالث من م العام، وعيد الضحى املبارك يوم السبت هر أكتوبر تشرين الول عام
الذي يليو.واحملكمة العليا إذ تعلن ذلك لعموم املسلمي لتسأل اهلل العلي القدير أن يوفقهم
صاحل أعماهلم، ويتجاوز عن سيئاهتم، وييسر لجاج للعمل مبا يرضيو، ويتقبل منهم بيتو سبل أداء حجهم، وأن ينصر دينو، ويعلي كلمتو، إنو سبحانو سيع جميب.
وصلى اهلل وسلم على نبينا ممد وعلى آلو وصحابتو أجعي.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 87
Mahkama Tinggi Saudi Arabia menetapkan berdasarkan rukyat para perukyat yang terpercaya
bahwa: Awal Zulhijah 1435 H bertepatan dengan Kamis, 24 September 2014
Menggunakan Hisab modern kita mendapati data sebagai berikut:
1. Ijtima terjadi pada Rabu, 24 September 2014 Jam 09:14 Waktu Makkah.
2. Umur Bulan 09J 04M ketika Gurub
3. Tinggi Hilal +00°:40':45"
Jika menggunakan Hisab dengan konsep Ijtima Sebelum Gurub memang Kamis 25 September
2014 adalah 1 Zulhijah 1435 H. Tapi dengan ketinggian Hilal +00°:40':45" bagaimana
mungkin perukyat bisa melihat hilal serendah itu?
1 Zulhijah hari Kamis benar secara Hisab, mustahil secara Rukyat
Dua keputusan di atas adalah bukti bahwa Saudi Arabia mengklaim bahwa mereka menetapkan
awal Ramadan dan lebaran menggunakan metode Rukyat. Inilah salah satu ekses jika rukyat
sebagai metode yang digunakan Rasulullah SAW yang ketika itu pengetahuan tulis-hitung sangat
terbatas masih tetap digunakan di zaman pengetahuan hisab yang sudah maju. Di satu pihak kita
mencintai Rasulullah SAW dan mengikuti sunahnya yaitu rukyat, tapi di satu pihak para perukyat
adalah manusia biasa yang mempunyai nafsu dan tujuan lain sehingga berani berbohong di bawah
sumpah. Dengan menggunakan rukyat kita juga membelenggu diri dari kemajuan pengetahuan dan
tidak menggunakannya untuk kemudahan dalam ibadah. Padahal Rasulullah SAW mengakui akan
keterbatasan bangsa Arab dalam tulis-hitung sehingga hanya dengan rukyat datangnya bulan baru
bisa dipastikan.
2. Kebenaran dan Kemudahan Hisab serta Eksesnya
Insyaallah kita telah sampai kepada zaman pengetahuan yang dimaksud dalam beberapa ayat Al-
Quran. Peredaran benda angkasa bumi-bulan-matahari adalah universitas yang paling universal dan
umat Islam sudah mengetahui peredaran benda-benda langit dan nyata telah menjadi petunjuk
waktu.
1. QS Al An‟am: 97
ڇ ڍ ڍ ڌ ڇڄ ڃ ڃ ڃ ڃ چ چ چ چ ڇ ڇ
ڌ ڎ Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan
tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.
2. QS Yunus: 5.
ۇ ۇ ۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ ۋ ۅ ۅ ۉ
ەئ ەئ وئ وئ ۇئ ائې ې ې ى ى ائ ېۉ
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 88
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
3. QS Ibrahim: 33.
ی ی ی جئ حئ یېئ ېئ ىئ ىئ ىئ
Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.
4. QS Al Anbiya: 33.
ى ائ ائ ەئ ەئ ىېۅ ۉ ۉ ې ې ې
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
4. QS Lukman: 29.
ٱ ٻ ٻ ٻ ٻ پ پ پ پ ڀ ڀ ڀ ڀ ٺ ٺ ٺ
ٿ ٿ ٿ ٿ ٹ ٹ ٹ ٹ ڤ ٺ
Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke
dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
5. QS Yasin: 38-40.
ې ى ى ائ ائ ەئ ەئ وئ ېۉ ۉ ې ې
وئ ۇئ ۇئ ۆئ ۆئ ۈئ ۈئ ېئ ېئ ېئ ىئ ىئ ىئ ی ی
حئ مئ ىئ يئ یی جئ
Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 89
6. QS. Ar Rahman: 5.
ڍ ڍ ڌ ڌ
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
Dalam ilmu hisab, bulan baru (new moon) ditandai dengan keberadaan matahari-bulan-bumi dalam
satu bidang datar (ijtima; konjungsi). Setelah 27,32 hari bulan sempurna mengelilingi bumi 3600,
bulan baru (new moon) belum bisa terjadi. Masih perlu diperlukan 2,21 hari lagi (270) pergeseran
bulan agar terjadi ijtima yang menandai masuknya bulan baru. Dengan kata lain, untuk mencapai
satu keliling penuh agar kembali ke bentuk asal bulan harus menempuh jarak 3870. Jarak itu
ditempuh bulan dalam waktu:
29, 530579 hari, atau
29 hari 12 jam 44 menit 2.03 detik.
Umat manusia sudah ratusan tahun mengetahui dengan pasti periode sinodis dan periode sideris
bulan. Terlebih di dekade terakhir, datangnya bulan baru (ijtima) sangat mudah diketahui untuk
puluhan dan ratusan tahun ke depan karena telah dibuatkan aplikasinya dalam HP. Seharusnya kita
menggunakan semua ini untuk kemudahan umat Islam dalam menentukan waktu-waktu ibadah,
terutama dalam penetapan awal Ramadan dan lebaran.
Jika memang demikian adanya, kita tidak perlu melakuan rukyat sebagaimana Rasulullah SAW
karena pengetahuan hisab kita telah sampai kepada pengetahuan kapan terjadinya ijtima.
Pengetahuan hisab seharusnya memberi kemudahan dan mengatasi perbedaan.
Ijtima berlaku untuk seluruh penghuni bumi karena kejadiannya melibatkan matahari-bulan-bumi;
tidak bersifat lokal seperti rukyat. Kita semua sepakat, ketika terjadi ijtima maka saat itu dinyatakan
sebagai bulan baru. Inilah hisab. Inilah yang termudah untuk dijadikan patokan awal bulan.
Kenapa awal bulan dikaitkan dengan ketinggian hilal harus di atas ufuk? Ini akan mempersulit diri
kita dan mengada-ada. Hisab adalah hisab. Ijtima adalah awal bulan menurut hisab yang paling
mudah dan Allah SWT menghendaki kita mudah dalam menjalankan ibadah.
Kemampuan hisab zaman Rasulullah SAW belum sampai kepada keakuratan perhitungan dan karena itu Rasulullah SAW menyuruh melaksanakan Rukyat bil Fi‟li. Imam Muslim meriwayatkan
hadis nomor 1806:
عت سعيد بن :عن السود بن ق يس قال ع ابن ع س مر عمرو بن سعيد أنو سهما يد ث ية ل رضي اللو عن عن النب صلى اللو عليو وسلم قال إنا أمة أم
ب هام ف الثالثة والشهر نكتب ول سب الشهر ىكذا وىكذا وىكذا وعقد اإل ا وىكذا ي عن تام ثالثي ىكذا وىكذ
Dari Al Aswad bin Qais, dia berkata: Saya mendengar Said bin Amr bin Said
mendengar dari Ibnu Umar RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: Kami adalah
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 90
umat yang ummi yang tak pandai menulis dan menghitung. Sebulan itu sekian, sekian dan sekian (beliau melipat ibu jarinya ketika menyebut “sekian” yang ketiga). Dan sebulan itu sekian, sekian dan sekian, yakni lengkap 30 hari.
3. Makkah Sebagai Titik Patok Waktu
Dalam konteks ijtima, bumi adalah satu unit kesatuan utuh, maka perlu digagas dan disepakati titik
patok sebagaimana kota Greenwich menjadi titik patok untuk kesatuan waktu GMT. Satu dari
kekurangan kita sebagai umat Islam, kita sulit sekali sepakat. Di satu pihak umat Islam diberi
kebebasan berijtihad dengan syarat yang ketat dan mendapat pahala satu jika ijtihadnya salah, tapi
di pihak lain ketika tiap orang bebas berijtihad yang terjadi adalah lahirnya hasil pemikirn yang
berbeda-beda.
Dalam hal penetapan awal Ramadan dan lebaran perlu ijtihad kolektif yang melibatkan banyak
pihak agar umat Islam bisa serempak dalam pelaksanaan puasa dan lebaran. Kesepakatan itu perlu
untuk hal-hal yang butuh kemufakatan. Banyak di antara kita yang pesimis kalau umat Islam bisa
berhari raya secara bersama-sama. Hanya sebuah mimpi saja. Ya, hal itu adalah “mimpi” jika kita
semua sepakat kalau berhari raya bersama-sama adalah hal yang mustahil.
Ketika para ahli geografi tahun 1884 sepakat menjadikan Greenwich sebagai Titik Patok dan 00 (nol
derajat) Meridian hanya karena di sana ada Royal Obsevatorium, Makkah mempunyai multi nilai
yang jauh lebih agung dari itu jika dijadikan patokan waktu umat Islam. Di Makkah ada Ka‟bah
simbol keagungan yang berdimensi nilai tanpa batas. Ada maqam Ibrahim, Zamzam, Maulud
Rasulullah SAW, tempat turunnya wahyu, tempat manasik haji dan banyak lainnya.
Hubungannya dengan Hisab, ketika ilmu pengetahuan sampai kepada kemajuan seperti sekarang,
kita menggunakan Hisab karena manusia sudah sampai pada tingkat kemampuan menghitung
dengan akurasi yang tinggi dengan kesalahan hanya 1/100.000. Sesuai perkembangan zaman dan
kemajuan teknologi, kita mengenal istilah perkembangan Hisab: Hisab Urfi, Hisab Taqribi, Hisab
Haqiqi dan Hisab Modern.
Menurut hemat penulis, Makkah dalam konteks Titik Patok, ketika ijtima terjadi dan berlaku untuk
seluruh planet bumi, maka waktu Makkah yang dijadikan patokannya. Negara yang berada di
sebelah timur Makkah dan mengalami rentang malam sampai waktu fajar maka mengikuti Makkah.
Pengetahuan hisab modern memberi data kepada kita terjadinya ijtima ratusan tahun ke depan
menurut waktu masing masing daerah. Karena hisab yang mudah dan umum kriterianya Ijtima
Sebelum Gurub maka perlu diantisipasi kejadian ijtima yang terjadi menjelang atau sebentar
sesudah Gurub. Tujuannya agar kebersamaan dalam penetapan awal Ramadan dan lebaran
serempak seluruh dunia. Di sini perlunya Titik Patok seperti Greenwich. Makkah adalah titik patok
yang pas bagi keseragaman waktu untuk umat Islam. Makkah diposisikan bukan sebagai daerah
teritorial yang berada di wilayah kerajaan Saudi Arabia, tapi sebagai kota berdirinya Masjidil
Haram dan Ka‟bah.
Hisab sudah memprediksi waktu terjadinya ijtima. Pada waktu tertentu mudah sekali kita
menentukan awal Ramadan dan lebaran karena ijtima terjadi 5 jam sebelum Gurub sehingga ketika
masuk Gurub kita sudah pasti masuk di bulan bulan baru.
Contoh
1 Syawal 1438 H/2017 M
Ijtima: Sabtu, 24/06/2017
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 91
Jam 09:31 WIB
Jam 05:31 Waktu Makkah
Ketika masuk Malam Ahad, kita sudah pasti berada pada 1 Syawal 1438 H. Di Indonesia dan
di negara Timur Tengah.
Tapi pada waktu tertentu, ijtima terjadi sesaat sebelum Gurub atau sesaat sesudah Gurub. Untuk
keserempakan dalam penetapan awal Ramadan dan lebaran harus ada ijma kolektif.
Contoh
Idul Fitri 1459 H/2037 M
Ijtima: Sabtu, 07/11/2037 M
Jam 19:03 WIB
Jam 15:03 Waktu Makkah
Di Indonesia Barat, ijtima terjadi 1 Jam 15 Menit sesudah Gurub. Haruskah Indonesia lebaran
pada menjadikan malam Ahad sebagai malam ke 30 Ramadan karena ijtima terjadi setelah
Gurub?
Menurut penulis tidak demikian. Di Makkah, ijtima terjadi 2 Jam 41 Menit sebelum Gurub.
Ketika Makkah memasuki Malam Ahad, cakupan malam membentang ke wilayah timur
termasuk Indonesia. Artinya, Indonesia berada sama dengan Makkah pada malam Ahad. Di
sini perlunya titik patok itu.
Bumi adalah satu unit kesatuan, sebagaimana kita menatap bulan dan matahari sebagai satu
kesatuan utuh. Jika pada malam Ahad terjadi ijtima artinya mutlak kita masuk bulan baru yaitu
Syawal. Makanya para ulama hisab banyak yang berpendapat bahwa kriteria hisab itu Ijtima
Sebelum Fajar. Jika kita menggunakan kriteria ini, jelas Indoesia udah berada pada malam 1 Syawal
1459 H/2037 M.
Dari analisa yang penulis lakukan terhadap data hisab modern, ketetapan awal Ramadan dan
lebaran berdasarkan ijtima awal bulan menggunakan kriteria Ijtima Sebelum Gurub dengan titik
patok Makkah dan Ijtima Sebelum Fajar hasilnya relatif sama. Jumlah hari dalam satu tahun juga
sama.
Berikut sampel data yang penulis amati:
Kriteria 1: Ijtima Sebelum Gurub dengan Titik Patok Makkah
Kriteria 2: Ijtima Sebelum Fajar
Bulan
Waktu Ijtima
Hisab Pasti
Kriteria I Jumlah Hari
Kriteria 2 Jumlah Hari
Muharam Rabu, 19/08/2020
05:42 Waktu Makkah 09:42 WIB
Kamis,
20/08/2020 29 Kamis,
20/08/2020 29
Safar Kamis, 17/09/2020 14:00 Waktu Makkah 18:00 WIB
Jum‟at, 18/09/2020 30
Jum‟at 18/09/2020 30
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 92
Rabiul Awal
Jum‟at, 16/10/2020 22:31 Waktu Makkah Sabtu, 17/10/2020
02:31 WIB
Ahad, 18/10/2020 29
Sabtu, 17/10/2020
29
Rabiul
Akhir
Ahad, 15/11/2020
08:07 Waktu Makkah 12:07 WIB
Senin,
16/11/2020 29 Senin,
16/11/2020 29
Jumadil
Awal
Senin, 14/12/2020
19:17 Waktu Makkah 23:1 WIB
Rabu, 16/12/2020 30
Selasa,
15/12/2020
30
Jumadil Akhir
Rabu, 13/01/2021 08:00 Waktu Makkah 12:00 WIB
Kamis, 14/01/2021 29
Kamis, 14/01/2021 29
Rajab Kamis, 11/02/2021 22:06 Waktu Makkah
Jum‟at,12/02/2021 02:06 WIB
Sabtu, 13/02/2021 30
Jum‟at, 12/02/2021
29
Sya‟ban Sabtu, 13/03/2021
13:21 Waktu Makkah 17:21 WIB
Ahad,
14/03/2021 29 Ahad,
14/03/2021 30
Ramadan Senin, 12/04/2021 05:31 Waktu Makkah 09:31 WIB
Selasa, 13/04/2021 30
Selasa, 13/04/2021 30
Syawal Selasa, 11/05/2021, 22:00 Waktu Makkah
Rabu, 12/05/2021 02:00 WIB
Kamis, 13/05/2021 30
Rabu, 12/05/2021
29
Zulkaidah Kamis, 10/06/2021
13:53 Waktu Makkah 17:53 WIB
Jum‟at,
11/06/2021 29 Jum‟at,
11/06/2021 30
Zulhijah Sabtu, 10/07/2021 04:17 Waktu Makkah 08:17 WIB
Ahad, 11/07/2021 30
Ahad, 11/07/2021 30
Betapa nikmat hasil kesepakatan para sahabat di zaman Khalifah Umar bin Khattab yang
menyepakati kalender hijriah. Sejarah menerangkan kepada kita bahwa terjadi ragam pendapat di
antara sahabat ketika hendak menentukan kalender Islam. Gubernur Irak, Abu Musa Al-Asyari pada
tahun ke 6 sepeninggal Rasulullah SAW meminta kepada Khaifah agar surat-surat beliau diberi
tahun. Permohonan gubernur direspon oleh Khalifah dan dibentuklah panitia untuk merumuskan
tahun penanggalan atau kalender Islam. Kepanitian itu terdiri dari khalifah sendiri Umar bin
Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash,
Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam. Usulan yang berkembang adalah:
1. Sebagian mengusulkan bahwa tahun 1 titik tolaknya adalah kelahiran Rasulullah SAW,
tentu nama kalendernya Miladiyah, sama dengan kalender Nasrani yang bertitik tolak dari
kelahiran Isa AS -belakangan, banyak ahli sejarah Kristen yang ragu apa benar Isa al Masih
lahir tanggal 25 Desember-. Ketika musyawarah itu, berarti langsung tahun 69.
2. Ada yang mengusulkan tahun 1 dimulai dari wafatnya Rasulullah SAW, mungkin nama
kalendernya Mautiyah. Ketika musyawarah, berarti tahun ke 6.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 93
3. Tapi para sahabat kebanyakan memilih momen hijrah Rasulullah SAW sebagai tahun Islam
dan kita mengenalnya dengan kalender Hijriyyah. Ketika musyawarah berarti tahun 16. Dan
ini yang disepakati.
Kita juga menerima nikmat dari kesepakatan para ahli geograpi yang telah membagi dunia dengan
pembagian waktu secara internasional (UT, Universal Time) dan menyepakat kota kecil Greenwich
sebagai The Zero Degree Longitude Line atau Titik Nol Derajat Garis Bujur.
Di luar konteks agama, menurut penulis, “kesepakatan” itu bagian dari kebutuhan fitrah manusia
sebagai makhluk sosial. Kita patut belajar dari para ahli geografi ketika bagaimana mereka berusaha
dan berjuang menyepakati pembagian waktu internasional dan membuat Imaginary Line, bukan
sebagai kewajiban dari Tuhan, tapi kebutuhan kemanusiaan.
Sebelum tahun 1850, jika terjadi kapal karam atau menentukan arah mana yang harus ditempuh
menuju suatu daerah, orang sulit menemukannya karena tak bisa menentukan Titik Kordinat. Dari
kebutuhan itulah pari ahli geografi yang tergabung dalam International Geographical Congress 3th
di Venice tahun 1881 yang diikuti oleh 25 negara menyepakati rancangan pembagian waktu
internasional dan garis-garis khayal bumi (bujur dan lintang) agar mudah menentukan titik kordinat
suatu tempat. Dan akhirnya, pada kongres berikutnya tahun 1884 disepakati Greenwich sebagai
Prime Meridian. Kenapa Greenwich dipilih sebagai nol derajat (00)oleh para ahli, jawabannya
hanya satu, di Greenwich terletak The Royal Observatory.
Royal Observatory Greenwich, didirikan oleh Raja Charles II, 1675
Menurut penulis, umat Islam jauh lebih membutuhkan Titik Patok (Standar Point) yang
berhubungan dengan penentuan waktu dan tempat dan harus disepakati oleh para ulama dan
pemerintah negara muslim dibanding dengan para ahli geografi. Kenapa, karena umat Islam
membutuhkan itu bukan sebatas kebutuhan kemanusiaan tapi berhubungan erat dengan ibadah
kepada Allah SWT.
Berbicara tentang yaum (hari) artinya berbicara tentang lail (malam) dan nahar (siang). Kenapa
lebih dahulu disebut malam daripada siang karena dalam taqwim Islam, awal hari itu dimulai dari
waktu Magrib, dan idealnya satu hari itu harus diberi satu tanggal. Para ulama sepakat, yang disebut
malam adalah rentang waktu dari ghurub (tenggelam) matahari sampai thulu‟ (muncul) matahari,
dan yang disebut siang adalah dari munculnya matahari sampai sebelum tenggelam matahari. Hal
ini tidak bisa dianggap sepele karena ibadah yang diperintahkan Allah banyak sekali berhubungan
dengan istilah- istilah tadi dan mempunyai implikasi yang saling berhubungan satu sama lain.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 94
Makkah bagi umat Islam sedunia mempunyai nilai agung dan mempunyai akar sejarah yang sangat
kuat. Di Makkah terdapat Ayatun Bayyinat seperti yang difirmankan Allah SWT dalam QS Ali
Imran: 96-97.
ڱ ڱ ں ں ڻ ڻ ڻ ڻ ۀ ڳ ڳ ڳ ڳ ڱ ڱ
﮶ ﮷ ﮵ھ ھ ے ے ۓ ۓ ﮲ ﮳ ﮴ ھہ ہ ہ ھ ہۀ
﮸ ﮹ ﮺ ﮻ ﮼ ﮽
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia,
ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
4. Dari Rukyat ke Hisab; Perubahan Menuju Kebaikan dan Kemudahan
Jika kita mengamati sejarah penerapat syariat Islam, banyak kita temukan kebijakan perubahan
yang Allah SWT dan Rasulullah SAW berlakukan untuk umat Islam. Perubahan itu terjadi menuju
kepada hal yang lebih baik dan strategis.
Kita mengenal Nasikh dan Mansukh (انسد وانسىخ). Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah:
106.
ٺ ٺ ٺ ٺ ٿ ٿ ٿ ڀٻ ٻ ٻ ٻ پ پ پ پ ڀ ڀ ڀ
ٿ ٹ
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu?
Di antara perubahan tersebut adalah:
a. Pengalihan Kiblat
Islam adalah agama Tauhid, yaitu agama yang mengesakan Allah SWT. Dalam ajaran Islam
persatuan dan kesatuan sangat dianjurkan. Ka‟bah adalah simbol persatuan dalam ibadah. Ketika
kita salat maka kita harus menghadap ke arahnya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah:
144.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 95
ہ ہ ہ ہڻ ۀ ۀ ڻڱ ڱ ں ں ڻ ڻ
﮴ ﮵ ﮶ ﮷ ﮸ ﮳ھ ے ے ۓ ۓ ﮲ ھھ ھ
﮾ ﮿ ﯀ ﯁ ﮽﮹ ﮺ ﮻ ﮼
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami
akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.
Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, salat itu harus menghadap ke Masjidil Aqsa. Yahudi dan
Nasrani menuduh Rasulullah SAW sebagai pembuat agama baru dan menjiplak dari syariat para
nabi sebelumnya. Rasulullah SAW tersinggung dengan tuduhan itu dan menghendaki agar kiblat
dialihkan ke Masjidil Haram. Sering sekali Rasulullah SAW menginginkan pengalihan itu dan
menengadahkan wajahnya ke langit sebagai doa agar keinginannya dikabulkan. Kemudian turun
ayat di atas sebagai wujud dikabulkannya doa Rasulullah SAW. Allah SWT membuat perubahan
semata untuk menuju keadaan yang lebih baik dan mudah.
b. Salat Jum’at dan Khutbah
Rasulullah SAW sendiri membuat perubahan dalam pelaksanaan salat Jum‟ah. Imam Qurthubi
(18/120:2003) ketika menafsirkan surat Al Jumu‟ah ayat 11, mengutip sebuah riwayat dari kitab Al
Marasil karya Abu Daud dan menjadi salah satu sebab turun (asbanun nuzul) ayat tersebut.
Sanadnya dari Muqatil bin Hayyan:
ومعاذ بكر بن معروف حدثنا ممود بن خالد قال حدثنا الوليد قال اخبىن ابسلم يصلى : كان رسول اهلل صلى اهلل عليو و انو سع مقاتل بن حيان قال
اجلمعة قبل اخلطبة مثل العدين حت كان يوم اجلمعة والنب صلى اهلل عليو وسلم خيطب وقد صلى اجلمعة فدخل الرجل فقال إن دحهة بن خليفة الكلب قدم بتجارة وكان دحية اذا قدم تلقاه اىلو بالدفاف فخرج الناس فلم يظنوا ال انو
اليها انفضو وجل "واذا رأو جتارة او هلوا ليس ف ترك اخلطبة يئ فأنزل اهلل عز اجلمعة واخر الصالة وتركوك قائما" فقدم النب صلى اهلل عليو وسلم اخلطبة
Bercerita kepada kami Mahmud bin Khalid, ia berkata: Abu Muadz Bakar bin Ma‟ruf mengabariku bahwasanya ia mendengar Muqatil bin Hayyan berkata: Rasulullah SAW
pernah salat Jum‟at sebelum khotbah sebagaimana salat Idul Fitri dan Idul Adha. Hingga suatu hari Jum‟at, ketika Beliau sedang khutbah dan sudah melaksanakan salat
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 96
Jum‟at, seorang laki-laki masuk dan mengatakan: “Dahyah bin Khalifah Al Kalbi datang dan ia bawa barang dagangannnya,” Dahyah jika datang, orang-orang tahu karena ia suka menabuh tabuhan. Orang-orang keluar tanpa ragu meninggalkan khutbah. Maka
Allah menurunkan ayat: “Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan,
mereka segera menuju kepadanya. Dan mereka tinggalkan Engkau (Muhammad)
sedang berdiri (berkhutbah).” Maka Nabi SAW akhirnya mendahulukan khutbah Jum‟at dan mengakhirkan salat.
Mendahulukan salat dari khutbah atau mendahulukan khutbah dari salat adalah persoalan teknis.
Menurut Qatadah, ketika kejadian itu terulang sampai tiga kali, dan semuannya dikarenakan
datangnya kafilah dagang dari Syam yang bertepatan pada hari Jum‟at, Rasulullah SAW tidaklah
kaku menyikapi hal itu. Beliau membuat strategi baru tentang teknis Jum‟at, yaitu mendahulukan
khutbah dari salat. Rasulullah SAW sangat tanggap dan fleksibel.
c. Larangan dan Anjuran Ziarah Kubur
Pada masa awal Islam, ziarah kubur dilarang oleh Rasulullah SAW karena dikhawatirkan ada
penyimpangan aqidah mengingat ketauhidan mereka belum kuat. Yang semestinya ziarah kubur itu
mendoakan dan memintakan ampun untuk ahli kubur malah meminta tolong kepada mereka; Yang
semestinya menjadi Tazkiratan lil Maut, malah mencari wangsit dan pesugihan yang justru dapat
melupakan maut. Tapi setelah Rasulullah SAW melakukan pembinaan ketauhidan kepada para
sahabat melalui bimbingan wahyu Allah yang berkesinambungan, Rasulullah SAW percaya akan
aqidah para sahabat dan akhirnya beliau pun mengizinkan para sahabat ziarah kubur, bahkan
menganjurkannya selama tak keluar dari koridor syar‟i.
Imam Nawawi dalam Riyadhus Sholihin: bab Sunat Ziarah Kubur mengutip sabda Rasulullah SAW
dari Buraidah;
ن هيتكم عن قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم عن ابن ب ريدة عن أبيو قال .زيارة القبور ف زوروىا
Dari Ibnu Buraidah RA berkata: bersabda Rasulullah SAW: “Saya pernah melarang kamu ziarah kubur. Maka, (sekarang) silahkan berziarah! (HR. Muslim, nomor 1623)
Illat Rasulullah SAW melarang ziarah kubur adalah ”kekhawatiran karena keterbatasan”.
Kekhawatiran syirik akibat keterbatasan aqidah para sahabat ketika itu. Ketika aqidah para sahabat
sudah kuat, Rasulullah SAW tak khawatir dan mengizinkan bahkan menganjurkannya. Rasulullah
SAW sering menziarahi Baqi‟ dan mendoakan ahli quburannya.
يان عن أبيو عن ابن عباس قال مر رسول اللو صلى اللو عن قابوس بن أب ظب أىل عليو وسلم بقبور المدينة فأق بل عليهم بوجهو ف قال السالم عليكم يا
ن بالثر القبور ي غفر اللو لنا ولكم أن تم سلفنا وDari Qabus bin Abi Dzabyan, dari bapaknya, dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah SAW melewati quburan Madinah (Baqi) dan menghampirinya sendiri. Beliau berdoa: Assalamu
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 97
alaikum wahai ahli qubur, semoga Allah mengampuni kami dan kamu semua. Kalian mendahului kami dan kami mengikuti. (HR Turmudzi, nomor 973)
Beberapa tindakan dan kebijakan beliau tadi mengajarkan kita bertindak fleksibel, rasional, idealis,
strategis, dan visioner di mana ada proses tahapan pembelajaran.
Demikian halnya dengan rukyat, sudah sangat wajar -bahkan terlambat- umat Islam menggunakan
metode hisab karena pengetahuan manusia telah sampai ke arah itu untuk dijadikan patokan
penetapan awal Ramadan dan lebaran secara permanen. Tidak tepat jika beranggapan bahwa
metode hisab itu menyalahi sunah Rasulullah SAW. Pertimbangannya bukan pada hadis tentang
keharusan melakukan rukyat hilal saja, tapi ada banyak aspek selain:
1. Ayat Al-Quran tentang menjaga persatuan dan kesatuan.
2. Prinsip tasyri (انتشرع) dalam Islam; bertahap, mudah, dan meniadakan kesulitan.
3. Hadis-hadis lain mengenai penetapan awal Ramadan dan lebaran.
4. Kondisi real sekarang; era global.
5. Kemajuan teknologi dalam hisab, informasi, telekomunikasi.
Dengan selalu mempertimbangkan aspek-aspek nyata di atas, niscaya kita tidak akan kaku dalam
bersikap. Terutama dalam penetapan awal Ramadan dan lebaran yang menyelimuti umat Islam
dalam perbedaan yang berlarut. Jangankan untuk tingkat global, tingkat nasional saja sering
berbeda.
5. Tinggalkan yang Meragukan
Perbedaan penetapan awal Ramadan dan lebaran menimbulkan keraguan di tengah umat Islam.
Mana yang benar dan mana yang harus diikuti. Masalahnya tidak terletak pada sikap toleransi
dalam menyikapi perbedaan yang sudah teruji, tapi keraguan itu sendiri yang mendatangkan
kebingungan umat. Tidak di kalangan masyarakat awam, di kalangan masyarakat berpendidikan
juga demikian.
Contoh
Perbedaan yang relatif baru terjadi ketika penetapan awal Zulhijah dan Idul Adha 1435 H/2014 M.
Data hisab modern memberi informasi akurat sebagai berikut:
1 dan 10 Zulhijah 1435/2014
Ijtima: Rabu, 24 September 2014 Jam 13:14 WIB
Saat Gurub Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +00°:40':04" +00°:40':45"
Usia Bulan +04H 35M +09H 04M
Ketetapan 1 Zulhijah 10 Zulhijah
Imkanur Rukyat Jum‟at, 26 September
2014
Ahad, 5 Oktober 2014
Wujudul Hilal Kamis, 25 September 2014
Sabtu, 4 Oktober 2014
Rukyat Saudi Arabia Kamis, 25 September 2014
Sabtu, 4 Oktober 2014
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 98
Keraguan yang muncul:
Jika menggunakan metode rukyat, bagaimana mungkin tinggi hilal +00°:40':45" di Makkah bisa
diamati meskipun menggunakan alat bantu? Benarkah mereka melakukan rukyat sebagaimana yang
dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat? Parameter hilal bisa dilihat itu +050.
Peta penampakan hilal saat Gurub pada Rabu, 24 September 2014 adalah:
Daerah yang berarsir putih (no color) dinyatakan sebagai daerah yang tidak mungkin melihat hilal.
Di Indonesia termasuk Saudi Arabia.
Di Indonesia, bagi yang mengerti hisab tapi mengesampingkan hisab karena hanya
mengimani penentuan awal Ramadan dan lebaran harus berdasarkan rukyat merasa ragu
karena kenyataannya bulan baru telah terjadi 4 Jam 35 Menit yang lalu.
Bagaimana mungkin kita di Indonesia puasa Arafah pada hari Sabtu sedangkan di Arafah
sendiri wukuf pada hari Jum‟at?
Berdasar dalil dan logika apa perbedaan Indonesia dan Saudi Arabia yang hanya 4 jam
menjadi berbeda satu hari?”
Di Indonesia, apakah sunah atau haram puasa Arafah di hari Sabtu ketika kita tahu bahwa di
Arafah sendiri hari Sabtu itu Idul Adha?
Kebingungan seperti di atas tidak akan terjadi jika umat Islam menyepakati penetapan awal
Ramadan dan lebaran berdasarkan metode hisab murni dengan patokan ijtima. Jika ijtima Zulhijah
1435 H telah terjadi pada Rabu, 24 September 2014 Jam 13:14 WIB, Malam Kamis masuk tanggal
1, dan Sabtu Idul Adha. Mudah, ilmiah, berhujah, dan bisa mempersatuakan secara global.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 99
6. Kemajuan Pengetahuan Membuat Penafsiran Ayar Al-Quran tentang
Sains Lebih Mudah
Penulis mendapati ada satu ayat dalam Al-Qur‟an, di mana kita tidak mungkin bisa memahami ayat
tersebut kecuali menginsyafi bahwa bumi yang kita pijak ini sebagai satu unit kesatuan dan tidak
dikavling-kavling oleh batas wilayah negara. Jika sudah terjadi ijtima maka seluruh penghuni bumi
sudah masuk awal bulan.
Galileo Galilei
Jika ayat ini dibaca oleh Galileo Galilei (1564-1642), dia akan
mengakui kebenaran Al-Qur‟an. Sejarah mencatat, Galileo Galilei harus
menerima hukuman penjara akibat kebenaran yang diyakininya itu
bertentangan dengan dogma gereja. Ketika itu, gereja Italia memaksa
seluruh temuan dan pendapat Galileo menyangkut sistem tata surya
harus dicabut karena dianggap telah murtad. Dan, 200 tahun sesudah
wafat ilmuan besar ini, tepatnya tahun 1835, giliran gereja Italia dipaksa
oleh kebenaran ilmu pengetahuan untuk menghapus karya-karya
pemikiran Galileo Galilei dari daftar karya-karya terlarang, dan
mengembalikan segala kehormatan dan nama baiknya sebagai seorang
ilmuan besar.
Galileo dipenjara atas putusan gereja karena pendapatnya yang menyalahkan Prinsip Geosentris di
mana bumi sebagai pusat tata surya. Menurutnya, justru bumi yang mengitari dan matahari sebagai
pusat tata surya (prinsip Heliosentris) mendukung teori Copernicus (1473-1543).
Ayat itu adalah Firman Allah tersebut adalah QS. An Naml: 88.
يت جث مث ىتىب يب جت حت خت مت مبحب خب جئ حئ مئ ىئ يئ جب
ىث يث Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Para mufasir umumnya menafsirkan ayat di atas sebagai gambaran dari kondisi menjelang kiamat,
ketika kiamat atau bahkan sesudah kiamat.
1. Al Allamah Fakhruddin Arrozi (544-606 H/1150/1210 M) dalam tafsir Mafatuhul Ghaib
menjelaskan bahwa ayat tadi menggambarkan ciri ke 3 dari datangnya kiamat di mana
gunung-gunung akan beterbangan tanpa manusia menyadarinya. 2. Imam Al Qurtubi (600-671 H/1204-1273 M) dalam tafsir Al Jami‟ li Ahkamil Qur‟an
menafsirkan ayat tadi dengan menukil pendapat ulama-ulama pendahulunya, di antaranya
Al-Qusyairi yang menyatakan bahwa ayat ini gambaran keadaan kiamat, di mana
sedemikian banyaknya gunung berkumpul seolah diam dalam pandangan mata lahir yang
padahal gunung-gunung itu berjalan seperti mega tak ada yang tersisa.
3. Prof. Quraish Shihab dalam buku beliau Mukjizat Al-Quran memberi tafsiran, bahwa hasil
penelitian rekaman satelit terdapat bukti bahwa jazirah Arab beserta gunung-gunungnya
bergerak mendekati Iran beberapa centimeter setiap tahunnya. Sebelumnya, sekiar lima juta
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 100
tahun yang lalu jazirah Arab bergerak memisahkan diri dari Afrika dan membentuk laut
merah. Sekitar daerah Somalia sepanjang pantai timur ke selatan berada dalam proses
pemisahan yang lamban dan telah menbentuk “lembah belah” yang membujur ke selatan
melalui deretan danau Afrika.
4. Menurut penulis, ayat tadi adalah informasi yang tersirat tentang teori heliosentris. Dengan
menggunakan gaya bahasa majas, ayat ini memberi informasi bahwa bumi ini bukan pusat
tata surya. Logika siapapun tak akan menerima jika gunung-gunung terbang. Gunung adalah
bagian tak terpisahkan dari bumi, dan maksud ayat ini adalah bumi bergerak terbang seperti
awan. Ini artinya bumi bukan pusat tata surya seperti yang diyakini masyarakat waktu itu
(geosentris).
Lepas dari berbagai tafsiran yang dilakukan mufasirin dengan keterbatasan kemajuan teknoloogi
pada zamannya, menurut penulis justru kita yang hidup di zaman teknologi, lebih mudah
memahami ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam, astronomi, antariksa dan
yang lainnya. Karena, kita berkesempatan menyibak rahasia di balik keagungan ciptaan-Nya yang
mungkin pada masa sahabat atau tabi‟in adalah misteri.
Jika ada orang yang mengatakan bahwa gunung Gede dan gunung Pangrango terbang, mudah bagi
kita menyikapinya ”mungkin orang itu kurang sehat” karena kenyataannya gunung-gunung itu tak
pernah beranjak dari tempatnya.
Tapi bagaimana jika Allah SWT yang menyatakan bahwa gunung-gunung itu terbang berjalan
seperti berjalannya mega? Sebagai orang beriman, kita harus nenyikapinya dengan sikap makhluk
yang diberi Allah akal pikiran:
Allah Maha Benar.
lmu kita belum sampai untuk bisa memahaminya.
Bagaimana kita beusaha memahami kebenaran yang absolut itu dengan segala keterbatasan
kita sehingga kita mengimaninya logis dan rasional.
Menurut penulis, memahami ayat tadi tidaklah sulit bagi kita yang hidup sekarang. Penulis teringat
akan materi pengajian yang disampaikan para kiayi sewaktu nyantren tentang „am dan khash; yang
umum dan yang khusus. Dalam Al Qur‟an dan juga dalam kehidupan sehari-hari kita sering
menggunakan redaksi bahasa umum-khusus atau khusus-umum:
1. Pengucapannya umum tapi maksudnya khusus; Totem pro part
(اطالق انعاو وإرازج انراص)
2. Pengucapan khusus tapi maksudnya umum; Part pro toto
(اطالق انراص وإرازج انعاو)
Contoh 1
Seorang ayah menyuruh anaknya membuang abu dan puntung rokok di asbak,
“Nak, tolong buang asbak ini!”.
Anak yang cerdas tentu memahaminya dengar benar bahwa yang di buang itu abu dan puntung
rokoknya, bukan asbaknya. Secara umum yang diucapkan adalah asbak tapi secara khusus adalah
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 101
puntung rokok. Redaksional majaz seperti ini banyak ditemukan dalam Al Qur‟an. Seperti firman
Allah QS Al Baqarah: 19
ڃ ڤ ڤ ڤ ڤ ڦ ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ ڃ
چ چ چ ڇ چڃAtau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita,
guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.
Ayat ini adalah perumpamaan bagi orang munafik (Yahudi Madinah) yang merasa takut mendengar
bacaan Al-Qur‟an seperti takutnya mereka mendengar petir dan kilat yang menyambar. Telinga
mereka ditutup oleh ashabi‟ yang artinya jari-jemari, yang padahal, seseorang jika takut mendengar
petir cukup menutup lobang telinga dengan ushbu‟ ; satu jari. Allah menyebutkan dengan jari-
jemari yang lebih umum sedang maksudnya satu jari tentu ada maksud lebih. Dengan redaksi
bahasa seperti itu, seolah menunjukkan akan betapa mereka tak mau mendengar Al Qur‟an; seolah
satu jari tak cukup menutup lubang telinganya. Allah yang lebih mengetahui maksud sesungguhnya.
Contoh 2
Seorang ibu sedang menjemur gabah di halaman rumahnya menyuruh anaknya agar menjaga dari
ayam tetangga yang suka makan jemuran padi.
“Nak, jaga jemuran padi, banyak ayam yang suka makan!”
Anak itu akan menjaga jemuran padi dengan setia. Jika tiba-tiba datang itik tetangga yang mau
makan jemuran padi, anak itu dengan sigap dan tanggap segera mengusir itik-itik itu. Benar, si ibu
hanya menyebut secara khusus “ayam” tapi maksud secara umum adalah “semua binatang” yang
mengganggu jemuran padi. Dalam keseharian sering kita dapati orang-orang berbicara dengan gaya
bahasa seperti ini.
Dalam surat An Naml ayat 88, pelafalan khusus tapi maksudnya umum. Yang disebut “gunung-
gunung” tapi yang dimaksud bumi secara keseluruhan.
Jika dikembalikan kepada redaksi ayat di mana Allah menyebutkan bahwa gunung-gunung itu
terbang berjalan seperti mega, sampai kapan pun logika kita tak akan bisa menerimnya. Tapi,
bukankah gunung-gunung itu bagian khusus dari bumi secara keseluruhan?
Gunung bahkan “paku” bumi. Allah SWT berfirman dalam QS An Naba: 5-7.
ٿ ٿ ٹ ٹ ٹ ٹ ڤ ڤ
Bukankah kami Telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,
Dan gunung-gunung sebagai pasak?,
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 102
Pasak atau paku memiliki fungsi yang sangat penting dalam satu unit bangunan, sama dengan
“wajah” yang sering Allah sebutkan ketika yang dimaksudkan “fisik” keseluruhan. Dengan
demikian, jikakah takwil ini benar, Allah SWT telah memberi tahu kita dengan bahasa-Nya yang
agung tentang teori Heliocentris, bahwa “bumi ini berjalan” artinya, bumi bukanlah pusat.
Galileo adalah “molekul” ayat Allah yang membuktikan kebenaran ayat-ayat-Nya. Di usia
senjanya, agar dia bisa lepas dari hukuman gereja, dia harus mencabut suluruh pernyataan dan
teorinya tentang tata surya (heliosentris) yang oleh gereja dihukumi bahwa teori itu: “Sesat dan
menyesatkan. Siapa yang meyakini kebenarannya sudah kafir dan murtad dari agama”. Sekali lagi,
jika saja Galileo Galilei sempat membaca An-Naml: 88, tentu dia meyakini kebenaran Al-Qur'an.
Mutlak, kita tak bisa memahami ayat ini sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahua kecuali
memahami bumi sebagai satu kesatuan utuh. Penulis ingin berintermeso: Siapakah kita jika disuruh
membuang asbak, kita benar-benar membuang asbak, atau jika kita disuruh menjaga jemuran padi
dari ayam, kita membiarkan itik memakannya?
Kalender Tunggal Hijriah harus bebas nasionalisme. Bumi adalah kesatuan utuh. Terjadinya ijtima
melibatkan matahari-bumi-bulan secara utuh.
7. Hisab Pilihan Termudah; Belajar dari Kasus Bani Israil
Memilih yang mudah adalah bagian dalam prinsip tasyri. Prinsip ini berdasarkan Al-Quran.
1. QS Al Maidah: 6
ڍ ڍ ڌ ڌ ڎ ڎ ڈ ڈ ژ ژ ڑ ڑ
ک ک ک ک Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
2. QS Al Hajj: 78
ھ ھ ھ ھ ے ے ۓۓہ ہ ہڻ ڻ ۀ ۀ ہ
… Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia
telah memilihmu dan Dia tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan…
3. QS Al Baqarah:185.
ڳ ڳ ڱ ڱ ڱ ڱ ں ں ڻ ڻ ڻ
ڻۀ ۀ ہ ہ ہ ہھ ھ ھ ھ ے ے ۓ ۓ ﮲
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 103
﮾ ﮿ ﮽ ﮷ ﮸ ﮹ ﮺ ﮻ ﮼ ﮳ ﮴﮵ ﮶
﯀ ﯁
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Dalam qaidah Ushul dikatakan:
المر فاتسع ق اض إذا Jika sempit suatu urusan maka luaskanlah.
Untuk zaman sekarang, metode hisab jauh lebih mudah dalam penetapan awal Ramadan dan
lebaran jika dibanding dengan metode rukyat. Terbalik dengan zaman Rasulullah SAW di Madinah,
rukyat lebih mudah bahkan satu-satunya cara penetapan awal Ramadan dan lebaran karena
keterbatasan kemampuan tulis-hitung masyarakat Arab ketika itu.
Entah nilainya plus atau minus, niat ingin “lebih” sempurna melaksanakan perintah melebihi dari
teks perintahnya sehingga tidak mau menerima pemahaman secara kontekstual. Bahkan cenderung
merepotkan diri sendiri.
Sikap seperti ini tidaklah dipuji di hadapan Allah SWT. Dalam kasus pembunuhan di zaman Nabi
Musa AS misalnya. Untuk menyibak tabir siapa pembunuhnya, Allah SWT memerintah melalui
Nabi Musa agar menyembelih seekor sapi. Mudah sekali.
Reaksi bermunculan di tengah masyarakat ketika itu:
Apa hubungannya antara pembunuhan dan menyembelih sapi?
Kenapa harus sapi?
Bukankah sapi itu binatang yang dimuliakan?
Sapi yang bagaimana?
Apa warnanya?
Sapi yang seperti apa? Adakah kejelasan yang lebih spesifik lagi?
Allah SWT hanya menyuruh menyembelih sapi. Titik. Sangat mudah dan jauh dari memberatkan.
Manusia waktu itu yang menyulitkan dirinya sendiri. Mungkin mereka tak mau gegabah; mereka
khawatir menyepelekan wahyu itu sendiri karena ini menyangkut kaus besar. Mereka bertanya dan
bertanya tentang spesifikasi sapi itu sehingga sapi itu sangat sulit dicari, bahkan hampir saja mereka
tidak bisa melaksanakannya.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 104
Allah SWT mengisahkan kejadian itu dalam QS. Al Baqarah: 67-73.
ے ۓ ےھ ھ ھ ھڻ ڻ ڻ ڻ ۀ ۀ ہ ہ ہ ہ
﮼ ﮽ ﮾ ﮸ ﮹ ﮺ ﮻ ﮴ ﮵ ﮶ ﮷ ﮳ ﯀ ﯁ ﮿ۓ ﮲
ڭ
ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ جئ حئ مئ ىئ ۆڭ ڭ ڭ ۇ ۇ
ٱ ٻ ٻ ٻ ٻ پ پ پ پ ڀ ڀ ڀ ڀ ٺ ٺ ٺ يئ جب
ٺ ٿ ٿ ٿ ٿ ٹ ٹ ٹ ٹ ڤ ڤ ڤ ڤ ڦ ڦ ڦ
ڃ چ چ چ چ ڇ ڇ ڇ ڃڄ ڄ ڃ ڃ ڄڦ ڄ
ک ک ک ڑڌ ڌ ڎ ڎ ڈ ڈ ژ ژ ڑ ڍڇ ڍ
گ گ گ گ ڳ ک
67. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina". Mereka berkata: "Apakah kamu
hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada
Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".
68. Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia
menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu". Musa menjawab: "Sesungguhnya
Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak
muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".
69. Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan
kepada kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman
bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi
menyenangkan orang-orang yang memandangnya".
70. Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan
kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih)
samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk
memperoleh sapi itu)".
71. Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi
betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk
mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya". Mereka berkata: "Sekarang
barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka
menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.
72. Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh
menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu
sembunyikan.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 105
73. Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina
itu!" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan
memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.
Surat ini dinamai Al Baqarah karena kasus ini.
“….maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".
“…hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.”
Penggalan kalimat tadi memberi informasi bahwa Allah SWT tidak menghendaki manusia merasa
sulit dalam menjalankan perintah-Nya. Allah SWT menghendaki mudah tapi manusia yang mencari
sulit. Akankah kita umat Islam melakukan hal sama mencari yang sulit ketika ilmu hisab yang
menjanjikan kemudahan dan persatuan diabaikan?
C. Data Hisab untuk Awal Ramadan dan Lebaran 1000 Tahun ke Depan
Penulis sering ditanya ketika berada pada akhir Ramadan,
“Kapan Idul Fitri?”
Pertanyaan itu muncul karena di zaman modern seperti sekarang umat Islam masih belum bisa
memastikan secara pasti kapan lebarannya. Jawaban yang umum adalah, “Menunggu keputusan
Pemerintah!”
Penulis yakin tidak ada satu pun penganut Nasrani yang bertanya kepada pendetanya,
“Kapan Natal?”
Kenapa? Karena pimpinan ormas umat Kristiani tidak menununggu sidang isbat untuk penetapan
Natal dan Tahun Baru; kalendernya sudah mapan dan simpel. Beda halnya dalam penetapan awal
Ramadan dan lebaran.
Sebenarnya umat Islam juga sudah bisa menetapkan awal Ramadan dan lebaran tanpa harus
menunggu sidang isbat yang menerima informasi dari juru rukyat yang disebar di banyak titik
seluruh Indonesia. Masalahnya karena pemahaman tekstual hadis Rasulullah SAW bahwa
penetapan awal Ramadan dan lebaran harus melalui rukyat. Kemajuan hisab modern tidak dijadikan
patokan penetapan awal Ramadan dan lebaran tapi hanya bahan untuk akur-akuran saja. Kadang
jadi bahan guyonan di kalangan pemerhati falak;
“Sudah tahu ketinggian hilal +010 dan tidak mungkin bisa diamati kenapa harus memaksakan
diri mengamati?”
Jika kita menyepakati metode hisab dengan kriteria Ijtima Sebelum Gurub, dan menyepakati
Makkah sebagai patokannya, umat Islam sedunia sudah tidak ribet lagi menetapkan awal Ramadan
dan lebaran karena kalendernya baku, mapan, global dan tunggal.
Pengetahuan untuk ini sudah lama digenggaman tangan dan sangat mudah semata rahmat dan
anugerah Allah SWT untuk umat Islam.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 106
Kalender Hijriah 1000 Tahun (Metode Ijtima Sebelum Gurub dengan Patokan Makkah)
Tahun
1 Ramadan 1 Syawal 1 dan 10 Zulhijah
Ijtima Ketetapan Ijtima Ketetapan Ijtima Ketetapan Ketetapan
1437
Ahad 5/6/2016 06:00
Senin 6/6/2016
Senin 4/7/2016 14:01
Selasa 5/7/2016
Kamis 1/9/2016 12:03
Jum‟at 2/9/2016
Ahad 11/9/2016
1438
Kamis 25/5/2017
22:44
Sabtu 27/5/2017
Sabtu 24/6/2017
05:31
Ahad 25/6/2017
Senin 21/8/2017
21:30
Rabu 23/8/2017
Jum‟at 1/9/2017
1439
Selasa 15/5/2018
14:48
Rabu 16/5/2018
Rabu 13/6/2018
22:43
Jum‟at 15/6/2018
Sabtu 11/8/2018
12:58
Ahad 12/8/2018
Selasa 21/8/2018
1440
Ahad
05/5/2019 01:45
Senin
05/5/2019
Senin
3/6/2019 13:02
Selasa
4/6/2019
Kamis
1/8/2019 06:12
Jum‟at
2/8/2019
Ahad
11/8/2019
1441 Kamis
23/4/2020 05:26
Jum‟at
24/4/2020
Jum‟at
22/5/2020 20:39
Ahad
24/5/2020
Senin
20/7/2020 20:33
Rabu
22/7/2020
Jum‟at
31/7/2020
1442 Senin 12/4/2021 05:31
Selasa 13/4/2021
Selasa 1/5/2021 22:00
Kamis 3/5/2021
Sabtu 10/07/2021 04:17
Ahad 11/7/2021
Selasa 20/7/2021
1443 Jum‟at 1/4/2022
09:24
Sabtu 2/4/2022
Sabtu 30/4/2022
23:28
Senin 2/5/2022
Rabu 29/6/2022
05:52
Kamis 30/6/2022
Sabtu 9/7/2022
1444 Selasa 21/03/2023
20:23
Kamis 23/3/2023
Kamis 20/4/2023
07:12
Jum‟at 21/4/2023
Ahad 18/6/2023
07:37
Senin 19/6/2023
Rabu 28/6/2023
1445 Ahad
10/03/2024 12:00
Senin
11/3/2024
Senin
8/4/2024 21:21
Rabu
10/4/2024
Kamis
6/6/2024 15:38
Jum‟at
7/6/2024
Ahad
16/6/2024
1446 Jum‟at
28/02/2025 03:45
Sabtu
29/2/2025
Sabtu
9/3/2025 13:58
Ahad
9/3/2025
Selasa
27/5/2025 06:02
Rabu
28/5/2025
Jum‟at
6/6/2025
1450 Ahad 14/1/2029 20:24
Selasa 15/1/2029
Selasa 13/2/2029 13:31
Rabu 14/2/2029
Sabtu 14/4/2029 00:40
Ahad 15/4/2029
Selasa 24/4/2029
1460 Selasa 28/9/2038
21:57
Kamis 30/9/2038
Kamis 28/10/2038
06:53
Jum‟at 29/10/2038
Ahad 26/12/2038
04:02
Senin 27/12/2038
Rabu 5/1/2039
1470 Kamis 11/6/2048
15:50
Jum‟at 12/6/2048
Sabtu 11/7/2048
07:04
Ahad 12/7/2048
Selasa 8/9/2048
09:24
Rabu 9/9/2048
Jum‟at 18/9/2048
1480 Sabtu
23/2/2058 01:56
Ahad
24/2/2058
Ahad
24/3/2058 12:50
Senin
25/3/2058
Rabu
22/5/2058 13:23
Kamis
23/5/2058
Sabtu
1/6/2058
1490 Senin Selasa Selasa Rabu Jum‟at Sabtu Senin
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 107
7/11/2067 03:14
8/11/2067 6/12/2067 17:05
6/12/2067 3/2/2068 16:44
4/2/2068 13/2/2068
1500 Selasa
20/7/2077 03:41
Rabu
21/7/2077
Rabu
18/8/2077 17:17
Kamis
19/8/2077
Ahad
17/10/2077 02:07
Senin
18/10/2077
Rabu
27/10/2077
1600 Kamis 28/7/2174 21:49
Sabtu 30/7/2174
Sabtu 27/8/2174 12:59
Ahad 28/8/2174
Selasa 25/10/2174 22:52
Kamis 27/10/2174
Sabtu 5/11/2174
1700 Ahad 6/8/2271
17:54
Senin 6/8/2271
Selasa 5/9/2271
09:34
Rabu 5/9/2271
Jum‟at 3/11/2271
17:49
Sabtu 4/11/2271
Senin 13/11/2271
1800 Rabu 14/8/2368
13:37
Kamis 15/8/2368
Jum‟at 13/9/2368
05:31
Sabtu 14/9/2368
Senin 11/11/2368
12:36
Selasa 12/11/2368
Kamis 21/11/2368
1900 Sabtu
22/8/2465 10:13
Ahad
23/8/2465
Senin
21/9/2465 01:27
Selasa
22/9/2465
Kamis
19/11/2465 05:07
Jum‟at
20/11/2465
Ahad
29/11/2465
2000 Selasa
31/8/2562 05:26
Rabu
1/9/2562
Rabu
29/9/2562 19:36
Jum‟at
1/10/2562
Sabtu
27/11/2562 21:30
Senin
29/11/2562
Rabu
8/12/2562
2250 Selasa 22/3/2805 09:00
Rabu 23/3/2805
Rabu 20/4/2805 20:49
Jum‟at 22/4/2805
Sabtu 18/6/2805 13:40
Ahad 19/6/2805
Selasa 28/6/2805
2437 Sabtu 26/8/2986
18:15
Ahad 27/8/2986
Senin 25/9/2986
06:10
Selasa 26/9/2986
Kamis 23/11/2986
03:08
Jum‟at 24/11/2986
Ahad 3/12/2986
2467 Kamis 5/10/3015
07:19
Jum‟at 6/10/3015
Sabtu 4/11/3015
00:18
Ahad 5/11/3015
Selasa 2/1/3016
09:53
Rabu 3/1/3016
Jum‟at 12/1/3016
Buku ini ditulis tahun 1437 H/2015 M. dari data di atas diketahui tahun 2467 H bertepatan 3015 M;
1000 sejak buku ini ditulis. Terdapat selisih 30 tahun antara Kamariah dan Syamsiah dalam satu
millennium.
Hijriah (Kamariah) Masehi (Syamsiah)
2467-1437= 1030 3015-2015=1000
Selisih dalam 1000 tahun: 30
Data di atas tidak seketika dibuat, butuh ribuan tahun evolusi pengetahuan sampai kepada
peradaban hisab modern sekarang. Ketika kita sudah mengetahui perhitungan dengan akurasi tinggi
dan sangat mudahnya, sudah saatnya kita menggunakan semua ini untuk kemudahan umat Islam
dalam menentukan waktu ibadah terutama dalam penetapan awal Ramadan dan lebaran.
Beda halnya dengan rukyat. Kita tidak bisa membuat kalender berdasarkan rukyat karena rukyat itu
dilakukan pada tanggal 29 setiap bulan. Umumnya umat Islam melakuan rukyat hanya di 3 bulan
saja: Sya‟ban, Ramadan, dan Zulkaidah untuk menentukan awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah.
Mengacu kepada sabda-sabda Rasulullah SAW dalam kitab hadis yang sahih, karakteristik rukyat
adalah:
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 108
1. Melihat secara langsung dengan mata. Jika tidak melihat maka lengkapkan bulan itu 30 hari
(istikmal).
2. Dilakukan ketika manusia belum mengetahui tulis-hitung tentang peredaran benda langit
mathari-bulan-bumi.
3. Bersifat lokal untuk radius sekitar 89 km.
Ketika manusia sudah mampu membuat kalender hijriah lokal dan memprediksi datangnya bulan
baru (ijtima) sebenarnya pengetahuan manusia sudah cukup menetapkan awal Ramadan dan lebaran
dengan pengetahuannya itu dan tidak perlu melakukan rukyat. Terlebih di zaman hisab modern
sekarang. Karena ketika kita melakukan rukyat, akan terjadi banyak benturan yang membingungkan
umat Islam disebabkan dan dipengaruhi oleh:
1. Pengetahuan hisab.
2. Globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi.
3. Letak gegrafis.
4. Batas negara dan hukum yang berlaku di negara itu.
Dari empat hal di atas, akhirnya terjadilah standar ganda rukyat-hisab dalam penetapan awal
Ramadan dan lebaran yang berujung pada perbedaan tanpa akhir. Sebenarnya aturan Allah SWT
dalam Al-Quran dan aturan Rasulullah SAW dalam hadis sangat sederhana dalam penetapan awal
Ramadan dan lebaran. Yaitu:
1. Jika penetapan awal Ramadan dan lebaran dengan rukyat, ikutilah Rasulullah SAW dan para
sahabat sebagaimana yang adalah kitab-kitab hadis sahih.
2. Jika penetapan awal Ramadan dan lebaran berdasarkan hisab, tetapkanlah dengan hisab
dengan menjadikan ijtima sebagai patokan awal baru.
Kenyataan sekarang di Indonesia dan di Timur Tengah dalam kurun satu dekade terakhir, merujuk
kepada data yang ada, penetapan awal Ramadan dan lebaran tidak merujuk kepada dua metode di
atas.
Hisab Rukyat
Perbedaan
Bersifat global Pasti ( (قطع
Ilmiah Otomatis
Tidak terikat waktu dan tempat
Bersifat lokal
Asumsi ( (ظ Praktek Manual
Temporer dan regurer
Persamaan Bersumber dari Al-Quran dan Sunah Rasulullah SAW
Hisab itu pasti ( ) sedangkan rukyat itu asumsi (قطع Pesawat dengan kecepatan 500 km/jam .(ظ
yang akan melintasi titik A, B, dan C yang berjarak masing-masing 500 km secara pasti diprediksi
jam berapa akan melewati titik-tik itu. Hisab adalah prediksi tapi laju-jalan bulan dan bumi sangat
tepat dan pasti maka metode Hisab itu Pasti.
Berbeda dengan Rukyat yang dikatagorikan Asumsi. Yang dimaksud Asumsi di sini terjemahannya
bisa macam-macam:
1. Kadar ketajaman penglihatan manusia berbeda-beda.
2. Melihat objek benda seperi hilal tapi ternyata perahu yang letaknya sangat jauh. Hal yang
mungkin seseorang melihat hilal ternyata lentik bulu mata di pelupuknya.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 109
3. Hal yang mungkin seseorang berani berbohong di atas sumpah telah melihat hilal padahal
tidak melihat karena ingin dianggap hebat atau mengejar hadiah.
Tepat sekali apa yang dikemukakan imam Subki (683-756 H/1285-1356 M) yang pendapatnya
ditukil oleh Abu Bakar bin Muhammad Syatha al Dimyati (W 1310 H/1892 M) dalam Ianatut
Thalibin:
( لو هد برؤية اهلالل واحد أو اثنان واقتضى الساب عدم إمكان رؤيتو قال )فرعالسبكي ل تقبل ىذه الشهادة لن الساب قطعي والشهادة ظنية والظن ل يعارض
(: ) اعانة الطالبي القطع
“Jika seseorang atau berdua menyaksikan hilal tetapi hisab menetapkan bahwa tidak mungkin hilal bisa dilihat maka kesaksian itu tidak bisa diterima. Karena hisab itu
bersifat pasti sedangkan rukyat bersifat asumsi. Asumsi tidak bisa mengalahkan kepastian.”
Peradaban pengetahuan hisab sudah di genggaman umat Islam. Kalender Tunggal Hijriah sudah di
pelupuk mata. Masihkah kita memilih cara yang dipakai Rasulullah SAW dan menganggap itu
sunah satu-satunya dalam penetapan awal Ramadan dan lebaran?
Jika melihat data hisab modern, 5 tahun sejak buku ini ditulis relatif perbedaan penetapan awal
Ramadan dan lebaran sangat kecil karena ijtima, usia bulan, ketinggian hilal, dan sudut elongasi
bulan-observer-matahari melewati “standar bikinan” untuk Imakanur Rukyat dan Wujudul Hilal.
Berbeda untuk tingkat global, di Saudi Arabia untuk penetapan awal Ramadan dan lebaran
ditetapkan oleh Mahkamah Syariah setelah menerima kesaksian dari juru rukyat (رائ) dan tidak
dilakukan validasi data. Ketentuannya sederhana, jika juru rukyat mengklaim melihat hilal dan siap
disumpah dengan nama Allah SWT maka kesaksiannya akan diterima.
Berikut adalah penetapan awal Ramadan dan Lebaran 1437 sd 1447 H bertepatan dengan 2016 sd
2026 M berdasarkan Hisab Pasti dengan Metode Ijtima sebelum Gurub dengan Patokan Makkah,
disertai prediksi menurut Imkanur Rukyat (IR) yang digunakan oleh kebanyakan Ormas di
Indonesia dan Kementerian Agama RI, Wujudul Hilal (WH) yang dipakai oleh Muhammadiyah,
dan Rukyat Saudi Arabia yang diragukan kesahihan rukyatnya oleh banyak pakar hisab.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 110
1437 H/2016 M
1 Ramadan 1437 H/2016 M
Ijtima: Ahad, 5/6/2016 Jam 10:00 WIB
Ahad, 5/6/2016 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +04°:30':12" +04°:09':58"
Usia Bulan +07J 45M +13J 04M
Hisab Pasti : Senin, 6/6/2016
IR : Senin, 6/6/2016
WH : Senin, 6/6/2016
Rukyat Saudi : Senin, 6/6/2016
1 Syawal 1437 H/2016 M
Ijtima: Senin, 4 Juli 2016 Jam 18:01 WIB
Senin, 4 Juli 2016 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan -00°:58':03" -01°:07':47"
Usia Bulan -00J 10M +05J 09M
Hisab Pasti : Selasa, 4 Juli 2016
IR : Rabu, 5 Juli 2016
WH : Rabu, 5 Juli 2016
Rukyat Saudi : Rabu, 5 Juli 2016
1 Zulhijah 1437/2016
Ijtima: Kamis, 1/9/2016 Jam 16:03 WIB
Kamis, 1/9/2016 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan -00°:09':06" +00°:51':33"
Usia Bulan +01H 50M +06H 36M
: 1 Zulhijah 10 Zulhijah
Hisab Pasti Jum‟at, 2/9/2016 Ahad, 11/9/2016
IR : Sabtu, 3/9/2016 Senin, 12/9/2016
WH : Sabtu, 3/9/ 2016 Senin, 12/9/2016
Rukyat Saudi : Jum‟at, 2/9/2016 Ahad, 11/9/ 2016
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 111
1438 H/2017 M
1 Ramadan 1438 H/2017 M
Ijtima: Jam 02:44 WIB
Jum‟at 26/05/2017 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +09°:00':37" +09°:10':19"
Usia Bulan +15J 00M +20J 15M
Hisab Pasti : Sabtu, 27/05/2017
IR : Sabtu, 27/05/2017
WH : Sabtu, 27/05/2017
Rukyat Saudi : Sabtu, 27/05/2017
1 Syawal 1438 H/2017 M
Ijtima: Sabtu, 24/06/2017 Jam 09:31 WIB
Sabtu, 24/06/2017 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +04°:16':22" +04°:16':39"
Usia Bulan +08J 18M +13J 39M
Hisab Pasti : Ahad, 25/06/2017
IR : Ahad, 25/06/2017
WH : Ahad, 25/06/2017
Rukyat Saudi : Ahad, 25/06/2017
1 Zulhijah 1438 H/2017M
Ijtima: Selasa 22/08/2017 Jam 01:30 WIB
Selasa 22/08/2017 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +07°:58':13" +08°:02':12"
Usia Bulan +16J 24M +21J 18M
1 Zulhijah 10 Zulhijah
Hisab Pasti : Rabu, 23/08/2017 Jum‟at, 1/9/2017
IR : Rabu, 23/08/2017 Jum‟at, 1/9/2017
WH : Rabu, 23/08/2017 Jum‟at, 1/9/2017
Rukyat Saudi : Rabu, 23/08/2017 Jum‟at, 1/9/2017
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 112
1439 H/2018 M
1 Ramadan 1439 H/2018 M
Ijtima: Selasa, 15/05/2018 Waktu 18:48 WIB
Selasa 15/05/2018 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +00°:11':36" +00°:04':33"
Usia Bulan -01J 03M +04J 07M
Hisab Pasti : Rabu, 16/05/2018
IR : Kamis, 17/05/2018
WH : Kamis, 17/05/2018
Rukyat Saudi : Rabu, 16/05/2018
1 Syawal 1439 H/2018 M
Ijtima: Kamis, 14/06/2018 Jam 02:43WIB
Kamis, 14/06/2018 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +08°:13':22" +08°:41':12"
Usia Bulan +15J 03M +20J 24M
Hisab Pasti Jum‟at, 15/06/2018
IR : Jum‟at, 15/06/2018
WH : Jum‟at, 15/06/2018
Rukyat Saudi : Jum‟at, 15/06/2018
1 Zulhijah 1439 H/2018 M
Ijtima: Sabtu, 11/08/2018 Jam 16:58 WIB
Sabtu, 11/08/2018 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan -00°:08':20" +02°:12':30"
Usia Bulan +00J 57M +05J 59M
1 Zulhijah 10 Zulhijah
Hisab Pasti Ahad, 12/08/2018 Selasa, 21/08/2018
IR : Senin, 13/08/2018 Rabu, 22/08/2018
WH : Senin, 13/08/2018 Rabu, 22/08/2018
Rukyat Saudi : Ahad, 12/08/2018 Selasa, 21/08/2018
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 113
1440 H/2019 M
1 Ramadan 1440 H/2019 M
Ijtima: Ahad, 05/05/2019 Jam 05:45 WIB
Ahad, 05/05/2019 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +06°:19':00" +06°:41':04"
Usia Bulan +12H 01M +17H 05M
Hisab Pasti : Senin, 06/05/2019
IR : Senin, 06/05/2019
WH : Senin, 06/05/2019
Rukyat Saudi : Senin, 06/05/2019
1 Syawal 1440
Ijtima: Senin, 03/06/2019 M Jam 17:02 WIB
Senin, 03/06/2019 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +00°:07':56" +00°:49':51"
Usia Bulan +00J 43M +06J 01M
Hisab Pasti : Selasa, 04/06/2019
IR : Rabu, 05/06/2019
WH : Selasa, 04/06/2019
Rukyat Saudi : Selasa, 04/06/2019
1 Zulhijah 1440 H/2019 M
Ijtima: Kamis, 01/08/2019 M Jam 10:12 WIB
Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +03°:51':58" +06°:01':43"
Usia Bulan +07J 43M +12J 51M
1 Zulhijah 10 Zulhijah
Hisab Pasti : Jum‟at, 2/8/2019 Ahad. 11/8/2019
IR : Jum‟at, 2/8/2019 Ahad. 11/8/2019
WH : Jum‟at, 2/8/2019 Ahad. 11/8/2019
Rukyat Saudi : Jum‟at, 2/8/2019 Ahad. 11/8/2019
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 114
1441 H/2020 M
1 Ramadan 1441 H/2020 M
Ijtima: Kamis 23/04/2020M Jam 09:26 WIB
Kamis 23/04/2020 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +04°:17':01" +04°:28':33"
Usia Bulan +08J 23M +13J 20M
Hisab Pasti : Jum‟at. 24/4/2020
IR : Jum‟at. 24/4/2020
WH : Jum‟at. 24/4/2020
Rukyat Saudi : Jum‟at. 24/4/2020
1 Syawal 1441 H/2020 M
Ijtima: Sabtu 23/05/2020 M Jam 00:39 WIB Jum‟at 22/05/2020 M Jam 20:39 Waktu Makkah
Sabtu 23/05/2020 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +07°:18':31" +08°:38':19"
Usia Bulan +17J 05M +22J 20M
Hisab Pasti : Ahad, 24/05/2020
IR : Ahad, 24/05/2020
WH : Ahad, 24/05/2020
Rukyat Saudi : Ahad, 24/05/2020
1 Zulhijah 1441 H/2020 M
Ijtima: Selasa, 21/07/2020 Jam 00:33WIB
Senin, 20/07/2020 Jam 20:33 Waktu Makkah
Selasa, 21/07/2020 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +08°:37':02" +10°:27':26"
Usia Bulan +17J 21M +22J 34M
1 Zulhijah 10 Zulhijah
Hisab Pasti : Rabu, 22/7/2020 Jum‟at, 31/7/2020
IR : Rabu, 22/7/2020 Jum‟at, 31/7/2020
WH : Rabu, 22/7/2020 Jum‟at, 31/7/2020
Rukyat Saudi : Rabu, 22/7/2020 Jum‟at, 31/7/2020
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 115
1442 H/2011 M
1 Ramadan 1442 H/2021 M
Ijtima: Senin, 12/04/2021 Jam 09:31 WIB
Senin, 12/04/2021 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +04°:08':42" +04°:34':12"
Usia Bulan +08J 23M +13J 11M
Hisab Pasti : Selasa, 13/04/2021
IR : Selasa, 13/04/2021
WH : Selasa, 13/04/2021
Rukyat Saudi : Selasa, 13/04/2021
1 Syawal 1442 H/2021 M
Ijtima: Rabu 12/05/2021 Jam 02:00 WIB Selasa 11/05/2021 Jam 22:00 Waktu Makkah
Rabu 12/05/2021 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +06°:03':53" +07°:45':17"
Usia Bulan +15J 45M +20J 54M
Hisab Pasti : Kamis, 13/05/2021
IR : Kamis, 13/05/2021
WH : Kamis, 13/05/2021
Rukyat Saudi : Kamis, 13/05/2021
1 Zulhijah 1442 H/2021 M
Ijtima: Sabtu, 10/07/2021 Jam 08:17 WIB
Sabtu, 10/07/2021 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +03°:42':50" +06°:32':27"
Usia Bulan +09J 35M +14J 53M
1 Zulhijah 10 Zulhijah
Hisab Pasti : Ahad, 11/7/2021 Selasa, 20/7/2021
IR : Ahad, 11/7/2021 Selasa, 20/7/2021
WH : Ahad, 11/7/2021 Selasa, 20/7/2021
Rukyat Saudi : Ahad, 11/7/2021 Selasa, 20/7/2021
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 116
1443 H/2022 M
1 Ramadan 1443 H/2022 M
Ijtima: Jumat, 01/04/2022 Jam 13:24 WIB
Jum‟at, 01/04/2022 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +02°:38':42" +03°:15':09"
Usia Bulan +04J 34M +09J 14M
Hisab Pasti : Sabtu, 2/4/2022
IR : Sabtu, 2/4/2022
WH : Sabtu, 2/4/2022
Rukyat Saudi : Sabtu, 2/4/2022
1 Syawal 1443 H/2022 M
Ijtima: Ahad, 01/05/2022 Jam 03:28 WIB Sabtu 30/04/2022 CE, 23:28 Waktu Makkah
Sabtu 30/04/2022 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +05°:24':20" +07°:38':37"
Usia Bulan +14J 19M +19J 21M
Hisab Pasti : Senin, 1/5/2022
IR : Senin, 1/5/2022
WH : Senin, 1/5/2022
Rukyat Saudi : Senin, 1/5/2022
1 Zulhijah 1443 H/2022 M
Ijtima: Rabu, 29/06/2022 Jam 09:52 WIB
Rabu, 29/06/2022 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +02°:26':45" +05°:45':59"
Usia Bulan +07J 57M +13J 18M
1 Zulhijah 10 Zulhijah
Hisab Pasti : Kamis, 30/6/2022 Sabtu, 9/7/2022
IR : Kamis, 30/6/2022 Sabtu, 9/7/2022
WH : Kamis, 30/6/2022 Sabtu, 9/7/2022
Rukyat Saudi : Kamis, 30/6/2022 Sabtu, 9/7/2022
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 117
1444 H/2023 M
1 Ramadan 1444 H/2023 m
Ijtima: Rabu, 22/03/2023 Jam 00:23 WIB Selasa, 21/03/2023 Jam 20:23 Waktu Makkah
Rabu, 22/03/2023 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +08°:39':01" +11°:00':04"
Usia Bulan +17J 40M +22J 12M
Hisab Pasti : Kamis, 23/03/2023
IR : Kamis, 23/03/2023
WH : Kamis, 23/03/2023
Rukyat Saudi : Kamis, 23/03/2023
1 Syawal 1444
Ijtima: Kamis, 20/04/2023 Jam 11:12 WIB
Kamis, 20/04/2023 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +02°:13':05" +04°:39':57"
Usia Bulan +06J 38M +11J 32M
Hisab Pasti : Jum‟at, 21/4/2023
IR : Jum‟at, 21/4/2023
WH : Jum‟at, 21/4/2023
Rukyat Saudi : Jum‟at, 21/4/2023
1 Zulhijjah 1444 H/2023 M
Ijtima: Ahad, 18/06/2023 Jam 11:37 WIB
Ahad, 18/06/2023 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +01°:23':50" +05°:18':33"
Usia Bulan +06J 10M +11J 31M
1 Zulhijah 10 Zulhijah
Hisab Pasti : Senin, 19/6/2023 Rabu, 28/6/2023
IR : Senin, 19/6/2023 Rabu, 28/6/2023
WH : Senin, 19/6/2023 Rabu, 28/6/2023
Rukyat Saudi : Senin, 19/6/2023 Rabu, 28/6/2023
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 118
1445 H/2024 M
1 Ramadan 1445 H/2024 M
Ijtima: Ahad, 10/03/2024 Jam 16:00 WIB
Ahad, 10/03/2024 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +01°:12':30" +02°:28':20"
Usia Bulan +02J 08M +06J 31M
Hisab Pasti : Senin, 11/3/2024
IR : Selasa, 12/11/2024
WH : Senin, 11/3/2024
Rukyat Saudi : Senin, 11/3/2024
1 Syawal 1445 H/2024 M
Ijtima: Selasa, 09/04/2024 Jam 01:21 WIB Senin, 08/04/2024 Jam 21:21 Waktu Makkah
Selasa, 09/04/2024 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +06°:54':21" +10°:55':09"
Usia Bulan +16J 34M +21J 20M
Hisab Pasti : Rabu, 10/4/2024
IR : Rabu, 10/4/2024
WH : Rabu, 10/4/2024
Rukyat Saudi : Rabu, 10/4/2024
1 Zulhijah 1445 H/2024 M
Ijtima: Kamis, 06/06/2024 Jam 19:38 WIB
Jakarta Makkah
Tinggi Bulan -02°:51':44" +01°:43':48"
Usia Bulan -01J 53M +03J 27M
1 Zulhijah 10 Zulhijah
Hisab Pasti : Jum‟at, 7/6/2024 Ahad, 18/6/2024
IR : Sabtu, 8/6/2024 Senin, 19/6/2024
WH : Sabtu, 8/6/2024 Senin, 19/6/2024
Rukyat Saudi : Jum‟at, 7/6/2024 Ahad, 18/6/2024
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 119
1446 H/2025 M
1 Ramadan 1446 H/2025 M
Ijtima: Jum‟at, 28/02/2025 Jam 07:45 WIB
Jum‟at, 28/02/2025 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +04°:46':32" +06°:56':12"
Usia Bulan +10J 28M +14J 43M
Hisab Pasti : Sabtu, 29/2/2025
IR : Sabtu, 29/2/2025
WH : Sabtu, 29/2/2025
Rukyat Saudi : Sabtu, 29/2/2025
1 Syawal 1446 H/2025 M
Ijtima: Sabtu, 29/03/2025 Jam 17:58 WIB
Sabtu, 29/03/2025 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan -01°:27':05" +01°:15':06"
Usia Bulan +00J 02M +04J 40M
Hisab Pasti : Ahad, 30/3/2025
IR : Senin, 31/3/2025
WH : Senin, 31/3/2025
Rukyat Saudi : Ahad, 30/3/2025
1 Zulhijah 1446 H/2025 M
Ijtima: Selasa, 27/05/2025 Jam 10:02 WIB
Selasa, 27/05/2025 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +02°:01':45" +07°:06':37"
Usia Bulan +07J 42M +12J 58M
1 Zulhijah 10 Zulhijah
Hisab Pasti : Rabu, 28/5/2025 Jum‟at, 6/6/2025
IR : Rabu, 28/5/2025 Jum‟at, 6/6/2025
WH : Rabu, 28/5/2025 Jum‟at, 6/6/2025
Rukyat Saudi : Rabu, 28/5/2025 Jum‟at, 6/6/2025
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 120
1447 H/2026 M
1 Ramadan 1447 H/2026 M
Ijtima: Selasa, 17/02/2026 Jam 19:01 WIB
Selasa, 17/02/2026 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan -00°:51':09" +00°:13':54"
Usia Bulan -00J 45M +03J 21M
Hisab Pasti : Rabu, 18/2/2026
IR : Kamis, 19/2/2026
WH : Kamis, 19/2/2026
Rukyat Saudi : Rabu, 18/2/2026
1 Syawal 1447 H/2026 M
Ijtima: Kamis, 19/03/2026 Jam 08:23 WIB
Kamis, 19/03/2026 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +02°:30':43" +06°:45':03"
Usia Bulan +09J 41M +14J 11M
Hisab Pasti : Jum‟at, 20/3/2026
IR : Jum‟at, 20/3/2026
WH : Jum‟at, 20/3/2026
Rukyat Saudi : Jum‟at, 20/3/2026
1 Zulhijah 1447 H/2026 M
Ijtima: Ahad, 17/05/2026 Jam 03:01 WIB Sabtu, 16/05/2026 Jam 23:01 Waktu Makkah
Ahad, 17/05/2026 Jakarta Makkah
Tinggi Bulan +05°:34':33" +11°:03':31"
Usia Bulan +14J 43M +19J 55M
1 Zulhijah 10 Zulhijah
Hisab Pasti : Senin, 18 /5/2026 Rabu, 27/5/2026
IR : Senin, 18 /5/2026 Rabu, 27/5/2026
WH : Senin, 18 /5/2026 Rabu, 27/5/2026
Rukyat Saudi : Senin, 18 /5/2026 Rabu, 27/5/2026
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 121
D. Lampiran Hadis tentang Penetapan Awal Ramadan dan Lebaran
No Kitab Hadis Tahun Hidup Perawi
1 Sahih Bukhari 194-256 H/810-870 M
2 Sahih Muslim 204-261 H/820-875 M
3 Sunan Abu Daud 202-275 H/817-889M
4 Sunan Tirmizi 209-279 H/824-892 M
5 Sunan Nasa‟i 215-303 H/830-915 M
6 Sunan Ibnu Majah 209-273 H/824-887 M
Ada ratusan riwayat hadis yang harus kita sinkronisasikan agar kita bisa menetapkan awal Ramadan
dan lebaran secara serempak.
1. Hadis Riwayat Bukhari
حدثنا يي بن بكي قال حدثن الليث عن عقيل عن ابن هاب قال أخبن سامل أن ابن عمر رضي .اهلل عنهما قال : سعت رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول ) إذا رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه
فأفطروا فإن غم عليكم فاقدروا لو ( عن عبد اهلل بن عمر رضي اهلل عنهما: أن رسول اهلل حدثنا عبد اهلل بن مسلمة عن مالك عن نافع .
صلى اهلل عليو و سلم ذكر رمضان فقال ) ل تصوموا حت تروا اهلالل ول تفطروا حت تروه فإن غم عليكم فاقدروا لو (
حدثنا عبد اهلل بن مسلمة حدثنا مالك عن عبد اهلل بن دينار عن عبد اهلل ابن عمر رضي اهلل عنهما : .ن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال ) الشهر تسع وعشرون ليلة فال تصوموا حت تروه فإن غم أ
عليكم فأكملوا العدة ثالثي (حدثنا أبو الوليد حدثنا عبة عن جبلة بن سحيم قال سعت ابن عمر رضي اهلل عنهما يقول: قال .
وخنس اإلهبام ف الثالثةالنب صلى اهلل عليو و سلم ) الشهر ىكذا وىكذا (. حدثنا آدم حدثنا عبة حدثنا ممد بن زياد قال سعت أبا ىريرة رضي اهلل عنو يقول: قال النب صلى .
اهلل عليو و سلم أو قال قال أبو القاسم صلى اهلل عليو و سلم ) صوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو فإن غب عليكم فأكملوا عدة عبان ثالثي (
دثنا أبو عاصم عن ابن جريج عن يي بن عبد اهلل بن صيفي عن عكرمة بن عبد الرمحن عن أم ح .سلمة رضي اهلل عنها أن النب صلى اهلل عليو و سلم آىل من نسائو هرا فلما مضى تسعة وعشرون
يوما غدا أو راح فقيل لو إنك حلفت أن ل تدخل هرا ؟ . فقال ) إن الشهر يكون تسعة وعشرين يوما (
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 122
حدثنا عبد العزيز بن عبد اهلل حدثنا سليمان بن بالل عن محيد عن أنس رضي اهلل عنو قال: آىل .رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم من نسائو وكانت انفكت رجلو فأقام ف مشربة تسعا وعشرين ليلة ث
شرين (نزل فقالوا يا رسول اهلل آليت هرا ؟ . فقال ) إن الشهر يكون تسعا وعحدثنا آدم حدثنا عبة حدثنا السود بن قيس حدثنا سعيد بن عمرو أنو سع ابن عمر رضي اهلل .
عنهما : عن النب صلى اهلل عليو و سلم أنو قال ) إنا أمة أمية ل نكتب ول سب الشهر ىكذا ىكذا ( . يعن مرة تسعة وعشرين ومرة ثالثي
حدثنا ىشام حدثنا يي بن أب كثي عن أب سلمة عن أب ىريرة رضي اهلل حدثنا مسلم بن إبراىيم .عنو: عن النب صلى اهلل عليو و سلم قال ) ل يتقدمن أحدكم رمضان بصوم يوم أو يومي إل أن
يكون رجل كان يصوم صومو فليصم ذلك اليوم (2. Hadis Riwayat Muslim
-عن النب -رضى اهلل عنهما -قال ق رأت على مالك عن نافع عن ابن عمر حدث نا يي بن يي .ل تصوموا حت ت روا اهلالل ول ت فطروا حت ت روه فإن » أنو ذكر رمضان ف قال -صلى اهلل عليو وسلم
«.دروا لو أغمى عليكم فاق يبة حدث نا أبو أسامة حدث نا عب يد اللو عن نافع عن ابن ع . مر رضى اهلل عنهما حدث نا أبو بكر بن أب
لشهر ىكذا وىكذا وىكذا ا» ذكر رمضان فضرب بيديو ف قال -صلى اهلل عليو وسلم-أن رسول اللو فصوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو فإن أغمى عليكم فاقدروا لو ثالثي -ث عقد إب هامو ف الثالثة -
.» قال -رضى اهلل عنهما -أي وب عن نافع عن ابن عمر وحدثن زىي ر بن حرب حدث نا إساعيل عن .
إنا الشهر تسع وعشرون فال تصوموا حت ت روه ول ت فطروا » -صلى اهلل عليو وسلم-قال رسول اللو .«حت ت روه فإن غم عليكم فاقدروا لو
عن نافع -وىو ابن علقمة -وحدثن محيد بن مسعدة الباىلى حدث نا بشر بن المفضل حدث نا سلمة .الشهر » -صلى اهلل عليو وسلم-قال قال رسول اللو -رضى اهلل عنهما -عن عبد اللو بن عمر
«.روا لو تسع وعشرون فإذا رأي تم اهلالل فصوموا وإذا رأي تموه فأفطروا فإن غم عليكم فاقد هاب قال . حدثن سامل بن عبد اللو أن حدثن حرملة بن يي أخب رنا ابن وىب أخب رىن يونس عن ابن
إذا » ي قول -صلى اهلل عليو وسلم-قال سعت رسول اللو -رضى اهلل عنهما -عبد اللو بن عمر «.لو رأي تموه فصوموا وإذا رأي تموه فأفطروا فإن غم عليكم فاقدروا
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 123
أخب رنا وقال وحدث نا يي بن يي ويي بن أي وب وق ت يبة بن سعيد وابن حجر قال يي بن يي .رضى اهلل -أنو سع ابن عمر عن عبد اللو بن دينار -وىو ابن جعفر -اآلخرون حدث نا إساعيل
الشهر تسع وعشرون لي لة ل تصوموا حت » -صلى اهلل عليو وسلم-قال قال رسول اللو -عنهما «.اقدروا لو ت روه ول ت فطروا حت ت روه إل أن ي غم عليكم فإن غم عليكم ف
مرو بن دينار أنو حدث نا ىارون بن عبد اللو حدث نا روح بن عبادة حدث نا زكرياء بن إسحاق حدث نا ع .الشهر ىكذا » ي قول -وسلم صلى اهلل عليو-ي قول سعت النب -رضى اهلل عنهما -سع ابن عمر وق بض إب هامو ف الثالثة.«. وىكذا وىكذا
يبان عن يي قال وأخب رىن أب . يب حدث نا و سلمة أنو وحدثن حجاج بن الشاعر حدث نا حسن الالشهر » ي قول -صلى اهلل عليو وسلم-ي قول سعت رسول اللو -رضى اهلل عنهما -ن عمر سع اب
«.تسع وعشرون ن موسى بن ع وحدث نا سهل بن عثمان حدث نا زياد بن عبد اللو البكائى عن عبد الملك بن عمي .
الشهر » قال -صلى اهلل عليو وسلم-عن النب -رضى اهلل عنهما -طلحة عن عبد اللو بن عمر «.ىكذا وىكذا وىكذا عشرا وعشرا وتسعا
عبة عن جب لة قال سعت ابن عمر وحدث نا عب يد اللو بن معاذ حدث نا أب حد . رضى اهلل -ث نا وصفق بيديو «. الشهر كذا وكذا وكذا » -صلى اهلل عليو وسلم-ي قول قال رسول اللو -عنهما
ة إب هام اليمن أو اليسرى.مرت ي بكل أصابعهما ون قص ف الصفقة الثالث عبة عن عقبة . قال -وىو ابن حريث -وحدث نا ممد بن المث ن حدث نا ممد بن جعفر حدث نا
الشهر تسع » -صلى اهلل عليو وسلم-و ي قول قال رسول الل -رضى اهلل عنهما -سعت ابن عمر عبة يديو ثالث مرار وكسر اإلب هام ف الثالثة. قال عقبة وأحسبو قال «. وعشرون الشهر » وطبق
وطبق كفيو ثالث مرار.« ثالثون عبة ح وحدث نا ممد بن المث ن وابن بشار قاحدث نا أب . يبة حدث نا غندر عن ل ابن و بكر بن أب
عبة عن السود بن ق يس قال سعت سعيد بن عمرو بن سعيد المث ن حدث نا ممد بن جعفر حدث نا إنا أمة أم ية ل » قال -صلى اهلل عليو وسلم-يد ث عن النب -رضى اهلل عنهما -أنو سع ابن عمر
سب الشهر ىكذا وىكذا وىكذا والشهر ىكذا وىكذا - وعقد اإلب هام ف الثالثة -نكتب ول ي عن تام ثالثي.«. وىكذا
عن سعد بن حدث نا أبو كامل اجلحدرى حدث نا عبد الواحد بن زياد حدث نا السن بن عب يد اللو .رجال ي قول اللي لة لي لة الن صف ف قال لو ما يدريك أن -رضى اهلل عنهما - عب يدة قال سع ابن عمر
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 124
ار «. الشهر ىكذا وىكذا » ي قول -صلى اهلل عليو وسلم-اللي لة الن صف سعت رسول اللو وأار بأصابعو كل ها وحبس أو خنس إب هامو «. وىكذا » بأصابعو العشر مرت ي «.ف الثالثة وأ
هاب عن سعيد بن المسيب عن أ . ب ىري رة حدث نا يي بن يي أخب رنا إب راىيم بن سعد عن ابن إذا رأي تم اهلالل فصوموا وإذا » -صلى اهلل عليو وسلم-قال قال رسول اللو -عنو رضى اهلل -
«.رأي تموه فأفطروا فإن غم عليكم فصوموا ثالثي ي وما وىو ابن زياد -عن ممد -ي عن ابن مسلم -ا الربيع حدث نا عبد الرمحن بن سالم اجلمحى حدث ن .
صوموا لرؤيتو وأفطروا » قال -صلى اهلل عليو وسلم-أن النب -رضى اهلل عنو -عن أب ىري رة - «.دد لرؤيتو فإن غم ى عليكم فأكملوا الع
عبة عن ممد بن زياد قال سعت أ . رضى -با ىري رة وحدث نا عب يد اللو بن معاذ حدث نا أب حدث نا لرؤيتو فإن غم ى صوموا لرؤيتو وأفطروا» -صلى اهلل عليو وسلم-ي قول قال رسول اللو -اهلل عنو
«.عليكم الشهر ف عد وا ثالثي يبة حدث نا ممد بن بشر العبدى حدث نا عب يد اللو بن ع . مر عن أب الز ناد حدث نا أبو بكر بن أب
اهلالل ف قال -صلى اهلل عليو وسلم-قال ذكر رسول اللو -رضى اهلل عنو -ىري رة عن العرج عن أب «.إذا رأي تموه فصوموا وإذا رأي تموه فأفطروا فإن أغمى عليكم ف عد وا ثالثي »
. يبة وأبو كريب قال أبو بكر حدث نا وكيع عن على بن مبارك عن يي بن حدث نا أبو بكر بن أب -صلى اهلل عليو وسلم-قال قال رسول اللو -رضى اهلل عنو -أب كثي عن أب سلمة عن أب ىري رة
«.ن بصوم ي وم ول ي ومي إل رجل كان يصوم صوما ف ليصمو ل ت قدموا رمضا» -صلى اهلل عليو وسلم-حدث نا عبد بن محيد أخب رنا عبد الرزاق أخب رنا معمر عن الز ىرى أن النب .
هرا أقسم أن ل يدخ -رضى اهلل عنها -فأخب رىن عروة عن عائشة -قال الز ىرى -ل على أزواجو قالت - -صلى اهلل عليو وسلم-قالت لما مضت تسع وعشرون لي لة أعد ىن دخل على رسول اللو
هرا وإنك دخلت من تسع وعشرين ف قلت ي -بدأ ب ا رسول اللو إنك أقسمت أن ل تدخل علي نا «.إن الشهر تسع وعشرون » أعد ىن ف قال
حدث نا ليث عن أب -واللفظ لو -يبة بن سعيد حدث نا ممد بن رمح أخب رنا الليث ح وحدث نا ق ت .هرا -صلى اهلل عليو وسلم-أنو قال كان رسول اللو -رضى اهلل عنو -الز ب ي عن جابر اعت زل نساءه
وصفق بيديو ثالث «. إنا الشهر » ا الي وم تسع وعشرون. ف قال فخرج إلي نا ف تسع وعشرين ف قلنا إن مرات وحبس إصب عا واحدة ف اآلخرة.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 125
ممد قال قال ابن جريج حدثن ىارون بن عبد اللو وحجاج بن الشاعر قال حدث نا حجاج بن .صلى اهلل عليو -ي قول اعت زل النب -رضى اهلل عنهما -أخب رىن أبو الز ب ي أنو سع جابر بن عبد اللو
هرا فخرج إلي نا صباح تسع وعشرين ف قال ب عض -وسلم القوم يا رسول اللو إنا أصبحنا لتسع نساءه -ث طبق النب «. إن الشهر يكون تسعا وعشرين » -صلى اهلل عليو وسلم-وعشرين. ف قال النب ديو كل ها والثالثة بتسع من ها.بيديو ثالثا مرت ي بأصابع ي -صلى اهلل عليو وسلم
عبد اللو بن حدثن ىارون بن عبد اللو حدث نا حجاج بن ممد قال قال ابن جريج أخب رىن يي بن .أخب رتو -رضى اهلل عنها -لرمحن بن الارث أخب ره أن أم سلمة ممد بن صيفى أن عكرمة بن عبد ا
هرا ف لما مضى تسعة وعشرون -صلى اهلل عليو وسلم-أن النب حلف أن ل يدخل على ب عض أىلو هرا. قال - أو راح -ي وما غدا عليهم إن الشهر » فقيل لو حلفت يا نب اللو أن ل تدخل علي نا
«.يكون تسعة وعشرين ي وما يبة حدث نا ممد بن بشر حدث نا إساعيل بن . أب خالد حدثن ممد بن حدث نا أبو بكر بن أب
بيده -صلى اهلل عليو وسلم-قال ضرب رسول اللو -رضى اهلل عنو -سعد عن سعد بن أب وقاص ث ن قص ف الثالثة إصب عا.«. الشهر ىكذا وىكذا » على الخرى ف قال
ن سعد عن أبيو وحدثن القاسم بن زكرياء حدث نا حسي بن على عن زائدة عن إساعيل عن ممد ب .را عش «. الشهر ىكذا وىكذا وىكذا » قال -صلى اهلل عليو وسلم-عن النب -رضى اهلل عنو -
وعشرا وتسعا مرة.قال اآلخرون حدث نا يي بن يي ويي بن أي وب وق ت يبة وابن حجر قال يي بن يي أخب رنا و .
عن كريب أن أم الفضل بنت -بن أب حرملة وىو ا -عن ممد -وىو ابن جعفر -حدث نا إساعيل ان وأنا بالشام الارث ب عثتو إىل معاوية بالشام قال ف قدمت الشام ف قضيت حاجت ها واستهل على رمض
رضى اهلل -ة ث قدمت المدينة ف آخر الشهر فسألن عبد اللو بن عباس ف رأيت اهلالل لي لة اجلمع و ف قلت ن عم ث ذكر اهلالل ف قال مت رأي تم اهلالل ف قلت رأي ناه لي لة اجلمعة. ف قال أنت رأي ت -عنهما
نكمل ثالثي أو ورآه الناس وصاموا وصام معاوية. ف قال لكنا رأي ناه لي لة السبت فال ن زال نصوم حت .-صلى اهلل عليو وسلم-ل اللو ن راه. ف قلت أول تكتفى برؤية معاوية وصيامو ف قال ل ىكذا أمرنا رسو
ك يي بن يي ف نكتفى أو تكتفى. . و
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 126
3. Hadis Riwayat Abu Daud
عبة عن السود بن ق يس عن سعيد بن عمرو . سعيد بن ي عن ابن -حدث نا سليمان بن حرب حدث نا إنا أمة أم ية ل نكتب ول » -صلى اهلل عليو وسلم-عن ابن عمر قال قال رسول اللو -العاص
عشرين وثالثي.وخنس سليمان أصب عو ف الثالثة ي عن تسعا و «. سب الشهر ىكذا و ىكذا وىكذا
-قال رسول اللو حدث نا سليمان بن داود العتكى حدث نا محاد حدث نا أي وب عن نافع عن ابن عمر قال .وه ول ت فطروا حت ت روه فإن غم الشهر تسع وعشرون فال تصوموا حت ت ر » -صلى اهلل عليو وسلم
«.عليكم فاقدروا لو ثالثي ث بن أب حدث نا أمحد بن منيع عن ابن أب زائدة عن عيسى بن دينار عن أبيو عن عمرو بن الار .
تسعا وعشرين أكث ر ما صمنا -صلى اهلل عليو وسلم-سعود قال لما صمنا مع النب ضرار عن ابن م معو ثالثي.
ىري رة ذكر عن ممد بن المنكدر عن أب -ف حديث أي وب -حدث نا ممد بن عب يد حدث نا محاد .وفطركم ي وم ت فطرون وأضحاكم ي وم تضح ون وكل عرفة » فيو قال -صلى اهلل عليو وسلم-النب
«.موقف وكل من منحر وكل فجاج مكة منحر وكل جع موقف أب ق يس محد بن حنبل حدثن عبد الرمحن بن مهدى حدثن معاوية بن صالح عن عبد اللو بن حدث نا أ .
ي تحفظ من -صلى اهلل عليو وسلم-ت قول كان رسول اللو -رضى اهلل عنها -قال سعت عائشة صام.بان ما ل ي تحفظ من غيه ث يصوم لرؤية رمضان فإن غم عليو عد ثالثي ي وما ث ع
ر بن المعتمر عن ربعى بن حدث نا ممد بن الصباح الب زاز حدث نا جرير بن عبد الميد الضب عن منصو .ل ت قد موا الشهر حت ت روا اهلالل أو » -صلى اهلل عليو وسلم-حراش عن حذي فة قال قال رسول اللو
«.دة تكملوا العدة ث صوموا حت ت روا اهلالل أو تكملوا الع ال رسول حدث نا السن بن على حدث نا حسي عن زائدة عن ساك عن عكرمة عن ابن عباس قال ق .
ىء يصومو ل ت قد موا الشهر بصيام ي وم ول ي ومي إل أن ي » -صلى اهلل عليو وسلم-اللو كون ثالثي ث أفطروا و أحدكم ول تصوموا حت ت روه ث صوموا حت ت روه فإن حال دونو غمامة فأت وا العدة
«.الشهر تسع وعشرون أخب رىن ممد بن أب حرملة أخب رىن -ي عن ابن جعفر -دث نا إساعيل حدث نا موسى بن إساعيل ح .
حاجت ها فاستهل كريب أن أم الفضل اب نة الارث ب عثتو إىل معاوية بالشام قال ف قدمت الشام ف قضيت ألن ابن عباس ث ذكر رمضان وأنا بالشام ف رأي نا اهلالل لي لة اجلمعة ث قدمت المدينة ف آخر الشهر فس
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 127
نت رأي تو ق لت ن عم ورآه الناس وصاموا اهلالل ف قال مت رأي تم اهلالل ق لت رأي تو لي لة اجلمعة. قال أ ن راه. ف قلت أفال وصام معاوية. قال لكنا رأي ناه لي لة السبت فال ن زال نصومو حت نكمل الثالثي أو
.-صلى اهلل عليو وسلم-ال ل ىكذا أمرنا رسول اللو تكتفى برؤية معاوية وصيامو ق إسحاق عن صلة حدث نا ممد بن عبد اللو بن ني حدث نا أبو خالد المحر عن عمرو بن ق يس عن أب .
الي وم الذى يشك فيو فأتى بشاة ف ت نحى ب عض القوم ف قال عمار من صام ىذا قال كنا عند عمار ف .-صلى اهلل عليو وسلم-الي وم ف قد عصى أبا القاسم
قال قدم عباد بن كثي المدينة فمال إىل جملس حدث نا ق ت يبة بن سعيد حدث نا عبد العزيز بن ممد .صلى اهلل - رسول اللو العالء فأخذ بيده فأقامو ث قال اللهم إن ىذا يد ث عن أبيو عن أب ىري رة أن
عبان فال تصوموا إذا ان تص » قال -عليو وسلم «.ف راش عن حدث نا مسدد وخلف بن ىشام المقرئ قال حدث نا أبو عوانة عن منصور عن ربعى بن ح .
آخر ي وم من رمضان ف قدم قال اخت لف الناس ف -صلى اهلل عليو وسلم-رجل من أصحاب النب باللو لىال اهلالل أمس عشية فأمر رسول اللو -صلى اهلل عليو وسلم-أعرابيان فشهدا عند رسول اللو
ن ي غدوا إىل مصالىم.الناس أن ي فطروا زاد خلف ف حديثو وأ -صلى اهلل عليو وسلم-قال حدث نا -وأنا لديثو أت قن -حدث نا ممود بن خالد وعبد اللو بن عبد الرمحن السمرق ندى .
ي بن عبد اللو بن سامل عن أب بكر بن نافع عن عبد اللو بن وىب عن ي -ىو ابن ممد -مروان أىن رأي تو -صلى اهلل عليو وسلم-عن أبيو عن ابن عمر قال ت راءى الناس اهلالل فأخب رت رسول اللو
فصامو وأمر الناس بصيامو.
4. Hadis Riwayat Tirmizi
حدثنا أبو كريب حدثنا عبدة بن سليمان عن ممد بن عمرو عن أب سلمة عن أب ىريرة : قال قال .النب صلى اهلل عليو و سلم ل تقدموا الشهر بيوم ول بيومي إل أن يوافق ذلك صوما كان يصومو
ث أفطرواأحدكم صوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو فإن غم عليكم فعدوا ثالثيحدثنا ىناد حدثنا وكيع عن علي بن املبارك عن يي بن أب كثي عن أب سلمة عن أب ىريرة : قال .
رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم ل تقدموا هر رمضان بصيام قبلو بيوم أو يومي إل أن يكون رجل كان يصوم صوما فليصمو
لج حدثنا أبو خالد المحر عن عمرو بن قيس املالئي عن أب حدثنا أبو سعيد عبد اهلل بن سعيد ا .إسحق عن صلة بن زفر : قال كنا عند عمار بن ياسر فأتى بشاة مصلية فقال كلوا فتنحى بعض القوم
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 128
فقال إن صائم فقال عمار من صام اليوم الذي يشك بو الناس فقد عصى أبا القاسم صلى اهلل عليو و سلم
حدثنا أبو الحوص عن ساك عن عكرمة عن ابن عباس : قال قال رسول اهلل صلى اهلل حدثنا قتيبة .عليو و سلم ل تصوموا قبل رمضان صوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو فإن حالت دونو غياية فأكملوا ثالثي
يومايو عن عمرو بن حدثنا أمحد بن منيع حدثنا يي بن زكريا بن أب زائدة أخبن عيسى بن دينار عن أب .
الارث بن أب ضرار عن ابن مسعود : قال ما صمت مع النب صلى اهلل عليو و سلم تسعا وعشرين أكثر ما صمنا ثالثي
حدثنا علي بن حجر حدثنا إساعيل بن جعفر عن محيد عن أنس : أنو قال آىل رسول اهلل صلى اهلل .شرين يوما قالوا يا رسول اهلل إنك آليت هرا ؟ عليو و سلم من نساءه هرا فأقام ف مشربة تسعا وع
فقال الشهر تسع وعشرونحدثنا علي بن حجر حدثنا إساعيل بن جعفر حدثنا ممد بن أب حرملة أخبن كريب : أن أم .
الفضل بنت الارث بعثتو إىل معاوية بالشام قال فقدمت الشام فقضيت حاجتها واستهل على ىالل م فرأينا اهلالل ليلة اجلمعة ث قدمت املدينة ف آخر الشهر فسألن ابن عباس ث ذكر رمضان وأنا بالشا
اهلالل فقال مت رأيتم اهلالل ؟ فقلت رأيناه ليلة اجلمعة فقال أأنت رأيتو ليلة اجلمعة ؟ فقلت رآه الناس وما أو نراه فقلت وصاموا وصام معاوية قال لكن رأيناه ليلة السبت فال نزال نصوم حت نكمل ثالثي ي أل تكتفي برؤية معاوية وصيامو ؟ قال ل ىكذا أمرنا رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم
أخبن ممد بن إساعيل حدثنا إبراىيم بن املنذر حدثنا إسحق بن جعفر بن ممد حدثن عبد اهلل بن .النب صلى اهلل عليو و سلم جعفر عن عثمان بن ممد الخنسي عن سعيد املقبي عن أب ىريرة : أن
قال الصوم يوم تصومون والفطر يوم تفطرون والضحى يوم تضحون5. Hadis Riwayat Nasa’i
أخبنا علي بن حجر قال حدثنا إساعيل قال حدثنا ممد وىو بن أب حرملة قال أخبن كريب : أن .أم الفضل بعثتو إىل معاوية بالشام قال فقدمت الشام فقضيت حاجتها واستهل علي ىالل رمضان وأنا
ن عباس ث ذكر بالشام فرأيت اهلالل ليلة اجلمعة ث قدمت املدينة ف آخر الشهر فسألن عبد اهلل باهلالل فقال مت رأيتم فقلت رأيناه ليلة اجلمعة قال أنت رأيتو ليلة اجلمعة قلت نعم ورآه الناس فصاموا
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 129
وصام معاوية قال لكن رأيناه ليلة السبت فال نزال نصوم حت نكمل ثالثي يوما أو نراه فقلت أو ل صلى اهلل عليو و سلم تكتفي برؤية معاوية وأصحابو قال ل ىكذا أمرنا رسول اهلل
أخبنا ممد بن عبد العزيز بن أب رزمة قال أنبأنا الفضل بن موسى عن سفيان عن ساك عن عكرمة .عن بن عباس قال جاء أعراب إىل النب صلى اهلل عليو و سلم فقال : رأيت اهلالل فقال أتشهد أن ل
أن صوموا الو إل اهلل وأن ممدا عبده ورسولو قال نعم فنادى النب صلى اهلل عليو و سلم قال الشيخ اللبان : ضعيف .أخبنا موسى بن عبد الرمحن قال حدثنا حسي عن زائدة عن ساك عن عكرمة عن بن عباس قال : .
جاء أعراب إىل النب صلى اهلل عليو و سلم فقال أبصرت اهلالل الليلة قال أتشهد أن ل الو إل اهلل وأن بالل أذن ف الناس فليصوموا غدا ممدا عبده ورسولو قال نعم قال يا
قال الشيخ اللبان : ضعيف .أخبنا مؤمل بن ىشام عن إساعيل عن عبة عن ممد بن زياد عن أب ىريرة قال قال رسول اهلل صلى .
اهلل عليو و سلم : صوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو فإن غم عليكم الشهر فعدوا ثالثيهلل بن يزيد قال حدثنا أب قال حدثنا ورقاء عن عبة عن ممد بن زياد عن أب أخبنا ممد بن عبد ا .
ىريرة قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم : صوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو فإن غم عليكم فاقدروا ثالثي
ا إبراىيم عن ممد أخبنا ممد بن يي بن عبد اهلل النيسابوري قال حدثنا سليمان بن داود قال حدثن .بن مسلم عن سعيد بن املسيب عن أب ىريرة أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال : إذا رأيتم
اهلالل فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا فإن غم عليكم فصوموا ثالثي يومام عن مالك عن أخبنا ممد بن سلمة والرث بن مسكي قراءة عليو وأنا اسع واللفظ لو عن بن القاس .
نافع عن بن عمر : أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم ذكر رمضان فقال ل تصوموا حت تروا اهلالل ول تفطروا حت تروه فإن غم عليكم فاقدروا لو
أخبنا عمرو بن علي قال حدثنا يي قال حدثنا عبيد اهلل قال حدثن نافع عن بن عمر عن النب . سلم قال : ل تصوموا حت تروه ول تفطروا حت تروه فإن غم عليكم فاقدروا لو صلى اهلل عليو و
أخبنا أبو بكر بن علي صاحب محص قال حدثنا أبو بكر بن أب يبة قال حدثنا ممد بن بشر .
قال حدثنا عبيد اهلل عن أب الزناد عن العرج عن أب ىريرة قال : ذكر رسول اهلل صلى اهلل عليو و لم اهلالل فقال إذا رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا فإن غم عليكم فعدوا ثالثيس
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 130
أخبنا أمحد بن عثمان أبو اجلوزاء وىو ثقة بصري أخو أب العالية قال أنبأنا حبان بن ىالل قال .: حدثنا محاد بن سلمة عن عمرو بن دينار عن بن عباس قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم
صوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو فإن غم عليكم فأكملوا العدة ثالثيأخبنا ممد بن عبد اهلل بن يزيد قال حدثنا سفيان عن عمرو بن دينار عن ممد بن حني عن بن .
عباس قال عجبت من يتقدم الشهر وقد قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم : إذا رأيتم اهلالل أيتموه فأفطروا فإن غم عليكم فأكملوا العدة ثالثي فصوموا وإذا ر
أخبنا إسحاق بن إبراىيم قال أنبأنا جرير عن منصور عن ربعي بن حراش عن حذيفة بن اليمان .عن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال : ل تقدموا الشهر حت تروا اهلالل قبلو أو تكملوا العدة ث
و تكملوا العدة قبلوصوموا حت تروا اهلالل أأخبنا ممد بن بشار قال حدثنا عبد الرمحن قال حدثنا سفيان عن منصور عن ربعي عن بعض .
أصحاب النب صلى اهلل عليو و سلم قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم : ل تقدموا الشهر حت اهلالل أو تكملوا العدة ثالثيتكملوا العدة أو تروا اهلالل ث صوموا ول تفطروا حت تروا
أخبنا ممد بن حامت قال حدثنا حبان قال حدثنا عبد اهلل عن الجاج بن أرطاة عن منصور عن .ربعي قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم : إذا رأيتم اهلالل فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا فإن غم
هلالل قبل ذلك ث صوموا رمضان ثالثي إل أن تروا اهلالل قبل عليكم فأتوا عبان ثالثي إل أن تروا ا ذلك
أخبنا إسحاق بن إبراىيم قال حدثنا إساعيل بن إبراىيم قال حدثنا حامت بن أب صغية عن ساك .بن حرب عن عكرمة قال حدثنا بن عباس عن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال : صوموا لرؤيتو
و فإن حال بينكم وبينو سحاب فأكملوا العدة ول تستقبلوا الشهر استقبالوأفطروا لرؤيتأخبنا قتيبة قال حدثنا أبو الحوص عن ساك عن عكرمة عن بن عباس قال قال رسول اهلل صلى .
اهلل عليو و سلم : ل تصوموا قبل رمضان صوموا للرؤية وأفطروا للرؤية فإن حالت دونو غياية فأكملوا يثالث
أخبنا نصر بن علي اجلهضمي عن عبد العلى قال حدثنا معمر عن الزىري عن عروة عن عائشة .قالت : أقسم رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم أن ل يدخل على نسائو هرا فلبث تسعا وعشرين
و سلم فقلت أليس قد كنت آليت هرا فعددت اليام تسعا وعشرين فقال رسول اهلل صلى اهلل عليو الشهر تسع وعشرون
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 131
أخبنا عبيد اهلل بن سعد بن إبراىيم قال حدثنا عمي قال حدثنا أب عن صاحل عن بن هاب أن .عبيد اهلل بن عبد اهلل بن أب ثور حدثو ح وأخبنا عمرو بن منصور قال حدثنا الكم بن نافع قال
بن أب ثور عن بن عباس قال : مل أزل أنبأنا عيب عن الزىري قال أخبن عبيد اهلل بن عبد اهللحريصا أن أسأل عمر بن اخلطاب عن املرأتي من أزواج رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم اللتي قال اهلل هلما } إن تتوبا إىل اهلل فقد صغت قلوبكما { وساق الديث وقال فيو فاعتزل رسول اهلل صلى اهلل
حي أفشتو حفصة إىل عائشة تسعا وعشرين ليلة قالت عليو و سلم نساءه من أجل ذلك الديثعائشة وكان قال ما أنا بداخل عليهن هرا من دة موجدتو عليهن حي حدثو اهلل عز و جل حديثهن فلما مضت تسع وعشرون ليلة دخل على عائشة فبدأ هبا فقالت لو عائشة إنك قد كنت
صبحنا من تسع وعشرين ليلة نعدىا عددا فقال آليت يا رسول اهلل أن ل تدخل علينا هرا وإنا أ رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم الشهر تسع وعشرون ليلة
أخبنا إسحاق بن إبراىيم قال حدثنا ممد بن بشر عن إساعيل بن أب خالد عن ممد بن سعد .وقال الشهر بن أب وقاص عن أبيو عن النب صلى اهلل عليو و سلم : أنو ضرب بيده على الخرى
ىكذا وىكذا وىكذا ونقص ف الثالثة إصبعاأخبنا سويد بن نصر قال أنبأنا عبد اهلل عن إساعيل عن ممد بن سعد عن أبيو قال قال رسول .
اهلل صلى اهلل عليو و سلم : الشهر ىكذا وىكذا وىكذا يعن تسعة وعشرينيد قال حدثنا إساعيل عن ممد بن سعد بن أب أخبنا أمحد بن سليمان قال حدثنا ممد بن عب .
وقاص قال قال : رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم الشهر ىكذا وىكذا وىكذا وصفق ممد بن عبيد بيديو ينعتها ثالثا ث قبض ف الثالثة اإلهبام ف اليسرى
نا يي عن أب سلمة عن أخبنا أبو داود قال حدثنا ىارون قال حدثنا علي ىو بن املبارك قال حدث .أب ىريرة قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم : الشهر يكون تسعة وعشرين ويكون ثالثي فإذا
رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا فإن غم عليكم فأكملوا العدةخبن أمحد بن ممد أخبن عبيد اهلل بن فضالة بن إبراىيم قال أنبأنا ممد قال حدثنا معاوية ح وأ .
بن املغية قال حدثنا عثمان بن سعيد عن معاوية واللفظ لو عن يي بن أب كثي أن أبا سلمة أخبه أنو سع عبد اهلل وىو بن عمر يقول سعت رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم يقول : الشهر تسع
وعشرون
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 132
فيان عن السود بن قيس عن سعيد بن عمرو أخبنا ممد بن املثن قال حدثنا عبد الرمحن عن س .عن بن عمر عن النب صلى اهلل عليو و سلم قال : إنا أمة أمية ل نكتب ول سب الشهر ىكذا
وىكذا وىكذا ثالثا حت ذكر تسعا وعشرينأخبنا ممد بن املثن وممد بن بشار عن ممد عن عبة عن السود بن قيس قال سعت سعيد .
و بن سعيد بن أب العاص أنو سع بن عمر يدث عن النب صلى اهلل عليو و سلم قال : إنا بن عمر أمة أمية ل سب ول نكتب والشهر ىكذا وىكذا وىكذا وعقد اإلهبام ف الثالثة والشهر ىكذا
وىكذا وىكذا تام الثالثيعن جبلة بن سحيم عن بن عمر أخبنا ممد بن عبد العلى قال حدثنا خالد قال حدثنا عبة .
عن النب صلى اهلل عليو و سلم قال : الشهر ىكذا ووصف عبة عن صفة جبلة عن صفة بن عمر أنو تسع وعشرون فيما حكى من صنيعو مرتي بأصابع يديو ونقص ف الثالثة إصبعا من أصابع يديو
6. Hadis Riwayat Ibnu Majah
أخبنا علي بن حجر قال حدثنا إساعيل قال حدثنا ممد وىو بن أب حرملة قال أخبن كريب : أن .أم الفضل بعثتو إىل معاوية بالشام قال فقدمت الشام فقضيت حاجتها واستهل علي ىالل رمضان وأنا
ن عباس ث ذكر بالشام فرأيت اهلالل ليلة اجلمعة ث قدمت املدينة ف آخر الشهر فسألن عبد اهلل باهلالل فقال مت رأيتم فقلت رأيناه ليلة اجلمعة قال أنت رأيتو ليلة اجلمعة قلت نعم ورآه الناس فصاموا وصام معاوية قال لكن رأيناه ليلة السبت فال نزال نصوم حت نكمل ثالثي يوما أو نراه فقلت أو ل
صلى اهلل عليو و سلم تكتفي برؤية معاوية وأصحابو قال ل ىكذا أمرنا رسول اهللأخبنا ممد بن عبد العزيز بن أب رزمة قال أنبأنا الفضل بن موسى عن سفيان عن ساك عن عكرمة .
عن بن عباس قال جاء أعراب إىل النب صلى اهلل عليو و سلم فقال : رأيت اهلالل فقال أتشهد أن ل ى النب صلى اهلل عليو و سلم أن صوموا الو إل اهلل وأن ممدا عبده ورسولو قال نعم فناد
قال الشيخ اللبان : ضعيف .أخبنا موسى بن عبد الرمحن قال حدثنا حسي عن زائدة عن ساك عن عكرمة عن بن عباس قال : .
جاء أعراب إىل النب صلى اهلل عليو و سلم فقال أبصرت اهلالل الليلة قال أتشهد أن ل الو إل اهلل وأن ا عبده ورسولو قال نعم قال يا بالل أذن ف الناس فليصوموا غداممد
قال الشيخ اللبان : ضعيف .
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 133
أخبن إبراىيم بن يعقوب قال حدثنا سعيد بن بيب أبو عثمان وكان يخا صالا بطرسوس قال .خطب أنبأنا بن أب زائدة عن حسي بن الرث اجلديل عن عبد الرمحن بن زيد بن اخلطاب : أنو
الناس ف اليوم الذي يشك فيو فقال أل إن جالست أصحاب رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم وساءلتهم وأهنم حدثون أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال صوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو وانسكوا
هلا فإن غم عليكم فأكملوا ثالثي فإن هد اىدان فصوموا وأفطروامؤمل بن ىشام عن إساعيل عن عبة عن ممد بن زياد عن أب ىريرة قال قال رسول اهلل صلى خبنا .
اهلل عليو و سلم : صوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو فإن غم عليكم الشهر فعدوا ثالثيب أخبنا ممد بن عبد اهلل بن يزيد قال حدثنا أب قال حدثنا ورقاء عن عبة عن ممد بن زياد عن أ .
ىريرة قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم : صوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو فإن غم عليكم فاقدروا ثالثي
أخبنا ممد بن يي بن عبد اهلل النيسابوري قال حدثنا سليمان بن داود قال حدثنا إبراىيم عن ممد .صلى اهلل عليو و سلم قال : إذا رأيتم بن مسلم عن سعيد بن املسيب عن أب ىريرة أن رسول اهلل
اهلالل فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا فإن غم عليكم فصوموا ثالثي يوماأخبنا ممد بن سلمة والرث بن مسكي قراءة عليو وأنا اسع واللفظ لو عن بن القاسم عن مالك .
ان فقال ل تصوموا حت تروا عن نافع عن بن عمر : أن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم ذكر رمض اهلالل ول تفطروا حت تروه فإن غم عليكم فاقدروا لو
أخبنا عمرو بن علي قال حدثنا يي قال حدثنا عبيد اهلل قال حدثن نافع عن بن عمر عن النب . لو صلى اهلل عليو و سلم قال : ل تصوموا حت تروه ول تفطروا حت تروه فإن غم عليكم فاقدروا
أخبنا أبو بكر بن علي صاحب محص قال حدثنا أبو بكر بن أب يبة قال حدثنا ممد بن بشر .
قال حدثنا عبيد اهلل عن أب الزناد عن العرج عن أب ىريرة قال : ذكر رسول اهلل صلى اهلل عليو و دوا ثالثيسلم اهلالل فقال إذا رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا فإن غم عليكم فع
أخبنا أمحد بن عثمان أبو اجلوزاء وىو ثقة بصري أخو أب العالية قال أنبأنا حبان بن ىالل قال .حدثنا محاد بن سلمة عن عمرو بن دينار عن بن عباس قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم :
صوموا لرؤيتو وأفطروا لرؤيتو فإن غم عليكم فأكملوا العدة ثالثي
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 134
أخبنا ممد بن عبد اهلل بن يزيد قال حدثنا سفيان عن عمرو بن دينار عن ممد بن حني عن بن .عباس قال عجبت من يتقدم الشهر وقد قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم : إذا رأيتم اهلالل
فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا فإن غم عليكم فأكملوا العدة ثالثيق بن إبراىيم قال أنبأنا جرير عن منصور عن ربعي بن حراش عن حذيفة بن اليمان أخبنا إسحا .
عن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال : ل تقدموا الشهر حت تروا اهلالل قبلو أو تكملوا العدة ث صوموا حت تروا اهلالل أو تكملوا العدة قبلو
قال حدثنا سفيان عن منصور عن ربعي عن بعض أخبنا ممد بن بشار قال حدثنا عبد الرمحن .أصحاب النب صلى اهلل عليو و سلم قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم : ل تقدموا الشهر حت
تكملوا العدة أو تروا اهلالل ث صوموا ول تفطروا حت تروا اهلالل أو تكملوا العدة ثالثيبان قال حدثنا عبد اهلل عن الجاج بن أرطاة عن منصور عن أخبنا ممد بن حامت قال حدثنا ح .
ربعي قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم : إذا رأيتم اهلالل فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا فإن غم عليكم فأتوا عبان ثالثي إل أن تروا اهلالل قبل ذلك ث صوموا رمضان ثالثي إل أن تروا اهلالل قبل
ذلكأخبنا إسحاق بن إبراىيم قال حدثنا إساعيل بن إبراىيم قال حدثنا حامت بن أب صغية عن ساك .
بن حرب عن عكرمة قال حدثنا بن عباس عن رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم قال : صوموا لرؤيتو لوأفطروا لرؤيتو فإن حال بينكم وبينو سحاب فأكملوا العدة ول تستقبلوا الشهر استقبا
أخبنا قتيبة قال حدثنا أبو الحوص عن ساك عن عكرمة عن بن عباس قال قال رسول اهلل صلى .اهلل عليو و سلم : ل تصوموا قبل رمضان صوموا للرؤية وأفطروا للرؤية فإن حالت دونو غياية فأكملوا
ثالثيالزىري عن عروة عن عائشة أخبنا نصر بن علي اجلهضمي عن عبد العلى قال حدثنا معمر عن .
قالت : أقسم رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم أن ل يدخل على نسائو هرا فلبث تسعا وعشرين فقلت أليس قد كنت آليت هرا فعددت اليام تسعا وعشرين فقال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم
الشهر تسع وعشرونحدثنا عمي قال حدثنا أب عن صاحل عن بن هاب أن أخبنا عبيد اهلل بن سعد بن إبراىيم قال .
عبيد اهلل بن عبد اهلل بن أب ثور حدثو ح وأخبنا عمرو بن منصور قال حدثنا الكم بن نافع قال أنبأنا عيب عن الزىري قال أخبن عبيد اهلل بن عبد اهلل بن أب ثور عن بن عباس قال : مل أزل
ن املرأتي من أزواج رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم اللتي قال حريصا أن أسأل عمر بن اخلطاب ع
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 135
اهلل هلما } إن تتوبا إىل اهلل فقد صغت قلوبكما { وساق الديث وقال فيو فاعتزل رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم نساءه من أجل ذلك الديث حي أفشتو حفصة إىل عائشة تسعا وعشرين ليلة قالت
أنا بداخل عليهن هرا من دة موجدتو عليهن حي حدثو اهلل عز و جل عائشة وكان قال ما حديثهن فلما مضت تسع وعشرون ليلة دخل على عائشة فبدأ هبا فقالت لو عائشة إنك قد كنت آليت يا رسول اهلل أن ل تدخل علينا هرا وإنا أصبحنا من تسع وعشرين ليلة نعدىا عددا فقال
سلم الشهر تسع وعشرون ليلة رسول اهلل صلى اهلل عليو وأخبنا ممد بن بشار عن ممد وذكر كلمة معناىا حدثنا عبة عن سلمة قال سلمة سعت أبا .
الكم عن بن عباس قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم : الشهر تسع وعشرون يومان أب خالد عن ممد بن سعد أخبنا إسحاق بن إبراىيم قال حدثنا ممد بن بشر عن إساعيل ب .
بن أب وقاص عن أبيو عن النب صلى اهلل عليو و سلم : أنو ضرب بيده على الخرى وقال الشهر ىكذا وىكذا وىكذا ونقص ف الثالثة إصبعا
أخبنا سويد بن نصر قال أنبأنا عبد اهلل عن إساعيل عن ممد بن سعد عن أبيو قال قال رسول . عليو و سلم : الشهر ىكذا وىكذا وىكذا يعن تسعة وعشريناهلل صلى اهلل
أخبنا أمحد بن سليمان قال حدثنا ممد بن عبيد قال حدثنا إساعيل عن ممد بن سعد بن أب .وقاص قال قال : رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم الشهر ىكذا وىكذا وىكذا وصفق ممد بن عبيد
الثالثة اإلهبام ف اليسرىبيديو ينعتها ثالثا ث قبض فأخبنا أبو داود قال حدثنا ىارون قال حدثنا علي ىو بن املبارك قال حدثنا يي عن أب سلمة عن .
أب ىريرة قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم : الشهر يكون تسعة وعشرين ويكون ثالثي فإذا عليكم فأكملوا العدة رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا فإن غم
أخبن عبيد اهلل بن فضالة بن إبراىيم قال أنبأنا ممد قال حدثنا معاوية ح وأخبن أمحد بن ممد .بن املغية قال حدثنا عثمان بن سعيد عن معاوية واللفظ لو عن يي بن أب كثي أن أبا سلمة أخبه
هلل صلى اهلل عليو و سلم يقول : الشهر تسع أنو سع عبد اهلل وىو بن عمر يقول سعت رسول ا وعشرون
أخبنا ممد بن املثن قال حدثنا عبد الرمحن عن سفيان عن السود بن قيس عن سعيد بن عمرو .عن بن عمر عن النب صلى اهلل عليو و سلم قال : إنا أمة أمية ل نكتب ول سب الشهر ىكذا
عشرينوىكذا وىكذا ثالثا حت ذكر تسعا و
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 136
أخبنا ممد بن املثن وممد بن بشار عن ممد عن عبة عن السود بن قيس قال سعت سعيد .بن عمرو بن سعيد بن أب العاص أنو سع بن عمر يدث عن النب صلى اهلل عليو و سلم قال : إنا
والشهر ىكذا أمة أمية ل سب ول نكتب والشهر ىكذا وىكذا وىكذا وعقد اإلهبام ف الثالثة وىكذا وىكذا تام الثالثي
أخبنا ممد بن عبد العلى قال حدثنا خالد قال حدثنا عبة عن جبلة بن سحيم عن بن عمر .عن النب صلى اهلل عليو و سلم قال : الشهر ىكذا ووصف عبة عن صفة جبلة عن صفة بن عمر
و ونقص ف الثالثة إصبعا من أصابع يديوأنو تسع وعشرون فيما حكى من صنيعو مرتي بأصابع يدي
أخبنا ممد بن املثن قال حدثنا ممد قال حدثنا عبة عن عقبة يعن بن حريث قال سعت بن . عمر يقول قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم : الشهر تسع وعشرون
E. Analisa Hadis dan Kesimpulan
Dari sumber hukum Al-Quran dan Sunah Rasulullah SAW tentang penetapan awal bulan dan
lebaran di atas, penulis membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Allah SWT telah menciptakan bumi, bulan dan matahari masing-masing memiliki poros
baku dengan sangat teratur. Allah SWT telah menganugerahkan manusia akal dan pikiran.
Keteraturan benda langit yang berjalan pada porosnya dipadukan dengan kepandaian
manusia dalam matematika telah mengantarkan manusia kepada peradaban ilmu hisab yang
sangat akurat.
2. Allah SWT menghendaki kemudahan bagi umat Islam dalam beribadah dan tak
menghendaki kesulitan. Ilmu adalah sesuatu yang dipandang agung dalam Islam. Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bisa membuat manusia hidup mudah seharusnya digunakan
demi memudahkan dalam peribadatan. Misalnya:
a. Dalam penetapan waktu salat, kita tidak perlu merukyat matahari ke atas dan
mengukur bayang benda. Sekarang cukup menginstall aplikasi waktu salat di hp
lengkap dengan ringtone azan ketika waktu salat telah masuk.
b. Untuk penetapan arah kiblat, kita tak usah menghitung cosinus pada segitiga bola
berlembar-lembar kertas dan mencari kordinat ka‟bah dan tempat kita berada,
sekarang banyak aplikasi kiblat yang mudah dan akurat dan menentukan sendiri
dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Bahkan bisa memotret
masjid-masjid yang kurang tepat arah kiblatnya dengan citra sateli.
c. Untuk penetapan awal bulan dan lebaran bahkan sangat mudah karena kita sudah lama
mengetahui priode sinodis bulan adalah 29 hari 12 jam 44 menit 2 detik. Memilih
formula dan metode yang paling mudah dalam penetapan awal bulan dan lebaran
adalah perintah Allah SWT. Hanya, kita masih terjebak dalam perselisihan interpretasi
terhadap sumber hukum terutama hadis Rasulullah SAW dan cenderung menyulitkan
diri kita sendiri.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 137
3. Puasa sunat di hari syak dikatagorikan sebagai kedurhakaan kepada Rasulullah SAW dan
puasa di hari lebaran hukumnya haram. Kita sekarang hampir setiap tahun saling
menyaksikan orang berpuasa di hari syak dan hari haram puasa. Yaitu ketika ada 2
kelompok atau lebih berbeda dalam penetapan awal Ramadan dan lebaran. Sungguh
kewajiban kita keluar dari kondisi ini sesegera mungkin.
4. Rasulullah SAW melakukan rukyat hilal untuk awal Ramadan dan lebaran karena
kemampuan menghitung (hisab) dan menulis masyarakat Arab waktu itu sangat sederhana,
sebatas tahu bahwa usia bulan itu antara 29 dan 30 hari. Hanya dengan rukyat langsung
( ح تانفعمؤنرا ) mereka mengetahui awal bulan. Waktu itu belum ada pembagian waktu satu
hari 24 jam dan garis khayal bumi longitude dan latitude.
5. Dalam hadis riwayat Muslim, perbedaan lebaran sudah terjadi sejak zaman Muawiyah bin
Abi Sufyan menjadi gubernur di Syam pada masa khalifah Utsman bin Affan. Ummu Fadhl
(Lubabah binti Al Harits) yang mengirim Kuraib ke Muawiyah wafat pada masa khalifah
Utsman bin Affan. Ia adalah ibunda Abdullah bin Abbas dan adik kandung Maimunah binti
Al Harits; istri Rasulullah SAW.
Utsman bin Affan menjabat khalifah ke 3 selama 11 tahun sekitar 24-35 H/645-656 M. Jika
menggunakan software Hejric-Gregorian Conventer dari Accurate Time Mohammad Odeh,
kemungkinan 1 Ramadan yang jatuh pada Jumat terjadi 3 kali selama masa pemerintahan
Utsman bin Affan:
a. Jum‟at, 1 Ramadan 24 H = 1 Juli 645
b. Jum‟at, 1 Ramadan 27 H = 30 Mei 648
c. Jum‟at, 1 Ramadan 32 H = 5 April 653
6. Abdullah bin Abbas RA berpegang teguh kepada rukyat murni sebagaimana yang di
sabdakan Rasulullah SAW; awal bulan ditentukan oleh melihat hilal. Ia tidak terpengaruh
oleh informasi yang dibawa Kuraib tentang 1 Ramadan hari Jum‟at di Syam. Di Madinah
hilal dilihat oleh mata malam pada Sabtu. Jika menerima kesaksian Kuraib, Ibnu Abbas
akan menjadikan malam Sabtu itu sebagai tanggal 2 Ramadan dan semestinya tidak
melakukan istikmal karena jika melakukan istikmal dan menerima kesaksian Kuraib berarti
Ramadan 31 hari yang barang tentu mendatangkan kekacauan. Artinya rukyat itu bersifat
lokal.
7. Rasulullah SAW adalah hamba Allah SWT yang dibimbing wahyu. Tapi Rasulullah SAW
menerima kesaksian para kafilah yang tiba di Madinah tanggal 30 Ramadan ketika
masyarakat Madinah sedang puasa di ujung hari. Rasulullah SAW menyuruh para sahabat
berbuka. Ini sebuah bukti Rasulullah SAW mengajarkan kita keterbukaan dan menerima
sesuatu dengan ikhlas jika dianggap benar.
8. Kenapa Abdullah bin Abbas RA tidak menerima kesaksian Kuraib sebagaimana Rasulullah
SAW menerima kesaksian para kafilah? Beberapa alternatif jawabannya:
a. Informasi diterima sudah satu satu bulan
b. Madinah dan Syam dua tempat yang sangat jauh
9. Perbedaan awal Ramadan dan lebaran pada masa Utsman bin Affan diketahui setalah 1
bulan dan tidak mendatangkan kebingungan karena perbedaannya terjadi di tempat yang
berbeda dan alat komunikasi hanya dari mulut ke mulut. Warga Syam serempek, warga
Madinah serempak. Sedangkan perbedaan awal Ramadan dan lebaran sekarang terjadi di
satu kota bahkan satu kampung sementara alat komunikasi dan informasi sudah global.
Benar, toleransi umat Islam dalam menerima perbedaan sangat tinggi, tidak usah diceramahi
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 138
“jaga kerukunan dan hormati perbedaan!” Tapi kebingungan umat Islam tidak bisa
dihilangkan.
10. Kita sekarang sudah sampai kepada kemampuan menghitung (hisab) peredaran bulan dan
bumi dengan tingkat ketepatan yang tinggi. Seharusnya peradaban kemajuan yang dicapai
umat manusia dalam hisab ini mempermudah kita umat Islam dalam beribadah dan harus
digunakan. Tidak untuk satu tahun ke depan, tapi untuk seratus bahkan seribu tahun
mendatang. Menggunakan cara yang termudah adalah perintah Allah SWT karena Allah
SWT menghendaki umat Islam kemudahan dan tidak menghendaki kita mencari kesulitan.
11. Bulan beredar mengitari bumi pada porosnya berjalan dengan ketepatan yang sempurna. Ini
adalah di antara tanda kemahaagungan Allah SWT. Hisab adalah pengetahuan yang bisa
memberi kemudahan. Kemampuan menghitung manusia dan ketepatan peredaran bulan
melahirkan ilmu Hisab untuk mempermudah umat Islam melaksanakan ibadah yang tidak
bisa dipisahkan dengan waktu. Ilmu Hisab adalah Pasti selama benda-benda langit ini
berjalan pada porosnya. Ketika terjadi ijtima itulah bulan baru.
12. Sangat dan semestinya Makkah dijadikan titik patok waktu mengingat keagungan yang
dimilikinya. Umat manusia bisa seregam dalam penetapan waktu GMT karena kesepakatan
Greenwich sebagai titip patok. Umat Islam semestinya mempunyai titik patok waktu.
Inilah pemikiran penulis yang bisa disampaikan. Jika bertentangan dengan Al-Quran dan Sunah
Rasulullah SAW mohon tunjukkan di mana letak pertentangannya. Jika benar, gerangan apa yang
mempersulit kita akan kesahihan hisab dan ijtima sebagai penentu penetapan awal Ramadan dan
lebaran.
Dengan segala pengakuan yang tulus akan kebodohan, dosa dan egoisme yang ada di diri penulis,
yang terbaik adalah mengembalikan segala urusan kepada Allah SWT. Ada firman Allah yang
begitu indah dan begitu nyata untuk kita renungkan. QS Ar-Radu: 17.
ۓ ۓ ﮲ ﮳ ﮴ ﮵ ﮶ ﮷ ﮸ ﮺ ﮻ ﮼ ﮽ ﮹ے ے
﮾ ﮿ ﯀ ﯁
ۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۇ ڭ ڭ ڭ ڭ ۇ Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada
(pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.
Buku ini, jika saja hanya mendatangkan kemudorotan, dengan sendirinya, Allah SWT akan
menjadikan buku ini seperti buih yang akan lenyap. Yang akan tetap adalah kebenaran yang
mendatangkan manfaat untuk manusia.
Presiden, Menteri Agama, dan tokoh Ormas Islam, di tangan mereka umat Islam memiliki
Penanggalan Tunggal Hijriah. Buku kecil ini semoga menjadi molekul ilmu dan bahan
pertimbangan dalam Ijtihad Kolektif.
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 139
DAFTAR PUSTAKA
- Irfan Anshori, Irfan Anshori Berbagi Ilmu, Kalender Masehi, online
- Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an, Mizan, Bandung, 1995
ي الدمشقي دار طيبة للنشر ، تفسي القرآن العظيم، أبو الفداء إساعيل بن عمر بن كثي القر ، والتوزيع
دار الفاق اجلديدة ، صحيح مسلم، أبو السي مسلم بن الجاج بن مسلم القشيي النيسابوري بيوت
حاية إعانة الطالبي على حل ألفاظ فتح املعي لشرح قرة ، بكر ابن السيد ممد طا الدمياطي وأب بيوت ،دار الفكر للطباعة والنشر والتوزيع، العي مبهمات الدين
بيوت ،دار الكتاب العرب، سنن أب داود، أبو داود سليمان بن العث السجستان اجلامع ، بكر بن فرح النصاري اخلزرجي مشس الدين القرطبأبو عبد اهلل ممد بن أمحد بن أب
دار الكتب العرب، بيوت، ، لحكام القرآن بيوت ، دار الكتب العلمية، سنن النسائي الكبى ،أمحد بن عيب أبو عبد الرمحن النسائي ، دار ، تفسي اجلاللي، السيوطيوجالل الدين عبدالرمحن بن أب بكر جالل الدين ممد بن أمحد احمللي
، القاىرة، الديث ،جواد علي، املفصل ف تاريخ العرب قبل اإلسالم، دار الساقي دار ، اإلقناع ف فقو اإلمام أمحد بن حنبل، رف الدين موسى بن أمحد بن موسى أبو النجا الجاوي
بيوت ، املعرفة بيوت ،دار ابن كثي ، صحيح البخاري ، اجلعفيممد بن إساعيل أبو عبداهلل البخاري ، دار الكتب العلمية ،املستدرك على الصحيحي ،ممد بن عبداهلل أبو عبداهلل الاكم النيسابوري،
، بيوت دار إحياء الرتاث العرب، اجلامع الصحيح سنن الرتمذي، ممد بن عيسى أبو عيسى الرتمذي السلمي ،
بيوت بيوت ،دار الفكر، سنن ابن ماجو، يزيد أبو عبداهلل القزوين ممد بن اد املبتدئي ،ممد بن عمر بن علي بن نووي اجلاوي أبو عبد املعطي ،دار الفكر، هناية الزين ف إر
دمشق، دار الفكر، الفقو اإلسالمي وأدلتو ، وىبة الز حيلي
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 140
Biografi Penulis
Cucu Munawar bin Abdurrohim lahir di Sukabumi, 5 Maret 1969.
Ia adalah pembimbing tahfiz Al-Quran dan guru ngaji kitab kuning.
Mengajar bahasa Arab di Pesantren Baiturrahman dan SMAN 3
Kota Sukabumi, juga mengajar mata kuliah Agama di STIKES
Sukabumi.
Pendidikan:
SDN Cipanengah II Sukabumi Pesantren Darul Hikam Sukabumi Pesantren Tahfiz Al-Quran Mambaul Qur‟an Bogor
Pesantren Tahfiz Al-Quran Raudatul Huffaz Pekalongan STAI Sukabumi
Ia juga menulis buku pelajaran bahasa Arab untuk MA dan SMA KTSP Tahun 2013 dan telah diterbitkan.
Aktif dan Kreatif dalam Bahasa Arab I ( 1شظ وذالق ف انعرتح )
Aktif dan Kreatif dalam Bahasa Arab I ( 2شظ وذالق ف انعرتح ) Aktif dan Kreatif dalam Bahasa Arab I ( 3شظ وذالق ف انعرتح )
Tata Bahasa Arab Komparatif ( انقارانحى ) Mengenal Dasar Ekonomi Syariah untuk Mulok Ekonomi Syariah MA/SMA
Alamat rumah:
Cipanengah 02/08 Depan Masjid Al Jihad Jl. Merdeka Kota Sukabumi.
Kontak Pribadi: [email protected] HP 085863274622
Perbedaan Lebaran; Kenapa? Sampai Kapan? Harus Bagaimana?
Wakaf Pemikiran C. Munawar Abdurrohim 141
Baiturrahman Publishing
MENUJU PENANGGALAN
TUNGGAL HIJRIAH