ptk upaya peningkatan kemampuan baca
TRANSCRIPT
1
SKRIPSI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
MELALUI MEDIA BERMAIN LEMPAR DADU HURUF PADA ANAK
TUNAGRAHITA KELAS B SEMESTER I DI TAMAN KANAK-KANAK
ELIM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Disusun Oleh :
SRI MULYATI
NIM X 5108526
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
MELALUI MEDIA BERMAIN LEMPAR DADU HURUF PADA ANAK
TUNAGRAHITA KELAS B SEMESTER I DI TAMAN KANAK-KANAK
ELIM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
OLEH:
SRI MULYATI
NIM: X5108526
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mendapat gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
3
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahan dihadapan tim penguji skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Persetujuan pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. A.Salim Choiri, M.Kes Drs. Subagya,M.Si
NIP. 195709011982031002 NIP.19601001012
iii
4
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi peryaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 13 Oktober 2010
Tim Penguji Skripsi Tanda tangan
Ketua : Drs. Maryadi, M.Ag ............................................
Sekretaris : Dra.B. Sunarti, M.Pd ............................................
Anggota I : Drs. Abdul Salim, M.Kes ............................................
Anggota II : Drs. Subagya, M.Si ............................................
Disyahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan,
Prof.Dr. M. Furgon Hidayatullah, M.Pd
NIP.19600727 1987021001
iv
5
ABSTRAK
Sri Mulyati, UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA BERMAIN LEMPAR DADU HURUF PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS B SEMESTER I DI TAMAN KANAK-KANAK ELIM SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, September 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak yang mengalami keterlambatan berpikir/ tunagrahita pada kelas B Taman Kanak-Kanak Elim tahun pelajaran 2010/2011.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan menggunakan media bermain lempar dadu huruf yang mampu meningkatkan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran membaca, mampu memotivasi anak sehingga anak tidak merasa jenuh dalam belajar.
Teknik analisis data digunakan analisis perbandingan, artinya hasil prestasi kemampuan membaca anak dibandingkan, kemudian dideskripsikan ke dalam suatu bentuk data penilaian yang berupa nilai. Dari prosentase dideskripsikan kearah kecenderungan tindakan guru dan reaksi serta hasil belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran dengan mengggunakan media bermain lempar dadu huruf dapat meningkatkan kemampuan anak dalam membaca permulaan, pada Anak Tunagrahita Kelas B semester I di Taman Kanak-Kanak Elim tahun pelajaran 2010/2011.
.
Kata kunci : Anak Tunagrahita, pembelajaran membaca, media lempar dadu huruf, meningkatkan kemampuan membaca permulaan.
v
6
ABSTRACT
Sri Mulyati, THE ATTEMPT OF IMPROVING THE BEGINNING READING COMPETENCY USING LETTER DICE THROWING GAME MEDIA IN THE MENTAL RETARDED B GRADERS OF SEMESTER I IN SRAGEN ELIM KINDERGARTEN IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011.Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, September 2010.
This research aims to improve the beginning reading competency using letter dice throwing game media in the mental retarded B graders of semester I in Sragen Elim Kindergarten in the school year 2010/2011.
The research method used was Classroom Action Research (CAR), the one conducted by the teacher in my class, using the letter dice throwing game media that can improve excitement in following the reading learning, can motivate children so that the children are not bored in learning.
Technique of the analyzing data used was comparative analysis, meaning that the children’s reading competency achievement were compared, and then were described into a form of assessment data namely score. From the percentage described into teacher’s action predisposition and students’ reaction as well as learning achievement.
From the classroom action research conducted, it can be concluded that learning using the letter dice throwing game media, it can improve the children’s competency in the beginning reading, for the mental retarded B graders of semester I in Sragen Elim Kindergarten in the school year of 2010/2011.
Key word : Mental retarded, reading learning, letter dice throwing game media,
improve the competency in the beginning reading.
vi
7
MOTTO:
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berbuat kepadamu, perbuatlah
juga demikian kepada mereka”.
Kitab Injil Lukas, Isa almasih.
vii
8
HALAMAN PERSEMBAHAN
Keluargaku tercinta
Ayah dan Ibunda yang aku banggakan
Saudara-saudaraku yang telah mendukungku
Rekan-rekan di Taman Kanak-Kanak Elim yang memotivasiku
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang tercinta
viii
9
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas kebaikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala
bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan telah memberikan
bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Drs. H.A. Salim Choiri, M.Kes Ketua Program Studi Pendidikan Khusus
sekaligus selaku pembimbing I yang telah memberikan petunjuk kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Drs. Subagya M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan petunjuk
kepada penulis selama melaksanakan penelitian tindakan kelas.
5. Dobirson S. selaku Kepala Taman Kanak-Kanak Elim Sragen yang telah
memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis.
6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
tindakan kelas ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,
karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.
ix
10
Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha
Esa, dan menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, September 2010
Penulis
x
11
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL............................................................................................................. i
PENGAJUAN................................................................................................... ii
PERSETUJUAN............................................................................................... iii
PENGESAHAN................................................................................................ iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
MOTTO............................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR..................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... . 3
C. Tujuan Penelitian....................................................................... . 3
D. Manfaat Hasil Penelitian............................................................ . 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN................... . 4
A. Kajian teori................................................................................. . 4
1. Anak Tunagrahita.................................................................
a. Pengertian Anak Tunagrahita............................................ 4
b. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita............................... .. 6
c. Klasifikasi Anak Tunagrahita............................................ 8
d. Karakteristik Anak Tunagrahita......................................... 10
e. Pendidikan Anak Tunagrahita............................................ 12
f. Pembelajaran Anak Tunagrahita Pada kelas Inklusif......... 14
2. Tinjauan Tentang Membaca Permulaan................................ 16
a. Pengertian Membaca...................................................... .. 16
b. Tujuan Membaca............................................................ .. 17
xi
12
c. Pengertian Membaca Permulaan.................................... .. 18
d. Tahap pelaksanaan Membaca Permulaan......................... 19
e. Metode Pengajaran Membaca ....................................... 21
f. Pembelajaran Membaca Anak Tunagrahita.....................
........................................................................................ 22
3. Tinjauan tentang Media Permainan Lempar Dadu Huruf..... 23
a. Pengertian Media ........................................................... 23
b. Pengertian Media Lempar Dadu Huruf...........................
24
c. Fungsi Media Permainan Lempar Dadu Huruf.............. 25
d. Kelemahan dan Kelebihan Permainan Lempar Dadu
Huruf................................................................................ 27
e. Langkah-langkah Pengajaran dengan Menggunakan
Media Permainan Lempar Dadu Huruf........................... 29
f. Penerapan Pembelajaran dengan Menggunakan Media
Lempar Dadu Huruf pada Anak Tunagrahita................... 30
B. Kerangka Berfikir....................................................................... 31
C. Hipotesis Tindakan .................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 34
A. Setting Penelitian........................................................................ 34
B. Subyek Penelitian....................................................................... 34
C. Data dan Sumber Data............................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 36
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumens......................................... 41
F. Validitas Data............................................................................. 42
G. Tehnik Analisis Data.................................................................. 43
H. Indikator Kinerja........................................................................ 43
I. Prosedur Penelitian..................................................................... 44
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................ 47
A. Pelaksanaan Penelitian................................................................48
1. Deskripsi Kondisi Awal......................................................... 48
xii
13
2. Pelaksanaan Siklus I............................................................... 52
a. Perencanaan........................................................................ 52
b. Tindakan ............................................................................. 52
c. Pengamatan.......................................................................... 53
d. Refleksi................................................................................ 56
3. Pelaksanaan Siklus II.............................................................. 56
a. Perencanaan........................................................................ 56
b. Tindakan.............................................................................. 57
c. Pengamatan.......................................................................... 58
d. Refleksi ............................................................................... 60
B. Hasil Penelitian............................................................................ 60
C. Pembahasan hasil Penelitian......................................................... 63
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 66
A. SIMPULAN................................................................................... 66
B. SARAN......................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 68
LAMPIRAN ...................................................................................................... 71
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap anak memiliki hak untuk memperoleh pendidikan, baik bagi anak
normal maupun anak yang mengalami kelainan atau berkebutuhan khusus.
Pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dewasa ini mengalami
kemajuan yang baik. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memperoleh
kesempatan yang lebih luas dalam memperoleh layanan pendidikan. Mereka tidak
harus menempuh jarak yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya menuju ke
Sekolah Luar Biasa (SLB) yang biasanya terdapat di kota kabupaten. Dewasa ini
pelayanan pendidikan bagi anak berkelainan sudah mulai masuk ke desa-desa.
Pelaksanaan pendidikan inklusi merupakan jawaban dari kebutuhan
pelayanan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus. Mereka dapat belajar
bersama-sama dengan anak normal seusianya dalam satu sekolah yang tidak jauh
dari tempat tinggalnya.
Pelaksanaan pendidikan inklusif diharapkan mampu membawa dampak
yang positif bagi anak berkebutuhan khusus, baik segi akademik, mental maupun
sosial. Demikian juga bagi anak normal, dengan adanya sekolah inklusif
diharapkan mampu belajar menerima dan memahami keadaan sesamanya yang
berkekurangan sebagai bagian ciptaan Tuhan, mengucap syukur karena Tuhan
menciptakan dirinya dengan keadaan normal, mampu belajar kelebihan orang
lain, karena anak berkebutuhan khusus tidak jarang memiliki kelebihan atau bakat
yang tidak dimiliki anak normal lainnya.
Taman Kanak-Kanak Elim merupakan salah satu lembaga pendidikan
yang menampung anak normal maupun anak berkebutuhan khusus untuk belajar
bersama-sama dalam satu kelas. Dua belas persen dari siswa Taman Kanak-Kanak
Elim adalah Anak Berkebutuhan Khusus ABK). Keberadaan anak yang
berkebutuhan khusus ini tidak membuat teman normal lainnya tergannggu. Setiap
anak mampu menerima satu dengan yang lain tanpa saling merendahkan atau
mengejek. Penanaman karakter sangat ditekankan pada setiap pembelajaran.
2
Kegiatan bermain sambil belajar pada Taman Kanak-kanak Elim Sragen
berjalan sangat antusias dan sangat baik, sehingga anak mengalami perkembangan
yang sangat baik. Hasil penilaian dalam belajar anak-anak rata-rata menunjukan
nilai bintang 5 ataupun bintang 4. Bintang 5 memiliki bobot nilai 9-10 baik dalam
kognitif, perilaku, psikomotor maupun seni. Dalam hal kognitif yakni kemampuan
membaca permulaan juga menunjukkan hal sangat menggembirakan bahkan
banyak diantara siswa di Taman Kanak-kanak Elim rata-rata sudah mampu
membaca dengan lancar.
Dua diantara 16 dari siswa di Taman Kanak-kanak Elim mengalami
keterlambatan di dalam berbagai kegiatan bermain dan belajar, termasuk dalam
membaca, kedua siswa ini mengalami ketertinggalan yang sangat jauh dengan
siswa yang lain. Hasil penilaian untuk kemampuan membacanya, anak memiliki
nila rata-rata bintang 1 atau 2, yaitu dengan bobot nilai 1 – 2 untuk bintang 1 dan
3 -4 untuk bintang 2. Hal tersebut juga mempengaruhi kepercayaan diri yang
kurang terhadap anak. Anak sering merasa minder, malu, bahkan menangis saat
teman-temannya mengolok-olok.
Anak sangat sulit dalam membaca kata, bahkan beberapa huruf masih
sering salah dibacanya, kadang belum mengerti, lupa, kadang keliru membaca
dengan huruf yang bentuknya hampir sama. Contohnya: u dangan v, d dengan b,
m dengan n dan lain sebagainya.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu diadakan tindakan untuk menolong
kedua anak tersebut, yaitu memperbaiki proses pembelajaran yang membuat anak
menjadi tertarik, tidak jenuh sehingga anak ingin terus dan terus melakukan
hingga anak mampu membaca dengan baik dan lancar seperti teman-teman yang
lainnya.
Untuk itu , maka penulis berusaha untuk mencari dan menemukan
solusi dengan mengadakan penelitian tindakan kelas dengan Judul “UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI
MEDIA BERMAIN LEMPAR DADU HURUF PADA ANAK TUNAGRAHITA
KELAS B SEMESTER I DI TAMAN KANAK- KANAK ELIM SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2010/2011”.
3
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi di kelas B Taman
Kanak-kanak Elim Sragen, yakni belum tercapainya nilai maksimum membaca
permulaan pada 2 anak yang mengalami keterlambatan maka penulis dapat
merumuskan masalah, yaitu “apakah penggunaan media bermain lempar dadu
huruf dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan
pada kelas B Taman Kanak-kanak Elim Sragen?”
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penulis
mengadakan penelitian adalah sebagai berikut:
Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita
(ATG), melalui media bermain lempar dadu huruf pada kelas B semester I di
Taman kanak-Kanak Elim Sragen.
C. Manfaat Hasil Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Penelitian ini dapat memberikan suasana yang menyenangkan, sehingga
anak dapat belajar seraya bermain.
b. Penelitian ini dapat meningkatkan keaktifan, motivasi, minat dan
partisipasi anak dalam kegiatan pembelajaran.
2. Bagi Guru
a. Penelitian ini dapat menjadi wawasan bagi guru dalam menggunakan
media bermain lempar dadu huruf pada pembelajaran membaca
permulaan.
b. Penelitian ini dapat menumbuhkan motivasi untuk lebih kreatif
menggunakan berbagai metode guna meningkatkan kualitas
pembelajaran.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Anak Tunagrahita
Keadaan setiap manusia berbeda satu dengan yang lain, masing-masing
memiliki keunikan. Kelemahan dan kelebihan dimiliki setiap anak, masing-
masing anak terlahir dalam keadaan yang berbeda, demikian juga dalam hal
kemampuan berpikir. Anak yang mengalami kelemahan atau kelainan dalam
berpikir secara umum sering disebut dengan anak di bawah normal atau
tunagrahita. Anak tunagrahita adalah merupakan individu yang utuh dan unik,
Mereka seperti anak-anak normal lainnya, memiliki hak untuk memperoleh
pendidikan sesuai dengan kebutuhan mereka, Anak yang memiliki kecerdasan di
bawah garis normal perlu suatu penanganan yang khusus, karena mereka memiliki
keterlambatan didalam berpikir. Pemahaman secara teoritis maupun praktis sangat
diperlukan supaya guru ataupun para propesional dapat memberikan layanan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
a. Pengertian Anak Tunagrahita
Tunagrahita menjelaskan tentang kondisi anak yang
kecerdasannya dibawah rata- rata yang ditandai oleh keterbatasan intelegensi
dan ketidak cakapan dalam interaksi sosial.
Sutjihati Somantri (1996:83) menyatakan “Anak Tunagrahita adalah
anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata, yang ditandai oleh
keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.”
Anak yang kecerdasannya di bawah rata-rata dikenal juga dengan
anak keterbelakangan mental, karena anak mengalami keterbatasan dalam
kemampuan berpikirnya, sukar untuk mengikuti program pendidikan di
5
sekolah. Pengajaran sistem klasikal memberikan masalah bagi anak karena
kemampuan berpikirnya
tidak seperti teman-teman lain yang cerdas ataupun yang normal.
AAMD (America Association of Mental Deficiency) dalam Anggie
Sa’adah (2009) menjelaskan bahwa:
“Tunagrahita menunjukkan adanya keterbatasan dalam fungsi, yang mencakup fungsi intelektual yang dibawah rata-rata, dimana berkaitan dengan keterbatasan pada dua atau lebih keterampilan adaptif seperti komunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan social, kesehatan dan keamanan, fungsi akademis, dan waktu luang. Keadaan ini nampak sebelum usia 18 Tahun. Gangguan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan psikososial”.
Intellectual Disability Perspective & Challenges, AFMR dalam Astati
(2010) menyatakan:
“Seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki 2 kriteria yang penting, yakni pertama fungsi intelektual secara nyata berada di bawah rata-rata, kedua adanya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tuntutan yang berlaku dalam masyarakat. Jadi dikatakan tunagrahita jika memenuhi dua komponen tersebut”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis dapat menegaskan bahwa anak
tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam kecerdasannya,
sehingga kecerdasannya berada jauh di bawah rata-rata yang ditandai oleh
keterbatasan intelegensi sehingga kurang/tidak mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Waktu terjadinya sebelum usia perkembangan yaitu 18 tahun.
Mental Age adalah kemampuan mental oleh seorang anak pada usia
tertentu. Untuk mendeteksi anak tunagrahita atau keterbelakangan mental ada
baiknya memahami konsep Mental Age (MA). Sebagai contoh, anak yang berusia
enam tahun akan memiliki kemampuan yang sepadan dengan anak usai enam
tahun pada umumnya, artinya anak usia enam tahun memiliki MA enam tahun.
Jika seorang anak memiliki MA lebih tinggi, maka anak tersebut memiliki
kecerdasan di atas rata-rata. Sebaliknya jika MA anak lebih rendah dari umurnya,
6
maka anak tersebut memiliki kecerdasan di bawah rata-rata. Anak tunagrahita
selalu memiliki MA lebih rendah daripada umurnya secara jelas. MA yang sedikit
saja kurang dari umur tidak termasuk tunagrahita. MA dipandang sebagai indeks
dari perkembangan kognitif seorang anak.
Anak yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata namun memilki
kemampuan menyesuaikan diri dengan normal dan tuntutan yang berlaku
dalam masyarakat tidak disebut anak tunagrahita.
b. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita
Ketunagrahitaan dapat terjadi karena berbagai faktor, diantaranya
seperti yang diungkapkan Sutjihati Somantri (1996:53) bahwa “penyebab
tunagrahita ada 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.”
Faktor internal adalah faktor yang erat hubungannya dengan keadaan
bayi selama masih ada dalam kandungan.
Faktor internal penyebab terjadinya kelainan diantaranya adalah:
1) Kelainan pada kromosom
Inti sel manusia terdapat 23 pasang kromosom, totalnya adalah 46.
Kelainan Sindrom Down terjadi karena kelebihan jumlah kromosom pada
kromosom no 21 yang seharusnya dua menjadi tiga, sehingga jumlah
kromosom tidak 46 tetapi 47. Hal ini bisa menyebabkan penderitanya
mengalami kelainan fisik, seperti kelainan jantung bawaan, otot-otot
melemah dan retardasi mental yakni hambatan perkembangan kecerdasan
dan psikomotor. Sindrom Down atau down sindrom memiliki karakter mata
sipit, hidung pesek, menunjukkan pemburukan yang jelas dalam bahasa,
daya ingat, ketrampilan merawat diri dan memecahkan masalah.
2) Faktor keturunan
Sifat menurun yang dibawa dari orang tua kepada anak.
3) Kondisi ibu saat hamil
Kondisi ibu saat hamil mempengaruhi keadaan bayi yang dikandungnya,
jika selama mengandung ibu dalam keadaan sakit, strees, kekurangan gizi
dan sebagainya akan berpengaruh kurang baik pada bayi yang
7
dikandungnya. Konsumsi obat yang tidak sesuai petunjuk dokter dapat
mengakibatkan kecacatan.
4) Infeksi dan keracunan
Infeksi dan keracunan yang terjadi selama janin dalam kandungan.
infeksi dan keracunan ini dialami lewat penyakit-penyakit yang diderita oleh
ibu, misalnya penyakit yang timbul karena virul rubella syphilis, toxoplasma,
keracunan alkohol, obat-obatan atau narkotika.
Faktor eksternal adalah faktor yang terjadi pada saat melahirkan dan
setelah anak lahir. Faktor penyebab terjadinya tunagrahita saat anak lahir
misalnya: pemakaian alat bantu pada saat melahirkan, kekurangan oksigen, dan
sebagainya. Faktor penyebab tunagrahita setelah anak lahir adalah; kecelakaan,
kurang gizi, penyakit, dan lain-lain.
Faktor eksternal yang menyebabkan terjadinya kelainan adalah:
1) Gangguan metabolisme dan kekurangan gizi.
Metabolisme dan gizi sangat penting peranannya bagi pertumbuhan dan
perkembangan individu. Gangguan pada metabolisme dan kekurangan gizi
dapat menyebabkan terjadinya gangguan fisik maupun mental pada individu.
2) Trauma dan Zat Radioaktif
Benturan atau tekanan pada kepala dapat menyebabkan kecacatan pada
otak. Trauma yang terjadi pada saat kelahiran dapat dialami ketika proses
kelahiran yang sulit sehingga harus dibantu dengan alat (tang).
Zat radioaktif saat penyinaran semasa bayi dapat mengakibatkan
tunagrahita microcephaly.
3) Kecelakaan
Kecelakaan dapat mengakibatkan terjadinya kecacatan pada baik pisik maupan
psikis.
4) Faktor Lingkungan atau sosial budaya
Lingkungan berperan terhadap fungsi intelek anak, kegagalan dalam
mengadakan interaksi yang terjadi selama perkembangan menjadi salah satu
penyebab ketunagrahitaan.
8
Berbagai penelitian melaporkan bahwa anak tunagrahita banyak
ditemukan pada daerah yang tingkat sosial ekonominya rendah, hal ini disebabkan
oleh ketidakmampuan lingkungan dalam memberikan stimulus pada masa
perkembangan, misalnya studi yang dilakukan oleh Kirk (Astati, 2010)
menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga kurang mampu memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan mentalnya pada taraf yang sama,
bahkan prestasi belajarnya semakin berkurang dengan meningkatnya usia.
Mulyono Abdurrahman (2003:24), menyatakan “penyebab tunagrahita
ada 5 hal: genetik atau keturunan. Sebab-sebab masa prenatal, sebab-sebab
pada masa perinatal atau saat lahir, sebab-sebab pada saat pos natal, penyebab
karena deprivasi lingkungan”.
Berdasar kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa banyak
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan atau ketunaan. Penulis
mengelompokkan faktor penyebab ketunaan dalam dua kelompok, yakni:
1) faktor endogen
Yaitu faktor penyebab ketunaan yang datang dari dalam, misalnya
keturunan/ bawaan dari dalam kandungan.
2) faktor eksogen
Yaitu faktor penyebab ketunaan diluar keturunan/ bawaan atau pengaruh
yang datang dari luar setelah anak lahir.
c. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita dapat diklasifikasikan sesuai dengan keberadaannya,
berbagai pendapat mengklasifikasikan anak tunagrahita sebagai berikut:
Klasifikasi anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut
America Associationon Mental Retardation dalam Anggie (http://saunganggie.
blogspot.com/2009) :
1). EducableAnak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 sekolah dasar.
2). TrainableMempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri. Pertahanan diri dan penyesuaian sosial, sangat terbatas untuk kemampuan pendidikan akademik.
9
3). Custodial Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih
tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang
bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan terus menerus.
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (2007:4) dalam buku
Pedoman Penyelenggaraan Pendididkan Inklusif, klasifikasi anak tunagrahita:
1) Anak tunagrahita ringan IQ 50 – 70 Mampu dididik diajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD umum.
2) Tunagrahita sedang IQ 25 – 49 Termasuk mampu latih. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat kelas III SD umum.
3) Tunagrahita berat IQ 24- kebawah Tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Termasuk mampu rawat. Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain.
Klasifikasi anak tunagrahita/ retardasi mental secara Sosial-Psikologis
terbagi menjadi 2, yaitu Psikometrik dan perilaku adaptif.
Retardasi mental secara psikometrik menurut skala intelegensi Wechsler
dalam Astati (2010) ada 4 taraf, yaitu:
1) Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55-69.2) Retardasi mental sedang (mild mental retardation) dengan IQ 40-54.3) Retardasi mental berat (sever mental retardation) dengan IQ 20-39.4) Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan
IQ 20 kebawah.
Retardasi mental menurut kriteria perilaku adaptif tidak berdasarkan taraf intelegensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga mempunyai 4 taraf, yaitu:
1) Ringan2) Sedang3) Berat4) Sangat berat
Berdasarkan pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa anak
tunagrahita dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok menurut
kepentingannya.
Klasifikasi dari segi keperluan pendidikan sebagai berikut:
10
1) Anak mampu didik (tunagrahita ringan/ debil)
Anak mampu dididik dan dilatih, misalnya membaca, menulis, berhitung,
memasak, menjahit bahkan bisa dilatih untuk berjualan. Anak tunagrahita
ringan lebih mudah diajak komunikasi, kondisi fisik mereka tidak begitu
berbeda dengan anak normal lainnnya. Mereka mampu menolong diri
sendiri, mampu berlindung dari bahaya karena itu anak tunagrahita ringan
tidak memerlukan pengawasan ekstra. Anak mampu mengikuti pendidikan
walaupun tidak mencapai tingkat yang tinggi, misalnya: sekolah menengah
umum, kuliah. Mereka memiliki IQ antara 50 s/d 70.
2) Anak mampu latih (tunagrahita sedang/ Embisil)
Anak tunagrahita sedang mampu diajarkan membaca, menulis , berhitung.
Mampu dilatih ketrampilan-ketrampilan sederhana, mereka mampu bekerja
di lapangan namun perlu sedikit pengawasan. Sedikit perhatian dan
pengawasan diperlukan untuk perkembangan mental dan sosial anak
tunagrahita sedang. Anak tunagrahita sedang memiliki IQ antara 30 s/d 50.
3) Anak mampu rawat (tunagrahita berat/ Idiot)
Anak tidak mampu menerima pendidikan secara akademis, anak tidak
dapat mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dari bahaya. Mereka
membutuhkan pengawasan, perhatian bahkan pelayanan, bimbingan
aktivitas sehari-hari, untuk mengurangi ketergantungan kepada orang lain.
Anak tunagrahita berat memiliki IQ 29 kebawah.
d. Karakteristik Anak Tunagrahita
Defli (2009) menyebutkan bahwa karakteristik anak tunagrahita dapat
dilihat dari segi:
1) Fisik (penampilan)a) Untuk tunagrahita ringan hampir sama dengan anak normal, untuk
tunagrahita berat dapat kelihatan. b) Kematangan motorik lambat c) Koordinasi gerak kurang
2) Intelektual
11
a) Sulit mempelajari hal-hal akademikb) Anak tunagrahita ringan kemampuannya setaraf anak normal usia 12
tahun (IQ 50 – 70) c) Klasifikasi sedang setaraf dengan usia 7 – 8 tahun (IQ 30 – 50)d) Berat, setaraf dengan anak usia 3 – 4 tahun (IQ 30 kebawah)
3) Sosial dan emosi a) Bergaul dengan anak yang lebih mudab) Suka menyendiri c) Mudah dipengaruhi d) Kurang dinamis e) Kurang pertimbangan/ kontrol diri f) Kurang konsentrasi, mudah dipengaruhi g) Dapat memimpin diri sendiri maupun orang lain
Karakteristik anak tunagrahita menurut Brown pada Exceptional
Children, fifth edition, p.485-486, 1996 dalam Angie Siti Sa’adah
(http://saunganggie.blogspot.com/2009) menyatakan:
1) Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus.
2) Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru. 3) Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak tunagrahita berat. 4) Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak denga tunagrahita
berat mempunyai ketebatasab dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangatsederhana, sulit menjangkau sesuatu , dan mendongakkan kepala.
5) Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak tunagrahita berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.
6) Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahta ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai tunagrahita berat tidak meakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak tunagrahita dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
7) Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak tunagrahita berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya: memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya: menggigit diri sendiri, membentur-beturkan kepala, dll.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak
tunagrahita memiliki karakteristik sebagai berikut:
12
1) Memiliki kemampuan berpikir yang rendah
2) Emosi yang labil bahkan kurang wajar
3) Sulit bersosialisasi
4) Kemampuan motorik yang kurang
5) Mengalami gangguan dalam berkomunikasi.
e. Pendidikan Anak Tunagrahita
Bentuk-bentuk penyelenggaraan pendidikan untuk anak berkebutuhan
khusus, adalah:
1) Sistem pendidikan segregasi
Sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) secara
khusus dan terpisah dari anak-anak normal.
Contohnya:
a) Sekolah Luar Biasa (SLB).
b) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB).
Keuntungan sekolah segregrasi:
a) Rasa ketenangan pada anak luar biasa
b) Komunikasi yang mudah dan lancar
c) Metode pembelajaran yang khusus sesuai dengan kondisi dan kemam-
puan anak
d) Guru dengan latar belakang pendidikan luar biasa
e) Sarana dan prasarana yang sesuai
Kelemahan sekolah segregasi:
a) Sosialisasi terbatas
b) Biaya mahal
2) Sistem pendidikan integrasi
Sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) yang
memungkinkan anak luar biasa memperoleh kesempatan mengikuti proses
pendidikan bersama dengan siswa normal lainnya.
Contohnya:
Sekolah reguler
13
Keuntungan:
a) Merasa diakui kesamaan haknya dengan anak normal terutama dalam
memperoleh pendidikan
b) Bakat dapat berkembang dengan optimal
c) Mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi
d) Harga diri bisa meningkat
Kelemahan:
a) Kurangnya tenaga ahli atau sumber daya yang memiliki pengetahuan
yang cukup tentang anak disability.
b) Pelayanan pendidikan kurang memadai.
3) Sistem Pendidikan inklusi
Sekolah reguler yang menerima anak berkebutuhan khusus (ABK)
dengan kurikulum dan sistem pendidikan sesuai dengan kebutuhan ABK
di sekolah reguler tersebut.
Keuntungan:
a) Lokasi berada dekat dengan anak.
b) Biaya relatif murah
c) Sosialisasi berkembang dengan baik
d) Belajar sesuai dengan kebutuhan anak.
Kelemahan:
e) Memerlukan banyak tenaga pengajar maupun pendamping
f) Memerlukan banyak sarana dan prasarana
Pendidikan inklusif muncul dilatar belakangi oleh kurang meratanya
pendidikan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus, terutama ekonomi
lemah yang berada di pedesaan. Hal ini disebabkan karena pelayanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus biasanya berada di kota-kota
kabupaten.
Program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun
diharapkan berhasil dengan baik. Program ini dilandaskan pada Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 31 tentang hak setiap warga negara untuk
14
memperoleh pendidikan, demikian juga halnya dengan anak yang mengalami
kekurangan. Hal ini dilandasi pernyataan Salamanca yang merupakan
perluasan dari program UNESCO, yakni education for all.
Penerapan pendidikan inklusif mempunyai landasan fisiologis, yuridis,
paedagogis, dan empiris yang kuat. Landasan filosofis utama penerapan
pendidikan inklusif di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar
sekaligus cita-cita yang didirikan atas fondasi yang lebih mendasar lagi, yang
disebut Bhinneka Tunggal Ika (Mulyono Abdulrahman dalam Direktorat
Pendidikan Luar Biasa, 2004).
Landasan yuridis internasional penerapan pendidikan inklusif adalah
Deklarasi Salamanca (UNESCO, 1994) menekankan bahwa selama
memungkinkan, semua anak seyogyanya berlajar bersama-sama tanpa
memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka.
Di Indonesia, penerapan pendidikan inklusif dijamin oleh Undang-
Undang nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dalam
penjelasannya menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan untuk peserta
didik berkelainan atau memiliki kecerdasan luar biasa diselenggarakan secara
inklusif atau berupa sekolah khusus. Teknis penyelenggaraannya tentunya akan
diatur dalam bentuk operasional.
Landasan paedagogis, tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan bertanggung jawab. Jadi melalui pendidikan peserta didik berkelainan
dibentuk menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Landasan empiris, penelitian menunjukkan bahwa penempatan anak
berkelainan di tempat khusus tidak efektif dan diskriminatif. Akan tetapi
pendidikan inklusif berdampak positif, baik terhadap perkembangan akademik
dan sosial. Anak dapat memiliki kepercayaan diri yang lebih baik, mereka merasa
diterima dan dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya, sehingga
motivasi untuk belajar dan berkarya menjadi lebih baik.
15
f. Pembelajaran Anak Tunagrahita pada kelas Inklusif
Pelaksanaan pembelajaran anak tunagrahita pada kelas inklusif adalah
anak berkebutuhan khusus belajar bersama-sama dengan anak normal sebaya
dengan kurikulum dan sistem pendidikan yang berbeda satu sama lain yang
disesuaikan dengan kebutuhan anak..
Pelaksanaan pembelajaran anak tunagrahita pada kelas inklusif pada
dasarnya adalah memperhatikan atau memberikan pelayanan khusus kepada
setiap individu sebagai peserta didik, dengan demikian keperluan-keperluan
anak berkebutuhan khusus tidak terabaikan dalam proses pembelajaran.
Pelayanan Khusus tersebut meliputi penanganan kepeserta didikan, kurikulum,
tenaga kependidikan, sarana prasarana, pendanaan dan lingkungan.
Penanganan kepeserta didikan meliputi perencanaan dan pelaksanaan
assesmen. Hal ini dimaksudkan dalam rangka membuat profile anak. Profile
sangat berguna yntuk memahami kebutuhan khusus anak dalam rangka
penyusunan kebutuhan pembelajaran secara individu.
Kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan anak sesuai profile tiap
peserta didik yang membutuhkan pelayanan khusus.
Tenaga kependidikan, dalam menangani anak yang memerlukan
pelayanan khusus, diperlukan tenaga-tenaga yang mampu menangani anak
berkebutuhan/ profesional.
Saran dan prasarana, seperti dalam pembelajaran anak-anak pada
umumnya , maka pembelajaran bagi anak tunagrahita pun , media
pembelajaran dan Alat Bantu pelajaran memegang peranan penting , hal ini
dikarenakan anak tunagrahita kurang mampu berfikir abstrak.
Alat Bantu pelajaran penting diperhatikan dalam mengajar anak tunagrahita.
Hal ini disebabkan anak tunagrahita kurang mampu berfikir abstrak, mereka
membutuhkan hal-hal kongkrit. Agar terjadinya tanggapan tentang obyek yang
dipelajari, maka dibutuhkan alat pelajaran yang memadai.
Pelaksanaan pembelajaran anak tunagrahita di Taman Kanak-kanak Elim
adalah belajar bersama-sama dengan anak normal lainnya dalam satu kelas/
kelompok dengan kurikulum yang sama, namun bagi anak yang berkebutuhan
16
khusus kurikulum disesuaikan dengan kondisi anak. Penambahan pelayanan
pendidikan (membaca,menulis) diberikan saat pelajaran berlangsung dilakukan
Oleh guru pendamping. Jika dirasa perlu anak yang berkebutuhan khusus
diberikan penambahan jam belajar saat istirahat atau setelah jam pelajaran selesai.
2. Tinjauan Tentang Membaca Permulaan
a. Pengertian Membaca
Membaca merupakan modal bagi seseorang untuk mempelajari buku dan
mencari informasi tertulis. Bagi siswa membaca juga menjadi modal agar dapat
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Menurut Munawir Yusuf (2005:134) “membaca merupakan aktifitas
auditif dan visual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf atau kata.”
Menurut Tampubolon dalam anggie (http://saunganggie.blogspot.com/2009)
“membaca pada hakekatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan
makna dari tulisan”.
Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulis tetapi juga memahami
maknanya. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai
bidang studis. Jika anak pada usia sekolah tidak segera memiliki
kemampuan membaca, maka anak akan mengalami banyak kesulitan
dalam beberapa bidang studi.
Ada lima tahapan perkembangan membaca yaitu : (1) kesiapan membaca,
(2) membaca permulaan, (3) ketrampilan membaca cepat, (4) membaca luas dan
(5) membaca yang sesungguhnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca
agar dapat belajar. Kemampuan membaca merupakan suatu kemampuan
untuk memahami informasi atau wacana yang disampaikan oleh pihak lain
melalui tulisan.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
membaca merupakan kegiatan yang sangat kompleks yang mencakup aktifitas
fisik dan mental untuk mengenal, memahami makna dari suatu simbol atau
tulisan. Dikatakan kegiatan fisik karena bagian tubuh khususnya mata beraktifitas
dalam kegiatan membaca. Dikatakan kegiatan mental karena bagian-bagian
17
pikiran khususnya persepsi yaitu kemampuan untuk menafsirkan apa yang dilihat
sebagai simbol atau kata dan ingatan terlibat didalam kegiatan ini.
Beberapa hal yang tercakup dalam pengertian membaca yaitu: membaca
merupakan suatu proses, strategis, interaktif. Membaca merupakan suatu proses
maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh
pembaca mempunyai peran utama dalam membentuk makna. Strategis
maksudnya membaca yang efektif menggunakan berbagai strategi yang sesuai
dengan teks yang dibaca. Interaktif maksudnya keterlibatan pembaca dengan teks
tergantung pada konteks.
Berdasarkan subtansinya pengertian membaca dapat diklasifikasikan men-
jadi tiga golongan, yaitu:
1) Pengertian sederhana, yaitu pengertian yang memandang membacac sebagai
proses pengenalan simbol-simbol tertulis bermakna.
2) Pengertian agak luas, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai
proses memahami bacaan,
3) Pengertian luas, yaitu pengertian yang memandang membaca sebagai proses
mengolah bacaan yaitu proses memaknai bacaan secara mendalam.
b. Tujuan Membaca
Membaca adalah gerbang menuju penguasaan ilmu pengetahuan. Betapa
pentingnya peranan membaca bagi kita semua. Dalam membaca kita mempunyai
banyak tujuan, tergantung pada situasi dan kondisi si pembaca.
Sejono (dalam Devid Haryalesmana,2009) mengemukakan bahwa tujuan
membaca dan menulis permulaan ialah “mengenalkan kepada siswa huruf-
huruf abjad sebagai tanda suara dan melatih kecakapan anak untuk
mengubah huruf menjadi suara dalam kata- kata sebagai pengertian”.
Tujuan membaca menurut Smith (Tampubolon, 2009) “membangun
pemahaman dari teks yang tertulis, menemukan makna dari bacaan atau tulisan
bukan mengenali huruf-huruf”.
Menurut Stauffer dalam Mathedu (2009) tujuan membaca membangun
konsep, mengembangkan perbendaharaan kata, memberi pengetahuan,
18
menambahkan proses pengayaan pribadi, mengembangkan intelektualitas,
mengerti dan memahami problem orang lain, mengembangkan konsep diri dan
sebagai suatu kesenangan.
Membaca mampu mengembangkan intelektualitas seseorang, karena dengan
membaca pengetahuan seseorang akan bertambah. Ilmu yang tidak kita mengerti
akan kita mengerti lewat membaca. Seseorang yang gemar membaca akan
nampak berbeda dengan orang yang tidak suka membaca saat mengemukakan
pendapat atau berargumentasi terhadap suatu masalah, karena ilmu atau
pengalaman nya yang didapat melalui membaca.
Berdasarkan pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa tujuan
membaca diantaranya:
1) Mengembangkan intelektualitas/ melatih kecakapan
2) Mendapatkan informasi
3) Membangun konsep diri
4) Melepaskan diri dari kejenuhan, kesedihan, bahkan keputusasaan
5) Membaca karena hoby
c. Pengertian Membaca Permulaan
Membaca permulaan merupakan tahapan anak dalam ketrampilan membaca
yang lebih tinggi. Membaca membuat pengetahuan semakin bertambah, banyak hal-
hal positif yang dapat kita ambil melalui membaca.
Menurut M. Brata (http://Mbahbrata-edu.blogspot.com/2009/06) membaca
permulaan adalah “tahapan proses belajar membaca bagi siswa untuk memperoleh
kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan
dengan baik.” Permulaan mengandung makna “awal”, membaca permulaan dapat
diartikan suatu tahapan awal yang dilakukan oleh anak untuk memperoleh kecakapan
dalam membaca, yakni kecakapan atau ketrampilan mengenal tulisan sebagai
lambang atau simbol bahasa, sehingga anak dapat menyuarakan tulisan tersebut.
Menurut Tarmizi (http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/02), “membaca
permulaan adalah tahap awal anak belajar membaca dengan fokus pada pengenalan
simbol-simbol huruf dan aspek-aspek yang mendukung pada kegiatan membaca
lanjut”.
19
Berdasarkan pendapat di atas penulis dapat simpulkan bahwa membaca
permulaan adalah tahap awal anak belajar mengenal huruf atau symbol bunyi dan
menyuarakannya, sebagai dasar anak dalam pembelajaran membaca berikutnya.
Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses
recoding dan decoding.
Proses recoding yaitu proses fisik yang berupa kegiatan mengamati
tulisan secara visual. mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta
kombinasinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjadi
suatu rangkaian bunyi dalam kombinasi kata, kelompok kata dan kalimat
bermakna.
Proses decoding merupakan proses psikologis berupa kegiatan berpikir
dalam mengolah informasi, melalui proses decoding gambar bunyi dan
kombinasinya diidentifikasikan, diuraikan kemudian diberi makna.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki
ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya tetapi masih dalam tahap
belajar untuk memperoleh ketrampilan/ kemampuan membaca. Membaca pada
tingkatan ini merupakan kegiatan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui
tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa
tersebut.
Syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh kemampuan membaca adalah:
1) Kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis
2) Penguasaan kosakata untuk memberi arti
3) Kemampuan memasukkan makna.
d. Tahap Pelaksanaan Membaca Permulaan
Pembelajaran membaca perlu melalui tahap-tahap yang sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan anak.
Tahap-tahap pelaksanaan membaca permulaan yang dikemukakan oleh M.
Brata (http://Mbahbrata-edu.blogspot.com/2009), ada dua, yakni :
1) Pembelajaran membaca tanpa buku
20
Dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku. Misalnya : kartu gambar, kartu huruf, dadu huruf, kartu kata, kartu kalimat, dan sebagainya.Cara ini menyenangkan untuk anak usia dini sesuai dengan karakteristiknya yaitu masa bermain, sehingga tahap pembelajaran seperti ini membuat anak bersemangat dan antusias.
2) Pembelajaran membaca dengan buku Pembelajaran dengan kegiatan membaca dengan menggunakan buku
sebagai bahan pelajaran.Buku bergambar, dengan kalimat sederhana dapat memotivasi anak
untuk membacanya. Anak terkadang ingin mengetahui cerita tentang gambar tersebut. Hal ini sangat baik bagi anak untuk dapat memahami arti dari suatu bacaan dalam bentuk sederhana.
Menurut Darmiyati Zuhdi (2001:4), “Dalam pelaksanaan metode SAS,
pelaksanaan membaca permulaan dibagi menjadi 2 tahap, yakni: membaca
tanpa buku dan membaca menggunakan buku”.
1) Membaca tanpa buku meliputi: merekam bahasa siswa, menampilkan gambar
sambil bercerita, membaca gambar dan sebagainya.
2) Membaca dengan menggunakan buku, anak dihadapkan pada tulisan-tulisan
yang ada di buku. Baik kegiatan membaca buku pelajaran. Membaca cerita
sederhana, dan yang lainnya.
Berdasarkan pendapat di atas penulis simpulkan bahwa tahap membaca
permulaan adalah tahap membaca tanpa buku, anak diperhadapkan dengan
gambar-gambar yang telah diketahui anak sehingga anak tertarik. dan tahap
menggunakan buku yakni setelah anak mengenal atau paham tentang simbol-
simbol bunyi atau huruf-huruf, anak diperhadapkan dengan bacaan.
Pada tahap ini anak perlu bantuan seperlunya selama membaca. Bantuan
yang diberikan umumnya berupa konkretisasi kata yang dibaca. Misalnya
ketika anak membaca “baju” ditunjukkan gambar baju atau bendanya.
Tahap membaca permulaan umumnya pada masa peka yaitu usia enam
atau tujuh tahun pada anak normal umunya, dan pada usia sembilan atau
sepuluh tahun pada anak tunagrahita. Pada tahap ini penguasaan kosa kata pada
anak masih sangat terbatas, penguasaan pada abjad belum sepenuhnya
dikuasai, jadi masih ada huruf yang sulit diucapkan dan sering salah dibaca.
21
Pengembangan yang tepat pada tahap membaca permulaan perlu sekali,
biasanya yang paling cocok dan sesuai alam anak yaitu membaca sambil
bermain, misalnya membaca menggunakan media kartu bergambar, media
lempar dadu huruf dan media yang menarik lainnya.
e. Metode Pengajaran Membaca
Agar pembelajaran membaca berhasil dengan baik, perlu menggunakan
metode yang menarik.
Tarmizi (http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/08), menawarkan berbagai
metode yang dipergunakan bagi bunyi. Metode kata lembaga, metode global,
dan metode SAS
1) Metode eja / bunyiAdalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah : dalam metode ini kita memperkenalkan abjad a sampai z beserta bunyi huruf atau fenom kepada anak.
2) Metode Kata lembagaMetode kata lembaga menggunakan pendekatan kata. Dalam metode ini kita mengajarkan membaca dengan menggunakan kata yang telah di kenal anak. Kemudian menguraikan kata tersebut menjadi suku kata dan huruf kemudian merangkai lagi.
3) Metode GlobalMetode Global menggunakan pendekatan kalimat. Kita bedakan kata-kata tersebut, kita kenalkan kepada anak suku kata, huruf dan bunyi huruf.
4) Metode SAS (Struktural Analisis Sintesis)Metode global kata yang dikenalkan kepada anak sudah berbentuk kalimat sederhana. Sedangkan pada metode SAS hanya menggunakan satu kata saja.
Abdurrahman (2003:214) mengemukakan metode pengajaran
membaca bagi anak pada umumnya:
1) Metode membaca dasarMenggabungkan berbagai prosedur untuk mengajarkan kesiapan, perbendaharaan kata, mengenal kata, pemahaman dan kesenangan membaca.
2) Metode fonikPemahaman pada pengenalan kata melalui proses mendengarkan bunyi huruf
3) Metode linguistikAnak diberikan suatu bentuk kata yang terdiri dari konsonan-vokal atau konsonan-vokal-konsonan, kemudian diajak memecahkan kode tulisan menjadi bunyi percakapan.
22
4) Metode SASMemecahkan kode tulisan yang berupa kalimat sederhana
5) Metode AlfabetikMengenalkan huruf. Merangkai huruf
6) Metode pengalaman bahasaMendengar, bercakap-cakap, menulis.
Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa ada berbagai macam
metode didalam pembelajaran membaca yang masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan, akan tetapi semua merupakan alat untuk membimbing anak-anak
dalam keberhasilan belajar umumnya dan membaca khususnya.
Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan dalam pembelajaran
membaca permulaan. Guru hendaknya memilih metode yang cocok dan sesuai
dengan situasi dan kondisinya. Pemilihan metode pembelajaran sebaiknya
dipergunakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Menyenangkan bagi anak
2) Tidak menyulitkan anak untuk mengikuti/ menerima
3) Efektif dan efisien
f. Pembelajaran Membaca Anak Tunagrahita
Untuk mencapai prestasi belajar yang optimal, maka perlu
memperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca yang
dikemukakan oleh beberapa ahli:
Menurut Slameto (1993:249), faktor- faktor yang mempengaruhi
kemampuan membaca adalah sebagai berikut:
1) Faktor yang berasal dari luar individu a) Faktor non sosial seperti: keadaan udara , suhu udara , cuaca, waktu,
letak tempat tinggal alat belajar ( alat tulis, alat peraga ). b) Faktor sosial adalah gangguan yang terjadi pada proses belajar,
seperti keadaan lingkungan kelas.2) Faktor yang berasal dari dalam individu.
a) Faktor Fisiologis.(1) Keadaan jasmani seperti lelah, lesu, ngantuk, sakit gigi,batuk.(2) Faktor Fisiologis ,keadaan fungsi jasmani terutama fungsi panca
indra. b) Faktor Psikologis, yaitu
(1) Sifat ingin tahu. (2) Kreativitas ,
(3) simpati kepada orang lain , (4) memperbaiki kegagalan,
23
(5) rasa aman , (6) adanya ganjaran atau hukuman.
Menunut Kirk, Kliebhan dan Lerner seperti dikutip oleh Mercer (dalam
Mulyono Abdurrahman, 2003 : 201) ada delapan faktor yang
memberikan sumbangan bagi keberhasilan belajar membaca yaitu: (1)
kematangan mental, (2) kematangan visual, (3) kemampuan mendengarkan, (4)
perkembangan wicara dan bahasa, (5) ketrampilan berpikir dan
memperhatikan, (6) perkembangan motorik, (7) kematangan sosial dan emosional,
(8) motivasi dan minat.
Berdasarkan pendapat di atas penulis simpulkan bahwa banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan membaca, termasuk keadaan fungsi jasmani,
keadaan atau fungsi mental, kematangan berpikir, motivasi maupun minat.
Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami gangguan dalam
kematangan berpikirnya untuk itu pembelajaran membaca bagi anak tunagrahita
dilakukan dengan menggunakan metode dan media yang sesuai dengan
karakteristik dan kemampuan anak.
Pelaksanaan pembelajaran membaca bagi anak tunagrahita di Taman
Kanak-Kanak Elim dilakukan dengan memperhatikan kemampuan anak serta
pemilihan berbagai macam metode dan berbagai media yang tepat, sehingga
mampu menimbulkan motivasi belajar membaca pada anak untuk tercapainya
tujuan.
Metode yang digunakan metode eja, anak belajar mulai dari pengenalan
huruf demi huruf, suku kata, kata-kata sederhana. Penggunaan metode eja ini
dikombinasikan dengan berbagai alat peraga yang menarik perhatian anak,
misalnya dengan puzle, gambar, kartu huruf, Video dan sabagainya.
Peneliti mencoba untuk menggunakan media lempar dadu huruf dalam
pembelajaran membaca permulaan yang bertujuan memberi model lain yang
dapat membangkitkan minat anak dalam membaca.
24
3. Tinjauan tentang Media Permainan Lempar Dadu Huruf
a. Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah mempunyai arti antara, perantara atau
pengantar.Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan ke
penerima pesan. Terkait dengan pembelajaran , media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada
penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran , perasaan dan perhatian
anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan
Menurut Wijaya Kusumah (2008), “ kata media berasal dari bahasa
latin medium adalah sesuatu terletak ditengah (antara dua kutub atau antara
dua pihak) atau suatu alat “.
Menurut Association for Educational Communications
Teahnology (AECT) di Amerika yang dikutip oleh Wikipedia (2009), “Media
pendidikan ialah segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan / informasi”.
Menurut Gagne (dalam Arief S. Sadiman, dkk, 2003 : 6) “media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajarnya”.
Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan, media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran terjadi dan berlangsung lebih efisien.
b. Pengertian Media Lempar Dadu Huruf
Dadu adalah bentuk dari suatu benda yang biasanya kita gunakan dalam
permainan. Dalam Wikipedia menyebutkan “kata Dadu berasal dari bahasa
latin “datum” yang berarti suatu yang diberikan atau dimainkan. adalah sebuah
25
obyek kecil yang umumnya berbentuk kubus yang digunakan untuk
menghasilkan angka atau simbol acak”.
Dadu adalah sebuah benda yang berbentuk kubus. Pada keenam sisi-
sisinya biasanya tertera gambar lubang-lubang yang berbeda jumlahnya.
Gambar lubang atau lingkaran satu pada satu sisi, lingkaran atau lubang dua
pada satu sisi demikian seterusnya pada sisi-sisi yang lainnya.
Dadu biasanya digunakan sebagai alat untuk berjudi, dengan menebak
sisi yang muncul pada setiap lemparan, ataupun dengan ketentuan tertentu
yang disepakati dalam permainan tersebut.
Penulis menggunakan dadu yang dirancang dengan simbol huruf pada
setiap sisi-sisnya sebagai media pembelajaran dalam rangka pengenalan huruf,
merangkai huruf menjadi suku kata, kata dan kalimat sederhana, untuk
keperluan meningkatkan kemampuan anak dalam membaca permulaan.
Tujuan pembelajaran ini untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan pada anak.
c. Fungsi Media Permainan Lempar Dadu Huruf
Media bermain lempar dadu huruf memiliki fungsi untuk memotivasi
anak dalam belajar lewat bermain, seperti media dalam pendidikan lainnya.
Menurut Arief S. Sadiman , dkk. (2003 : 16-17) media dalam
pendidikan mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).2) Mengatasi keterbatasan ruang , waktu dan daya indra seperti : a ) Obyek terlalu besar - bisa digantikan dengan realitas gambar, film bingkai , film dan model.
b) Obyek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film dan gambar c) Gerak yang terlalu lambat atau dapat dibantu high speed photography
atau low speed photography. 3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi
dapat diatasi sikap pasif anak didik dalam hal ini media berguna untuk:a) Menimbulkan kegairahan belajar.
26
b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan.
c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungandan pengalaman yang berbeda , sedang kurikulum, dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilaman latar belakang guru dan siswa sangat berbeda, masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan.
Menurut Oemar Hamalik (2005: 19) manfaat secara umum
media pembelajaran memiliki fungsi seperti berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistik, artinya hanya berbentuk kata-kata tertulis atau tulisan.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, misalnya obyek yang besar diganti gambar, obyek yang terlalu kecil bisa diganti proyektor mikro, film bingkai,gambar, sedang gerak yang lambat atau cepat bisa dibantu dengan time - lapse atau high- speed phography, tentang kejadian masa lalu dapat ditampilkan kembali lewat rekaman film, video, film bingkai, foto, kemudian obyek yang terlalu komplek bisa dibantu dengan modul,diagram, terakhir konsep yang sangat luas seperti gunung berapi, gempabumi, iklim dan divisualisasikan dalam bentuk film , film bingkai, gambar dan lain sebagainya.
3) Menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi akan dapat diatasi sikap fasif anak didik atau siswa. Dalam situasi demikian media pembelajaran dapat menimbulkan kegaerahan belajar dan memungkinkan terjadinya interaksi secara langsung antara anak didik dengan lingkungan serta memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
Menurut Wijaya Kusumah (2008), media dapat mempertinggi proses
belajar siswa dalam gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang tercapai.
Ada beberapa alasan diantaranya yang berkenan dengan manfaat media
pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:
1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai materi lebih baik.
3) Metode mengajajar akan lebih bervariasi.
27
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemostrasikan dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas fungsi media dapat penulis simpulkan
sebagai berikut:
1) adanya media penyajian pesan tidak terlalu bersifat verbalistik,
atau penyajian menjadi lebih jelas.
2) Objek terlalu luas atau sempit yang sebenarnya tidak dapat ditampilkan
akirnya dapat ditampilkan.
3) Memfariasikan penyajian pendidikan dan mengaktifkan siswa
dalam penyajian pendidikan
4) Untuk menarik perhatian siswa dan memutivasi siswa.
5) Utuk memutivasi siswa belajar sendiri
Media ini merupakan alat peraga yang setiap sisinya memiliki simbol
huruf. Media ini berfungsi sebagai sarana mengenalkan atau mengingatkan
kembali pada anak pada huruf-huruf, merangakai menjadi suku kata, kata dan
kalimat sederhana untuk meningkatkan kemampuan membaca mereka.
Fungsi dari dadu huruf ini adalah untuk menebak huruf yang akan keluar
pada sisi yang muncul/posisi atas atau menurut kesepakatan dalam permainan
ini. Selanjutnya menyusun sisi-sisi yang muncul atau yang telah disepakati
menjadi susku kata, kata atau kalimat-kalimat sederhana. Anak membaca dari
hasil permainan tersebut, dengan bimbingan guru bagi mereka yang belum atau
kurang mampu.
Selain fungsi utama yang disebutkan di atas, media ini jaga berfungsi
untuk meningkatkan aktifitas fisik dan motorik lainnya. Anak lebih terampil
dalam motorik halusnya maupun motorik kasarnya berkembang dan anak
semakin sehat.
d. Kelemahan dan Kelebihan Permainan Lempar Dadu Huruf
Tidak ada satupun metode pengajaran yang tidak memiliki kekurangan,
semua metode pembelajaran memiliki kelemahan dan kelebihan. Demikian
28
juga dengan pembelajaran dalam bentuk permainan lempar dadu huruf ini, ada
kelemahan dan kelebihannya.
Kelemahan dari pembelajarandengan mempergunakan media lempar
dadu huruf adalah:
1) Menyita banyak waktu
Untuk membaca satu huruf memerlukan banyak waktu, karena anak harus
melempar terlebih dahulu sebuah dadu kemudian memperhatikan untuk
dibaca, Untuk membaca suku kata memerlukan waktu yang agak lama
karena harus melempar dua atau tiga huruf kemudian disusun dan dibaca,
Untuk membaca suku kata anak harus mengambil empat dadu (KVKV),
diliempar, disusun kemudian dibaca.
2) Kadang-kadang huruf yang muncul tidak membentuk kata yang punya arti.
Misalnya anak mengambil dadu pada kelompok vokal dan dilemparkan,
lalu mengambil dadu pada kelompok konsonan dan dilemparkan, kadang-
kadang vokal yang muncul setelah digabung dengan konsonan tidak
membentuk kata yang memiliki arti.
Contoh: - lemparan pertama konsonan yang muncul adalah b
- lemparan kedua vokal yang muncul adalah i
- lemparan ketiga konsonan yang muncul adalah l
- lemparan keempat vokal yang muncul adalah u
Kata yang muncul setela dadu disusun adalah b i l u
3) Memerlukan banyak sekali dadu.
Dadu harus dipersiapkan dalam jumlah yang banyak, tidak hanya
sebanyak jumlah huruf dalam satu abjad akan tetapi lebih dari itu, agar
kata-kata yang dapat disusun oleh anak dalam jumlah yang banyak dan
bervariasi.
Kelebihan dari pembelajaran membaca permulaan lewat bermain
lempar dadu huruf ini adalah :
1) Anak memilih sendiri dadu huruf yang dilemparnya sehingga anak
bersemangat. Pemberian kesempatan kepada anak untuk menentukan
29
pilihan merupakan hal yang menyenangkan bagi anak, anak merasa
bersemangat dan kepercayaan dirinya tumbuh.
2) Tidak mengantuk dan bosan karena anak beraktifitas dengan aktif.
Anak diberi kesempatan untuk mengambil/memilih, melempar, menyusun
dan membacanya, sehingga anak aktif. Saat anak memilih ada aktifitas
dalam segi kognitif dan motorik halus, saat anak melempar ada aktifitas
dalam motorik kasarnya. Setelah melempar anak dengan senangnya cepat-
cepat ingin mengetahui apa isi/ bacaan dari lemparan yang akan
disusunnya. Saat menyusun aktifitas dalam kognitifnya bekerja, motorik
halusnya juga bekerja. Anak ingin segera membaca dari hasil lemparan
yang telah disusun tadi dengan mengaktifitaskan aspek kognitifnya.
3) Anak tertarik untuk mengetahui huruf apa yang keluar dan kata apa yang
muncul dari setiap lemparan yang dibuatnya sendiri. Anak akan merasa
bangga jika huruf yang dilemparnya dapat membentuk suatu kata yang
memiliki arti. Anak yang belum dapat menyusun huruf menjadi kata akan
berusaha mencoba lagi sehingga mereka memiliki keinginan untuk
mencoba dan mencoba lagi.
Guru berperan sebagai motivator, dalam hal ini, memotivasi anak untuk
mengambil, melempar dadu dengan antusias, menebak huruf yang muncul
dan menyusun serta membacanya.
Pemberian reward atau penghargaan setiap keberhasilan anak akan
membuat anak lebih bersemangat dan merasa dihargai.
e. Langkah-langkah Pengajaran dengan Menggunakan Media Permainan
Lempar Dadu Huruf
Dalam pembelajaran melalui media bermain lempar dadu huruf ini
terlebih dahulu diperkenalkan kepada anak, alat permainan yang akan kita
pakai sebagai media pembelajaran, yakni dadu. Komentar apa yang diberikan
anak tentang benda ini. Setelah anak memberikan pendapatnya tentang dadu,
lalu kita jelaskan kepada anak informasi seputar dadu sesuai dengan tingkat
kemampuan berpikir anak. Dijelaskan kepada anak, bahwa dadu memiliki 6
30
sisi, Dadu yang sering kita lihat setiap sisinya terdapat lubang yang setiap
sisinya berbeda jumlahnya satu dengan sisi yang lain, dari satu lubang, dua
lubang hingga enam lubang. Pada pembelajaran ini dadu setiap sisinya diberi
simbol huruf., masing-masing sisi terdapat satu simbol huruf.
Dadu dikelompokkan menjadi 2. Kelompok 1 adalah dadu dengan
huruf vokal kelompok 2 dadu dengan huruf konsonan. Anak mengambil 1 kali
dan melempar dadu dari kelompok satu/huruf vokal, kemudian mengambil dan
melempar dadu dari kelompok huruf konsonan sesuai pilihan anak. Anak
disuruh mengamati dan menyebutkan huruf apa yang muncul atau yang berada
pada posisi atas. Hal ini dilakukan untuk mengenal huruf. Jika anak telah
melakukan berkali-kali dan telah paham atau mampu membaca huruf yang ada
pada posisi atas, dilanjutkan dengan mengambil dadu bergantian dari kelompok
satu dan dua selama empat kali. Setelah empat kali lemparan anak
memperhatikan dan membaca huruf yang telah terkumpul dan tersusun.
Permainan ini dilakukan berulang-ulang sehingga anak aktif dalam
pembelajaran, merasa senang sehingga kemampuan membaca permulaan pada
anak mengalami peningkatan
f. Penerapan Pembelajaran dengan Menggunakan Media Bermain Lempar
Dadu Huruf pada Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita dalam belajar perlu ditunjukkan dengan benda
kongkrit (simbol bunyi, dalam pembelajaran membaca) secara kongkrit lewat
tulisan.
Anak tunagrahita memiliki kemampuan berpikir di bawah teman-
teman normal lainnya. Melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan bagi
anak tunagrahita adalah salah satu cara untuk membangkitkan motivasi anak
dalam pembelajaran.
Penerapan permainan lempar dadu huruf bertujuan untuk memotivasi
anak dalam mengikuti pelajaran, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Penerapan permainan lempar dadu huruf adalah sebagai media serta alat peraga
yang digunakan dalam pembelaran pengenalan huruf, membaca suku kata,
membaca kata-kata sederhana. Anak ditunjukkan lambang-lambang dari setiap
31
huruf yang ada dalam dadu, kemudian disuruh mengambil, melempar dan
membacanya. Untuk membaca suku kata anak diberi kesempatan mengambil
satu dadu kelompok konsonan, kemudian dilempar dan satu dadu kelompok
vokal, dilempar lalu keduanya disusun sehingga muncul suku kata. Untuk
membaca kata dilakukan empat kali lemparan dari dadu KVKV, kemudian
disusun sehingga membentuk kata yang dapat dibaca anak.
Usia dini adalah masa bermain, sesuai dengan karakteristik anak
pembelajaran yang diberikan hendaknya dikemas dalam bentuk permainan
yang mendidik, yang mampu merangsang sel otak sehingga anak memiliki
perkembangan dan pertumbuhan yang baik secara optimal.
Pembelajaran membaca permulaan di Taman Kanak-Kanak dapat
diberikan lewat suatu permainan yang menyenangkan anak, tidak membebani
sehingga anak merasakan belajar seraya bermain.
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan berbagai media yang
variatif akan tidak membuat anak menjadi bosan, bersemangat dan ingin
mengetahui leebih banyak lagi.
Penggunaan media bermain lempar dadu huruf pada Taman Kanak-
Kanak Elim menjadikan suana penuh dengan semangat dan antusias. Demikian
juga pengaruhnya terhadap anak tunagrahita yang bersama-sama belajar
dengan anak normal lainnya sangat kelihatan, hal ini dibuktikan lewat
pengamatan yang dilaksanan dan hasil nilai yang diperoleh siswa tunagrahita
pada pembelajaran membaca permulaan.
B. Kerangka Berfikir
Membaca merupakan salah satu bidang akademik yang harus segera
dimiliki oleh siswa termasuk anak tunagrahita ringan. Karena manfaat membaca
mampu meningkatkan belajar pada bidang akademik yang lain. Membaca
merupakan salah satu bidang akademik yang harus segera dimiliki siswa,
termasuk anak tunagrahita, karena membaca mampu meningkatkan prestasi
belajar pada bidang akademik lainnya. Dengan membaca seseorang mengerti
banyak hal. Memperoleh informasi-informasi dan menjadikan seseorang
32
bertambah luas wawasannya. Membaca dapat digunakan untuk mengembangkan
perbendaharaan kata, menambah proses pengayaan pribadi, mengembangkan
intelektualitas Membaca mempunyai nilai besar untuk orang dewasa karena
berkontribusi pada perkembangan, seperti dapat membebaskan dari tekanan,
bekerja dengan penuh inisiatif, mendapatkan informasi untuk memecahkan
konflik dan mengenali dan lain sebagainya.
Membaca merupakan kata kerja dengan kata dasar “baca” yang memiliki
arti melihat tulisan dan megerti atau dapat melisankan apa yang tertulis (W.J.S.
Poerwadarminta 1984 : 71).
Membaca merupakan kegiatan fisik dan mental untuk menemukan
makna dari tulisan aktifitas fisik yang berkait dengan membaca adalah gerak mata
dan ketajaman penglihatan. Aktifitas mental mencakup ingatan dan pemahaman.
Membaca bukanlah suatu kegiatan yang mudah. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam membaca. Secara umum faktor-
faktor tersebut dapat diidentifikasi seperti guru, siswa, kondisi lingkungan, materi
pelajaran, serta tehnik mempelajari materi pelajaran.
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca, anak
belajar memperoleh kemampuan dan cara-cara dalam membaca dan menangkap
isi bacaan.
Tahap membaca permulaan umumnya diajarkan pada saat tibanya masa
peka, yaitu enam tahun atau tujuh tahun bagi anak normal atau sembialn atau
sepuluh tahun.
Usia peka atau usia dini merupakan fase anak bermain, untuk itu segala
pembelajaran yang diberikan kepada anak harus dalam bentuk bermain. Sehingga
anak merasakan sesuatu kesenangan didalam belajar bukan suatu beban atau
tekanan.
Demikian juga dalam belajar membaca permulaan, bentuk permainan
dapat menarik anak untuk belajar dengan tanpa beban. Permainan dapat
dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengetahui huruf-huruf yang ada, kemudian
dapat dilanjutkan dengan kata-kata yang sangat sederhana sesuai dengan usia dan
kemampuan anak.
33
Kata “kemampuan” berasal dari kata dasar “mampu” yang berarti
mengandung makna yang sama dengan kata “bisa atau sanggup melakukan
sesuatu”. Sedangkan kemampuan diartikan kesanggupan, kecakapan untuk
melakukan sesuatu.
Untuk itu perlu dilakukan suatu strategi untuk membuat anak tertarik
pada membaca yaitu dengan pembelajaran melalui media bermain lempar dadu
huruf. Media ini melibatkan siswa secara aktif. Permainan yang dilakukan sesuai
peraturan yang telah ditetapkan membuat anak belajar untuk berdisiplin.
Pemberian reward pada setiap kata yang memiliki makna akan lebih
meningkatkan antusias anak sehingga anak terangsang terus pada akhirnya anak
memperoleh pengetahuan dan pemahaman konsep lebih mendalam terhadap
materi yang diajarkan dengan menggunakan media permainan lempar dadu huruf
dalam membaca permulaan untuk anak tunagrahita ringan diharapkan prestasi
belajarnya meningkat.
Adapun kerangka berpikir pembelajaran dengan menggunakan media
bermain lempar dadu huruf adalah sebagai berikut :
34
Kondisi awal kemampuan membaca sebelum
Pembelajaran menggunakan media
Bermain lempar dadu huruf
Tindakan Pembelajaran menggunakan
media bermain lempar dadu huruf
Kemampuan membaca permulaan
Kondisi Akhir setelah menggunakan media bermain
lempar dadu huruf
Keterangan:
Kondisis awal adalah kondisi anak sebelum pembelajaran dengan
menggunakan media lempar dadu huruf dilaksanakan, yakni kemampuan
membaca permulaan sangat rendah.
Tindakan adalah melaksanakan apa yang telah direncanakan sebelumnya,
yaitu pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media
lempar dadu huruf.
Kondisi akhir adalah kondisi setelah pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media bermain lempar dadu huruf.
C. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “melalui pembelajaran
dengan menggunakan media lempar dadu huruf, maka kemampuan membaca
permulaan siswa tunagrahita kelas B Taman Kanak-kanak Elim Sragen
meningkat”.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Tempat penelitian tindakan kelas adalah Kelas B Taman Kanak-kanak
Elim Sragen, Jln. Raya Sukowati no.80 Sragen.
Pengamatan terhadap hasil pembelajaran membaca permulaan adalah
selama dimulainya semester II TK A. Penelitian dilakukan di kelas B Taman
Kanak-Kanak Elim Sragen didasarkan pada pertimbangan :
1. Taman Kanak-Kanak Elim adalah tempat dimana penulis mengajar dan juga
sebagai wali kelas.
2.Melihat adanya perbedaan yang sangat signifikan pada kedua siswa yang
mengalami keterlambatan didalam kemampuan membaca permulaan
dibandingkan dengan empat belas murid yang lainnya. Penelitian berlangsung
selama bulan Juli sampai september 2010.
Rincian kegiatan penelitian tersebut adalah, persiapan penelitian,
koordinator persiapan tindakan pelaksanaan (perencanaan, tindakan, monitoring,
evaluasi dan refleksi). Penyusunan laporan pendidikan, penyempurnaan
berdasarkan saran dari dosen pembimbing dan pihak lain yang dirasa perlu.
Penggandaan dan pengiriman laporan pendidikan.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian Tindakan kelas ini adalah siswa tunagrahita kelas B
Taman Kanak-kanak Elim Sragen. Di kelas tersebut terdapat dua anak sebagai
subyek penelitian yaitu Farel dan Ian Rudianto.
Farel memiliki karekteristik sebagai berikut:
1. Anak cenderung pendiam
2. Kurang semangat dalam mengikuti kegiatan belajar namun dalam bermain
sangat bersemangat melebihi teman-temannya.
3. Mengenal huruf tertentu saja
4. Belum dapat membaca
36
5. Lambat dalam menjawab pertanyaan.
Ian Rudianto memiliki karakter sebagai berikut:
1. Anak sangat banyak bergerak, cenderung hiperaktif
2. Sulit berkonsentrasi
3. Tidak peduli, jika ditanya tidak memberikan respon jika pertanyaan tidak
diulang-
Ulang
4. Suka mengganggu,
5. Mampu membaca suku kata, kata sederhana jika dibantu.
C. Data dan Sumber Data
Data Penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang
kemampuan membaca khususnya dan kemampuan menulis serta kemampuan lain
umumnya. Nilai yang dicapai siswa selama pembelajaran di kelas A.
No N a m a Jenis kelaminL P
U s i a Nilai Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 910111213141516
A A KA RE NFI RJ GK NL TL RR WS PT LT AY
Y K
L
L
L
L
L
L
P
PP
Pp
p
pp
p
55,25
5,55
5,35,75,45,5565
5,25,75,35
85 80 80 85 30 35 85 90 95 90 90 85 90 85 95 95
√√√√- (Subjek)- (Subjek)√√√√√√ √√√√
37
Nilai di Taman Kanak-kanak adalah berupa simbol yang memiliki
bobot tertentu, demikian juga di taman kanak-kanak Elim Sragen menggunakan
simbol bintang yang memiliki bobot nilai 2,5. Nilai tertinggi adalah bintang 4
(****) yang memiliki bobot nilai 10.
Rata-rata nilai yang dicapai kedua subjek tersebut adalah bintang 1 dan
bintang 2. Jika dibandingkan keduanya anak ian sering memperoleh nilai lebih
tinggi dari pada farel, yaitu bintang 2. Ian lebih sedikit mampu membaca suku
kata dan kata–kata sederhana daripada Farel.
Metode-metode yang digunakan guru yang tepat sesuai dengan kondisi
anak akan mampu meningkatkan kemampuan membaca pada anak, hanya
penerapan metode yang kurang menarik membuat anak menjadi jenuh dan tidak
bersemangat khususnya bagi Farel dan Ian, untuk itu peneliti mencoba
menggunakan media bermain lempar dadu huruf agar anak tertarik.
Sumber data dari dari penelitian ini adalah siswa dan guru. Peristiwa
yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dokumen atau arsip yang berupa
kurikulum kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, hasil kegiatan anak dan
buku penilaian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data adalah suatu prosedur yang sitematik
dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Oleh karena itu
kualitas data sangat ditentukan oleh alat pengumpul data atau alat ukuran,
sehingga data benar-benar valid dan reliable. Adapun tehnik pengumpulan data
yang digunakan adalah dengan tes, observasi, dokumentasi.
1. Tes
a. Pengertian test
Untuk mengetahui kemampuan anak diperlukan alat untuk mengukur.
Alat ukur kemampuan terseburt adalah test.
Menurut Suharsimi Arikunto (2005:127) test adalah “serentetan pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur, ketrampilan.
38
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau
kelompok”.
Menurut Baitul Alim (http://www.psikologzone.com/2006) “Suatu tes
dapat didefinisikan sebagai suatu tugas atau serangkaian tugas- tugas yang
digunakan untuk memperoleh tentang suatu atribut atau hasil
pendidikan yang representative”.
Berdasarkan dua pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa tes
adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab untuk mengukur
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
Tujuannya tes adalah : untuk mengukur kemampuan ketrampilam,
kemampuan, kecerdasan dan bakat yang dimiliki anak atau seseorang.
. Untuk mengukur sejauh mana kemampuan anak sebelum
pembelajaran melalui media lempar dadu huruf dilakukan, yaitu melalui
pretest.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan, pada akhir pembelajaran diadakan
postest untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang dicapai dalam
membaca permulaan dengan menggunakan media bermain lempar dadu huruf.
b. Jenis – Jenis tes
Ada beberapa jenis tes yang dapat dipergunakan untuk mengukur
kemampuan seseorang adalah sebagai berikut:
Menurut Baitul Alim (2006). Jenis tes dikelompokkan menjadi : “ Tes
intelegensi, tes bakat, tes hasil belajar, dan tes kepribadian “.
Menurut Pandit, PL (2010:12) Jenis tes dikempokkan menjadi:
1 ) Tes IntelegensiTes kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berpikir, terutama berkaitan dengan potensi untuk mencapai taraf prestasi tertentu dalam belajar di sekolah ( Mental ability Test ; Intelegence Test; Academic Ability test; Scholastic Aptitude Test ). Jenis data yang dapat diambil dari tes ini adalah kemampuam intelektual atau kemampuan akademik.
2 ) Tes BakatTes kemampuan bakat, mengatur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam studi tertentu, program pendidikan vokasional tertentu atau bidang pekerjaan tertentu, lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan intelektual (Test of Specific Ability ; Aptitude Test ).
39
Kemampuan khusus yang diteliti itu mencakup unsure-unsur intelegensi, hasil belajar, minat dan kepribadian yang bersama-sama memungkinkan untuk maju dan berhasil dalam suatu bidang tertentu dan mengambil manfaat dari pengalaman belajar dibidang itu
3 ) Tes Minat Tes minat, mengatur kegiatan–kegiatan macam apa paling disukai seseorang. Tes macam ini bertujuan membuat orang mudah dalam memilih macam pekerjaan yang kiranya paling sesuai baginya (Test of Vocational Interest ).
4 ) Tes Kepribadian Tes kepribadian, mengatur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas
bersifat kognitif, seperti sifat karakter, sifat temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, relasi-relasi sosial dengan orang lain, serta bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri. Tes proyektif, meneliti sifat-sifat kepribadian seseorang melalui reaksi –reaksinya terhadap suatu kisah, suatu gambar atau suatu kata; angket kepribadian, meneliti berbagai ciri kepribadian seseorang dengan menganalisa jawaban-jawaban tertulis atas sejumlah pertanyaan untuk menemukan suatu pola bersikap, bermotivasi atau bereaksi emosional, yang khas untuk orang lain itu.
Kelemahan Tes proyektif hanya diadministrasi oleh seorang psikolog yang berpengalaman dalam menggunakan alat itu dan ahli dalam menafsirkannya.
5 ) Tes Perkembangan Vocasional Tes vocasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal
kesadaran kelak akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan ( vocation ) dalam memikirkan hubungan antara memangku suatu jabatan dan cirri-ciri kepribadian serta tuntunan-tuntunan sosial ekonamis; dan dalam menyusun serta mengimplementasikan rencana pembangunan masa depannya sendiri. Kelebihan tes semacam ini meneliti taraf kedewasaan orang muda dalam mempersiapkan diri bagi partisipasinya dalam dunia pekerjaannya ( career maturity )
6 ) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)Tes yang mengukur apa yang telah dipelajari pada berbagai bidang studi, jenis data yang dapat diambil menggunakan tes hasil belajar (Achievement Tes ) ini adalah taraf prestasi dalam belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang jenis tes, penulis simpulkan
yaitu tes tertulis, tes lesan, tes bakat, tes kepribadian dan tes perkembangan
vocasional.
40
Penelitian ini, jenis tes yang penulis gunakan adalah: tes lisan, dan tes perbuatan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan membaca siswa
sebelum dan setelah diberi tindakan.
2. Pengamatan / Observasi
a. Pengertian Observasi.
Menurut Suharsimi Arikunto (2005 : 145) “observasi adalah
pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu
objek
dengan menggunakan seluruh alat indra”.
Menurut Muhammad Idrus (2007 : 129) “observasi atau pengamatan
merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis”.
Berdasarkan pendapat diatas penulis simpulkan: observasi adalah
suatu tindakan pengamatan dan pencatatan yang dilaksanakan secara langsung,
partisipan dan sistimatis terhadap suatu obyak dengan menggunakan seluruh
alat indra.
Sedang observasi penulis gunakan yaitu obsevasi partisipan (aktif) dan
sistematis.
b. Jenis Observasi
Observasi ada beberapa macam atau jenis. Menurut Suharsimi
Arikunto
(2005 : 147) observasi ditinjau dari jenisnya ada dua macam , yaitu:
1 ) Observasi nonsistematis , yaitu Observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan
tidak menggunakan instrumen.
2 ) Obsevasi sistematis yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
41
Sedang menurut Sutrisno Hadi (2000 :141- 150) jenis observasi
dibedakan atas :
1 ) Observasi Partisipan - Observasi Nonpartisipan.Observasi Partisipan yaitu jika orang mengadakan observasi turut ambil
dalam kehidupan orang yang diobsevasi, Sedang observasi nonpartisipan justru sebaliknya.
2 ) Obsevasi sistematis - Observasi nonsistematis Obsevasi sistematis yaitu dimana obseever menggunakan kerangka
materi atau instrumen untuk memudahkan dalam malakukan observasi. Sedang observasi nonsistematis justru sebaliknya.
3 ) Obsevasi Eksperimental - Obsevasi Noneksperimental.Obsevasi Eksperimental yaitu dimana observer oran yang didikte
oleh jalannya arus peristiwa .
Berdasarkan pendapat tentang jenis observasi penulis simpulkan
yaitu:
observasi partisipan , sistematis dan eksperimen.
Adapun dalam penelitian ini jenis obsevasi/pengamatan yang penulis
gunakan adalah observasi atau pengamatan partisipan dan sistematis.
3. Dokumentasi
a. Pengertian
Dokumen adalah salah satu alat pengumpul data , untuk melengkapi data,
yang dirasa kurang lengkap atau kurang yakin bila tidak didukung dengan
dokumen.
Menurut Suharsimi Arikunto (2005 : 206) ”Dokumen merupakan salah
satu media yang digunakan untuk melengkapi data mengenai hal – hal yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah , prasasti, notulen rapat,
agenda, dan sebagainya”.
Menurut Pandit P L (2010:12) Istilah dokumen dipakai untuk satu
informasi tunggal , a single unit of information (setunggal informasi), pada
umumnya berisi teks, tetapi mengandung bentuk lain seperti gambar,suara hidup
(moving images ).Dokumen bisa pula dikategorikan menurut bentuk fisiknya ,
misalnya sebuah buku, sebuah berkas, sebuah e- mail, sebuah halaman Web.
42
Berdasarkan pendapat di atas penulis simpulkan, dokumen adalah
pengumpulan data melalui peninggalan tertulis bisa surat kabar, transkrip,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, buku, berkas, sebuah e-mail dan arsip –
arsip lain yang ada kaitannya dengan prestasi keadaan siswa.
Dokumen yang penulis gunakan adalah raport, daftar nilai, catatan atau
buku ulangan harian siswa, untuk mengetahui kemampuan siswa pada umumnya,
dan kemampuan membaca permulaan khususnya.
b. Jenis Dokumentasi
Untuk melengkapi data dalam penelitian, dukumen merupakan
pelengkap salah satu diantara data – data yang telah ada. Adapun jenis
dokumen sebagai pelengkap penelitian ini adalah:
Menurut Fu’adz Al-Gharuty (2009), dokumen catatan kesiswaan yang
berada disetiap sekolah, isinya tentang hasil atau prestasi belajar, latar
belakang keluarga, keadaan dan perkembangan pribadi siswa, aktivitas
disekolah dan di luar sekolah.
Menurut Sawarji Suwandi (2008 : 68) dokumen atau arsip terdiri
dari:
Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru, buku atau
materi pelajaran, hasil tulisan atau karangan siswa, dan nilai yang diberikan
guru.
Berdasarkan pendapat diatas, jenis dokumen penulis simpulkan yaitu
dokumen catatan kesiswaan, dokumen hasil karya siswa, dokumen Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru, dokumen nilai yang diberikan
guru. Jenis dokumen penulis gunakan adalah jenis dokumen catatan
kesiswaan, terutama kemampuan membaca anak tunagrahita sebelum
menggunakan media bermain lempar dadu huruf.
43
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Tes adalah alat pengukur prestasi belajar anak didik, agar tes dapat
digunakan sebagai alat pengukur prestasi belajar yang baik, maka tes tersebut
harus memenuhi syarat sebagai tes yang baik, yakni validitas.
Tes valid artinya tes yang dibuat hendaknya dapat mengukur apa yang
dapat diukur. Tes yang disusun harus sesuai dengan materi yang pernah diajarkan
dan mempunyai taraf kesukaran yang sama dengan kemampuan peserta didik.
Jenis-jenis validitas tes menurut Sutrisno Hadi (2000:111) antara lain:
“facer validity, logical validity, factorial validity, conten validity, external
validity, internal validity dan empirical validity”.
Penulis dalam penelitian ini menggunakan uji validitas conten validity,
yaitu instrumen dari beberapa butir tes yang mencerminkan suatu faktor yang
tidak menyimpang dari fungsi instrumen berupa kisi-kisi buatan guru berdasarkan
KTSP.
Tes harus reliabel, tes cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik
tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-
jawaban tertentu (Suharsini Arikuntoro, 2005:142). Instrumen yang sudah dapat
dipercaya , yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Tehnik reliabilitas menggunakan standar isi berdasarkan standar standar
kompetensi dan kompetensi dasar dalam pembelajaran membaca sesuai dengan
KTSP.
F. Validitas Data
Agar penelitian dapat dipertanggungjawabkan diperlukan adanya
validitas sehingga data tersebut dapat dijadikan dasar yang kuat untuk menarik
kesimpulan. Validitas data adalah data yang sesuai dengan apa yang akan diukur.
Teknik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah riview informasi
kunci dan triangulasi.
44
“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau
pembandingan data itu.” Lexy Moelong dalam Sarwiji Suwandi (2008 : 69).
Teknik triangulasi digunakan sumber data sebagai berikut:
1. Triangulasi sumber data
a. Pemberian tes, membaca huruf awal kartu bergambar:
b. Data dari raport semester II kelas A, nilai rata-rata 45
2. Triangulasi Pengumpulan data
a. Tugas membaca di depan kelas, siswa mengalami kesulitan
membaca.
b. Wawancara dengan orang tua siswa tentang belajar anak di
rumah.
c. Diskusi dengan teman sejawat tentang fasilitas/ media pembelajaran
di
sekolah.
“Review informasi kunci adalah mengkonfirmasikan data atau
interprestasi temuan kepada informasi kunci sehingga diperoleh kesepakatan
anatar peneliti dan informan tentang data atau informasi temuan tersebut.”
(Sarwiji Suwandi 2008 : 69).
Review informasi kunci, mengadakan diskusi dengan kolaburator tentang
kondisi anak, sikap anak, kebiasaan anak yang diamatinya dalam lingkungan
sekolah umumnya dan saat pengamatan dalam kegiatan belajar khususnya.
Menurut Sarwiji Suwardi,(2008:69).”data dianggap valid apabila setelah
melakukan kegiatan pengamatan maupun kajian dokumen diperiksa kembali oleh
peneliti sehingga data tersebut valit”.
Kesimpulan penulis data dianggap valid apabila data itu dapat
mengungkap kebenaran dan dapat digunakan dengan mudah serta dapat
digunakan siapa saja.
45
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian untuk hipotesis
mengenai “Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media
Bermain Lempar Dadu Huruf pada Anak Tunagrahita Kelas B Semester II di
Taman Kanak-Kanak Elim Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011”, penulis
menggunakan tehnik deskriptif komparatif dan tehnik analisis kritis.
Tehnik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yaitu
membandingkan nilai awal dengan post tes I, membandingkan nilai post tes I
dengan nilai post tes II.
H. Indikator Kinerja
Indikator sebagai tolak ukur keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas
ini menggunakan KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah, adapun nilai KKM
untuk bidang pengembangan bahasa yakni membaca permulaan adalah 70, artinya
seorang anak telah dinyatakan melampaui ketuntasan belajar jika telah
memperoleh nilai 70. Jika nilai yang diperoleh anak di bawah 70, maka belum
dapat dinyatakan tuntas.
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing siklus dengan
tahapan: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Prosedur ini secara
garis besar dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :
Perencanaan
PelaksanaanRefleksi
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Pengamatan
46
Rancangan prosedur penelitian :
Siklus
I
Perencanaan Kegiatan :
1. Menganalisis materi pelajaran
2. Menentukan dan menyiapkan
materi, Mengenal huruf.
3. Membuat rencana pembelajaran.
4. Menyiapkan media pembelajaran,
yaitu dadu yang bertuliskan huruf.
5. Membuat lembar pengamatan.Tindakan
Observasi
1. Guru memberi penjelasan kepada
siswa tentang materi yang akan
dipelajari dengan menggunakan
media lempara dadu huruf.
2. Guru meminta siswa untuk
menyanyikan lagu a b c c d e f g
dengan menunjuk huruf yang ada
di papan tulis.
3. Guru meminta siswa menanyakan
huruf yang belum dipahami.
4. Guru meminta murid mengambil
dadu huruf, melempar dan
membaca huruf yang muncul di
posisi atas, merangkai menjadi
kata.
Dilakukan dengan mengamati :
1. Aktivitas menerapkan media
lempar dadu huruf dalam
meningkatkan kemampuan
membaca permulaan.
2. Observasi ini untuk memperoleh
47
data tentang kemampuan membaca
permulaan.Refleksi Menganalisa hasil observasi untuk
memperoleh kesimpulan bagian mana
yang perlu di sempurnakan untuk
siklus berikutnya.Siklus
II
Perencanaan Kegiatan :
1. Apresiasi untuk perbaikan materi
yang telah diajukan pada siklus I
2. Memperbaiki kesalahan /
kekurangan pada siklus II
3. Menarik anak tunagrahita untuk
bermain lempar dadu hurufTindakan 1. Siswa memainkan media lempar
dadu huruf diawasi guru.
2. Siswa menjawab dengan membaca
dadu yang dilempar oleh guru baik
huruf maupun kata.Observasi Setelah data tentang membaca
permulaan dengan media bermain
lempar dadu huruf diperoleh, dianalisa
untuk mengetahui kelemahan yang
mungkin ada.Refleksi Data yang diperoleh pada tahap
observasi dianalisis. Hasil yang
diperoleh dapat disimpulkan hasil
kemampuan membaca selama 2 siklus
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Membaca merupakan hal yang sangat mendukung anak dalam
memperoleh informasi. Kemampuan membaca berpengaruh pada anak dalam
mengikuti pembelajaran. Berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh
siswa kelas B Taman kanak-Kanak Elim Sragen, kaitannya dengan kemampuan
membaca yang masih kurang, maka dilakukan serangkaian tindakan guna
mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini dilakukan seperti yang telah
dikemukakan bahwa penggunaan media lempar dadu huruf dirasa tepat dalam
upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita
kelas B Taman Kana-Kanak Elim Sragen, karena selama ini belum pernah
dicobakan pembelajaran dengan menggunakan media lempar dadu huruf sebagai
sarana pembelajaran dalam bentuk permainan yang menarik. Prosedur
penelitian dilaksanakan dua siklus yang masing – masing terdiri empat tahapan
(1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing),
dan (4) refleksi (reflecting).
Perencanaan yang terdiri dari: Menyiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam pelaksanaan tindakan yaitu materi, sarana maupun prasarana
yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian baik siklus I dan II, agar semua
dapat berjalan dengan teratur dan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Terkait
dengan perencanaan maka peneliti membuat jadwal pelaksanaan rangkaian
49
penelitian yang akan dilakukan. Jadwal kegiatan penelitian adalah sebagai
berikut:
Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Minggu Ke/Bulan Kegiatan Keterangan1
2
3
4
5
I Juli 2010
II-IV Juli 2010
I Agustus 2010
II-IV Agustus 2010
I-IV September 2010
Melakukan observasi ke kelas
Pembuatan kisi-kisi, item soal,
lembar pengamatan.
Melaksanakan pre test.
Pelaksanaan tindakan siklus I.
Evaluai
Menyiapkan Instrument
pelaksanaan siklus II
Melaksanakan pre test.
Pelaksanaan siklus II
1. Penulisan laporan hasil
penelitian dan
pembahasan.
2. Penulisan Bab V.
3. Penyelesaian skripsi.
Perbaikan dan penggandaan
hasil penelitian.
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil pengamatan /observasi yang dilakukan, keadaan kelas
B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen. Siswa di Kelas B Taman Kanak-Kanak
Elim terdiri dari 16 siswa, yakni 5 anak laki-laki dan 11 perempuan. Mereka
memilik kemampuan yang sangat baik dalam setiap pembelajaran, termasuk
50
dalam hal membaca. Ada beberapa anak yang memiliki kemampuan membaca
yang sangat lancar sehingga anak telah mampu membaca buku-buku di ruang
perpustakaan, bahkan membaca surat kabar, sehingga sekolah menetapkan
Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) membaca 70. Akan tetapi dari hasil
pengamatan/observasi
menunjukkan bahwa terdapat dua dari enam belas murid kelas B Taman
Kanak-Kanak Elim Sragen yang terdiri dari dua anak laki-laki, belum dapat
membaca khususnya dan sangat tertinggal pada mata pelajaran yang lain
umumnya. Dalam hal membaca anak selalu memperoleh nilai jauh di bawah
nilai teman-temannya, demikian juga dalam kegiatan pembelajaran yang
lainnya. Hal ini dapat dilihat dari laporan nilai ulangan yang diperoleh selama
semester II di kelas A tahun pelajaran 2009/2010 dalam pembelajaran
membaca permulaan, sebagai berikut:
Tabel I
Nilai awal sebelum pelaksanaan siklus I (Nilai Subjek Dibandingkan
dengan Nilai Siswa lain) dalam Membaca Permulaan Semester II
Kelas A Taman Kanak-Kanak Elim Sragen Tahun Pelajaran
2009/2010
No Kode Jenis kelamin
L P
Usia Nilai Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 910111213141516
A A KA RE NFI RJ GK NL TL RR WS PT LT AYY K
L
L
L
L
L
L
P
PP
Pp
p
pp
p
55,255,555,35,75,45,55655,25,75,35
85 80 80 85 30 35 85 90 95 90 90 85 90 85 95 95
√√√√- (Subjek)- (Subjek)√√√√√√ √√√√
51
Berdasar hasil prestasi belajar di atas menunjukkan bahwa 2 dari 16 anak
atau 12% siswa kelas B Taman Kanak-Kanak Elim belum dapat membaca
permulaan, karena nilai yang diperoleh anak sangat jauh dari kriteria
ketuntasan minimal yang ditetapkan di Taman Kanak-Kanak yaitu 70.
Berdasar kondisi tersebut peneliti ingin berupaya untuk meningkatkan
kemampuan membaca permulaan pada kedua anak yang mengalami
keterlambatan didalam membaca permulaan tersebut, dengan menggunakan
media lempar dadu huruf.
Data nilai yang diperoleh kedua anak tersebut dibandingkan dengan
nilai yang diperoleh teman-teman sekelasnya dapat kami tampilkan dalam
suatu grafik sebagai berikut di bawah ini:
Grafik Nilai Membaca Permulaan Sebelum Siklus I(Nilai Subjek dibandingkan dengan Nilai Siswa lain)
Keterangan:
Subjek adalah no 5 dan 6.
* Keterangan:
√ = Mampu
- = Belum
52
Melihat hal tersebut, maka peneliti melakukan pre test terhadap kemampuan siswa
sebagai acuan untuk menentukan keberhasilan dari tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya, kemudian memperoleh nilai sebagai berikut:
Tabel 2Hasil Perolehan Kemampuan Membaca Awal/ pre Test
N0 Kode Nilai Semester I Nilai Pre test
Keterangan
1 F 30 27 Turun 10%
2 I R 35 30 Turun 15%
Berdasar keadaan tersebut, guru hendaknya berusaha merenovasi model
pembelajaran yang telah dilakukan. Salah satunya dengan mempergunakan
media sebagai sarana meningkatkan kemampuan membaca siswa, dalam hal ini
penulis menggunakan medialempar dadu huruf.. Dengan tujuan materi membaca
dapat lebih diminati dan lebih digemari oleh siswa.
Grafik Hasil Perolehan Nilai Kemampuan Membaca Awal/ Pre Test
53
2. Pelaksanaan Siklus I
Siklus pertama terdiri dari 4 tahap yaitu : (1) Perencanaan , (2)Tindakan
atau Pelaksanaan , (3) Observasi atau Pengamatan , (4) Refleksi atau
Evaluasi.
a. Perencanaan (Planning).
Membuat rencana pembelajaran, membuat intrumen tes dan lembar
tugas siswa, serta menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam
pembelajaran membaca melalui media lempar dadu huruf.
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Senin, 12 Juli
2010 di ruang kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen dan di lingkungan
sekolah. Sedangkan rencana pelaksanaan tindakan dilaksanakan siklus I
pada hari Jumat, 16 Juli 2010. Adapun tahap perencanaan tindakan siklus I
adalah sebagai berikut:
1) Menganalisa materi pelajaran
Mengkaji materi yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan anak.
2) Menentukan dan menyiapkan materi pengenalan huruf kepada anak.
3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk siklus I.
4) Menyiapkan media pembelajaran yaitu dadu yang bersimbolkan
huruf.
5) Membuat lembar penelitian siswa yaitu berupa tes. Instrumen tes ini
digunakan untuk meneliti kemampuan membaca permulaan pada
anak.
6) Membuat lembar pengamatan.
7) Menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.
b. Tindakan (Acting)
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru memberikan apersepsi
dengan membuka percakapan tentang nama benda di sekitar siswa, yaitu
meja,
54
buku, baju. Semua nama-nama benda tadi dapat di tulis dengan huruf-huruf
yang
terdapat dalam abjad. Selanjutnya anak disuruh menyebutkan huruf-huruf
yang
ada dalam abjad dan diteruskan lagu “ abcdefg“.
Guru memberikan beberapa soal kepada anak sebagai pre test, yaitu
membaca huruf, suku kata dan kata.
Guru menunjukkan dadu huruf kepada siswa yang berisi simbul-
simbul huruf yang ada pada setiap sisinya. Guru menjelaskan dan
menyebutkan kelompok vokal atau huruf hidup dan konsonan atau huruf mati
kepada siswa. Kelompok konsonan berada pada kotak satu atau kelompok
satu. Kelompok vokal berada pada kotak dua atau kelompok dua.
Guru memberi kesempatan kepada siswa mengambil satu dadu ,
melempar dan membacanya. Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada
siswa mengambil satu dadu pada kotak konsonan, melempar, mengambil lagi
satu dadu pada kotak vokal, melempar, kemudian keduanya disusun dan
dibaca. Guru mem beri kesempatan kepada siswa mengambil empat dadu
dengan urutan KVKV melempar, menyusun dan membacanya.
Guru memberikan beberapa soal kepada anak sebagai post test yaitu
membaca huruf, suku kata dan kata, untuk mengetahui sejauhmana anak
menagalami kemajuan setelah pembelajaran berlangsung.
c. Pengamatan (Observing)
Pelaksanaan observasi pada hari Jumat, 16 Juli 2010 terhadap
kegiatan pembelajaran membaca permulaan melalui media lempar dadu huruf
dari awal sampai akhir, dengan menggunakan instrument observasi yang
disiapkan peneliti, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran muncul semangat terhadap minat belajar pada anak tunagrahita
di kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen. Walaupun dalam siklus I ini
dalm melakukan tugas yakni mengambil, melempar dan membaca huruf
belum begitu tertib, kecenderungan bermain tanpa tujuan masih dominan,
belum terlihat keinginan anak untuk mengetahui atau dapat membaca huruf
55
atau tulisan yang muncul. Semangat yang timbul adalah semangat hanya
untuk bermain.
Di bawah ini kami sajikan hasil pengamatan yang penulis lakukan,
melalui lembar pengamatan, Nilai setelah pelaksanaan siklus I dan grafik
nilai perolehan anak pada siklus I.
Hasil pengamatan dapat dilihat pada lembar pengamatan seperti di
bawah ini:
Lembar Pengamatan
Kemampuan Membaca Permulaan
Anak Tunagrahita Kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen
No Aspek yang diamati Farel IanYa Tidak Ya Tidak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Frekuensi kesalahan dalam membaca
Kesalahan membedakan huruf b dengan d
Kesalahan membedakan huruf p dengan q
Kesalahan membedakan huruf m dengan n
Kesalahan membedakan huruf s dengan z
Kesalahan membedakan huruf v dengan u
Membaca terlalu lama
Tidak mengikuti pelajaran dengan
sungguh-sungguh
Tiduran
Tidak mengerjakan tugas
Mengganggu teman-teman
Berceritera atau berteriak-teriak
saat pelajaran berlangsung
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
56
Hasil dari evaluasi membaca pada akhir siklus I menunjukkan adanya
peningkatan sebagai berikut:
Tabel 3
Nilai setelah pelaksanaan siklus I
Nilai Ulangan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita
Semester I Kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen Tahun
Pelajaran 2010/2011
No Kode Pre test Post test Kemajuan Keterangan
1
2
F
I R
27
30
45
55
66,6%
83,3%
Belum tuntas
Belum tuntas
Dari nilai yang diperoleh anak setelah pelaksanaan siklus I dapat dibuat
grafik
sebagai berikut:
Grafik Hasil Perolehan Nilai Kemampuan Membaca Setelah Siklus I
606162
57
d. Refleksi ( Reflecting)
Hasil dari proses pembelajaran dalam siklus I dari perencanaan
sampai pada kegiatan evaluasi, ada beberapa hal yang penulis sampaikan,
yakni:
1) Hasil tindakan pada siklus I telah menunjukkan kenaikan yang berarti,
atau
meningkat 66,6% bagi Farel dan 83,3 % bagi Ian.
Peningkatan prestasi belajar kedua subjek tersebut dibandingkan dengan
KKM yang ditetapkan masih jauh dari harapan.
2) Hasil belajar membaca permulaan kedua subjek tersebut jika
dibandingkan
dengan KKM yang ditentukan baru mencapai %641007045 =x bagi Farel
dan
Ian baru mencapai %7910070 =xss , artinya masih di bawah KKM yang
telah
ditentukan oleh sekolah.
3) Kesimpulan dari siklus I adalah tindakan yang dilaksanakan belum dapat
meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan terhadap keadaan
subjek, atau belum tuntas, maka diperlukan lagi perencanaan pada siklus
berikutnya.
Memfokuskan perhatian anak kepada hasil yang akan dicapai harus
lebih ditekankan, Frekuensi lemparan, menyusun dan membaca perlu
ditingkatkan.
Perbaikan pada siklus II mengacu pada kekurangan-kekurangan yang
telah disebutkan di atas.
3. Pelaksanaan Siklus II
Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Senin, 9
Agustus 2010 di ruang kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen dan di
lingkungan sekolah. Sedangkan rencana pelaksanaan tindakan dilaksanakan
siklus II pada hari Selasa, 20 Juli 2010.
58
Siklus II dimaksudkan untuk mengadakan perbaikan pada siklus I,
sehingga hal-hal yang ingin dicapai dalam upaya meningkatkan kemampuan
membaca permulaan pada siswa kelas B Taman Kanak-Kanak Elim tercapai.
Siklus II terdiri dari :
a. Perencanaan
Rancangan prosedur penelitian dalam kegiatan perencanaan adalah:
1) Menganalisa kembali hal- hal yang telah dievaluasi pada siklus I
2) Memperbaiki kesalahan/ kekurangan pada siklus I
3) Menentukan dan menyiapkan materi pengenalan huruf kepada anak.
4) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk siklus II
5) Menyiapkan media pembelajaran yaitu dadu yang bersimbolkan huruf.
6) Membuat lembar penelitian siswa yaitu berupa tes. Instrumen tes ini
digunakan untuk meneliti kemampuan membaca permulaan pada anak.
7) Membuat lembar pengamatan.
8) Menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.
b. Tindakan (Acting)
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru memberikan apersepsi
dengan membuka percakapan tentang nama benda di sekitar siswa, yaitu
kaca, bola,mata, kaki. Semua nama-nama benda tadi dapat di tulis dengan
huruf-huruf yang terdapat dalam abjad. Selanjutnya anak disuruh
menyebutkan huruf-huruf yang ada dalam abjad dan diteruskan lagu “
abcdefg“.
Guru memberikan beberapa soal kepada anak sebagai pre test, yaitu
membaca huruf, suku kata dan kata.
Guru menunjukkan dadu huruf kepada siswa yang berisi simbul-
simbul huruf yang ada pada setiap sisinya. Guru menjelaskan dan
menyebutkan kelompok vokal atau huruf hidup dan konsonan atau huruf
mati kepada siswa. Kelompok konsonan berada pada kotak satu atau
kelompok satu. Kelompok vokal berada pada kotak dua atau kelompok dua.
59
Guru memberi tugas kepada siswa untuk mengambil dadu huruf,
melempar dan membacanya sebanyak sepuluh kali. Pemberian hadiah/
penghargaan pada setiap keberhasilan yang dicapai anak.
Guru memberi tugas kepada siswa untuk mengambil dua dadu huruf
(KV), melempar dan membacanya sebanyak sepuluh kali. Pemberian
hadiah/ penghargaan pada setiap keberhasilan yang dicapai anak.
Pemberian tugas kepada siswa mengambil empat dadu (KVKV), melempar,
menyusun dan membacanya sebanyak lima kali. Pemberian hadiah/
penghargaan pada setiap keberhasilan yang dicapai anak.
Guru memberikan beberapa soal kepada anak sebagai post test
yaitu membaca huruf, suku kata dan kata, untuk mengetahui sejauhmana
anak menagalami kemajuan setelah pembelajaran berlangsung
c. Pengamatan (observing)
Hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran membaca
permulaan melalui media lempar dadu huruf pada siklus II menunjukkan
bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran muncul semangat yang lebih
besar dibanding dengan siklus I, terhadap minat belajar pada anak
tunagrahita di kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen. Semangat
tersebut dapat terlihat dari keceriaan anak dalam mengikuti pembelajaran,
tidak terjadi kejenuhan sampai selesainya kegiatan pembelajaran.
Hal ini disebabkan telah diperbaikinya kekurangan-kekurangan
yang muncul pada siklus I, yakni kurang penguasaan guru terhadap murid
dan pengarahan terhadap tujuan penelitian dan tidak diberikannya reward
atau penghargaan pada siklus I. Setelah diadakan perbaikan dalam
penanganan anak atau pengkondusifan kondisi dalam pembelajaran dan
pemberian hadiah/ reward pada siklus II ternyata mampu meningkatkan
motivasi anak, sehingga pada siklus II anak nampak lebih tertib, mudah
diatur dan diarahkan serta semangat yang tinggi muncul pada siklus II.
60
Di bawah adalah hasil pengamatan yang penulis lakukan, melalui
lembar pengamatan, Nilai setelah pelaksanaan siklus II dan grafik nilai
perolehan anak pada siklus II.
Hasil pengamatan dapat dilihat pada lembar pengamatan seperti di
bawah ini:
Lembar PengamatanKemampuan Membaca Permulaan pada Siklus II
Anak Tunagrahita Kelas B Taman Kanak-Kanak Elim SragenNo Aspek yang diamati Farel Ian
Ya Tidak Ya Tidak 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112
Frekuensi kesalahan dalam membacaKesalahan membedakan huruf b dengan dKesalahan membedakan huruf p dengan qKesalahan membedakan huruf m dengan nKesalahan membedakan huruf s dengan zKesalahan membedakan huruf v dengan uMembaca terlalu lamaTidak mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh TiduranTidak mengerjakan tugasMengganggu teman-temanBerceritera atau berteriak-teriak saat pelajaran berlangsung
√
√√√
√√√√
√√√√
√
√
√
√√√√√√√√
√√
Hasil dari evaluasi membaca pada akhir siklus II menunjukkan
adanya
peningkatan sebagai berikut:
61
Tabel 4Nilai setelah pelaksanaan siklus II
Nilai Ulangan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Semester I Kelas B Taman Kanak-Kanak Elim Sragen Tahun
Pelajaran 2010/2011
No Kode Pre test Post test Kemajuan Keterangan
1
2
F
I R
45
55
70
75
55,5%
36,6%
Tuntas
Tuntas
Dari nilai yang diperoleh anak setelah pelaksanaan siklus II dapat
dibuat grafik sebagai berikut:
d. Refleksi
Hasil dari proses pembelajaran dalam siklus II dari perencanaan sampai
pada kegiatan evaluasi, terdapat peningkatan kognitif pada anak yaitu
peningkatan kemampuan membaca permulaan anak Farel dan Ian, yakni:
Hasil belajar membaca Farel menunjukkan peningkatan dari siklus I yaitu
dari nilai 45 menjadi 70. Farel mengalami kenaikan nilai sebesar
%5.551007045 =x
62
pada siklus II, yang berarti telah berhasil mencapai KKM yang ditetapkan
sekolah, yaitu 70.
Hasil belajar membaca Ian menunjukkan peningkatan dari siklus I yait
dari
nilai 55 menjadi 75. Ian mengalami kenaikan nilai sebesar %6,361007055 =x
pada siklus II, yang berarti telah berhasil melampaui KKM yang ditetapkan
sekola yaitu 70.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan tindakan yang dilakukan pada setiap siklus, dapat
dihasilkan tindakan antar siklus sebagai berikut:
1. Perubahan sikap dalam pembelajaran pada anak Farel, yaitu:
Mengalami penurunan frekuensi kesalahan dalam membaca,
sudah mampu membedakam huruf b dengan b, p dengan q, s dengan z, v
dengan u. Namun masih sering keliru membedakan huruf n dengan m. Anak
mampu membaca lebih lancar, mengikuti pembelajaran dengan sungguh-
sungguh, tidak tiduran saat mengikuti pelajaran, mengerjakan tugas dengan
baik.
2. Perubahan sikap dalam pembelajaran pada anak Ian, yaitu:
Mengalami penurunan frekuensi kesalahan dalam membaca, sudah
mampu membedakam huruf b dengan b, p dengan q,mampu membedakan
huruf m dengan n, s dengan z, v dengan u. Anak mampu membaca lebih
lancar, mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh, tidak tiduran
saat mengikuti pelajaran, mengerjakan tugas dengan baik, namun seperti
kebiasaan sebelumnya anak Ian suka mengganggu teman-temannya dan
suka berteriak-teriak saat mengikuti pelajaran.
63
Tabel 5
Nilai kemampuan yang dicapai anak
No Kode Peningkatan yang dicapai
Pre test Siklus I Siklus II
1
2
F
I R
27
30
45
55
70
75
Hasil perkembangan/ kemajuan dicapai oleh subjek, dapat dilihat
dalam grafik di bawah ini:
Grafik Perolehan Nilai kemampuan Membaca Pre test, Siklus I, Siklus II
64
3. Kesimpulan
Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media
lempar dadu huruf, anak mengalami peningkatan dalam kemampuan
membaca permu-
laan pada tiap siklus yang diksanakan. Peningkatan yang dicapai anak
dari awal sampai akhir dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 6
Nilai Kemampuan membaca yang di peroleh anak selama kegiatan
penelitian
No Kode Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1
2
Rata -
F 27 45 70
I R 30 55 75
Rata 28,5 50 72,5
Dari hasil kegiatan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
anak mengalami peningkatan kemampuan dalam membaca permulaan,
Sehingga anak mampu membaca permulaan dengan lebih lancar.
C. Pembahasan
Kemampuan membaca memiliki peran yang sangat besar dalam
kema-juan anak didalam proses belajar khususnya dan pada perkembangan
umumnya. Anak tunagrahita umumnya mengalami keterlambatan atau
tertinggal dalam kemampuan membacanya dibanding dengan teman normal
yang sebayanya.
Kemampuan membaca anak tunagrahita kelas B Taman Kanak-kanak
Elim Sragen perlu ditingkatkan semaksimal mungkin, melalui media yang
sesuai dengan karakter anak pada umumnya yakni bermain, dan sesuai
65
dengan karakter anak tunagrahita khususnya yakni belajar dengan hal-hal
yang kongkrit agar mu-dah dimengerti anak, sehimgga mampu
membangkitkan motivasi bagi anak serta mendorong anak agar belajar lebih
giat lagi. Keyakinan peneliti akan adanya kemajuan dalam setiap usaha,
mendorong peneliti untuk mencobakan media yang menarik minat anak
dalam belajar membaca yakni media bermain lempar dadu huruf.
Media bermain lempar dadu huruf adalah bentuk permainan yang dapat
digunakan sebagai sarana pembelajaran anak dalam berbagai hal, misalnya
berhitung, pengenalan bentuk, warna dan lain sebagainya. Media bermain
lempar dadu huruf dalam penelitian ini penulis gunakan sebagai sarana dalam
pembelaja- ran membaca yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
membaca permu-laan pada anak.
Media bermain lempar dadu huruf sangat menarik dalam pembelajaran,
walaupun memiliki kelemahan.
1. Kelemahan-kelemahan media bermain lempar dadu huruf diantaranya
adalah:
a. Menyita banyak waktu
Untuk membaca satu huruf memerlukan banyak waktu, karena anak
harus melempar terlebih dahulu sebuah dadu kemudian memperhatikan
untuk dibaca, Untuk membaca suku kata memerlukan waktu yang agak
lama karena harus melempar dua atau tiga huruf kemudian disusun dan
dibaca, Untuk membaca suku kata anak harus mengambil empat dadu
(KVKV), diliempar, disusun kemudian dibaca.
b. Kadang-kadang huruf yang muncul tidak membentuk kata yang punya
arti.
Misalnya anak mengambil dadu pada kelompok vokal dan dilemparkan,
lalu mengambil dadu pada kelompok konsonan dan dilemparkan,
kadang-kadang vokal yang muncul setelah digabung dengan konsonan
tidak membentuk kata yang memiliki arti.
Contoh:
1) lemparan pertama konsonan yang muncul adalah b
66
2) lemparan kedua vokal yang muncul adalah i
3) lemparan ketiga konsonan yang muncul adalah m
4) lemparan keempat vokal yang muncul adalah u
Kata yang muncul setela dadu disusun adalah b i m u
c. Memerlukan banyak sekali dadu.
Dadu harus dipersiapkan dalam jumlah yang banyak, tidak hanya
sebanyak jumlah huruf dalam satu abjad akan tetapi lebih dari itu, agar
kata-kata yang dapat disusun oleh anak dalam jumlah yang banyak dan
bervariasi.
2. Cara mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran melalui media
bermain lempar dadu huruf adalah:
a. Untuk menyingkat waktu, diadakan kerjasama dengan teman atau guru
dalam menyusun urutan lemparan, jadi anak yang melempar tidak
harus bolak-balik menyusun huruf yang dilemparnya.
b. Jika anak menghasilkan lemparan yang setelah disusun ternyata kata
tersebut tidak memiliki arti, teruskan saja anak membaca kemudian
diberi pujian saat dia sudah berusaha melempar dan membaca. Beri
penjelasan kalau kata tersebut tidak memiliki arti, akan tetapi anak
telah bagus dalam melaksanakan tugasnya.
c. Lakukan dengan menyusun satu atau dua kata kemudian dibaca.
Jangan menyusun terlalu banyak kata sekaligus yang memerlukan
terlalu banyak dadu.
1. Kelebihan dari pembelajaran membaca permulaan lewat bermain lempar
dadu huruf ini adalah :
a. Anak memilih sendiri dadu huruf yang dilemparnya sehingga anak
bersemangat. Pemberian kesempatan kepada anak untuk menentukan
pilihan merupakan hal yang menyenangkan bagi anak, anak merasa
bersemangat dan kepercayaan dirinya tumbuh.
b. Tidak mengantuk dan bosan karena anak beraktifitas dengan aktif.
Anak diberi kesempatan untuk mengambil/memilih, melempar,
menyusun dan membacanya, sehingga anak aktif. Saat anak memilih
67
ada aktifitas dalam segi kognitif dan motorik halus, saat anak melempar
ada aktifitas dalam motorik kasarnya. Setelah melempar anak dengan
senangnya cepat-cepat ingin mengetahui apa isi/ bacaan dari lemparan
yang akan disusunnya. Saat menyusun aktifitas dalam kognitifnya
bekerja, motorik halusnya juga bekerja. Anak ingin segera membaca
dari hasil lemparan yang telah disusun tadi dengan mengaktifitaskan
aspek kognitifnya.
c. Anak tertarik untuk mengetahui huruf apa yang keluar dan kata apa
yang muncul dari setiap lemparan yang dibuatnya sendiri. Anak akan
merasa bangga jika huruf yang dilemparnya dapat membentuk suatu
kata yang memiliki arti. Anak yang belum dapat menyusun huruf
menjadi kata akan berusaha mencoba lagi sehingga mereka memiliki
keinginan untuk mencoba dan mencoba lagi.
Media bermain lempar dadu huruf sangat membantu anak dalam
pembelajaran, termasuk dalam meningkatkan kemampuan membaca anak,
Untuk itu perlu dipergunakan sebagai media pembelajaran sehari-hari guna
membantu anak dalam meningkatkan minat belajarnya, sehingga tercapai
tujuan pembelajaran.
68
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa pembelajaran
dengan media bermain lempar dadu huruf dapat meningkatkan kemampuan
membaca permulaan pada anak tunagrahita kelas B Taman Kanak-kanak Elim
Sragen tahun pelajaran 2010/2011.
B. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan penelitian di atas, maka diajukan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Hasil penelitian ini hendaknya dipergunakan sebagai sarana
pembelajaran yang menarik dan mampu memotivasi semangat belajar
sehingga dapat tercapai perkembangan yang optimal.
b. Berkreatifitas untuk menggunakan sesuatu yang ada di sekitarmu bagi
peningkatan kemampuan yang kalian miliki.
2. Bagi Guru
a. Guru Taman Kanak-Kanak Elim hendaknya menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan media bermain lempar dadu huruf pada
pelajaran membaca permulaan, karena media tersebut ternyata efektif
digunakan sebagai sarana untuk meningkatakan kemampuan membaca
permulaan pada anak.
b. Guru-guru hendaknya kreatif menggunakan media lempar dadu huruf
sebagai sarana yang bervariasi dalam pembelajaran agar mampu
membangkitkan minat belajar pada anak, sehingga pertumbuhan dan
perkembangan anak berjalan dengan maksimal
69
DAFTAR PUSTAKA
Anggie Siti Sa’adah. 2009. Karakteristik Anak Tunagrahita http://saunganggie.blogspot.com/2009/07/karakteristik-anak-tunagrahita.html, Dounloud 21 juni 2010
Arif Sadiman S., dkk. 2003. Media Pendidikan ( Pengertian , Pengembangan , dan Pemanfaatan ) . Jakarta : PT Raja Gravindo Persada
Astati,2010. Tunagrahita, http://astati.wordpress.com/2010/05/02/tunagrahita/ Dounloud 21 Juni 2010
Baitul Alim, 2006. Pengertian Tes. http://www.psikologzone.com/pengertian-definisi-tes-dalam-psikologi, Duonloud 10 juni 2010.
Defli, 2009. Pengertian Anak Tunagrahita. http://r.yuwie.com/blog/entry.asp?id=932768 & eid=602755
Devid Haryalesmana, 2009. PengertianMembaca,http://guruit07.blogspot.com/2009/01/pengertian-membaca.html
Fu’adz Al-gharuty, 2009. http://adzeglar.wordpress.com/2009/02/02/studi-dokumen-dalam-penelitian-kualitatif.
Hj. Chasiyah, 2007. Psikologi Perkembangan Anak I. FKIP Surakarta. indonesia/article/view/272/0
Mathedu, 2009. http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian- membaca.html
Mbahbrata, 2009. Membaca permulaan dan permainan bahasa. http://Mbahbrata-edu.blogspot.com/2009/06/membaca-permulaan-permainan-bahasa. Dounload 12 April 2010.
Mengenal Pendidikan Terpadu. 2004. Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Departemen Pendidikan Nasional.
Muhammad Idrus. 2007. Metode Penelitian Ilmu - ilmu Sosial. Graha Indonesia
Mulyono Abdurrahman, 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, Jakarta. Rineka cipta.
Munawir Yusuf, 2005. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Jakarta.
70
Oemar Hamalik. 2005. perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.Jakarta : Bumi Aksara.
Pendit, PL 2010. Jenis Data Dan Metode Pengumpulan Data . Jakarta Bumi
Aksara
Purwodarminto, WJS 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta.
Sarwiji Suwandi, 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan penulisan Karya Ilmiah. Penilaian Sertifikasi Guru Rayon 13, Surakarta. 2008.
Seva Andini Kusnawanto, 2007. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra- Indonesia/article/view/272/0
Slameto. 1993. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengarui. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.
Suharsimi Arikunto. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
( Edisi Revisi IV ). Jakarta : Rineka Cipta
Sunardi, 2009. Mengelola Kurikulum pada Pendidikan Inklusi. Makalah Simposium dan Temu Ilmiah Nasional. Jakarta.
_______________ Kecenderungan dalam Pendidikan Luar Biasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Jakarta.
Sutjihati Somantri, 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jedral Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Sutrisno Hadi, 2000. Metodologi Research Jilid 1, 2 dan 3 Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Tarmizi, 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Membaca Permulaan. http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/02 penerapan-metode pembelajaran permulaan. Dounload 12 April 2010.
Wikipedia,2009. Difinisi media http://mataharieducare.wordpress.com/ Dounload 2010 Mei 12.
Wijaya Kusumah, 2007. http://media-grafika.com/pengertian-media-pembelajaran.html, Dounloud 17 juni 2010.
71
Metode Pembelajaran Membaca Permulaan. http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/02 penerapan-metode pembelajaran permulaan. Dounload 12 April 2010.
Wikipedia,2009. Difinisi media http://mataharieducare.wordpress.com/ Dounload 2010 Mei 12.
Wijaya Kusumah, 2007. http://media-grafika.com/pengertian-media-pembelajaran.html, Dounloud 17 juni 2010.
72
LAMPIRAN
73
DATA ANAK
A. 1. Nama anak : Farel
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Tempat/tgl lahir : Sragen, 17 September 2005
4. Agama : Kristen
5. Tinggi badan : 123 Cm
6. Berat badan : 20 Kg
7. Kelas : B
8. Sekolah : Taman Kanak-Kanak Elim, Sragen
B. 1. Nama anak : Ian Rudyanto
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Tempat/tgl lahir : Sragen, 6 Juli 2005
4. Agama : Kristen
5. Tinggi badan : 119 Cm
6. Berat badan : 18 Kg
7. Kelas : B
8. Sekolah : Taman Kanak-Kanak Elim, Sragen
74
Lampiran 1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Minggu Ke/Bulan Kegiatan Keterangan1
2
3
4
5
I Juli 2010
II-IV Juli 2010
I Agustus 2010
II-IV Agustus 2010
I-IV September 2010
Melakukan observasi ke kelas
Pembuatan kisi-kisi, item soal,
lembar pengamatan.
Melaksanakan pre test.
Pelaksanaan tindakan siklus I.
Evaluai
Menyiapkan Instrument
pelaksanaan siklus II
Melaksanakan pre test.
Pelaksanaan siklus II
4. Penulisan laporan hasil
penelitian dan
pembahasan.
5. Penulisan Bab V.
6. Penyelesaian skripsi.
Perbaikan dan penggandaan
hasil penelitian.
75
Lampiran 2
Kisi – kisi instrumen
N0 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator N0 Item
1. Pembentukan
Perilaku
melalui Pembiasaan
1.1 Mendengarkan
Bacaan/ syair
bernafaskan
agama
1.2 Membaca
Mengungkapkan isi
syair
1.3 Menulis kata
sederhana dengan
benar
1. Dapat menempel kata
sesuai gambar
2. Dapat menempel
gambar sesuai kata
3. Dapat menyebut kata
dibantu gambar
4. Dapat menempel suku
kata yang kurang
pada awal kata dengan
bantuan gambar
5. Dapat menempel suku
kata yang kurang
pada tengah kata de-
ngan bantuan gambar
6. Dapat menempel suku
kata yang kurang
di belakang kata
dengan bantuan
gambar
7. Dapat menulis kata
sederhana
1-2
3-4
5-6
7
8
9
10
Jumlah 10
76
Cara Penilaian
Jawaban benar nilainya = 1
Jawaban salah nilainya = 0
Skor total jika benar semua nilainya = 10
Nilai akhir = Skor
1
77
Lampiran 3
SOAL TRY OUT
Nama :
Kelas :
Test tertulis
I. Berilah tanda silang ( X ) huruf a, b, c pada jawaban yang benar !
1.
a. Pisang b. Jeruk c. Nanas
2.
a. Pisang b. Jeruk c. Nanas
3. Mawar
a. ............ b. ................. c. ................
78
4.
a. ..................... b. ........................ c.........................
5. Gambar apakah ini.........
6. Gambar apakah ini.......
7. Lengkapilah
a. ra
b. ri
c. ru
G a j a h
. . . mah
79
8.
a. la
b. li
c. lo
9.
a. rik
b. ruk
c. rak
* Tulislah nama gambar di bawah ini
10.
.....................
Mengetahui Sragen, 14 Juli 2010
Ka TK. Elim Sragen Guru kelas B, TK Elim Sragen
Dobirson S. Sri Mulyati
je . . . .
Te.....nga
80
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
( RPP )
SIKLUS IPengembangan : Bahasa Indonesia
Tema : Tanaman
Kelas / Semester : B, Taman Kanak-Kanak / I
Pertemuan : 1
Alokasi Waktu : 1 x 30 menit
A. Standar Kompetensi :
1. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan
B. Kompetensi Dasar :
1.14 Bercerita
Menyebutkan nama tokoh dalam cerita
1.16 Menghubungkan tulisan dengan gambar
1.12 Mengelompokkan kata-kata yang sejenis
C. Indikator :
1. Menyebutkan nama tokoh dalam cerita
2. Menceritakan gambar tanaman
3. Membaca sederhana
4. Menghubungkan tulisan dengan gambar
5. Mengelompokkan kata-kata yang sejenis
6. Menyusun huruf menjadi kata
81
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Anak dapat menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita.
2. Anak dapat menceritakan kembali cerita dari gambar seri dengan bahasanya
sendiri.
3. Anak dapat membaca nama tokoh-tokoh dalam cerita.
4. Anak dapat membaca peristiwa dalam cerita melalui tulisan yang ada dalam
Gambar.
5. Anak dapat menghubungkan tulisan dengan gambar secara tepat.
6. Anak dapat mengelompokkan kata-kata yang sejenis.
7. Anak dapat menyusun huruf menjadi kata.
E. Materi Pelajaran
* Tanaman
Pak Sardi finggal di desa, ia sangat rajin. Ia menanam buah-buahan
Jeruk, Pisang, Nanas, Mangga dan masih banyak lagi buah yang lainnya.
Pak Sardi menjual hasil kebunnya ke kota. Pak Sardi pergi kota naik kuda.
Di kota terdapat banyak kendaraan ada becak, sepeda motor, mobil dan
82
Kendaraan yang lain-lainnya.
Becal Sepeda motor Mobil
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.
3. Pemberian tugas.
4. demonstrasi dengan gambar dan dadu.
G. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran.
1. Kegiatan awal
a. Anak diajak duduk dalam suasana belajar , berdoa dan presensi
b. Apersepsi
2. Kegiatan Inti.
a. Anak mendengarkan guru tentang cerita dari gambar
b. Anak menyebutkan nama tokoh yang ada dalam cerita
c. Anak menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri
d. Anak membaca tulisan yang ditunjukkan guru
e. Anak mengerjakan tugas menghubungkan gambar dengan tulisan yang
sesuai.
f. Anak menyusun huruf menjadi kata dengan menggunakan dadu huruf
83
3. Kegiatan Akhir
a. Guru menyimpulkan materi yang telah disajikan
b. Siswa diberi tugas guru untuk dikerjakan
c. Guru memberi pekerjaan untuk dikerjakan dirumah
d. Guru menilai hasil pekerjaan siswa dan menyimpulkannya.
H. Alat dan Sumber Bahan
1. Alat / media Pelajaran : Kartu bergambar, Dadu huruf
2. Sumber Bahan : Kreasi guru
: Buku PAUD, Penerbit Makmur Jaya
Seri 5, halaman 5-6.
I. Penilaian / Evaluasi
1. Test Lisan : dilaksanakan pada proses pembelajaran berlangsung.
2. Test perbuatan dan lesan :
a. menempel gambar sesuai kata yang tertulis.
b. menempel kata sesuai dengan gambar.
c. Menempel suku kata yang kurang sesuai gambar
d. Melempar dadu huruf, menyusun dan membaca
Kreteria Penilaian Kenerja.
- Mampu melakukan sendiri dengan baik dan benar diberi sekor 4
- Mampu melakukan dengan sedikit bantuan diberi sekor 3
- Mampu melakukan dengan banyak bantuan diberi sekor 2
- Belum mampu melakukan diberi skor 1
84
N0 Aspek yang dinilai
Skor perolehan4 3 2 1 Skor
maksimum1. Menempel kata sesuai gambar yang tertulis 42 Menempel gambar sesuai dengan kata. 43
4
Menempel suku kata yang kurang sesuai
gambar
Menyusun huruf dengan lemparan dadu
dan membacanya.
4
4
Jumlah 16
Jumlah skor yang diperoleh x 10
Nilai Akhir = =
Skor maksimum
. . . . x 10
NA = -------------- = =
16
85
J. Test tertulis
I. Berilah tanda silang ( X ) huruf a, b, c pada jawaban yang benar !
1.
a. Pisang b. Jeruk c. Nanas
2.
a. Pisang b. Jeruk c. Nanas
3. Mawar
a. ............ b. ................. c. ................
86
4.
a. ..................... b. ........................ c.........................
5. Gambar apakah ini.........
6. Gambar apakah ini.......
7. Lengkapilah
a. ra
b. ri
c. ru
G a j a h
. . . mah
87
8.
a. la
b. li
c. lo
9.
a. rik
b. ruk
c. rak
* Tulislah nama gambar di bawah ini
10.
.....................
Mengetahui Sragen, 16 Juli 2010
Ka TK. Elim Sragen Guru kelas B, TK Elim Sragen
Dobirson S. Sri Mulyati
je . . . .
Te.....nga
88
Lampiran 5
Lembar Pengamatan
Aktivitas dan Kemampuan Membaca Permulaan
Siklus I
N
o
Aspek yang diamati Farel IanYa Tidak Ya Tidak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Frekuensi kesalahan dalam membaca
Kesalahan membedakan huruf b dengan d
Kesalahan membedakan huruf p dengan q
Kesalahan membedakan huruf m dengan n
Kesalahan membedakan huruf s dengan z
Kesalahan membedakan huruf v dengan u
Membaca terlalu lama
Tidak mengikuti pelajaran dengan
sungguh-sungguh
Tiduran
Tidak mengerjakan tugas
Mengganggu teman-teman
Berceritera atau berteriak-teriak
saat pelajaran berlangsung
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Guru / Peneliti Sragen, 16 Juli 2010
Pengamat / Teman Sejawat
( SRI MULYATI ) ( IRA MUTIARANI )
89
Lampiran 6Lembar Pengamatan
Kegiatan Guru dalam PembelajaranSiklus I
N0 Aspek yang dinilai Ya Tdk1. Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran
1.1. Menyiapkan ruangan, alat bantu dan sumber
belajar
1.2. Melaksanakan tugas harian kelas
v
v
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
2.1 Melaksanakan jenis kegiatan yang sesuai
dengan Tujuan, situasi dan sesuai lingkungan
2.2.Menggunakan alat Bantu ( media ) pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan, situasi dan sesuai
lingkungan
2.3. Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara
individual, kelompok atau efiensi.
2.4. Mengelola pembelajaran waktu secara klasikal
v
v
v
v
3. Mengelola interaksi kelas
a. Memberikan petunjuk dan penjelasan yang
b. terkait dengan isi pembelajaran
3.2. Menjawab pertanyaan dari respon siswa
3.3. Menggunakan ekspresi lisan, tulisan , isyarat,
dan Gerakan badan
3.4. memicu dan memelihara ketertiban siswa
3.5. Memantapkan penguasaan materi
v
v
v
v
v
90
Guru / Peneliti Sragen, 16 Juli 2010 Pengamat / Teman Sejawat
( SRI MULYATI ) ( IRA MUTIARANI )
4. Bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positip siswa terhadap merespon materi4.1. Menunjukkan sikap ramah, hangat luwes, terbuka, penuh pengertian dan sabar terhadap siswa.4.2. Menunjukkan kegairahan mengajar4.3. Mengembangkan hubungan antara pribadi yang sehat dan serasi4.4. Membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangannya4.5. Membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri
v
v v
v
v
5. Melaksanakan evaluasi proses hasil belajar5.1. Melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran5.2. Melaksanakan penilaian pada akhir pembelajaran
vv
91
Lampiran 7
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
( RPP )
SIKLUS IIPengembangan : Bahasa Indonesia
Tema : Tanaman
Kelas / Semester : B, Taman Kanak-Kanak / I
Pertemuan : 1
Alokasi Waktu : 1 x 30 menit
A. Standar Kompetensi :
1. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan
B. Kompetensi Dasar :
1.14 Bercerita
Menyebutkan nama tokoh dalam cerita
1.16 Menghubungkan tulisan dengan gambar
1.12 Mengelompokkan kata-kata yang sejenis
C. Indikator :
1. Menyebutkan nama tokoh dalam cerita
2. Menceritakan gambar tanaman
3. Membaca sederhana
4. Menghubungkan tulisan dengan gambar
5. Mengelompokkan kata-kata yang sejenis
6. Menyusun huruf menjadi kata
92
D. Tujuan Pembelajaran :
1. Anak dapat menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita.
2. Anak dapat menceritakan kembali cerita dari gambar seri dengan bahasanya
sendiri.
3. Anak dapat membaca nama tokoh-tokoh dalam cerita.
4. Anak dapat membaca peristiwa dalam cerita melalui tulisan yang ada dalam
Gambar.
5. Anak dapat menghubungkan tulisan dengan gambar secara tepat.
6. Anak dapat mengelompokkan kata-kata yang sejenis.
7. Anak dapat menyusun huruf menjadi kata.
E. Materi Pelajaran
* Tanaman
Pak Sardi finggal di desa, ia sangat rajin. Ia menanam buah-buahan
Jeruk, Pisang, Nanas, Mangga dan masih banyak lagi buah yang lainnya.
Pak Sardi menjual hasil kebunnya ke kota. Pak Sardi pergi kota naik kuda.
93
Di kota terdapat banyak kendaraan ada becak, sepeda motor, mobil dan
Kendaraan yang lain-lainnya.
Becak Sepeda motor Mobil
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.
3. Pemberian tugas.
4. demonstrasi dengan gambar dan dadu.
G. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran.
1. Kegiatan awal
a. Anak diajak duduk dalam suasana belajar , berdoa dan presensi
b. Apersepsi
2. Kegiatan Inti.
a. Anak mendengarkan guru tentang cerita dari gambar
b. Anak menyebutkan nama tokoh yang ada dalam cerita
c. Anak menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri
d. Anak membaca tulisan yang ditunjukkan guru
e. Anak mengerjakan tugas menghubungkan gambar dengan tulisan yang
sesuai.
f. Anak menyusun huruf menjadi kata dengan menggunakan dadu huruf
94
3. Kegiatan Akhir
a. Guru menyimpulkan materi yang telah disajikan
b. Siswa diberi tugas guru untuk dikerjakan
c. Guru memberi pekerjaan untuk dikerjakan dirumah
d. Guru menilai hasil pekerjaan siswa dan menyimpulkannya.
H. Alat dan Sumber Bahan
1. Alat / media Pelajaran : Kartu bergambar, Dadu huruf
2. Sumber Bahan : Kreasi guru
: Buku PAUD, Penerbit Makmur Jaya
Seri 5, halaman 5-6.
I. Penilaian / Evaluasi
1. Test Lisan : dilaksanakan pada proses pembelajaran berlangsung.
2. Test perbuatan dan lesan :
a. menempel gambar sesuai kata yang tertulis.
b. menempel kata sesuai dengan gambar.
c. Menempel suku kata yang kurang sesuai gambar
d. Melempar dadu huruf, menyusun dan membaca
Kreteria Penilaian Kenerja.
- Mampu melakukan sendiri dengan baik dan benar diberi sekor 4
- Mampu melakukan dengan sedikit bantuan diberi sekor 3
- Mampu melakukan dengan banyak bantuan diberi sekor 2
- Belum mampu melakukan diberi skor 1
95
N0 Aspek yang dinilai
Skor perolehan4 3 2 1 Skor
maksimum1. Menempel kata sesuai gambar yang tertulis 42 Menempel gambar sesuai dengan kata. 43
4
Menempel suku kata yang kurang sesuai
gambar
Menyusun huruf dengan lemparan dadu
dan membacanya.
4
4
Jumlah 16
Jumlah skor yang diperoleh x 10
Nilai Akhir = =
Skor maksimum
. . . . x 10
NA = -------------- = =
16
96
J. Test tertulis
I. Berilah tanda silang ( X ) huruf a, b, c pada jawaban yang benar !
1.
a. Pisang b. Jeruk c. Nanas
2.
a. Pisang b. Jeruk c. Nanas
3. Mawar
a. ............ b. ................. c. ................
97
4.
a. ..................... b. ........................ c.........................
5. Gambar apakah ini.........
6. Gambar apakah ini.......
7. Lengkapilah
a. ra
b. ri
c. ru
G a j a h
. . . mah
98
8.
a. la
b. li
c. lo
9.
a. rik
b. ruk
c. rak
* Tulislah nama gambar di bawah ini
10.
.....................
Mengetahui Sragen, 9 Agustus 2010
Ka TK. Elim Sragen Guru kelas B, TK Elim Sragen
Dobirson S. Sri Mulyati
je . . . .
Te.....nga
99
Lampiran 8
Lembar Pengamatan
Aktivitas dan Kemampuan Membaca Permulaan
Siklus II
No Aspek yang diamati Farel IanYa Tidak Ya Tidak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Frekuensi kesalahan dalam membaca
Kesalahan membedakan huruf b dengan d
Kesalahan membedakan huruf p dengan q
Kesalahan membedakan huruf m dengan n
Kesalahan membedakan huruf s dengan z
Kesalahan membedakan huruf v dengan u
Membaca terlalu lama
Tidak mengikuti pelajaran dengan
sungguh-sungguh
Tiduran
Tidak mengerjakan tugas
Mengganggu teman-teman
Berceritera atau berteriak-teriak
saat pelajaran berlangsung
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Guru / Peneliti Sragen, 9 Agustus 2010
Pengamat / Teman Sejawat
( SRI MULYATI ) ( IRA MUTIARANI)
100
Lampiran 9LEMBAR OBSERVASI
KEGIATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN SIKLUS II
N0 Aspek yang dinilai Ya Tdk1. Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran
1.1. Menyiapkan ruangan, alat bantu dan sumber belajar1.2. Melaksanakan tugas harian kelas
vv
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran 2.1 Melaksanakan jenis kegiatan yang sesuai dengan Tujuan, situasi dan sesuai lingkungan2.2. Menggunakan alat Bantu ( media ) pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, situasi dan sesuai lingkungan2.3. Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara individual, kelompok atau efiensi.2.4. Mengelola pembelajaran waktu secara klasikal
v
v
vv
3. Mengelola interaksi kelas3.1. Memberikan petunjuk dan penjelasan yang terkait dengan isi pembelajaran3.2. Menjawab pertanyaan dari respon siswa3.3. Menggunakan ekspresi lisan, tulisan , isyarat, dan Gerakan badan3.4. memicu dan memelihara ketertiban siswa3.5. Memantapkan penguasaan materi
v
vv
vv
4. Bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positip siswa terhadap merespon materi
4.1. Menunjukkan sikap ramah, hangat luwes, terbuka, penuh pengertian dan sabar terhadap siswa.4.2. Menunjukkan kegairahan mengajar4.3. Mengembangkan hubungan antara pribadi yang sehat dan serasi4.4. Membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangannya4.5. Membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri
v
v v
v
v
5. Melaksanakan evaluasi proses hasil belajar
5.1. Melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran5.2. Melaksanakan penilaian pada akhir pembelajaran
vv
101
Pengamat/Teman Sejawat
( SRI MULYATI ) ( IRA MUTIARANI )
Kegiatan Pembelajaran dengan Media Lempar Dadu Huruf
102
103
104