pt matahari putra prima tbk
DESCRIPTION
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas UdayanaTRANSCRIPT
PT MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk.
PROFIL
PT Matahari Department Store Tbk (“Matahari” atau “Perseroan”) adalah salah satu
perusahaan ritel terkemuka di Indonesia yang menyediakan perlengkapan pakaian, aksesoris,
produk-produk kecantikan dan rumah tangga dengan harga terjangkau. Matahari bermitra
dengan pemasok pemasok terpercaya di Indonesia dan luar negeri untuk menyediakan
kombinasi barang-barang fashion berkualitas tinggi yang dapat diterima oleh konsumen yang
sadar akan nilai suatu produk. Gerai-gerai Matahari yang modern dan luas menyajikan
pengalaman berbelanja dinamis dan inspiratif yang membuat konsumen datang kembali dan
membantu menjadikan Matahari sebagai department store pilihan di kalangan kelas
menengah Indonesia yang tumbuh pesat.
Matahari berubah nama menjadi PT Matahari Department Store Tbk (Matahari)
sesudah menjadi entitas terpisah dari PT Matahari Putra Prima Tbk (MPP) pada tahun 2009.
Asia Color Company Limited, anak Perseroan CVC Capital Partners Asia Pacific III L.P. dan
CVC Capital Partners Asia Pacific III Parallel Fund – A, L.P. (bersama “CVC Asia Fund
III”), menjadi pemegang saham mayoritas Matahari pada bulan April 2010.
Saham Matahari ditawarkan kepada publik oleh Asia Color Company Limited dan PT
Multipolar Tbk pada tahun 2013, menarik perhatian dunia dan meningkatkan kepemilikan
publik atas Perseroan dari 1,85% menjadi 47,35% sejak 28 Maret 2013. Kegiatan ini telah
memperkuat Perseroan melalui (i) meningkatkan (leveraging) likuiditas perdagangan
sahamnya di Bursa Efek Indonesia, (ii) meningkatkan potensi Perseroan untuk memperoleh
pengenaan tarif pajak penghasilan yang lebih rendah sesuai dengan peraturan perpajakan di
Indonesia; (iii) memperluas akses pembiayaan dari pasar modal domestik dan internasional;
serta (iv) meningkatkan profil Perseroan di Indonesia dan di seluruh dunia.
Pada tanggal 3 Maret 2014 dan 7 Agustus 2014, Asia Color Company Limited menjual
kepemilikan saham Perseroan sejumlah 6,51% dan 11,48% berturut-turut. Pada tanggal 31
Desember 2014, Asia Color Company tercatat memegang 14,18% saham Matahari, PT
Multipolar Tbk memiliki 20,48%, dan publik, termasuk pemegang baru tercatat memegang
65,34%. Pada tanggal 23 Januari 2015, Asia Color Company Limited menjual lebih lanjut
kepemilikan sahamnya atas Perseroan sebesar 8,18%. Pada tanggal 25 Februari 2015, Asia
Color Company kembali menjual 4% kepemilikan sahamnya pada Perseroan. Per 28 Februari
1
2015, Asia Color Company tercatat memiliki 2,00% saham Perseroan, PT Multipolar Tbk
memiliki 20,48% saham Perseroan, dan kepemilikan publik tercatat sebesar 77,52%.
Visi PT Matahari Department Store Tbk aalah Menjadi Peritel Pilihan Utama di
Indonesia. Misi PT Matahari Department Store Tbk adalah Secara konsisten menyediakan
beragam produk fashion yang tepat serta layanan terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup
konsumen
KASUSPT Matahari Putra Prima (MPPA) dianggap telah melakukan transaksi yang
mengandung benturan kepentingan serta merugikan pemilik saham minoritas. Kasus ini
diawali dengan keputusan PT Matahari Putra Prima untuk membentuk sebuah anak
perusahaan baru bernama PT Meadow Asia Company (MAC) yang merupakan hasil dari
joint venture dengan sebuah perusahaan investasi asal Luxemburg bernama CVC.
Dalam perjanjian tersebut telah disepakati bahwa PT Matahari Putra Prima akan
menguasai sebesar 20% saham PT Meadow Asia Company (MAC), sedangkan CVC
menguasai sebesar 80% sahamnya. Dalam perjanjian tersebut juga disebutkan bahwa PT
Matahari Putra Prima menjual 90.76% saham Matahari Departement Store (MDS) yang
merupakan anak perusahaan PT Matahari Putra Prima kepada PT Meadow Asia Company
(MAC).
Sebelum transaksi tersebut terjadi Matahari Department Store sebesar 90.76%
sahamnya dimiliki oleh PT Matahari Putra Prima, 7,24% dimiliki oleh Pacific Asia Holding
Ltd, dan sebesar 2% adalah milik publik. Akibat transaksi tersebut terjadi perubahan
kepemilikan, yaitu sebesar 98% dimiliki oleh PT Meadow Asia Company dan sebesar 2%
dimiliki oleh publik.
Setelah transaksi tersebut dilakukan, secara tidak langsung PT Matahari Putra Prima
masih memiliki kepemilikan dalam Matahari Department Store (MDS) hal ini karena PT
Meadow Asia Company yang saat ini menjadi pemilik saham mayoritas Matahari
Department Store (MDS) sebesar 20% sahamnya dimilik oleh PT Matahari Putra Prima.
Berkaitan dengan penjualan saham Matahari Department Store oleh Matahari Putra
Prima kepada Meadow Asia Company, pada hari Jumat, 9 April 2010, pihak manajemen
Matahari Putra Prima telah mendapatkan persetujuan dari RUPS sehingga secara yuridis
Meadow Asia Company sebagai perusahaan joint venture antara CVC dan PT Matahari Putra
2
Prima telah berdiri sekaligus berkedudukan sebagai pemegang saham pengendali dari
Matahari Department Store.
Transaksi ini menjadi semakin rumit karena terdapat pinjaman dari PT Matahari Putra
Prima kepada CVC sebesar Rp 3.25 triliun dari Bank Cimb Niaga dan Standard Chartered
dengan menggunakan nama CVC yang nantinya akan digunakan oleh Meadow Asia
Company untuk membeli saham Matahari Department Store, transaksi ini dikenal dengan
Leveraged Buyout yaitu melakukan akuisisi dengan cara meminjam kepada bank. Kedua
bank tersebut bersedia untuk memberikan pinjaman karena jaminannya adalah 98%
kepemilikan Matahari Department Store.
Dana hasil penjualan saham Matahari Department Store yang mencapai Rp 7.16 triliun,
akan digunakan oleh PT Matahari Putra Prima untuk percepatan pelunasan hutang, termasuk
obligasi (buy back) sebesar Rp 3.4 triliun sementara sisanya dialokasikan untuk pembagian
deviden dan pengembangan bisnis hypermart. Dengan percepatan pelunasan hutang seketika
ini, PT Matahari Putra Prima akan mendekati kondisi zero debt (tanpa utang) dan menghemat
beban bunga sebesar Rp400 miliar.
Akibatnya dalam jangka pendek, memang menguntungkan bagi pemegang saham
independen/minoritas berupa peningkatan jumlah dividen. Namun dalam jangka panjang,
akan menimbulkan pengaruh bagi kinerja PT Matahari Putra Prima dan merugikan
perusahaan. Hal ini dikarenakan Matahari Department Store merupakan bidang usaha
terbesar bagi PT Matahari Putra Prima dan memberikan pemasukan 40% kas PT Matahari
Putra Prima.
PENYEBAB
Insider Trading
Insider trading merupakan suatu transaksi dimana seorang investor mengambil
keuntungan dari transaksi penjualan efek berdasarkan informasi yang didapat dari dalam
perusahaan secara ekslusif, sehingga dapat merugikan investor lainnya yang tidak
mengetahui informasi tersebut. Oleh karena itu dikebanyakan Negara, insider trading
merupakan sebuah tindakan yang illegal.
Pada kasus penjualan 90,76% saham Matahari Department Store atau LPPF oleh PT.
Matahari Putra Prima (MPPA) kepada Meadow Asia Co. Ltd., terdapat indikasi bahwa telah
terjadi aksi insider trading. Hal ini dapat terlihat dari pergerakan harga saham dan kuota
penjualan saham LPPF. Pada awalnya, sebelum MPPA menjual unit usaha Matahari
Department Store kepada Pt Pacific Utama Tbk.(LPPF) pada 27 Oktober 2009 harga saham
3
LPPF adalah Rp. 53 per lembar saham. Sejak itu, harga saham ini naik hingga Rp 62 per
saham, sebelum rights issue 6 November 2009.
Setelah tanggal rights issue tersebut, harga saham LPPF melambung menjadi Rp. 125
per lembar saham. Lalu setelah MPPA mengumumkan akan menjual saham LPPF yang
dimilikinya kepada Meadow Asia Co. Ltd. harga saham LPPF sampai tanggal 9 Februari
2010 semakin melambung menjadi Rp. 2.325 per lembar saham. Hal ini berarti hanya dalam
tiga bulan, harga saham LPPF telah melambung 18,6 kali lipat.
Pasalnya jika informasi yang ada telah terdistribusi secara sempurna, maka volume
perdagangan saham LPPF seharusnya cukup besar. Namun kenyataannya, rata-rata volume
transaksi harian saham LPPF antara November 2009-Januari 2010 sekitar 4.000 saham.
Bahkan seringkali tidak ada transaksi. Dari volume transaksi yang menunjukkan bahwa
saham LPPF termasuk saham yang tidak likuid, kenaikan harga 1860% hanya dalam waktu
tiga bulan sangat menunjukkan adanya indikasi insider trading.
Namun sesuai dengan penelusuran Business Review pada tanggal 11 Februari 2010,
Bapepam-LK kerap gagal menemukan bukti dalam penyidikan atas dugaan penyalahgunaan
informasi orang dalam. Alhasil, Bapepam-LK pun hanya bisa menjatuhkan sanksi
administrasi pada setiap objek pemeriksaan insider trading, berdasarkan pelanggaran
ketentuan dan peraturan pasar modal.
Transaksi Afiliasi
Ketika sebuah perusahaan dengan anak perusahaannya atau dua anak perusahaan
dibawah sebuah holding yang sama melakukan melakukan suatu transaksi, maka transaksi
tersebut dapat dikategorikan sebagai transaksi afiliasi. Dalam praktek di dunia bisnis,
transaksi afiliasi merupakan hal yang wajar terutama jika sebuah perusahaan mengakuisisi
perusahaan distributor ataupun perusahaan suppliernya. Hal ini tentunya dilakukan demi
kelancaran dan efesiensi operasional bisnis.
Namun pada beberapa kondisi, transaksi afiliasi dapat merugikan beberapa pihak
terutama pemegang saham minoritas dan transaksi seperti inilah yang seharusnya tidak
dilakukan. Dalam prinsip OECD 2004 nomor 3 disebutkan bahwa Kerangka corporate
governance harus menjamin perlakuan yang sama kepada semua pemegang saham, termasuk
pemegang saham minoritas dan asing. Semua pemegang saham harus memiliki kesempatan
untuk memperoleh ganti rugi yang efektif bagi pelanggaran hak-hak mereka. Terkait
transaksi afiliasi juga diatur dalam peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.E.1.
PT Matahari Putra Prima (MPPA) menjual seluruh kempemilikannya atas Matahari
Department Store (MDS) kepada Meadow Asia Co. Ltd. yang merupakan perusahaan
4
bentukan dari CVC Capital dan PT Matahari Putra Prima (MPPA) sendiri. PT Matahari Putra
Prima (MPPA) memiliki 20% kepemilikan terhadap Meadow Ais Co. Ltd. ini. Sejatinya
Meadow Asia Co. Ltd. merupakan perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh CVC Capital,
perusahaan pengelola dana internasional yang masuk dalam jajaran Top Five. 20%
kepemilikan MPPA pada Meadow Asia CO. Ltd. adalah hasil dari penjualan Matahari
Department Store (LPPF) kepada Meadow Asia Co. Ltd.
Dari transaksi penjualan saham LPPF senilai 7,16 Triliun tersebut, MPPA memperoleh
uang tunai Rp. 5,3 Triliun dan 20% saham Meadow Asia Co. Ltd. beserta 71,13 juta saham
preferen atau 20,72% dari total saham preferen Meadow dan 8,88 juta waran atau setara
100% dari total waran yang diterbitkan Meadow.
Bersumber dari kontan, diketahui bahwa uang tunai Rp. 5,3 Triliun yang dibayarkan
Meadow kepada MPPA untuk membeli saham LPPF berasal dari hutang yang diberikan
LPPF kepada PT Asri Agung Permai seniali 2,85 Triliun. PT Asri Agung Permai adalah
perusahaan yang ditunjuk Meadow untuk membeli LPPF. Tidak hanya sampai disitu, hutang
yang dipinjamkan oleh LPPF kepada PT Asri Agung Permai ternyata adalah hasil pinjaman
dari Standard Chartered Bank Jakarta dan Bank CIMB Niaga senilai Rp 3,25 Triliun.
Transaksi yang rumit ini jelas tergolong dalam transaksi afiliasi dan dapat dilihat adanya
benturan kepentingan dalam penjualan saham LPPF oleh MPPA.
SOLUSI
Benturan kepentingan didefinisikan sebagai perbedaan antara kepentingan ekonomis
perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direksi, komisaris, atau pemegang saham
utama perusahaan atau pihak terafiliasi direksi, komisaris, atau pemegang saham utama.
Dalam peraturan UUPM dirinci keterbukaan apa saja yang harus disampaikan kepada
pemegang saham dalam bentuk sirkular sebelum RUPS. Sirkular tersebut meliputi
penjelasanmengenai alasan dilakukannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan
tersebut, cara-cara alternatif untuk mencapai hasil yang sama tanpa mengandung benturan
kepentingan, penilaian dari ahli yang independen atas proposal yang diajukan, serta informasi
yang relevan lainnya.
Transaksi yang mengandung benturan kepentingan harus disetujui dalam RUPS yang
dihadiri oleh pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50% pemegang saham
independen dan memperoleh suara pemegang saham independen yang mewakili lebih dari
50% pemegang saham independen. Jika ketentuan ini tidak dipenuhi, maka RUPS kedua
dapat dilakukan.
5
Pada RUPS kedua, pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50%
pemegang saham independen harus hadir dan lebih dari 50% pemegang saham independen
yang hadir harus memberikan persetujuan. Jika kuorum tidak dipenuhi, RUPS ketiga dapat
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari BAPEPAM dan persetujuan diberikan oleh
lebih dari 50% pemegang saham independen yang hadir BAPEPAM juga telah mengeluarkan
peraturan IX.E.2 yang mewajibkan dilaksanakannya RULB untuk mendapat persetujuan
pemegang saham atas transaksi material dan perubahan kegiatan usaha yang dilakukan
perusahaan terbuka.
Kriteria untuk transaksi material adalah transaksi yang mencapai nilai 10% dari
pendapatan dan 20% dari Ekuitas.Keterbukaan informasi harus diumumkan melalui surat
kabar berperedaran nasional paling tidak 28 hari sebelum RULB. Keterbukaan yang harus
dilakukan antara lain adalah adanya evaluasi dari ahli yang independen tentang feasibility dan
kewajaran transaksi, penjelasan mengenai adanya keahlian yang diperlukan untuk mengubah
kegiatan usaha, penjelasan mengenai alasan dan justifikasi untuk mengubah kegiatan usaha,
dan informasi material lainnya yang relevan. Selain itu, Undang-Undang No 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) juga mengatur secara tegas tindakan-tindakan
perusahaan seperti : penggabungan, peleburan, pemisahan atau pengambilalihan yang
berpotensi besar menimbulkan kerugian kepada pemegang saham minoritas dan pihak
kreditur.Pasal 126 UUPT menjelaskan bahwa perbuatan hukum penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, atau pemisahan wajib memperhatikan kepentingan:
a) Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan;
b) Kreditur dan mitra usaha lain dari perseroan, dan;
c) Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha
Mengenai perlindungan bagi pemegang saham minoritas, UUPT memberikan
pengaturan secara lebih lanjut dalam Pasal 126 ayat (2) yang menentukan bahw pemegang
saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai penggabungan, peleburan,
pengambilalihan dan pemisahan dapat menggunakan haknya sebagaimana diatur dalam Pasal
62.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.matahari.co.id/about (diakses tanggal 14 Oktober 2015)
https://www.scribd.com/doc/214682013/paper-3-Matahari-pdf (diakses tanggal 14 Oktober
2015)
6