ptkjigsow

58
A. JUDUL PTK : Penerapan Metode Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester I Pada Pokok Bahasan Sifat dan Perubahan Wujud Benda di SD Negeri 3 Pohsanten Tahun Pelajaran 2009/2010 B. LATAR BELAKANG Pendidikan IPA di sekolah dasar merupakan salah satu program pembelejaran yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. (Depdiknas 2006). Keberhasilan pembelajaran IPA ditentukan oleh bagaimana guru dalam perencanaan. Pelaksanaan dan menilai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran IPA di sekolah dasar masih ditemukan berbagai masalah antara lain bahwa hasil pembelajaran IPA masih kurang baik sebagai akibat kurang baiknya sistim evaluasi dan 1

Upload: heri-ismanto

Post on 14-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ptk

TRANSCRIPT

A. JUDUL PTK :

Penerapan Metode Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas

IV Semester I Pada Pokok Bahasan  Sifat dan Perubahan Wujud Benda di SD

Negeri 3 Pohsanten Tahun Pelajaran 2009/2010

B. LATAR BELAKANG

Pendidikan IPA di sekolah dasar  merupakan salah satu program pembelejaran

yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar  menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri  dan berbuat sehingga dapat membantu

peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam

sekitar. (Depdiknas 2006).

Keberhasilan pembelajaran IPA ditentukan oleh bagaimana guru dalam

perencanaan. Pelaksanaan dan menilai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar masih ditemukan berbagai masalah antara lain

bahwa hasil pembelajaran IPA masih kurang baik sebagai akibat kurang baiknya

sistim evaluasi dan metode pembelajaran yang monoton tidak bervariasi,

membosankan yang menekankan pada mengingat dan memahami saja.

Sehubungan dengan hal tersebut pembelajaran IPA Pada umumnya hanya pada

pemberian pengetahuan (Kognitip) belum pada apektif dan psikomotor siswa.

Kurang optimalnya pembelajaran IPA ini juga terjadi di SD Negeri 3 Pohsanten

kelas IV tempat penulis melakukan penelitian.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri 3

Pohsanten yaitu Sutrisno, S.Pd. , Secara umum siswa kalau ditanya yang bersifat

hafalan mereka cepat sekali bisa menjawab. Tetapi kalau pertanyaan yang bersifat

pemahaman dan ketrampilan siswa lama sekali menjawab bahkan tidak bisa.

1

Siswa tidak begitu antusias mengikuti pelajaran, hal ini bisa dilihat dari 17 siswa

kelas IV SD Negeri 3 Pohsanten hanya 2 siswa yang mau berinteraksi secara

aktip.  Prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA masih rendah. Pada tahun

pelajaran 2008/2009 nilai rata-rata ulangan harian siswa untuk  pokok bahasan

sifat dan perubahan wujud benda adalah 5,70.

Rendahnya prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA untuk pokok bahasan sifat

dan perubahan wujud benda dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : a)

Kurang aktifnya siswa mengikuti pelajaran, karena siswa kurang tertarik pada cara

penyajian materi yang banyak berpusat pada guru yang menggunakan metode

ceramah. b) Kurangnya kesempatan berinteraksi antara guru dengan siswa, siswa

dengan siswa, Dalam pembelajaran guru banyak memberikan penjelasan. Hal ini

menyebabkan siswa kurang mendapatkan pengalaman belajar dari temannya.

Kepada guru kurang berani menyampaikan, sedangkan dengan temannya belum

ada pembiasaan, sehingga menyebabkan sulitnya berinteraksi. c) Kurangnya

motivasi siswa dalam menyampaikan gagasan, karena guru kurang memberi

penguatan kepada siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya. d) Informasi

yang disampaikan guru saat pembelajaran terlalu cepat sehingga siswa kurang

bisa memaknai dan memahami. e) Kurangnnya waktu yang diberikan kepada

siswa untuk berinteraksi dengan media / sumber belajar / alat peraga.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut memberikan dampak pembelajaran IPA

menjadi kurang menarik, hal ini mempengaruhi menurunnya keaktifan siswa

dalam memahami konsep IPA dalam pembelajaran dan akan berpengaruh pada

prestasi belajar siswa.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar

berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar

suasana kelas lebih hidup. Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw

dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan

budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong. Upaya

2

peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat

pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas

perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model

pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk

berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi

belajar yang optimal, (Emildadiany 2008).

Berdasarkan uraian di atas agar prestasi belajar siswa dapat meningkat maka

penulis tertarik melakukan penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan

atau menerapkan metode JIGSAW dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan

sifat dan perubahan wujud benda di kelas IV SD Negeri 3 Pohsanten. Untuk

menerapkan metode JIGSAW  ini penulis meminta bantuan Guru kelas VI

maupun Kepala Sekolah SD Negeri 3 Pohsanten menganalisis dan

menindaklanjuti agar pembelajaran IPA menjadi lebih baik sehingga prestasi

belajar siswa kelas VI semester I SD Negeri 3 pohsanten meningkat.

B . RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang maka penelitian ini dilakukan dengan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah penerapan metode JIGSAW dapat meningkatkan prestasi belajar

IPA Siswa Kelas IV semester I pada pokok bahasan  sifat dan perubahan

wujud benda di SD Negeri 3 Pohsanten Tahun Pelajaran 2009/2010 ?

C.  TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah penerapan metode JIGSAW dapat

meningkatkan prestasi belajar IPA Siswa Kelas IV semester I pada pokok

3

bahasan  sifat dan perubahan wujud benda di SD Negeri 3 Pohsanten

Tahun Pelajaran 2009/201

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Siswa

Bagi siswa, penelitain ini melatih siswa untuk berpartisipasi dan berinteraksi

secara aktip dalam peroses pembelajaran baik antara siswa denang siswa maupun

siswa dengan guru, dan meningkatkan prestasi belajar siswa

1. Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan

mata pelajaran IPA Siswa Kelas IV semester I pada pokok bahasan  sifat dan

perubahan wujud benda di SD Negeri 3 Pohsanten Tahun Pelajaran 2009/2010

dengan strategi pembelajaran teknik jigsaw, dan pada Sekolah Dasar pada

umumnya.

1. Guru Sekolah Dasar

Penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam mengajarkan dan menambah

pengetahuan dan wawasan guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mata

pelajaran  IPA Siswa Kelas IV semester I pada pokok bahasan  sifat dan

perubahan wujud benda di SD Negeri 3 Pohsanten dengan strategi pembelajaran

model jigsaw.

1. Sekolah Dasar

intuisi yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dijadikan masukan dalam upaya

meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan melalui penerapan metode Jigsaw

dalam mata pelajaran IPA.

BAB II

4

KAJIAN PUSTAKA

A.  PRESTASI BELAJAR

1. 1. Pengertian Prestasi belajar

Menurut the Liang Gia ( 1989, hal. 15 ) Mengatakan bahwa: Prestasi belajar

adalah hasil yang dicapai aktifitas yang menghasilkan perubahan-perubahan

tingkah laku dalam individu, baik secara aktual maupun profesional “.

Sedangkan Purwodarminto ( 1987,hal. 254 ), mengatakan bahwa : “ prestasi

belajar adalah suatu hasil yang dicapai atau dikerjakan siswa dalam belajar atau

usaha untuk memperoleh suatu kepandaian “.

Belajar sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar.Karena prestasi itu

sendiri merupakan hasil belajar itu biasanya dinyatakan dengan nilai. Menurut

Winarno Surahmad (1997 : 88) sebagai berikut: “Hasil belajar adalah hasil dimana

guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif yang diperhatikan

adalah menempatkan tingkah laku”. Dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah

suatu bentuk pertumbuhan atau Perubahan diri seseorang yang dinyatakan dengan

cara bertingkah laku baru berkatpengalaman baru.

Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa prestasi belajar adalah

suatu hasil belajar yang dicapai dalam aktifitas untuk mendapat suatu kepandaian

atau sebuah tingkah laku yang lebih baik.

1. 2. Faktor-faktor yang dapat mempengarui prestasi belajar

Telah dikatakan bahwa Prestasi belajar adalah suatu hal atau proses yang

menimbulkan suatu perubahan tingkah laku atau kecakapan belajar sebagai suatu

proses yang aktifitasnya dibebani oleh banyak sekali hal-hal yang berkaitan

dengan perstasi belajar tersebut. Karena itu untuk memudahkan pembicaraan

5

penulis akan mengklasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar,

sebagai berikut A) Faktor dari dalam individu (Fisik) a) Pusat susunan saraf

tidak berkembang secara sempurna b) Panca indra tidak berfungsi atau sakit c)

Kurang seimbang dalam perkembangan dan reproduksi d) Berfungsinya kelenjar

tubuh membawa kelainan tingkah laku e) Cacat atau perkembangan kurang

sempurna f) Penyakit menahun (Kelemahan secara mental) Seperti a)Taraf

kecerdasannya atau intelegensinya kurang b) Kurang minat dan bakat, kurang

usaha, kurang kreatifitas c) Kurang menguasai pelajaran d) Kebutuhan kurang

terpenuhi (Kelemahan emosional) a) Suasana hati tadak tentram. b) Tedak dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan c) Tercekam rasa pobia (rasa takut), benci

dan antipati (Kelemahan sikap dan kebiasaan yang salah) a) Kurang minat

dalam kegiatan sekolah b) Menghindari tanggung jawab c) Bersifat malas belajar

dan kurang disiplin (Faktor dari luar individu) antara lain a) Lingkungan

sekolah dan lingkungan sosial b) Buku sumber tidak sesuai dengan kurikulum c)

Sistem pemgajaran, penilaian tidak sesuai d) Terlalu berat beban belajar  e)

populasi kelas terlalu banyak f) masalah teman sebaya g) Kelemahan kondisi

keluarga h) Terlalu banyak kegiatan di luar  i) keterbatasan tenaga guru j) Motifasi

external kurang

B.  METODE  JIGSAW

1. Definisi jigsaw

Modal jigsaw adalah suatu teknik belajar kelompok yang digambarkan sebagai

berikut : (a) satu kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil banyaknya

anggota kelompok disesuaikan dengan banyaknya masalah / problem yang

ditawarkan guru. Kelompok-kelompok ini disebut dengan home group, (b) setiap

anggota home group diberi problem yang berbeda-beda, tapi masing-masing home

group diberi persoalan yang sama. Dengan batasan waktu tertentu masing-masing

anggota menyelesaikan problem secara individu, (c) anggota home group akan

6

berpencar dan membentuk kelompok baru yang membawa persoalan sama.

Kelompok ini disebut expert group ( kelompok ahli ). Di kelompok inilah mereka

berdiskusi untuk menyamakan persepsi atas jawaban mereka, dan (d) setelah

selesai mereka kembali ke home group dan anggota-anggota akan

mensosialisasikan hasil / jawaban dari kelompok ahli.

Teknik jigsaw merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang

dilaksanakan di sekolah-sekolah. Menurut suryanto (1999) pembelajaran

kooperatif adalah salah satu jenis belajar kelompok dengan kekhususan sebagai

berikut: (a) kelompok terdiri atas anggota yang heterogen, (b) ada ketergantungan

positif diantara  anggota kelompok, karena masing-masing individu memiliki rasa

tanggung jawab, (c) kepemimpinan dipegang bersama, (d) giri mengamati kerja

kelompok dan melakukan interversi bila perlu, dan, (e) setiap anggota kelompok

harus siap menyajikan hasil kerja kelompok. Dari kelima kekhususnya tersebut,

juga dimiliki oleh karakteristik dari teknik jigsaw.

2. Karakteristik Pelaksanaan Teknik jigsaw

a. Tinjaun Kurikulum

Tujuan Teknik jigsaw Relevansi pada kurikulum

A

Memperkaya variasi teknik

pembelajaran

Pemilihan pendekatan/ metode,

Media dan simber belajar

hendaknya disesuaikandengan

karakteristikmateri

BMemupuk rasa ketergantungan

positif dalam kelompok

Strategi yang melibatkan siswa

aktif belajar baik secara mental,

fisik ataupun sosial.

C Memberi kesempatan berlatih

memahami konsep dengan teman-

7

temannya

DBerlatih menyampaikan informasi

kepada temannya

Sikap kritis, terbuka dan konsisen

1. b. Tinjauan Praktik

Secara pratek keberhasilan dan kegagalan belajar dapat dilihat dari nilai yang

diperoleh siswa. Ditijau dari komponen-komponen penilaian, hampir seluruhnya

diambil dari faktor kognitif siswa. Sebaiknya penerapan jigsaw bertujuan tidak

hanya melatih kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotor.

Menurut Ibrahim (2000) bahwa manfaat pembelajar kooperatif termasuk teknik

jigsaw:(1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas,(2) menghargai diri

menjadi lebih tinggi,(3) memperbaiki sikap terhadap metematika.(4) meperbaiki

kehadiran,(5) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar,(6)

prilaku mengganggu lebih kecil,(7) konflik antar pribadi berkurang dan (8)

meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Untuk mengukur kemajuan belajar siswa tersebut, tampaknya pedoman penilaian

untuk rapot belumdapat mencakup semua aspek secara keseluruan satu-satunya

peluang untuk memasukkan nilai kemajuan belajar siswa dari hasil pengamatan

teknikjigsaw adalah nilai tugas. Bila diperhatikan rumus-rumus tadi, peranan nilai

tugas sangat kecil,sehingga kemajuan-kemajuan belajar yang bukan bersifat

kegnitif cenderung diabaikan pada penilaian rapot.

c. Tinjauan Pengalaman

Pelaksanaan teknik jigsaw pada tahap ini sangat sukar. Tidak semua pokok bahasa

dapat dengan mudah disajikan dengan menggunakan teknik ini, sebab,pokok

bahasa tersebut dapat dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang setara, padahal

materi, Matematika kebanyakan bersifat hierarki. Beberapa prilaku siswa yang

menjadi pada saat prosespembelajaran antara lain:(a) motivasi belajar lebih tinggi,

8

(b) kepedulian terhadap teman meningkat,(c) memperbaiki kehadiran,(d) berusaha

sampai dapat memahami tugasnya,dan(e)sedikit demi sedikit mau membuka diri.

Setelah akhir pembelajaran dilakukan ulangan,harian yang ternyata hasilnya

menunjukkan nampak pada peningkatan yang signfikan jika dibanding dengan

pembelajaran klasikal.

3. Tahap Pemantapan / Drill

Pada tahap ini, pelaksanaan jisaw lebih sering dilakukan karena guru lebih mudah

merencanakan problem-problem (kuis). Siswa memiliki informasi selain itu,

motifasi siswa cukup tinggi karena mereka akan manghadapi ulangan harian.

Pelasanaan teknik jigsaw pada tahap ini siswa lebih aktif, hal ini dapat dilihat dari

meningkatkan  frekuensi siswa yang berinteraksi dengan sesamaketerbukaan

siswa juga semakin meningkat, misalnya ada siswa yang mengetahui bahwa

dirinya salah. Meningkatnya kepercayaan dirisiswa juga ada. Hal ini terbukti

dengan adanya siswa yang berani menyalahkan hasil kerja siswa lain. Suasana

kerjasama betul-betul tampak saling membantu dan hasil ulangan harian terbukti

ada peningkatan

Sifat dan perubahan wujud benda

D. TINJAUAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Dalam penelitian ini peneliti merujuk pada penelitian yang sudah dilakukan oleh

beberapa tenaga pendidikan yang menggunakan metode JIGSAW dalam

perbaikan pembelajaran salah satunya adalah Martiningsih (2006) di SMA Negeri

1 Padang Panjang Kelas XI, dalam penelitian tindakan kelas tersebut disimpulkan

bahwa Penggunaan metode JIGSAW akan meningkatkan minat dan motivasi

belajar sehingga akan meningkatkan prestasi belajar.

E. KERANGKA BERFIKIR

Proses belajar mengajar pada bidang studi IPA merupakan transformasi

pengetahuan yang memerlukan strategi khusus sehingga, proses tranformasi

9

pengetahuan bisa berhasil dengan baik. Pembelajaran bidang studi IPA 

memerlukan analisis yang lebih di bandingkan dengan bidang studi lain sehingga

strategi pembelajarannya harus sesuai.

Berdasarkan logika seperti itu maka, sangatlah sesuai jika dalam pembelajaran ini

menggunakan Metode JIGSAW. Yaitu sebuah metode yang merupakan bagian

dari Cooperatif learning.

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A.  SUBJEK PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas untuk pelajaran IPA dilaksanakan pada siswa kelas IV

SDN Banjarwungu 02 Kec.Tarik, Kab.Sidoarjo.

Jadwal pelaksanaan pelajaran untuk setiap mata pelajaran adalah sebagai berikut :

No Hari/Tgl Jam Waktu Siklus Pengamat

1

Selasa

15 April 2008I, II 07.00-08.10 I M. Hadi Sartono, S.Pd

2

Selasa

22 April 2008I, II 07.00-08.10 II M. Hadi Sartono, S.Pd

3

Selasa

29 April 2008I, II 07.00-08.10 III M. Hadi Sartono, S.Pd

Terlaksananya siklus 1,2 dan 3 dengan bantuan teman sejawat yang berasal dari

temuan pengamat berada di kelas saat proses pembelajaran berlangsung dengan

10

tujuan untuk mengetahui proses KBM yang telah direncanakan bersama

sebelumnya.

Dengan banyak metode yang digunakan guru terlihat perubahan yang sangat baik.

Adanya peningkatan dari materi pribadi siswa hingga rata-rata kelasnya.

B.  PROSEDUR PENELITIAN

Rencana perbaikan pembelajaran ini adalah penelitian tindakan kelas dengan

pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

melihat rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, sedangkan

pendekatan kuantitatif untuk melihat kemampuan siswa setelah mengikuti

pembelajaran.

Rencana perbaikan pembelajaran pada laporan ini meliputi 3 siklus. Rencana

perbaikan pembelajaran IPA yang dimaksud adalah penggunaan alat peraga IPA

dalam meningkatkan pembelajaran tentang Energi dan Perubahannya melalui

metode bervariasi. Kegiatan ini dimulai dengan menyusun skenario peningkatan

pembelajaran tentang Energi dan Perubahannya melalui metode bervariasi.

Adapun perencanaan langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh sebagai

berikut :

1.   Siklus I

a.   Perencanaan

Tabel 3.1. Rencana Pelaksanaan Tindakan Perbaikan.

Tahap Fokus Kegaitan Guru Kegiatan Siswa

Kegiatan

awal

Memotivasi

siswa dan

apersepsi

1. Membuka

pelajaran

2. Mengaitkan topik

dengan

Merespon apa yang

disampaikan guru

Menjawab

11

pengetahuan. Awal

siswa dengan cara

tanya-jawab

3. Menyampaikan

tujuan dan

langkah-langkah

pembelajaran

4. Menyampaikan

gambaran inti

pembelajaran

pertanyaan guru

Memperhatikan

penjelasan guru

Memperhatikan

penjelasan

Kegiatan

Inti

pembelaja-

ran

Meningkatkan

kemampuan

tentang energi

dan

perubahannya

1. Siswa menyimak

penjelasan guru

tentang energi

dengan alat peraga.

2. Memberi

kesempatan siswa

untuk bertanya dan

menjawab

3. Secara kelompok

siswa mengamati

alat peraga IPA

yang sesuai dengan

materi dengan

mengerjakan LKS.

4. Guru membimbing

siswa untuk

menyamakan

persepsi

5. Secara individual

Memperhatikan

penjelasan guru

Siswa bertanya dan

dijawab atau

direspon siswa

yang lain

Siswa berkelompok

mengerjakan LKS

sambil mengamati

alat peraga.

Secara kelompok

menyampaikan

hasil diskusi dan

ditanggapi

kelompok lain.

Siswa

melaksanakan

tugas dari guru

Siswa

12

siswa mengerjakan

LKS

memperhatikan

Kegiatan

akhir

Memantapkan

pemahaman

siswa

1. Mengevaluasi

kemampuan siswa

2. Menugasi siswa

membuat alat

peraga tiruan

sesuai materi

Secara individu

siswa mengerjakan

tes formatif

Menilai sendiri

hasil tes

pemahaman-nya

dengan dibimbing

guru

Siswa membuat

b.   Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan pada siklus I sampai dengan siklus III diamati oleh

seorang supervisor dan dua (2) orang pengamat sebagai mitra atau teman sejawat.

Dipilihnya dua orang pengamat ini karena keduanya sama-sama melaksanakan

perbaikan pembelajaran sehingga sudah saling memahami tugasnya sebagai

pengamat. Selama pelaksanaan tindakan teman sejawat melakukan pengamatan

mulai perencanaan, pelaksanaan awal sampai akhir pembelajaran dan hasil

pembelajaran setiap siklusnya. Pengamat melakukan pencatatan dan pengamatan

pada pelaksanaan tindakan, dibagi menjadi tiga tahap yakni tahap awal. Tahap

inti, dan tahap akhir pembelajaran. Pencatatan dilakukan pada lembar observasi

yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Pelaksanaan yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran IPA tentang Energi

dan Perubahannya pada siklus I adalah sebagai berikut ini.

Kegiatan guru pada tahap awal, adalah : (1) Membuka pelajaran. (2) Mengaitkan

topik dengan pengetahuan awal siswa dengan cara tanya jawab. (3)

Menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran. (4) Menyampaikan

13

gambaran inti pembelajaran. Adapun kegiatan siswa adalah : (1) Merespon apa

yang disampaikan guru. (2) Menjawab pertanyaan guru. (3) Memperhatikan

penjelasan tentang tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan diikuti.

(4) Memperhatikan penjelasan gurumenyampaikan gambaran inti pembelajaran.

Tindakan guru pada kegiatan inti adalah : (1) Mendemontrasikan alat peraga

sesuai dengan materi. (2) Menugasi siswa menyimak penjelasan guru tentang

Energi / gaya tarikan dan dorongan dapat merubah gerak. (3) Memberi

kesempatan siswa untuk bertanya dan menjawab. (4) Secara kelompok siswa

mengamati alat peraga terus mengerjakan LKS. (5) Guru membimbing siswa

untuk menyamakan persepsi hasil pekerjaan LKS nya. (6) Secara individual siswa

menunjukkan bahwa gaya tarikan dan dorongan dapat mengubah gerak. (7) Guru

menyimpulkan materi pelajaran. Sebaliknya, kegiatan siswa

Pada tahap inti adalah : (1) Siswa memperhatikan guru dalam memperagakan

gerak. (2) Menyimak penjelasan guru. (3) Siswa bertanya dan dijawab atau

direspon siswa yang lain. (4) Siswa berkelompok mengerjakan LKS sambil

mengamati peraga IPA. (5) Secara kelompok menyampaikan hasil diskusi dan

ditanggapi kelompok lain. (6) Secara individu siswa melaksanakan tugas guru. (7)

Siswa memperhatikan

Tindakan guru pada kegiatan akhir adalah : (1) Mengevaluasi kemampuan siswa.

(2) Menugasi siswa membuat peraga yang sederhana sesuai materi. Sebaliknya

kegiatan siswa pada tahap akhir adalah : (1) Secar individu siswa mengerjakan tes

formatif. (2) Dengan bimbingan guru siswa menilai sendiri hasil tes

pemahamannya tentang gaya, tarikan dan gaya dorongan dapat merubah arah

gerak. (3) Membuat peraga sederhana sesuai materi sebagai tindak lanjut.

Penerapan metode bervariasi pada kegiatan awal tampak pada saat guru

mengadakan aperpepsi dengan cara bertanya jawab mengaitkan topik dengan

pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan “Siapa yang pernah mendorong

gerobak?, Siapa yang pernah menarik pohon?” Siswa nampak antusias menjawab,

hanya tiga orang yang tidak menjawab. Siswa yang mengajungkan tangannya

14

hampir semua kegiatan berikutnya guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah

pembelajaran guru belum disampaikan dan menyampaikan gambaran inti

pembelajaran. Siswa tampak memperhatikan dan antusias.

Pelaksanaan tindakan pada kegiatan inti ini waktunya kurang. Dimulai dengan

memasang alat peraga. Anak sangat antusias sehingga banyak yang maju

menggerombol didepan untuk mengamati sambil bertanya-tanya pada guru.

Semua siswa diberi kesempatan untuk mengamati alat peraga setelah siswa

kembali ke tempat duduk barulah penulis melanjutkan dengan menugasi siswa

untuk menyimak penjelasan guru tentang materi. Tindakan berikutnya adalah

memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan

temannya, namun sampai kurang lebih lima menit hanya dua anak yang bertanya.

Sebelum guru menjawab, pertanyaan disuruh menjawab temannya yang bisa,

namun hanya beberapa anak yang mau menjawabnya.

Pada saat berkelompok rmengerjakan LKS sambil mengamati alat peraga siswa

tampak masih canggung bekerjasama dengan temannya. Masih malu-malu dan

tidak bermusyawarah dalam mengerjakan tugas. Pada saat penyampaian hasil

diskusi kelompok siswa belum berinteraksi,    belum   ada    pembagian   tugas  

siapa   yang   bertugas menyampaikan hasil pengerjaan LKS, mereka saling

menunjuk sehingga memakan waktu yang lama. Pada kegiatan siswa secara

individual ditugasi menyebutkan pengaruh dorongan dan tarikan semakin

memakan waktu yang banyak karena siswa tampak rnalu-malu untuk ke depan.

Kegiatan inti diakhiri dengan menyimpulkan materi pembelajaran, di sini siswa

memperhatikan.

Pelaksanaan tindakan pada kegiatan akhir, siswa secara individu mengerjakan tes

formatif. Siswa tampak tergesa-gesa karena karena waktunya memang sudah

habis, dan menginjak waktu istirahat. Sehingga kegiatan menilai pekerjaan sendiri

belum terlaksana.

15

c.   Pengumpulan data

Keberhasilan tindakan ini berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan

tindakan dan sesudah tindakan dilaksanakan. Teman sejawat mengamati perilaku

guru dan siswa. Adapun aspek yang diperhati adalah keterlibatan guru dan siswa

selama proses pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan

kegiatan akhir. Sebagaimana yang dijelaskan di depan bahwa hasil pengamatan

pada tahap kegiatan awal yang belum berhasil adalah pelaksanaan tanya jawab

penjelasan langkah-langkah pembelajaran perlu disampaikan.

Pada tahap kegiatan inti indikator yang belum berhasil adalah kegiatan

mendemontrasikan alat peraga kegiatan bcrtanya jawab, diskusi kelompok,   

kegiatan    penyamaan    persepsi,   dan    kegiatan individual menunjuk gaya

dorong dan tarik  indikator tersebut sudah terlaksana namun belum berhasil.

Untuk kegiatan akhir menilai pekerjaan sendiri dan mmebuat daftar gerak benda

sebagai tindak lanjut belum terlaksana karena waktunya habis. Dari hasil diskusi

ada 9  indikator yang  belum berhasil.  Sehingga dapat  dikatakan bahwa

keberhasilan guru baru 4 indikator dari 13 indikator yang direncanakan atau 37%,

Adapun  keberhasilan  siswa   dalam tes formatif sebagaimana dipaparkanberikut

ini.

Tabel 3.2. Hasil Tes Formatif Siklus I

No Nama SiswaNilai

Siklus IKemampuan

Nilai

Tertinggi/

Terendah

1 Yulianah 2 - Terendah

16

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

Aris Muhartono

Bagus Saputro

Eko Siyamkuwari S.

Eko Siyamkuwari B.

Francisca Brazillia

Ferina Aiyus Z.

Khoirotun Nisa

M. Yunus Abdi W.

M. Yacob Ariyono

Mursanti

Mia Anggraeni

Moch Nur Rochman

Nur Fardhatilla

Nur Oktaviana

Nurulia azizah

Ulfa Dwi Anggaini

Winda Priatiningsih

Dwi Wahyu R.

6

5

2

2

7

7

8

5

5

7

9

8

9

8

4

7

7

9

+

+

-

-

+

-

+

+

+

+

+

-

+

+

-

+

+

+

Terendah

Tertinggi

Tertinggi

17

20 Sapto Agung M 7

Jumlah

Rata-rata

124

6,2

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah

6,2. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 9, sedangkan nilai terendah yang

dicapai siswa adalah 2. Siswa yang mendapatkan nilai dibawah 6 sejumlah 7

Orang yakni 36,7%, yang mencapai nilai 6 ke atas sejumlah 63,3%.

d.   Refleksi Tindakan siklus pertama

Agar semua siswa mau menjawab pertanyaan, guru perlu memberi penguatan dan

memberi saran pada siswa untuk berlatih mengungkapkan gagasannya, jika

pertanyaannya salah akan dibantu memperbaikinya. Bila perlu siswa diberi

kesempatan menuliskan pertanyaan sebelum dilisankan. Demikian juga penjelasan

langkah-langkah pembelajaran perlu disampaikan, karena siswa akan tahu

kegiatan berikutnya tanpa menunggu informasi dari guru.

Pada kegiatan inti pembelajaran ada beberapa indikator yang belum berhasil

yakni: kegiatan membuat daftar gerak benda. Agar siswa   tidak ramai berbicara

sendiri   guru   sebaiknya menyediakan fotokopi lembar kerja yang memuat daftar

gerak benda bagi yang belum punya sehingga sebelum ditugasi siswa

memperagaka, siswa bisa mengamati di tempat duduknya. Demikian juga pada

saat anak diberi kesempatan bertanya dan menjawab pertanyaan temannya kurang

berhasil, karena hanya beberapa anak yang mau bertanya. Agar semua siswa mau

bertanya atau menjawab pertanyaan temannya karena belum terbiasa, sebaiknya

diberi kesempatan untuk menuliskan pertanyaan atau jawaban pertanyaan teman.

Pada saat kerja kelompok sebaiknya sebelum mulai dijelaskan perlunya kerja

kelompok dan pembagian tugas dari masing-masing anggota kelompok. Saat

18

siswa ditugasi menunjuk agar siswa siap menunjuk pada peta di papan tulis, siswa

diberi kesempatan mengamati LKS yang dibagikan sebelumnya sehingga siswa

tidak takut salah.

Untuk kegiatan akhir menilai sendiri hasil tes perlu dilaksanakan karena selain

melatih kejujuran siswa juga akan mengurang tugas guru apabila siswa sudah

terlatih.

Siklus 2

a.   Perencanaan

Berdasarkan refleksi siklus pertama dilaksanakan tindakan perbaikan

pembelajaran IPA tentang pengaruh gaya dorong dan tarikan pada gerak suatu

benda pada siklus II. Kegiatannya adalah sebagai berikut ini. Kegiatan guru pada

tahap awal, adalah 1)  Membuka pelajaran. 2)  Mengaitkan topik dengan

pengetahuan awal siswa dengan tanya jawab. 3)  Menyampaikan tujuan dan

langkah-langkah pembelajaran. 4)  Menyampaikan gambaran inti pembelajaran.

Adapun kegiatan awal siswa adalah: 1)  Merespon apa yang disampaikan guru. 2)

Menjawab pertanyaan guru. 3)  Memperhatikan penjelasan tentang tujuan dan

langkah-langkah pembelajaran yang akan diikuti. 4)  Memperhatikan penjelasan

guru menyampaikan gambaran inti pembelajaran.

Tindakan perbaikan pada kegiatan inti adalah 1)  Mendemontrasikan dengan alat

peraga hal gaya. 2)  Menugasi siswa menyimak penjelasan guru tentang pengaruh

gaya dorong dan tarikan pada gerak benda pada alat peraga. 3)  Memberi

kesempatan siswa untuk bertanya dan menjawab.4)  Secara kelompok siswa

mengamati alat peraga / demontrasi guru mengerjakan LKS. 5)  Guru

membimbing siswa untuk menyamakan persepsi hasil pekerjaan LKS nya. 6) 

Secara individual siswa menunjukkan hasil pekerjaannya. 7)  Guru menyimpulkan

materi pelajaran. Sebaliknya, kegiatan siswa pada tahap inti adalah : 1)  Siswa

memperhatikan demontrasi guru dengan alat peraga. 2) Menyimak penjelasan

guru. 3) Siswa bertanya dan dijawab atau direspon siswa lain. 4) Siswa

19

berkelompok mengerjakan LKS sambil mengamati alat peraga. 5)  Secara

kelompok menyampaikan hasil diskusi dan ditanggapi kelompok lain. 6) Secara

individu siswa melaksanakan tugas guru. 7) Siswa memperhatikan.

Tindakan guru pada kegiatan akhir adalah : 1)  Mengevaluasi kemampuan siswa.

2)  Menugasi siswa untuk mendemontrasikan gaya dengan alat peraga. Sebaliknya

kegiatan siswa pada tahap akhir adalah: 1) Secara individu siswa mengerjakan tes

formatif. 2) Dengan bimbingan guru siswa menilai sendiri hasil tes

pemahamannya tentang pengaruh gaya dorongan dan gaya tarikan dapat merubah

gerak benda. 3) Mengerjakan LKS / tugas yang diberikan guru.

b.   Pelaksanaan

Penerapan metode bervariasi pada kegiatan awal tampak pada saat guru

mengadakan apersepsi dengan cara bertanya jawab mengaitkan topik dengan

pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan. “Kalian tentunya masih ingat inti

pembelajaran minggu lalu. Jawablah pertanyaan berikut ini, dengan cara

mengacungkan tangan. Bila bola ditendang apa yang terjadi pada bola tersebut?

Apa nama gerakannya? Siswa tampak berebut akan menjawab, saya, saya sambil

mengacungkan tangan. Guru menunjuk siswa yang akan mengacungan tangan

paling awal. Guru tampak mengamati siswa yang mengacungkan tangan lebih

dahulu. Guru mengacungkan ibu jarinya ketika siswa menjawab benar, untuk

penguatan, dan tampaknya memotivasi siswa untuk menjawab pertanyaan secara

lisan. Kegiatan berikutnya guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah

pembelajaran dan menyampaikan gambaran inti pembelajaran. Siswa tampak

memperhatikan, terlihat dari komentar anak setelah ini diskusi untuk mengerjakan

LKS, ya Bu?

Pelaksanaan tindakan pada kegiatan inti dimulai oleh guru dengan membagikan

lembar LKS kepada semua siswa. Kemudian guru mendemonstrasikan alat peraga

sesuai materi sambil mengatakan bahwa LKS itu nanti dikerjakan tapi perhatikan

20

dulu alat peraga ini. Sambil mengamati ada anak yang pekerjaannya kepada

temannya serta memperhatikan guru. Setelah waktu yang diberikan habis siswa

disuruh memperhatikan guru menjelaskan tentang nama gerak suatu benda dan

gaya dorong / tarik Tindakan berikutnya adalah memberi kesempatan pada siswa

untuk bertanya dan menjawab pertanyaan temannya. Mula-mula ada lima anak

yang bertanya. Guru menawarkan kepada anak lain untuk menjawabnya sebelum

guru memantapkan jawaban. Guru menyarankan agar tidak khawatir salah

bertanya, pertanyaan ditulis dulu di buku. Saran guru diperhatikan, hal itu terlihat

ada lagi siswa yang bertanya dengan membaca dari buku. Sebelum kerja

kelompok mengerjakan LKS, guru menjelaskan gunanya kerja kelompok. cara

kerja kelompkok yang baik, pembagian tugas masing-masing anggota kelompok

namun siswa masih malu-malu. Hal ini tampak pada saat penyampaian hasil

diskusi kelompok belum ada pembagian tugas siapa yang bertugas menyampaikan

hasil pengerjaan LKS, mereka masih saling menunjuk. Saat kerja kelompok

mereka sudah mulai berinteraksi. Pada kegiatan siswa secara individual ditugasi

menunjuk gaya dorong itu yang bagaimana, siswa sudah tampak berani. Hal ini

guru menggunakan strategi pertanyaan dibacakan, siswa mengamati alat peraga

yang  dipegangnya, bila sudah ketemu mengacungkan tangan. Kegiatan inti

diakhiri dengan menyimpulkan materi pembelajaran, di sini siswa

memperhatikan.

Pelaksanaan tindakan pada kegiatan akhir siswa secara individu mengerjakan tes

formatif. Siswa tampak aktif sesuai dengan waktu yang direncanakan. Selanjutnya

siswa dibimbing untuk menilai sendiri hasil tesnya. Di sini siswa ramai karena

belum terbiasa dan setiap ada perbedaan jawaban meskipun maksudnya sama

selalu ditanyakan kepada guru, sehingga belum tuntas dan guru masih harus

memeriksa lagi. Sebagai tindak lanjut guru menugasi untuk mengerjakan LKS.

c.   pengumpulan data

Keberhasilan tindakan ini berdasarkan. hasil pengamatan selama pelaksanaan

tindakan dan sesudah tindakan dilaksanakan. Teman sejawat mengamati perilaku

21

guru dan siswa. Adapun aspek yang diamati adalah keterlibatan guru dan siswa

selama proses pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan

kegiatan akhir.

Berdasarkan diskusi hasil pengamatan, tindakan pada tahap kegiatan awal ini yang

belum berhasil adalah penjelasan langkah-langkah pembelajaran. Penjelasan

langkah-langkah pembelajaran belum disampaikan secara rinci dan jelas. Ini

tampak setiap kali selesai satu langkah kegiatan siswa masih diam menunggu

perintah dari guru.

Pada tahap kegiatan inti indikator yang belum berhasil adalah kegiatan

bertanyajawab, baru sekitar 50% siswa yang aktif terlibat diskusi kelompok,

kegiatan penyamaan persepsi.

Untuk kegiatan akhir tindakan yang belum berhasil adalah kegiatan siswa menilai

pekerjaan sendiri. Dari hasil diskusi ada 5 indikator yang belum berhasil.

Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan guru baru 9 indikator dari 13

indikator yang direncanakan, atau 69,2%.

Adapun keberhasilan siswa dalam tes formatif sebagaimana dipaparkan berikut

ini.

Tabel 3.3. Hasil Tes Formatif Siklus II

No Nama SiswaNilai

Siklus IIKemampuan

Nilai

Tertinggi/

Terendah

1

2

3

Yulianah

Aris Muhartono

Bagus Saputro

4

7

6

-

+

+

Terendah

Terendah

Terendah

22

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Eko Siyamkuwari S.

Eko Siyamkuwari B.

Francisca Brazillia

Ferina Aiyus Z.

Khoirotun Nisa

M. Yunus Abdi W.

M. Yacob Ariyono

Mursanti

Mia Anggraeni

Moch Nur Rochman

Nur Fardhatilla

Nur Oktaviana

Nurulia azizah

Ulfa Dwi Anggaini

Winda Priatiningsih

Dwi Wahyu R.

Sapto Agung M

4

4

7

7

8

6

7

7

9

9

9

8

6

7

8

9

9

-

-

+

-

+

+

+

+

+

-

+

+

-

+

+

+

+

Tertinggi

Tertinggi

Tertinggi

Tertinggi

Tertinggi

Jumlah 140

23

Rata-rata 7

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah

7. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 9, sedangkan nilai terendah yang

dicapai siswa adalah 4. Siswa yang mendapatkan nilai dibawah 6 sejumlah 3

orang yakni 6,9% yang mencapai nilai 6 ke atas sejumlah 17 atau 93,1%.

d.   Refleksi Tindakan siklus kedua

Agar semua siswa aktif dan tidak selalu menunggu perintah guru, penjelasan

langkah-langkah pembelajaran perlu disampaikan, agar siswa tahu kegiatan

berikutnya tanpa menunggu informasi dari guru.

Pada kegiatan inti pembelajaran ada beberapa indikator yang belum berhasil

yakni: pada saat anak diberi kesempatnn bertanya dan menjawab pertanyaan

temannya. belum semua anak aktif. Agar semua aktif sebaiknya bagi anak yang

sulit mengungkapkan pertanyaan secara langsung disarankan bagi yang tidak

bertanya, tugasnya menjawab pertanyaan temannya. Pada saat kerja kelompok

pembagian tugas dari masing-masing anggota kelompok perlu ditegaskan. Yang

menjadi ketua perlu dicatat oleh guru sehingga saat melaporkan hasil tidak saling

menunjuk sehingga langkah ini waktunya panjang.

Untuk kegiatan akhir menilai sendiri hasil tes perlu dilaksanakan karena selain

melatih kejujuran siswa juga akan mengurangi tugas guru apabila siswa sudah

terbiasa melakukannya. Waktu yang dipakai untuk tindakan siklus kedua sudah

sesuai dengan rancangan tepat 70 menit.

3.  Siklus 3

24

a. Perencanaan

Dengan memperhatikan refleksi siklus kedua penulis melakukan tindakan

perbaikan pembelajaranIPA tentang gaya dorongan dan gaya tarikan dapat

merubah gerak suatu benda pada siklus ketiga. Adapun pelaksanaannya

sebagaimana terurai berikut ini. Kegiatan guru pada tahap awal, adalah: 1)

Membuka pelajaran. 2) Mengaitkan topik dengan pengetahuan awal siswa dengan

cara tanya jawab. 3). Menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran.

4). Menyampaikan gambaran inti pembelajaran. Adapun kegiatan siswa adalah :

1) Merespon apa yang disampaikan guru. 2) Menjawab pertanyaan guru 3)

Memperhatikan penjelasan tentang tujuan dan langkah-langkah pembelajaran

yang akan diikuti. 4) Memperhatikan penjelasan guru menyampaikan gambaran

inti pembelajaran.

Tindakan perbaikan pada kegiatan inti adalah: 1) memperlihatkan alat peraga

yang sesuai dengan materi. 2) Menugasi siswa menyimak penjelasan guru tentang

alat peraga yang akan di demontrasikan. 3)Memberi kesempatan siswa untuk

bertanya dan menjawab.4) Secara kelompok siswa mengamati alat perga dengan

mengerjakan LKS. 5) Guru membimbing siswa untuk rnenyamakan persepsi hasil

pekerjaan LKS nya. 6) Secara individual siswa menunjukkan nama gaya dorongan

dan gaya tarikan secara lisan. 7) Guru menyimpulkan materi pelajaran.

Sebaliknya, kegiatan siswa pada tahap inti adalah: l)Siswa memperhatikan

penjelasan guru. 2) Menyimak penjelasan guru. 3) Siswa bertanya dan dijawab

atau direspon siswa yang lain. 4) Siswa berkelompok mengerjakan LKS sambil

mengamati alat peraga. 5) Secara kelompok menyampaikan hasil diskusi dan

ditanggapi kelompok lain. 6) Secara individu siswa melaksanakan tugas guru. 7)

Siswa memperhatikan.

Tindakan guru pada kegiatan akhir    adalah :  1) Mengevaluasi kemampuan 

siswa. 2)  Menugasi siswa mengerjakan LKS. Sebaliknya kegiatan siswa pada

tahap akhir adalah; 1) Secara individu siswa mengerjakan tes formatif. 2) Dengan

25

bimbingan guru siswa menilai sendiri hasil tes pemahamannya tentang gaya

dorongan dan gaya tarikan 3) Mengerjakan tugas  sebagai tindak lanjut.

Penerapan metode bervariasi pada kegiatan awal tampak pada saat guru

mengadakan apersepsi dengan cara bertanya jawab mengaitkan topik dengan

pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan. Guru menunjuk siswa yang

mengacungkan tangan paling awal. Guru memberi penguatan dengan mengatakan

bagus, pinter, sebagai penguatan Siswa tampak termotivasi dan sebagian besar

aktif untuk menjawab pertanyaan. Kegiatan berikutnya guru menjelaskan tujuan

dan langkah-langkah pembelajaran Penjelasan langkah-langkah ini disampaikan

secara tegas dan tampak murid memahami. Menyampaikan gambaran inti

pembelajaran terlaksana dengan baik.

b.   Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada kegiatan inti dimulai oleh guru dengan membagikan

lembar LKS kepada semua siswa. Kemudian guru meragakan dengan alat peraga

anak sudah tahu bahwa alat peraga yang dipegangnya sama dengan yang di ibu

guru. Hal tersebut tampak, setelah menerima langsung diamati tidak ada yang mau

menjawab. Setelah waktu yang diberikan habis siswa   memperhatikan guru

menjelaskan gaya dengan menggunakan alat peraga. Tindakan berikutnya adalah

memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan

temannya. Anak-anak tampaknya sudah    mulai    hafal    langkah-langkah  

pembelajaran.    Guru    belum menawarkan,   hampir    semua    anak   

mengacungkan   tangan    sambil mengucapkan "tanya Bu!, saya Bu!, saya dulu

Bu!" Anak yang tidak mengacungkan tangan juga mau menjawab. Barulah guru

memantapkan jawaban pertanyaan. Saran guru agar tidak khawatir salah bertanya,

pertanyaan ditulis dulu di buku. Saran guru diperhatikan, hal itu terlihat siswa

yang bertanya semakin banyak dan yang tidak bertanya juga mau menjawab.

Sebelum kerja kelompok mengerjakan LKS, guru menjelaskan gunanya kerja

26

kelompok, cara kerja kelompok yang baik, pembagian tugas masing-masing

anggota kelompok. Namun belum semua siswa aktif dalam  diskusi. Anak yang

pandai  tampak tidak sabar.  Belum ada kesadaran menyampaikan pengalaman

belajar kepada temannya yang kurang. Tetapi pada saat menyampaikan hasil kerja

kelompok masing-masing kelompok sudah siap  wakilnya.  Pada kegiatan  siswa

secara individual ditugasi menunjuk gaya dorong dan tarikan, siswa sudah tampak

berani. Hal ini guru menggunakan strategi pertanyaan dibacakan, siswa

mengamati alat peraga yang    dipegangnya,    bila    sudah   ketemu

mengacungkan  tangan. Kegiatan  inti diakhiri dengan  menyimpulkan materi

pembelajaran, di sini siswa memperhatikan.

Pelaksanaan tindakan pada kegiatan akhir, siswa secara individu mengerjakan tes

formatif. Siswa tampak aktif sesuai dengan waktu yang direncanakan. Selanjutnya

siswa dibimbing untuk menilai sendiri hasil tesnya. Di sini siswa ramai karena ada

yang melaporkan temannya., jawaban salah dibetulkan. Sehingga belum tuntas

dan guru masih harus memeriksa lagi. Sebagai tindak lanjut guru mengumpulkan

hasil pekerjaan dari anak-anak  dan belum  dikomentari,  masih akan diperiksa.

c.   Pengumpulan Data .

Keberhasilan tindakan ini berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan

tindakan dan sesudah tindakan dilaksanakan.Teman sejawat mengamati perilaku

guru dan siswa. Adapun aspek yang diamati adalah keterlibatan guru dan siswa

selama proses pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan

kegiatan akhir.

Berdasarkan diskusi    hasil pengamatan,   tindakan    pada tahap kegiatan awal ini

sudah terlaksana dengan baik. Tiga indikator terlaksana, pada tahap kegiatan inti

indikator yang belum berhasil adalah kegiatan diskusi kelompok dan penyamaan

persepsi hasil diskusi belum terlaksana dengan baik. Untuk kegiatan akhir

tindakan yang belum berhasil adalah kegiatan siswa menilai pekerjaan sendiri.

Tabel 3.4  Hasil Tes Formatif Suklus III

27

No Nama Siswa

Nilai

Siklus

III

Kemampuan

Nilai

Tertinggi/

Terendah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Yulianah

Aris Muhartono

Bagus Saputro

Eko Siyamkuwari S.

Eko Siyamkuwari B.

Francisca Brazillia

Ferina Aiyus Z.

Khoirotun Nisa

M. Yunus Abdi W.

M. Yacob Ariyono

Mursanti

Mia Anggraeni

Moch Nur Rochman

Nur Fardhatilla

Nur Oktaviana

Nurulia azizah

5

7

7

4

4

7

8

8

7

7

7

10

10

10

8

7

+

+

+

-

-

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

Terendah

Terendah

Tertinggi

Tertinggi

Tertinggi

28

17

18

19

20

Ulfa Dwi Anggaini

Winda Priatiningsih

Dwi Wahyu R.

Sapto Agung M

7

8

9

9

+

+

+

+

Jumlah

Rata-rata

148

7,4

Dari tabel di atas dapat djelaskan bahwa nilai nta-rata yang dicapai siswa adalah

7,4. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 10, sedangkan nilai terendah yang

dicapai siswa adalah 4. Siswa yang mendapatkan nilai dibawah

6 sejumlah 3 orang yakni  6,9%, yang mencapai nilai 6 ke atas sejumlah 17 atau

93,1%. Waktu yang digunakan pada siklus ketiga ini 70 menit, dan sisa waktu

yang ada digunakan siswa untuk memperbaiki pekerjaannya yang telah dibuat

sebagai tindak lanjut.

d.   Refleksi Tindakan Siklus III

Dalam tahap ini penulis bersama teman sejawat guru melakukan analisis terhadap

hasil-hasil yang telah dicapai, kendala dan dampak perbaikan pemebelajaran

terhadap guru dan siswa pada siklus III.

Refleksi dilakukan berdasarkan data yang diperoleh penulis bersama teman

sejawat guru dari : catatan-catatan hasil observasi, hasil evaluasi dalam proses dan

akhir perbaikan pembelajaran. Hasil refleksi III selanjutnya penulis bersama

teman sejawat gunakan sebagai dasar bagi penyusunan RPP untuk ujian PKP.

BAB IV

29

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. A. HASIL PENELITIAN

1.   Siklus 1

Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan data prestasi belajar siswa Siklus I

sebagai berikut :

Tabel 4.1 Prestasi Belajar siswa Siklus I

No Nama SiswaNilai

Siklus IKemampuan

Nilai

Tertinggi/

Terendah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Yulianah

Aris Muhartono

Bagus Saputro

Eko Siyamkuwari S.

Eko Siyamkuwari B.

Francisca Brazillia

Ferina Aiyus Z.

Khoirotun Nisa

M. Yunus Abdi W.

M. Yacob Ariyono

2

6

5

2

2

7

7

8

5

5

-

+

+

-

-

+

+

+

-

-

Terendah

Terendah

Tertinggi

Tertinggi

30

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Mursanti

Mia Anggraeni

Moch Nur Rochman

Nur Fardhatilla

Nur Oktaviana

Nurulia azizah

Ulfa Dwi Anggaini

Winda Priatiningsih

Dwi Wahyu R.

Sapto Agung M

7

9

8

9

8

4

7

7

9

7

+

+

+

+

+

-

+

+

+

+

Jumlah

Rata-rata

124

6,2

Dari data yang ada didapatkan bahwa nilai rata rata prestasi siswa adalah 6,2

dengan nilai tertinggi adalah  9 dan nilai terendah 2  sedangkan nilai yang 

dibawah 7 adalah 6 siswa atau 30 persen. Sedangkan jumlah siswa yang

mendapatkan 7 ke atas sebesar 14 siswa atau 70 %.

2. Siklus 2

31

Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan data prestasi belajar siswa Siklus II

sebagai berikut :

Tabel 4.2 Prestasi Belajar siswa Siklus II

No Nama SiswaNilai

Siklus IIKemampuan

Nilai

Tertinggi/

Terendah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

Yulianah

Aris Muhartono

Bagus Saputro

Eko Siyamkuwari S.

Eko Siyamkuwari B.

Francisca Brazillia

Ferina Aiyus Z.

Khoirotun Nisa

M. Yunus Abdi W.

M. Yacob Ariyono

Mursanti

Mia Anggraeni

Moch Nur Rochman

4

7

6

4

4

7

7

8

6

7

7

9

9

-

+

+

-

-

+

-

+

+

+

+

+

-

Terendah

Terendah

Terendah

Tertinggi

Tertinggi

Tertinggi

Tertinggi

Tertinggi

32

14

15

16

17

18

19

20

Nur Fardhatilla

Nur Oktaviana

Nurulia azizah

Ulfa Dwi Anggaini

Winda Priatiningsih

Dwi Wahyu R.

Sapto Agung M

9

8

7

7

8

9

9

+

+

-

+

+

+

+

Jumlah

Rata-rata

140

7

Dari data yang ada didapatkan bahwa nilai rata rata prestasi siswa adalah 7,00

dengan nilai tertinggi adalah  9 dan nilai terendah 4  sedangkan nilai yang 

dibawah 7 adalah 7 siswa atau 35 persen. Sedangkan jumlah siswa yang

mendapatkan 7 ke atas sebesar 14 siswa atau 65 %.

1. 3. Siklus 3

Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan data prestasi belajar siswa Siklus II

sebagai berikut :

Tabel 4.3 Prestasi Belajar siswa Siklus III

33

No Nama Siswa

Nilai

Siklus

III

Kemampuan

Nilai

Tertinggi/

Terendah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Yulianah

Aris Muhartono

Bagus Saputro

Eko Siyamkuwari S.

Eko Siyamkuwari B.

Francisca Brazillia

Ferina Aiyus Z.

Khoirotun Nisa

M. Yunus Abdi W.

M. Yacob Ariyono

Mursanti

Mia Anggraeni

Moch Nur Rochman

Nur Fardhatilla

Nur Oktaviana

Nurulia azizah

5

7

7

4

4

7

8

8

7

7

7

10

10

10

8

7

+

+

+

-

-

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

Terendah

Terendah

Tertinggi

Tertinggi

Tertinggi

34

17

18

19

20

Ulfa Dwi Anggaini

Winda Priatiningsih

Dwi Wahyu R.

Sapto Agung M

7

8

9

9

+

+

+

+

Jumlah

Rata-rata

148

7,4

Dari data yang ada didapatkan bahwa nilai rata rata prestasi siswa adalah 7,40

dengan nilai tertinggi adalah 10 dan nilai terendah 4  sedangkan nilai yang 

dibawah 7 adalah 2 siswa atau 10 persen. Sedangkan jumlah siswa yang

mendapatkan 7 ke atas sebesar 18 siswa atau 90 %.

A. PEMBAHASAN

1. 1. Siklus 1

Berdasarkan hasil pengumpulan data  didapatkan bahwa nilai rata rata prestasi

siswa adalah 6,2 dengan nilai tertinggi adalah  9 dan nilai terendah 2  sedangkan

nilai yang  dibawah 7 adalah 6 siswa atau 30 persen. Sedangkan jumlah siswa

yang mendapatkan 7 ke atas sebesar 14 siswa atau 70 %.

Dari diatas dapat di ketahui bahwa proses perbaikan pembelajaran belum berhasil

sepenuhnya hal ini bisa diakibatkan karena faktor teknis maupun penguasaan

materi.  Dengan kondisi pencapaian prestasi seperti diatas maka tidak tamapk

signifikan perubahannya. Atau proses perbaikan belum berhasi karena salah satu

indikator keberhasilan perbaikan pembelajaran adalah adanya perubahan. Sesuai

dengan pendapat the Liang Gia ( 1989, hal. 15 ) Mengatakan bahwa  Prestasi

35

belajar adalah hasil yang dicapai aktifitas yang menghasilkan perubahan-

perubahan tingkah laku dalam individu, baik secara aktual maupun profesional “.

2. Siklus 2

Dari data yang ada didapatkan bahwa nilai rata rata prestasi siswa adalah 7,00

dengan nilai tertinggi adalah  9 dan nilai terendah 4  sedangkan nilai yang 

dibawah 7 adalah 7 siswa atau 35 persen. Sedangkan jumlah siswa yang

mendapatkan 7 ke atas sebesar 14 siswa atau 65 %.

Dengan data diatas terjadi perubahan prestasi belajar yang cukup signifikan yatu

dari 6,2  menjadi 7,00. Hal ini sesuai dengan Purwodarminto ( 1987,hal. 254 )

mengatakan bahwa : “ prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai atau

dikerjakan siswa dalam belajar atau usaha untuk memperoleh suatu kepandaian “.

3. Siklus 3

Dari data yang ada didapatkan bahwa nilai rata rata prestasi siswa adalah 7,40

dengan nilai tertinggi adalah 10 dan nilai terendah 4  sedangkan nilai yang 

dibawah 7 adalah 2 siswa atau 10 persen. Sedangkan jumlah siswa yang

mendapatkan 7 ke atas sebesar 18 siswa atau 90 %.

Proses perbaikan bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan

demikian maka berdasarkan data diatas maka pembelajaran sudah berhasil Hal in

seuai dengan Winarno Surahmad (1997 : 88) sebagai berikut: “Hasil belajar

adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif

yang diperhatikan adalah menempatkan tingkah laku”. Dapat diartikan bahwa

hasil belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau Perubahan diri seseorang yang

dinyatakan dengan cara bertingkah laku baru berkatpengalaman baru.

Grafik 4.1 Peningkatan Prestasi Belajar dengan Metode JIGSAW

36

BAB V

PENUTUP

1. A. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan analisis maka dapat dibuat kesimpulan bahwa

metode JIGSAW dapat meningkatkan Prestasi Belajar IPA siswa kelas IV

semester II Tahun 2008 SD Negeri Banjarwungu 02 Kecamatan Tarik Kabupaten 

Sidoarjo.

1. B. SARAN

1. 1. Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan

mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banjarwungu 02

Kec.Tarik, Kab.Sidoarjo dengan strategi pembelajaran teknik jigsaw, dan pada

Sekolah Dasar pada umumnya.

2. Guru Sekolah Dasar

Menambah pengetahuan dan wawasan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar

mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banjarwungu 02

Kec.Tarik, Kab.Sidoarjo dengan strategi pembelajaran model jigsaw.

3. Sekolah Dasar

Memberikan bahan masukan dalam rangka pengembangan kurikulum sekolah

agar tidak terpaku dengan cara-cara konvensional yang mapan, namun perlu

disesuaikan dengan perubahan atau inovasi penyalahgunaan proses pembelajaran

yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman. Sebagai sarana untuk

37

mengetahui atau menemukan hambatan dan kelemahan penyalahgunaan dan

mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat

menemukan cara yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sesuai

dengan situasi dan kondisi sekolah.

38

DAFTAR PUSTAKA

Kemp,Jerrold E. 1985. Proses Perancangan Pengajaran. Terjemahan oleh Asril

Marjihan. 1994. Bandung : ITB.

Usman, Moh Uzer & Lilis Setiyawati. 1993 Upaya Optimalisasi kegiatan Belajar

Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

39

Wardani, Wihardit, Noehi Nasoetion. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Winata putra, Udin. Dkk. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud.

Hasan, yusman Basri. 1998. Petunjuk Guru IP. Jakarta ; Depdikbud.

Djahiri, KA. Dan Daniel E. 1997. Petunjuk Guru Iimu Pengetahuan Sosial 3

Untuk Sd Kelas 5, Jakarta : Balai pustaka.

Poppy K. Dewi. Yayat Ibati, ” Tangkas Iimu pengetahuan Alam 4” Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

Sumantri, Mulyani, syoodiq, nana 2002 Perkembangan Peserta Didik Jakarta,

Universitas terbuka.

Syamsudin, Abin, Budiman, Nandang, 2002 Profesi Keguruan 2, Jakarta,

Universitas Terbuka.

Wardani, I.G.A.K Wihardi, kusmaya, nasution nochi 2002. Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta, Universitar terbuka.

40

Wardani, I.G.P.K siti julaeha, M.A Pemantapan Kemampuan Profesional,

Jakarta, Universitas Terbuka.

41