psychological well-being pada wanita hindu bali … · d. rangkuman aspek pwb keempat informan ......

209
i PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI YANG MENGALAMI TURUN KASTA AKIBAT PERKAWINAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: Vita Arisandi 109114108 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: duongkiet

Post on 07-Mar-2019

299 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

i

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING

PADA WANITA HINDU BALI YANG MENGALAMI TURUN KASTA

AKIBAT PERKAWINAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Vita Arisandi

109114108

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“OMNIA NIHIL MUTANTUR”

Karya ini saya persembahkan kepada Bapak, Ibu, Kakak dan adik saya tercinta. Selain itu

karya ini saya dedikasikan untuk Mu,

“Wanita-Wanita Bali”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

vi

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING

PADA WANITA HINDU BALI YANG MENGALAMI TURUN KASTA

AKIBAT PERKAWINAN

Vita Arisandi

ABSTRAK

Budaya kasta dan patrilineal yang terdapat di Pulau Bali menyebabkan wanita

berkasta Hindu Bali mengalami kesulitan untuk menentukan dan mencari pasangan yang

sekasta. Tak jarang wanita Hindu Bali yang berkasta harus rela menanggalkan kastanya

karena harus menikah dengan lelaki yang berasal dari kasta rendah. Peristiwa turun kasta

yang dialami setiap wanita berkasta bukanlah hal yang mudah, dimana akan ada banyak

perubahan serta pertentangan-pertentangan dari keluarga maupun lingkungan yang akan

berpengaruh pada PWB wanita tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana gambaran PWB pada wanita Hindu Bali yang mengalami turun kasta karena

pernikahan serta melihat keterkaitan antara PWB dengan narasi masing-masing informan

melalui metode kualitatif studi naratif. Peneliti mewawancarai 4 orang wanita Hindu Bali

yang mengalami turun kasta karena pernikahan. Hasil penelitian menunjukan setelah

menikah dan turun kasta keempat subjek secara umum memiliki PWB ke arah yang

positif. Hasil PWB yang mengarah ke arah positif memiliki Narasi kehidupan yang

progresif/optimistik.

Kata kunci: kasta, pwb, wanita bali, hindu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

vii

PSYCHOLOGICAL WELL BEING

ON THE HINDUS BALINESE WOMAN WHO ARE DELEGATED HER CASTE

BECAUSE OF MARRIAGE

Vita Arisandi

ABSTRACT

Caste (Culture) and patrilineal system which contained in Bali causing Hindu's

Woman in Bali who live with certain caste are having difficulty to determine and find a

mate or partner of life who has the same caste with them. Sometimes, Hindu Woman in

Bali must willing to abandon their caste due to be married to a man who came from a low

caste. Even relegated which experienced from every single woman with caste in Bali not

an easy things, there will be many changes and contradictions of the family and the

environment that will affect the woman's PWB. The purpose of this research was to

determine how the description of PWB Balinese Hindu women who have relegated (caste)

due to a wedding and seeing the connection between PWB with each of informant

through the qualitative methods of narrative studies. Researchers interviewed four Hindu

Balinese women who have relegated because of a wedding. The results showed after

marriage and relegated the fourth subject in general has a PWB in a positive direction.

PWB results leading to a positive direction has a narrative progressive / optimistic life.

Keywords : caste, PWB, Balinese woman, Hindu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

ix

KATA PENGANTAR

Rasa syukur peneliti haturkan kepada Tuhan, atas berkat dan penyertaanya

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Peneliti berharap

agar skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat

Hindu Bali khususnya mengenai PWB pada wanita Hindu Bali yang mengalami

peristiwa turun kasta karena perkawinan. Semoga penelitian ini dapat merangsang

kemunculan penelitian lain mengenai psychological well-being pada wanita Hindu

Bali yang mengalami turun maupun naik kasta, mengingat dampaknya yang

sangat baik bagi kesejahteraan psikologis.

Terselesaikanya skripsi ini tidak akan terjadi tanpa dukungan, semangat,

dan masukkan dari beberapa pihak. Dalam kesempatan ini, peneliti ingin

mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak.

1. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sekaligus Dosen

Pembimbing Akademik (2010-2011 dan 2013-2014), Dr. Tarsisius Priyo

Widiyanto, M. Si. atas nasihat dan dukungannya selama peneliti menjalani

proses perkuliahan.

2. Ibu Ratri Sunar A., S.Psi., M. Si. sebagai Ketua Program Studi yang telah

memfasilitasi kelancaran kegiatan perkuliahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................

KATA PENGANTAR ......................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

DAFTAR TABEL ............................................................................................

INTISARI .........................................................................................................

ABSTRAK ........................................................................................................

ABSTRACT…………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................

B. Rumusan Masalah ..............................................................................

C. Tujuan Penelitian................................................................................

D. Manfaat Penelitian .............................................................................

1. Manfaat Teoritis .............................................................................

2. Manfaat Praktis ..............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kasta dan Wanita yang Mengalami Turun Kasta di Bali

Karena Perkawinan ............................................................................

1. Sistem Kasta di Pulau Bali ............................................................

I

ii

iii

iv

vi

vii

xi

xii

xiii

xiii

xiv

1

8

8

9

9

9

10

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

xii

2. Turun kasta pada wanita karena Perkawinan di Pulau Bali ............

B. Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologis).......................

C. Dimensi-Dimensi Kesejahteraan Psikologis ......................................

1. Penerimaan Diri ............................................................................

2. Hubungan Positif dengan Orang Lain ...........................................

3. Otonomi Diri .................................................................................

4. Penguasaan Lingkungan ................................................................

5. Tujuan Hidup ................................................................................

6. Pertumbuhan Pribadi .....................................................................

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraab Psikologis ..........

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...............................................................................

B. Fokus Penelitian ..............................................................................

C. Subjek Penelitian .............................................................................

D. Metode Pengumpulan Data .............................................................

E. Metode Analisis Data ......................................................................

F. Kredibilitas Penelitian ......................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian .......................................................................

B. Data Demografi Informan ...............................................................

C. Hasil Analisis ..................................................................................

1. Analisis Narasi ...........................................................................

a. Informan 1 .............................................................................

b. Informan 2 .............................................................................

c. Informan 3 .............................................................................

15

16

18

18

18

19

19

20

20

21

26

27

28

28

31

34

35

35

37

37

37

47

62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

xiii

d. Informan 4 .............................................................................

2. Analisis Struktur Narasi ..............................................................

a. Informan 1 .............................................................................

b. Informan 2 .............................................................................

c. Informan 3 .............................................................................

d. Informan 4 .............................................................................

3. Analisis Interpretasi ....................................................................

a. Informan 1 .............................................................................

1) Penerimaan Diri.................................................................

2) Hubungan Positif dengan Orang lain .................................

3) Otonomi Diri .....................................................................

4) Penguasaan Lingkungan ....................................................

5) Tujuan Hidup ....................................................................

6) Pertumbuhan Pribadi .........................................................

b. Informan 2 .............................................................................

1) Penerimaan Diri.................................................................

2) Hubungan Positif dengan Orang lain .................................

3) Otonomi Diri .....................................................................

4) Penguasaan Lingkungan ....................................................

5) Tujuan Hidup ....................................................................

6) Pertumbuhan Pribadi .........................................................

c. Informan 3 .............................................................................

1) Penerimaan Diri.................................................................

2) Hubungan Positif dengan Orang lain .................................

3) Otonomi Diri .....................................................................

71

80

80

84

86

89

91

91

91

92

93

95

96

97

99

99

100

101

102

103

104

105

105

106

108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

xiv

4) Penguasaan Lingkungan ....................................................

5) Tujuan Hidup ....................................................................

6) Pertumbuhan Pribadi .........................................................

d. Informan 4 .............................................................................

1) Penerimaan Diri.................................................................

2) Hubungan Positif dengan Orang lain .................................

3) Otonomi Diri .....................................................................

4) Penguasaan Lingkungan ....................................................

5) Tujuan Hidup ....................................................................

6) Pertumbuhan Pribadi .........................................................

D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan.................................

E. Pembahasan ...................................................................................

F. Integrasi Hasil PWB dengan Narasi ...............................................

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................... 49

B. Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

109

110

111

111

111

112

113

114

115

116

117

124

135

138

140

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir ..................................................................................

22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pedoman Wawancara ...........................................................................

Tabel 2. Profil Informan .....................................................................................

Tabel 3. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan .......................................

30

36

117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terlahir sebagai seorang wanita Hindu Bali bukanlah hal mudah,

dimana mereka dituntut untuk menghadapi realitas sosial dalam budaya kasta

yang berperan dan berpengaruh dalam tatanan serta peraturan adat

dikehidupannya. Budaya kasta yang ada menggolongkan setiap lapisan

masyarakat Hindu di Bali menjadi 4 golongan, yaitu Brahmana, Ksatria,

Weisya dan sudra. Penggolongan terhadap masyarakat hindu Bali tersebut tak

jarang menimbulkan diskriminasi dan masalah diantara masyarakat Bali

khususnya pada wanita. Pendiskriminasian terhadap wanita hindu Bali

khususnya pada wanita triwangsa terlihat dari adanya aturan yang menyatakan

bahwa seorang wanita Hindu Bali harus mendapatkan pasangan atau laki-laki

yang berasal dari kasta yang sama khususnya bagi wanita yang berasal dari

kasta Brahmana, ksatria dan weisya. Sebaliknya peraturan tersebut tidak

berlaku pada kaum laki-laki. Selain karena kasta, hal tersebut terjadi karena

Pulau Bali menganut sistem patrilinaeal dalam mengatur sistem pernikahan.

Sistem patrilineal adalah mengatur alur keturunan berasal dari pihak ayah atau

laki-laki (Budawati, Sudantra, Bemmelen dan Anggraeni, 2011).

Realitas sosial yang harus dihadapi oleh wanita hindu Bali khususnya

wanita yang terlahir dari 3 kasta utama (triwangsa) tidaklah semudah yang

dipikirkan. Adanya perkawinan larangan antara wanita triwangsa terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

2

laki-laki yang berkasta lebih rendah (sudra) menyebabkan ruang lingkup

wanita triwangsa menjadi lebih sempit dalam menentukan pasangannya. Pada

kenyataannya tak jarang wanita-wanita triwangsa yang tidak mampu

mendapatkan pasangan sekasta rela menanggalkan kastanya dan mengikuti

kasta pasangannya yang lebih rendah. Disisi lain kemudahan dan kebebasan

dalam memilih pasangan lebih dapat dirasakan oleh wanita-wanita yang

terlahir dari kasta terendah, yaitu sudra. Memutuskan dan menanggalkan kasta

bukanlah perkara mudah bagi wanita-wanita triwangsa. Pada jaman dahulu

pernikahan antara wanita yang berkasta tinggi dengan lelaki yang memiliki

kasta lebih rendah akan mendapatkan hukuman berat. Hukuman tersebut

berupa hukuman mati, namun diringankan menjadi hukuman dibuang

(diselong) ke Nusa Penida (Budawati, Sudantra, Bemmelen dan Anggraeni,

2011). Pada tahun 1951, DPRD Bali memutuskan perkawinan seperti ini tidak

akan mendapat hukuman lagi (Budawati dkk., 2011). Menurut Budawati dkk.,

(2011) walaupun perkawinan beda kasta atau nyerod diperbolehkan, pada

kenyataannya masih menimbulkan berbagai persoalan, yakni tetap berlakunya

sanksi adat maupun sanksi sosial dari masyarakat. Salah satu sanksi adat yang

harus dijalankan seorang wanita yang nyerod (turun kasta) adalah upacara

patiwangi. Upacara petiwangi adalah upacara penanggalan kasta yang

menyebabkan wanita nyerod kehilangan kastanya (Budawati dkk, 2011).

Selain kehilangan kastanya, seorang wanita yang memutuskan menikah

dan turun kasta juga harus menanggung rasa sakit karena harus kehilangan

nama kebangsawanannya yang telah ia dapatkan sejak lahir. Menurut Dewi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

3

(2003), turun kasta pada wanita di Bali sama halnya seperti proses reinkarnasi,

dimana wanita tersebut bereinkarnasi menjadi perempuan tanpa gelar

kebangsawanaan, yaitu menjadi seorang wanita sudra (tidak berkasta). Menurut

Dewi (2003), hal yang lebih menyakitkan bagi wanita yang turun kasta adalah

ketika ia berhadapan dengan keluarganya di Griya/Puri maka ia harus menjaga

sikap, sebab derajat mereka sudah tidak sama lagi. Ia harus berperilaku

layaknya orang sudra di hadapan gustinya, harus memberi hormat dan harus

berbicara dengan menggunakan bahasa halus, jika tidak, maka akan dianggap

merendahkan nama Griya/Pui, martabat, dan harga diri orang Griya/Puri yang

tidak lain adalah keluarganya sendiri.

Ketika berkunjung ke Griya/Puri, maka seorang wanita yang sudah

nyerod harus bertingkah laku layaknya penyerodan (sebutan untuk abdi dalam

wanita yang ada di Griya/Puri) yang ada di Griya/Puri. Ketika berkomunikasi

dengan orang Griya/Puri, maka ia harus menggunakan bahasa halus. Begitu

juga untuk berkomunikasi dengan ayah atau ibunya, wanita yang sudah turun

kasta tidak boleh berkomunikasi layaknya anak kepada orangtuanya, sebab

status mereka sudah berbeda. Untuk memanggil ayah atau ibunya mereka harus

menggunakan kata Ratu, begitu juga dengan anak-anaknya nanti tidak boleh

hanya memanggil dengan menggunakan kata kakyang (kakek) atau niang

(nenek) saja, melainkan harus menggunakan kata ratu juga, seperti Ratu

Kakyang dan Ratu Niang yang disingkat menjadi tukakyang dan tuniang. Hal

Hal ini di dukung oleh Dewi, (2010) yang menyatakan bahwa hubungan sosial

sehari-hari seorang wanita yang sudah turun kasta tidak bisa bebas seperti dulu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

4

Misalnya dalam berhubungan dengan keluarganya, wanita yang turun kasta

harus menggunakan bahasa Bali alus (halus) ketika berkomunikasi dengan

orang tua ataupun saudara yang memiliki kasta yang lebih tinggi darinya.

Selain itu bagi wanita yang sudah turun kasta harus memiliki kesadaran jika

dirinya sudah tidak sederajat dan memiliki kasta yang lebih rendah dari orang

tua dan saudara-saudaranya

pernikahan antara wanita berkasta dengan lelaki tidak berkasta terjadi,

maka menurut hukum adat yang berlaku menganggap lelaki yang memiliki

kasta lebih rendah dari wanita (sudra) tersebut memilki derajat yang lebih

rendah, sehingga tidak bisa dijadikan “sentana nyeburin” (masuk ke dalam

keluarga wanita dan menjadi penerus leluhur). Sedangkan pada wanita

tersebut akan dianggap nyerod serta dibuang dari lingkungan keluarga

triwangsanya (lingkungan keluarga berkasta). Menurut hukum dan peraturan

adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang dan tidak bisa diajak

“masidikara” (menjalani hidup dalam suka dan duka bersama keluarganya

(Diantha dan Wisanjaya, 2010).

Selain itu seorang wanita yang memutuskan untuk turun kasta juga

harus kehilangan kehormatan sebagai wanita bangsawan yang senantiasa

menerima penghormatan dan dilayani oleh semua orang yang berkasta

dibawahnya. Bahkan sebaliknya ketika memutuskan untuk turun kasta maka ia

justru harus melayani orang-orang yang memiliki kasta diatasnya. Disis lain

apabila terjadi perceraian di dalam perkawinan wanita yang memutuskan untuk

turun kasta, maka perempuan tersebut tidak bisa mendapatkan kembali kasta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

5

yang pernah disandangnya dan jika si perempuan meninggal, maka perempuan

ini tidak bisa dikebumikan di setra (pemakaman) di lingkungan adat keluarga

suaminya, karena sudah bercerai. Juga, tidak bisa dimakamkan di lingkungan

keluarga asalnya, karena gelar kebangsawanan yang pernah disandangnya telah

dicabut.

Menurut Utari (2006) wanita yang mengalami turun kasta karena

perkawinan tak jarang mendapatkan sanksi sosial, seperti dibuang dari keluarga

dan juga sering mendapat kekerasan fisik maupun mental. Sehingga tak jarang

keluarga perempuan masih sangat menyesalkan dan melarang apabila anak

perempuannya memilih nyerod (turun kasta) (Budawati, Sudantra, Bemmelen,

dan Anggraeni, 2011). Adanya larangan dari pihak keluarga wanita dalam

menjalin hubungan dengan lelaki berkasta rendah menyebabkan seorang

wanita memilih untuk kawin lari atau kawin secara sembunyi-sembunyi. Selain

itu, kawin lari dilakukan agar tidak mempermalukan keluarganya dan ia harus

menanggung resiko tidak ada keluarga dari pihak wanita yang akan hadir pada

saat hari pernikahan (Dewi, 2003).

Melihat fenomena yang ada, turun kasta yang terjadi pada wanita di

Bali bukanlah hal mudah. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Budawati

dkk. (2011) kepada salah satu wanita yang mengalami “nyerod” menunjukkan

bahwa tidak mudah untuk menerima dan berdaptasi terhadap perubahan yang

harus diterima oleh wanita turun kasta. Seorang Dayu mencurahkan kisahnya

yang mengalami nyerod:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

6

”Setelah menikah keluarga besar saya tidak mau memakai bahasa

halus sama saya lagi. Juga tidak dipanggil dayu lagi, kecuali saudara

kandung. Saya sudah tahu itu, sebelum menikah, tetapi tetap sakit hati,

ya, kalau pulang ke geriya. Kalau kami ada upacara di keluarga di

rumah suami, syukurlah, orang tua dan saudara saya selalu datang.

Tetapi mereka tidak boleh saya berikan lungsuran, mereka tidak boleh

memakannya. Syukurlah perkawinan saya bahagia, tetapi ada saja

yang mengingatkan saya bahwa saya nyerod”.

Peneliti juga melakukan wawancara singkat kepada significant other,

yaitu ibu dari salah satu wanita yang mengalami turun kasta. Sebut saja ibu T.

Berikut hasil wawancaranya:

Hmm, engken men (gimana ya), sudah terlanjur gek. Sebernya sih gek

saya gak setuju kalau anak saya harus turun kasta menjadi jabe.

Padahal sudah tak wanti-wanti sejak awal, benehin (benerin) cari

tunangan, jangan sampai nyerod (turun kasta). tapi anak saya gak mau

dengerin. Kan malu sama semua keluarga di puri, belum lagi entar

tetangga-tetangga nanyain,” gimana tu si jung tulannya kok gitu”.

Aduh pusing saya kalo bahas masalah ini. Sekarang saya jadi malas

dan gak respek sama dia. Lebih baik dia gak perlu pulang ke puri, dari

pada harus di omongin nanti, saya malu soalnya. Tapi gimana pun

yaa… dia tetap anak saya kan gek. Saya juga jarang sekali nengok dia

ke rumahnya, saya males, nanti sampai sana malah repot, kan sudah

beda kasta sekarang, jadi gak bisa sembarangan. Habis itu, saya tu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

7

susah bisa nerima buat gak panggil anak saya dengan sebutan Jung

(panggilan salah satu gelar di Pulau Bali). Hmm.. memang jalannya

hidupnya mungkin ya gek,saya kecewa sih tapi mau gimana lagi…

Dari kedua hasil wawancara menunjukan bahwa peristiwa turun kasta

pada wanita adalah suatu hal yang cukup berpengaruh bagi kehidupan

masyarakat di Bali. Bagi seorang wanita yang mengalami turun kasta seperti

Dayu, ia cenderung merenungi nasib yang menimpa dirinya dan belum bisa

menerima kondisi ataupun keadaan dirinya sebagai wanita yang tidak berkasta

lagi. Hal tersebut terlihat bahwa informan merasa sakit hati ketika harus pulang

ke rumah orangtuanya dan mengingat bahwa dirinya bukan wanita berkasta

lagi. Selain harus mengalami perubahan, situasi dan kehilangan gelar

kebangsawanannya, terkadang keputusan untuk turun kasta juga tidak

mendapat dukungan dari keluarga. Hal tersebut terlihat dari hasil wawancara

peneliti terhadap salah seorang ibu yang anaknya memutuskan untuk turun

kasta. Tidak adanya dukungan juga ditunjukan dengan adanya penolakan,

menjauhi dan adanya perasaan kecewa terhadap anaknya yang mengalami

turun kasta.

Perasaan sakit hati atau marah pada Dayu berlangsung cukup lama

maka akan berdampak negatif pada kehidupannya kelak. Bahkan perasaan sakit

hati atau marah yang berlangsung lama dapat menimbulkan gangguan depresi

pada seorang individu. Individu dengan gangguan depresi memiliki pandangan

yang negatif mengenai dirinya, lingkungan dan masa depan (Beck, dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

8

Rathus, dan Grene, 2005). Tak jarang individu dengan gangguan depresi

memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Melihat dampak dari perasaan marah, sakit hati hingga berujung pada

gangguan depresi yang memberikan dampak negatif pada kehidupan seorang

individu, maka hal tersebut perlu dicegah agar tidak mengakibatkan terjadinya

disfungsi dalam kehidupan seorang individu khususnya wanita hindu bali yang

mengalami turun kasta. Menurut Wood dan Joseph (2010), kesejahteraan

psikologis yang tinggi merupakan faktor protektif dari depresi. Selain itu Ryff

berpendapat bahwa PWB merupakan sumber ketahanan/resiliensi dalam

menghadapi kesulitan hidup dan mencerminkan fungsi positif, kekuatan

personal, dan kesehatan mental (Baumgardner dan Crothers, 2009). Disisi lain

PWB dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia (Ryan dan Deci,

2001) dan memperpanjang angka harapan hidup. Hal ini juga di dukung oleh

pernyataan Ryff yang mengatakan bahwa kesejahteraan psikologis terkait

dengan kebahagiaan yang bersifat jangka panjang dan menyebabkan seorang

individu lebih mampu memaknai diri dan kehidupannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melihat

gambaran kesejahteraan psikologis wanita hindu Bali yang mengalami turun

kasta karena perkawinan. Melihat akibat yang akan diterima oleh wanita yang

mengalami turun kasta bukanlah hal yang mudah, peneliti tertarik untuk

melihat dan mengetahui bagaimana seorang wanita yang mengalami turun

kasta mampu melewati perubahan dan menerima status baru dan beradaptasi

terhadap aturan-aturan adat mengenai hal-hal yang harus ia terima sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

9

seorang wanita sudra. Bagaimana seorang ia mampu menghadapi kesulitan-

kesulitan akibat dari peristiwa turun kasta dan tetap mampu membangun

kehidupan yang bermakana sehingga tetap mampu memperpanjang harapan

hidupnya dan kebahagiaan walaupun sudah turun kasta.

Penelitian ini penting untuk diteliti karena mengungkap bagaimana

sistem kasta dan akibat berlakunya sistem perkawinan di Bali mempengaruhi

kehidupan masyarakat Bali khususnya pada wanita berkasta yang mengalami

turun kasta karena perkawinan, sehingga dapat memberikan informasi bagi

masyarakat Bali maupun masyarakat umum. Selain itu masih jarangnya

penelitian yang mengangkat tema mengenai kasta di pulau bali juga menjadi

salah satu alasan peneliti untuk meneliti tema penelitian ini.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk

mengeksplorasi dan memahami suatu proses atau kejadian suatu fenomena

suatu konsep yang kompleks untuk menguraikan variabel-variabel yang

menyertainya (Creswell, 2013). Penelitian ini memiliki tujuan untuk

mendeskripsikan kesejahteraan psikologis pada wanita yang mengalami turun

kasta karena perkawinan. Metode yang digunakan untuk menganalisis data

temuan adalah metode naratif. Untuk mendapatkan gambaran kesejahteraan

psikologis pada wanita yang turun kasta, peneliti menggunakan konsep

kesejahteraan psikologis yang dikemukakan oleh Ryff (1989), yang terbagi ke

dalam enam kriteria, yaitu: penerimaan diri, hubungan yang positif dengan

orang lain, penguasaan lingkungan, otonomi, tujuan hidup, dan pertumbuhan

pribadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana gambaran kesejahteraan psikologis pada wanita yang mengalami

turun kasta karena pernikahan di Pulau Bali?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan kesejahteraan psikologis pada wanita yang mengalami turun

kasta karena pernikahan di Pulau Bali.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan kesejateraan

psikologis pada wanita yang mengalami turun kasta karena pernikahan di

Bali. Penelitian ini diharapkan berguna sebagai kajian budaya khususnya

pada wanita yang mengalami turun kasta dan memberikan kajian literatur

mengenai kesejahteraan psikologis pada orang-orang yang mengalami turun

kasta. Penelitian ini juga diharapkan memberikan sumbangan pemikiran

bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya dalam bidang perkembangan,

sosial, kepribadian dan budaya.

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian diharapkan mampu memberikan masukan dan

mendiskripsikan kesejahteraan psikologis pada wanita yang mengalami

turun kasta karena perkawinan, sehingga masyarakat Bali khususnya wanita

yang berkasta tinggi memiliki strategi dan gambaran untuk memutuskan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

11

sebuah hubungan pernikahan dengan lelaki yang memilki kasta dibawahnya.

Selain itu bagi wanita yang sudah memutuskan “nyerod” atau turun kasta

memiliki gambaran mengenai kesejahteraan psikologis yang positif agar

memiliki kehidupa yang lebih efektif dan bahagia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Kasta

Menurut Encyclopedia Americana dalam Diantha dan Wisanjaya,

(2010), kasta berasal dari kata “Casta” dalam bahasa Portugis yang berarti

kelas, ras keturunan dan golongan dimana kata tersebut digunakan oleh

orang Inggris untuk menanamkan lapisan sosial masyarakat Hindu yang

terdiri atas sekitar 3000 lapisan. Pada dasarnya kata kasta tidak dijumpai

dalam naskah suci Hindu yang terdapat di pulau Bali, umat Hindu di Bali

lebih mengenal dan menggunakan kata “warna” yang berarti “guna” dan

“karma” yakni penggolongan seseorang berdasarkan bakat atau kemampuan

dalam memilih pekerjaannya, namun adanya proses sosial menyebabkan

terjadinya perubahan pengertian konsep “warna” menjadi konsep “kasta”

(Wiana dalam Diantha dan Wisanjaya, 2010).

Dalam proses sosial tersebut telah terjadi penafsiran terhadap konsep

“Mahapurusa”, suatu konsep yang mengajarkan bahwa ada empat jenis

manusia yang lahir dari badan Mahapurusa (Tuhan), yaitu:

a. Brahmana lahir dari kepala, dimana kasta Brahmana merupakan kasta

tertinggi yang memiliki profesi yang bergerak di bidang religi dimana

sampai sekarang mereka diberi nama Ida Bagus untuk seorang laki-laki dan

Ida Ayu untuk seorang perempuan dan selalu melakukan menjalankan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

13

kependetaannya. Brahmana akan memiliki sisya, dimana sisya-sisya inilah

yang akan memperhatikan kesejahteraan dari pendeta.

b. Ksatria lahir dari tangan, dimana kasta ksatria mempunyai posisi terpenting

dalam pemerintahan dan politik tradisional di Bali. Mereka berprofesi

sebagai abdi negara/ kerajaan pada jaman dahulu. Kasta dipercaya

merupakan keturunan dari raja-raja Bali pada jaman kerajaan dan dari segi

nama keturunan kasta ksatria menggunakan nama/gelar “Anak Agung,

Dewa Agung, Tjokorda, dan juga ada yang menggunakan nama Dewa.

Tempat tinggal mereka sering disebut dengan Puri.

c. Wesia lahir dari perut, dimana kasta weysa adalah mereka yang berprofesi

sebagai prajurit. Mereka diberi gelar Gusti Bagus untuk seorang laki-laki

dan Gusti Ayu untuk seorang perempuan. Kasta ini biasanya keturunan dari

abdi-abdi kepercayaan Raja. Tempat tinggalnya sering dinamakan Jero.

d. Sudra lahir dari kaki, dimana kasta ini adalah kasta terakhir di Bali dan

mereka tidak mempunyai gelar tetapi diberi nama menurut urutan kelahiran

yaitu Wayan (anak pertama), Made (kedua), Nyoman (ketiga), dan Ketut

(keempat). Jika mereka memiliki anak lebih dari empat maka mereka

mengulangnya dari nama Wayan. Kasta Sudra diharuskan untuk berbicara

menggunakan bahasa sor singgih (bahasa Bali halus) kepada kasta yang

lebih tinggi yang disebut Tri Wangsa. Tempat tinggal mereka disebut

dengan “umah”.

Pada dasarnya, keempat jenis ini menunjukan empat jenis profesi

yang satu sama lainnya saling membutuhkan dalam kehidupan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

14

bermasyarakat, oleh karena itu keempat profesi itu harus dipandang sebagai

satu kesatuan kebutuhan yang bulat.

B. Sistem Perkawinan

Terdapat beberapa macam bentuk perkawinan di Pulau bali, yaitu:

a. Perkawinan nyentana adalah perkawinan yang dilakukan apabila pihak

perempuan tidak memiliki sentana atau anak laki-laki. Anak laki-laki (unsur

purusa) sangat dipentingkan di Bali karena akan mewakili keluarga dalam

aktivitas ngayah desa atau banjar. Oleh karena itu, bagi mereka yang tidak

mempunyai anak laki-laki cenderung untuk mengangkat sentana. Sentana

sendiri berarti keturunan atau pelanjut keturunan.

b. Perkawinan ngunggahin adalah salah satu jenis perkawinan yang juga terasa

bias gendernya. Perkawinan ngunggahin adalah perkawinan yang

dikehendaki oleh calon mempelai wanita sendiri tanpa sepengetahuan

walinya (Atmaja, 2008).

c. Perkawinan endogamy adalah perkawinan yang memiliki tujuan agar

anggota keluarganya menikah dengan orang-orang yang sekasta, terutama

bagi golongan wanitanya. Oleh karena itu di dalam masyarakat Bali, sesuai

dengan adat istiadat yang berlaku dan kecenderungan untuk

mempertahankan sistem perkawinan antar keluarga kemudian meluas

menjadi perkawinan antar lingkungan kastanya sendiri/endogamy. Hal

tersebut memunculkan perkawinan larangan:

Yaitu perkawinan Asu pundung secara harfiah berarti menggendong anjing.

Menggendong anjing merupakan analogi bagi suatu perkawinan antara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

15

seorang wanita berkasta brahmana wangsa dengan pria berkasta kasatrya,

waisya, atau sudra wangsa. Sementara itu perkawinan alangkahi karang hulu

secara harfiah berarti melompati kepala. Ungkapan ini menggambarkan

seorang gadis kasatrya wangsa yang menikah dengan laki-laki dari kasta

waisya atau sudra wangsa (Atmaja, 2008). Adat perkawinan Bali menentang

perkawinan antara laki-laki yang berkasta lebih rendah dengan perempuan

yang berkasta lebih tinggi. Perkawinan ini dilarang karena dianggap

menentang hukum Rta (hukum alam). Adat perkawinan Bali menempatkan

perempuan pada posisi yang lebih tinggi dimana tidak boleh digauli oleh

sembarang golongan. Namun, di sisi lain perempuan ditempatkan dalam

kedudukan yang rendah dimana hanya dijadikan objek seksual.

B. Psychological Well Being (Kesejahteraan Psikologis)

Kesejahteraan psikologis adalah penggambaran kesehatan psikologis

individu, dimana kesehatan psikologis ditandai dengan pemenuhan fungsi

kriteria kesehatan mental positif yang dikemukakan oleh para ahli

psikologi (Ryff, 1995). Selain itu kesejahteraan psikologis meliputi

penerimaan dan keterlibatan akan tantangan-tantangan eksistensi

sepanjang kehidupan. Ryff (1995) menjelaskan bahwa secara teoritis,

kesejahteraan psikologis meliputi aspek multidimensional yang terdiri dari

6 aspek yaitu: penerimaan diri yang positif, hubungan positif dengan orang

lain, otonomi diri, kemampuan dalam pengelolaan lingkungan sosial,

memiliki tujuan hidup dan pengembangan diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

16

Pada awalnya, indikator kesejahteraan psikologis adalah kebahagiaan

individu yang tercermin dari perbandingan perasaan dari emosi positif dan

negatif dari seorang individu (Bradburn dalam Ryff, 1989). Disisi lain

beberapa peneliti mengukur jika kesejahteraan psikologis berkaitan dengan

kepuasaan hidup seseorang (Neugarten, Havighurst, & Tobin dalam Ryff,

1989). Menurut Ryff (1989), kesejahteraan psikologis adalah bentuk

penurunan karakteristik psikologi positif berdasarkan pandangan para ahli

seperti Rogers tentang orang yang berfungsi penuh (fully-functioning

person). Pandangan Maslow tentang aktualisasi diri (self-actualization),

pandangan Jung tentang individuasi, konsep Alport tentang kematangan.

Juga sesuai dengan konsep Erikson dalam menggambarkan invdividu yang

mencapai integrasi dibanding putus asa. Konsep Neugarten tentang

kepuasan hidup, serta kriteria positif tentang orang yang bermental sehat

yang dikemukan Johada.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan

psikologis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kesehatan

psikologis individu berdasarkan pemenuhan 6 karakteristik miliki Ryff yang

dikembangkan dari konsep psikologi positif milik para ahli.

C. Dimensi-Dimensi Kesejahteraan Psikologis

Ryff (1989) mengemukakan kesejahteraan psikologis dalam bentuk

multidimensi yang terdiri atas 6 fungsi psikologi positif yaitu:

a. Penerimaan diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

17

Dimensi kemampuan menerima diri sendiri maupun kehidupannya di masa

lalu. Penerimaan diri adalah sikap positif terhadap diri sendiri. Selain itu

penerimaan diri adalah salah satu aspek penting dalam kesehatan mental

seorang individu, salah satu karakteristik dari aktualisasi diri, berfungsi

secara optimal dan karakteristik tingkat kematangan seorang individu. Teori

rentang kehidupan menyebutkan bahwa penerimaan diri merupakan ciri

penting dari kesejahteraan psikologis.

b. Hubungan positif dengan orang lain

Membina hubungan yang hangat dengan orang lain, hubungan yang

memuaskan, memiliki hubungan yang saling percaya dengan orang lain,

memiliki perasaan empati terhadap kesejahteraan orang lain, memiliki

perasaan kasih sayang, dan keintiman; mengerti, memberi dan menerima

hubungan manusia. Teori perkembangan juga mengatakan bahwa

pentingnya memiliki kemampuan untuk membangun relasi intim dengan

orang lain dan pentingnya mengarahkan dan membina orang lain. Relasi

positif dengan orang lain merupakan hal yang penting dalam kesejahteraan

psikologis.

c. Otonomi diri

Kemampuan seorang individu untuk menentukan dan memutuskan

nasip sendiri, mandiri dan mampu mengatur perilakunya sendiri (self

determination). Individu yang mampu mengaktualisasikan diri digambarkan

mampu menunjukkan fungsi otonom dan mampu bertahan dalam

inkulturasi. Orang yang berfungsi sepenuhnya juga digambarkan memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

18

locus internal dalam penilaian. Individu tersebut tidak melihat dan mendasar

pada persetujuan orang lain, tapi mengevaluasi diri sendiri dengan standar

pribadi. Individuasi adalah individu yang terbebas dari ketentuan yang

mengikat seperti ketakutan-ketakutan, keyakinan-keyakinan dan hukum-

hukum yang kolektif. Konsep rentang hidup juga menganggap penting

kemerdekaan pribadi dari norma-norma yang mengikat dan mengatur

kehidupan seorang individu.

d. Penguasaan lingkungan

Kemampuan seorang individu dalam memilih, menciptakan dan

mengelola lingkungannya sesuai dengan keadaan psikologisnya yang

bertujuan untuk pengembangan diri. Hal ini adalah salah satu karakteristik

dari kesehatan mental. Pengembangan rentang kehidupan juga menekankan

bahwa individu membutuhkan kemampuan untuk memanipulasi dan

mengendalikan lingkungan yang kompleks. Teori-teori ini menekankan

kemampuan seseorang untuk maju dan menguasai dunia dan mengubahnya

secara kreatif melalui kegiatan fisik atau mental. Masa lanjut usia juga

menekankan sejauhmana individu mengambil keuntungan dari peluang

lingkungan. Beberapa perspektif menunjukkan bahwa partisipasi aktif dan

penguasaan lingkungan adalah unsur penting dari fungsi psikologis positif.

e. Tujuan hidup

Memiliki tujuan hidup yang jelas merupakan salah satu bagian

penting dari karakteristik kesejahteraan psikologis. Konsep dari kematangan

menekankan bahwa memerlukan pemahaman dalam membangun tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

19

hidup, perasaan yang memiliki arah dan niat. Teori rentang kehidupan

menggambarkan beberapa sasaran atau tujuan hidup, seperti menjadi

produktif dan kreatif atau mencapai integrasi emosi di kehidupan

selanjutnya. Dengan demikian, orang yang berfungsi secara positif memiliki

tujuan, niat, dan perasaan akan arah yang semuanya berkontribusi terhadap

perasaan bahwa hidup itu bermakna.

f. Pertumbuhan peribadi

Taraf fungsi psikologis optimal yang tidak hanya bertujuan untuk

pembentukan karakteristik-karakteristik tetapi juga harus mengembangkan

potensi dirinya untuk tumbuh dan berkembang sebagai pribadi. Kebutuhan

untuk mengaktualisasikan diri dan menyadari potensi dalam perspektif

klinis adalah hal yang utama dalam pertumbuhan pribadi. Keterbukaan

terhadap pengalaman, merupakan karakteristik kunci dari orang sepenuhnya

berfungsi. Individu seperti itu akan terus berkembang dan menjadi sesuatu

daripada mencapai suatu keadaan tetap ketika semua masalah tidak dapat

diselesaikan. Teori rentang hidup juga memberikan penekanan eksplisit

untuk terus bertumbuh dan konfrontatif terhadap tantangan baru atau tugas

pada periode yang berbeda dari kehidupan. Dengan demikian, pribadi yang

berkelanjutan dan realisasi diri adalah tema penting dalam teori tersebut.

D. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis

Menurut Ryff (1995) hal yang terpenting yang harus diperhatikan

dalam kesejahteraan psikologis adalah faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Menurut Ryff, beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

20

adalah norma masyarakat yang berlaku, suku, kelas sosial, kapasitas intelektual

individu dan latar belakang budaya. Faktor-faktor tersebut akan saling

mempengaruhi satu sama lain.

Faktor lain adalah sikap penuh kesadaran, yaitu adanya kualitas dari

sikap penuh perhatian secara individual dalam mengelola dan meningkatkan

kesejahteraan. Makna dari sikap penuh perhatian digambarkan dengan ciri

kondisi yang terbuka dan menerima sebuah kesadaran dan perhatian (Brown,

dkk., 2003). Kondisis individu yang dapat dikatakan dalam sikap penuh

kesadaran yaitu ketika memberikan perhatian penuh terhadap sesuatu dan sadar

akan apa yang sedang terjadi pada saat situasi yang sedang berlangsung.

Sikap penuh perhatian melibatkan penerimaan perhatian terhadap

makna psikologis. Adanya kondisi yang tidak penuh perhatian tentu akan

memunculkan emosi di luar kesadaran. Kesejahteraan psikologi juga memiliki

keterkaitan terhadap aspek kepribadian yaitu dimensi keterbukaan terhadap

pengalaman (Brown dkk., 2003). Brown mengemukakan bahwa di dalam

pengalaman dimaknai sebagai penerimaan dan ketertarikan pada pengalaman

baru. Sikap penuh perhatian juga diasosiasikan dengan pengalaman positif

terhadap 3 hal, yaitu tingginya kemandirian, sering memiliki perasaan positif

dan jarang memunculkan perasaan negatif.

Disisi lain adanya dukungan sosial juga dapat membantu perkembangan

pribadi yang lebih positif maupun memberikan dukungan pada individu dalam

berhadapan dengan masalah-masalah di kehidupannya. Sebuah penelitian

mengungkapkan bahwa dukungan sosial dapat menjadi salah satu cara yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

21

baik untuk mengatasi stres pada seorang individu dan memberikan kontribusi

berkelanjutan pada kesejahteraan psikologis (Ryan & La Guardia dalam

Zangmo, 2014).

E. Kerangka Pikir Teori

Peristiwa turun kasta pada wanita yang berkasta karena pernikahan

bukanlah hal yang mudah. Ia harus mampu menerima kondisi dan perubahan

kebiasaan yang sesuai dengan hukum adat yang berlaku. Melihat fenomena

yang ada, perubahan status dan kondisi pada wanita yang turun kasta bukanlah

hal yang mudah untuk dijalani. Hasil wawancara yang dilakukan oleh

Kehidupan wanita berkasta sebelum menikah

Psychological Well Being

Menikah dengan laki-laki berkasta rendah

Sanksi adat dan sanksi sosial:

1. Turun kasta ke kasta terendah

2. Kehilangan gelar kebangsawanannya

3. Perubahan adat dan kebiasaan dari status

wanita berkasta tinggi ke kasta rendah

4. Direndahkan dan dijauhi anggota keluarga

5. Komunikasi dengan orang tua dan keluarga

di Puri terbatas karena status yang sudah

berbeda (keterbatasan hubungan dengan

keluarga)

6. Kehilangan penghargaan dan penghormatan

dari masyarakat sehingga diperlakukan biasa

Gambar 1. Kerangka pikir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

22

Budawati dkk., (2011) menunjukan betapa sulitnya menerima dan beradaptasi

terhadap hal tersebut. Kesulitan untuk menerima dan beradaptasi pada

perubahan situasi, keadaan dan status baru pada wanita yang mengalami turun

kasta dapat memunculkan perasaan marah hingga stres. Selain itu kekakuan

adat serta budaya kasta di Bali akan berpengaruh pada seorang wanita berkasta

yang mengalami turun kasta karena pernikahan di Pulau Bali. Wanita berkasta

yang memutuskan menikah dan turun kasta takan dianggap sebagai individu

yang tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk mencari pasangan sekasta

guna menjaga garis keturunannya dan memenuhi aturan adat istiadat yang

berlaku.

Turun kasta juga akan menimbulkan perlakuan yang kurang baik dari

keluarga maupun lingkungan yang masih belum terbuka dan menganggap tabu

pernikahan beda kasta. Ketika keadaan keluarga atau lingkungan masih tertutup

dan belum terbuka terhadap perubahan zaman, maka keluarga tersebut akan

menolak dengan mengucilkan wanita yang mengalami turun kasta, serta

memberikan penilaian negatif terhadapnya. Sebaliknya, ketika keluarga dan

lingkungan sudah terbuka terhadap perubahan jaman, kemungkinan keluarga

tidak akan mempermasalahkan pernikahan beda kasta dan lebih menghargai

keputusan anak wanitanya yang memilih untuk menikah dan turun kasta.

Banyaknya kesulitan yang akan dihadapai oleh seorang yang

mengalami turun kasta terkadang menimbulkan stres hingga depresi yang akan

berpengaruh pada kesejahteraan psikologisnya. Seperti yang kita ketahui Ryff

(1989) mengemukakan kesejahteraan psikologis merupakan bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

23

multidimensi yang terdiri atas 6 fungsi psikologi positif yaitu: penerimaan diri

yang positif, hubungan positif dengan orang lain, otonomi diri, kemampuan

dalam pengelolaan lingkungan sosial, memiliki tujuan hidup dan

pengembangan diri. Pada penelitian ini peneliti ingin melihat gambaran

seorang wanita yang mengalami turun kasta mampu memenuhi kembali

kesejahteraan psikologisnya sesuai dengan bentuk multi dimensi yang terdiri

atas 6 fungsi psikologi positif milik Ryff. Gambaran pemenuhan PWB wanita

yang telah mengalami turun kasta ditandai dengan memiliki kemampuan

penerimaan diri yang positif, dimana seorang wanita yang turun kasta

diharapkan mampu menerima dirinya dengan status barunya sebagai wanita

yang telah turun kasta dan menerima semua masa lalunya, kemudian mampu

menjalin kembali relasi positif dengan keluarganya atau bahkan dengan

lingkungan barunya.

Selain itu, kemampuan dalam menentukan dan memutuskan nasip juga

berperan penting dalam memenuhi dan membangun PWB seorang individu.

Kemampuan dalam menentukan dan memutuskan suatu hal pada wanita yang

mengalami turun kasta dapat dilihat ketika wanita tersebut memutuskan untuk

menikah dan menanggalkan kastanya. Adanya perubahan serta kebiasaan baru

yang harus dihadapi seorang wanita yang mengalami turun kasta akan

berepengaruh pada kehidupan sehari-hari wanita yang mengalami turun kasta,

keadaan tersebut akan menuntut wanita tersebut untuk mampu menciptakan

dan mengelola lingkungannya sesuai dengan keadaan psikologisnya yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

24

bertujuan untuk pengembangan diri serta beradaptasi terhadap perubahan-

perubahan tersebut.

Selain itu seorang wanita yang mengalami turun kasta juga diharapkan

tetap mampu menentukan dan membangun tujuan hidupnya dan memiliki

perasaan yang memiliki arah dan tetap mampu dalam mengembangkan potensi

dirinya untuk tumbuh dan berkembang sebagai pribadi walaupun sudah turun

kasta. Disisi lain peneliti juga ingin melihat pengaruh PWB terhadap rangkaian

narasi pada wanita Hindu Bali yang mengalami turun kasta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif dimulai

dengan asumsi dan penggunaan kerangka penafsiran/teoritis yang membentuk

atau mempengaruhi studi tentang permasalahan riset yang terkait dengan

makna yang dikenal oleh individu atau kelompok pada suatu permasalahan

sosial atau manusia (Creswell, 2013). Para peneliti mengumpulkan data di

lingkungan alamiah dengan tetap menjaga kepekaan terhadap masyarakat yang

diteliti, dan mereka menganalisis data yang ada secara induktif dan deduktif

untuk membentuk pola atau tema. Penelitian kualitatif digunakan untuk

mengeksplorasi dan memahami suatu proses atau kejadian suatu fenomena

suatu konsep yang kompleks untuk menguraikan variabel-variabel yang

menyertainya (Creswell, 2013). Penelitian kualitatif akan menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati.

Peneliti menggunakan metode kualitatif karena peneliti memiliki tujuan

untuk memahami gambaran kesejahteraan psikologis pada wanita Hindu Bali

yang mengalami turun kasta karena pernikahan. Pemahaman dan informasi

detail mengenai penelitian dapat dibangun dengan datang dan berbicara

langsung pada partisipan, mengunjungi rumah informan dan membiarkan

informan bercerita secara bebas dan nyaman tanpa adanya tekanan serta

terbebani oleh apa yang ingin kita teliti (Creswell, 2013). Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

26

menggunakan cara seperti ini, peneliti tidak hanya mendapatkan data mentah

berupa hasil wawancara, tetapi peneliti juga dapat melihat emosi partisipan saat

bercerita.

Penelitian kualitatif memiliki kelebihan dalam mengeksplorasi,

menginterpretasi pengalaman personal (Smith, 2009). Karena hal tersebut

peneliti memilih untuk menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode

tersebut dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk

mendapatkan gambaran kesejahteraan psikologis pada wanita yang mengalami

turun kasta karena pernikahan di Pulau Bali.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada gambaran kesejahteraan psikologis pada

wanita yang mengalami turun kasta karena pernikahan di Pulau Bali. Menurut

Ryff, kesejahteraan psikologis adalah penggambaran kesehatan psikologis

individu, dimana kesehatan psikologis ditandai dengan pemenuhan fungsi

kriteria kesehatan mental positif yang dikemukakan oleh para ahli psikologi

seperti Rogers tentang orang yang berfungsi penuh (fully-functioning person).

Pandangan Maslow tentang aktualisasi diri (self-actualization), pandangan

Jung tentang individuasi, konsep Alport tentang kematangan. Juga sesuai

dengan konsep Erikson dalam menggambarkan invdividu yang mencapai

integrasi dibanding putus asa. Konsep Neugarten tentang kepuasan hidup, serta

kriteria positif tentang orang yang bermental sehat yang dikemukan Johada.

Menurut Ryff terdapat 6 karakteristik dalam pemenuhan kesehatan psikologis

individu yang dikembangkan dari konsep psikologi positif yang dimiliki para

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

27

ahli. Karakteristik tersebut adalah penerimaan diri, hubungan yang positif

dengan orang lain, penguasaan lingkungan, otonomi, tujuan hidup dan

pertumbuhan pribadi.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini dipilih menggunakan Criterion Sampling; cara

penentuan informan berdasarkan kriteria tertentu yang ditentukan oleh peneliti.

Kriteria tersebut adalah wanita asli Bali yang mengalami turun kasta karena

pernikahan. Hal yang terpenting dari kriteria tersebut adalah memiliki

pengalaman atas fenomena yang hendak diteliti (Creswell, 2013).

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pendataan yang digunakan yaitu menggunakan metode

wawancara semi-terstruktur, dimana wawancara semi-terstruktur

memperlihatkan hubungan yang luwes dan tidak kaku antara informan dan

peneliti. Selain itu penggunaan metode wawancara semi-terstruktur dapat

membantu peneliti menanyakan hal-hal yang menarik dan mendalam secara

detail dan sesuai dengan tujuan penelitian pada informan penelitian (Smith,

2009).

Metode ini dipilih oleh peneliti karena studi kualitatif bertujuan untuk

menangkap sedekat dan sedatail mungkin gambaran pengalaman dan makna-

makna psikologis, sehingga membutuhkan instrumen yang fleksibel. Walaupun

metode wawancara semi-terstruktur bersifat luwes, peneliti juga membutuhkan

panduan wawancara. Panduan wawancara membantu peneliti dalam

mengarahkan proses pengambilan data sesuai dengan tujuan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

28

Panduan wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan pokok mengenai

gambaran kesejahteraan psikologis pada wanita yang mengalami turun kasta.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berkembang sehingga membantu peneliti

mengetahui lebih dalam dan mendetail mengenai pengalaman tersebut.

Sebelum melakukan proses wawancara peneliti hendaknya membangun

rapport terhadap informan. Rapport dibangun untuk memunculkan suasana

yang hangat serta menjalin keakraban, sehingga tidak ada perasaan curiga, rasa

takut, keengganan, atau perasaan malu yang menghalangi kesediaan informan

dalam menjawab pertanyaan (Nasution, 2003). Melihat topik yang akan

bersifat sensitif, maka peneliti harus berhati-hati dan jeli dalam mengajukan

pertanyaan agar tidak menyinggung perasaan informan yang diteliti.

Protokol penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Peneliti menyeleksi informan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

2. Peneliti meminta izin kepada informan untuk ikut berpartisipasi dalam

penelitian yang akan dilakukan.

3. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan penelitian.

4. Penelitian mengumpulkan data melalui wawancara dengan informan.

Berikut ini adalah panduan wawancara yang digunakan dalam proses

wawancara :

Tabel 1.

Pedoman wawancara

Daftar panduan pertanyaan Awal

1. Bagaimana subjek memandang dirinya

sebagai wanita yang berkasta pada waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

29

itu? (Seberapa pentingkah kasta bagi subjek

dan keluarganya)

2. Bagaimanakah kasta mempengaruhi

kehidupan subjek waktu itu?

3. Apa yang subjek rasakan ketika subjek

menjadi wanita yang berkasta?

4. Bagaimana lingkungan sekitar

memperlakukan subjek dan keluarga subjek

sebagai wanita yang berkasta?

Tengah

5. Bagaimana subjek memutuskan untuk

menikah dengan pria yang tidak berkasta?

6. Bagaimana reaksi dan sikap keluarga ketika

mendengar keputusan subjek untuk

turunkasta?(apakah ada persetujuan dari

keluarga)

Akhir

7. Bagaimana perasaan subjek ketika subjek

menikah dan harus mengalami penanggalan

kasta waktu itu?

8. Adakah kebiasaan sehari-hari yang berubah

sebelum dan sesudah? Jika ada,

perubahannya seperti apa?

9. Jika ada, bagaimana cara anda menyikapi

perubahan tersebut?

10. Bagaimana perasaan anda dengan adanya

perubahan tersebut?

11. Hingga saat ini, pernahkah subjek merasa

menyesal atas keputusan yang sudah subjek

ambil? (turun kasta)

12. Bagaimanakah hubungan/relasi subjek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

30

terhadap suami dan anak-anak subjek

pernikawinan subjek saat ini?

13. Bagaimana hubungan/relasi subjek dengan

keluarga subjek (keluarga wanita)

14. Bagaimana lingkungan masyarakat dan

teman-teman memperlakukan Anda setelah

turun kasta?

15. Gambarkan harapan dan aspirasi subjek

terhadap masa depan subjek terkait dengan

status subjek sebagai wanita yang turun

kasta?

E. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini

adalah metode analisis naratif. Naratif adalah studi yang berfokus pada narasi,

cerita, atau deskripsi tentang serangkaian peristiwa terkait dengan pengalaman

manusia (Creswell, 2013). Riset naratif ini dimulai dengan pengalaman yang

diekspresikan dalam cerita yang disampaikan oleh individu. Para peneliti

mencari cara untuk menganalisis dan memahami cerita tersebut. Disisi lain

Czarniawska dalam Creswell (2013) mendefinisikan riset naratif sebagai tipe

desain kualitatif yang spesifik yang “narasinya dipahami sebagai teks yang

dituturkan atau dituliskan dengan menceritakan tentang peristiwa/aksi atau

rangkaian peristiwa/aksi, yang terhubung secara kronologis”. Prosedur dalam

pelaksanaan riset ini dimulai dengan memfokuskan pada pengkajian terhadap

satu atau dua individu, pengumpulan data melalui cerita, pelaporan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

31

pengalaman individual, dan menyusun kronologis atas makna dari pengalaman

tersebut.

Murray dalam (Smith, 2009) menyebutkan jika narasi memiliki fungsi

reflektif yang akan membentuk struktur kepribadian pada seorang individu,

dimana dengan menceritakan kisah pada diri kita ataupun orang lain, seorang

individu akan semakin mengenal siapa dirinya, identitas dirinya yang nantinya

akan mempermudah individu dalam mencapai kesejahteraan psikologisnya.

Menurut Creswell (2013), studi naratif sangat sesuai untuk menangkap cerita

atau pengalaman hidup yang terperinci dari seorang individu tunggal atau

kehidupan dari sejumlah kecil individu.

Menurut Murray dalam Smith (2009) terdapat dua langkah dalam

menganalisis data mentah yang diperoleh :

1. Analisis Struktur

Sebuah naratif memiliki struktur. Gergen dan Gergen (Murray dalam

Smith, 2009) mengidentifikasi 3 unsur utama, yaitu: progresif bergerak ke

arah suatu tujuan, regresif bergerak menjauhi tujuan dan stabil yaitu hanya

terdapat perubahan kecil atau bahkan tidak bergerak sama sekali. Secara

klasik naratif dapat dibedakan berdasarkan strukturnya yaitu: komedi,

roman, tragedi dan satir. Komedi adalah kisah yang bergerak menuju akhir

yang bahagia, roman adalah yang menunjuka perkembangan tokoh utama

yang mendapatkan kesengsaraan di awal kemudian akan mendapatkan

semuanya kembali di bagian akhir. Tragedi adalah kebalikan dari roman,

dimana tokoh mendapatkan kesengsaraan dari awal hingga akhir dan satir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

32

adalah kisah yang menonjolkan sebuah pendirian yang stabil dan

kekomplekan hidup.

Strategi penuh adalah menyiapkan catatan singkat (summary) dari

naratif yang nantinya akan diidentifikasi ke dalam tajuk-tajuk kunci, seperti

awal, tengah dan akhir. Peneliti dapat menerangkan isu-su kunci dan

mengidentifikasinya keterkaitan naratif untuk menghubungkan bagian-

bagian yang berbeda. Selain itu peneliti juga dapat melihat sub-plot dalam

garis besar naratif dan memperhatikan hubungan antara awal, tengah dan

akhir. Ringkasan atau catatan singkat dapat menjelaskan beberapa tajuk

yang menjadi minat peneliti. Kerangka yang telah dibuat memungkinkan

peneliti dalam menangkap makna menyeluruh dari berbagai narasi yang ada,

serta beragam isu khusus yang muncul pada masing-masing narasi.

2. Analisis interpretatif

Analisis interpretif adalah tahap kedua dari analisis naratif, dimana

pada tahap ini hal yang harus dilakukan adalah mengkaitkan narasi dengan

literatur teori yang lebih luas yang digunakan untuk menginterpretasi kisah

yang bersangkutan. Dalam melakukan analisis naratif, penting untuk

bersikap sadar asumsi teoritis apa yang memandu analisis pada saat yang

bersamaan terbuka pada tantangan dan ide-ide baru. Isi analisis naratif yang

disajikan peneliti dapat mengacu pada konteks personal, interpersonal,

kelompok dan sosial. Menurut Murray (dalam Smith, 2009) konteks

personal berkaitan dengan bagaimana naratif menggambarkan pengalaman

individu. Konteks interpersonal dan kelompok menyadari pendengar dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

33

hal-hal yang membentuk narasi. Konteks sosial berhubungan dengan narasi

sosial yang lebih luas yang membentuk penilaian harian kita.

F. Kredibilitas Penelitian

Peneliti ini menggunakan validitas member checking, dimana peneliti

memberi kesempatan kepada informan penelitian untuk mengkonfirmasi hasil

penelitian. Dalam proses validasi ini, informan penelitian boleh mengoreksi,

menambahkan, atau mengubah temuan penelitian yang dilaporkan oleh peneliti

(Poerwandari, 1998). Hal tersebut dilakukan untuk mengecek kembali apakah

hasil temuan sesuai dengan data mentah. Selain itu penelitian harus

menganalisis hasil wawancara dengan benar dan detail. Kemudian membahas

hasil analisis sesuai dengan pertanyaan penelitian.

Selanjutnya peneliti melakukan tanya jawab dengan sesama rekan

peneliti (peerde-briefing) untuk meningkatkan keakuratan data. Strategi ini

melibatkan interpretasi orang lain selain interpretasi dari peneliti sehingga

dapat menambah validitas penelitian, dalam hal ini peneliti dapat berdiskusi

dengan rekan peneliti dan dosen pembimbing (Creswell, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan 4 informan, dimana 3

informan adalah wanita dari kasta Ksatria yang turun menjadi sudra, dan

seorang wanita yang berkasta Weisya yang turun menjadi sudra. Dalam

mencari informan penelitian, peneliti mengalami kesulitan untuk menemukan

wanita dari kasta Brahmana yang turun menjadi sudra, hal ini dikarenakan

mereka cenderung kurang terbuka dan menutup diri. Selain itu, peneliti juga

mengalami beberapa kendala dalam proses pengambilan data, namun kendala

tersebut berhasil dilewati dan diselesaikan oleh peneliti.

Proses wawancara dilakukan selama 3 kali pertemuan dalam beberapa

waktu kepada masing-masing informan. Proses wawancara dilakukan di tempat

tinggal informan. Hal tersebut dikarenakan masing-masing informan masih

memiliki anak balita yang tidak dapat ditinggal. Selain itu proses wawancara

dilakukan di tempat tinggal informan agar informan merasa lebih nyaman dan

bebas dalam memberi jawaban.

Data Demografi Informan

Penelitian ini terdapat 4 informan, yaitu informan I (1), informan G (2),

informan A (3) dan informan S (4).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

35

Tabel 2.

Profil informan

Informan I Informan G Informan A Informan S

Usia 28 Tahun 26 Tahun 26 Tahun 30 Tahun

Asal Bali Bali Bali Bali

Kasta awal Ksatria Ksatria Ksatria Weisya

Kasta saat ini Sudra Sudra Sudra Sudra

Agama Hindu Hindu Hindu Hindu

Pekerjaan Pagawai

swasta

Ibu rumah

tangga

Ibu rumah

tangga

Pegawai

Bank

Usia

Pernikahan 4 tahun 1,5 tahun 1,5 tahun 7 tahun

B. Hasil Analisis

1. Analisis Narasi

a. Informan 1

1) Kehidupan sebelum menikah (Awal)

Informan 1 merupakan seorang wanita yang dilahirkan dalam

lingkungan Puri dengan kasta Ksatria bergelar Anak Agung (S1, 12).

Dengan gelar yang disandangnya, informan menyadari kewajibannya

yang harus mengikuti adat sesuai kastanya dengan memperhatikan

pergaulan dan perilaku sesuai adat sebagai wanita berkasta. Keluarga

besarnya sangat fanatik mengenai kasta sehingga harus benar-benar

menjaga dan menghormati kasta tersebut. Disisi lain orang tua

informan justru tidak membatasi pergaulan informan, yang terpenting

bagi kedua orangtuanya adalah menyadari kedudukannya sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

36

wanita berkasta dan berperilaku sesuai aturan mengenai wanita

berkasta.

“Keluarga besar mbak tu sangat menghormati kasta, bahkan

cenderung fanatik. Kalau orang tua mbak sendiri yaa, mereka

gak terlalu fanatik soal kasta, cuma mereka berharap biar mbak

bisa dapat nikah gitu sama cowok yang kastanya juga Anak

Agung juga. Tapi kalau soal berteman gitu, mereka cenderung

enggak batesin ya, asalkan tu mbak sadar diri siapa mbak,

mereka juga welcome kok sama temen-temen mbak yang gak

berkasta. Yang penting berperilaku sesuai kasta dan sesuai

aturan adat aja” (S1, 13-21)

Dalam pergaulan sehari-hari, informan tetap dapat bergaul

dengan siapa saja. Informan berusaha untuk tidak pernah membeda-

bedakan orang dalam berelasi dan menganggap bahwa semua manusia

sebenarnya berhak mendapat perlakuan yang sama.

“Orang berkasta buat saya biasa aja, sama-sama manusia kan

dan kebetulan temen-temen saya kebanyakan gak berkasta”.

(S1, 37-39).

“Iyaa, saya ngerasa sama aja sama mereka.., kan sama-sama

manusia... hehehe”. (S1, 43-44)

Informan 1 menganggap bahwa kasta biasa baginya namun

disisi lain ia tetap menghormati kedudukan kasta dalam kehidupan,

dimana menurut informan adalah suatu hal yang sangat penting,

karena merupakan warisan leluhur sehingga keberadaannya harus

dihormati,

“Eeemm.... kasta saya dulu kan Anak Agung, yaa kasta itu

penting karena kan itu dari orang tua, dari leluhur kita gitu.

Jadi kita tu juga tu harus hargain kastanya kita, ngehargain

gininya orang tua” (S1, 29-31)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

37

“Tapi yaa walaupun begitu, saya tetap sadar dan menghormati

jika kasta adalah warisan leluhur sudah mengalir di darah saya,

karena apapun itu warisan leluhur kan.. yaa”. (S1, 35-37)

Informan 1 menyadari bahwa kasta yang disandangnya mampu

membuat informan mendapatkan perlakuan istimewa di mata

masyarakat. Dengan kasta Ksatria, informan diperlakukan dengan

hormat, mendapat perhatian dan lebih dihargai dibandingkan dengan

teman-teman lain yang berkasta rendah.

“Kita tu saling menghormatin antara saya dengan temen,

temen juga menghormatin saya”. (S-1, 47-48). Cuma ya

bedanya ketika saya tu sebagai wanita berkasta, saya tu lebih

gimana yaa…lebih disegani aja sama orang-orang sekitar.

Yaa… saya dihormatin, dijaga banyak orang, yaa

disayanglah.” (S-1, 65-67)

2) Tahap menikah dengan laki-laki kasta rendah (Tengah)

Menikah dengan laki-laki dengan kasta lebih rendah

merupakan tantangan bagi informan 1 mengingat keluarga besarnya

sangat fanatik dengan kasta sehingga informan 1 menganggap

keluarganya akan menolak jika informan 1 menikah dengan laki-laki

pilihannya yang berkasta rendah. Hal ini menimbulkan ketakutan

dalam diri informan sementara tuntutan keluarganya untuk

mendapatkan pasangan sekasta tidak dapat dipenuhinya sehingga

informan 1 kawin lari.

“Saya nikah lari tu karena saya takut. Kan dulu tu sudah

dikasih tau sama keluarga kalau bisa cari yang sekasta, tapi

kenyataannya saya gak dapet yang sekasta.” (S1, 125-127)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

38

Informan 1 tetap memutuskan untuk menikah meskipun tanpa

izin orang tua, karena ia berpikir bahwa tidak ada gunanya

mendapatkan pasangan berkasta namun tidak menjamin

kebahagiaannya,

“Tapi saya mikir ngapain saya cari orang berkasta toh gimana

juga kalau ujungnya saya nanti gak bahagia. Saya sudah

ketemu dia sudah lama. Saya ngerasa cocok, dia sudah ngertiin

saya gitu. Waktu itu yang saya rasain” (S1, 128-131)

Apa yang dipikirkan ternyata di luar dugaan informan,

meskipun orang tua terkejut karena mendengar berita pernikahannya,

namun yang membuat informan sedih adalah orang tuanya sebenarnya

tidak mempermasalahkan jika informan menikah dengan laki-laki

berkasta rendah. Orang tuanya hanya menyesalkan kenapa jalan yang

ditempuhnya harus dengan kawin lari.

“Mereka tu kagetnya kok nikah gak bilang-bilang, kok gak

pernah cerita punya pacar. Kok ngambil jalannya yang kayak

gini, gak terus terang. Sebenernya mereka gak marah, cuma

kaget aja terus langsung telpon saya” (S1, 139-142).

“Mereka sebenernya gak apa-apa. Cuma saya aja karena udah

takut, jadi berpikiran yang negatif duluan. Hehehe......(S1, 162-

164)

Jalan yang ditempuh informan 1 membuatnya merasa bersalah

dan menyesal karena orang tuanya mau menerima keadaan dan

mampu memahami perasaan anaknya. Hal itu membuat informan

merasa terbebani dan sedih karena merasa bahwa orang tuanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

39

sebenarnya mengizinkan asal anaknya bahagia, namun langkah yang

ditempuhnya justru mengecewakan orang tua.

“Ajik saya bilang kalau gitu ya mau gimana saya bisa larang,

toh dia sampai nekad sampai berani kawin lari. Kalau saya

larang takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Menurut ajik

saya, kalau dia bahagia, saya juga bahagia sama pilihannya

dia” (S1, 149-153).

“Saya ngerasa sedih dan benar-benar bersalah dengar itu, kok

gak terus terang aja. Padahal dia gak marah.” (S1, 156-157).

3) Kehidupan setelah menikah dengan laki-laki berkasta rendah dan

turun kasta (Akhir)

Meskipun keputusan menikah berasal dari informan 1, namun

pada awal pernikahannya tetap ada perasaan sedih, menyesal dan

merasa kecewa karena tidak terbuka dengan orang tua,

“Rasanya sedih yaa waktu harus mepamit di Jero karena kan

habis to kasta saya hilang, pemutusan saya dengan leluhur”

(S1, 176-177)

“Saya juga ngerasa kangen sama keluarga, ngerasa bersalah

banget sama keluarga, termasuk keluarga besar, kasian ajiknya,

ibunya, kakak. Apalagi kakak saya kan belum nikah sudah

saya langkahin, saya ngerasa sediih karena gak terus terang”

(S1, 181-185)

Turun kasta bagi informan 1 membawa perubahan-perubahan

dalam hidupnya. Perubahan-perubahan yang dialami informan 1

berkaitan dengan sanksi hukum adat dan sosial karena turun kasta.

Perubahan tersebut antara lain mengenai cara pemanggilan nama

saudara yang dulu sama-sama sekasta, tata cara pelaksanaan upacara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

40

dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari seperti makan dan

sembahyang, ada batasan hubungan antara informan 1 dengan

keluarganya karena status kasta yang dimiliki sudah berbeda (S1, 206-

213).

Diluar perubahan tata cara dan sanksi sosial sesuai aturan adat

yang informan terima, informan 1 merasa tetap mendapatkan

perlakuan yang sama dari masyarakat maupun keluarganya,

“Masyarakat sekitar sih juga tau tapi mereka yaa gimana

maklumin aja keadaan saya. Mereka juga gak memandang

saya buruk, gak segitunya sih. Selain itu juga keluarga saya

memperlakukan saya seperti biasa, memperlakukan saya sama

seperti dulu. Biar udah turun kasta, tetep aja sama” (S1, 216-

220)

Selain keluarga dan masyarakat sekitar, teman-temannya

masih menganggapnya sama seperti wanita berkasta dan tetap

memperlakukannya dengan hormat,

“Temen-temen tu mereka tetap mau dan memperlakukan saya

tu sama. Bahkan sampai saya turun kasta gini ini teman-teman

saya tetap memperlakukan saya sama seperti saya masih

berkasta. Mereka gak mau ngerubah, bagi mereka kamu tetep

sama seperti yang dulu. Dengan turun kasta pun, saya tu gek

tetap bisa menjalankan sama kan kayak sehari-hari. Saya tetap

bisa kerja, ketemu temen-temen.” (S1, 223-228)

Meskipun perubahan yang dirasakan cukup berat namun

informan dapat memahami bahwa semuanya merupakan proses yang

harus dijalani misalnya memanggil nama kakak atau keluarga yang

masih berkasta tinggi lainnya dengan sebutan yang terhormat. Bagi

informan hal tersebut masih membuatnya canggung untuk dilakukan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

41

“Memang sih agak berat sama perubahannya itu tapi lama-

lama yaa dijalanin aja, kan lama-lama juga terbiasa. Beratnya

itu gak terbiasa sih manggil mereka dengan sebutan itu, tapi

mau gak mau kan harus karena kita bukan sama lagi. Tapi

kadang tetap aja agak canggung, kan dari kecil kita diajarin

manggil kayak gitu, tapi sekarang harus beda manggilnya.”

(S1, 235-241)

Dalam menjalani perubahan selama turun kasta, informan 1

mendapatkan dukungan dari orang tua dan teman-temannya sehingga

tidak terlalu sulit untuk beradaptasi dengan kasta rendah yang

disandangnya. Selain itu tidak banyak perubahan yang dirasakannya

antara sebelum dan sesudah turun kasta karena kebanyakan orang di

sekitar informan 1 tetap memperlakukannya sama dan masih banyak

yang menghormati. Perbedaan hanya terletak pada tata cara makan,

sembahyang, adat berbicara dan pemanggilan nama kepada orang

yang berkasta lebih tinggi.

“Itu pun ada dorongan dari temen, sahabat kamu harus bisa

karena itu jalan yang sudah kamu pilih. Toh juga lama-lama

saya sampai sekarang sudah terbiasa dengan perubahan-

perubahan yang ada. Selain itu karena perlakuan yang saya

terima sama saja, jadi saya tidak terlalu sulit, hanya perlu

beradaptasi dengan aturan adat kan sudah kayak agama tu,

kayak masalah berbicara, makanan, panggil nama dengan

sebutan kasta dengan kakak dan saudara saya. Yaa paling itu

yang harus dibiasakan lagi. Kalo perlakuan mereka masih tetap

sama, bahkan orang tua saya semakin seneng dan sayang

semenjak ada anak atau cucu tu lo”. (S1, 238-239; 241-249)

Informan 1 masih merasa menyesal dan sedih dengan

kondisinya, dimana saat ini hubungan informan 1 dengan orang tua

sangat terbatas karena adanya aturan adat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

42

“Ada perasaan menyesal kadang-kadang, terus tekanan batin

juga kadang-kadang, tapi sudah dijalanin aja. Sekarang sudah

terbiasa. Tekanan batinnya itu datang ketika saya gak bisa

bantuin kalau ada odalan atau upacara di rumah orang tua saya

tu. Saya gak bisa bantuin, saya gak bisa ikut sembahyang yaa

paling nanti kita belakangnya aja.” (S1, 249-254).

Meskipun ada penyesalan, informan 1 merasa bahwa

keputusannya menikah dengan laki-laki berkasta rendah yang

menyebabkannya turun kasta sudah dipikirkan dengan matang.

Informan menyadari bahwa pilihannya menimbulkan resiko turun

kasta sehingga informan lebih siap menghadapinya. Selain itu bagi

informan, saat ini ia sudah tidak ingin memikirkan hal-hal yang telah

berlalu.

“Emang sih ada penyesalan, tapi penyesalannya itu sudah saya

pikirkan dari sebelum saya berbuat, saya akan melakukan gini

maka nanti saya akan begini jadinyaa. Emang sudah dipikirkan

dari dulu, tapi gimana terus kita jalanin. Pokoknya sebelum

berbuat kita sudah harus tau, aku mau buat gini, pasti

kejadiannya gini. Dibilang ada penyesalan memang pasti ada,

tapi penyesalannya itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-

kata. Tapi kan sudah pilihan sendiri, kita yang pilih kita yang

ngerasain gitu. Sekarang itu, saya lebih santai aja, saya gak

mau mikirin hal-hal kemarin, hal-hal itu yaa” (S1, 254-262)

Dengan sanksi turun kasta, informan 1 berusaha menerima

keadaan dirinya dan jalan hidupnya dengan berprasangka baik bahwa

apa yang dilaluinya adalah memang takdir Tuhan, dan informan 1

berusaha untuk berusaha menerima dan ikhlas dengan jalan hidupnya.

“Tapi saya berpikir ini sudah jalan tangannya, emang gini

jalannya takdirnya. Saya, keluarga, temen-temen saya tu

berpikir kalau leluhur saya ada hutang yang belum dibayar jadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

43

saya harus membayar dengan turun kasta dan masuk ke

keluarga suami saya” (S1, 177-181)

“Memang sedih. Tapi yaa sudah saya ikhlasin aja” (S1, 188)

Untuk menghilangkan penyesalan dan kesedihannya, informan

1 menebus kesalahan dengan menuruti permintaan orang tua yang

sebelum menikah tidak bisa dipenuhinya seperti mendapatkan

pasangan sekasta. Informan 1 yang telah turun kasta masih diijinkan

tinggal dengan orang tua dan menemaninya berusaha untuk menebus

kesalahannya dengan cara menghibur orang tuanya dengan menuruti

semua perkataan orang tuanya.

“Ketika saya ngerasa sedih, terus kan saya ngerasa bersalah

banget sama orang tua saya, saya coba nebus dengan nurutin

kata orang tua saya. Contohnya saja, ketika setelah menikah

beberapa bulan, orang tua minta saya dan suami agar mau

pindah dan tetap mau tinggal disini, di rumah orang tua saya

untuk nemenin mereka. Saya turutin kata mereka, disuruh

tinggal disini, ya saya tinggal disini. Kalau dia minta tidur

dengan cucunya saya kasih. Yaa buat nebus kesalahan saya,

saya ikutin kata-katanya. Dulu saya gak bisa ngikutin kata-

katanya, gak dapet cowok berkasta, sekarang saya coba buat

ngebahagiaan dengan nurutin kata-katanya. Terus mereka

sangat senang dengan anak-anak saya, kan lucu soalnya

mereka bisa menghibur” (S1, 188-199)

Selain itu, yang terpenting bagi informan adalah melihat orang

tuanya sehat dan bahagia. Tidak adanya beban pada orang tuanya

membuat informan sedikit lega dan mengurangi rasa bersalahnya,

“Sekarang pokoknya orang tua saya sehat, mereka gak ada

beban, soalnya ketika orang tua saya ada beban ya saya

ngerasa bersalah. Pokoknya saya pengen ngelihat mereka

happy, bahagia.”(S1, 262-265)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

44

Menurutnya, dirinya sangat beruntung karena meskipun turun

kasta namun masih diijinkan tinggal bersama orang tua. Berbeda

dengan orang lain yang juga turun kasta, mungkin sudah tidak bisa

pulang karena aturan adat. Menurut informan, sudah sewajarnya anak

untuk membahagiakan orang tua (S1, 199-202).

Selain hubungan dengan orang tua dan teman-temannya yang

tetap terjalin baik, informan juga merasakan hubungan dengan

suaminya juga baik. Suaminya mampu memberikan dukungan bagi

informan baik dalam pemulihan psikologis maupun dalam urusan

rumah tangga seperti mengurus anak dan rumah,

“Pernikahan, hubungan saya dengan suami saya itu baik. Saya

ni kebanyakan dicandain sama suami saya, saya kan orangnya

agak egois, keras kepala, tapi suami saya tu santai, jadi bisa

ngimbangin saya. Selain itu, ketika saya capek ngurus anak,

diajak keluar anak saya yang besaran, jadi dia mau bantuin

saya” (S1, 269-273)

Anak juga menjadi penyemangat informan dalam menjalani

hidupnya,

“Terus sekarang kan juga anak saya ngerasa seneng dengan

adanya anak, walaupun kadang mereka nakal, tapi menghibur

saya banget, ya namanya anak-anak kan gitu,,, yaa bagi saya tu

kemanjaan anak-anak saya bisa menghibur saya…. Heheh.

Kalau pas lagi kerja inget-inget, pasti dah kangen sama manja

dan nakal-nakalnya… hehehe” (S1, 273-278)

Informan 1 merasa pernikahannya sangat menyenangkan,

saling memahami antara informan 1 dengan suaminya, saling percaya,

dan memiliki kecocokan satu sama lain. Disisi lain informan tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

45

menyangkal bahwa pernikahannya pun tidak lepas dari permasalahan.

ketika informan 1 memiliki masalah dengan suaminya, maka informan

1 dan suaminya berusaha segera menyelesaikannya sehingga tidak

akan berlarut-larut dan mengganggu pekerjaan lainnya (S1, 283-292).

Pekerjaan juga ikut memiliki pengaruh bagi informan dalam

menghadapi perubahan karena dengan bekerja, informan bertemu

dengan teman-teman sekantor yang membuatnya dapat berbagi dan

melupakan sejenak masalah-masalah yang sedang dihadapinya,

“Terus, kalau kerja tuu, masalah kerja tu, suami saya gak

masalah kalau saya kerja. Jadi menurut saya tu kerja tu juga

bisa jadi tempat refreshing, karena pas di tempat kerja kan

ketemu teman-teman, udah kayak sahabat malahan, karena kan

ketemunya itu-itu aja, tiap hari, pasti kita itu kan bisa saling

curhat masalah rumah tangga, anak, terus cari solusi bareng-

bareng gitu… (S1, 278-283)

Meskipun informan telah mengalami perubahan kasta karena

pernikahannya, namun hubungan dengan orang tuanya sudah

membaik sehingga membuat perasaan informan nyaman dan tidak

beban. Informan merasa bahagia dan tidak merasa terbebani dengan

rasa bersalahnya lagi,

“Saya dengan keluarga saya sekarang ni baik ya, sudah

membaik. Pokoknya saya pengen ngelihat mereka bahagia.

Walaupun saya tinggal disini dan saya beda kasta dengan

mereka, dengan mereka yang bisa nerima saya apa adanya

sebagai wanita yang sudah turun kasta. Saya ngerasa nyaman

seneng tinggal disini dan gak ngerasa gimana ya, ya pokoknya

bahagia dan gak beban lah.” (S1, 294; 299-303)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

46

Dengan kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya, informan

tetap mampu membangun harapan dan tujuan hidup terutama untuk

keluarganya. Informan berharap mampu mendidik anak-anaknya,

berbakti pada suaminya dan membahagiakan orang tuanya. Selain itu

juga mampu menjadi wanita yang lebih tegar dan kuat, mempunyai

usaha sendiri agar bisa bekerja sekaligus mengawasi perkembangan

anak-anaknya,

“Saya berharap bisa mendidik anak saya bisa lebih pinter,

besarnya bisa bantu saya dan keluarga sayaa. Saya pengen bisa

menyekolahkan anak-anak saya setinggi mungkin, terus saya

juga ingin bekerja keras bersama suami saya untuk membeli

rumah sendiri di Denpasar gituu, terus pengen ngajak jalan-

jalan nenek dan kakek kemana gitu keluar sama cucu-cucunya.

Saya juga berharap mampu menjelaskan dan mengajarkan

anak saya bagaimana cara mebanjar di kampung, dia juga

harus tau bagaimana cara memperlakukan dirinya. Saya

pokoknya semangat dan akan kerja keras untuk ngewujudin

semua itu. Harapan saya untuk diri saya sendiri saya mampu

menjadi wanita yang lebih kuat, walaupun tidak berkasta lagi,

itu bukan masalah buat saya. Saya tetap optimis dan semangat

gituu. Saya juga berharap bisa punya usaha sendiri di rumah,

jadi dengan begitu saya tetap bisa memantau langsung anak-

anak saya, ngurus anak saya sama jaga warung gitu, kan kalau

buka usaha sendiri juga hasilnya lumayan yaa, jadi bisa

ngebantu orang tua lebihlah.” (S1, 306-317; 320-327)

b. Informan 2

1) Kehidupan sebelum menikah (Awal)

Informan 2 merupakan seorang wanita yang berasal dari

Gianyar dan telah menikah selama 1,5 tahun. Informan dilahirkan

dalam keturunan kasta Ksatria bergelar Anak Agung (S2, 5-6).

Keluarga besar informan 2 sangat fanatik terhadap kasta karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

47

menganggapnya sangat penting dalam kehidupan. Informan 2 pun

dituntut untuk mendapatkan pasangan yang sekasta, baik dari keluarga

besar maupun orang tuanya. Berbeda dengan kakaknya yang tidak

terlalu memaksakan dan hanya mengingatkan untuk mencari pasangan

sekasta.

“Gianyar tu budaya, kasta dan aturan Bali-nya masih kental

banget. Jadi keluarga besar saya tu bisa dibilang sangat fanatik

sama kasta. Termasuk orangtua saya. Kalau bergaul tu juga

harus hati-hati, tidak bisa sembarangan. Apa-apa dibatasin deh

pokoknya. Berperilaku gak bisa sembarangan kalau di Puri,

harus sesuai aturan. Temen-temen saya juga harus gimana yaa

kalau datang ke Puri, harus sesuai aturan deh. Orangtua saya tu

pastilah ya sayang sama anak. Cuma saking sayangnya saya

harus dapat lelaki berkasta. Terus agak protek kalau soal

pergaulan ya. Hehehe... Kalau saya dengan kakak saya, dia

sayang banget ya sama saya, perhatian, cuma tidak seprotek

orang tua saya. Paling cuma ngingetin cari pasangan kalau bisa

sekasta” (S2, 13-24)

Dalam pergaulan sehari-hari, informan 2 memandang bahwa

dirinya sama dengan orang lain meskipun berkasta tinggi. Informan 2

dapat bergaul dengan siapa saja dan tidak membeda-bedakan dalam

berteman.

“Kalau menurut saya sih, saya itu memandang diri saya itu

sama aja, sama aja sama orang lain. Karena saya bergaul gak

pernah memilih temen-temen saya semua. Saya gak pernah

suruh mereka bersikap gimana kayak yang saya kasta tinggi

gitu” (S1, 27-30).

Informan 2 tidak terlalu fanatik dengan kasta, namun menilai

kasta memang penting dalam kehidupan karena berkaitan dengan adat

leluhurnya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

48

“Sebenernya kalau kita nunut dari leluhurnya sendiri ya

penting banget, karena itu kan semua adat. Orang Indonesia

pun sebagian besar pasti menghormati leluhurnya, dan kita

sebagai keturunan-keturunannya kan mau gak mau harus

menghormati. Ya intinya penting.” (S2, 42-46)

Meskipun informan 2 menilai bahwa kasta sangat penting

karena berkaitan dengan leluhur dan adat, disisi lain ia menganggap

ada nilai-nilai di dalam kasta yang bersifat egois (S2, 45-48). Egoisme

yang ada dalam kasta menurut informan 2 yakni bersifat membatasi

terutama dalam pergaulan. Informan 2 merasa bahwa aturan yang

bersifat egois tersebut berpengaruh dalam setiap kehidupan informan

2 karena mengharuskannya informan 2 untuk membatasi

pergaulannya. Ia hanya boleh bergaul dengan orang-orang yang

sekasta atau dengan yang lebih tinggi kastanya. Informan 2 harus

memilih teman bergaul, dihormati orang lain yang kastanya lebih

rendah dengan berlebihan, sulit menjadi diri sendiri karena harus

menempatkan diri baik di rumah maupun di luar rumah sesuai aturan

adat berdasarkan kastanya (S2, 52-63). Pergaulan yang dibatasi karena

status kastanya terkadang membuat informan 2 merasa kesal dan

merasa tidak bebas,

“Tapi kadang ya kesel juga, ketika pengen ini, pengen itu

pengen bebas, gak boleh kan karena berkasta jadi banyak

aturan. Ntar masyarakat ngomong apa kalau ga diatur sesuai

kasta gitu” (S2, 72-75)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

49

Di sisi lain, kasta justru memberikan keuntungan bagi

informan 2 yaitu ia merasa lebih dihormati dan mendapatkan

perlakuan khusus,

“Yaa ngerasa lebih dihormatin, lebih spesial. Mereka yang di

lingkungan misalnya suka gak suka ya harus suka. Misalkan

pengen beli es krim, biasanya kalau kita di kampung mau beli

apa gitu, mereka tu biasanya harus apa yaa, seolah-olah jadi

parekan. Parekan itu sejenis pembantu tapi gak dibayar,

artinya dia tu mengabdi disana. Yaa kalau dilihat sih

perasaannya ketika jadi cewek berkasta itu seneng, bangga,

merasa tinggi, merasa terhormat. (S2, 66-72)

Informan 2 menilai penting kasta, namun bukan berarti harus

selalu menuruti aturan adat sesuai kasta yang disandangnya. Informan

2 mengikuti aturan adat jika di dalam rumah atau bersama keluarga

yang berkasta lainnya, namun jika di luar, informan 2 tidak mengikuti

aturan adat sebagai wanita berkasta dan merasa bebas,

“Jadi kalau di rumah aja saya ngikutin aturan kasta. Kalau di

luar bebas dan yang penting gak ada yang tau. Hehehe...”

(S2,38-39)

2) Tahap menikah dengan laki-laki kasta rendah (Tengah)

Pada awalnya, informan 2 berpikir bahwa dengan adanya cinta

antara informan 2 dengan kekasihnya maka dapat meraih semua hal

dan segala kesulitan dapat dihadapi dan diselesaikan berdua sehingga

terasa ringan (S2, 81-84). Hal inilah yang membuat informan 2

memilih calon suami tidak berpatokan dan tidak mempertimbangkan

kasta,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

50

“Kalau saya sendiri sih waktu itu memilih kalau saya dengan

orang yang saya cintai saya bisa menghadapi apapun itu.

Cobaannya, kesulitannya, badainya kayak apapun saya kira

saya bisa menghadapi sama orang ini karena kami kan saling

mencintai. Begitu pikiran saya dulu sebelum sampai akhirnya

menikah. Jadi dengan cinta saya yakin dengan suami saya ini,

walaupun dia tidak berkasta, karena kan dari dulu saya tidak

terlalu begitu mempertimbangkan kasta” (S2, 86-93)

Meskipun informan 2 tidak mempertimbangkan kasta dan mau

menerima dan menikah dengan suaminya yang berkasta rendah,

namun menurutnya ada tekanan pada saat memutuskan untuk

menjalani pernikahan.

“Ketika harus memutuskan waktu itu, emmm... gimana ya,

sebenernya kalau sampai memutuskan itu ada sedikit tekanan

sebenernya. Tekanan dari masyarakat Bali. Kalau di

masyarakat Bali, Hindu Bali itu ada istilahnya kalau kita sudah

ngasih tau orang ternyata batal maka kehormatan dan harga

diri itu artinya udah udah goyah gitu, udah goncang. Ternyata

waktu itu keluarga disini sudah mengumumkan bahwa anak

cowok satu-satunya akan segera menikah, padahal waktu itu

saya belom bilang oke gitu, sebenernya gitu” (S2, 93-101).

Saat keluarga calon suaminya mengumumkan bahwa anaknya

akan menikah dengan informan 2, sebenarnya informan 2 belum

meminta izin kepada orang tuanya bahwa ia akan menikah dengan

laki-laki yang berkasta rendah. Informan 2 sebagai anak perempuan

satu-satunya masih perlu mempertimbangkan langkah yang akan

ditempuhnya agar tidak menyakiti kedua orang tua dan keluarganya

sehingga mendapatkan izin dan restu untuk menikah.

“Iyaa, saya itu sebenernya belum mengiyakan waktu itu.

Karena bagi saya, sebagai anak perempuan satu-satunya di

rumah, pasti orang tua mikir kan kalau anak sudah mencintai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

51

seseorang, ingin menikah dengan seorang laki-laki pasti ada

pertimbangannya. Karena saya gak mungkin melakukan

sesuatu tu tanpa pertimbangan dan dengan satu kata yakni

cinta saya nekad. Itu enggak sampai segitunya. Pasti ada

pertimbangan, orangnya bagaimana, yang jelas dia tidak

merokok, terus dia bukan orang berandalan, dan dia tu punya

sifat yang kebapakan, ya pokoknya baiklah” (S2, 104-112)

Dengan pengumuman yang disampaikan keluarga laki-laki,

maka mau tidak mau informan 2 harus mengambil keputusan untuk

bersedia menikah atau tidak. Disinilah terdapat unsur paksaan

menurut informan 2 karena jika menolak maka kehormatan dan harga

diri keluarga besar pasangannya akan hilang sehingga informan 2

harus menerima pernikahan tersebut, bahkan untuk meminta izin

kepada orang tuanya, informan 2 tidak diberikan izin dan dilarang

pulang (S2, 112-120).

Pada saat itu posisi informan 2 sangat sulit dan tidak ada yang

bisa diminta untuk memberi masukan kecuali laki-laki yang menjadi

calon suaminya.

“Tetap ada kebimbangan. Tapi waktu itu juga aku berada

posisi sendiri, cewek sih ya, gak ada yang bisa aku ajak

ngomong, ngobrol gak ada yang kasih masukan, sementara si

cowok itu kan banyak keluarganya yang ngasih masukan, gini

aja, gitu aja. Jadi waktu itu si cowok ngomong kita gini aja,

gitu aja dan ternyata aku gak dikasih pulang lagi. Padahal pas

pacaran itu gak backstreets, udah kenal, karena saya waktu itu

kan mikir saya sudah pasti sama orang ini” (S2, 138-145)

Keluarga suaminya tidak mau memberikan waktu kepada

informan 2 meminta restu orang tuanya dan menjelaskan semuanya.

Keluarga informan 2 sebenarnya mulai memberikan izin asalkan pihak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

52

keluarga laki-laki datang meminta izin langsung kepada keluarga

pihak perempuan, namun keluarga dari pihak lelaki tidak mau

melakukan (S2, 147-151).

Selama di rumah keluarga laki-laki dan tidak diijinkan pulang

selama 3-4 hari dan merasakan perang batin dengan apa yang

dialaminya,

“Mungkin waktu proses 3 hari itu, yaa kita berdua aja ya yang

tau, sama keluarga disini saya sempat dikunci juga di kamar.

Saya disini perang batin, kenapa saya seperti ini, seharusnya

saya tidak seperti ini jadinya tu lama-lama perasaan impian

saya sama suami yang saya cintai kok kesannya dipaksakan,

sesuatu yang dipaksakan, bukan antara kita berdua lagi

kesannya. Padahal gak perlu kayak gini pun pernikahan pasti

akan terjadi, cuma butuh waktu. Tapi ya mungkin jalannya

sudah begini. Saya sebenernya maunya dirundingkan dulu,

baiknya gimana, saya milih orang kan juga ada

pertimbangannya, gak sekedar pilih” (S2, 178-186)

Informan 2 juga merasa tidak jelas dengan statusnya selama 3

hari berada di rumah keluarga suaminya. Hanya dibilang sedang ada

acara keluar, perasaannya masih biasa-biasa aja tapi sedikit khawatir.

Kemudian informan 2 disuruh menandatangani surat yang isinya ia

tidak ketahui dan juga ditandatangani juga oleh pendeta yang muput

yang menyelesaikan upacara, kepala lingkungan keluarga dan kedua

mempelai (S2, 191-196). Sampai akhirnya dibawa ke keluarga

informan 2 dan menjelaskan bahwa ia sudah menikah dan melakukan

upacara

“Waktu itu saya bener-bener gak ngerti kalau saya tu gak boleh

pulang lagi. Waktu itu langsung disini dan sekitar tiga hari apa

empat hari gitu status saya gak jelas. Nikah juga belum kan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

53

belum ada upacara. Setelah empat hari itu akhirnya dibikinin

upacara kecil dulu, artinya status sudah jelas sebagai istrinya

disini. Setelah itu sebulan disini, ehh 3 bulannya baru ada

upacara yang besar dan adat gitu” (S2, 154-160)

Proses menikah yang menyebabkan turun kasta bagi

perempuan juga dianggap merugikan bagi informan 2,

“Jadi gini, kalau pas prosesnya misalnya keluarga cowok oke,

keluarga cewek oke sih gak masalah. Cuma ketika kita tidak

menerima restu dari keluarga besar si cewek, prosesnya sangat

merugikan si cewek sebenernya. Kita harus pergi dari rumah

tanpa izin. Kita mau gak mau harus kabur dari rumah, karena

kalo enggak, pas kita bilang “saya besok mau menikah sama

orang ini”, kan otomatis keluarga si cewek akan melindungi,

seperti gak boleh kemana-mana” (S2, 124-131).

3) Kehidupan setelah menikah dengan laki-laki berkasta rendah

dan turun kasta (Akhir)

Reaksi awal yang diterima oleh keluarga informan 2 setelah

mendapatkan surat yang ditandatangani oleh informan 2 adalah sangat

marah dan sedih.

“Setelah ada surat itu, baru heboh yang di rumah, marah, sedih.

Kalau ajik (bapak), ibu sama kakak saya berpikir mungkin itu

sudah jodohnya, mungkin itu yang terbaik buat dia, mungkin

kita hanya harus belajar melepaskan, tapi kalau keluarga besar

kan enggak. Mereka kan butuh waktu yang gak cepet ya untuk

menerima. Terus pertimbangannya habis ini gimana, kalau

sudah menikah ya mereka gimana harus menerima kita lagi,

gimana dengan anak-anaknya, keluarganya, apakah kalau

setelah menikah keluarga yang jadi besan, misalkan disini

kalau upacara, keluarga disana harus bantu dan kalau keluarga

disana ada upacara ya keluarga disini juga harus bantu, nah

gitu yang dipikirkan dan dibicarakan di keluarga besar” (S2,

209-219)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

54

Kekecewaan juga muncul dari kakaknya, yang awalnya

mendukung kemudian marah, juga dari keluarga besarnya

“Kakak saya kan mendukung awalnya, dia juga ngasih jalan,

seperti apa saya harus berjalan. Kakak saya pun marah waktu

itu. Waktu itu pokoknya keluarga marah, sedih, terutama

keluarga ibu. Saya sebenernya maunya dirundingkan dulu,

baiknya gimana. Sebenernya sudah ada persetujuan, tapi belum

semua, trus ketika kami ambil jalan seperti itu yang tadinya

setuju balik jadi kecewa” (S2, 220-222; 224-225; 229-232)

Di awal pernikahannya, informan 2 pun merasakan

kekecewaan dan kemarahan karena merasa pernikahannya dipaksakan,

dan tidak ada dukungan lagi dari orang yang dicintainya,

“Waktu itu saya sempet kecewa, marah, karena saya kok

sepertinya dalam kondisi tertipu. Beberapa hal dalam proses

itu saya merasa ada tekanan. Harusnya kan pernikahan tidak

ada tekanan, harusnya bahagia, harusnya kita lempeng, seneng,

tapi kok disini saya malah ada tangisan, saya pengen kabur

malah. Ada kekecewaan, kok sepertinya dia yang saya cintai

gak mendukung saya lagi” (S2, 240-245)

Informan 2 sangat sedih dan marah karena harus meninggalkan

keluarga dengan cara seperti itu. Tahu keluarga kecewa membuat

informan 2 semakin sedih. Tidak tahu harus berbuat apa, hanya diam

(S2, 247-250). Satu-satunya yang membuatnya terhibur saat itu adalah

pekerjaan paruh waktu yang membuatnya mengalihkan dari masalah

yang dihadapinya untuk sementara waktu.

“Jadi waktu itu boleh pergi pas kerja karena kerjanya satu

kantor, jadi ya tetep bareng dan gak bisa kemana-mana. Kalau

dulu kerjanya beda mungkin dulu saya kabur. Ya saya gak

mungkin akan dikasih izin sama keluarga. Jadi ya mumpung

bisa ketemu banyak orang jadi bisa dialihin juga rasa sedih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

55

sama kekecewaan ketemu temen-temen, diajak ngobrol” (S2,

253-258).

Perubahan dialaminya tidak hanya dari status, namun juga

sikap orang-orang terdekat terhadap informan 2 seperti orang tua dan

keluarga besarnya,

“Rasa yang paling sedih itu ketika sesuatu yang kita harapkan

jadinya kacau balau, orang-orang yang mendukung tidak lagi

mendukung malah jadi marah” (S2, 261-263)

Meskipun kondisi yang dihadapinya sangat berat, informan 2

berusaha menerimanya. Disisi lain informan berusaha untuk berdoa

lebih giat dan memasrahkan semuanya pada Tuhan,

“Ya gimana ya, saya sama diri sendiri juga waktu itu pasrah,

saya berdoa, karena saya kan orangnya religiusitasnya tinggi,

saya rajin sembahyang itu yang tak pake ngalihin, saya berdoa.

Jadinya saya tu yang awalnya emang percaya sama Tuhan,

setelah menikah saya jadi jauh lebih pasrah ke Tuhan, lebih

mencintai Tuhan lagi” (S2, 266-270)

Perubahan sangat dirasakan oleh informan 2 mengenai

perlakuan orang-orang terhadapnya. Kalau dulu orang tua pun

memperlakukannya sangat hormat, misalnya ketika orang tua lewat di

depannya, mereka bilang permisi. Segala sesuatu serba teratur dan

dihormati, disediakan senyaman mungkin untuk harga diri informan 2

sewaktu masih menjadi wanita berkasta. Setelah menikah, mau tidak

mau semuanya digabung dan terkesan berantakan. Sebelum menikah,

ketika berkumpul dengan sepupu-sepupu tetap tidak boleh berantakan,

tidak boleh ribut, dan tidak boleh bersuara keras. Setelah menikah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

56

suasananya sangat kacau. Dari bahasa, sebelum menikah informan 2

maupun orang yang berbicara dengan informan 2 menggunakan

bahasa halus, sesudah menikah informan 2 harus menerima kalau

orang mengajaknya berbicara dengan menggunakan bahasa kasar.

Artinya orang tidak lagi menghormati informan 2 seperti dulu saat

menjadi wanita berkasta (S2, 276-294).

Informan 2 tidak mempermasalahkan mengenai status turun

kastanya. Hanya saja masih sulit menghadapi proses perubahan dari

wanita berkasta tinggi menjadi wanita berkasta rendah,

“Kalo dari turun kastanya sih enggak masalah….. toh juga

udah pacaran ya jadi saya ngerasa sudah siap untuk turun

kasta. Cuma itu aja ya prosesnya itu kan awal nikah dan turun

kasta agak sulit, dan membutuhkan waktu lama untuk

beradaptasi. Tapi saya terima perubahan cara hidup. Prinsip

saya dimana kaki dipijak, disitu langit dijunjung, saya ikutin

aja, saya belajar sampai tidak ada lagi kesenjangan antara saya

dulu dihormatin, sekarang gimana, karena sulit yaaa, sulit

untuk menerima kalau dulu kita dihormati, semua orang bicara

sopan terus tiba-tiba harus berbalik kondisinya” (S2, 294-305)

Lingkungan sekitar pun dirasakan informan 2 tidak hormat lagi

dan lebih kasar, sehingga informan 2 sangat merasakan perubahan dari

wanita berkasta tinggi menjadi wanita berkasta rendah,

“Agak gimana gitu perlakuan disini. Contohnya kalau nyuruh-

nyuruh, perintah gak pake aturan kan jadinya ada perasaan

yang sebelumnya saya berpikir semua orang tu sama, sama

dihormatin jadi terasa banget perbedaannya dengan sebelum

turun kasta. Mungkin sama, tapi caranya aja yang beda, dengan

bahasa kasar pun mereka sama aja… jadi berasa banget deh

perubahan perlakukannya” (S2, 308-313)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

57

Informan 2 tidak terlalu mempermasalahkan mengenai

kesedihannya yang turun kasta, namun masih merasakan kebingungan

mengenai proses bersikap, proses bagaimana cara hidup itu yang

dirasakan berbeda oleh informan 2 (S2, 317-319). Kesedihan yang

dialami informan 2 lebih disebabkan karena harus berpisah dengan

orang tuanya dan konflik dengan keluarganya,

“Ada perasaan gimana ya, perasaan menangis dan tekanan

batin. Tapi emang gitu keadaannya mau gak mau ya harus

tetep diterima ya sis, hehehe... Perasaan ngebatin pasti ada,

sedihnya karena harus pisah dari orang tua, konflik sama

keluarga, menyesal sebenarnya” (S2, 319-323)

Informan 2 selalu berusaha untuk pasrah dengan takdir Tuhan

dan menerima kehidupan yang harus dijalaninya. Menurutnya,

menyesali sesuatu yang telah terjadi dengan berlarut-larut justru

menghalanginya untuk bangkit dan maju,

“Ada sih perasaan menyesal, tapi ini balik lagi ke hubungan

kita dengan Tuhan ya, mungkin ini memang sudah jalannya…

Kita kan orang Bali percaya kalau ada apa-apa pasti ke “orang

pinter” kan. Keluarga saya sempet nanya kesana, kenapa dia

nikah sama orang ini. Orang sekasta banyak kok yang mau

nikah. Terus ternyata menurut orang pinternya itu enggak ada

unsur magic, dan ya emang ini jalan dari Tuhan untuk saya

menjadi istri dari suami saya. Jadi itu pun mendukung pikiran

saya kalau ini memang sudah jalan Tuhan dan gak ada

gunanya penyesalan berlarut-larut karena hanya akan

menghalangi saya dalam melangkah maju. Selain itu dengan

tidak menyesal yang berlarut-larut saya bisa melakukan suatu

hal yang lebih dari yang bisa saya lakukan” (S2, 323-334).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

58

Penyesalan yang dirasakan informan 2 dirasakan sejak awal

mula pernikahannya, mengenai cara yang ditempuh dan tidak adanya

kebersamaan dengan suaminya membuatnya menyesal,

“Ya gimana ya, penyesalannya itu sih dari awal sebenernya.

Dari pas caranya itu kok gitu, kok kenapa ketika saya

mengharapkan saya mencintai harusnya mendapatkan

dukungan, harusnya bersama kok saya malah merasa sendiri.

Semua orang seakan-akan menyalahkan saya, disini sih

penyesalannya” (S2, 337-341)

Menurut informan 2, suaminya tidak mendukungnya dalam

menghadapi perubahan-perubahan yang dialaminya,

“Kayak nyalahin saya, terutama dulu suami saya, dia benar-

benar gak ada buat saya. Malah ikutan dengan keluarganya

nyudutin saya. Saya waktu itu bener-bener ngerasa sendiri.

Untung masih punya Sang Hyang Widi, jadi ngerasa sedikit

tenang” (S2, 343-346)

“Setelah menikah itu kok suami apa yaa, tidak sepeduli dan

tidak menghargai saya sebagai istri. Keadaan tidak

mendukung, jadi seperti saya dalam proses penyesuaian diri

pun sendiri. Sudah turun kasta, banyak perubahan yang harus

saya alami, tapi ternyata ya semuanya sendiri. Siapa yang

suruh bantuin saya, suami saya cenderung cuek… Apalagi

suami saya kurang mandiri ya, karena ada keluarganya kan

disini dan dia tu gak mau, jadinya dia sepenuhnya

menyerahkan saya dengan keluarganya. Belum lagi keluarga

kan gak mau tau soal bagaimana saya dulu, ya sekarang hidup

saya istilahnya disini, kayak gini, harus dijalani. Jadi saya

ngerasa beratlah ngejalaninnya.” (S2, 349-358)

Informan 2 berpikir bahwa jika ada ada yang mendukungnya

dalam menjalani perubahan-perubahan, beradaptasi, seperti didukung

suami dan mertua mungkin akan terasa lebih ringan. Ketika informan

2 tidak terbiasa diberikan kata-kata kasar, diperintah-perintah dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

59

caranya yang kasar, maka ia membutuhkan dukungan dari orang

terdekat yaitu dari suami. Informan 2 tidak menginginkan untuk

dibela, namun ia hanya membutuhkan suami untuk menenangkannya

saja. Tapi kenyataanya suami informan justru lebih mendukung

keluarganya (S2, 361-369).

Informan 2 merasa jika dirinya sedikit mengeluh dianggap

tidak bisa menyesuaikan diri, atau dianggap punya sikap atau pribadi

yang buruk. Informan 2 dianggap menjelek-jelekkan dirinya sendiri,

padahal ia sedang berada pada tahap beradaptasi dan membutuhkan

dukungan (S2, 369-375). Satu-satunya yang mampu mendukung dan

menghimburnya adalah kedua anak kembarnya,

“Yaa sekarang saya sudah mampu lah ya menyesuaikan diri,

ya dengan menerima diri saya yang saat ini, keadaan seperti

ini, dan saya gak mau ada konflik lagi. Saya bisa ngelewatin

semua ini karena ada kembar ya, ni si kecil ngebuat saya bisa

bertahan” (S2, 378-381)

“Mereka itu mampu membuat saya bahagia, meskipun capek

ngurusnya. Hehehe.. Ngelihat mereka ketawa semuanya

hilang. Saat ini saya tu bener-bener menikmati peran saya

sebagai ibu pokoknya. Mereka segalanya untuk saya (S2, 384-

387)

Setelah menikah dan turun kasta, lambat laun hubungan

informan 2 dengan keluarganya sudah membaik tapi tidak semua. Ada

yang masih belum bisa menerimanya.

“Dua bulan yang lalu baru saya mepamit kan, eee...karena

memang seluruh keluarga diundang, supaya tahu juga ini

suami saya, ini keluarga kecil saya ada yang masih sinis. Ada

yang masih gak mau bicara, mendekati pun tidak mau.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

60

Mungkin kami dianggap orang luar, orang jaba, tidak berkasta.

Tapi sebagian orang yang deket, kakak, ajik yang kandung itu

menerima dengan baik, gak ada masalah” (S2, 396-442)

Meskipun orang tua dan kakaknya dapat menerimanya dengan

baik, namun informan 2 tetap tidak bisa biasa lagi. Informan 2 tahu

diri, jika dirinya tetap biasa maka orang-orang di Puri akan

mengganggapnya tidak mempunyai sopan santun, jadi informan 2

tetap harus mengikuti aturan. Informan 2 merasa menjadi orang yang

di bawah dan dirinya harus memperlakukan dirinya dan orang lain

seperti seharusnya, tidak bisa sembarangan dengan orang yang

berkasta (S2, 445-449).

“Saya orang yang di bawah dan saya harus memperlakukan

diri saya seperti seharusnya, gak bisa sembarangan sama orang

yang berkasta.” (S2, 447-449)

Perubahan yang dialami informan 2 cukup berat dihadapinya

karena tidak adanya dukungan terutama dari suami. Informan 2 sangat

berharap dapat diterima tanpa harus memandangnya sebagai wanita

yang sudah turun kasta, ingin diterima dan dipandang sebagai ibu dan

turun kasta bukanlah hal yang salah, seperti yang lain bukan pencuri

atau pembunuh (S2, 461-464). Harapan lainnya adalah kehidupannya

berkecukupan secara ekonomi dan dapat melakukan yang terbaik

untuk anak dan keluarganya kedepannya.

“Harapan dan aspirasi? Hmmm.. gak jauh beda sih ya sama

orang lain. Pengen masa depan yang tidak kekurangan dari

segi ekonomi, kecukupan. Terus saya berharap mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

61

berusaha melakukan yang terbaik untuk anak dan keluarga

saya kedepannya.” (S2, 458-460, 463-465)

c. Informan 3

1) Kehidupan sebelum menikah (Awal)

Informan 3 merupakan seorang wanita yang berasal dari

Penebel Tabanan, dilahirkan dalam keluarga berkasta Ksatria dan

bergelar Anak Agung (S3, 3-4). Keluarga besar informan 3 sangat

fanatik dengan kasta, sedangkan orang tuanya meskipun fanatik,

mereka tetap tenang dan mencoba untuk memberikan kebebasan

namun tetap mengingatkan untuk mencari pasangan yang seiman dan

sekasta,

“Keluarga mbak tu gimana yaa, keluarga besar tu fanatik

banget sama yang namanya kasta, terutama nenek mbak. Kalau

orangtua mbak sih sebenernya fanatik juga. Cuma gimana ya,

mereka mencoba tenang gitu. Mbak tu juga dulu kuliah di luar

Bali, di Jogja juga. Lama di Jakarta juga. Cuma orang tua tu

selalu ngingetin, inget cari yang seiman, sekasta, kita tu

keluarga Puri yang berpengaruh, sangat dihormatin gitu” (S3,

9-15)

Di Bali, informan menyadari bahwa kasta sangat penting,

namun bagi informan 3, menjadi wanita berkasta dirasakan biasa dan

memposisikan dirinya sama dengan orang lain, yakni memiliki derajat

yang sama.

“Kasta itu adalah suatu hal yang penting ya, apalagi di Bali.

Kasta itu kan sudah diturunin dan sudah jadi sudah budaya.

Tapi kalau buat diri mbak sendiri sih biasa aja. Mbak

memposisikan diri mbak sama kayak yang lain”. (S3, 17-20).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

62

Apalagi informan telah lama tinggal di luar Bali dan terbiasa

bergaul dengan teman-teman yang tidak berkasta, hanya saja orang

tuanya selalu mengingatkan bahwa informan 3 merupakan wanita

berkasta dan terpandang sehingga harus menjaga perilakunya terutama

ketika di luar rumah (S3, 22-27).

Informan 3 menyadari bahwa jika di Bali, kasta sangat

berpengaruh dalam kehidupannya meskipun sedikit, namun jika di

luar Bali tidak terlalu berpengaruh. Dengan kasta, orang dapat

memperlakukan sangat hormat dan spesial, namun juga membuat

informan 3 sulit bergaul. Orang tua tidak melarangnya bergaul, namun

hanya mengingatkan untuk lebih berhati-hati (S2, 30-35).

“Lingkungan tu memperlakukan orang berkasta sangat spesial.

Memang sih aturannya gitu, tapi kadang gimana ya, kita itu

sama-sama manusia, orang lain boleh sopan, tunduk sama kita,

tapi kita jangan menggunakan kesempatan itu buat semena-

mena sama mereka. Ya kita harusnya balas menghormatin

mereka” (S3, 38-42)

Informan 3 mengakui bahwa lingkungan memperlakukan

wanita berkasta tinggi berbeda dengan wanita yang berkasta rendah,

misalnya di Puri, apa-apa sudah ada. Saat ada upacara besar, sudah

ada yang mengurusnya yaitu kelompok masyarakat yang tidak

berkasta yang membuat acara dan keperluan upacara. Orang berkasta

rendah lewat di depan orang berkasta nunduk, bicara dengan bahasa

Bali harus halus (S2, 45-48).

“Mbak minta apa pasti diambilin, gak pernah mbak sibuk

ngurusin upacara adat. pokoknya tau sudah beres tinggal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

63

datang aja ke Pura buat sembahyang. Semua orang lembut

ngomong sama saya.” (S3, 48-51)

Meskipun lingkungan memperlakukan spesial, namun

informan 3 berusaha menghormati orang lain yang berkasta lebih

rendah. Informan 3 tidak terlalu menyukai orang berkasta yang

sombong dan merasa tinggi, informan 3 tetap berusaha menghormati

orang lain apapun kastanya,

“Saya juga berusaha menghormati mereka. Saya juga ngomong

gitu tetep menggunakan bahasa Bali halus atau bahasa

Indonesia.” (S3, 51-53)

“Tapi ni ya saya lihat, beberapa orang yang berkasta tu

sombong, merasa hebat, nah itu dah mbak gak suka. Walaupun

mbak juga ngerasa bangga, harga diri naik dengan

kekastaannya mbak, mbak berusaha untuk bersikap sama

dengan yang lain. Mbak lebih suka ketika mbak bisa ngasih

lihat, “ni lho mbak orang yang berprestasi, kerjaan bagus”, ya

gitu dah. Cuma mbak ngerasa beruntung dan bersyukur aja ya

dilahirkan di keluarga berkasta dan bisa nikmatin kespesialan

dari berkasta.” (S3, 57-65)

2) Tahap menikah dengan laki-laki kasta rendah (Tengah)

Informan 3 menjalin hubungan dengan laki-laki yang tidak

sekasta dan menikah karena mengandung di luar nikah (married by

accident). Keluarganya mengira informan 3 dan kekasihnya menjalin

hubungan yang tidak serius dan mengira tidak akan sampai ke jenjang

pernikahan (S3, 72-76). Ketika hubungan informan terjalin semakin

lama, ibu informan selalu mengitkan dan bahkan berdebat dengan

informan mengenai masalah pasangan dan perbedaan kasta tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

64

Selain itu ibu informan 3 memintanya putus karena tidak sekasta.

Informan 3 memang sudah berencana untuk menikahi pasangannya

tersebut, namun tidak dalam waktu dekat dan masih berusaha untuk

meluluhkan hati keluarganya untuk mendapatkan izin, namun hal lain

terjadi informan hamil di luar nikah sehingga ia mempercepat

pernikahannya,

“Pas hubungan mbak semakin lama dengan pacar mbak ini,

mbak sering ribut sama ibu mbak. Waktu itu mbak di Jakarta,

ditelponin tiap hari, disuruh putus, jangan sama dia karena gak

sekasta. Terus saya bilang ke ibu “tenang aja”, mbak tau mana

yang baik dan buruk buat mbak. Kalaupun saya jadi sama dia,

berarti dia adalah orang yang terbaik buat mbak. Wiihh... pedih

hati ibu mbak waktu itu. Tapi sebelum kebobolan setelah

berantem sama ibu saya, saya sudah berencana mau menikah.

Saya yakin sama cowok ini, cuma harus cari celah buat minta

persetujuan keluarga saya. Ehhh... belum sampai sana udah isi

duluan. Hehehe...(S3, 76-85).

Informan 3 merasa takut untuk mengatakan kepada

keluarganya bahwa ia sudah hamil dan akan menikah (88-90).

Informan 3 hanya berani memberitahukan hal tersebut pada tantenya.

Tantenya mencoba menenangkan dan menjelaskan kepada orang tua

maupun keluarga informan 3. Akhirnya informan 3 diajak berbicara

oleh seluruh keluarga Puri. Semua keluarganya marah dan sangat

kecewa. Bahkan keluarga informan 3 meminta untuk menggugurkan

kandungan informan 3 dengan menghubungi dokter (92-98). Informan

menolak tawaran keluarga dan memutuskan untuk tetap menikah dan

bertanggung jawab terhadap kehamilannya tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

65

“Iyaa, mereka minta digugurin, wiihhh jantung saya

rasanya...Mbak bilang gak bisa. Saya mau tetap membesarkan

anak ini, dan akan tetap menikahi pacar mbak ” (100-102)

Keluarga tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya diam. Keluarga

informan sangat kecewa atas keputusan yang informan buat. Selain itu

keluarga informan tidak merelakan kepergian informan untuk

menikah dan turun kasta. Disisi lain, sebagian besar masyarakat Bali

percaya ketika memiliki masalah, mereka akan pergi ke Balian

(paranormal) untuk meminta saran dan menanyakan masalah tersbut.

Pendapat paranormal, yang menyebutkan tidak adanya masalah dan

semuanya murni karena cinta, membuat keluarga informan 3 sedikit

lebih rela dan ikhlas untuk melepaskan informan 3. Akhirnya

beberapa minggu kemudian pacar informan 3 datang dan melamar

informan 3. Lamaran pun disetujui dan akhirnya informan 3 menikah,

bahkan diadakan pesta walaupun ada beberapa keluarganya yang tidak

setuju.

“Terus ibu tu masih rada-rada berat hati. Tapi ini kan pilihan

saya, saya yakin dengan pilihan saya. Pas tau terus disidang tu,

yaaa semua pada meluk saya, sambil nangis. Semuanya sedih

dan kecewa. Kok gitu sih, terutama ibu ya kecewa banget.

Udah diwanti-wanti kok tetep aja. Keluarga pengennya kalau

bisa waktu itu saya diem di rumah saja, digugurin dan mereka

tidak merelakan saya pergi deh. Terus kalau orang Bali kan

percaya Balian. Nah.. keluarga pergi dah tu ke Balian buat

nanyain apa saya diguna-guna. Tapi Baliannya bilang enggak,

ini murni cinta dan jalannya emang seperti itu. Baru deh

keluarga agak rela and ikhlas. Sebenarnya sih bahagia, karena

kan menikah” (108-118)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

66

3) Kehidupan setelah menikah dengan laki-laki berkasta rendah dan

turun kasta (Akhir)

Perubahan yang dialami informan 3 dari wanita berkasta tinggi

menjadi wanita berkasta rendah sangat dirasakannya. Jika dahulu

disegani, setelah turun kasta harus menyegani orang. Dulu tidak

pernah membuat banten dan persiapan upacara, sekarang harus ikut

dengan susah. Dulu saat di Puri semuanya dilayani, setelah turun kasta

tidak dilayani. Kalau sembahyang, orang berkasta punya tempat

sendiri jadi kelihatan lebih agung, setelah turun kasta berada ditempat

orang-orang jaba (sebutan untuk orang-orang kasta terendah).

Informan 3 juga tidak bisa makan satu piring dengan orang tuanya lagi

(S3, 133-139).

Informan 3 merasa tidak adanya perubahan dari segi bahasa,

hal tersebut terjadi karena sebelum menikah dan turun kasta informan

selalu berbicara dengan bahasa halus dan tidak kasar.

“Tapi kalau dari segi bahasa, karena sebelumnya saya selalu

berbicara halus dan gak kasar, walaupun turun kasta, mereka

juga tetap berbicara halus dan gak kasar sama mbak. Yaahh

perubahannya lebih kayak gitu” (S3, 139-142).

Perubahan yang dialaminya cukup berat, namun karena

informan 3 sudah mengambil keputusan maka harus dijalani

konsekuensinya dan mau menerima semua jalan hidupnya,

“Mau tidak mau saya harus jalanin yaa. Tidak gampang

menjadi wanita Bali dengan segudang aturan adat, apalagi

tidak berkasta. Karena mbak sudah mengambil keputusan,

mbak saat ini adalah wanita yang sudah menikah dan turun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

67

kasta, mau tidak mau mbak harus mempelajari semuanya,

mbak terima semuanya” (S3, 142-147)

Informan 3 mencoba legowo, dan menyadari konsekuensi

turun kasta. Informan 3 banyak belajar, beradaptasi dengan aturan adat

maupun lingkungan suaminya. Jadi meskipun sulit, tapi sampai saat

ini informan 3 bisa mengikuti dan melakukan semuanya dengan baik.

“Ada perasaan sedih ya, ya ampun ternyata susah, gak

gampang jadi cewek jaba. Tapi balik lagi, ini bagian dari jalan

Tuhan yang harus mbak jalani. Memang sulit, tapi ketika

sudah dijalani, toh buktinya mbak bisa. Itu malah ngebuat

mbak bangga lho. Gak gampang buat ngelakuin semuanya ini”

(S3, 152-156)

Informan 3 juga terkadang masih merasa sedih dan merasa

bersalah kepada orang tuanya karena merasa gagal tidak bisa

mempertahankan kasta padahal sudah diwanti-wanti dari dulu.

“Kalau kastanya enggak karena mbak sudah tahu dan

mempersiapkan diri jika saya menikah dengan dia, mbak akan

turun kasta, mbak siap. Cuma perasaan bersalah dan sedikit

merasa gagal aja” (S3, 128-130)

Informan 3 berusaha untuk mengikhlaskan semua yang telah

menjadi garis hidupnya dan meminta maaf kepada orang tuanya

karena telah mengecewakannya.

“Tapi bagi mbak, ini udah jalan dari Sang Hyang Widi Wasa,

Balian juga ngomong gitu. Mbak mencoba mengikhlaskan

semua dan meminta maaf kepada keluarga terutama ajik sama

ibu waktu itu” (S3, 122-125)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

68

Penyesalan yang dirasakannya tidak membuatnya berlarut-

larut karena dianggapnya tidak berguna. Informan 3 mampu

beradaptasi dengan perubahan yang dihadapinya. Selain suaminya,

anaknya juga menjadi penyemangat dalam menjalani hidup,

“Hehehehe... menyesal ya ada sih, tapi saya tidak mau

berlarut-larut ya. Ngapain coba menyesal. Toh saya mampu

beradaptasi dengan perubahan saya, suami mbak mendukung,

terus anak saya juga lucu” (S3, 159-161)

Informan 3 merasa beruntung karena pada saat menghadapi

perubahan kehidupannya selama turun kasta, suaminya

mendukungnya dan selalu membantunya.

“Mbak beruntung punya suami yang sigap dan selalu

membantu mbak dalam menghadapi hal tersebut” (S3, 149-

151)

“Hubungan mbak dengan suami baik ya untuk saat ini. Seperti

yang tadi sudah saya bilang, suami saya selalu mendukung dan

membantu saya dalam melewati perubahan kebiasaan yang

sulit itu. Hehehee.... Dia selalu ada, kalau saya harus

menyiapkan keperluan adat di banjar tu, kan rempong sampe

sore, suami mbak bantu buat ngurus anak, bersihin rumah.

Yaaa kami partner in crime lahh. Hahahahah.. saling bagi

tugas aja” (S3, 165-171)

Salah satu alasan yang membuat informan 3 kuat dan tidak

memikirkan masalah kasta adalah anaknya, yang juga membuat

hubungan informan 3 dengan suaminya selalu baik. Perkembangan

anak menjadi hal yang menyenangkan dan menjadi obat kesedihan

informan 3,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

69

“Kalau anak saya, jelas ya dia tu permata saya dan suami,

bikin hubungan kita bertiga baik. Hmm... dia itu sesuatu yang

berharga melebihi apapun. Mbak mau lihat sendiri

perkembangan anak mbak. Menurut mbak ni yaa, mengetahui

perkembangan anak tu, adalah waktu yang gak bisa digantiin

dan bikin seneng. Menurut mbak ini juga salah satu alasan

kenapa mbak bisa tetap kuat and gak mikirin kasta, yaa karena

ada Kim. Kim tu lucu pokoknya… mana gak berasa lho ngurus

Kim tu, eh.. tiba-tiba sekarang udah gede, udah umur setahun”

(S3, 174-181)

Hubungan antara informan 3 dengan orang tuanya juga

membaik setelah adanya cucunya,

“Alhamdulilah ya, sudah membaik. Hehehehe... ajik dan ibu

udah nerima sekarang. Semenjak ada Kim ni, mereka udah

kembali lagi yaa, sayang sama Mbak dan Kim” (S3, 251-254)

Tidak semua keluarga mau menerima informan 3 kembali.

Beberapa anggota keluarga yang lain ada yang masih menyayangkan

jalan hidup yang ditempuh informan 3, namun informan 3 tidak terlalu

memperdulikan komentar negatif orang lain,

“Tapi masih ada beberapa keluarga besar tu belum bisa nerima.

Suka ngomongin di belakang. Ada juga yang masih

menyayangkan, nangis meluk-melukin saya sambil bilang kok

gitu sih jalan yang diambil, itu masih ada. Buat saya, kalau

orang yang ngomongin saya yang enggak-enggak, itu urusan

mereka, itu hak mereka kok” (S3, 191-196)

Pernikahan dan hubungan dengan suaminya sangat membuat

bahagia informan 3.

“Iyaa, pokoknya saat ini hubungan kami, keluarga kecil mbak,

sangat membahagiakan yaa. Kalau masalah pasti ada, tapi

sampai saat ini dan semoga seterusnya kami bisa melewati”

(S3, 184-186)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

70

Kebahagian yang dirasakan informan 3 mampu menumbuhkan

harapan baginya,

“Mbak berharap keadaan pernikahan, di rumah ni bakal kayak

gini terus. Amin. Harapannya pengen hidup enak aja, gak

aneh-aneh. Mau jadi orang apa ya… gak ribet lagi, gak usah

berurusan sama yang dipermasalahin sama keluarga besar gitu.

Kan saya setelah menikah belum ketemu sama keluarga besar

nih, pengen jadi hal yang biasa aja gitu lho. Keluarga besar

Puri gak mempermasalahin lagi, pengen yang apa ya, kayak

gak ada masalah kayak gini lagi. Perlakuannya pengen sama

seperti dulu gak ada yang berubah, gak ada penyesalan di

wajah mereka. Kalau keluarga besar pengennya sudahlah, gak

usah nangis lagi kalau lihat saya yang sekarang. Saya gak

pengen kayak gitu, saya pengen terima saya dengan keadaan

saya yang sekarang, jangan terlalu disesalin. Ya pengen

semuanya nerima. Pengen hidup seperti orang kebanyakan

menikah secara normal” (S3, 199-211)

d. Informan 4

1) Kehidupan sebelum menikah (Awal)

Informan 4 merupakan seorang wanita yang berasal dari

Kelungkung, tapi lahir dan dibesarkan di Denpasar. Informan 4 lahir

dalam keluarga berkasta dengan gelar Gusti (S4, 7-8). Saat ini

informan bekerja di bank (S4, 11). Ibu informan 4 berasal dari Jogja

dan informan juga lama tinggal di Jogja.

“Lama tiang di Jogja. Kebetulan ibu tiang kan asli Jogja, nikah

terus pindah Hindu, tadinya Islam” (S4, 15-16)

Lama tinggal di Yogyakarta membuat informan 4 berpikiran

lebih bebas dan demokratis mengenai kasta asalkan hormat dan sesuai

aturan umum yang berlaku,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

71

“Iya, keluarga tiang sih santai ya, sudah terbuka juga. Tapi

kalau seperti hormat menghormati ya itu sesuai aturan ya.

Dalam mendidik tu, keluarga tiang santai terbuka, tiang boleh

berteman dengan siapa saja, kasta apa aja, bebas. Asalkan

sesuai norma dan gak macem-macem kayak narkoba yang

negatif lainnya gitu.” (S4, 20-24)

Meskipun informan 4 santai dan demokratis tapi tetap

menganggap kasta sebagai sesuatu yang penting karena berkaitan

dengan budaya. Informan 4 memandang bahwa ada kesalahpahaman

masyarakat Bali bahwa kasta dikaitkan dengan keturunan padahal

yang benar menurut sejarah adalah berkaitan dengan pekerjaan,

“Kalau menurut tiang sih penting, karena budaya ya, dan

penting ketika itu sesuai dengan Kitab Weda. Yang bener itu,

tiang baca ada salah paham tentang konsep kasta ini mbak.

Jadi kasta itu seharusnya bukan keturunan, tapi sesuai dengan

pekerjaan. Cuma kan karena orang Bali sudah taunya gitu, dan

ingin menjaga klannya dan tidak berusaha untuk meperbaiki

dengan alasan akan menghapus budaya” (S4, 26-31).

Informan 4 memahami bahwa kasta memberikan pengaruh

dalam kehidupan namun hanya di Bali saja,

“Gimana ya, dibilang berpengaruh ya berpengaruh ya. Kalau di

Bali iya berpengaruh ya. Paling lebih dihormati, ngomong

pakai bahasa halus. Tapi tiang sih ngerasa sama aja

sebenernya. Soalnya tiang terbiasa pakai bahasa Indonesia

kalau ngomong. Hehehehe... Temen-temen juga sudah modern,

lama di Jogja juga” (S4, 34-38)

Informan 4 yang lama tinggal di luar Bali yaitu Jogja

merasakan tidak ada pengaruhnya kasta yang dimilikinya dan sama

saja,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

72

“Hmmm.. biasa aja, mungkin karena tiang ngerasa sama saja,

dan gak ada bedanya. Lingkungan di sekitar juga sudah

modern jadi gak ngerasa gimana gitu” (S4, 41-43)

Lingkungan sekitar terutama teman-teman pun

memperlakukan biasa dan tidak mengistimewakan karena telah

menganggapnya biasa seperti masyarakat modern umumnya, yang

penting informan 4 maupun lingkungan saling menghormati,

“Kalau temen-temen tiang sih enggak ya, udah biasa, seperti

kehidupan modern. Tapi kalau lingkungan rumah sekitar, nah

ya lebih dihormati, tapi tiang juga hormat sama mereka, karena

kan pada dasarnya sama. Gitu…” (S4, 46-49)

2) Tahap menikah dengan laki-laki kasta rendah (Tengah)

Pada mulanya informan 4 bertemu dengan orang yang saat ini

menjadi suaminya di Bali, sedang menyelesaikan studi S2 di Unud

(Universitas Udayana). Informan 4 pun sedang melanjutkan S2 di

universitas yang sama sehingga mereka sering bersama. Semakin

mengenal laki-laki tersebut informan 4 berpikir bahwa orangnya

pintar. Hal inilah yang membuat informan 4 suka dan tidak peduli

meskipun tidak sekasta. Akhirnya informan 4 dengan laki-laki

tersebut berpacaran (S4, 54-57).

Awalnya hubungan informan 4 masih dianggap santai oleh

bapak ibunya, hanya sering diingatkan.

“Awalnya sih masih santai, cuma ya diingetin. Ibunya sudah

rela pindah, masak kamu turun kasta. Kalau bisa dapat yang

sekasta.” (S4, 59-60)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

73

Pada waktu itu, pacar informan 4 biasa saja datang ke rumah

informan 4 dan mengobrol dengan bapak dan ibu informan 4. Menurut

informan 4, orang tua berpikir bahwa masih awal pacaran. Makin

lama makin sayang, dan mulai ke arah serius (S4, 60-63). Selain itu

pacar informan 4 mulai bertanya-tanya mengenai kepastian arah

hubungan mereka,

“Gimana nih, mau gak nyerod, siap gak? Tiang sih siap-siap

aja hehehe. Tapi baru wacana, terus tiang coba ngobrol sama

ibu, ajik dan adek-adek” (S4, 63-66)

Tetapi keluarga informan 4 tidak menyetujuinya, terutama ajik

(bapaknya),

“Aduh jangan deh ya, kamu kan anak pertama, cari yang sama

aja. Pikirin dari sekarang, biar belum terlalu jauh. Gitu kata

keluarga. Cuma tetep ya ajik tu agak dingin, diem gitu. Ajik

bilang gak boleh. Kalau urusan menikah cari yang sama aja”.

(S4, 66-69).

Meskipun dilarang, informan 4 tetap melanjutkan

hubungannya dengan laki-laki yang disukainya. Informan 4 berusaha

untuk tidak memperdulikan ajik (bapak) dan ibunya ketika ia dijemput

oleh pacarnya ke rumah. Informan 4 hanya mengiyakan saja ketika

diingatkan (S4, 69-72).

Belum sempat mendapatkan restu mengenai rencana

pernikahannya, informan 4 sudah terlanjur hamil di luar nikah. Disisi

lain pacar informan 4 siap untuk menikah dan bertanggung jawab.

Kemudian informan 4 berdiam diri selama seminggu dan setelah itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

74

memutuskan untuk memberanikan diri menyampaikan kepada orang

tuanya.

“Naaah sampailah, tiang kebobolan. Hehehehe.... Jadi hamil

dulu. Pas tau sudah hamil, kaget sih ya. Waah gimana nih,

kalau suami sih, ayok aja nikah, karena memang sudah ngajak

menikah ya sebelumnya. Terus tiang diem seminggu akhirnya

memberanikan diri untuk bilang ke orang tua.” (S4, 72-76)

Setelah berdiam diri selama seminggu akhirnya informan

memutuskan untuk memberanikan diri untuk menyampaikan kepada

orang tuanya mengenai kehamilannya tersebut. Informan berusaha

untuk memberitahukan hal tersebut secara baik-baik kepada

keluarganya. ketika keluarga informan mendengar penjelasan

informan, ibu informan mulai menangis dan ajik (bapak) informan

langung masuk ke dalam kamar tanpa mengatakan apapun. informan

berusaha untuk meminta maaf ke ibunya dan ibu informan pun

berusaha untuk menerima semua yang sudah terjadi.

“Jadi pada duduk gitu, tiang kayak pengakuan dosa, tiang

bilang kalau tiang hamil dan mau menikah. Ibu mulai nangis

waktu itu. Sebenernya takut bilang, soalnya ajik tu ada tekanan

darah tinggi ya, takutnya kaget entar gimana-gimana lagi.

Kejadian, ajik tiang marah ya, langsung pergi masuk kamar

gak ada bilang apa. Tiang juga nangis minta maaf ke ibu, ibu

bilang ya sudah mau gimana lagi.” (S4, 76-82)

Setelah bilang kepada orang tuanya, informan 4 didiamkan

oleh ajik-nya selama seminggu. Tidak mau berbicara, bahkan menoleh

saja tidak mau. Tepat setelah seminggu didiamkan, pacar informan 4

datang meminta maaf, meminta restu dan melamar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

75

“Tiang didiemin sama ajik selama seminggu. Dia gak mau

ngomong, bahkan noleh tiang aja gak mau Nah tepat

seminggu, suami tiang datang minta maaf ke ajik sama ibu,

minta restu, ya istilahnya melamar. baru banget waktu itu.

Semua nangis, ajik akhirnya ngerangkul saya, dia juga bilang

aduh sudah harus dilepas anak ajik ini”. (S4, 82-87)

Setelah itu, informan 4 dan keluarganya mempersiapkan

pernikahan. Pada umumnya keluarga wanita yang mengalami turun

kasta (nyerod) biasanya tidak mau datang, berbeda dengan kelurga

informan 4, dimana semua keluarga terlibat dalam pernikahan

informan 4, bahkan ayahnya yang mengurus semua keperluan

pernikahan.

“Setelah itu, kami mempersiapkan pernikahan bahkan ajik

yang ngurus semuanya. Harusnya keluarga wanita kalau

nyerod biasanya gak mau datang, tapi kali ini, ajik yang

ngurusin semuanya.” (S4, 87-89)

3) Kehidupan setelah menikah dengan laki-laki berkasta rendah dan

turun kasta (Akhir)

Pernikahan yang dijalani oleh informan 4 memberikan

konskuensi bahwa informan 4 harus turun kasta, namun informan 4

justru merasa bahagia karena pernikahannya mendapat restu dari

orang tuanya.

“Iya dong, orang menikah harus bahagia. Hehehee... Naa ada,

tapi bagi mbak, itu hanya kayak bagian dari adat ya,

pemutusan kasta dengan leluhur. Namanya juga patrilineal, ya

sudah harus siap untuk menikah dan mengikuti klan suami

saya” (S4, 92-95)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

76

Turun kasta yang dialami informan 4 membawa perubahan

dalam kehidupannya. Namun, bagi informan perubahan yang ia alami

terasa biasa saja. Hal tersebut karena dari awal informan 4 tidak

terlalu fanatik terhadap kasta sehingga tidak terlalu berpengaruh bagi

informan 4 (S4, 98-99). Sedih yang dialami informan 4 adalah karena

harus mengecewakan orang tuanya,

“Tiang sedihnya karena harus mengecewakan orangtua ya,

kayak perasaan bersalah gitu. Tapi kan tiang yakin tiang

mungkin gagal disini menurut mereka, tapi tiang bisa

membanggakan dengan hal lain.” (S4, 100-103)

Informan 4 turun kasta dari Ksatria menjadi Sudra. Informan 4

menerima apa yang sudah ditakdirkan kepadanya karena informan 4

merasa mempunyai pekerjaan yang bagus dan kehidupannya bahagia

seperti oran berkasta lainnya,

“Tiang sadar sudah jadi orang sudra, tiang terima kok, tapi

walaupun begitu, tiang bangga sama diri tiang. Walaupun jadi

sudra astungkara, tiang tetep punya pekerjaan yang bagus dan

hidup tiang juga gak kalah bahagia sama orang yang berkasta

tinggi sekalipun.” (S4, 103-107)

Informan 4 yang hidup dalam jaman modern menganggap

bahwa kehidupannya memang tidak seperti orang berkasta umumnya

sehingga perubahan yang dialaminya tidak terlalu dirasakannya,

“Paling yang berubah kehidupan tiang tadi single tinggal di

rumah sekarang udah tinggal sama suami di rumah sendiri.

Kalau yang lain, seperti buat banten, tiang dari dulu memang

sudah enak ya, gak pernah buat, sudah ada yang buat tinggal

datang ke pura sembahyang. Ngomong pakai bahasa Indonesia

juga. Kalau sekarang sama aja, karena tiang wanita karir, sibuk

pulang kerja sore, tiang membeli semua keperluan adat dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

77

sembahyang. Kalau sempat ya tiang buat. Kalau ke pura ya

jadi gabung sama golongan orang sudra, tapi tiang sih biasa

aja, sama aja, sama-sama berdoa. Hehehhe..” (S4, 112-120)

Perubahan yang dialami termasuk dalam hubungan di

lingkungan masyarakat. Beberapa masyarakat sekitar di kampung

yang masih menjunjung tinggi kasta pun masih memandang bahwa

perubahan kehidupan dan turun kasta yang dialami informan 4 sangat

disayangkan dan menyesalkan keputusan yang diambil informan 4.

Tapi informan 4 tidak terlalu memperdulikan dan menganggapnya

angin lalu, yang penting orang tua masih menerimanya dan hubungan

dengan orang tua baik,

“Tapi ada beberapa yang agak menyayangkan. Biasanya di

kampung ya paling kayak menyesalkan. Tapi tiang sih anggap

itu angin lalu, yang penting orangtua tiang tetap menerima

tiang dan mereka baik-baik saja. Tapi sebagian besar biasa aja,

masih memperlakukan tiang sama seperti dulu” (S4, 124-125;

127-130)

Masyarakat Bali yang masih menganggap penting kasta sangat

membedakan antara kasta tinggi dengan kasta rendah. Hal tersebut

dapat dilihat dari pemisahan saat makan, upacara dan penyebutan

nama. Namun berbeda yang dialami oleh informan 4. Kehidupan

keluarga modern yang dijalaninya tidak terlalu berbeda antara

sebelum dan setelah turun kasta sehingga bagi informan 4 tidak

banyak perubahan yang dialaminya,

“Kalau itu karena keluarga tiang modern ya, mereka tetep kok

manggil tu geg (sebutan untuk wanita berkasta), kalau tiang

sama adek-adek tiang juga biasa aja. Pulang ke rumah sama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

78

anak-anak tu juga biasa. Bahkan berbagi makanan sama

saudara tiang tu biasa. Cuma kan kalau ke ajik enggak, tau diri

aja. Kalau ke ibu biasa aja. Tapi kalau tiang punya acara di

rumah, acara adat, ya gak boleh ya dikasi makanannya, itu

udah kepercayaan. Kalau makanan biasa, penyebutan nama

tidak ada yang berubah. Ditambah punya anak pertama, ajik

tiang senang sekali.” (S4, 133-141)

Selain hubungan dengan orang tua dan lingkungan masyarakat

sekitar yang masih baik, hubungan informan 4 dengan suaminya juga

baik. Bagi informan 4, pernikahannya sangat membahagiakan,

dimana informan merasa beruntung mempunyai suami yang sigap

membantu terutama dalam urusan rumah tangga misalnya mengurus

anak ketika informan 4 sedang bekerja atau acara adat, begitu juga

sebaliknya (S4, 145-150).

Hubungan positif yang terjalin diantar keluarga kecil informan

4 juga menjadi salah satu alas an informan tidak merasa sedih

walaupun harus turun kasta. Selain itu informan juga tetap

mendapatkan kehidupan yang baik bagi dirinya dan merasa bahagia

terhadap kedaaan diri dan kehidupnya.

“Ini juga salah satu hal yang membuat tiang tidak merasa sedih

turun kasta ya, karena walaupun tiang turun kasta, tiang tetep

mendapatkan yang terbaik di hidup tiang. Anak-anak yang

lucu, pintar, suami yang pengertian dan kami saling suport satu

sama lain. Sampai saat ini tiang bahagia dengan keadaan diri

tiang dan kehidupan tiang.” (S4, 150-155).

Kebahagiaan informan 4 bukan berarti bebas dari masalah.

Sebuah pernikahan dianggapnya wajar jika mengalami pertengkaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

79

atau konflik, namun informan 4 dan suaminya dapat

menyelesaikannya dengan baik-baik.

“Kalau marahan itu lebih baik pergi dulu masing-masing, nanti

kalau sudah enakan baru diomongin baik-baik. Sampai saat ini

berantemnya tidak pernah sampai melibatkan orang lain.

Alhamdulilah, masih bisa nge-handle sendiri dan itu menurut

tiang bagian dari pendewasaan sebuah hubungan ya. Hehehhe”

(S4, 159-163)

Pernikahan yang menyebabkannya turun kasta tidak membuat

informan 4 berkecil hati dan tetap mempunyai banyak harapan.

“Hmmm... harapan tiang, tiang berharap bisa seperti ini terus,

tetap bisa menjadi seorang istri dan ibu yang baik.

Memberikan yang terbaik untuk keluarga tiang.” (S4, 259-262)

Harapan lain yaitu berhubungan dengan turun kasta yang

dialami wanita Bali lainnya. Informan 4 berharap wanita-wanita

berkasta di Bali mau membuka mata untuk membaca dan mencari

informasi mengenai kasta dan sejarahnya sehingga tidak terpuruk jika

mengalami turun kasta dan tidak ada lagi diskriminasi. Kasta tidak

boleh menghalangi dua orang yang saling mencintai (S4, 262-269).

“Kalau ada wanita berkasta dan memiliki calon dari sudra,

tidak usah takut. Kalian bisa kok, kita di mata Tuhan sama.”

(S4, 171-173)

2. Analisis Struktur

a. Informan 1

Informan 1 merupakan seorang wanita yang dilahirkan dalam

lingkungan Puri dengan kasta Ksatria bergelar Anak Agung. Menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

80

wanita berkasta mengharuskan informan untuk menjaga perilakunya dan

harus berprilaku sesuai aturan adat. Hal ini juga diikuti oleh tuntutan

keluarga besarnya yang fanatik terhadap kasta. Disisi lain orang tua

informan tidak membatasi pergaulan informan, yang terpenting bagi

kedua orangtuanya adalah menyadari kedudukannya sebagai wanita

berkasta dan berprilaku sesuai aturan mengenai wanita berkasta.

Informan 1 menyadari bahwa kasta yang disandangnya mampu

membuat dirinya mendapatkan perlakuan istimewa dari masyarakat.

Walaupun diperlakukan secara khusus, informan berusaha untuk tetap

memperlakukan orang lain dengan sopan dan menghormati mereka.

Informan menganggap semua manusia memiliki kedudukan yang sama.

Informan 1 menganggap bahwa kasta biasa baginya, namun disisi lain ia

tetap menghormati kedudukan kasta dalam kehidupan, dimana menurut

informan adalah suatu hal yang sangat penting, karena merupakan

warisan leluhur sehingga keberadaannya harus dihormati,

Informan 1 berpikir bahwa turun kasta yang dialaminya

merupakan pengorbanan yang dilakukannya karena menganggap kalau

leluhurnya punya hutang yang belum dibayar jadi ia harus membayar

dengan turun kasta dan masuk ke keluarga suaminya. Informan 1 telah

memahami konsekuensi yang harus diterimanya jika harus menikah

dengan laki-laki yang berkasta rendah, namun itu tidak menghalanginya

untuk melakukan pernikahan. Bahkan ia rela untuk melakukan kawin lari

karena informan 1 menganggap kasta bukanlah tolok ukur utama dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

81

kebahagiaan pernikahan. Informan 1 merasa nyaman dengan laki-laki

yang hendak dinikahinya sehingga tidak perlu mencari laki-laki berkasta

yang belum tentu dapat membahagiakannya.

Pada saat awal menikah, informan 1 merasakan ada penyesalan.

Karena ketakutannya tidak diterima keluarga maka informan 1 tidak

mampu untuk terbuka mengenai keinginnnya untuk menikah dan

memutuskan untuk kawin lari. Ketika orang tua dan keluarga informan 1

mengetahui informan telah menikah dengan cara kawin lari, keluarga

informan sangat terkejut dan menyesalkan cara informan untuk

memutuskan kawin lari. Padahal sebenarnya orang tua informan tidak

akan mempermasalahkan hal tersebut asalkan informan mampu

menjelaskan secara baik-baik keadaan hubungannya dan keinginannya

untuk menikah dengan lelaki berkasta rendah. Mengetahui bahwa orang

tuanya tidak mempermasalahkan hal tersebut, Hal ini menimbulkan

penyesalan dan rasa bersalah dalam diri informan 1, Informan merasa

menyesal karena tidak mengatakan semua secara jujur pada orang

tuanya. Untuk menghilangkan perasaan bersalahnya, informan 1

berusaha keras menebusnya dengan mengikuti segala perkataan orang

tuanya, jika orang tuanya ingin informan 1 tinggal bersamanya maka

informan 1 menurutinya, dan sebagainya.

Memutuskan menikah dan turun kasta, tentu akan menimbulkan

perubahan-perubahan perlakuan dalam hidup informan 1. Namun disisi

lain informan 1 merasa tidak ada perbedaan perlakuan keluarga dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

82

teman-teman serta lingkungan, hal ini karena sebelum turun kasta,

informan 1 telah mampu membaur dengan mereka sehingga ketika turun

kasta pun mereka tidak merasakan ada perubahan besar dan tetap

menghormati informan 1 serta memperlakukannya dengan baik. Hanya

beberapa orang yang masih sering membicarakannya namun hal itu tidak

mempengaruhinya karena yang terpenting baginya adalah orang tuanya

bahagia dan sehat serta pernikahannya bahagia.

Informan 1 juga merasa dapat melakukan perannya sebagai ibu

sekaligus bekerja, membangun hubungan dengan teman-teman di kantor

yang mampu membuatnya menghilangkan kejenuhan. Informan 1 juga

mampu mengembangkan kemampuannya sebagai wanita biasa yang

umumnya melakukan segala rutinitas, jika sebelum turun kasta semua

kebutuhan upacara selalu dipenuhi maka setelah turun kasta, informan 1

mampu memenuhi segala kebutuhan upacara keagamaan sendiri.

Informan 1 juga memiliki harapan-harapan hidup untuk kehidupan

selanjutnya setelah turun kasta dan menjalani pernikahannya yang

membahagiakan, mengurus anak, bekerja, mempunyai usaha, dan

membahagiakan orang tuanya.

Berdasarkan kehidupan deskripsi informan 1 di atas, informan 1

memiliki struktur narasi progresif/optimistik. Nuansa yang digambarkan

dalam pernikahannya yang membuatnya harus turun kasta adalah

gambaran kehidupan yang optimistik. Informan 1 yakin mampu melewati

perubahan-perubahan yang dialaminya sebagai wanita yang turun kasta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

83

dan mampu membangun harapan serta mimpi-mimpi untuk kehidupan

selanjutnya bersama suami, buah hati dan orang tuanya.

b. Informan 2

Sama seperti informan 1, informan 2 dilahirkan dalam keturunan

kasta Ksatria bergelar Anak Agung. Informan dilahirkan ditengah

keluarga yang sangat fanatik terhadap kasta. Informan diharuskan untuk

bergaul dengan orang-orang dari kalangan yang berkasta termasuk untuk

mencari pasangan yang sekasta. Hal tersebut terkadang merasa kasta

membatasi dirinya dalam bergaul serta menyebabkan informan sulit

untuk menjadi diri sendiri. Walaupun keluarga informan membatasi

pergaulannya, bagi informan ia akan tetap bergaul dengan siapa saja,

asalkan keluarga dan orangtuanya tidak mengetahui itu. Hal tersebut

dilakukan karena informan merasa bahwa dirinya sama dengan orang lain

meskipun berkasta tinggi.

Di sisi lain, kasta justru memberikan keuntungan bagi informan 2

yaitu ia merasa lebih dihormati dan mendapatkan perlakuan istimewa

dari masyarakat. Informan 2 menilai penting kasta, namun bukan berarti

harus selalu menuruti aturan adat sesuai kasta yang disandangnya.

Informan 2 mengikuti aturan adat ketika di dalam rumah atau bersama

keluarga yang berkasta lainnya, namun jika di luar, maka informan 2

tidak mengikuti aturan adat sebagai wanita berkasta dan merasa bebas

Informan 2 tidak mempermasalahkan status turun kasta yang

dialaminya, namun informan menyayangkan cara yang ditempuh oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

84

pihak keluarga suaminya yang memberikan tekanan padanya sehingga

mau tidak mau harus menikah. Meskipun awalnya memang berniat

menikah namun keluarga calon suaminya cenderung memaksakan dan

tidak memberikan kesempatan kepada informan 2 untuk bicara baik-baik

dengan keluarganya mengenai keputusannya. Di sisi lain, informan 2

merasa pasrah dan semakin sering berdoa untuk mendekatkan diri pada

Tuhan. Informan 2 merasa bahwa proses menikah dan turun kasta adalah

peristiwa yang cukup berat bagi dirinya. Namun disisi lain informan

meyakini bahwa apa yang dialaminya merupakan bagian dari proses

tuhan yang harus dijalani dan menerima perubahan cara hidupnya.

Pada saat awal menikah, informan 2 berniat untuk menikah dan

memikirkan secara baik-baik bagaimana cara mendapatkan izin dari

keluarganya. Namun ketika hendak meminta izin kepada orang tuanya,

informan 2 merasa dihalangi oleh keluarga calon suaminya sehingga

ketika informan 2 dan keluarga belum mengiyakan, keluarga pihak laki-

laki sudah mengadakan upacara pernikahan. Hal ini menimbulkan rasa

kecewa dan sedih. Selain itu, informan 2 juga merasakan perubahan-

perubahan yang cukup sulit dan berat ketika mengalami turun kasta.

Meskipun sedih dan kecewa, informan tetap percaya bahwa apa yang

dialaminya merupakan jalan dari Tuhan untuk dirinya. Selain itu

informan juga merasa tidak ada gunanya untuk melakukan penyesalan

secara berlarut-larut, karena hal tersebut hanya akan menghalanginya

dalam melangkah maju.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

85

Disisi lain informan merasa bahwa pernikahannya merupakan

kesalahannya dan merasakan bahwa suaminya tidak ada ketika dia

mengalami kondisi yang sulit dalam melewati perubahannya. Informan 2

merasa suaminya tidak sepeduli dan tidak menghargainya sebagai istri

dan merasa sendiri dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada.

Selain itu informan merasa suami dan keluarganya cenderung tidak

peduli terhadap keadaan informan. Hal ini membuat informan 2

merasakan berat dalam menjalani perubahannya. Walaupun merasa berat

dalam menjalin perubahan yang ada, informan tetap optimis dan mampu

beradaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut. Satu-satunya yang

membuatnya merasa bahagia dan membuatnya mampu bertahan adalah

kedua anak kembarnya.

Berdasarkan kehidupan deskripsi informan 2 di atas, informan 2

memiliki struktur narasi optimistik. Walaupun peristiwa turun kasta

menyebabkan informan mengalami perubahan serta kekecwaan terhadap

sikap suami dan keluarganya tak membuat informan berhenti dan

menyesali semuanya. Informan justru berusaha untuk beradaptasi dan

tidak ingin menyesal secara berlarut-larut terhadap peristiwa turun kasta

yang dialaminya. Selain itu informan 2 juga memiliki harapan-harapan

kedepan untuk hidupnya.

c. Informan 3

Informan 3 menilai bahwa kasta merupakan hal yang penting

terutama di Bali karena merupakan budaya. Akan tetapi informan 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

86

menganggap bahwa kasta bagi dirinya tidak terlalu penting karena di

mata informan 3 semua orang sama kedudukannya sehingga tidak boleh

menganggap rendah orang lain. Meskipun informan 3 bangga dengan

kasta yang disandangnya, namun ia berusaha untuk tidak sombong. Hal

ini juga di dukung oleh pengalaman informan yang sudah lama tinggal di

luar Bali dan bergaul dengan teman-teman yang berkasta rendah dan

bahkan tidak berkasta dan membuatnya lebih terbuka dalam berpikir

mengenai kasta meskipun keluarga dan orang tuanya masih fanatik

dengan kasta. Hal tersebut membuat informan 3 tidak terlalu merasakan

pengaruh perubahan karena turun kasta. Hanya saja informan 3

merasakan penyesalan dan kecewa di awal pernikahannya. Penyesalan

dan kecewa yang dirasakan informan 3 adalah karena merasa telah gagal

mempertahankan kasta seperti yang dinasehatkan ibunya, dan hal inilah

yang membuat informan 3 merasa bersalah terhadap orang tuanya karena

mengecewakannya.

Turun kasta yang dialami informan 3 dianggapnya sebagai takdir

Tuhan dan informan 3 berusaha menerima dan ikhlas serta berusaha

untuk legowo dan berjuang menghadapi perubahan-perubahan. Informan

3 pun tidak merasa sedih karena telah mempersiapkan diri jauh sebelum

menikah dan masih masa pacaran.

Perubahan yang dialami selama turun kasta dianggap informan 3

sebagai hal yang tidak mudah, namun karena informan 3 sudah

mengambil keputusan maka informan 3 siap menerima konskuensinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

87

sebagai wanita berkasta rendah. Banyak hal yang harus dipelajari

informan 3, meskipun sulit namun informan 3 dapat membuktikan bahwa

ia mampu menjalankan semua peran sebagai wanita berkasta rendah, dan

hal tersebut justru membuatnya bangga. Penyesalan memang dirasakan

informan 3, namun ia berpikir positif bahwa tidak ada gunanya berlarut-

larut dalam penyesalan karena ia mampu membuktikan bahwa ia dapat

beradaptasi dengan kehidupan kasta rendah.

Dalam menjalani perubahan, informan 3 tidak lepas dari

dukungan suami, orang tua dan anaknya. Hubungan antara informan 3

dengan suami dan anaknya serta orang tuanya baik. Informan 3 dan

suaminya saling membantu dan mendukung dalam menjalankan peran

masing-masing setelah menikah. Orang tua juga sudah menerima

informan 3 dan menyayanginya terutama setelah mempunyai anak.

Selain itu informan 3 punya banyak harapan yang ingin diwujudkan

dalam kehidupan selanjutnya terutama untuk kebahagiaannya dan

keluarganya serta orang tua.

Berdasarkan kehidupan deskripsi informan 3 di atas, informan 3

memiliki struktur narasi progresif/optimistik. Kehidupan informan 3

menggambarkan pernikahan yang bahagia dengan dukungan suami dan

orang tua meskipun harus turun kasta. Informan 3 optimis dan

mempunyai keyakinan mampu melewati perubahan-perubahan yang

dialaminya sebagai wanita yang turun kasta dan hal tersebut mampu

dibuktikannya. Informan 3 mampu membangun harapan serta mimpi-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

88

mimpi untuk kehidupan selanjutnya bersama suami, buah hati dan orang

tuanya.

d. Informan 4

Informan 4 termasuk wanita yang berpendidikan tinggi dan

berpikiran terbuka. Menurutnya, kasta memang penting karena sebagai

budaya. Akan tetapi kasta yang selama ini dipahami masyarakat Bali

menurutnya salah karena kasta hanya berkaitan dalam hal pekerjaan,

bukan kehidupan seseorang. Kasta dinilainya memberikan pengaruh,

namun hanya di Bali saja. Informan 4 yang sudah lama tinggal di

Yogyakarta dan bergaul dengan lingkungan yang modern dan tidak

menganut kasta membuatnya tidak terpengaruh dengan kehidupan kasta.

Begitu pun setelah menikah, informan 4 tidak terlalu merasakan

perubahan karena turun kasta bahkan informan 4 sangat bahagia dengan

pernikahannya. Hanya saja informan 4 merasa menyesal dan bersalah

karena telah mengecewakan orang tuanya yang berharap informan 4

mendapatkan suami sekasta.

Turun kasta yang dialami informan 3 dianggapnya biasa dan tidak

memberikan pengaruh dalam kehidupannya meskipun turun kasta.

Lingkungan modern yang biasa dijalaninya dan perannya sebagai wanita

karir membuatnya berpikir praktis. Informan 4 tetap merasa bangga

karena mempunyai pekerjaan baik dan kehidupan yang membahagiakan

seperti yang diharapkan wanita berkasta lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

89

Perubahan yang dialami selama turun kasta tidak dirasakannya

karena terbiasa hidup di lingkungan yang tidak berkasta. Tanggapan

negatif masyarakat di lingkungannya yang masih menyayangkan turun

kastanya dianggap angin lalu. Baginya yang terpenting adalah kehidupan

keluarganya dan hubungan dengan orang tuanya. Bahkan informan 4

juga tidak mengalami perubahan antara sebelum dan sesudah turun kasta

seperti penyebutan nama, persiapan upacara dan adat lainnya. Hanya saja

informan 4 merasa harus tahu diri dengan mengikuti adat selama dia

tinggal di suatu tempat.

Dalam menjalani perubahan, informan 4 tidak lepas dari

dukungan suami, orang tua dan anaknya. Hubungan antara informan 4

dengan suami dan anaknya serta orang tuanya baik. Informan 4

beruntung mempunyai suami dalam pernikahan tersebut karena mampu

mengambil alih perannya sebagai ibu dan istri ketika ia sibuk. Selain itu

informan 4 punya banyak harapan yang ingin diwujudkan dalam

kehidupan selanjutnya terutama untuk kebahagiaannya, keluarganya dan

orang tuanya.

Berdasarkan kehidupan deskripsi informan 4 di atas, informan 4

memiliki struktur narasi progresif/optimistik. Gambaran kehidupan yang

dimiliki informan 4 merupakan kehidupan yang bahagia dan positif.

Informan 4 merasa bahagia dengan dukungan suami dan orang tua

meskipun harus turun kasta. Informan 4 tidak merasakan perubahan-

perubahan yang dialaminya sebagai wanita yang turun kasta karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

90

kehidupannya tidak jauh berbeda dengan sebelum turun kasta. Informan

4 mampu membangun harapan serta mimpi-mimpi untuk kehidupan

selanjutnya bersama suami, anak-anak dan orang tuanya.

3. Analisis Interpretasi

a. Informan 1

1) Penerimaan Diri

Setelah menikah dan turun kasta, informan 1 tetap mampu

menerima dirinya dengan tetap memiliki sikap yang positif. Sikap

positif yang dimiliki informan 1 terlihat dari cara informan 1

memandang peristiwa turun kasta yang dialaminya sebagai bentuk

pengorbanannya karena hutang leluhur yang belum terbayar dan

informan 1 percaya bahwa hal tersebut sudah menjadi bagian dari

takdir hidup yang harus diterima dan dijalaninya.

“Rasanya sedih yaa waktu harus mepamit di Jero karena kan

habis to kasta saya hilang, pemutusan saya dengan leluhur.

Tapi saya berpikir ini sudah jalan tangannya, emang gini

jalannya takdirnya. Saya, keluarga, temen-temen saya tu

berpikir kalau leluhur saya ada hutang yang belum dibayar jadi

saya harus membayar dengan turun kasta dan masuk ke

keluarga suami saya”. (S1, 176-181)

Selain memiliki sikap positif, informan 1 juga mampu melihat

masa lalunya dengan perasaan yang positif, dimana ia berusaha untuk

mengikhlaskan semua hal yang telah terjadi pada dirinya. Disisi lain,

meskipun informan 1 sering merasa menyesal dan merasakan tekanan

batin atas apa yang terjadi pada dirinya, namun ia berusaha untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

91

menerima dan menjalani semuanya sehingga pada akhirnya informan

1 merasa terbiasa dengan semua perubahan tersebut.

“Iyaa, memang sedih. Tapi yaa sudah saya ikhlasin aja (S1,

188). Ada perasaan menyesal kadang-kadang, terus tekanan

batin juga kadang-kadang, tapi sudah dijalanin aja. Sekarang

sudah terbiasa”. (S1, 249-251)

Informan 1 juga menyadari aspek buruk dalam dirinya, dimana

informan 1 menyadari bahwa dirinya merupakan tipe orang yang

cukup egois dan keras kepala.

“Saya kan orangnya agak egois, keras kepala, tapi suami saya

tu santai, jadi bisa ngimbangin saya” (S1, 270-271)

2) Hubungan Positif dengan Orang lain

Setelah menikah dan turun kasta, informan 1 tetap mampu

menjalin hubungan yang hangat baik dengan keluarga, masyarakat

sekitar lingkungannya dan teman-temannya. Menurut informan,

masyarakat dan keluarganya tetap memperlakukan informan sama

seperti ketika informan masih menjadi wanita berkasta. Selain itu,

informan 1 juga mampu membangun hubungan kasih sayang dan

keintiman dalam keluarga kecilnya. Informan 1 berpendapat bahwa

suaminya mampu mengerti dan memperlakukannya dengan baik.

“Masyarakat sekitar sih juga tau tapi mereka yaa gimana

maklumin aja keadaan saya. Mereka juga gak memandang

saya buruk, gak segitunya sih. Selain itu juga keluarga saya

memperlakukan saya seperti biasa, memperlakukan saya sama

seperti dulu. Biar udah turun kasta, tetep aja sama. Selain itu

hubungan saya tetap baik-baik saja dengan keluarga saya, ajik,

ibu. Itu kan juga memang perubahannya sudah seharusnya ya,

sesuai aturan dan hukum adat. Tapi kalau dari keluarga dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

92

temen-temen tu mereka tetap mau dan memperlakukan saya tu

sama. Bahkan sampai saya turun kasta gini ini teman-teman

saya tetap memperlakukan saya sama seperti saya masih

berkasta. Mereka gak mau ngerubah, bagi mereka kamu tetep

sama seperti yang dulu.” (S1, 216-227)

Informan 1 menganggap bahwa dengan pernikahannya yang

menyebabkan turun kasta, informan 1 tetap mampu memiliki

hubungan yang memuaskan dengan suaminya.

“Pernikahan, hubungan saya dengan suami saya itu baik. Saya

ni kebanyakan dicandain sama suami saya, saya kan orangnya

agak egois, keras kepala, tapi suami saya tu santai, jadi bisa

ngimbangin saya.” (S1, 269-271)

Selain suami, informan juga memiliki hubungan yang

memuaskan dengan orang tuanya. Bahkan orang tuanya tetap

memperlakukan informan sama seperti sebelum turun kasta,

“Saya dengan keluarga saya sekarang ni baik ya, sudah

membaik. Selain itu juga keluarga saya memperlakukan saya

seperti biasa, memperlakukan saya sama seperti dulu.” (S1,

294-296)

3) Otonomi Diri

Informan 1 mampu membuat dan mengambil keputusan

penting untuk dirinya sendiri setelah turun kasta. Informan mampu

memilih untuk menjalani perubahan hidup setelah turun kasta

dibanding menyesalinya. Subjek mampu memutuskan dan memilih

untuk melakukan hal-hal positif dalam kehidupannya setelah turun

kasta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

93

Emang sih ada penyesalan, tapi penyesalannya itu sudah saya

pikirkan dari sebelum saya berbuat, saya akan melakukan gini

maka nanti saya akan begini jadinyaa. Emang sudah dipikirkan

dari dulu, tapi gimana terus kita jalanin. Pokoknya sebelum

berbuat kita sudah harus tau, aku mau buat gini, pasti

kejadiannya gini. Dibilang ada penyesalan memang pasti ada,

tapi penyesalannya itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-

kata. Tapi kan sudah pilihan sendiri, kita yang pilih kita yang

ngerasain gitu. Sekarang itu, saya lebih santai aja, saya gak

mau mikirin hal-hal kemarin, hal-hal itu yaa. Sekarang

pokoknya orang tua saya sehat, mereka gak ada beban, soalnya

ketika orang tua saya ada beban ya saya ngerasa bersalah.

Pokoknya saya pengen ngelihat mereka happy, bahagia (S1,

341-356).

4) Penguasaan lingkungan

Setelah menikah dan turun kasta, informan cukup mampu

menguasai lingkungannya dengan berusaha menciptakan lingkungan

yang selaras dengan kondisi jiwanya. Hal ini terlihat ketika informan

1 mencoba menuruti segala perkataan orang tuanya untuk menebus

kesalahannya karena merasa bersalah telah memilih menikah secara

diam-diam padahal orang tuanya sebenarnya menyetujuinya.

“Saya coba nebus dengan nurutin kata orang tua saya.

Contohnya saja, ketika setelah menikah beberapa bulan, orang

tua minta saya dan suami agar mau pindah dan tetap mau

tinggal disini, di rumah orang tua saya untuk nemenin mereka.

Saya turutin kata mereka, disuruh tinggal disini, ya saya

tinggal disini. Kalau dia minta tidur dengan cucunya saya

kasih. Yaa buat nebus kesalahan saya, saya ikutin kata-

katanya. Dulu saya gk bisa ngikutin kata-katanya, gak dapet

cowok berkasta, sekarang saya coba buat ngebahagiaan dengan

nurutin kata-katanya.” (S1, 190-197)

Informan 1 juga merasa bahwa kehadiran seorang anak dalam

keluarganya mampu membantunya untuk menciptakan kondisi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

94

selaras dengan jiwanya, yang menurutnya bahwa kenakalan serta

kemanjaan anaknya adalah salah satu hal yang dapat menghibur dan

membuatnya senang saat menghadapi perubahan dalam hidupnya

karena turun kasta.

“Terus sekarang kan juga anak saya ngerasa seneng dengan

adanya anak, walaupun kadang mereka nakal, tapi menghibur

saya banget, ya namanya anak-anak kan gitu.” (S1, 273-275)

Selain itu, informan 1 juga memiliki kemampuan dan

kompetensi untuk mengatur lingkungannya. Hal tersebut terlihat

ketika informan memiliki masalah dengan suaminya maka informan

akan berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut sesegera

mungkin untuk menciptakan kondisi yang normal sehingga ketika

berada di rumah tetap dalam hubungan yang harmonis dengan suami

dan anaknya.

“Kalau ada masalah kita langsung cari solusinya, apalagi udah

punya anak, gak baik berantem ntar dilihat sama anak. Jadi

kalau ada masalah hari ini, hari ini juga harus diselesaiin

masalahnya. Yaa gak bagus kalau ditunda, kan bikin beban di

tempat kerja, di rumah yaa…” (S1, 288-292)

5) Tujuan Hidup/Harapan hidup

Informan 1 memiliki tujuan dalam hidupnya dengan memiliki

hidup yang lebih baik. Informan 1 berharap kelak mampu

menyekolahkan anak-anaknya hingga menjadi orang sukses dan dapat

membantu keluarganya. Untuk mencapai harapan tersebut, informan 1

juga ingin mengajarkan kepada anak-anaknya mengenai tata cara adat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

95

Bali sehingga anaknya kelak mampu memperlakukan dirinya dengan

baik. Informan 1 juga berharap mampu membeli rumah sendiri untuk

keluarganya.

“Ya saya berharap bisa mendidik anak saya bisa lebih pinter,

besarnya bisa bantu saya dan keluarga sayaa. Saya pengen bisa

menyekolahkan anak-anak saya setinggi mungkin, terus saya

juga ingin bekerja keras bersama suami saya untuk membeli

rumah sendiri di Denpasar gituu, terus pengen ngajak jalan-

jalan nenek dan kakek kemana gitt keluar sama cucu-cucunya.

Saya dengan suami saya harus bekerja sekuat tenaga,

mumpung anak saya masih kecil. Untuk menyekolahkan anak

yang tinggi, saya juga berharap mampu menjelaskan dan

mengajarkan anak saya bagaimana cara mebanjar di kampung,

dia juga harus tau bagaimana cara memperlakukan dirinya.

Saya pokoknya semangat dan akan kerja keras untuk

ngewujudin semua itu” (S1, 306-317)

Informan 1 memiliki keyakinan dan pandangan tertentu yang

dapat memberikan arah dalam hidupnya. Hal tersebut terlihat dari

harapan dan pandangan informan mengenai arah hidupnya menuju

yang lebih baik dengan menjadi wanita yang lebih kuat walaupun

dirinya sudah turun kasta. Selain itu informan berharap untuk

memiliki usaha sendiri di rumah sehingga selain bekerja, informan

juga dapat memantau perkembangan anak-anaknya.

“Harapan saya untuk diri saya sendiri saya berharap saya

mampu menjadi wanita yang lebih kuat, walaupun tidak

berkasta lagi, itu bukan masalah buat saya. Saya tetap optimis

dan semangat gituu. Saya juga berharap bisa punya usaha

sendiri di rumah, jadi dengan begitu saya tetap bisa memantau

langsung anak-anak saya, ngurus anak saya sama jaga warung

gitu, kan kalau buka usaha sendiri juga hasilnya lumayan yaa,

jadi bisa ngebantu orang tua lebihlah” (S1, 320-327)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

96

6) Pertumbuhan Pribadi

Setelah menikah dan turun kasta, informan mengalami

perubahan-perubahan dalam hidupnya, seperti penyebutan nama,

pemisahan waktu dan tempat makan, tidak dapat berdoa bersama

dengan keluarganya dan sebagainya.

“Kayak dulu kan saya manggil kakak saya itu kan beli, tapi

sekarang kalau saya manggil kakak-kakak misan saya dengan

sebutan Gung Aji, kan karena saya sudah turun kasta. Dulu kan

saya sama kakak saya biasa manggil kakak saya Tude,

sekarang manggilnya Gung Tude. Masalah makan juga

sekarang saya harus tau diri gak boleh bareng lagi dengan

keluarga, kan beda. Saya juga tidak bisa bantuin orang tua saya

ketika ada upacara, yaa gak bisa barenglah kalau sembahyang,

kan sudah beda.” (S1, 206-213)

Perubahan tersebut dirasakan informan 1 sangat berat, namun

informan 1 mampu membiasakan dan beradaptasi dengan perubahan

tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa informan memiliki

pertumbuhan pribadi, yaitu mampu untuk beradaptasi terhadap

perubahan-perubahan dalam hidupnya.

“Memang sih agak berat sama perubahannya itu tapi lama-

lama yaa dijalanin aja, kan lama-lama juga terbiasaa. Beratnya

itu gak terbiasa sih manggil mereka dengan sebutan itu, tapi

mau gak mau kan harus karena kita bukan sama lagi. Itu pun

ada dorongan dari temen, sahabat kamu harus bias karena itu

jalan yang sudah kamu pilih. Tapi kadang tetap aja agak

canggung, kan dari kecil kita diajarin manggil kayak gitu, tapi

sekarang harus beda manggilnya. Toh juga lama-lama saya

sampai sekarang sudah terbiasa dengan perubahan-perubahan

yang ada.” (S1, 235-242)

Informan 1 juga memiliki pandangan bahwa dirinya selalu

berkembang. Hal tersebut terlihat ketika informan 1 berpendapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

97

mengenai pekerjaan yang dianggapnya sebagai tempat untuk

mempelajari banyak hal terutama dari teman-temannya dan

menganggap bekerja adalah salah satu tempat yang dapat dijadikan

untuk refreshing dan berkumpul dengan teman-temannya.

“Jadi menurut saya tu kerja tu juga bisa jadi tempat refreshing,

karena pas di tempat kerja kan ketemu teman-teman, udah

kayak sahabat malahan, karena kan ketemunya itu-itu aja, tiap

hari, pasti kita itu kan bisa saling curhat masalah rumah

tangga, anak, terus cari solusi bareng-bareng gitu… yaaa

pokoknya pernikahan saya saat ini itu nyenengin lah gek, di

dalam pernikahan saya itu kita saling mengerti, saling percaya,

saling cocok, yang penting kalau nikah tu cocok tu penting.”

(S1, 279-286)

b. Informan 2

1) Penerimaan Diri

Turun kasta yang dialami informan 2 bukanlah hal yang

mudah baginya. Informan 2 merasakan kesedihan dan tekanan batin

serta kebingungan dalam menjalani perubahan hidup akibat turun

kasta. Meskipun berat, namun informan 2 menyadari bahwa hal

tersebut merupakan bagian hidup yang harus ia lewati dan jalani

sehingga ia berusaha untuk menerima perubahan karena turun kasta

tersebut. Hal itu memperlihatkan bahwa informan 2 mampu menerima

dirinya dengan menunjukkan adanya sikap positif dengan cara

menerima hal-hal yang telah terjadi pada dirinya,

“Hmmm... kalau kastanya sendiri, bukan sedih sih ya.

Mungkin kebingungan karena dari proses kita bersikap, proses

bagaimana cara hidup itu ngerasa berbeda. Ada perasaan

gimana ya, perasaan menangis dan tekanan batin. Tapi emang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

98

gitu keadaannya mau gak mau ya harus tetep diterima ya” (S2,

317-321)

Selain perasaan sedih, informan 2 juga merasa menyesal atas

apa yang terjadi pada hidupnya, namun ia berusaha untuk tetap

bersikap positif dan menyadari bahwa semua hal yang terjadi pada

dirinya adalah jalan Tuhan yang diberikan padanya,

“Perasaan ngebatin pasti ada, sedihnya karena harus pisah dari

orang tua, konflik sama keluarga, menyesal sebenarnya. Ada

sih perasaan menyesal, tapi ini balik lagi ke hubungan kita

dengan Tuhan ya, mungkin ini memang sudah jalannya”. (S2,

321-324)

Sikap positif informan 2 lainnya juga dapat ditunjukkan dari

kemampuan informan 2 dalam melihat masa lalunya dengan positif,

dimana informan 2 berusaha untuk menerima segala hal yang telah

terjadi pada dirinya dan tidak ingin melakukan penyesalan secara

berlarut-larut. Menurut informan 2, penyesalan yang berlarut-larut

akan menghambat informan 2 untuk melangkah maju, sebaliknya,

informan 2 memilih melakukan sesuatu yang lebih berguna,

“Ini memang sudah jalan Tuhan dan gak ada gunanya

penyesalan berlarut-larut karena hanya akan menghalangi saya

dalam melangkah maju. Selain itu dengan tidak menyesal yang

berlarut-larut saya bisa melakukan suatu hal yang lebih dari

yang bisa saya lakukan.” (S2, 330-334)

2) Hubungan positif dengan orang lain

Menikah dan turun kasta yang dialami informan 2 bukanlah hal

yang mudah. Informan 2 harus melewati banyak hal yang membuat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

99

keluarga besarnya marah atas keputusannya untuk menikah dan turun

kasta. Setelah menikah dan turun kasta, informan mencoba

membangun kembali hubungan positif terhadap keluarganya.

Informan 2 mengaku jika hubungannya sudah kembali membaik,

namun tetap saja masih ada beberapa keluarga yang belum bisa

menerima informan.

“Hubungan dengan keluarga di Puri? Ya hubungannya sudah

membaik tapi tidak semua. Ada yang masih belum nerima.”

(S2, 395-396)

Disisi lain informan merasa hubungan antara ia dan

keluarganya saat sudah lebih baik, dan yang terpenting bagi informan

adalah hubungan antara dirinya dengan kedua orang tuanya.

“Hubungan keluarga saya lebih baik lah saat ini, yang

terpenting kan saya dan orang tua saya.” (S2, 454-455)

3) Otonomi Diri

Informan 2 adalah seorang individu yang mampu menentukan

dan memutuskan nasibnya sendiri dan mandiri dan mampu mengatur

perilakunya sendiri. Hal ini terlihat dari cara informan 2 dalam

menentukan dan memutuskan apa yang harus dijalani sebagai wanita

yang turun kasta. Hal ini terlihat dari cara informan 2 mampu

mengatur, menyadari dan menempatkan dirinya sebagai seorang

wanita yang sudah tidak berkasta lagi.

“Saya orang yang di bawah dan saya harus memperlakukan

diri saya seperti seharusnya, gak bisa sembarangan sama orang

yang berkasta.” (480-482)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

100

4) Penguasaan Lingkungan

Informan 2 merupakan individu yang mampu mengendalikan

lingkungan atau kegiatan-kegiatan yang kompleks dalam hidupnya.

Hal ini terlihat dari cara informan berusaha untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang kompleks yang berkaitan dengan perubahan-

perubahan kebiasaan yang dialaminya dengan mempelajari aturan dan

adat yang baru sesuai dengan kastanya.

“Saya mempelajari cara bahasanya. Saya ikutin dan saya

pelajari budaya yang ada disini sampai akhirnya bisa masuk,

artinya sampai tidak ada lagi kesenjangan antara saya dulu

dihormatin, sekarang gimana, karena sulit yaaa, sulit untuk

menerima kalau dulu kita dihormati, semua orang bicara sopan

terus tiba-tiba harus berbalik kondisinya.” (S2, 300-305)

Informan 2 juga mampu memilih dan menciptakan lingkungan

yang selaras untuk dirinya. Hal tersebut terlihat ketika informan 2

mampu mengkondisikan dan menikmati perannya sebagai seorang

ibu. Bahkan perasaan lelah informan dalam mengurus anak akan

hilang begitu saja ketika melihat anaknya senang.

“Mereka itu mampu membuat saya bahagia, meskipun capek

ngurusnya. Hehehe.. Ngelihat mereka ketawa semuanya

hilang. Saat ini saya tu bener-bener menikmati peran saya

sebagai ibu pokoknya.” (S2, 384-386)

5) Tujuan Hidup/Harapan hidup

Menikah dan turun kasta tidak membuat informan kehilangan

tujuan dan harapan-harapan di hidupnya. Harapan utama informan 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

101

adalah di masa mendatang informan dan keluarganya tidak mengalami

kekurangan secara ekonomi. Disisi lain informan 2 berharap agar

dirinya dapat diterima oleh lingkungan maupun masyarakat tanpa

harus memandang status dirinya yang sudah turun kasta. Informan 2

ingin orang lain melihat bahwa turun kasta bukanlah hal yang salah.

Selain itu informan juga ingin melakukan yang terbaik untuk anak dan

keluarganya.

“Pengen masa depan yang tidak kekurangan dari segi ekonomi,

kecukupan. Saya berharap saya bisa diterima tanpa harus

memandang saya sebagai wanita yang sudah turun kasta, saya

ingin diterima dan dipandang sebagai ibu dan turun kasta

bukanlah hal yang salah, seperti yang lain bukan pencuri atau

pembunuh. Terus saya berharap mampu berusaha melakukan

yang terbaik untuk anak dan keluarga saya kedepannya. (S2,

459-465)”

6) Pertumbuhan Pribadi

Informan 2 adalah individu yang mampu untuk beradaptasi

terhadap perubahan-perubahan dalam hidupnya karena turun kasta.

Informan 2 memang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

dapat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut, namun

informan berusaha untuk menerima perubahan cara hidup tersebut

dengan mempelajarinya.

“Kalo dari turun kastanya sih enggak masalah….. toh juga

udah pacaran ya jadi saya ngerasa sudah siap untuk turun

kasta. Cuma itu aja ya prosesnya itu kan awal nikah dan turun

kasta agak sulit, dan membutuhkan waktu lama untuk

beradaptasi. Tapi saya terima perubahan cara hidup. Prinsip

saya dimana kaki dipijak, disitu langit dijunjung, saya ikutin

aja, saya belajar.” (S2, 294-299)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

102

Adanya kemauan dan dukungan anak, informan 2 mampu

melewati, menerima dan menyesuaikan dirinya terhadap keadaannya

saat ini. Informan 2 tidak menginginkan adanya konflik yang

berkepanjangan dalam hidupnya karena dapat membuatnya tidak

berkembang.

“Yaa sekarang saya sudah mampu lah ya menyesuaikan diri,

ya dengan menerima diri saya yang saat ini, keadaan seperti

ini, dan saya gak mau ada konflik lagi. Saya bisa ngelewatin

semua ini karena ada kembar ya, ni si kecil ngebuat saya bisa

bertahan.” (S2, 378-381)

c. Informan 3

1) Penerimaan Diri

Informan 3 adalah individu yang mampu menerima dirinya

sendiri setelah menikah dan turun kasta. Informan 3 ia mampu melihat

masa lalunya dengan perasaan positif yaitu dengan menganggap

bahwa pernikahan yang dilaluinya yang membuatnya turun kasta

merupakan jalan Tuhan sehingga informan 3 berusaha untuk

mengikhlaskan semua yang terjadi pada dirinya.

“Ya sedihlah yang pasti, dan emang di sisi lain mbak tu sedih

dan ngerasa bersalah sama orang tua mbak. Ngerasa gagal

tidak bisa mempertahankan kasta padahal sudah diwanti-wanti

dari dulu. Tapi bagi mbak, ini udah jalan dari Sang Hyang

Widi Wasa, Balian juga ngomong gitu. Mbak mencoba

mengikhlaskan semua dan meminta maaf kepada keluarga

terutama ajik sama ibu waktu itu.” (S3, 120-125)

Perasaan menyesal dan sedih dirasakan informan 3 karena

merasa bersalah kepada orang tuanya yang telah dikecewakannya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

103

namun informan 3 berusaha untuk ikhlas dan meminta maaf kepada

orang tua terutama ayahnya. Menikah dan turun kasta bukanlah hal

yang mudah untuk dilewati oleh informan 3, namun informan 3

berusaha untuk berpikir semua yang terjadi adalah bagian dari rencana

Tuhan yang harus ia lewati.

“Ada perasaan sedih ya, ya ampun ternyata susah, gak

gampang jadi cewek jaba. Tapi balik lagi, ini bagian dari jalan

Tuhan yang harus mbak jalani.” (S3, 152-154)

2) Hubungan positif dengan orang lain

Setelah menikah dan turun kasta, informan 3 tetap mampu

menjalin hubungan postif dengan orang lain. Hubungan positif yang

terjalin terutama antara informan 3 dan suami serta orang tuanya.

Informan 3 memiliki hubungan dengan perasaan kasih sayang dan

keintiman dengan suaminya, dimana informan 3 merasa suaminya

selalu mendukung dan membantu informan dalam melewati

perubahan yang terjadi pada dirinya karena turun kasta seperti

kebiasaan baru yang harus dijalaninya. Selain itu, informan 3 dan

suaminya juga selalu berbagi tugas dalam menjalankan tugas-tugas

rumah tangganya.

“Hubungan mbak dengan suami baik ya untuk saat ini. Seperti

yang tadi sudah saya bilang, suami saya selalu mendukung dan

membantu saya dalam melewati perubahan kebiasaan yang

sulit itu. Hehehee.... Dia selalu ada, kalau saya harus

menyiapkan keperluan adat di banjar tu, kan rempong sampe

sore, suami mbak bantu buat ngurus anak, bersihin rumah.

Yaaa kami partner in crime lahh. Hahahahah.. saling bagi

tugas aja.” (S3, 165-171)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

104

Selain memiliki hubungan yang positif dengan suaminya,

informan 3 juga memiliki hubungan positif dengan anaknya. Informan

3 juga memiliki hubungan yang hangat dengan anaknya dan menjadi

hal yang menyenangkan baginya ketika mengikuti tumbuh kembang

anaknya, serta mampu membuat informan 3 lebih kuat menjalani

perubahan hidup karena turun kasta. Informan 3 merasa memiliki

hubungan yang memuaskan dengan anaknya, dimana menurut

informan mengetahui perkembangan anak adalah waktu yang tidak

bisa diganti dan membuatnya merasa senang.

“Menurut mbak ni yaa, mengetahui perkembangan anak tu,

adalah waktu yang gak bisa digantiin dan bikin seneng.

Menurut mbak ini juga salah satu alasan kenapa mbak bisa

tetap kuat and gak mikirin kasta, yaa karena ada Kim.” (S3,

177-180)

Selain itu, anak juga menjadi salah satu alasan informan masih

tetap kuat dan tidak memikirkan kasta. Saat ini informan 3 merasa

memiliki hubungan positif yang memuaskan dengan keluarganya,

dimana ia merasa bahwa hubungannya dengan keluarga kecilnya

sangat membahagiakan.

“Pokoknya saat ini hubungan kami, keluarga kecil mbak,

sangat membahagiakan yaa.” (S3, 184-185)

Selain memiliki hubungan yang positif dengan keluarga

kecilnya, saat ini hubungan informan 3 dengan keluarganya sudah

mulai membaik. Orang tua informan 3 sudah dapat menerima keadaan

dan perubahan yang dialami informan. Hal tersebut terjadi semenjak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

105

informan 3 memiliki seorang anak, orang tua informan 3 kembali

menyayangi informan 3 dan anaknya.

“Alhamdulilah ya, sudah membaik. Hehehehe... ajik dan ibu

udah nerima sekarang. Semenjak ada Kim ni, mereka udah

kembali lagi yaa, sayang sama Mbak dan Kim.” (S3, 189-191)

3) Otonomi Diri

Setelah menikah dan turun kasta informan 3 mampu

mengevaluasi dirinya dengan standar personal. Informan mampu

mengevaluasi keadaan dirinya setelah menikah dan turun kasta.

informan menyadari hal apasaja yang akan ia terima ketika

memutuskan untuk turun kasta. informan menyadari bahwa peritiwa

turun kasta bukanlah hal yang mudah, namun menurut informan

dengan sikap legowo, menerima semua konskwensi dan mendapat

dukungan dari suami, informan 3 mampu melewati semua perubahan

dengan baik.

“Tidak gampang menjadi wanita Bali dengan segudang aturan

adat, apalagi tidak berkasta. Karena mbak sudah mengambil

keputusan, mbak saat ini adalah wanita yang sudah menikah

dan turun kasta, mau tidak mau mbak harus mempelajari

semuanya, mbak terima semuanya. Mbak mencoba legowo,

memang ini konsekuensinya kalau turun kasta. Mbak belajar,

beradaptasi dengan aturan adat maupun lingkungan suami

saya. Selain itu mbak beruntung punya suami yang sigap dan

selalu membantu mbak dalam menghadapi hal tersebut. Jadi

meskipun sulit, tapi sampai saat ini mbak bisa ngikutin dan

melakukan semuanya dengan baik.” (S3, 143-152)

4) Penguasaan Lingkungan

Informan 3 adalah seorang wanita yang mampu

mengendalikan lingkungan atau kegiatan-kegiatan yang kompleks

dalam hidupnya. Informan tahu dan merasa siap dengan perubahan-

perubahan karena turun kasta karena sudah mengambil keputusan

menikah dengan laki-laki yang kastanya lebih rendah darinya

“Yaahh perubahannya lebih kayak gitu. Mau tidak mau saya

harus jalanin yaa. Tidak gampang menjadi wanita Bali dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

106

segudang aturan adat, apalagi tidak berkasta. Karena mbak

sudah mengambil keputusan, mbak saat ini adalah wanita yang

sudah menikah dan turun kasta, mau tidak mau mbak harus

mempelajari semuanya, mbak terima semuanya. Mbak

mencoba legowo,.” (S3, 142-147)

Hal tersebut dapat dilihat ketika informan mampu menjalani

dan mempelajari berbagai aturan adat sebagai wanita yang turun

kasta. Informan 3 juga mampu berusaha agar dapat beradaptasi

dengan aturan adat maupun lingkungan baru informan.

“Mbak belajar, beradaptasi dengan aturan adat maupun

lingkungan suami saya. Selain itu mbak beruntung punya

suami yang sigap dan selalu membantu mbak dalam

menghadapi hal tersebut. Jadi meskipun sulit, tapi sampai saat

ini mbak bisa ngikutin dan melakukan semuanya dengan baik.”

(S3, 148-152)

Informan 3 mampu memilih dan menciptakan lingkungan yang

selaras dengan kondisi jiwanya. Hal tersebut dapat dilihat saat ia

berusaha untuk tidak memikirkan dan menghiraukan komentar buruk

orang lain yang membicarakan tentang dirinya. Informan 3 berusaha

memahami bahwa menilai seseorang merupakan hak pribadi setiap

orang.

“Buat saya, kalau orang yang ngomongin saya yang enggak-

enggak, itu urusan mereka, itu hak mereka kok.” (S3, 194-196)

5) Tujuan Hidup/Harapan hidup

Informan 3 berharap keadaan pernikahannya akan selalu

bahagia selamanya seperti yang dialaminya saat ini. Informan 3 juga

berharap bahwa dirinya dapat diterima secara untuh oleh keluarga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

107

besarnya di Puri dan turun kasta yang dialaminya tidak menjadi

masalah. Informan 3 juga ingin mendapatkan perlakuan yang sama

seperti seperti sebelum turun kasta dan diterima secara utuh tanpa

adanya penyesalan dari keluarga.

“Mbak berharap keadaan pernikahan, di rumah ni bakal kayak

gini terus. Amin. Harapannya pengen hidup enak aja, gak

aneh-aneh. Mau jadi orang apa ya… gak ribet lagi, gak usah

berurusan sama yang dipermasalahin sama keluarga besar gitu.

Kan saya setelah menikah belum ketemu sama keluarga besar

nih, pengen jadi hal yang biasa aja gitu lho. Keluarga besar

Puri gak mempermasalahin lagi, pengen yang apa ya, kayak

gak ada masalah kayak gini lagi. Perlakuannya pengen sama

seperti dulu gak ada yang berubah, gak ada penyesalan di

wajah mereka. Kalau keluarga besar pengennya sudahlah, gak

usah nangis lagi kalau lihat saya yang sekarang. Saya gak

pengen kayak gitu, saya pengen terima saya dengan keadaan

saya yang sekarang, jangan terlalu disesalin. Ya pengen

semuanya nerima. Pengen hidup seperti orang kebanyakan

menikah secara normal” (S3, 199-211)

6) Pertumbuhan Pribadi

Informan 3 memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap

perubahan-perubahan dalam hidupnya. Hal tersebut terlihat dari

pandangan informan yang menganggap bahwa tidak ada gunanya

berlarut-larut dalam penyesalan, karena ia mampu beradaptasi dengan

perubahannya. Selain itu, suaminya juga selalu mendukung sehingga

informan 3 merasa mampu untuk menghadapi perubahan karena turun

kasta.

“Menyesal ya ada sih, tapi saya tidak mau berlarut-larut ya.

Ngapain coba menyesal. Toh saya mampu beradaptasi dengan

perubahan saya, suami mbak mendukung, terus anak saya juga

lucu.” (S3, 159-161).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

108

d. Informan 4

1) Penerimaan Diri

Menikah dan mengalami turun kasta tidak membuat informan

merasa gagal dalam hidup, bahkan setelah menikah dan mengalami

turun kasta informan justru mampu mengatur dan menerima beberapa

aspek yang baik dan buruk dalam dirinya. Hal ini terlihat dari

informan yang meskipun tidak mampu mempertahankan kasta yang ia

miliki, namun disisi lain informan merasa bangga dengan keadaan

dirinya saat ini, dimana ia memiliki kehidupan yang sama bahagianya

dengan orang-orang berkasta tinggi lainnya. Hal tersebut juga

memperlihatkan jika informan memiliki sikap yang positif dalam

menilai hidupnya.

“Tapi kan tiang yakin tiang mungkin gagal disini menurut

mereka, tapi tiang bisa membanggakan dengan hal lain. Tiang

sadar sudah jadi orang sudra, tiang terima kok, tapi walaupun

begitu, tiang bangga sama diri tiang. Walaupun jadi sudra

astungkara, tiang tetep punya pekerjaan yang bagus dan hidup

tiang juga gak kalah bahagia sama orang yang berkasta tinggi

sekalipun.” (S4, 101-107)

2) Hubungan positif dengan orang lain

Setelah menikah dan mengalami turun kasta, informan 4 tetap

mampu membangun hubungan positif dengan orang lain. Hal ini

terlihat dari cara informan membina hubungan yang hangat dengan

suaminya.

“Hubungan kami baik yaa. Pernikahan ini pernikahan yang

cukup bahagia untuk tiang. Tiang beruntung dapat suami yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

109

bisa sigap membantu tiang dalam menjalankan rumah tangga”

(S4, 145-147)

Informan merasa memiliki hubungan yang membahagiakan

dengan suaminya. Bahkan setelah menikah suami informan tetap mau

membantu informan dalam menjalankan pekerjaan rumah tangga

ketika informan 4 sedang bekerja atau ada acara. Informan 4 juga

mampu mengerti, memberi dan menerima hubungan manusia. Hal ini

terlihat dari hubungan informan 4 dan suaminya yang mencoba untuk

saling mengerti dan membantu satu sama lain dalam menjalankan

tugas adat. Hubungan yang positif dengan suaminya adalah salah satu

alasan informan 4 tidak merasa sedih ketika dirinya mengalami turun

kasta.

“Kalau lagi sibuk acara adat, tiang juga sibuk di kantor, dia

juga yang menggantikan. Gitu juga sebaliknya” (S4, 149-150).

3) Otonomi Diri

Informan 4 merupakan individu yang tidak menggantungkan

diri pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting. Hal

tersebut terlihat dari cara informan 4 memutuskan sikapnya. Selain

itu, informan 4 juga mandiri dan mampu mengatur perilakunya sendiri,

yaitu menyadari bahwa dirinya sudah turun kasta dan menyesuaikan segala

perilakunya mengikuti aturan serta sanksi-sanksi yang harus diterimanya.

“Cuma kan kalau ke ajik enggak, tau diri aja. Kalau ke ibu

biasa aja. Tapi kalau tiang punya acara di rumah, acara adat, ya

gak boleh ya dikasi makanannya, itu udah kepercayaan.” (S4,

136-139).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

110

4) Penguasaan Lingkungan

Informan 4 merupakan seseorang yang mampu menguasai

lingkungannya. Ia mampu memilih dan menciptakan lingkungan yang

selaras dengan kondisi jiwanya. Hal tersebut terlihat ketika informan 4

tidak menanggapi penilaian buruk orang lain terhadapnya dan menilai

bahwa yang terpenting bagi hidupnya adalah kedua orang tuanya.

Informan 4 sudah merasa cukup jika orang tuanya sudah menerimanya

kembali dan hubungannya dengan orang tuanya membaik.

“Tapi tiang sih anggap itu angin lalu, yang penting orangtua

tiang tetap menerima tiang dan mereka baik-baik saja.” (S4,

127-129)

Kemampuan informan 4 dalam menciptakan lingkungan yang

selaras dengan kondisi jiwanya. Informan merasa bahwa ia tetap

mendapatkan hidup yang baik melalui orang-orang disekitarnya yaitu

anak-anaknya dan suami. Informan merasakan kebahagiaan hidup

bersama keluarga kecilnya,

“Walaupun tiang turun kasta, tiang tetep mendapatkan yang

terbaik di hidup tiang. Anak-anak yang lucu, pintar, suami

yang pengertian dan kami saling suport satu sama lain. Sampai

saat ini tiang bahagia dengan keadaan diri tiang dan kehidupan

tiang.“ (S4, 152-155)

Selain itu, kemampuan informan menciptakan lingkungan

selaras juga terlihat dari cara informan dalam menyelesaikan masalah

dengan suaminya. Informan 4 mampu memilih cara untuk

menyelesaikan masalah dengan suaminya yaitu menenangkan diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

111

masing-masing dan membicarakannya dengan baik-baik jika sudah

kondusif tanpa terlihat atau melibatkan anak dan orang lain.

“Tapi kami tu gimana ya, kalau marahan itu lebih baik pergi

dulu masing-masing, nanti kalau sudah enakan baru diomongin

baik-baik.” (S4, 158-160)

5) Tujuan Hidup/ Harapan hidup

Setelah menikah dan turun kasta, informan 4 tetap memiliki

harapan dan tujuan dalam hidupnya. Informan 4 berharap agar

kehidupan pernikahannya senantiasa bahagia dan ia juga berharap

menjadi seorang istri maupun ibu yang baik bagi anak-anaknya serta

dapat memberikan yang terbaik bagi keluarganya.

“Harapan tiang, tiang berharap bisa seperti ini terus, tetap bisa

menjadi seorang istri dan ibu yang baik. Memberikan yang

terbaik untuk keluarga tiang.” (S4, 166-168)

Selain tujuan, informan 4 memiliki pandangan yang

mengharapkan para wanita-wanita berkasta di Bali lebih membuka

wawasan dengan membaca dan mencari informasi mengenai makna

kasta yang sebenarnya dan tidak mengalami keterpurukan ketika

mereka mengalami turun kasta karena perkawinan. Informan 4 juga

berharap agar masyarakat Bali mau membuka diri dan mempelajari

sejarah kasta lebih mendalam sehingga perlakuan diskriminasi dapat

dihindari terhadap orang-orang yang turun kasta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

112

“Tiang berharap wanita-wanita berkasta di Bali mau membuka

mata untuk membaca dan mencari informasi, apa sih kasta itu,

dan tidak terpuruk kalau kalian turun kasta. (S4, 168-170)

Jadi lebih berharap orang-orang Bali lebih membuka diri dan

carilah informasi mengenai sejarah kasta, sehingga tidak ada lagi yang

namanya diskriminasi (S4, 173-175).

6) Pertumbuhan Pribadi

Merasa tidak adanya perubahan kebiasaan yang dihadapinya

meskipun turun kasta. Hal tersebut terjadi karena sebelum menikah

informan memiliki kehidupan yang modern yang tidak menerapkan

kasta. Meskipun tidak merasakan perubahan, informan tetap menjalani

perannya sebagai wanita berkasta rendah misalnya mempersiapkan

keperluan adat dan doa. Informan juga sudah terbiasa untuk berdoa

bersama dengan orang-orang dari kalangan kasta terendah (sudra).

Informan 4 tetap merasa bangga terhadap dirinya walaupun sudah

turun kasta tetap memiliki pekerjaan yang baik serta memiliki

kehidupan yang bahagia.

C. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan

Tabel 3.

Rangkungman Aspek PWB Keempat Informan

Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4

Penerimaan diri

Informan memiliki Informan memiliki Informan memiliki Informan memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

113

penerimaan diri

1. Peristiwa turun

kasta sebagai

bagian dari takdir

hidup yang harus

ia terima dan jalani

(S1, 176-181).

2. Berusaha untuk

mengikhlaskan

semua hal yang

telah terjadi pada

dirinya (S1, 188).

3. Sering merasa

menyesal dan

tekanan batin atas

apa yang sudah

terjadi pada

dirinya, namun ia

berusaha untuk

menerima dan

menjalani

semuanya yang

pada akhirnya

informan merasa

sudah terbiasa

dengan semua

perubahannya

tersebut (S1, 249-

251)

4. Informan

menyadari jika

dirinya adalah tipe

orang yang cukup

egois (S1, 270-

271).

penerimaan diri

1. Menyadari

peristiwa turun

kasta adalah bagian

yang harus ia lewati

dan ia berusaha

untuk menerima hal

tersebut. Bagi

informan semua hal

yang terjadi pada

dirinya adalah jalan

Tuhan yang

diberikan

kepadanya (S2,

317-321; 321-324).

2. Berusaha untuk

menerima segala

hal yang telah

terjadi pada dirinya

dan tidak ingin

melakukan

penyesalan secara

berlarut-larut (S2,

330-334).

penerimaan diri

1. Menikah dan turun

kasta adalah bagian

dari jalan Tuhan

dan ia berusaha

untuk

mengikhlaskan

semua kejadian

yang terjadi pada

dirinya (S3, 120-

125; 152-154)

penerimaan diri

1. Menyadari bahwa

dirinya tidak

mampu

mempertahankan

kasta yang ia miliki

(S4, 101-107).

2. Merasa bangga

dengan keadaan

dirinya saat ini,

dimana ia memiliki

kehidupan yang

bahagia sama

seperti orang-orang

berkasta tinggi

lainnya (S4, 101-

107).

Hubungan Positif dengan Orang Lain

1. Turun kasta, tidak

membuat

masyarakat dan

keluarganya

1. Turun kasta

menyebabkan

seluruh keluarga

informan marah

1. Hubungan

informan dengan

keluarganya sudah

mulai membaik.

1. Informan merasa

memiliki hubungan

yang

membahagiakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

114

berubah dan tetap

memperlakukan

informan seperti

orang berkasta (S1,

216-227).

2. Informan mampu

membangun

hubungan positif

dengan suaminya,

dimana suaminya

mampu mengerti

dan

memperlakukan

informan dengan

baik (S1, 269-271).

3. Keluarganya tetap

memperlakukan

informan sama

seperti dulu

sewaktu masih

berkasta (S1, 294-

296).

(S2, 229).

2. Saat ini informan

berusaha untuk

mengembalikan

hubungan positif

dirinya dengan

keluarga (S2, 396-

398).

3. Saat ini

hubungannya sudah

kembali membaik,

namun tetap saja

masih ada beberapa

keluarga yang

belum bisa

menerima informan

(S2, 395-396).

4. Hal terpenting bagi

informan adalah

hubungan antara

dirinya dengan

kedua orang tuanya

(S2, 454-455)

Menurut informan

kedua orang tuanya

sudah mampu

menerimanya

sekarang. Hal

tersebut terjadi

semenjak informan

memiliki seorang

anak, dimana orang

tuanya kembali

sayang terhadap

informan dan

anaknya (S3, 189-

191).

2. Suaminya selalu

mendukung dan

membantu

informan dalam

melewati perbahan

kebiasaan yang

terjadi di hidupnya

(S3, 165-171).

3. Informan dan

suaminya juga

selalu berbagi tugas

dalam menjalankan

tuga-tugas rumah

tangganya (S3,

165-171).

4. Mengetahui

perkembangan anak

adalah waktu yang

tidak bisa diganti

dan membuatnya

merasa senang (S3,

177-180).

5. Anak juga menjadi

salah satu alasan

informan masih

tetap kuat dan tidak

antara ia dan

suaminya (S4, 145-

147).

2. Setelah menikah

suami informan

tetap mau

membantu

informan dalam

menjalankan

pekerjaan rumah

tangga (S4, 145-

147).

3. Informan dan

suaminya mencoba

untuk saling

mengerti dan

membantu satu

sama lain dalam

menjalankan tugas

adat (S4, 149-150).

4. Memiliki hubungan

yang positif dengan

suaminya adalah

salah satu alasan

mengapa informan

tidak merasa sedih

ketika dirinya

mengalami turun

kasta (S4, 149-

150).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

115

memikirkan kasta

(S3, 177-180).

6. Informan merasa

keluarga kecilnya

sangat

membahagiakan

(S3, 184-185)

Otonomi diri

1. Informan mampu

membuat dan

mengambil

keputusan penting

untuk dirinya

sendiri setelah

turun yaitu mampu

memilih untuk

menjalani

perubahan hidup

setelah turun kasta

dibanding

menyesalinya.

Subjek mampu

memutuskan dan

memilih untuk

melakukan hal-hal

positif dalam

kehidupannya

setelah turun kasta

(341-356).

1. Sebagai seorang

wanita yang sudah

tidak berkasta

informan

menyadari hal

apasaja yang harus

ia lakukan dan ikuti

berdasarkan sanksi-

sanksi yang harus

diterima (S2, 480-

482)

1. Sebagai

seorang wanita

yang sudah

turun kasta,

informan

menyadari hal

apasaja yang

harus ia

lakukan dan

ikuti

berdasarkan

sanksi-sanksi

yang harus.

1. Sebagai

seorang wanita

yang sudah

tidak berkasta

informan

menyadari hal

apasaja yang

harus ia

lakukan dan

ikuti

berdasarkan

sanksi-sanksi

yang harus

diterima (S4,

136-139)

Penguasaan Lingkungan

1. Menuruti perkataan

orangtuanya untuk

membahagiakan

dan menebus

kesalahan informan

yang dahulu (S1,

190-197).

2. Kenakalan serta

kemanjaan anak

1. Menikmati

perannya sebagai

seorang ibu.

Bahkan perasaan

lelah dalam

mengurus anak

akan hilang begitu

saja ketika melihat

anaknya senang

1. Tidak menanggapi

penilaian buruk

dari orang lain (S3,

194-196).

2. Berusaha untuk

tidak memikirkan

dan menghiraukan

ketika ada orang

lain yang

1. Tidak

menghiraukan atau

menanggapi

penilaian buruk

orang lain (S4, 127-

129).

2. Hal terpenting

adalah kedua orang

tuanya sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

116

adalah salah satu

hal yang dapat

menghibur dan

membuatnya

senang (S1, 273-

275)

3. Berusaha untuk

menyelesaikan

masalah tersebut

sesegera mungkin

untuk menciptakan

kondisi yang

normal di

lingkungannya (S1,

288-292)

(S2, 384-386).

2. Menjalani

perubahan-

perubahan

kebiasaan tanpa

adanya dukungan

dari suami (S2,

244-245).

3. Informan berusaha

untuk mempelajari

perbedaan-

perbedaan

kebiasaan hingga

informan mampu

mengikutinya (S2,

300-305)

membicarakan

mengenai hal buruk

tentang dirinya.

(S3, 194-196)

3. Mempelajari

berbagai aturan

adat sebagai wanita

yang sudah tidak

berkasta (S3, 142-

147)

4. Merasa hingga saat

ini, ia mampu

melakukan

semuanya dengan

baik. Dukungan

suami sangat

berperan bagi

informan (S3, 148-

152).

menerimanya

kembali dan

hubungan mereka

sudah kembali

membaik. Selain itu

informan tetep

mendapatkan yang

terbaik di hidupnya

yaitu anak-anak

yang lucu dan

pintar serta suami

yang pengertian

dan saling suport

satu sama lain. (S4,

127-129; 152-155).

3. Ketika ada

masalah, berusaha

untuk

menenangkan diri

masing-masing,

setelah itu duduk

bersama dan

membicarakan

masalah yang ada

dan mencari solusi

untuk masalah

tersebut dan

berusaha untuk

mengembalikan

keadaan menjadi

lebih baik (S4, 158-

160).

Tujuan Hidup/Harapan Hidup

1. Memiliki hidup

yang lebih baik,

mampu

menyekolahkan

anak-anaknya

hingga menjadi

1. Berharap di masa

akan datang

informan tidak

mengalami

kekurangan secara

ekonomi (S2, 459-

1. Berharap keadaan

pernikahannya akan

selalu bahagia

seperti ini

selamanya (S3,

199-211).

1. Berharap agar

kehidupan

pernikahannya

senantiasa bahagia

dan ia juga

berharap menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

117

orang sukses dan

kelak bisa

membantu

keluarganya (S1,

306-317).

2. Mampu

mengajarkan

kepada anak-

anaknya

mengenai tata

cara adat Bali (S1,

306-317)

3. Mampu membeli

rumah sendiri

untuk keluarga

kecilnya di daerah

kota (S1, 306-

317).

4. Berharap untuk

mampu menjadi

wanita yang lebih

kuat walaupun

dirinya sudah

tidak berkasta lagi

dan bagi informan

hal tersebut

bukanlah masalah

(S1, 320-327).

5. Berharap untuk

memiliki usaha

sendiri di rumah,

seperti membuka

warung, sehingga

ia mampu

memantau

perkembangan

anak-anaknya dan

membantu

orangtuanya (S1,

320-327).

465).

2. Berharap agar

dirinya dapat

diterima oleh

lingkungan maupun

masyarakat tanpa

harus memandang

status dirinya yang

sudah turun kasta

(S2, 459-465).

3. Ingin orang lain

melihat bahwa

turun kasta

bukanlah hal yang

salah. Selain itu

informan dua juga

ingin melakukan

yang terbaik untuk

anak dan

keluarganya (S2,

459-465).

2. Informan 3 juga

berharap bahwa

dirinya dapat

diterima secara

untuh oleh keluarga

besarnya di puri

dan tidak

mempermasalahkan

kembali mengenai

keputusan informan

untuk menikah dan

turun kasta (S3,

199-211).

3. Ingin mendapatkan

perlakuan yang

sama seperti dulu

dan diterima secara

utuh sebagai

informan yang

sekarang tanpa

adanya penyesalan

dari keluarga (S3,

199-211)

seorang istri

maupun ibu yang

baik bagi anak-

anaknya serta

memberikan yang

terbaik bagi

keluarganya (S4,

166-168).

2. Berharap agar

wanita-wanita

berkasta di Bali

lebih membuka

wawasan dengan

membaca dan

mencari informasi

mengenai makna

kasta yang

sebenarnya dan

tidak mengalami

keterpurukan ketika

mereka mengalami

turun kasta karena

perkawinan (S4,

168-170).

3. Berharap agar

masyarakat Bali

mau membuka diri

dan mempelajari

sejarah kasta lebih

mendalam sehingga

perlakuan

diskriminasi dapat

dihindari pada

masyarakat yang

tidak berkasta (S4,

173-175).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

118

6. Informan merasa

optimis dalam

menyambut

hidupnya di masa

mendatang, dan

akan berusaha

untuk semua itu

(S1, 320-327).

Pertumbuhan Pribadi

1. Mengalami banyak

perubahan dalam

hidupnya, seperti

penyebutan nama

baik memanggil

keluarganya atau

ketika namanya

dipanggil tanpa

gelar, tidak bisa

makan bersama

orang tua dan

saudaranya yang

masih berkasta

tinggi serta tidak

dapat melakukan

sembahyang

bersama dengan

orang tua dan

saudara-saudara di

Puri (S1, 206-213).

2. Merasakan

beratnya perubahan

yang dialaminya

dan tetap mampu

beradapatasi

terhdap perubahan

dan menjalaninya

(S1, 206-213).

1. Mampu beradaptasi

terhadap

perubahan-

perubahan yang

dialaminya

meskipun dalam

waktu yang cukup

lama, karena tidak

ada dukungan dari

suaminya (S2, 378-

381).

2. Mempelajari

banyak hal sebagai

wanita yang

berkasta rendah

seperti menyiapkan

kebutuhan upacara

adat sendiri tanpa

bantuan suami (S2,

294-299).

1. Mampu beradaptasi

terhadap

perubahan-

perubahan dalam

hidupnya dengan

menghindari

penyesalan yang

berlarut-larut (S3,

159-161).

2. Ada dukungan dari

anak dan suaminya

membuat informan

lebih mudah dalam

beradaptasi (S3,

159-161).

1. Merasa tidak

adanya perubahan

kebiasaan yang

dihadapinya

meskipun turun

kasta. Hal tersebut

terjadi karena

sebelum menikah

informan memiliki

kehidupan yang

modern yang tidak

menerapkan kasta

2. Meskipun tidak

merasakan

perubahan,

informan tetap

menjalani perannya

sebagai wanita

berkasta rendah

misalnya

mempersiapkan

keperluan adat

Informan juga

sudah terbiasa sejak

sebelum turun kasta

untuk berdoa

bersama dengan

orang-orang dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

119

3. Bekerja membuat

informan

mempelajari

banyak hal dari

teman-temannya

(S1, 279-286).

4. Bekerja juga

sebagai tempat

refreshing (S1,

279-286).

kalangan kasta

terendah (sudra).

3. Informan tetap

bangga terhadap

dirinya walaupun

sudah turun kasta

karena memiliki

pekerjaan yang

baik serta memiliki

kehidupan yang

bahagia.

D. Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh, setelah menikah dan turun kasta,

informan 1, 2, dan 3 beranggapan bahwa peristiwa turun kasta merupakan

bagian dari jalan Tuhan yang diberikan dan harus mereka jalani. Selain itu,

ketiga informan juga berusaha untuk menerima dan mengihklaskan semua hal

yang terjadi. Pandangan bahwa peristiwa turun kasta merupakan bagian dari

takdir Tuhan menjadi wujud dari kepasrahan dari ketiga informan yang

menggambarkan adanya sikap positif informan terhadap diri sendiri. Selain

memandang peristiwa turun kasta sebagai jalan Tuhan, ketiga informan juga

mampu menerima dan mengihklaskan peristiwa yang sudah terjadi. Pada

informan 2, ia berusaha untuk tidak berlarut-larut dalam memikirkan

permasalahan yang sudah terjadi. Hal tersebut merupakan wujud dari

kemampuan ketiga informan dalam melihat masa lalu sebagai hal yang positif.

Sedangkan pada informan 4 gambaran adanya sikap positif ditunjukan dengan

pernyataan informan yang menyebutkan bahwa peristiwa turun kasta tidak

menghalangi dirinya untuk tetap memiliki kehidupan bahagia sama dengan

orang lain yang memiliki kasta lebih tinggi. Menurut Ryff (1989), sikap positif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

120

dan kemampuan melihat masa lalu merupakan karakteristik utama dari fungsi-

fungsi psikologis dalam hal penerimaan diri.

Disisi lain informan 1 menyadari bahwa dirinya adalah sorang wanita

yang egois dan informan 4 menyadari bahwa dirinya tidak mampu

mempertahankan kasta yang ia miliki, namun ia tetap bangga dan bahagia

terhadap dirinya yang saat ini. Hal tersebut menunjukan bahwa informan 1 dan

4 mampu menerima aspek baik maupun buruk pada dirinya. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan Ryff, (1989) yang menyebutkan bahwa seorang

individu yang mampu menerima dirinya sendiri yakni memiliki kemampuan

untuk menerima aspek baik maupun aspek buruk pada dirinya sendiri. Teori

rentang kehidupan menyebutkan bahwa penerimaan diri merupakan ciri

penting dari kesejahteraan psikologis.

Keputusan untuk menikah dan turun kasta memang menimbulkan

pertentangan antara keempat informan dengan keluarganya. Keempat keluarga

masing-masing informan sangat menyayangkan keputusan keempat informan

untuk turun kasta. Keluarga tidak menginginkan anak-anak wanita mereka

dianggap gagal ataupun dalam mempertahankan kasta mereka sehingga ketika

seorang wanita memutuskan untuk menikah dan turun kasta akan menimbulkan

konflik antara dirinya dengan orang tua, keluarga dan lingkungan sekitar yang

akan berpengaruh pada hubungan sosial mereka. Setelah menikah dan turun

kasta keempat informan berusaha untuk memperbaiki dan membangun kembali

hubungan mereka dengan keluarganya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

121

Informan 1 merasa keluarga dan masyarakat tetap mau menerima dan

memperlakukan informan sama seperti ketika informan masih berkasta. Saat ini

keluarganya mampu menerima keadaan informan 1 sebagai wanita yang sudah

tidak berkasta lagi. Bahkan keluarganya tetap memperlakukan informan sama

seperti dulu (S1, 294-296). Selain itu, informan 1 juga mampu membangun

hubungan positif dengan keluarga kecilnya. Menurut informan, suaminya

mampu mengerti, selalu membantu informan dan memperlakukan informan

dengan baik (S1, 269-271).

Pada informan 2, menikah dan turun kasta menyebabkan seluruh

keluarganya marah. Saat ini menurut informan hubungannya sudah kembali

membaik, namun tetap saja masih ada beberapa keluarga yang belum bisa

menerima informan (S2, 395-396). Bagi informan 2 yang terpenting adalah

hubungan antara dirinya dengan kedua orang tuanya (S2, 454-455). Disisi lain,

setelah menikah dan turun kasta, informan 2 cenderung tidak mampu

membangun hubungan positif dengan suaminya. Menurut informan 2,

suaminya tidak pernah memberi dukungan kepada informan dalam melewati

perubahan-perubahan akibat turun kasta. Selain itu suami informan juga

cenderung tidak pernah membela informan saat ia merasa tersudutkan ketika

mengalami kesulitan dalam melewati perubahan.

Setelah menikah dan turun kasta hubungan informan 3 dengan

keluarganya sudah mulai membaik. Menurut informan 3, kedua orang tuanya

sudah mampu menerima ia sekarang. Hal tersebut terjadi semenjak informan

memiliki seorang anak, dimana orang tuanya kembali sayang terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

122

informan dan anaknya (S3, 189-191). Selain mampu menjalin hubungan positif

dengan keluarganya, Hubungan positif juga terjalin antara informan dan

suaminya. Informan memiliki hubungan dengan perasaan kasih sayang dan

keintiman, dimana informan merasa suaminya selalu mendukung dan

membantu informan dalam melewati perbahan kebiasaan yang terjadi di

hidupnya. Selain itu, informan dan suaminya juga selalu berbagi tugas dalam

menjalankan tugas-tugas rumah tangganya (S3, 165-171). Informan juga

merasa memiliki hubungan yang memuaskan dengan anaknya, dimana menurut

informan mengetahui perkembangan anak adalah waktu yang tidak bisa diganti

dan membuatnya merasa senang (S3, 177-180). Saat ini informan 3 merasa

memiliki hubungan positif yang memuaskan dengan keluarganya, dimana ia

merasa hubungan antara ia dan keluarga kecilnya sangat membahagiakan (S3,

184-185).

Setelah menikah dan mengalami turun kasta, informan 4 tetap mampu

membangun hubungan positif dengan suaminya. Hal ini terlihat dari cara

informan membina hubungan yang hangat dengan suaminya. Informan merasa

memiliki hubungan yang membahagiakan antara ia dan suaminya. Bahkan

setelah menikah suami informan tetap mau membantu informan dalam

menjalankan pekerjaan rumah tangga (S4, 145-147). Informan 4 dan suaminya

selalu mencoba untuk saling mengerti dan membantu satu sama lain dalam

menjalankan tugas adat. Memiliki hubungan yang positif dengan suaminya

adalah salah satu alasan informan 4 tidak merasa sedih ketika dirinya

mengalami turun kasta (S4, 149-150). Keempat informan berusaha untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

123

memperbaiki hubungan mereka terhadap orangtua maupun keluarganya serta

kemampuan untuk membangun hubungan yang positif terhadap suami dan

keluarga kecilnya menunjukan bahwa keempat informan mampu membangun

hubungan positif terhadap orang lain. Menurut Ryff (1989), teori

perkembangan menyebutkan bahwa pentingnya memiliki kemampuan untuk

membangun relasi intim dengan orang lain dan pentingnya mengarahkan dan

membina hubungan dengan orang lain. Relasi positif dengan orang lain

merupakan hal yang penting dalam kesejahteraan psikologis.

Menurut Ryff (1989), otonomi diri juga salah satu dimensi yang

dibutuhkan seorang individu dalam mencapai kesejahteraan psikologisnya.

Menurutnya otonomi diri pada seorang ditunjukan dengan kemampuan seorang

individu menentukan dan memutuskan nasib sendiri, mandiri dan mampu

mengatur perilakunya sendiri (self determination). seorang individu diharapkan

agar tidak melihat dan mendasar pada persetujuan orang lain dalam

memutuskan sesuatu, tapi mengevaluasi diri sendiri dengan standar pribadi.

Data menunjukan informan 1, 2 dan 4 memiliki kemampuan memutuskan suatu

hal secara mandiri, informan 1, 2 dan 4 juga mampu mengatur perilakunya

sendiri serta mandiri dan mampu mengatur perilakunya sendiri Hal ini terlihat

dari bagaimana informan 2 dan 4 mampu mengatur, menyadari dan

menempatkan dirinya sebagai seorang wanita yang sudah tidak berkasta dan

sudah seharusnya mereka mengikuti aturan serta sanksi-sanksi yang harus diterima

(S2, 480-482; S4, 136-139). Sedangkan pada informan 1 otonommi terlihat ketika

informan mampu memilih dan menentukan prioritas mana yang harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

124

dilakukan setelah turun kasta, dan tidak menuruti penyesalannya (S1, 341-356).

Sedangkan pada informan 3 mampu mengevaluasi diri dengan standar

personal. Informan mampu mengevaluasi keadaan dirinya setelah menikah dan

turun kasta. informan menyadari hal apa saja yang akan ia terima ketika

memutuskan untuk turun kasta. informan menyadari bahwa aka nada banyak

perubahan-perubahan kebiasaan yang tidak mudah untuk dilakukan. Disisi lain

informan berpikir bahwa sikap legowo, menerima semua konskwensi dan

mendapat dukungan dari suami adalah cara bagi informan 3 mampu melewati

semua perubahan dengan baik.

Aspek penguasaan lingkungan ditandai dengan kemampuan seorang

individu menciptakan lingkungan yang selaras dengan kondisi jiwanya yang

bertujuan untuk pengembangan diri. Selain itu aspek penguasaan lingkungan

menekankan pada kemampuan individu dalam mengendalikan lingkungan yang

kompleks (Ryff 1989). Menikah dan turun kasta, 4 informan berusaha untuk

menciptakan dan mengelola lingkungan sesuai dengan keadaan psikologis

mereka. Informan 1 berusaha untuk menuruti semua perktaan orang tuanya, hal

tersebut dilakukan untuk menghilangkan perasaan bersalah pada diri informan.

Hal tersebut juga dilakukan informan untuk mengobati kekecewaan yang

dialami orang tuanya.

Kehadiran anak dalam pernikahan membuatnya senang dan terhibur

sehingga membantu informan 1 menciptakan kondisi yang selaras dengan

kondisi jiwanya. Informan 2 memilih untuk menikmati perannya sebagai

seorang ibu yang senang dan puas merawat anaknya, walaupun terkadang ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

125

perasaan lelah dalam mengurus kedua anak kembarnya. Sedangkan pada

informan 3 dan 4 menciptakan lingkungan yang selaras dengan kondisi jiwanya

dengan cara tidak menanggapi penilaian buruk dari orang lain mengenai

statusnya yang turun kasta.

Informan 1 dan 4 juga memiliki kemampuan dan kompetensi untuk

mengatur lingkungannya. Hal ini terlihat ketika kedua informan memiliki

masalah dengan suaminnya. Pada informan 1, ia akan memilih menyelesaikan

secara langsung permasalahan yang ada. Sedangkan pada informan 4, ia

memilih untuk menenangkan diri terlebih dahulu, setelah tenang mereka akan

berbicara dan menyelesaikan masalah tersebut. Menurut kedua informan,

masalah yang dibiarkan akan berdampak buruk pada kehidupan dalam rumah

terutama bagi anak. Informan 2 dan 3 memiliki kemampuan mengendalikan

lingkungan atau kegiatan-kegiatan yang kompleks dalam hidupnya. Informan 2

dan 3 berusaha mempelajari perubahan-perubahan kebiasaan yang harus

dijalaninya sebagai wanita yang berkasta rendah (sudra).

Seorang yang memiliki tujuan hidup ataupu harapan hidup yang jelas

merupakan ciri dari seorang individu yang berfungsi secara positif (Ryff 1989).

Lebih lanjut, individu yang berfungsi secara positif juga memiliki perasaan

akan arah yang semuanya berkontribusi terhadap perasaan bahwa hidup itu

bermakna. Bagi keempat informan menikah dan turun kasta bukan akhir dari

segalanya, keempat informan tetap optimis dalam membangun harapan-

harapan positif untuk kehidupan mereka. Terlebih pada informan 2, walaupun

informan 2 mengalami kesulitan dalam menjalani perubahan-perubahan karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

126

tidak adanya dukungan maupun bantuan dari sang suami, informan 2 tetap

memiliki harapan-harapan positif untuk kehidupan maupun keluarganya di

masa mendatang.

Aspek terakhir dari PWB adalah pertumbuhan pribadi. Menurut Ryff

(1989), untuk mencapai kesejahteraan psikologis yang positif, seorang individu

juga harus memiliki taraf fungsi psikologis optimal yang tidak hanya bertujuan

untuk pembentukan karakteristik-karakteristik tetapi juga harus

mengembangkan potensi dirinya untuk tumbuh dan berkembang sebagai

pribadi. Keterbukaan terhadap pengalaman, merupakan karakteristik kunci dari

orang sepenuhnya berfungsi. Turun kasta tidak menghalangi keempat informan

untuk tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang positif. Keputusan untuk

menikah dan turun kasta mengharuskan keempat informan menerima sanksi

adat yang cukup berat serta perubahan kebiasaan. Sanksi adat yang cukup

berat, tidak mengahalangi keempat informan untuk tumbuh dan berkembang.

Sebaliknya, keempat informan mampu belajar dan beradaptasi dari perubahan-

perubahan yang dihadapi dalam hidupnya. Informan 1 memiliki pertumbuhan

pribadi dalam beradaptasi akan perubahan dan memiliki pandangan bahwa

dirinya selalu berkembang.

Pada informan 2, ia mengalami perubahan yang cukup signifikan di

hidupnya. Tidak adanya dukungan dari suami maupun keluarga, menyebabkan

informan sedikit lebih lama untuk dapat beradaptasi dengan hal tersebut.

Namun disisi lain informan berusaha untuk menerima perubahan cara hidup

tersebut dengan mempelajarinya. Dukungan dari anak, adalah salah satu hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

127

yang membuat informan mampu melewati, menerima dan menyesuaiakan

dirinya teradap keadaan informan saat ini. Informan 3 juga mampu

berkembang dan tumbuh setelah menikah dan turun kasta, hal ini terlihat dari

pernyataan informan yang menyatakan bahwa dirinya tidak ingin menyesal

secara berlarut-larut, baginya untuk apa melakukan penyesalan berlarut-larut

ketika dirinya mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang ada.

Pada informan 4, ia tidak merasakan adanya perubahan yang signifikan

setelah menikah dan turun kasta. Hal tersebut dikarenakan sebelum menikah

informan 4 memiliki kehidupan yang modern, sehingga perubahan kebiasaan

tidak dirasakan oleh informan empat. Selain itu setelah menikah dan turun

kasta informan 4 juga mampu mengembangkan potensi dirinya, Hal ini terlihat

dari pernyataan informan yang menyebutkan bahwa ia merasa bangga terhadap

dirinya, dimana walaupun ia sudah turun kasta, ia tetap memiliki

karir/pekerjaan yang baik serta memiliki kehidupan yang bahagia.

Dapat disimpulkan bahwa keempat informan memenuhi 6 karakteristik

kesejahteraan psikologis milik Ryff, dimana hal tersebut menunjukan bahwa

keempat informan memiliki kesehatan psikologis yang mengarah ke arah

positif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

128

Skema. Gambaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

34

kesejahteraan psikologis pada wanita yang mengalami turun kasta karena pernikahan di Pulau Bali

Wanita yang

mengalami turun

kasta karena

pernikahan di

Pulau Bali

Kondisi umum:

1. Kehilangan

nama

kebangsawanan

2. Dikucilkan oleh

keluarga besar

3. Mengalami

perubahan

kehidupan dan

menjalani segala

adat sebagai

seorang wanita

yang berkasta

sudra (kasta

terendah)

Penerimaan diri

Hubungan positif

dengan orang lain

Otonomi

Penguasaan lingkungan

Tujuan /harapan

hidup

Pertumbuhan Pribadi

Menerima dan mau menjalani perubahan-perubahan kebiasaan

akibat peristiwa turun kasta

Menyadari bahwa turun kasta adalah takdir dan jalan Tuhan

yang harus dijalani.

Dapat membangun kembali hubungan baik terhadap orang tua,

saudara dan keluarga besar

Dapat menjaga hubungan dengan masyarakat dan lingkungan

Dapat memutuskan dan memilih hal-hal yang perlu dan tidak

perlu dilakukan, tidak larut dalam penyesalan

Dapat mengatur perilaku sesuai dengan kasta yang disandang

saat ini serta mampu mengevaluasi diri sendiri

Dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan akibat

turun kasta dan peraturan adat baru sesuai kastanya

Tidak terpancing dan terbawa emosi dengan hal-hal negatif

yang didengarnya serta mengatasi masalah dengan kepala

dingin

Meningkatkan dan memperbaiki relasi dengan keluarga serta

kualitas hidup.

Berharap agar masyarakat lebih terbuka serta mampu menerima

mereka sebagai individu yang sama tanpa memandang tinggi

rendahnya kasta .

Mau dan mampu belajar dan beradaptasi dari perubahan-

perubahan yang dihadapi dalam hidupnya.

Turun kasta tidak menghalangi informan untuk tetap mampu

memiliki karir atau pekerjaan yang sama dengan wanita-wanita

lainnya.

Menunjukkan adanya

kesejahteraan psikologis

ke arah yang positif pada

Wanita yang mengalami

turun kasta akibat

pernikahan di Pulau Bali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

130

E. Integrasi Hasil PWB dengan Narasi

Kisah keempat informan dilukiskan sebagai kisah yang bernuansa

progresif/optimistik, dimana progresif memiliki arti bahwa kehidupan

dideskripsikan bergerak ke arah suatu tujuan. Kisah dimulai ketika keempat

informan masih berstatus sebagai wanita berkasta. Menjadi seorang wanita

berkasta, bukanlah hal mudah bagi keempat informan. Banyaknya aturan adat

yang terkadang membatasi keempat informan dalam berelasi sosial. Pada

informan 1, 3 dan 4 sedikit mendapatkan kelonggaran dalam berelasi dan

berkegiatan di luar rumah. Menurut ketiga informan yang terpenting adalah

mereka mengingat aturan-aturan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan

sebagai seorang wanita berkasta. Sedangkan pada informan 2, keluarga

informan selalu berusaha untuk menekankan bahkan membatasi relasi informan

dengan teman-temannya. Salah satu aturan yang harus dipatuhi oleh keempat

informan adalah menikah dengan lelaki yang memiliki kasta sama/sederajat.

Disisi lain keempat informan juga mendapatkan perlakuan yang

istimewa dari lingkungan maupun masyarakat sekitar. Hal tersebut

menimbulkan perasaan bahagia pada keempat informan. Walaupun

mendapatkan perlakuan khusus, menurut keempat informan, sudah seharusnya

mereka memperlakukan hal sama kepada seluruh orang, dimana mereka

mengganggap bahwa setiap manusia memiliki kedudukan yang sama.

Kisah dilanjutkan dengan memutuskan untuk menikah dan turun kasta.

Turun kasta bukanlah hal mudah bagi keempat informan, dimana keempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

131

informan harus menentang keluarga maupun aturan adat yang berlaku.

Informan 1 memilih untuk menikah secara diam-diam, begitu juga dengan

informan 2 yang menikah karena diculik dan adanya sedikit pemaksaan.

Sedangkan pada informan 3 dan 4, menikah karena hamil terlebih dahulu.

Keputusan yang diambil oleh keempat informan menimbulkan konflik dan

pertentangan dari keluarganya masing-masing. Selain menimbulkan konflik

dengan keluarga, informan juga akan mendapatkan penilaian negatif dari

masyarakat.

Menikah dan turun kasta juga akan berdampak pada kehidupan keempat

informan. Informan akan dihadapkan pada status baru pada dirinya, perubahan-

perubahan kebiasaan hingga perubahan cara hidup yakni sebagai wanita sudra

(kasta terendah). Ketika keempat informan tidak mampu mengatasi perubahan

serta konflik yang timbul akibat turun kasta maka akan berdampak negatif pada

diri keempat informan. Dampak negatif tersebut seperti munculnya perasaan

marah, stres hingga depresi. Seperti diketahui bahwa perasaan sakit hati atau

marah tentu akan berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis seorang

individu. Hal ini di dukung oleh Wahyuningsih & Surjaningrum (2013) yang

menyebutkan bahwa keadaan depresi, stress dan marah adalah situasi yang

akan berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis seorang individu.

Berdasarkan kesimpulan yang peneliti buat mengenai definisi

kesejahteraan psikologis yang tinjauan dari teori adalah istilah yang digunakan

untuk menggambarkan kesehatan psikologis individu berdasarkan pemenuhan

6 dimensi miliki Ryff yang dikembangkan dari konsep psikologi positif milik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

132

para ahli. Enam dimensi tersebut adalah penerimaan diri yang positif,

hubungan positif dengan orang lain, otonomi diri, kemampuan dalam

pengelolaan lingkungan sosial, memiliki tujuan hidup dan pengembangan diri.

Ketika seorang individu mampu membentuk 6 dimensi pemenuhan

kesejahteraan psikologis milik Ryff, maka dapat dikatakan individu tersebut

memiliki kesehatan psikologis yang positif. Pada penelitian ini keempat

informan mampu membentuk 6 dimensi PWB ke arah yang positif. Sehingga

tak heran jika informan 1, 2, 3 dan 4 memiliki narasi yang bernuansa

progresif/optimistik yaitu memiliki suatu arah tujuan yang jelas, dimana

keempat informan tetap mampu bertahan menghadapi perubahan akibat turun

kasta. Selain itu keempat informan juga tetap memiliki harapan serta tujuan

hidup yang positif untuk diri maupun keluarganya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

133

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap keempat

informan adalah:

1. Pada informan 1, 2 dan 3 memiliki penerimaan diri berupa sikap positif, dan

kemampuan melihat masa lalu sebagai hal yang positif. Seain sikap positif

dan kemampuan melihat masa lalu sebagai hal yang positif, informan 1 dan

4 juga mampu menerima aspek baik maupun buruk pada dirinya.

2. Keempat informan memiliki kemampuan dalam membangun hubungan

positif dengan orang lain. Kemampuan keempat informan dalam

membangun hubungan positif dengan orang lain ditunjukan dengan

berusaha membangun kembali hubungan yang positif dengan keluarganya

setelah adanya peristiwa turun kasta yang menimbulkan konflik. Selain

dengan keluarga, informan 1, 3 dan 4 juga memiliki hubungan yang positif

dengan suami dan keluarga kecilnya.

3. Dari keempat informan, 3 informan yaitu informan 1, 2 dan 4 memiliki

otonomi diri juga mampu mengatur perilakunya sendiri, sedangkan

informan 3 tidak terlihat adanya otonomi diri

4. Penguasaan lingkungan ketiga informan ditunjukan dengan kemampuan

keempat informan dalam menciptakan dan mengelola lingkungan sesuai

dengan keadaan psikologis mereka. Disisi lain Informan 1 dan 4 juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

134

memiliki kemampuan dan kompetensi untuk mengatur lingkungannya.

Sedangkan pada informan 2 dan 3 memiliki kemampuan mengendalikan

lingkungan atau kegiatan-kegiatan yang kompleks dalam hidupnya.

5. Keempat informan adalah seorang individu yang memiliki tujuan hidup

ataupu harapan hidup. Bagi keempat informan menikah dan turun kasta

bukan akhir dari segalanya, keempat informan tetap optimis dalam

membangun harapan-harapan positif untuk kehidupan mereka. Harapan

keempat informan adalah memiliki kehidupan yang lebih baik dan berharap

jika masyarakat mampu menerima informan sebagai wanita yang turun

kasta sama seperti wanita lainnya.

6. Turun kasta tidak menghalangi informan 1, 2 dan 3 untuk tetap mampu

tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang positif. Ketiga informan tetap

mampu belajar dan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang

dihadapi dalam hidupnya akibat turun kasta. Sedangkan pada informan 4, ia

tidak merasakan adanya perubahan yang signifikan setelah menikah dan

turun kasta. Hal tersebut dikarenakan sebelum menikah informan 4

memiliki kehidupan yang modern, sehingga perubahan kebiasaan tidak

dirasakan oleh informan empat. Disisi lain informan 4 justru mampu

mengembngkan potensi dirinya dengan memiliki pekerjaan yang cukup baik

serta kehidupan yang bahagia.

Kemampuan keempat informan dalam membentuk 6 dimensi PWB

ke arah yang positif juga berpengaruh pada narasi kehidupan informan

dimana keempat informan memiliki narasi yang bernuansa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

135

progresif/optimistik yaitu memiliki suatu arah tujuan yang jelas. Keempat

informan tetap mampu bertahan menghadapi perubahan akibat turun kasta.

Selain itu keempat informan juga tetap memiliki harapan serta tujuan hidup

yang positif untuk diri maupun keluarganya.

B. Saran

1. Bagi wanita yang turun kasta

Pada wanita yang mengalami turun kasta diharapkan memiliki

pikiran yang terbuka dalam mengahadpi peristiwa turun kasta. Pikiran yang

terbuka akan mempermudah seorang wanita yang mengalami turun kasta

dalam membangun kesejahteraan psikologisnya. Peristiwa turun kasta tidak

akan membatasi seorang wanita untuk tetap berkarya dan membangun

harapan-harapan yang sama dengan wanita lainnya. Wanita yang sudah

turun kasta juga tetap memiliki kesempatan yang sama dengan wanita-

wanita lainnya untuk mencapai kesejahteraan psikologis maupun

kebahagiaan di dalam hidup mereka. Ketika wanita Hindu Bali mengalami

turun kasta diharapkan agar tidak melakukan penyesalan yang berlarut-larut.

2. Bagi masyarakat Bali

Masyarakat Bali sebaiknya mampu menerima dan memberi

dukungan kepada wanita yang mengalami peristiwa turun kasta. Diamana

adanya penerimaan serta dukungan positif dari masyarakat dapat membantu

wanita yang mengalami turun kasta membangun kesejahteraan psikologis ke

arah yang positif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

136

3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang melihat

gambaran PWB pada wanita yang mengalami turun kasta pada setiap

lapisan kasta, mulai dari Brahmana, Ksatria, Weisya, dan Sudra. Selain

melihat gambaran PWB, peneliti selanjutnya juga diharapkan melihat

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terbentuknya PWB, serta melihat

keterkaitan antara faktor pembentuk PWB dengan narasi kehidupan masing-

masing informan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

137

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. Abu, Drs. dan Sholeh, Munawar, Drs. (2005). Psikologi

Perkembangan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Budawati, Nengah dkk. 2011. Buklet Seri Adat Payung Adat untuk Perempuan

Bali. Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan untuk Keadilan (LBH

APIK) Bali dan Komunitas untuk Indonesia yang Adil dan Setara (KIAS).

Brown, K. W. & Ryan, R. M. (2003). The Benefit Of Being Present: mindfull and

Its Role in Psychological Well-Being. Journal Of Personality and Social

Psychology, Vol. 84, No.4, 822-848

Christie, Yohana dkk. 2013. “Perbedaan Kesejahteraan Psikologis Pada Wanita

Lajang Yang Ditinjau Dari Tipe Wanita Lajang”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Volume. 2 NO 1. Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Creswell, J.W. 2013. Research Design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan

mixed edisi ketiga.Yogyakarta: Pustaka pelajar.

. 2012. Education Research, Planning, Conducting and Evaluating

Quantitative and Qualitative Research. 4th edition. Boston: Pearson

Dewi, Puspa. 2003. “Perubahan Identitas Wanita Brahmana Yang Turun Kasta

Menjadi Sudra Karena Perkawinan”. Program Sarjana. Universitas Sanata

Dharma. Yogyakarta.

Diantha, Pasek, Wisanjaya. 2010. Kasta Dalam Perspektif Hukum dan Ham.

Denpasar: Udayana University Press.

Nasution. 2003. Metode Research, Jakarta : PT. Bumi Aksara. 142

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

138

Ryff & Keyes, C. L. M. (1995). The structure of psychological well-being

revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69(4), 719–727.

Ryff, C.D. 1989. Happiness Is Everything, or Is It? Exploration on the meaning of

Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology,

Vol 57, 6, 1069-1081.

Poerwandari. 1998. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.

Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan

Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Smith, J. A. (2009). Psikologi Kualitatif: Panduan Praktis Metode Riset.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Utari, Sri. 2006. “Mengikis Ketidakadilan Gender Dalam Adat Bali”. Temu

Ilmiah II Asosiasi Pengajar dan Peminat Hukum Berspektif Gender se

Indonesia (APPHGI).

Wahyuningsih, Agustin & Surjaningrum. 2013. “Kesejahteraan Psikologis pada

Orang dengan Lupus (Odapus) Wanita Usia Dewasa Awal Berstatus

Menikah”. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 2 No.01.

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Wijana, Putur. 2004. Cerita rakyat dari Bali: beberapa kejanggalan linguistis.

Jurnal humaniora. XVI (1).

Wirawan, Apdila. 2012. Sikap Diskriminatif Orang Bali. diunduh pada tanggal 2

Oktober 2014. http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/20/kasta-sikap-

diskriminatif-orang-bali-472649.html

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

139

Zangmo, Tshoki. ( --). Psychological Well-being: Gross National Happiness

Survey Findings. Information and Media Officer, The Centre for Bhutan

Studies.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

140

Lampiran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

141

Table 1. Waktu dan Tempat pengambilan Data

Pelaksanaan

Penelitian

Informan I Informan G Informan A Informan S

Wawancara 1 2 Juni 2014

Pkl.13.00-14.45

Wita

Di rumah

informan

5 Juni 2014

Pkl. 11.00-

12.30

Wita

Di rumah

informan

8 Juni 2014

Pkl. 17.00-

18.00

Wita

Di rumah

informan

11 Juni 2014

Pkl. 18.00-

19.30

Wita

Di rumah

informan

Wawancara 2 3 Juni 2014

Pkl. 11.00-

12.00

Wita

Di rumah

Informan

6 Juni 2014

Pkl. 11.00-

13.45

Wita

Di rumah

informan

9 Juni 2014

Pkl. 15.00-

16.30

Wita

Di rumah

informan

12 Juni 2014

Pkl. 18.00-

19.00

Wita

Di rumah

informan

Wawancara 3 4 Juni 2014

13.00-14.15

Wita

Di rumah

informan

7 Juni 2014

Pkl. 11.00-

12.30

Wita

Di rumah

informan

10 Juni

Pkl. 18.00-

19.30

Wita

Di rumah

informan

13 Juni 2014

Pkl. 18.00-

19.00

Wita

Di rumah

informan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

142

CODING INFORMAN 1

No Transkrip wawancara

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Penanya: selamat siang mbak, langsung saya mulai aja ya mbak.

Hehehe... Mbak bisa ceritain gak latar belakang diri dan keluarga

mbak?

Subjek: Siang juga mbak. Hmmm gimana yaa, mbak tu anak ke dua dari

dua bersaudara ya. Mbak tu dulu kastanya Anak Agung. Mbak sudah

menikah 4 tahun dan mempunyai 2 anak, yang satu umur 2 tahun dan

yang satu baru 1 minggu. Hehehe.. mbak saat ini bekerja di klinik

kecantikan gek, yaa sudah lama lah. Naaa... kakak mbak itu cowok,

belum nikah, mbak malah duluin dia, hehehe.... Baik banget, dia

sayang sekali sama mbak, selalu bantuin mbak, perhatian gitu sama

mbak.

Penanya: Terus mbak, keluarga mbak?

Subjek: Mbak tu dari keluarga Anak Agung Puri Kuta. Keluarga besar

mbak tu sangat menghormati kasta, bahkan cenderung fanatik gitulaah.

Hehehe.... Karena kan dipandang sama masyarakat ya. Kalau orang tua

mbak sendiri yaa, mereka gak terlalu fanatik soal kasta, cuma mereka

berharap biar mbak bisa dapat nikah gitu sama cowok yang kastanya

juga Anak Agung juga. Tapi kalau soal berteman gitu, mereka

cenderung enggak batesin ya, asalkan tu mbak sadar diri siapa mbak,

mereka juga welcome kok sama temen-temen mbak yang gak berkasta.

Yang penting berperilaku sesuai kasta dan sesuai aturan adat aja. Mbak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

143

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

sama ajik (bapak), sama ibu, tu deket yaa, paling deket sama ajik.

Mungkin anak cewek. Ajik, kakak tu perhatian semua. Hehehehe... tapi

kalau ngenalin pacar dibawa ke Puri gitu mbak gak berani, bahkan

sama suami mbak ini gak pernah tak bawa ke puri selama pacaran.

hehehehe

Penanya: Mbak bisa ceritain gak kasta tu gimana menurut mbak?

(Maaf sebelumnya mbak)

Subjek: Eeemm.... kasta saya dulu kan Anak Agung, yaa kasta itu penting

karena kan itu dari orang tua, dari leluhur kita gitu. Jadi kita tu juga tu

harus hargain kastanya kita, ngehargain gininya orang tua

Penanya: owh gitu, terus gimana mbak rasanya jadi cewek berkasta

waktu itu?

Subjek: biasa aja sih, nyantai aja kayak orang-orang biasa sama aja gitu.

Tapi yaa walaupun begitu, saya tetap sadar dan menghormati jika kasta

adalah warisan leluhur sudah mengalir di darah saya,,,, karena apapun

itu warisan leluhur kan.. yaa, jadi orang berkasta buat saya biasa aja,

sama-sama manusia kan dan kebetulan temen-temen saya kebanyakan

gak berkasta.

Penanya: owh berarti mbak ngerasa biasa saja ya, sama kayak yang

lain, maksudnya sama kayak masyarakat yang tidak berkasta gitu

ya?

Subjek: iyaa, saya ngerasa sama aja sama mereka.., kan sama-sama

manusia... hehehe.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

144

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

Penanya: Mbak sebagai wanita berkasta waktu itu, masyarakat sekitar

bagaimana memperlakukan mbak?

Subjek: Ya temen-temen saya itu, kita tu saling menghormatin antara saya

dengan temen, temen juga menghormatin saya. Tetapi saya tu gak

harusin mereka ke saya ni kastanya Anak Agung harus dihormatin.

Memang saya tu nganggepnya biasa aja, tetapi mereka tu, temen-temen

saya tau saya orang berkasta jadi mereka juga menghormatin saya, yaaa

mereka gak ngomong kasar ke saya tu enggak, kayak ngomong bali tu

kayak kamu, ci tu, temen-temen gak gitu. Mereka panggil nama saya,

kalau mereka dengan sesamanya yaa kasar, sama saya gaklah ngomong

kasar gitu. Kalo ngomong kayak kata-kata naskleng, bangsat gitu kan

kasar di Bali. Naaah.. orang-orang itu gak gitu ke saya. Mereka lebih

menghormati. Kalau mereka kan suka ngomong kasar seenaknya, kalau

sama saya enggak. Disamping itu juga misalkan kita makan tu, kalau

temen-temen habis dimakan temen kan diminta dikasih, kalau temen-

temen ke saya mereka gak berani menawarkan, “kamu mau? Kalau

mau beli nae”,,, jangan minta carikan bahasa Bali-nya. Selain itu juga

kayak temen-temen mau kemana ya kemana aja yang penting kita jaga

aja. Emang saya orang berkasta, saya nyante aja. Saya gak memandang

ini lo saya orang Agung. Ndaak...biasa ajaaa kayak orang-orang normal

sama temen-temen gitu. Cuma ya bedanya ketika saya tu sebagai

wanita berkasta, saya tu lebih gimana yaa…lebih disegani aja sama

orang-orang sekitar. Yaa… saya dihormatin, dijaga banyak orang, yaa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

145

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

disayanglah.

Penanya: Owh… berarti memang diperlakukan lebih khusus gitu ya

mbak sama masyarakat. Mbak ketika diperlakukan khusus gitu,

kasta itu berpengaruh gak di kehidupan mbak?

Subjek: yaa bisa dibilang gitu yaa, hehehe....Sebenernya sih tidak terlalu

berpengaruh sih gek. Biasa aja sih, nyantai aja kayak orang-orang biasa

sama aja gitu. Karena saya sadar saya itu berkasta, tapi bukan berarti

saya lebih hebat dari yang lain karena dari hal-hal lain itu sama aja.

Cuma beberapa perlakuan kami, orang berkasta kan lebih yaaa gitu

dah, dihormatin. Saya tu sebagai wanita berkasta, tapi saya gak pernah

nuntut kok mereka buat menghormati saya. Tapi tetep aja mereka sadar

siapa saya, dan saya juga gitu, tetep menghormati mereka. Kalo

kehidupan sehari-hari sih menurut saya sama aja, kyk kerjaan, sekolah

dulu, sama aja. Cuma ya spesialnya nih gek, saya berkasta, terus

nyebutin nama, ngomong gitu yaa, tapi saya sih biasa aja, yang penting

saya juga baik gak pernah nuntut buat diperlakukan kayak gitu. Karena

menurut saya pada dasarnya sama. Jadi saya tu nyobaa gimana ya, ikut

membaur, tapi tetep harus sesuai aturan adat yaa...hehehe

Penanya: owh gitu, berarti bisa dibilang tidak terlalu berpengaruh ya

mbak? Hmmm.. trus gimana perasaan mbak ketika menjadi

wanita berkasta mbak?

Subjek: Iya, gak ngaruh, sama aja. Hehehe......Di Jero aja kan kita emang

dipandang sama masyarakat kalau kita Anak Agung. Jadi walaupun ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

146

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

perlakuan lebih dihormati atau apa, itu saya ngerasaa gak bangga atau

apa, karena itu kan sudah tradisinya. Yaa pokonya nyante ajaa gitu.

Tapi yaa ada perasaan senang juga, apalagi waktu-waktu di rumah, di

Puri, di Jero, mereka menghormati kita…… dan saya ngerasa dihargain

aja dengan adanya perlakuan yang seperti itu

Penanya: Mbak, bisa ceritain gak, gimana awal mulanya mbak

memutuskan untuk menikah (sebelumnya maaf ya mbak, agak

sensitif)?

Subjek: Naah... waktu akan menikah dulu tu sebenernya saya gak minta

izin sama orangtua kalau saya mau menikah. Emang saya tu sudah

pacaran sama dia lima tahun tapi sembunyi-sembunyi. Orang tua ni gak

tau saya punya pacar. Kalau saya biasa main ke rumahnya dia, tapi dia

yang jarang main ke rumah. Dulu kan saya tinggal di Tuban, di purinya

itu. Emang dia kesana tapi dia gak pernah masuk dan gak pernah

memperkenalkan diri. Jadi… waktu itu emang saya pamit dengan orang

tua bilang pergi jalan-jalan sama temen. Ya udah emang perasaan ajik

saya waktu itu udah gak enak. Ajik, terutama kan ajik deket sama saya,

dia itu mimpi kalau sandalnya tu hilang satu. Waktu itu ada rainan, ajik

saya lagi sembahyang, saya pamitan sama dia. Saya bilang saya mau

jalan-jalan sama temen. Kebetulan diijinkan sama beliau kan. “Ya udah

sana nae”. Sebenernya waktu saya berbohong bilang mau jalan-jalan tu

ada perasaan gak enak, takut, tapi tetap harus saya jalani karena kan

semuanya sudah disiapin disana banten dan upacaranya. Kalau masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

147

114

115

116

117

118

119

120

121

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

136

137

baju atau pakaian itu saya emang sudah packing dari dulu. Yaaaa.. ini

kawin lari jadi gak ada yang tau kalau saya nikah. Waktu itu semua lagi

pergi, kakak sama ibu lagi kerja. Cuma ada ajik aja di rumah, waktu

itupun saya bikin perjanjian sama calon suami waktu itu, mau

ketemuan dimana gitu biar dijemput. Habis itu kita ketemuan di depan

Simpangsiur. Naaa.. disana deh kita ketemuan langsung ke Singaraja

sama dia. Disanalah proses upacara nikahnya. Nanti disana tu kepala

desanya, dia, sama pemangkunya itu harus ke Kuta cari orang tua saya,

cari keluarga saya memberi tahu kalau saya sudah menikah di

Singaraja. Emang saya kalau mau kemana-mana tu temen yang jemput

kesini nanti saya dimana ketemuan sama suami saya. Saya nikah lari tu

karena saya takut. Kan dulu tu sudah dikasih tau sama keluarga kalau

bisa cari yang sekasta, tapi kenyataannya saya gak dapet yang sekasta.

Tapi saya mikir ngapain saya cari orang berkasta toh gimana juga kalau

ujungnya saya nanti gak bahagia. Saya sudah ketemu dia sudah lama.

Saya ngerasa cocok, dia sudah ngertiin saya gitu. Waktu itu yang saya

rasain.

Penanya: pas orang tua dan keluarga mbak tahu, gimana

tanggapannya mbak?

Subjek: Pas tau emang sih semua agak shock yaa termasuk keluarga besar,

apalagi ibu saya kan dia lemah, pasti dia nangislah seharian. Kalau ajik

saya itu emang anaknya agak keras jadi gak bisa ngomong waktu itu,

diem aja. Keluarga saya yang di Puri waktu itu yang malah heran, itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

148

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

kok bisa nikah, kan gak pernah bilang kalau punya pacar. Kalau

lancong aja sama temen-temen cewek aja kan. Mereka tu kagetnya kok

nikah gak bilang-bilang, kok gak pernah cerita punya pacar. Kok

ngambil jalannya yang kayak gini, gak terus terang. Sebenernya

mereka gak marah, cuma kaget aja terus langsung telpon saya. Cuma

saya gak mau angkat telpon karena saya sudah tau mereka pasti kaget.

Gimana ya, kayak ada beban dah disana gitu. Mereka tu kagetnya kok

nikah gak bilang-bilang, kok gak pernah cerita punya pacar. Akhirnya,

pemangku, kepala desa dan tetua desa suami saya waktu itu datang

menemui keluarga dan orang tua saya untuk memberitahukan kalau

saya sudah melakukan pernikahan kecil, yaa metanjung sambuk.

Mereka sudah sama-sama suka, cinta ya gimana. Terus ajik saya bilang

kalau gitu ya mau gimana saya bisa larang, toh dia sampai nekad

sampai berani kawin lari. Kalau saya larang takut terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan. Menurut ajik saya, kalau dia bahagia, saya juga

bahagia sama pilihannya dia.

Penanya: mendengar tanggapan keluarga seperti itu, apa yang mbak

rasain mbak?

Subjek: saya ngerasa sedih dan benar-benar bersalah dengar itu, kok gak

terus terang aja. Padahal dia gak marah. Besoknya setelah saya nikah,

ditelpon baru saya ngomong. Waktu itu mereka tidak membahas

masalah kawin lari saya, mereka malah nanya gimana acaranya, km

bahagia, seneng,….? Terus nanya kapan balik ke Badung. Padahal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

149

161

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

182

183

sebenernya orang tua saya juga gak marah kalau saya bisa jelasin sudah

cocok dengan suami saya ini. Mereka sebenernya gak apa-apa. Cuma

saya aja karena udah takut, jadi berpikiran yang negatif duluan.

Hehehe......

Penanya: setelah mengetahui seperti tanggapan keluarga, apa yang

mbak lakukan pada waktu itu?

Subjek: Setelah itu yaa gak lama saya langsung bilang terus terang maaf

saya sudah bohong. Saya takut ada konflik gak setuju antara orang tua

saya dengan paman saya. Kalau orang tua saya kan pasti ngijinin demi

kebahagiaan anak apa aja yaa yang penting anak seneng. Apalagi

anaknya sudah ngerasa cocok, udah lama pacarananya, orang tua pasti

ngerti. Jadi saya ngejelasin seperti itu waktu itu, terus paman saya juga

mau ngertiin penjelasan saya dan akhirnya mereka mau maafin saya.

Penanya: kan akhirnya nikah, (maaf ya mbak) terus turun kasta,

gimana perasaan mbak?

Subjek: Rasanya sedih yaa waktu harus mepamit di Jero karena kan habis

to kasta saya hilang, pemutusan saya dengan leluhur. Tapi saya berpikir

ini sudah jalan tangannya, emang gini jalannya takdirnya. Saya,

keluarga, temen-temen saya tu berpikir kalau leluhur saya ada hutang

yang belum dibayar jadi saya harus membayar dengan turun kasta dan

masuk ke keluarga suami saya. Saya juga ngerasa kangen sama

keluarga, ngerasa bersalah banget sama keluarga, termasuk keluarga

besar, kasian ajiknya, ibunya, kakak. Apalagi kakak saya kan belum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

150

184

185

186

187

188

189

190

191

192

193

194

195

196

197

198

199

200

201

202

203

204

205

206

nikah sudah saya langkahin, saya ngerasa sediih karena gak terus

terang.

Penanya: owh kalau saya tangkap, berarti mbak merasa sedih dan

bersalah ya?

Subjek: iyaa, memang sedih. Tapi yaa sudah saya ikhlasin aja. Ketika saya

ngerasa sedih, terus kan saya ngerasa bersalah banget sama orang tua

saya, saya coba nebus dengan nurutin kata orang tua saya. Contohnya

saja, ketika setelah menikah beberapa bulan, orang tua minta saya dan

suami agar mau pindah dan tetap mau tinggal disini, di rumah orang tua

saya untuk nemenin mereka. Saya turutin kata mereka, disuruh tinggal

disini, ya saya tinggal disini. Kalau dia minta tidur dengan cucunya

saya kasih. Yaa buat nebus kesalahan saya, saya ikutin kata-katanya.

Dulu saya gk bisa ngikutin kata-katanya, gak dapet cowok berkasta,

sekarang saya coba buat ngebahagiaan dengan nurutin kata-katanya.

Terus mereka sangat senang dengan anak-anak saya, kan lucu soalnya

mereka bisa menghibur. Kalau orang lain, turun kasta, sudah gak bisa

tinggal pulang gini, untung ajik, ibu saya baik. Tapi ya sewajarnya juga

namanya kita anak ya udah seharusnya kita ngelakuin itu, yaa

ngebahagiain orang tua.

Penanya: mbak kita ke masa sekarang yaa, setelah menikah, terus

turun kasta, ada gak perubahan yang mbak alami saat ini?

Subjek: Hmmmm... yaaa perubahannya ya kayak manggil saudara saya itu.

Kayak dulu kan saya manggil kakak saya itu kan beli, tapi sekarang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

151

207

208

209

210

211

212

213

214

215

216

217

218

219

220

221

222

223

224

225

226

227

228

229

kalau saya manggil kakak-kakak misan saya dengan sebutan Gung Aji,

kan karena saya sudah turun kasta. Dulu kan saya sama kakak saya

biasa manggil kakak saya Tude, sekarang manggilnya Gung Tude.

Masalah makan juga sekarang saya harus tau diri gak boleh bareng lagi

dengan keluarga, kan beda. Saya juga tidak bisa bantuin orang tua saya

ketika ada upacara, yaa gak bisa barenglah kalau sembahyang, kan

sudah beda.

Penanya: kalau masyarakat sekitar gimana mbak, ada perubahan

perlakuan?

Subjek: Masyarakat sekitar sih juga tau tapi mereka yaa gimana maklumin

aja keadaan saya. Mereka juga gak memandang saya buruk, gak

segitunya sih. Selain itu juga keluarga saya memperlakukan saya

seperti biasa, memperlakukan saya sama seperti dulu. Biar udah turun

kasta, tetep aja sama. Selain itu hubungan saya tetap baik-baik saja

dengan keluarga saya, ajik, ibu. Itu kan juga memang perubahannya

sudah seharusnya ya, sesuai aturan dan hukum adat. Tapi kalau dari

keluarga dan temen-temen tu mereka tetap mau dan memperlakukan

saya tu sama. Bahkan sampai saya turun kasta gini ini teman-teman

saya tetap memperlakukan saya sama seperti saya masih berkasta.

Mereka gak mau ngerubah, bagi mereka kamu tetep sama seperti yang

dulu. Dengan turun kasta pun, saya tu gek tetap bisa menjalankan sama

kan kayak sehari-hari. Saya tetap bisa kerja, ketemu temen-temen.

Temen-temen tetap baik sama saya, bahkan tetap memperlakukan saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

152

230

231

232

233

234

235

236

237

238

239

240

241

242

243

244

245

246

247

248

249

250

251

252

seperti wanita berkasta

Penanya: owh, berarti kalau dari segi perlakuan gak ada perubahan ya

mbak. Terkait dengan perubahan penyebutan nama, apa yang

mbak rasain mbak, harus nyebut nama beda, terus gak bisa

bantuin orang tua?

Subjek: Memang sih agak berat sama perubahannya itu tapi lama-lama yaa

dijalanin aja, kan lama-lama juga terbiasaa. Beratnya itu gak terbiasa

sih manggil mereka dengan sebutan itu, tapi mau gak mau kan harus

karena kita bukan sama lagi. Itu pun ada dorongan dari temen, sahabat

kamu harus bisa karena itu jalan yang sudah kamu pilih. Tapi kadang

tetap aja agak canggung, kan dari kecil kita diajarin manggil kayak

gitu, tapi sekarang harus beda manggilnya. Toh juga lama-lama saya

sampai sekarang sudah terbiasa dengan perubahan-perubahan yang ada.

Selain itu karena perlakuan yang saya terima sama saja, jadi saya tidak

terlalu sulit, hanya perlu beradaptasi dengan aturan adat kan sudah

kayak agama tu, kayak masalah berbicara, makanan, panggil nama

dengan sebutan kasta dengan kakak dan saudara saya. Yaa paling itu

yang harus dibiasakan lagi. Kalo perlakuan mereka masih tetap sama,

bahkan orang tua saya semakin seneng dan sayang semenjak ada anak

atau cucu tu lo. Selain itu ada perasaan menyesal kadang-kadang, terus

tekanan batin juga kadang-kadang, tapi sudah dijalanin aja. Sekarang

sudah terbiasa. Tekanan batinnya itu datang ketika saya gak bisa

bantuin kalau ada odalan atau upacara di rumah orang tua saya tu. Saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

153

253

254

255

256

257

258

259

260

261

262

263

264

265

266

267

268

269

270

271

272

273

274

275

gk bisa bantuin, saya gak bisa ikut sembahyang yaa paling nanti kita

belakangnya ajaa. Emang sih ada penyesalan, tapi penyesalannya itu

sudah saya pikirkan dari sebelum saya berbuat, saya akan melakukan

gini maka nanti saya akan begini jadinyaa. Emang sudah dipikirkan

dari dulu, tapi gimana terus kita jalanin. Pokoknya sebelum berbuat kita

sudah harus tau, aku mau buat gini, pasti kejadiannya gini. Dibilang

ada penyesalan memang pasti ada, tapi penyesalannya itu tidak bisa

diungkapkan dengan kata-kata. Tapi kan sudah pilihan sendiri, kita

yang pilih kita yang ngerasain gitu. Sekarang itu, saya lebih santai aja,

saya gak mau mikirin hal-hal kemarin, hal-hal itu yaa. Sekarang

pokoknya orang tua saya sehat, mereka gak ada beban, soalnya ketika

orang tua saya ada beban ya saya ngerasa bersalah. Pokoknya saya

pengen ngelihat mereka happy, bahagia.

Penanya: owh iya mbk, setelah menikah selain ada perubahan di

kehidupan mbak saat ini, bagaimana hubungan pernikahan mbak,

hubungan mbak dengan suami dan anak mbak?

Subjek: Pernikahan, hubungan saya dengan suami saya itu baik. Saya ni

kebanyakan dicandain sama suami saya, saya kan orangnya agak egois,

keras kepala, tapi suami saya tu santai, jadi bisa ngimbangin saya.

Selain itu, ketika saya capek ngurus anak, diajak keluar anak saya yang

besaran, jadi dia mau bantuin saya. Terus sekarang kan juga anak saya

ngerasa seneng dengan adanya anak, walaupun kadang mereka nakal,

tapi menghibur saya banget, ya namanya anak-anak kan gitu,,, yaa bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

154

276

277

278

279

280

281

282

283

284

285

286

287

288

289

290

291

292

293

294

295

296

297

298

saya tu kemanjaan anak-anak saya bisa menghibur saya…. Heheh.

Kalau pas lagi kerja inget-inget, pasti dah kangen sama manja dan

nakal-nakalnya… hehehe. Terus, kalau kerja tuu, masalah kerja tu,

suami saya gak masalah kalau saya kerja. Jadi menurut saya tu kerja tu

juga bisa jadi tempat refreshing, karena pas di tempat kerja kan ketemu

teman-teman, udah kayak sahabat malahan, karena kan ketemunya itu-

itu aja, tiap hari, pasti kita itu kan bisa saling curhat masalah rumah

tangga, anak, terus cari solusi bareng-bareng gitu… yaaa pokoknya

pernikahan saya saat ini itu nyenengin lah gek, di dalam pernikahan

saya itu kita saling mengerti, saling percaya, saling cocok, yang penting

kalau nikah tu cocok tu penting… yaa tapi gak selamanya kan bakal

seneng terus gek, kalau masalah pasti ada, tapi kita kan saling ngertiin

satu sama lain. Kalau ada masalah kita langsung cari solusinya, apalagi

udah punya anak, gak baik berantem ntar dilihat sama anak. Jadi kalau

ada masalah hari ini, hari ini juga harus diselesaiin masalahnya. Yaa

gak bagus kalau ditunda, kan bikin beban di tempat kerja, di rumah

yaa…

Penanya: Terus saat ini hubungan mbak sama keluarga mbak gimana?

Subjek: Saya dengan keluarga saya sekarang ni baik ya, sudah membaik.

Selain itu juga keluarga saya memperlakukan saya seperti biasa,

memperlakukan saya sama seperti dulu. Biar udah turun kasta, tetep

aja. Sekarang pokoknya orang tua saya sehat, mereka gak ada beban,

soalnya ketika orang tua saya ada beban, ya saya ngerasa bersalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

155

299

300

301

302

303

304

305

306

307

308

309

310

311

312

313

314

315

316

317

318

319

320

321

Pokoknya saya pengen ngelihat mereka bahagia. Walaupun saya

tinggal disini dan saya beda kasta dengan mereka, dengan mereka yang

bisa nerima saya apa adanya sebagai wanita yang sudah turun kasta.

Saya ngerasa nyaman seneng tinggal disini dan gak ngerasa gimana ya,

ya pokoknya bahagia dan gak beban lah..

Penanya: owh gitu, mbak boleh tahu gak, harapan mbak untuk hidup

kedepannya apa?

Subjek: Harapan saya apa yaa, ya saya berharap bisa mendidik anak saya

bisa lebih pinter, besarnya bisa bantu saya dan keluarga sayaa. Saya

pengen bisa menyekolahkan anak-anak saya setinggi mungkin, terus

saya juga ingin bekerja keras bersama suami saya untuk membeli

rumah sendiri di Denpasar gituu, terus pengen ngajak jalan-jalan nenek

dan kakek kemana gitu keluar sama cucu-cucunya. Saya dengan suami

saya harus bekerja sekuat tenaga, mumpung anak saya masih kecil.

Untuk menyekolahkan anak yang tinggi, saya juga berharap mampu

menjelaskan dan mengajarkan anak saya bagaimana cara mebanjar di

kampung, dia juga harus tau bagaimana cara memperlakukan dirinya.

Saya pokoknya semangat dan akan kerja keras untuk ngewujudin

semua itu. Contohnya saja saya rajin kerja terus karena sudah kerja,

setiap pulang kerja saya berusaha ngasi perhatian ke anak saya, biar

kadang kita tu capek, tapi tetep gak boleh ngelampiasin ke anak yaa.

Harapan saya untuk diri saya sendiri saya berharap saya mampu

menjadi wanita yang lebih kuat, walaupun tidak berkasta lagi, itu bukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

156

323

324

325

326

327

328

329

330

331

332

333

masalah buat saya. Saya tetap optimis dan semangat gituu. Saya juga

berharap bisa punya usaha sendiri di rumah, jadi dengan begitu saya

tetap bisa memantau langsung anak-anak saya, ngurus anak saya sama

jaga warung gitu, kan kalau buka usaha sendiri juga hasilnya lumayan

yaa, jadi bisa ngebantu orang tua lebihlah. Selain itu kan mantau anak

lebih dekat, bisa tau gimana perkembangan dia tu bikin seneng yaa buat

saya, lucu aja gitu. Kalau seandainya bisa buka usaha sendiri pun saya

tetap bisa refreshing karena sahabat-sahabat saya sering datang ke

rumah untuk sekedar ngegosip, curhat yaa gitu dah...heheh. Selain itu

juga kan bisa janjian ketemu di luar sama temen-temen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

157

CODING INFORMAN 2

No Transkrip wawancara

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Penanya: Selamat siang mbak, mbak langsung wawancara aja ya.

Hehehe mbak bisa certain soal latar belakang mbak dan keluarga

mbak?

Subjek: Siang juga, owh iya langsung aja. Saya itu anak kedua dari 2

bersaudara, kakak saya yang pertama seorang laki-laki. Asal saya dari

Gianyar. Saya terlahir sebagai Anak Agung atau kasta Ksatria ya. Saya

tu tinggal di Puri Gianyar. Saat ini saya sudah menikah selama 1,5

tahun. Anak saya 2 sekaligus, umurnya 1 tahun ni si kembar. Hehehe...

Saat ini sih saya kerjaannya ngurus anak dan menjadi ibu rumah tangga

yaa. Hehehehe... Kalau dulu sih kerja sebelum nikah.

Penanya: owh gitu, kalau keadaan orangtua kakak dan keluarga besar

mbak di puri tu kayak gimana mbak?

Subjek: Hmmm... Gimana yaaa. Hehehe... tau kan Gianyar tu budaya,

kasta dan aturan Bali-nya masih kental banget. Jadi keluarga besar saya

tu bisa dibilang sangat fanatik sama kasta. Termasuk orangtua saya.

Kalau bergaul tu juga harus hati-hati, tidak bisa sembarangan. Apa-apa

dibatasin deh pokoknya. Berperilaku gak bisa sembarangan kalau di

Puri, harus sesuai aturan. Temen-temen saya juga harus gimana yaa

kalau datang ke Puri, harus sesuai aturan deh. Orangtua saya tu pastilah

ya sayang sama anak. Cuma sangking sayangnya saya harus dapat

lelaki berkasta. Terus agak protek kalau soal pergaulan ya. Hehehe...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

158

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

Kalau saya dengan kakak saya, dia sayang banget ya sama saya,

perhatian, cuma tidak seprotek orang tua saya. Paling cuma ngingetin

cari pasangan kalau bisa sekasta.

Penanya: Mbak, bisa certain gak, menurut mbak jadi wanita berkasta

tu gimana?

Subjek: Kalau menurut saya sih, saya itu memandang diri saya itu sama

aja, sama aja sama orang lain. Karena saya bergaul gak pernah memilih

temen-temen saya semua. Saya gak pernah suruh mereka bersikap

gimana kayak yang saya kasta tinggi gitu. Bahkan kalau kita makan

bareng-bareng, minum bareng-bareng, satu piring bersama tu gak

masalah buat saya. Walaupun kalau secara di keluarga saya sendiri,

kalau masalah itu kan gak boleh sebenernya, misalnya saya bagi

makanan sama orang yang kastanya dibawah itu gak boleh. Bahkan

kalau rumah teman terlalu lama perginya, icip-icip makanan tu gak

boleh, misalnya dia habis upacaraan gitu kan, biasanya kan ada tu

buah-buahan segala macam tu sisa upacara tu saya gak boleh makan

gitu. Jadi kalau di rumah aja saya ngikutin aturan kasta. Kalau di luar

bebas dan yang penting gak ada yang tau. Hehehe...

Penanya: Hmmm... owh gitu. Menurut mbak, kasta itu penting gak

mbak?

Subjek: Sebenernya kalau kita nunut dari leluhurnya sendiri ya penting

banget, karena itu kan semua adat. Orang Indonesia pun sebagian besar

pasti menghormati leluhurnya, dan kita sebagai keturunan-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

159

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

keturunannya kan mau gak mau harus menghormati. Ya intinya

penting. Cuma ya menurut saya ada nilai-nilai di dalamnya itu yang

mungkin agak sedikit emmm...nyerempet ke egoisme sama ke gengsi

itu sendiri. Sebenernya sih kalau kita pandang ke atasnya penting.

Penanya: Kan menurut mbak sebenernya kasta itu juga menyebabkan

egois gitu, nah hal tersebut jadi berpengaruh ke kehidupan mbak

gak?

Subjek: Iyaa sangat berpengaruh sekali, terutama dari kita milih temen itu

jadi agak terbatas. Kalau orang tua yang nyuruh, harus milih temen

yang ini, yang itu, artinya kan yang sesama kasta atau yang lebih tinggi

kastanya gitu. Harus kayak gitu. Terus bikin sulit kalau menjadi diri

kita sendiri karena harus menempatkan diri, di rumah kita harus

bagaimana, di luar kita juga harus bagaimana. Ketika orang ke rumah,

misalnya saya di Puri lagi pulang kampung, orang yang datang itu,

hormat-hormat gitu disana. Sampai jongkok-jongkok, salam-salam gitu

kan dan mereka itu menyebut saya dengan penyebutan yang berbeda,

bukan nama. Kalaupun mereka tidak bersikap seperti itu, tidak

menyebut nama saya dengan benar seperti yang seharusnya, mereka tu

kena hukuman entah itu dari sosial, atau dari masyarakat Banjarnya.

Penanya: Gimana perasaan mbak waktu mbak jadi wanita berkasta

mbak?

Subjek: Yaa ngerasa lebih dihormatin, lebih spesial. Mereka yang di

lingkungan misalnya suka gak suka ya harus suka. Misalkan pengen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

160

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

beli es krim, biasanya kalau kita di kampung mau beli apa gitu, mereka

tu biasanya harus apa yaa, seolah-olah jadi parekan. Parekan itu

sejenis pembantu tapi gak dibayar, artinya dia tu mengabdi disana. Yaa

kalau dilihat sih perasaannya ketika jadi cewek berkasta itu seneng,

bangga, merasa tinggi, merasa terhormat. Tapi kadang ya kesel juga,

ketika pengen ini, pengen itu pengen bebas, gak boleh kan karena

berkasta jadi banyak aturan. Ntar masyarakat ngomong apa kalau ga

diatur sesuai kasta gitu.

Penanya: Owh gitu ya mbak, berarti seneng dong ya jadi cewek

berkasta? Hehehe.

Subjek: Iyaa senenglah yaa…Hehehe

Penanya: Mbak, bisa diceritain gak awal mulanya mbak memutuskan

untuk menikah dan berimbas pada turun kasta mbak?

Sujek: Sebenernya sih semuanya berawal dari cinta. Kalau dulu pikiran

saya itu, dengan cinta kita itu bisa meraih semuanya. Emang kalau

sudah cinta pasti akan jalan beriringan, akan berusaha bersama,

pokoknya segala masalah apapun bisa diselesaikan berdua. Jadi kalau

ini mungkin lebih ke pribadi masing-masing ya dalam memandang

masalah, memandang cinta atau kebahagiaan itu seperti apa. Kalau

saya sendiri sih waktu itu memilih kalau saya dengan orang yang saya

cintai saya bisa menghadapi apapun itu. Cobaannya, kesulitannya,

badainya kayak apapun saya kira saya bisa menghadapi sama orang ini

karena kami kan saling mencintai. Begitu pikiran saya dulu sebelum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

161

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

sampai akhirnya menikah. Jadi dengan cinta saya yakin dengan suami

saya ini, walaupun dia tidak berkasta, karena kan dari dulu saya tidak

terlalu begitu mempertimbangkan kasta. Terus ketika harus

memutuskan waktu itu, emmm... gimana ya, sebenernya kalau sampai

memutuskan itu ada sedikit tekanan sebenernya. Tekanan dari

masyarakat Bali. Kalau di masyarakat Bali, Hindu Bali itu ada

istilahnya kalau kita sudah ngasih tau orang ternyata batal maka

kehormatan dan harga diri itu artinya udah udah goyah gitu, udah

goncang. Ternyata waktu itu keluarga disini sudah mengumumkan

bahwa anak cowok satu-satunya akan segera menikah, padahal waktu

itu saya belom bilang oke gitu, sebenernya gitu.

Penanya: Owh, kalau saya gak salah nangkep mbak, berarti

sebenernya belum ada persetujuan dari mbak gitu?

Subjek: Iyaa, saya itu sebenernya belum mengiyakan waktu itu. Karena

bagi saya, sebagai anak perempuan satu-satunya di rumah, pasti orang

tua mikir kan kalau anak sudah mencintai seseorang, ingin menikah

dengan seorang laki-laki pasti ada pertimbangannya. Karena saya gak

mungkin melakukan sesuatu tu tanpa pertimbangan dan dengan satu

kata yakni cinta saya nekad. Itu enggak sampai segitunya. Pasti ada

pertimbangan, orangnya bagaimana, yang jelas dia tidak merokok,

terus dia bukan orang berandalan, dan dia tu punya sifat yang

kebapakan, ya pokoknya baiklah. Ya karena sudah diberitakan ke

seluruh desa gitu, disini kan juga orangnya terpandang juga ya, jadinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

162

114

115

116

117

118

119

120

121

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

136

137

mau gak mau kan ada sedikit unsur paksaan supaya saya mempercepat

keputusan apakah bersedia menikah atau tidak. Sebenernya sih iya,

saya bersedia menikah dengan dia, saya mencintai dia, cuma kondisi

yang gak memungkinkan saya minta waktu untuk izin orang tua.

Segala macam ternyata tidak diberikan waktu seperti itu dan mereka

mendapat tekanan-tekanan karena proses menikah turun kasta itu juga

cukup apa ya, dibilang merugikan si perempuan sebenernya.

Penanya: Merugikan yang perempuan mbak? Merugikan maksudnya

gimana mbak?

Subjek: Hmm gimana yaa. Jadi gini, kalau pas prosesnya misalnya

keluarga cowok oke, keluarga cewek oke sih gak masalah. Cuma ketika

kita tidak menerima restu dari keluarga besar si cewek, prosesnya

sangat merugikan si cewek sebenernya. Kita harus pergi dari rumah

tanpa izin. Kita mau gak mau harus kabur dari rumah, karena kalo

enggak, pas kita bilang “saya besok mau menikah sama orang ini”, kan

otomatis keluarga si cewek akan melindungi, seperti gak boleh

kemana-mana. Sempet sih waktu itu di rencana awal batal, karena aku

udah mulai gak boleh keluar. Cuma mereda lagi terus akhirnya waktu

itu dilihat ada kesempatan sama keluarga suami akhirnya diambilah

sama keluarga suami. Mungkin sedikit seperti penculikan antara suka

sama suka. Hehehehe....

Penanya: Penculikan suka sama suka, berarti mau gitu mbak diculik?

hehehe

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

163

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

Subjek: Hmmmm gak juga sih, tetap ada kebimbangan. Tapi waktu itu

juga aku berada posisi sendiri, cewek sih ya, gak ada yang bisa aku

ajak ngomong, ngobrol gak ada yang kasih masukan, sementara si

cowok itu kan banyak keluarganya yang ngasih masukan, gini aja, gitu

aja. Jadi waktu itu si cowok ngomong kita gini aja, gitu aja dan ternyata

aku gak dikasih pulang lagi. Padahal pas pacaran itu gak backstreets,

udah kenal, karena saya waktu itu kan mikir saya sudah pasti sama

orang ini. Saya harus berusaha minta restu sama orang tua, cuma butuh

waktu buat ngejelasin itu aja sebenernya. Tapi keluarga suami gak mau

ngasih waktu. Cuma waktu itu sebenernya sudah ada titik-titik terang

waktu itu, kalau di keluarga saya sudah mulai ngasih izin, cuma ada

sedikit beberapa rangkaian upacara yang tidak boleh dijalankan disana.

Pas sudah dikasih izin terus dijelasin kalau pihak laki-laki harus kesana

dulu ngomong atau apa gitu itu tapi mereka gak mau. Jadi waktu itu

langsung diambil, diambil pas di jalan, karena kalau diambil di rumah

itu namanya apa yaa istilahnya, jadi gak boleh kalau diambil di rumah,

harus diambil dijalan. Waktu itu saya bener-bener gak ngerti kalau saya

tu gak boleh pulang lagi. Waktu itu langsung disini dan sekitar tiga hari

apa empat hari gitu status saya gak jelas. Nikah juga belum kan, belum

ada upacara. Setelah empat hari itu akhirnya dibikinin upacara kecil

dulu, artinya status sudah jelas sebagai istrinya disini. Setelah itu

sebulan disini, ehh 3 bulannya baru ada upacara yang besar dan adat

gitu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

164

161

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

182

183

Penanya: Sebelum menikah, emang gak dikasih waktu untuk

berbicara baik-baik atau berunding gitu mbak?

Subjek: Hmmm sebenernya waktu itu ada sih, sempat berunding juga

kalau saya mau pulang dulu mau minta izin ke keluarga, tapi mungkin

karena disini juga udah takut malu yaa, gengsinya juga, takut nama

baik rusak. Misalnya ditanya “udahlah, kamu cinta gak sama anak

saya?” Oke, saya cinta, tapi kan ada keluarga saya yang harus saya

pikirkan karena kedepannya saya kan tetap akan pulang dan

berhubungan dengan mereka, gak selamanya saya gak akan ngomong

dengan ayah ibu saya dan kakak lelaki saya yang sangat saya cintai itu

kan. Ya saya memang mencintai calon suami saya waktu itu, tapi

bukan berarti saya tidak mencintai orang tua saya lagi. Terus keluarga

suami bilangnya “Yaa gampang itu bisa diurus, itu kami yang urus”,

gitu. “Semuanya pasti beres, kamu tenang aja, kamu tinggal nikah

dengan anak saya, kamu tinggal disini kamu gunakan fasilitas disini,

selebihnya kami yang ngurus masalah keluarga. Kami jamin kamu dan

keluarga kamu akan kembali baik-baik aja itu jaminannya dulu”.

Mungkin waktu proses 3 hari itu, yaa kita berdua aja ya yang tau, sama

keluarga disini saya sempat dikunci juga di kamar. Saya disini perang

batin, kenapa saya seperti ini, seharusnya saya tidak seperti ini jadinya

tu lama-lama perasaan impian saya sama suami yang saya cintai kok

kesannya dipaksakan, sesuatu yang dipaksakan, bukan antara kita

berdua lagi kesannya. Padahal gak perlu kayak gini pun pernikahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

165

184

185

186

187

188

189

190

191

192

193

194

195

196

197

198

199

200

201

202

203

204

205

206

pasti akan terjadi, cuma butuh waktu. Tapi ya mungkin jalannya sudah

begini. Saya sebenernya maunya dirundingkan dulu, baiknya gimana,

saya milih orang kan juga ada pertimbangannya, gak sekedar pilih.

Saya juga udah bilang orangnya begini-begini, tapi ternyata memang

butuh waktu kan, tapi keluarga disini yang tidak mau menunggu yaa.

Waktu itu dari 3 hari status saya yang gak jelas disini tu, kalau gak

salah saya dibilang ada acara keluar kemana, perasaannya masih biasa-

biasa aja tapi sedikit khawatir. Tapi setelah itu kan ada surat, saya

disuruh tanda tangan yang saya sendiri gak tau isi surat itu apa. Ya itu

sebenernya, sampai akhirnya dibawa ke keluarga bahwa saya sudah

menikah dan melakukan upacara. Waktu itu ditandatangani juga oleh

pendeta yang muput, yang menyelesaikan upacara, kepala lingkungan

sini dan kedua mempelai. Jadi waktu itu gimana yaa, karena

pernikahan sudah terjadi tidak ada hal yang bisa saya lakukan selain

jalanin itu semua.

Penanya: Jalanani aja seperti apa mbak?

Subjek: Jadi yaa saya lihat aja perkembangan ke depan. Waktu itu kan

masih ada 3 bulan kedepan untuk ke pernikahan yang lebih besar tapi

cuma orang terdekat aja yang tau. Kalau 3 bulan waktu itu kan semua

orang akan tahu, jadi ya saya jalanin aja waktu itu. Tapi setelah itu kan

ada surat, saya disuruh tanda tangan tapi saya sendiri gak tau isi surat

itu apa. Yaa itu sebenernya, sampai akhirnya dibawa ke keluarga

bahwa saya sudah menikah dan sudah melakukan upacara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

166

207

208

209

210

211

212

213

214

215

216

217

218

219

220

221

222

223

224

225

226

227

228

229

Penanya: Setelah surat sampai di tangan keluarganya mbak,

bagaimana reaksi keluarga mbak waktu itu mbak?

Subjek: Nah setelah ada surat itu, baru heboh yang di rumah, marah, sedih.

Kalau ajik (bapak), ibu sama kakak saya berpikir mungkin itu sudah

jodohnya, mungkin itu yang terbaik buat dia, mungkin kita hanya harus

belajar melepaskan, tapi kalau keluarga besar kan enggak. Mereka kan

butuh waktu yang gak cepet ya untuk menerima. Terus

pertimbangannya habis ini gimana, kalau sudah menikah ya mereka

gimana harus menerima kita lagi, gimana dengan anak-anaknya,

keluarganya, apakah kalau setelah menikah keluarga yang jadi besan,

misalkan disini kalau upacara, keluarga disana harus bantu dan kalau

keluarga disana ada upacara ya keluarga disini juga harus bantu, nah

gitu yang dipikirkan dan dibicarakan di keluarga besar. Tapi keluarga

disini gak mau menunggu. Hmm... kakak saya kan mendukung

awalnya, dia juga ngasih jalan, seperti apa saya harus berjalan. Kakak

saya pun marah waktu itu, “Kok gini, saya kan sudah kasih jalan

seperti apa tapi kok kenapa ambil jalan malah menghancurkan sesuatu

yang sudah kita bentuk bersama”. Waktu itu pokoknya keluarga marah,

sedih, terutama keluarga ibu. Tante-tante itu kan sampai bilang, “Kok

bisa, saya harusnya bisa diharapkan sama mereka karena saya anak

cewek yang harusnya biasa menjalankan sesuatu dipikirkan dulu, sama

keluarga itu gak pernah bantah”, pokoknya bagi saya apa-apa

dirundingkan dulu. Ya intinya keluarga marah dengan semua ini. Saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

167

230

231

232

233

234

235

236

237

238

239

240

241

242

243

244

245

246

247

248

249

250

251

252

sebenernya maunya dirundingkan dulu, baiknya gimana. Sebenernya

sudah ada persetujuan, tapi belum semua, trus ketika kami ambil jalan

seperti itu yang tadinya setuju balik jadi kecewa...

Penanya: Wiihh, panjang ya ceritanya mbak sampai akhirnya bisa

nikah dan sampai sekarang?

Subjek: Iyaa, panjang dan menyedihkan ya. Hehehehe... Tapi memang

seperti itu kejadiannya.

Penanya: Mbak, kan gak gampang tuh buat nikah yang menyebabkan

turun kasta. Mbak udah mengalami banyak hal terkait dengan hal

itu, bagaimana perasaan mbk ketika awal pernikahan mbk?

Subjek: Waktu itu saya sempet kecewa, marah, karena saya kok sepertinya

dalam kondisi tertipu. Beberapa hal dalam proses itu saya merasa ada

tekanan. Harusnya kan pernikahan tidak ada tekanan, harusnya

bahagia, harusnya kita lempeng, seneng, tapi kok disini saya malah ada

tangisan, saya pengen kabur malah. Ada kekecewaan, kok sepertinya

dia yang saya cintai gak mendukung saya lagi.

Penanya: Kecewa ya mbak, terus kelanjutannya bagaimana mbak?

Subjek: Iya kecewa, terus sedih lah yang pasti, karena harus meninggalkan

keluarga dengan cara seperti itu. Tau keluarga kecewa ya saya tambah

sedih. Gak tau harus gimana, gak bisa ngelakuin apa-apa, cuma diem,

tapi untungnya saya masih kerja waktu itu jadi ada pengalihan.

Penanya: Owh berarti dulu mbak kerja ya? Tapi pas kejadian diculik

gitu, mbak masih dibolehin kerja gitu? Atau gimana mbak?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

168

253

254

255

256

257

258

259

260

261

262

263

264

265

266

267

268

269

270

271

272

273

274

275

Subjek: Iya kerja. Jadi waktu itu boleh pergi pas kerja karena kerjanya satu

kantor, jadi ya tetep bareng dan gak bisa kemana-mana. Kalau dulu

kerjanya beda mungkin dulu saya kabur. Ya saya gak mungkin akan

dikasih izin sama keluarga. Jadi ya mumpung bisa ketemu banyak

orang jadi bisa dialihin juga rasa sedih sama kekecewaan ketemu

temen-temen, diajak ngobrol. Tapi waktu itu pikiran saya sama

keluarga udah stag sebenernya, ya pasrah apapun yang terjadi ya saya

terima. Saya terima apapun itu, walaupun saya tidak diterima lagi oleh

keluarga saya di rumah itu. Rasa yang paling sedih itu ketika sesuatu

yang kita harapkan jadinya kacau balau, orang-orang yang mendukung

tidak lagi mendukung malah jadi marah.

Penanya: Melihat kenyataan seperti itu, apa yang mbak lakukan

mbak?

Subjek: Ya gimana ya, saya sama diri sendiri juga waktu itu pasrah, saya

berdoa, karena saya kan orangnya religiusitasnya tinggi, saya rajin

sembahyang itu yang tak pake ngalihin, saya berdoa. Jadinya saya tu

yang awalnya emang percaya sama Tuhan, setelah menikah saya jadi

jauh lebih pasrah ke Tuhan, lebih mencintai Tuhan lagi.

Penanya: Berarti dengan berdoa mbak bisa jadi lebih tenang ya mbk?

Hehehe

Subjek: Iyaaa, itu salah satu hal yang paling ampuh, yaitu berdoa.

Penanya: Kalau sekarang, setelah menikah dan turun kasta ada

perubahan yang mbak alami gak?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

169

276

277

278

279

280

281

282

283

284

285

286

287

288

289

290

291

292

293

294

295

296

297

298

Subjek: Awalnya kan pasti ada proses yang berubah ya, terutama masalah

perlakuan. Kalau dulu orang tua pun memperlakukan saya sangat

hormat, misalnya ketika orang tua tu lewat depan saya mereka tu

istilahnya bilang sugre, kayak permisi gitu. Kalau misalnya saya mau

makan, serba teratur dan dihormati, disediakan pokoknya senyaman

mungkin untuk harga diri saya waktu dulu. Setelah disini nikah, mau

gak mau semuanya serba udah gini. Misalnya kan kalau di rumah,

piring saya kan piring saya aja, kalau disini gabung semuanya. Kalau

dulu di rumah sebelum nikah, sama sepupu-sepupu tetap kita tidak

boleh berantakan, tidak boleh rebut, gak boleh bersuara keras. Kalau

disini kan rebut banget. Terus dari bahasa, kalau dulu kan di rumah

saya pake bahasa halus istilahnya ya pake bahasa Indonesia, kalau

disini kita harus terima kalau saya diajak ngomong pake bahasa kasar,

di rumah tu gak ada yang berani ngomong pake bahasa kasar sama

saya. Kalau disini harus terima itu, okelah saya terima, hehehe...

Disana dimanja, serba ada, disini hidup susah, apa-apa mulai dari awal

sendirian. Dari bahasa, cara bergaul, dipanggil gung gek, sekarang

tepuk aja langsung pundak ya artinya santunnya yang kita dapet tu gak

ada lagi. Kalo dari turun kastanya sih enggak masalah….. toh juga

udah pacaran ya jadi saya ngerasa sudah siap untuk turun kasta. Cuma

itu aja ya prosesnya itu kan awal nikah dan turun kasta agak sulit, dan

membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi. Tapi saya terima

perubahan cara hidup. Prinsip saya dimana kaki dipijak, disitu langit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

170

299

300

301

302

303

304

305

306

307

308

309

310

311

312

313

314

315

316

317

318

319

320

321

dijunjung, saya ikutin aja, saya belajar, kalau kita minta keadaan

ngikutin kita ya gak mungkin. Saya mempelajari cara bahasanya. Saya

ikutin dan saya pelajari budaya yang ada disini sampai akhirnya bisa

masuk, artinya sampai tidak ada lagi kesenjangan antara saya dulu

dihormatin, sekarang gimana, karena sulit yaaa, sulit untuk menerima

kalau dulu kita dihormati, semua orang bicara sopan terus tiba-tiba

harus berbalik kondisinya.

Penanya: kalau lingkungan sekitar yang baru sekarang perlakuannya

ke mbak gimana?

Subjek: Gimana ya, agak gimana gitu disini. Contohnya kalau nyuruh-

nyuruh, perintah gak pake aturan kan jadinya ada perasaan yang

sebelumnya saya berpikir semua orang tu sama, sama dihormatin jadi

terasa banget perbedaannya dengan sebelum turun kasta. Mungkin

sama, tapi caranya aja yang beda, dengan bahasa kasar pun mereka

sama aja… jadi berasa banget deh perubahan perlakukannya.

Penanya: Owh gitu, berarti agak sulit juga ya mbak. Kalau terkait

dengan kastanya, ada gak mbak perasaan sedih gitu karena sudah

turun?

Subjek: Hmmm... kalau kastanya sendiri, bukan sedih sih ya. Mungkin

kebingungan karena dari proses kita bersikap, proses bagaimana cara

hidup itu ngerasa berbeda. Ada perasaan gimana ya, perasaan menangis

dan tekanan batin. Tapi emang gitu keadaannya mau gak mau ya harus

tetep diterima ya sis, hehehe... Perasaan ngebatin pasti ada, sedihnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

171

322

323

324

325

326

327

328

329

330

331

332

333

334

335

336

337

338

339

340

341

342

343

344

karena harus pisah dari orang tua, konflik sama keluarga, menyesal

sebenarnya. Ada sih perasaan menyesal, tapi ini balik lagi ke hubungan

kita dengan Tuhan ya, mungkin ini memang sudah jalannya… Kita kan

orang Bali percaya kalau ada apa-apa pasti ke “orang pinter” kan.

Keluarga saya sempet nanya kesana, kenapa dia nikah sama orang ini.

Orang sekasta banyak kok yang mau nikah. Terus ternyata menurut

orang pinternya itu enggak ada unsur magic, dan ya emang ini jalan

dari Tuhan untuk saya menjadi istri dari suami saya. Jadi itu pun

mendukung pikiran saya kalau ini memang sudah jalan Tuhan dan gak

ada gunanya penyesalan berlarut-larut karena hanya akan menghalangi

saya dalam melangkah maju. Selain itu dengan tidak menyesal yang

berlarut-larut saya bisa melakukan suatu hal yang lebih dari yang bisa

saya lakukan.

Penanya: Tadi mbak bilang ada perasaan menyesal gitu mbak?

Maksudnya gimana mbak?

Subjek: Ya gimana ya, penyesalannya itu sih dari awal sebenernya. Dari

pas caranya itu kok gitu, kok kenapa ketika saya mengharapkan saya

mencintai harusnya mendapatkan dukungan, harusnya bersama kok

saya malah merasa sendiri. Semua orang seakan-akan menyalahkan

saya, disini sih penyesalannya.

P: Seakan-akan menyalahkan mbk itu kayak gimana mbak?

Subjek: Iyaa, kayak nyalahin saya, terutama dulu suami saya, dia benar-

benar gak ada buat saya. Malah ikutan dengan keluarganya nyalahin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

172

345

346

347

348

349

350

351

352

353

354

355

356

357

358

359

360

361

362

363

364

365

366

367

saya. Saya waktu itu bener-bener ngerasa sendiri. Untung masih punya

Sang Hyang Widi, jadi ngerasa sedikit tenang.

Penanya: Owh gitu. Nah mbak, setelah menikah bagaimana hubungan

mbak dengan suami dan anak mbak?

Subjek: Setelah menikah itu kok suami apa yaa, tidak sepeduli dan tidak

menghargai saya sebagai istri. Keadaan tidak mendukung, jadi seperti

saya dalam proses penyesuaian diri pun sendiri. Sudah turun kasta,

banyak perubahan yang harus saya alami, tapi ternyata ya semuanya

sendiri. Siapa yang suruh bantuin saya, suami saya cenderung cuek…

Apalagi suami saya kurang mandiri ya, karena ada keluarganya kan

disini dan dia tu gak mau, jadinya dia sepenuhnya menyerahkan saya

dengan keluarganya. Belum lagi keluarga kan gak mau tau soal

bagaimana saya dulu, ya sekarang hidup saya istilahnya disini, kayak

gini, harus dijalani. Jadi saya ngerasa beratlah ngejalaninnya.

Penanya: Berarti kalau begitu bisa dibilang suami mbak kurang bisa

mendukung mbak dalam menjalani perubahan ya?

Subjek: Yaa begitulah. Coba ketika ada yang ngedukung dalam menjalani

perubahan-perubahan, beradaptasi, ya kayak didukung suami, mertua,

mungkin akan terasa lebih ringan. Ketika saya tidak terbiasa diberikan

omongan kasar, diperintah-perintah terus caranya itu lho, kasar begitu

cara perintah orang. Paling tidak yang terdekat aja suami saya, tidak

usah dibela, tetapi memberikan penyejuk aja. Tapi suami saya

cenderung diem. Mungkin memang sifatnya seperti itu, pengennya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

173

368

369

370

371

372

373

374

375

376

377

378

379

380

381

382

383

384

385

386

387

388

389

390

tenang aja. “Ada saya disamping kamu, kamu kuat”, gitu pengennya,

tapi kenyataanya dia lebih ngedukung keluarganya. Kalau saya tidak

bisa melakukan kayak harus bikin banten gitu, atau lainnya. Namanya

juga saya tadinya tinggal di Puri, enak. Kalau mengeluh terus ngomong

eeee…, dianggap tidak bisa menyesuaikan diri, atau dianggap punya

sikap atau pribadi yang buruk, gitu jadinya. Saya yang dianggap

menjelek-jelekkan diri sendiri, padahal saya sedang berada pada tahap

beradaptasi. Bukannya ngeluh ya gek, tapi kan butuh dukungan.

P: Kalau dilihat saat ini, menurut mbak, sudah merasa mampu

menghadapi perubahan yang ada?

Subjek: Yaa sekarang saya sudah mampu lah ya menyesuaikan diri, ya

dengan menerima diri saya yang saat ini, keadaan seperti ini, dan saya

gak mau ada konflik lagi. Saya bisa ngelewatin semua ini karena ada

kembar ya, ni si kecil ngebuat saya bisa bertahan.

Penanya: Berarti anak itu berkontribusi besar ya mbak dalam

melewati perubahan yang ada?

Subjek: Iyaaa, mereka itu mampu membuat saya bahagia, meskipun capek

ngurusnya. Hehehe.. Ngelihat mereka ketawa semuanya hilang. Saat ini

saya tu bener-bener menikmati peran saya sebagai ibu pokoknya.

Mereka segalanya untuk saya. Hmmmm.. walaupun hubungan

perkawinan saya gini, ada titik dimana perkawinan saya tu nyenengin,

pas kita buat rencana kedepan untuk anak, paling gak suami saya masih

bisa diajak membuat rencana. Selain itu adanya bintang sama bulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

174

391

392

393

394

395

396

397

398

399

440

441

442

443

444

445

446

447

448

449

450

451

452

453

kadang yang bikin kita baikan kalau lagi berantem. Hehehe... Yaaa

mungkin memang seperti ini jalan dari Tuhan ya….

Penanya: Hmmm....baiklah. Nah mbak, setelah menikah dan turun

kasta, bagaimana hubungan mbak dengan keluarga mbak di Puri?

Subjek: Hubungan dengan keluarga di Puri? Ya hubungannya sudah

membaik tapi tidak semua. Ada yang masih belum nerima. Dua bulan

yang lalu baru saya mepamit kan, eee...karena memang seluruh

keluarga diundang, supaya tahu juga ini suami saya, ini keluarga kecil

saya ada yang masih sinis. Ada yang masih gak mau bicara, mendekati

pun tidak mau. Mungkin kami dianggap orang luar, orang jaba, tidak

berkasta. Tapi sebagian orang yang deket, kakak, ajik yang kandung itu

menerima dengan baik, gak ada masalah.

Penanya: Berarti sudah bisa dibilang membaik ya mbak sama

keluarga, terutama orangtua?

Subjek: Ya tapi tetap aja saya gak bisa biasa lagi ya. Kami tahu diri, kalau

saya tetap biasa, orang-orang di Puri akan mengganggap saya gak

punya sopan santun gitu, jadi saya harus mengikuti aturan. Saya orang

yang di bawah dan saya harus memperlakukan diri saya seperti

seharusnya, gak bisa sembarangan sama orang yang berkasta. Kalau

orang-orang keluarga besar yang sinis belum bisa nerima, itu biarin aja

lah ya. Orang tua juga bilang biarin aja, itu kan keputusan kepribadian

masing-masing, nanti kan lama-lama pasti kan akan ngomong lagi,

yang penting saya tetap welcome, itu kan hak mereka kalau mau seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

175

454

455

456

457

458

459

460

461

462

463

464

465

466

itu sama saya. Ya hubungan keluarga saya lebih baik lah saat ini, yang

terpenting kan saya dan orang tua saya.

Penanya: Kalau harapan terkait dengan kehidupan mbak untuk

kedepannya gimana mbak? Kira-kira keinginan mbak itu apa?

Subjek: Harapan dan aspirasi? Hmmm.. gak jauh beda sih ya sama orang

lain. Pengen masa depan yang tidak kekurangan dari segi ekonomi,

kecukupan. Saya berharap saya bisa diterima tanpa harus memandang

saya sebagai wanita yang sudah turun kasta, saya ingin diterima dan

dipandang sebagai ibu dan turun kasta bukanlah hal yang salah, seperti

yang lain bukan pencuri atau pembunuh. Terus saya berharap mampu

berusaha melakukan yang terbaik untuk anak dan keluarga saya

kedepannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

176

CODING INFORMAN 3

No Transkrip wawancara

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Penanya: Halo mbak, langsung nanya aja gak apa-apa ya mbak,

hehehe. Mbak bisa ceritain gak latar belakang mbak?

Subjek: Hmmm, mbak tu asalnya dari Penebel Tabanan, mbak dulu

kastanya anak Agung atau Ksatria.

Penanya: Owh, mama saya juga dari Penebel lho mbak. Hehehe

berarti Purinya di Penebel ya?

Subjek: Hah, masaak? Wahh jangan-jangan kita deket lagi ya. Hehehe..

Iya, Purinya di Penebel. Mbak itu 3 bersaudara, semuanya cewek, mbak

anak pertama. Terus mbak nikah udah 1,5 tahun. Keluarga mbak tu

gimana yaa, keluarga besar tu fanatik banget sama yang namanya kasta,

terutama nenek mbak. Kalau orangtua mbak sih sebenernya fanatik

juga. Cuma gimana ya, mereka mencoba tenang gitu. Mbak tu juga dulu

kuliah di luar Bali, di Jogja juga. Lama di Jakarta juga. Cuma orang tua

tu selalu ngingetin, inget cari yang seiman, sekasta, kita tu keluarga Puri

yang berpengaruh, sangat dihormatin gitu.

Penanya: Mbak, menurut mbak kasta itu seperti apa sih?

Subjek: Kasta itu adalah suatu hal yang penting ya, apalagi di Bali. Kasta

itu kan sudah diturunin dan sudah jadi sudah budaya. Tapi kalau buat

diri mbak sendiri sih biasa aja. Mbak memposisikan diri mbak sama

kayak yang lain.

Penanya: Owh.. mbak berarti gak membeda-bedakan gitu ya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

177

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

Subjek: Iyaa, udah itu teman-teman mbak juga lebih banyak yang gak

berkasta. Jadi kalo pergi sama mereka ya mbak juga sama kayak

mereka, seperti gak berkasta. Tapi kalo orang tua mbak gak bisa gitu ya,

mereka selalu mewanti-wanti, hati-hati bergaul, kamu tu wanita

berkasta. Selain itu kakek mbak kan orang terpandang, jadi mbak harus

bisa jaga perilaku mbak di luar.

Penanya: Owh gitu. Kalau menurut mbak, kasta tu berpengaruh gak

dalam kehidupannya mbak?

Subjek: Berpengaruh, tapi kalau di luar enggak ya, soalnya mbak dari

kuliah sampe kerja tinggal di luar Bali. Jadi kasta tidak terlalu

berpengaruh. Tapi ketika tinggal di Bali sih dulu berpengeruh sedikit.

Orang lain lebih gimana ya, orang itu segan sama mbak. Terus sikap

orang tua tu bikin mbak sulit bergaul, mereka gak ngelarang, cuma tetep

aja ngewanti-wanti di belakang. Siapa tu gek, dari mana dia, berkasta

gak, kadang-kadang that’s make me kesel. Hehehehe... Mungkin ini dah

perlakuan spesial yang bikin orang-orang berkasta tu sombong ya.

Lingkungan tu memperlakukan orang berkasta sangat spesial. Memang

sih aturannya gitu, tapi kadang gimana ya, kita itu sama-sama manusia,

orang lain boleh sopan, tunduk sama kita, tapi kita jangan menggunakan

kesempatan itu buat semena-mena sama mereka. Ya kita harusnya balas

menghormatin mereka.

Penanya: Hmm.. lingkungan memperlakukan mbak spesial itu

contohnya seperti apa mbak?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

178

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

Subjek: Contohnya ni kalau di Puri, apa-apa sudah ada. Kalau pas upacara

besar, yang ngurus tu ada kelompok masyarakat yang tidak berkasta

yang buat acaranya dan keperluan upacara. Orang lewat nunduk di

depan orang berkasta, ngomong bahasa Bali harus halus. Mbak minta

apa pasti diambilin, gak pernah mbak sibuk ngurusin upacara adat.

pokoknya tau sudah beres tinggal datang aja ke Pura buat sembahyang.

Semua orang lembut ngomong sama saya. Tapi walaupun begitu saya

juga berusaha menghormati mereka. Saya juga ngomong gitu tetep

menggunakan bahasa Bali halus atau bahasa Indonesia.

Penanya: Dengan adanya perlakuan spesial gitu, perasaan mbak

gimana?

Subjek: Adanya perlakuan spesial itu gimana ya, wiihh... Anak Agung ni,

ada perasaan bangga, harga diri rasanya naik gitu. Tapi ni ya saya lihat,

beberapa orang yang berkasta tu sombong, merasa hebat, nah itu dah

mbak gak suka. Walaupun mbak juga ngerasa bangga, harga diri naik

dengan kekastaannya mbak, mbak berusaha untuk bersikap sama

dengan yang lain. Gak mau mbak menggunakan kekastaan mbak buat

nunjukin, ni lho aku. Mbak lebih suka ketika mbak bisa ngasih lihat, “ni

lho mbak orang yang berprestasi, kerjaan bagus”, ya gitu dah. Cuma

mbak ngerasa beruntung dan bersyukur aja ya dilahirkan di keluarga

berkasta dan bisa nikmatin kespesialan dari berkasta.

Penanya: Berarti tetep ada perasaan bangga dan seneng ya mbak.

Hehehe

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

179

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

Subjek: Iyaa, teteplah ada perasaan bangga, tapi ya gak boleh sombong

juga.

Penanya: Mbak maaf ya sebelumnya, mbak bisa ceritain gak awal

mula bisa menikah dan turun kasta?

Subjek: Hahaha... Waktu itu sebenernya saya MBI, alias married by

accident. Ya mbak hamil duluan gitu. Sebenernya keluarga mbak tau

mbak pacaran sama cowok, ya suami mbak ini, gak sekasta. Mbak gak

mau backstreet. Keluarga mbak ngira ini cuma pacar-pacar biasa, toh

dikenalin ke rumah. Gak mungkin mereka nikah. Pas hubungan mbak

semakin lama dengan pacar mbak ini, mbak sering ribut sama ibu mbak.

Waktu itu mbak di Jakarta, ditelponin tiap hari, disuruh putus, jangan

sama dia karena gak sekasta. Terus saya bilang ke ibu “tenang aja”,

mbak tau mana yang baik dan buruk buat mbak. Kalaupun saya jadi

sama dia, berarti dia adalah orang yang terbaik buat mbak. Wiihh...

pedih hati ibu mbak waktu itu. Tapi sebelum kebobolan setelah

berantem sama ibu saya, saya sudah berencana mau menikah. Saya

yakin sama cowok ini, cuma harus cari celah buat minta persetujuan

keluarga saya. Ehhh... belum sampai sana udah isi duluan. Hehehe...

Penanya: Maaf ni sebelumnya mbak, pas tahu hamil gitu, apa yang

mbak rasain?

Subjek: Saya takut waktu itu, gimana ya cara saya buat bilang ke keluarga

kalau saya sudah hamil dan akan menikah. Awalnya mbak bingung

gimana cara ngasi tau ke ajik (bapak) sama ibu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

180

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

Penanya: Owh gitu, terus apa yang mbak lakuin waktu itu?

Subjek: Waktu itu, mbak beraninya malah bilang ke tante mbak. Mbak

bilang kalau hamil. Waktu itu tante mbak mencoba menenangkan dan

mencoba menjelaskan ke orang tua maupun keluarga mbak. Dan

akhirnya mbak disidang oleh seluruh keluarga Puri. Semua marah,

kecewa ya pasti. Sempet keluarga meminta untuk menggugurkan

kandungan mbak, mereka akan menghubungi dokter, nanti mbak terima

beres aja.

Penanya: Mau digugurin mbak? Terus gimana itu mbak?

Subjek: Iyaa, mereka minta digugurin, wiihhh jantung saya rasanya...Mbak

bilang gak bisa. Saya mau tetap membesarkan anak ini, dan akan tetap

menikahi pacar mbak.

Penanya: Terus tanggapan keluarga mbak gimana denger itu?

Subjek: Ya mereka diem dan gak bisa ngomong lagi. Akhirnya beberapa

minggu kemudian pacar mbak datang dengan gagah, ngomong sama

ajik, ibu keluarga mau minta mbak. Ya istilahnya ngelamar. Terus

disetujui, pernikahan terjadi, bahkan ada pesta. Walaupun ada beberapa

keluarga saya tidak setuju. Terus ibu tu masih rada-rada berat hati. Tapi

ini kan pilihan saya, saya yakin dengan pilihan saya. Pas tau terus

disidang tu, yaaa semua pada meluk saya, sambil nangis. Semuanya

sedih dan kecewa. Kok gitu sih, terutama ibu ya kecewa banget. Udah

diwanti-wanti kok tetep aja. Keluarga pengennya kalau bisa waktu itu

saya diem di rumah saja, digugurin dan mereka tidak merelakan saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

181

114

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

136

pergi deh. Terus kalau orang Bali kan percaya Balian. Nah.. keluarga

pergi dah tu ke Balian buat nanyain apa saya diguna-guna. Tapi

Baliannya bilang enggak, ini murni cinta dan jalannya emang seperti itu.

Baru deh keluarga agak rela and ikhlas. Sebenarnya sih bahagia, karena

kan menikah.

P: Ngelihat keluarga gitu, mbak ngerasa gimana?

Subjek: Hmmm... ya sedihlah yang pasti, dan emang di sisi lain mbak tu

sedih dan ngerasa bersalah sama orang tua mbak. Ngerasa gagal tidak

bisa mempertahankan kasta padahal sudah diwanti-wanti dari dulu. Tapi

bagi mbak, ini udah jalan dari Sang Hyang Widi Wasa, Balian juga

ngomong gitu. Mbak mencoba mengikhlaskan semua dan meminta maaf

kepada keluarga terutama ajik sama ibu waktu itu.

Penanya: Owh gitu. Kalau terkait dengan kasta sendiri mbak gak sedih

gitu?

Subjek: Kalau kastanya enggak karena mbak sudah tahu dan

mempersiapkan diri jika saya menikah dengan dia, mbak akan turun

kasta, mbak siap. Cuma perasaan bersalah dan sedikit merasa gagal aja.

Penanya: Mbak setelah menikah kan, sekarang ini ada perubahan gak

yang mbak alami?

Subjek: Jelas ada ya, dulu disegani, sekarang yang harus menyegani orang.

Dulu gak pernah bikin banten dan persiapan upacara, sekarang saya

harus ikut dengan susahh. Dulu apa-apa pas di Puri semuanya dilayanin,

sekarang enggak. Kalau sembahyang, orang berkasta punya tempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

182

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

sendiri jadi keliatan lebih gimana gitu, sekarang saya berada ditempat

orang-orang jaba. Saya juga gak bisa makan satu piring dengan

keluarga saya. Orang Bali bilang carikan, itu gak boleh. Tapi kalau dari

segi bahasa, karena sebelumnya saya selalu berbicara halus dan gak

kasar, walaupun turun kasta, mereka juga tetap berbicara halus dan gak

kasar sama mbak. Yaahh perubahannya lebih kayak gitu. Mau tidak

mau saya harus jalanin yaa. Tidak gampang menjadi wanita Bali dengan

segudang aturan adat, apalagi tidak berkasta. Karena mbak sudah

mengambil keputusan, mbak saat ini adalah wanita yang sudah menikah

dan turun kasta, mau tidak mau mbak harus mempelajari semuanya,

mbak terima semuanya. Mbak mencoba legowo, memang ini

konsekuensinya kalau turun kasta. Mbak belajar, beradaptasi dengan

aturan adat maupun lingkungan suami saya. Selain itu mbak beruntung

punya suami yang sigap dan selalu membantu mbak dalam menghadapi

hal tersebut. Jadi meskipun sulit, tapi sampai saat ini mbak bisa ngikutin

dan melakukan semuanya dengan baik. Ada perasaan sedih ya, ya

ampun ternyata susah, gak gampang jadi cewek jaba. Tapi balik lagi, ini

bagian dari jalan Tuhan yang harus mbak jalani. Memang sulit, tapi

ketika sudah dijalani, toh buktinya mbak bisa. Itu malah ngebuat mbak

bangga lho. Gak gampang buat ngelakuin semuanya ini.

Penanya: Owh gitu, tapi ngomong-ngomong mbak, ada perasaan

menyesal gak mbak?

Subjek: Hehehehe... menyesal ya ada sih, tapi saya tidak mau berlarut-larut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

183

160

161

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

182

ya. Ngapain coba menyesal. Toh saya mampu beradaptasi dengan

perubahan saya, suami mbak mendukung, terus anak saya juga lucu.

Penanya: Tetep harus terus berusaha untuk melanjutkan hidup ya

mbak. Hehehe.. Mbak saat ini setelah menikah, bagaimana

hubungan mbak dengan suami?

Subjek: Hubungan mbak dengan suami baik ya untuk saat ini. Seperti yang

tadi sudah saya bilang, suami saya selalu mendukung dan membantu

saya dalam melewati perubahan kebiasaan yang sulit itu. Hehehee....

Dia selalu ada, kalau saya harus menyiapkan keperluan adat di banjar

tu, kan rempong sampe sore, suami mbak bantu buat ngurus anak,

bersihin rumah. Yaaa kami partner in crime lahh. Hahahahah.. saling

bagi tugas aja.

Penanya: Terus sekarang kan udah ada anak ni mbak, gimana tu

mbak?

Subjek: Kalau anak saya, jelas ya dia tu permata saya dan suami, bikin

hubungan kita bertiga baik. Hmm... dia itu sesuatu yang berharga

melebihi apapun. Mbak mau lihat sendiri perkembangan anak mbak.

Menurut mbak ni yaa, mengetahui perkembangan anak tu, adalah waktu

yang gak bisa digantiin dan bikin seneng. Menurut mbak ini juga salah

satu alasan kenapa mbak bisa tetap kuat and gak mikirin kasta, yaa

karena ada Kim. Kim tu lucu pokoknya… mana gak berasa lho ngurus

Kim tu, eh.. tiba-tiba sekarang udah gede, udah umur setahun.

Penanya: berarti bisa dibilang hubungan keluarga mbak ini nyenengin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

184

183

184

185

186

187

188

189

190

191

192

193

194

195

196

197

198

199

200

201

202

203

204

205

gitu ya mbak, walaupun mbak udah turun kasta?

Subjek: Iyaa, pokoknya saat ini hubungan kami, keluarga kecil mbak,

sangat membahagiakan yaa. Kalau masalah pasti ada, tapi sampai saat

ini dan semoga seterusnya kami bisa melewati.

Penanya: Kalau relasi mbak dengan keluarga Puri saat ini gimana

mbak?

Subjek: Alhamdulilah ya, sudah membaik. Hehehehe... ajik dan ibu udah

nerima sekarang. Semenjak ada Kim ni, mereka udah kembali lagi yaa,

sayang sama Mbak dan Kim. Tapi masih ada beberapa keluarga besar tu

belum bisa nerima. Suka ngomongin di belakang. Ada juga yang masih

menyayangkan, nangis meluk-melukin saya sambil bilang kok gitu sih

jalan yang diambil, itu masih ada. Buat saya, kalau orang yang

ngomongin saya yang enggak-enggak, itu urusan mereka, itu hak

mereka kok.

Penanya: Owhh gitu, syukur ya mbak sudah membaik. Hehehe.. kalau

harapan mbak kedepan untuk hidup mbak sendiri apa?

Subjek: Mbak berharap keadaan pernikahan, di rumah ni bakal kayak gini

terus. Amin. Harapannya pengen hidup enak aja, gak aneh-aneh. Mau

jadi orang apa ya… gak ribet lagi, gak usah berurusan sama yang

dipermasalahin sama keluarga besar gitu. Kan saya setelah menikah

belum ketemu sama keluarga besar nih, pengen jadi hal yang biasa aja

gitu lho. Keluarga besar Puri gak mempermasalahin lagi, pengen yang

apa ya, kayak gak ada masalah kayak gini lagi. Perlakuannya pengen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

185

206

207

208

209

210

211

212

213

sama seperti dulu gak ada yang berubah, gak ada penyesalan di wajah

mereka. Kalau keluarga besar pengennya sudahlah, gak usah nangis lagi

kalau lihat saya yang sekarang. Saya gak pengen kayak gitu, saya

pengen terima saya dengan keadaan saya yang sekarang, jangan terlalu

disesalin. Ya pengen semuanya nerima. Pengen hidup seperti orang

kebanyakan menikah secara normal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

186

CODING INFORMAN 4

No Transkrip wawancara

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Penanya: Malam mbak, heheheh maaf, mengganggu waktu istirahat

mbak, mbak baru pulang kerja ya?

Subjek: Aduh santai ajaa, iya sih baru pulang kerja, tapi gak apa-apa, mbak

suka kok diwawancara atau ditanyain gini-gini. Hehehee

Penanya: Berarti langsung aja ya mbak. Mbak bisa ceritain tentang

latar belakang, keluarga dan lain-lainnya mbak? Hehehe

Subjek: Okay, tiang aslinya Kelungkung ya, tapi dari lahir tinggalnya di

Denpasar. Tiang itu tadinya dari Gusti ya gek, terus nikah jadi jaba,

tiang udah nikah selama 7 tahun dan punya 3 anak itu. Tiang itu tiga

bersaudara, tiang anak pertama, kedua adek tiang juga perempuan. Tiang

sekarang bekerja di bank, dan dulu tiang juga kuliah di Jogja lho, di

UGM. Hehehee.

Penanya: Owh gitu, waah masa mbak? Berarti tau banyak soal jogja

dong yaa. Hehehe

Subjek: Iyalah, lama tiang di Jogja. Kebetulan ibu tiang kan asli Jogja,

nikah terus pindah Hindu, tadinya Islam.

Penanya: Owh gitu, berarti udah biasa gitu dong mbak keluarganya,

maksudnya bebas, demokrasi gitu, kan kalau orang berkasta rada

ribet yaa.. hehehe

Subjek : Hmmm iya, keluarga tiang sih santai ya, sudah terbuka juga. Tapi

kalau seperti hormat menghormati ya itu sesuai aturan ya. Dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

187

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

mendidik tu, keluarga tiang santai terbuka, tiang boleh berteman dengan

siapa saja, kasta apa aja, bebas. Asalkan sesuai norma dan gak macem-

macem kayak narkoba yang negatif lainnya gitu.

Penanya: Owh gitu, menurut mbak kasta itu penting gak sih mbak?

Subjek: Hmmm... kalau menurut tiang sih penting, karena budaya ya, dan

penting ketika itu sesuai dengan Kitab Weda. Yang bener itu, tiang baca

ada salah paham tentang konsep kasta ini mbak. Jadi kasta itu

seharusnya bukan keturunan, tapi sesuai dengan pekerjaan. Cuma kan

karena orang Bali sudah taunya gitu, dan ingin menjaga klannya dan

tidak berusaha untuk meperbaiki dengan alasan akan menghapus budaya.

Penanya: Owh, kalau kayak gitu, terus menurut mbak kasta tu

berpengaruh gak ya di kehidupan mbak?

Subjek: Gimana ya, dibilang berpengaruh ya berpengaruh ya. Kalau di Bali

iya berpengaruh ya. Paling lebih dihormati, ngomong pakai bahasa

halus. Tapi tiang sih ngerasa sama aja sebenernya. Soalnya tiang

terbiasa pakai bahasa Indonesia kalau ngomong. Hehehehe... Temen-

temen juga sudah modern, lama di Jogja juga.

Penanya: Berarti sama aja ya mbak? Kalau perasaan mbak pas jadi

cewek berkasta gimana mbak?

Subjek: Hmmm.. biasa aja, mungkin karena tiang ngerasa sama saja, dan

gak ada bedanya. Lingkungan di sekitar juga sudah modern jadi gak

ngerasa gimana gitu.

Penanya: Kalau kayak gitu, lingkungan sekitar mbak memperlakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

188

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

mbak spesial gak mbak?

Subjek: Kalau temen-temen tiang sih enggak ya, udah biasa, seperti

kehidupan modern. Tapi kalau lingkungan rumah sekitar, nah ya lebih

dihormati, tapi tiang juga hormat sama mereka, karena kan pada

dasarnya sama. Gitu…

Penanya: Hmm... iya juga ya mbak, apalagi kan kalau ngelihat aslinya

kasta yang bener berdasarkan pekerjaan. Okay mbak, lanjut lagi

ya, mbak. Maaf sebelumnya, mbak bisa ceritain gak awal mulanya

menikah dan turun kasta?

Subjek: Hahahahha... gimana ya waktu itu. Jadi tiang itu ketemu di Bali,

suami tiang lagi S2 di Unud, tiang juga lagi S2. Jadi barengan. Semakin

lama kenal kan, wah pinter ni orang, makin suka gak peduli kita gak

sekasta. Akhirnya tiang pacaran.

Penanya: Nah pas pacaran itu orang tua gimana mbak?

Subjek: Awalnya sih masih santai, cuma ya diingetin. Ibunya sudah rela

pindah, masak kamu turun kasta. Kalau bisa dapat yang sekasta. Tapi

pacar tiang, suami tiang itu biasa aja datang ke rumah ngobrol sama ajik

sama ibu. Mereka berpikir masih pacaran awal gitu kan. Hehehehe.

Makin lama makin sayang, terus mulai dah ke arah serius. Suami mulai

nanya-nanya, gimana nih, mau gak nyerod, siap gak. Tiang sih siap-siap

aja hehehe. Tapi baru wacana, terus tiang coba ngobrol sama ibu, ajik

dan adek-adek. Mereka bilang, aduh jangan deh ya, kamu kan anak

pertama, cari yang sama aja. Pikirin dari sekarang, biar belum terlalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

189

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

jauh. Gitu kata keluarga. Cuma tetep ya ajik tu agak dingin, diem gitu.

Ajik bilang gak boleh. Kalau urusan menikah cari yang sama aja. Terus

kami gak putus-putus, namanya perasaan ya, jalan aja tetep. Cuek aja ke

ajik sama ibu, kalau dijemput tetep ke rumah. Paling kalau pas setiap

diingetin, tiang bilang iya-iya aja. Naaah sampailah, tiang kebobolan.

Hehehehe.... Jadi hamil dulu. Pas tau sudah hamil, kaget sih ya. Waah

gimana nih, kalau suami sih, ayok aja nikah, karena memang sudah

ngajak menikah ya sebelumnya. Terus tiang diem seminggu akhirnya

memberanikan diri untuk bilang ke orang tua. Jadi pada duduk gitu,

tiang kayak pengakuan dosa, tiang bilang kalau tiang hamil dan mau

menikah. Ibu mulai nangis waktu itu. Sebenernya takut bilang, soalnya

ajik tu ada tekanan darah tinggi ya, takutnya kaget entar gimana-gimana

lagi. Kejadian, ajik tiang marah ya, langsung pergi masuk kamar gak ada

bilang apa. Tiang juga nangis minta maaf ke ibu, ibu bilang ya sudah

mau gimana lagi. Setelah bilang itu, tiang didiemin sama ajik selama

seminggu. Dia gak mau ngomong, bahkan noleh tiang aja gak mau. Nah

tepat seminggu, suami tiang datang minta maaf ke ajik sama ibu, minta

restu, ya istilahnya melamar. Haru banget waktu itu. Semua nangis, ajik

akhirnya ngerangkul saya, dia juga bilang aduh sudah harus dilepas anak

ajik ini. Setelah itu, kami mempersiapkan pernikahan bahkan ajik yang

ngurus semuanya. Harusnya keluarga wanita kalau nyerod biasanya gak

mau datang, tapi kali ini, ajik yang ngurusin semuanya.

Penanya: Berarti akhirnya disetujuin ya mbak, malah jadi bahagia, itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

190

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

pas nikah gak ada upacara petiwangi?

Subjek: Iya dong, orang menikah harus bahagia. Hehehee... Naa ada, tapi

bagi tiang, itu hanya kayak bagian dari adat ya, pemutusan kasta dengan

leluhur. Namanya juga patrilineal, ya sudah harus siap untuk menikah

dan mengikuti klan suami saya.

Penanya: Owh gitu mbak. Hmmm kan akhirnya nikah, turun kasta,

mbak perasaannya gimana mbak, kan yaaa jadi gak berkasta gitu?

Subjek: Hmmm perasaannya sih biasa aja kalau tiang. Karena dari awal

tiang tidak terlalu apa yaa fanatik gitu. Dan lama di Jawa juga kan, jadi

tidak terlalu berpengaruh dan tiang sedihnya karena harus

mengecewakan orangtua ya, kayak perasaan bersalah gitu. Tapi kan

tiang yakin tiang mungkin gagal disini menurut mereka, tapi tiang bisa

membanggakan dengan hal lain. Tiang sadar sudah jadi orang sudra,

tiang terima kok, tapi walaupun begitu, tiang bangga sama diri tiang.

Walaupun jadi sudra astungkara, tiang tetep punya pekerjaan yang bagus

dan hidup tiang juga gak kalah bahagia sama orang yang berkasta tinggi

sekalipun.

Penanya: Owh gitu, berarti mbak biasa aja ya mbak. Setelah menikah

dan turun kasta ada yang berubah gak mbak?

Subjek: Iya biasa aja. Hehhehehe... gimana ya, karena sudah modern dan

sejak awal mbak tiang kehidupannya tidak seperti orang berkasta pada

umumnya. Paling yang berubah kehidupan tiang tadi single tinggal di

rumah sekarang udah tinggal sama suami di rumah sendiri. Kalau yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

191

114

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

136

lain, seperti buat banten, tiang dari dulu memang sudah enak ya, gak

pernah buat, sudah ada yang buat tinggal datang ke pura sembahyang.

Ngomong pakai bahasa Indonesia juga. Kalau sekarang sama aja, karena

tiang wanita karir, sibuk pulang kerja sore, tiang membeli semua

keperluan adat dan sembahyang. Kalau sempat ya tiang buat. Kalau ke

pura ya jadi gabung sama golongan orang sudra, tapi tiang sih biasa aja,

sama aja, sama-sama berdoa. hehehhe

Penanya: Hmmm, gitu. Nah mbak kalau masyarakat sekitar gimana

mbak tanggapannya, ada perubahan gak?

Subjek: Hmmm sama aja, karena dari awal mereka sudah tau tiang seperti

apa. Berjalan seperti biasanya. Tapi ada beberapa yang agak

menyayangkan. Biasanya di kampung ya paling kayak menyesalkan,

yang ngomong aduuh, tu geg, kok gitu, gak kasian sama ajik sama

ibunya, kalin pedidi keto. Yaa gitu lah. Tapi tiang sih anggap itu angin

lalu, yang penting orangtua tiang tetap menerima tiang dan mereka baik-

baik saja. Tapi sebagian besar biasa aja, masih memperlakukan tiang

sama seperti dulu.

Penanya: Kalau sama keluarga mbak gimana, saya pernah denger kan

gak bisa makan bareng, penyebutan nama dll itu gimana?

Subjek: Hmmm kalau itu karena keluarga tiang modern ya, mereka tetep

kok manggil tu geg (sebutan untuk wanita berkasta), kalau tiang sama

adek-adek tiang juga biasa aja. Pulang ke rumah sama anak-anak tu juga

biasa. Bahkan berbagi makanan sama saudara tiang tu biasa. Cuma kan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

192

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

kalau ke ajik enggak, tau diri aja. Kalau ke ibu biasa aja. Tapi kalau

tiang punya acara di rumah, acara adat, ya gak boleh ya dikasi

makanannya, itu udah kepercayaan. Kalau makanan biasa, penyebutan

nama tidak ada yang berubah. Ditambah punya anak pertama, ajik tiang

senang sekali.

Penanya: Wah seneng dengernya ya mbak, beberapa orang bahkan

malah jadi konflik berkepanjangan. Hehehe. Nah akhirnya nikah

punya anak, hubungan mbak dengan anak dan suami gimana?

Subjek: Hubungan kami baik yaa. Pernikahan ini pernikahan yang cukup

bahagia untuk tiang. Tiang beruntung dapat suami yang bisa sigap

membantu tiang dalam menjalankan rumah tangga. Kayak sekarang

contohnya, tiang sibuk wawancara, dia yang mengambil alih untuk

mengurus anak-anak. Kalau lagi sibuk acara adat, tiang juga sibuk di

kantor, dia juga yang menggantikan. Gitu juga sebaliknya. Ini juga salah

satu hal yang membuat tiang tidak merasa sedih turun kasta ya, karena

walaupun tiang turun kasta, tiang tetep mendapatkan yang terbaik di

hidup tiang. Anak-anak yang lucu, pintar, suami yang pengertian dan

kami saling suport satu sama lain. Sampai saat ini tiang bahagia dengan

keadaan diri tiang dan kehidupan tiang.

Penanya: Berarti bahagia ya mbak, kalau berantem gitu pernah gak

mbak?

Subjek: Pasti pernah, namanya sebuah pernikahan. Tapi kami tu gimana ya,

kalau marahan itu lebih baik pergi dulu masing-masing, nanti kalau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA WANITA HINDU BALI … · D. Rangkuman Aspek PWB Keempat Informan ... Menurut hukum dan peraturan adat, wanita yang mengalami turun kasta akan dibuang

193

160

161

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

sudah enakan baru diomongin baik-baik. Sampai saat ini berantemnya

tidak pernah sampai melibatkan orang lain. Alhamdulilah, masih bisa

nge-handle sendiri dan itu menurut tiang bagian dari pendewasaan

sebuah hubungan ya. Hehehhe

Penanya: Terakhir nih mbak, setelah turun kasta, dan tetap bisa

bahagia, apa sih harapan mbak untuk kedepannya?

Subjek: Hmmm... harapan tiang, tiang berharap bisa seperti ini terus, tetap

bisa menjadi seorang istri dan ibu yang baik. Memberikan yang terbaik

untuk keluarga tiang. Selain itu, tiang berharap wanita-wanita berkasta

di Bali mau membuka mata untuk membaca dan mencari informasi, apa

sih kasta itu, dan tidak terpuruk kalau kalian turun kasta. Kasta itu tidak

boleh menghalangi dua orang yang saling mencintai. Kalau ada wanita

berkasta dan memiliki calon dari sudra, tidak usah takut. Kalian bisa

kok, kita di mata Tuhan sama. Jadi lebih berharap orang-orang Bali lebih

membuka diri dan carilah informasi mengenai sejarah kasta, sehingga

tidak ada lagi yang namanya diskriminasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI