ptkjigsow
DESCRIPTION
ptkTRANSCRIPT
A. JUDUL PTK :
Penerapan Metode Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas
IV Semester I Pada Pokok Bahasan Sifat dan Perubahan Wujud Benda di SD
Negeri 3 Pohsanten Tahun Pelajaran 2009/2010
B. LATAR BELAKANG
Pendidikan IPA di sekolah dasar merupakan salah satu program pembelejaran
yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar. (Depdiknas 2006).
Keberhasilan pembelajaran IPA ditentukan oleh bagaimana guru dalam
perencanaan. Pelaksanaan dan menilai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar masih ditemukan berbagai masalah antara lain
bahwa hasil pembelajaran IPA masih kurang baik sebagai akibat kurang baiknya
sistim evaluasi dan metode pembelajaran yang monoton tidak bervariasi,
membosankan yang menekankan pada mengingat dan memahami saja.
Sehubungan dengan hal tersebut pembelajaran IPA Pada umumnya hanya pada
pemberian pengetahuan (Kognitip) belum pada apektif dan psikomotor siswa.
Kurang optimalnya pembelajaran IPA ini juga terjadi di SD Negeri 3 Pohsanten
kelas IV tempat penulis melakukan penelitian.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri 3
Pohsanten yaitu Sutrisno, S.Pd. , Secara umum siswa kalau ditanya yang bersifat
hafalan mereka cepat sekali bisa menjawab. Tetapi kalau pertanyaan yang bersifat
pemahaman dan ketrampilan siswa lama sekali menjawab bahkan tidak bisa.
1
Siswa tidak begitu antusias mengikuti pelajaran, hal ini bisa dilihat dari 17 siswa
kelas IV SD Negeri 3 Pohsanten hanya 2 siswa yang mau berinteraksi secara
aktip. Prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA masih rendah. Pada tahun
pelajaran 2008/2009 nilai rata-rata ulangan harian siswa untuk pokok bahasan
sifat dan perubahan wujud benda adalah 5,70.
Rendahnya prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA untuk pokok bahasan sifat
dan perubahan wujud benda dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : a)
Kurang aktifnya siswa mengikuti pelajaran, karena siswa kurang tertarik pada cara
penyajian materi yang banyak berpusat pada guru yang menggunakan metode
ceramah. b) Kurangnya kesempatan berinteraksi antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa, Dalam pembelajaran guru banyak memberikan penjelasan. Hal ini
menyebabkan siswa kurang mendapatkan pengalaman belajar dari temannya.
Kepada guru kurang berani menyampaikan, sedangkan dengan temannya belum
ada pembiasaan, sehingga menyebabkan sulitnya berinteraksi. c) Kurangnya
motivasi siswa dalam menyampaikan gagasan, karena guru kurang memberi
penguatan kepada siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya. d) Informasi
yang disampaikan guru saat pembelajaran terlalu cepat sehingga siswa kurang
bisa memaknai dan memahami. e) Kurangnnya waktu yang diberikan kepada
siswa untuk berinteraksi dengan media / sumber belajar / alat peraga.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut memberikan dampak pembelajaran IPA
menjadi kurang menarik, hal ini mempengaruhi menurunnya keaktifan siswa
dalam memahami konsep IPA dalam pembelajaran dan akan berpengaruh pada
prestasi belajar siswa.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar
berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar
suasana kelas lebih hidup. Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw
dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan
budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong. Upaya
2
peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat
pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas
perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model
pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk
berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi
belajar yang optimal, (Emildadiany 2008).
Berdasarkan uraian di atas agar prestasi belajar siswa dapat meningkat maka
penulis tertarik melakukan penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan
atau menerapkan metode JIGSAW dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan
sifat dan perubahan wujud benda di kelas IV SD Negeri 3 Pohsanten. Untuk
menerapkan metode JIGSAW ini penulis meminta bantuan Guru kelas VI
maupun Kepala Sekolah SD Negeri 3 Pohsanten menganalisis dan
menindaklanjuti agar pembelajaran IPA menjadi lebih baik sehingga prestasi
belajar siswa kelas VI semester I SD Negeri 3 pohsanten meningkat.
B . RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang maka penelitian ini dilakukan dengan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan metode JIGSAW dapat meningkatkan prestasi belajar
IPA Siswa Kelas IV semester I pada pokok bahasan sifat dan perubahan
wujud benda di SD Negeri 3 Pohsanten Tahun Pelajaran 2009/2010 ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah penerapan metode JIGSAW dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA Siswa Kelas IV semester I pada pokok
3
bahasan sifat dan perubahan wujud benda di SD Negeri 3 Pohsanten
Tahun Pelajaran 2009/201
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Siswa
Bagi siswa, penelitain ini melatih siswa untuk berpartisipasi dan berinteraksi
secara aktip dalam peroses pembelajaran baik antara siswa denang siswa maupun
siswa dengan guru, dan meningkatkan prestasi belajar siswa
1. Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan
mata pelajaran IPA Siswa Kelas IV semester I pada pokok bahasan sifat dan
perubahan wujud benda di SD Negeri 3 Pohsanten Tahun Pelajaran 2009/2010
dengan strategi pembelajaran teknik jigsaw, dan pada Sekolah Dasar pada
umumnya.
1. Guru Sekolah Dasar
Penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam mengajarkan dan menambah
pengetahuan dan wawasan guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mata
pelajaran IPA Siswa Kelas IV semester I pada pokok bahasan sifat dan
perubahan wujud benda di SD Negeri 3 Pohsanten dengan strategi pembelajaran
model jigsaw.
1. Sekolah Dasar
intuisi yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dijadikan masukan dalam upaya
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan melalui penerapan metode Jigsaw
dalam mata pelajaran IPA.
BAB II
4
KAJIAN PUSTAKA
A. PRESTASI BELAJAR
1. 1. Pengertian Prestasi belajar
Menurut the Liang Gia ( 1989, hal. 15 ) Mengatakan bahwa: Prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai aktifitas yang menghasilkan perubahan-perubahan
tingkah laku dalam individu, baik secara aktual maupun profesional “.
Sedangkan Purwodarminto ( 1987,hal. 254 ), mengatakan bahwa : “ prestasi
belajar adalah suatu hasil yang dicapai atau dikerjakan siswa dalam belajar atau
usaha untuk memperoleh suatu kepandaian “.
Belajar sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar.Karena prestasi itu
sendiri merupakan hasil belajar itu biasanya dinyatakan dengan nilai. Menurut
Winarno Surahmad (1997 : 88) sebagai berikut: “Hasil belajar adalah hasil dimana
guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif yang diperhatikan
adalah menempatkan tingkah laku”. Dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah
suatu bentuk pertumbuhan atau Perubahan diri seseorang yang dinyatakan dengan
cara bertingkah laku baru berkatpengalaman baru.
Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa prestasi belajar adalah
suatu hasil belajar yang dicapai dalam aktifitas untuk mendapat suatu kepandaian
atau sebuah tingkah laku yang lebih baik.
1. 2. Faktor-faktor yang dapat mempengarui prestasi belajar
Telah dikatakan bahwa Prestasi belajar adalah suatu hal atau proses yang
menimbulkan suatu perubahan tingkah laku atau kecakapan belajar sebagai suatu
proses yang aktifitasnya dibebani oleh banyak sekali hal-hal yang berkaitan
dengan perstasi belajar tersebut. Karena itu untuk memudahkan pembicaraan
5
penulis akan mengklasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar,
sebagai berikut A) Faktor dari dalam individu (Fisik) a) Pusat susunan saraf
tidak berkembang secara sempurna b) Panca indra tidak berfungsi atau sakit c)
Kurang seimbang dalam perkembangan dan reproduksi d) Berfungsinya kelenjar
tubuh membawa kelainan tingkah laku e) Cacat atau perkembangan kurang
sempurna f) Penyakit menahun (Kelemahan secara mental) Seperti a)Taraf
kecerdasannya atau intelegensinya kurang b) Kurang minat dan bakat, kurang
usaha, kurang kreatifitas c) Kurang menguasai pelajaran d) Kebutuhan kurang
terpenuhi (Kelemahan emosional) a) Suasana hati tadak tentram. b) Tedak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan c) Tercekam rasa pobia (rasa takut), benci
dan antipati (Kelemahan sikap dan kebiasaan yang salah) a) Kurang minat
dalam kegiatan sekolah b) Menghindari tanggung jawab c) Bersifat malas belajar
dan kurang disiplin (Faktor dari luar individu) antara lain a) Lingkungan
sekolah dan lingkungan sosial b) Buku sumber tidak sesuai dengan kurikulum c)
Sistem pemgajaran, penilaian tidak sesuai d) Terlalu berat beban belajar e)
populasi kelas terlalu banyak f) masalah teman sebaya g) Kelemahan kondisi
keluarga h) Terlalu banyak kegiatan di luar i) keterbatasan tenaga guru j) Motifasi
external kurang
B. METODE JIGSAW
1. Definisi jigsaw
Modal jigsaw adalah suatu teknik belajar kelompok yang digambarkan sebagai
berikut : (a) satu kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil banyaknya
anggota kelompok disesuaikan dengan banyaknya masalah / problem yang
ditawarkan guru. Kelompok-kelompok ini disebut dengan home group, (b) setiap
anggota home group diberi problem yang berbeda-beda, tapi masing-masing home
group diberi persoalan yang sama. Dengan batasan waktu tertentu masing-masing
anggota menyelesaikan problem secara individu, (c) anggota home group akan
6
berpencar dan membentuk kelompok baru yang membawa persoalan sama.
Kelompok ini disebut expert group ( kelompok ahli ). Di kelompok inilah mereka
berdiskusi untuk menyamakan persepsi atas jawaban mereka, dan (d) setelah
selesai mereka kembali ke home group dan anggota-anggota akan
mensosialisasikan hasil / jawaban dari kelompok ahli.
Teknik jigsaw merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang
dilaksanakan di sekolah-sekolah. Menurut suryanto (1999) pembelajaran
kooperatif adalah salah satu jenis belajar kelompok dengan kekhususan sebagai
berikut: (a) kelompok terdiri atas anggota yang heterogen, (b) ada ketergantungan
positif diantara anggota kelompok, karena masing-masing individu memiliki rasa
tanggung jawab, (c) kepemimpinan dipegang bersama, (d) giri mengamati kerja
kelompok dan melakukan interversi bila perlu, dan, (e) setiap anggota kelompok
harus siap menyajikan hasil kerja kelompok. Dari kelima kekhususnya tersebut,
juga dimiliki oleh karakteristik dari teknik jigsaw.
2. Karakteristik Pelaksanaan Teknik jigsaw
a. Tinjaun Kurikulum
Tujuan Teknik jigsaw Relevansi pada kurikulum
A
Memperkaya variasi teknik
pembelajaran
Pemilihan pendekatan/ metode,
Media dan simber belajar
hendaknya disesuaikandengan
karakteristikmateri
BMemupuk rasa ketergantungan
positif dalam kelompok
Strategi yang melibatkan siswa
aktif belajar baik secara mental,
fisik ataupun sosial.
C Memberi kesempatan berlatih
memahami konsep dengan teman-
7
temannya
DBerlatih menyampaikan informasi
kepada temannya
Sikap kritis, terbuka dan konsisen
1. b. Tinjauan Praktik
Secara pratek keberhasilan dan kegagalan belajar dapat dilihat dari nilai yang
diperoleh siswa. Ditijau dari komponen-komponen penilaian, hampir seluruhnya
diambil dari faktor kognitif siswa. Sebaiknya penerapan jigsaw bertujuan tidak
hanya melatih kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotor.
Menurut Ibrahim (2000) bahwa manfaat pembelajar kooperatif termasuk teknik
jigsaw:(1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas,(2) menghargai diri
menjadi lebih tinggi,(3) memperbaiki sikap terhadap metematika.(4) meperbaiki
kehadiran,(5) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar,(6)
prilaku mengganggu lebih kecil,(7) konflik antar pribadi berkurang dan (8)
meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Untuk mengukur kemajuan belajar siswa tersebut, tampaknya pedoman penilaian
untuk rapot belumdapat mencakup semua aspek secara keseluruan satu-satunya
peluang untuk memasukkan nilai kemajuan belajar siswa dari hasil pengamatan
teknikjigsaw adalah nilai tugas. Bila diperhatikan rumus-rumus tadi, peranan nilai
tugas sangat kecil,sehingga kemajuan-kemajuan belajar yang bukan bersifat
kegnitif cenderung diabaikan pada penilaian rapot.
c. Tinjauan Pengalaman
Pelaksanaan teknik jigsaw pada tahap ini sangat sukar. Tidak semua pokok bahasa
dapat dengan mudah disajikan dengan menggunakan teknik ini, sebab,pokok
bahasa tersebut dapat dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang setara, padahal
materi, Matematika kebanyakan bersifat hierarki. Beberapa prilaku siswa yang
menjadi pada saat prosespembelajaran antara lain:(a) motivasi belajar lebih tinggi,
8
(b) kepedulian terhadap teman meningkat,(c) memperbaiki kehadiran,(d) berusaha
sampai dapat memahami tugasnya,dan(e)sedikit demi sedikit mau membuka diri.
Setelah akhir pembelajaran dilakukan ulangan,harian yang ternyata hasilnya
menunjukkan nampak pada peningkatan yang signfikan jika dibanding dengan
pembelajaran klasikal.
3. Tahap Pemantapan / Drill
Pada tahap ini, pelaksanaan jisaw lebih sering dilakukan karena guru lebih mudah
merencanakan problem-problem (kuis). Siswa memiliki informasi selain itu,
motifasi siswa cukup tinggi karena mereka akan manghadapi ulangan harian.
Pelasanaan teknik jigsaw pada tahap ini siswa lebih aktif, hal ini dapat dilihat dari
meningkatkan frekuensi siswa yang berinteraksi dengan sesamaketerbukaan
siswa juga semakin meningkat, misalnya ada siswa yang mengetahui bahwa
dirinya salah. Meningkatnya kepercayaan dirisiswa juga ada. Hal ini terbukti
dengan adanya siswa yang berani menyalahkan hasil kerja siswa lain. Suasana
kerjasama betul-betul tampak saling membantu dan hasil ulangan harian terbukti
ada peningkatan
Sifat dan perubahan wujud benda
D. TINJAUAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU
Dalam penelitian ini peneliti merujuk pada penelitian yang sudah dilakukan oleh
beberapa tenaga pendidikan yang menggunakan metode JIGSAW dalam
perbaikan pembelajaran salah satunya adalah Martiningsih (2006) di SMA Negeri
1 Padang Panjang Kelas XI, dalam penelitian tindakan kelas tersebut disimpulkan
bahwa Penggunaan metode JIGSAW akan meningkatkan minat dan motivasi
belajar sehingga akan meningkatkan prestasi belajar.
E. KERANGKA BERFIKIR
Proses belajar mengajar pada bidang studi IPA merupakan transformasi
pengetahuan yang memerlukan strategi khusus sehingga, proses tranformasi
9
pengetahuan bisa berhasil dengan baik. Pembelajaran bidang studi IPA
memerlukan analisis yang lebih di bandingkan dengan bidang studi lain sehingga
strategi pembelajarannya harus sesuai.
Berdasarkan logika seperti itu maka, sangatlah sesuai jika dalam pembelajaran ini
menggunakan Metode JIGSAW. Yaitu sebuah metode yang merupakan bagian
dari Cooperatif learning.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. SUBJEK PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas untuk pelajaran IPA dilaksanakan pada siswa kelas IV
SDN Banjarwungu 02 Kec.Tarik, Kab.Sidoarjo.
Jadwal pelaksanaan pelajaran untuk setiap mata pelajaran adalah sebagai berikut :
No Hari/Tgl Jam Waktu Siklus Pengamat
1
Selasa
15 April 2008I, II 07.00-08.10 I M. Hadi Sartono, S.Pd
2
Selasa
22 April 2008I, II 07.00-08.10 II M. Hadi Sartono, S.Pd
3
Selasa
29 April 2008I, II 07.00-08.10 III M. Hadi Sartono, S.Pd
Terlaksananya siklus 1,2 dan 3 dengan bantuan teman sejawat yang berasal dari
temuan pengamat berada di kelas saat proses pembelajaran berlangsung dengan
10
tujuan untuk mengetahui proses KBM yang telah direncanakan bersama
sebelumnya.
Dengan banyak metode yang digunakan guru terlihat perubahan yang sangat baik.
Adanya peningkatan dari materi pribadi siswa hingga rata-rata kelasnya.
B. PROSEDUR PENELITIAN
Rencana perbaikan pembelajaran ini adalah penelitian tindakan kelas dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk
melihat rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, sedangkan
pendekatan kuantitatif untuk melihat kemampuan siswa setelah mengikuti
pembelajaran.
Rencana perbaikan pembelajaran pada laporan ini meliputi 3 siklus. Rencana
perbaikan pembelajaran IPA yang dimaksud adalah penggunaan alat peraga IPA
dalam meningkatkan pembelajaran tentang Energi dan Perubahannya melalui
metode bervariasi. Kegiatan ini dimulai dengan menyusun skenario peningkatan
pembelajaran tentang Energi dan Perubahannya melalui metode bervariasi.
Adapun perencanaan langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh sebagai
berikut :
1. Siklus I
a. Perencanaan
Tabel 3.1. Rencana Pelaksanaan Tindakan Perbaikan.
Tahap Fokus Kegaitan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan
awal
Memotivasi
siswa dan
apersepsi
1. Membuka
pelajaran
2. Mengaitkan topik
dengan
Merespon apa yang
disampaikan guru
Menjawab
11
pengetahuan. Awal
siswa dengan cara
tanya-jawab
3. Menyampaikan
tujuan dan
langkah-langkah
pembelajaran
4. Menyampaikan
gambaran inti
pembelajaran
pertanyaan guru
Memperhatikan
penjelasan guru
Memperhatikan
penjelasan
Kegiatan
Inti
pembelaja-
ran
Meningkatkan
kemampuan
tentang energi
dan
perubahannya
1. Siswa menyimak
penjelasan guru
tentang energi
dengan alat peraga.
2. Memberi
kesempatan siswa
untuk bertanya dan
menjawab
3. Secara kelompok
siswa mengamati
alat peraga IPA
yang sesuai dengan
materi dengan
mengerjakan LKS.
4. Guru membimbing
siswa untuk
menyamakan
persepsi
5. Secara individual
Memperhatikan
penjelasan guru
Siswa bertanya dan
dijawab atau
direspon siswa
yang lain
Siswa berkelompok
mengerjakan LKS
sambil mengamati
alat peraga.
Secara kelompok
menyampaikan
hasil diskusi dan
ditanggapi
kelompok lain.
Siswa
melaksanakan
tugas dari guru
Siswa
12
siswa mengerjakan
LKS
memperhatikan
Kegiatan
akhir
Memantapkan
pemahaman
siswa
1. Mengevaluasi
kemampuan siswa
2. Menugasi siswa
membuat alat
peraga tiruan
sesuai materi
Secara individu
siswa mengerjakan
tes formatif
Menilai sendiri
hasil tes
pemahaman-nya
dengan dibimbing
guru
Siswa membuat
b. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan pada siklus I sampai dengan siklus III diamati oleh
seorang supervisor dan dua (2) orang pengamat sebagai mitra atau teman sejawat.
Dipilihnya dua orang pengamat ini karena keduanya sama-sama melaksanakan
perbaikan pembelajaran sehingga sudah saling memahami tugasnya sebagai
pengamat. Selama pelaksanaan tindakan teman sejawat melakukan pengamatan
mulai perencanaan, pelaksanaan awal sampai akhir pembelajaran dan hasil
pembelajaran setiap siklusnya. Pengamat melakukan pencatatan dan pengamatan
pada pelaksanaan tindakan, dibagi menjadi tiga tahap yakni tahap awal. Tahap
inti, dan tahap akhir pembelajaran. Pencatatan dilakukan pada lembar observasi
yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Pelaksanaan yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran IPA tentang Energi
dan Perubahannya pada siklus I adalah sebagai berikut ini.
Kegiatan guru pada tahap awal, adalah : (1) Membuka pelajaran. (2) Mengaitkan
topik dengan pengetahuan awal siswa dengan cara tanya jawab. (3)
Menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran. (4) Menyampaikan
13
gambaran inti pembelajaran. Adapun kegiatan siswa adalah : (1) Merespon apa
yang disampaikan guru. (2) Menjawab pertanyaan guru. (3) Memperhatikan
penjelasan tentang tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan diikuti.
(4) Memperhatikan penjelasan gurumenyampaikan gambaran inti pembelajaran.
Tindakan guru pada kegiatan inti adalah : (1) Mendemontrasikan alat peraga
sesuai dengan materi. (2) Menugasi siswa menyimak penjelasan guru tentang
Energi / gaya tarikan dan dorongan dapat merubah gerak. (3) Memberi
kesempatan siswa untuk bertanya dan menjawab. (4) Secara kelompok siswa
mengamati alat peraga terus mengerjakan LKS. (5) Guru membimbing siswa
untuk menyamakan persepsi hasil pekerjaan LKS nya. (6) Secara individual siswa
menunjukkan bahwa gaya tarikan dan dorongan dapat mengubah gerak. (7) Guru
menyimpulkan materi pelajaran. Sebaliknya, kegiatan siswa
Pada tahap inti adalah : (1) Siswa memperhatikan guru dalam memperagakan
gerak. (2) Menyimak penjelasan guru. (3) Siswa bertanya dan dijawab atau
direspon siswa yang lain. (4) Siswa berkelompok mengerjakan LKS sambil
mengamati peraga IPA. (5) Secara kelompok menyampaikan hasil diskusi dan
ditanggapi kelompok lain. (6) Secara individu siswa melaksanakan tugas guru. (7)
Siswa memperhatikan
Tindakan guru pada kegiatan akhir adalah : (1) Mengevaluasi kemampuan siswa.
(2) Menugasi siswa membuat peraga yang sederhana sesuai materi. Sebaliknya
kegiatan siswa pada tahap akhir adalah : (1) Secar individu siswa mengerjakan tes
formatif. (2) Dengan bimbingan guru siswa menilai sendiri hasil tes
pemahamannya tentang gaya, tarikan dan gaya dorongan dapat merubah arah
gerak. (3) Membuat peraga sederhana sesuai materi sebagai tindak lanjut.
Penerapan metode bervariasi pada kegiatan awal tampak pada saat guru
mengadakan aperpepsi dengan cara bertanya jawab mengaitkan topik dengan
pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan “Siapa yang pernah mendorong
gerobak?, Siapa yang pernah menarik pohon?” Siswa nampak antusias menjawab,
hanya tiga orang yang tidak menjawab. Siswa yang mengajungkan tangannya
14
hampir semua kegiatan berikutnya guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah
pembelajaran guru belum disampaikan dan menyampaikan gambaran inti
pembelajaran. Siswa tampak memperhatikan dan antusias.
Pelaksanaan tindakan pada kegiatan inti ini waktunya kurang. Dimulai dengan
memasang alat peraga. Anak sangat antusias sehingga banyak yang maju
menggerombol didepan untuk mengamati sambil bertanya-tanya pada guru.
Semua siswa diberi kesempatan untuk mengamati alat peraga setelah siswa
kembali ke tempat duduk barulah penulis melanjutkan dengan menugasi siswa
untuk menyimak penjelasan guru tentang materi. Tindakan berikutnya adalah
memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
temannya, namun sampai kurang lebih lima menit hanya dua anak yang bertanya.
Sebelum guru menjawab, pertanyaan disuruh menjawab temannya yang bisa,
namun hanya beberapa anak yang mau menjawabnya.
Pada saat berkelompok rmengerjakan LKS sambil mengamati alat peraga siswa
tampak masih canggung bekerjasama dengan temannya. Masih malu-malu dan
tidak bermusyawarah dalam mengerjakan tugas. Pada saat penyampaian hasil
diskusi kelompok siswa belum berinteraksi, belum ada pembagian tugas
siapa yang bertugas menyampaikan hasil pengerjaan LKS, mereka saling
menunjuk sehingga memakan waktu yang lama. Pada kegiatan siswa secara
individual ditugasi menyebutkan pengaruh dorongan dan tarikan semakin
memakan waktu yang banyak karena siswa tampak rnalu-malu untuk ke depan.
Kegiatan inti diakhiri dengan menyimpulkan materi pembelajaran, di sini siswa
memperhatikan.
Pelaksanaan tindakan pada kegiatan akhir, siswa secara individu mengerjakan tes
formatif. Siswa tampak tergesa-gesa karena karena waktunya memang sudah
habis, dan menginjak waktu istirahat. Sehingga kegiatan menilai pekerjaan sendiri
belum terlaksana.
15
c. Pengumpulan data
Keberhasilan tindakan ini berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan
tindakan dan sesudah tindakan dilaksanakan. Teman sejawat mengamati perilaku
guru dan siswa. Adapun aspek yang diperhati adalah keterlibatan guru dan siswa
selama proses pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir. Sebagaimana yang dijelaskan di depan bahwa hasil pengamatan
pada tahap kegiatan awal yang belum berhasil adalah pelaksanaan tanya jawab
penjelasan langkah-langkah pembelajaran perlu disampaikan.
Pada tahap kegiatan inti indikator yang belum berhasil adalah kegiatan
mendemontrasikan alat peraga kegiatan bcrtanya jawab, diskusi kelompok,
kegiatan penyamaan persepsi, dan kegiatan individual menunjuk gaya
dorong dan tarik indikator tersebut sudah terlaksana namun belum berhasil.
Untuk kegiatan akhir menilai pekerjaan sendiri dan mmebuat daftar gerak benda
sebagai tindak lanjut belum terlaksana karena waktunya habis. Dari hasil diskusi
ada 9 indikator yang belum berhasil. Sehingga dapat dikatakan bahwa
keberhasilan guru baru 4 indikator dari 13 indikator yang direncanakan atau 37%,
Adapun keberhasilan siswa dalam tes formatif sebagaimana dipaparkanberikut
ini.
Tabel 3.2. Hasil Tes Formatif Siklus I
No Nama SiswaNilai
Siklus IKemampuan
Nilai
Tertinggi/
Terendah
1 Yulianah 2 - Terendah
16
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Aris Muhartono
Bagus Saputro
Eko Siyamkuwari S.
Eko Siyamkuwari B.
Francisca Brazillia
Ferina Aiyus Z.
Khoirotun Nisa
M. Yunus Abdi W.
M. Yacob Ariyono
Mursanti
Mia Anggraeni
Moch Nur Rochman
Nur Fardhatilla
Nur Oktaviana
Nurulia azizah
Ulfa Dwi Anggaini
Winda Priatiningsih
Dwi Wahyu R.
6
5
2
2
7
7
8
5
5
7
9
8
9
8
4
7
7
9
+
+
-
-
+
-
+
+
+
+
+
-
+
+
-
+
+
+
Terendah
Tertinggi
Tertinggi
17
20 Sapto Agung M 7
Jumlah
Rata-rata
124
6,2
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah
6,2. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 9, sedangkan nilai terendah yang
dicapai siswa adalah 2. Siswa yang mendapatkan nilai dibawah 6 sejumlah 7
Orang yakni 36,7%, yang mencapai nilai 6 ke atas sejumlah 63,3%.
d. Refleksi Tindakan siklus pertama
Agar semua siswa mau menjawab pertanyaan, guru perlu memberi penguatan dan
memberi saran pada siswa untuk berlatih mengungkapkan gagasannya, jika
pertanyaannya salah akan dibantu memperbaikinya. Bila perlu siswa diberi
kesempatan menuliskan pertanyaan sebelum dilisankan. Demikian juga penjelasan
langkah-langkah pembelajaran perlu disampaikan, karena siswa akan tahu
kegiatan berikutnya tanpa menunggu informasi dari guru.
Pada kegiatan inti pembelajaran ada beberapa indikator yang belum berhasil
yakni: kegiatan membuat daftar gerak benda. Agar siswa tidak ramai berbicara
sendiri guru sebaiknya menyediakan fotokopi lembar kerja yang memuat daftar
gerak benda bagi yang belum punya sehingga sebelum ditugasi siswa
memperagaka, siswa bisa mengamati di tempat duduknya. Demikian juga pada
saat anak diberi kesempatan bertanya dan menjawab pertanyaan temannya kurang
berhasil, karena hanya beberapa anak yang mau bertanya. Agar semua siswa mau
bertanya atau menjawab pertanyaan temannya karena belum terbiasa, sebaiknya
diberi kesempatan untuk menuliskan pertanyaan atau jawaban pertanyaan teman.
Pada saat kerja kelompok sebaiknya sebelum mulai dijelaskan perlunya kerja
kelompok dan pembagian tugas dari masing-masing anggota kelompok. Saat
18
siswa ditugasi menunjuk agar siswa siap menunjuk pada peta di papan tulis, siswa
diberi kesempatan mengamati LKS yang dibagikan sebelumnya sehingga siswa
tidak takut salah.
Untuk kegiatan akhir menilai sendiri hasil tes perlu dilaksanakan karena selain
melatih kejujuran siswa juga akan mengurang tugas guru apabila siswa sudah
terlatih.
Siklus 2
a. Perencanaan
Berdasarkan refleksi siklus pertama dilaksanakan tindakan perbaikan
pembelajaran IPA tentang pengaruh gaya dorong dan tarikan pada gerak suatu
benda pada siklus II. Kegiatannya adalah sebagai berikut ini. Kegiatan guru pada
tahap awal, adalah 1) Membuka pelajaran. 2) Mengaitkan topik dengan
pengetahuan awal siswa dengan tanya jawab. 3) Menyampaikan tujuan dan
langkah-langkah pembelajaran. 4) Menyampaikan gambaran inti pembelajaran.
Adapun kegiatan awal siswa adalah: 1) Merespon apa yang disampaikan guru. 2)
Menjawab pertanyaan guru. 3) Memperhatikan penjelasan tentang tujuan dan
langkah-langkah pembelajaran yang akan diikuti. 4) Memperhatikan penjelasan
guru menyampaikan gambaran inti pembelajaran.
Tindakan perbaikan pada kegiatan inti adalah 1) Mendemontrasikan dengan alat
peraga hal gaya. 2) Menugasi siswa menyimak penjelasan guru tentang pengaruh
gaya dorong dan tarikan pada gerak benda pada alat peraga. 3) Memberi
kesempatan siswa untuk bertanya dan menjawab.4) Secara kelompok siswa
mengamati alat peraga / demontrasi guru mengerjakan LKS. 5) Guru
membimbing siswa untuk menyamakan persepsi hasil pekerjaan LKS nya. 6)
Secara individual siswa menunjukkan hasil pekerjaannya. 7) Guru menyimpulkan
materi pelajaran. Sebaliknya, kegiatan siswa pada tahap inti adalah : 1) Siswa
memperhatikan demontrasi guru dengan alat peraga. 2) Menyimak penjelasan
guru. 3) Siswa bertanya dan dijawab atau direspon siswa lain. 4) Siswa
19
berkelompok mengerjakan LKS sambil mengamati alat peraga. 5) Secara
kelompok menyampaikan hasil diskusi dan ditanggapi kelompok lain. 6) Secara
individu siswa melaksanakan tugas guru. 7) Siswa memperhatikan.
Tindakan guru pada kegiatan akhir adalah : 1) Mengevaluasi kemampuan siswa.
2) Menugasi siswa untuk mendemontrasikan gaya dengan alat peraga. Sebaliknya
kegiatan siswa pada tahap akhir adalah: 1) Secara individu siswa mengerjakan tes
formatif. 2) Dengan bimbingan guru siswa menilai sendiri hasil tes
pemahamannya tentang pengaruh gaya dorongan dan gaya tarikan dapat merubah
gerak benda. 3) Mengerjakan LKS / tugas yang diberikan guru.
b. Pelaksanaan
Penerapan metode bervariasi pada kegiatan awal tampak pada saat guru
mengadakan apersepsi dengan cara bertanya jawab mengaitkan topik dengan
pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan. “Kalian tentunya masih ingat inti
pembelajaran minggu lalu. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan cara
mengacungkan tangan. Bila bola ditendang apa yang terjadi pada bola tersebut?
Apa nama gerakannya? Siswa tampak berebut akan menjawab, saya, saya sambil
mengacungkan tangan. Guru menunjuk siswa yang akan mengacungan tangan
paling awal. Guru tampak mengamati siswa yang mengacungkan tangan lebih
dahulu. Guru mengacungkan ibu jarinya ketika siswa menjawab benar, untuk
penguatan, dan tampaknya memotivasi siswa untuk menjawab pertanyaan secara
lisan. Kegiatan berikutnya guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah
pembelajaran dan menyampaikan gambaran inti pembelajaran. Siswa tampak
memperhatikan, terlihat dari komentar anak setelah ini diskusi untuk mengerjakan
LKS, ya Bu?
Pelaksanaan tindakan pada kegiatan inti dimulai oleh guru dengan membagikan
lembar LKS kepada semua siswa. Kemudian guru mendemonstrasikan alat peraga
sesuai materi sambil mengatakan bahwa LKS itu nanti dikerjakan tapi perhatikan
20
dulu alat peraga ini. Sambil mengamati ada anak yang pekerjaannya kepada
temannya serta memperhatikan guru. Setelah waktu yang diberikan habis siswa
disuruh memperhatikan guru menjelaskan tentang nama gerak suatu benda dan
gaya dorong / tarik Tindakan berikutnya adalah memberi kesempatan pada siswa
untuk bertanya dan menjawab pertanyaan temannya. Mula-mula ada lima anak
yang bertanya. Guru menawarkan kepada anak lain untuk menjawabnya sebelum
guru memantapkan jawaban. Guru menyarankan agar tidak khawatir salah
bertanya, pertanyaan ditulis dulu di buku. Saran guru diperhatikan, hal itu terlihat
ada lagi siswa yang bertanya dengan membaca dari buku. Sebelum kerja
kelompok mengerjakan LKS, guru menjelaskan gunanya kerja kelompok. cara
kerja kelompkok yang baik, pembagian tugas masing-masing anggota kelompok
namun siswa masih malu-malu. Hal ini tampak pada saat penyampaian hasil
diskusi kelompok belum ada pembagian tugas siapa yang bertugas menyampaikan
hasil pengerjaan LKS, mereka masih saling menunjuk. Saat kerja kelompok
mereka sudah mulai berinteraksi. Pada kegiatan siswa secara individual ditugasi
menunjuk gaya dorong itu yang bagaimana, siswa sudah tampak berani. Hal ini
guru menggunakan strategi pertanyaan dibacakan, siswa mengamati alat peraga
yang dipegangnya, bila sudah ketemu mengacungkan tangan. Kegiatan inti
diakhiri dengan menyimpulkan materi pembelajaran, di sini siswa
memperhatikan.
Pelaksanaan tindakan pada kegiatan akhir siswa secara individu mengerjakan tes
formatif. Siswa tampak aktif sesuai dengan waktu yang direncanakan. Selanjutnya
siswa dibimbing untuk menilai sendiri hasil tesnya. Di sini siswa ramai karena
belum terbiasa dan setiap ada perbedaan jawaban meskipun maksudnya sama
selalu ditanyakan kepada guru, sehingga belum tuntas dan guru masih harus
memeriksa lagi. Sebagai tindak lanjut guru menugasi untuk mengerjakan LKS.
c. pengumpulan data
Keberhasilan tindakan ini berdasarkan. hasil pengamatan selama pelaksanaan
tindakan dan sesudah tindakan dilaksanakan. Teman sejawat mengamati perilaku
21
guru dan siswa. Adapun aspek yang diamati adalah keterlibatan guru dan siswa
selama proses pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir.
Berdasarkan diskusi hasil pengamatan, tindakan pada tahap kegiatan awal ini yang
belum berhasil adalah penjelasan langkah-langkah pembelajaran. Penjelasan
langkah-langkah pembelajaran belum disampaikan secara rinci dan jelas. Ini
tampak setiap kali selesai satu langkah kegiatan siswa masih diam menunggu
perintah dari guru.
Pada tahap kegiatan inti indikator yang belum berhasil adalah kegiatan
bertanyajawab, baru sekitar 50% siswa yang aktif terlibat diskusi kelompok,
kegiatan penyamaan persepsi.
Untuk kegiatan akhir tindakan yang belum berhasil adalah kegiatan siswa menilai
pekerjaan sendiri. Dari hasil diskusi ada 5 indikator yang belum berhasil.
Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan guru baru 9 indikator dari 13
indikator yang direncanakan, atau 69,2%.
Adapun keberhasilan siswa dalam tes formatif sebagaimana dipaparkan berikut
ini.
Tabel 3.3. Hasil Tes Formatif Siklus II
No Nama SiswaNilai
Siklus IIKemampuan
Nilai
Tertinggi/
Terendah
1
2
3
Yulianah
Aris Muhartono
Bagus Saputro
4
7
6
-
+
+
Terendah
Terendah
Terendah
22
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Eko Siyamkuwari S.
Eko Siyamkuwari B.
Francisca Brazillia
Ferina Aiyus Z.
Khoirotun Nisa
M. Yunus Abdi W.
M. Yacob Ariyono
Mursanti
Mia Anggraeni
Moch Nur Rochman
Nur Fardhatilla
Nur Oktaviana
Nurulia azizah
Ulfa Dwi Anggaini
Winda Priatiningsih
Dwi Wahyu R.
Sapto Agung M
4
4
7
7
8
6
7
7
9
9
9
8
6
7
8
9
9
-
-
+
-
+
+
+
+
+
-
+
+
-
+
+
+
+
Tertinggi
Tertinggi
Tertinggi
Tertinggi
Tertinggi
Jumlah 140
23
Rata-rata 7
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah
7. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 9, sedangkan nilai terendah yang
dicapai siswa adalah 4. Siswa yang mendapatkan nilai dibawah 6 sejumlah 3
orang yakni 6,9% yang mencapai nilai 6 ke atas sejumlah 17 atau 93,1%.
d. Refleksi Tindakan siklus kedua
Agar semua siswa aktif dan tidak selalu menunggu perintah guru, penjelasan
langkah-langkah pembelajaran perlu disampaikan, agar siswa tahu kegiatan
berikutnya tanpa menunggu informasi dari guru.
Pada kegiatan inti pembelajaran ada beberapa indikator yang belum berhasil
yakni: pada saat anak diberi kesempatnn bertanya dan menjawab pertanyaan
temannya. belum semua anak aktif. Agar semua aktif sebaiknya bagi anak yang
sulit mengungkapkan pertanyaan secara langsung disarankan bagi yang tidak
bertanya, tugasnya menjawab pertanyaan temannya. Pada saat kerja kelompok
pembagian tugas dari masing-masing anggota kelompok perlu ditegaskan. Yang
menjadi ketua perlu dicatat oleh guru sehingga saat melaporkan hasil tidak saling
menunjuk sehingga langkah ini waktunya panjang.
Untuk kegiatan akhir menilai sendiri hasil tes perlu dilaksanakan karena selain
melatih kejujuran siswa juga akan mengurangi tugas guru apabila siswa sudah
terbiasa melakukannya. Waktu yang dipakai untuk tindakan siklus kedua sudah
sesuai dengan rancangan tepat 70 menit.
3. Siklus 3
24
a. Perencanaan
Dengan memperhatikan refleksi siklus kedua penulis melakukan tindakan
perbaikan pembelajaranIPA tentang gaya dorongan dan gaya tarikan dapat
merubah gerak suatu benda pada siklus ketiga. Adapun pelaksanaannya
sebagaimana terurai berikut ini. Kegiatan guru pada tahap awal, adalah: 1)
Membuka pelajaran. 2) Mengaitkan topik dengan pengetahuan awal siswa dengan
cara tanya jawab. 3). Menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran.
4). Menyampaikan gambaran inti pembelajaran. Adapun kegiatan siswa adalah :
1) Merespon apa yang disampaikan guru. 2) Menjawab pertanyaan guru 3)
Memperhatikan penjelasan tentang tujuan dan langkah-langkah pembelajaran
yang akan diikuti. 4) Memperhatikan penjelasan guru menyampaikan gambaran
inti pembelajaran.
Tindakan perbaikan pada kegiatan inti adalah: 1) memperlihatkan alat peraga
yang sesuai dengan materi. 2) Menugasi siswa menyimak penjelasan guru tentang
alat peraga yang akan di demontrasikan. 3)Memberi kesempatan siswa untuk
bertanya dan menjawab.4) Secara kelompok siswa mengamati alat perga dengan
mengerjakan LKS. 5) Guru membimbing siswa untuk rnenyamakan persepsi hasil
pekerjaan LKS nya. 6) Secara individual siswa menunjukkan nama gaya dorongan
dan gaya tarikan secara lisan. 7) Guru menyimpulkan materi pelajaran.
Sebaliknya, kegiatan siswa pada tahap inti adalah: l)Siswa memperhatikan
penjelasan guru. 2) Menyimak penjelasan guru. 3) Siswa bertanya dan dijawab
atau direspon siswa yang lain. 4) Siswa berkelompok mengerjakan LKS sambil
mengamati alat peraga. 5) Secara kelompok menyampaikan hasil diskusi dan
ditanggapi kelompok lain. 6) Secara individu siswa melaksanakan tugas guru. 7)
Siswa memperhatikan.
Tindakan guru pada kegiatan akhir adalah : 1) Mengevaluasi kemampuan
siswa. 2) Menugasi siswa mengerjakan LKS. Sebaliknya kegiatan siswa pada
tahap akhir adalah; 1) Secara individu siswa mengerjakan tes formatif. 2) Dengan
25
bimbingan guru siswa menilai sendiri hasil tes pemahamannya tentang gaya
dorongan dan gaya tarikan 3) Mengerjakan tugas sebagai tindak lanjut.
Penerapan metode bervariasi pada kegiatan awal tampak pada saat guru
mengadakan apersepsi dengan cara bertanya jawab mengaitkan topik dengan
pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan. Guru menunjuk siswa yang
mengacungkan tangan paling awal. Guru memberi penguatan dengan mengatakan
bagus, pinter, sebagai penguatan Siswa tampak termotivasi dan sebagian besar
aktif untuk menjawab pertanyaan. Kegiatan berikutnya guru menjelaskan tujuan
dan langkah-langkah pembelajaran Penjelasan langkah-langkah ini disampaikan
secara tegas dan tampak murid memahami. Menyampaikan gambaran inti
pembelajaran terlaksana dengan baik.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada kegiatan inti dimulai oleh guru dengan membagikan
lembar LKS kepada semua siswa. Kemudian guru meragakan dengan alat peraga
anak sudah tahu bahwa alat peraga yang dipegangnya sama dengan yang di ibu
guru. Hal tersebut tampak, setelah menerima langsung diamati tidak ada yang mau
menjawab. Setelah waktu yang diberikan habis siswa memperhatikan guru
menjelaskan gaya dengan menggunakan alat peraga. Tindakan berikutnya adalah
memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
temannya. Anak-anak tampaknya sudah mulai hafal langkah-langkah
pembelajaran. Guru belum menawarkan, hampir semua anak
mengacungkan tangan sambil mengucapkan "tanya Bu!, saya Bu!, saya dulu
Bu!" Anak yang tidak mengacungkan tangan juga mau menjawab. Barulah guru
memantapkan jawaban pertanyaan. Saran guru agar tidak khawatir salah bertanya,
pertanyaan ditulis dulu di buku. Saran guru diperhatikan, hal itu terlihat siswa
yang bertanya semakin banyak dan yang tidak bertanya juga mau menjawab.
Sebelum kerja kelompok mengerjakan LKS, guru menjelaskan gunanya kerja
26
kelompok, cara kerja kelompok yang baik, pembagian tugas masing-masing
anggota kelompok. Namun belum semua siswa aktif dalam diskusi. Anak yang
pandai tampak tidak sabar. Belum ada kesadaran menyampaikan pengalaman
belajar kepada temannya yang kurang. Tetapi pada saat menyampaikan hasil kerja
kelompok masing-masing kelompok sudah siap wakilnya. Pada kegiatan siswa
secara individual ditugasi menunjuk gaya dorong dan tarikan, siswa sudah tampak
berani. Hal ini guru menggunakan strategi pertanyaan dibacakan, siswa
mengamati alat peraga yang dipegangnya, bila sudah ketemu
mengacungkan tangan. Kegiatan inti diakhiri dengan menyimpulkan materi
pembelajaran, di sini siswa memperhatikan.
Pelaksanaan tindakan pada kegiatan akhir, siswa secara individu mengerjakan tes
formatif. Siswa tampak aktif sesuai dengan waktu yang direncanakan. Selanjutnya
siswa dibimbing untuk menilai sendiri hasil tesnya. Di sini siswa ramai karena ada
yang melaporkan temannya., jawaban salah dibetulkan. Sehingga belum tuntas
dan guru masih harus memeriksa lagi. Sebagai tindak lanjut guru mengumpulkan
hasil pekerjaan dari anak-anak dan belum dikomentari, masih akan diperiksa.
c. Pengumpulan Data .
Keberhasilan tindakan ini berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan
tindakan dan sesudah tindakan dilaksanakan.Teman sejawat mengamati perilaku
guru dan siswa. Adapun aspek yang diamati adalah keterlibatan guru dan siswa
selama proses pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir.
Berdasarkan diskusi hasil pengamatan, tindakan pada tahap kegiatan awal ini
sudah terlaksana dengan baik. Tiga indikator terlaksana, pada tahap kegiatan inti
indikator yang belum berhasil adalah kegiatan diskusi kelompok dan penyamaan
persepsi hasil diskusi belum terlaksana dengan baik. Untuk kegiatan akhir
tindakan yang belum berhasil adalah kegiatan siswa menilai pekerjaan sendiri.
Tabel 3.4 Hasil Tes Formatif Suklus III
27
No Nama Siswa
Nilai
Siklus
III
Kemampuan
Nilai
Tertinggi/
Terendah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Yulianah
Aris Muhartono
Bagus Saputro
Eko Siyamkuwari S.
Eko Siyamkuwari B.
Francisca Brazillia
Ferina Aiyus Z.
Khoirotun Nisa
M. Yunus Abdi W.
M. Yacob Ariyono
Mursanti
Mia Anggraeni
Moch Nur Rochman
Nur Fardhatilla
Nur Oktaviana
Nurulia azizah
5
7
7
4
4
7
8
8
7
7
7
10
10
10
8
7
+
+
+
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Terendah
Terendah
Tertinggi
Tertinggi
Tertinggi
28
17
18
19
20
Ulfa Dwi Anggaini
Winda Priatiningsih
Dwi Wahyu R.
Sapto Agung M
7
8
9
9
+
+
+
+
Jumlah
Rata-rata
148
7,4
Dari tabel di atas dapat djelaskan bahwa nilai nta-rata yang dicapai siswa adalah
7,4. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 10, sedangkan nilai terendah yang
dicapai siswa adalah 4. Siswa yang mendapatkan nilai dibawah
6 sejumlah 3 orang yakni 6,9%, yang mencapai nilai 6 ke atas sejumlah 17 atau
93,1%. Waktu yang digunakan pada siklus ketiga ini 70 menit, dan sisa waktu
yang ada digunakan siswa untuk memperbaiki pekerjaannya yang telah dibuat
sebagai tindak lanjut.
d. Refleksi Tindakan Siklus III
Dalam tahap ini penulis bersama teman sejawat guru melakukan analisis terhadap
hasil-hasil yang telah dicapai, kendala dan dampak perbaikan pemebelajaran
terhadap guru dan siswa pada siklus III.
Refleksi dilakukan berdasarkan data yang diperoleh penulis bersama teman
sejawat guru dari : catatan-catatan hasil observasi, hasil evaluasi dalam proses dan
akhir perbaikan pembelajaran. Hasil refleksi III selanjutnya penulis bersama
teman sejawat gunakan sebagai dasar bagi penyusunan RPP untuk ujian PKP.
BAB IV
29
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. A. HASIL PENELITIAN
1. Siklus 1
Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan data prestasi belajar siswa Siklus I
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Prestasi Belajar siswa Siklus I
No Nama SiswaNilai
Siklus IKemampuan
Nilai
Tertinggi/
Terendah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Yulianah
Aris Muhartono
Bagus Saputro
Eko Siyamkuwari S.
Eko Siyamkuwari B.
Francisca Brazillia
Ferina Aiyus Z.
Khoirotun Nisa
M. Yunus Abdi W.
M. Yacob Ariyono
2
6
5
2
2
7
7
8
5
5
-
+
+
-
-
+
+
+
-
-
Terendah
Terendah
Tertinggi
Tertinggi
30
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Mursanti
Mia Anggraeni
Moch Nur Rochman
Nur Fardhatilla
Nur Oktaviana
Nurulia azizah
Ulfa Dwi Anggaini
Winda Priatiningsih
Dwi Wahyu R.
Sapto Agung M
7
9
8
9
8
4
7
7
9
7
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
Jumlah
Rata-rata
124
6,2
Dari data yang ada didapatkan bahwa nilai rata rata prestasi siswa adalah 6,2
dengan nilai tertinggi adalah 9 dan nilai terendah 2 sedangkan nilai yang
dibawah 7 adalah 6 siswa atau 30 persen. Sedangkan jumlah siswa yang
mendapatkan 7 ke atas sebesar 14 siswa atau 70 %.
2. Siklus 2
31
Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan data prestasi belajar siswa Siklus II
sebagai berikut :
Tabel 4.2 Prestasi Belajar siswa Siklus II
No Nama SiswaNilai
Siklus IIKemampuan
Nilai
Tertinggi/
Terendah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Yulianah
Aris Muhartono
Bagus Saputro
Eko Siyamkuwari S.
Eko Siyamkuwari B.
Francisca Brazillia
Ferina Aiyus Z.
Khoirotun Nisa
M. Yunus Abdi W.
M. Yacob Ariyono
Mursanti
Mia Anggraeni
Moch Nur Rochman
4
7
6
4
4
7
7
8
6
7
7
9
9
-
+
+
-
-
+
-
+
+
+
+
+
-
Terendah
Terendah
Terendah
Tertinggi
Tertinggi
Tertinggi
Tertinggi
Tertinggi
32
14
15
16
17
18
19
20
Nur Fardhatilla
Nur Oktaviana
Nurulia azizah
Ulfa Dwi Anggaini
Winda Priatiningsih
Dwi Wahyu R.
Sapto Agung M
9
8
7
7
8
9
9
+
+
-
+
+
+
+
Jumlah
Rata-rata
140
7
Dari data yang ada didapatkan bahwa nilai rata rata prestasi siswa adalah 7,00
dengan nilai tertinggi adalah 9 dan nilai terendah 4 sedangkan nilai yang
dibawah 7 adalah 7 siswa atau 35 persen. Sedangkan jumlah siswa yang
mendapatkan 7 ke atas sebesar 14 siswa atau 65 %.
1. 3. Siklus 3
Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan data prestasi belajar siswa Siklus II
sebagai berikut :
Tabel 4.3 Prestasi Belajar siswa Siklus III
33
No Nama Siswa
Nilai
Siklus
III
Kemampuan
Nilai
Tertinggi/
Terendah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Yulianah
Aris Muhartono
Bagus Saputro
Eko Siyamkuwari S.
Eko Siyamkuwari B.
Francisca Brazillia
Ferina Aiyus Z.
Khoirotun Nisa
M. Yunus Abdi W.
M. Yacob Ariyono
Mursanti
Mia Anggraeni
Moch Nur Rochman
Nur Fardhatilla
Nur Oktaviana
Nurulia azizah
5
7
7
4
4
7
8
8
7
7
7
10
10
10
8
7
+
+
+
-
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Terendah
Terendah
Tertinggi
Tertinggi
Tertinggi
34
17
18
19
20
Ulfa Dwi Anggaini
Winda Priatiningsih
Dwi Wahyu R.
Sapto Agung M
7
8
9
9
+
+
+
+
Jumlah
Rata-rata
148
7,4
Dari data yang ada didapatkan bahwa nilai rata rata prestasi siswa adalah 7,40
dengan nilai tertinggi adalah 10 dan nilai terendah 4 sedangkan nilai yang
dibawah 7 adalah 2 siswa atau 10 persen. Sedangkan jumlah siswa yang
mendapatkan 7 ke atas sebesar 18 siswa atau 90 %.
A. PEMBAHASAN
1. 1. Siklus 1
Berdasarkan hasil pengumpulan data didapatkan bahwa nilai rata rata prestasi
siswa adalah 6,2 dengan nilai tertinggi adalah 9 dan nilai terendah 2 sedangkan
nilai yang dibawah 7 adalah 6 siswa atau 30 persen. Sedangkan jumlah siswa
yang mendapatkan 7 ke atas sebesar 14 siswa atau 70 %.
Dari diatas dapat di ketahui bahwa proses perbaikan pembelajaran belum berhasil
sepenuhnya hal ini bisa diakibatkan karena faktor teknis maupun penguasaan
materi. Dengan kondisi pencapaian prestasi seperti diatas maka tidak tamapk
signifikan perubahannya. Atau proses perbaikan belum berhasi karena salah satu
indikator keberhasilan perbaikan pembelajaran adalah adanya perubahan. Sesuai
dengan pendapat the Liang Gia ( 1989, hal. 15 ) Mengatakan bahwa Prestasi
35
belajar adalah hasil yang dicapai aktifitas yang menghasilkan perubahan-
perubahan tingkah laku dalam individu, baik secara aktual maupun profesional “.
2. Siklus 2
Dari data yang ada didapatkan bahwa nilai rata rata prestasi siswa adalah 7,00
dengan nilai tertinggi adalah 9 dan nilai terendah 4 sedangkan nilai yang
dibawah 7 adalah 7 siswa atau 35 persen. Sedangkan jumlah siswa yang
mendapatkan 7 ke atas sebesar 14 siswa atau 65 %.
Dengan data diatas terjadi perubahan prestasi belajar yang cukup signifikan yatu
dari 6,2 menjadi 7,00. Hal ini sesuai dengan Purwodarminto ( 1987,hal. 254 )
mengatakan bahwa : “ prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai atau
dikerjakan siswa dalam belajar atau usaha untuk memperoleh suatu kepandaian “.
3. Siklus 3
Dari data yang ada didapatkan bahwa nilai rata rata prestasi siswa adalah 7,40
dengan nilai tertinggi adalah 10 dan nilai terendah 4 sedangkan nilai yang
dibawah 7 adalah 2 siswa atau 10 persen. Sedangkan jumlah siswa yang
mendapatkan 7 ke atas sebesar 18 siswa atau 90 %.
Proses perbaikan bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan
demikian maka berdasarkan data diatas maka pembelajaran sudah berhasil Hal in
seuai dengan Winarno Surahmad (1997 : 88) sebagai berikut: “Hasil belajar
adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif
yang diperhatikan adalah menempatkan tingkah laku”. Dapat diartikan bahwa
hasil belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau Perubahan diri seseorang yang
dinyatakan dengan cara bertingkah laku baru berkatpengalaman baru.
Grafik 4.1 Peningkatan Prestasi Belajar dengan Metode JIGSAW
36
BAB V
PENUTUP
1. A. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis maka dapat dibuat kesimpulan bahwa
metode JIGSAW dapat meningkatkan Prestasi Belajar IPA siswa kelas IV
semester II Tahun 2008 SD Negeri Banjarwungu 02 Kecamatan Tarik Kabupaten
Sidoarjo.
1. B. SARAN
1. 1. Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan
mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banjarwungu 02
Kec.Tarik, Kab.Sidoarjo dengan strategi pembelajaran teknik jigsaw, dan pada
Sekolah Dasar pada umumnya.
2. Guru Sekolah Dasar
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banjarwungu 02
Kec.Tarik, Kab.Sidoarjo dengan strategi pembelajaran model jigsaw.
3. Sekolah Dasar
Memberikan bahan masukan dalam rangka pengembangan kurikulum sekolah
agar tidak terpaku dengan cara-cara konvensional yang mapan, namun perlu
disesuaikan dengan perubahan atau inovasi penyalahgunaan proses pembelajaran
yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman. Sebagai sarana untuk
37
mengetahui atau menemukan hambatan dan kelemahan penyalahgunaan dan
mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat
menemukan cara yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sesuai
dengan situasi dan kondisi sekolah.
38
DAFTAR PUSTAKA
Kemp,Jerrold E. 1985. Proses Perancangan Pengajaran. Terjemahan oleh Asril
Marjihan. 1994. Bandung : ITB.
Usman, Moh Uzer & Lilis Setiyawati. 1993 Upaya Optimalisasi kegiatan Belajar
Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
39
Wardani, Wihardit, Noehi Nasoetion. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Winata putra, Udin. Dkk. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud.
Hasan, yusman Basri. 1998. Petunjuk Guru IP. Jakarta ; Depdikbud.
Djahiri, KA. Dan Daniel E. 1997. Petunjuk Guru Iimu Pengetahuan Sosial 3
Untuk Sd Kelas 5, Jakarta : Balai pustaka.
Poppy K. Dewi. Yayat Ibati, ” Tangkas Iimu pengetahuan Alam 4” Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Sumantri, Mulyani, syoodiq, nana 2002 Perkembangan Peserta Didik Jakarta,
Universitas terbuka.
Syamsudin, Abin, Budiman, Nandang, 2002 Profesi Keguruan 2, Jakarta,
Universitas Terbuka.
Wardani, I.G.A.K Wihardi, kusmaya, nasution nochi 2002. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta, Universitar terbuka.
40