pto 13 ; pelaksanaan pola khusus pascabencana

24
Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 1 PENJELASAN XIII PELAKSANAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA I. PENDAHULUAN Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan menunjukkan bahwa konsep program ini dapat dilakukan pada lokasi yang terkena dampak bencana alam, dengan beberapa penyesuaian yang tidak bertentangan dengan prinsip dan tujuan program. Peran serta PNPM Mandiri Perdesaan dalam penanganan dampak bencana melalui Pola Khusus Rehabilitasi Pascabencana, merupakan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga PNPM Mandiri Perdesaan dapat menangani hal-hal yang diperuntukan bagi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Pelaksanaan pola khusus rehabilitasi pascabencana sebagaimana penjelasan XIII diberlakukan pada lokasi (kecamatan) terdampak bencana yang telah ditetapkan secara khusus oleh Pemerintah sebagai lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana. Dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri. Kecamatan yang telah ditetapkan sebagai lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana, proses pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan pada lokasi tersebut mengikuti tata cara yang diatur pada penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pascabencana. II. MEKANISME PENETAPAN LOKASI REHABILITASI PASCABENCANA II.1 Penetapan lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana untuk kecamatan yang terdampak bencana skala lokal sebagai berikut: a. Camat lokasi Kecamatan yang terdampak bencana, berdasarkan hasil Musyawarah Antar Desa (MAD) mengajukan permohonan untuk menetapkan kecamatan yang bersangkutan menjadi lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana kepada Bupati melalui Satker PNPM MPd Kabupaten. b. Bupati lokasi Kecamatan yang terdampak bencana mengajukan permohonan untuk menetapkan kecamatan-kecamatan di wilayah Kabupaten yang bersangkutan menjadi lokasi penanganan Kabupaten Mesuji

Upload: pnpm-mesuji

Post on 02-Apr-2016

224 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

TRANSCRIPT

Page 1: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 1

PENJELASAN XIIIPELAKSANAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

I. PENDAHULUANPelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan menunjukkan bahwa konsep program ini dapat dilakukan pada lokasi yang terkena dampak bencana alam, dengan beberapa penyesuaian yang tidak bertentangan dengan prinsip dan tujuan program. Peran serta PNPM Mandiri Perdesaan dalam penanganan dampak bencana melalui Pola Khusus Rehabilitasi Pascabencana, merupakan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga PNPM Mandiri Perdesaan dapat menangani hal-hal yang diperuntukan bagi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.Pelaksanaan pola khusus rehabilitasi pascabencana sebagaimana penjelasan XIII diberlakukan pada lokasi (kecamatan) terdampak bencana yang telah ditetapkan secara khusus oleh Pemerintah sebagai lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana. Dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri. Kecamatan yang telah ditetapkan sebagai lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana, proses pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan pada lokasi tersebut mengikuti tata cara yang diatur pada penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pascabencana.

II. MEKANISME PENETAPAN LOKASI REHABILITASI PASCABENCANA

II.1 Penetapan lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana untuk kecamatan yang terdampak bencana skala lokal sebagai berikut:a. Camat lokasi Kecamatan yang terdampak bencana, berdasarkan hasil Musyawarah

Antar Desa (MAD) mengajukan permohonan untuk menetapkan kecamatan yang bersangkutan menjadi lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana kepada Bupati melalui Satker PNPM MPd Kabupaten.

b. Bupati lokasi Kecamatan yang terdampak bencana mengajukan permohonan untuk menetapkan kecamatan-kecamatan di wilayah Kabupaten yang bersangkutan menjadi lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana kepada Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri dengan tembusan kepada Gubernur.

c. Pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri menetapkan lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana berdasarkan usulan Kabupaten.

II.2 Penetapan lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana untuk wilayah yang terdampak bencana skala Nasional, penetapan lokasi ditetapkan langsung oleh Pemerintah.

D. TUJUAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCA BENCANAa. Memperkuat/menghidupkan kembali organisasi/kelembagaan masyarakat agar dapat

segera memulai kembali kegiatan kehidupan individual/keluarga/rumah tangga dan kelompok/sosial mereka melalui kegiatan program secara partisipatif, padat karya, berdiskusi dan bermusyawarah bersama untuk memutuskan jenis aktifitas serta

Kabupaten Mesuji

Page 2: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 2

melaksanakan kegiatan pembangunan rehabilitasi yang bermanfaat bagi kepentingan hidup bersama;

b. Menumbuhkan dan memulihkan kembali kepercayaan masyarakat untuk membangun kembali kehidupan mereka;

c. Mendanai kegiatan pembangunan sarana/prasarana skala menengah-kecil atau lingkup desa dan fasilitas sosial-umum lainnya. Memberikan sumber pendapatan sementara/penyangga bagi keluarga/rumah tangga melalui pembayaran HOK dari pelaksanaan kegiatan pembangunan, serta melalui pinjaman bergulir modal usaha kelompok perempuan.

e. PRINSIP-PRINSIP YANG DIUTAMAKAN

a. Partisipatif, artinya dalam setiap tahapan proses (perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban) selalu melibatkan masyarakat sebagai pelaku sekaligus penerima manfaat.

b. Transparan artinya dalam setiap langkah dan kegiatan harus dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas.

c. Sederhana, artinya pelaksanaan seluruh proses kegiatan diupayakan sederhana dan bisa dilakukan masyarakat dengan tetap mengacu pada tujuan dan ketentuan dasar pelaksanaan program rehabilitasi ini.

d. Akuntabilitas, artinya seluruh proses pelaksanaan dan pendanaan dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

f. PERLAKUAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCA BENCANA

Perlakukan pola khusus rehabilitasi pascabencana meliputi dua tahapan kegiatan pokok:

a. Persiapan Pemulihan

Terdiri dari serangkaian kegiatan yang merupakan bentuk respon cepat sebagai bagian dari upaya pemulihan (recovery) sebelum dilakukan rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana yang lebih terencana. Tahapan ini dilakukan melalui proses review secara partisipatif dampak bencana dan kegiatan PNPM Perdesaan yang sudah direncankan dan atau sedang dilaksanakan. Kegiatan tindak cepat adalah kegiatan-kegiatan yang dapat secara cepat diidentifikasi dan dikuantifikasi bersama masyarakat tanpa harus menunggu selesainya semua pendataan kerusakan sarana prasarana sosial ekonomi perdesaan. Dari hasil review tersebut, masyarakat bisa memilih dan memutuskan pendanaan kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan pendapatan kepada warga/ keluarga yang terkena dampak bencana, terutama misalnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara padat karya. Kegiatan-kegiatan padat karya yang dilakukan misalnya: kegiatan untuk pembersihan puing(site/ land clearing), penataan lokasi atau padat karya untuk pemulihan cepat sarana-prasarana umum perdesaan yang rusak akibat bencana (jalan tertimbun longsoran, pembersihan kawasan permukiman yang dapat dipergunakan kembali).

Kegiatan untuk persiapan pemulihan dapat didanai melalui:

i. Dana BLM Tahun Anggaran sebelumnya yang masih tersedia, dapat direalokasikan melalui mekanisme kesepakatan masyarakat.

Kabupaten Mesuji

Page 3: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 3

ii. Dana BLM Tahun Anggaran sedang berjalan, yang dapat dialokasikan sebagian untuk kegiatan persiapan pemulihan atas dasar kebutuhan lapangan dengan kesepakatan masyarakat.

iii. Melalui anggaran baru yang dialokasikan khusus oleh Pemerintah melalui Direktorat Jenderal PMD Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.

Secara paralel, sambil melakukan kegiatan tindak cepat juga terus dilakukan pendataan atau pemetaan terhadap sarana-prasarana umum sosial atau ekonomi yang mengalami kerusakan secara lebih teliti, sebagai bahan perencanaan untuk tahap rehabilitasi selanjutnya.

b. Rehabilitasi

Tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi harus dilaksanakan secara lebih terarah dan terencana dalam upaya normalisasi prasarana dan fasilitas sosial/ umum yang sangat penting atau vital dan mendesak bagi keberlangsungan hajat hidup masyarakat. Tahapan ini dilaksanakan berdasarkan atas hasil pendataan terhadap sarana-prasarana perdesaan yang mengalami kerusakan dan membutuhkan upaya perbaikan dan rekonstruksi kembali. Pendekatan kegiatan yang dilakukan tetap berbasis masyarakat dan dengan mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat padat karya (cash for works) dengan tujuan memperkuat dan/ atau menjaga kohesi/ ikatan sosial (gotongroyong), sekaligus memberikan pendapatan kepada masyarakat/ warga. Dampak lebih lanjut yang diharapkan adalah dengan dana yang diterima anggota masyarakat sebagai upah kerja atau karena terjadinya transaksi bahan-material dan lain-lain, dapat memicu proses-proses produksi ekonomi dan konsumsi sehingga mampu membantu pemulihan ekonomi masyarakat dalam jangka pendek. Selain itu, dengan tetap menyediakan alokasi dana maksimal 25% dari dana BLM yang dipergunakan masyarakat sebagai pinjaman bergulir untuk kelompok-kelompok perempuan (SPP), dapat dimanfaatkaan sebagai tambahan modal usaha keluarga atau kelompok untuk memulai kembali kehidupan perekonomian keluarga, atau untuk mencukupi kebutuhan sosial pendidikan dan kesehatan rumah tangganya. Pendanaan kegiatan dengan pola ini dapat menggunakan dana anggaran berjalan maupun dana anggaran berikutnya.

Berdasarkan hasil kajian terhadap perencanaan yang sudah dan atau sedang dilakukan, masyarakat melalui Musyawarh Desa dan Musyawarah Antar Desa akan menetapkan tahapan yang akan dilakukan, apakah akan memulai dengan tahapan tindak cepat pra-rehabilitasi terlebih dahulu atau tidak memerlukannya dan langsung menggunakan tahapan rehabilitasi.

g. KETENTUAN DASAR

Pelaksanaan mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan dalam situasi dan kondisi masyarakat pasca bencana perlu disesuaikan dengan menyederhanakan siklus program dan tahapan skematik proses kegiatan dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip dasar. Sifat dana BLM PNPM Mandiri Perdesaan pola khusus ini adalah hibah kepada masyarakat lokasi kecamatan, untuk diputuskan pemanfaatan serta pengelolaannya secara musyawarah, transparan (terbuka) dan dapat dipertanggung-jawabkan kepada seluruh masyarakat.

Beberapa ketentuan dasar pelaksanaan yang menjadi acuan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan pola khusus rehabilitasi pasca bencana ini adalah:

Kabupaten Mesuji

Page 4: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 4

a. Ketentuan Pencairan Dana (dari KPPN ke UPK)

i. Dana BLM untuk Tahapan Tindak Cepat Pra-Rehabilitasi:a. Untuk Lokasi yang telah melakukan penyaluran pencairan dan penyaluran APBD

dan APBN diperlukan revisi SPC atas rencana kegiatan sebelumnya yang ditetapkan melalui MAD Khusus revisi usulan tahapan tindak cepat pra-rehabilitasi.

b. Untuk lokasi yang belum pernah melakukan Pencairan dan penyaluran APBD dan APBN diperlukan penetapan SPC Baru melalui MAD Khusus.

ii. Dana BLM untuk Tahapan Rehabilitasi Pasca Bencana

Tidak ada batasan minimal jumlah usulan dan dana kegiatan untuk setiap penerbitan Dokumen Surat Penetapan Camat (SPC). Oleh karena itu, sesuai dengan prinsip sederhana dan cepat, jika beberapa desa saja yang sudah siap melaksanakan kegiatan maka kecamatan bisa langsung memproses penerbitan SPC dan mencairkan dana BLM Kegiatan untuk beberapa desa tersebut.Jika nilai usulan yang telah diberita acarakan dalam keputusan Musyawarah Antar Desa (MAD) untuk di-SPC-kan sejumlah sama dengan atau kurang dari Rp 500 juta, maka dana BLM dapat dicairkan sekaligus.

b. Ketentuan Penyaluran Dana (Dari UPK ke TPK)

i. Penyaluran/penggunaan dana UPK ke TPKTetap mengacu pada ketentuan PNPM Mandiri Perdesaan sesuai dengan kebutuhan dengan mempertimbangkan Rencana Penggunaan Dana (RPD) dan Laporan Penggunaan Dana (LPD)

ii. Dana yang sudah disalurkan ke masyarakat untuk kegiatan SPPTetap dipertanggungjawabkan sesuai mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan melalui musyawarah dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan masyarakat.

h. PENJELASAN TEKNIS JENIS KEGIATAN DAN ALOKASI PENDANAAN

a. Kegiatan Persiapan Pra-Rehabilitasii. Maksud Kegiatan Pra-Rehabilitasi

Serangkaian kegiatan yang merupakan bentuk respon cepat sebagai bagian dari upaya pemulihan (recovery) sebelum dilakukan rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana yang lebih terencana.Kegiatan tindak cepat adalah kegiatan-kegiatan yang dapat secara cepat diidentifikasi dan dikuantifikasi bersama masyarakat tanpa harus menunggu selesainya semua pendataan kerusakan sarana prasarana sosial ekonomi perdesaan. Dari hasil review tersebut, masyarakat bisa memilih dan memutuskan pendanaan kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan pendapatan kepada warga/ keluarga yang terkena dampak bencana, terutama misalnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara padat karya. Kegiatan Padat Karya adalah: Kegiatan produktif yang banyak menyerap tenaga kerja yang bertujuan untuk dapat memberikan penghasilan sementara bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat miskin di wilayah terkena bencana dan telah kehilangan pekerjaan atau usahanya.Kegiatan-kegiatan padat karya yang dilakukan misalnya: kegiatan untuk pembersihan puing(site/ land clearing), penataan lokasi atau padat karya untuk pemulihan cepat

Kabupaten Mesuji

Page 5: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 5

sarana-prasarana umum perdesaan yang rusak akibat bencana (jalan tertimbun longsoran, pembersihan kawasan permukiman yang dapat dipergunakan kembali).

ii. TujuanKegiatan Pra-Rehabilitasi Pasca Bencana melalui kegiatan Padat Karya adalah menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat dengan tujuan:

a. Memberikan pendapatan/penghasilan sementara kepada setiap warga masyarakat terutama yang terkena dampak bencana.

b. Menumbuhkan dan merangsang pemulihan kembali kepercayaan masyarakat untuk membangun kembali kehidupannya.

c. Sementara persiapan pelaksanaan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, penduduk yang terkena bencana masih tetap dapat beraktifitas dan mendapatkan bantuan dengan bekerja.

iii. Kriteria Penerima ProgramSasaran program padat karya diprioritaskan kepada keluarga korban bencana dan keluarga miskin yang meliputi:

a. Pengungsi yang masih berada di titik-titik pengungsian yang tersebar di lokasi bencana

b. Pengungsi yang telah memperoleh hunian sementara (Huntara)

c. Pengungsi yang kembali ke desa tempat tinggal semula di lokasi-lokasi bencana

d. Penduduk lokal di lokasi-lokasi bencana, yang tidak mengungsi namun telah kehilangan usaha dan pekerjaannya serta terkena dampak /akibat bencana.

Tenaga kerja kegiatan padat karya pra-rehabilitasi adalah semua yang termasuk pada kriteria di atas, dengan mengutamakan setiap Kepala Keluarga (KK) terwakili minimal satu jiwa/tenaga kerja. Apabila dalam satu KK terdapat tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan maka dapat dilibatkan sebagai tenaga terampil.

Kategori tenaga kerja (pekerja) kegiatan padat karya pra-rehabilitasi adalah berdasarkan klasifikasi keahlian sebagai berikut:

a. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja atau pelatihan. Keterampilan ini tidak memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan adalah latihan dan melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya adalah tukang batu, tukang kayu, mandor/ketua kelompok.

b. Tenaga kerja biasa (tidak terampil) adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan kemampuan tenaga saja. Contoh tenaga kerja model ini seperti kuli/ kenek bangunan/ peladen, buruh tani, buruh angkut, buruh pabrik, pembantu, tukang becak.

iv. Komposisi Penggunaan Dana BLM.1. Dana BLM yang dialokasikan untuk kegiatan pra-rehabilitasi digunakan semaksimal

mungkin untuk pemberian upah tenaga kerja.

Kabupaten Mesuji

Page 6: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 6

2. Dana BLM dapat digunakan untuk pembelian peralatan dan bahan-bahan sederhana dengan alokasi maksimal 40% dari total anggaran yang diusulkan.

Jenis peralatan yang dapat diusulkan antara lain: Gerobak dorong, cangkul, sekop, garu, sapu, pengki, masker, kantong plastik, karung pasir, sarung tangan, sepatu bot karet, tang, palu, paku serta peralatan sederhana lain yang diperlukan.

Pembelian bahan untuk menunjang penataan dan memfungsikan kembali sarana prasarana dan fasilitas sosial – umum yang mengalami kerusakan antara lain: Bronjong penahan longsor dengan kapasitas kecil, Semen untuk perbaikan sederhana, bambu, kayu, bata, pasir, batu dan bahan-bahan lain dalam kapasitas kecil yang diperlukan.

v. Jenis dan Lokasi KegiatanLokasi kegiatan adalah sarana prasarana yang ada di wilayah kecamatan terutama desa-desa yang mengalami dampak kerusakan yang cukup berat. Desa yang dinilai tidak mengalami kerusakan berarti, masyarakat desa tersebut diperbolehkan mengerjakan kegiatan di desa lain. Pada kondisi demikian maka biaya mobilisasi pekerja (pulang pergi) untuk keperluan pelaksanaan padat karya di desa lain dapat dimasukkan sebagai biaya alat.

Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap Pra-Rehabilitasi antara lain seperti jenis kegiatan padat karya adalah pembersihan, pemusnahan sampah dan debris, perbaikan darurat agar obyek yang diperbaiki dapat berfungsi secara minimal dan cukup nyaman digunakan, meliputi:

a. Kegiatan-kegiatan untuk pembersihan puing (sites/lands clearing), yaitu pembersihan pada kawasan permukiman agar supaya dapat dipergunakan kembali, seperti:

1. Pembersihan lingkungan berupa endapan yang berasal dari debu/abu vulkanik,

2. Pembersihan puing-puing yang berasal dari reruntuhan bangunan akibat gempa bumi, atau bencana lainnya,

3. Pembersihan puing-puing yang berasal dari reruntuhan dan sampah/material bawaan tsunami,

4. Pembersihan endapan lumpur, batu-batuan, dan sampah yang berasal dari bawaan banjir.

5. Pembersihan sungai berupa pembersihan dari lumpur, lahar dingin, sampah yang menyumbat atau menghambat aliran sungai.

b. Penataan Lokasi, ditujukan untuk pemulihan cepat sarana prasarana dan fasilitas umum-sosial yang rusak akibat bencana agar supaya dapat digunakan sampai dengan tahap rehabilitasi, seperti:

1. Jalan tertimbun longsoran yang perlu dibersihkan dari tanah, batu-batuan dan pohon tumbang yang menghalangi jalan.

2. Perbaikan jaringan irigasi, berupa perbaikan seperlunya untuk kondisi darurat/sementara agar irigasi dapat berfungsi kembali.

Kabupaten Mesuji

Page 7: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 7

3. Perbaikan drainase, termasuk selokan dan saluran drainase ke tempat penampungan atau pembuangan.

4. Perbaikan sarana air bersih, termasuk sumur-sumur penduduk.

5. Perbaikan MCK dan sejenisnya.

6. Perbaikan terminal desa termasuk pos ojek dan tambatan perahu atau dermaga sederhana.

7. Sarana persampahan/penampungan sampah sementara

c. Memfungsikan kembali, dimaksudkan agar sarana prasarana dan fasilitas umum-sosial yang rusak akibat dampak bencana diperbaiki sehingga dapat berfungsi secara minimal atau darurat untuk mendukung dimulainya kembali kehidupan sosial ekonomi dimasyarakat, antara lain:

1. Perbaikan bangunan sekolah, seperti; Taman Kanak Kanak, SD/Madrasah, SMP/Tsanawiyah, dan SMA/Aliyah/SMK serta sejenis.

2. Perbaikan sarana kesehatan masyarakat, seperti; posyandu, polindes, puskesmas.

3. Perbaikan bangunan sarana ekonomi masyarakat, seperti; pasar desa, pasar lokal rakyat, pasar tradisional dan sejenis.

4. Perbaikan balai desa, balai pertemuan masyarakat.

5. Perbaikan pos keamanan lingkungan.

vi. Pelaksanaan Pra-Rehabilitasi Melalui Kegiatan Padat Karya.a. Persiapan Pelaksanaan

Proses pelaksanaan kegiatan pra-rehabilitasi melalui padat karya dimulai dari pendataan pekerja, identifikasi dan pendataan sarana prasarana yang akan dikerjakan, pengadaan bahan dan alat sederhana dan pengorganisasian masyarakat melalui kelompok-kelompok kerja (Pokja). TPK bertanggungjawab atas keberhasilan kegiatan padat karya yang ada di desanya.

b. Proses Pengerahan Tenaga KerjaPengerahan tenaga kerja kegiatan pra-rehabilitasi melalui padat karya mengacu kepada kriteria penerima program padat karya yang diprioritaskan kepada keluarga korban bencana dan masyarakat miskin.

Pengerahan tenaga kerja dimulai dari pendataan keluarga di seluruh desa lokasi bencana dengan mengutamakan korban bencana yang kehilangan pekerjaan atau usahanya. Setiap KK didata calon tenaga kerja yang akan terlibat menimal 1 KK bisa diwakili 1 jiwa, apabila dalam satu KK terdapat tenaga yang mempunyai keahlian tertentu bisa dimasukkan sebagai tambahan tenaga dengan klasifikasi tenaga ahli.

c. Pembentukan Kelompok KerjaTPK bersama KPMD dibantu FK agar memfasilitasi terbentuknya kelompok-kelompok kerja yang akan terlibat melaksanakan kegiatan padat karya. Kelompok kerja padat karya bisa beranggotakan antara 10 s/d 30 orang tergantung dari

Kabupaten Mesuji

Page 8: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 8

besar kecilnya kegiatan yang akan dikerjakan. Pembentukan kelompok kerja dilakukan melalui Musyawarah Desa.

d. Penentuan Besarnya Insentif PekerjaInsentif Pekerja dalam PNPM Mandiri Perdesaan merupakan perangsang (bukan upah) yang dihitung berdasarkan satuan HOK (hari orang kerja). 1HOK setara dengan bekerja selama 6 jam. Jika seseorang bekerja lebih dari 6 jam, dapat dibayar lebih dihitung berdasarkan kelipatan jumlah jam.

Besarnya insentif ditentukan melalui musyawarah desa (dituangkan dalam Berita Acara) mengacu kepada upah tenaga kerja yang berlaku di Masyarakat.

Pembayaran tenaga kerja bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu pembayaran menurut : 1. Kehadiran di lapangan (Sistem Harian)

Untuk sistem harian, kepala kelompok kerja (Pokja) mencatat kehadiran tiap pekerja pada kelompoknya, menggunakan form tenaga kerja (form PB-3 Upah Pekerja Harian).

2. Prestasi (sistem upah borongan)Dengan sistem upah borongan, tenaga kerja dibayar berdasarkan

prestasi kerja yang dihasilkan oleh kelompok kerja. pencatatan dan perhitungannya menggunakan format upah borong (form PB-4 Upah Pekerja Borongan).

e. Pengendalian Kualitas Padat KaryaUntuk menjaga kualitas pelaksanaan padat karya, perlu dilakukan pengawasan oleh masyarakat dan fasilitator kecamatan. FK harus selalu memantau kinerja TPK dan mendorong masyarakat untuk secara aktif turut serta mengawasi dan menjaga kualitas pelaksanaan.

f. Dokumentasi KegiatanTPK bertanggungjawab untuk mendokumentasikan kegiatan padat karya berupa dokumen administrasi maupun dokumentasi foto kegiatan untuk kepentingan arsip di Desa.

Pada akhir periode pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan Pra-Rehabilitasi, Fasilitator Kecamatan harus memastikan adanya dokumentasi foto yang disusun dalam satu album khusus, dengan ketentuan :

1. Foto dokumentasi pada setiap tahap perencanaan dan foto pada pelaksanaan kegiatan. Setiap foto perlu diberikan catatan atau keterangan ringkas.

2. Foto yang ditampilkan meliputi kondisi : 0%, 50% dan 100%.

Foto yang memperlihatkan orang sedang bekerja secara beramai-ramai.

vii. Pelaporan Kegiatan Pelaporan kegiatan pra-rehabilitasi melalui Padat Karya tetap mengacu kepada sistem pelaporan PNPM Mandiri Perdesaan, namun demikian dalam penjelasan ini ditambahkan format pelaporan khusus kegiatan pra-rehabilitasi melalui padat karya. (format PB-01 s/d format PB-08).

Kabupaten Mesuji

Page 9: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 9

b. Kegiatan Rehabilitasi

Pada dasarnya jenis kegiatan yang diajukan masyarakat terbuka untuk kegiatan apa saja (open menu) yang menurut masyarakat bersifat mendesak dan dibutuhkan, kecuali yang termasuk dalam negative list. Kegiatan sebagaimana dimaksud tidak/ belum dipenuhi oleh pihak/ lembaga lain dan bukan merupakan kegiatan darurat/ emergency seperti, tenda/ fasilitas pengungsian, makanan-minuman dan obat-obatan. Bukan juga merupakan Dana Sosial (pemberian bantuan tunai) bagi masyarakat.

Jenis kegiatan lebih bersifat pemulihan sosial-ekonomi perdesaan melalui rehabilitasi atau perbaikan sarana-prasarana dasar dan fasilitas sosial-umum yang rusak ringan, sedang atau berat dan sedapat mungkin tidak membangun baru (dari tidak ada). Pelaksanaan kegiatannya dengan menggunakan pola padat karya dan swakelola (diutamakan rumah tangga dan warga korban bencana memperoleh akses kerja pada kegiatan proyek).

Kategori kegiatan dan alokasi dana BLM kegiatan meliputi:

a. Dana Simpan Pinjam khusus bagi Kelompok Perempuan untuk kebutuhan usaha rumah tangga, peralatan modal kerja, atau keperluan rumah tangga lainnya bagi para anggota kelompok yang sangat mendesak dengan alokasi maksimal 25% dari alokasi dana BLM per-kecamatan. Dana ini bersifat pinjaman bergulir yang selanjutnya dikelola oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK).

b. Dana rehabilitasi Fasilitas Sosial dan Umum untuk kegiatan prasarana dasar

masyarakat atau sarana penunjang sosial ekonomi lainnya yang terdampak bencana dan untuk kegiatan mitigasi)1 bencana, yang bersifat umum kolektif/warga dengan alokasi dana sebesar 75% atau lebih, dari alokasi BLM per kecamatan, antara lain seperti: Sarana (gedung) serba-guna desa, seperti balai pertemuan desa (bukan kantor

desa) Pembersihan puing rumah/bangunan, longsor (Sites/Lands clearing) dan

sejenisnya Air bersih Sanitasi Umum didesa ( seperti MCK ) Gedung sekolah ( khususnya SD,SMP ) Polindes Pasar desa Jembatan Irigasi sekunder-tersier Penerangan (listrik) desa, seperti: genset, lampu/penerangan jalan/pemukiman

desa. Jalan desa Tambatan perahu

c. Dana BLM tidak dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan yang masuk kategori dilarang (negative list) sebagaimana yang tertuang dalam PTO PNPM Mandiri Perdesaan. Dana BLM juga tidak dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan

1) UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana : “Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Kabupaten Mesuji

Page 10: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 10

yang bersifat memenuhi kebutuhan pribadi atau kepemilikan privat (seperti rumah pribadi, mobil pribadi, toko, dll).

c. Pengadaan Barang dan Jasa

Proses pengadaan barang dan jasa dalam pelaksanaan kegiatan tetap berpedoman pada PTO Penjelasan XII PTO PNPM Mandiri Perdesaan. Kegiatan ini harus dilakukan secara transparan, diketahui dan disetujui oleh masyarakat. Pengadaan barang dan jasa pada dasarnya dilakukan di setiap desa, namun jika dinilai lebih efektif dan efisien bisa juga dilakukan bersama-sama oleh desa-desa dalam satu kecamatan, dengan tetap dilakukan secara sederhana, murah, cepat, transparan dan akuntabel.

d. Pemantauan, Pengawasan dan Pemeriksaan

Pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan dilakukan secara internal oleh masyarakat, fasilitator dan konsultan. Sedangkan pemeriksaan eksternal struktural secara resmi akan dilaksanakan oleh BPKP selaku auditor yang telah ditetapkan sebagaimana dalam Loan Agreement antara Pemerintah Indonesia dengan lembaga donor yaitu Bank Dunia.

i. PELAKU PROGRAM

Pada dasarnya pelaku program pola khusus rehabilitasi pascabencana adalah pelaku sebagaimana PNPM Mandiri Perdesaan yang sudah dijelaskan pada PTO Penjelasan V. Tambahan pelaku dalam penanganan pola khusus rehabilitasi pascabencana adalah:

Tim Kaji Data Kerusakan

Tim Kaji Data Kerusakan dibentuk di MAD Sosialisasi. Tiap desa mengirimkan wakilnya minimal 3 orang, satu diantaranya merupakan wakil perempuan (Kader yang sudah ada dan masih aktif dapat dicalonkan desa untuk menjadi tim kaji data kerusakan).

Tugas Tim Kaji Data Kerusakan adalah:

a. Menentukan tata-cara kajian dampak bencana dengan prioritas fasos dan fasum yang perlu direhabilitasi berdasarkan hasil identifikasi yang sudah dilakukan oleh masyarakat.

b. Jika belum ada data,Tim langsung melakukan identifikasi kerusakan fasos dan fasum yang perlu direhabilitasi di setiap desa yang mengalami kerusakan. (pendataan kerusakan menggunakan format yang sudah disediakan)

c. Melakukan rekapitulasi hasil identifikasi kerusakan untuk selanjutnya dibuatkan rekomendasi hasil kaji data kerusakan sebagai bahan pembahasan di Musyawarah Desa Review.

j. ALUR TAHAPAN TINDAK CEPAT PRA-REHABILITASI

Kabupaten Mesuji

Page 11: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

MAD Khusus Pra-Rehabilitasi

Pasca Bencana

Daftar Rencana Kegiatan dan RAB

Musdes Pra-

Rehabilitasi Pasca

Bencana

Hasil Verifikasi lapangan data kerusakan Pencairan

dana dan Pelaksanaan Kegiatan

MusdesPertanggung

jawaban

2 3 45

1

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 11

Penjelasan mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan tahapan tindak cepat pra-rehabilitasi pasca bencana secara sederhana/singkat dijelaskan lebih lanjut sebagaimana tabel berikut:

No Kegiatan Keterangan Estimasi Minggu

ke1 Persiapan MAD

Khusus (Verifikasi data kerusakan dan rencana kegiatan & RAB)

Persiapan MAD Khusus dilakukan oleh masyarakat yang di fasilitasi oleh Fasilitator Kecamatan yang menghasilkan :- Daftar hasil Verifikasi lapangan untuk kegiatan

yang telah tercantum dalam SPC T.A. berjalan.

- Review terhadap kelayakan RAB Desain (apakah masih sesuai dengan kondisi pasca bencana, apakah harga material masih relevan dll)

- Daftar hasil verifikasi dampak kerusakan akibat bencana.

- Daftar kegiatan yang akan dilakukan dalam kaitan dengan persiapan rehabilitasi.

- Daftar ancar-ancar kebutuhan pendanaan dalam kaitan untuk memenuhi kegiatan persiapan rehabilitasi.

1

2 MAD Khusus Pra-Rehabilitasi Pasca Bencana

- Sosialisasi Kebijakan PNPM Mandiri Perdesaan Rehabilitasi Pasca Bencana.

- Pada MAD Khusus dipastikan masing-masing desa telah menentukan keberlanjutan kegiatan yang telah tercantum dalam tahun anggaran berjalan. Jika diputuskan untuk tidak dilanjutkan harus dipastikan perhitungan kewajiban pembayaran kepada pihak ketiga (misalnya : pemesanan barang yang telah dikirim ke TPK tetapi belum dilakukan pembayaran)

- Membuat perhitungan BLM – Dana Kegiatan yang tersedia untuk kegiatan dengan tahapan

2

Kabupaten Mesuji

Page 12: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 12

tindak cepat pra-rehabilitasi pasca bencana (yang mencakup Sisa T.A. berjalan di UPK & TPK ditambah sisa alokasi yang masih ada di KPPN) termasuk untuk pembayaran kewajiban yang terhutang kepada pihak ketiga oleh TPK.

- Menentukan jenis kegiatan dan penetapan pendanaan kegiatan tahapan tindak cepat pra-rehabilitasi pasca bencana yang sesuai dengan kondisi riil di masyarakat. Dengan mencermati kembali agar tidak terjadi pendanaan kegiatan yang tumpang tindih dengan program rehabilitasi yang lain.

- Menentukan jadwal kegiatan persiapan rehabilitasi pasca bencana.

- Melakukan Review UPK dan rencana kerjanya untuk disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan persiapan rehabilatasi pasca bencana

Hasil MAD Khusus adalah :- Berita Acara Status Kegiatan yang disebutkan

dalam SPC T.A. berjalan.- Berita Acara Perhitungan BLM- Berita Acara Perankingan Kegiatan pola

respon cepat rehabilitasi pasca bencana.- Penerbitan SPC kegiatan pola respon cepat

rehabilitasi pasca bencana T.A. berjalan.- Penetapan UPK dan Rencana Kerja UPK

3 Musdes Pra-Rehabilitasi Pasca Bencana

Materi:- Melakukan review pengurus TPK disesuaikan

dengan kondisi paska bencana.- Penyusunan Kelompok Kerja masing-masing

Desa dan penetapan HOK- Pengadaan kebutuhan sumber daya (bahan

dan alat) untuk tanggap darurat.- Penentuan jadwal kegiatan

2

4 Pencairan Dana dan Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan:- TPK mengajukan dokumen untuk pencairan

dana- TPK melaksanakan kegiatan dengan pola

swakelola- Pengadaan bahan dan tenaga kerja harus

tetap mengikuti prosedur PTO PNPM Mandiri Perdesaan.

- Mobilisasi tenaga kerja diprioritaskan dari desa tersebut.

3-6

9 Musdes Pertanggungjawaban /Penetapan Usulan

- Melaporkan dan mempertanggung jawabkan realisasi penggunaan dana dan hasil kegiatan tahap persiapan rehabilitasi paska bencana.

7

Kabupaten Mesuji

Page 13: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

MAD SOSIALISASI

Pertemuan Dusun & Kelompok (terkena dampak bencana)

SPP/Sosial Ekonomi

Pelatihan Tim Kaji Data Kerusakan

Musdes (Review)

Verifikasi lapangan data kerusakan

Desain & RAB

Pencairan dana dan Pelaksanaan Kegiatan

MAD (Review

)

MusdesKegiatan

MusdesPertanggungjawaban

MKP

2

3

4

5

6

7

8

4b

9

Sertifikasi

MADPertanggung-jawaban

1

10

4a

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 13

T.A. berikutnya - Dalam Musdes ini juga dilakukan review gagasan dan usulan atas hasil proses perencanaan T.A. berjalan yang masih relevan dan akan diusulkan untuk tahapan Rehabilitasi Pasca Bencana T.A berikutnya.

Catatan :Pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Rehabilitasi di wilayah Bencana alam mengikuti dan menyesuaikan serta menghargai keberadaan tatanan pemerintahan adat, seperti sebutan desa lainnya, termasuk untuk sebutan lembaga pelaksana kegiatan pembangunannya.

k. ALUR TAHAPAN REHABILITASI

Keterangan:Persiapan dan Pengumpulan Data Kerusakan Pasca Bencana dilaksanakan oleh Tim Fasilitator Kecamatan (dilakukan selama tahap persiapan rehabilitasi paska bencana ) dengan cara mengumpulkan data yang sudah ada2 termasuk identifikasi kerusakan kegiatan yang didanai oleh PNPM atau sarana/prasarana dasar yang rusak akibat bencana. Data bisa di input dari berbagai sumber termasuk data kerusakan hasil identifikasi masyarakat. Serta melakukan koordinasi untuk persiapan MAD Sosialisasi . Khusus hasil pendataan kegiatan PNPM yang belum selesai dan akan dipergunakan oleh MAD untuk menentukan status kegiatan T.A. berjalan dan berikutnya. Penjelasan mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan Tahapan Rehabilitasi Pasca Bencana secara sederhana/singkat dijelaskan lebih lanjut sebagaimana tabel berikut:2 Setiap kecamatan/desa dipastikan telah memiliki data kerusakan fasos dan fasum. Data-data ini dapat diminta di kantor Satkorlak/Kecamatan. Data terinci dapat diminta dari setiap desa jika data di kecamatan berupa rekapitulasi.

Kabupaten Mesuji

Page 14: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 14

No Kegiatan Keterangan Estimasi Minggu

ke1 MAD Sosialisasi Sosialisasi:

- Kebijakan PNPM Mandiri Perdesaan Rehabilitasi Pasca Bencana diterapkan dengan pola optimalisasi proses dan penggunaan dana BLM untuk rehabilitasi.

- Pada MAD Sosialisasi dipastikan keputusan keberlanjutannya dan status kegiatan yang belum selesai dan menjadwalkan ulang siklus program secara Sederhana/Singkat,

- Melakukan identifikasi peluang sumber pendanaan selain PNPM dan rencana kegiatan yang akan didanai oleh sumber dana lain . Untuk menghindari terjadinya tumpang-tindih pendanaan.

- Membentuk Tim kaji data kerusakan. Minimal 3 orang per desa (Kader yang sudah ada dan masih aktif dapat dicalonkan desa untuk menjadi tim kaji data),

- Menentukan tata-cara kajian dampak bencana dengan prioritas fasos dan fasum yang perlu direhabilitasi berdasarkan hasil identifikasi yang sudah dilakukan oleh masyarakat. Jika belum ada data, maka langsung dilakukan identifikasi awal kondisi per desa,

- Memastikan ketersediaan dan kebutuhan calon Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan Rehabilitasi Pasca Bencana pada tingkat kecamatan dan desa/ kelurahan.

- Menentukan jadwal kegiatan sesuai dengan tahapan Rehabilitasi.

1-2

2 PelatihanTim Kaji Data Kerusakan dan mengkaji SPP (kelas dan praktek lapangan)

Materi:- Tatacara melakukan kajian dampak bencana.- Data yang perlu diverifikasi + kriteria kerusakan- Cara penggalian gagasan kegiatan SPP dari

kelompok-kelompok perempuan yang ada- Cara menyusun rekomendasi hasil kaji data

kerusakan.Fasilitator: Tim Fasilitator Kecamatan

2

3 Verifikasi lapangan; data kerusakan sekaligus identifikasi usulan kegiatan SPP

Kegiatan:- Verifikasi data kerusakan dan potensi rehabilitasi

dari data kerusakan hasil pengumpulan data oleh fasilitator lapangan.

- Pengumpulan usulan kegiatan SPP

3-4

4 Musyawarah Desa – Review /Kajian

Kegiatan rencana usulan pasca bencana (kaji ulang):- Membahas Laporan tim kaji data kerusakan dan

4-5

Kabupaten Mesuji

Page 15: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 15

meminta umpan balik dari masyarakat- Menentukan penyusunan prioritas fasum dan

fasos desa yang perlu direhabilitasi- Memilih dan menetapkan TPK (jika belum

ada/dilakukan) yang sesuai dengan kebutuhan Rehabilitasi.

- Memilih dan menetapkan calon UPK (jika belum ada/dilakukan)

- Melakukan Sosialisasi Kebijakan Rehabilitasi pasca bencana dan review usulan hasil musdes perencanaan sebelum bencana . Jika diputuskan untuk tetap sesuai usulan sebelum bencana maka tinggal melanjutkan ke tahapan berikutnya

- Penetapan FD/ KPMD (tim kaji data yang telah terpilih dapat dicalonkan sebagai FD)

- Menetapkan rencana kegiatan penggalian gagasan (data usulan kegiatan SPP) dengan cara :a. Penggalian Gagasan Khusus Kelompok

SPP/sosial-ekonomi (yang terkena dampak langsung bencana). Dana maksimal 25% dari total BLM.

b. Musyawarah Khusus perempuan (MKP) menetapkan peringkat usulan khusus kelompok SPP/sosial-ekonomi (yang terkena dampak langsung) yang didanai.

5 MAD Review/Kajian - Menyepakati prioritas fasum dan fasos yang akan direhabilitasi.

- Menetapkan perankingan kegiatan yang diusulkan oleh desa termasuk ranking untuk kegiatan SPP.

- Menetapkan SPC untuk kegiatan SPP dan kegiatan lain yang telah ada RAB/Sertifikasi dan mempunyai ranking prioritas.

- Melakukan Review UPK dan rencana kerja berkaitan dengan kebutuhan Rehabilitasi Pasca Bencana.

6

6 RAB dan Desain Usulan prioritas mulai dari rangking tertinggi dibuatkan desain dan RAB- nya. Hasil RAB bisa dituangkan dalam beberapa SP2D.

7-8

Sertifikasi FT memfasilitasi terjadinya sertifikasi desain dan RAB. Kumpulkan TPU, TPK, Tim Verifikasi. Pemberian sertifikasi akan dilakukan oleh KMT. Tanpa ini, kegiatan tidak dapat dilaksanakan.

8-9

Penyiapan dokumen pencairan dana

Penetapan Surat Penetapan Camat (SPC) dan SP2D. Penetapan SPC dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan perkembangan pembuatan Desain, RAB dan Sertifikasi

9

7 Musdes Informasi Kegiatan Rehabilitasi

- Sosialisasi hasil MAD Review/kajian- Sosialisasi hasil desain & RAB

8-9

Kabupaten Mesuji

Page 16: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 16

- Musyawarah persiapan pelaksanaan- Mobilisasi tenaga kerja

8 Pencairan Dana dan Pelaksanaan Kegiatan

- TPK mengajukan dokumen untuk pencairan dana

- TPK melaksanakan kegiatan dengan pola swakelola

- Pengadaan barang dan jasa harus tetap mengikuti prosedur standar PNPM Mandiri Perdesaan.

- Mobilisasi tenaga kerja diprioritaskan dari desa tersebut.

10

9 Musdes Pertanggungjawaban

- Melaporkan dan mempertanggung jawabkan realisasi penggunaan dana dan hasil kegiatan desa.

10 MAD Pertanggung-jawaban

Melaporkan dan mempertanggung-jawabkan realisasi penggunaan dana dan hasil kegiatan seluruh desa, serta evaluasi aturan main termasuk penerapan sanksi jika terjadi penyimpangan oleh desa partisipan.

Catatan :Pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Rehabilitasi Pasca Bencana untuk rehabilitasi wilayah Bencana alam, mengikuti dan menyesuaikan serta menghargai keberadaan tatanan pemerintahan adat, seperti sebutan desa dengan nama lainnyai, termasuk untuk sebutan lembaga pelaksana kegiatan pembangunannya.

Kabupaten Mesuji

Page 17: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 17

LAMPIRAN:FORMULIR-FORMULIR KEGIATAN PRA-REHABILITASI:

NO NAMA FORMULIR KODE DAN KETERANGAN

1 BUKU KAS UMUM TPK – PADAT KARYA Form. PB-1 Buku Kas Umum TPK

Untuk Desa

2 DAFTAR CALON PEKERJA PADAT KARYA Form. PB-2 Daftar Calon Pekerja

Untuk Desa

3 DAFTAR HADIR DAN TANDA TERIMA INSENTIF PEKERJA PADAT KARYA

Form PB -3 Upah Pekerja harian

Untuk Desa

4 DAFTAR PERHITUNGAN HOK DAN PENERIMAAN INSENTIF DENGAN SISTEM UPAH BORONG

Form. PB-4 Upah Pekerja Borongan

Untuk Desa

5 LEMBAR KERJA – DETAIL KEMAJUAN PADAT KARYA

Form. PB-5 Detail Kemajuan Padat Karya

Untuk Desa

6 REKAPITULASI LAPORAN PADAT KARYA TINGKAT DESA

Form. PB 01

Untuk Desa

7 LAPORAN KEMAJUAN PADAT KARYA TINGKAT DESA

Form. PB 02

Untuk Desa

8 REKAPITULASI LAPORAN PADAT KARYA TINGKAT KECAMATAN

Form. PB 03

Untuk Kecamatan

9 LAPORAN KEMAJUAN PADAT KARYA TINGKAT KECAMATAN

Form. PB 04

Untuk Kecamatan

10 REKAPITULASI LAPORAN PADAT KARYA TINGKAT KABUPATEN

Form. PB 05

Untuk Kabupaten

11 LAPORAN KEGIATAN PADAT KARYA TINGKAT KABUPATEN

Form. PB 06

Untuk Kabupaten

12 REKAPITULASI LAPORAN PADAT KARYA Form. PB 07

Kabupaten Mesuji

Page 18: PTO 13 ; PELAKSANAAN POLA KHUSUS PASCABENCANA

Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana 18

TINGKAT PROVINSI Untuk Provinsi

13 LAPORAN KEGIATAN PADAT KARYA TINGKAT PROVINSI

Form. PB 08

Untuk Provinsi

CATATAN:FORMULIR-FORMULIR PADA LAMPIRAN INI MERUPAKAN TAMBAHAN, DAN MENJADI BAGIAN DARI FORMULIR PTO PNPM MANDIRI PERDESAAN.

Kabupaten Mesuji