psikologi perkembangan.ppt

39
Psikologi Perkembangan

Upload: karien

Post on 02-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Psikologi Perkembangan

Seksualitas Infantil Menurut S.Freud seksualitas infantil

berbeda dengan seksualitas orang dewasa

1. Tempat kepekaan tidak perlu di daerah genital tetapi dapat di daerah erotik lainnya.

2. Tujuan tidak terarah pada hubungan seksual dengan orang lain.

3. Seksualitas infantil cenderung berupa pada rangsangan pada diri sendiri.

Perkembangan Psikoseksual Freud1. Fase Oral (0-1 thn)

2. Fase Anal (1-3 thn)

3. Fase Falik (4-6 thn)

4. Fase Laten (6-12 thn)

5. Fase Genital (>12 thn)

Fase Oral (0-1 tahun)

Tempat kenikmatan bayi pada mulut. Penting adanya “mutual regulation and

relaxation” Memperkuat adanya rasa percaya.

Fase Anal (1-3 tahun)

Tempat kenikmatan terdapat di daerah dubur/anus.

Faeces dan urine sesuatu yang sangat berharga bagi anak.

Pentingnya “Toilet Traning” Sifat ambivalent Dapat membedakan Sifat Maskulin dam

Feminim

Fase Falik (4-6 tahun)

Tempat Kenikmatan pada laki-laki penis, pada anak perempuan clitoris.

Adanya Oedipus Compleks pada anak laki-laki. Dan electra Compleks pada anak perempuan.

Fase Laten (6-12 tahun)

Rangsangan seksual di represi, atau mengalami sublimasi.

Super ego dan ego ideal berkembang kuat.

Telah berkembang reality principle.

Fase Genital 12 tahun keatas Timbul tanda-tanda seks sekunder. Rangsangan seksual timbul lagi Daerah erotik pada laki-laki penis Daerah erotik pada anak perempuan

clitoris dan sesudah melakukan hubungan seksual daerah erotik adalah vagina.

Perkembangan Psikososial Erikson1. Fase Basic Trust vs Mistrust

2. Fase Autonomy vs Shame and Doubt

3. Fase Initiative vs Guilt

4. Fase Industry vs Inferiority

5. Fase Identity vs Role Diffusion

Fase Basic Trust vs Mistrust (0-1.5 tahun) Rasa aman Rasa percaya Diperlukan lingkungan yang suportif,

mantap dan penuh kasih sayang. Jika tidak tercapai rasa aman dan

percaya pada fase ini akan menghambat fase berikutnya.

Gangguan pada fase ini: Kesulitan makan, irritabilitas dan

ketakutan/ kecemasan pada anak, yang menolak segala sesuatu yg baru, sikap yang seolah-olah ingin melekat pada ibu dan menolak lingkungan.

Pada masa dewasa timbul kelainan jiwa yang dicoraki ketergantungan (dependensi) yang kuat.

Fase Autonomy Vs Shame and Doubt ( 1.5-3 tahun)

Kepuasan dalam gerak Adanya rasa “otonomi diri” yaitu rasa dasar

akan kemampuan mengatur badannya dan lingkungnnya sendiri.

Gangguan dalam pencapaian rasa otonomi diri akan berakibat rasa malu dan keragu-raguan yang mendasar dan pengekangan diri yang berlebihan.

Gangguan pada fase ini:

Temper Tentrums, tingkah laku sadistik, tingkah laku menentang dan keras kepala.

Neurosis obsesif kompulsif.

Fase Initiative Vs Guilt (3-6 tahun) Belajar mengendalikan diri dan

memanipulir lingkungan. Meningkatkan kemampuan bahasa dan

kemampuan untuk melakukan gerakan yang bertujuan.

Bersamaan dengan adanya dorongan untuk berinsiatif anak merasakan pula suatu potensi rasa bersalah yang merupakan hambatan untuk maju.

Gangguan pada fase ini:

Kesulitan belajar, masalah sekolah, masalah pergaulan, anak yang pasif, kurang kemauan/inisiatif.

Fase Industry Vs Inferiority (6-12 tahun) Mampu untuk menghadapi dan

menyelesaikan suatu tugas. Kemampun “menghasilkan sesuatu” Jika tidak mampu akan menimbulkan

rasa rendah diri (inferior).

Fase Identity Vs Role diffusion (12-18 tahun) Masa remaja merupakan fase terakhir

masa anak sebelum memasuki masa dewasa.

Banyak terjadi perubahan2 penting baik fisik maupun psikis.

Pencarian Identitas diri.

Perkembangan Intellegensi Piaget1. Fase Sensori Motor (0-1,5,2 thn)

2. Fase Pra Operasional (2-7 thn)

3. Fase Operasional konkrit (7-11 thn)

4. Fase Operasional Formal (11-15 thn)

Fase Sensori-motor (0-1,5/2 tahun)

Berdasarkan tindakan-tindakan nyata.

Pengalaman sensori-motor. Kemampuan sensori motor relatif

terbatas pada Interaksi langsung dengan lingkungan.

Fase Pra- operasional (2-7 tahun) Pada fase ini telah dapat memanipulasi

simbol yang merepresentasikan lingkungan.

Kemampuan berpikir dengan menggunakan simbol-simbol.

Sifat-sifat pemikiran

1. Pemikiran tidak reversibel

2. Sifat pemikiran berpusat pada satu detail

3. Sifat pemikiran transduktif

4. Sifat pemikiran egosentris

Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun) Terjadinya konservasi (pengawetan)

dalam segala pengalaman dan kemampuan yang telah di peroleh.

Mampu mengklasifikasi/ mengelompokkan berbagai objek atas dasar sifat-sifatnya.

Mampu melihat “bagian” dalam hubungan”keseluruhan”

Sifat-sifat pemikiran

Reversibel Desentrasi Induktif dan deduktif Egosentris mulai berkurang

Fase Operasional Formal (11-16 tahun) Mampu mengeksplorasi dan

menyelesaikan persoalan berdasarkan kemungkinan-kemungkinan.

Prasyarat berpikir secara hipotetik-deduktif.

Tahapan Perkembangan Moral (Kohlberg) Ilustrasi kasus: Di Eropa, seorang wanita hampir mati

karena sakit. Ada sejenis obat yang menurut para dokter mungkin dapat menyelamatkan dia. Obat tersebut diketemukan oleh seorang laki-laki yang tinggal dalam kota yang sama.

Biaya pembuatan obat itu $ 200, tetapi ia memberi harga $2.000 untuk sejumlah kecil saja. Suami wanita sakit itu, Heinz, mencoba meminjam uang secukupnya untuk membeli obat tersebut. dia mendatangi setiap orang yang dikenalnya untuk meninjam uang. Tetapi ia hanya dapat meminjam separuh dari yang ia butuhkan.

Dia mengatakan pada pembuat obat itu bahwa istrinya hampir mati, dan meninta padanya untuk menjual obat itu lebih murah atau membolehkannya membayar kemudian. Tetapi pembuat obat itu berkata, “saya membuat obat itu dan saya akan menghasilkan uang banyak darinya”. Akibatnya Heinz mendobrak toko itu dan mencuri obat itu.

Perkembangan Moral

Tingkat I Moralitas Prakonvensional (< 7 thn) setiap tindakan dinilai dalam pengertian

menghindari hukuman atau mengejar penghargaan

Tahapan 1 orientasi Hukuman Mematuhi peraturan untuk

menghindari hukuman

Tahapan 2 orientasi ganjaran Memastikan akan mendapatkan

ganjaran, mendapat balas budi

Tingkat II (menjelang 13 thn) Moralitas Konvensional Setiap tindakan dinilai dalam pengertian

mempertahankan kesan baik dalam pandangan orang lain.

Tahap 3 Orientasi anak perempuan baik/anak laki-laki baik

Memastikan penghindaran rasa tidak setuju dari orang lain.

Tahap 4 Orientasi otoritas Memegang teguh undang-undang dan

kaidah sosial untuk menghindari ketidaksetujuan dari pemegang otoritas serta perasaan bersalah tidak “melakukan tugas”

Tahap 3 Seorang anak mengharapkan pujian dengan bersikap “manis” ;orientasi semacam ini berlanjut pada tahap berikutnya yaitu:

Tahap 4 termasuk “menjalankan tugasnya” memperlihatkan rasa hormat kepada yang berkuasa, serta bertindak sesuai dengan peraturan masyarakat dimana ia dibesarkan.

Tingkat III Moralitas Pascakonvensional

Memerlukan asas-asas etika abstrak serta mempertahankannya supaya tidak menyalahkan diri sendiri di kemudian hari.

Tahap 5 Orientasi kontrak sosial

Tindakan yang dibimbing oleh asas-asas yang biasa disetujui sebagai hal penting bagi kesejahteraan umum; asas-asas yang dijunjung tinggi untuk mempertahankan penghargaan dari teman sebaya merupakan penghargaan diri.

Tahap 6 Orientasi asas etis Tindakan dibimbing oleh asas-

asas etis atas pilihan sendiri (yang biasanya menilai keadilan, harga diri, dan persamaan);asas-asas yang dijunjung tinggi untuk menghindari penyesalan diri.